diktat teori pasar ii : pasar...
TRANSCRIPT
DIKTAT
TEORI PASAR II : PASAR MONOPSONI
DISUSUN :
SATIA NEGARA LUBIS
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2006
Satia Negara Lubis : Teori Pasar II : Pasar Monopsoni, 2006 USU Repository © 2007
DAFTAR ISI
BAB Hal I. PENDAHULUAN 1 II. PENGERTIAN PASAR MONOPSONI DAN GAMBARAN PASAR MONOPSONI 9
2.1. Pengertian Monopsoni 9
2.2. Gambaran Pasar Monopsoni 10
2.3. Kekuatan Monopsoni 13
2.4. Monopoli Bilteral 18
III. EKSPLOITASI SUMBERDAYA SECARA MONOPSONI DAN KASUS SATU PEMBELI TUNGGAL PADA PASAR MONOPSONI 20
3.1. Eksploitasi Sumberdaya Secara Monopsoni 20
3.2. Kasus Satu Pembeli Tunggal Pada Pasar Monopsoni 23
IV. MONOPSONI DI PASAR TENAGA KERJA 27
4.1. Pilihan Input oleh Perusahaan Monopsoni 34
4.2.. Prinsip Optimasi 34
4.3. Peragaan Grafik 35
4.4. Penyebab - penyebab Monopsoni 36
V. ANALISIS STUKTUR MONOPSONI DI TINGKAT PETANI 39
Satia Negara Lubis : Teori Pasar II : Pasar Monopsoni, 2006 USU Repository © 2007
I. PENDAHULUAN
Salah satu kendala dalam meningkatkan pendapatan petani adalah
posisi tawar petani yang lemah dibandingkan dengan pedagang/
tengkulak. Keadaan ini disebabkan karena struktur pasar di tingkat petani
adalah monopsonistik. Dari hasil analisis secara teoritis melalui perangkat
ekonomi mikro, alternatif terbaik adalah menciptakan pesaing bagi
pedagang/tengkulak sehingga tercipta struktur pasar persaingan murni.
Monopsoni menunjukkan kasus dimana hanya terdapat seorang
pembeli untuk faktor produksi tertentu. Dengan demikian, seorang
monopsonis (pada umumnya) menghadapi kurva penawaran pasar yang
memiliki kemiringan positif. Ini berarti bahwa apabila perusahaan
monopsonistis menginginkan lebih banyak faktor produksi , maka
perusahaan itu harus membayar harga yang lebih tinggi tidak hanya untuk
unit tambahan faktor produksi itu tetapi juga untuk seluruh faktor produksi
yang digunakannnya. Akibatnya, biaya marginal faktor produksi atau
sumber daya (MRC) akan lebih besar dari harga faktor produksi atau
sumberdaya, dan kurva biaya marginal sumber daya yang dihadapi
monopsonis terletak di atas kurva penawaran faktor produksi atau sumber
daya yang dihadapi perusahaan.
Posisi tawar petani pada saat ini umumnya lemah, hal ini
merupakan salah satu kendala dalam usaha meningkatkan pendapatan
para petani. Lemahnya posisi tawar petani disebabkan karena umumnya
Satia Negara Lubis : Teori Pasar II : Pasar Monopsoni, 2006 USU Repository © 2007
struktur pasar di tingkat petani adalah monopsonistik. Pada struktur
tersebut beberapa gelintir pedagang/tengkulak yang menguasai akses
pasar, informasi pasar, dan permodalan yang cukup memadai
berhadapan dengan banyak petani yang kurang memiliki akses pasar,
informasi pasar dan permodalan yang kurang memadai.
Tulisan ini ingin menyumbangkan pemikiran untuk memecahkan masalah
rendahnya posisi tawar petani. Sumbangan pemikiran ini dilandasi dari
teori ekonomi mikro yang diterapkan dalam upaya untuk meningkatkan
posisi tawar petani. Dalam tulisan ini akan diuraikan secara teoritis
dengan memakai asumsi-asumsi ekonomi seperti yaitu setiap individu
atau lembaga bersifat rasional dan profit oriented. Untuk mengaanalisis
hal ini perlu suatu penyederhanaan dan asumsi-asumsi. Hal itu dilakukan
agar analisis ini mudah dimengerti.
Sejauh ini pembahasan kita tentang kekuatan pasar terfokus
seluruhnya pada sisi penjual yang ada di pasar. Sekarang kita membahas
dari sisi pembeli. Kita ingin melihat bahwa jika tidak ada banyak pembeli,
maka mereka juga memiliki kekuatan pasar dan menggunakannya dengan
baik untuk mempengaruhi harga yang dapat mereka bayarkan untuk
sebuah produk.
Pertama, ada beberapa istilah
- Monopsoni merujuk pada pasar dimana hanya ada seorang
pembeli
- Oligopsoni adalah pasar dengan beberapa pembeli
Satia Negara Lubis : Teori Pasar II : Pasar Monopsoni, 2006 USU Repository © 2007
- Dengan satu atau hanya sedikit pembeli, maka beberapa pembeli
ini memiliki kekuatan monopsoni : kemampouan pembeli untuk
mempengruhi harga barang. Kekuatan monopsoni ini
memungkinkan pembeli membeli barang dengan harga yang lebihr
endah dibandingkan dengan pasar kompetitif.
Nyatakanlah anda mencoba menentukan berapa banyak barang
yang hendak anda beli. Anda akan menerapkan prinsip marginal dasar –
total menjaga pembelian unit barang hingga unit terakhir yang dibeli
memberikan nilai tambah, atau utilitas, yang tepat sama dengan biaya unit
terakhir. Dengan kata lain, pada sisi margin, manfaat tambahan haruslah
dilakukan melalui biaya tambahan.
Sekarang kita melihat beberapa manfaat tambahan ini dan biaya
tambahan secara lebih rinci. Kita juga harus menggunakan istilah nilai
marginal yang merujuk pada manfaat tambahan dari pembelian lebih dari
satu unit barang. Bagaimana kita menentukan nilai marginal ? Kita lihat
bahwa kurva permintaan individu menentukan nilai marginal atau utilitas
marginal sebagai fungsi jumlah yang dibeli. Oleh karena itu, nilai marginal
anda adalah kurva permintaan akan barang. Kurva permintaan individu
miring ke bawah karena nilai marginal yang diperoleh dari pembelian lebih
dari satu unit barang akan mengalami penurunan ketika total jumlah yang
dibeli mengalami peningkatan.
Biaya tambahan dari pembelian satu unit barang disebut pengeluaran
marginal. Berapa pengeluaran marginal ini akan sangat tergantung pada
apakah anda itu adalah pembeli kompetitif atau pembeli dengan kekuatan
Satia Negara Lubis : Teori Pasar II : Pasar Monopsoni, 2006 USU Repository © 2007
monopsoni. Nyatakanlah anda sebagai pembeli kompetitif dengan kata
lain, anda tidak memiliki pengaruh terhadap harga barang. Dalam kasus
ini, biaya dari setiap unit yang anda beli adalah sama tanpa melihat
berapa banyak unit barang yang anda beli; ini adalah harga pasar untuk
barang. Harga yang anda bayarkan per unit adalah pengeluaran rata-rata
anda per unit dan ini adalah sama untuk semua unit. Tetapi berapakah
pengeluaran marginal anda per unit ? sebagai pembeli yang kompetitif,
pengeluaran marginal anda adalah sama dengan pengeluaran rata-rata
anda yang dalam hal ini sama dengan harga pasar barang.
Berapa banyak barang yang akan anda beli ? Anda juga harus
membeli hingga nilai marginal dari unit terakhir itu tepat sama dengan
pengeluaran marginal pada unit. Sehingga anda dapat membeli jumlah Q*
pada perpotongan kurva pengeluaran dan permintaan marginal.
Kita memperkenalkan konsep pengeluaran marginal dan
pengeluaran rata-rata karena semuanya akan membantu kita memahami
apa yang terjadi ketika pembeli memiliki kekuatan ponopsoni. Tetapi
sebelum membahas situasi ini, kita akan melihat analogi antara kondisi
pembeli kompetitif dan kondisi penjual kompetitif. Gambar di bawah
memperlihatkan bagaimana penjual kompetitif sempurna memutuskan
berapa banyak produk yang akan diproduksi dan yang akan dijual. Karena
penjual mengambil harga pasar sebagaimana adanya, penerimaan rata-
rata dan marginal adalah sama dengan harga. Jumlah yang dapat
memaksimumkan profit adalah berada pada perpotongan kurva biaya
rata-rata dan kurva biaya marginal.
Satia Negara Lubis : Teori Pasar II : Pasar Monopsoni, 2006 USU Repository © 2007
Sekarang nyatakan bahwa anda adalah satu-satunya pembeli
barang tersebut. Sekali lagi anda menghadapi kurva penawaran pasar,
yang menyatakan kepada anda berapa banyak produsen yang
berkeinginan menjual sebagai fungsi dari harga yang anda berikan.
Apakah jumlah yang anda beli berada pada titik dimana kurva nilai
marginal anda memotong kurva penawaran pasar ? Tidak. Jika anda ingin
memaksimumkan keuntungan anda dari pembelian barang, anda harus
membeli dalam jumlah kecil, yang anda dapatkan dengan harga yang
rendah.
D = MF
ME= AE
$/Q
P
Q Quantity
$/Q
P AR = MR
Q Quantity
MC
Gambar 1 Pembeli Kompetitif dibandingkan dengan Penjual Kompetitif
Dalam (a) pembeli kompetitif mengambil harga pasar P*
sebagaimana telah diberikan. Oleh karena itu, pengeluaran marginal dan
pengeluaran rata-rata adalah konstant dan sama; jumlah yang dibeli
adalah ditemukan dengan mempersamakan harga dengan nilai marginal
(permintaan). Dalam (b), poenjual kompetitif juga mengambil harga
Satia Negara Lubis : Teori Pasar II : Pasar Monopsoni, 2006 USU Repository © 2007
sebagaimana telah diberikan. Penerimaan marginal dan poenerimaan
rata-rata adalah konstant dan sama; jumlah yang dijual ditemukan dengan
mempersamakan harga dengan biaya marginal.
Pc Pm
Qm Qc Quantity
MV
S = AE
ME $/Q
Gambar 2. pembeli Monopsoni
Kurva penawaran pasar adalah kurva pengeluaran rata-rata
monopsonist AE. Karena pengeluaran rata-rata meningkat, maka
pengeluaran amrginal berada tepat di atasnya. Jumlah pembelian
monopsonist rata-rta Qm*, dimana pengeluaran marginal dan nilai
marginal (permintaan) saling berpotongan. Harga yang dibayarkan per
unit Pm* adalah ditemukan dari kurva pengeluaran rata-rata (penawaran).
Dalam pasar kompetitif, harga dan jumlah, Pc dan Qc adalah lebih tinggi.
Mereka ditemukan pada suatu titik dimana pengeluaran rata-rata
(penawaran) dan nilai marginal (permintaan) saling berpotongan.
Untuk menentukan berapa banyak yang akan dibeli, tetapkanlah
nilai marginal dari unit terakhir yang dibeli sama dengan pengeluaran
Satia Negara Lubis : Teori Pasar II : Pasar Monopsoni, 2006 USU Repository © 2007
marginal pada unit itu. Juga dicatat bahwa kurva suplai pasar adalah
bukan kurva pengeluaran marginal. Kurva penawaran pasar
memperlihatkan berapa banyak yang harus anda bayarkan per unit,
sebagai fungsi dari total jumlah unit yang anda beli. Dengan kata lain,
kurva penawaran adalah kurva pengeluaran rata-rata. Dan karena kurva
pengeluaran rata-rata itu mengalami kemiringan ke atas, maka kurva
pengeluaran marginal haruslah terletak di atasnya. Keputusan untuk
membeli unit tambahan akan meningkatkan harga dan harus dibayarkan
untuk semua unit, tidak untuk harga ekstra.
Q Qc
P
MC
pc
MV
ME
$/Q
P
AR
MRQ
Qc
Gambar 3. Monopoli dan Monopsoni
Gambar 3 mengilustrasikan prinsip ini. Jumlah optimal untuk
monopsonist untuk membeli, Qm* adalah ditemukan pada perpotongan
dari pengeluaran marginal dan permintaan. Harga yang dibayar
Satia Negara Lubis : Teori Pasar II : Pasar Monopsoni, 2006 USU Repository © 2007
monopsonist adalah ditemukan dari kurva penawaran. Ini adalah harga
Pm* yang membawa suplai Qm*. Akhirnya, kita mencatat jumlah Qm*
yang lebih kecil dan harga Pm* adalah lebih rendah dibandingkan dengan
jumlah dan harga yang ada di dalam pasar kompetitif, Qc dan Pc.
Diagram ini memperlahtkan analogi yang tertutup diantara monopoli
dan monopsoni. (a) Monopolist menghasilkan produk dimana
poenerimaan marginal memotong biaya marginal. Penerimaan rata-rta
melebihi penerimaan marginal, sehingga harga melebihi biaya marginal.
(b) Monopsoni membeli pada titik dimana pengeluaran marginal
memotong nilai marginal. Poengeluaran marginal melebihi pengeluaran
rata-rata sehingga nilai marginal melebihi harga.
Satia Negara Lubis : Teori Pasar II : Pasar Monopsoni, 2006 USU Repository © 2007
II. PENGERTIAN PASAR MONOPSONI DAN GAMBARAN
PASAR MONOPSONI
2.1. Pengertian Monopsoni
Pasar merupakan pertemuan antara permintaan dan penawaran
barang tertentu. Jadi dapat diumpamakan pasar sayuran, pasar pakaian
jadi dan pasar mobil. Tergantung dari jumlah pembeli dan penjual dan
barang yang diperdagangkan. Pasar dapat dibedakan menjadi berbagai
bentuk/struktur pasar. Bentuk pasar ini dapat diibaratkan suatu “kontinum”,
dengan persaingan bebas sebagai bentuk ekstrim yang satu serta
monopoli dan monopsoni sebagai bentuk ekstrim yang lain. Dan sebgai
bentuk antara adalah oligopoli dan persaingan monopoli.
Monopsoni, adalah keadaan dimana satu pelaku usaha menguasai
penerimaan pasokan atau menjadi pembeli tunggal atas barang dan/atau
jasa dalam suatu pasar komoditas. Monopsoni adalah kombinasi dimana
produk marginal untuk setiap dolar nilai suatu sumber sama dengan
produk marginal untuk setiap dolar nilai setiap sumber lain. Atau satu
pemebeli untuk suatu sumber tertentu. Monopsoni dapat timbul karena :
1. Pengkhususan sumber untuk digunakan oleh pemakai tertentu.
2. Inmobilitas sumber yang digunakan dalam suatu daerah tertentu
oleh perusahaan tertentu.
Sejauh ini pembahasan kita tentang kekuatan pasar terfokus
seluruhnya pada sisi penjual yang ada di pasar. Sekarang kita membahas
Satia Negara Lubis : Teori Pasar II : Pasar Monopsoni, 2006 USU Repository © 2007
dari sisi pembeli. Kita ingin melihat bahwa jika tidak ada banyak pembeli,
maka mereka juga memiliki kekuatan pasar dan menggunakannya dengan
baik untuk mempengaruhi harga yang dapat mereka bayarkan untuk
sebuah produk.
2.2. Gambaran Pasar Monopsoni
Seorang pengusaha yang menduduki posisi monopsoni dalam
pasar merupakan satu – satunya pembeli. Seperti halnya seorang
monopolis menghadapi permintaan pasar seorang diri, maka seorang
monopsonis menghadapi penawaean pasar seorang diri pula.
Bentuk pasar ini jarang dijumpai dalam pasar barang konsumsi,
tetapi lebih umum dalam pasar faktor produksi, seperti pasar cengkeh,
pasar kopra, dan pasar sayuran ekspor. Dalam ketiga pasar ini petani
dalam jumlah banyak menghadapi pengusaha rokok kretek, pengusaha
minyak goreng, dan pengekspor yang di daerahnya tidak jarang
merupakan satu – satunya. Dalam hal ini, maka petani menduduki posisi
yang lemah.
Seorang monopsonis dalam hal ini dapat menganut dua jenis
kebijaksanaan membeli, yang keduanya menguntungkan. Yaitu antara
lain:
Pertama ia dapat menentukan harga pembeliannya dan menunggu jumlah
yang ditawarkan. Pada umumnya dia akan memperoleh jumlah yang
diinginkan, lebih – lebih bila petani yang bersangkutan menghadapi
kekurangan uang tunai.
Satia Negara Lubis : Teori Pasar II : Pasar Monopsoni, 2006 USU Repository © 2007
Yang kedua dia dapat menentukan jumlah yang ingin dibeli dan
membiarkan petani saling menyaingi untuk “memperebutkan” jumlah
tersebut. Akibat gejala ini adalah bahwa harga makin rendah.
Jadi jelaslah bahwa kebijaksanaan pembelian manapun yang dianut
pengusaha monopsonis selalu diuntungkan. Salah satu jalan untuk
memperbaiki nasib petani yang bersangkutan adalah mengorganisasikan
mereka dalam suatu badan perkumpulan seperti: Koperasi. Dalam hal ini
koperasi produsen yang berfungsi sebagai penjual hasil petani. Dengan
demikian maka koperasi menduduki posisi monopoli untuk menghadapi
pembeli monopsoni. Pasar demikian disebut monopoli bilateral.
Bentuk pasar ini adalah lebih baik daripada bentuk pasar monopoli
atau monopsoni, karena mendekati bentuk pasar persaingan bebas.
Bagaimana terjadi tawar–menawar ini akan dijelaskan dibawah ini dengan
mempergunakan diagram kotak (box diagram).
Jadi diagram kotak tersebut menggambarkan distribusi rupiah
dan kopra (B) dan penjual kopra (J). Dalam tawar – menawar mereka
membentuk harga dan sesudah terbentuk, maka mereka menerima harga
tersebut. Keseimbangan aka terjadi di titik T, yaitu titik perpotongan antara
kurva penawaran harga pembeli dan kurva penawaran kopra penjual.
Kedua kurva ini tentu saja adalah merupakan Price Comsumption
Curve yang biasa dijumpai dalam analisis kurva indiferensi. Titik T ini
terletak di Contract Curve, oleh karena itu titik tersebut merupakan
keseimbangan kompetitif.
Satia Negara Lubis : Teori Pasar II : Pasar Monopsoni, 2006 USU Repository © 2007
Gambar 4 Pasar Monopsoni
Dimana:
B: merupakan satu – satunya pembeli kopra dan penjual rupiah.
J: merupakan penjual kopra dan pembeli rupiah.
Penjual (J) dapat menentukan harga sedemikian, sehingga
mencapai kurva indiferensi terjauh IJ yang masih menyentuh kurva
penawaran harga di titik M. Titik ini dicapai dengan harga jual setinggi Pj.
Sebaliknya pembeli (B) dapat berbuat yang sama dan mencapai kurva
indiferensi yang paling jauh yang masih menyentuh kurva penawaran
kopra di titik N. Bila salah satu di antara kedua ini terjadi, maka B dan J
akan tawar – menawar dan pertukaran akan terjadi di titik kurva
penawaran harga dan kurva penawaran kopra antara M dan B.
Satia Negara Lubis : Teori Pasar II : Pasar Monopsoni, 2006 USU Repository © 2007
Tentu saja penjual dan pembeli tersebut di atas dapat mencari jalan
keluar dari persaingan dan menyetujui tingkat harga tertentu tanpa
menyangkut jumlah yang diperdagangkan. Harga ini akana terletak antara
Pj dan PB, misalnya Ps. Titik s dapat berimpit dengan titik T dan dalam hal
ini harga yang terbentuk adalah harga persaingan bebas. Dalam hal ini
harga sama dengan Ps, maka jumlah yang dijual tidak sama dengan yang
dibeli. J hanya mau menjual sebanyak JW, dan B hanya mau membeli
sebanyak BV dan keadaan ini tentu saja tidak efisien. Oleh karena itu
dalam hal monopoli bilateral, maka persetujuan harga sebaiknya meliputi
juga persetujuan jumlah yang diperdagangkan.
2.2.1. Kekuatan Monopsoni
Lebih umum dari pada monopsoni murni adalah pasar dengan
hanya sedikit perusahaan yang bersaing diantara mereka sendiri sebagai
pembeli, sehingga setiap perusahaan memiliki kekuatan monopsoni.
Misalnya, pabrik mobil Amerika Serikat yang bersaing dengan satu
perusahaan lainnya sebagai pembeli ban. Karena masing-masing dari
mereka memiliki pangsa pasar ban yang besar, masing-masing memiliki
kekuatan monopsoni di dalam pasar. General Motor, perusahaan yang
terbesar mampu memiliki kekuatan monopsoni ketika melakukan kontrak
untuk penawaran ban (dan bagian automotive lainnya).
Dalam pasar kompetitif, nilai harga dan nilai marginal adalah sama.
Pembeli yang memiliki kekuatan monopsoni dapat membeli barang pada
harga di bawah nilai marginal. Cakupan dimana harga itu dipasarkan di
Satia Negara Lubis : Teori Pasar II : Pasar Monopsoni, 2006 USU Repository © 2007
bawah nilai marginal tergantung pada elastisitas penawaran yang
dihadapi oleh pembeli. Jika penawaran sangat elastis (Es sangat besar)
maka pasar akan kecil dan poembeli akan memiliki sedikit kekuatan
monopsooni. Sebaliknya, jika penawaran sangat tidak elastis, , markdown
akan lebih besar dan pembeli akan dianggap memiliki kekuatan
monopsoni. Gambar 5 mengilustrasikan kedua kasus ini.
A. Sumber kekuatan monopsoni
Apa yang menentukan tingkat kekuatan monopsoni di pasar? Kita
akan mengambarkan analogi dengan monopoli dan kekuatan monopoli.
Kita akan melihat kekuatan monopoli yang tergantung pada tiga hal :
elastisitas permintaan pasar, jumlah penjual yang ada di pasar dan cara
pembeli berinteraksi. Kekuatan monopsoni tergantung pada tiga hal yang
sama : elastisitas penawaran pasar, jumlah pembeli yang ada di pasar
dan cara pembeli berinteraksi.
MV
S = AE
Q
MV
ME
Q Quantity
P*
$/Q
MV – P*
$/Q
P*
ME
S = AE
Quantity
Gambar 5. Kekuatan monopsoni : penawaran elastis dan in-elastis
Satia Negara Lubis : Teori Pasar II : Pasar Monopsoni, 2006 USU Repository © 2007
Kekuatan monopsoni tergantung pada elastisitas penawaran. Ketika
penawaran elastis, seperti di (a), pengeluaran marginal dan pengeluaran
rata-rata tidak akan berbeda banyak, sehinga harga mendekati nilai yang
ada dalam pasar kompetitif. Sebaliknya benar ketika penawaran itu tidak
elastis, seperti dalam (b).
B. Elastisitas penawaran pasar
Monopsonist mendapatkan keuntungan karena menghadapi kurva
penawaran yang menaik ke atas, sehingga pengeluaran marginal melebihi
pengeluaran rata-rata. Semakin tidak elastisnya Kurva penawaran,
semakin besar selisih antara pengeluaran marginal dan pengeluaran rata-
rata dan semakin besar kekuatan monopsoni yang didapatkan oleh
pembeli. Jika hanya seorang pembeli di pasar–monopsonist murni, maka
kekuatan monopsoninya adalah ditentukan oleh elastisitas penawaran
pasar. Jika penawaran itu sangat elastis, maka kekuatan monopsoni itu
kecil dan terdapat sedikit perolehan di sisi pembeli.
C. Jumlah pembeli.
Sebagian besar pasar memiliki lebih dari satu orang pembeli dan
jumlah pembeli ini adalah merupakan hal yang sangat menentukan dalam
kekuatan monopoli. Ketika jumlah pembeli sangat besar, tidak ada satu
pembeli yang dapat mempengaruhi harga. Sehingga setiap pembeli akan
menghadapi kurva suplai elstis yang ekstrim, sehingga pasar itu adalah
jauh lebih kompetitif. Potensi untuk kekuatan monopsoni muncul ketika
jumlah pembeli itu terbatas.
Satia Negara Lubis : Teori Pasar II : Pasar Monopsoni, 2006 USU Repository © 2007
D.Interaksi diantara poembeli
Akhirnya, nyatakan ada tiga atau empat pembeli yang ada di pasar.
Jika pembeli bersaing secara agresif, maka mereka akan mengingatkan
diri pada harga dengan nilai marginal produk mereka dan akan memiliki
kekuatan monopsoni. Pada sisi lain, jika pembeli bersaing kurang aggresif
atau kolude, maka harga tidak akan terlalu mengikat dan tingkat kekuatan
monopsoni pembeli akan menjadi lebih tinggi.
Sehingga dengan kekuatan monopoli, tidak ada cara sederhana
untuk memprediksikan berapa banyak pembeli yang memiliki kekuatan
monopsoni akan ada di pasar. Kita juga dapat memperhitungkan jumlah
pembeli dan kita akan sering mengestimasi elastisitas penawaran, tetapi
tidaklah cukup. Kekuatan monopsoni juga tergantung pada interaksi
diantara pembeli yang lebih sulit dipastikan.
E. Biaya sosial dari kekuatan monopsoni
Karena kekuatan monopsoni itu adalah mengakibatkan harga
rendah dan jumlah pembelian yang rendah, maka kita berharap untuk
membuat pembeli lebih beruntung dan penjual sedikit lebih rugi. Tetapi
nyatakan kita menilai kesejahteraan pembeli dan penjual itu sama.
Bagaimana kesejahteraan agregat ini dipengaruhi oleh kekuatan
monopsony ?
Kita telah menemukan beberapa perbandingan konsumen dan
surplus producer yang dihasilkan dari pasar kompetitif untuk surplus dan
Satia Negara Lubis : Teori Pasar II : Pasar Monopsoni, 2006 USU Repository © 2007
hasil ketika monopsonist itu adalah pembeli tunggal. Gambar 6
memperlihatkan kurva pengeluaran rata-rata dan marginal dan kurva nilai
marginal bagi monopsonist. Keuntungan monopsonist adalah ditingkatkan
atau dimaksimumkan dengan pembelian jumlah Qm pada harga Pm
seperti nilai marginal yang sama dengan pengeluaran marginal. Dalam
pasar kompetitif, harga sama dengan nilai marginal. Sehingga harga
kompetitif dan jumlah Pc, dan Qc adalah ditemukan dimana pengeluaran
rata-rata dan kurva nilai marginal saling berpotongan. Sekarang kita akan
melihat poerubahan surplus jika kita bergerak dari harga kompetitif dan
jumlah kompetitif Pc dan Qc terhadap harga monopsoni dan jumlah
monopsoni, Pm dan Qm.
Dengan monopsoni, harga itu lebih rendah dan sedikit terjual.
Karena harga yang rendah, penjual kehilangan sejumlah surplus yang
diberikan oleh persegi panjang A. Disamping itu, penjual juga kehilangan
surplus yang diberikan oleh segitiga C karena pengurangan penjualan.
Total kerugian dari pembeli (penjual) dalam bentuk surplus adalah A + C.
dengan membeli pada tingkat harga yang rendah, pembeli mendapatkan
surplus yang diberikan oleh persegi panjang A. Pembeli membeli sedikit
Qm yang sebelumnya adalah Qc dan kehilangan surplus yang dinyatakan
oleh segitiga B. total perolehan dalam surplus kepada pembeli adalah A –
B. secara bersama-sama, terdapat kehlangan netto dari surplus yang
diberikan oleh B + C. ini adalah kehilangan bobot dari kekuatan
monopsoni. Bahkan jika perolehan monopsonist itu dikenai pajak dan
didistribusikan kepada produsen, maka akan ada ketiadakefisiensian
Satia Negara Lubis : Teori Pasar II : Pasar Monopsoni, 2006 USU Repository © 2007
karena output lebih rendah dari kompetisi yang ada. Kerugian bobot mati
ini adalah merupakan biaya ketidakefisiensian.
Qm Qc
MV
S = AE ME
$/Q
Pc
Pm A C
B
Quantity
Deadweight loss
Gambar 6. Kehilangan bobot mati dari kekuatan monopsoni
Persegi panjang dan segitiga arsir memperlihatkan perubahan
dalam surplus konsumen dan produsen yang bergerak dari harga dan
jumlah kompetitif Pc dan Qc, ke harga dan jumlah monopsonist, Pm dan
Qm. Karena harga dan jumlahnya sangat rendah, maka terjadi
peningkatand alam surplus pembeli (konsumen) yang diberikan oleh A –
B. Surplus produsen menurun oleh A + B sehingga akan ada kerugian
bobot mati yang diberikan oleh segitiga B dan C.
2.2.2. Monopoli Bilteral
Apa yang terjadi ketika monopolist bertemu dengan monopsonist ?
Kita menyebut sebuah apsar dengan seorang penjual dan seorang
pembeli dalam bentuk monopoli bilateral. Jika anda pikir tentang pasar,
maka anda akan melihat mengapa sangat sulit memprediksikan harga dan
Satia Negara Lubis : Teori Pasar II : Pasar Monopsoni, 2006 USU Repository © 2007
jumlah. Kedua pembeli dan penjual ini berada dalam situasi bargaining.
Namun, tidak ada aturan sederhana yang menentukan pihak mana yang
melakukan bargaining yang lebih baik. Salah satu pihak memiliki waktu
dan kesabaran, atau mungkin mampu meyakinkan pihak lain yang ada di
pasar.
Monopoli bilateral itu jarang. Pasar dimana sedikit produsen yang
memiliki kekuatan monopoli dan menjualnya kepada sedikit pembeli yang
memiliki kekuatan monopsoni adalah hal yang biasa. Meskipun
bargaining masih dilibatkan, kita dapat menerapkan prinsip itu di sini :
kekuatan monopsoni dan monopoli akan cenderung berinteraksi dengan
yang lain. Dengan kata lain, kekuatan monopsoni pembeli akan
mengurangi kekuatan monopsopni yang efektif dari penjual dan
sebaliknya. Tendensi ini tidak berarti bahwa pasar akan terbangun secara
kompetitif sempurna, jika misalnya, kekuatan monopsoni itu lebih besar
dan kekuatan monospni kecil, kekuatan monopoli residual akan cukup
signifikan. Tetapi secara umum, kekuatan monopsoni akan menekan
harga mendekati biaya marginal dan kekuatan monopoli akan mendorong
harga lebih dekat dengan nilai marginal.
Satia Negara Lubis : Teori Pasar II : Pasar Monopsoni, 2006 USU Repository © 2007
III. EKSPLOITASI SUMBERDAYA SECARA
MONOPSONI DAN KASUS SATU PEMBELI TUNGGAL
PADA PASAR MONOPSONI
3.1. Eksploitasi Sumberdaya Secara Monopsoni
Eksploitasi momopsoni dapat dimengerti dengnan baik dengan
membandingkan monopsoni dengan persaingan murni dalam pembeli
sumber. Dalam persaingan murni setiap perusahaan dapat menambah
labanya dengan memebeli lebih banyak sumber samapi titik dimana
pendapatan marginal produk dari sumber tersebut sama dengan harga
sumber. Sumber menerima harga perunit sama dengan sumbangan setiap
unit sumber terhadap penerimaan total perusahaan.
Tingkat penggunaan untuk mencapai laba maksimal adalah tingkat
penggunaan dimana pendapatan produk marginal sama dengan biaya
sumber marginal. Karena biaya margianal sumber lebih tinggi dari harga
sumber dan pendapatan marginal produk. Oleh karena itu, unit-unit
sumber dibayar lebih kecil dari apa yang mereka sumbangkan pada
penerimaan total perusahaan. Ini dinamakan eksploitasi sumber-sumber
dalam monopsoni. Sang monopsonis membatasi jumlah sumber yang
digunakan dan dengan begitu menekan harga sumber tersebut.
Satia Negara Lubis : Teori Pasar II : Pasar Monopsoni, 2006 USU Repository © 2007
3.1.1. Tindakan – tindakan untuk mengimbangi monopsoni
1. Menetapkan harga minimum sumber.
Harga minimum ini dapat ditetapkan oleh pemerintah atau
organisasi penjul sumber. Tingkat pengguanaan sumber A adalah jumlah
a, harganya perunit adalah pa, tetapi MRP adalah v dan sumber itu
diekploitir. Misalkan harga minmum ditetapkan pada Pa1. Jika perusahaan
ingin jumlah – jumlah yang lebih banyak dari a1, maka perusahaan
menghadapi sector mn dari kurva penawaran sumber. Kurva penawaran
sumber seluruhnya yang kini dihadapi oleh perusahaan adalah pa1mn.
$/A k MRCa
MRPa Z v n Sa m pa1 pa Sa 0 A per U.T a a1 MRPa Gambar 7. Harga Minimum 2. Tindakan – tindakan untuk meningkatkan mobilitas.
Pendekatan ini mengambil bentuk tindakan untuk memeperbesar
mobilitas sumber – sumber. Suatu system pertukaran tenaga kerja federal
yang efisien harus menyediakan jaln untuk menghadapi monopsoni
Satia Negara Lubis : Teori Pasar II : Pasar Monopsoni, 2006 USU Repository © 2007
tenaga kerja. Suatu tugas penting sistem seperti ini adalah pengumpulan
dan penyebaran informasi mengenai kesempatan kerja yang tersedia.
Pendidikan dapat meningkatkan mobilitas pergerakan horizontal
dan vertical tenaga kerja. Mengenai mobilitas vertikl, tersedianya
kesempatan untuk memperoleh pendidikan dapat menyalurkan generasi
muda yang lebih banyak pada pekerjaan dengan pembayaran lebih tinggi
dan jabatan lebih tinggi. Mengenain mobilitas horizontal, bimbingan kerja
dapat membantu mengarahkan tenaga kerja potensial agar terhindar dari
pekerjaan – pekerjaan dengan pembayaran yang lebih tinggi.
Memberikan Subsidi Untuk Tenga Kerja yang Ingin Pindah Dari
Wilayah yang dikuasai oleh Monopsoni, karena salah satu sebab
timbulnya inmobilitas adalah tak adanya uang untuk pindah ketempat lain
yang lebih baik.
Dalam pengertian ekonomi tidak berarti hilangnya ikatan sama
sekali dengan masyarakat dan lembaga tertentu, juga tidak berarti bahwa
semua pekerjaan harus siap untuk pindah karena propokasi yang ringan
saja. Kemungkinan untuk pindah adalah factor yang amat penting. Juga
pada setiap waktu terdapat perubahan dan perputaran tenaga kerja, dan
pekerja yang telah tua keluar dari kelompok kerja. Persoalan pokok
adalah mengarahkan mobilitas yang terdapat dalam perekonomian kearah
saluran yang secara ekonomis diinginkan.
Satia Negara Lubis : Teori Pasar II : Pasar Monopsoni, 2006 USU Repository © 2007
3.2. Kasus Satu Pembeli Tunggal Pada Pasar Monopsoni
Dalam kasus satu pembeli tunggal, kita berhadapan dengan pasar
monopsonistis ; beberapa pembeli, pada pasar oligopsonitis. Bahkan kita
mungkin menghadapi pasar yang bersaing monopsonistis
(monopsonistically competitive market). Kita hanya akan melihat
monopsoni saja, tetapi prinsip-prinsip yang akan ditetapkan, berlaku juga
bagi semua situasi pembelian yang tidak bersaing (noncompetitive buying
situations). Monopsoni timbul karena tidak adanya mobilitas faktor atau
karena spesialisasi faktor bagi pemakai tertentu.
Sebagai pembeli tunggal dari sumberdaya, monopsonis menghadapi
kurva penawaran pasar dari sumberdaya. Ia menghadapi kurva yang
miring ke atas dan bukannnya kurva penawaran yang horizontal
sempurna yang terdapat dalam kasus persaingan. Jadi untuk
mendapatkan kuantitas yang lebih besar dari sumberdaya, monopsonis
harus membayar harga per unit yang lebih tinggi.
Secara gambar dapat dilihat pada gambar 8 dibawah. Biaya rata-
rata dari faktor dan harga faktor adalah sama, dan ini menghasilkan kurva
penawaran yang dihadapi oleh monopsonis. Kurva biaya marjinal untuk
faktor terletak di atas kurva rata-rata, sebagaimana semestinya apabila
kurva rata-rata menaik. Dalam situasi persaingan, kita mengetahui bahwa
biaya rata-rata, harga dan biaya marjinal dari faktor perusahaan adalah
sama dan ditunjukan oleh garis horizontal pada harga yang berlaku.
Satia Negara Lubis : Teori Pasar II : Pasar Monopsoni, 2006 USU Repository © 2007
Pa
a / t
MCa Sa=ACa
0
Gambar 8 kurva penawaran yang dihadapi oleh monopsonis
Prinsip umum mengenai maksimisasi laba dapat diterapkan pada
situasi monopsonistis seperti yang telah diterapkan pada yang lain-lain.
Yakni, perusahaan akan membeli unit tambahan dari faktor selama unit
tambahan itu menambah lebih banyak pendapatan total ketimbang
menambah pada biaya total. Gambar 9, perusahaan akan menyewa a1
sebab pada kuantitas a ini, tambahan kepada pendapatan total, MRP
adalah sama dengan tambahan kepada biaya total, MCa, dengan
mengasumsikan bahwa Pa ≤ ARPa. Harga yang dibayar oleh monopsonis
untuk a adalah Pa1 sebab ini adalah harga penawaran dari faktor. Jadi di
sini terdapat laba monopsonoistis sejumlah Pa2 – Pa1 per unit; ini timbul
dari kelebihan MRP di atas harga. Ini adalah eksploitasi monopsonistis,
sebab unit a dibayar kurang dari kontribusi salah satu di antara faktor-
faktor itu kepada pendapatan total. Perlu diketahui bahwa jika kita
Satia Negara Lubis : Teori Pasar II : Pasar Monopsoni, 2006 USU Repository © 2007
mengasumsikan seorang penjual yang bersaing murni, maka MRP adalah
sama dengan VMP. Dalam kasus ini akan terdapat laba murni dalam
persaingan murni, sebab kita telah menyiapkan pengertian monopsoni
pada pihak pembelian di pasar. Perkenalan monopsoni secara tidak
langsung menyatakan tidak adanya kesempurnaan. Jadi kita hanya
menghadapi defenisis yang sempit dari persaingan murni supaya mungkin
terdapat laba murni. Di samping membayar harga yang lebih rendah dari
MRP, perlu kita ketahui juga bahwa para monopsonis membatasi
pemakaian kuantitas sumberdaya.
A
Sa = ACa
MCa
B
a / t
MRPa
0 a2a1
Pa2
Pa1
Pa
Gambar 9 Pencapaian Laba pada Monopsoni
Penggunaan MCa sebagai penunjuk dalam menyewa a pada pasar
monopsonistis memberi kesan bahwa kriteria biaya terendah dari
MPa/Pa = MPb/Pb tidak benar. Jelas bahwa hal ini harus diubah sedikit.
Satia Negara Lubis : Teori Pasar II : Pasar Monopsoni, 2006 USU Repository © 2007
Kita mencari produk fisik marginal per rupiah agar supaya sama dalam
semua arah. Oleh karena perusahaan tidak lagi membeli sumberdaya
secara bersaing, maka kriteria harus diubah dan dibaca sebagai
MPa/MCa = MPb/MCb. Tentu saja ini sama dengan kebalikan biaya
marginal dari A. Jika monopsonis tidak menggunakan secukupnya a dan b
untuk memaksimisasikan laba tetapi walaupun demikian berproduksi pada
kurva LRAC, kita dapat memperoleh situasi dimana MPa/MCa =
MPb/MCb = 1/MCA > 1/MRA. Apabila perusahaan lebih banyak
menggunakan a dan b, maka MPa dan MPb turun (jika kita
mengasumsikan kasus yang paling sederhana). Dengan mengasumsikan
kurva penawaran yang mempunyai kemiringan positif, kita dapat bahwa
MCa dan MCb akan naik. Kenaikan ini menyebabkan rasio dari produk
marjinal terhadap biaya marjinal, turun dan dengan demikian 1/MCA turun.
DEngan meluasnya output, maka MRA turun (jika kita mengasumsikan
sesuatu jenis elemen monopoli pada pihak penjual di pasar). Akhirnya
tercapailah ekuilibrium, apabila MPa/MCa = MPb/MCb = 1/MCA = 1/MRA.
Sekali lagi kita dapat melihat bahwa output yang menghasilkan laba
terbaik adalah sama dengan output dengan biaya terendah, sedangkan
output dengan biaya terendah tidak selalu merupakan output yang
menghasilkan laba terbaik.
Satia Negara Lubis : Teori Pasar II : Pasar Monopsoni, 2006 USU Repository © 2007
IV. MONOPSONI DI PASAR TENAGA KERJA
Adanya monopsoni dalam pembelian sumber daya dapat juga
merintangi terjadinya allokasi sumber dengan tepat. Dimana terdapat
monopsoni dalam pembelian sumber, maka suatu perusahaan membeli
sejumlah sumber itu dimana pendapatan produk merginal sama dengan
biaya sumber marginalnya. Bila kurva penawaran sumber miring kekanan
atas maka biaya sumber marginal lebih besar dari harga yang dibayarkan
untuk sumber itu. Jadi apabila ekuilibrium untuk suatu perusahaan dalam
pembelian sumber itu adalah di bawah pendapatan produk marginal.
Perbedaan harga harga sumber itu mengatur alokasi sumber
tersebut diantara berbagai perusahaan yang menggunakannya. Realokasi
sumber secara suka rela akan berhenti apabila harganya sama untuk
berbagai penggunaan lain, dengan begitu tercapailah ekuilibrium alokasi.
Walaupun allokasi ekuilibrium sudah dicapai dan semua
perusahaan membayar harga yang sama untuk sumber tersebut, tetapi
sumber tersebut tidak memberi sumbangan yang maksimal pada produksi
netto nasional. Sejauh kurva- kurva penawaran dari sumber yang dihadapi
oleh berbagai perusahaan mempunyai elastisitas yang berbeda. Biya
sumber marginal dan pendapatan produk marginal sumber itu untuk
berbagai perusahaan tidaklah sama. Adanya suatu tingkat monopoli di
pasar produk menimbulkan penyimpangan yang lebih jauh dalam pola
Satia Negara Lubis : Teori Pasar II : Pasar Monopsoni, 2006 USU Repository © 2007
nilai produk merginal. Maka tidak ada alasan untuk percaya bahwa nilai
produk marginal dari sumber itu akan sama antara berbagai penggunaan
walaupun sumber itu dimana- mana dibayar dengan harga yang sama.
Pemindahan sumber-sumber suatu dari penggunaan dengan nilai produk
marginal lebih tinggi akan menambah produksi netto marginal tetapi
karena harga-harga sumber itu sama dalam masing-masing penggunaan-
penggunaan, maka pemilik sumber tidak akan memindahkan sumber itu
dengan sukarela.
Kadang- kadang mekanisme harga tak dibiarkan untuk menjalankan
tugasnya untuk memberi tanda kemana jumlah sesuatu sumber harus
dipindahkan. Beberapa harga sumber ditentukan untuk dikendalikan oleh
pemerintah. Pengendalian ini dapat dilakukan dengan Undang-Undang
upah minimum, subsidi harga hasil pertanian, atau pengendalian upah
atau harga umum atau sepenuhnya dikendalikan pemilik sumber atau
pembeli sumber.
Cukup banyak dijumpai situasi dimana perusahaan-perusahaan
tidak menerima faktor dittentukan oleh pasar begitu saja. Kalau demikian
halnya, maka kurva penawaran labor tidak lagi berbentuk horizontal pada
tingkat harga yang berlaku. Kadang- kadang perusahaan menawarkan
tingkat upah yang tinggi untuk menarik labor lebih banyak, atau
mengurangi tingkat upah agar memperoleh bagian laba yang lebih besar.
Jika hanya ada seorang pembeli saja dalam pasar labor, maka
perusahaan monopsoni ini menghadapi keseluruhan kurva penawaran
pasar labor. Untuk menarik labor lebih banyak, perusahaan monopsoni
Satia Negara Lubis : Teori Pasar II : Pasar Monopsoni, 2006 USU Repository © 2007
harus beroperasi pada salah satu titik yang lebih tinggi pada kurva
penawaran labor. Dengan kata lain biaya faktor marjinal labor (marginal
cost of labor = MFCL) lebih besar dari tingkat upah (W) yang berlaku.
Biaya total labor adalah wL. Dengan demikian perubahan dalam biaya-
biaya sebagai akibat penyewaan satu unit labor terakhir adalah ;
MFCL = δwL = w + L δw
δL δL
Dalam kasus persaingan sempurna δw/ δL = 0 dan biaya sewa
seorang labor marginal persis sama dengan w. bagaimanapun, jika kurva
penawaran labor mempunyai slope positip, maka δw /δL > 0, dan
penegeluaran marginal untuk menyewa unit- unit labor tambahan melebihi
tingkat upahyang berlaku (w).
Perusahaan yang menginginkan laba maksimum akan menyewa
input hingga batas pada saat mana penerimaan produk marginal persis
sama dengan biaya faktor marginalnnya. Pemilihan kombinasi lain selain
kondisi yang disebutkan di atas akan menyebabkan semakin kecilnya laba
yang diterima perusahn. Lebih jelas lagi, jika MRPL > MFCL, maka
perusahaan harus menyewa lebih banyak labor, sebab penerimaan lebih
besar dari biaya yang mesti dikeluarkan. Sebaiknya jika MRPL < MFCL,
maka jumlah labor harus dikurangi, lebih banyak dari penerimaan.
Kurva permintan labor (D) mempunyai slope negatif. Begitu juga
kurva MFCL yang diasosiasikan dengan kurva penawaran labor (S) juga
diperoleh dengan cara yang sama dengan kurva penerimaan marginal
yang diasosiasikan denga sebuah kurva permintaan
Satia Negara Lubis : Teori Pasar II : Pasar Monopsoni, 2006 USU Repository © 2007
Karena S mempunyai slope positif, maka kurva MFCL, dimana
berada diatas kurva S tersebut. Level input labor yang memberikan
keuntugan maksimum bagi perusahaan monopsoni adalah L1.Jumlah ini
lebih kecil karna posisi monopsni di pasar.Pada L1 tingkat upah yang
berlaku di pasar adalah wl. Suatu hal yang perlu mendapat perhatian yang
khusus ialah bahwa kurva permintaan pada pasar monopsoni terdiri dari
sebuah titik tunggal pada kombinasi (w1, L1). Titik selain (w1, L1) tersebut
memeberikan keuntungan yang lebih kecil dari perusahaan monopsoni.
Dalam dunia nyata cukup banyak kasus monopsoni yang bisa
dijadikan sebagai contoh. Misalnya kasus- kasus olahraga profesional
seperti bola kaki, sepakbola gaya Amerika, basket, tennis, tinju
dansebagainya. Club-club olahraga profesional tangguh pada umunya
hanya mneyewa olahragawan kelassatu dan tidak akan mengecuhkan
pemain rata- rata. Para olahragawan yang sudah dibeli tidak bisa main
untuk klub lain. Pemilik klub bebas memilih klub pada titik kurva
penawaran olahragawan yang paling menguntungkan baginya. Contoh
monopsoni lain adalah karena keuntungan geografis. Posisi monopsoni
muncul karena hanya ada satu perusahaan yang mau membeli atau
menyewa tipe labor tertentu yang memiliki kemampuan yang unik.
Perusahaan monopsoni dapat meningkatkan keuntungannya jika
mampu melakukan dikriminasi atas labor yang akan disewanya. Salah
satu praktek yang paling sering dilakukan adalah mendiskriminasi pekerja
laki- laki dengan pekerja wanita. Asumsi bahwa produktivitas pekerja laki-
laki sam adengan produktivitas pekerja wanita, bahwa perusahaan
Satia Negara Lubis : Teori Pasar II : Pasar Monopsoni, 2006 USU Repository © 2007
mempunyai penerimaan produk marginal labor yang konstan tak peduki
berapa pun labor digunakan.
Untuk memperoleh laba yang lebih tinggi, perusahaan akan
memeilih kombinasi pekerja pria dan wanita di tiap pasar dimana
pengeluaran marginal (MFCL) sama denan penerimaan produk
marginal labor. Sesuai dengan ketentuan ini perusahaan akan
memperkerjakan Lp labor pria dan Lw labor wanita, dengan tingkat upah
masing- masing sebesar Wp untuk pria Ww untuk wanita. Dalam
kenyataan sehari –hari upah pekerja pria rata- rata juga lebih tinggi dari
upah pekerja pria rata- rata juga lebih tinggi dari upah pekerja wanita
sebab penawaran tenaga kerja wanita lebih sering lebih elastis dibanding
dengan pekerja pria.
Analisis yang sama dapat dikembangkan untuk situasi- situasi
dimana perusahaan monopsoni dapat melakukan diskriminasi faktor.
Sudah menjadi rahasia umum bahwa tenaga kerja kulit hitam dibayar rata-
rata lebih rendah dari tenaga kerja kulit putih. Di indonesia orang- orang
kulit putuh dibayar jauh lebih tinggi walaupun kadang- kadang tingkat
kemampuannya sam dengan tenaga kerja lokal. Semua ini cocok dengan
teori monopsoni.
Kecenderungan untuk melakukan diskrimanasi labor ada dimana-
mana. Dengan melakukan diskriminasi harus mengeluarkan biaya-biaya
yang lebih besar. Misalnya perusahaan menolak memperkerjakan tenaga
kerja kulit hitam, atau tenaga kerja wanita. Dengan menolak tenaga kerja
kulit hitam itu tentu ia harus membayar tenaga kerja kulit putih yang lebih
Satia Negara Lubis : Teori Pasar II : Pasar Monopsoni, 2006 USU Repository © 2007
mahal tingkat upahnya. Padahal kalau perusahaan tersebut mau
memperkerjakan tenaga kerja kulit hitam, yang produktivitasnya sama
dengan tenaga kerja kulit putih, tentu ia tidak harus mengeluarkan biaya
buruh sebesar kalau seandainya ia tidak melakukan diskriminasi.
Kalau hasil penelitian ekonomi menunjukkan bahwa prekatek
monopsoni membawa lebih banyak kerugian daripada manfaat.Alasan
mengapa pasar ini tatap ada adalah tidak lain karena sifat tidak mau tahu
(ignorant) saja. Pemilik perusahaan, misalnya, sering menolak pekerja
kulit hitam (atau pekerja wanita) karena prasangka bahwa produktivitas
kerja mereka lebih rendah. Dan untuk menghilangkan perasaan curiga,
salah sangka atau prejudice tersebut bukanlah tugas yang gampang,
walaupun telah lebih banyak kebijakan pemerintah diarahkan untuk
menghilanhkannya.
Yang terjadi jika sisi permintaan dan penawaran input berbentuk
monopoli hasilnay sulit dipastikan, sebab ini tergantung pada kekuatan
tawar menawar (bargaining power) kedua pihak. Perusahaan
yang menginginkan laba maksimum akan lebih memilih kombinasi E1 (Q1,
P1 0 sebab pada titik MC = MR). Sebaiknya pembeli monopsoni yang
menginginkan biaya maksimum akan berusaha memilih kombinasi E2 (
Q2, P2 ), sebab pada titik ini MFC= D (kurva D mencerminkan penerimaan
produk marginal \).
Di sini terlihat bahwa keinginan kedua belah pihak bertentangan,.
Untuk menentukan mana yang kan menang dalam hal ini, ditentukan oleh
kekuatan tawar menawar dari kedua belah pihak. Hasil akhir akan
Satia Negara Lubis : Teori Pasar II : Pasar Monopsoni, 2006 USU Repository © 2007
mendekati titik E1 kalau seandainya pemasok monopoli lebih kuat dalam
tawar menawar, tatapi akan lebih mendekati E2 kalau seandainya pembeli
monopsoni yang menang dalam kekuatan perbangdingan.
Ada sejumlah situasi dimana pada tingkat upah yang berlaku kurva
penawaran tenaga kerja yang dihadapi perusahaan tidak merupakan
merupakan garis horizontal. Karenanya mungkin perusahaan seringkali
harus menawarkan tingkat upah di atas tingkat yang berlaku sekarang,
kalau perusahaan itu hendak menarik jumlah pekerja yang lebih besar.
Untuk menelaah situasi yang demikian kiranya akan sangat tepat jika kita
membahas kasus ekstrim monopsoni (satu pembeli) di pasar tenaga kerja.
Jika hanya terdapat satu pembeli di pasar tenaga kerja maka
perusahaanini menghadapi kurva penawaran pasar keseluruhan. Untuk
mernambah penyewaan tenaga kerja sebesar satu unit lagi, perusahaan
harus bergerak ke titik yang lebih tinggi pasda kurva penawaran ini. Hal ini
tidak saja memerlukan pembayaran upah yang lebih tinggi kepada pekerja
yang terakhir disewanya tetapi juga memerlukan pembayaran upah
tambahan untuk para pekerja yang disewanya lebih dahulu. Oleh karena
itu biaya marginal untuk unit tenaga kerja tambahan akan melebihi tingkat
upahnya. Untuk menunjukkan kenyataan ini kita memberi defenisi :
Ongkos Marginal (Marginal Expense).
Untuk menyewa satu unit tambahan input tertentu adalah kenaikan
biaya total sebagai akibat dari input tambahan yang disewa. Karena
perusahaan monopsoni menghadapi kurva penawaran input dengan
Satia Negara Lubis : Teori Pasar II : Pasar Monopsoni, 2006 USU Repository © 2007
kemiringan menaik, maka biaya marginal akan melebihi harga pasar dari
input tersebut. Sebagai contoh, untuk input tenag kerja ongkos
marginalnya (ME) melebihi upah pasar (w)
Perhatikan kesamaan diantara konsep ongkos marginal suatu input
yang dan penerimaan marginal sebuah perusahaan monopolis. Kedua
konsep tersebut dimaksudkan untuk digunakan bila perusahaan-
perusahaan memiliki kekuatan pasar dan pilihan –pilihan mereka
mempuyai pengaruh terhadap harga. Dalam situasi demikian, semua
perusahaan tersebut tidak dianggap sebagai pesaing sempurna (price
taker). Dalam hal ini, perusahaan- perusahaan akan mengetahui
tindakan–tindakan mereka akan mempengaruhi harga dan mereka akan
menggunakan informasi ini dalam mengambil berbagai keputusan.
4.1. Pilihan Input oleh Perusahaan Monopsoni
Seperti pada setiapa perusahaan yang memaksimumkan laba,
perusahaan monopoli akan menyawewa setiap input hingga tituik dimana
penerimaan tambahan ddan biaya tambahna dari menyewa setiap satu
unit lagi adalah sama. Karena itu, aplikasi kita yang terakhir dari prinsip
marjinal ini adalah.
4.1.1. Prinsip Optimasi
Monopsonis yang memaksimumkan laba akan menyewa setiap
input hiongga titik di mana ongkos marginal (marginal expense) untuk
menyewa suatu unit tambahan adalah tetap sama dengan hasil
Satia Negara Lubis : Teori Pasar II : Pasar Monopsoni, 2006 USU Repository © 2007
penerimaan marjinal dari unit input tambahan tersebut. Dalam kasus TK,
hal ini mengharuskan
MEL = MRPL (1)
Akan tetapi, jika perusahaan mengahadapi kurva penawaran TK
dengan kemiringan positif, maka persamaan 1 menentukan suatu tingkat
input yang berbeda sebagaiman akan kita perlihatkan sekarang.
4.1.2. Peragaan Grafik
Pilihan input tenaga kerja oleh perusahaan monopsoni dilukiskan
dalam gambar.1 Kurva permintaan tenaga kerja perusahaan ini (D)
digambarkan dengan kemiringan negative, seperti yang seharusnya.
Disini juga kurva MEL yang menyertai kurva penawaran tenaga kerja (S)
dibuat denga cara yang sama dengan membuat kurva penerimaan
marginal yang menyertai suatu kurva permintaan. Karena S mempunyai
kemiringan positif, maka kurva MEL terletak diatas S. Tingkat input tenaga
kerja yang memaksimumkan laba bagi perusahaan bagi perusahaan
monopsoni ditentukan oleh L1, karena pada tingkat ini kondisi persamaan
(1)tetap berlaku. Di L1 tarif pasar ditentukan oleh w1. Perhatikan bahwa
jumlah tenaga kerja yang diminta lebih kecil dari jumlah yang akan disewa
di pasar tenaga kerja yang bersaing sempurna (L*). Perusahaan tersebut
membatasi permintaan inputnya berdasarkan atas posisi monopolistiknya
di pasar itu.
Satia Negara Lubis : Teori Pasar II : Pasar Monopsoni, 2006 USU Repository © 2007
4.1.3. Penyebab - penyebab Monopsoni
Untuk mempraktekkan eksploitasi monopsonistik sutau perusahaan
harus mempunyai kekuatan pasar yang besar di pasar input tertentu. Jika
pasar itu agak bersaing, maka eksploitasi monopsonistik tidak dapat
terjadi karena perusahaan-perusahaan lain akan mengeahui potensi laba
yang tercermin pada selisih antara MRP dan biaya input tersebut. Oleh
karena itu mereka akan berusaha untuk mendapatkan input ini, yang
menyamakan harga mereka dengan penerimaan atas produk
marginalnya. Dalam kondisi yang demikaian penawaran tenaga kerja
untuk setiap perusahaan akan mendekati elastis tak terhingga (karena
tersediannya kemugkinan-kemungkinan penggunaan tenaga kerja
alternatif).Karena itu analisis kita menunjukkan bahwa perilaku
monopsonistik akan melihat dalam situasi dunia nyata, karena suatu
alasan, persaingan yang efektif untuk input-input yang ditawarkan tidak
ada. Sekarang kita akan membahasa tentang adanya persaingan yang
demikian : geografi, penggunaan tenaga kerjayang mempunyai
spesialisasi, dan diskriminasi dalam penyewaan.
Sebagian perusahaan mungkin menduduki suatu posisi
manopsonstik karena perusahaan ini merupakan satu-satunya sumber
penggunaan tenaga kerja di sebuah kota kecil. Karena biaya perpindahan
bagi para pekerja sangat tinggi, maka kesempatan penggunaan tenaga
kerja alternative untuk para pekerja setempat menjadi tidak menarik dan
perusahaan tersebut mungkin dapat mempunyai pengaruh yang kuat
terhadap uipah yang dibayarkannya.
Satia Negara Lubis : Teori Pasar II : Pasar Monopsoni, 2006 USU Repository © 2007
ME L D
MRP1 S
w*
w1 D
S
L1 L*
Gambar. 10. Penetapan Harga di Pasar Tenaga Kerja Monopsonistik
Geografi
Jika suatu perusaahan monopsoni dapat meisahkan penawaran
suatu faktor kedalam dua pasar yang berbeda atau lebih, maka
perusahaan itu mungkin dapat menuingkatkan labanya.
Analisis yang sama dapat dikembangkan untuk setiap situasi
dimana perusahaan monopsoni dapat memisahkan pasar inputnya
kedalam dua bagian yang terpisah. Untuk melakukan hal itu, perusahaan
tersebut harus mampu mengidentifikasi para pekerja yang termasuk
dalam pasar-pasar tertentu sehingga strategi segmentasinya dapat
berjalan : perusahaa itu harus mengetahui berapa jumlah dari setiap jenis
pekerja yang disewanya. Karena alasan ini diskriminasi upah diantara
para individu dengan karakteristik pribadi yang dapat diidentifikasi dengan
mudah (jenis kelamin, ras, umur) diduga akan menjadi jenis diskriminasi
yang paling sering ditemukan.
Dapat disimpulkan kekuatan monopsonistik adalah cara yang
memungkinkan persaingan tak sempurna dapat mempeangruhi
Satia Negara Lubis : Teori Pasar II : Pasar Monopsoni, 2006 USU Repository © 2007
penetapan harga faktor produksi. Jika suatu perusahaan menghadapi
kurva penawaran yang mempunyai kemiringan positif untuk faktor yang
disewanya, maka laba dapat dimaksimumkan dengan membatasi
permintaan terhadap faktor tersebut. Hal ini dapat dicapai dengan
menyewa jumlah suatu faktor yang ongkos marginal untuk menyewanya
satu unit lagi adalah sama dengan hasil penerimaan marginalnya.
Satia Negara Lubis : Teori Pasar II : Pasar Monopsoni, 2006 USU Repository © 2007
V. ANALISIS STUKTUR MONOPSONI DI TINGKAT PETANI
Misalkan di tingkat petani terdapat pedagang yang melakukan
transaksi dengan petani dalam struktur monopsoni. Dalam struktur ini
diasumsikan pedagang mempunyai kekuasaan penuh terhadap komoditi
yang dijual petani, tetapi pedagang berada pada struktur pasar persaingan
murni pada transaksi dengan pasar komoditi pertanian secara agregat
(pedagang tak dapat mempengaruhi pasar komoditi pertanian secara
agregat, tapi hanya menguasai transaksi di tingkat petani). Selain itu untuk
memudahkan analisis, diasumsikan tidak terdapat biaya pemasaran dan
pengolahan sehingga harga di pedagang sama dengan harga di pasar
sentra pro-dusen. Dengan demikian dari penyeder-hanaan tersebut maka
dapat digambarkan seperti pada Gambar 11
Gambar 11. Pembentukan Harga pada Petani, Pedagang dan Pasar
komoditi pertanian pada Pasar "Monopsoni"
Satia Negara Lubis : Teori Pasar II : Pasar Monopsoni, 2006 USU Repository © 2007
Keterangan : SS = Kurva penawaran di pasar komoditi pertanian
DD = Kurva permintaan di pasar komoditi pertanian
D'D' = kurva permintaan di pasar komoditi pertanian
setelah berubah
Pps = Harga komoditi pertanian di pasar komoditi pertanian
P'ps = Harga komoditi pertanian di pasar komoditi pertanian
setelah perubahan permintaan
Qps = Jumlah yang di perjual-belikan di pasar sentra produsen
Q'ps = Jumlah komoditi pertanian yang di perjual-belikan di pasar
komoditi pertanian setelah perubahan permintaan
Pp = Harga komoditi pertanian di tingkat pedagang
P'pp = Harga komoditi pertanian di tingkat pedagang setelah
perubahan permintaan
Qpp = Kuantitas komoditi pertanian yang dijual pedagang
Q'pp = Kuantitas komoditi pertanian yang dijual pedagang setelah
perubahan permintaan
Ppt = Harga komoditi pertanian di tingkat petani
P'pt = Harga komoditi pertanian di tingkat petani
Qpt = Kuantitas komod-iti pertanian yang dijual petani
Q'pt = Kuantitas komod-iti pertanian yang dijual petani setelah
Perubahan permintaan
MCpt = Biaya marjinal usahatani milik petani
ACpt = Biaya rata-rata usahatani milik petani
MCpp = Biaya marjinal usaha pedagang
ACpp = Biaya rata-rata usaha pedagang
Pada struktur pasar monopsoni di tingkat petani, pedagang adalah
pe-nentu harga. Pada struktur monopsoni pedagang akan menetapkan
harga sama dengan biaya rata-rata usahatani. Penetapan harga tersebut
Satia Negara Lubis : Teori Pasar II : Pasar Monopsoni, 2006 USU Repository © 2007
lebih rendah dari pada harga di pasar komoditi pertanian. Akibatnya Ppt
lebih rendah daripada Pps wa-laupun tidak ada biaya pemasaran maupun
pengolahan. Perbedaan harga ini disebut sebagai eksploitasi "monop-
soni", di mana pedagang mendapat "rent seeking" atau ke-un-tungan
karena "monopsoni". Keadaan ini jelas akan me-rugikan petani dan akan
menurunkan pendapatan pe-ta-ni. Apabila harga di pasar komoditi
pertanian meningkat dari Pps menjadi P'ps, kenaikan harga di tingkat pe-
tani hanya meningkat dari Ppt menjadi P'pt. Hal itu disebab-kan dalam
pasar "monopsoni", pedagang adalah penentu harga, sehingga harga di
tingkat petani lebih dipenga-ruhi oleh penetapan harga peda-gang
dibandingkan dengan harga pasar. Dengan demikian walaupun terjadi
kenaikan harga di pasar komoditi pertanian, kenaikan harga tersebut lebih
terserap kepada keuntungan pedagang dibandingkan dengan penyerapan
Untuk kenaikan pendapatan petani.
Alternatif yang telah banyak dikemukakan oleh para analis ekonomi
pertanian untuk perbaikan posisi tawar petani dari kondisi monopsoni
tersebut umumnya adalah (1) Menggantikan peran pedagang dengan
lembaga lain, yaitu Koperasi Unit Desa, (2) Para petani membentuk
Koperasi Unit Desa sebagai suatu kelompok tani untuk memperkuat posisi
tawar petani. Dari kedua alternatif tersebut, penulis menambahkan satu
alternatif yaitu Koperasi Unit Desa menjadi pesaing tengkulak agar strutur
monopsoni di tingkat petani berubah menjadi struktur persaingan murni.
Satia Negara Lubis : Teori Pasar II : Pasar Monopsoni, 2006 USU Repository © 2007
5.1. Analisis Teoritis
Alternatif pertama adalah Menggantikan peran pedagang dengan
lembaga lain, yaitu Koperasi Unit Desa. Alternatif tersebut akan berjalan
baik apabila KUD tersebut lebih mementingkan misi peningkatan
pendapatan para petani dibanding dengan misi profit oriented. Tetapi
manakala KUD tergoda untuk lebih mementingkan profit oriented
dibandingkan dengan misi untuk meningkatkan pendapatan para petani
maka para petani akan tetap berada pada kondisi monopsoni. Alternatif
yang kedua adalah para petani membentuk Koperasi Unit Desa sebagai
suatu kelompok tani untuk memperkuat posisi tawar petani. Alternatif
tersebut akan menciptakan struktur pasar bilateral monopoli. Keadaan
struktur bilateral monopoli digambarkan pada Gambar 12.
Gambar 12. Pembentukan Harga pada Petani, Pedagang dan Pasar
komoditi pertanian pada Pasar Bilateral monopoli
Satia Negara Lubis : Teori Pasar II : Pasar Monopsoni, 2006 USU Repository © 2007
Dari Gambar 12, penetapan harga di tingkat petani terjadi dua
penetapan, yaitu Ppt dan Ppt1. Pedagang dengan kedudukan monopsoni
menetapkan harga Ppt, sedangkan kelompok tani dengan kedudukan
monopoli menetapkan harga Ppt1. Berdasarkan acuan teori ekonomi
mikro, struktur bilateral monopoli tidak akan tercapai penetapan harga
yang ekulibrium. Dengan tidak tercapainya penetapan harga yang
ekulibrium, maka akan terjadi kesulitan dalam penetapan harga.
Kesulitan tersebut akan meningkatkan biaya transaksi sehingga
akhirnya akan mengurangi efesiensi pasar di tingkat petani.
Bila dua alternatif tersebut secara teoritis kurang baik dalam upaya
peningkatan posisi tawar petani, maka alternatif lain adalah membuat
struktur pasar di tingkat petani menjadi struktur pasar persaingan murni.
Hal itu dilaksanakan dengan mengurangi kekuasaan monopsoni
pedagang/tengkulak. Pengurangan kekuasaan monopsoni dilakukan
dengan menyertakan KUD sebagai pesaing tengkulak. Dengan
menyertakan KUD sebagai pesaing maka struktur pasar ditingkat petani
akan berubah dari struktur pasar monopsonistik menjadi persaingan
murni. Struktur pasar persaingan murni di tingkat petani dapat
digambarkan pada Gambar 13.
Satia Negara Lubis : Teori Pasar II : Pasar Monopsoni, 2006 USU Repository © 2007
Gambar 13. Pembentukan Harga pada Petani, Pedagang dan Pasar pada
Struktur Persaingan Murni
Pada Gambar 13, pasar "persaingan murni", kurva permintaan
komoditi pertanian untuk pedagang dan petani adalah datar karena para
petani dan pedagang adalah penerima harga. Akibatnya bila ada kenaikan
harga di pasar maka para petani dan pedagang sebagai penerima harga
akan mengikuti harga di pasar komoditi pertanian. Pada Gambar 3,
dimisalkan kurva permintaan me-ning-kat dari D ke D' sehingga harga di
pasar komoditi p-ertanian meningkat dari Pps menjadi P'ps. Dalam pasar
"persaingan murni", baik petani maupun pedagang adalah pe-nerima
harga, maka kenaikan harga di pasar komoditi p-ertanian diikuti secara
proporsional di ting-kat petani dan pedagang. Dengan kenaikan harga
yang proporsional tersebut maka kenaikan harga hasil pertanian akan
terserap pada kenaikan pendapatan di tingkat petani, bukan pada
keuntungan pedagang/tengkulak. Dari hasil analisis secara teoritis yang
Satia Negara Lubis : Teori Pasar II : Pasar Monopsoni, 2006 USU Repository © 2007
telah diuraikan diatas, dapat disimpulkan bahwa alternatif ketiga lebih baik
dari dua alternatif kesatu dan kedua. Dengan demikian untuk
meningkatkan posisi tawar petani perlu dibuat suatu struktur pasar yang
bersaing murni dengan mengurangi kekuatan monopsoni tengkulak
melalui pembentukan lembaga pemasaran saingan yaitu KUD.
Satia Negara Lubis : Teori Pasar II : Pasar Monopsoni, 2006 USU Repository © 2007
DAFTAR PUSTAKA
Bilas,R.,1971. “Microeconomic Theory”. Mc-Graw-Hill Kogakusha.Tokyo. Boediono, 2000. Ekonomi Mikro, Universitas Gadjah Mada Press,Yogyakarta. Braff, Allan. J., 1969. An Introduction to Microeconomic Analysis, Jhon Wiley &
Sons, Inc, New York, Sydney, London, Toronto.
Branson, Robert E. & Douglas G. Norvell (1983). Introduction to Agricultural Marketing, McGraw-Hill Book Company, New York, USA.
Dahl, Dale C and Jerome W. Hammond. (1977). Market and Price Analysis of The Agricultural industries. McGraw-Hill Company. New York. USA.
Djojodipuro, M. , 1991. “Teori Harga”. Fakultas Ekonomi UI. Jakarta. Hirsshleifer, Jack. (1985). Teori Harga dan Penerapannya (Price Theory and
Application). Edisi III. Terj. Kusnedi. Penerbit Erlangga Jakarta.
Leftwich, R. H.,1984. Mikro Ekonomi 2. PT. Bina Aksara, Jakarta. Nicholson, W., 1992. Teori Ekonomi Mikro. Prinsip dasar dan
Penegembangannya. Edisi Kedua. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Nicholson, Walter, 1992, Mikroekonomi Intermediate dan Penerapannya, Jilid I, Edisi Ke-3, PT. Gelora Aksara Pratama, Jakarta.
Salvatore. D, 1996, Teori Mikroekonomi, Ed-3, Erlangga, Jakarta. Scitovsky, T., 1951.”Welfare and Competition”. Richard D. Irwin, Inc. Chicago. Sher, William, dan Hold, Rudi. D., 1981. Microeconomic Theory, Edward
Arnorld, London.
Pindyck, Daniel. L., dan Rubinfield. D.L., 2005. Microeconomics, Sixth Edition, Pearson Prentice Inc., Upper Sadlle River, New Jersey.
Wonacoh, Paul, 1986. An Introduction to Microeconomics, McGraw- Hill,Inc, United State Of Amerika.
Satia Negara Lubis : Teori Pasar II : Pasar Monopsoni, 2006 USU Repository © 2007