perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id kajian terjemahan ... · perpustakaan.uns.ac.id...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
KAJIAN TERJEMAHAN UJARAN YANG
MENGANDUNG IMPLIKATUR PADA NOVEL THE DA VINCI CODE
Sebuah Tinjauan Pragmatik pada Penerjemahan
TESIS
Untuk Memenuhi sebagian Persyaratan untuk Mencapai Derajat Magister Program Studi Linguistik Minat Utama Penerjemahan
Diajukan oleh :
Sumardiono
S130907007
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
KAJIAN TERJEMAHAN UJARAN YANG MENGANDUNG IMPLIKATUR PADA NOVEL THE DA VINCI CODE
Sebuah Tinjauan Pragmatik pada Penerjemahan
Disusun oleh:
Sumardiono
S130907007
Telah Disetujui oleh Tim Pembimbing
Pada tanggal : _______________________
Pembimbing I Pembimbing II
Prof. Drs. M.R Nababan,M.Ed.,M.A.,Ph.D. Prof. Dr. M. Sri Samiati Tarjana
NIP. 19630328 199201 1 001 NIP. 19440602 196511 2 001
Mengetahui
Ketua Program Studi Linguistik
Prof. Drs. M.R Nababan,M.Ed.,M.A.,Ph.D.
NIP. 19630328 199201 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
KAJIAN TERJEMAHAN UJARAN YANG
MENGANDUNG IMPLIKATUR PADA NOVEL THE DA VINCI CODE
Sebuah Tinjauan Pragmatik pada Penerjemahan
Oleh:
Sumardiono
S130907007
Telah Disetujui dan Disahkan oleh Tim Penguji
Pada tanggal : 22 Juli 2011
Jabatan Nama Tanda Tangan
Ketua Prof. Dr. Djatmika, M.A. …………………
Sekretaris Dr. Tri Wiratno, M.A. ..………………..
Anggota Penguji :
1. Prof. Drs. MR Nababan,M.Ed.,M.A.,Ph.D. …………………
2. Prof. Dr. M Sri Samiati Tarjana …………………
Surakarta, 22 Juli 2011
Mengetahui
Direktur PPs UNS Ketua Program Studi Linguistik
Prof. Drs. Suranto,M.Sc.,Ph.D. Prof. Drs. MR Nababan,M.Ed.,M.A.,Ph.D.
NIP. 19570820 198503 1 004 NIP. 19630328 199201 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya
Nama : Sumardiono
NIM : S130907007
menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa tesis berjudul KAJIAN
TERJEMAHAN UJARAN YANG MENGANDUNG IMPLIKATUR PADA
NOVEL THE DA VINCI CODE (Sebuah Tinjauan Pragmatik pada Terjemahan)
adalah benar-benar karya saya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam tesis
tersebut diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.
Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya
bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya
peroleh dari tesis tersebut.
Surakarta, Juli 2011
Yang membuat pernyataan,
Sumardiono
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
Bahasa telah menjadikan terang peradaban manusia. Mengabarkan kisah, pengetahuan dan cinta dari generasi ke generasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
PERSEMBAHAN
Untuk yang berkhidmad pada linguistik, penerjemahan dan pragmatik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
KATA PENGANTAR Tesis ini adalah hasil kerja keras dan penantian yang panjang. Tanpa
dukungan moral dan sokongan semua pihak, mustahil tesis ini bisa tersaji seperti
saat ini. Penulis mengapresiasi setiap dukungan dan sokongan dari semua pihak
dan mengucapkan terimaksih yang tulus kepada:
1. Direktur Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang
telah memberi kesempatan kepada penulis untuk belajar di Program
Pascasarjana Universitas Sebelas Maret,
2. Ketua dan sekretaris Program Studi Linguistik Program Pascasarjana
Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberi kesempatan
kepada penulis untuk menimba ilmu dan mewujudkan cita-cita di Program
Pascasarjana Universitas Sebelas Maret,
3. Prof. Drs. MR Nababan, M.Ed., M.A., Ph.D., sebagai dosen pembimbing I
yang telah membimbing, memberi pencerahan dan yang telah membuat
penulis tertarik menggeluti dunia penerjemahan.
4. Prof. Dr. Sri Samiati Tarjana, M.A., sebagai dosen pembimbing II yang
telah membagi ilmunya, menuntun dengan sabar dan memberi inspirasi
tentang menariknya bidang pragmatik.
5. Prof. Dr. Drs. Joko Nurkamto, MPd, selaku kepala UPT P2B UNS dan Ibu
Fitria Akmerti, S.S, M.A. yang telah memberi kesempatan kepada penulis
untuk beraktualisasi diri dan mendorong untuk segera menyelesaikan tesis
ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
6. Drs. Sutoyo, M.Pd. dan Dra Sri Hartini, M.Pd., selaku pimpinan FKIP
UNISRI yang telah memberi banyak kesempatan dan mendorong penulis
untuk segera menyelesaikan tesis ini.
7. Sri Handayani S. Pd, M. Hum. dan Ulupi Sitoresmi, S.S selaku pimpinan
PBI FKIP UNISRI yang telah berbagi semangat dan saling mengingatkan
akan tugas akademik kami untuk segera menyelesaikan studi.
8. Teman-teman UPTP2B dan SAC yang telah memberi semangat sepanjang
penulisan tesis ini: Mbak Nunung, Mbak Novi, Mbak Kartini, Beta, Maya
yang telah meluangkan waktu berbagi suka dan duka.
9. Keluarga penulis, Bapak, Ibu, kakak, adik yang telah lama menanti
mendengar kabar kapan penulis lulus dari S2.
10. Teman-teman PBI FKIP UNISRI: Pak Setya yang telah menjadi model
untuk bagaimana menjalani hidup, Bu Fenti, Pak Yudis, Bu Evi, Bu Dewi,
Pak Lukman, Bu Ayu, Bu Riyani, untuk semua dukungan dan semangat
yang telah kita bagi bersama.
11. Ardianna Nuraini dan Umi Pujiyanti Beta dan Bayu untuk semua diskusi
yang menggairahkan tentang penerjemahan dan pragmatik.
12. Teman-teman S2: Umi, Devi, Budiarti, Pak Anshori, Pak Zainal, Maya,
Mbak Nuning, Ninuk, dan Mbak Maria atas waktu yang telah kita lalui
bersama di S2 Pasca Sarjana UNS.
13. Semua teman dan sahabat yang penulis kenal dan telah memberi
kontribusi baik langsung maupun tak langsung pada penulisan tesis ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
Penulis berharap penelitian ini akan memberi manfaat pada rekan-rekan
yang menggeluti bidang penerjemahan dan pragmatik. Penulis juga mengharapkan
masukan dan kritikan yang membangun.
Surakarta, Juli 2011
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
DAFTAR ISI
PERSETUJUAN ………….....……………………………………...….. …..
PENGESAHAN ………………………...…………………………………
PERNYATAAN …………...……………...…………………………………
MOTTO ………….………………………………………………………...
PERSEMBAHAN …...………………………………………………………
KATA PENGANTAR …………………………………………...…………..
DAFTAR ISI ……………………...…………………………...…………….
DAFTAR TABEL……………………………………………………………
DAFTAR DIAGRAM………………………………………………………..
DAFTAR LAMPIRAN ………………………...……………………………
ABSTRAK ………..……………...…………………………...……………..
ABSTRACT ……………………………………………..………………......
ii
iii
iv
v
vi
vii
x
xiii
xiv
xv
xvi
xvii
BAB I: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ……………..…………………………
B. Rumusan Masalah……………………………………………….
C. Tujuan Penelitian……………...…………………………………
D. Manfaat Penelitian……...………………………………………..
1
8
8
9
BAB II: KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR
A. Kajian teori………….. ……………………………………….....
1. Penerjemahan…………………..……………………………....
a. Pengertian Penerjemahan...….……………………………....
b. Proses Penerjemahan….…………………………………….
c. Teknik Penerjemahan…………......…………………………
d. Kualitas Penerjemahan…………......…..……………………
2. Pragmatik…..………………..…………………………………
3. Cakupan Pragmatik………...….……………………………….
11
11
11
13
18
26
27
29
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
a. Deiksis…...…………..….……...……………………………
b. Tindak Tutur (Speech Act).….………………………..…….
c. Pressuposition ………...……...…..…………………………
d. Implikatur Percakapan………......………………………….
e. Prinsip Kerjasama dan Prinsip Kesantunan....………………
4. Pragmatik dan Penerjemahan....….......…….....………………..
5. Implikatur dan Penerjemahan....……………………………….
6. Penerjemahan dan Budaya ....................……………………….
7. Sekilas novel The Da Vinci Code.……………………………..
8. Penelitian Sejenis...........................………………………….....
B. Kerangka Pikir ………….....…………………………………....
29
31
34
35
38
45
47
48
52
54
55
BAB III: METODOLOGI PENELITIAN
A. Sasaran Penelitian…… ……..…………………………………..
B. Bentuk dan Strategi Penelitian……….………………………….
C. Sumber Data…..…...……………………………………………..
D. Teknik Pengumpulan Data …..…………………………………..
E. Validitas Data ………..…………………………………………..
F. Teknik Cuplikan...………………………………………………..
G. Teknik Analisis Data ……..…………………...…………………
H. Prosedur Penelitian ….………………………………………….
57
58
60
62
65
67
68
70
BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian…… ……..…………………………………...
B. Pembahasan……………...…..………………………………...
71
175
BAB V: SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan………… ……..…………………………………... …
B. Saran…………...………...…..………………………………….
208
210
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR PUSTAKA ………………...…………………
LAMPIRAN ......………………………………...………
212
215
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1: Teknik Penerjemahan .……………………………………………..130
Tabel 2: Implikatur dan Ilokusi Tidak Langsungnya………………………...178
Tabel 3: Implikatur dan Maksim-Maksim yang Terlibat…………………….181
Tabel 4: Teknik Penerjemahan dan Pergeseran daya Pragmatis ..…..……...195
Tabel 5: Keakuratan dan Teknik penerjemahan yang Diterapkan .………….199
Tabel 6: Keberterimaan dan Teknik penerjemahan yang Diterapkan .…...….203
Tabel 7: Jenis Implikatur, Teknik Penerjemahan, Pergeseran Daya Pragmatis
dan Kualitas Penerjemahan …………………………………………205
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR DIAGRAM
Diagram 1: Proses penerjemahan menurut Larson ………………………....… 14
Diagram 2: Proses Penerjemahan menurut Suryawinata dan Hariyanto………. 16
Diagram 3: Kerangka Pikir……………………………………………………...55
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1: Data Penelitian
Lampiran 2: Kuesioner Tingkat Keakuratan dan Keberterimaan Rater 1
Lampiran 3: Kuesioner Tingkat Keakuratan dan Keberterimaan Rater 2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
ABSTRAK
Sumardiono. S130907007. 2011. KAJIAN TERJEMAHAN UJARAN YANG MENGANDUNG IMPLIKATUR PADA NOVEL THE DA VINCI CODE Sebuah Tinjauan Pragmatik pada Penerjemahan. Tesis. Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan bagaimana ujaran yang mengandung implikatur pada novel The Da Vinci Code diterjemahkan. Penelitian difokuskan pada jenis-jenis implikatur yang terkandung dalam ujaran pada novel The Da Vinci Code, teknik-teknik yang diterapkan dan bagaimana pola pergeseran daya pragmatisnya pada teks bahasa sasaran serta tingkat keakuratan dan keberterimaan terjemahan ujaran yang mengandung implikatur.
Metode penelitian yang diterapkan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif. Data diperoleh dengan menggunakan beberapa metode, yaitu metode catat simak, kuesioner dari para informan, serta wawancara dengan mereka. Penelitian ini merupakan studi kasus tunggal. Sumber data diperoleh dari novel The Da Vinci Code karya Dan Brown dan terjemahannya oleh Isma B. Koesalamwardi. Penelitian penerjemahan ini berorientasi pada produk.
Hasil penelitian ini menunjukan ada empat jenis implikatur berdasarkan ilokusi tak langsung yang ditimbulkannya; asertif, direktif, komisif dan ekspresif. Implikatur yang ditemukan pada penelitian ini berkecenderungan merupakan ujaran yang memanfaatkan maksim-maksim dari prinsip kerjasama (PK) dan maksim-maksim dari prinsip kesantunan (PS). Sebagian besar tidak terjadi pergeseran daya pragmatis pada ujaran terjemahan, sebagian mengalami pergeseran daya pragmatis. Ada 13 teknik yang digunakan penerjemah. Sebagian besar teknik yang diterapkan tidak mengubah daya pragmatis ujaran sementara beberapa teknik mengakibatkan pergeseran pragmatis. Tingkat keakuratan terjemahan bernilai rerata 2,86 sedangkan tingkat keberterimaan terjemahan bernilai rerata 2,85.
Peneliti menyimpulkan bahwa terjadi pergeseran daya pragmatik pada sebagian terjemahan ujaran yang mengandung implikatur. Pergeseran daya pragmatik terjadi karena teknik penambahan, penghapusan dan eksplisitasi yang diterapkan pada ujaran. Tingkat keakuratan dan keberterimaan terjemahan ujaran juga dipengaruhi oleh teknik-teknik yang diterapkan penerjemah. Kata kunci: implikatur, teknik penerjemahan, keakuratan, keberterimaan, pergeseran daya pragmatis, maksim, prinsip kerjasama, prinsip kesantunan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
ABSTRACT
Sumardiono. S130907007. 2011. A TRANSLATION STUDY ON UTTERANCES WITH IMPLICATURE IN THE DA VINCI CODE (A NOVEL) A Pragmatic Review on Translation. Thesis. Postgraduate Program of Sebelas Maret University Surakarta. This research aims at describing how utterances with implicature in The Da Vinci Code (a novel) are translated. The research focused on the types of implicature of the utterances, the techniques applied and the shift pattern of the pragmatic force of the target text as well as the accuracy and acceptability of the translation.
The method applied in this research was descriptive qualitative. The data were obtained by some methods, namely content analysis, questionnaire, and interview. The research is a single case study. The source of data was The Da Vinci Code (a novel) by Dan Brown and its translation by Isma B. Koesalamwardi. This translation research is product oriented.
The finding shows that there are four types of implicature, namely assertive, directive, commisive and expressive. The implicatures found in this research are mostly utterances utilizing the maxims of cooperative principles and those of politeness principles. Most of the translations do not have pragmatic shifts but some do. There are 13 translation techniques applied by the translator most of which do not shift the pragmatic force and some of them do. The accuracy rate of the translation is 2.86 and the acceptability rate is 2.85. The conclusion states that some of the translations shift the pragmatic force. It is affected by the application of addition, deletion and explicitation. The accuracy and the acceptability are also affected by the application of the technique . Key words: implicature, translation technique, accuracy, acceptability, pragmatic shift, maxim, cooperative principles, politeness principles.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Penerjemahan secara definisi merupakan proses pengalihan pesan dari satu
kode ke kode lain. Penerjemahan dengan demikian melibatkan dua kode
sekaligus. Keterlibatan dua kode dengan peran mengalihkan pesan mengandung
konsekwensi bahwa penerjemahan berfungsi menjembatani dua sistem yang
berbeda, baik sistem gramatika dalam ranah linguistik maupun sistem kultural di
luar ranah linguistik. Dua kode dengan dua sistem yang berbeda ini dihubungkan
oleh apa yang dinamakan unsur dalam atau deep structure yang kemudian
dipindahkan ke bentuk kode lain yang terealisasikan lewat struktur permukaan
atau surface structure.
Proses penerjemahan, diawali dengan kegiatan menangkap unsur dalam
sebuah teks lewat pemahaman leksis, gramatika dan teks bahasa sumber. Tahap
berikutnya, lewat sistem leksis, gramatika dan teks bahasa sasaran, pesan atau
struktur dalam direalisasikan dalam bentuk kata, frasa, klausa, kalimat dan teks
bahasa sasaran. Penerjemah berusaha memahami maksud penutur/penulis asli
yang memproduksi teks bahasa sumber yang ditujukan untuk pembaca bahasa
sumber, kemudian dia menciptakan kembali teks dengan bahasa sasaran untuk
pembaca bahasa sasaran (Farwell dan Heimrich, 2007:l2).
Yang terjadi pada proses penerjemahan pada dasarnya adalah pengalihan
pesan. Dalam proses pengalihan pesan atau makna ini diperlukan perangkat-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
perangkat untuk memahami makna yang terkandung dalam teks bahasa sumber.
Karena itu, sebagai ilmu terapan, penerjemahan memerlukan disiplin ilmu lain
untuk membantu memahami makna teks bahasa sumber. Disiplin ilmu yang
terlibat dalam proses pemahaman ini meliputi linguistik sebagai penjelas proses-
proses bahasa pada tataran morfologis, sintaksis maupun discourse. Linguistik
merupakan disiplin yang menjembatani pemahaman teks bahasa sumber dan teks
bahasa sasaran.
Linguistik berperan untuk mengetahui konfigurasi morfologis, sintaksis
dan teks dalam membentuk sebuah makna. Pembentukan makna leksikal sebuah
kata harus dipahami lewat susunan morfologisnya. Dalam bahasa Inggris,
misalnya, akhiran –s atau –es diberikan pada kata benda untuk membentuk makna
jamak/plural. Dari sini, seorang penerjemah memahami makna leksikal sebuah
kata pada tataran morfologis dalam bahasa Inggris bahwa sebuah kata bermakna
jamak apabila kata itu mengalami sufiksasi sibilant –s atau –es. Selanjutnya
penerjemah merealisasikan bentuk jamak itu ke dalam kode kedua dengan
memahami bagaimana, dalam bahasa sasaran, makna jamak direalisasikan. Pada
tataran sintaksis, penerjemah misalnya memahami bahwa bentuk pasif dalam
bahasa Inggris direalisasikan lewat subyek penderita yang diikuti bentuk to be dan
diakhiri kata kerja dalam bentuk past participle. Setelah memahami bahwa bentuk
ini bermakna pasif dalam bahasa Inggris, dia akan merealisasikannya dalam
bahasa sasaran, misalnya bahasa Indonesia, dengan memahami bagaimana makna
pasif dalam bahasa Indonesia direalisasikan. Dalam bahasa Indonesia, makna
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
pasif direalisasikan lewat subjek penderita diikuti kata kerja yang mendapatkan
awalan di-.
Tentu saja tidak hanya linguistik secara umum yang diperlukan untuk
memahami teks bahasa sumber. Masih ada bidang linguistik lain yang bermanfaat
untuk itu. Ketika seorang penerjemah berhadapan dengan sebuah kata yang tidak
mempunyai padanan langsungnya dalam bahasa sasaran, dia membutuhkan
semantik untuk membuat padanan pada tataran yang berbeda. Tataran kata-
perkata tentu saja terlalu sederhana untuk diterapkan dalam praktek
penerjemahan. Kata ‘stallion’ misalnya tidak bisa ditemukan padanan kata-
perkatanya dalam bahasa Indonesia. Untuk menerjemahkannya secara akurat,
karena tidak ada padanan perkatanya, kita membutuhkan semantik agar
padanannya tepat. Kata ‘stallion’ mempunyai super ordinat ‘horse’ dengan
beberapa komponen makna tambahan. ‘Stallion’ tidak hanya ‘horse’, tapi ia juga
mengandung makna ’male’. Dengan bantuan semantik, kita kemudian bisa
mendapatkan padanan kata ‘stallion’, yaitu ‘kuda jantan’.
Tentu saja dalam proses penerjemahan, pemahaman makna secara tekstual
saja tidak cukup karena makna timbul tidak pada kata, frasa, atau kalimat tersebut
secara mandiri. Makna muncul karena gesekan antara kata, frasa, atau kalimat
dengan konteks di mana kata, frasa, atau kalimat itu muncul. Teks hanya dapat
didekati melalui sebuah interpretasi (Farwell dan Heimrich, 2007:l2). Sebuah
kegiatan memahami teks yang melibatkan sesuatu yang di luar teks itu sendiri,
yaitu konteks.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
Konteks diperlukan untuk menginterpretasikan ujaran atau kalimat bahasa
sumber dan kemudian memproduksi ujaran atau kalimat bahasa target. Konteks
juga bermanfaat untuk menghindari ketaksaan kalimat bahasa sumber. Tanpa
konteks yang jelas, sebuah kalimat bisa bermakna ganda. Konteks meliputi dua
hal; konteks situasi dan konteks budaya. Konteks situasi meliputi siapa pembicara,
siapa yang diajak bicara dan dalam situasi atau tempat seperti apa ujaran itu
muncul. Kalimat atau ujaran yang sama bisa mempunyai makna yang berbeda bila
diucapkan di tempat yang berbeda. Kalimat “Ada bis!” akan memiliki arti “Kita
bisa segera pulang.” bila muncul di sebuah halte bis dengan orang-orang yang
sudah lama menunggu untuk segera pulang dari tempat kerja atau kuliah. Tapi
kalimat tersebut menjadi bermakna “Awas minggir!” apabila ujaran diucapkan
ketika ada bis mau lewat sementara ada anak-anak yang sedang bermain sepak
bola di tengah jalan.
Bahasa tidak hanya digunakan untuk menggambarkan realitas atau
kejadian tapi juga digunakan untuk menggambarkan situasi mental serta nilai-nilai
kultural yang terlibat dalam proses komunikasi (Farwell and Heimrich, 2007:l).
Oleh sebab itu, pemahaman seorang penerjemah tentang budaya bahasa sumber
adalah mutlak. Konteks budaya meliputi nilai-nilai yang berlaku dalam
masyarakat, keyakinan-keyakinan, serta sejarah yang membentuk perilaku
kolektif sebuah masyarakat.
Peran pragmatik, dengan begitu, tidak bisa diabaikan begitu saja.
Menerjemahkan tanpa memperhatikan aspek pragmatik sebuah ucapan bisa
berakibat fatal. Bahkan menurut pendekatan penerjemahan berbasis pragmatik,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
sebuah teks tidak mengandung makna dengan sendirinya. Teks diproduksi karena
penulis atau pembicara menginginkan sebuah maksud (Farwell dan Heimrich,
2007:l). Artinya, sebuah teks lahir karena kebutuhan si penutur untuk
mengungkapkan sesuatu sebagai reaksi atas peristiwa atau keadaan di dalam atau
di luar dirinya.
Berikut sebuah contoh kasus penerjemahan yang memerlukan telaah
pragmatik untuk mendapatkan makna yang lebih akurat. Ujaran berikut diambil
dari novel The Da Vinci Code dan terjemahannya.
(01) “I hope I have not awoken you?"
(02) “Semoga saya tidak membangunkan anda”
Secara sekilas terjemahan di atas tampak sudah akurat. Pesan teks bahasa sumber
(01) nampak sudah tersampaikan dengan baik pada teks bahasa sasaran (02).
Ujaran (02) nampak sudah memenuhi kaidah gramatika bahasa Indonesia dengan
pilihan leksis yang bagus. Secara sekilas pula pembaca akan percaya dengan
terjemahan ini. Tapi, mari kita telaah konteks ujaran di atas. Ujaran (01)
diucapkan di pesawat telpon oleh seorang petugas hotel kepada salah seorang
tamunya di tengah malam. Landon, si penerima telpon baru saja bangun karena
mendengar dering telpon.
Di sini, kita melihat bahwa ungkapan I hope yang diikuti bentuk present
perfect bukanlah sebuah ungkapan harapan. Dalam bahasa Inggris, ini disebut
bentuk present impossible yang digunakan untuk menyatakan penyesalan. Dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
sisi pragmatik, ujaran (01) jelas melanggar maxim of relevance karena ujaran (01)
jelas tidak relevan dengan konteks situasi bahwa si penelepon sudah
membangunkan Landon, si penerima telepon. Apabila sebuah ujaran melanggar
salah satu maksim maka kita bisa berasumsi bahwa ujaran itu mengandung
implikatur. Dari analisis pragmatik, kita bisa menyimpulkan bahwa ujaran (01)
adalah bentuk penyesalan si penutur karena telah membangunkan Landon,
sehingga bentuk terjemahan yang tepat mestinya sebagai berikut:
(03) “Maaf, telah membangunkan Anda”.
Berikut ini contoh lain bagaimana penerjemah memanfaatkan pragmatik ke dalam
proses penerjemahan untuk memperjelas pesan dalam bahasa sasaran yang
diambil dari novel The Da Vinci Code.
BSU
“Do all the drivers wear Rolex?” the agent asked, pointing to Vernet’s wrist. Vernet glanced down and saw the the glistening band of his absurdly expensive watch peeking out from beneath the sleeve of his jacket. Merde. “This piece of shit? Bought it for twenty euro from a Taiwanese street vendor in St Germain des Pres. I’ll sell it to you for forty.”
BSA “Apa semua pengemudi memakai Rplex?” Tanya agen itu sambil menunjuk pergelangan tangan Vernet. Vernet melihat ke bawah dan melihat tali jam yang berkilauan dari jam tangannya yang sangat mahal itu. Silan. “Jam murahan ini? Akumembelinya seharga dua puluh euro dari seorang pedagang kaki lima Taiwan di St. Germain des Pres. Aku mau menjualnya empat puluh euro. Berminat?”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
Konteks situasi menunjukan Vernet, presiden bank penyimpanan Zurich
berusaha mengeluarkan Langdon dan Sophie keluar dari gedung bank. Dia
menyamar sebagai supir truk pengangkut barang. Sayang penyamarannya nyaris
terungkap ketika Collet seorang agen yang menghadangnya mengetahuinya
memakai jam tangan Rolex. Untungnya, Vernet bisa meyakinkan kalau itu adalah
Rolex palsu.
(04) “I’ll sell it to you for forty.”
(05) “Aku mau menjualnya empat puluh euro. Berminat?”
Pernyataan Vernet dalam teks bahasa Inggris (04) mengandung ilokusi tak
langsung menawarkan. Pada teks bahasa sumber pesan ini terekam secara implisit.
Oleh penerjemah, pernyataan Vernet ini diterjemahkan menjadi (05). Ilokusi tak
langsung menawarkan dieksplisitkan menjadi ilokusi langsung menawarkan
dalam kalimat “Berminat?”
Tampak di sini penerjemah memanfaatkan pragmatik untuk memperjelas
pesan yang ada dalam teks bahasa sumber; dari pesan implisit menjadi eksplisit.
Pesan yang tersampaikan lewat impikatur menjadi eksplikatur. Contoh di atas
memberi kita sebuah kesimpulan betapa pendekatan pragmatik sangat diperlukan
ketika seseorang menerjemahkan, terutama apabila teks itu berupa teks
percakapan dengan konteks situasi dan konteks kultural tertentu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
B. Rumusan Masalah
Dalam penelitian ini, penulis akan mengkaji beberapa permasalahan yang
dirumuskan sebagai berikut:
1. Apa jenis-jenis implikatur yang terkandung dalam ujaran yang mengandung
implikatur pada teks bahasa sumber?
2. Bagaimana pola pergeseran daya pragmatis pada terjemahan ujaran yang
mengandung implikatur?
3. Teknik penerjemahan apa yang diterapkan dan bagaimana pergeseran daya
pragmatis yang diakibatkannya?
4. Bagaimana tingkat keakuratan dan keberterimaan terjemahan ujaran dalam
kaitannya dengan teknik yang diterapkan?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui jenis-jenis implikatur yang terkandung dalam ujaran
teks bahasa sumber
2. Untuk mengetahui bagaimana pola pergeseran daya pragmatis pada
terjemahan ujaran yang mengandung implikatur.
3. Untuk mengetahui teknik penerjemahan yang diterapkan dan bagaimana
pergeseran daya pragmatis yang diakibatkannya.
4. Untuk mengetahui bagaimana tingkat keakuratan dan keberterimaan
terjemahan ujaran dalam kaitannya dengan teknik yang diterapkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
Dalam penelitian ini peneliti berusaha menerapkan pendekatan pragmatik
untuk menganalisis sebuah terjemahan, dalam hal ini terjemahan ujaran yang
mengandung implikatur. Peneliti juga mencoba menjelaskan teknik-teknik
yang diterapkan oleh penerjemah dan pengaruhnya pada pergeseran daya
pragmatis dan tingkat keakuratan serta keberterimaan terjemahan.
Penelitian ini diharapkan akan memberi gambaran bagaimana pendekatan
pragmatik bisa dipakai dalam mengkaji terjemahan. Pemanfaatan maksim-
maksim, baik maksim-maksim prinsip kooperatif maupun prinsip kesantunan
untuk menelaah makna tersembunyi sebuah ujaran, akan sangat bermanfaat
untuk menilai kualitas penerjemahan, terutama terjemahan untuk teks yang
berupa karya fiksi, misalnya novel atau cerita pendek.
2. Manfaat Praktis
Penerjemah membutuhkan banyak kompetensi, termasuk dalam hal ini
kompetensi linguistik. Penelitian ini diharapkan bisa menjadi bahan acuan
para penerjemah untuk bisa memanfaatkan pragmatik agar hasil
terjemahannya lebih akurat. Pragmatik meninjau makna tidak saja pada tataran
leksikal mauupun gramatikal, pragmatik meninjau makna setelah
kalimat/ujaran dikaitkan dengan konteks, bauk konteks situasi maupun
konteks kultural. Oleh karena itu, seorang penerjemah dituntut untuk memiliki
pengetahuan pragmatik yang cukup untuk bisa menyampaikan makna pada
tataran yang lebih dalam. Dengan kata lain pemahaman pragmatik akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
membuat seorang penerjemah mampu melihat makna yang tersembunyi dari
sebuah kalimat/ujaran, makna yang tidak diucapkan tapi dikomunikasikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
BAB II
KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR
B. Kajian Teori
Penelitian ini membahas bagaimana ujaran yang mengandung implikatur
diterjemahkan, teknik-teknik apa yang diterapkan penerjemah serta bagaimana
pengaruhnya pada pergeseran daya pragmatis ujaran teks bahasa sumber serta
tingkat keakuratan dan keberterimaan. Oleh karena itu pada bab II ini akan
dibahas aspek-aspek teoretis yang akan mendukung analisis pada penelitian ini.
Teori-teori yang akan dibahas meliputi teori-teori penerjemahan, antara lain; (1)
pengertian perjemahan; (2) proses penerjemahan; (3) teknik penerjemahan, serta
teori-teori pragmatik yang meliputi (1) pragmatik, dan (2) cakupan pragmatik,
penerjemahan dan pragmatik, implikatur dan penerjemahan serta penerjemahan
dan budaya.
1. Penerjemahan
a. Pengertian Penerjemahan
Meskipun secara garis besar mirip, setiap pakar penerjemahan mempunyai
definisinya sendiri tentang penerjemahan. Pada bagian ini akan dibahas pengertian
penerjemahan dari berbagai pakar serta persamaan dan perbedaan di antara
mereka.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
Larson mengatakan bahwa penerjemahan pada dasarnya adalah perubahan
bentuk (Larson, 1984:2). Larson sangat menekankan perbedaan antara bentuk dan
makna dalam proses penerjemahan. Bentuk bahasa yang terealisasikan melalui
kata, frasa, klausa dan kalimat adalah struktur permukaan (surface structure)
sementara makna atau pesan adalah struktur dalam (deep structure). Proses
penerjemahan pada dasarnya adalah perubahan bentuk bahasa sumber ke bentuk
bahasa sasaran. Dalam proses penerjemahan yang terjadi adalah transfer makna.
Maknalah yang tetap konstan sedang bentuk berubah karena tiap bahasa punya
cara yang berbeda dalam mengemas makna. Jadi jelaslah kiranya bahwa
kesamaan bentuk dan makna yang sepenuhnya sejajar sulit dijumpai dalam
penerjemahan. (Machali, 2000:144)
Baker dengan teori kesepadanannya menyatakan bahwa tidak ada
korespondensi satu-satu antara kata dan makna antar dua bahasa (Baker, 1992:11).
Ini mengandung konsekuensi bahwa kesepadanan tidak selalu bisa tercapai secara
linear. Apa yang disampaikan dalam suatu bahasa dengan kata mungkin perlu
disampaikan dalam bentuk frasa atau bahkan klausa dalam bahasa lain. Baker
menyusun kesepadanan dari tataran kata sampai tataran teks, Bahkan menurutnya,
kesepadanan perlu dicapai pada tataran yang lebih tinggi dari itu, yaitu tataran
pragmatik.
Sementara itu Catford menyatakan bahwa penerjemahan adalah
penggantian materi teks dari suatu bahasa (bahasa sumber) dengan padanannya
dalam bahasa lain (bahasa target) (Catford, 1965:20). Dapat disimpulkan bahwa
Catford memahami penerjemahan sebagai proses pencarian padanan teks bahasa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
sumber untuk ditempatkan sebagai teks bahasa sasaran. Pendapat ini sedikit
banyak mirip dengan pandangan Baker.
Dari tiga pakar penerjemahan di atas, tampak ada benang merah yang
menghubungkan ketiganya tentang penerjemahan. Ketiga pakar melibatkan dua
hal penting yaitu bahasa sumber dan bahasa sasaran yang dihubungkan oleh
makna atau pesan.
Dapat pula disimpulkan, dari penjelasan di atas, bahwa penerjemahan
bukanlah sekedar mengalihkan bentuk bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran.
Ada sesuatu yang lebih substansial yang mesti dipertahankan, yaitu pesan, makna
atau gagasan dari teks bahasa sumber.
Dari sini kita kemudian menyadari langkah-langkah apa saja yang perlu
dilakukan penerjemah ketika ia melakukan kegiatan penerjemahan
b. Proses Penerjemahan
Kata terjemahan bisa mengacu pada dua hal. Yang pertama adalah produk,
sementara yang kedua adalah proses atau tindakan menerjemahkan (Munday,
2001:5). Menurut T. Bell (1991) terjemahan/translation merupakan konsep
abstrak yang meliputi baik proses penerjemahan maupun hasil dari proses
tersebut. Penerjemahan adalah proses rumit yang menuntut ketelitian dan
kesungguhan. Tahap-tahap yang harus dilalui, meskipun secara garis besar mirip
antara satu pakar dan pakar yang lain, adalah cerminan proses mental dalam diri
penerjemah. Karena penerjemahan pada dasarnya adalah mentransfer makna dari
teks bahasa sumber ke teks bahasa sasaran, maka minimal ada dua proses yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
selalu hadir yaitu proses dekonstruksi teks bahasa sumber dan proses rekonstruksi
teks bahasa sasaran.
Penerjemahan bisa diterapkan pada tataran kata, frasa, klausa kalimat atau
bahkan teks secara keseluruhan (Hatim & Munday
penerjemahan diawali dengan mengidentifikasi leksikon, struktur gramatikal,
situasi komunikasi dan konteks struktural teks bahasa sumber. Tahap selanjutnya
adalah menganalisis untuk mendapatkan makna teks tersebut, baru kemudian
merekonstruksi makna yang sama ini dengan menggunakan leksikon dan struktur
gramatika yang sesuai dengan bentuknya yang berterima dalam bahasa sasaran
(Larson, 1984:2). Proses penerjemahan secara tradisional adalah aktivitas yang
berorientasi tujuan (bahasa sasara
Diagram 1: Proses penerjemahan menurut Larson
selalu hadir yaitu proses dekonstruksi teks bahasa sumber dan proses rekonstruksi
Penerjemahan bisa diterapkan pada tataran kata, frasa, klausa kalimat atau
bahkan teks secara keseluruhan (Hatim & Munday, 2004:17).
penerjemahan diawali dengan mengidentifikasi leksikon, struktur gramatikal,
situasi komunikasi dan konteks struktural teks bahasa sumber. Tahap selanjutnya
untuk mendapatkan makna teks tersebut, baru kemudian
truksi makna yang sama ini dengan menggunakan leksikon dan struktur
gramatika yang sesuai dengan bentuknya yang berterima dalam bahasa sasaran
Proses penerjemahan secara tradisional adalah aktivitas yang
berorientasi tujuan (bahasa sasaran) dan bersifat praktis (Gorle, 1994: 67)
Diagram 1: Proses penerjemahan menurut Larson (dikutip dari Larson, 1984)
14
selalu hadir yaitu proses dekonstruksi teks bahasa sumber dan proses rekonstruksi
Penerjemahan bisa diterapkan pada tataran kata, frasa, klausa kalimat atau
, 2004:17). Proses
penerjemahan diawali dengan mengidentifikasi leksikon, struktur gramatikal,
situasi komunikasi dan konteks struktural teks bahasa sumber. Tahap selanjutnya
untuk mendapatkan makna teks tersebut, baru kemudian
truksi makna yang sama ini dengan menggunakan leksikon dan struktur
gramatika yang sesuai dengan bentuknya yang berterima dalam bahasa sasaran
Proses penerjemahan secara tradisional adalah aktivitas yang
(dikutip dari Larson, 1984)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Dengan kata lain, dalam prosesnya, seorang penerjemah mengubah
struktur permukaan (surface structure) sebuah teks yaitu kata, frasa, klausa dan
kalimat dalam rangka menyampaikan semirip mungkin struktur dalam (deep
structure) teks bahasa sumber, yaitu makna, pesan atau informasi. Artinya, yang
berubah dalam penerjemahan adalah struktur permukaan sementara struktur dalam
yaitu makna justru dipertahankan semaksimal mungkin. It is meaning which is
being transferred and must be constant (Larson, 1984:3).
Yang harus diketahui seorang penerjemah dalam proses rekonstruksi
bentuk bahasa sumber ke bentuk bahasa sasaran adalah bahwa setiap bahasa
punya cara yang berbeda dalam menyampaikan sebuah pesan yang sama.
Perbedaan itu bisa pada tataran leksis maupun tataran gramatika. Untuk
menyatakan informasi yang sama, misalnya bahwa si pembicara menderita
pusing, seorang pembicara bahasa Inggris akan mengatakan, “I have a dizzy”.
Orang Indonesia mungkin akan mengatakan, “Kepala saya pusing”. Sementara
orang Jawa mengatakan, “Sirahku mumet”. Artinya apabila kita menerjemahkan
kalimat bahasa Inggris di atas dengan terjemahan literal, “Saya mempunyai rasa
pusing” atau “aku nduwe rasa mumet” maka penutur bahasa Indonesia dan Jawa
akan merasa kalimat itu tidak lazim bahkan mungkin pada kasus-kasus tertentu
akan terjadi kesalahpahaman. Pengunaan leksis “mempunyai” untuk menyatakan
rasa sakit tentu tidak lazim atau tidak berterima dalam bahasa Indonesia maupun
bahasa Jawa. Pada tataran gramatika, sintaksis, jelas bahasa Inggris menggunakan
struktur kalimat verbal sementara bahasa Indonesia dan Jawa memilih
menggunakan kalimat nominal. Pilihan ini sama skali bersifat arbriter. Seorang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
penerjemah tidak bisa selalu terikat oleh bentuk leksikal maupun gramatikal
bahasa sumbernya. Bila ia gagal melakukannya maka hasil terjemahan akan
terdengar tidak wajar menurut penutur bahasa sasaran.
Sementara, menurut Suryawinata dan Hariyanto (2003) ada dua proses
utama dan empat tahap dalam penerjemahan. Yang pertama adalah struktur lahir
atau proses eksternal dan yang kedua adalah struktur batin atau proses internal. Di
bawah ini digambarkan empat tahap tersebut seperti terlihat pada gambar 3.
Evaluasi dan revisi
Proses eksternal
Analisis/ Restrukturisasi/ Pemahaman penulisan kembali Proses internal
transfer
padanan
Diagram 2: Proses Penerjemahan menurut Suryawinata dan Hariyanto (2003)
1) Tahap analisis. Pada tahap ini, penerjemah berusaha memahami teks bahasa
sumber secara cermat. Penerjemah berusaha memahami hubungan antar kata,
frasa dan kalimat teks bahasa sumber. Pada tataran gramatika, penerjemah
berusaha mencari tahu bagaimana bahasa sumber menggunakan gramatika
Teks asli dalam BSu
Teks terjemahan dalam BSa
Konsep, makna, pesan dari teks
BSu
Konsep, makna, pesan dalam
BSa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
untuk merealisasikan pesan. Ini adalah tahap di mana penerjemah bergelut
dengan struktur permukaan teks bahasa sumber.
2) Tahap transfer. Setelah memahami struktur permukaan teks bahasa sumber,
penerjemah melalui kompetensi linguistik bahasa sumber, berusaha mencerna
kata, frasa, klausa dan kalimat untuk memahami makna atau struktur dalam di
balik struktur permukaan teks tersebut. Penerjemah tidak hanya berusaha
memahami makna pada tataran kata atau frasa saja, dia juga berusaha
memahami makna pada tataran tekstual bahkan pada kasus-kasus tertentu pada
tataran pragmatik. Proses ini berlangsung di dalam pikiran penerjemah
sehingga proses ini termasuk dalam proses internal.
3) Tahap restrukturisasi. Setelah penerjemah memahami struktur dalam, makna
atau pesan teks bahasa sumber ini, dia berusaha mencari bentuk kata, frasa,
klausa atau kalimat bahasa sasaran yang memiliki pesan atau makna semirip
mungkin dengan bentuknya dalam bahasa sumber. Dengan kata lain,
penerjemah berusaha mencari padanan bentuk bahasa sumber sehingga
menjadi bentuk bahasa sasaran yang akurat dalam hal menyampaikan makna,
mudah dipahami oleh pembaca bahasa sasaran dan terdengar natural di telinga
pendengar atau pembaca bahasa sasaran.
4) Tahap evaluasi dan revisi. Setelah penerjemah berhasil melakukan
restrukturisasi teks bahasa sasaran, dia harus membandingkan kembali antara
teks bahasa sasaran dengan teks bahasa sumber. Ini dilakukan untuk
memastikan bahwa semua pesan yang terdapat pada teks bahasa sumber, baik
pesan yang tersurat maupun pesan yang tersirat, tersampaikan ke dalam teks
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
bahasa sasaran secara akurat. Pada tahap ini, penerjemah perlu berhati-hati
karena keakuratan tidak saja pada tataran semantik tapi juga tataran prakmatik
dan bahkan tataran tekstual. Apabila penerjemah masih menemukan
kekurangan, dia perlu melakukan revisi dengan mempertimbangkan
keakuratan, keterbacaan dan keberterimaan.
Tentu saja tahap-tahap di atas bukanlah tahapan yang mutlak. Seorang
penerjemah yang sangat terlatih dan berpengalaman mungkin tidak memerlukan
waktu dan proses yang lama dalam menerjemahkan sebuah teks. Ia mungkin tidak
memerlukan tahap evaluasi dan revisi. Tapi setidaknya tahapan di atas adalah
sebuah model yang mungkin secara tidak disadari dialami oleh sebagian besar
penerjemah.
c. Teknik Penerjemahan
Teknik penerjemahan adalah cara atau prosedur mengalihkan pesan teks
dari bahasa sumber ke teks bahasa sasaran yang diberlakukan pada tataran kata,
frasa, klausa maupun kalimat. Berikut ini sebagian teknik terjemahan yang biasa
diterapkan oleh seorang penerjemah yang sebagian diambil dari Molina dan Albir
(2002):
1) Penambahan (addition)
Teknik penambahan adalah teknik dengan menambah informasi pada teks
bahasa sasaran dimana informasi tersebut tidak ada dalam teks bahasa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
sumber. Penerapan teknik ini dilakukan apabila penerjemah menganggap
bahwa ada informasi yang tidak penting untuk diketahui pembaca bahasa
sumber tetapi penting untuk pembaca bahasa sasaran.
Contoh:
BSU BSA I’m sorry but I’m tired _. Maaf, tetapi saya sangat letih _.
2) Penghapusan (deletion)
Kebalikan dengan teknik penambahan, teknik penghapusan adalah teknik
dengan menghilangkan informasi yang ada dalam bahasa sumber sehingga
informasi tersebut tidak disampaikan dalam bahasa sasaran. Penerapan
teknik ini dilakukan apabila penerjemah menganggap bahwa ada informasi
yang tidak penting untuk pembaca bahasa sasaran. Penghapusan ini bisa
terjadi pada tataran kata, frasa, klausa atau bahkan kalimat.
Contoh:
BSU BSA Jesus had but one true message. Yesus punya satu pesan yang sejati.
3) Eksplisitasi (explicitation)
Teknik eksplisitasi adalah teknik untuk memunculkan pesan yang pada
teks bahasa sumber tidak bersifat ekplisit. Jadi berbeda dengan teknik
penambahan dimana pesan itu memang tidak terdapat pada teks bahasa
sumber, pada teknik eksplisitasi pesan itu sebenarnya ada dalam teks
bahasa sumber, hanya saja pesan tersebut implicit.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
Contoh:
BSU BSA He was a famous lawyer. Dulu dia seorang pengacara terkenal
4) Implisitasi (implicitation)
Teknik ini merupakan kebalikan dari teknik eksplisitasi, Teknik implisitasi
diterapkan untuk membuat pesan/informasi yang eksplisit menjadi
implisit. Pesan atau informasi yang pada teks bahasa sumber disampaikan
secara eksplisit lewat perangkat leksikal menjadi implisit secara
gramatikal atau makna/pesan itu memang sudah terkandung dalam
kalimat/klausa secara keseluruhan. Tidak ada penghilangan pesan pada
teknik ini.
Contoh:
BSU BSA You two can expect to stay in France
Kalian tidak mungkin berada di Perancis
5) Modulasi (modulation)
Teknik modulasi adalah teknik yang diterapkan dengan memanfaatkan
pergeseran semantik (semantic shift) dengan cara mengubah sudut
pandang baik pada tataran struktural maupun leksikal. Teknik ini banyak
dipakai apabila dengan mempertahankan konstruksi kalimat bahasa
sumber mengakibatkan terjemahan menjadi tidak atau kurang berterima.
Menurut Molina & Albir (2002): Modulation is to change the point of
view, focus or cognitive category in relation to the ST; it can be lexical or
structural.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
Contoh:
BSU BSA This is a charter flight, not a taxi Ini pesawat sewaan, bukan taksi
6) Transposisi (transposition)
Teknik transposisi adalah teknik yang diterapkan dengan cara mengubah
unit-unit gramatikal antara teks bahasa sumber dan teks bahasa sasaran.
Dengan kata lain terjadi pergeseran gramatikal pada penerapan teknik ini.
Pergeseran gramatikal ini bisa dalam bentuk kategori kelas kata, pluralitas
maupun struktur gramatikal yang lain seperti perubahan aktif ke pasif dan
sebaliknya.
Contoh:
BSU BSA A man of faith deserves the highest
Seorang yang percaya berhak mendapatkan yang terbaik
7) Generalisasi (generalization)
Teknik generalisasi menerapkan penggunaan istilah yang lebih general
dalam teks bahasa sasaran dari sebuah istilah yang lebih spesifik dalam
teks bahasa sumber. Menurut Molina & Albir (2002): Generalization is to
use a more general or neutral term. Penerapan teknik ini mungkin
dilakukan apabila tidak ada istilah yang lebih spesifik dalam bahasa
sasaran.
Contoh:
BSU BSA I am going back to Paris in the morning.
Aku akan kembali Ke Paris besok.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
8) Partikularisasi (particularization)
Teknik partikularisasi diterapkan dengan cara menggunakan istilah yang
lebih spesifik dalam teks bahasa sasaran untuk menggantikan istilah yang
lebih general dalam teks bahasa sumber, kebalikan dari teknik
generalisasi. Menurut Molina & Albir (2002). Particularisation is to use a
more precise or concrete term.
Contoh:
BSU BSA Sangreal is my favorite
mistress.”
Dan Sangreal adalah kekasih favoritku.”
9) Pinjaman Murni (pure borrowing)
Teknik pinjaman murni adalah sebuah teknik penerjemahan dengan cara
mengambil istilah yang ada di teks bahasa sumber untuk kemudian dipakai
pada teks bahasa sasaran tanpa ada perubahan baik perubahan ejaan
maupun perubahan yang lainnya.
Contoh:
BSU BSA At the right hand of the Lord. Di sebelah kanan the Lord.
10) Pinjaman Alami (naturalized borrowing)
Kebalikan dengan teknik pinjaman murni, teknik pinjaman alami adalah
teknik penerjemahan dengan cara mengadopsi istilah yang ada di teks
bahasa sumber untuk kemudian dilakukan beberapa penyesuaian, misalnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
penyesuaian ejaan dan sebagainya agar sesuai dengan tata aturan bahasa
sasaran.
Contoh:
BSU BSA Simon, did I win the policemen’s lottery?
Simon, apakah aku memenangkan lotere?
11) Teknik Padanan Lazim (established equivalence)
Teknik padanan lazim adalah teknik penerjemahan dengan mengadopsi
istilah yang dipakai secara resmi dari istilah tehnis di bidang tertentu.
Teknik padanan lazim adalah teknik dengan menggunakan istilah atau
ungkapan yang telah dikenal dan diakui dalam kamus atau bahasa sasaran
sebagai padanan dari bahasa sumber (Molina & Albir, 2002) padanan
lazim ini sering disebut terjemahan baku. Teknik ini sering dipakai pada
penerjemahn bidang keilmuan atau profesi tertentu.
Contoh:
BSU BSA Bonds are negotiable as cash. Surat berharga bisa dinegosiasikan
untuk diuangkan.
12) Teknik Literal (literal)
Teknik literal sering disebut teknik penerjemahan harfiah. Dikatakan
teknik penerjemahan harfiah karena teknik ini dilakukan dengan cara
mengalihkan makna secara apa adanya dari teks bahasa sumber ke dalam
teks bahasa sasaran. Menurut Molina & Albir (2002) literal translation is
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
to translate a word or an expression word for word. Teknik ini biasanya
dilakukan terutama pada level kata, frasa atau klausa yang sederhana.
Contoh:
BSU BSA “Go!” She yelled. “Jalan!” Sophie berteriak
13) Teknik kompensasi (compensation)
Teknik kompensasi adalah teknik di mana sebuah pesan disampaikan pada
bagian lain dari teks terjemahan. Hal ini dilakukan karena pesan atau
informasi tersebut tidak memungkinkan berada pada posisi yang sama
seperti pada teks bahasa sumber. Menurut Molina & Albir (2002):
Compensation is to introduce a ST element of information or stylistic
effect in another place in the TT because it cannot be reflected in the same
place as in the ST.
Contoh:
BSU BSA Then I’m sure he will be pleased to receive you in the morning.
Kalau begitu dia dia pasti akan senang menerima Anda besok pagi.
14) Teknik kalke (calque)
Teknik kalke hampir mirip dengan teknik literal. Perbedaannya, teknik ini
masih mempertahankan struktur bahasa sumber atau bisa juga struktur
yang mengikuti bahasa sumber tetapi masih mempertahankan leksikan
bahasa sumber. Teknik kalke merupakan sebuah terjemahan kata atau
frasa yang bisa bersifat leksikal maupun structural (Molina & Albir,
2002:510).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
Contoh:
BSU BSA Secretary general Sekretaris jendral
15) Teknik deskripsi (description)
Teknik deskripsi menggantikan sebuah istilah atau ekspresi dengan
deskripsi bentuk atau fungsinya (Molina & Albir, 2002:510). Teknik
deskripsi memberi penjelasan atas sebuah istilah atau konsep yang
mungkin tidak dimiliki bahasa sasaran.
Contoh:
BSU BSA Pan cake Semacam kue serabi dengan rasa manis
16) Teknik kreasi diskursif (discursive creation)
Teknik kreasi diskursif memuat terjemahan yang tampak sangat berbeda
dengan teks bahasa sumbernya. Teknik ini membuat sebuah kesepadanan
temporal yang tidak terduga dan kadang di luar konteks (Molina & Albir,
2002:510).
Contoh:
BSU BSA Appointment in Samarra Maut Menunggumu di Samarra.
17) Teknik substitusi (substitution)
Teknik substitusi mengubah elemen linguistik dengan elemen
paralinguistik (intonasi, gerak tangan) atau sebaliknya (Molina & Albir,
2002:510). Teknik ini misalnya dipakai pada interpreting.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
18) Teknik variasi (variation)
Teknik variasi mengubah elemen linguistik atau paralinguistik (intonasi,
gerak tangan) yang mempengaruhi aspek variasi linguistik: perubahan tone
teks, style, dialek sosial atau regional (Molina & Albir, 2002:511).
d. Kualitas Terjemahan
Kualitas terjemahan merupakan salah satu isu terpenting dalam disiplin
ilmu penerjemahan. Ada beberapa hal pokok yang perlu diperhatikan seorang
penerjemah untuk menghasilkan terjemahan yang baik/berkualitas. Beberapa
ahli mengajukan proposinya tentang bagaimana terjemahan yang baik. Nida &
Taber membuat kriteria tentang bagaimana terjemahan yang baik. Yang
pertama, terjemahan harus mengikuti kaidah ketepatan; artinya pembaca dapat
memehami teks terjemahan seperti teks aslinya; 2 kemudahan dalam
memahami teks terjemahan atau dengan kata lain sebuah teks terjemahan
tidak menimbulkan kesulitan tersendiri untuk dipahami; 3 menggunakan
kemampuan dan pendapat orang untuk menyempurnakan informasi pada
terjemahan (Nida & Taber, 1969:173).
Meskipun begitu pandangan Nida dan Taber ini mempunyai kelemahan
yaitu pendekatan itu hanya mengacu pada respon pembaca. Pendekatan ini
mengabaikan teks asli sebagai pembanding sehingga penilaian keakuratan
menjadi rendah sementara keberterimaan tinggi. Tentu pembaca tidak bisa
menilai apakah terjemahan akurat atau tidak, karena mereka tidak punya akses
terhadap teks bahasa sumber.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
Sementara itu, Nababan (2010) mengajukan Accuracy Rating dan
Readibility Rating dalam mengukur keakuratan pesan maupun keterbacaan.
Secara umum para praktisi penerjemahan menilai kualitas terjemahan meliputi
keakuratan, keterbacaan, dan keberterimaan. Keakuratan mengacu pada
seberapa jauh pesan teks bahasa sumber tersampaikan ke dalam teks bahasa
sasaran. Sementara itu keberterimaan mengacu pada seberapa jauh hasil
terjemahan memenuhi kaidah bahasa sasaran, baik kaidah gramatikal maupun
kaidah cultural. Keterbacaan mengacu sejauh mana teks terjemahan mudah
dipahami oleh khalayak pembaca.
2. Pragmatik
Pragmatik merupakan bidang ilmu bagian dari linguistik yang lumayan
baru. Bila semantik adalah ilmu yang mengkaji hubungan antara simbol bahasa
dengan realitas yang diwakilinya, pragmatik lebih mengkaji makna bahasa seperti
yang dimaksud oleh si penutur. Jadi, pragmatik melihat makna bukan dari kalimat
atau ujaran itu sendiri tapi makna seperti yang dimaksudkan si penutur. Pragmatik
adalah cabang ilmu bahasa yang mengkaji bagaimana bahasa digunakan untuk
berkomunikasi (Nadar, 2009:95). Apa yang dikomunikasikan si penutur dalam
ujarannya tapi tidak dikatakan merupakan bagian kajian pragmatik. Di dalam
bukunya, George Yule menyatakan bahwa pragmatik adalah studi tentang maksud
si pembicara (Yule, 1996:3). Sementara itu, Fraser (dalam Schimdt, 1996: 30)
mengatakan bahwa pragmatik adalah teori komunikasi linguistik. Sementara Mey
(1994) menyatakan bahwa pragmatik adalah telaah mengenai hubungan tanda
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
dengan penafsir atau dengan kata lain pragmatik merupakan suatu studi tentang
hubungan antara tanda dan penafsirnya.
Kajian pragmatik melibatkan tidak saja ujaran secara terpisah, tapi juga
memahami makna sebuah ujaran dengan melibatkan aturan-aturan yang terlibat
dalam sebuah percakapan, siapa pembicara, siapa pendengar, dan dalam situasi
seperti apa percakapan itu berlangsung. Kajian pragmatik, dengan demikian,
merupakan kajian tafsir sebuah ujaran setelah memperhatikan unsur-unsur
tersebut di atas.
Pragmatik mengeksplorasi maksud yang dikatakan untuk mengetahui apa
yang dikehendaki si pembicara melalui ujarannya. Kegiatan ini melibatkan
interpretasi yang tidak diucapkan oleh si pembicara tapi dikomunikasikan lewat
uajarannya. Yule menyebutnya investigasi makna yang tersembunyi
(Yule;1996;35). Pragmatik dengan demikian mempelajari bagaimana
menginterpretasikan ujaran lebih dari yang dikatakan oleh si pembicara. Dengan
kata lain, pragmatik mengkaji makna secara lebih dalam dari sekedar makna
superfisial yang terungkap lewat kategori leksikal dan gramatika.
Dalam sebuah percakapan, seorang pembicara akan memasukan
pertimbangan-pertimbangan tentang apa yang bisa dikatakan dan apa yang tidak.
Pertimbangan ini diperoleh lewat apa yang oleh Grice disebut Prinsip kerjasama.
Prinsip ini semacam aturan-aturan yang tidak tertulis yang secara universal
mengatur percakapan manusia. Dari prinsip-prinsip inilah kita bisa mengetahui
apa yang sebenarnya hendak dikatakan seseorang. Dalam keadaan tanpa tekanan
apapun seorang pembicara tanpa disadari mematuhi prinsip-prinsip tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Meskipun begitu, ada saat-saat di mana si pembicara, karena keadaan atau
tekanan tertentu ‘terpaksa’ melanggar salah satu atau beberapa prinsip kerjasama
ini. Ketika ‘pelanggaran’ ini terjadi maka dapat dipastikan bahwa ada makna
tersembunyi yaitu makna yang tidak diungkapkan lewat tuturan tapi
dikomunikasikan dalam percakapan tersebut. Di sinilah pragmatik sebenarnya
mengambil peranannya di dalam komunikasi antar manusia.
3. Cakupan Pragmatik
a. Deiksis
Deiksis merupakan istilah teknis yang mengacu pada pronomina yang
acuannya tergantung dari situasi tuturan. Dengan kata lain referen dari sebuah
deiksis sangat terikat oleh konteks. Atas alasan inilah deiksis dikategorikan dalam
ranah pragmatik. Seperti yang dikatakan Yule dalam bukunya bahwa deiksis atau
deixis expression hanya bisa diinterpretasikan oleh pembicara dan pendengar yang
terlibat dalam konteks percakapan yang sama (Yule, 1996;6)
Jelaslah dari penjelasan di atas bahwa deiksis mencerminkan hubungan
yang sangat mendasar antara bahasa dengan konteks situasi dalam rangka
memahami makna. Sebuah deiksis, dengan begitu, mempunyai referen yang
beragam tergantung situasi ujaran tersebut. Sebuah ujaran berikut bisa menjadi
contoh:
(01) “Di sini kita akan mendirikan monumen itu”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
Kata ‘di sini’ pada ujaran di atas jelas memiliki acuan yang sangat tergantung
dengan situasi tuturan. Pendengar tidak akan pernah tahu maksud dari kata ‘di
sini’, kecuali ia terlibat dalam percakapan itu atau mengetahui konteks
berlangsungnya ujaran tersebut.
Deiksis secara umum dibagi menjadi tiga, yaitu deiksis tempat, waktu dan
persona.
Deiksis tempat mengacu pada acuan tempat secara relatif terhadap lokasi
di mana para partisipan percakapan berada (Levinson, 1983;62). Dieksis tempat
dibagi menjadi proksimal dan distal. Proksimal adalah acuan tempat dekat dengan
si pembicara dalam bahasa Indonesia adalah ‘di sini’. Sementara distal adalah
acuan tempat jauh dari si pembicara; misalnya ‘di sana’.
Deiksis waktu hampir mirip dengan deiksis tempat. Ada dua jenis deiksis
yaitu bentuk proksimal dan distal. Bentuk proksimal mengacu pada penunjuk
waktu yang dekat dengan saat terjadinya peristiwa tuturan. Kata ‘now’ mengacu
pada deiksis ini sementara ‘then’ bisa mengacu pada saat yang jauh dari peristiwa
tuturan baik masa lampau maupun masa depan.
Deiksis person berkaitan dengan peran partisipan dalam peristiwa tuturan.
Secara leksikal deiksis person diwakili oleh bentuk-bentuk personal pronoun:
first person (I, we), second person (you), third person (he,she,they). First person
merupakan bentuk gramatikalisasi dari si pembicara sendiri, second person untuk
lawan bicara baik jamak atau tunggal sementara third person mengacu pada
tokoh-tokoh yang tidak terlibat dalam tindak tuturan tapi menjadi bahan
pembicaraan baik dalam bentuk jamak maupun tunggal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Disamping tiga pokok bentuk deiksis di atas masih ada dua bentuk deiksis;
deiksis wacana dan deiksis sosial. Deiksis wacana adalah pentuk pronomina selain
yang disebut di atas yang referennya ada, baik klausa maupun kalimat, di dalam
teks tersebut. Sementara deiksis sosial berkaitan dengan aspek sosial hubungan
antara si pembicara dengan pendengar. Deiksis sosial berhubungan dengan
hubungan dan status sosial relatif antara si pembicara, pendengar dan tokoh lain di
dalam situasi tuturan. Di sini seorang pembicara dengan kemampuan sosialnya
harus bisa menentukan kapan harus menggunakan bentuk honorifik dan kapan
tidak.
b. Tidak Tutur (Speech Act )
Ketika mengutarakan ujaran kita tidak saja memberikan informasi tapi juga
sekaligus melakukan tindakan. Kita mengucapkan sesuatau bukan tanpa maksud
melainkan sekaligus menghasilkan efek tindakan yang akan direspon oleh yang
mendengarnya sesuai dengan interpretasi pendengar. Tindakan yang melekat
ketika kita mengungkapkan sesuatu itulah yang disebut speech act atau tindak
tutur.
Speech act atau tindak tutur masuk dalam ranah pragmatik karena efek
dari tindak tutur itu sangat terikat dengan konteks. Sebuah ujaran bisa memiliki
tindak tutur yang berbeda ketika diucapkan pada konteks yang berbeda.
(02) Do you have extra money?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
Ujaran di atas bisa bermakna setara dengan “Do you have enough money?” bila
diucapkan seorang ibu kepada anaknya yang mau bepergian. Tapi ujaran ini juga
bisa bermakna sama dengan “May I borrow some money?” bila diucapkan
seorang teman ketika hendak membayar sesuatu sambil membuka dompetnya
yang kosong melompong. Dengan kata lain ujaran di atas bisa merupakan tindak
tutur ‘questioning’ atau ‘requesting’, tergantung konteks yang melingkupinya.
Sebuah ujaran sekaligus mengandung tiga tindakan. Yang pertama disebut
tindakan lokusi. Yaitu makna dari ujaran itu secara harfiah. Yang kedua disebut
tindakan ilokusi, tindakan yang merupakan tujuan seperti yang dimaksud si
pembicara itu sendiri. Sebuah ujaran bisa merupakan tindakan ’bertanya’,
‘Meminta sesuatu’, atau ‘memperingatkan’. Ujaran tersebut kemudian
mendapatkan respon tindakan dari pendengar. Respon inilah yang disebut
tindakan perlokusi. Tindakan sebagai hasil dari interpretasi pendengar.
Tindak tutur bisa bersifat langsung atau tidak langsung. Apabila tindak
lokusi dan ilokusi memiliki hubungan yang langsung, tidak memerlukan
interpretasi yang rumit karena maksud ujaran sudah terekspresikan secara literal,
maka tindak tutur itu disebut tindak tutur langsung. Demikian pula sebaliknya.
Berikut ini contohnya:
(03) Please open the window!
(04) It is very hot in here.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Pada ujaran (03) makna lokusi dan lokusinya berimpit yaitu si penutur
memerintah petutur untuk membuka jendela. Tidak ada perbedaan antara makna
lokusi dengan daya ilokusinya. Tindak tutur dari ujaran tersebut bersifat langsung.
Sementara itu, pada ujaran (04) makna lokusi dengan daya perlokusinya tidak
paralel. Makna lokusi ujaran (04) adalah penutur memberi informasi bahwa udara
di dalam ruangan panas. Meskipun begitu lewat konteks situasi, mitra tutur bisa
berinterpretasi secara berbeda. Ruangan yang tidak ber AC, jendela tertutup dan
penutur yang berkeringat membuat petutur mengambil kesimpulan bahwa makna
lokusi dari ujaran tersebut adalah penutur meminta petutur untuk membuka
jendela. Tindak tutur pada ujaran (04) dengan begitu bersifat tidak langsung.
Searle dalam Leech (1993) memproposisikan lima jenis tindak tutur
sebagai berikut:
1. Tindak tutur asertif: tindak tutur dimana penutur terikat dengan kebenaran
proposisi yang dikatakannya, misalnya: menyatakan, melaporkan,
mengeluh.
2. Tindak tutur direktif: tindak tutur yang bertujuan menghasilkan efek
berupa tindakan yang dilakukan mitra tutur, misalnya: memerintah,
memohon, menuntut.
3. Tindak tutur komisif: tindak tutur yang mengikat penutur dengan suatu
tindakan yang akan dilakukan di masa depan, misalnya: menawarkan,
menjanjikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
4. Tindak tutur deklaratif: tindak tutur yang mensyaratkan pelaksanaan
ilokusi yang mengakibatkan adanya kesesuaian isi proposisi dengan
realitas, misalnya member nama, menjatuhkan hukuman.
5. Tindak tutur ekspresif: tindak tutur yang mengungkapkan perasaan atau
sikap mental dari penutur Tindak tutur ini mengikat penutur dengan suatu
tindakan yang akan dilakukan di masa depan, misalnya: memuji,
mengecam, mengucapkan terimakasih.
c. Presupposition
Ujaran yang diucapkan seorang pembicara mengandung dua informasi
sekaligus; informasi lama dan informasi baru. Presupposition mengacu pada
asumsi yang dihasilkan informasi lama pada sebuah ujaran atau kalimat. Ujaran
yang diucapkan seorang pembicara akan menimbulkan presupposition bagi
pendengarnya. Presupposition tidak diucapkan secara verbal oleh si pembicara.
Pendengarlah yang menarik simpulan darinya.
(05) His journey to Sydney made him sick.
Pernyataan bahwa perjalanannya ke Sydney membuatnya sakit
mengandung beberapa informasi sekaligus. Pernyataan itu bisa memberi
informasi pada kita bahwa ia telah melakukan perjalanan ke Sydney. Informasi
inilah yang disebut presupposition. Imformasi ini tidak diungkapkan si pembicara
secara eksplisit tapi pendengarlah yang menyimpulkan demikian. Dengan kata
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
lain presupposition merupakan informasi yang tidak diucapkan tapi
dikomunikasikan dalam percakapan.
Meskipun presupposition masuk dalam kategori pragmatik yang dengan
demikian sangat terikat konteks situasi, presupposition sebuah ujaran tidak
berubah ketika dalam bentuk negatif.
(06) His journey to Sydney didn’t make him sick.
Jadi ujaran (06) tidak menghasilkan presupposition yang berbeda dengan ujaran
(05). Kasus ini disebut ‘constancy under negation’. Artinya kasus dimana sesuatu
tidak mengalami perubahan pesan ketika berubah dalam bentuk negatif
d. Implikatur Percakapan (Conversational Implicature)
Ide implikatur atau conversational implicture lahir dari kenyataan bahwa
banyak ujaran atau kalimat yang menjadi tidak terjelaskan ketika dijelaskan
dengan pendekatan semantik. Implikatur merupakan salah satu konsep penting
dalam ranah pragmatik (Levinson, 1983;97). Di antara aspek-aspek yang lain,
speech act, deixis, presupposition, implikatur merupakan aspek yang dominan
dalam pragmatik (Mujiyono, 1996:8)
Implikatur menjadi tonggak penting paradigma pragmatik yang
membuktikan kemampuan penjelasan pragmatik dalam menyelesaikan fenomena
linguistik yang sebelumnya tidak terjelaskan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
(07) Will you be free tonight?
Pendekatan semantik tidak mampu menjelaskan bagaimana ujaran (07)
merupakan sebuah ajakan. Di sini peran pragmatik bisa dimainkan. Lewat
implikatur, pragmatik memberi penjelasan bagaimana pendengar menangkap
pesan atau makna yang tersirat tidak sekedar makna yang tersampaikan secara
superficial. Implikatur merupakan pesan yang tersembunyi dalam sebuah ujaran
meskipun pesan itu tidak secara eksplisit dikatakan (Gazdar,1979: 80)
Jelas ada jarak antara yang diucapkan seseorang dan apa yang sebenarnya
ingin disampaikan. Kadang seorang penutur memang mengucapkan apa yang
ingin dia sampaikankan tapi kadang pula ia tidak mengungkapkannya secara
eksplisit. Bahkan kadang ia mengucapkan apa yang sebaliknya ingin
disampaikannya.
Implikatur menyediakan perangkat bagaimana menyampaikan sesuatu
lebih dari yang dikatakan. Dengan kata lain bagaimana mengkomunikasikan
sesuatu lebih dari yang dikatakan secara harfiah. Grice (1967), di dalam bukunya
mengusulkan sebuah ide yang dinamakan prinsip-prinsip kerjasama, prinsip-
prinsip yang berlaku dalam percakapan. Untuk bisa menangkap pesan lebih dari
yang diucapkan secara harfiah linguistik memanfaatkan prinsip-prinsip kerjasama
Grice.
(08) Do you have some coffee?
(09) The canteen is still open downstair.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
Paradigma semantik tidak bisa menjelaskan bagaimana ujaran (08) yang berupa
pertanyaan bisa dijawab dengan ujaran (09) yang nampak tidak gayut satu sama
lain. Pragmatik menjelaskan melalui konteks ujaran, dalam situasi lembur
misalnya seorang teman dengan wajah kelelahan dan tampak mengantuk sambil
membawa cangkir kosong, bahwa ujaran (08) adalah sebuah permintaan. Respon
dari ujaran (08) (ujaran [09]) yang merupakan bentuk pertanyaan secara harfiah
tapi secara struktur dalam berarti sebuah permintaan harus dipahami dengan
prinsip-prinsip kerjasama bahwa si pendengar tidak mempunyai kopi dan di lantai
bawah ada sebuah kantin yang masih buka dan menjual kopi. Pendengar
menyarankan penanya untuk membeli kopi di kantin sebagai alternatif karena ia
tidak mempunyai kopi. Dengan demikian ujaran (09) bisa diungkapkan dengan
kalimat eksplisit seperti berikut:
(10) I am sorry, but I don’t have any coffee. The canteen is still open
Downstair. It sells coffee, so you better you go there and buy
some.
Kalimat yang dicetak tebal pada (10) menunjukan implikatur dari ujaran (09)
yang merupakan pesan yang tidak diucapkan secara harfiah tapi dikomunikasikan.
Leech membuat sebuah ancangan untuk untuk menginterpretasikan sebuah
tuturan. Cara untuk meninterpretasikan implikatur apa yang terkandung dari
sebuah ujaran disebut analisis heuristik. Strategi heuristik berusaha
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
mengidentifikasi daya pragmatik sebuah tuturan dengan merumuskan hipotesi-
hipotesis dan kemudian mengujinya dengan data-data yang tersedia (Leech,
1993:61)
e. Prinsip Kerja Sama (PK) dan Prinsip Kesantunan (PS)
1) Prinsip Kerjasama (PK)
Prinsip kerjasama (cooperative principles) merupakan konsep yang sangat penting
sekaligus mendasar di dalam pragmatik. Lewat konsep prinsip kerjasamalah
makna implisit sebuah ujaran bisa dijelaskan. Prinsip kesantunan (politeness
principles) melengkapi penjelasan hubungan antara makna (dalam ranah
semantik) dan daya (dalam ranah pragmatik). Contoh berikut ini akan
menjelaskan bagaimana prinsip kerjasama beroperasi dalam percakapan.
(09) “Can I borrow your car for the weekend?”
(10) “My cousin is coming around this weekend.”
Tanpa asumsi bahwa penutur (10) bersikap kooperatif terhadap mitra
tuturnya maka sulit kita menarik makna yang menghubungkan ujaran (10) dan
(09). Apa hubungan antara meminjam mobil dengan sepupu yang akan
berkunjung? Bila ternyata jawaban (10) tidak punya hubungan dengan pertanyaan
(09). Dengan kata lain penutur (10) tidak bermaksud menjawab pertanyaan (09),
maka penutur yang bersangkutan tidak melaksanakan kerja sama atau tidak
bersifat kooperatif (Wijana, 1996:46). Peristiwa seperti ini tentu sangat jarang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
terjadi dalam percakapan ‘normal’. Dalam percakapan ‘normal’ kita harus
berasumsi bahwa penutur (10) sedang bersikap kooperatif dengan penutur (09)
sehingga bisa kita simpulkan bahwa ada hubungan antara meminjam mobil
dengan kedatangan sepupu. Lewat asumsi inilah kita bisa menduga bahwa
kedatangan sepupu penutur (10) akan membutuhkan mobil, mungkin untuk
menjemput atau keliling kota sehingga dia tidak bisa meminjamkan mobilnya
pada orang lain.
Prinsip kooperatif yang menghubungkan makna dengan daya ini
terealisasikan dalam maksim percakapan (conversational maxim), yakni maksim
kuantitas (maxim of quantity), maksim kualitas (maxim of quality), maksim
relevansi (maxim of relevance) dan maksim cara (maxim of manner) (Grice,
1993:128). Berikut ini maksim-maksim seperti yang diproposisikan Grice:
a) Maksim kuantitas
a. Make your contribution as informative as required;
(Berilah keterangan seinformatif mungkin.)
b. Do not make your contribution more informative than required.
(Jangan memberi keterangan yang lebih dari yang diperlukan.)
Maksim ini menjelaskan bahwa seorang penutur semestinya memberikan
informasi yang secukupnya atau tidak kurang dari yang dibutuhkan sekaligus
tidak melebihi. Perhatikan contoh percakapan berikut:
A: Bagaimana karya ilmiahnya?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
B: Tulisannya rapi.
Jawaban B atas pertanyaan A seolah melanggar maksim kuantitas. A menanyakan
karya ilmiah tetapi B menjawab bahwa tulisannya rapi. B tidak memberikan
jawaban seinformatif yang diharapkan A. Pelanggaran terhadap maksim kuantitas
yang dilakukan oleh A secara sengaja menunjukan bahwa ujaran B mengandung
implikatur. Dengan begitu A bisa menyimpulkan bahwa sebenarnya karya ilmiah
itu tidak bagus.
b) Maksim kualitas
c. Do not say what you believe to be false
(Jangan mengatakan sesuatu yang menurut Anda sendiri salah.)
d. Do not say that for which you ack adequate evidence
(Jangan mengatakan sesuatu yang tidak ada buktinya.)
Berdasarkan maksim ini kita harus berasumsi bahwa setiap peserta tuturan akan
mengatakan hal yang sebenarnya. Setiap informasi dalam tuturan mestinya
didasarkan pada bukti-bukti yang memadai. Perhatikan contoh percakapan
berikut:
A: Berapa umurnya?
B: Waktu jaman Jepang dia sudah remaja.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
Pada percakapan di atas, B tidak menjawab apakah umurnya delapan puluh tahun
atau Sembilan puluh tahun. Alih-alih B mengatakan sewaktu jaman Jepang dia
sudah remaja. Ini dilakukan karena B tidak mempunyai informasi yang pasti. B
melakukan ini untuk menghindari member informasi yang belum pasti
kebenarannya.
c) Maksim hubungan
Make your contribution relevant
(Bicaralah yang relevan.)
Lewat maksim ini kita berasumsi bahwa setiap peserta tuturan akan
memberikan kontribusi yang relevan dengan topik pembicaraan.
Perhatikan contoh percakapan berikut:
A: Mau pergi malam mini?
B. Maaf, besok Ibu ke luar kota.
Respon B atas pertanyaan A nampak tidak berhubungan. Meskipun begitu
A akan menarik kesimpulan bahwa B tidak pergi malam mini karena
besok harus mengantar ibunya ke luar kota. Pertanyaan A bisa
diinterpretasikan sebagai sebuah ajakan dan respon B bisa
diinterpretasikan sebagai bentuk penolakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
d) Maksim cara
Be perspicacious and specific
e. avoid obscurity (hindari ketidakjelasan.)
f. avoid ambiguity ‘(hindari ketaksaan.)
g. be brief’ (bicaralah dengan singkat.)
h. be orderly (bicaralah dengan teratur.)
Lewat maksim cara setiap peserta tuturan diasumsikan berbicara secara
langsung, tidak tidak jelas, tidak taksa, dan tidak berlebih-lebihan, serta
runtut. Perhatikan contoh percakapan berikut:
A: Maaf, ada yang bisa saya bantu Pak?
B: Bisa minta K-O-N-D-O-M, Mbak?
Respon B atas pertanyaan A sepertinya melanggar maksim cara karena dia
tidak mengucapkan dengan jelas melainkan dengan mengeja huruf satu
persatu. Respon B bisa diinterpretasikan “Jangan keras-keras, ada anak
kecil di sini.”
Meskipun prinsip kerja sama dibutuhkan untuk memudahkan penjelasan
hubungan antara makna dan daya (Leech, 1996:120), namun prinsip kerjasama ini
saja kadang tidak cukup untuk memerikan daya sebuah ujaran. Ada kalanya kita
tidak mengatakan sesuatu apa adanya yang artinya melanggar maksim kualitas.
Pelanggaran maksim kualitas ini bukannya tanpa alasan. Pelanggaran maksim
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
kulitas ini dimaksudkan untuk memenuhi maksim yang lain karena di dalam
percakapan kita tidak diperkenankan menyinggung, membuat tidak enak atau
membuat mitra tutur kita kehilangan muka. Di dalam bukunya Leech membuat
ancangan prinsip lain diluar prinsip kerja sama. Prinsip yang baru ini disebut
prinsip kesantunan. Sebuah prinsip percakapan yang lebih menekankan pada
kebaikan, bukannya kebenaran.
2) Prinsip Kesantunan
Lewat prinsip kesantunan penutur di dalam situasi percakapan secara normal akan
berusaha menjaga ‘muka’ mitra tuturnya dengan bersikap santun. Jadi prinsip
kesantunan adalah nilai yang dianut dalam percakapan secara normal.
Maksim-maksim yang termasuk di dalam prinsip kesantunna adalah
maksim kearifan (tact maxim), maksim kedermawanan (generosity maxim),
maksim pujian (approbation maxim), maksim kerendahan hati (modesty maxim),
maksim kesepakatan (agreement maxim), dan maksim simpati (sympathy maxim)
(Leech, 1993:132)
Di dalam sebuah peristiwa tutur seringkali pentutur melanggar prisip kerja
sama demi menjaga prinsip kesantunan ini. Artinya dalan situasi tutur terjadi tarik
ulur antara mematuhi prinsip kerjasama Grice dengan pinsip kesantunan Leech.
a) Maksim kearifan
a. Minimize cost to other.
(Minimalkan beban bagi orang lain.)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
b. Maximize benefit to other.
(Maksimalkan keuntungan bagi orang lain)
b) Maksim kedermawanan
c. Minimize benefit to self.
(Minimalkan keuntungan bagi diri sendiri.)
d. Maximize cost to self.
(Maksimalkan beban bagi diri sendiri.)
c) Maksim pujian
e. Minimize dispraise of other.
(Minimalkan kekurangan pada orang lain.)
f. Maximize praise of other.
(Maksimalkan kelebihan orang lain.)
d) Maksim kerendahhatian
g. Minimize praise of self.
(Minimalkan kelebihan diri sendiri.)
h. Maximize dispraise of self.
(Maksimalkan kekurangan diri sendiri.)
e) Maksim kesepakatan,
i. Minimize disagreement between self and other.
(Perkecil ketaksepakatan antara diri sendiri dan orang lain.)
j. Maximize agreement between self and other.
(Maksimalkan kesepakatan antara diri sendiri dan orang lain.)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
e) Maksim simpati
k. Minimize antipathy between self and other .
(Kurangi rasa antipati antara diri sendiri dan orang lain sebanyak.)
l. Maximize sympathy between self and other.
(Tingkatkan rasa simpati terhadap orang lain setinggi mungkin.)
4. Pragmatik dan Penerjemahan
Tidak bisa disangkal bahwa penerjemahan sebagai bidang ilmu memiliki
kaitan dengan banyak disiplin ilmu lain. Penerjemahan sebagai ilmu terapan
bahkan memerlukan bantuan bidang ilmu lain sebagai perangkat untuk
menjelaskan fenomena bagaimana makna dikemas secara berbeda dalam bahasa
yang berbeda. Seperti yang dikatakan oleh seorang pakar penerjemahan bahwa
penerjemahan punya kaitan dengan ilmu-ilmu lain seperti Linguistiks,
Comparative culturology, Comparative Ethnology Computer Science,
Comparative Sociology, dan masih banyak lagi (Newmark, 1981:3).
Penerjemahan menjadi memiliki kaitan yang erat dengan pragmatik karena
keduanya bermain di wilayah yang sama yaitu wilayah makna atau pesan. Seperti
yang kita sadari bahwa makna tidak muncul secara tiba-tiba dari kata-kata yang
muncul di dalam sebuah kalimat atau ujaran. Makna merupakan hasil pergesekan
antara kalimat atau ujaran dengan konteks situasi yang melingkupinya.
Penerjemahan merupakan suatu proses komunikatif yang terjadi di dalam konteks
sosial (Hatim & Mason,1990: 3). Dalam konteks inilah seorang penerjemah
dituntut untuk memiliki pengetahuan pragmatik yang cukup untuk menangani
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
makna yang timbul dari sebuah ujaran yang tidak secara terang benderang muncul
lewat apa yang terungkapkan secara eksplisit. Seorang penerjemah yang memiliki
pemahaman pragmatik yang cukup akan mampu mengorek dimensi non literal
dari sebuah komunikasi verbal.
Makna sebuah tanda terdiri atas semua efek yang mungkin timbul yang
ditangkap oleh seorang interpretan dan mungkin berbeda dengan interpretan yang
lain (Newmark, 1981:5). Pragmatik dalam konteks ini mengacu pada tanda dan
interpreternya. Pemahaman ini bisa disederhanakan bahwa interpretasi atas
sebuah kalimat atau ujaran akan menjadi bervariasi ditangan para interpretan yang
berbeda. Atau dengan kata lain sebuah ujaran atau kalimat memiliki ruang untuk
dimaknai secara tidak persis sama.
Seperti kita ketahui bahwa makna sebuah ujaran memiliki tiga lapis makna
atau daya, yaitu daya lokusi, illokusi dan perlokusi. Daya lokusi menyangkut
makna seperti yang disampaikan oleh kata-perkata dari sebuah ujaran. Daya
Ilokusi mengurai makna seperti yang dimaksudkan oleh si pembicara. Sebuah
ujaran bisa saja memiliki perbedaan makna antara daya lokusi dan ilokusinya.
Karena penerjemahan pada dasarnya juga sebuah peristiwa komunikasi, maka
seorang peerjemah harus memahami daya lokusi, ilokusi dan perlokusi.
Pemahaman yang keliru pada daya-daya ini bisa berakibat fatal pada teks yang
diterjemahkannya. Berikut ini contoh bagaimana sebuah ujaran mengandung
makna lokusi, daya ilokusi dan daya perlokusi sekaligus.
(12) Do you have extra paper?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Pada ujaran di atas, makna lokusi yang timbul adalah penutur bertanya
apakah petutur mempunyai kertas lebih atau tidak. Sementara itu daya ilokusi
yang ditimbulkan adalah “Saya minta kertas Anda.” Daya ilokusi inilah
sebenarnya yang ingin disampaikan penutur kepada petutur. Ketika petutur
memahami daya ilokusi ini kemudian mengulurkan beberapa lembar kertas
kepada petutur, maka inilah daya perlokusi dari ujaran (12).
Sayangnya, tindak tutur tidak bisa berlaku secara universal lintas budaya,
oleh karena itu, ini akan menimbulkan masalah. Ujaran yang secara literal sama
diantara dua bahasa yang berbeda bisa merepresentasikan tindak tutur yang
berbeda. Seorang penerjemah dengan demikian harus memahami bagaimana
Jarak sosial dan kedekatan sering terikat secara kultural.
Seorang penerjemah harus menerapkan dynamic translation yang
berdasarkan prinsip bagaimana memberi efek yang setara atas sebuah ujaran ke
dalam bahasa sasaran. “Traductary imperative” atau dengan kata lain bagaimana
mengatakan sesuatu dengan cara sesuai dengan bahasa target.
5. Implikatur dan Penerjemahan
Tugas seorang penerjemah, dalam kaitannya dengan implikatur, adalah
bagaimana menyampaikan implikatur/makna tersembunyi sebuah ujaran ke dalam
bahasa sasaran yang mungkin menggunakan perangkat linguistik dan non
linguistik yang sangat berbeda untuk menyampaikan makna. Sebuah ujaran
mungkin saja memiliki beberapa interpretasi yang berbeda. Kemungkinan-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
kemungkinan interpretasi yang muncul inilah yang akan mendatangkan masalah
bagi seorang penerjemah. Dalam penerjemahan apapun yang akan membuat
penerjemah terjatuh pada penyampaian implikatur yang keliru harus diuji dan
disesuaikan dengan perangkat implikatur bahasa sasaran (Baker, 1992:250).
Leech (1983:81) mengatakan bahwa menginterpretasikan sebuah ujaran
adalah sebuah pekerjaan tebak menebak. Setiap ujaran dengan demikian harus
dikaitkan dengan konteksnya untuk sampai pada makna implikatur seperti yang
dimaksudkan oleh si pembicara. Ini bukanlah hal mudah karena implikatur tidak
hanya ditentukan oleh apa yg secara eksplisit disampaikan oleh sebuah ujaran,
tapi pada apa yang dimaksud si pembicara dengan ujarannya, meskipun
implikatur sebuah ujaran juga masih tetap terikat dengan bentuk superfisialnya.
‘Mistranslation’ pada tataran kata dan gramatika pada teks bahasa sumber
mungkin akan mempengaruhi makna implikatur pada bahasa sumber (Baker,
1992:229).
6. Penerjemahan dan Budaya
Menerjemahkan teks pada dasarnya adalah menerjemahkan budaya karena
bahasa pada hakekatnya adalah produk dari budaya tertentu. Budaya tidak saja
menyangkut apa yang tampak pada permukaan. Budaya melibatkan nilai-nilai
kehidupan dan pergaulan serta apa yang diyakini dari sebuah masyarakat. Budaya
adalah gaya hidup manusia biasa yang menyangkut nilai-nilai, keyakinan, dan
prasangka yang dimiliki bersama oleh sebuah masyarakat dalam wadah
kebahasaan dan kelompok sosial tertentu yang membedakannya dengan kelompok
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
yang lain (Tomasouw, 1986:1.2). Nilai-nilai dan keyakinan serta prasangka
budaya itu tentu saja akan terealisasikan dalam bahasa yang bersangkutan.
Dengan demikian, menerjemahkan, disadari atau tidak, tidak akan bisa lepas dari
tindakan mentransfer budaya.
Bahasa adalah bagian dari budaya, karena itu penerjemahan dari satu
bahasa ke bahasa lain tidak bisa dilakukan tanpa pengetahuan yang cukup tentang
budaya dan struktur bahasa tersebut (Larson, 1984:431). Penerjemah harus
mengetahui topik teks yang sedang ia terjemahkan. Ia harus mengetahui latar
belakang budaya teks bahasa sumber sekaligus latar belakang budaya teks bahasa
sasaran. Tanpa ini semua, teks terjemahan tidak akan bisa menyampaikan makna
secara akurat. Penerjemahan adalah “transfer makna dari satu perangkat simbol
tertentu yang terjadi pada budaya tertentu …..ke dalam perangkat symbol yang
lain dalam budaya lain” (Dostert dalam Larson, 1984:431)
Penerjemahan, yang melibatkan dua bahasa, tidak bisa terhindar dari
pengaruh dua budaya dari dua bahasa yang bersangkutan, yaitu budaya bahasa
sumber dan budaya bahasa sasaran (Wong dan Shen, 1999:10). Bisa dikatakan
penerjemahan adalah proses komunikasi interkultural. Budaya dan bahasa seperti
dua sisi dari koin yang sama, karena itu mentransfer bahasa pada hakekatnya juga
mentransfer kebudayaan. Seorang penerjemah tidak bisa terhindar dari peran ini;
peran sebagai komunikator antar dua budaya yang berbeda.
Penerjemah berusaha menjembatani kesenjangan budaya antara dua dunia
dan membuat sebuah komunikasi memungkinkan terjadi di antara dua komunitas
bahasa yang berbeda (Bassnett, 1992:14). Lebih jauh Bassnet menjelaskan bahwa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
bahasa ibarat “hati dalam tubuh budaya” sehingga “pembedahan hati tidak dapat
mengabaikan tubuh yang ada di sekelilingnya”. Jadi, tindakan seorang
penerjemah yang memperlakukan teks bahasa sumber terpisah dengan kultur yang
melingkupinya adalah sesuatu yang berbahaya.
Menerjemahkan pada hakekatnya adalah komunikasi antar budaya. Ketika
seorang penerjemah menerjemahkan teks dari budaya tertentu ke dalam budaya
yang berbeda, dia perlu mempertimbangkan informasi-informasi apa saja yang
memungkinkan untuk disampaikan ke dalam teks bahasa sasaran sehingga bisa
dipahami pembaca sasaran dan informasi mana yang justru harus disesuaikan
dengan kultur bahasa sasaran. Tujuan utama penerjemahan - memindahkan teks
ke dalam budaya yang berbeda - menimbulkan pertanyaan sampai sejauh mana
komunikasi memungkinkan dari satu budaya ke budaya lain dan informasi apa
saja yang dapat dikomunikasikan (ST-Pierre, 1997:8)
Bila budaya anatara bahasa sumber dan bahasa sasaran mirip, akan lebih
sedikit kesulitan yang dijumpai pada proses penerjemahan dan sebaliknya,
semakin besar perbedaan budaya di antara keduanya akan semakin besar kesulitan
yang dijumpai pada proses penerjemahan. Kemiripan budaya bahasa sumber dan
bahasa sasaran akan mengakibatkan pada mudahnya mencari padanan kata
perkata yang tepat.
Salah satu masalah yang menyulitkan dalam penerjemahan adalah
perbedaan budaya antara teks bahasa sumber dan teks bahasa sasaran (Larson,
1984:137). Sebuah kata yang dalam suatu kultur mempunyai konotasi positif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
mungkin mempunyai konotasi negatif dalam budaya lain.Penerjemah perlu
mempertimbangkan nilai-nilai ini ketika menerjemahkan antar budaya.
Seorang penerjemah tidak hanya berhubungan dengan konsep-konsep dari
sebuah sisitem budaya, melainkan dua sistem dari budaya yang berbeda (Larson,
1984:96). Setiap bahasa akan memberi label nama secara berbeda pada sebuah
realitas yang sama. Perbedaan penamaan ini karena perbedaan cara dua budaya
itu memandang sesuatu. Penerjemah akan berusaha seakurat mungkin dan akan
mempertimbangkan tiap kata dari teks bahasa sumber dengan hati-hati sampai ia
menemukan padanan yang tepat bukan saja padanan dalam rujukan benda secara
umum, tapi juga rujukan benda sesuai konteksnya.
Penting untuk diingat bahwa padanan yang cocok antara dua bahasa harus
dicari bukan padanan kata tersebut secara terpisah tapi dengan cara
mengidentifikasi rujukannya secara real lewat konteks situasi dan konteks kultural
yang disediakan oleh teks bahasa sumber. Seperti yang dikatakan Larson (1984)
bahwa makna hanya ada karena kontrasnya dengan kata lain yang memiliki ciri-
ciri yang sama dan kontras dengan apa yang dirujuk dalam konteks situasi tertentu
saat kata itu digunakan.
Bahasa dan budaya bisa kita andaikan sebagai dua sisi dari mata uang
yang sama. Bahasa di satu pihak merupakan produk budaya sebuah masyarakat
tertentu sementara budaya adalah lahan di mana bahasa tumbuh dan berkembang.
Bahasa dengan demikian merekam setiap nilai-nilaI, norma dan keyakinan yang
terdapat pada kultur di mana ia tumbuh. Seorang penerjemah yang merupakan
mediator interkultural harus memperhatikan aspek-aspek kultural dari teks yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
sedang ia terjemahkan. Karena menerjemahkan pada hakekatnya adalah
menyampaikan makna bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran di mana makna itu
sendiri sangat terikat oleh kultur masyarakat penuturnya, seorang penerjemah
mesti memilki kompetensi kultural ke dua bahasa secara memadai. Tanpa
kompetensi ini ia tidak akan berhasil memproduksi teks terjemahan yang tidak
akurat dan berterima.
7. Sekilas Novel The Da Vinci Code
Dan Brown adalah seorang penulis kenamaan Amerika dengan beberapa karya
besar antara lain Angel and Demon dan, Digital Fortress. Meskipun begitu, novel
The Da Vinci Code adalah karyanya yang paling monumental yang menuai pujian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
besar sekaligus kritikan yang sangat pedas. Novel ini diterbitkan pada 2003 oleh
Doubleday Fiction dan telah diterjemahkan ke 44 bahasa. Terbit di Indonesia pada
tahun 2004 oleh penerbit Serambi Ilmu Semesta dengan nomer ISBN 979335807
Novel The Da Vinci Code adalah salah satu best seller yang telah dicetak
sebanyak 36 juta eksemplar pada tahun 2005. Novel ini berkisah tentang seorang
ahli simbologi agama, Robert Langdon, yang dihadapkan dengan kode-kode yang
harus dia pecahkan. Kode-kode tersebut melekat dalam karya orang terkenal,
seperti gambar The Last Supper dari Leonardo da Vinci. Novel ini mengupas
tentang the holly grail dan tokoh Maria Magdalena dalam sejarah agama Kristen.
Situs The New York Times di dalam situsnya mengatakan bahwa novel
non fiksi ini berangkat dari sebuah pseudohistory populer the holy graill yang
sudah lama beredar di kalangan pecinta teori konspirasi. Profesor Robert Langdon
dari Universitas Harvard secara tiba-tiba harus terlibat pembunuhan seorang
kurator dari museum Louvre Perancis. Penyelidikannya membawanya pada
pertanyaan mendasar tentang apa alasan pembunuhan terhadap kurator itu dan
siapa dalang dibelakang semuanya. Novel ini secara sangat detail sekaligus rumit
menceritakan peristiwa pembunuhan itu dengan persaudaraan rahasia Priory of
Sion dan Knight Templar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
8. Penelitian sejenis
Implikatur Percakapan dalam Prosa Fiksi Bahasa Inggris karya Sri
Haryanti, 2001.
Penelitian karya Sri Haryanti ini membahas bentuk dan jenis tindak tutur
bermuatan implikatur dalam percakapan dalam prosa fiksi bahasa Inggris.
Penelitian ini menggunakan empat novel, sebuah karya drama dan sebuah buku
sebagai sumber data tindak tutur bermuatan impikatur. Ada tiga analisis yang
dilakukan penulis penelitian ini; analisis semantik, analisis pragmatik dan analisis
struktur. Analisis semantik diterapkan untuk mengidentifikasi makna tiap tuturan
dalam dialog. Analisis pragmatik, dengan metode heuristik Grice, digunakan
untuk mendapatkan daya ilokusi tak langsung yang muncul dari tindak tutur yang
mengandung implikatur. Sementara analisis struktur digunakan penulis untuk
menganalisis bentuk kalimat yang tindak tutur yang mengandung implikatur.
Perbedaan mendasar penilitian ini dengan penelitian yang dilakukan
peneliti adalah pada fokus penelitian. Peneitian ini hanya menggambarkan jenis-
jenis implikatur, maksim-maksim apa saja yang bekerja pada implikatur tersebut
serta faktor/alasan mengapa penutur menggunakan tindak tutur yang mengandung
implikatur dalam percakapan sedangkan penelitian yang dilakukan peneliti,
peneliti membandingkan ujaran yang mengandung implikatur pada teks bahasa
sumber dan teks bahasa sasaran serta pola pergeseran pragmatisnya. Peneliti juga
menggambarkan teknik-teknik penerjemahan apa saja yang diterapan penerjemah
dan bagaimana pengaruhnya pada pergeseran daya pragmatis serta keakuratan dan
keberterimaan terjemahan. Jadi penelitian yang dilakukan peneliti lebih berfokus
pada penerjemahan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
B. Kerangka Pikir
Untuk menjelaskan bagaimana hubungan antar variabel penelitian seperti
yang tercantum pada rumusan masalah, di bawah ini digambarkan sebuah
kerangka pikir penelitian ini.
Diagram 3: Kerangka Pikir
Penerjemah
Kompetensi Kultural
Kompetensi Transfer
Kompetensi Linguistik
Konsep-Konsep Pragmatik
Konsep-Konsep Penerjemahan
Teks BSA
Teks BSU
Proses Penerjemahan
Keakuratan Keberterimaan
Rater
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Proses penerjemahan dipengaruhi oleh kompetensi penerjemah baik dari
sisi linguistik, kultural, maupun transfer. Dari sisi linguistik, penerjemah antara
lain membutuhkan teori-teori pragmatik. Pemahaman penerjemah tentang konsep-
konsep dan teori pragmatik akan sangat membantu dalam menrjemahkan ujaran-
ujaran dalam percakapan, terutama ujara-ujaran yang mengandung makna
tersembunyi. Pengetahuan penerjemah tentang teori-teori penerjemahan juga
sangat diperlukan untuk menghasilkan terjemahan yang berkualitas. Di samping
dua kompetensi tersebut, penerjemah juga perlu memahami budaya/culture
bahasa sumber dan bahasa sasaran.
Semua kompetensi di atas akan mempengaruhi produk teks BSA. Semakin
piawai seorang penerjemah dalam ketiga kompetensi tersebut semakin tinggi
tingkat keakuratan dan keterbacaan teks BSA/terjemahan.Dalam penelitian ini
tingkat keakuratan dan keberterimaan teks BSA akan dinilai oleh rater.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Sasaran Penelitian
Yang menjadi sasaran penelitian tesis ini adalah ujaran yang mengandung
implikatur dalam percakapan pada novel The Da Vinci Code karya Dan Brown
dan terjemahannya dengan judul yang sama oleh Isma B. Koesalamwardi. Karena
pada dasarnya pragmatik berkecimpung pada ranah percakapan, maka penulis
memfokuskan penelitiannya pada ujaran yang merupakan produk dari percakapan.
Pertimbangan ini bukannya tanpa alasan. Yang pertama, ujaran dalam percakapan
mempunyai konteks yang jelas; baik konteks kultural maupun konteks situasi.
Lain halnya dengan kalimat di mana kita sebagai pembaca tidak mengetahui
secara pasti siapa yang disasar sebagai pembaca oleh penulisnya. Yang kedua,
pragmatik berurusan dengan makna seperti yang dimaksud oleh si pembicara
sehingga kajian pragmatik akan lebih tepat bila menggunakan objek yang
merupakan produk dari percakapan atau ujaran. Dalam penelitian ini peneliti
bermaksud mengkaji (1) jenis-jenis implikatur teks bahasa sumber dan pola
pergeseran daya pragmatisnya pada teks bahasa sasaran; (2) teknik penerjemahan
dan kemungkinan pergeseran daya pragmatis yang diakibatkannya; (3) tingkat
keakuratan dan keberterimaan dan kaitannya dengan teknik yang diterapkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
B. Bentuk dan Strategi Penelitian
Bentuk penelitian yang dilakukan penulis adalah penelitian deskriptif
kualitatif. Penelitian ini juga merupakan penelitian dasar dengan menggunakan
kasus tunggal.
Penelitian ini disebut deskriptif karena data yang dipakai berbentuk ujaran
atau kalimat dari teks bahasa sumber dan teks bahasa sasaran yang kemudian
dianalisis dengan pendekatan pragmatik. Seperti yang dikatakan Sutopo dalam
bukunya bahwa pada penelitian dengan pendekatan kualitatif, data yang
dikumpulkan terutama berupa kata-kata, kalimat atau gambar yang memiliki arti,
bermakna dan mampu memacu timbulnya pemahaman yang lebih nyata daripada
sekedar sajian angka atau frekuensi (Sutopo, 2002:40).
Pelaksanaan metode-metode deskriptif tidak terbatas hanya sampai pada
pengumpulan dan penyususunan data, tetapi meliputi analisis dan interpretasi
tentang arti data itu (Surakhmad dalam Soejono dan Abdurrahman, 1999:22)
Moleong (2005:6) mengatakan bahwa penelitian kualitatif adalah
penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami
oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lai-lain
secara holistik, dan dengan cara deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa,
pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai
metode ilmiah.
Penulis dalam penelitian ini tidak menggunakan angka-angka untuk
menarik simpulannya. Penulis hanya akan menggambarkan bagaimana ujaran
yang mengandung implikatur pada teks bahasa sumber diterjemahkan dengan cara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
menganalisisnya dengan berbagai perangkat pragmatik baik melalui content
analysis maupun deep interview dengan rater. Penulis juga akan memberikan
gambaran teknik-teknik apa yang diterapkan pada terjemahan ujaran yang
mengandung implikatur dan bagaimana pengaruhnya pada pergeseran daya
pragmatis dan keakuratan serta keberterimaan. Jadi bisa disimpulkan bahwa
penetian ini bersifat kualitatif sekaligus deskriptif.
Penelitian ini menggunakan analisis induktif di mana tidak ada hipotesis
apapun yang ditegakkan sebelum penelitian dilakukan. Dengan kata lain, data
yang dikumpulkan pada penelitian ini tidak dimaksudkan untuk mendukung atau
menolak hipotesis yang telah disusun sebelum penelitian dimulai (Sutopo,
2006:41). Simpulan yang akan ditarik dari penelitian ini tidak akan
menggeneralisasikan fakta-fakta penerjemahan. Simpulan yang ada hanya akan
menjadi simpulan yang bersifat kasuistik.
Penelitian ini juga bersifat lentur dan terbuka. Meskipun peneliti pada bab
sebelumnya sudah mempersiapkan teori-teori pragmatik serta prosedur penelitian
yang akan digunakan sebagai pisau analisis dan guideline, pada pelaksanaannya
nanti mungkin penulis perlu menambahkan beberapa teori pendukung apabila
pada saat analisis ternyata ada kasus-kasus yang tidak bisa dijelaskan dengan
teori-teori yang sudah disiapkan pada bab II. Penelitian ini juga bersifat terbuka
dalam pengertian ada kemungkinan terjadi perubahan-perubahan kecil lain selama
penelitian berlangsung, sehingga bisa dikatakan bahwa struktur penelitian ini
bersifat lentur. Struktur yang kita gunakan untuk memahami sesuatu seharusnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
dibentuk sesuai dengan konteksnya, atau memang terjadi dan merupakan struktur
yang terdapat dalam konteks yang sedang dihadapi peneliti (Sutopo, 2006:44).
Penelitian ini digolongkan penelitian dasar karena penelitian ini tidak
memiliki tujuan praktis. Penelitian ini lebih bersifat teoretis dalam artian peneliti
berusaha membuktikan manfaat teori pragmatik dalam proses penerjemahan, juga
manfaat pragmatik dalam menilai kualitas sebuah terjemahan.
Penelitian ini juga merupakan studi kasus karena penulis tidak berusaha
membuat generalisasi pada proses penarikan simpulan. Jadi simpulan yang akan
dihasilkan hanya bersifat kasuistik pada terjemahan ujaran yang mengandung
implikatur pada novel The Da Vinci Code dan tidak bisa dipakai sebagai acuan
pada novel-novel lain.
Penelitian ini menggunakan kasus tunggal. Peneliti hanya akan
menggunakan kasus penerjemahan novel The Da Vinci Code karya Dan Brown
dan terjemahannya dengan judul yang sama. Jadi pendekatan yang dilakukan
peneliti adalah pendekatan produk. Peneliti menggunakan data berupa ujaran atau
kalimat yang sudah diproduksi oleh penulis novel dan terjemahannya.
C. Sumber Data
Ada dua sumber data yang akan digunakan dalam penelitian ini. Kedua
sumber data digunakan untuk meningkatkan validitas penelitian ini. Kedua
sumber data tersebut adalah dokumen dan informan. Ada dua dokumen sekaligus
yang menjadi bahan analisis penelitian ini, yaitu novel dan kuesioner. Ketepatan
memilih dan menentukan jenis sumber data akan menentukan ketepatan dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
kekayaan data atau kedalaman informasi yang diperoleh (Sutopo, 2002:56).
Selanjutnya Sutopo juga menyatakan bahwa jenis data yang diperlukan untuk
digali dan dikaji sangat tergantung dari rumusan masalahnya yang sudah harus
disadari ke mana arahnya dan beragam informasi tentang apa saja yang benar-
benar diperlukan yang bisa digunakan untuk menjawab dan memahami masalah
yang telah dirumuskan tersebut (Sutopo, 2002:56).
1. Dokumen
Moleong (1992: 113) mengatakan bahwa buku, majalah ilmiah, buku
riwayat hidup, dan jurnal dapat menjadi sumber data dalam penelitian kualitatif.
Ada dua dokumen yang menjadi sumber data penelitian ini yang pertama adalah
novel The Da Vinci Code karya Dan Brown. Novel ini sangat popular dan telah
diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa. Yang ke dua adalah novel terjemahan
dengan judul yang sama oleh Is B. Koesalamwardi
2. Informan
Untuk meningkatkan validitas data, penulis menggunakan tiga rater (dua
informan dan satu peneliti sendiri) yang dipilih melalui kriteria-kriteria tertentu.
Dalam penelitian kualitatif, posisi sumber data yang berupa manusia (narasumber)
sangat penting perannya sebagai individu yang memiliki informasinya (Sutopo,
2006:57) penentuan siapa yang akan menjadi informan tentu sangat penting dalam
penelitian kualitatif. Ini tentu karena penelitian kualitatif yang bersifat holistik dan
berusaha melihat sesuatu dari berbagai sudut pandang, yaitu aspek genitif, objektif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
dan sekaligus afektif. Di dalam memilih siapa yang akan menjadi informan,
peneliti wajib memahami posisi dengan beragam peran dan keterlibatannya
dengan kemungkinan akses informasi yang dimilikinya sesuai dengan kebutuhan
penelitian (Sutopo, 2006:58). Beberapa rater diperlukan dalam penelitian ini
untuk mendapatkan informasi objektif hasil terjemahan. Dari rater, penulis akan
mendapatkan informasi tentang keakuratan penerjemahan dari sisi keilmuan.
Mungkin saja apa yang dimaksud penerjemah ternyata berbeda dengan kenyataan
yang ia tulis karena dia tidak begitu memahami konsep-konsep penerjemahan dan
prinsip-prinsip pragmatik. Lewat informasi dari rater inilah penulis akan
mendapatkan gambaran objektif hasil terjemahan. Rater yang dipilih oleh peneliti
diharapkan mereka yang mempunyai wawasan luas tidak saja tentang teori-teori
penerjemahan tapi juga teori-teori linguistik secara umum dan terutama konsep-
konsep pragmatik.
D. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data yang bisa diandalkan, baik validitas maupun
reliabilitasnya, diperlukan teknik pengumpulan data yang handal dan mampu
memberikan data yang bersifat holistik, yaitu data yang memandang
permasalahan tidak hanya dari satu sisi saja, tapi dari berbagai sisi yang
memungkinkan. Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematik dan standar
untuk memperoleh data yang diperlukan (Nasir, 1999:211). Penelitian ini
menggunakan tiga teknik pengumpulan data yaitu teknik catat simak, kuisener
dan wawancara.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
1. Pengkajian dokumen
Mengingat salah satu sumber data pada penelitian ini adalah dokumen
maka peneliti menggunakan teknik catat simak. Seperti yang dikatakan oleh
Sutopo dalam bukunya bahwa apabila sumber datanya berupa arsip atau dokumen
tertulis, maka diperlukan teknik catat simak (Sutopo, 2006:181).
2. Kuesioner
Salah satu teknik pengumpulan data yang digunakan untuk mendapatkan
data dalam penelitian ini adalah kuisener. Kuesioner merupakan daftar pertanyaan
bagi pengumpulan data dalam penelitian (Sutopo, 2006:81).
Penelitian melibatkan dua informan/rater, maka diperlukan kuesioner
yang disusun oleh peneliti. Kuesioner ini akan mengumpulkan data-data tentang
keakuratan dan keberterimaan terjemahan ujaran ditinjau dari pendekatan
pragmatik.
Berikut ini contoh sajian kuisioner yang diberikan kepada rater:
No Kode Data TDVC/04/065/090 Teks
Keakuratan Keberterimaan
BSU ”You will treat him with respect?” “A man of faith deserves the highest.”
BSA “Anda akan memperlakukannya dengan hormat?” “Seorang yang percaya berhak mendapatkan yang terbaik.”
04
Konteks Situasi Pertanyaan Uskup Aringarosa kepada Guru. Ketika guru menyuruh Aringarosa untuk tidak berkomunikasi dengan Silas, murid kesayangan Aringarosa, untuk beberapa saat. Aringarosa kelihatan khawatir kalau-kalau Silas tidak akan diperlakukan dengan baik. Jawaban Guru Berimplikasi bahwa Silas adalah orang yang taat, dengan begitu dia akan diperlakukan dengan baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
Komentar untuk Keakuratan
Komentar untuk Keberterimaan
Percakapan ditulis secara utuh untuk mendapatkan konteks
situasi percakapan yang diperlukan. Ujaran yang menjadi data
penelitian dicetak tebal supaya rater mengetahui bagian mana dari
percakapan tersebut yang merupakan data penelitian dan perlu diberi
skor untuk tingkat keakuratan dan keberterimaan.
Karena implikatur bersifat sangat terikat oleh konteks situasi,
format kuisener tidak hanya menyertakan tingkat keakuratan dan
keberterimaan, tapi juga menyertakan konteks situasi dari ujaran
dimana percakapan itu muncul. Untuk membantu rater mengetahui
implikatur yang muncul dari ujaran, peneliti juga memberikan
interpretasi implikatur dari ujaran, meskipun rater tentu bisa
mempunyai interpretasi implikatur yang berbeda atas ujaran tersebut.
Disamping kolom konteks situasi, disajikan juga kolom untuk
komentar keakuratan dan keberterimaan. Kolom ini sangat diperlukan
oleh peneliti untuk mendapatkan pendapat rater secara kualitatif.
Alasan atas skor yang diberikan rater dan alternatif terjemahan untuk
data yang tidak/kurang akurat maupun tidak/kurang berterima. Kolom
ini juga menjadi acuan peneliti ketika wawancara dengan rater.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
3. Wawancara Mendalam (In-dept Interview)
Karena penelitian ini adalah penelitian kualitatif, maka peneliti memilih
wawancara tidak terstruktur untuk mendapatkan salah satu datanya. Sutopo
(2006:68) di dalam bukunya mengatakan bahwa secara umum dikenal dua jenis
teknik wawancara, yaitu wawancara terstruktur yang kebanyakan dilakukan dalam
penelitian kuantitatif dan wawancara tidak terstruktur yang disebut wawancara
mendalam yang dilakukan dalam penelitian kualitatif. Dalam teknik wawancara
tidak terstruktur pertanyaan dan jawaban diserahkan atau berada sepenuhnya pada
orang yang diwawancarai (Sutopo, 2006:68).
Wawancara kepada rater akan berkisar tentang keakuratan dan
keberterimaan terjemahan ujaran yang mengandung implikatur. Para rater ini
diharapkan akan memberi analisis yang bersifat mendalam dan diperkuat dengan
landasan-landasan teori baik teori penerjemahan, linguistik secara umun maupun
pragmatik.
Selama proses wawancara, peneliti akan melakukan pencatatan-pencatatan
agar semua informasi dari informan terekam secara baik sehingga bermanfaat
pada saat peneliti melakukan analisis. Pencatatan juga akan dilakukan untuk
merekam informasi-informasi penting untuk di konfirmasi dengan informan lain..
E. Validitas Data
Pengembangan validitas data digunakan untuk mengurangi faktor
subjektivitas penilaian keakuratan dan keberterimaan serta untuk meningkatkan
reliabilitas dan validitas penelitian ini. Triangulasi merupakan cara yang paling
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
umum digunakan bagi peningkatan validitas data dalam penelitian kualitatif
(Sutopo, 2006:92). Ada empat macam teknik triangguasi yaitu triangulasi data,
triangulasi sumber data, triangulasi peneliti dan triangulasi teori
(Patton,1980:329). Untuk mengembangkan validitas data, penulis menggunakan
triangulasi sumber data dan triangulasi metode sekaligus.
1..Triangulasi Sumber Data
Data yang sama akan lebih tinggi validitasnya bila digali dari dua sumber
yang berbeda sekaligus. Mengingat penelitian ini bersifat kualitatif, maka
penggunaan sumber data lebih dari satu akan membuat simpulan penelitian yang
akan dihasilkan lebih mendalam dan terukur dari segala sisi. Dengan
menggunakan teknik triangulasi sumber data, hasil penelitian dapat ditingkatkan
dan dijamin validitasnya (Sutopo, 2006:31)
Ada dua sumber data yang digunakan dalam penelitian ini yang pertama
adalah dokumen, yaitu novel The Da Vinci Code dan terjemahannya. Yang kedua
adalah informan yaitu dua orang rater yang menilai keakuratan dan keberterimaan
ujaran.
2. Triangulasi metode
Triangulasi metode/teknik bisa dilakukan oleh seorang peneliti dengan
cara mengumpulkan data sejenis tetapi dengan menggunakan teknik atau metode
pengumpulan data yang berbeda (Sutopo, 2006:95). Peneltian ini menggunakan
triangulasi metode karena dari sumber yang sama, yaitu informan/rater peneliti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
menggunakan dua metode atau teknik yang berbeda, yaitu kuesioner dan
wawancara mendalam.
F. Teknik Cuplikan
Peneliti memakai teknik purposive sampling dalam penelitian ini.
pemilihan teknik sampling ini berdasarkan pertimbangan bahwa penelitian
kualitatif memang membutuhkan teknik purposive sampling karena penelitian ini
tidak dimaksudkan untuk membuat generalisasi. Dalam penelitian kualitatif,
cuplikan yang bersifat acak (random sampling) tidak pernah digunakan karena
teknik ini hanya baik bagi tujuan generalisasi populasi (Sutopo, 2006:181)
Pertama, penulis memilih novel yang akan dijadikan sumber data
penelitian ini. Penulis memilih novel The Da Vinci Code karya Dan Brown
dengan pertimbangan bahwa novel tersebut sangat populer dan sudah
diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa. Pertimbangan kedua, novel tersebut
banyak menggunakan dialog dengan konteks budaya barat secara umum dan
konteks keagamaan Katolik yang akan menjadi pertimbangan proses interpretasi.
Penulis kemudian memilih ujaran-ujaran dalam percakapan yang mengandung
implikatur dalam novel versi bahasa Inggris serta terjemahannya dalam novel
versi bahasa Indonesia. Ujaran yang mengandung implikatur versi bahasa Inggris
dan terjemahannya inilah yang menjadi data penelitian ini.
Kedua, penulis menentukan informan-informan yang akan dipakai dalam
proses pengumpulan data. Penulis menerapkan kriteria-kriteria tertentu untuk
informan/rater. Kriteria yang utama adalah rater yang memahami konsep-konsep
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
dan teori penerjemahan dengan baik serta punya pengalaman menerjemahkan
yang cukup. Rater yang telah memenuhu kriteria di atas akan dimintai
pendapatnya tentang keakuratan dan keberterimaan terjemahan ujaran yang
mengandung implikatur baik melalui kuisener maupun wawancara.
G. Teknik Analisis Data
Setelah data terkumpul melalui teknik pengumpulan data, data perlu
dianalisis dengan teknik tertentu. Dalam proses analisis kualitatif seperti yang
diproposikan James P. Spradley, (1997: 181), yang diadopsi dari penelitian
antropologi budaya, ada empat tahap analisis yang harus dilalui. Tahap-tahap itu
adalah sebagai berikut:
1. Analisis Domain
Analisis Domain merupakan langkah awal dalam analisis data. Analisis
domain dilakukan untuk memilah mana ujaran yang merupakan data penelitian,
dalam hal ini ujaran yang mengandung implikatur, dan mana yang bukan
merupakan data. Peneliti melakukannya dengan membaca seluruh novel The Da
Vinci Code versi bahasa Inggris dan menandai ujaran-ujaran dalam percakapan
yang mengandung implikatur. Berikutnya penulis membaca novel The Da Vinci
Code versi bahasa Indonesia dan menandai terjemahan ujaran yang mengandung
implikatur tersebut. Ujaran yang mengandung implikatur dalam versi bahasa
Inggris dan bahasa Indonesia kemudian dituliskan kedalam kolom untuk
kemudian ditandai dengan kode-kode tertentu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
2. Analisis Taksonomi
Pada bagian ini penulis mengelompokkan ujaran-ujaran yang mengandung
implikatur ke dalam jenis-jenis implikatur berdasarkan ilokusi tidak langsung
yang ditimbulkannya. Jenis-jenis implikatur itu antara lain asertif, komisif,
direktif dan ekspresif
Data juga análisis berdasarkan teknik-teknik terjemahan yang diterapkan
oleh penerjemah. Dalam satu ujaran, secara umum, terdapat lebih dari satu teknik
yang diterapkan sehingga peneliti melakukan klasifikasi teknik ini dengan
sangat hati-hati.
3. Analisis Komponensial
Pada tahap ini peneliti mencari hubungan antara beberapa domain dengan
kategori. Pertama peneliti menghubungkan antara teknik terjemahan dengan
pergeseran daya pragmatis dari ujaran-ujaran yang mengandung implikatur.
Tahap berikutnya, peneliti mencari hubungan antara teknik-teknik yang
diterapkan oleh penerjemah dengan tingkat keakuratan dan keberterimaan
terjemahan.
4. Analisis Tema Budaya
Pada bagian akhir ini peneliti menarik kesimpulan dari hubungan-
hubungan yang ditemukan pada analisis komponensial
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
H. Prosedur Penelitian
Tahap-tahap penelitian yang dilalui peneliti secara garis besar adalah sebagai
berikut:
1. Persiapan:
a. Menentukan tema penelitian
b. Menentukan sumber data yang akan diambil dalam penelitian.
c. Menyusun proposal penelitian.
2. Pelaksanaan:
a. Mendalami sumber data baik novel versi bahasa Inggris maupun
terjemahannya
b. Mengumpulkan data
c. Mereduksi data dan mengkodefikasi
d. Menyajikan data dalam bentuk analisis
e. Membahas temuan dalam analisis
f. Membuat simpulan
3. Penyusunan laporan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada Bab IV ini terdapat dua bagian utama, yaitu Hasil
Penelitian dan Pembahasan. Pada bagian pertama disajikan jenis-jenis
implikatur teks bahasa sumber berdasarkan ilokusinya dan pergeseran
daya pragmatisnya pada teks bahasa sasaran, teknik-teknik yang
digunakan dalam proses penerjemahan dan pengaruhnya pada daya
pragmatis teks bahasa sasaran serta tingkat keakuratan serta
keberterimaan terjemahan. Pada bagian kedua disajikan pembahasan.
Data yang berhasil dikumpulkan sebanyak 60 ujaran yang
mengandung implikatur yang terdapat pada percakapan novel The Da
Vinci Code. Untuk mendapatkan aspek keobyektifan data, penelitian
ini juga melibatkan dua rater untuk mendapatkan penilaian tingkat
keakuratan dan keberterimaan terjemahan ujaran yang mengandung
implikatur.
A. Hasil Penelitian
1. Jenis-Jenis Implikatur Teks Bahasa Sumber dan Pola
Pergeseran Daya Pragmatisnya pada Teks Bahasa Sasaran
Dari 60 data yang diperoleh, ujaran yang mengandung implikatur
dibagi menjadi bagian-bagian berdasarkan ilokusinya. Terdapat 4 jenis
implikatur dengan masing-masing ilokusi tak langsungnya; asertif,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
direktif, komisif dan ekspresif. Tidak ditemukan implikatur deklaratif
dalam penelitian ini.
a. Implikatur Asertif
Ada 16 ilokusi tak langsung yang termasuk dalam implikatur
asertif ini. Implikatur dengan ilokusi asertif ini membuat penutur terikat
pada kebenaran proposisi yang disampaikannya. Enam belas implikatur
yang termasuk dalam jenis asertif ini meliputi: menolak, memohon,
menyatakan, memberi informasi, menyatakan alasan, meyakinkan,
menerangkan, membual, menyatakan pendapat, menyanggah,
mengiyakan, menyatakan ketidaksetujuan, menolak memberi informasi,
mempersilahkan, mengecam dan menyalahkan.
1) Implikatur dengan Ilokusi Tak Langsung Menolak
Data pertama adalah implikatur dengan ilokusi tak langsung
menolak. Data ini merupakan percakapan antara Langdon dengan
seorang petugas hotel Ritz Paris, hotel tempat Langdon menginap.
TDVC/01/008/016
BSU
“This is the concierge, monsieur. I apologize for this intrusion, but you have a visitor. He insists it is urgent” … “I’m sorry,” Langdon said, “but I’m tired and_”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
Konteks situasi percakapan menunjukan jam 12:30 dini hari.
Langdon yang sedang tertidur pulas di kamarnya di hotel Ritz Paris
dibangunkan petugas hotel. Letnan Jerom Collet, seorang polisi judisial
Perancis, ingin menemuinya untuk sebuah kasus pembunuhan di
museum Louvre.
Pada teks bahasa sumber, pernyataan Langdon di atas: “I’m
sorry,” -, “but I’m tired and_” bisa disimpulkan memiliki implikatur
karena ujaran itu menyatakan sesuatu tidak seperti yang dinyatakan
dalam tuturan itu. Dengan kata lain penutur menyampaikan sesuatu
dengan cara yang tidak langsung. Makna lokusi ujaran tidak simetris
dengan daya ilokusi yang ditimbulkannya. Pada ujaran di atas makna
lokusinya adalah memberi informasi bahwa si penutur merasa lelah
untuk merespon pernyataan penjaga hotel, “This is the concierge,
monsieur. I apologize for this intrusion, but you have a visitor. He insists
it is urgent”. Ini menjadikan respon Langdon seolah-olah melanggar
maksim hubungan karena Langdon tidak merespon petugas hotel secara
langsung, misalnya: “Sorry, I cannot meet him”. Daya ilokusi yang
ditimbulkan dari tuturan itu bukanlah memberi informasi tapi lebih
merupakan penolakan. Ujaran lengkap eksplisitnya kira-kira sebagai
BSA
“Saya petugas penerima tamu, Monsieur. Maaf telah mengganggu, tetapi ada tamu untuk Anda. Dia memaksa da katanya ini sangat mendesak. … “Maaf,” ujar Langdong, “tetapi saya sangat letih dan _”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
berikut : “I’m sorry,” -, “but I’m tired and_. So I don’t want to meet him
now”.
Lewat ujarannya, Langdon ingin menyatakan penolakan. Ia
menggunakan ujaran dengan daya ilokusi tidak langsung karena
menolak secara langsung akan dianggap tidak sopan atau dengan kata
lain ia berusaha memenuhi prinsip kesopanan (PS) terutama maksim
kearifan; minimize cost to other.
Pada teks bahasa sasaran ujaran Langdon menjadi “Maaf,”… ,
“tetapi saya sangat letih dan _”. Ujaran ini, sama seperti ujaran teks
bahasa sumber, mengandung implikatur asertif dengan daya ilokusi tak
langsung menolak. Ujaran ini juga seolah-olah melanggar maksim
hubungan untuk memenuhi maksim kearifan yang dengan demikian
tidak terjadi pergeseran pragmatis yang berupa perubahan daya ilokusi
antara teks bahasa sumber dan teks bahasa sasaran.
Data lain yang mengandung ilokusi menolak adalah berikut ini:
K
o
n
t
e
TDVC/31/240/307
BSU
“It is a private matter. One of great interest to him.” “Then I’m sure he will be pleased to receive you in the morning.”
BSA “Ini urusan pribadi. Salah satu hal yang sangat menarik perhatiannya.” (Langdon) “Kalau begitu dia pasti akan senang menerima Anda besok pagi.” (Remy)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
Konteks situasi menunjukan Langdon bersama Sophie sampai ke
Puri Villete, tempat tinggal Teabing, seorang Sejarawan sekaligus
bangsawan Inggris, untuk meminta bantuan memecahkan kriptek yang
akan menjadi petunjuk menuju the Holy Grail. Tapi sayang di pintu
gerbang puri mereka dihadang Remy, pelayan pribadi Teabing, lewat
pengeras suara. Remy tidak mengijinkan mereka masuk karena tuannya
sedang tertidur pulas dan kondisi kesehatan yang tidak begitu baik.
Langdon, sebaliknya, bersikeras untuk bisa diterima Teabing malam itu
juga.
Dalam teks bahasa sumber, respon Remy atas alasan Langdon
bahwa dia layak dipersilahkan masuk karena membawa sesuatu yang
selama ini menjadi ketertarikan Teabing mengandung implikatur karena
respon itu tidak menyatakan sesuatu secara langsung, misalnya “Sorry,
you can not see him tonight.” Teabing menggunakan kalimat dengan
ilokusi tidak langsung dengan alasan karena menolak adalah sesuatu
yang tidak sopan. Dengan kata lain kalimat itu berilokusi tidak langsung.
Pelanggaran maksim hubungan di atas dipakai dalam rangka memenuhi
prinsip kesopanan terutama maksim kesepakatan; minimize
disagreement between self and other. Langdon sebagai mitra tutur
dengan demikian, lewat konteks situasi bisa menangkap maksud Remy
bahwa implikasi ujarannya adalah: “He does not want to meet you.”
Pada teks terjemahan, ujaran Remy “Kalau begitu dia pasti akan
senang menerima Anda besok pagi,” sama seperti ujaran teks bahasa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
sumber. Ujaran ini mengandung implikatur asertif dengan daya ilokusi
tak langsung menolak. Sama seperti pada data sebelumnya. Ujaran ini
juga seolah-olah melanggar maksim hubungan untuk memenuhi maksim
kesepakatan. Dengan demikian tidak terjadi pergeseran pragmatis yang
berupa perubahan daya ilokusi antara teks bahasa sumber dan teks
bahasa sasaran.
Data TDVC/11/157/204 merupakan percakapan antara Langdon
dan Sophie
TDVC/11/157/204
BSU
“Let’s call the embassy. I can explain the situation and have the embassy send someone to meet us somewhere.” “Meet us?” Sophie turned and starred at him as if he were crazy.
BSA “Ayo telepon kedutaan besar. Aku bisa menjelaskan keadaan ini dan meminta mereka mengirim seseorang untuk menjemput kita di mana saja” “Menjemput kita?” Sophie berpaling dan menatap Langdon seolah Langdon gila.
Langdon dan Sophie dalam kejaran polisi judisial Perancis karena
telah kabur dari museum Louvre, tempat kejadian perkara pembunuhan
terhadap Saunire, kakek Sophie. Mereka ada di dalam mobil yang
dikendarai Sophie dan bingung kemana harus pergi. Langdon putus asa
dan mulai berpikir seandainya dia membiarkan Fache menangkapnya,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
mungkin keadaannya akan lebih baik. Sementara Sophie berpikir
sebaliknya.
Dalam teks bahasa sumber, pertanyaan Langdon kepada Sophie ;
“Let’s call the embassy. I can explain the situation and have the embassy
send someone to meet us somewhere.” menunjukan sikap keputusasaan
Langdon karena merasa tidak bisa menemukan jalan keluar dari
masalahnya. Pernyataan Langdon ini direspon Sophie dengan pertanyaan
: “Meet us?”. Pertanyaan ini bernada retoris yang menunjukan
keheranan sekaligus ketidaksetujuan Sophie dengan apa yang diusulkan
Langdon. Respon Sophie atas pernyataan Langdon mengandung
implikatur karena pertanyaan itu sebenarnya tidak membutuhkan
jawaban melainkan sebuah ekspresi keheranan. Pertanyaan retoris
Sophie yang mengandung ilokusi menolak dilakukan untuk menghindari
pernyataan yang diucapkan secara eksplisit yang mungkin akan tidak
mengenakan Langdon .
Pertanyaan Sophie yang mengandung ilokusi tidak langsung di atas
melanggar maksim hubungan: make your contribution relevant untuk
memenuhi maksim pujian; minimize dispraise for other. Lewat konteks
situasi Langdon berkesimpulan bahwa jawaban Sophie berimplikasi,
bahwa “ide Langdon tidak masuk akal, karena menyuruh kedutaan besar
untuk bertindak melawan hokum.”
Dalam teks bahasa sasaran pernyataan Sophie “Menjemput kita?”
juga mengandung ilokusi tidak langsung. Ujaran ini melanggar maksim
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
hubungan untuk memenuhi maksim pujian. Ujaran ini mengandung
implikatur ekspresif yang menyatakan penolakan. Tidak terjadi
pergeseran ilokusi tak langsung dalam proses penerjemahan ini.
Data-data lain yang mengandung ujaran dengan ilokusi tak
langsung menolak adalah sebagai berikut:
TDVC/03/019/032
TDVC/08/149/193
TDVC/13/158/205
TDVC/29/240/307
TDVC/32/240/307
TDVC/41/299/382
TDVC/11/157/204
TDVC/47/339/430
TDVC/49/340/431
TDVC/58/483/614
2) Implikatur dengan Ilokusi Tak Langsung Memohon
Ada dua data ujaran yang mengandung implikatur asertif dengan
ilokusi tak langsung memohon; TDVC/02/008/016, dan
TDVC/30/240/307.
Data pertama merupakan percakapan antara Langdon dengan
petugas hotel Ritz Paris.
TDVC/02/008/016
BSU
“I’m sorry,” Langdon said, “but I’m tired and_” “Mais monsieur” the consierge pressed, lowering his voice to an urgent whisper. “Your guest is an important man”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
BSA “Maaf,” ujar Langdong, “tetapi saya sangat letih dan _” “Mais monsieur,” penerima tamu itu memaksa seraya merendahkan suaranya menjadi bisikan yang mendesak. “Tetapi tamu Anda orang penting”
Langdon yang sedang tertidur pulas di kamarnya di hotel Ritz Paris
dibangunkan petugas hotel. Langdon menatap jam di sisi tempat tidur
yang menunjukan pukul 12:32 dini hari. Langdon baru saja tertidur satu
jam yang lalu setelah ceramahnya tentang simbolisme di The American
University of Paris. Letnan Jerom Collet, seorang polisi judisial Perancis
ingin menemuinya untuk sebuah kasus pembunuhan di museum Louvre.
Langdon sudah berusaha menolak permohonan petugas hotel tetapi
petugas hotel bersikeras meminta Langdon menerima tamunya.
Dalam teks bahasa Inggris pernyataan Langdon “I’m sorry,” …,
“but I’m tired and_” berimplikasi bahwa dia menolak permohonan
petugas hotel, seperti yang telah dianalisa pada ujaran implikatur yang
mengandung ilokusi menolak sebelumnya. Respon petugas hotel “Mais
monsieur” …. “Your guest is an important man” berlokusi memberi
informasi bahwa tamu yang sedang menunggu adalah orang penting.
Respon ini secara semantik nampak tidak gayut bahwa pernyataan
kondisi lelah direspon dengan informasi bahwa “Tamu Anda orang
penting”. Dengan kata lain ujaran petugas hotel seolah-olah melanggar
maksim hubungan dari prinsip kerjasama. Namun Pelanggaran maksim
hubungan di atas sebenarnya dipakai dalam rangka memenuhi prinsip
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
kesopanan terutama maksim kearifan. Percakapan ini merepresentasikan
tarik ulur prinsip-prinsip yang harus dipertahankan. Pernyataan Langdon
berimplikasi “I cannot see him, I’m very tired” sementara pernyataan
petugas hotel berimplikasi “You must see him,. He is an important
person.” Di sini nampak sebuah ilokusi tak langsung direspon dengan
ilokusi tidak langsung juga. Sebuah implikatur dengan ilokusi tak
langsung menolak direspon dengan implikatur dengan ilokusi tak
langsung memohon.
Dalam teks bahasa sasaran, ujaran petugas hotel menjadi “Mais
monsieur,”… “Tetapi tamu Anda orang penting.” Di sini nampak
pernyataan petugas hotel merupakan ujaran dengan ilokusi tak langsung
menolak.. Sebuah implikatur dengan ilokusi tak langsung menolak
direspon dengan implikatur dengan ilokusi tak langsung memohon.
Pernyataan petugas hotel berimplikasi “Anda harus menemuinya karena
ia orang penting.” Antara ujaran bahasa Indonesia dengan ujaran bahasa
Inggris mengandung implikatur yang sama dan tidak terjadi pergeseran
pragmatis.
3) Implikatur dengan Ilokusi Tak Langsung Menyatakan
Data ujaran yang mengandung implikatur dengan ilokusi tak
langsung menyatakan ada enam; TDVC/05/131/172,
TDVC/06/131/172, TDVC/07/146/189, TDVC/10/157/203,
TDVC/15/164/213, TDVC/16/166/215 dan TDVC/34/247/317
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
Ujaran yang mengandung implikatur dengan ilokusi tak langsung
menyatakan berikut adalah respon Fache pada percakapan antara Collet
dan Fache.
TDVC/05/131/172
BSU
“But, captain…then where is Langdon now?” “Have any fire alarms gone off there?”
BSA “Lalu, Kapten…dimana Langdon sekarang” (Collet) “Apakah alarm kebakaran berbunyi?” (Fache)
Collet, seorang polisi Perancis, sibuk mencari keberadaan Langdon
dan Sophie yang terkurung di dalam Grand Galery, salah satu bagian
museum Louvre, tempat di mana karya-karya besar Da Vinci antara lain
Mona Lisa berada. Langdon dan Sophie, tanpa mereka sadari, telah
keluar dari museum itu dengan cara mengelabui system GPS yang
dipasang di jas Langdon.
Dalam teks bahasa sumber, Collet bertanya pada Fache, atasannya
di kepolisian Perancis, tentang keberadaan Langdon dan Sophie.
Pertanyaan Collet kepada atasannya; “But, captain…then where is
Langdon now?” dijawab Fache dengan jawaban yang tidak langsung. Di
sini respon Fache atas pertanyaan Collet tentang keberadaan Langdon
mengandung implikatur karena respon itu tidak menjawab secara
langsung pertanyaan Collet. Fache menggunakan kalimat dengan ilokusi
tidak langsung mungkin dengan alasan karena ia sendiri tidak yakin
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
keberadaan langdon dan Sophie; apakah mereka masih di ruang Grand
Galery ataukah sudah melarikan diri keluar dari Grand Galery.
Jawaban Fache yang mengandung ilokusi tidak langsung, yang
berarti melanggar maksim hubungan dari prinsip kooperatif (PK), di atas
dipakai dalam rangka memenuhi prinsip kerjasama terutama maksim
Kualitas; Do not say that for which you lack adequate evidence. Collet
sebagai mitra tutur akan memahami, lewat konteks situasi bahwa
jawaban Fache berimplikasi “Mengapa kamu bertanya” Alarm
kebakaran hidup artinya kau tahu apakah mereka telah keluar dari Grand
Galery atau tidak.
Dalam teks bahasa Indonesia ujaran tadi diterjemahkan “Apakah
alarm kebakaran berbunyi?”. Ada sebuah kesalahan penerjemahan di sini
ujaran ini semestinya berbunyi “Apakah alarm kebakaran mati?”.
Ujaran Fache dalam bahasa Indonesia mengandung ilokusi tidak
langsung. Ujaran itu melanggar maksim hubungan dari prinsip
kooperatif (PK), dalam rangka memenuhi prinsip kerjasama terutama
maksim Kualitas. Ujaran itu berimplikasi “Kalau alarm berbunyi berarti
Langdon telah keluar dari Grand Galery. Alarm tidak berbunyi artinya
Langdon pasti masih di dalam.” Karena ada misleading dalam
penerjemahan, maka terjadi pergeseran pesan implikatur.
Data TDVC/34/247/317 merupakan percakapan antara Teabing
dengan Langdon.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
TDVC/34/247/317
BSU
Teabing eyed her a moment and then looked at Langdon. “Something has happened. You both look shaken.” Langdon nodded. “We’ve had an interesting night , Leigh.”
BSA Teabing menatapnya sesaat dan kembali ke Langdon. “Ada yang terjadi. Kalian berdua tampak gemetar.” Langdon mengangguk. “Kami telah melewatkan malam yang sangat menarik, Leigh.”
Setelah membuka percakapan dengan Langdon dan Sophie
akhirnya Teabing menanyakan apa yang telah terjadi pada Langdon dan
Sophie yang tampak gemetar.
Pada teks bahasa sumber, pertanyaan Teabing pada Sophie dan
Langdon “Something has happened. You both look shaken.” berbentuk
konfirmasi karena ia yakin sesuatu yang buruk telah terjadi pada mereka
berdua. Konteks menunjukan bahwa Langdon dan Sophie kelihatan
gemetar. Jawaban Landon sekilas melanggar maxim of quality; do not
say what you believe to be false. Barangkali di sini pernyataan Langdon
merupakan bentuk penyangatan atas apa yang sebenarnya terjadi pada
mereka. Lewat konteks situasi dan ujaran Langdon yang bersifat
bertolak belakang ini bisa disimpulkan bahwa jawaban Langdon
mengandung implikatur berilokusi menyatakan yang bertujuan untuk
menyangatkan situasi. Ujaran ini berimplikasi: Kami telah mengalami
banyak hal buruk malam mini dan kami butuh bantuan Anda.
Pada teks bahasa Indonesia, jawaban Langdon “Kami telah
melewatkan malam yang sangat menarik, Leigh.” Juga sekilas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
melanggar maksim kualitas. Ujaran Langdon ini bersifat bertolak
belakang ini bisa disimpulkan bahwa jawaban Langdon mengandung
implikatur yang bertujuan untuk menyangatkan situasi. Ujaran ini
mengandung implikatur asertif dengan ilokusi tak langsung menyatakan
. Tidak terjadi pergeseran daya pragmatis dari kasus ini.
4) Implikatur dengan Ilokusi Tak Langsung Memberi Informasi
Ujaran dengan implikatur yang mengandung ilokusi tak langsung
member informasi adalah data: TDVC/18/179/231, TDVC/23/253/253,
TDVC/35/260/333, TDVC/38/263/336, dan TDVC/59/484/615
Data TDVC/59/484/615 merupakan percakapan antara Sophie
dan Langdon.
TDVC/59/484/615
BSU
“When can I see you again?” Langdon reeled momentarily, lost in her eyes. “When?” Hepaused, curius if she had any ideahow much he had been wongering the same thing. “Well, actually, next month I am lecturing at a conference in Florence. I’ll be there a week without much to do.”
BSA “Kapan aku dapat bertemu lagi denganmu?” Langdon terhuyung sesaat, tenggelam dalam tatapan mata hijau Sophie. “Kapan?” Dia terdiam, penasaran apakah Sophie tahu bahwa dia juga menanyakan hal yang sama. “Well, bulan depan aku akan memberi ceramah pada sebuah konferensi di Florence. Aku akan berada di sana selama satu minggu tanpa banyak kegiatan.”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
Sophie bertanya pada Langdon kapan mereka bisa bertemu lagi.
Mereka telah melalui peristiwa yang sulit mereka pahami dan Langdon
akan segera berangkat ke Paris. Mereka telah sampai di gereja Roslin,
tempat yang ditunjuk dari kriptek yang telah berhasil mereka pecahkan
setelah melalui perjalanan dan petualangan yang mendebarkan.
Dalam teks bahasa sumber jawaban Langdon atas pertanyaan
Sophie: “Well, actually, next month I am lecturing at a conference in
Florence. I’ll be there a week without much to do.” merupakan ujaran
yang mengandung implikatur karena ujaran itu menyatakan jawaban
yang tidak langsung. Penutur menyampaikan maksud dengan cara yang
tidak langsung.
Pertanyaan Sophie, “When can I see you again?” tidak dijawab
dengan misalnya “Well, next month we will meet.” Alih-alih, Langdon
menceritakan rencananya akan memberi kuliah pada sebuah konferensi
di Florence. Di sini Langdon telah melanggar maksim hubungan; make
your contribution relevant. Mungkin dalam hal ini Langdon tidak begitu
yakin bulan depan mereka akan bisa bertemu. Dengan demikian
pernyataan Langdon berusaha memenuhi maksim kualitas; do not say
what you believe to be false, jangan mengatakan apa yang Anda sendiri
tidak yakin. Dengan kata lain Langdon mengingkari maksim hubungan
untuk memenuhi maksim kualitas. Keduanya dari prinsip kerjasama
(PK). Jawaban Langdon atas tawaran Sophie berimplikasi: “Bulan depan
kita akan bertemu di Florence.”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
Dalam teks bahasa sasaran, jawaban juga merupakan ujaran yang
mengandung implikatur karena ujaran itu menyatakan jawaban yang
tidak langsung. Ujaran ini seolah melanggar maksim hubungan karena
pertanyaan “Kapan aku dapat bertemu lagi denganmu?” dijawab dengan
“Well, bulan depan aku akan memberi ceramah pada sebuah konferensi
di Florence”. Ini dilakuan Langdon karena mungkin ia tidak begitu yakin
bulan depan mereka akan bisa bertemu. Dengan demikian pernyataan
Langdon berusaha memenuhi maksim kualitas; jangan katakan sesuatu
yang Anda tidak yakin kebenarannya.
Tidak ada perbedaan implikatur antara teks bahasa sumber dan
teks bahasa sasaran. Jawaban Langdon atas tawaran Sophie dalam
bahasa Indonesia juga berimplikasi: “Bulan depan kita akan bertemu di
Florence.”
5) Implikatur dengan Ilokusi Tak Langsung Menyatakan Alasan
Ujaran dengan implikatur yang mengandung ilokusi tak langsung
menyatakan alasan: TDVC/28/238/306 dan TDVC/21/189/244
Data TDVC/28/238/306 merupakan percakapan antara Sophie
dengan Langdon.
TDVC/28/238/306
BSU
Sophie looked over. “You’re kidding, right? We’re going to visit a knight?” Langdon gave an awkward smile. “We’re on a Grail quest, Sophie. Who better to help us than a knight?”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
BSA Sophie menatapnya. “Kau bercanda? Kita akan mengunjungi seorang knight?” Langdon tersenyum aneh. “Kita sedang dalam masalahan Grail, Sophie. Siapa yang dapat menolong kita kalau bukan seorang ksatria.”
Sophie terkejut ketika ternyata Leigh teabing yang akan mereka
temui adalah seorang knight yang baru saja dinobatkan oleh ratu Inggris
karena karyanya, sebuah sejarah panjang tentang House of York.
Dalam bahasa Inggris jawaban Langdon atas pertanyaan Sophie ;
“We’re on a Grail quest, Sophie. Who better to help us than a knight?”
tidak secara langsung menjawab pertanyaan Sophie, “You’re kidding,
right? We’re going to visit a knight?” sehingga bisa disimpulkan ujaran
itu mengandung implikatur. Jawaban yang tidak gayut ini sekilas
melanggar maksim hubungan; make your contribution relevant.
Jawaban Langdon atas pertanyaan Sophie mestinya “Yes, we’re
going to meet a knight” alih-alih, Langdon memberikan alasan mengapa
mereka harus menemui seorang knight dalam pencarian mereka akan the
Holy Grail. Karena itu, lewat konteks situasi kita bisa membuat
hubungan bahwa implikasi dari jawaban Langdon adalah “Ya, kita akan
menemui seorang knight karena dialah orang yang tepat untuk
didatangi”.
Dalam bahasa Indonesia “Kita sedang dalam masalahan Grail,
Sophie. Siapa yang dapat menolong kita kalau bukan seorang ksatria.”
Juga sekilas melanggar maksim hubungan sehingga mengandung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
implikatur dengan ilokusi tak langsung menyatakan alasan. Tidak ada
pergeseran daya pragmatis dalam proses penerjemahan ini.
6) Implikatur dengan Ilokusi Tak Langsung Meyakinkan
Ujaran dengan implikatur yang mengandung ilokusi tak langsung
mengingkari fakta ada pada data TDVC/25/211/272
Data TDVC/25/211/272 merupakan percakapan antara Sophie
dengan seorang petugas keamanan bank penyimpanan Zurich.
TDVC/25/211/272
BSU
“Do all the drivers wear Rolex?” the agent asked, pointing to Vernet’s wrist. Vernet glanced down and saw the the glistening band of his absurdly expensive watch peeking out from beneath the sleeve of his jacket. Merde. “This piece of shit? Bought it for twenty euro from a Taiwanese street vendor in St Germain des Pres. I’ll sell it to you for forty.”
BSA “Apa semua pengemudi memakai Rolex?” Tanya agen itu sambil menunjuk pergelangan tangan Vernet. Vernet melihat ke bawah dan melihat tali jam yang berkilauan dari jam tangannya yang sangat mahal itu. Sialan. “Jam murahan ini? Akumembelinya seharga dua puluh euro dari seorang pedagang kaki lima Taiwan di St. Germain des Pres. Aku mau menjualnya empat puluh euro. Berminat?”
Vernet, presiden bank penyimpanan Zurich berusaha
mengeluarkan Langdon dan Sophie dari gedung bank. Dia menyamar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
sebagai supir truk pengangkut barang. Sayang penyamarannya nyaris
terungkap ketika Collet seorang agen yang menghadangnya
mengetahuinya memakai jam tangan Rolex. Sesuatu yang aneh untuk
seorang supir. Untungnya, Vernet bisa meyakinkan kalau itu adalah
Rolex palsu.
Dalam teks bahasa Inggris, jawaban Vernet atas pertanyaan Collet:
“This piece of shit? Bought it for twenty euro from a Taiwanese street
vendor in St Germain des Pres. I’ll sell it to you for forty.” dikatakan
mengandung implikatur karena ujaran itu mengkomunikasikan sesuatu
secara tidak langsung. Penutur menyampaikan maksud dengan cara yang
tersamar.
Pertanyaan Collet “Do all the drivers wear Rolex?” membutuhkan
jawaban “Yes, they do” atau “No, they do not”. jawaban Vernet di atas
sepintas melanggar maksim hubungan; make your contribution relevant.
Ujaran ini juga melanggar maksim kualitas karena Vernet tidak
mengatakan sesuatu yang benar. Jawaban Vernet berimplikasi: “Tidak
mungkin seorang supir truk seperti saya mempunyai jam Rolex. Ini
Rolex palsu”
Dalam teks bahasa Indonesia jawaban Vernet “Jam murahan ini?
Aku membelinya seharga dua puluh euro dari seorang pedagang kaki
lima Taiwan di St. Germain des Pres. Aku mau menjualnya empat puluh
euro. Berminat?” juga sepintas melanggar maksim hubungan; make your
contribution relevant. Ujaran ini juga melanggar maksim kualitas karena
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
Vernet tidak mengatakan sesuatu yang benar. Ujaran ini mengandung
implikatur asertif dengan ilokusi tak langsung meyakinkan. Tidak terjadi
pergeseran daya pragmatik di sini. Meskipun tidak terjadi pergeseran
daya ilokusi pada ujaran secara keseluruhan, penambahan ujaran
“Berminat” menjadikan ujaran “Aku mau menjualnya empat puluh euro”
tidak memiliki implikatur tapi berubah menjadi eksplikatur. Terjadi
pergeseran dari implikatur menjadi eksplikatur tapi secara keseluruhan
beberapa ujaran di atas berimplikasi “Tidak mungkin seorang supir truk
seperti saya mempunyai jam Rolex. Ini Rolex palsu”
7) Implikatur dengan Ilokusi Tak Langsung Menerangkan
Ujaran dengan implikatur yang mengandung ilokusi tak langsung
menerangkan ada pada data TDVC/26/237/304
Data TDVC/26/237/304 merupakan percakapan antara Sophie
dengan Langdon.
TDVC/26/237/304
BSU
Sophie stared out at the dark roadway. “If we go to him, how much do you want to tell him?” Langdon looked unconcern. “Believe me, Leigh Teabing knows more about the Priory of Sion and the Holy Grail than anyone on earth.”
BSA Sophie menatap keluar pada jalan gelap. “Jika kita pergi ke orang itu, seberapa banyak kau akan memberi informasi kita?” Langdon tampak tak siap. “Percayalah. Leigh lebih tahu tentang Biarawan Sion dan Holy Grail dibanding siapapun di bumi ini.”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
Langdon memutuskan mendatangi rumah Leigh Tebing, seorang
sejarawan bangsawan dari Inggris yang punya ketertarikan dengan The
Holy Grail, di Paris. Sophie ragu-ragu dengan keputusan Langdon. Ia
khawatir akan mendatangi orang yang keliru dan melibatkan orang yang
tak dikenalnya. Langdon berusaha meyakinkan Sophie.
Dalam bahasa Inggris, pertanyaan Sophie bernada kekhawatiran.
Dia tidak menginginkan informasi tentang the Holy Grail jatuh ke
tangan orang yang tidak bertanggung jawab. Pertanyaan Sophie
menuntut jawaban seberapa banyak informasi itu akan dibagikan kepada
Teabing. Jawaban Langdon atas pertanyaan Sophie: “Believe me, Leigh
Teabing knows more about the Priory of Sion and the Holy Grail than
anyone on earth.” mengandung implikatur karena pernyataan ini tidak
menjawab secara langsung apa yang dikehendaki pertanyaan Sophie.
Ujaran Langdon dengan begitu seakan melanggar maksim hubungan.
Ujaran ini juga melanggar maksim kuantitas; do not make your
contribution more informative than required karena Langdon memberi
penjelasan melebihi yang ditanyakan Sophie.
Langdon memberi jawaban yang melebihi yang diperlukan dalam
rangka meyakinkan Sophie bahwa dia bisa memberi seluruh informasi
itu karena justru Teabinglah, sebagai sejarawan yang punya interest
besar dengan the Holy Grail, orang yang paling tahu. Lewat konteks
situasi kita bisa menyimpulkan bahwa jawaban Langdonn berimplikasi:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
“Kita bisa memberi informasi itu sebanyak apapun dan kita tidak perlu
khawatir karena dia justru mempunyai informasi lebih banyak tentang
Biarawan Sion dan Holy Grail daripada kita.”
Dalam teks bahasa Indonesia Jawaban Langdon “Percayalah. Leigh
lebih tahu tentang Biarawan Sion dan the Holy Grail dibanding siapapun
di bumi ini.” juga seakan melanggar maksim hubungan. Ujaran ini juga
melanggar maksim kuantitas. Ujaran ini mengandung implikatur asertif
dengan ilokusi tak langsung menerangkan. Tidak terjadi pergeseran daya
pragmatis dalam penerjemahan ini.
8) Implikatur dengan Ilokusi Tak Langsung Membual
Ujaran dengan implikatur yang mengandung ilokusi tak langsung
membual ada pada data TDVC/36/262/335.
Data TDVC/36/262/335 merupakan percakapan antara Sophie
dengan Sir Leigh Teabing.
TDVC/36/262/335
BSU
Sophie as if felt the entire night had become some kind of twilight zone where nothing was as she expected. “This is all for your work?” “Learning the truth has become my life’s love,” Teabing said. “And Sangreal is my favorite mistress.”
BSA Sophie merasa sepanjang malam ini seolah berada di tengah-tengah antara dunia nyata dan mimpi. Tidak ada satu halpun yang dapat di duganya. “Ini semua untuk pekerjaanmu?” “Mempelajari kebenaran telah menjadi kecintaanku,” kata Teabing. “Dan Sangreal adalah kekasih favoritku.”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
Sophie mendapatkan banyak sekali penjelasan tentang Holy Grail
dan hal-hal tentang sejarah Kristen yang belum pernah ia dengar
sebelumnya. Teabing telah memberinya banyak penjelasan yang
mengejutkan untuk Sophie. Dengan melihat-lihat semua benda yang ada
di ruangan kerja Teabing dan berkomentar “This is all for your work?”
Sophie menemukan gairah yang begitu besar pada diri Teabing terhadap
the Holy Grail.
Dalam teks bahasa sumber, respon Teabing pada komentar Sophie
“Learning the truth has become my life’s love,” … “And Sangreal is my
favorite mistress.” merupakan ekspresi kebanggaan dirinya atas semua
hal yang dia ketahui akan the Holy Grail. Pernyataan Teabing
merupakan ujaran yang mengandung impikatur karena ujaran itu
menyampaikan lebih dari sekedar yang diinformasikannya. Ujaran ini
sekilas melanggar maksim kuantitas. Teabing melakukan ini dengan
maksud membual kepada Sophie yang masih “ingusan” pengetahuannya
tentang the Holy Grail. Respon Teabing atas pertanyaan Teabing
berimplikasi: “Ya. Ini semua adalah kebenaran dan aku tahu banyak
tentang Sangreal”
Dalam teks bahasa sasaran, pernyataan Teabing
“Mempelajari kebenaran telah menjadi kecintaanku,” … “Dan Sangreal
adalah kekasih favoritku.” juga mengandung impikatur karena ujaran itu
menyampaikan lebih dari sekedar yang diinformasikannya. Ujaran ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
juga melanggar maksim kuantitas secara berlebihan. Tidak terjadi
pergeseran daya pragmatis di sini.
9) Implikatur dengan Ilokusi Tak Langsung Menyatakan Pendapat
Ujaran dengan implikatur yang mengandung ilokusi tak langsung
menyatakan pendapat ada pada data TDVC/39/267/343.
Data TDVC/39/267/343 merupakan percakapan antara Sophie
dengan kakeknya, Saunier.
Sophie kecil membaca Koran yang berisi artikel kakeknya yang
mengulas film Amerika berjudul The Last Temptation of Christ, tentang
Yesus yang bercinta dengan seorang perempuan bernama Maria
Magdalena. Kakeknya terkejut mendapatkan pertanyaan Sophie.
Pertanyaan Sophie kecil “Did Jesus have girlfriend?”
membutuhkan jawaban ya atau tidak. Dalam bahasa Inggris, respon
Saunier “Would be so bad if he did?” yang juga berbentuk pertanyaan
TDVC/39/267/343
BSU
“Did Jesus have girlfriend?” Her grandfather was silent for several moments. “Would it be so bad if he did?”
BSA “Apakah Yesus punya kekasih?” Kakeknya terdiam beberapa saat.”Apakah buruk sekali jika dia memang punya kekasih?”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
seakan tidak menjawab pertanyaan Sophie. Respon Saunier dengan
demikian merupakan ujaran yang mengandung impikatur karena
menyatakan sesuatu secara tidak langsung. Ujaran ini sekilas melanggar
maksim hubungan make your contribution relevant. Saunier merespon
pertanyaan dengan pertanyaan juga dengan maksud untuk menghindari
konfrontasi pendapat atau dengan kata lain dia berusaha memenuhi
maksim kesepakatan, minimize disagreement between self and other.
Jawaban Saunire, kakek Sophie atas pertanyaan Sophie berimplikasi:
“Dia memang punya kekasih dan itu tidak masalah.”
Dalam bahasa Indonesia, pertanyaan Sauniere ”Apakah buruk
sekali jika dia memang punya kekasih?” juga sekilas melanggar maksim
hubungan. Ujaran ini memenuhi maksim kesepakatan. Respon Saunier
merupakan ujaran yang mengandung implikatur asertif. Tidak terjadi
pergeseran implikatur dalam hal ini.
10) Implikatur dengan Ilokusi Tak Langsung Menyanggah
Ujaran dengan implikatur yang mengandung ilokusi tak langsung
menyanggah ada pada data TDVC/40/399/382, TDVC/52/373/473.
Data TDVC/52/373/473 merupakan percakapan antara petugas
altar Gereja Kuil dengan Teabing.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
TDVC/52/373/473 Teks
BSU
The altar boy had been here for a couple of years but had never heard of this costum. “It would be better if you waited until nine thirthy. The church isn’t open yet, and I am not finished hovering yet.” The man on crutches glared angrily. “Young man, the only reason there’s anything left of this building for you to hover is an account of the gentlemen in that woman’s pocket.”
BSA Petugas altar itu telah bekerja di sini selama dua tahun, namun dia tidak pernah mendengar kebiasaan itu. “Lebih baik jika Anda menunggu hingga pukul 9.30. Gereja ini belum belum buka, dan saya belum selesai bersih-bersih.” Lelaki bertongkat itu mendelik marah. “Anak muda, satu-satunya sebab masih adanya benda-benda di sini untuk kau bersihkan adalah karena lelaki baik hati yang sekarang ada di balik kantong perempuan itu.”
Langdon, Sophie dan Teabing sampai di Gereja Kuil dalam
pencarian kata kunci untuk membuka kriptek yang berisi petunjuk
menuju the Holy Grail. Ketika memasuki gereja mereka diberitahu
petugas altar bahwa gereja baru buka pukul 9.30. Teabing bersikeras
masuk dan mengaku mereka adalah keturunan Sir Christopher Wren,
penyantun utama Gereja Kuil.
Pada teks bahasa sumber, respon Teabing atas pertanyaan petugas
altar: “Young man, the only reason there’s anything left of this building
for you to hover is on account of the gentlemen in that woman’s pocket.”
dikatakan mengandung implikatur karena penutur menyampaikan
maksud dengan cara tidak langsung. Respon Teabing di atas sepintas
melanggar maksim hubungan; make your contribution relevant.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
Pernyataan Teabing lewat konteks situasi bisa dipahami berimplikasi:
“Kami berhak masuk karena Sir Christopher Wren yang abunya ada di
saku perempuan itu penyantun utama gereja ini.”
Pada teks bahasa sasaran, respon Teabing “Anak muda, satu-
satunya sebab masih adanya benda-benda di sini untuk kau bersihkan
adalah karena lelaki baik hati yang sekarang ada di balik kantong
perempuan itu.” juga mengkomunikasikan sesuatu secara tidak langsung.
Ujaran ini sepintas melanggar maksim hubungan sehingga mengandung
implikatur. Tidak ada perubahan implikatur dalam proses penerjemahan
ini.
11) Implikatur dengan Ilokusi Tak Langsung Mengiyakan
Ujaran dengan implikatur yang mengandung ilokusi tak langsung
mengiyakan ada pada data TDVC/43/310/396, TDVC/44/314/400,
TDVC/45/314/400, TDVC/46/403/316, TDVC/60/484/615.
Data TDVC/44/314/400 merupakan percakapan antara Langdon
dengan Jonas, editornya.
TDVC/44/314/400
BSU
“Jonas?” Langdon pressed,”You sent out my manuscript, didn’t you?” Faukman frowned, sensing Langdon was not happy about it. “The manuscript was clean, Robert, and I wanted to surprise you with some terific blurps.”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
Langdon menelpon Jonas Faukman, editor untuk buku terbarunya.
Ia ingin tahu apakah editornya telah mengirimkan naskah buku barunya
kepada beberapa pihak tanpa sepengetahuannya. Jonas memang telah
memilih sepuluh tokoh terkemuka berikut sepucuk surat sopan yang
meminta mereka menulis dukungan singkat untuk dicetak di sampul
buku tersebut. Jonas kelihatannya khawatir Langdon tidak senang
dengan tindakannya itu.
Dalam bahasa Inggris, jawaban Jonas atas pertanyaan Langdon:
“The manuscript was clean, Robert, and I wanted to surprise you with
some terific blurps.” mengandung implikatur karena ujaran itu
menyatakan jawaban yang tidak langsung. Penutur menyampaikan
maksud secara implisit
Pertanyaan Langdon, “Jonas?” Langdon pressed”You sent out my
manuscript, didn’t you?” tidak dijawab dengan misalnya “Yes, I did.”
Alih-alih Jonas menceritakan rencananya akan mengejutkannya dengan
pujian dari para tokoh yang akan memberikan testimoni atas karyanya.
Jonas tampak telah melanggar maksim hubungan; make your
contribution relevant. Jonas juga sekilas melanggar maksim kuantitas;
BSA “Jonas,” Langdon mendesak. ”Kau telah mengirim naskahku bukan?” Faukman mengerutkan dahinya, merasakan ketidaksenangan Langdon dengan itu. “Naskah itu bagus, Robert, dan aku ingin mengejutkanmu dengan beberapa pujian yang menarik.”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
do not make your contribution more informative than required. Jawaban
Jonas berimplikasi: “Ya, aku telah mengirimkannya untuk mereka.”
Dalam teks terjemahan, jawaban Jonas “Naskah itu bagus, Robert,
dan aku ingin mengejutkanmu dengan beberapa pujian yang menarik.”
Juga memiliki implikatur karena ujaran itu menyatakan jawaban yang
menyampaikan maksud secara implisit. Jonas ingin Langdon juga tahu
mengapa ia mengirimkan teks itu ke orang-orang yang telah dipilih.
Ujaran Jonas tampak melanggar maksim hubungan dan maksim
kuantitas. Ini berarti bahwa implikatur yang dihasilkan antara teks
bahasa sumber dan teks bahasa sasaran tidak bergeser.
12) Implikatur dengan Ilokusi Tak Langsung Menyatakan
ketidaksetujuan
Ujaran dengan implikatur yang mengandung ilokusi tak langsung
menyatakan ketidaksetujuan ada pada data TDVC/50/360/456 dan
TDVC/51/361/456
Data TDVC/50/360/456 merupakan percakapan antara Sir Leigh
Teabing dengan Simon Edward, seorang polisi Perancis.
TDVC/50/360/456
BSU As he gazed out at the sea of weapons aimed at him, he propped himself on his crutches and scratched his head. “Simon, did I win the policemen’s lottery while I was away?” He sounded more bilwerded then concerned.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
Simon Edward stepped forward, swallowing the frog in his throat. “Good morning, Sir. I apologized for the confusion. We’ve got a gas leak and your pilot said he was coming to the terminal.”
BSA Ketika Leigh melihat banyak senjata mengarah padanya, dia bersandar pada tongkatnya dan menggaruk kepalanya. “Simon, apakah aku memenangkan lotere polisi ketika aku pergi?” Suara Teabing lebih kedengaran bingung daripada takut. Simon Edward melangkah ke depan, mendegut dengan sukar, seperti menelan seekor katak. “Selamat pagi, Pak. Saya mohon maaf karena kebingungan ini. Kami ada kebocoran bahan bakar dan pilot Anda telah setuju untuk menghentikan pesawat di terminal.”
Pesawat pribadi Teabing sampai di bandara Biggin Hill, London.
Tapi polisi Perancis sudah siap untuk melakukan penangkapan
terhadapnya. Pilot diminta memarkir pesawat di terminal, bukan di
depan hangar pribadi teabing. Teabing bergeming, pesawat masuk
hangar pribadi Teabing. Polisi yang mengepung Teabing dan kawan-
kawannya marah, merasa disepelekan Sir Leigh Teabing, seorang
bangsawan Inggris yang mereka anggap congkak. Ketika Teabing turun
dia melihat begitu banyak senjata mengarah padanya.
Dalam bahasa Inggris, ungkapan kemarahan Teabing: “Simon, did
I win the policemen’s lottery while I was away?” dikatakan mengandung
implikatur karena ujaran ini mengkomunikasikan sesuatu dengan cara
tidak langsung.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
Pernyataan Teabing merupakan ekspresi kekesalan karena merasa
tidak diperlakukan secara terhormat, perlakuan yang biasanya ia
dapatkan sebagai seorang bangsawan Inggris. Pernyataan Teabing yang
tidak gayut dengan konteks situasinya tampak melanggar maksim
hubungan; make your contribution relevant. Ungkapan kemarahan yang
disampaikan tidak langsung ini mungkin dimaksudkan untuk
menghindarkan Simon dari kehilangan muka. Lewat cara ini Teabing
berusaha memenuhi maksim simpati; minimize antipaty between self and
other. Pertanyaan Teabing berimplikasi: “Apa-apaan ini, Simon?”
Dalam bahasa Indonesia, pernyataan Teabing “Simon, apakah aku
memenangkan lotere polisi ketika aku pergi?” juga tampak melanggar
maksim hubungan. Ujaran ini dimaksudkan untuk menghindarkan
Simon dari kehilangan muka; maksim simpati. Ujaran ini mengandung
implikatur asertif dengan ilokusi tak langsung menyatakan
ketidaksetujuan. Tidak terjadi pergeseran implikatur dalam proses
penerjemahan ini.
13) Implikatur dengan Ilokusi Tak Langsung Menolak Memberi
Informasi
Ujaran dengan implikatur yang mengandung ilokusi tak langsung
menolak memberi informasi ada pada data TDVC/54/386/490,
TDVC/55/410/520, dan TDVC/56/410/523.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
Data TDVC/55/410/520, merupakan percakapan antara Sophie
dengan Langdon.
TDVC/55/410/520
BSU
“Might I ask where this verse come from? And why you are seeking on orb?” “You might ask,” Langdon said, with a friendly smile, “but it’s a long story and we have very little time.”
BSA Boleh aku bertanya dari mana kalian mendapatkan bait ini? Dan mengapa kalian mencari sebuah bola? (Gettum, penjaga perpustakaan) “Kau boleh bertanya,” kata Langdon dengan senyum ramah, ”tetapi ceritanya panjang dan kami tidak punya banyak waktu.”
Langdon dan Sophie berada di perpustakaan King’s College untuk
mencari tahu nama sebuah makam seperti yang tertulis dalam sandi
untuk membuka kriptek. Sophie menyodorkan secarik kertas bertuliskan
setengah bait yang terdapat pada kriptek. Gettum, petugas perpustakaan
yang ternyata juga sudah mengenal Langdon, bertanya dari mana mereka
mendapat bait itu. Tentu Langdon tidak bersedia membuka rahasia
tentang bait dari kriptek itu.
Dalam teks bahasa Inggris, pernyataan Langdon; “You might ask,”
… “but it’s a long story and we have very little time.” memiliki
implikatur karena ujaran itu menyatakan penolakan untuk memberi
informasi yang disampaikan secara tidak langsung. Penutur
menyampaikan maksud tuturannya secara implisit. Makna lokusi ujaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
tidak sama dengan daya ilokusi yang ditimbulkannya. Pada ujaran di
atas makna lokusinya adalah memberi informasi bahwa si penutur tidak
punya banyak waktu. Meskipun begitu, daya ilokusi yang ditimbulkan
dari tuturan itu bukanlah memberi informasi tapi lebih merupakan
penolakan.
Langdon ingin menyatakan penolakan dengan cara yang santun. Ia
melakukannya karena menolak secara langsung akan dianggap tidak
sopan atau dengan kata lain ia berusaha memenuhi prinsip kesopanan
(PS) terutama maksim kearifan; minimize cost to other. Respon Langdon
atas pertanyaan Gettum berimplikasi: “Maaf, saya tidak bisa menjawab
pertanyaan Anda. Ini rahasia.”
Dalam teks bahasa sasaran, pernyataan Langdon “Kau boleh
bertanya,” …,”tetapi ceritanya panjang dan kami tidak punya banyak
waktu.” juga memiliki implikatur karena makna disampaikan secara
implisit. Makna lokusi ujaran tidak sama dengan daya ilokusi yang
ditimbulkannya. Ujaran Langdon bukanlah memberi informasi tapi lebih
merupakan penolakan. Lewat ujarannya Langdon berusaha memenuhi
maksim kearifan. Respon Langdon atas pertanyaan Gettum mengandung
implikatur asertif dengan makna ilokusi tak langsung menolak memberi
informasi. Tidak terjadi pergeseran daya pragmatis dalam proses
penerjemahan ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
14) Implikatur dengan Ilokusi Tak Langsung Mempersilahkan
Ujaran dengan implikatur yang mengandung ilokusi tak langsung
mempersilahkan ada pada data TDVC/57/412/522.
Data TDVC/57/412/522 merupakan percakapan antara Silas
dengan pendeta Opus Dei.
TDVC/57/412/522
BSU
Silas nodded. “I am in town only for the day. Might I rest here?” “You need not even ask. There are two empty rooms on the third floor. Shall I bring you some tea and bread?”
BSA Silas mengangguk. “Aku di kota ini hanya satu hari ini. Boleh aku beristirahat di sini?” “Kau tidak perlu bertanya. Ada dua kamar kosong pada lantai tiga. Mau dibawakan teh dan roti?”
Silas diantar Remy, pembantu pribadi Teabing, ke pusat Opus Dei
London dan disambut seorang laki-laki berjubah yang ramah. Silas
memperkenalkan diri sebagai anggota Opus Dei dari Amerika dan
meminta untuk menginap semalam di pusat Opus Dei itu.
Dalam teks bahasa Inggris, ucapan pendeta Opus Dei sekilas hanya
memberi informasi, tapi sebenarnya dia tidak saja memberi informasi,
tapi juga mempersilahkan sehingga ujaran “You need not even ask.
There are two empty rooms on the tird floor.” memiliki implikatur.
Jawaban pendeta sepertinya tidak gayut atau melanggar maksim
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
hubungan karena permohonan direspon dengan informasi “There are
two empty rooms on the third floor.” Ujaran ini menyatakan
mempersilahkan secara tidak langsung atau secara implisit. Makna
lokusi ujaran di atas adalah adalah memberi informasi. Meskipun begitu,
daya ilokusi yang ditimbulkan dari tuturan itu bukanlah sekedar
memberi informasi. Jawaban laki-laki pendeta Opus Dei itu
berimplikasi: “Silahkan, kami senang menerima Anda. Silahkan ke
lantai tiga, ada kamar kosong yang bisa dipakai.”
Dalam teks bahasa Indonesia, ujaran pendeta Opus Dei “Kau tidak
perlu bertanya. Ada dua kamar kosong pada lantai tiga. Mau dibawakan
teh dan roti” juga sepertinya tidak gayut atau melanggar maksim
hubungan. Ujaran ini menyatakan sesuatu secara tidak langsung. Makna
lokusi ujaran ini berbeda dengan daya ilokusinya. Ujaran pendeta
mengandung implikatur asertif dengan ilokusi tak langsung
mempersilahkan. Tidak terjadi pergeseran implikatur antara ujaran
bahasa Inggris dan bahasa Indonesia.
15) Implikatur dengan Ilokusi Tak Langsung Mengecam
Ujaran dengan implikatur yang mengandung ilokusi tak langsung
mengecam: TDVC/20/188/243.
Data TDVC/20/188/243 merupakan percakapan antara Uskup
Aringarosa dengan pendeta puri Gandolfo
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
106
TDVC/20/188/243
BSU
“You made your concerns known five months ago,” Aringarosa said. “Why should I wait?” “Indeed, we are very pleased with your expediency. ”
BSA “Anda telah menyampaikan maksud anda lima bulan yang lalu,” kata Aringarosa. “Mengapa saya harus menunggu lebih lama?” “Memang. Kami sangat senang dengan langkah Anda. ” (pendeta)
Kedatangan Aringarosa ke puri Gandolfo adalah untuk mengambil
cicilan yang dijanjikan Vatikan atas pemutusannya secara sepihak Opus
Dei sebagai salah satu prelature Vatikan. Pihak Vatikan yang diwakili
puri Gandolfo agak tidak suka dengan sikap Aringarosa yang bernada
menekan.
Dalam bahasa sumber, jawaban pendeta atas pertanyaan uskup
Aringarosa ; “Why should I wait?” tampak tidak gayut sehingga bisa
disimpulkan mengandung implikatur. Jawaban pendeta; “Indeed, we are
very pleased with your expediency.” Seakan tidak mempunyai
hubungan apapun sehingga seolah melanggar maksim hubungan; make
your contribution relevant. Di sini pendeta berusaha memenuhi maksim
simpati, maximize symphaty between self and other, dari prinsip
kesopanan (PS). Lewat konteks situasi dan pemahaman PK dan PS kita
bisa menyimpulkan bahwa pertanyaan pendeta berimplikasi : “Anda
sangat tidak bersabar.”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
107
Dalam teks bahasa Indonesia jawaban pendeta “Memang. Kami
sangat senang dengan langkah Anda.” juga tidak gayut sehingga bisa
disimpulkan mengandung implikatur dan melanggar maksim hubungan;
make your contribution relevant. Ujaran ini memenuhi maksim simpati,
maximize symphaty between self and other, dari prinsip kesopanan (PS).
Tidak ada pergeseran daya pragmatis dalam proses penerjemahan ini.
16) Implikatur dengan Ilokusi Tak Langsung Menyalahkan
Ujaran dengan implikatur yang mengandung ilokusi tak langsung
menyalahkan: TDVC/22/193/249
Data TDVC/22/193/249 merupakan percakapan antara Sophie
dengan seorang petugas keamanan bank penyimpanan Zurich.
TDVC/22/193/249
BSU Sophie Nodded and took her key back. “Which floor?” The man gave an odd look, “Your key instructs the elevator which floor.”
BSA Sophie mengangguk dan mengambil kembali kuncinya. “Lantai berapa?” Lelaki itu menatapnya aneh. “Kunci Anda akan memberitahu lift lantai berapa.”
Langdon dan Sophie sampai di bank penyimpanan Zurich untuk
mengambil barang yang ada sesuai pesan kunci emas yang diberikan
kakek Sophie. Bank penyimpanan Zurich adalah sebuah bank yang
memberikan pelayanan wasiat dengan kode komputer tanpa nama dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
108
bisa diwariskan pada keturunan si pemegang kunci. Sophie memiliki
kuncinya tapi tidak mempunyai nomer sandi yang diperlukan. Ketika
Sophie bertanya di mana lift berada, penjaga merasa heran karena
mestinya siapapun pemegang kunci emas bank penyimpanan Zurich tahu
di mana lift berada.
Dalam bahasa Inggris, respon penjaga bank atas pertanyaan
Sophie: “Your key instructs the elevator which floor.” Merupakan ujaran
yang mengandung implikatur karena ujaran itu menyatakan apa yang
sebenarnya ingin disampaikan penjaga bank secara tidak langsung.
Penutur menyampaikan maksud dengan cara yang tersamar.
Ketika Sophie bertanya kepada penjaga, “Which floor?” tidak
direspon dengan menunjukan di lantai mana Sophie harus menuju,
misalnya “You have to go to the third floor….” Penjaga bank,
sebaliknya malah menjawab kunci itulah yang akan menunjukan di mana
dia harus pergi. Pernyataan penjaga bank seakan telah melanggar
maksim hubungan; make your contribution relevant. Penjaga berusaha
memenuhi maksim simpati, maximize sympathy between self and other,
dari prinsip kesopanan (PS) dengan cara tidak menyalahkan atas
ketidaktahuan Sophie secara langsung. Lewat konteks situasi dan
pemahaman PK dan PS kita bisa menyimpulkan bahwa pertanyaan
penjaga bank berimplikasi: “Sebagai pemegang kunci mestinya Anda
tahu ke lantai mana Anda harus menuju.”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
109
Dalam bahasa Indonesia, ujaran penjaga bank “Kunci Anda akan
memberitahu lift lantai berapa.” juga seakan telah melanggar maksim
hubungan untuk memenuhi maksim simpati dari prinsip kesopanan (PS)
dengan cara tidak menyalahkan atas ketidaktahuan Sophie secara
langsung. Ujaran ini mengandung implikatur ekspresif dengan ilokusi
tak langsung menyalahkan. Tidak ada perubahan implikatur dalam
proses penerjemahan ini.
b. Implikatur Direktif
Ada 5 ujaran yang termasuk dalam implikatur asertif dalam
penelitian ini. Dalam implikatur asertif ini penutur menyatakan sesuatu
yang akan berakibat petutur melakukan sesuatu. Lima implikatur yang
termasuk dalam jenis direktif ini meliputi: mengajak, memerintah,
menyarankan, menawarkan dan mengingatkan.
1) Implikatur dengan Ilokusi Tak Langsung Mengajak
Ujaran dengan implikatur yang mengandung ilokusi tak langsung
mengajak ada pada data: TDVC/14/159/206. Data ini merupakan
percakapan antara Langdon dan Sophie
TDVC/14/159/206
BSU
”What happened?,” Langdon demanded, joining Sophie on the curb as the taxi disappeared. Sophie was already heading for the train station entrance. “Come on we we’re buying two tickets on the next train out of Paris.”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
110
BSA “Ada apa?” Tanya Langdon, mendekati Sophie di tepi jalan ketika taksi itu menghilang. Sophie telah siap bergerak ke pintu masuk stasiun kereta api. “Ayo kita beli dua tiket kereta api berikutnya untuk keluar dari Paris.”
Sophie akhirnya berhasil sampai di stasiun kereta api. Dia
berencana membeli dua tiket ke kota Lille dengan kartu kredit Langdon.
Tapi mereka sendiri tidak menggunakan tiket itu melainkan pergi dengan
taksi menuju tempat yang berbeda. Ini adalah usaha Sophie untuk
menghilangkan jejak. Tapi taktik ini belum diketahui Langdon. Langdon
masih bingung dengan apa yang dilakukan Sophie.
Dalam teks bahasa sumber, respon Sophie menjawab pertanyaan
Langdon, yang masih kebingungan dengan rencana Sophie, mengandung
implikatur ekspresif dengan ilokusi tak langsung mengajak: “Ikuti saja
apa yang aku katakan, kita akan membeli dua tiket ke Paris.
Sophie tampak tidak berusaha menjelaskan pada Langdon tujuan
dari tindakannya. Ia justru menggunakan ujaran ilokusi mengajak. Ini
jelas melanggar maksim hubungan; make your contribution relevant.
Dalam teks terjemahan ujaran Sophie “Ayo kita beli dua tiket
kereta api berikutnya untuk keluar dari Paris.” Juga mengandung
implikatur ekspresif dengan ilokusi tak langsung mengajak. Ujaran ini
juga melanggar maksim hubungan. Tidak ada pergeseran daya pragmatis
dalam proses penerjemahan ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
111
2) Implikatur dengan Ilokusi Tak Langsung Memerintah
Ujaran dengan implikatur yang mengandung ilokusi tak langsung
memerintah ada pada data: TDVC/17/179/231. Data ini merupakan
percakapan antara Langdon dan Sophie
TDVC/17/179/231
BSU
Langdon look down at the car’s controls and hesitated. Shit. He groped for the stick shift and clutch. “Sophie? May be you_” “Go!” She yelled.
BSA Langdon melihat peralatan kemudi mobil itu dan tampak ragu. Sialan. Dia meraih tongkat persneling dan pedal kopling. “Shopie? Mungkin kau_” “Jalan!” Sophie berteriak
Langdon dan Sophie ada di dalam taksi dalam pelariannya keluar
dari Paris. Tiba-tiba sopir taksi yang ditumpangi Langdon dan Sophie
dihubungi operator. Sadar akan bahaya yang mengancam karena
diketahui keberadaannya, Sophie langsung menodongkan pistol kepada
sopir taksi. Sopir diusir keluar dari taksi. Langdon disuruh menggantikan
mengemudi. Langdon bingung karena ia tidak terbiasa mengendarai
mobil manual.
Kebingungan Langdon yang tampak lewat pertanyaannya kepada
Sophie ; “Sophie? May be you_” direspon Sophie dengan pernyataaan :
“Go!”. Pernyataan ini tidak saja menyuruh Langdon segera
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
112
mengemudikan taksi yang sekarang mereka ambil alih tapi juga perintah
untuk diam
Dalam teks bahasa Inggris respon Sophie atas pertanyaan Langdon
mengandung implikatur karena pernyataan itu mengandung beberapa
perintah sekaligus, tidak saja menyuruh Langdon untuk segera jalan, tapi
juga menyuruhnya diam dan menuruti perintahnya. Ini bisa kita
simpulkan lewat konteks situasi bahwa Sophie memegang sebuah pistol,
sebuah tindakan yang mengekspresikan ancaman. Ujaran Sophie di atas
melanggar maksim hubungan: make your contribution relevant karena
pertanyaan Langdon, yang belum sempat selesai direspon dengan
perintah yang bernada ancaman. Jawaban Sophie dengan demikian bisa
kita simpulkan berimplikasi, “Diam, lakukan perintahku.”
Dalam teks terjemahan ujaran Sophie “Jalan!” juga melanggar
maksim hubungan. Ujaran ini mengandung implikatur ekspresif dengan
ilokusi tak langsung memerintah. Dalam proses penerjemahan ini
implikatur teks bahasa sasaran tidak berubah. Tidak terjadi pergeseran
daya pragmatis.
3) Implikatur dengan Ilokusi Tak Langsung Menyarankan
Ujaran dengan implikatur yang mengandung ilokusi tak langsung
menyarankan ada pada data TDVC/42/309/394.
Data TDVC/42/309/394 merupakan percakapan antara Langdon
dengan Teabing.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
113
TDVC/42/309/394
BSU
Langdon turned full around and looked at him. “What?” Teabing demanded. “You two can expect to stay in France with the entire judicial police after you. London will be much safer.”
BSA Langdon memutar tubuhnya sepenuhnya ke belakang dan menatap Teabing. “Apa?” tanya Teabing. “Kalian tidak mungkin berada di Perancis dengan seluruh polisi judicial memburu kalian. London jauh lebih aman ”
Teabing, Langdon dan Sophie barusan meloloskan diri dari puri
Villete dari kejaran polisi judisial. Setelah merasa aman Teabing
menghubungi Richard, petugas bandara, untuk mempersiapkan
penerbangan pribadi ke London. Langdon dan Sophie kaget mendengar
keputusan Teabing.
Ekspresi Sophie dan Langdon yang menunjukan kekagetan secara
implisit menanyakan “We’re going to London?”. Dalam bahasa Inggris,
jawaban Teabing “You two can expect to stay in France with the entire
judicial police after you. London will be much safer.” merupakan bentuk
reaksi atas ekspresi Langdon dan Sophie. Respon Teabing adalah bentuk
penegasan dan merupakan implikatur karena dia mengatakan sesuatu
secara tidak langsung bahwa : “Kita harus pergi ke London.”
Dalam bahasa Indonesia, ujaran Teabing “Kalian tidak mungkin
berada di Perancis dengan seluruh polisi judisial memburu kalian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
114
London jauh lebih aman.” juga merupakan implikatur karena dia
mengatakan sesuatu secara tidak langsung. Teabing meminta mereka
segera meninggalkan Paris menuju London. Tidak terjadi pergeseran
daya pragmatis dalam hal ini.
4) Implikatur dengan Ilokusi Tak Langsung Menawarkan
Ujaran dengan implikatur yang mengandung ilokusi tak langsung
menawar ada pada data TDVC/48/340/431
Data TDVC/48/340/431 merupakan percakapan antara pilot
dengan Uskup Aringarosa.
TDVC/48/340/431
BSU
The pilot eyed the bishop gold ring. “Real diamonds?” Aringarosa looked at the ring. “I could not possibly part with this.”
BSA Pilot itu menatap cincin uskup itu, “Berlian asli?” Aringarosa menatap cincinnya. “Aku tidak mungkin berpisah dengannya.”
Uskup Aringarosa ada di dalam pesawat menuju Paris. Tiba-tiba
Guru menelponnya, memberitahu bahwa Langdon, Sophie dan Silas ada
di London. Uskup Aringarosa panik, dia ada di pesawat dan tidak
mungkin tiba-tiba mengubah arah penerbangan. Aringarosa mendapat
ide, menyuap pilot. Aringarosa menawarkan sepuluh ribu euro asalkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
115
pilot mau mengubah arah penerbangan menuju London. Pilot
bergeming, ia menatap cincin keuskupan Aringarosa yang bertahta
berlian.
Dalam teks bahasa sumber, pertanyaan pilot; “Real diamonds?”
bisa disimpulkan mengandung implikatur karena ujaran ini
mengkomunikasikan sesuatu dengan cara tersembunyi. Tawaran
Aringarosa akan memberikan sepuluh ribu euro asalkan mereka berubah
arah menuju London ditolak oleh pilot.
Pertanyaan pilot yang menanyakan apakah berlian pada cincin
Aringarosa asli atau palsu seakan tidak mempunyai hubungan dengan
pertanyaannya sehingga tampak melanggar maksim hubungan; make
your contribution relevant. Ujaran ini juga melanggar maksim cara
karena pertanyaan itu bisa menimbulkan ketaksaan. Ungkapan tak
langsung ini mungkin dipakai pilot untuk menghindari mengungkapkan
permintannya secara langsung. Pertanyaan pilot itu berimplikasi
menawarkan: “Saya mau pesawat berubah menuju London asal cincin
itu untukku.”
Dalam teks bahasa sasaran, pertanyaan pilot “Berlian asli?” juga
tampak melanggar maksim hubungan dan maksim cara karena
pertanyaan itu bisa menimbulkan ketaksaan. Ungkapan ini oleh pilot
dipakai untuk menghindari mengungkapkan permintannya secara
langsung. Tidak ada pergeseran implikatur dalam kasus ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
116
5) Implikatur dengan Ilokusi Tak Langsung Mengingatkan
Ujaran dengan implikatur yang mengandung ilokusi tak langsung
mengingatkan: TDVC/19/187/241.
Data TDVC/19/187/241 merupakan percakapan antara Sophie
dan Langdon.
TDVC/19/187/241 Teks
BSU
“We were worried about you, Bishop,” the priest said, checking his watch and looking more perturbed than worried. “My apologies. Airlines are so unreliable this days”
BSA “Kami mengkhawatirkan Anda , Uskup,” kata pendeta itu, sambil melihat jam tangannya dan lebih tampak gelisah daripada khawatir. “Maafkan saya. Akhir-akhir ini penerbangan tidak dapat dipercaya.”
Uskup Aringarosa datang ke puri Gandolfo atas undangan Vatikan.
Kedatangan Aringarosa ke puri Gandolfo adalah untuk mengambil
cicilan yang dijanjikan Vatikan atas pemutusannya secara sepihak Opus
Dei sebagai salah satu prelature Vatikan
Seorang pendeta di puri Gandolfo menyambut uskup Aringarosa
dengan kurang ramah. Kehadiran uskup Aringarosa di tengah malam itu
sudah di tunggu-tunggu.
Dalam teks bahasa sumber, sambutan pendeta pada kedatangan
Uskup Aringarosa “We were worried about you, Bishop,” mengandung
implikatur karena ujaran ini tidak merepresentasikan apa yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
117
sebenarnya ingin dikatakan oleh pendeta. Kedatangan Aringarosa sudah
terlalu larut. Dari konteks situasi juga kita mengetahui bahwa kalimat ini
tidak diucapkan dengan nada khawatir tapi lebih ke nada gelisah dan
menunjukan sikap tidak bersahabat sehingga ucapan pendeta di atas
tidak sesuai dengan sikapnya. Kita bisa menyimpulkan bahwa ujaran
pendeta melanggar maksim hubungan; make your contribution relevant
dan maksim kualitas karena tidak mengatakan apa yang sebenarnya ia
pikirkan. Pendeta berusaha memenuhi maksim simpati, maximize
sympathy between self and other, dari prinsip kesopanan (PS). Lewat
konteks situasi dan pemahaman PK dan PS kita bisa menyimpulkan
bahwa pertanyaan pendeta berimplikasi : “Anda datang sangat terlambat
Uskup.”
Dalam teks bahasa sasaran, ujaran pendeta “Kami
mengkhawatirkan Anda, Uskup,” juga melanggar maksim hubungan dan
maksim kualitas. Pendeta, dengan ujarannya, berusaha memenuhi
maksim simpati. Ujaran ini mengandung implikatur. Tidak ada
perubahan implikatur antara teks bahasa Indonesia dan terjemahannya.
c. Implikatur Komisif
Ada 2 ujaran yang termasuk dalam implikatur komisif yang
ditemukan dalam penelitian ini. Dalam implikatur dengan ilokusi
komisif ini, penutur menjanjikan sebuah tindakan di masa yang akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
118
datang. Dua implikatur yang termasuk dalam jenis komisif yang
ditemukan dalam penelitian ini adalah: berjanji dan mengancam.
.
1) Implikatur dengan Ilokusi Tak Langsung Berjanji
Data ujaran dengan implikatur dengan ilokusi tak langsung berjanji
ada dua; TDVC/04/065/090 dan TDVC/12/158/205
Data yang pertama adalah percakapan antara Uskup Aringarosa
dan Guru:
TDVC/04/065/090 BSU ”You will treat him with respect?” (Aringarosa)
“A man of faith deserves the highest.” (Teacher)
BSA “Anda akan memperlakukannya dengan hormat?” “Seorang yang percaya berhak mendapatkan yang terbaik.”
Uskup Aringarosa sedang dalam perjalanan ke Paris untuk
mengurus rencana kerjasamanya dengan Guru untuk mendapatkan the
Holy Grail, ‘tiket’ yang akan membuatnya dihormati dan diperhitungkan
oleh Vatikan. Aringarosa dalam keadaan kecewa setelah pemutusan
Opus Dei sebagai salah satu prelatur Vatikan secara sepihak oleh
Vatikan. Selama proses ini Uskup Aringarosa dilarang berhubungan
dengan Silas, murid kepercayaannya di Opus Dei, dengan peralatan
elektronik untuk menghindari penyadapan. Uskup Aringarosa khawatir
kalau-kalau Silas tidak akan diperlakukan dengan baik oleh Guru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
119
Pada teks bahasa sumber, pernyataan Guru: “A man of faith
deserves the highest.” dikategorikan memiliki implikatur karena ujaran
itu menyatakan maksud tuturan secara tidak langsung. Makna lokusi
ujaran yang disampaikan Guru tidak sama dengan daya ilokusi yang
ditimbulkannya. Pada ujaran di atas makna lokusinya adalah memberi
informasi bahwa seorang yang percaya/beriman berhak mendapatkan
yang terbaik. Meskipun begitu, daya ilokusi yang ditimbulkan dari
ujaran itu bukanlah memberi informasi tapi lebih merupakan janji bahwa
ia akan memperlakukan Silas dengan baik..
Lewat ujarannya, Guru berjanji tapi dinyatakan dengan cara
implisit. Ia menggunakan ujaran dengan daya ilokusi tidak langsung
karena mungkin dia tidak yakin bahwa Silas akan mendapatkan
perlakuan baik dari orang-orang yang terlibat dengan perburuan terhadap
the Holy Grail. Dengan kata lain Guru berusaha memenuhi maksim
kualitas, dari prinsip kerjasama (PK) dengan mengabaikan maksim
hubungan dari prinsip kerjasama (PK). Jawaban Guru Berimplikasi
bahwa Silas adalah orang yang taat, dengan begitu dia akan diperlakukan
dengan baik.
Dalam teks bahasa sasaran, ujaran Guru, “Seorang yang percaya
berhak mendapatkan yang terbaik.” juga memiliki implikatur karena
ujaran itu menyatakan maksud tuturan secara tidak langsung. Ujaran
dalam teks bahasa Indonesia ini sebenarnya akan lebih baik menjadi
“Seorang yang taat berhak mendapatkan yang terbaik.” Karena dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
120
konteks keberagamaan kata “taat” lebih berterima daripada “percaya”.
Ujaran dalam teks bahasa Indonesia ini juga memenuhi maksim kualitas,
dari prinsip kerjasama (PK) dengan mengabaikan maksim hubungan.
Tidak terjadi perubahan implikatur antara teks bahasa sumber dan teks
bahasa sasaran. Tidak terjadi pergeseran daya pragmatis.
2) Implikatur dengan Ilokusi Tak Langsung Mengancam
Ujaran dengan implikatur yang mengandung ilokusi tak langsung
mengancam ada pada data TDVC/53/380/482
Data TDVC/53/380/482 merupakan percakapan antara pilot dengan
Fache.
TDVC/53/380/482
BSU “Open the safe.” Fache demanded. The pilot looked terrified. “I don’t know the combination!” “That’s too bad. I was going to offer to let you keep your pilot licence.”
BSA “Buka lemari itu.” Fache meminta. Pilot itu tampak ketakutan. “Aku tidak tahu kombinasinya!” “Sayang sekali aku baru saja mau menawarkan agar kau tetap mempunyai ijin terbang.”
Fache sampai di London dan memeriksa pesawat pribadi Teabing
dan menemukan bukti-bukti keberadaan Silas, Langdon dan Sophie.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
121
Fache meminta pilot membuka lemari tapi dia tidak mengetahui nomer
kombinasinya.
Dalam bahasa Inggris, respon Fache atas pernyataan Collet:
“That’s too bad. I was going to offer to let you keep your pilot licence.”
dikatakan mengandung implikatur karena ujaran itu meskipun secara
eksplisit sepertinya memberi informasi tapi sebenarnya ujaran ini
merupakan sebuah ancaman dengan kata lain ujaran yang disampaikan
Fache mengkomunikasikan sesuatu secara tidak langsung.
Pernyataan Fache, merespon pernyataan pilot; “I don’t know the
combination!” sepintas melanggar maksim hubungan; make your
contribution relevant. Dengan demikian pernyataan Fache yang bernada
ancaman berimplikasi; “Kalau kau tidak mau membukakan lemari itu
kau tidak akan mendapatkan ijin terbangmu.”
Dalam bahasa Indonesia, pernyataan Fache “Sayang sekali aku
baru saja mau menawarkan agar kau tetap mempunyai ijin terbang.” juga
sepintas melanggar maksim hubungan. Ujaran ini mengandung
implikatur komisif dengan ilokusi tak langsung mengancam. Tidak
terjadi pergeseran implikatur dalam proses peerjemahan ini.
d. Implikatur Ekspresif
Ada 5 ujaran yang termasuk dalam implikatur ekspresif ini. Pada
implikatur dengan ilokusi ekspresif, penutur mengekspresikan apa yang
dirasakannya. Lima implikatur yang termasuk dalam jenis ekspresif ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
122
meliputi: menyatakan kekecewaan, menyatakan keheranan, menyatakan
kemarahan, menyatakan ketidaksukaan, dan menggoda.
1) Implikatur dengan Ilokusi Tak Langsung Menyatakan
Kekecewaan.
Data ujaran yang mengandung implikatur dengan ilokusi tak
langsung menyatakan kekecewaan adalah: TDVC/09/156/202
Ujaran yang mengandung implikatur dengan ilokusi tak langsung
menyatakan kekecewaan berikut adalah percakapana antara Langdon
dan Sophie.
TDVC/09/156/202
BSU
“Do you know what it opens?” (Langdon) Sophie looked disappointed. “I was hoping you knew.”
BSA “Kau tahu ini untuk membuka apa?” Sophie tampak kecewa. “Aku baru saja mengharapkan kau yang tahu.”
Langdon dan Sophie ada di dalam mobil dalam perjalanan menuju
stasiun kereta api untuk melarikan diri keluar dari Paris. Dalam
perjalanan ini Sophie menunjukan kunci berbentuk salib dengan embos
bertuliskan PS. Kunci ini didapatkan Sophie di belakang lukisan
Madonna of the Rocks seperti pesan kakeknya ketika sedang
menghadapi maut di Grand Galery Museum Louvre. Tiba-tiba Langdon
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
123
bertanya tentang apa kegunaan kunci yang barusan diberikan Sophie
kepadanya. Sophie kecewa karena harusnya Langdonlah yang lebih tahu
tentang kunci ini mengingat dia adalah ahli sejarah dan simbologi agama
yang banyak menulis tentang the Holly Grail.
Dalam teks bahasa Inggris, pertanyaan Langdon kepada Sophie ;
“Do you know what it opens?” menunjukan ketidaktahuan Langdon
tentang kunci itu. Pertanyaan ini dijawab Sophie dengan jawaban yang
tidak langsung: “I was hoping you knew.”. Jawaban Sophie atas
pertanyaan Langdon tentang fungsi kunci itu mengandung implikatur
karena respon itu tidak menjawab secara langsung pertanyaan Sophie.
Sophie menjawab dengan ujaran yang mengandung ilokusi tidak
langsung mungkin dengan alasan satir untuk menunjukan
kekecewaannya. Jawaban Sophie yang mengandung ilokusi tidak
langsung di atas melanggar maksim hubungan: make your contribution
relevant untuk memenuhi maksim pujian; minimize dispraise for other.
Lewat konteks situasi Langdon bisa memahmi bahwa jawaban Sophie
berimplikasi, “Aku tidak tahu. Harusnya kaulah yang tahu kunci itu
untuk membuka apa, bukan malah bertanya kepadaku.” yang
menyatakan kekecewaan Sophie atas ketidaktahuan Langdon.
Dalam teks bahasa Indonesia “Aku baru saja mengharapkan kau
yang tahu.” juga mengandung ilokusi tidak langsung dan melanggar
maksim hubungan untuk memenuhi maksim pujian. Ujaran ini juga
berimplikasi “Aku tidak tahu. Harusnya kaulah yang tahu kunci itu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
124
untuk membuka apa, bukan malah bertanya kepadaku.” Tidak terjadi
pergeseran daya pragmatis dalam teks terjemahan ini dibanding dengan
teks bahasa sumber.
2) Implikatur dengan Ilokusi Tak Langsung Menyatakan
Kemarahan
Ujaran dengan implikatur yang mengandung ilokusi tak langsung
menyatakan kemarahan: TDVC/24/197/254
Data TDVC/24/197/254 merupakan percakapan antara Collet
dengan Fache, atasannya.
TDVC/24/197/254
BSU
“Any lads yet on what Saunire was trying to tell Agent Neveu and Robert Langdon?” Faches’s tone was cold. “If you arrest them, Leutenant collet, then I can ask them personally.”
BSA “Sudah ada petunjuk tentang apa yang Saunire coba katakan pada agen Neveu dan Langdon?” Suara Fache terdengar dingin. “Jika kau dapat menangkapnya, Letnan Collet, aku dapat menanyakannya secara pribadi kepada mereka.”
Letnan Collet ditelpon Fache, atasannya, mengabarinya kalau
Miss. Neveu/Sophie dan Langdon baru saja memasuki bank
penyimpanan Zurich. Ini artinya tidak ada gunanya Collet berada di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
125
stasiun kereta api. Fache tampak sangat kesal dengan kegagalannya
menangkap mereka dengan segera.
Dalam bahasa sumber jawaban Fache; “If you arrest them,
Leutenant collet, then I can ask them personally.” tampak tidak gayut
dengan pertanyaan Collet “Any lads yet on what Saunire was trying to
tell Agent Neveu and Robert Langdon?” sehingga bisa disimpulkan
mengandung implikatur.
Respon Fache seakan tidak mempunyai hubungan dengan
pertanyaannya sehingga tampak melanggar maksim hubungan; make
your contribution relevant. Mungkin di sini Fache berusaha menghindari
mengungkapkan rasa marahnya secara langsung, dengan kata lain Fache
berusaha memenuhi maksim simpati, maximize symphaty between self
and other, dari prinsip kesopanan (PS).
Lewat konteks situasi dan pemahaman PK dan PS kita bisa
menyimpulkan bahwa yang sebenarnya ingin disampaikan oleh Fache
adalah: “Belum, dan ini kesalahan kamu kita gagal menangkap mereka.”
Dalam teks bahasa sasaran, jawaban Fache “Jika kau dapat
menangkapnya, Letnan Collet, aku dapat menanyakannya secara pribadi
kepada mereka.” juga seakan tidak mempunyai hubungan dengan
pertanyaannya sehingga tampak melanggar maksim hubungan untuk
maksim simpati. Ujaran ini mengandung implikatur ekspresif dengan
ilokusi tak langsung menyatakan kemarahan marah. Tidak terjadi
pergeseran implikatur dalam terjemahan ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
126
3) Implikatur dengan Ilokusi Tak Langsung Menyatakan
Ketidaksukaan
Ujaran dengan implikatur yang mengandung ilokusi tak langsung
menyatakan ketidaksukaan ada pada data TDVC/33/246/315.
Data TDVC/33/246/315 merupakan percakapan antara Sophie
dengan Teabing.
TDVC/33/246/315
BSU
He was coming down one stair at a time. “I realize it’s quite late.” “It is so late my dear, it’s early.” He loughed.
BSA Sir Leigh menuruni anak tangga satu demi satu. “Aku tahu ini sudah sangat larut,” sambung Sophie. “Ini tidak terlalu larut sayangku, ini terlalu awal.” Sir Leigh tertawa.
Setelah berdebat dengan Remy, pelayan pribadi Teabing, dan
menjawab beberapa pertanyaannya melaui pengeras suara di pintu
masuk puri Villet akhirnya Sir Leigh mau menerima Langdon dan
Sophie. Mereka dipersilahkan masuk dan menunggu di ruang tamu. Sir
Leigh Teabing tiba, sambil terpincang-pincang menuruni anak tangga.
Sophie menyapa Sir Leigh. Sir Leigh bukanlah orang yang suka berbasa
basi
Sophie yang merasa datang berkunjung terlalu larut mengucapkan
ujaran yang bernada penyesalaan, “I realize it’s quite late.” Lewat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
127
pernyataan ini Sophie berharap mendapat jawaban yang berisi
pemakluman, misalkan: “It’s Ok. You are not too late.”
Dalam bahasa Inggris, Respon Teabing atas komentar Sophie: “It
is so late my dear, it’s early.” bermuatan implikatur karena pernyataan
melanggar maksim simpati dari PS; minimize antipaty between self and
otherr. Respon Teabing bernada tidak suka dan berimplikasi bahwa:
“Mereka tidak saja sangat malam datang tapi sudah pagi”
Dalam bahasa Indonesia, respon Teabing “Ini tidak terlalu larut
sayangku, ini terlalu awal.” Melanggar maksim kualitas karena dia tidak
mengatakan apa yang sebenarnya bahwa mereka memang datang terlalu
larut. Teabing memenuhi maksim simpati secara berlebihan sehingga
kalimatnya menjadi pernyataan simpati yang berlebihan. Telah terjadi
pergeseran daya pragmatis, dari implikatur ekspresif menyatakan
ketidaksukaan menjadi implikatur ekspresif menyatakan simpati
berlebihan/ironi.
4) Implikatur dengan Ilokusi Tak Langsung Menggoda
Ujaran dengan implikatur yang mengandung ilokusi tak langsung
menggoda ada pada data TDVC/37/262/336.
Data TDVC/37/262/336 merupakan percakapan antara Sophie
dengan Teabing.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
128
TDVC/37/262/336
BSU
Sophie was certain she had missed something. “That’s the same painting you just showed me.” He winked. “I know, but the enlargement is so much more exciting. Don’t you think?”
BSA Sophie yakin ada yang tidak dimengertinya. “Itu lukisan yang sama dengan yang baru saja kau perlihatkan padaku.” Teabing mengedipkan matanya. “Aku tahu, tapi ukuran besar ini lebih menarik. Bukan begitu?”
Sophie melihat lukisan The Last Supper karya Da Vinci di Puri
Villet, tempat kediaman pribadi Sir Leigh Teabing. Dia heran ternyata
Teabing juga memiliki lukisan yang sama tapi dengan ukuran jauh lebih
besar, sepanjang delapan kaki.
Dengan keheranan Sophie berkomentar “That’s the same painting
you just showed me.” Sophie tidak tahu mengapa Teabing menunjukan
lukisan versi besarnya untuk menunjukan the Holy Grail yang menurut
Teabing adalah seorang perempuan.
Dalam bahasa Inggris, respon Teabing atas komentar Sophie “I
know, but the enlargement is so much more exciting. Don’t you think?”
tidak memberi jawaban atasa keingintahuan Sophie. Respon Teabing
dengan demikian merupakan ujaran yang mengandung impikatur. Ujaran
ini sekilas melanggar maksim hubungan make your contribution
relevant. Teabing melakukan ini dengan maksud menggoda Sophie yang
begitu ingin tahu banyak tentang the Holy Grail dari Teabing. Respon
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
129
Teabing atas ujaran Sophie berimplikasi: “Ada sesuatu yang menarik
yang akan kuceritakan kepadamu.”
Dalam bahasa Indonesia, respon Teabing “Aku tahu, tapi ukuran
besar ini lebih menarik. Bukan begitu?” juga mengandung impikatur
karena sekilas melanggar maksim hubungan. Ujaran ini digunakan untuk
menggoda Sophie. Tidak terjadi pergeseran daya pragmatis dalam proses
penerjemahan ini.
2. Teknik Penerjemahan dan Kemungkinan Pergeseran Daya
Pragmatis yang Diakibatkannya
Untuk menjelaskan bagaimana ujaran yang mengandung
implikatur sebagai data pada penelitian ini diterjemahkan digunakan
analisis teknik penerjemahan sebagai pisau analisis. Pembedahan
bagaimana ujaran yang mengandung implikatur diterjemahkan
diterapkan baik pada tingkat kata, frasa, klausa maupun kalimat.
Meskipun ada 13 variasi teknik yang diterapkan penerjemah, tidak
semua teknik digunakan dengan frekuensi yang sama. Ada beberapa
teknik yang digunakan dengan frekuensi sangat tinggi; misalnya
teknik literal, modulasi dan eksplisitasi. Teknik pinjaman alami,
inversi dan kompensasi sangat jarang digunakan; masing-masing
diterapkan hanya satu kali dari keseluruhan kasus. Berikut ini sebaran
teknik dan kasus pada bauran 13 teknik dan 60 data.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
130
Tabel 1: Teknik Penerjemahan
No Teknik No Data Jumlah 1 Penambahan (Addition) 01, 10, 26, 27, 32, 33 6 2 Penghapusan (Deletion) 07, 27, 28, 36, 57, 59 6 3 Eksplisitasi (Explicitation) 09, 10, 16, 18, 22, 23, 25, 26,
34, 39, 54 11
4 Implisitasi (Implicitation) 01, 05, 07, 08, 42 5 5 Modulasi (Modulation) 04, 05, 07, 19, 44, 47, 50, 51,
54, 55, 56, 59 11
6 Transposisi (Transposition) 08,13,27,30,37,60 6 7 Generalisasi
(Generalization) 52,58,59 3
8 Partikularisasi (Particularization)
10,11,36,46 4
9 Pinjaman Murni (Pure Borrowing)
02,38,41,59 4
10 Pinjaman Alami (Naturalized Borrowing)
50 1
11 Padanan Lazim (Established Equivalence)
21,53 2
12 Literal (Literal) 03, 12, 14, 15, 17, 20, 29, 35, 40, 43, 48, 49
12
13 Kompensasi (Compensation)
31 1
Dari 60 data yang dianalisis, ada 75 kasus teknik yang diterapkan
oleh penerjemah. Ini mengindikasikan bahwa beberapa teknik
sekaligus diterapkan pada sebuah ujaran sebagai data penelitian ini.
a. Teknik penambahan (addition)
Ada empat data yang mendapatkan teknik penambahan.
Pemakaian teknik penambahan terjadi pada tataran frasa dan klausa.
Data yang mendapatkan teknik penambahan adalah
TDVC/01/008/016, TDVC/10/157/203, TDVC/32/240/307,
TDVC/33/246/315. Sebagian besar teknik penambahan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
131
diterapkan oleh penerjemah bersifat opsional karena tidak mengubah
daya ilokusi ujaran teks bahasa sasaran. Meskipun begitu, ada satu
data yang pemakaian teknik penambahannya mengakibatkan
perubahan daya ilokusi ujaran terjemahan.
Pada data TDVC/01/008/016 teknik penambahan terjadi pada
tataran klausa. Berikut ini sajian data tersebut:
TDVC/01/008/016
BSU
“I’m sorry,” Langdon said, “but I’m tired and_” “Mais monsieur” the consierge pressed, lowering his voice to an urgent whisper. “Your guest is an important man.”
BSA “Maaf,” ujar Langdong, “tetapi saya sangat letih dan _” “Mais monsieur,” penerima tamu itu memaksa seraya merendahkan suaranya menjadi bisikan yang mendesak. “Tetapi tamu Anda orang penting”
Klausa “I’m tired” pada teks bahasa sumber diterjemahkan
menjadi “saya sangat letih” pada teks bahasa sasaran. Ada adverb
yang ditambahkan pada klausa sehingga ujaran yang mengungkapkan
penolakan ini memberi efek alasan yang lebih kuat meskipun
seandainya penerjemah tidak menggunakan teknik penambahan inipun
sebenarnya efek penolakan itu tidak melemah. Ujaran ”tetapi saya
letih” sudah cukup berimplikasi bahwa penutur menolak untuk
menerima tamu. Kasus ini menunjukan bahwa teknik penambahan ini
bersifat opsional.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
132
Penerapan teknik penambahan yang mengubah daya ilokusi pada
teks terjemahan terjadi pada data TDVC/33/246/315.
Frasa ”so late” diterjemahkan menjadi “tidak terlalu larut”.
Penambahan bentuk negasi ini mengubah daya ilokusi ujaran yang
disampaikan Sir Leigh Teabing ini.
Pada teks bahasa sumber, ujaran “It is so late my dear, it’s
early.” mengandung makna bahwa penutur sedang bersikap sarkastik
menyatakan ketidaksukaan. Dia menyatakan bahwa Sophie dan
Langdon tidak saja terlalu larut datang ke rumahnya, bahkan sudah
pagi ketika mereka mengganggu tidur Sir Leigh Teabing, seorang
bangsawan Inggris yang sangat aristokrat dan agak congkak di mata
orang-orang yang harus melayaninya. Penambahan kata “tidak” pada
teks terjemahan bermakna bahwa Teabing tidak keberatan dengan
kedatangan mereka berdua. Ujaran “Ini tidak terlalu larut sayangku,
ini terlalu awal.” Adalah ungkapan simpati kepada lawan bicara.
TDVC/33/246/315 Teks
BSU
He was coming down one stair at a time. “I realize it’s quite late.” “It is so late my dear, it’s early.” He loughed.
BSA Sir Leigh menuruni anak tangga satu demi satu. “Aku tahu ini sudah sangat larut,” sambung Sophie. “Ini tidak terlalu larut sayangku, ini terlalu awal.” Sir Leigh tertawa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
133
Kasus ini menunjukan bahwa pemakaian teknik penambahan
yang tidak berhati-hati bisa berakibat “fatal”. Penambahan bentuk
negasi ini ternyata mengubah daya ilokusi secara agak radikal.
b. Teknik Penghapusan (deletion)
Teknik penghapusan termasuk teknik yang frekuensi
pemakaiannya cukup sering dalam penerjemahan ujaran yang
mengandung implikatur dalam novel The Da Vinci Code ini. Ada
delapan data yang mendapatkan teknik penghapusan.
Teknik penghapusan dipakai penerjemah pada tataran frasa, baik
frasa nomina, frasa kerja, klausa maupun kalimat secara utuh.. Data
yang mendapatkan teknik penghapusan adalah TDVC/07/146/189,
TDVC/26/237/304, TDVC/27/237/305, TDVC/28/238/306,
TDVC/36/262/335, TDVC/57/412/522, TDVC/59/484/615. Karena
pada dasarnya penghapusan adalah proses penghilangan sebagian atau
keseluruhan pesan atas kata, frasa, klausa maupun kalimat, beberapa
penerapan ini mengakibatkan beberapa perubahan makna. Sebuah data
yang mengalami teknik penghapusan ini, misalnya, membuat teks
bahasa sasaran memiliki presupposition yang berbeda dengan teks
bahasa sasarannya.
Data TDVC/26/237/304 adalah percakapan antara Sophie dan
Teabing. Pada data ini, proses penghapusan terjadi pada tataran
kalimat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
134
TDVC/26/237/304
BSU
Sophie stared out at the dark roadway. “If we go to him, how much do you want to tell him?” Langdon looked unconcern. “Believe me. Leigh Teabing knows more about the Priory of Sion and the Holy Grail than anyone on earth.”
BSA Sophie menatap keluar pada jalan gelap. “Jika kita pergi ke orang itu, seberapa banyak kau akan memberi informasi kita?” Langdon tampak tak siap. “Percayalah. Leigh lebih tahu tentang Biarawan Sion dan Holy Grail dibanding siapapun di bumi ini.”
Kalimat “Believe me” yang diucapkan Langdon oleh penerjemah
diterjemahkan “Percayalah.” Penghilangan obyek pada kalimat ini
tetap tidak menghilangkan pesan kalimat ini secara keseluruhan.
Sebaliknya bila proses penerjemahan sebaliknya, dari bahasa
Indonesia ke bahasa Inggris, penerjemah akan harus menambahkan
obyek “me” di belakang kata kerja. Meskipun seandainya penerjemah
memilih menerjemahkan “Percayalah padaku”, kalimat terjemahan ini
akan tetap berterima. Bisa disimpulkan bahwa teknik penghapusan
yang diterapkan penerjemah dalam kasus ini bersifat opsional.
Penghilangan ini juga tidak merubah daya ilokusi ujaran yang
mengandung implikatur ini.
Data berikutnya yang mendapat teknik penghapusan adalah data
TDVC/27/237/305.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
135
TDVC/27/237/305
BSU
“How do you know Teabing isn’t a member of the brotherhood?” “Teabing has spent his life trying to broadcast the truth about the Holy Grail. The Priory’s oath is to keep its true nature hidden.”
BSA “Bagaimana kautahu Teabing bukan anggota persaudaraan?” (Sophie) “Teabing telah menghabiskan hidupnya untuk menyiarkan kebenaran tentang Holy Grail. Anggota Biarawan bersumpah untuk merahasiakannya.” (Langdon)
Tidak seperti pada kasus sebelumnya dimana teknik
penghapusan diterapkan dengan menghilangkan obyek kalimat, pada
data TDVC/27/237/305 penghapusan terjadi pada frasa kata kerja dan
to infinitive. Kalimat “trying to broadcast” diterjemahkan “untuk
menyiarkan.” Penghilangan salah satu unsur frasa ini meskipun tidak
merubah makna secara radikal tapi memberikan pesan yang sedikit
berbeda pada teks bahasa sumber. Makna yang ditimbulkan adalah
bahwa Teabing berusaha untuk menyiarkan kebenaran tentang the
Holy Grail lepas apakah dia berhasil atau tidak. Sedangkan pada teks
bahasa sasaran yang telah mengalami teknik penghapusan, kesan yang
tersampaikan adalah dia sudah mengetahui kebenaran tentang the Holy
Grail. Jadi menurut penulis penghapusan yang diterapkan pada frasa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
136
ini sebenarnya tidak diperlukan. Terjemahan akan lebih akurat bila
tetap mempertahankan pesan aslinya.
Pada frasa “to keep its true nature hidden.” yang diterjemahkan
“bersumpah untuk merahasiakannya” ada proses penghilangan objek
dari separable two-verb idiom. Penghilangan ini dinilai penulis tidak
mengubah pesan secara signifikan. Kata its true nature karena sudah
disebutkan sebelumnya di dalam konteks yang sama mengakibatkan
penghapusannya tidak mengurangi pesan secara signifikan.
Pada kasus tertentu, penghapusan justru dilakukan untuk
memenuhi keberterimaam. Data TDVC/02/008/016 adalah contohnya.
TDVC/02/008/016 Teks
BSU
“I’m sorry,” Langdon said, “but I’m tired and_” “Mais monsieur” the consierge pressed, lowering his voice to an urgent whisper. “Your guest is an impotant man”
BSA “Maaf,” ujar Langdong, “tetapi saya sangat letih dan _” “Mais monsieur,” penerima tamu itu memaksa seraya merendahkan suaranya menjadi bisikan yang mendesak. “Tetapi tamu Anda orang penting”
Teknik penghapusan di sini dilakukan dengan menghilangkan
pesan pluralitas. Frasa “an important man” diterjemahkan menjadi
“orang penting”. Pada teks bahasa sumber ada penanda kata benda
tunggal yang sangat jelas. Meskipun begitu pesan ini tidak
disampaikan dalam teks bahasa sasaran. Penerjemah melakukan ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
137
tentu karena dalam bahasa Indonesia penanda pluralitas kadang tidak
begitu penting.
c. Teknik Eksplisitasi (Explicitation)
Teknik eksplisitasi diterapkan sebanyak delapan kali dalam
penerjemahan ujaran yang mengandung implikatur dalam novel The
Da Vinci Code ini. Teknik ini dipakai untuk memunculkan pesan yang
apabila diterjemahkan secara literal tidak akan tersampaikan. Jadi
berbeda dengan teknik penambahan dimana pesan itu memang tidak
terdapat pada teks bahasa sumber.
Teknik eksplisitasi dipakai penerjemah pada tataran frasa,
terutama frasa kerja, maupun kalimat secara utuh.. Data yang
mendapatkan teknik eksplisitasi adalah TDVC/09/156/202,
TDVC/16/166/215, TDVC/18/179/231, TDVC/23/253/253,
TDVC/25/211/272, TDVC/26/237/304, TDVC/34/247/317,
TDVC/39/267/343, TDVC/54/386/490.
Teknik eksplisitasi dipakai untuk mengeksplisitkan penanda
waktu yang pada teks bahasa sumber bersifat implisit dalam bentuk
tenses. Teknik ini juga membuat kata ganti benda menjadi
referensinya. Pada salah satu kasus bahkan teknik ini mengubah
implikatur menjadi eksplikatur.
Data TDVC/09/156/202 adalah percakapan antara Langdon dan
Sophie. Pada data ini, proses eksplisitasi terjadi pada tataran kalimat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
138
TDVC/09/156/202
BSU
“Do you know what it opens?” Sophie looked disappointed. “I was hoping you knew.”
BSA “Kau tahu ini untuk membuka apa?” Sophie tampak kecewa. “Aku baru saja mengharapkan kau yang tahu.”
Karena bahasa Indonesia/bahasa sasaran tidak mengenal tenses
untuk merekam waktu secara gramatikal maka pesan yang memuat
keterangan waktu ini harus secara eksplisit disampaikan dengan
perangkat leksikal. “I was hoping you knew” diterjemahkan menjadi
“Aku baru saja mengharapkan kau yang tahu”. Tenses kala lampau
dieksplisitkan menjadi “baru saja”. Teknik eksplisitasi dalam kasus ini
bersifat wajib karena tanpanya ada pesan penting yang tidak
tersampaikan. Bentuk kala lampau di atas juga memiliki convensional
implicature bahwa Langdon tidak tahu bagamana cara membuka.
Sebuah bentuk present impossible conditional.
TDVC/25/211/272 Teks
BSU
“Do all the drivers wear Rolex?” the agent asked, pointing to Vernet’s wrist. Vernet glanced down and saw the the glistening band of his absurdly expensive watch peeking out from beneath the sleeve of his jacket. Merde. “This piece of shit? Bought it for twenty
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
139
euro from a Taiwanese street vendor in St Germain des Pres. I’ll sell it to you for forty.”
BSA “Apa semua pengemudi memakai Rolex?” Tanya agen itu sambil menunjuk pergelangan tangan Vernet. Vernet melihat ke bawah dan melihat tali jam yang berkilauan dari jam tangannya yang sangat mahal itu. Silan. “Jam murahan ini? Aku membelinya seharga dua puluh euro dari seorang pedagang kaki lima Taiwan di St. Germain des Pres. Aku mau menjualnya empat puluh euro. Berminat?”
Eksplisitasi pada data TDVC/25/211/272 berfungsi untuk
mengeksplisitkan referen. Frasa “This piece of shit” pada ujaran yang
diucapkan Vernet mengacu pada jam tangan Rolex yang
dikenakannya.
Kalimat “I’ll sell it to you for forty” mengandung implikatur
menawarkan. Implikatur ini pada teks terjemahan menjadi bersifat
eksplikatur. Di sini penerjemah berusaha mengeksplisitkan pesan yang
pada teks bahasa sumber bersifat implisit pada tataran pragmatik.
Tindakan ini mungkin dilakukan penerjemah untuk menghindari tidak
tersampaikannya pesan ini oleh pembaca.
TDVC/39/267/343
BSU
“Did Jesus have girlfriend?” Her grandfather was silent for several moments. “Would be so bad if he did?”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
140
BSA “Apakah Yesus punya kekasih?” Kakeknya terdiam beberapa saat.”Apakah buruk sekali jika dia memang punya kekasih?”
Teknik eksplisitasi juga dipakai oleh penerjemah untuk
mengeksplisitkan bentuk kalimat substitusi. Data TDVC/39/267/343
di atas menunjukan bentuk substitusi “if he did” yang dieksplisitkan
menjadi “jika dia memang punya kekasih”.
d. Teknik Implisitasi (Implicitation)
Kebalikan dari teknik eksplisitasi, Teknik implisitasi dipakai
untuk mengimplisitkan pesan atau informasi yang pada teks bahasa
sumber disampaikan secara eksplisit lewat perangkat leksikal. Subyek
pelaku yang pada teks bahasa sumber eksplisit menjadi hilang karena
konteks percakapan sudah menunjukan siapa pelakunya seperti pada
data TDVC/01/008/016. Teknik ini juga mengimplisitkan penanda
jumlah yang pada teks bahasa sumber disebutkan secara jelas.
Teknik implisitasi dipakai penerjemah pada tataran frasa, klausa
dan kalimat. Teknik implisitasi diterapkan sebanyak lima kali dalam
penerjemahan ujaran yang mengandung implikatur dalam novel The
Da Vinci Code ini. Berbeda dengan teknik penghapusan dimana pesan
yang ada pada teks bahasa sumber dihilangkan begitu saja, teknik
implisitasi tetap mempertahankan pesan dengan cara tersirat pada kata
atau frasa lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
141
Data yang mendapatkan teknik implisitasi adalah
TDVC/01/008/016, TDVC/05/131/172, TDVC/07/146/189,
TDVC/08/149/193, TDVC/42/309/394.
Data TDVC/42/309/394 merupakan Ujaran yang dikatakan
Teabing kepada Langdon dan sophie.
TDVC/42/309/394
BSU
Langdon turned full around and looked at him. “What?” Teabing demanded. “You two can expect to stay in France with the entire judicial police after you. London will be much safer.”
BSA Langdon memutar tubuhnya sepenuhnya ke belakang dan menatap Teabing. “Apa?” tanya Teabing. “Kalian tidak mungkin berada di Perancis dengan seluruh polisi judicial memburu kalian. London jauh lebih aman ”
Implisitasi pada contoh di atas “menghilangkan” kata “two”
yang mengacu pada Langdon dan Sophie yang kemudian muncul pada
kata “kalian” pada teks bahasa sasaran. Kata “you” pada bahasa
Inggris bisa bersifat plural maupun singular, tergantung konteks ketika
kata itu muncul. Keputusan penerjemah untuk memakai kata “kalian”
untuk merangkum sekaligus kata “you” dan “two” merupakan bentuk
efisiensi. “Kalian” dalam bahasa Indonesia/bahasa sasaran bersifat
plural. Dengan demikian pesan “two” pada teks bahasa sumber tidak
dihilangkan tapi muncul dalam bentuk lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
142
e. Teknik modulation (modulation)
Teknik modulasi yang dipakai penerjemah pada terjemahan
ujaran yang mengandung implikatur pada novel The Da Vinci Code ini
diterapkan pada tataran kata/leksikal dan tataran kalimat/gramatikal.
Pada tataran kalimat penerjemah menerapkan teknik modulasi dengan
merubah kalimat pasif menjadi aktif sedangkan pada tataran leksikal
penerjemah merubah nama alat transportasi menjadi jenis
transportasinya. Teknik modulasi adalah teknik yang menerapkan
pergeseran semantik (semantic shift) dengan cara mengubah sudut
pandang baik pada tataran struktural maupun leksikal. Secara umum
teknik ini tidak mengubah aspek pragmatik/daya ilokusi dari setiap
ujaran yang diterjemahkan.
Penerjemah menerapkan teknik modulasi sebanyak lima kali
dalam penerjemahan ujaran yang mengandung implikatur dalam novel
The Da Vinci Code ini. Teknik ini dipakai sebagai sarana untuk
meningkatkan keberterimaan teks terjemahan, misalnya karena dalam
teks bahasa sasaran ekspresi tersebut lebih berterima jika diungkapkan
dalam bentuk aktif dibanding mempertahankan struktur pasif seperti
pada teks bahasa sumber.
Data yang mendapatkan teknik modulasi pada terjemahan ini
adalah TDVC/04/065/090, TDVC/05/131/172, TDVC/19/187/241,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
143
TDVC/47/339/430, TDVC/50/360/456, TDVC/54/386/490
TDVC/55/410/520, TDVC/56/410/523.
TDVC/19/187/241
BSU
“We were worried about you, Bishop,” the priest said, checking his watch and looking more perturbed than worried. “My apologies. Airlines are so unreliable this days”
BSA “Kami mengkhawatirkan Anda , Uskup,” kata pendeta itu, sambil melihat jam tangannya dan lebih tampak gelisah daripada khawatir. “Maafkan saya. Akhir-akhir ini penerbangan tidak dapat dipercaya.”
Pada contoh data TDVC/19/187/241 teknik modulasi diterapkan
dengan mengubah struktur pasif pada teks bahasa sumber menjadi
struktur aktif dalam teks bahasa sasaran. Di sini teknik modulasi
diterapkan secara struktural pada tataran kaimat. Ujaran “We were
worried about you, Bishop,” berubah menjadi bentuk aktif “Kami
mengkhawatirkan Anda, Uskup,”. Dalam kasus ini teknik modulasi
bersifat wajib karena bila tidak diterapkan akan mengubah tingkat
keberterimaan terjemahan secara signifikan.
TDVC/47/339/430
BSU
The pilot glanced over his shoulder and laughed. “You’re joking, right.” “No. I have to get to London immediately.”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
144
“Father, this is a charter flight, not a taxi.”
BSA Pilot itu mengerling lewat bahunya dan tertawa. “Kau bercanda, bukan?” “Tidak. Aku harus ke London segera.” “Bapa, ini pesawat sewaan, bukan taksi.”
Kata “Flight” pada frasa “charter flight” berubah menjadi
“penerbangan” pada frasa “penerbangan sewaan”. Dalam kasus ini
penerjemah merubah nama alat transportasi menjadi jenis
transportasinya sehingga terjadi perubahan sudut pandang pada tataran
leksikal. Seandainya penerjemah tetap mempertahankan referen
dengan menerjemakannya menjadi “pesawat sewaan”, terjemahan ini
tidak akan mengurangi baik keakuratan maupun keberterimaan. Jadi,
pada kasus ini teknik modulasi bersifat opsional.
TDVC/55/410/520
BSU
“Might I ask where this verse come from? And why you are seeking on orb?” “You might ask,” Lagdon said, with a friendly smile, “but it’s a long story and we have very little time.”
BSA Boleh aku bertanya dari mana kalian mendapatkan bait ini? Dan mengapa kalian mencari sebuah bola? (Gettum, penjaga perpustakaan) “Kau boleh bertanya,” kata Langdon dengan senyum ramah,”tetapi ceritanya panjang dan kami tidak punya banyak waktu.”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
145
Pada data ini penerjemah mengubah ujaran positif menjadi
ujaran negatif dengan cara menerapkan kata sifat lawan katanya.
Klausa “we have very little time.” Diterjemahkan menjadi “kami tidak
punya banyak waktu”. Teknik ini menjadi bersifat opsional karena
seandainya tidak diterapkan, misalnya tetap diterjemahkan “Kami
hanya punya sedikit waktu” tidak akan merubah keakuratan maupun
keberterimaan.
f. Teknik Transposisi (Transposition)
Penerjemah menerapkan teknik transposisi pada tataran kata.
Perubahan yang terjadi adalah perubahan kelas kata dari kata benda
menjadi kata sifat, kata benda menjadi kata kerja, kata
keterangan/adverb menjadi kata sifat/adjective serta kata menjadi
frasa.
Teknik transposisi adalah teknik yang menerapkan pergeseran
gramatikal. Disebut pergeseran gramatikal karena terjadi perubahan
unit gramatikal antara teks bahasa sumber dan teks bahasa sasaran.
Perubahan ini bisa terjadi pada kategori kelas kata, pluralitas dan
perubahan struktur gramatikal yang lain.
Teknik transposisi diterapkan sebanyak enam kali dalam
penerjemahan ujaran yang mengandung implikatur dalam novel The
Da Vinci Code ini. Teknik transposisi lebih banyak dipakai sebagai
upaya untuk meningkatkan keberterimaan. Ini dilakukan dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
146
menyesuaikan susunan kata dalam frasa dan perubahan kelas kata agar
sesuai dengan kaidah gramatikal teks bahasa sasaran. Di dalam
penelitian ini tidak ditemukan adanya perubahan daya
ilokusi/pergeseran pragmatis karena penerapan teknik transposisi ini.
Data yang mendapatkan teknik modulasi pada terjemahan ini
adalah TDVC/08/149/193, TDVC/27/237/305, TDVC/30/240/307,
TDVC/37/262/336, TDVC/59/484/615, TDVC/60/484/615.
Teknik transposisi pada data ini diterapkan dengan mengubah
kata keterangan/adverb menjadi kata sifat/adjective. Kata “safely”
pada teks bahasa sasaran berubah menjadi “aman” sehingga klausa
“we’re safely inside the embasy” berubah menjadi “kita aman di dalam
kedutaan besar”. Dalam kasus ini teknik transposisi bersifat wajib
karena bila tidak diterapkan akan mengubah tingkat keberterimaan
terjemahan secara signifikan.
TDVC/08/149/193
BSU
As Sophie gunned the car up Champs-Elysees, Langdon said, “The painting. What was behind it?” Her eyes remained on the road, “I’ll show you once we’re safely inside the embassy”
BSA Ketika Sophie mempercepat laju mobilnya di sepanjang Champs-Elysees, Langdon bertanya, “Lukisan itu. Apa yang ada di belakangnya?” Mata Sophie tetap melihat ke jalan. “Akan kuperlihatkan begitu kita aman di dalam kedutaan besar”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
147
TDVC/27/237/305
BSU
“How do you know Teabing isn’t a member of the brotherhood?” “Teabing has spent his life trying to broadcast the truth about the Holy Grail. The Priory’s oath is to keep its true nature hidden.”
BSA “Bagaimana kautahu Teabing bukan anggota persaudaraan?” (Sophie) “Teabing telah menghabiskan hidupnya untuk menyiarkan kebenaran tentang Holy Grail. Anggota Biarawan bersumpah untuk merahasiakannya.”( Langdon)
Pada data ini teknik transposisi mengubah kata benda menjadi
kata kerja. Ujaran “The Priory’s oath is to keep its true nature
hidden.” diterjemahkan menjadi “Anggota Biarawan bersumpah untuk
merahasiakannya“. Dalam kasus ini teknik transposisi bersifat
opsional karena seandainya kita tetap mempertahankan kata “oath”
sebagai kata benda dalam teks bahasa sasaran, misalnya menjadi
“Sumpah anggota biarawan adalah untuk menjaga kerahasiaannya”
maka ujaran ini tetap akurat dan berterima.
g. Teknik Generalisasi (Generalization)
Teknik generalisasi diterapkan sebanyak tiga kali dalam
penerjemahan ujaran yang mengandung implikatur dalam novel The
Da Vinci Code ini. Teknik ini dipakai penerjemah dengan cara
menggunakan istilah yang lebih general dari sebuah istilah yang lebih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
148
spesifik. Ini dilakukan untuk meningkatkan keberterimaan. Istilah ini
juga bisa dilakukan apabila tidak ada istilah yang lebih spesifik dalam
bahasa sasaran. Di dalam penelitian ini tidak ditemukan adanya
perubahan daya ilokusi/pergeseran pragmatis karena penerapan teknik
generalisasi.
Pada penelitian ini ditemukan teknik generalisasi pada tataran
frasa dari keterangan waktu spesifik ke keterangan waktu yang lebih
general. Data yang mendapatkan teknik modulasi pada terjemahan ini
adalah TDVC/52/373/473, TDVC/58/483/614, TDVC/59/484/615
T
e
k
Teknik generalisasi di sini diterapkan dengan mengubah kata
keterangan/adverb spesifik, “in the morning” menjadi keterangan
waktu yang lebih general, “besok”. Perubahan ini mengurangi tingkat
keakuratan tentunya, meskipun tidak terlalu besar perubahan itu.
TDVC/58/483/614
BSU
“Beyond tonight, will you stay with us?” Sophie asked. “At last for a few days.” Langdon sighed, wanting nothing more.”You need some time here with your family, Sophie. I am going back to Paris in the morning.”
BSA “Kau mau tinggal bersama kami malam ini?” tanya Sophie. “Paling tidak untuk beberapa hari.” Langdon mendesah, tidak mau apa-apa lagi. “Kau memerlukan waktu bersama keluargamu, Sophie. Aku akan kembali e Paris besok. ”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
149
Seandainya penerjemah tetap mempertahankan bentuk spesifik
menjadi “besok pagi” hasil terjemahan akan lebih akurat.
h. Teknik Partikularisasi (Particularization)
Kebalikan dari teknik generalisasi, Teknik partikularisasi
menggunakan istilah yang lebih spesifik untuk menggatikan istilah
yang lebih general. Pada kasus berikut, teknik ini menggantikan
tempat yang lebih general menjadi tempat yang lebih spesifik.
Ada empat data yang ditemukan menggunakan teknik
partikularisasi ini. Pemakaian istilah khusus ini juga bisa dilakukan
apabila tidak ada istilah yang lebih general dalam bahasa sasaran. Di
dalam penelitian ini tidak ditemukan adanya perubahan daya
ilokusi/pergeseran pragmatis karena penerapan teknik partikularisasi.
Pada penelitian ini ditemukan teknik partikularisasi pada tataran
frasa. Data yang mendapatkan teknik modulasi pada terjemahan ini
adalah TDVC/10/157/203, TDVC/11/157/204, TDVC/36/262/335,
dan TDVC/46/403/316
TDVC/10/157/203
BSU
“You must know people. You live here” “Fache will run my phone and email record, task to my coworkers. My contacts are compromised, and finding a hotel is no good because they all need identification.”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
150
BSA “Kau pasti mengenal orang yang dapat menolong kita. Kau tinggal di sini” “Fache pasti akan memeriksa catatan telpon dan emailku dan juga berbicara dengan rekan-rekan kerjaku. Rekan-rekanku tak dapat dipercaya, memesan kamar hotel pun tidak mungkin, karena semua hotel akan meminta identitas tamunya.”
Teknik generalisasi di sini diterapkan dengan mengubah
keterangan tempat general, “a hotel” menjadi keterangan tempat yang
lebih spesifik, “kamar hotel”.
TDVC/36/262/335
BSU
Sophie as if felt the entire night had becaome some kind of twilight zone where nothing was as she expected. “This is all for your work?” “Learning the truth has become my life’s love,” Teabing said. “And Sangreal is my favorite mistress.”
BSA Sophie merasa sepanjang malam ini seolah berada di tengah-tengah antara dunia nyata dan mimpi. Tidak ada satu halpun yang dapat di duganya. “Ini semua untuk pekerjaanmu?” “Mempelajar kebenaran telah menjadi kecintaanku,” kata Teabing. “Dan Sangreal adalah kekasih favoritku.”
Pada data di atas perubahan terjadi pada kata “mistress”, yang
berarti “perempuan” menjadi bentuk yang lebih spesifik, “kekasih”.
Tentu “perempuan” tidak selalu kekasih tapi dalam konteks
percakapan di atas bisa disimpulkan bahwa yang dimaksud mistress
oleh Teabing adalah kekasih dalam pengertian metaforik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
151
i. Teknik Pinjaman Murni (Pure Borrowing)
Teknik pinjaman murni adalah sebuah teknik penerjemahan
dengan cara mengambil istilah yang ada di teks bahasa sumber tanpa
ada perubahan apapun. Pada penelitian ini ditemukan beberapa
kemungkinan alasan penerjemah menggunakan teknik ini. Seting
novel The Da Vinci Code adalah Paris dan London sehingga penulis
banyak sekali merujuk nama tempat, makanan dan juga istilah-istilah
perancis lainnya. Beberapa bentuk sapaan dan ucapan selamat tetap
dipertahankan oleh penerjemah untuk menunjukan atmosfir Perancis.
Di dalam penelitian ini tidak ditemukan adanya perubahan daya
ilokusi/pergeseran pragmatis karena penerapan teknik pinjaman murni.
Ada empat data yang ditemukan menggunakan teknik pinjaman
murni ini. Penerjemah menerapkan teknik ini pada tataran kata, frasa
dan klausa. Data yang mendapatkan teknik pinjaman murni pada
terjemahan ini adalah TDVC/02/008/016, TDVC/38/263/336,
TDVC/41/299/382, TDVC/59/484/615.
TDVC/02/008/016
BSU
“I’m sorry,” Langdon said, “but I’m tired and_” “Mais monsieur” the consierge pressed, lowering his voice to an urgent whisper. “Your guest is an important man”
BSA “Maaf,” ujar Langdong, “tetapi saya sangat letih dan _” “Mais monsieur,” penerima tamu itu memaksa seraya merendahkan suaranya menjadi bisikan yang mendesak. “Tetapi tamu Anda orang penting”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
152
Pemakaian “Mais monsieur” dipertahankan untuk
mempertahankan atmosfir Perancis, dalam hal ini kota Paris, sebagai
seting cerita ini. Barangkali penerjemah bisa menggantikan ujaran ini
dengan “Maaf Pak”. Tapi, ujaran ini tidak memberi efek yang sama
dengan ujaran dalam bentuk Perancis yang mencitrakan bahwa
percakapan ini terjadi di sebuah hotel di Paris.
TDVC/38/263/336
BSU “They’re all men,” she confirmed. “Oh,” Teabing said. “How about the one seated in the place of honor , at the right hand of the Lord”
BSA “Mereka semua laki-laki,” jelas Sophie. ‘Oh,’ kata Teabing. “Bagaimana dengan yang duduk di tempat kehormatan, di sebelah kanan the Lord?”
Penerjemah mempertahankan istilah “the Lord” untuk mengacu
pada Yesus. Ini kemungkinan dilakukan karena penerjemah tidak
menemukan sapaan yang tepat untuk menyebut Yesus dalam konteks
percakapan ini.
j. Teknik Pinjaman Alami (Naturalized Borrowing)
Teknik pinjaman alami adalah sebuah teknik penerjemahan
dengan cara mengambil istilah yang ada di teks bahasa sumber dengan
memakai sedikit perubahan agar sesuai dengan tata aturan bahasa
sasaran. Di dalam penelitian ini tidak ditemukan adanya perubahan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
153
daya ilokusi/pergeseran pragmatis karena penerapan teknik pinjaman
alami.
Dari total 60 data pada penelitian ini hanya satu data yang
teridentifikasi menggunakan teknik pinjaman alami. Penerjemah
menerapkan teknik ini pada tataran kata,
Kata“lottery” pada teks bahasa sumber diterjemahkan menjadi
“lotere” pada teks bahasa sasaran. Sebenarnya bahasa Indonesia
sebagai bahasa sasaran memiliki kata padanan untuk “loterry” yaitu
TDVC/50/360/456
BSU As he gazed out at the sea of weapons aimed at him, he propped himself on his crutches and scratched his head. “Simon, did I win the policemen’s lottery while I was away?” He sounded more bilwerded then concerned. Simon Edward stepped forward, swallowing the frog in his throat. “Good morning, Sir. I apologized for the confusion. We’ve got a gas leak and your pilot said he was coming to the terminal.”
BSA Ketika Leigh melihat banyak senjata mengarah padanya, dia bersandar pada tongkatnya dan menggaruk kepalanya. “Simon, apakah aku memenangkan lotere polisi ketika aku pergi?” Suara Teabing lebih kedengaran bingung daripada takut. Simon Edward melangkah ke depan, mendegut dengan sukar, seperti menelan seekor katak. “Selamat pagi, Pak. Saya mohon maaf karena kebingungan ini. Kami ada kebocoran bahan bakar dan pilot Anda telah setuju untuk menghentikan pesawat di terminal.”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
154
“undian”. Kata “lotere” dipilih karena kata ini sudah cukup berterima
dalam speech community bahasa Indonesia.
k. Teknik Padanan Lazim (Established Equivalence)
Teknik padanan lazim adalah teknik penerjemahan dengan cara
memakai istilah yang dipakai secara resmi dari istilah tehnis di bidang
tertentu sehingga sering disebut terjemahan baku.
Teknik ini sering dipakai pada penerjemahan bidang keilmuan
atau profesi tertentu. Di dalam penelitian ini tidak ditemukan adanya
perubahan daya ilokusi/pergeseran pragmatis karena penerapan teknik
pinjaman murni.
Ada dua data yang menggunakan teknik padanan lazim ini.
Penerjemah menerapkan teknik ini hanya pada tataran kata,. Data yang
mendapatkan teknik padanan lazim pada terjemahan ini adalah
TDVC/21/189/244, TDVC/53/380/482
TDVC/21/189/244
BSU
The secretarious looked tense. “I must say, bishop, all of us would feel less apprehensive if these funds were in cash.” I could lift that much cash, Aringarosa thought closing the case. “Bonds are negotiable as cash, you said so your-self.”
BSA Sekretaris itu tampak tegang. “Saya harus mengatakan, Uskup, kami semua akan merasa lebih aman jika derma ini berupa uang tunai saja.” Aku tidak bisa mengangkat uang sebanyak itu, pikir Aringarosa sambil menutup tas itu, “Surat berharga bisa dinegosiasikan untuk diuangkan. Anda mengatakannya sendiri begitu tadi.”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
155
Kata “bonds” pada teks bahasa sumber diterjemahkan menjadi
“surat berharga” pada teks bahasa sasaran. Sebenarnya surat berharga
meliputi berbagai jenis, jadi di sini penerjemah secara sekaligus
menerapkan teknik generalisasi juga.
TDVC/53/380/482
BSU “Open the safe.” Fache demanded. The pilot looked terrified. “I don’t know the combination!” “”That’s too bad. I was going to offer to let you keep your pilot licence.”
BSA “Buka lemari itu.” Fache meminta. Piot itu tampak ketakutan. “Aku tidak tahu kombinasinya!” “Sayang sekali aku baru saja mau menawarkan agar kau tetap mempunyai ijin terbang.”
Kata “pilot licence” pada teks bahasa sumber diterjemahkan
menjadi “ijin terbang” pada teks bahasa sasaran. Kasus ini hampir
mirip dengan “driving licence ” yang diterjemahkan “surat ijin
mengemudi”.
l. Teknik Literal (Literal)
Teknik literal adalah teknik penerjemahan dengan cara
mengalihkan kata perkata. Teknik ini bisa dilakukan terutama pada
kalimat atau klausa yang sederhana atau pada level frasa maupun kata.
Meskipun terjemahan kata perkata, diperlukan sedikit perubahan untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
156
menyesuaikan dengan kaidah gramatikal bahasa sasaran. Dalam
penelitian ini tidak ditemukan adanya perubahan daya
ilokusi/pergeseran pragmatis karena penerapan teknik literal.
Ada dua belas data yang diidentifikasi menggunakan teknik
literal. Penerjemah menerapkan teknik ini pada tataran kata, frasa dan
klausa dan kalimat. Data yang mendapatkan teknik literal pada
terjemahan ini adalah TDVC/03/019/032, TDVC/12/158/205,
TDVC/13/158/205, TDVC/14/159/206, TDVC/15/164/213,
TDVC/17/179/231, TDVC/20/188/243, TDVC/29/240/307,
TDVC/35/260/333, TDVC/40/399/382, TDVC/43/310/396,
TDVC/48/340/431, TDVC/49/340/431.
TDVC/03/019/032
BSU
“Do you like our piramid?” the agent asked. … “Mitterand was a bold man,” Langdon replied, splitting the difference.
BSA “Anda suka piramid kami?” Tanya agen itu. … “Mitterand itu lelaki yang berani,” jawab Langdon, menghindari perbedaan mereka
Penerjemahan dengan teknik literal pada tataran kalimat ini
menghasilkan terjemahan yang sudah baik. Ini terjadi karena secara
kebetulan kalimat teks bahasa tataran masih berstruktur sederhana
sehingga teknik literal ini sudah cukup untuk mentransfer seluruh
pesan yang ada pada teks bahasa sumber. Ada pesan kala yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
157
memang tidak tersampaikan pada kalimat terjemahan tapi karena
bahasa Indonesia sebagai bahasa sasaran memang tidak mementingkan
kala dalam konstruksi kalimatnya maka kalimat ini sudah cukup baik
dalam menyampaikan pesan teks bahasa sumber.
Kalimat affirmative sederhana pada teks bahasa sumber ini pesan
tersampaikan dengan baik dengan teknik literal.
TDVC/15/164/213
BSU
“Buy us two tickets with your credit card.” (Sophie) “I thought credit card usage could be traced by_” (Langdon) “Exactly” (Sophie)
BSA/01 “Beli dua tiket untuk kita dengan kartu kreditmu” “Kupikir menggunakan kartu kredit akan dapat terlacak_” “Tepat.”
TDVC/12/158/205
BSU
“What are you going to do?” Sophie gunned the Smart Car into the rotary. “Trust me”
BSA “Apa yang akan kau lakukan?” Sophie mengarahka SmartCar ke putaran itu. “Percayalah padaku”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
158
Pada tataran kata teknik literal juga berhasil menyampaikan
pesan dengan baik. Ini terjadi bila bahasa sasaran memiliki padanan
yang cukup tepat menyampaikan makna kata bahasa sumber.
m. Teknik kompensasi (Compensation)
Teknik kompensasi adalah teknik di mana sebuah pesan
tersampaikan pada bagian lain dari teks terjemahan. Teknik
kompensasi bisa bersifat wajib bisa pula bersifat opsional. Di dalam
penelitian ini tidak ditemukan adanya perubahan daya
ilokusi/pergeseran pragmatis karena penerapan teknik pinjaman murni.
Ada satu data yang menggunakan teknik kompensasi ini.
Penerjemah menerapkan teknik ini pada tataran klausa. Data yang
mendapatkan teknik kompensasi pada terjemahan ini adalah
TDVC/31/240/307
TDVC/31/240/307
BSU
“It is a private matter. One of great interest to him.” “Then I’m sure he will be pleased to receive you in the morning.”
BSA “Ini urusan pribadi. Salah satu hal yang sangat menarik perhatiannya.” (Langdon) “Kalau begitu dia pasti akan senang menerima Anda besok pagi.” (Remy)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
159
Klausa “I’m sure” tidak diterjemahkan “saya yakin” pada teks
bahasa sasaran tapi pesan ini terkompensasai pada kata “pasti”.
Sehingga kalimat “Then I’m sure he will be pleased to receive you in
the morning” diterjemahkan menjadi “Kalau begitu dia dia pasti akan
senang menerima Anda besok pagi.”. Perubahan “I’m sure” menjadi
kata “pasti” dalam hal ini bersifat opsional karena tanpa teknik ini pun
sebenarnya terjemahan masih bisa tersampaikan dengan baik misalnya
menjadi “Kalau begitu saya yakin dia akan senang menerima Anda
besok pagi”
3. Tingkat Keakuratan dan Keberterimaan dan Kaitannya
dengan Teknik yang Diterapkan
Penelitian ini mengukur tingkat keakuratan dan tingkat
keberterimaan ujaran yang mengandung implikatur pada terjemahan
novel The Da Vinci Code yang mengacu pada teks bahasa sumber.
Untuk mendapatkan tingkat keakuratan dan keberterimaan dilibatkan
dua orang rater disamping peneliti sendiri. Dua orang rater dilibatkan
dalam penelitian ini supaya didapatkan informasi yang lebih obyektif.
Disamping memberikan kuisener yang menilai tingkat keakuratan dan
keberterimaan, peneliti juga melakukan wawancara dengan para rater
untuk mendapatkan informasi yang lebih detail.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
160
a. Tingkat keakuratan
Keakuratan menyangkut seberapa banyak pesan teks bahasa
sumber tersampaikan ke dalam teks bahasa sasaran. Pada penelitian
ini, tingkat keakuratan tidak hanya dinilai dari pesan yang
tersurat/eksplikatur tapi juga yang tersirat/implikatur. Implikatur
merupakan pesan yang tidak dikatakan dalam sebuah ujaran tetapi
dikomunikasikan oleh si penutur. Petutur atau mitra tutur mendapakan
pesan ini lewat konteks situasi dan pengetahuan bersama/shared
knowledge yang dipahami oleh kedua pelaku tuturan. Penerjemah
seperti, halnya mitra tutur, juga berusaha menangkap pesan implikatur
ini lewat konteks situasi dan keseluruhan isi novel sebagai latar
belakang seluruh peristiwa, termasuk peristiwa tutur dalam novel
tersebut.
Penelitian ini menggunakan tiga skala untuk mengukur tingkat
keakuratan terjemahan ujaran yang mengandung implikatur. Tingkat
tertinggi bernilai 3 yang berarti bahwa pesan implikatur ujaran pada
teks bahasa sumber tersampaikan sepenuhnya kedalam teks bahasa
sasaran, tidak terjadi penyimpangan pesan; 2 berarti pesan implikatur
ujaran pada teks bahasa sumber tidak tersampaikan sepenuhnya dalam
teks bahasa sasaran; dan 1 berarti pesan implikatur ujaran pada teks
bahasa sumber tidak tersampaikan kedalam teks bahasa sasaran,
terjadi penyimpangan pesan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
161
Dari 60 data yang ditemukan sebagian besar mempunyai tingkat
keakuratan yang tinggi. Tingkat keakuratan terjemahan ujaran yang
mengandung implikatur pada novel The Da Vinci Code bernilai 2,86.
Dengan batas atas 3,0 dan batas bawah 1,0, dapat kita simpulkan
bahwa tingkat keakuratan terjemahan cukup tinggi. Berikut ini rincian
masing-masing tingkat keakuratan terjemahan tersebut:
1) Akurat
Dari 60 data terjemahan, ditemukan 43 data, atau 72%, dengan
keakuratan 3.0. Data dengan nilai 3,0 artinya data ini mendapat
masing-masing nilai 3 dari kedua rater dan peneliti. Ini berarti baik
peneliti maupun rater berpendapat bahwa terjemahan ini memiliki
keakuratan tinggi
Berikut ini beberapa contoh data dengan nilai keakuratan 3,0:
Data TDVC/45/314/400, percakapan antara Langdon dan Jonas,
editornya.
TDVC/45/314/400
BSU
“Did you send one to the curator of the Paris Louvre?” “What do you think? Your manuscript referenced his Louvre collection several times, his books are on your bibliography, and the guy has some serious clout for foreign sales, Sauniere was no brainer.”
BSA “Apakah kau mengirimkan satu salinan untuk kurator di Louvre Paris?” (Langdon)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
162
“Menurutmu bagaimana? Naskahmu mengacu pada koleksi Louvrenya beberapa kali, buku-bukunya ada dalam daftar bibliografimu, dan orang itu memiliki pengaruh besar untuk penjualan di luar negeri. Saunire adalah pilihan jelas.” (Jonas Faukman)
Penerjemah menghasilkan terjemahan yang akurat dengan
menerapkan beberapa teknik penerjemahan sekaligus. Pada data di
atas, penerjemah menggunakan teknik padanan lazim pada klausa
“What do you think” yang diterjemahkan menjadi “Menurutmu
bagaimana”. Terjemahan ini tentu lebih tepat dibanding misalnya
“Apa yang kamu pikirkan?”. Terjemahan yang belakang yang lebih
literal justru mengandung pesan yang berbeda. Penerjemah juga
menerapkan teknik eksplisitasi pada frasa “ on your bibliography”
yang diterjemahkan menjadi “dalam daftar bibliografimu”.
Data TDVC/48/340/431 juga memiliki keakuratan 3,0. Kedua
rater dan peneliti memberi skor yang sama, 3. Data ini adalah
percakapan antara pilot dengan uskup Aringrosa di dalam pesawat
sewaan.
TDVC/48/340/431
BSU
The pilot eyed the bishop gold ring. “Real diamonds?” Aringarosa looked at the ring. “I could not possibly part with this.”
BSA Pilot itu menatap cincin uskup itu, “Berlian asli?” Aringarosa menatap cincinnya. “Aku tidak mungkin berpisah dengannya.”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
163
Terjemahan pada data di atas akurat dengan teknik literal.
Teknik literal yang diterapkan pada ujaran-ujaran singkat memang
cenderung menghasilkan terjemahan dengan tingkat keakuratan tinggi.
Pemakaian teknik literal pada ujaran-ujaran pendek dan
menghasilkan terjemahan yang akurat terjadi pada data lain, misalnya
data TDVC/03/019/032 dimana ujaran “Mitterand was a bold man”
diterjemahkan “Mitterand itu lelaki yang berani”
Berikut ini contoh-contoh yang lain:
Data BSU BSA
TDVC/12/158/205 “Trust me” “Percayalah padaku”
TDVC/15/164/213 “Exactly” “Tepat”
TDVC/17/179/231 “Go!” “Jalan!”
TDVC/35/260/333 “Forget about the bank,
Lieutenant!”
“Lupakan bank itu,
Letnan!”
TDVC/40/399/382 “My teacher’s very wise.” “Guruku sangat bijak.”
TDVC/43/310/396 “Remy, you needn’t
worry.”
“Remy, kau tak perlu
kawatir.”
2) Kurang Akurat
Ditemukan 9 data dengan kategori kurang akurat dari 60 data
yang di analisis. Data terjemahan yang termasuk kurang akurat
memiliki skor antara 2’0 sampai 2,6. Skor 2,0 didapatkan pada data
dimana kedua rater dan peneliti masing-masing memberi skor 2,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
164
sementara 2,6 didapatkan pada data dimana salah satu rater memberi
skor 2 sementara yang lain memberi skor 3. Pemakaian teknik
penghapusan (deletion) adalah penyebab utama berkurangnya tingkat
keakuratan ujaran.
Berikut ini beberapa contoh data dengan keakuratan kurang:
Data TDVC/45/314/400 merupakan percakapan antara Silas dan
Suster Sandrine.
TDVC/07/146/189
BSU
The man advanced, his white fists gripping the iron stand. “You’re a sister of the church, and yet you serve them?” “Jesus had but one true message,” Sister Sandrine said defiantly. “I cannot see that message in Opus Dei.”
BSA Lelaki itu maju, kepalan lengan putihnya mencengkeram tempat lilin besi. “Kau suster gereja, tetapi kau mengabdi pada mereka?” “Yesus punya satu pesan yang sejati,” kata Suster Sandrine menantang. “Aku tak melihat pesan itu pada Opus Dei.”
Pada data ini kedua rater dan peneliti memberi skor 2, sehingga
skor rata-rata adalah 2,0. Lewat wawancara, kedua rater dan penulis
sepakat bahwa penghilangan “but” pada teks bahasa sasaran membuat
sedikit perubahan pesan pada teks bahasa sasaran. Teknik
penghapusan (deletion) yang diterapkan penerjemah pada kata “but”
mengubah presupposition ujaran bahasa sasaran. Ujaran “Jesus had
but one true message” pada ujaran di atas mengandung presupposition
bahwa “Yesus hanya punya satu pesan dan tidak punya yang lainnya”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
165
Data TDVC/57/412/522 adalah percakapan antara Silas dan
seorang pendeta Opus Dei. Skor keakuratan terjemahan ujaran ini
adalah 2,6.
Peneliti memberi skor 2, sementara dua rater yang lain memberi
skor 3 karena menganggap terjemahan ujaran ini sudah akurat. Peneliti
memberi skor 2 dengan alasan bahwa penghilangan pesan pada kata
“even” sedikit merubah makna kalimat “You need not even ask.” Yang
berarti tanpa bertanyapun Silas akan mendapatkan tempat yang layak
di markas Opus Dei di New York ini. Makna ini tidak tersampaikan
pada ujaran “Kamu tidak perlu bertanya”, yang mengandung ilokusi
melarang.
TDVC/57/412/522
BSU
Silas nodded. “I am in town only for the day. Might I rest here?” “You need not even ask. There are two empty rooms on the tird floor. Shall I bring you some tea and bread?”
BSA Silas mengangguk. “Aku di kota ini hanya satu hari ini. Boleh aku beristirahat di sini?” “Kau tidak perlu bertanya. Ada dua kamar kosong pada lantai tiga. Mau dibawakan teh dan roti”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
166
3) Tidak Akurat
Ada dua data yang disepakati oleh rater maupun peneliti yang
dianggap memiliki keakuratan rendah. Kedua data itu mendapatkan
skor 1,0.
Data TDVC/05/131/172 merupakan percakapan antara Collet
dan Fache. Terjadi kesalahan menerjemahkan yang ‘fatal’ pada ujaran
yang disampaikan oleh Fache.
TDVC/05/131/172
BSU
“But, captain…then where is Langdon now?” “Have any fire alarms gone off there?”
BSA “Lalu, Kapten…dimana Langdon sekarang” “Apakah alarm kebakaran berbunyi?”
Kalimat “Have any fire alarms gone off there” diterjemahkan
menjadi “Apakah alarm kebakaran berbunyi?” Ada perubahan yang
besar pada terjemahan ujaran ini. Ujaran ini mestinya diterjemahkan
“Apakah alarm kebakaran mati?”
Kasus yang sama terjadi pada data TDVC/33/246/315.
Percakapan ini terjadi antara Sophie dan Sir Leigh Teabing.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
167
TDVC/33/246/315
BSU
He was coming down one stair at a time. “I realize it’s quite late.” “It is so late my dear, it’s early.” He loughed.
BSA Sir Leigh menuruni anak tangga satu demi satu. “Aku tahu ini sudah sangat larut,” sambung Sophie. “Ini tidak terlalu larut sayangku, ini terlalu awal.” Sir Leigh tertawa.
Ujaran “It is so late my dear, it’s early” mestinya diterjemahkan
“Ini sudah sangat larut, bahkan sudah pagi.” Ujaran bersifat mocking
sedangkan “Ini tidak terlalu larut sayang, ini terlalu awal” lebih
bersifat empati meskipun ilokusi tak langsung atau implikaturnya bisa
bersifat sarkastik menyatakan ketidaksukaan.
b. Tingkat keberterimaan
Keberterimaan menilai seberapa tinggi teks terjemahan
memenuhi kaidah bahasa sasaran, baik kaidah gramatikal maupun
kaidah kultural. Keberterimaan tidak bersangkut paut dengan teks
bahasa sumber.
Untuk menilai tingkat keberterimaan terjemahan data penelitian
ini, peneliti menggunakan tiga skala. Terjemahan dengan tingkat
keakuratan tertinggi bernilai 3 yang berarti bahwa teks terjemahan
alamiah dan sesuai dengan kaidah gramatikal dan kultural bahasa
Indonesia. Terjemahan tidak terasa seperti hasil terjemahan; 2,
sebagian teks terjemahan kurang alamiah karena ada kejanggalan pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
168
pilihan kata, bangunan frasa atau kalimat; dan 1 berarti teks
terjemahan tidak alamiah dan terasa janggal sebagai kalimat bahasa
Indonesia karena tidak sesuai dengan kaidah gramatikal dan kultural
bahasa Indonesia. Terjemahan sangat terasa seperti hasil terjemahan.
Tingkat keberterimaan rata-rata terjemahan ujaran pada
penelitian ini bernilai 2,85. Angka ini menunjukan bahwa tingkat
keberterimaan terjemahan ujaran yang mengandung implikatur pada
novel The Da Vinci Code cukup tinggi.
1) Berterima
Ada 46 data dengan tingkat keberterimaan 3.0. Angka 3,0
diperoleh dari rata-rata nilai yang diberikan rater dan peneliti. Ini
berarti baik peneliti maupun rater menganggap bahwa terjemahan ini
memiliki tingkat keberterimaan tinggi. Di bawah ini beberapa contoh
data dengan nilai keberterimaan 3,0.
Data TDVC/06/131/172 adalah percakapan antara Collet dan
atasannya, Fache.
TDVC/06/131/172
BSU
“Okay, Langdong may be still inside the Grand Galery.” “Inside? But what is he doing?” “Is the Louvre security guard armed?”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
169
BSA “Baik, Langdon pasti masih berada di dalam Galery Agung” “Di dalam? Tetapi apa yang dilakukannya?” “Apakah petugas keamanan itu bersenjata?”
Data di atas memiliki keberterimaan tinggi karena baik pilihan
kata maupun tata bahasa sesuai dengan kaidah bahasa sasaran, dalam
hal ini bahasa Indonesia. Kata “security” yang kadang dipakai secara
langsung dengan peminjaman murni dalam percakapan sehari-hari
oleh penerjemah bahkan diganti dengan istilah yang lebih lokal,
“petugas keamanan”. Ujaran bahasa sumber yang berkonstruksi pasif
juga diganti menjadi konstruksi aktif. Teknik modulasi yang
diterapkan penerjemah kelihatannya memberi banyak kontribusi
terhadap tingkat keberterimaan ujaran pada data ini. Kasus yang sama
terjadi juga pada data berikut:
TDVC/47/339/430
BSU
The pilot glanced over his shoulder and laughed. “You’re joking, right.” “No. I have to get to London immediately.” “Father, this is a charter flight, not a taxi.”
BSA Pilot itu mengerling lewat bahunya dan tertawa. “Kau bercanda, bukan?” “Tidak. Aku harus ke London segera.” “Bapa, ini pesawat sewaan, bukan taksi.”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
170
Frasa “a charter flight” diterjemahkan menjadi “pesawat
sewaan” bukan “penerbangan sewaan”. Di dalam bahasa Indonesia,
kita memang lebih suka merujuk pada benda, “pesawat” dibanding
pada proses. Teknik modulasi dalam kasus ini dipakai secara tepat dan
berkontribusi positif pada tingkat keberterimaan.
Meskipun begitu, ada juga beberapa terapan teknik literal yang
menghasilkan terjemahan berterima. Berikut ini beberapa contoh:
Data BSU BSA
TDVC/14/159/206 “Come on we we’re
buying two tickets on the
next train out of Paris.”
“Ayo kita beli dua
tiket kereta api
berikutnya untuk
keluar dari Paris.”
TDVC/15/164/213 “Exactly” “Tepat”
TDVC/17/179/231 “Go!” “Jalan!”
TDVC/40/399/382 “My teacher’s very wise.” “Guruku sangat
bijak.”
2) Kurang Berterima
Ditemukan 13 data dengan skor keberterimaan antara 2,0 dan
2,6. Kisaran skor ini oleh peneliti dimasukan kedalam tingkat
keberterimaan kurang berterima. Skor 2,0 diberikan pada data dimana
kedua rater dan peneliti masing-masing memberi skor 2, sementara 2,6
didapatkan pada data dimana salah satu rater memberi skor 2
sementara yang lain memberi skor 3.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
171
Teknik pinjaman murni menyumbang paling banyak pada
kekurangberterimaan terjemahan ujaran. Di bawah ini beberapa
contohnya.
Data BSU BSA
TDVC/02/008/016
“Mais monsieur” ….
“Your guest is an
impotant man”
“Mais
monsieur,”...”Tetapi
tamu Anda orang
penting”
TDVC/38/263/336
“How about the one
seated in the place of
honor , at the right hand
of the Lord”
“Bagaimana dengan
yang duduk di tempat
kehormatan, di
sebelah kanan the
Lord?”
TDVC/59/484/615 “Well, actually, next
month I am lecturing at a
conference in Florence.
I’ll be there a week
without much to do.”
“Well, bulan depan
aku akan member
ceramah pada sebuah
konferensi di
Florence. Aku akan
berada di sana selama
satu minggu tanpa
banyak kegiatan.”
Pemilihan kata yang tidak tepat dengan konteks juga membuat
terjemahan kurang berterima. Data TDVC/04/065/090 adalah
contohnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
172
TDVC/04/065/090
BSU ”You will treat him with respect?” “A man of faith deserves the highest.”
BSA “Anda akan memperlakukannya dengan hormat?” “Seorang yang percaya berhak mendapatkan yang terbaik.”
Frasa “A man of faith” yang diterjemahkan menjadi “Seorang
yang percaya” menjadi kurang berterima karena dalam konteks
keberagamaan frasa “seorang yang taat” lebih berterima. Meskipun
pada novel ini Silas adalah murid dan bawahan Uskup Aringarosa
yang percaya pada apapun yang dikatakannya tapi orang yang percaya
terus menerus dan tanpa bersikap kritis pada seseorang atau sesuatu
lebih tepat dikatakan “orang yang taat.”
Kekurangberterimaan yang disebabkan oleh konstruksi kalimat
yang tidak lazim ada pada contoh berikut:
TDVC/09/156/202
BSU
“Do you know what it opens?” Sophie looked disappointed. “I was hoping you knew.”
BSA “Kau tahu ini untuk membuka apa?” Sophie tampak kecewa. “Aku baru saja mengharapkan kau yang tahu.”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
173
Ujaran “Aku baru saja mengharapkan kau yang tahu.” adalah
konstruksi yang tidak lazim dalam bahasa Indonesia. Pemakaian
bentuk lampau untuk mengekspresikan sesuatu yang berlawanan
dengan kenyataan, sesuatu yang lazim dalam bahasa Inggris, apabila
diterjemahkan secara literal akan menghasikan ujaran yang
kurang/tidak berterima. Terjemahan alternatif “Kukira kau tahu”,
seperti yang diusulkan salah satu rater dianggap lebih berterima.
Pemakaian kata sapaan yang tidak sesuai konteks juga salah satu
penyebab kekurangberterimaan terjemahan. Data TDVC/31/240/307
adalah contohnya.
P
e
r
Percakapan di atas terjadi antara Langdon dan Remy. Langdon
bersikeras untuk bisa diterima Teabing malam itu juga sementara
Remy, si pelayan puri Villete, juga bersikeras menolak Langdon
karena alasan kesehatan tuannya. Pada data sebelumnya, data
TDVC/29/240/307, kata “he” sudah diterjemahkan secara lebih
TDVC/31/240/307
BSU
“It is a private matter. One of great interest to him.” “Then I’m sure he will be pleased to receive you in the morning.”
BSA “Ini urusan pribadi. Salah satu hal yang sangat menarik perhatiannya.” (Langdon) “Kalau begitu dia dia pasti akan senang menerima Anda besok pagi.” (Remy)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
174
berterima dengan kata “Tuanku”. Penerjemahan dari “he” menjadi
“dia” dianggap kurang berterima karena yang sedang dirujuk Remy
adalah tuannya, Sir Leigh Teabing. Kata “beliau”, selain “tuanku”
akan lebih berterima dalam kultur bahasa sasaran.
3) Tidak Berterima
Sebuah terjemahan dikategorikan tidak berterima apabila tidak
memenuhi kaidah-kaidah bahasa sasaran. Kaidah-kaidah itu meliputi
pilihan kata yang antara lain pemakaian kata yang sudah dianggap
menjadi bagian kosa kata bahasa sasaran serta konstruksi kalimat,
klausa maupun frasa yang sesuai dengan kaidah gramatika bahasa
sasaran. Pada penelitian ini tidak ditemukan ujaran yang tidak
memenuhi kaidah-kaidah di atas secara keseluruhan. Ada satu data
yang memang terdapat perbedaan pandangan antara dua rater dan
peneliti.
TDVC/09/156/202
BSU
“Do you know what it opens?” Sophie looked disappointed. “I was hoping you knew.”
BSA “Kau tahu ini untuk membuka apa?” Sophie tampak kecewa. “Aku baru saja mengharapkan kau yang tahu.”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
175
Ujaran pada data di atas kurang berterima karena memiliki
konstruksi kalimat yang agak tidak lazim meskipun secara gramatikal
tidak bermasalah. Salah seorang rater menganggap ujaran di atas tidak
berterima dengan memberi skor 1. Meskipun begitu menurut penulis
ujaran di atas hanya kurang berterima karena ujaran itu mempunyai
susunan kalimat yang benar, meskipun kita, penutur asli, tidak
menggunakan konstruksi seperti itu.
B. Pembahasan
Pada bagian ini, disajikan pembahasan jenis-jenis implikatur teks
bahasa sumber berdasarkan ilokusinya beserta pergeseran daya
pragmatisnya pada teks bahasa sasaran, teknik-teknik yang digunakan
dalam proses penerjemahan dan pengaruhnya pada daya pragmatis
teks bahasa sasaran serta tingkat keakuratan serta keberterimaan
terjemahan. Pada bagian akhir pembahasan, penulis juga membuat
deskripsi secara umum hubungan antara tiga komponen hasil
penelitian yaitu: teknik penerjemahan, pergeseran daya pragmatis dan
kualitas terjemahan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
176
1. Jenis-Jenis Implikatur dan Pergeseran Daya Pragmatisnya
pada Terjemahan
a. Jenis-Jenis Implikatur dan Maksim-Maksim yang Terlibat
Ujaran yang mengandung implikatur dalam novel The Da Vinci
Code didapatkan pada percakapan antara tokoh-tokoh dalam cerita
tersebut. Proses mendapatkan ujaran yang mengandung implikatur
didasarkan pada interpretasi ketika tindak tutur ujaran bersifat tidak
langsung. Interpretasi didapatkan dari teks/ujaran yang telah
dibenturkan dengan konteks situasi percakapan sehingga makna
tersembunyi ujaran tersebut bisa bervariasi dan pada kasus tertentu
bersifat objektif, tergantung bagaimana interpretan menafsirkan ujaran
tersebut. Seperti yang dikatakan Nadar (2009) bahwa tindak tutur tidak
langsung adalah tuturan yang berbeda dengan modus kalimatnya
sehingga maksud dari tindak tutur tak langsung dapat beragam dan
tergantung pada konteksnya.
Dari analisis data, penulis menemukan empat jenis implikatur
berdasarkan ilokusi tak langsung yang ditimbulkannya dari lima
kategori tindak tutur Searle dalam Leech (1983). Jenis-jenis
implikatur yang ditemukan adalah implikatur asertif, direktif, komisif
dan ekspresif. Penulis tidak menemukan implikatur deklaratif diantara
60 data yang dianalisis. Ini sama dengan yang ditemukan Sri Haryanti
(2001) yang hanya menemukan empat jenis implikatur pada penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
177
tesisnya. Sri Haryanti (2001) tidak menemukan jenis implikatur
deklaratif.
Implikatur yang ditemukan pada penelitian ini berkecenderungan
merupakan ujaran yang memanfaatkan maksim-maksim dari prinsip
kerjasama (PK) yang diproposisikan oleh Grice (1975) dan maksim-
maksim dari prinsip kesantunan (PS) yang diproposisikan oleh Leech
(1993). Maksim-maksim dari prinsip kerjasama yang ditemukan
adalah maksim hubungan, maksim kualitas, maksim kuantitas,
maksim cara. Sementara itu, maksim-maksim dari prinsip kesantunan
yang ditemukan meliputi maksim kearifan, maksim kesepakatan,
maksim simpati dan maksim pujian.
Implikatur asertif merupakan jenis implikatur paling dominan
yang ditemukan penelitian ini. Tindak tutur asertif merupakan tindak
tutur dimana penutur terikat dengan kebenaran proposisi yang
dikatakannya (Searle dalam Leech, 1993:164). Penulis menemukan 47
data atau 78% dari keseluruhan data yang masuk dalam kategori
implikatur ini. Jenis implikatur asertif yang ditemukan pada analisis,
berdasar ilokusi tidak langsungnya ditemukan 16 tindak tutur;
menolak, memohon, menyatakan, memberi informasi, menyatakan
alasan, meyakinkan, menerangkan, membual, menyatakan pendapat,
menyanggah, mengiyakan, menyatakan ketidaksetujuan, menolak
memberi informasi mempersilahkan, mengecam dan menyalahkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
178
Pada implikatur direktif, ada 5 data dengan ilokusi tak langsung
masing-masing: mengajak, memerintah, menyarankan, menawarkan
dan mengingatkan. Tindak tutur direktif adalah tindak tutur yang
bertujuan menghasilkan efek berupa tindakan yang dilakukan mitra
tutur (Searle dalam Leech, 1993:164).
Sementara itu pada implikatur komisif hanya ada data dengan
ilokusi tak langsung berjanji dan mengancam. Tindak tutur ini
mengikat penutur dengan suatu tindakan yang akan dilakukan di masa
depan (Searle dalam Leech, 1993:164).
Penulis juga menemukan 5 jenis ilokusi tak langsung pada
implikatur ekspresif, yaitu menyatakan kekecewaan, menyatakan
keheranan, menyatakan kemarahan, menyatakan ketidaksukaan dan
menggoda. Tindak tutur ekspresif mengungkapkan perasaan atau sikap
mental dari penutur (Searle dalam Leech, 1993:165).
Berikut ini tabel yang menggambarkan jenis implikatur dan
ilokusi tidak langsung yang ditemukan penulis pada ujaran yang
mengandung implikatur novel The Da Vinci Code :
Tabel 2: Implikatur dan Ilokusi Tidak Langsungnya
IMPLIKATUR ILOKUSI TAK LANGSUNG JUMLAH DATA
TOTAL PROSENTASE
Asertif menolak, 10 47 78% memohon, 1
menyatakan, 7 memberi informasi, 6 menyatakan alasan, 2 meyakinkan, 1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
179
menerangkan, 1 membual, 1 menyatakan pendapat, 1 menyanggah, 2 mengiyakan, 5 menyatakan ketidaksetujuan,
3
menolak memberi informasi
3
mempersilahkan, 1 mengecam 1 Menyalahkan 1
Direktif mengajak, 2 6 10% memerintah, 1 menyarankan, 1 menawarkan 1 Mengingatkan 1
Komisif Berjanji 1 2 3%
Mengancam 1 Ekspresif menyatakan
kekecewaan, 1 5 8%
menyatakan keheranan, 1 menyatakan kemarahan, 1 menyatakan ketidaksukaan
2
menggoda.
1
Pada implikatur asertif dengan ilokusi tak langsung menolak dan
memohon hampir keseluruhan implikatur berasal dari ujaran yang
seolah melanggar maksim hubungan untuk memenuhi maksim
kearifan. Ada 10 data (17%) yang mengandung implikatur asertif
dengan ilokusi tak langsung menolak dan 1 data (1,6%) dengan ilokusi
tak langsung memohon. Implikatur asertif dengan ilokusi tak langsung
menyatakan, memberi informasi dan menyatakan alasan, implikatur
didapatkan karena ujaran seolah melanggar maksim hubungan untuk
memenuhi maksim kualitas. Ada 14 data (23%) yang termasuk dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
180
implikatur ini. Implikatur asertif dengan ilokusi tak langsung
meyakinkan cenderung seolah melanggar maksim hubungan dan juga
melanggar maksim kualitas. Pada implikatur asertif dengan ilokusi tak
langsung menyatakan ketidaksetujuan, ujaran cenderung seolah-olah
melanggar maksim hubungan untuk memenuhi maksim simpati.
Implikatur direktif cenderung seolah melanggar maksim hubungan
tanpa memenuhi maksim tertentu atau bisa juga untuk memenuhi
maksim simpati. Karena tindak tutur direktif bertujuan menghasilkan
efek berupa tindakan yang dilakukan mitra tutur (Searle dalam Leech,
1993:164), pada implikatur direktif keras seperti ‘memerintah’
cenderung hanya seolah melanggar maksim hubungan tanpa memenuhi
maksim simpati. Sementara itu pada direktif lunak seperti
‘mengingatkan’ cenderung memenuhi maksim simpati.
Implikatur komisif cenderung melanggar maksim hubungan tanpa
memenuhi maksim yang lain, untuk komisif keras seperti ‘mengancam’,
atau seolah melanggar maksim hubungan untuk memenuhi maksim
kualitas untuk komisif lunak seperti ‘berjanji.’
Implikatur ekspresif memiliki kecenderungan seolah melanggar
maksim hubungan untuk memenuhi maksim pujian atau simpati.
Mengingat tindak tutur ekspresif bersifat mengungkapkan perasaan
atau sikap mental dari penutur (Searle dalam Leech, 1993:165), maka
kecenderungan ini bisa dipahami.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
181
Berikut ini tabel jenis implikatur dengan maksim-maksim yang
terlibat.
Tabel 3: Implikatur dan Maksim-Maksim yang Terlibat Implikatur Ilokusi Tak Langsung No Data
Maksim yang Dilanggar
Maksim yang Dipenuhi
Menolak
01 Hubungan Kearifan 08 Hubungan Kearifan 13 Hubungan Kearifan 29 Hubungan Kearifan 31 Hubungan Kesepakatan 32 Hubungan Kearifan 41 Hubungan - 47 Hubungan Kearifan 49 Hubungan Kearifan 58 Hubungan Kearifan
Memohon 02 Hubungan Kearifan ASERTIF Menyatakan 05 Hubungan Kualitas
06 Hubungan Kualitas 07 Hubungan Kualitas 10 Hubungan - 15 Hubungan - 16 Hubungan Kualitas
34 Kualitas - Memberi informasi 18 Hubungan Kualitas
23 Hubungan Kualitas 27 Hubungan Kualitas 35 Hubungan - 38 Hubungan - 59 Hubungan Kualitas
Menyatakan alasan 21 Hubungan - 28 Hubungan -
Meyakinkan 25 Hubungan Kualitas
-
Menerangkan 26 Hubungan Kuantitas
-
Membual 36 Kuantitas - Menyatakan pendapat 39 Hubungan Kesepakatan Menyanggah 40 Hubungan -
52 Hubungan - Mengiyakan 43 Hubungan Simpati
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
182
44
Hubungan Kuantitas
-
45 Hubungan Kuantitas
-
46 Hubungan Kuantitas
-
60 Hubungan Kuatitas
-
ASERTIF Menyatakan ketidaksetujuan
03 Hubungan Simpati 50 Hubungan Simpati 51 Hubungan Simpati
Menolak memberi informasi
54 Hubungan Kuantitas
-
55 - Kearifan 56 Hubungan
Kuantitas Kualitas
Mempersilahkan 57 Hubungan - Mengecam 20 Hubungan Simpati Menyalahkan 22 Hubungan Simpati Mengajak 14 Hubungan - Memerintah 12 Hubungan 17 Hubungan - DIREKTIF Menyarankan 42 Hubungan - Menawarkan 48 Hubungan
Cara
Mengingatkan 19 Hubungan Kualitas
Simpati
KOMISIF Berjanji 04 Hubungan Kualitas Mengancam 53 Hubungan - Menyatakan kekecewaan 09 Hubungan Pujian Menyatakan keheranan 11 Hubungan Pujian Menyatakan Kemarahan 24 Hubungan Simpati EKSPRESIF Menyatakan
Ketidaksukaan 33 Simpati Kualitas
34 Kualitas - Menggoda 37 Hubungan -
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
183
b. Pergeseran Daya Pragmatis Ujaran Terjemahan
Pergeseran daya pragmatis terjadi apabila teks terjemahan ujaran
yang mengandung implikatur menghasilkan daya ilokusi yang berbeda
dengan teks bahasa sumber. Pergeseran daya pragmatis ujaran
terjemahan merupakan penanda bahwa penerjemah gagal menangkap
pesan dari teks bahasa sumber. Seperti pendapat Baker (1992) bahwa
di dalam penerjemahan apapun yang akan membuat penerjemah
terjatuh pada penyampaian implikatur yang keliru harus diuji dan
disesuaikan dengan perangkat implikatur bahasa sasaran. Penerjemah
harus sangat hati-hati dalam menginterpretasikan makna dari tindak
tutur tidak langsung dari ujaran yang diterjemahkannya.
Secara umum penulis menjumpai daya pragmatis teks
terjemahan sudah sepadan dengan daya pragmatis ujaran pada teks
bahasa sumber. Hanya ada dua data yang menunjukan pergeseran daya
pragmatis pada teks penerjemahan. Pergeseran daya pragmatis ini
terjadi melalui beberapa hal. Perubahan maksim-maksim yang terlibat
dalam sebuah implikatur merupakan penanda penting yang dijumpai
penulis pada pergeseran daya pragmatis. Perubahan presupposition
juga merupakan salah satu pergeseran daya pragmatis barangkali tidak
mengubah tindak tutur ujaran. Beberapa data dalam penelitian ini
mengalami pergeseran pragmatis karena beberapa sebab.
Pergeseran pragmatis antara lain terjadi karena penambahan
bentuk negasi yang tidak tepat sehingga daya ilokusi tak langsung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
184
ujaran terjemahan berbeda dengan ujaran teks bahasa sumber. Penulis
menduga hal ini terjadi karena karena proses penerjemahan yang
kurang cermat. “Kecelakaan ini” terjadi pada two word verb yang
barangkali merupakan sebuah kesalahan kecil karena ketidakhati-
hatian penerjemah. Ini membuktikan bahwa meskipun makna tidak
cukup tersampaikan oleh kata perkata dan struktur gramatika yang
menyusunnya tapi penerjemah tidak boleh mengabaikan makna pada
tataran ini. ‘Mistranslation’ pada tataran kata dan gramatika pada teks
bahasa sumber mungkin akan mempengaruhi makna implikatur pada
bahasa sumber (Baker, 1992:229).
Perubahan pesan dari tersurat menjadi tersirat juga merupakan
salah satu fenomena yang ditemui dalam penelitian ini. Tindak tutur
tidak langsung yang tersirat pada teks bahasa sumber menjadi tindak
tutur langsung yang tersampaikan secara eksplisit pada teks bahasa
sasaran.
2. Teknik Penerjemahan dan Pergeseran Daya Pragmatis yang
Diakibatkannya
Meskipun secara umum hasil terjemahan menunjukan pemakaian
teknik penerjemahan yang tepat, dari analisis data, penulis menjumpai
beberapa teknik penerjemahan yang mengakibatkan pergeseran daya
pragmatis pada terjemahan ujaran. Seperti yang dikatakan Molina &
Albir (2002) bahwa teknik penerjemahan berdampak pada hasil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
185
terjemahan dan bersifat fungsional. Kekurangcermatan penerjemah
dalam memahami makna ujaran berakibat pada kesalahan
menginterpretasikan pesan implikatur ujaran. Hal ini penulis jumpai
pada data dengan percakapan yang perlu pemahaman yang lebih hati-
hati karena ujaran, yang berupa respon, sepertinya tidak gayut dengan
ujaran dari mitra tutur. Di sinilah sebenarnya hakikat implikatur, yaitu
ujaran yang ‘Floathing the maxim’. Teknik penerjemahan, dengan
demikian, pada dasarnya adalah alat yang dipakai oleh penerjemah
dalam rangka menyampaikan pesan secara tepat.
Berdasar analisis teknik di atas, ditemukan 13 teknik yang
digunakan penerjemah dengan frekuensi penerapan tiap-tiap teknik
yang berbeda. Beberapa teknik dipakai secara lebih sering dibanding
teknik yang lain. Teknik-teknik yang diterapkan dengan frekuensi
sangat tinggi antara lain teknik literal, modulasi dan eksplisitasi.
Sebaliknya, teknik pinjaman alami dan kompensasi sangat jarang
digunakan; masing-masing diterapkan hanya satu kali dari keseluruhan
kasus.
Pada sebuah data, yang berupa ujaran, ditemukan lebih dari satu
teknik yang diterapkan. Beberapa data bahkan mendapatkan terapan
teknik lebih dari tiga sekaligus. Ini membuktikan bahwa untuk
mencapai keakuratan dan keberterimaan, seorang penerjemah
memerlukan banyak teknik penerjemahan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
186
Teknik literal merupakan teknik yang paling banyak dipakai
penerjemah pada ujaran yang mengandung implikatur novel The Da
Vinci Code ini. Peneliti menemukan 12 data (20%) yang diidentifikasi
menggunakan teknik literal. Penerjemah menerapkan teknik ini pada
tataran kata, frasa dan klausa dan kalimat. Pada anaisis data peneliti
menemukan bahwa teknik literal diterapkan pada beberapa tataran;
frasa, klausa dan kalimat. Seperti yang sudah diduga sebelumnya
bahwa teknik literal memungkinkan untuk diterapkan bila tidak ada
perbedaan yang cukup besar pada kaidah gramatikal bahasa sumber
dan bahasa sasaran. Ini memungkinkan terjadi pada penerjemahan
unit-unit kalimat atau klausa yang sederhana.
Beberapa ujaran yang diterjemahkan dengan teknik literal masih
dijumpai beberapa perubahan untuk menyesuaikan dengan kaidah
gramatikal bahasa sasaran. Ini terjadi misalnya pada frasa nominal
dimana ada perubahan letak kata sifat pada bahasa sasaran serta
penghilangan artikel sebagai penanda bentuk tunggal yang dalam
bahasa Indonesia penanda pluralitas ini tidak dianggap penting.
Penerjemahan dengan teknik literal dalam penelitian ini tidak
ditemukan adanya perubahan daya ilokusi/pergeseran pragmatis.
Teknik penghapusan adalah teknik kedua yang diterapkan paling
banyak oleh penerjemah. Ada 9 data (15%) yang ditemukan
menggunakan teknik ini. Teknik ini diterapkan pada tataran frasa, baik
frasa nomina, frasa kerja, klausa maupun kalimat. Teknik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
187
penghapusan diterapkan dengan menghilangkan sebagian atau
keseluruhan pesan atas kata, frasa, klausa maupun kalimat, Pada
penelitian ini memang tidak ditemukan penghapusan pada keseluruhan
klausa ataupun kalimat. Hanya sebagian kata dari sebuah frasa atau
klausa saja yang mengalami penghilangan. Pada sebagian kasus
penggunaan teknik penghapusan tidak merubah pesan teks bahasa
sumber. Penghapusan ini justru dilakukan untuk mempertinggi tingkat
keberterimaan teks bahasa sasaran. Ini terjadi misalkan pada
penghapusan artikel penanda kata benda tunggal maupun bentuk “s”
sebagai penanda pluralitas. Bahasa Indonesia memang pada tataran
tertentu tidak begitu mementingkan pluralitas. Pada kasus yang lain
terjadi perubahan makna meskipun tidak terlalu signifikan. Dalam
kasus seperti ini memang penghapusan sebaiknya tidak dilakukan agar
keakuratan teks terjemahan bisa tetap maksimal.
Meskipun begitu, penerapan teknik penghapusan pada beberapa
kasus mengakibatkan perubahan makna. Penghilangan kata tertentu
pada tataran kalimat teks bahasa sasaran mengubah presupposition
ujaran sehingga terjadi sedikit pergeseran makna.
Teknik eksplisitasi termasuk teknik penerjemahan yang dipakai
dengan frekuensi tinggi dalam penelitian ini. Ada 9 data (15%) yang
ditemukan menggunakan teknik ini. Teknik eksplisitasi dipakai
penerjemah pada tataran frasa, terutama frasa kerja, maupun kalimat.
Teknik ini dipakai untuk mengeksplisitkan pesan yang apabila
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
188
diterjemahkan secara apa adanya tidak akan tersampaikan. Jadi
berbeda dengan teknik penambahan dimana pesan itu memang tidak
terdapat pada teks bahasa sumber.
Dari pengamatan peneliti, teknik ini dipakai dalam berbagai
kasus. Teknik eksplisitasi dipakai untuk mengeksplisitkan penanda
waktu yang pada teks bahasa sumber bersifat implisit dalam bentuk
tenses. Ini tentu dilakukan karena bahasa Indonesia, sebagai bahasa
sasaran dalam proses penerjemahan ini, tidak mengenal tenses untuk
merekam waktu secara gramatikal sehingga pesan yang memuat
keterangan waktu ini harus disampaikan melalui perangkat leksikal.
Teknik ini juga diterapkan dengan membuat kata ganti benda menjadi
referensinya. Pada salah satu kasus bahkan teknik ini mengubah
implikatur menjadi eksplikatur. Penerjemah mengeksplisitkan ilokusi
tak langsung menjadi ilokusi langsung. Tindakan ini mungkin
dilakukan penerjemah untuk menghindari tidak tersampaikannya
pesan ini oleh pembaca. Pada kasus yang lain penerjemah menerapkan
teknik ini untuk mengeksplisitkan bentuk substitusi. Kalimat dengan
bentuk substitusi berubah menjadi kalimat biasa.
Teknik modulasi dalam penelitian ini diterapkan pada tataran
kata/leksikal dan tataran kalimat/gramatikal. Ada 13 data (22%) yang
ditemukan menggunakan teknik modulasi. Teknik modulasi adalah
teknik yang memanfaatkan pergeseran semantik. Pergeseran semantik
terjadi karena perubahan sudut pandang baik pada tataran struktural
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
189
maupun leksikal (Molina & Albir, 2002:510). Berdasarkan analisis
data yang dilakukan peneliti, teknik ini tidak mengubah daya ilokusi
dari setiap ujaran yang diterjemahkan.
Ada beberapa bentuk penerapan teknik ini yang diamati peneliti.
Teknik ini antara lain diterapkan dengan merubah kalimat pasif
menjadi aktif. Pada tataran leksikal penerjemah menerapkan teknik ini
dengan merubah sudut pandang dari sebuah referen. Pada penerapan
yang bersifat obligatif, teknik modulasi dipakai untuk memperbaiki
tingkat keberterimaan teks terjemahan, misalnya karena dalam teks
bahasa sasaran konstruksi aktif lebih berterima dibanding struktur
pasif seperti pada teks bahasa sumber. Meskipun begitu, pada
beberapa kasus teknik modulasi bersifat opsional. Ini misalnya terjadi
pada perubahan ujaran positif menjadi ujaran negatif dengan cara
menerapkan lawan kata dari kata sifatnya.
Teknik transposisi merupakan salah satu teknik yang banyak
dipakai pada penerjemahan ujaran yang mengandung implikatur Novel
The Da Vinci Code ini. Ada 7 data (12%) ditemukan menggunakan
teknik transposisi. Pada teknik transposisi terjadi pergeseran kategori
gramatikal (Molina & Albir, 2002:511). Pergeseran gramatikal ini
bermanifestasi pada perubahan unit gramatikal dan hal ini bisa terjadi
pada kategori kelas kata, pluralitas dan perubahan struktur gramatikal
yang lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
190
Pada penelitian ini peneliti menjumpai bahwa teknik transposisi
banyak diterapkan pada tataran kata. Penerapan teknik ini berakibat
pada perubahan kelas kata dari kata benda menjadi kata sifat, kata
benda menjadi kata kerja, kata keterangan/adverb menjadi kata
sifat/adjective serta kata menjadi frasa.
Penerjemah menggunakan teknik transposisi untuk
meningkatkan keberterimaan. Penerjemah menyesuaikan susunan kata
dalam frasa dan perubahan kelas kata agar sesuai dengan kaidah
gramatikal teks bahasa sasaran. Sebagai bahasa yang sudah banyak
dipakai pada media, bahasa Inggris lebih cenderung memakai bentuk-
bentuk kata benda dibanding kata sifat misalnya. Ini berakibat
penerjemah perlu menyesuaikannya ke dalam bahasa Indonesia
sebagai bahasa yang lebih “cair” dengan mengubahnya menjadi lebih
banyak memakai kata sifat untuk kata sifat yang dalam bahasa Inggris
dibendakan. Pergeseran-pergeseran ini tidak mengakibatkan
perubahan daya ilokusi/pergeseran pragmatis.
Pada beberapa kasus transposisi bersifat obligatif karena bila
tidak diterapkan akan mengurangi tingkat keberterimaan terjemahan
secara signifikan. Sementara itu pada beberapa kasus yang lain teknik
ini bersifat opsional karena penerapannya tidak merubah keakuratan
dan keberterimaan terjemahan.
Teknik implisitasi dipakai untuk mengimplisitkan pesan atau
informasi yang pada teks bahasa sumbernya disampaikan secara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
191
eksplisit lewat perangkat leksikal. Ini merupakan kebalikan dari teknik
eksplisitasi. Pada analisis data misalkan peneliti menjumpai subyek
pelaku yang pada teks bahasa sumber eksplisit menjadi implisit. Pada
kasus ini, “penghilangan” ini terjadi karena konteks situasi dimana
percakapan itu berlangsung sudah menunjukan siapa pelakunya.
Teknik ini juga mengimplisitkan penanda jumlah yang pada teks
bahasa sumber disebutkan secara jelas. Teknik ini dipakai penerjemah
pada tataran frasa, klausa dan kalimat. Tidak seperti pada teknik
penghapusan dimana pesan yang ada pada teks bahasa sumber
dihilangkan begitu saja, pada teknik implisitasi pesan tetap
dipertahankan, hanya pesan itu tersirat pada kata atau frasa. Pesan itu
pada teks bahasa sumber tidak dihilangkan tapi muncul dalam bentuk
lain.
Pemakaian teknik penambahan terjadi pada tataran frasa dan
klausa. Sebagian besar teknik penambahan yang diterapkan oleh
penerjemah bersifat opsional karena tidak mengubah daya ilokusi
ujaran teks bahasa sasaran. Meskipun begitu, ada satu data yang
pemakaian teknik penambahannya mengakibatkan perubahan daya
ilokusi ujaran terjemahan. Kasus ini menunjukan bahwa pemakaian
teknik penambahan yang tidak berhati-hati bisa berakibat buruk.
Penambahan bentuk negasi ini ternyata mengubah daya ilokusi secara
agak radikal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
192
Teknik partikularisai diterapkan dengan menggunakan istilah
yang lebih spesifik atau lebih kongkrit (Molina & Albir (2002:510).
Ada 4 data (7%) yang ditemukan menggunakan teknik ini. Istilah yang
lebih spesifik ini digunakan untuk menggantikan istilah yang lebih
general, kebalikan dari teknik generalisasi. Pada penelitian ini
penerjemah menerapkan teknik partikularisasi pada tataran frasa.
Pemakaian istilah yang lebih spesifik ini dilakukan karena tidak ada
istilah yang lebih general dalam bahasa sasaran. Teknik partikularisasi
di sini diterapkan dengan mengubah keterangan tempat yang lebih
umum menjadi keterangan tempat yang lebih spesifik. Perubahan dari
general ke bentuk spesifik kadang juga menghasilkan terjemahan yang
lebih mengena. Di dalam penelitian ini tidak ditemukan adanya
perubahan daya ilokusi/pergeseran pragmatis karena penerapan teknik
partikularisasi..
Teknik pinjaman murni diterapkan dengan cara memakai istilah
teks bahasa sumber tanpa melakukan lokalisasi dan tanpa ada
perubahan apapun. Sebuah teknik mengambil kata atau ekspresi dari
bahasa lain tanpa ada perubahan (Molina & Albir, 2002:510). Ada 5
data (8%) yang ditemukan menggunakan teknik ini. Pemakaian teknik
ini dilakukan karena beberapa alasan. Yang pertama yang ditemukan
peneliti adalah untuk mempertahankan atmosfir latar belakang tempat
di mana cerita ini berlangsung. Novel ini berseting di Paris dan
London dan penulis banyak sekali merujuk nama dan istilah-istilah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
193
berbahasa perancis. Penerjemah mempertahankan bentuk sapaan dan
ucapan selamat untuk mempertahankan atmosfir Perancis. Di dalam
penelitian ini tidak ditemukan adanya perubahan daya
ilokusi/pergeseran pragmatis karena penerapan teknik pinjaman murni.
Teknik generalisasi dipakai penerjemah dengan menggunakan
istilah yang lebih general dari sebuah istilah yang lebih spesifik,
kebalikan dari teknik partikularisasi. Menurut Molina & Albir (2002),
teknik generalisasi adalah teknik yang menggunakan istilah yang lebih
general atau istilah yang lebih netral. Ada 3 data (5%) yang ditemukan
menggunakan teknik ini. Berdasarkan pengamatan peneliti, pada
kasus-kasus dalam penelitian ini, teknik ini dilakukan untuk
meningkatkan keberterimaan. Pada kasus yang berbeda teknik ini juga
bisa dilakukan apabila tidak ada istilah yang lebih spesifik dalam
bahasa sasaran. Pada penelitian ini ditemukan teknik generalisasi pada
tataran frasa dari keterangan waktu spesifik menjadi keterangan waktu
yang lebih general. Di dalam penelitian ini tidak ditemukan adanya
perubahan daya ilokusi/pergeseran pragmatis karena penerapan teknik
generalisasi.
Penerjemah menerapkan teknik padanan lazim hanya pada
tataran kata. Teknik padanan lazim adalah teknik penerjemahan
dengan cara memakai istilah yang dipakai secara resmi dari istilah
teknis di bidang tertentu. Menurut Molina & Albir, teknik padanan
lazim (establishe equivalence) adalah teknik dengan menggunakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
194
istilah atau ekspresi yang sudah dikenal sebagai padanannya pada
bahasa sasaran. Ada 3 data (5%) yang ditemukan menggunakan teknik
ini. Kata “bonds”, misalnya, diterjemahkan menjadi “surat berharga”
pada teks bahasa sasaran. Kata “pilot licence” sumber diterjemahkan
menjadi “ijin terbang”. Di dalam penelitian ini tidak ditemukan adanya
perubahan daya ilokusi/pergeseran pragmatis karena penerapan teknik
generalisasi.
Berbeda dengan teknik pinjaman murni dimana istilah yang
dipinjam tidak mengalami lokalisasi, teknik pinjaman alami adalah
sebuah teknik penerjemahan dengan cara mengambil istilah yang ada
di teks bahasa sumber dengan memakai sedikit perubahan agar sesuai
dengan tata aturan bahasa sasaran. Hanya satu data (2%) yang
teridentifikasi menggunakan teknik pinjaman alami. Penerjemah
menerapkan teknik ini pada tataran kata dan meskipun kata pinjaman
itu sudah cukup berterima dalam bahasa Indonesia tapi sebenarnya
bahasa Indonesia sudah memiliki kata padanannya. Penerapan teknik
pinjaman alami di dalam penelitian ini tidak mengakibatkan perubahan
daya ilokusi/pergeseran pragmatis.
Teknik kompensasi adalah teknik di mana sebuah pesan
tersampaikan pada bagian lain dari teks terjemahan. Menurut Molina
& Albir (2002), teknik kompensasi adalah teknik penerjemahan
dengan memberikan informasi/pesan atau efek stilistika teks bahasa
sumber di bagian yang berbeda pada teks bahasa sasaran karena pesan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
195
itu tidak mungkin berada ditempat yang sama seperti teks bahasa
sumber. Hanya ada satu data (2%) yang ditemukan menggunakan
teknik ini. Penerjemah menerapkan teknik ini pada tataran klausa.
Teknik kompensasi bisa bersifat wajib bisa pula bersifat opsional.
Kasus dalam penelitian ini, teknik kompensasi yang diterapkan
bersifat opsional karena tanpa teknik ini pun sebenarnya terjemahan
masih bisa tersampaikan dengan baik. Di dalam penelitian ini tidak
ditemukan adanya perubahan daya ilokusi/pergeseran pragmatis
karena penerapan teknik pinjaman murni.
Berikut ini sajian relasi antara teknik penerjemahan yang
diterapkan dengan pergeseran daya pragmatis:
Tabel : Teknik Penerjemahan dan Pergeseran daya Pragmatis
Implikatur No Data
Teknik Penerjemahan
Pergeseran Daya Pragmatis
01 Penambahan implisitasi
Tdk bergeser
08 Implisitasi Transposisi
Tdk bergeser
13 Literal Tdk bergeser 29 Literal Tdk bergeser 31 Kompensasi Tdk bergeser 32 Penambahan Tdk bergeser 41 Pinjaman Murni Tdk bergeser 47 Modulasi Tdk bergeser 49 Literal Tdk bergeser 58 Generalisasi Tdk bergeser 02 Penghapusan Tdk bergeser Asertif 05 Implisitasi
Modulasi Bergeser
06 Implisitasi Modulasi
Tdk bergeser
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
196
07 Penghapusan Implisitasi
Tdk bergeser
10 Penambahan Partikularisasi
Tdk bergeser
15 Literal Tdk bergeser 16 Eksplisitasi Tdk bergeser 34 Eksplisitasi Tdk bergeser 18 Eksplisitasi Tdk bergeser 23 Eksplisitasi Tdk bergeser 27 Penghapusan
Transposisi Tdk bergeser
35 Literal Tdk bergeser 38 Pinjaman Murni Tdk bergeser 59 Penghapusan
Transposisi Generalisasi Pinjaman Murni
Tdk bergeser
21 Padanan Lazim Tdk bergeser 28 Penghapusan Tdk bergeser 25 Eksplisitasi Tdk bergeser 26 Penghapusan Tdk bergeser 36 Penghapusan
Partikularisasi Tdk bergeser
39 Eksplisitasi Tdk bergeser 40 Literal Tdk bergeser 52 Generalisasi Tdk bergeser 43 Literal Tdk bergeser 44 Modulasi Tdk bergeser 45 Eksplisitasi
Padanan Lazim Tdk bergeser
46 Partikularisasi Tdk bergeser 60 Transposisi Tdk bergeser 03 Penghapusan
Literal Tdk bergeser
50 Modulasi Pinjaman Alami
Tdk bergeser
51 Modulasi Tdk bergeser 54 Eksplisitasi
Modulasi Tdk bergeser
55 Modulasi Tdk bergeser 56 Modulasi Tdk bergeser 57 Penghapusan Tdk bergeser 20 Literal Tdk bergeser 22 Penambahan
Modulasi Tdk bergeser
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
197
14 Literal Tdk bergeser 17 Literal Tdk bergeser Direktif 42 Implisitasi Tdk bergeser 48 Literal Tdk bergeser 19 Modulasi Tdk bergeser Komisif 04 Modulasi Tdk bergeser 53 Padanan Lazim Tdk bergeser 09 Eksplisitasi Tdk bergeser 11 Partikularisasi Tdk bergeser Ekspresif 24 Penambahan
Penghapusan Tdk bergeser
33 Penambahan Bergeser 34 Eksplisitasi Tdk bergeser 37 Transposisi Tdk bergeser
3. Tingkat Keakuratan dan Keberterimaan dan Kaitannya
dengan Teknik yang Diterapkan
Secara umum bisa ditarik kesimpulan bahwa kualitas
terjemahan, dalam hal ini keakuratan dan keberterimaan ujaran yang
mengandung implikatur pada novel The Da Vinci Code adalah tinggi.
Teknik-teknik penerjemahan yang diterapkan penerjemah
menyumbang pada tingginya tingkat keakuratan dan keberterimaan
teks terjemahan karena secara umum teknik-teknik tersebut diterapkan
secara tepat. Seperti yang disampaikan Molina & Albir (2002) bahwa
teknik penerjemahan akan berdampak pada hasil terjemahan.
a. Tingkat Keakuratan
Tingkat keakuratan terjemahan ujaran yang mengandung
implikatur pada novel The Da Vinci Code bernilai 2,86. Nilai rata-rata
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
198
ini menunjukan bahwa secara umum tingkat keakuratan terjemahan
cukup tinggi; 43 dari 60 data atau 72% data mendapat nilai tertinggi
baik dari kedua rater maupun peneliti. Kenyataan diatas memberi
gambaran bahwa terjemahan ini memiliki keakuratan tinggi secara
obyektif.
Tingginya angka keakuratan ini karena diterapkannya beberapa
teknik sekaligus dalam sebuah ujaran. Teknik literal, yang paling
banyak diterapkan pada penerjemahan ini, menyumbangkan tingginya
angka keakuratan ini. Ini terjadi terutama pada ujaran-ujaran yang
singkat dengan tata gramatika yang sederhana. Teknik padanan lazim
pada klausa juga menyumbangkan tingkat keakuratan penerjemahan
ujaran karena beberapa klausa menjadi tidak akurat apabila
menggunakan teknik literal
Pemakaian teknik penghapusan (deletion) penyebab utama
berkurangnya tingkat keakuratan ujaran. Penurunan tingkat keakuratan
pada teknik penghapusan ini terjadi karena perubahan presupposition
ujaran sehingga terjadi sedikit perubahan pesan pada teks bahasa
sasaran. Penggunaan teknik ini juga menyebabkan perubahan daya
ilokusi tak langsung ujaran.
Beberapa terjemahan yang mendapatkan teknik penambahan
juga mengakibatkan ujaran terjemahan memiliki pesan yang berbeda.
Penambahan bentuk negasi membuat beberapa ujaran terjemahan
memiliki ilokusi tak langsung yang berbeda dengan ujaran bahasa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
199
sumbernya. Berikut ini tabel yang menunjukan hubungan antara
keakuratan dengan teknik-teknik yang diterapkan.
Tabel 5 : Keakuratan dan Teknik penerjemahan yang Diterapkan
KEAKURATAN % DATA Skor TEKNIK 78% TDVC/01/008/016 3,0 Penambahan
Implisitasi TDVC/02/008/016
3,0 Penghapusan
Pinjaman Murni DVC/06/131/172
3,0 Implisitasi
Modulasi TDVC/09/156/202 3,0 Eksplisitasi TDVC/11/157/204 3,0 Partikularisasi TDVC/12/158/205 3,0 Literal TDVC/13/158/205 3,0 Literal TDVC/14/159/206 3,0 Literal TDVC/15/164/213 3,0 Literal TDVC/16/166/215 3,0 Eksplisitasi TDVC/17/179/231 3,0 Literal TDVC/18/179/231 3,0 Eksplisitasi TDVC/19/187/241 3,0 Modulasi TDVC/20/188/243 3,0 Literal TDVC/21/189/244 3,0 Padanan Lazim TDVC/22/193/249 3,0 Penambahan
Modulasi TDVC/23/253/253 3,0 Eksplisitasi TDVC/24/197/254
3,0 Penambahan
Penghapusan TDVC/25/211/272 3,0 Eksplisitasi TDVC/26/237/304 3,0 Penghapusan TDVC/27/237/305 3,0 Penghapusan
Transposisi TDVC/29/240/307 3,0 Literal TDVC/30/240/307 3,0 Transposisi TDVC/31/240/307 3,0 Kompensasi TDVC/32/240/307 3,0 Penambahan TDVC/35/260/333 3,0 Literal TDVC/36/262/335 3,0 Penghapusan
Partikularisasi Akurat TDVC/37/262/336 3,0 Transposisi TDVC/38/263/336 3,0 Pinjaman Murni TDVC/39/267/343 3,0 Eksplisitasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
200
TDVC/40/399/382 3,0 Literal TDVC/41/299/382 3,0 Pinjaman Murni TDVC/42/309/394 3,0 Implisitasi TDVC/43/310/396 3,0 Literal TDVC/44/314/400 3,0 Modulasi TDVC/45/314/400
3,0 Eksplisitasi
Padanan Lazim TDVC/46/403/316 3,0 Partikularisasi TDVC/47/339/430 3,0 Modulasi TDVC/48/340/431 3,0 Literal TDVC/49/340/431 3,0 Literal TDVC/50/360/456 3,0 Modulasi
Pinjaman Alami TDVC/51/361/456 3,0 Modulasi TDVC/53/380/482 3,0 Padanan Lazim TDVC/54/386/490 3,0 Eksplisitasi
Modulasi TDVC/55/410/520 3,0 Modulasi TDVC/56/410/523 3,0 Modulasi TDVC/58/483/614 3,0 Generalisasi TDVC/59/484/615 3,0 Penghapusan
Transposisi Generalisasi Pinjaman Murni
TDVC/60/484/615 3,0 Transposisi 15% TDVC/03/019/032
2,6 Penghapusan
Literal TDVC/04/065/090 2,6 Modulasi TDVC/08/149/193 2,6 Implisitasi
Transposisi TDVC/10/157/203 2,6 Penambahan
Partikularisasi Kurang Akurat TDVC/28/238/306 2,6 Penghapusan TDVC/34/247/317 2,6 Eksplisitasi TDVC/52/373/473 2,6 Generalisasi TDVC/57/412/522 2,6 Penghapusan TDVC/07/146/189 2,0 Penghapusan
Implisitasi Tidak Akurat 3% TDVC/05/131/172 1,0 Implisitasi
Modulasi TDVC/33/246/315 1,0 Penambahan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
201
b. Tingkat Keberterimaan
Karena keberterimaan menunjukan seberapa tinggi teks
terjemahan mengikuti kaidah-kaidah bahasa sasaran, baik kaidah
gramatikal maupun kaidah cultural. Keberterimaan tidak bersangkut
paut dengan teks bahasa sumber. Tingkat keberterimaan terjemahan
ujaran yang mengandung implikatur pada novel The Da Vinci Code ini
bernilai 2,85. Dapat kita simpulkan bahwa tingkat keberterimaan
terjemahan ujaran ini cukup tinggi.
Keberterimaan terjemahan yang tinggi diperoleh dari pilihan kata
dan tata bahasa yang sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa
sasaran/bahasa Indonesia. Pemakaian istilah yang lebih lokal atau
dengan kata lain pemakaian teknik pinjaman alami yang dipakai dalam
penerjemahan ini membuat teks terjemahan lebih berterima. Teknik
modulasi yang diterapkan penerjemah juga memberi banyak
kontribusi terhadap tingkat keberterimaan terjemahan ujaran ini.
Penerapan teknik modulasi ini antara lain dalam bentuk perubahan
ujaran teks bahasa sumber yang berkonstruksi pasif menjadi
konstruksi aktif. Teknik modulasi dalam kasus ini dipakai secara tepat
dan berkontribusi positif pada tingkat keberterimaan. Teknik literal
juga memberikan kontribusi keberterimaan pada ujaran-ujaran yang
pendek dengan gramatika sederhana.
Meskipun begitu ada beberapa teknik yang membuat terjemahan
berkeberterimaan rendah. Teknik pinjaman murni adalah salah satu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
202
teknik yang memberi sumbangan paling banyak pada
kekurangberterimaan terjemahan ujaran. Pemilihan kata yang tidak
tepat dengan konteks/kata sanding juga membuat terjemahan kurang
berterima. Disini nampak bahwa seorang penerjemah memerlukan
kreatifitas yang tinggi agar bisa menghasilkan terjemahan yang lebih
berterima. Kemampuan memilih kata yang tepat sesuai konteks situasi
dan kata sanding yang lazim akan membantu penerjemah
meningkatkan kualitas terjemahannya.
Penyebab lain kekurangberterimaan terjemahan adalah
konstruksi kalimat yang tidak lazim. Bahasa Inggris dan bahasa
Indonesia tentu memiliki bentuk-bentuk kalimat lazim yang berbeda.
Penguasaan bahasa sumber dan bahasa sasaran yang memadahi
termasuk memahami kelaziman-kelaziman keduanya sangat
diperlukan oleh penerjemah. Kata sapaan sangat terpengaruh oleh
kultur si pemakai bahasa. Dalam bahasa Inggris tidak ada bentuk
honorifik untuk sapaan orang kedua atau orang ketiga sementara
bahasa Indonesia sangat memperhatikan bentuk honorifik ini terutama
apabila penutur atau orang yang sedang dibicarakan memiliki status
sosial yang lebih tinggi dari si petutur. Pemakaian kata sapaan yang
tidak sesuai konteks dalam penerjemahan ini juga salah satu penyebab
kekurangberterimaan terjemahan. Berikut ini tabel yang menunjukan
hubungan antara keberterimaan dengan teknik-teknik yang diterapkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
203
Tabel 6: Keberterimaan dan Teknik penerjemahan yang Diterapkan
KEBERTERIMAAN % DATA Skor TEKNIK 77% TDVC/01/008/016 3,0 Penambahan
Implisitasi TDVC/03/019/032
3,0 Penghapusan
Literal TDVC/05/131/172 3,0 Implisitasi
Modulasi TDVC/06/131/172
3,0 Implisitasi
Modulasi TDVC/07/146/189 3,0 Penghapusan
Implisitasi TDVC/11/157/204 3,0 Partikularisasi TDVC/12/158/205 3,0 Literal TDVC/13/158/205 3,0 Literal TDVC/14/159/206 3,0 Literal TDVC/15/164/213 3,0 Literal TDVC/16/166/215 3,0 Eksplisitasi TDVC/17/179/231 3,0 Literal TDVC/19/187/241 3,0 Modulasi TDVC/20/188/243 3,0 Literal TDVC/23/253/253 3,0 Eksplisitasi TDVC/24/197/254
3,0 Penambahan
Penghapusan TDVC/25/211/272 3,0 Eksplisitasi TDVC/26/237/304 3,0 Penghapusan TDVC/27/237/305 3,0 Penghapusan
Transposisi TDVC/28/238/306 3,0 Penghapusan TDVC/30/240/307 3,0 Transposisi TDVC/33/246/315 3,0 Penambahan TDVC/34/247/317 3,0 Eksplisitasi TDVC/35/260/333 3,0 Literal TDVC/36/262/335 3,0 Penghapusan
Partikularisasi TDVC/37/262/336 3,0 Transposisi TDVC/39/267/343 3,0 Eksplisitasi Berterima TDVC/40/399/382 3,0 Literal TDVC/41/299/382 3,0 Pinjaman Murni TDVC/42/309/394 3,0 Literal TDVC/43/310/396 3,0 Literal TDVC/44/314/400 3,0 Modulasi TDVC/45/314/400
3,0 Eksplisitasi
Padanan Lazim TDVC/46/403/316 3,0 Partikularisasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
204
TDVC/47/339/430 3,0 Modulasi TDVC/48/340/431 3,0 Literal TDVC/49/340/431 3,0 Literal TDVC/50/360/456 3,0 Modulasi
Pinjaman Alami TDVC/51/361/456 3,0 Modulasi TDVC/52/373/473 3,0 Generalisasi TDVC/53/380/482 3,0 Padanan Lazim TDVC/54/386/490 3,0 Eksplisitasi
Modulasi TDVC/55/410/520 3,0 Modulasi TDVC/56/410/523 3,0 Modulasi TDVC/57/412/522 3,0 Penghapusan TDVC/58/483/614 3,0 Generalisasi TDVC/60/484/615 3,0 Transposisi 23% TDVC/02/008/016
2,0 Penghapusan
Pinjaman Murni TDVC/04/065/090 2,0 Modulasi TDVC/08/149/193 2,6 Implisitasi TDVC/09/156/202 2,0 Eksplisitasi TDVC/10/157/203 2,6 Penambahan
Partikularisasi Kurang Berterima TDVC/18/179/231 2,6 Eksplisitasi TDVC/21/189/244 2,6 Padanan Lazim TDVC/22/193/249
2,6 Penambahan
Modulasi TDVC/29/240/307 2,6 Literal TDVC/31/240/307 2,3 Kompensasi TDVC/32/240/307 2,3 Penambahan TDVC/38/263/336 2,0 Pinjaman Murni TDVC/42/309/394 2,6 Implisitasi TDVC/59/484/615 2,0 Penghapusan
Transposisi Generalisasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
205
4. Relasi antara Teknik Penerjemahan, Pergeseran Daya
Pragmatis dan Kualitas penerjemahan
Berdasarkan analisis, peneliti menemukan ada tiga komponen
hasil analisis yang memiliki keterkaitan satu sama lain. Ketiga
komponen hasil analisis tersebut adalah teknik penerjemahan,
pergeseran daya pragmatis dan kualitas penerjemahan.
Relasi ketiganya secara sederhana dapat didiskripsikan bahwa
teknik penerjemahan yang diterapkan menentukan apakah makna
implikatur teks bahasa sumber tersampaikan sepadan atau tidak.
Dengan kata lain apakah terjadi pergeseran pragmatis pada proses
penerjemahan ujaran. Terjadinya pergeseran pragmatis mengakibatkan
terjemahan menjadi tidak akurat dan sebaliknya.
Secara rinci hubungan ketiga komponen di atas digambarkan
secara rinci per data pada tabel 7 berikut:
Tabel 7: Jenis Implikatur, Teknik Penerjemahan, Pergeseran Daya Pragmatis dan Kualitas Penerjemahan
Implikatur Ilokusi Tak Langsung
No Data
Teknik Penerjemahan
Pergeseran Daya
Pragmatis
Kualitas Terjemahan
Keakuratan Keberterimaan
Menolak
01 Implisitasi Penambahan
Tdk bergeser 3 3
08 Implisitasi Transposisi
Tdk bergeser 2,66 2,66
13 Literal Tdk bergeser 2,66 3
29 Literal Tdk bergeser 3 2,66
31 Kompensasi Tdk bergeser 3 2,33
32 Penambahan Tdk bergeser 3 2,33
41 Pinjaman Murni Tdk bergeser 3 3
47 Modulasi Tdk bergeser 3 3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
206
49 Literal Tdk bergeser 3 3
58 Generalisasi Tdk bergeser 3 3 Memohon 02 Penghapusan Tdk bergeser 3 2
ASERTIF Menyatakan 05 Implisitasi Modulasi
Bergeser 1 3
06 Implisitasi Modulasi
Tdk bergeser 3 3
07 Penghapusan Implisitasi
Tdk bergeser 2 2
10 Penambahan Partikularisasi
Tdk bergeser 2,66 2,66
15, Literal Tdk bergeser 3 3
16 Eksplisitasi Tdk bergeser 3 3 34 Eksplisitasi Tdk bergeser 3 3 Memberi
informasi 18 Eksplisitasi Tdk bergeser 3 2,66
23 Eksplisitasi Tdk bergeser 3 3
27 Penghapusan Transposisi
Tdk bergeser 3 3
35 Literal Tdk bergeser 3 3
38 Pinjaman Murni Tdk bergeser 3 2 59 Penghapusan
Transposisi Generalisasi Pinjaman Murni
Tdk bergeser 3 2
Menyatakan alasan
21 Padanan Lazim Tdk bergeser 3 2,66 28 Penghapusan Tdk bergeser 2,66 3
Meyakinkan 25 Eksplisitasi Tdk bergeser 3 3 Menerangkan 26 Penghapusan Tdk bergeser 3 3 Membual 36 Penghapusan
Partikularisasi Tdk bergeser 3 3
Menyatakan pendapat
39 Eksplisitasi Tdk bergeser 3 3
Menyanggah 40 Literal Tdk bergeser 3 3 52 Generalisasi Tdk bergeser 2,66 3
Mengiyakan 43 Literal Tdk bergeser 3 3
44 Modulasi Tdk bergeser 3 3 45 Eksplisitasi
Padanan Lazim Tdk bergeser 3 3
46 Partikularisasi Tdk bergeser 3 3
60 Transposisi Tdk bergeser 3 3
Menyatakan ketidaksetujuan
03 Penghapusan Literal
Tdk bergeser 3 3
50 Modulasi Pinjaman Alami
Tdk bergeser 3 3
51 Modulasi Tdk bergeser 3 3
Menolak -memberi -informasi
54 Eksplisitasi Modulasi
Tdk bergeser 3 3
55 Modulasi Tdk bergeser 3 3
56 Modulasi Tdk bergeser 3 3
Mempersilahkan 57 Penghapusan Tdk bergeser 2,66 3 Mengecam 20 Literal Tdk bergeser 3 3 Menyalahkan 22 Penambahan
Modulasi Tdk bergeser 3 2,66
Mengajak 14 Literal Tdk bergeser 3 3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
207
Memerintah 17 Literal Tdk bergeser 3 3 DIREKTIF Menyarankan 42 Implisitasi Tdk bergeser 3 2,6 Menawarkan 48 Literal Tdk bergeser 3 3 Mengingatkan 19 Modulasi Tdk bergeser 3 3
KOMISIF Berjanji 04 Modulasi Tdk bergeser 2,66 2 Mengancam 53 Padanan Lazim Tdk bergeser 3 3 Menyatakan
kekecewaan 09 Eksplisitasi Tdk bergeser 3 2
Menyatakan keheranan
11 Partikularisasi Tdk bergeser 3 3
Menyatakan Kemarahan
24 Penambahan Penghapusan
Tdk bergeser 3 3
EKSPRESIF Menyatakan Ketidaksukaan
33 Penambahan Bergeser 1 3
34 Eksplisitasi Tdk bergeser 3 3 Menggoda 37 Transposisi Tdk bergeser 3 3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
208
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Analisis hasil penelitian dan pembahasan pada bab IV membuat
peneliti sampai pada beberapa kesimpulan yang disarikan sebagai
berikut:
1. Terdapat empat jenis implikatur berdasarkan ilokusi tak
langsung yang ditimbulkannya. Jenis-jenis implikatur yang
ditemukan adalah implikatur asertif, direktif, komisif dan
ekspresif. Implikatur yang ditemukan pada penelitian ini
berkecenderungan merupakan ujaran yang memanfaatkan
maksim-maksim dari prinsip kerjasama (PK) dan maksim-
maksim dari prinsip kesantunan (PS). Dari 4 jenis implikatur,
ditemukan 28 tindak tutur dari ilokusi ujaran; menolak,
memohon, menyatakan, memberi informasi, menyatakan
alasan, meyakinkan, menerangkan, membual, menyatakan
pendapat, menyanggah, mengiyakan, menyatakan
ketidaksetujuan, menolak memberi informasi mempersilahkan,
mengajak, memerintah, berjanji, menyarankan, mengancam,
menyatakan kekecewaan, menyatakan keheranan,
mengingatkan, mengecam, meyalahkan, menyatakan
kemarahan, menyatakan ketidaksukaan, dan menggoda.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
209
2. Sebagaian besar tidak terjadi pergeseran daya pragmatis pada
teks terjemahan. Beberapa teks terjemahan mengalami
pergeseran daya pragmatis berupa pergeseran ilokusi tak
langsung implikatur dan perubahan dari implikatur menjadi
eksplikatur.
3. Peneliti menemukan 13 teknik yang digunakan penerjemah.
Beberapa teknik dipakai secara lebih sering dibanding teknik
yang lain. Ada beberapa teknik yang digunakan dengan
frekuensi sangat tinggi; misalnya teknik literal, modulasi dan
eksplisitasi. Sebagian besar teknik yang diterapkan tidak
mengubah daya pragmatis ujaran sementara itu teknik-teknik
seperti penambahan, pengurangan dan eksplisitasi
mengakibatkan pergeseran pragmatis pada beberapa kasus.
4. Tingkat keakuratan terjemahan ujaran yang mengandung
implikatur pada novel The Da Vinci Code bernilai 2,86. Nilai
rata-rata ini menunjukan bahwa secara umum tingkat keakuratan
terjemahan cukup tinggi. Sementara itu, tingkat keberterimaan
terjemahan ujaran yang mengandung implikatur pada noverl The
Da Vinci Code ini bernilai 2,85. Sebuah tingkat keberterimaan
terjemahan yang cukup tinggi. Tingkat keakuratan dan
keberterimaan ini dipengaruhi oleh teknik-teknik yang diterapkan
oleh penerjemah. Pemakaian beberapa teknik sekaligus memberi
kontribusi yang signifikan terhadap keakuratan terjemahan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
210
Teknik literal pada ujaran pendek juga meningkatkan keakuratan.
Sementara itu teknik penghapusan dan penambahan cenderung
mengurangi keakuratan. Teknik pinjaman alami dan modulasi
menyumbang keberterimaan pada terjemahan, sementara teknik
pinjaman murni member kontribusi terhadap ketidakberterimaan
ujaran.
B. Saran
Dari simpulan di atas penulis ingin menyampaikan beberapa
saran yang berkaitan dengan penerjemahan serta penelitian
penerjemahan:
1. Seorang penerjemah, dalam kaitannya dengan kompetensi linguistik,
harus memperhatikan makna tidak hanya sampai pada tataran
semantik tapi sampai pada tataran pragmatik. Penerjemahan,
terutama penerjemahan ujaran dalam sebuah konteks percakapan,
membutuhkan telaah pragmatik karena sebuah ujaran atau teks pada
umumnya tidak mengandung makna dengan sendirinya. Ujaran atau
teks diproduksi karena pembicara atau penulis menginginkan sebuah
maksud. Teks diproduksi karena penutur ingin mengungkapkan
sesuatu sebagai reaksi atas peristiwa atau keadaan di dalam atau di
luar dirinya. Di sinilah pragmatik menjadi penting dalam proses
penerjemahan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
211
2. Untuk mendapatkan tingkat keakuratan dan keberterimaan yang
tinggi seorang penerjemah harus bisa menerapkan teknik
penerjemahan yang tepat. Penerapan teknik penerjemahan secara
tidak tepat bisa terjadi karena penerjemah kurang memahami pesan
atau makna dari sebuah kalimat atau ujaran teks bahasa sumber.
Penguasaan penerjemah dengan berbagai macam teknik yang lebih
bervariasi akan memberinya lebih banyak pilihan agar teks
terjemahan lebih akurat dan berterima.
3. Penelitian penerjemahan dengan pendekatan pragmatik yang
dilakukan peneliti ini difokuskan pada ujaran yang mengandung
implikatur pada novel The Da Vinci Code. Masih banyak penelitian
penerjemahan lain yang bisa didekati dengan pendekatan pragmatik.
Diharapkan dikemudian hari bisa dilakukan penelitian dengan
pendekatan ini pada bidang-bidang yang lain, misalnya
penerjemahan film baik subtitling maupun dubbing, sehingga
penelitian penerjemahan akan menjadi semakin penuh warna.