perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id tinjauan atas .../tinjauan... · tinjauan atas konstruksi...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
TINJAUAN ATAS KONSTRUKSI HUKUM PENUNTUT UMUM
DALAM PENUNTUTAN TERDAKWA TINDAK PIDANA
PEMBUNUHAN BERENCANA
(Studi Kasus di Kejaksaan Negeri Karanganyar No.PRIN-
755/0.3.33/Epp.1/07/2010)
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat S1 Sarjana Hukum
di Universitas Sebelas Maret Surakarta
Oleh :
Oleh :
Gunawan Tri Handoko
NIM E 0008042
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
S U R A K A R T A
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
MOTTO
� Lan apa baé kang koksuwun ing pandonga kalawan pracaya, kowé bakal
kaparingan.
(Matius 21:22)
� Sukses berjalan dari satu kegagalan ke kegagalan yang lain, tanpa kita
kehilangan semangat.
(Abraham Lincoln)
� You have to do the best with what God gave you.
(Forrest Gump)
� If I can’t I must, If I must I Can, If I can I will make it happen. (Penulis)
HALAMAN PERSEMBAHAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
Dengan segala kerendahan hati karya kecil ini hendak penulis persembahkan
kepada :
1. Tuhan Yesus Kristus terima kasih atas limpahan kasih dan berkat-Mu yang
tidak berkesudahan.
2. Bapak Tarcisius Heru Handono dan Ibu Theresia Sutini , terima kasih atas
segala kasih dan sayang, doa yang tulus, nasehat, dan restunya.
3. Seluruh keluarga tercinta.
4. Untuk teman-teman di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
5. Untuk almamaterku.
6. Untuk pembaca yang budiman.
\
KATA PENGANTAR
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
limpahan berkat dan kasih-Nya penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan
Skripsi ini.
Penulisan Skripsi ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi
untuk mencapai gelar S1 Sarjana Hukum pada Program Studi Ilmu Hukum
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Adapun judul Skripsi ini adalah: TINJAUAN ATAS KONSTRUKSI
HUKUM PENUNTUT UMUM DALAM PENUNTUTAN TERDAKWA
TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN BERENCANA (Studi Kasus di Kejaksaan
Negeri Karanganyar No.PRIN-755/0.3.33/Epp.1/07/2010)
Dalam penulisan Skripsi ini penulis banyak mengalami kesulitan dan
hambatan, tetapi atas bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan itu dapat
teratasi. Untuk itu penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih
yang tak terhingga kepada :
1. Ibu Prof. Dr. Hartiwiningsih, S.H M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Bapak Edy Hediyanto S.H M.H selaku ketua bagian Hukum Acara Fakultas
Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Bapak Kristiyadi S.H,M.Hum dan Bapak Muhammad Rustamaji S.H,M.H
selaku dosen pembimbing yang telah memberikan arahan dan bimbingan
sehingga skripsi ini dapat selesai.
4. Bapak Suraji S.H,M.H selaku pembimbing akademik yang telah memberikan
arahan dan nasehat kepada penulis selama menmpuh pendidikan di Fakultas
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
5. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Ilmu Hukum Universitas Sebelas Maret
Surakarta yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada Penulis,
sehingga dapat memberikan wawasan yang lebih luas.
6. Kepala Kejaksaan Negeri Karanganyar dan staf yang telah banyak
memberikan informasi kepada penulis selama penelitian.
7. Bapak Nanang, selaku Kabag. Pembinaan di Kejaksaan Negeri Karanganyar
yang telah banyak membantu penulis dalam pengumpulan data skripsi ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
8. Ibu Endang Sapto Pawuri selaku Jaksa Pembimbing yang telah memberikan
banyak arahan.
9. Bapak dan Ibu tercinta, atas dorongan moril maupun spirituil sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini.
10. Mbak Ratih, Mas Didit, Mas Ade dan Satrio my little hero, yang selalu
memberikan dorongan dan dukungan kepada Penulis untuk terus berjuang
dalam menempuh Studi IImu Hukum ini.
11. Rani, Ali, Bernadetta Cindy, Nanda, Rio Satriwan, Dermawan Bakrie, Kaka,
Oni, Prila, Stepanus JP , Rizky , Bangkit, Heru, Adi Nugraha, Ndaru, Erik,
Dek Hima maaf telah banyak merepotkan, besar upah kalian di surga. Teman-
teman seperjuangan Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta
angkatan 2008, yang telah memberikan bantuan dan kerjasama yang baik
dalam penyelesaian studi ini.
12. Mbak Galuh Ratna, Yohanes Pradha, Agustinus Danan, Niko, Franciska
Hadhy, Viddya ,Gita, Ony, Mas Vincent, Mas Heru, Mas Hengky, Fendi,
Widar dan rekan-rekan Keluarga Mahasiswa Katholik FH UNS
13. Bayu Prajanto, Fian Ari, Isnanto, Tina, Ajeng, Gregorius Krisanda, Lanang
Teguh Pambudi, Sigit, Mbak Dokter Theodora Ratih, persahabatan kita untuk
selamanya.
14. Mutie, Arif, Yoni, Alby, Dewo, Atika, Keluarga Besar Alumni SMA Negeri 1
Surakarta/Kasmaji 2008, Drg. Bernadetta Kristi Wijayanti thanks for inspiring
me
15. Keluarga Bola Basket Merdeka, Dikasdika terimakasih telah memberikan
kesempatan untuk berproses.
16. Rekan-rekan parking area (Mas Wardi, Mas Didit, Mas Wahyono, Mas Bimo,
Mas Eko, Kang Jack,) dan Rekan-rekan komunitas di bawah pohon rindang
tanpa kalian kuliah akan terasa membosankan.
17. Pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
Penulis yakin sepenuhnya tanpa bimbingan, arahan dan petunjuk dari
pihak-pihak tersebut, Skripsi ini tidak dapat terselesaikan dengan baik. Untuk itu
segala bantuan yang telah diberikan, penulis hanya dapat menyampaikan rasa
hormat dan penghargaan yang setinggi-tingginya serta rasa terima kasih yang tak
terhingga. Semoga amal kebaikan tersebut mendapatkan balasan dari Tuhan Yang
Maha Kuasa.
Akhirnya penulis berharap semoga Skripsi ini dapat memberikan manfaat
pada pihak-pihak yang berkepentingan. Dan demi kesempurnaan penulisan
Skripsi ini, segala sumbangan pemikiran dan kritik yang membawa kebaikan
dengan senang hati penulis perhatikan.
Surakarta, Juli 2012
Gunawan Tri Handoko NIM: E 0008042
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ iii
HALAMAN MOTTO ......................................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................... v
KATA PENGANTAR ...................................................................................... vi
DAFTAR ISI ..................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xi
ABSTRAK ......................................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1
B. Pembatasan Masalah ................................................................... 5
C. Perumusan Masalah ..................................................................... 5
D. Tujuan Penelitian ......................................................................... 6
E. Manfaat Penelitian ....................................................................... 6
F. Metode Penelitian ........................................................................ 7
G. Sistematika Skripsi ...................................................................... 14
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 15
A. Kerangka Teoritis ...................................................................... 15
1. Tinjauan Umum Tentang Penuntutan Tindak Pidana.......... 15
Pengertian Penuntutan…………………………………… 15
Pengertian Penuntut Umum……..................................... 16
Wewenang Penuntut Umum……..................................... 17
Proses Penuntutan oleh Penuntut Umum……................. 19
2. Tinjauan Umum Tentang Tindak Pidana........................... 27
Tinjauan Umum Tindak Pidana Pembunuhan .................... 28
B. Kerangka Pemikiran .................................................................. 35
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................... 37
A. Dasar Pertimbangan Penuntut Umum Dalam Penuntutan
Terdakwa Tindak Pidana Pembunuhan
Berencana..................................... .............................................. 37
1. Identitas Terdakwa ................................................................ 37
2. Kasus Posisi .......................................................................... 37
3. Dakwaan Penuntut Umum .................................................... 38
4. Pemeriksaan Saksi-saksi ....................................................... 38
5. Keterangan Ahli ................................................................... 39
6. Surat ..................................................................................... 57
7. Keterangan Terdakwa .......................................................... 57
8. Petunjuk ............................................................................... 59
9..Pertimbangan Jaksa Penuntut Umum Dalam Melakukan
...........................Penuntutan ............................................................................... 59
10. Tuntutan Jaksa Penuntut Umum ........................................... 67
11. Pembahsan ........................................................................... 67
B. Analisa Hambatan Jaksa Penuntut Umum dalam proses
Penuntututan terhadap Terdakwa Pelaku Pembunuhan
Berencana.......................................................................... 76
BAB IV PENUTUP ....................................................................................... 77
A. Simpulan .................................................................................. 77
B. Saran ......................................................................................... 78
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Analisis Interaksi ......................................................................... 13
Gambar 2. Kerangka Pemikiran .................................................................... 35
Gambar 2. Skema Penyusunan Surat Tuntutan ............................................. 60
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
ABSTRAK
Nama: Gunawa Tri Handoko, NIM : E0008042, TINJAUAN ATAS KONSTRUKSI HUKUM PENUNTUT UMUM DALAM PENUNTUTAN TERDAKWA TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN BERENCANA (Studi Kasus di KejaksaanNegeri Karanganyar No.PRIN-755/0.3.33/Epp.1/07/2010). Penelitian ini bertujuan: 1. Untuk mengetahui dasar pertimbangan Jaksa Penuntut Umum dalam melakukan tuntutan hukum terhadap tersangka pelaku pembunuhan berencana. 2. Untuk mengetahui hambatan-hambatan dalam proses penuntutan pelaku tindak pidana pembunuhan berencana oleh Jaksa Penuntut Umum. Menurut bidangnya penelitian ini termasuk penelitian yang bersifat empiris. Tempat yang digunakan untuk penelitian adalah di Kejaksaan Negeri Karanganyar. Jenis dan Sumber Data adalah data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data dengan wawancara (Interview) dan metode kepustakaan. Teknik analisis data dengan menggunakan model analisis interaktif melalui tiga unsur utama yaitu pengumpulan data reduksi data, sajian data serta penarikan kesimpulan. Dengan tiga kegiatan ini menjamin penelitian ini mendapatkan hasil yang valid dari tambahan data yang terkumpul dengan didukung teori yang ada sehingga penelitian ini tidak menyimpang dari konsep yang telah ada. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1. Dasar pertimbangan Jaksa Penuntut Umum dalam penuntutan terhadap pelaku tindak pidana pembunuhan berencana adalah dengan melihat unsur-unsur pada Pasal 338, 340 KUHP, dan ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga dan hal-hal yang memberatkan dan meringankan terdakwa. Dalam kasus pembunuhan berencana dengan Terdakwa SUPARMI Alias MAMI Binti SUKAMTO, semua unsur yang ada pada pasal Pasal 340 KUHP tentang pembunuhan berencana terpenuhi, dalam proses sidang ditemukan hal-hal yang meringankan dan yang memberatkan terdakwa, untuk itu Jaksa Penuntut Umum menuntut tersangka tersebut dengan pidana 15 tahun . 2. Hambatan Jaksa Penuntut Umum dalam proses Sidang Pengadilan adalah : a. Pengumupulan bukti dalam proses pembuktian tindak pidana pembunuhan berencana memerlukan kecermartan.b. Adanya perlawanan dari Pembela atau Penasihat Hukum atas tuntutan Jaksa Penuntut Umum. c. Tekanan dari masa dalam hal ini keluarga dan para tetanga korban Saran yang diajukan adalah: 1. Jaksa Penuntut Umum dalam proses penuntutan terhadap terdakwa sebaiknya mempersiapkan dengan matang segala sesuatu yang berhubungan dengan proses persidangan diantaranya adalah berkas tuntutan, saksi-saksi dan bukti-bukti. 2. Kesadaran hukum sangat diperlukan dalam hidup bermasyarakat, agar terjalin kehidupan yang damai dan tenteram. 3. perbuatan terdakwa sebaiknya tidak ditiru, karena hanya dengan emosi sesaat berakibat pada hilangnya masa depan orang lain dan diri sendiri. Kata Kunci : Konstruksi Hukum, Penunutut Umum, pembunuhan berencana
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
ABSTRACT
This research aims: 1. to know the basic consideration of the public prosecutor in conducting lawsuits against suspected perpetrators of the assassination plan. 2. to know the obstacles in the process of prosecution of perpetrators of criminal acts of murder planned by the public prosecutor.According to its field of this research was including to an empirical research that. A place that is used for the study is in Kejaksaan Negeri Karanganyar. A kind of data and data resources are the primary and secondary data. The technique of collecting data with an interview and library methods. To use the model of technical analysis of data analysis interaction through three working elements of the data, namely the reduction of cereal offering data and the withdrawal of the conclusion. With three this activity guarantee this research get the results invalid of additional data collected by supported a theory that was so this research was not deviating from a concept that has existed. The result showed that: 1.Basic considerations prosecutor general in the criminal prosecution against premeditated killing is by seeing elements in article, 338 340 KUHP and Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga. In the killings to defendant planon Suparmi alias Mami binti Sukamto, every element existing in article about 340 kuhp was fulfilled, premeditated killing in the process of hearing things relieve and found the defendant, condemning for that public prosecutors indict the suspects with criminal 15 years. 2. Hindrance of prosecutors general in the process of judicial trial is A.need an accurate step to collect witnesses and material evidence in prove procces of assassination plan case. B. the resistance from lawyer defence or law on the prosecutor general. C. pressure from the victim’s family and neighbours. Suggestion was submitted:1. A prosecuting attorney general in process of prosecuting against the defendant should prepare with ripe everything that deals with the processes trial of them are a file charges, witnesses and evidence.2.Legal awareness social, indispensable in life so interwoven peace and serene lives. 3. A deed better not replicate, the defendant because only with emotion result in instantaneous future loss others and ourself. Keyword : law construction ,public Prosecutor, assasination plan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Mencermati mengenai Hak Asasi Manusia mengenai hak untuk hidup
tentunnya merupakan hak setiap manusia untuk hidup yang diberikan oleh
Tuhan Yang Maha Esa. Hak demikian tentunya tidak dapat dicabut selain
oleh Tuhan Yang Maha Esa yang telah menganugerahkan kehidupan bagi
umat manusia. Namun demikian di dalam ketentuan KUHP terdapat pula
rumusan tentang kejahatan terhadap jiwa yaitu tindak Pidana Pembunuhan.
Mencermati tindak Pidana tentang jiwa ini penulis tertarik untuk
meneliti perkara dengan nomor PRIN-755/0.3.33/Epp.1/07/2010 tentang
pembunuhan berencana yang terjadi di wilayah hukum Pengadilan Negeri
Karanganyar. Kasus pembunuhan ini dilakukan oleh serorang istri
terhadap suaminya sendiri dengan modus operandi mencampurkan racun
apotas ke dalam minuman yang diminum korban.
Kronologi kasus pembunuhan ini adalah pada hari sabtu tanggal 12
Juni 2010, kira-kira pukul 15.00 WIB, bertempat di Dukuh Kuruhan
Rt.02/Rw.07, Desa Karangrejo, Kecamatan Kerjo, Kabupaten
Karanganyar tepatnya didalam rumah milik korban JOKO PURWANTO,
terjadi tindak pidana pembunuhan berencana yang dilakukan oleh
tersangka SUPARMI Alias MAMI Binti SUKAMTO. Sebulan
sebelumnya sekitar bulan Mei 2010 tersangka membeli apotas di toko
pertanian di Dukuh Bloran, Desa Kuto Kecamatan , Kerjo Kabupaten
Karanganyar. Kemudian apotas tersebut di simpan di dus sandal rak sepatu
di rumah korban. Setelah satu minggu kemudian, apotas tersebut
tersangka merebus / mencairkan dengan menambahkan sedikit air
selanjutnya di masukan ke dalam botol minuman merk Gress dengan tutup
botol Aqua. Selanjutnya botol tersebut disembunyikan di dalam keranjang
sampah yang berisikan botol-botol bekas kosmetik yang berada di tempat
tidur (amben) yang berada didapur. Pada hari sabtu tanggal 12 juni 2010,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
sekira pukul 14.00 wib tersangka SUPARMI Als. MAMI mencampur
minuman Kuku Bima yang ada dalam gelas yang terletak di rak TV yang
pada saat itu korban sedang tidur di kamarnya. Kurang lebih pukul 15.00
WIB korban minum minuman Kuku Bima yang sudah dicampuri apotas
tersebut lalu kesakitan, dan selanjutnya tidur dilantai ruang keluarga
sampai tidak sadarkan diri dan kemudian korban dibawa ke puskesmas
Kerjo namun oleh Dokter puskesmas disarankan untuk dibawa kerumah
sakit. Kemudian korban JOKO PURWANTO dibawa ke rumah sakit amal
sehat Sragen oleh SUTOYO dan SYAHBILAL dan dalam perjalanan
menuju ke rumah sakit amal sehat Sragen korban meninggal dunia.
Berdasarkan fakta bahwa hubungan antara pelaku dan korban yang
terikat dalam perkawinan, maka Jaksa Penutntut Umum menjerat dengan
Tindak Pidana Pembunhuhan dan Kekerasan Dalam Rumah Tangga. Pada
proses penuntutan Jaksa Penuntut Umum menggunakan Ketentuan dalam
KUHP dan Undang-Undang No. 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan
Kekerasan Dalam Rumah Tangga. Di sinilah titik menarik dari kasus ini ,
yang dalam hal ini sebuah kasus pembunuhan dijerat dengan dua
ketentuan Undang-Undang.
Kasus di atas menjadi penting ketika suatu tindakan menghilangkan
nyawa orang lain digolongkan menjadi sebuah Tindak Pidana
pembunuhan berencana. Artinya tindak pidana ini mempunyai derajat
tertinggi dalam sebuah tindakan pembunuhan. Di sisi lain pelaku juga
dijerat dengan Undang-Undang No. 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan
Kekerasan Dalam Rumah Tangga karena adanya hubungan semenda
antara pelaku dan korban.
Jika kasus ini tidak dikaji penegakan hukumnya tentu akan terjadi
kekaburan. Di sinilah peran Penuntut Umum dalam mengungkap kasus ini
dalam penuntutan di persidangan. Kejaksaan sebagai badan yang terkait
dengan kekuasaan kehakiman (Pasal 24 ayat 3 UUD 1945 jo. Pasal 41 UU
No. 4 Tahun 2004 Tentang Kekuasaan Kehakiman), dengan fungsi yang
sangat dominan sebagai penyandang asas dominus litis, yaitu pengendali
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
proses perkara yang menentukan dapat tidaknya seseorang dinyatakan
sebagai terdakwa dan diajukan ke Pengadilan berdasarkan alat bukti yang
sah menurut Undang-undang, dan sebagai executive ambtenaar pelaksana
penetapan dan keputusan pengadilan dalam perkara pidana.
Dalam Pasal 1 butir 13 KUHAP menegaskan bahwa Penuntut Umum
adalah Jaksa yang diberi wewenang oleh Undang-undang untuk
melakukan penuntutan. Pasal 2 UU No. 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan
RI yang menempatkan posisi dan fungsi kejaksaan dengan karakter
spesifik dalam sistem ketatanegaraan yaitu sebagai lembaga pemerintah
yang melaksanakan kekuasaan negara di bidang penuntutan secara bebas
dari pengaruh kekuasaan pihak manapun. Pengertian penuntutan dalam
Pasal 1 angka 7 KUHAP, yaitu tindakan Penuntut Umum untuk
melimpahkan perkara pidana ke Pengadilan Negeri yang berwenang dalam
hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini dengan
permintaan supaya diperiksa dan diputus oleh Hakim di sidang
Pengadilan. Dari ketentuan di atas dapat diketahui bahwa wewenang untuk
melakukan penuntutan adalah terletak ditangan Jaksa Penuntut Umum.
Dalam Penjelasan UU No. 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Kejaksaan sebagai aparat penegak hukum dituntut untuk lebih berperan dalam penegakan supremasi hukum, perlindungan kepentingan umum, penegak hak asasi manusia, serta pemberantasan korupsi, kolusi dan nepotisme. Dalam melaksanakan fungsi, tugas, dan wewenangnya Kejaksaan Negara Republik Indonesia yang melaksanakan kekuasaan negara di bidang penuntutan harus mampu mewujudkan kepastian hukum dan mengendalikan norma-norma keagamaan, kesopanan, kesusilaan, serta wajib menggali nilai-nilai kemanusiaan, hukum dan keadilan yang hidup dalammasyarakat.(http://www.kejaksaan.go.id/unit_kejaksaan.php?idu=28&idsu=35&idke=0&hal=1&id=54&bc diakses pada 23 Maret 2011 Pukul 18.00 )
Dalam tahap pemeriksaan di sidang Pengadilan yang dipimpin oleh
Hakim, pengajuan tuntutan merupakan salah satu bagian yang ada pada
tahap tersebut, pengajuan tuntutan diatur dalam Pasal 182 ayat 1 huruf (a)
KUHAP, yang menyebutkan bahwa setelah pemeriksaan dinyatakan
selesai, Penuntut Umum mengajukan tuntutan pidana. Pengajuan tuntutan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
ini didasarkan pada perangkaian fakta-fakta yang terungkap dalam
persidangan menjadi suatu konstruksi peristiwa yang sebenarnya dan
terhadap peristiwa itu dianalisis hukumnya baik oleh Jaksa Penuntut
Umum, Penasehat Hukum maupun Hakim menurut sudut pandangnya
masing-masing. Oleh Jaksa Penuntut Umum analisa ini dimasukkan dalam
sebuah surat yang dinamakan surat tuntutan (requisitoir). Dalam surat
tuntutan itu, antara lain dicantumkan pertimbangan dalam mengajukan
tuntutan pidananya yang terdiri dari hal-hal yang memberatkan dan hal-hal
yang meringankan terdakwa. Sedangkan pada bagian akhir dari surat
tuntutan itu Jaksa Penuntut Umum akan menyebutkan tuntutan pidana atas
diri terdakwa.
Pengajuan tuntuan pidana yang berbeda akan membawa implikasi pula
bagi Hakim di dalam menjatuhkan pidana. Implikasi tersebut adalah
terjadinya perbedaan dalam hal penjatuhan pidana antara perkara
pembunuhan yang satu dengan perkara pembunuhan yang lain, walaupun
dari sisi kualitas diantara perkara-perkara pembunuhan tersebut tidak terlalu
berbeda. Hal ini antara lain disebabkan karena di dalam penjatuhan putusan
pidana itu, Hakim mendasarkan pula pada berat ringannya tuntutan pidana
pada terdakwa kasus pembunuhan.
Mengkaji mengenai dasar pertimbangan yang digunakan oleh Jaksa
Penuntut Umum dalam menentukan berat ringannya tuntutan pidana
terhadap terdakwa kasus pembunuhan merupakan suatu hal yang perlu
dilakukan, terlebih lagi hal ini terkait dengan penjatuhan pidana yang
dijatuhkan oleh Hakim terhadap terdakwa kasus pembunuhan tersebut.
Dalam kasus ini Penuntut Umum dalam melakukan tugasnya
mengkualifikasikan sebuah perbuatan yang sehingga mampu merumuskan
suatu tindakan menjadi sebuah tindak pidana pembunuhan. Berdasarkan
uraian di atas, maka penelitian ini mengambil judul:
TINJAUAN ATAS KONSTRUKSI HUKUM PENUNTUT UMUM
DALAM PENUNTUTAN TERDAKWA TINDAK PIDANA
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
PEMBUNUHAN BERENCANA (Studi Kasus di Kejaksaan Negeri
Karanganyar No.PRIN-755/0.3.33/Epp.1/07/2010)
B. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah dalam suatu penelitian sangat penting supaya
masalah yang akan dibahas tidak meluas sehingga tidak mengakibatkan
kekaburan dan ketidakjelasan. Dengan adanya pembatasan masalah ini,
maka penulis akan mempunyai gambaran yang jelas mengenai pokok
permasalahan yang akan di bahas. Selain itu juga untuk mempermudah
penelitian yang dilakukan dengan menghemat waktu, biaya dan tenaga
sehingga data yang diperoleh akan dapat diolah secara kualitatif dan tujuan
penelitian ini akan dapat dicapai seperti yang dikehendaki penulis.
Adapun pembatasan masalah dalam penelitian ini meliputi: 1. Dasar
pertimbangan penuntutan Jaksa Penuntut Umum dalam kasus pembunuhan
berencana. 2. Hambatan-hambatan Jaksa Penuntut Umum dalam proses
penuntutan terhadap pelaku tindak pidana pembunuhan berencana.
C. Perumusan Masalah Perumusan masalah dalam suatu penelitian sangat penting karena
merupakan suatu pedoman untuk mendapatkan gambaran yang terarah dan
mempermudah dalam membahas apa yang akan diteliti, sehingga sasaran
dan tujuan yang diharapkan akan dapat tercapai.
Adapun masalah-masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini
adalah: 1. Apa yang menjadi dasar pertimbangan Jaksa Penuntut Umum
dalam melakukan penuntutan terhadap terdakwa pembunuhan
berencana di Kejaksaan Negeri Karanganyar dengan nomor
perkara No.PRIN-755/0.3.33/Epp.1/07/2010) ? 2. Hambatan-hambatan apa saja dalam proses penuntutan terhadap
terdakwa tindak pidana pembunuhan berencana oleh Jaksa
Penuntut Umum di Kejaksaan Negeri Karanganyar dengan nomor
perkara No.PRIN-755/0.3.33/Epp.1/07/2010) ?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
D. Tujuan Penelitian Dalam suatu kegiatan, selalu memiliki tujuan tertentu. Tujuan penelitian
adalah hal-hal yang hendak dicapai oleh penulis melalui penelitian. Melalui
penelitian ini yang berhubungan dengan perumusan masalah yang telah
ditetapkan, maka tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Tujuan Obyektif
a. Mengetahui dasar pertimbangan Jaksa Penuntut Umum dalam
melakukan tuntutan hukum terhadap tersangka pelaku pembunuhan
berencana; b. Mengetahui hambatan-hambatan dalam proses penuntutan pelaku
tindak pidana pembunuhan berencana oleh Jaksa Penuntut Umum. 2. Tujuan Subyektif.
a. Memenuhi persyaratan yang diwajibkan bagi setiap mahasiswa
dalam meraih gelar kesarjanaan khususnya dalam bidang Ilmu
Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta; b. Menambah pengetahuan di bidang Ilmu Hukum khususnya yang
berkaitan dengan bidang Hukum Acara Pidana, dengan harapan
dapat bermanfaat di kemudian hari; c. Memberi gambaran dan sumbangan pemikiran bagi ilmu hukum,
khususnya dalam Hukum Acara Pidana. E. Manfaat Penelitian
Tiap penelitian harus dipahami dan diyakini manfaatnya bagi pemecahan
masalah yang diselidikinya. Manfaat penelitian dapat ditinjau dari dua segi
yang saling berkaitan yaitu segi teoritis dan praktis. Adapun manfaat yang
diharapkan dari penelitian yang penulis lakukan adalah :
1. Manfaat Teoritis
a. Merupakan salah satu sarana bagi penulis untuk mengumpulkan
data sebagai bahan penyusunan skripsi guna melengkapi
persyaratan untuk mencapai gelar kesarjanaan di bidang ilmu
hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret
Surakarta;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
terhadap ilmu pengetahuan di bidang hukum pada umumnya dan
bidang Hukum Acara Pidana pada khususnya;
c. Untuk mendalami teori-teori yang telah penulis peroleh selama
menjalani kuliah strata satu di Fakultas Hukum Universitas
Sebelas Maret Surakarta serta memberikan sumbangan
pemikiran yang dapat dijadikan data sekunder bagi penelitian
berikutnya
2. Manfaat Praktis
a. Dengan penulisan hukum ini diharapkan dapat meningkatkan dan
mengembangkan kemampuan penulis dalam bidang ilmu hukum
sebagai bekal untuk terjun ke dalam masyarakat nantinya;
b. Dapat memberikan suatu data dan informasi tentang dasar
pertimbangan Jaksa Penuntut Umum dalam menuntut tersangka
pembunuhan berencana;
c. Untuk menerapkan bidang keilmuan yang selama ini diperoleh
dalam teori-teori dengan kenyataan dalam praktek.
F. Metode Penelitian
Tahap yang cukup penting dalam penelitian ilmiah adalah penentuan
metode penelitian yang akan dipakai dapat selaras dengan tujuan yang ingin
dicapai dengan efektif. Metode penelitian ini akan sangat berpengaruh dalam
penelitian data, teknik analisis data dan yang paling utama hasil penelitian
nantinya.
Sebuah penelitian yang dilakukan, tidak terlepas dari berbagai macam
metode yang digunakan. Metode ini merupakan cara untuk mendapatkan atau
mencapai tujuan penelitian. Metode berasal dari dua kata yaitu : metodos dan
logos. Metode berarti cara atau prosedur (langkah-langkah) yang ditempuh
untuk mencapai tujuan. Sedangkan logi berasal dari kata logos yang berarti
ilmu.
Berdasarkan pengertian metode dan penelitian oleh para ahli tersebut di
atas, maka yang dimaksud dengan metodologi penelitian adalah suatu ilmu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
yang mempelajari atau membicarakan cara-cara yang digunakan dalam usaha
menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran suatu ilmu pengetahuan
dalam rangka mencapai suatu tujuan penelitian.
Adapun metode penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum empiris.
Pada penelitian hukum empiris yang diteliti pada awalnya adalah data
sekunder, untuk kemudian dilanjutkan penelitian terhadap data
primer di lapangan atau terhadap masyarakat (Soerjono Soekanto ,
2010 : 52).
Dalam hal ini peneliti ingin mengetahui dasar pertimbangan Jaksa
Penuntut Umum dalam penuntutan terhadap tersangka pembunuhan
berencana dan hambatan-hambatan yang dialami selama proses
penuntutan dalam sidang di Pengadilan Negeri Karanganyar.
2. Sifat Penelitian
Menurut bidangnya penelitian ini termasuk penelitian yang bersifat
deskriptif. Penelitian deskriptif menurut Soerjono Soekanto adalah:
“Suatu penelitian yang dimaksud untuk memberikan data yang
seteliti mungkin tentang manusia, keadaan, gejala-gejala lainnya.
Maksudnya adalah terutama mempertegas hipotesa-hipotesa, agar
dapat membantu memperkuat teori-teori lama, atau di dalam
kerangka penyusun teori baru” (Soerjono Soekanto, 2010 : 10).
3. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan kasus (case approach), yaitu pendekatan yang bertujuan
mempertahankan keutuhan dari gejala yang diteliti. Menurut
J.Vreden Bregt Case study dapat mengembangkan pengetahuan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
sangat mendalam tentang-tentang gejala-gejala yang di teliti
(Soerjono Soekanto, 2010 : 16).
Beberapa keunggulan dengan menerapakan pendekatan studi kasus
adalah :
1. Lebih luwes dalam penggunaan metode pengumpulan data;
2. Keluwesan dalam hal objek yang diteliti.
3. Case study dapat didakan pada hampir segala macama keadaan
sosial.
4. Case Study dapat diadakan pelbagai pengujian terhadap teori.
5. Dapat menghemat biaya. (Soerjono Soekanto, 2010 : 16).
4. Tempat dan Waktu Penelitian
a. Tempat Penelitian
Tempat penelitian yang akan digunakan adalah di Kejaksaan
Negeri Karanganyar.
b. Waktu Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan setelah pengurusan perijinan selesai.
Dengan pertimbangan perijinan menyangkut instansi di luar
kampus tentunya akan mempunyai prosedur yang berbeda dengan
tingkat kesulitan yang berbeda dengan di kampus. Sedangkan
pengurusan perijinan dilaksanakan mulai bulan Mei 2012.
5. Jenis Data Secara umum dalam penelitian dibedakan antara data yang
diperoleh secara langsung dari masyarakat dan dari bahan
pustaka. Data yang diperoleh langsung dari masyarakat dinamakan
data primer, sedangkan data yang diperoleh dari bahan–bahan
kepustakaan ialah data sekunder (Soerjono Soekanto, 2010: 51).
Jenis Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : a. Data Primer
Adalah sejumlah keterangan atau fakta yang diperoleh
secara langsung melalui penelitian lapangan, baik dengan cara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
waawancara atau observasi terhadap responden dalam
penelitian.
b. Data Sekunder
Adalah sejumlah keterangan atau fakta yang diperoleh
secara tidak langsung, tetapi melalui penelitian kepustakaan.
6.Sumber data
Sumber data adalah tempat ditemukannya data. Adapun data dari
penelitian ini diperoleh daei dua sumber yaitu: Pertama, sumber data
primer yang berasal dari Kejaksaan Negeri Karanganyar. Kedua adalah
sumber data sekunder yang terdiri dari :
a. Bahan Hukum Primer
Yaitu kaidah dasar, peraturan perundang-undangan antara lain
yaitu :
1) UU No. 8 Tahun 1981 tentang KUHAP
2) KUHP
3) UU No. 16 Tahun 2006 tentang Kejaksaan.
4) Undang-Undang No. 23 Tahun 2004 Tentang Larangan
Kekerasan Dalam Rumah Tangga.
b. Bahan Hukum Sekunder
Adalah sejumlah keterangan atau fakta yang diperoleh melalui
buku-buku hasil karya dari kalangan hukum, hasil-hasil penelitian,
dan artikel koran serta bahan lain yang berhubungan dengan pokok
bahasan.
c. Bahan Hukum Tersier
Yaitu bahan yang memberi penjelasan terhadap bahan hukum primer
dan sekunder, yaitu kamus hukum, Kamus Besar Bahasa Indonesia.
7. Tehnik Pengumpulan Data
Dalam memperoleh data yang lengkap untuk penelitian ini
menggunakan data yang berjenis data primer maupun sekunder sebagai
berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
a. Data Primer
Data yang diperoleh melalui studi langsung ke lapangan yaitu
di Kejaksaan Negeri Karanganyar Adapun data yang diperoleh
melalui:
1. Wawancara (Interview)
Yaitu proses tanya jawab secara langsung dua orang atau
lebih berhadapan secara langsung atau tidak (melalui media
komunikasi). Dalam penelitian ini menggunakan interview
yang bebas terpimpin yaitu interview dalam pengumpulan
data secara bebas dengan pengumpulan data berupa catatan-
catatan mengenai pokok-pokok yang ditanyakan sehingga
masih memungkinkan variasi pertanyaan sesuai dengan
kondisi saat interview. Dalam hal ini penulis melakukan
wawancara dengan Ibu Endang Sapto Pawuri S.H selaku
Jaksa Penuntut Umum yang bertugas secara langsung
menangani kasus ini.
2. Daftar pertanyaan
Daftar pertanyaan adalah suatu cara yang ditempuh dalam
pengumpulan data dengan jalan membuat suatu daftar
pertanyaan yang ditujukan kepada responden, yaitu: pejabat
atau pegawai atau aparat penegak hukum di Kejaksaan
Negeri Karanganyar yang berwenang memberikan jawaban,
baik secara tertulis maupun secara lisan.
b. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dengan penelitian kepustakaan atau
library research guna memperoleh landasan hukum atau bahan
penulisan lainnya yang dapat dijadikan sebagai landasan teori.
Data yang diperoleh dari dokumen, catatan, buku yang
berhadapan dengan materi kemudian diselaraskan dengan bahan
dari kepustakaan sebagai bahan acuan dari bahan referensi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
penelitian. Studi kepustakaan ini dilakukan dengan mempelajari
dan mengidentifikasikan literatur-literatur yang berupa buku-
buku, peraturan-peraturan, dokumen, artikel-artikel serta hasil
penelitian yang dilakukan oleh para ahli. 8. Teknik Analisa Data
Teknik analisis yang digunakan dalam penulisan hukum ini adalah
analisis kualitatif dengan interaktif model yaitu komponen reduksi data
dan penyajian data dilakukan bersama dengan pengumpulan data,
kemudian setelah data terkumpul maka tiga komponen tersebut
berinteraksi dan bila kesimpulan dirasakan kurang, maka perlu ada
verifikasi dan penelitian kembali mengumpulkan data lapangan (H.B.
Sutopo, 2002 : 8). Menurut H. B. Sutopo, ketiga komponen tersebut
adalah :
a. Reduksi Data
Merupakan proses seleksi, penyederhanaan dan abstraksi dari
data.
b. Penyajian Data
Merupakan suatu realita organisasi informasi yang
memungkinkan kesimpulan penelitian dapat dilakukan, sajian
data dapat meliputi berbagai jenis matriks, gambar atau skema,
jaringan kerja, kaitan kegiatan dan juga tabel.
c. Kesimpulan atau Verifikasi
Setelah memahami arti dari berbagai hal yang meliputi
pencatatan–pencatatan, peraturan, pernyataan–pernyataan
konfigurasi–konfigurasi yang mungkin, alur sebab – akibat,
akhirnya peneliti menarik kesimpulan (HB. Sutopo, 2002: 37).
Analisis kualitatif dalam penelitian ini dengan menggunakan model
analisis interaksi, yaitu melalui tiga unsur utama yaitu reduksi data, sajian
data, dan penarikan kesimpulan. Dengan tiga kegiatan tersebut, penelitian
ini diharapkan mendapatkan hasil yang valid.
Adapun tiga kegiatan yang utama dalam penelitian yaitu sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
a. Data Reduksi
Merupakan proses seleksi, pemfokusan, dan penyederhanaan data
pada penelitian. Data yang telah teridentifikasikan tersebut lebih
memudahkan dalam penyusunan.
b. Penyajian Data
Sekumpulan informasi yang memungkinkan kesimpulan riset
dapat dilaksanakan.
c. Menarik Kesimpulan Setelah memahami arti dari berbagai hal yang meliputi
pencatatan-pencatatan peraturan, pernyataan-pernyataan,
konfigurasi-konfigurasi yang mungkin, alur sebab akibat,
akhirnya peneliti menarik kesimpulan (HB. Sutopo, 2002 : 37).
Adapun analisis interaksi penelitian dibuat sebagai berikut :
Gambar 1 Skema Analisis Interaksi Penelitian
Keterangan :
Dengan model analisis ini, maka peneliti harus bergerak diantara empat sumbu
kumparan itu selama pengumpulan data, selanjutnya bolak balik diantara kegiatan
reduksi, penyajian dan penarikan kesimpulan selama sisa waktu penelitian.
Aktivitas yang dilakukan dengan proses itu komponen-komponen tersebut akan
didapat yang benar-benar mewakili dan sesuai dengan permasalahan yang diteliti.
Setelah analisis data selesai, maka hasilnya akan disajikan secara diskriptif, yaitu
PENGUMPULAN DATA
SAJIAN DATA
KESIMPULAN
REDUKSI DATA
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
dengan jalan apa adanya sesuai dengan masalah yang diteliti dan data yang
diperoleh.
Setelah semua data dikumpulkan, kemudian diambil kesimpulan dan langkah
tersebut tidak harus urut tetapi berhubungan terus menerus sehingga membuat
siklus (HB, Sutopo, 2002 : 13).
I. Sistematika Penulisan Hukum
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini penulis berusaha memberikan gambaran awal mengenai
penelitian yang meliputi latar belakang masalah, pembatasan masalah,
perumusan masalah, tujuan penelitian, dan sistematika penelitian hukum.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini , sub bab pertama berisi tentang kerangka teori yang melandasi
penelitian serta mendukung dalam memecahkan masalah yang diangkat dalam
penulisan hukum ini, yaitu : tinjauan umum tentang penuntutan tindak pidana,
pengertian penuntutan , pengertian Jaksa Penuntut Umum,proses penuntutan,
tinjauan umum tindak pidana pembunuhan berencana. Pada sub bab kedua
berisi tentang kerangka pemikiran.
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini berisi uraian hasil penelitian yang disertai dengan pembahasan
mengenai Dasar Konstruksi Penuntutan Jaksa Penuntut Umum terhadap
Pelaku tindak pidana pembunuhan berencana dan hambatan-hambatan yang
ditemui Jaksa Penuntut Umum dalam proses penuntutan pelaku tindak pidana
pembunuhan berencana.
BAB IV PENUTUP
Bab ini merupakan bab terahkir dari penelitian ini yang berisi simpulan-
simpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan saran-saran sebagai
tindak lanjut dari kesimpulan.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerangka Teori
1. Tinjauan Umum Tentang Penuntutan Tindak Pidana
a. Pengertian Penuntutan
Menurut Pasal 1 butir 7 KUHAP yang dimaksud dengan penuntutan
adalah: “Tindakan penuntut umum untuk melimpahkan perkara pidana
ke Pengadilan Negeri yang berwenang dalam hal dan menurut cara
yang diatur dalam undang-undang ini dengan permintaan supaya
diperiksa dan diputus oleh hakim di sidang pengadilan”.
Dengan demikian tindakan penuntut meliputi:
1) Tindakan Penuntut Umum untuk melimpahkan perkara pidana
ke Pengadilan Negeri yang berwenang menurut cara yang diatur
dalam KUHAP.
2) Supaya perkara pidana diperiksa oleh hakim sidang pengadilan.
3) Supaya perkara diputus oleh hakim di sidang pengadilan.
Tugas penuntutan dimulai sejak penuntut umum menerima
pelimpahan perkara, tanggung jawab atas tersangka dan barang bukti
dari penyidik sampai perkara tersebut memperoleh putusan hakim yang
sudah mempunyai kekuatan hukum tetap.
Definisi diatas mirip dengan definisi dari Wirjono Prodjodikoro,
perbedaannya hanya pada disebut dengan tegas kata ’terdakwa’ sedang
di KUHAP tidak, yaitu :”Menuntut seorang terdakwa di muka hakim
pidana adalah menyerahkan perkara seorang terdakwa dengan berkas
perkaranya kepada hakim, supaya hakim memeriksa dan kemudian
memutus perkara pidana itu terhadap terdakwa (Andi Hamzah , 2011 :
157).
Sehubungan dengan tugas penuntut umum di bidang penuntutan,
dalam Hukum Acara Pidana di kenal dua asas penuntutan yaitu :
a. Asas legalitas adalah asas yang menghendaki bahwa bahwa penuntut umum wajib menuntut semua perkara pidana yang terjadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
tanpa memandang siapa dan bagaimana keadaan pelakunya ke muka sidang pengadilan.
b. Asas oportunitas adalah memberikan wewenang kepada penuntut umum untuk menuntut atau tidak menuntut seseorang atau badan yang telah melakukan tindak pidana demi kepentingan umum (Rusli Muhammad, 2007 : 20).
b. Pengertian Penuntut Umum
Menurut Pasal 13 KUHAP dinyatakan bahwa penuntut umum
adalah jaksa yang diberi wewenang oleh Undang-undang untuk
melakukan penuntutan dan melaksanakan penetapan hakim. Penuntut
umum dalam melakukan penuntutan adalah menuntut perkara tindak
pidana yang terjadi dalam daerah hukumnya menurut Undang-undang.
Penunutut umum adalah jaksa yang diberi wewenang oleh undang-
undang untuk melakukan penuntutan dan melaksanakan penetapan
haikim ( Andi Hamzah 2011 : 75).
The role of the prosecutor in the criminal justice system is central. A prosecutor operates independently and autonomously. A prosecutor is usually accountable only to the public which can exercise some minimal control only through public opinion and, where a prosecutor is elected, through the ballot box. The public prosecutor has great latitude, discretion, and power and can make on his own a broad range of decisions. (Ralph Underwager and Hollida Wakefield. . The Role of the Prosecutor). Jaksa merupakan tokoh utama dalam penyelenggaraan peradilan
pidana karena memainkan peranan penting dalam proses pembuatan
keputusan. Meskipun dalam pelaksanaan di lapangan polisi memiliki
kemampuan yang handal dalam proses pengumpulan bukti-bukti di
tempat kejahatan, akan tetapi tetap saja tergantung pada nasihat dan
pengarahan jaksa. Hal ini disebabkan karena jaksa lebih mahir dalam
masalah yuridis dan memiliki hak utama yang eksklusif dalam
menghubungi pengadilan.
Kejaksaan adalah satu-satunya lembaga pemerintah pelaksana
kekuasaan negara yang mempunyai tugas dan wewenang di bidang
penuntutan dalam penegakan hukum dan keadilan di lingkungan
peradilan umum (Suryono Sutarto, 2004 : 86).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
Adapun yang dimaksud dengan “Kejaksaan adalah satu dan tidak terpisah-pisahkan” adalah satu landasan dalam pelaksanaan tugas dan wewenangnya di bidang penuntutan yang bertujuan memelihara kesatuan kebijakan di bidang penuntutan yang bertujuan memelihara kesatuan menyatu dalam tata pikir, tata laku, dan tata kerja kejaksaan. Oleh karena itu kegiatan penuntutan di pengadilan oleh kejaksaan tidak akan berhenti hanya karena penuntut umum yang semula bertugas berhalangan. Dalam hal demikian tugas penuntutan oleh kejaksaan akan tetap berlangsung sekalipun untuk itu dilakukan oleh penuntut umum lainnya sebagai pengganti (Suryono Sutarto, 2004 : 86). c. Wewenang Penuntut Umum
Menurut Pasal 14 KUHAP, penuntut umum mempunyai
wewenang sebagai berikut :
1) Menerima dan memeriksa berkas perkara penyidikan dari
penyidik atau penyidik pembantu.
2) Mengadakan prapenuntutan apabila ada kekurangan pada
penyidikan dengan memperhatikan ketentuan Pasal 110 ayat
(3) dan ayat (4), dengan memberikan petunjuk dalam rangka
penyempurnaan penyidikan dari penyidik;
3) Memberikan perpanjangan penahanan, melakukan
penahanan atau penahanan lanjutan dan atau mengubah
status tahanan setelah perkaranya dilimpahkan oleh
penyidik;
4) Membuat surat dakwaan;
5) Melimpahkan perkara ke pengadilan;
6) Menyampaikan pemberitahuan kepada terdakwa tentang
ketentuan dan waktu perkara disidangkan yang disertai
surat panggilan baik kepada terdakwa maupun kepada
saksi, untuk datang pada sidang yang telah ditentukan;
7) Melakukan penuntutan;
8) Menutup perkara demi kepentingan hukum;
9) Mengadakan tindakan lain dalam lingkup tugas dan
tanggung jawab sebagai penuntut umum menurut undang-
undang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
10) Melaksanakan penetapan hakim.
Dalam penjelasan pasal 14 huruf i dinyatakan bahwa yang
dimaksud dengan “tindakan lain” ialah antara lain meneliti identitas
tersangka, barang bukti dengan memperhatikan secara tegas batas
wewenang dan fungsi antara penyidik, penuntut umum, dan pengadilan.
Penjelasan umum Undang-undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang
Kejaksaan Republik Indonesia dijelaskan bahwa disamping
memantapkan kedudukan, organisasi jabatan, tugas, dan wewenang
kejaksaan, undang-undang tersebut menetapkan:
1) Kewenangan Kejaksaan untuk melengkapi berkas perkara
tententu dan untuk itu dapat melakukan pemeriksaan tambahan
sebelum perkara dilimpahkan ke pengadilan dengan
pembatasan-pembatasan tertentu. Pemeriksaan tambahan
dilakukan untuk memperoleh kepastian penyelesaian perkara
dalam rangka melaksanakan asas peradilan cepat, sederhana dan
biaya ringan serta menjamin kepastian hukum, hak-hak asasi
pencari keadilan.
2) Dalam bidang perdata dan tata usaha negara kebijaksanaan
dengan kuasa khusus dapat bertindak untuk dan atas nama
negara atau pemerintah di dalam atau di luar pengadilan.
Sebagai negara hukum yang menyelenggarakan kesejahteraan
masyarakat akan banyak ditemukan keterlibatan dan
kepentingan hukum dari negara atau pemerintah di bidang
perdata atau tata usaha negara, baik dalam kedudukannya
sebagai tergugat atau sebagai pihak yang mempunyai
kepentingan hukum di luar pengadilan yang dapat diwakilkan
kepada Kejaksaan.
3) Dalam bidang ketertiban dan ketentraman umum kejaksaan turut
menyelenggarakan kegiatan seperti upaya meningkatkan
kesadaran hukum masyarakat dilakukan antara lain dengan
penyuluhan dan penerangan hukum, sedangkan pengamanan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
kebijakan penegakan hukum dapat dilakukan dengan tindakan
preventif dan represif melalui dukungan intelejen yustisial
kejaksaan.
4) Kejaksaan dapat diserahi tugas dan wewenang lain berdasarkan
Undang-undang.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa Penuntut Umum akan
bertindak sebagai penuntut umum apabila ia bertindak dalam rangka
penyelesaian perkara di sidang pengadilan yaitu melakukan penuntutan
dalam perkara pidana dan melaksanakan penetapan hakim.
Penetapan hakim berbeda dengan putusan hakim. Putusan hakim
adalah sikap hakim atau tindakan hakim yang diambil setelah
mengadakan dan berdasarkan pemeriksaan guna mengakhiri suatu
perkara. Putusan hakim tersebut merupakan putusan pengadilan.
Adapun penetapan hakim adalah pernyataan tertulis untuk dan dalam
rangka penyelesain perkara pidana atau putusan hakim yang bukan
putusan akhir untuk menyudahi suatu perkara, misalnya menetapkan
penahanan, penetapan hari sidang, putusan sela dan lain-lain.
d. Proses Penuntutan oleh Penuntut Umum
Proses penuntutan dilakukan setelah proses penyidikan selesai
dan berkas penyidikan diberikan kepada kejaksaan. Adapun proses
penuntutan sebagaimana di sebutkan dalam Pasal 138 KUHAP
sebagai berikut :
1) Penuntut umum setelah menerima hasil penyidikan dari
penyidik segera mempelajari dan menelitinya dan dalam waktu
tujuh hari wajib memberitahukan kepada penyidik apakah hasil
penyidikan itu sudah lengkap atau belum.
2) Dalam hal hasil penyidikan ternyata belum lengkap, penuntut
umum mengembalikan berkas perkara kepada penyidik disertai
petunjuk tentang hal yang harus dilakukan untuk dilengkapi dan
dalam waktu empat belas hari sejak tanggal penerimaan berkas,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
penyidik harus sudah menyampaikan kembali berkas perkara itu
kepada penuntut umum.
Berdasarkan pasal di atas maka dapat disimpulkan bahwa proses
yang pertama kali dilakukan oleh penuntutut umum dalam
menangani penuntutan adalah proses prapenuntutan dimana penuntut
umum memberikan petunjuk kepada penyidik dalam rangka
penyempurnaan penyidikan. Proses prapenuntutan ini diatur dalam
Pasal 110 (1) s.d (4) KUHAP, apabila penyidik telah selesai
melakukan penyidikan, penyidik wajib segera menyerahkan berkas
perkara kepada penuntut umum. Dalam hal penuntut umum
mengembalikan hasil penyidikan untuk dilengkapai, penyidik wajib
melakukan penyidikan tambahan sesuai petunjuk penuntut umum.
Penyidikan dianggap selesai apabila dalam waktu 14 hari penuntut
umum tidak mengembalikan hasil penyidikan atau apabila sebelum
batas waktu tersebut ada pemberitahuan dari penuntut umum kepada
penyidik.
Pada proses prapenuntutan ini kejaksaan mengalami
perkembangan setelah disempurnakan perundangan tentang
Kejaksaan yaitu dengan UU Nomor 16 Tahun 2004 dimana
Kejaksaan mempunyai wewenang untuk melengkapi berkas perkara
tertentu dan untuk itu dapat melakukan pemeriksaan tambahan
sebelum perkara dilimpahkan ke pengadilan, dengan pembatasan-
pembatasan tertentu.
Pemeriksaan tambahan perlu dilakukan untuk memperoleh kepastian penyelesaian perkara dalam rangka pelaksanaan asas peradilan cepat, sederhana dan biaya ringan serta menjamin kepastian hukum, hak-hak asasi pencari keadilan (justisiabel), baik tersangka, terdakwa, saksi korban maupun kepentingan umum (Suryono Sutarto, 2004 : 88). Untuk melengkapi berkas perkara, pemeriksaan tambahan dilakukan dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1) Tidak dilakukan terhadap tersangka; 2) Hanya terhadap perkara-perkara yang sulit pembuktiannya, dan
atau dapat meresahkan masyarakat, dan atau yang dapat membahayakan keselamatan negara;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
3) Harus dapat diselesaikan dalam waktu 14 hari setelah dilaksanakan ketentuan pasal 110 dan pasal 138 ayat (2) KUHAP;
4) Prinsip koordinasi dan kerjasama dengan penyidik (Suryono Sutarto, 2004 : 89).
Proses selanjutnya adalah pembuatan surat dakwaan. Menurut
pasal 140 KUHAP, apabila penuntut umum berpendapat bahwa hasil
penyidikan dari penyidik dapat dilakukan penuntutan, maka ia dalam
waktu secepatnya membuat surat dakwaan.
Menurut M . Yahya Harahap surat dakwaan adalah surat atau akta yang memuat rumusan tindak pidana yang didakwakan kepada terdakwa yang disimpulkan dan ditarik dari hasil pemeriksaan penyidikan dan merupakan dasar serta landasan bagi hakim dalam pemeriksaan di muka persidangan (Lilik Mulyadi 2006 : 69).
Surat dakwaan ini sangat penting dalam pemeriksaan perkara
pidana, sebab surat inilah yang merupakan dasar dan menentukan
batas-batas bagi pemeriksaan hakim. Adapun tujuan surat dakwaan
adalah bahwa undang-undang ingin melihat ditatapkannya alasan-
alasan yang menjadi dasar penuntutan sesuatu peristiwa pidana,
untuk itu sifat-sifat khusus dari suatu tindak pidana yang telah
dilakukan itu harus dicantumkan dengan sebaik-baiknya.
Terdakwa harus dipersalahkan karena telah melanggar sesuatu
peraturan hukum pidana, pada suatu saat dan tempat tertentu, serta
dinyatakan pula keadaan-keadaan sewaktu melakukannya. Menyebut
waktu, tempat dan keadaan, menunjukkan pada kita bahwa dakwaan
itu tertuju pada perbuatan-perbuatan atau peristiwa-peristiwa tertentu
yang dispesialisasikan dan diindividualisir, jadi misalnya bukanlah
tindak pidana yang umum tetapi tindak pidana yang konkrit.
Bagi terdakwa surat dakwaan mempunyai kepentingan bahwa terdakwa mengetahui setepat-tepatnya dan seteliti-telitinya apa yang didakwakan kepadanya sehingga ia sampai pada hal yang sekecil-kecilnya untuk dapat mempersiapkan pembelaannya terhadap dakwaan tersebut (Suryono Sutarto, 2004 : 90). Setelah surat dakwaan dilimpahkan ke pengadilan, maka
dilakukan proses persidangan. Pada umumnya tiap-tiap perkara
diajukan sendiri dalam sidang peradilan. Akan tetapi apabila pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
waktu yang sama atau hampir bersamaan penuntut umum menerima
berkas perkara dari penyidik ia dapat melakukan penggabungan
perkara dan membuatnya dalam satu surat dakwaan.
Menurut pasal 141 KUHAP kemungkinan untuk menggabungkan
perkara ini dalam hal :
1) Beberapa tindak pidana yang dilakukan oleh seorang yang
sama dan kepentingan pemeriksaan tidak menjadikan
halangan terhadap penggabungannya.
2) Beberapa tindak pidana yang bersangkut paut satu dengan
yang lain;
3) Beberapa tindak pidana yang tidak bersangkut paut satu
dengan yang lain, akan tetapi yang satu dengan dengan yang
lain itu ada hubungannya, yang dalam hal ini penggabungan
tersebut perlu bagi kepentingan pemeriksaan.
Jadi gagasan-gagasan untuk menggabungkan perkara ini
berdasarkan bahwa penggabungan itu dipandang lebih baik bagi
pemeriksaan perkara itu sendiri. Langkah selanjutnya yang
diberikan kepada jaksa penuntut umum adalah penuntutan atau
dikenal juga dengan istilah requisitoir. Secara sederhana isi
tuntutan pidana itu mencakup :
1. Identitas terdakwa
2. Dakwaan ; primair , subsidair dst.
3. Pemeriksaan pengadilan :
a. saksi-saksi
b. keterangan terdakwa
c. surat
d. pemeriksaan ditempat kejadian
4. Fakta-fakta hukum
5. Fal-hal yang memberatkan
6. Hal-hal yang meringankan
7. Tuntutan hukuman
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
Dalam melakukan penuntutan terdapat tiga cara sesuai dengan
jenis perkara di pengadilan cara itu adalah sebagai berikut :
1. Perkara cepat tindak pidana ringan
Menurut pasal 205 KUHAP, yang diperiksa menurut acara
pemeriksaan tindak pidana ringan adalah perkara yang diancam
dengan pidana penjara atau kurungan paling lama tiga bulan
dan atau denda sebanyak-banyaknya tujuh ribu lima ratus
rupiah dan penghinaan ringan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 315 KUHP. Acara pemeriksaannya disebut acara
pemeriksaan ringan.
2. Perkara singkat
Yang diperiksa menurut acara pemeriksaan singkat adalah
perkara pidana yang menurut penuntut umum pembuktiannya
mudah, penerapan hukumnya mudah dan sifatnya sederhana
(Pasal 203 KUHAP).
Pada permulaan sidang, hakim menanyakan kepada terdakwa
mengenai identitas serta mengingatkan segala sesuatu yang
didengar dan dilihatnya di sidang dan setelah terdakwa
menjawab segala pertanyaan, penuntut umum segera
memberitahukan dengan lisan dari catatannya tentang tindak
pidana yang didakwakan kepada terdakwa dengan
menerangkan waktu, tempat, dan keadaan pada waktu tindak
pidana itu dilakukan. Pemberitahuan secara lisan ini dicatat
dalam berita acara sidang dan merupakan pengganti surat
dakwaan. Dalam hal hakim memandang perlu adanya
pemeriksaan tambahan, supaya diadakan pemeriksaan
tambahan dalam waktu paling lama empat belas hari dan
bilamana dalam waktu tersebut penuntut umum belum juga
dapat menyelesaikannya, maka hakim memerintahkan perkara
ini diajukan ke sidang pengadilan dengan acara biasa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
3. Perkara Biasa
Perkara biasa adalah perkara yang sulit pembuktiannya,
demikian pula penerapan hukumnya dan merupakan perkara
besar diajukan oleh penuntut umum dengan surat pelimpahan
perkara (akte van averhijzing) pasal 143 KUHAP.
Pada waktu Penuntut Umum melimpahkan perkaranya ke
Pengadilan Negeri maka turunan surat pelimpahan perkara beserta
surat dakwaan disampaikan kepada terdakwa atau kuasanya atau
penasihat hukumnya dan penyidik. (Suryono Sutarto, 2004 : 110).
Hasil akhir dari proses penuntutan adalah diputuskannya putusan
pidana oleh hakim Pengadilan Negeri. Putusan pidana dapat diartikan
sebagai putusan pengadilan yang merupakan hasil akhir dari proses
peradilan. Peradilan menunjuk kepada proses mengadili, sedang
pengadilan merupakan salah satu lembaga dalam proses tersebut.
Lembaga-lembaga lain yang terlibat dalam proses mengadili adalah
kepolisian, kejaksaan dan advokat.
Menurut pendapat Satjipto Raharjo mengatakan bahwa: “Hasil
akhir dari proses peradilan tersebut berupa putusan pengadilan, atau
sering juga digunakan kata putusan hakim, oleh karena hakimlah yang
memimpin sidang di pengadilan itu” (Satjipto Raharjo, 2000 : 182).
Putusan hukum terhadap pelaku tindak pidana dapat pula diartikan
sebagai pemidanaan. Pemidanaan berasal dari kata pidana yang sering
diartikan sama dengan istilah yang berasal dari Belanda yaitu “straf”.
Menurut Andi Hamzah: “Hukuman adalah suatu pengertian umum
sebagai suatu sanksi yang menderitakan/nestafa yang sengaja
ditimpakan kepada seseorang. Sedangkan pidana merupakan suatu
pengertian khusus yang berkaitan dengan hukum pidana” (Andi
Hamzah, 2011 : 1).
Menurut Muladi dan Barda Nawawi, hukuman dapat pula diartikan sebagai pemidanaan. Adapun pendapatnya adalah: “Pemidanaan yaitu serangkaian dasar hukum dan pertimbangan yang dijadikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
landasan untuk memutuskan perlu tidaknya penjatuhan atau pengenaan pidana atau sanksi ataupun pemberian tindakan sebagai konsekuensi dari tindak pidana yang dilakukan”.(Muladi dan Barda Nawawi, 1992 : 1). Berjalannya proses peradilan tersebut berhubungan erat dengan
substansi yang diadili, yaitu berupa perkara perdata ataukah pidana.
Keterlibatan lembaga-lembaga dalam proses peradilan secara penuh
hanya terjadi pada saat mengadili perkara pidana.
Bagi ilmu hukum, maka bagian terpenting dalam proses mengadili
terjadi pada saat hakim memeriksa dan mengadili suatu perkara. Pada
dasarnya yang dilakukan oleh hakim adalah memeriksa kenyataan
yang terjadi, serta menghukuminya dengan peraturan yang berlaku.
Pada waktu diputuskan tentang bagaimana atau hukum apa yang
berlaku untuk suatu kasus pidana, maka pada waktu itulah penegakan
hukum mencapai puncaknya.
Putusan pengadilan merupakan hasil akhir dari suatu jalannya
persidangan terhadap suatu kasus tindak pidana. Adapun putusan
pengadilan diambil oleh hakim pengadilan negeri, dimana tempat
sidang perkara tindak pidana berlangsung. Andi Hamzah merumuskan
bahwa setiap keputusan hakim merupakan salah satu dari tiga
kemungkinan:
1. Pemidanaan atau penjatuhan pidana dan atau tata tertib.
2. Putusan bebas
3. Putusan lepas dari segala tuntutan.
Suatu proses peradilan berakhir dengan putusan akhir (vonnis).
Dalam putusan itu hakim menyatakan pendapatnya tentang apa yang
telah dipertimbangkan dan putusannya.
Dalam pasal 197 ayat (1) KUHAP diatur formalitas yang harus dipenuhi
suatu putusan hakim, dan menurut ayat (2) pasal itu kalau ketentuan
tersebut tidak dipenuhi, kecuali yang tersebut pada huruf g putusan batal
demi hukum
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
Ketentuan tersebut adalah :
1. Kepala putusan berbumyi: DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA;
2. Nama lengkap, tempat lahir, umur atau tanggal lahir, jenis kelamin, kebangsaan, tempat tinggal, agama dan pekerjaan terdakwa;
3. Dakwaan, sebagaimana terdapat dalam surat dakwaan; 4. Pertimbangan yang disusun secara ringkas mengenai fakta dan
keadaan beserta alat pembuktian yang diperolej dari pemeriksaan di sidang yang menjadi dasar penentuan kesalahan terdakwa;
5. Tuntutan pidana, sebagaimana terdapat dalam surat tuntutan; 6. Pasal peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar
pemidanaan atau tindakan dan pasal peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar hukum dari putusan, disertai keadaan yang memberatkan dan meringankan terdakwa;
7. Hari dan tanggal diadakan musyawarah Majelis Hakim kecuali perkara diperiksa oleh hakim Tunggal;
8. Pernyataan kesalahan terdakwa, pernyataan telah terpenuhi semua unsur dalam rumusan delik, disertai dengan kualifikasinya dan pemidanaan atau tindakan yang dijatuhkan;
9. Ketentuan kepada siapa biaya perkara dibebankan dengan menyebutkan jumlahnya yang pasti dan ketentuan mengenai barang bukti;
10. Keterangan bahwa seluruh surat ternyata palsu atau keterangan dimana letaknya kepalsuannya itu. Jika terdapat surat otentik dianggap palsu;
11. Perintah supaya terdakwa ditahan atau tetap dalam tahanan atau dibebaskan;
12. Hari dan tanggal putusan, nama penuntut umum, nama hakim yang memutus, dan nama panitera (Andi Hamzah, 2011 : 183).
Kemudian dalam pasal 200 KUHAP dikatakan bahwa surat keputusan
ditandatangani oleh hakim dan panitera seketika setelah putusan itu
diucapkan. Pada pasal 197 ayat (1) huruf d tersebut, yang mengatakan
bahwa yang dimaksud dengan “fakta dan keadaan” di sini ialah segala apa
yang ada dan apa yang diketemukan di sidang oleh pihak dalam proses,
antara lain penuntut umum, saksi, ahli, terdakwa, penasehat hukum, dan
saksi korban.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
2. Tinjauan Umum Tindak Pidana Pembunuhan Berencana
a. Pengertian Tindak Pidana
Istilah tindak pidana merupakan terjemahan dari bahasa Belanda dari
kata “Straafbaar Feit”. Pembentuk undang-undang dalam merumuskan
perbuatan yang dilarang mempergunakan beberapa istilah, yaitu:
perbuatan pidana, tindak pidana, dan peristiwa pidana.
Dalam Peraturan Perundang-Undangan yang mengatur tentang
hukum pidana menngenal adanya istilah tindak pidana atau yang dalam
bahasa belanda disebut Straafbaar Feit. Istilah-istilah yang pernah
digunakan dalam perundang-undangan sebagai terjemahan dari istilah
Straafbaar Feit adalah tindak pidana, peristiwa pidana, delik
pelanggaran, perbuatan yang boleh dihukum, perbuatan yang dapat
dihukum dan perbuatan pidana. Straafbaar Feit terdiri dari 3 (tiga) kata
Straaf diartikan sebagai pidana dan hukum, sedangkan baar yang berarti
dapat dan boleh. Kemudian feit berartitindak, peristiwa, pelanggaran,
dan perbuatan (Adami Chazawi, 2002 : 69).
Semuanya itu dimaksudkan untuk menerjemahkan kata “Straafbaar
Feit” tadi. Tindak pidana adalah suatu perbuatan yang pelakunya dapat
dikenakan hukuman pidana dan pelakunya dapat dikatakan sebagai
subyek pidana (Wirjono Prodjodikoro, 1986 : 55). Menurut pendapat
Simon mengatakan bahwa, “Straafbaar Feit yaitu kelakuan yang
diancam dengan pidana yang bersifat melawan hukum yang
berhubungan dengan kesalahan dan yang dilakukan oleh orang-orang
yang mampu bertanggung jawab”. (Simon dalam Wirjono
Prodjodikoro, 1986 : 56).
Menurut Van Hamel mengatakan bahwa “Straafbaar Feit yaitu
kelakuan orang yang dirumuskan dalam wet yang bersifat melawan
hukum yang patut dipidana dan dilakukan dengan kesalahan (Van
Hamel dalam Wirjono Prodjodikoro, 1986 : 56).
Menurut Moeljatno istilah perbuatan pidana dapat didefinisikan
sebagai perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum larangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
mana disertai ancaman ataun sanksi berupa pidana tertentu, bagi barang
siapa melanggar larangan tersebut. ( Adami Chazawi 2002 : 71 ).
Perbuatan-perbuatan pidana itu bersifat merugikan dan dapat
mennggangu kehidupan masyarakat, jadi dapat dikatakan sebagai anti
sosial, maka perbuatan itu dilarang keras atau pantang dilakukan.
Dengan demikian, konsepsi perbuatan pidana seperti yang dimaksud di
atas dapat disamakan dengan konsepsi perbuatan pantang atau pamali
yang telah lama dikenal dalam masyarakat Indonesia sejak dahulu kala.
b. Pengertian Tindak Pidana Pembunuhan
Menurut Agus Sulistyo dan Adi Mulyono, “Membunuh berasal dari
kata bunuh yang berarti menghilangkan nyawa, mematikan”. (Agus
Sulistyo dan Adi Mulyono, 2000 : 86).
Sedangkan menurut Imam Malik membagi pembunuhan menjadi
dua, yaitu: pembunuhan sengaja dan pembunuhan kesalahan.
Pembunuhan sengaja adalah suatu perbuatan dengan maksud
menganiaya dan mengakibatkan hilangnya nyawa atau jiwa orang yang
dianiaya, baik penganiayaan itu dimaksudkan untuk membunuh
ataupun tidak dimaksudkan membunuh. Sedangkan pembunuhan
kesalahan adalah suatu perbuatan yang mengakibatkan kematian yang
tidak disertai niat penganiayaan. (Imam Malik, 2000 : 54).
Pembunuhan dibedakan menjadi 3 macam, yaitu :
1) Pembunuhan sengaja yaitu suatu perbuatan penganiayaan
terhadap seseorang dengan maksud untuk menghilangkan
nyawanya.
2) Pembunuhan semi sengaja yaitu suatu perbuatan penganiayaan
terhadap seseorang tidak dengan maksud untuk membunuhnya
tetapi mengakibatkan kematian.
3) Pembunuhan karena kesalahan, yang diakibatkan karena 3
kemungkinan yaitu :
a) Bila si pelaku pembunuhan sengaja melakukan suatu
perbuatan dengan tidak bermaksud melakukan suatu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
kejehatan tetapi mengakibatkan kematian seseorang.
Kesalahan seperti ini disebut kesalahan dalam
perbuatan (error in concrito).
b) Bila pelaku sengaja melakukanperbuatan dan
mempunyai niat membunuh seseorang yang dalam
persangkaannya boleh dibunuh, namun ternyata orang
tersebut tidak boleh dibunuh, misalnya sengaja
menembak seseorang musuh dalam peperangan tetapi
ternyata kawan sendiri. Kesalahan seperti ini disebut
kesalahan dalam maksud (error in objecto).
c) Bila si pelaku bermaksud melakukan kejahatan tetapi
akibat kelalaiannya dapat menimbulkan kematian,
seperti seseorang terjatuh dan menimpa bayi yang
berada di bawahnya hingga mati.
Menurut KUHP tindak pidana pembunuhan diklasifikasikan sebagai
berikut :
1) Pembunuhan Biasa (Doodslag)
Pembunuhan biasa yaitu pembunuhan yang dilakukan oleh
seseorang dengan maksud supaya korban mati atau dengan kata lain
yaitu merampas nyawa orang lain. Apabila tidak ada unsur
kesengajaan, dalam arti tidak ada niat atau maksud untuk mematikan
orang itu, tetapi apabila orang itu mati juga maka perbuatan tersebut
tidak dapat diklasifikasikan dalam pembunuhan ini. Bila terhadap
orang yang justru harus dilindungi seperti: ibu, bapak dan
keluarganya maka pidananya lebih berat.
Dengan menyebutkan unsur tingkah laku sebagai “merampas
nyawa orang lain”, menunjukkan bahwa kejahatan pembunuhan
adalah suatu tindak pidana materiil. Tindak pidana materiil adalah
suatu tindak pidana yang malarang menimbulkan suatu akibat
tertentu, akibat yang dilarang atau akibat konstitutif (constitutief
gevolg).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
Pembunuhan biasa (doodslag) dapat dikenakan hukuman
penjara, seperti pada KUHP sebagai berikut :
Pasal 338
Barang siapa dengan sengaja menghilangkan jiwa orang lain,
dihukum, karena makar mati, dengan hukuman penjara selama-
lamanya lima belas tahun.
Pada pasal 338 KUHP di atas disebut dengan pembunuhan
biasa, dimana pembunuhan ini dilakukan apabila pelaku memenuhi 3
unsur yaitu barang siapa, dengan sengaja, dan menghilangkan jiwa
orang lain. Pelaku tindak pembunuhan ini dituntut dengan hukuman
penjara selama-lamanya lima belas tahun.
Pasal 339
Makar mati diikuti, disertai atau didahului dengan perbuatan
yang dapat dihukum dan yang dilakukan dengan maksud untuk
menyiapkan atau memudahkan perbuatan itu atau jika tertangkap
tangan akan melindungi dirinya atau kawan-kawannya dari pada
hukuman atau akan mempertahankan barang yang didapatnya
dengan melawan hak, dihukum penjara seumur hidup atau penjara
sementara selama-lamanya dua puluh tahun.
Pasal 340
Barang siapa dengan sengaja dan dengan direncanakan lebih
dahulu menghilangkan jiwa orang lain, dihukum, karena
pembunuhan direncanakan (moord), dengan hukuman mati atau
penjara seumur hidup atau penjara sementara selama-lamanya dua
puluh tahun.
Pada pasal 339 dan 340 KUHP di atas disebut dengan
pembunuhan berencana, dimana pembunuhan ini dilakukan apabila
pelaku memenuhi 4 unsur yaitu barang siapa, dengan sengaja,
direncanakan, dan menghilangkan jiwa orang lain. pelaku tindak
pembunuhan ini dituntut dengan hukuman penjara selama-lamanya
lima belas tahun.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
2) Pembunuhan Anak (Kinder doo)
Bentuk pembunuhan oleh ibu kepada bayinya pada saat dan tidak
lama setelah dilahirkan, yang dalam praktek hukum sering disebut
dengan sebutan pembunuhan bayi. Kategori dalam pembunuhan ini
adalah pembunuhan oleh ibunya sendiri kepada seorang anak pada
waktu atau tidak lama setelah dilahirkan dan didorong oleh
ketakutan si ibu akan diketahui bahwa ia telah melahirkan anak.
Pembunuhan terhadap anak dapat dikenakan hukuman penjara,
seperti pada KUHP sebagai berikut :
Pasal 341
Seorang ibu yang dengan sengaja menghilangkan jiwa anaknya
pada ketika dilahirkan atau, tidak berapa lama sesudah dilahirkan,
karena takut ketahuan bahwa ia sudah melahirkan anak dihukum,
karena makar mati terhadap anak (kinderdoodslag), dengan
hukuman penjara selama-lamanya
Pasal 342
Seorang ibu yang dengan sengaja akan menjalankan keputusan
yang diambilnya sebab takut ketahuan bahwa ia tidak lama lagi akan
melahirkan anak, menghilangkan jiwa anaknya itu pada ketika
dilahirkan atau tidak lama kemudian dari pada itu, dihukum karena
pembunuhan anak (kinderdoodslag), yang direncanakan dengan
hukuman penjara selama-lamanya sembilan tahun.
Pasal 343
Bagi orang lain yang turut campur dalam kejahatan yang
diterangkan dalam pasal 341 dan pasal 342 dianggap kejahatan itu
sebagai makar mati atau pembunuhan.
3) Pembunuhan atas Permintaan Si Korban
Pembunuhan atas permintaan si korban atas dirinya sendiri ini
dikenal dengan euthanasia (mercy killing) yang dengan dipidananya
si pembunuh walaupun si pemilik sendiri yang memintanya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
Pembunuhan atas permintaan si korban dapat dikenakan hukuman
penjara, seperti pada KUHP sebagai berikut :
Pasal 344
Barang siapa menghilangkan jiwa orang lain atas permintaan
orang itu sendiri, yang disebutkannya dengan nyata dan dengan
sungguh-sungguh, dihukum penjara selama-lamanya dua belas
tahun.
4) Pembunuhan terhadap Diri Sendiri
Perbuatan mendorong pembunuhan terhadap dirinya sendiri
adalah perbuatan dengan cara dan bentuk apapun terhadap orang lain
yang sifatnya mempengaruhi agar pada orang terbentuk kehendak
tertentu yang diinginkan olehnya. Masalah bunuh diri sendiri tidak
diancam pidana, tetapi orang yang sengaja menghasut, mendorong,
membantu, memberi saran kepada orang lain untuk bunuh diri dapat
dikenakan pidana asal orang yang dihasutnya mati.
Pembunuhan terhadap diri sendiri karena hasutan atau dorongan
orang lain, maka orang lain tersebut dikenakan hukuman penjara,
seperti pada KUHP sebagai berikut :
Pasal 345
Barang siapa dengan sengaja menghasut orang lain untuk
membunhuh diri, menolongnya dalam perbuatan itu, atau
memberikan daya upaya kepadanya untuk itu, maka jika orang itu
jadi membunuh diri, dihukum penjara selama-lamanya empat bulan.
5) Menggugurkan Kandungan
Menggugurkan kandungan yaitu seorang perempuan yang
menggugurkan atau mematikan kandungannya atau menyuruh orang
lain menggugurkan atau mematikan kandungan tersebut.
Pasal 346
Perempuan yang dengan sengaja menyebabkan gugur atau mati
kandungannya atau menyuruh orang lain untuk itu, dihukum penjara
selama-lamanya empat tahun.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Pasal 347
(1) Barang siapa dengan sengaja menyebabkan gugur atau mati
kandungannya seorang perempuan tidak dengan izin
perempuan itu dihukum penjara selama-lamanya dua belas
tahun.
(2) Jika karena perbuatan itu perempuan itu jadi mati dia dihukum
penjara selama-lamanya lima belas tahun.
Pasal 348
(1) Barang siapa dengan sengaja menyebabkan gugur atau mati
kandungannya seorang perempuan dengan izin perempuan itu,
dihukum penjara selama-lamanya lima tahun enam bulan.
(2) Jika karena perbuatan itu perempuan itu jadi mati dia dihukum
penjara selama-lamanya tujuh tahun.
Pasal 349
Jika seorang tabib, dukun beranak atau tukang obat membantu
dalam kejahatan yang disebut dalam pasal 346, atau bersalah atau
membantu dalam salah satu kejahatan yang diterangkan dalam pasal
347 dan pasal 348, maka hukuman yang ditentukan dalam pasal itu
dapat ditambah dengan sepertiganya dan dapat dipecat dari
jabatannya yang digunakan untuk melakukan kejahatan itu.
Dari semua jenis pembunuhan tersebut masih diberi pasal
tambahan pada pasal 350 KUHP sebagai berikut :
Pasal 350
Pada waktu menjatuhkan hukuman karena makar mati,
(doodslag) pembunuhan itu direncanakan (moord) atau karena salah
satu kejahatan yang diterangkan dalam pasal 344, 347 dan 348, dapat
dijatuhkan hukuman mencabut hak yang tersebut dalam pasal 35.
Menurut Ketentuan ketentuan dalam Undang-Undang No. 23
Tahun 2004 Tentang Larangan Kekerasan Dalam Rumah Tangga
kata tindak pidana pembunuhan memang tidak tertulis secara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
tersurat, namun dapat ditemui dalam Bab III Pasal 5, Pasal 6 dan
Bab VII Ketentuan Pidana Pasal 44 ayat 1 dan 2.
Pasal 5
Setiap orang dilarang melakukan kekerasan dalam rumah tangga
terhadap orang dalam lingkup rumah tangganya, dengan cara :
a. kekerasan fisik;
b. kekerasan psikis;
c. kekerasan seksual; atau
d. penelantaran rumah tangga.
Pasal 6
Kekerasan fisik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a adalah
perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit, atau luka
berat.
Pasal 44
1) Setiap orang yang melakukan perbuatan kekerasan fisik dalam
lingkup rumah tangga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5
huruf a dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima)
tahun atau denda paling banyak Rp 15.000.000,00 (lima belas
juta rupiah).
2) Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mengakibatkan korban mendapat jatuh sakit atau luka berat,
dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun
atau denda paling banyak Rp 30.000.000,00 (tiga puluh juta
rupiah) .
3) Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
mengakibatkan matinya korban, dipidana dengan pidana
penjara paling lama 15 (lima belas) tahun atau denda paling
banyak Rp 45.000.000,00 (empat puluh lima juta rupiah).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
B. Kerangka Pemikiran
Gambar 2. Skema Kerangka Pemikiran
Berdasarkan skematik kerangka pemikiran tersebut dapat dijelaskan, bahwa
adanya kasus pembunuhan berencana, maka pertama kali pihak yang melakukan
penanganan terhadap tersangka yaitu penyidik Polri dengan penangkapan sampai
pada penyidikan. Setelah berkas penyidikan selesai, maka berkas penyidikan
dilimpahkan ke Kejaksaan Negeri, untuk diperiksa dan ditindaklanjuti.
Penuntut Umum selaku aparat yang berwenang melakukan penuntutan dengan
dasar-dasar pertimbangan diantaranya adalah sejumlah bukti dan saksi-saksi
sebagaimana yang telah dilaporkan dalam berkas penyidikan. Terhadap tindak
pidana pembunuhan berencana, Penuntut Umum mempelajari dan mencari dasar-
dasar serta faktor-faktor dilakukannya pembunuhan berencana. Dasar tersebut
diajukan kepada tersangka dalam proses penuntutan pada saat sidang di
pengadilan Negeri.
Dalam pemeriksaan selama sidang, Jaksa akan mendapatkan hambatan-
hambatan diantaranya adalah adanya perlawanan dari penasehat
hukum/pengacara, sanggahan dari tersangka, bukti dan saksi dalam persidangan.
TERDAKWA
TINDAK PIDANA
PEMBUNUHAN BERENCANA NOMOR PRIN-755/0.3.33/Epp.1/07/2010
HAMBATAN
PUTUSAN
HAKIM
PENUNTUTAN OLEH PENUNTUT
UMUM
DASAR PERTIMBANGAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
Berdasarkan pertimbangan dan hambatan Jaksa Penuntut Umum mempunyai
kesimpulan mengenai dasar-dasar pemeriksaan terhadap terdakwa. Kesimpulan
ini yang nantinya akan digunakan untuk mengadakan penuntutan terdakwa atas
pembunuhan berencana yang telah dilakukannya, dan pada akhirnya akan
mendapatkan putusan dari Hakim.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
BAB III
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Dasar Pertimbangan Penuntut Umum dalam Penuntutan Terdakwa
Tindak Pidana Pembunuhan Berencana
Untuk membahas penelitian tentang pertimbangan penuntut umum
terhadap tindak pidana pembunuhan berencana, maka di bawah ini disajikan
hasil penelitian tentang tindak pidana pembunuhan berencana yang ditangani
oleh Kejaksaan Negeri Karanganyar dengan terdakwa Suparmi alias MAMI
binti SUKAMTO, sebagai berikut :
1. Identitas Terdakwa
Nama Lengkap : SUPARMI Alias MAMI Binti SUKAMTO
Tempat Lahir : Klaten
Umur / tanggal lahir : 36 Tahun/ 26 Februari 1974
Jenis Kelamin : Perempuan
Kebangsaan : Indonesia
Agama : Islam
Tempat tinggal : Dk. Kurahan Rt. 02 Rw 07 Desa
Karangrejo, Kecamatan Kerjo Kabupaten
Karanganyar
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan Terahkir : SMP
2. Kasus Posisi
Kronologis kasus pembunuhan ini adalah pada hari sabtu tanggal 12
Juni 2010, kira-kira pukul 15.00 WIB , bertempat di Dukuh .Kuruhan
Rt.02/Rw.07, Desa.Karangrejo, Kecamatan . Kerjo, Kabupaten.Karanganyar
tepatnya didalam rumah milik korban JOKO PURWANTO, terjadi tindak
pidana pembunuhan berencana yang dilakukan oleh tersangka SUPARMI
Alias MIMI Binti SUKAMTO,. Sebulan sebelumnya sekitar bulan Mei 2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
tersangka membeli apotas di toko pertanian di Dukuh. Bloran, Desa. Kuto
Kecamatan .Kerjo Kabupaten Karanganyar, kemudian apotas tersebut di
simpan di dus sandal rak sepatu. Setelah satu minggu kemudian apotas
tersebut tersangka merebus / mencairkan dengan menambahkan sedikit air
selanjutnya di masukkan ke dalam botol minuman merk Gress dengan tutup
botol Aqua,. Selanjutnya botol tersebut di sembunyikan di dalam ranjang
sampah yang berisikan botol-botol bekas kosmetik yang berada di tempat
tidur (amben) yang berada didapur. Pada hari sabtu tanggal 12 juni 2010,
sekira pukul 14.00 wib tersangka SUPARMI Als. MAMI mencampur
minuman Kuku Bima yang ada dalam gelas yang terletak di rak TV yang
mana pada saat itu korban sedang tidur dikamarnya. Kurang lebih pukul
15.00 WIB korban minum minuman Kuku Bima yang sudah dicampuri
apotas tersebut lalu kesakitan selanjutnya tidur dilantai ruang keluarga
sampai tidak sadarkan diri dan kemudian korban dibawa ke puskesmas Kerjo
namun oleh Dokter puskesmas disarankan untuk dibawa kerumah sakit,
kemudian korban JOKO PURWANTO dibawa ke rumah sakit amal sehat
Sragen oleh Sdr. SUTOYO dan Sdr.SYAHBILAL dan dalam perjalanan
menuju ke rumah sakit amal sehat Sragen korban meninggal dunia
3. Dakwaan Penuntut Umum
Berdasarkan Surat Penetapan Hakim Pengadilan Negeri Karanganyar
Nomor : 128/Pen.pid/2010/PN Kray tertanggal 20 September 2010 dan Surat
Pelimpahan Perkara Acara Pemeriksaan Biasa No. B-
129/0.3.33/Ep.1/09/2010 tertanggal 6 September 2010, terdakwa dihadapkan
ke persidangan dengan dakwaan telah melakukan tindak pidana pembunuhan
berencana.
SATU
PRIMAIR
Bahwa terdakwa SUPARMI alias MAMI Binti SUKAMTO pada hari Sabtu
Tanggal 12 September 2010 atau setidak tidaknya pada waktu-waktu lain
pada bulan Juni 2012 di dalam rumah milik korban JOKO PURWANTO
(suami terdakwa) yang beralamat di Dk. Kurahan Rt. 02 Rw 07 Desa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Karangrejo, Kecamatan Karangrejo Kabupaten Karanganyar atau setidak-
tidaknya pada suatu tempat yang masih termasuk di dalam wilayah Hukum
Pengadilan Negeri Karanganyar , dengan sengaja dan dengan rencana
terlebih dahulu merampas nyawa orang lain, perbuatan tersebut dilakukan
terdakwa dengan cara :
Bahwa satu bulan sebelumnya sekitar bulan Mei 2010 Terdakwa membeli
sebutir apotas di toko pertanian milik saksi MUTIAH kemudian apotas
tersebut disimpan di dapur yaitu diletakan dalam dos sandal yang berada di
rak sepatu kemudian selang satu minggu oleh terdakwa apotas tersebut
direbus menggunakan panci stainlees dengan ditambah sedikit air , dan
setelah mencair terdakwa memasukan apotas kedalam botol bekas minuman
merk GRESS dengan tutup botol AQUA. Selanjutnya terdakwa
menyembunyikan botol yang berisi apotas tersebut di bawah keranjang
sampah sampai kemudian ditutup terpal agar tidak ketahuan.
Bahwa pada tanggal tanggal 12 Juni 2010 sekitar pukul 09.00 WIB terdakwa
bertengkar dengan korban sehingga terdakwa merasa jengkel lalu sekiar
pukul 13.00 WIB ketika terdakwa pergi ke penggilingan padi dan baru
kembali pada pukul 13.30 WIB ketika terdakwa pulang dari penggilingan
padi tersebut terdakwa melihat korban JOKO PURWANTO sedang tidur di
kamar dan terdakwa melihat korban JOKO PURWANTO sedang tidur di
kamar dan terdakwa melihat ada minuman suplemen Kuku Bima milik
korban yang tinggal 1/3 gelas ditaruh di rak televise yang berada di ruang
keluarga.
Bahwa melihat korban di dalam kamar kemudian terdakwa mengambil apotas
yang sudah disiapkan dan disembunyikan di keranjang sampah uang ditutupi
terpal , lalu oleh terdakwa apotas tersebut di campurkan ke dalam gelas yang
berisi minuman Kuku Bima yang berada di rak televise tersebut, dan setelah
itu sisanya oleh terdakwa dibuang di saluran air kamar mandi.
Bahwa setelah membuang sisa apotas di kamar mandi lalu terdakwa
menyembunyikan kembalo botol tempat apotas tersebut ke tempat semula.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
Bahwa pada sore harinya sekitar pukul 14.30 WIB korban bangu tidur dan
setelah itu pukul 15.00 WIB korban JOKO PURWANTO meminum kembali
sisa minuman Kuku Bima yang sudah dicampur apotas oleh Terdakwa
tersebut, tidak beberapa lama terdakwa melihat korban batuk-batuk dan
memuntahkan minuman , terdakwa sempat panic lalu berusaha memberikan
air putih dan memijit tangan korban namun korban sudah tidak sadarkan diri.
Selanjutnya korban diangkat dan dibawa ke monil oleh saksi SUTOYO yang
pada waktu itu sedang berada di rumah korban, kemudian korban di bawa ke
Puskesmas Kerjo di susul terdakwa yang mengendarai sepeda motor
berboncengan dengan anak terdakwa, sesampai di Puskesmas Kerjo korban
dirujuk ke Rumah Sakit Amal Sehat Kabupatem Sragen namun sesampai di
Rumah Sakit tersebut korban sudah meniggal dunia.
Bahwa berdasarkan hasil kesimpulan visum et repertum dari rumah sakit
umum daerah Dr. Moewardi instalasi kedokteran forensic dan medikolegal
Nomor 01/VER/SK-26/IKF-ML/VII/2010 tanggal 7 Agustus 2010 yang
dibuat dan diatandatangani oleh dokter Adji Suwandono SH. Menerangkan
bahwa kematian korban karena adanya zat toksik racun dalam tubuh korban
yang menyebabkan mati lemas asfiksia. Hal ini sejalan dengan hasil
kesimpulan dalam berita acara pemeriksaan laboratoris kriminalistik dari
laboratorium forensik bareskrim Polri cabang Semarang Nomor Lab :
716/KTF/VII/2010 tanggal 9 Juli 2010 yang dibuat dan ditandatangani oleh
Dra. Tyas Hartiningsih B, Nurcahyo S. SSI M. M. Biotech dan Ibnu Sutarto
ST yang menerangkan BB-01620/2010 berupa sisa cairan dalam botol
mengandung racun jenis sianida.
Perbuatan Terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal
340 KUHP;
SUBSIDAIR
Bahwa terdakwa SUPARMI alias MAMI Binti SUKAMTO pada hari Sabtu
Tanggal 12 September 2010 atau setidak tidaknya pada waktu-waktu lain
pada bulan Juni 2012 di dalam rumah milik korban JOKO PURWANTO
(suami terdakwa) yang beralamat di Dk. Kurahan Rt. 02 Rw 07 Desa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
Karangrejo, Kecamatan Karangrejo Kabupaten Karanganyar atau setidak-
tidaknya pada suatu tempat yang masih termasuk di dalam wilayah Hukum
Pengadilan Negeri Karanganyar , dengan sengaja merampas nyawa orang
lain, perbuatan tersebut dilakukan terdakwa dengan cara ;
Bahwa pada tanggal tanggal 12 Juni 2010 sekitar pukul 09.00 WIB terdakwa
bertengkar dengan korban sehingga terdakwa merasa jengkel lalu sekiar
pukul 13.00 WIB ketika terdakwa pergi ke penggilingan padi dan baru
kembali pada pukul 13.30 WIB ketika terdakwa pulang dari penggilingan
padi tersebut terdakwa melihat korban JOKO PURWANTO sedang tidur di
kamar dan terdakwa melihat korban JOKO PURWANTO sedang tidur di
kamar dan terdakwa melihat ada minuman suplemen Kuku Bima milik
korban yang tinggal 1/3 gelas ditaruh di rak televise yang berada di ruang
keluarga.
Bahwa melihat korban di dalam kamar kemudian terdakwa mengambil apotas
yang sudah disiapkan dan disembunyikan di keranjang sampah uang ditutupi
terpal , lalu oleh terdakwa apotas tersebut di campurkan ke dalam gelas yang
berisi minuman Kuku Bima yang berada di rak televise tersebut, dan setelah
itu sisanya oleh terdakwa dibuang di saluran air kamar mandi.
Bahwa setelah membuang sisa apotas di kamar mandi lalu terdakwa
menyembunyikan kembalo botol tempat apotas tersebut ke tempat semula.
Bahwa pada sore harinya sekitar pukul 14.30 WIB korban bangu tidur dan
setelah itu pukul 15.00 WIB korban JOKO PURWANTO meminum kembali
sisa minuman Kuku Bima yang sudah dicampur apotas oleh Terdakwa
tersebut, tidak beberapa lama terdakwa melihat korban batuk-batuk dan
memuntahkan minuman , terdakwa sempat panic lalu berusaha memberikan
air putih dan memijit tangan korban namun korban sudah tidak sadarkan diri.
Selanjutnya korban diangkat dan dibawa ke monil oleh saksi SUTOYO yang
pada waktu itu sedang berada di rumah korban, kemudian korban di bawa ke
Puskesmas Kerjo di susul terdakwa yang mengendarai sepeda motor
berboncengan dengan anak terdakwa, sesampai di Puskesmas Kerjo korban
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
dirujuk ke Rumah Sakit Amal Sehat Kabupatem Sragen namun sesampai di
Rumah Sakit tersebut korban sudah meniggal dunia.
Bahwa berdasarkan hasil kesimpulan visum et repertum dari rumah sakit
umum daerah Dr. Moewardi instalasi kedokteran forensic dan medikolegal
Nomor 01/VER/SK-26/IKF-ML/VII/2010 tanggal 7 Agustus 2010 yang
dibuat dan diatandatangani oleh dokter Adji Suwandono SH. Menerangkan
bahwa kematian korban karena adanya zat toksik racun dalam tubuh korban
yang menyebabkan mati lemas asfiksia. Hal ini sejalan dengan hasil
kesimpulan dalam berita acara pemeriksaan laboratoris kriminalistik dari
laboratorium forensik bareskrim Polri cabang Semarang Nomor Lab :
716/KTF/VII/2010 tanggal 9 Juli 2010 yang dibuat dan ditandatangani oleh
Dra. Tyas Hartiningsih B, Nurcahyo S. SSI M. M. Biotech dan Ibnu Sutarto
ST yang menerangkan BB-01620/2010 berupa sisa cairan dalam botol
mengandung racun jenis sianida.
Perbuatan Terdakwa sebagaimana diatur dan diancam Pidana dalam Pasal
338 KUHP
ATAU KEDUA
Bahwa terdakwa SUPARMI alias MAMI Binti SUKAMTO pada hari Sabtu
Tanggal 12 September 2010 atau setidak tidaknya pada waktu-waktu lain
pada bulan Juni 2012 di dalam rumah milik korban JOKO PURWANTO
(suami terdakwa) yang beralamat di Dk. Kurahan Rt. 02 Rw 07 Desa
Karangrejo, Kecamatan Karangrejo Kabupaten Karanganyar atau setidak-
tidaknya pada suatu tempat yang masih termasuk di dalam wilayah Hukum
Pengadilan Negeri Karanganyar , telah melakukan kekerasan fisik dalam
lingkungan rumah tangga yang mengakibatkan matinya korban,, perbuatan
tersebut dilakukan terdakwa dengan cara ;
Bahwa terdakwa SUPARMI alias MAMI Binti SUKAMTO yang sesuai
dengan keterangan dalam kartu keluarga nomor : 3313162502100001
merupakan istri dari JOKO PURWANTO pada bulan Mei 2010 membeli
apotas di toko pertanian milik saksi MUTIAH kemudian apotas tersebut
disimpan di dapur yaitu diletakan dalam dos sandal yang berada di rak sepatu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
kemudian selang satu minggu oleh terdakwa apotas tersebut direbus
menggunakan panci stainlees dengan ditambah sedikit air , dan setelah
mencair terdakwa memasukan apotas kedalam botol bekas minuman merk
GRESS dengan tutup botol AQUA. Selanjutnya terdakwa menyembunyikan
botol yang berisi apotas tersebut di bawah keranjang sampah sampai
kemudian ditutup terpal agar tidak ketahuan.
Bahwa pada tanggal tanggal 12 Juni 2010 sekitar pukul 09.00 WIB terdakwa
bertengkar dengan korban sehingga terdakwa merasa jengkel lalu sekiar
pukul 13.00 WIB ketika terdakwa pergi ke penggilingan padi dan baru
kembali pada pukul 13.30 WIB ketika terdakwa pulang dari penggilingan
padi tersebut terdakwa melihat korban JOKO PURWANTO sedang tidur di
kamar dan terdakwa melihat korban JOKO PURWANTO sedang tidur di
kamar dan terdakwa melihat ada minuman suplemen Kuku Bima milik
korban yang tinggal 1/3 gelas ditaruh di rak televise yang berada di ruang
keluarga.
Bahwa melihat korban di dalam kamar kemudian terdakwa mengambil apotas
yang sudah disiapkan dan disembunyikan di keranjang sampah uang ditutupi
terpal , lalu oleh terdakwa apotas tersebut di campurkan ke dalam gelas yang
berisi minuman Kuku Bima yang berada di rak televise tersebut, dan setelah
itu sisanya oleh terdakwa dibuang di saluran air kamar mandi.
Bahwa setelah membuang sisa apotas di kamar mandi lalu terdakwa
menyembunyikan kembalo botol tempat apotas tersebut ke tempat semula.
Bahwa pada sore harinya sekitar pukul 14.30 WIB korban bangu tidur dan
setelah itu pukul 15.00 WIB korban JOKO PURWANTO meminum kembali
sisa minuman Kuku Bima yang sudah dicampur apotas oleh Terdakwa
tersebut, tidak beberapa lama terdakwa melihat korban batuk-batuk dan
memuntahkan minuman , terdakwa sempat panic lalu berusaha memberikan
air putih dan memijit tangan korban namun korban sudah tidak sadarkan diri.
Selanjutnya korban diangkat dan dibawa ke monil oleh saksi SUTOYO yang
pada waktu itu sedang berada di rumah korban, kemudian korban di bawa ke
Puskesmas Kerjo di susul terdakwa yang mengendarai sepeda motor
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
berboncengan dengan anak terdakwa, sesampai di Puskesmas Kerjo korban
dirujuk ke Rumah Sakit Amal Sehat Kabupatem Sragen namun sesampai di
Rumah Sakit tersebut korban sudah meniggal dunia.
Bahwa berdasarkan hasil kesimpulan visum et repertum dari rumah sakit
umum daerah Dr. Moewardi instalasi kedokteran forensic dan medikolegal
Nomor 01/VER/SK-26/IKF-ML/VII/2010 tanggal 7 Agustus 2010 yang
dibuat dan diatandatangani oleh dokter Adji Suwandono SH. Menerangkan
bahwa kematian korban karena adanya zat toksik racun dalam tubuh korban
yang menyebabkan mati lemas asfiksia. Hal ini sejalan dengan hasil
kesimpulan dalam berita acara pemeriksaan laboratoris kriminalistik dari
laboratorium forensik bareskrim Polri cabang Semarang Nomor Lab :
716/KTF/VII/2010 tanggal 9 Juli 2010 yang dibuat dan ditandatangani oleh
Dra. Tyas Hartiningsih B, Nurcahyo S. SSI M. M. Biotech dan Ibnu Sutarto
ST yang menerangkan BB-01620/2010 berupa sisa cairan dalam botol
mengandung racun jenis sianida.
Perbuatan terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 44
(ayat) 3 Undang Undang No. 23 Tahun 2004 Tentang Larangan Kekerasan
Dalam Rumah Tangga;
4. Pemeriksaan Saksi-saksi
Menimbang , bahwa dalam persidangan telah didengar keterangan Saksi-saksi
yaitu ;
a. JOKO JATI PURNOMO Tempat lahir Karanganyar, 50 Tahun Laki-laki,
Indonesia, Alamat Dk. Jetis Rt 06 RW 02, Desa Kuto Kecamatan Kerjo ,
Kabupaten Karanganyar
Di bawah sumpah di depan persidangan , menerangkan pada pokoknya
sebagai berikut :
- Bahwa, pada hari Minggu Tanggal 13 Juni 2010 mendapat kabar kalau
pada tanggal 12 juni 2012 sore hari adik saksi (korban yang bernama
JOJO PURWANTO) yang tinggal Dk. Kurahan Rt. 02 Rw 07 Desa
Karangrejo, Kecamatan Karangrejo Kabupaten Karanganyar telah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
meniggal dunia di Rumah Sakit Amal Sehat Sragen stelah meminum
Kuku Bima dan dimakamkan pada hari Mingu tanggal 13 Juni 2010.
- Bahwa benar setelah pemakaman pada hari Minggu 13 Juni 2010,
saksi mendapat cerita dari saksi SUTOYO kalau korban meninggal
bukan karena minuman Kuku Bima tapi karena diracun memakai
apotas dan menurut praduga sementara yang meracun adalah istri
korban (terdakwa)
- Bahwa benar setelah mendengar informasi dari saksi SUTOYO
tersebut saksi kemudian melaporkan kepada Polisi dan setelah itu
selang kira-kira satu bulan makam korban dibongkar untuk dilakukan
otopsi.
- Benar bahwa saksi selama ini tidak pernah melihat antara terdakwa
dan korban bertengkar , tetapi menurut rumor terdakwa mempunyai
PIL (Pria Idaman Lain).
- Benar bahwa menurut informasi dari saksi SUTOYO setelah minu
cairan Kuku Bima korban kemudian kejang-kejang dan muka korban
kemerah-merahan.
- Benar bahwa menurut saksi SUTOYO bekas minuman Kuku Bima
yang diminum korban sempat dicobakan oleh saksi GIYARTO ke
kolam ikan dan tidak lama kemudian ikan-ikan di kolam tersebut mati.
- Bahwa atas keterangan ,terdakwa keberatan yaitu tentang
pemberitahuan meninggalnya korban tidak di hari Minggu tetapi Sabtu
tanggal 12 juni 2010, begitu korban dinyatakan meninggal lalu saksi
selaku kakak korban langsung diberitahu.
b. Saksi SUTOYO, tempat lahir Karanganyar, 38 Tahun, laki-laki, Indonesia,
Alamat Dk. Kurahan Rt. 02, RW 07 , Desa Karangrejo , Kecamatan Kerjo,
Kabupaten Karanganyar, Islam, Swasta.
Di bawah sumpah di depan persidangan , menerangkan pada pokoknya
sebagai berikut :
- Bahwa benar saksi mnerangkan pada hari Sabtu, 12 juni 2012 di
tempat korban JOKO PURWANTO yang beralamat Dk. Kurahan Rt.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
02, RW 07, Desa Karangrejo, Kecamatan Kerjo, Kabupaten
Karanganyar, telah terjadi pembunuhan terhadap JOKO PURWANTO
- Bahwa benar saksi mencurigai yang telah membunuh JOKO
PURWANTO adalah terdakwa karena dua bulan sebelumnya korban
pernah cerita kepada saksi di rumah saksi GIYARTO kalu korban
curiga akan diracun oleh istrinya (terdakwa) yaitu ketika korban
minum kopi rasanya tidak enak dan tenggorokan jadi sakit.
- Bahwa benar selain di rumah saksi GIYARTO, korban juga pernah
cerita lagi kepada saksi mau pergi mancing kalau korban merasakan
tidak enak ketika minum suplemen Kuku Bima
- Bahwa benar menanggapi cerita korban tersebut saksi pada waktu itu
kemudian menyarankan kepada korban kalau ada kejadian seperti itu (
minum kopi atau Kuku Bima tenggorokan jadi sakit. Supaya bekasnya
jangan dibuang siapa tau kadaluwarsa.
- Benar bahwa waktu kejadian yaitu tanggal 12 Juni 2010 sekitar pukul
15.00 WIB setelah waktu Ashar saksi main ke rumah korban dan saksi
melihat korban sedang tidur di kamar. Saksi sempat melihat ada
minuman Kuku Bima dalam gelas yang ditaruh di rak televise yang
berada di ruang keluarga. Karena korban sedang tidur lalu saksi keluar
lagi.
- Bahwa benar seleng beberapa saksi melihat saat korban bangun lalu
keluar rumah mencabut singkong setelah itu korban masuk ke dalam
rumah minum Kuku Bima yang ada di dalam gelas.
- Bahwa benar belum habis Kuku Bima tersebut diminum korban sudah
memuntakan cairan minuman tersebut. Saksi mendengar terdakwa
sempat mencemooh korban dengan kata-kata “kebiasaan kalu minum
keselek-selek” (kebiasaan kalau minum tersedak) dan oleh korban
dijawab “mbok wehi opo iki engke” (kamu kasih apa tadi). Saksi juga
mendengar korban bicara “ojo mbok guwak ojo mbok guwa (jangan
kamu buang)”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
- Bahwa benar kira-kira satu-satu menit kemudian saksi melihat di
dalam rumah korban dalam keadaan tertelungkup di dekat pintu dalam
keadaan kejang-kejang, saksi berusaha memberikan pertolongan
kepada korban dengan meminumkan minyak goring tapi korban sudah
tidak sadarkan diri. Selanjutnya bersama dengan saksi HARTONO
yang baru saja dating setelah dipanggil anak korban (saksi ITA)
korban lalu di bawa ke Puskesmas Kerjo yang kemudian di rujuk lagi
ke Rumah Sakit Amal sehat Sragen namun korban sudah tidak
tertolong lagi dan meninggal dalam perjalanan.
- Bahwa benar pada waktu korban mengalami kejang-kejang setelah
meminum Kuku Bima yang ada di dalam gelas terdakwa sempat
memijit-mijit korban. Terdakwa juga sempat membuang sisa minuman
Kuku Bima yang diminum korban di kamar mandi.
- Bahwa benar pada waktu saksi HARTONO membawa korban ke
Puskesmas Kerjo lalu ke Rumah Sakit Amal Sehat Sragen terdakwa
dan anak korban (saksi ITA) menyusul mengendarai sepeda motor.
- Bahwa benar setahu saksi, korban sebelumnya sehat dan setahu saksi
kebiasaan korban minum Kuku Bima. Saksi Juga menerangkan setahu
korban tidak pernah sakit-sakitan.
- Bahwa benar saksi menerangkan bekas gelas sisa minuman Kuku
Bima yang diminum oleh korban oleh saksi GIYARTO sempat di tes
ke kolam lele milik saksi GIYARTO yaitu gelas yang direndam di
panci airnya diambil ditaruh di palstik lalu di bawa pulang oleh saksi
GIYARTO kemudian air tersebut dituangkan ke dalam kolam. Selang
sekitar dua menit ikan lele dalam kolam tersebut mati.
- Bahwa benar saksi juga menerangkan kalau persediaan Kuku Bima
yang masih ada di rumah Korban ( 5 Bungkus) untuk membuktikan
apakah Kuku Bima tersebut yang menjadi penyebab kematian korban,
lalu oleh teman-teman korban (tetangga) Kuku Bima tersebut diminum
semua dan tidak apa-apa sehingga saksi menduga kalau korban
meninggal karena diracun bukan karena suplemen Kuku Bima.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
- Bahwa benar setahu saksi , korban sering bertengkar dengan terdakwa
tetapi apa penyebabnya saksi tidak tahu karena korban orangnya
tertutup.
- Bahwa saksi membenarkan barang bukti yang diajukan di Persidangan.
- Bahwa atas keterangan saksi, terdakwa keberatan terhadap keterangan
saksi mengenai dugaan terdakwa pernah memberikan racun pada kopi
yang diminum korban sebelum kejadian karena menurut terdakwa dia
tidak pernah memberi racun pada kopi. Atas keberatan terdakwa saksi
tetap pada keterangannya.
c. Saksi ITA SARI HASTUTI Binti JOKO PURWANTO, Tempat lahir
Karanganyar, 18 Tahun, Perempuan, Indonesia, alamat Dk. Kurahan Rt. 02,
RW 07 , Desa Karangrejo , Kecamatan Kerjo, Kabupaten Karanganyar, Islam
, Pelajar.
Di bawah sumpah di depan persidangan menerangkan pada pokoknya ;
- Bahwa benar saksi menerangkan pada hari Sabtu, 12 Juni 2010 di Dk.
Kurahan Rt. 02, RW 07 , Desa Karangrejo , Kecamatan Kerjo,
Kabupaten Karanganyar, ayah saksi yang bernama JOKO
PURWANTO telah meninggal dunia dan dimakamkan pada hari
Minggu 13 Juni 2010.
- Bahwa benar selang sekitar satu bulan makam ayah saksi dibongkar
untuk dilakukan otopsi.
- Bahwa benar hari Sabtu tanggal 12 Juni sekitar pukul 15.00 WIB
ketika saksi pulang sekolah saksi sempat bertemu dengan ayah saksi
(korban) dan sempat berbincang sebentar, lalu saksi melihat korban
mengambil minuman Kuku Bima yang berada di rak televise dalam
ruang keluarga. Saksi melihat minuman tersebut tinggal ½ gelas.
- Bahwa benar saksi melihat setelah minum minuman Kuku Bima
tersebut korban langsung memuntahkan di luar dan batuk-batuk lalu
bilang ke Ibu saksi “Mbok kei opo iki( kamu kasih apa ini)” dan
dijawab terdakwa “dikei opo yen ngombe mesti kok ngono” (dikasih
apa kalau minum kok seperti itu)”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
- Bahwa benar terdakwa (ibu saksi) sempat mengambilkan air putih dan
diminumkan kepada korban (ayah saksi) dan sempat memijit-mijit
korban.
- Bahwa benar saksi melihat korban tertelungkup di lantai dan kejang-
kejang selain itu juga sempat ngorok.
- Bahwa benar saksi kemudian oleh saksi SUTOYO yang kebetulan
sedang ada di rumah saksi, korban lalu dibawa ke Puskesmas Kerjo
bersama saksi HARTONO.
- Bahwa benar saksi dan terdakwa kemudian menyusul dengan sepeda
motor ke Puskesmas Kerjo tetapi oleh Puskesmas Kerjo korban
dirujuk ke Rumah Sakit Amal Sehat Sragen.
- Bahwa benar dalam perjalanan ke Rumah Sakit Amal Sehat Sragen
korban sudah tidak tertolong lagi.
- Bahwa benar setahu saksi korban hamper tiap hari minum Kukun
Bima dan biasanya yang membuatkan adalah terdakwa.
- Bahwa benar sisa minuman Kuku Bima dibuang oleh terdakwa di
kamar mandi tetapi sebenarnya sempat dilarang oleh korban.
- Bahwa benar korban dan terdakwa sering bertengkar dan saksi juga
pernah tahu terdakwa dipukul korban tetapi ada permasalahan apa
saksi tidak mengetahuinya.
- Bahwa benar terdakwa pernha dibilang “Lonthe” oleh korban.
- Bahwa benar saksi jugabtahu kalau terdakwa punya pacar
(selingkuhan) tetapi saksi tidak pernah cerita pada korban.
- Bahwa benar saksi pernah disuruh korban untuk beli apotas.
- Bahwa barang bukti berupa gelas dan panci adalah gelas bekas
minuman Kuku Bima dan panci bekas tempat merendam gelas.
- Bahwa tas keterangan saksi terdakwa tidak menyangkal
d. Saksi HARTONO alias CINO Bin KUSNADI, Tempat lahir Karanganyar ,
51 Tahun,Indonesia, alamat Dk. Kurahan Rt. 02, RW 07 , Desa Karangrejo
, Kecamatan Kerjo, Kabupaten Karanganyar, Islam, Swasta
Di bawah sumpah di depan persidangan menerangkan pada pokonya :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
- Bahwa benar pada saksi menerangkan pada hari Sabtu tanggal 12 Juni
2010 di Dk. Kurahan Rt. 02, RW 07 , Desa Karangrejo , Kecamatan
Kerjo, Kabupaten Karanganyar tetangga saksi bernama JOKO
PURWANTO telah meninggal dunia dan dimakamkam pada hari
Minggu tanggal 13 Juni 2010
- Bahwa benar waktu kejadian yaitu tanggal 12 Juni 2010 sore hari saksi
yang baru mandi di rumah saksi dipanggil-panggil anak korban (saksi
ITA) untuk dating ke rumah korban yang katanya korban kejang-
kejang.
- Bahwa benar seketika itu juga saksi dating ke tempat korban dan pada
waktu saksi dating korban sudah adai di mobil dalam keadaan kejang,
selanjutnya bersama saksi SUTOYO, saksi mengantar korban ke
Puskesmas Kerjo. Saksi SUTOYO yang menyopir sedang saksi
memegangi korban.
- Bahwa benar sesampai di Puskesmas Kerjo , korban dirujuk ke Rumah
Sakit Amal Sehat Sragen dengan diantar saksi SUTOYO.
- Bahwa benar saksi tidak ikut mengantar korban ke Rumah sakit Amal
Sehat karena saksi baru sadar kalau saksi buru-buru ingin menolong
korban, saksi lupa kalau hanya pakai handuk dan belum berpakaian,
sehingga saksi pulang ke rumah.
- Bahwa benar pada waktu korban diantar ke Puskesmas terdakwa
menysul dengan sepeda motor.
- Bahwa benar saksi dekat dengan korban dan setahu saksi korban tidak
pernah sakit-sakitan.
- Bahwa benar selang sekitar satu bulan makam korban di bongkar
untuk dilakukan otopsi.
- Bahwa benar setelah dilakukan otopsi dan reka ulang , saksi baru tahu
kalau meninggalnya korban karena diracun oleh terdakwa dengan
memakai apotas.
- Bahwa atas keterangan saksi , terdakwa tidak keberatan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
e. Saksi SULARSIH Binti Sugiman, Tempat lahir Karanganyar, 41 Tahun,
perempuan, Indonesia, Alamat Dk. Jetis Rt. 06, RW 01 , Desa Kuto ,
Kecamatan Kerjo, Kabupaten Karanganyar, Islam, guru/PNS
Di bawah sumpah di depam persidangan menerangkan pada pokonya :
- Bahwa benar saksi menerangkan pada hari Sabtu tanggal 12 juni 2010
di Dk. Kurahan Rt. 02, RW 07 , Desa Karangrejo , Kecamatan Kerjo,
Kabupaten Karanganyar mendengar kalau JOKO PURWANTO telah
meninggal dunia dan dimakamkan pada hari Minggu tanggal 13 Juni
2010.
- Bahwa benar setahu saksi pada waktu itu menurut kabar korban
meninggal karena kesedak minuman Kuku Bima.
- Bahwa benar setahu saksi korban tidak pernah sakit-sakitan.
- Bahwa benar pada waktu saksi melayat dan menunggui terdakwa yang
tidak sadarkan diri dalam kamar, setelah terdakwa sadar kemudian
saksi mendengar saksi ITA berkata pada ibunya (terdakwa) dengan
kata-kata “ bu, marai bar mbok wenei pil putih mau (itu karena
setelah kamu kasih pil putih tadi)” dan kemudian terdakwa bilanh
“sst… menengo wae (sst …diam saja).
- Bahwa benar karena mendengar saksi percakapan tersebut saksi
menjadi curiga kalau korban meningal karena diracun oleh terdakwa.
- Bahwa benar saksi mendengar dari tetangga korban kalau korban
dengan terdakwa sering bertengkar.
- Bahwa atas keterangan saksi , terdakwa keberatan mengenai
keterangan kalau saksi mendengar percakapan antara dirinya dengan
anak terdakwa (saksi ITA) mengenai kata-kata “ bu, marai bar mbok
wenei pil putih mau (itu karena setelah kamu kasih pil putih tadi),
menurut terdakwa , saksi ITA tidak pernah berkata demikian.
- Bahwa benar keterangan saksi kemudian dikroscek dengan saksi ITA
dan menurut ITA dia menyangkal apa yang diterangkan saksi
SULARSIH.
- Atas sangkalan tersebut , saksi tetap pada keterangannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
f. Saksi GIYARTO, tempat lahir Karanganyar , 31 Tahun , laki-laki ,
Indonesia, alamat Dk. Kurahan Rt. 02, RW 07, Desa Karangrejo,
Kecamatan Kerjo, Kabupaten Karanganyar, Islam, Swasta
Di bawah sumpah di depan persidangan menerangkan pada pokonya :
- Bahwa benar saksi menerangkan mendapat kabar kalau pada tnggal 12
Juni 2010 sore hari JOKO PURWANTO yang tinggal di Dk. Kurahan
Rt. 02, RW 07 , Desa Karangrejo , Kecamatan Kerjo, Kabupaten
Karanganyar, Islam, Swasta telah meninggal dunia di Rumah Sakit
Amal Sehat Sragen setelah meminum Kuku Bima dan dimakamkan
pada hari minggu tanggal 13 Juni 2010.
- Bahwa benar saksi mendengar korban meninggal dunia setelah
meminum suplemen Kuku Bima.
- Bahwa benar untuk membutikan korban meninggal karena Kuku
Biman atau penyebab lainnya , maka saksi berinisiatif mencari bekas
gelas minuman yang dipakai oleh korban.
- Bahwa benar di dalam kamar mandi saksi menemukan gelas bekas
minuman yang dipakai korban.
- Bahwa benar di dalam kamar mandi saksi menemukan gelas bekas
minuman yang direndam dalam panci.
- Bahwa benar saksi kemudian dengan disaksikan saksi SUTOYO dan
salah satu anggota keluarga , saksi mengambil air bekas rendaman
gelas lalu di taruh dalam plastik, setelah itu di bawa pulang ke rumah
saksi untuk di uji cobakan ke dalam kolam ikan yang berisi ikan lele.
- Bahwa benar saksi melihat kurang lebih ½ jam kemudin 6 ekor lele
yang berada dalam kolam tersebut mati. Selanjutnya atas temuan
tersebut saksi lalu memberitahukan pada saksi JOKO JATI.
- Bahwa benar sewaktu mengambil gelas yang direndam dalam paci
tersebut saksi masih melihat ada seidkit endapan putih.
- Bahwa benar setelah melihat lele mati saksi menjadi curiga kalau
korban meninggal karena diracun tetapi siapa yang telah melakukan
saksi tidak tahu baru kemudian setelah diperiksa di Polisi saksi tahu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
kalau yang melakukan adalah istri korban sendiri yaitu korban diracun
dengan memakai apotas.
- Bahwa benar saksi menurut saksi SUTOYO yang menaruh gelas bekas
minuman di kamar mandi adalah terdakwa.
- Bahwa benar sebelum kejadian yaitu pagi hari saksi masih ketemu
dengan korban dan saksi melihat korban dalam keadaan sehat.
- Bahwa benar saksi tahu kalau diantara korban dan terdakwa sering
bertengkar dan korban juga pernah cerita kepada saksi kira-kira 3
bulan sebelum kejadian kalau istrinya punya selingkuhan. Bahka
kurang lebih 1 minggu sebelum kejadian pada waktu pergi mancing
korban juga pernah cerita kalau korban curiga terdakwa akan meracun
korban. Seingat saksi kata-kata korban yaitu “opo aku arep diracun
istriku yo?. Mendengar cerita korban saksi pikir hanya guyonan
sehinga saksi pada waktu itu tidak menanggapi.
- Bahwa saksi membenarkan barang bukti yang diperlihatkan di
persidangan yaitu gelas dan panci yang pada waktu itu dilihat saksi ada
di kamar mandi. Sedangkan untuk barang bukti berupa kaos saksi tidak
mengetahuinya.
- Bahwa atas keterangan saksi , terdakwa keberatan atas keterangan
saksi kalau terdakwa hendak meracun korban 1 minggu sebelum
kejadian. Atas keberatan tersebut saksi tetap pada keterangannya.
g. Saksi ELIES ANDRIANI Binti SUTRISNO, Tempat lahir Karanganyar,
31 tahun , perempuan, Indonesia , alamat Dk. Karangnongko Rt.01 Rw 05,
Desa Karangrejo , Kecamatan Kerjo, Kabupaten Karanganyar, Islam,
Swasta
Di bawah sumpah di depan persidangan menerangkan pada pokonya :
- Bahwa benar saksi menerangkan diberitahu orang-orang kalau pada
hari Sabtu, 12 Juni 2010 di Dk. Kurahan Rt. 02, RW 07, Desa
Karangrejo, Kecamatan Kerjo, Kabupaten Karanganyar JOKO
PURWANTO (suami terdakwa) telah meninggal dunia dan
dimakamkan pada hari Minggu 13 Juni 2010.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
- Bahwa benar menurut kabar suami terdakwa meninggal karena
keracunan Kuku Bima.
- Bahwa benar kurang lebih 1 minggu sebelum kejadian terdakwa
sempat curhat kepada saksi di depam rumah orang tua korban kalau
terdakwa habis bertengkar dengan suaminya. Terdakwa juga sempat
berbicara kalau terdakwa jengkel dengan suaminya dan akan meracuni
suaminya.
- Bahwa benar sewaktu berbicara tersebut wajah atau ekspresi terdakwa
biasa saja.
- Bahwa benar saksi pernah mendengar kalau hubungan terdakwa
dengan suaminya kurang harmonis dan katanya sering bertengkar.
- Bahwa benar saksi mengajak terdakwa untuk senam tapi terdakwa
tidak mau karena dilarang suaminya.
- Bahwa keterangan saksi di benarkan terdakwa.
h. Saksi MUTIAH alias MUTIK Binti Marya, Tempat lahir Karanganyar , 41
tahun, perempuan, Indonesia, alamata Dk. Bloran Rt.01 Rw 01, Desa
Gompolan, Kecamatan Kerjo, Kabupaten Karanganyar, Islam,
Wiraswasta.
Di bawah sumpah di depan persidangan menerangkan pada pokonya :
- Bahwa benar saksi menerangkan pada hari Minggu tanggal 13 Juni
2010 sekitar pukul 07.00 WIB mendengar ada orang meninggal dunia
setelah meminum Kuku Bima.
- Bahwa benar kalau saksi bekerja wiraswasta yaitu pedagang toko
kelontong berupa pakaian, onderdil sepeda motor, bahan bangunan
serta obat-obatan pupuk pertanian.
- Bahwa benar di toko saksi menjual apotas, arifo, ferpai, akodan dan
obat-obatan pemberantas hama lainnya.
- Bahwa benar menurut saksi apotas digunakan untuk membasmi hama
pertanian seperti wereng, dan tikus sawah, apotas dapat dijual bebas.
Harga apotas tersebut satu butirnya Rp.3500,- . Saksi juga
menerangkan kalau apotas mengenai tangan bisa menyebabkan gatal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
- Bahwa benar saksi menerangkan terdakwa pernah membeli satu butir
apotas di toko saksi kurang lebih 1 bulan sebelum kejadian yaitu
sekitar bulan Mei 2010.
- Bahwa atas keterangan saksi tersebut, terdakwa mengatakan sewaktu
di Polres saksi mengatakan kalau tidak ingat terdakwa membeli apotas
di tempat saksi.
5. Keterangan Ahli :
RORRY HARTONO, Dr, Sp.F, MH, lahir di Malang, 49 tahun, laki-
laki,Indonesia, alamat Jl. Arjuna F.13 , Grogol Indah, Solobaru Sektor 7
Sukoharjo, Islam pekerjaan Dokter.
Di bawah sumpah keterangan ahli dibacakan sebagai mana di BAP dari
Penyidik Polisi, menerangkan pada pokonya sebagai berikut :
- Bahwa benar saksi diminta keterangan sebagai saksi sehubungan
dengan pemeriksaan luar dan dalam pembongkaran makam yang
dilakukan oleh saksi.
- Bahwa benar saksi menerangkan bekerja di rumah sakit Dr. Moewardi
Surakarta dan menjabat sebagai Kepala Instalasi Kedokteran Forensik
dan bertugas sebagai dokter Forensik.
- Bahwa benar pada hari Sabtu tanggal 10 Juli dari pukul 09.30 WIB
sampai dengan pukul 12.30 WIB telah melakukan pembongkaran
makam dan melaksanakan pemeriksaan terhadap mayat atas nama
JOKO PURWANTO di pemakaman umum Dk. Jatisari, Desa
Karangrejo, Kecamatan Kerjo, Kabupaten Karanganyar.
- Bahwa benar tindakan kedokteran dalam pelaksanaan bongkar kubur
yaitu bongkar makam , jenasah diletakan di meja otopsi, pemeriksaan
luar dan dalam pengambilan sebagian organ tubuh untuk pemeriksaan
penunjang, dokumentasi pengkafanan kembali jenasah untuk
dimakamkan kembali.
- Bahwa benar berdasarkan hasil Visum Et Repertum yaitu diantaranya
jenasah membusuk lanjut, pemeriksaan luar jenasah tidak ditemukan
tanda-tanda penganiayaan, pemeriksaan dalam ditemukan dalam limfe
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
terdapat warna hijau kehitaman sedangkan di organ lambumg terdapat
warna merah kehitaman.
- Bahwa benar adanya poin limfe dan lambung hal ini menunjukan
adanya kondisi yang tidak wajar karena bilamana pembusukan lanjut
yang wajar semestinya warna seluruh organ sama dengan sekitarnya,
untuk itu perlu dilakukan pengambilan organte tersebut untuk
pemeriksaan penunjang.
- Bahwa benar dilihat dari pembusukan lanjut pada limfe dan lambung
tersebut yaitu pada limfe berwarna hijau kehitaman dan di lambung
warna hitam kemerahan adalah sebagai bukti awal kalau meninggalnya
korban dikarenakan keracunan.
- Bahwa benar gejala awal orang keracunan yaitu lewat mulut atau
terhirup kemungkianan didapat gejala umum antara lain mual, muntah,
diare, pusing, seperti orang mabuk tergantung dari racun apa yang
masuk.
- Bahwa benar orang meninggal karena apotas atau racun tergantung
dari jumlah racun yang diminumnya dan kekuatan tubuh atau kondisi
fisik orang yang meminumnya.
- Bahwa benar dalam teori kedokteran tanda-tanda atau penyebab
kematian dapat ditemukan dengan cara dilakukan segera mungkin
bongkar makam sampai dengan organ tersebut masih bisa dilakukan
pemeriksaan tergantung dari racun yang diminum.
- Bahwa benar untuk korban JOKO PURWANTO diterangkan korban
meninggak dunia karena keracunan dan masih ditemukan tanda-tanda
yaitu di dalam limfe dan lambung namun mengenai racun apa yang ada
pada organ tersebut tidak bisa diketahui karena pembusukan lanjut.
- Bahwa benar korban JOKO PURWANTO meninggal dunia karena
adanya racun yang masuk ke dalam tubuh melalui pencernaan yang
mengakibatkan rusaknya organ-organ tubuh sehingga korban mati
lemas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
- Bahwa atas keterangan ahli yang dibacakan tersebut, terdakwa tidak
keberatan.
6. Surat
- Berita Acara Pemeriksaan Laboratoris Kriminalistik Nomor
716/KTF/VII/2010 tanggal 9 Juli 2010 dari Pusat Laboratorium Forensik
Bareskrim Polri cabang Semarang.
- Visum Et Repertum Nomor 001/VER/SK-26/IKF-ML/VII/2010 dari
Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi Instalasi Kedokteran Forensik
dan Medikolegal.
7. Keterangan Terdakwa
Bahwa SUPARMI alias MAMI binti SUKAMTO , di depan persidangan
menerangkan pada pokoknya :
- Bahwa benar terdakawa menerangkan kalau pada tanggal 12 Juni 2010
sore hari JOKO PURWANTO suami terdakwa di Dk. Kurahan Rt. 02,
RW 07, Desa Karangrejo, Kecamatan Kerjo, Kabupaten Karanganyar
telah meninggal dan dimakamkan pada hari Minggu 13 Juni 2010.
- Bahwa benar suami terdakwa (korban JOKO PURWANTO)
meninggal karena sengaja diracun oleh terdakwa dengan apotas yang
dicampur dalam minuman Kuku Bima.
- Bahwa benar satu bulan sebelum kejadian yaitu sekitar bulan Mei 2010
Terdakwa membeli sebutir apotas di toko pertanian kemudian apotas
tersebut di simpan di dapur yaitu diletakan di dalam dos sandal yang
berada di rak sepatu, kemudian selamh sekitar satu minggu oleh
terdakwa apotas tersebut direbus menggunakan panci stainlees dengan
ditambah sedikit air, dan setelah mencair Terdakwa memasukan apotas
ke dalam botol bekas minuman merk GRESS dengan tutu botol
AQUA. Selanjutnya Terdakwa menyembunyikan botol yang berisi
apotas tersebut di keranjang sampah kemudian ditutup terpal agar tidak
ketahuan.
- Bahwa benar pada tanggal 12 Juni 2010 sekitar pukul 09.00 WIB
Terdakwa bertengkar dengan korban sehingga Terdakwa merasa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
jengkel lalu sekitar pukul 13.00 WIB Terdakwa pergi ke penggilingan
padi dan baru kembali sekitar pukul 13.00 WIB. Ketika terdakwa
pulang dari penggilingan padi tersebut Terdakwa melihat korban
JOKO PURWANTO sedang tidur di kamar dan Terdakwa melihat ada
minuman suplemen Kuku Bima milik korban yang tinggal 1/3 gelas
ditaruh di rak televisi yang berada di ruang keluarga.
- Bahwa benar melihat korban tidur di dalam kamar kemudian Terdakwa
mengambil apotas yang sudah disiapkan dan disembunyikan di
keranjang sampah yang ditutup terpal, lalu oleh Terdakwa apotas
tesebut dicampurkan ke dalam gelas yang berisi minuman Kuku Bima
yang berada di rak televise tersebut, dan setelah itu sisanya oleh
Terdakwa dibuang di saluran kamar mandi.
- Bahwa benar setelah membuang sisa apotas di kamar mandi lalu
Terdakwa menyembunyikan kembali botol tempat apotas tersebut ke
tampat semula.
- Bahwa benar pada sore harinya sekitar pukul 14.30 WIB korban
bangun tidur dan setelah itu sekitar pukul 15.00 WIB korban JOKO
PURWANTO meminum kembali sisa minuman Kuku Bima yang
sudah dicampur apotas oleh terdakwa tersebut, tidak beberapa lama
Terdakwa melihat korban batuk-batuk dan memuntahkan minuman,
Terdakwa sempat panik lalu berusaha memberikan air putih dan
memijit tangan korban namun korban sudah tidak sadarkan diri.
Selanjutnya korban diangkat dan di bawa ke mobil oleh saksi
SUTOYO yang pada waktu itu sedang ada di rumah korban, kemudian
korban di bawa ke Puskesmas Kerjo disusul oleh Terdakwa yang
mengenadarai sepeda motor berboncengan dengan anaka Terdakwa,
sesampai di Puskesmas Kerjo korban dirujuk ke Rumah Sakit Amal
Sehat Kabupaten Sragen namun sampai di Rumah Sakit tersebut
korban sudah meninggal dunia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
- Bahwa benar terdakwa hidup berumah tangga dengan korban sudah 20
Tahun . Dan selama perkawinan tersebut antara korban dan terdakwa
sering terjadi pertengkaran dan korban juga sering memukul terdakwa.
- Bahwa benar terdakwa mengakui kalau mempunyai PIL (Pria Idaman
Lain) yang bernama SUMADI (DPO) dan hubungan tersebut berjalan
selama 9 Bulan.
- Bahwa benar yang member ide supaya terdakwa meracun korban
dengan apotas adalah SUMADI.
- Bahwa benar terdakwa membeli apotas sebanyak 1 butir dengan harga
Rp.3500,-
- Bahwa benar terdakwa ingin bercerai dengan korban tetapi korban
tidak mau menceraikan.
- Bahwa benar bahwa anak terdakwa (saksi ITA) tahu kalau terdakwa
punya hubungan dengan SUMADI.
- Bahwa benar barang bukti yang diajukan dalam persidangan adalah
gelas bekas minuman dan panci tempat merendam gelas bekas Kuku
Bima yang telah dicampur terdakwa dengan apotas.
- Bahwa atas perbuatan tersebut terdakwa merasa menyesal.
8. Petunjuk
Dengan adanya persesuaian antara keterangan saksi-saksi, keterangan
terdakwa, keterangan ahli, alat bukti surat dan didukung dengan adanya
barang bukti yang ada maka ini dapat dijadikan alat bukti petunjuk adanya
tindak pidana yang dilakukan oleh terdakwa.
9. Pertimbangan Jaksa Penuntut Umun untuk Melakukan Penuntutan
Dalam sebuah proses penuntutuan Jaksa Penuntut Umum harus
bertindak secara cermat dalam membuat sebuah surat tuntutan. Hal ini
bertujuan agar tuntutan yang dibuat dapat mewujudkan rasa keadilan. Skema
kerangka berpikir proses penyusunan penuntutan dapat di gambarkan
sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
Gambar 3. Skema Penyusunan Surat Tuntutan
Berdasarakan skematik di atas pihak yang pertama kali menangani
Tindak Pidana pembunuhan adalah penyidik Kepolisian yang bertugas
melakukan penyidikan dan pembuatan Berita Acara Pemeriksaan (BAP).
Setelah pemeriksaan di tingkat kepolisian/ penyidik dirasa lengkap, kasus
dilimpahkan ke kejaksaan untuk dilakukan proses penuntutan. Pelimpahan
perkara dilengkapi dengan berkas perkara, tersangka dan alat bukti lainnya.
Selanjutya BAP diserahkan kepada Kejaksaan Negeri, apabila BAP sudah
lengkap maka langkah selanjutnya adalah penyusunan Surat Dakwaan oleh
Penuntut Umum yang memuat rumusan tindak pidana yang didakwakan
kepada terdakwa yang disimpulkan dan ditarik dari hasil pemeriksaan
penyidikan dan merupakan dasar bagi hakim dalam pemeriksaan di
persidangan. Berdasarkan surat dakwaan yang dibuat maka Jaksa Penuntut
Umum dan fakta-fakta di persidangan langkah terahkir adalah membuat surat
tuntutan yang memuat pembuktian Surat Dakwaan berdasarkan alat-alat
bukti yang terungkap di persidangan dan kesimpulan penuntut umum tentang
kesalahan terdakwa disertai dengan tuntutan pidana.
Dalam kasus ini dakwaan kesatu Primairnya mendakwa terdakwa
SUPARMI Alias MAMi binti SUKAMTO telah melanggar Pasal 340 KUHP
yang unsur-unsur pokoknya sebagai berikut:
- Unsur barang siapa;
- Unsur sengaja;
- Unsur direncanakan;
- Unsur menghilangkan nyawa orang lain.
a. Unsur Barangsiapa
Bahwa yang dimaksud dengan unsur “Barang siapa” adalah setiap
subyek hukum sebagai pelaku perbuatan pidana, dalam hal ini orang
BAP dari Penyidik Penyusunan Surat Dakwaan
Penyusunan Surat Tuntutan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
yang dapat dipertanggungjawabkan atas perbuatannya tersebut sesuai
dengan ketentuan Pasal 44 KUHP.
Berdasarkan keterangan saksi-saksi, keterangan para terdakwa,
unsur barang siapa ini tidak lain adalah para terdakwa yang
identitasnya termuat dalam Surat Dakwaan, dan selama
berlangsungnya persidangan tidak ditemukan adanya alasan pemaaf
maupun alasan pembenar.
Dalam dakwaan Penuntut Umum tercantum identitas terdakwa
yaitu SUPARMI Alias MAMI binti SUKAMTO setelah diperiksa di
persidangan identitas tersebut telah cocok dan sesuai serta terdakwa
dan termasuk orang yang dapat mempertanggungjawabkan
perbuatannya, sehingga unsur ini telah terbukti secara sah dan
meyakinkan. Dengan demikian unsur “Barang Siapa” ini telah
terbukti.
b. Unsur Sengaja
Teori kesengajaan ada 3, yaitu kesengajaan sebagai tujuan,
kesengajaan sebagai kemungkinan dan kesengajaan sebagai
keinsyafan yang pasti. Dari kriteria tersebut Penuntut Umum akan
mempertimbangkan termasuk kriteria yang mana pembunuhan yang
dilakukan oleh para terdakwa.
Dari fakta-fakta di persidangan, bahwa terdakwa SUPARMI Alias
MAMI binti SUKAMTO merupakan suami dari korban JOKO
PURWANTO. Adapun sampai terjadinya pembunuhan yang
dilakukan oleh terdakwa Suparmi terhadap suaminya adalah sebagai
berikut :
1) Bahwa benar satu bulan sebelum kejadian yaitu sekitar bulan
Mei 2010 Terdakwa membeli sebutir apotas di toko pertanian
kemudian apotas tersebut di simpan di dapur yaitu diletakan di
dalam dos sandal yang berada di rak sepatu, kemudian selamh
sekitar satu minggu oleh terdakwa apotas tersebut direbus
menggunakan panci stainlees dengan ditambah sedikit air, dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
setelah mencair Terdakwa memasukan apotas ke dalam botol
bekas minuman merk GRESS dengan tutu botol AQUA.
Selanjutnya Terdakwa menyembunyikan botol yang berisi
apotas tersebut di keranjang sampah kemudian ditutup terpal
agar tidak ketahuan.
2) Bahwa benar pada tanggal 12 Juni 2010 sekitar pukul 09.00
WIB Terdakwa bertengkar dengan korban sehingga Terdakwa
merasa jengkel lalu sekitar pukul 13.00 WIB Terdakwa pergi
ke penggilingan padi dan baru kembali sekitar pukul 13.00
WIB. Ketika terdakwa pulang dari penggilingan padi tersebut
Terdakwa melihat korban JOKO PURWANTO sedang tidur di
kamar dan Terdakwa melihat ada minuman suplemen Kuku
Bima milik korban yang tinggal 1/3 gelas ditaruh di rak televise
yang berada di ruang keluarga.
3) Saat korban tidur di dalam kamar kemudian Terdakwa
mengambil apotas yang sudah disiapkan dan disembunyikan di
keranjang sampah yang ditutup terpal, lalu oleh Terdakwa
apotas tesebut dicampurkan ke dalam gelas yang berisi
minuman Kuku Bima yang berada di rak televise tersebut, dan
setelah itu sisanya oleh Terdakwa dibuang di saluran kamar
mandi.
4) Setelah setelah membuang sisa apotas di kamar mandi lalu
Terdakwa menyembunyikan kembali botol tempat apotas
tersebut ke tampat semula.
5) Pada sore harinya sekitar pukul 14.30 WIB korban bangun
tidur dan setelah itu sekitar pukul 15.00 WIB korban JOKO
PURWANTO meminum kembali sisa minuman Kuku Bima
yang sudah dicampur apotas oleh terdakwa tersebut, tidak
beberapa lama Terdakwa melihat korban batuk-batuk dan
memuntahkan minuman, Terdakwa sempat panik lalu berusaha
memberikan air putih dan memijit tangan korban namun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
korban sudah tidak sadarkan diri. Selanjutnya korban diangkat
dan di bawa ke mobil oleh saksi SUTOYO yang pada waktu itu
sedang ada di rumah korban, kemudian korban di bawa ke
Puskesmas Kerjo disusul oleh Terdakwa yang mengenadarai
sepeda motor berboncengan dengan anaka Terdakwa, sesampai
di Puskesmas Kerjo korban dirujuk ke Rumah Sakit Amal
Sehat Kabupaten Sragen namun sampai di Rumah Sakit
tersebut korban sudah meninggal dunia.
Dari fakta-fakta diatas yaitu dari mulai terdakwa membeli apotas
kemudian menyimpannya kemudian merebus apotas untuk
selanjutnya dimasukan ke dalam botol sampai pada ahkirnya
dicampurkan ke dalam minuman Kuku Bima yang diminum korban
dapat kita peroleh kesimpulan bahwa adanya niat dan kesengajaan
dari terdakwa untuk menghilangkan nyawa korban Joko Purwanto.
Bahwa terhadap unsur kesengajaan dalam melakukan perbuatan
pidana, untuk menentukan ada tidaknya kesengajaan di dalam ajaran
hukum pidana yang dikembangkan dalam praktek peradilan yang
yurisprudensi ditegaskan bahwa perbuatan itu dilakukan dengan
sengaja apabila pada diri pelaku memang menghendaki untuk
melakukan dan mengetahui tentang akibat yang akan timbul dari
perbuatannya. Dengan demikian unsur ini telah terbukti secara sah
dan meyakinkan, sehingga unsur sengaja ini dapat dibuktikan dan
terbukti
c. Unsur Direncanakan Terlebih Dahulu
Pengertian direncanakan terlebih dahulu adalah adanya waktu
berpikir untuk melaksanakan kehendaknya ataukah membatalkan
niatnya. Waktu berpikir tidak boleh terlalu lama maupun terlalu
sempit.
Bahwa suatu perbuatan pidana masuk dalam kategori direncanakan
apabila beberapa sebelum perbuatan pidana dilakukan pada diri
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
pelaku masih terdapat kesempatan berpikir menentukan jadi tidaknya
perbuatan dilakukan.
Adapun fakta-fakta yang dapat diajukan oleh Penuntut Umum
untuk memenuhi unsur-unsur perencanaan ini adalah sebagai berikut :
1) Bahwa benar satu bulan sebelum kejadian yaitu sekitar bulan
Mei 2010 Terdakwa membeli sebutir apotas di toko pertanian
kemudian apotas tersebut di simpan di dapur yaitu diletakan di
dalam dos sandal yang berada di rak sepatu, kemudian selamh
sekitar satu minggu oleh terdakwa apotas tersebut direbus
menggunakan panci stainlees dengan ditambah sedikit air, dan
setelah mencair Terdakwa memasukan apotas ke dalam botol
bekas minuman merk GRESS dengan tutu botol AQUA.
Selanjutnya Terdakwa menyembunyikan botol yang berisi
apotas tersebut di keranjang sampah kemudian ditutup terpal
agar tidak ketahuan.
2) Bahwa benar pada tanggal 12 Juni 2010 sekitar pukul 09.00
WIB Terdakwa bertengkar dengan korban sehingga Terdakwa
merasa jengkel lalu sekitar pukul 13.00 WIB Terdakwa pergi
ke penggilingan padi dan baru kembali sekitar pukul 13.00
WIB. Ketika terdakwa pulang dari penggilingan padi tersebut
Terdakwa melihat korban JOKO PURWANTO sedang tidur di
kamar dan Terdakwa melihat ada minuman suplemen Kuku
Bima milik korban yang tinggal 1/3 gelas ditaruh di rak televisi
yang berada di ruang keluarga.
3) Saat korban tidur di dalam kamar kemudian Terdakwa
mengambil apotas yang sudah disiapkan dan disembunyikan di
keranjang sampah yang ditutup terpal, lalu oleh Terdakwa
apotas tesebut dicampurkan ke dalam gelas yang berisi
minuman Kuku Bima yang berada di rak televise tersebut, dan
setelah itu sisanya oleh Terdakwa dibuang di saluran kamar
mandi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
Unsur direncanakan terlebih (voorbedahchte rade) antara timbulnya maksud untuk membunuh dengan pelaksanaannya itu mash ada tempoh bagi si pembuat untuk dengan tenang memikirkan misalnya dengan cara bagimanakah pembuhuan itu dilakukan. Tempoh ini ini tidak boleh terlalu sempit, akan tetapi sebaliknya juga tidak perlu terlalu lama, yang penting ialah apakah di dalam tempoh itu si pembuat dengan tenang masih dapat berpikir-pikir, yang sebenarnya ia masih ada kesempatan untuk membatalkan niatnya akan mebunuh itu, akan tetatpi ia tidak pergunakan. Pembunuhan dengan mempergunakan racun hamper semua merupakan moord. (R.Susilo1986:241) Dalam kasus ini baik dari keterangan saksi-saksi maupun
terdakwa serta adanya barang bukti yang diajukan dipersidangan,
menurut Penuntut Umum terdapat suatu keadaan yang membuktikan
adanya unsur perencanaan dalam kejadian peristiwa pembunuhan
terhadap korban Joko Purwanto yang dilakukan oleh terdakwa
Suparmi, sehingga terdakwa dapat dijerat dengan dakwaaan
“Pembunuhan Berencana”;
d. Unsur Menghilangkan Nyawa Orang Lain
Bahwa unsur ini merupakan tujuan atau maksud dari unsur
sebelumnya yakni unsur sengaja artinya menghilangkan nyawa orang
lain merupakan maksud dari perbuatan yang dilakukan oleh pelaku
perbuatan sehingga perbuatan yang dilakukan pelaku tersebut benar-
benar mengakibatkan hilangnya nyawa orang lain.
Maksud dari unsur ini adalah kematian orang lain tersebut
disengaja sebagai tujuan dalam niat dari pelaku.
Berdasarkan fakta yang terungkap di persidangan baik didapat
dari keterangan saksi-saksi, keterangan terdakwa dan dihubungkan
dengan barang bukti yang diajukan di persidangan, terdapat fakta
sebagai berikut : Menurut Visum Et Repertum Nomor
001/VER/SK-26/IKF-ML/VII/2010 dari Rumah Sakit Umum Daerah
Dr. Moewardi Instalasi Kedokteran Forensik dan Medikolegal yang
ditangani oleh Dr. Rorry Hartono Sp.F, MH, Dokter Spesialis
Forensik bersama dengan Dr. Adji Suwandono, S.H. Menerangkan
bahwa kematian korban oleh karena adanya zat toksik/racun dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
tubuh korban yang menyebabkan mati lemas asfiksia. Hal ini sejalan
dengan hasil kesimpulan dalam Berita Acara Pemeriksaan Laboratoris
Kriminalistik dari Pusat Laboratorium Forensik Bareskrim Polri
Cabang Semarang Nomor Lab : 716/KTF /VII/2010 tanggal 9 Juli
2010 yang dibuat dan ditandangani oleh Dra. Tyas Hartiningsih, B.
Nurcahyo,S.Si, M. Biotech, dan Ibnu Suatarto, ST. yang menerangkan
BB-01620/2010 berupa sisa cairan dalam botol mengandung racun
jenis sianida.
Fakta ini sesuai dengan keterangan saksi-saksi , keteranga
terdakwa, alat bukti surat, serta didukung dengan adanya barang bukti
yang diajukan dalam persidangan.Dengan demikian unsur ini juga
telah terpenuhi.
Berdasarkan uraian diatas Jaksa Penuntut Umum menyimpulkan
bahwa perbuatan terdakwa telah memenuhi rumusan unsur-unsur
perbuatan pidana pembunuhan berencana sebagaimana didakwakan
dalam dakwaan alternative KESATU PRIMAIR yaitu melanggar
Pasal 340 KUHP.
Adapun pertimbangan sebelum menjatuhkan pidana, Majelis
Hakim akan mempertimbangkan hal-hal yang memberatkan dan
meringankan sebagai berikut :
1) Hal-hal yang memberatkan
- Perbuatan Terdakwa dilakukan terhadap suaminya sendiri
2) Hal-hal yang meringankan
- Terdakwa bersikap sopan selama proses persidangan berlangsung
- Terdakwa berterus terang dan tidak berbeli-belit dalam
memberikan keterangan
- Terdakwa menyesali perbuatannya dan berjanji untuk tidak
mengulanginya di kemudian hari.
- Terdakwa masih mempunyai dua orang anak yang masih
membutuhkan keberadaan terdakwa selaku ibu kandungnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
10. Tuntutan Jaksa Penuntut Umum
Terhadap tindak pidana pembunuhan yang dilakukan oleh terdakwa Suparmi
Alias Mami Binti Sukamto telah melanggar Pasal 340 KUHP, maka Jaksa
Penuntut Umum dalam persidangan mengajukan tuntutannya sebagai berikut :
a. Menyatakan terdakwa Suparmi Alias Mami Binti Sukamto bersalah
melakukan tindak pidana pembunuhan berencana sebagaimana diatur
dalam Pasal 340 KUHP , dalam dakwaam alternatif kesatu PRIMAIR.
b. Menjatuhkan pidana terhadap Suparmi Alias Mami Binti Sukamto
dengan pidana penjara selama 15 (lima belas tahun) dikurangi selama
terdakwa berada dalam tahanan. Denga perintah terdakwa tetap
ditahan.
c. Menyatkan barang bukti berupa :
- Satu buah gelas kaca bening yang bertuliskan Close Up
- Satu buah bekas minuman merk Gress
- Satu buah panic warna putih berbentuk bulat
Dirampas untuk dimusnahkan
- Satu potong pakaian berupa kaos warna merah
Dikembalikan kepada saksi SUTOYO
d. Menetapkan agar biaya perkara sebesar Rp. 2.500,- dibebankan kepada
Terdakwa.
11. Pembahasan
Jaksa Penuntut Umum setelah menerima berkas perkara penyidikan dari
Kepolisian menghadapkan terdakwa ke depan persidangan. Berdasarkan
Surat Penetapan Hakim Pengadilan Negeri Karanganyar Nomor :
128/Pen.pid/2010/PN Kray tertanggal 20 September 2010 dan Surat
Pelimpahan Perkara Acara Pemeriksaan Biasa No. B-
129/0.3.33/Ep.1/09/2010 tertanggal 6 September 2010, terdakwa dihadapkan
ke persidangan dengan dakwaan telah melakukan tindak pidana pembunuhan
berencana.
Berikut adalah analisa penulis terhadap surat tuntutan No.Prin-
755/0.3.33/epp.1/07/2010 terhadap kasus pembunuhan berencana yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
terjadi di Karanganyar dengan terdakwa SUPARMI Alias MAMI binti
SUKAMTO :
a) Analisa Fakta
Analisa fakta meliputi kompilasi fakta-fakta yang didapat dari dalam
persidangan yang ada hubungannya dengan perbuatan materiil yang
didakwakan dan sesuai dengan unsur tindak pidana yang didakwakan
Mengaitkan fakta-fakta antara alat bukti yang satu dengan yang lainnya
sehingga tergambar tindak pidana yang didakwakan. Mengaitkan fakta-
fakta yang diperoleh dari alat bukti dengan barang bukti yang dapat
mmenguatkan pembuktian.
Penuntut Umum dalam mengajukan tuntutan yang akan dijatuhkan
pada terdakwa , terlebih dahulu mendatangkan para saksi yang
berhubungan dengan tindak pidana pembunuhan dengan korban Joko
Purwanto yang dilakukan oleh terdakwa Suparmi Alias Mami Binti
Sukamto. Adapun saksi yang dihadirkan dan telah memberikan keterangan
di persidangan adalah sebagai berikut : JOKO JATI PURNOMO,
SUTOYO, ITA SARI HASTUTI, HARTONO, SULARSIH, GIYARTO,
ELIES ANDRIANI, MUTIAH. Terhadap kesaksian para saksi diatas
Terdakwa membantah sebagian keterangan dari saksi JATI PURNOMO,
SUTOYO, SULARSIH, GIYARTO.
Dalam kasus ini keterangan saksi ahli yaitu dokter ahli diperlukan
untuk mengetahui sebab-sebab kematian korban. Selain itu dalam kasus
pembunuhan yang menggunakan racun keterangan surat berupa Visum Et
Repertum memegang peranan penting dalam pembuktian untuk
mengetahui penyebab keamtian korban.Dalam hal ini berdasarkan
keterangan dari saksi ahli Dr. Rorry Hartono, Sp.F, MH dii bawah sumpah
keterangan ahli dibacakan sebagai mana di BAP dari Penyidik Polisi,
menerangkan pada pokonya sebagai berikut :
- Bahwa benar tindakan kedokteran dalam pelaksanaan bongkar kubur
yaitu bongkar makam , jenasah diletakan di meja otopsi, pemeriksaan
luar dan dalam pengambilan sebagian organ tubuh untuk pemeriksaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
penunjang, dokumentasi pengkafanan kembali jenasah untuk
dimakamkan kembali.
- Bahwa benar berdasarkan hasil Visum Et Repertum yaitu
diantaranya jenasah membusuk lanjut, pemeriksaan luar jenasah
tidak ditemukan tanda-tanda penganiayaan, pemeriksaan dalam
ditemukan dalam limfe terdapat warna hijau kehitaman sedangkan
di organ lambumg terdapat warna merah kehitaman.
- Bahwa benar adanya poin limfe dan lambung hal ini menunjukan
adanya kondisi yang tidak wajar karena bilamana pembusukan
lanjut yang wajar semestinya warna seluruh organ sama dengan
sekitarnya, untuk itu perlu dilakukan pengambilan organte tersebut
untuk pemeriksaan penunjang.
- Bahwa benar dilihat dari pembusukan lanjut pada limfe dan
lambung tersebut yaitu pada limfe berwarna hijau kehitaman dan di
lambung warna hitam kemerahan adalah sebagai bukti awal kalau
meninggalnya korban dikarenakan keracunan.
- Bahwa benar gejala awal orang keracunan yaitu lewat mulut atau
terhirup kemungkianan didapat gejala umum antara lain mual,
muntah, diare, pusing, seperti orang mabuk tergantung dari racun
apa yang masuk.
- Bahwa benar orang meninggal karena apotas atau racun tergantung
dari jumlah racun yang diminumnya dan kekuatan tubuh atau
kondisi fisik orang yang meminumnya.
- Bahwa benar dalam teori kedokteran tanda-tanda atau penyebab
kematian dapat ditemukan dengan cara dilakukan segera mungkin
bongkar makam sampai dengan organ tersebut masih bisa
dilakukan pemeriksaan tergantung dari racun yang diminum.
- Bahwa benar untuk korban JOKO PURWANTO diterangkan
korban meninggak dunia karena keracunan dan masih ditemukan
tanda-tanda yaitu di dalam limfe dan lambung namun mengenai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
racun apa yang ada pada organ tersebut tidak bisa diketahui karena
pembusukan lanjut.
- Bahwa benar korban JOKO PURWANTO meninggal dunia karena
adanya racun yang masuk ke dalam tubuh melalui pencernaan yang
mengakibatkan rusaknya organ-organ tubuh sehingga korban.
Surat berupa Visum Et Repertum Nomor 001/VER/SK-26/IKF-
ML/VII/2010 dari Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi Instalasi
Kedokteran Forensik dan Medikolegal yang ditangani oleh Dr. Rorry
Hartono Sp.F, MH, Dokter Spesialis Forensik bersama dengan Dr. Adji
Suwandono, S.H. Menerangkan bahwa kematian korban oleh karena
adanya zat toksik/racun dalam tubuh korban yang menyebabkan mati
lemas asfiksia. Hal ini sejalan dengan hasil kesimpulan dalam Berita Acara
Pemeriksaan Laboratoris Kriminalistik dari Pusat Laboratorium Forensik
Bareskrim Polri Cabang Semarang Nomor Lab : 716/KTF /VII/2010
tanggal 9 Juli 2010 yang dibuat dan ditandangani oleh Dra. Tyas
Hartiningsih, B. Nurcahyo,S.Si, M. Biotech, dan Ibnu Suatarto, ST. yang
menerangkan BB-01620/2010 berupa sisa cairan dalam botol mengandung
racun jenis sianida.
Keterangan Terdakwa sangat diperlukan dalam membuat kesimpulan
bagi Jaksa Penuntut Umum. Adapun keterangan terdakwa tersebut antara
lain : perencanaan pembunuhan, cara melakukan pembunuhan, dan alat
yang digunakan dalam melakukan pembunuhan. Dari keterangan kedua
terdakwa yang menceritakan terjadinya pembunuhan terhadap korban,
memberikan satu kesimpulan kepada Jaksa Penuntut Umum tentang
adanya tindak pidana pembunuhan berencana yang dilakukan oleh
terdakwa.
b) Analisa hukum
Analisis hukum dubuat berdasarkan analisis fakta dari hasil
pembuktian yang terungkap di pengadilan, di dalam surat dakwaan atas
suatu tindak pidana sudah tercantum perbuatan materiil yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
mengandung unsur delik, unsur dan perbuatan materiil mana harus
dibuktikan dengan keterangan dari alat bukti di dalam sidang pengadilan.
Berdasarkan fakta di persidangan dan diperkuat dengan bukti-bukti,
saksi-saksi, surat, dan keterangan ahli, maka Jaksa Penuntut Umum
menuntut terdakwa dengan dakwaan kesatu Primairnya dengan
mendakwa terdakwa Suparmi Alias Mami Binti Sukamto telah melanggar
Pasal 340 KUHP yang unsure-unsur pokoknya sebagai berikut : Unsur
Barang Siapa, Unsur Sengaja, Unsur Direncanakan, Unsur
menghilangkan nyawa orang lain.
c) Proses Pembuktian oleh Jaksa Penuntut Umum
Tujuan pemeriksaan perkara pidana dalam proses peradilan
hakekatnya adalah untuk mencari dan mendapatkan kebenaran materiil
(materiile waarheid). Hal ini dapat dilihat dari adanya berbagai usaha
yang dilakukan oleh aparat penegak hukum dalam memperoleh bukti-
bukti yang dibutuhkan untuk mengungkap suatu perkara baik pada
pemeriksaan penyidikan dan penuntutan maupun pada tahap pemeriksaan
di persidangan.
Usaha-usaha yang dilakukan oleh para penegak hukum untuk
mencari kebenaran materiil suatu perkara pidana dimaksudkan untuk
menghindari kekeliruan dalam penjatuhan pidana terhadap diri seseorang,
sebagaimana ditentukan dalam Pasal 6 ayat 2 Undang-undang No.48
Tahun 2009, tentang Ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman yang
menyatakan bahwa tiada seorang juapun dapat dijatuhi pidana, kecuali
apabila pengadilan karena alat pembuktian yang sah menurut undang-
undang mendapat keyakinan bahwa seseorang yang dianggap dapat
bertanggung jawab, telah bersalah atas perbuatan yang dituduhkan atas
dirinya. Dengan adanya ketentuan undang-undang di atas, maka dalam
proses penyelesaian perkara pidana penegak hukum wajib mengusahakan
pengumpulan bukti maupun fakta mengenai perkara pidana yang
ditangani dengan selengkap mungkin. Adapun mengenai alat-alat bukti
yang sah diatur dalam Pasal 184 ayat (1) KUHAP yang terdiri dari :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
1. keterangan saksi
2. keterangan ahli
3. surat
4. petunjuk
5. keterangan terdakwa.
Usaha untuk memperoleh bukti-bukti yang diperlukan guna
kepentingan pemeriksaan suatu perkara pidana, seringkali para penegak
hukum dihadapkan pada suatu masalah atau hal-hal tertentu yang tidak
dapat diselesaikan sendiri dikarenakan masalah tersebut berada di luar
kemampuan atau keahliannya. Dalam hal demikian maka bantuan seorang
ahli sangat diperlukan dalam rangka mencari dan mendapatkan kebenaran
materiil.
Proses pembuktian merupakan fase yang sangat menentukan dalam
sebuah pemeriksaan di persidangangan. Jaksa Penunutut dalam kasus
pembunuhan ini dituntut untuk mampu bertindak secara cermat dalam
pengumpulan alat-alat bukti yang digunakan untuk membuktikan
dakwaanya.
Berdasarkan hasil penelitian dan wawancara dengan narasumber dari
pihak Kejaksaan Negeri Karanganyar, diperoleh sebuah kesimpulan bahwa
alat bukti yang paling menentukan dalam kasus ini adalah alat bukti surat
yang berupa visum et repertum.
Keterangan ahli dalam hal ini dokter dituangkan secara tertulis dalam bentuk surat hasil pemeriksaan medis yang disebut dengan visum et repertum. Visum et Repertum adalah keterangan tertulis yang dibuat dokter atas permintaan tertulis (resmi) penyidik tentang pemeriksaan medis terhadap seseorang manusia baik hidup maupun mati ataupun bagian dari tubuh manusia, berupa temuan dan interpretasinya, di bawah sumpah dan untuk kepentingan peradilan. (Dedi Afandi, Visum et Repertum Perlukaan: Aspek Medikolegal dan Penentuan Derajat Luka) Menurut pengertiannya, visum et repertum diartikan sebagai laporan
tertulis untuk kepentingan peradilan (pro yustisia) atas permintaan yang
berwenang, yang dibuat oleh dokter, terhadap segala sesuatu yang dilihat
dan ditemukan pada pemeriksaan barang bukti, berdasarkan sumpah pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
waktu menerima jabatan, serta berdasarkan pengetahuannya yang sebaik-
baiknya.
Visum et repertum merupakan salah satu bentuk bantuan dokter dalam
penegakan hukum dan proses peradilan. Visum et repertum merupakan alat
bukti yang sah dalam proses peradilan sehingga harus memenuhi hal-hal
yang disyaratkan dalam sistem peradilan. Sebuah Visum et repertum yang
baik harus mampu membuat terang perkara tindak pidana yang terjadi
dengan melibatkan bukti-bukti forensik yang cukup. Penentuan derajat
atau kualifikasi luka memegang peranan penting bagi hakim dalam
menentukan beratnya sanksi pidana yang harus dijatuhkan sesuai dengan
rasa keadilan.
d) Analisa Tuntutan Pidana
Apabila analisis hukum sudah dibuat dan semua unsur delik yang
didakwakan dapat dibuktikan sesuai dengan perbuatan materiil yang
dilakukan terdakwa berdasarkan fakta-fakta dari hasil pembuktian di
dalam sidang, baru penuntut umum menuntut terdakwa dan berat atau
ringannya tuntutan tergantung kualifikasi tindak pidana yang dilakukan.
Suatu tindak pidana diancam dengan pidana berat apabila mengandung
unsur melawan hukum yang memberatkan pidana, dimana dalam pasal
tersebut sudah ditentukan bentuk dan cara melakukan perbuatan serta jenis
barang yang menjadi obyek tindak pidana sehingga dinilai memberatkan,
maka perlu ancaman pidana yang lebih berat dari tindak pidana yang
biasa.
Jaksa Penuntut Umum menuntut terdakwa dengan Pasal 340 KUHP
dalam dakwaan ke satu karena fakta-fakta menunjukan unsur-unsur dalam
pasal tersebut telah dipenuhi. Dalam tuntutannya Jaksa Penuntut Umum
menuntut :
1) Menyatakan terdakwa Suparmi Alias Mami Binti Sukamto
bersalah melakukan tindak pidana pembunuhan berencana
sebagaimana diatur dalam Pasal 340 KUHP , dalam dakwaam
alternatif kesatu PRIMAIR.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
2) Menjatuhkan pidana terhadap Suparmi Alias Mami Binti
Sukamto dengan pidana penjara selama 15 (lima belas tahun)
dikurangi selama terdakwa berada dalam tahanan. Denga
perintah terdakwa tetap ditahan.
3) Menyatkan barang bukti berupa :
- Satu buah gelas kaca bening yang bertuliskan Close Up
- Satu buah bekas minuman merk Gress
- Satu buah panic warna putih berbentuk bulat
Diramp as untuk dimusnahkan
- Satu potong pakaian berupa kaos warna merah
Dikembalikan kepada saksi SUTOYO
4) Menetapkan agar biaya perkara sebesar Rp. 2.500,-
dibebankan kepada Terdakwa.
Mengenai tuntutan tersebut Penulis berpendapat bahwa Tuntutan
Penuntut Umum sudah tepat, karena sudah memenuhi ketentutan
penuntutan yaitu minimal 2/3 dari pidana maksimal. Mengenai tuntutan
hukuman yang tidak maksimal pada hukuman yang akan dijatuhkan
(seharusnya 20 tahun) penulis setelah melakukan penelitian dan
wawancara mendapatkan kesimpulan bahwa dalam menentukan berat
ringannya tuntutan pidana, penuntut umum juga harus mempertimbangkan
hal-hal yang meringankan dan juga hal-hal yang memberatkan. Oleh
karena itu perlu disampaikan/dituliskan dalam surat tuntutan tentang hal-
hal yang memberatkan dan hal-hal yang meringankan.
Dalam kasus ini yang menjadi pertimbangan Jaksa Penuntut dalam
melakukan penuntutan adalah :
1) Dasar Pertimbangan Umum (Secara Obyektif)
Berdasarkan fakta-fakta yang terungkap dalam persidangan
sampailah pada proses pembuktian mengenai unsur-unsur tindak
pidana yang didakwakan yaitu melanggar Pasal 340 KUHP yang
unsur-unsur pokoknya sebagai berikut:
a. Unsur barang siapa;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
b. Unsur sengaja;
c. Unsur direncanakan;
d. Unsur menghilangkan nyawa orang lain;
2) Dasar Pertimbangan Khusus (Secara Subyektif)
Sebelum sampai kepada tuntutan pidana atas diri terdakwa,
Jaksa Penuntut Umum mengemukakan hal-hal yang dijadikan
pertimbangan dalam mengajukan tuntutan pidana.
Adapun pertimbangan khusus secara subyektif Jaksa Penuntut
Umum dalam mengajukan tuntutan pidana tersebut diperoleh
setelah melalui proses persidangan. Jaksa Penuntut Umum di sini
memiliki pertimbangan-pertimbangan yang akan diperinci sebagai
berikut:
- Terdakwa belum pernah dihukum,
- Terdakwa berterus terang atau tidak berbelit-belit dalam
memberikan keterangan
- Terdakwa menyesali perbuatannya
- Terdakwa masih mempunyai dau orang anak yang masih
membutuhkan keberadaan terdakwa selaku ibu
kandungnya.
Pertimbangan khusus secara subyektif ini meliputi sikap batin,
perasaan dan penilaian Jaksa Penuntut Umum terhadap sikap
terdakwa di muka persidangan, baik ditinjau dari keadaan psikis
maupun keadaan sosiologis korban. Jadi antara seorang Jaksa yang
satu dengan Jaksa yang lain tidak selalu sama. Dalam Kasus ini
Jaksa Penuntut Umum mengedepankan rasa keadilan berdasarkan
rasa kemanusiaan. Jadi tidak semata-mata menerapakan hukum
secara normatif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
B. Hambatan Jaksa Penuntut Umum dalam proses Penuntututan terhadap
Terdakwa Pelaku Pembunuhan Berencana.
Berdasarkan wawancara dengan Ibu Endang Sapto Pawuri, SH Jaksa
Penuntut Umum di Kejaksaan Negeri Karanganyar, pada hari Rabu 20 Juni
2012 diperoleh keterangan tentang hambatan Jaksa Penuntut Umum dalam
penuntututan terhadap terdakwa pembunhan berencana sebagai berikut :
Adanya Penasehat Hukum yang bertugas membela terdakwa akan
menjadikan persidangan menjadi lebih panjang, dimana Penuntut Umum akan
menjerat dengan pasal sesuai penuntutan, sementara penasehat hukum akan
berusaha untuk memperingan hukuman atau bahkan membebaskan sama
sekali tuntutan hukum terhadap terdakwa.
Untuk itulah maka Penuntut Umum akan berusaha melengkapi bukti-bukti
dan saksi-saksi atas suatu kasus hukum yang ditanganinya. Semakin lengkap
bukti dan saksi yang dimiliki oleh Penuntut Umum dalam suatu tindak pidana
maka akan semakin mudah bagi Penuntut Umum dalam memberikan tuntutan
sesuai pasal yang dikenakan terdakwa. Pembuktian terhadap kasus
pembunuhan dengan racun ini dapat dikatakan cukup rumit, karena Penuntut
Umum harus berkoordinasi dengan pihak Kepolisiam dam Instalasi
Kedokteran Forensik RSUD Dr. Moewardi untuk menyaipakan alat bukti surat
berupa visum et repertum yang memegang peranan penting dalam pembuktian
kasus ini.
Hambatan lain yang dihadapi Jaksa Penuntut Umum selama proses
penuntutan adalah berupa tekanan dari masa. Dalam hal ini yang dimaksud
masa adalah keluarga dan para tetangga korban yang merasa tidak terima
dengan perbuatan terdakwa. Dalam proses persidangan masa sempat
membeludak dan membuat kondisi tidak kondusif. Jaksa juga pernah
mendapatkan ancaman dan intimidasi, namun dengan kinerja yang profesional
Kejaksaan Negeri mampu mengatasi hal tersebut dibantu dengan pihak dengan
Polres Karanganyar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
BAB IV
PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dalam penelitian ini, maka dapat
dibuat simpulan dan saran sebagai berikut :
A. Simpulan
1. Dasar pertimbangan Penuntut Umum dalam penuntutan terhadap pelaku
tindak pidana pembunuhan berencana
Dengan melihat unsur-unsur pada Pasal 340 KUHP dan hal-hal yang
memberatkan dan meringankan terdakwa. Dalam kasus pembunuhan
berencana dengan terdakwa Suparmi alias MAMI binti SUKAMTO, semua
unsur yang ada pada Pasal 34 KUHP tentang pembunuhan berencana
terpenuhi.Terdakwa dituntut pidana penjara 15 (lima belas) Tahun karena
telah memenuhi unsur-unsur yang terdapat dalam Pasal 340 KUHP tentang
pembunuhan berencana. Unsur-unsur yang terdapat dalam Pasal 340
KUHP sebagai berikut: Unsur barang siapa; Unsur sengaja; Unsur
direncanakan; dan Unsur menghilangkan nyawa orang lain.
Dalam Proses persidangan penuntut umum menemukan hal-hal yang dapat
meringankan hukuman terdakwa antara lain :
- Terdakwa belum pernah dihukum,
- Terdakwa berterus terang atau tidak berbelit-belit dalam
memberikan keterangan
- Terdakwa menyesali perbuatannya
- Terdakwa masih mempunyai dau orang anak yang masih
membutuhkan keberadaan terdakwa selaku ibu kandungnya.
Hal tersebut membuat Jaksa Peunutut Umum tidak menuntut secara maksimal
yaitu Pidana Penjara 20 (Dua Puluh Tahun) dengan tetap mempertimbangkan rasa
keadilan berdasarkan kemanusiaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
Dalam proses pembuktian di pengadilan Kejaksaan mengajukan alat-alat bukti
untuk membuktikan apa yang didakwakan dalam surat dakwaan berupa :
1. Pemeriksaan Saksi-saksi
2. Keterangan Ahli
3. Surat ( berupa Visum Et Repertum)
4. Keterangan Terdakwa
5. Petunjuk
Berdasarkan hasil penelitian dan wawancara dengan narasumber dari pihak
Kejaksaan Negeri Karanganyar, diperoleh sebuah kesimpulan bahwa alat bukti
yang paling menentukan dalam kasus ini adalah alat bukti surat berupa Visum Et
Repertum.
2. Hambatan Penuntut Umum dalam penuntutan terhadap terdakwa
pembunuhan berencana adalah :
a. Pembuktian unsur-unsur tindak pidana berencana memerlukan
kecermatan dan ketelitian yang sungguh-sungguh, sehingga unsur-
unsur itu dapat dinilai oleh hakim sebagai unsur yang terbukti dalam
tindak pidana yang didakwakan.
b. Adanya penasehat hukum yang membela terdakwa di sidang
pengadilan. Adanya pembelaan dari penasehat hukum ini harus diakui
akan memperlambat jalannya siding pengadilan dan memerlukan
pemikiran-pemikiran yang lebih mendalam dalam menanggapi
pembelaan penasehat hukum.
c. Adanya perlawanan dari Pembela atau Penasehat Hukum atas tuntutan
Penuntut Umum.
d. Tekanan dari masyarakat khususnya keluarga dan para tetangga korban
yang datang ke pada proses pemeriksaan di Pengadilan sehingga
membuat proses persidangan menjadi kurang kondusif.
B. Saran
1. Penuntut Umum dalam proses penuntutan terhadap terdakwa sebaiknya
mempersiapkan dengan matang segala sesuatu yang berhubungan dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
proses persidangan diantaranya adalah berkas tuntutan, saksi-saksi dan
bukti-bukti.
2. Kesadaran hukum sangat diperlukan dalam hidup bermasyarakat, agar
terjalin kehidupan yang damai dan tentram. Tindakan yang hanya menuruti
hawa nafsu seperti Suparmi alias MAMI binti SUKAMTO dimana korban
adalah suaminya sendiri nerupakan perbuatan yang melanggar norma
hukum dan norma yang hidup di masyarakat
3. Sebaiknya perbuatan terdakwa Suparmi alias MAMI binti SUKAMTO
tidak ditiru, karena hanya dengan emosi sesaat berakibat pada hilangnya
masa depan orang lain dan diri sendiri.