perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id hubungan antara … · 2013. 7. 22. ·...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
HUBUNGAN ANTARA PEMBESARAN PROSTAT JINAK DENGAN
GAMBARAN ENDAPAN URIN DI KANDUNG KEMIH PADA
PEMERIKSAAN ULTRASONOGRAFI
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran
CHAIRUNNISA PUJI HAPSARI
G0007050
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENGESAHAN SKRIPSI
Skripsi dengan judul: Hubungan antara Pembesaran Prostat Jinak dengan Gambaran Endapan Urin di Kandung Kemih pada Pemeriksaan Ultrasonografi
Chairunnisa Puji Hapsari, NIM: G.0007050, Tahun : 2010
Telah diuji dan sudah disahkan dihadapan Dewan Penguji Skripsi
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Pada hari Rabu, tanggal 24 November 2010
Pembimbing Utama Nama : Prof. Dr. Suyono, dr., Sp. Rad NIP : 19470611 197610 1 001 (………………………) Pembimbing Pendamping Nama : Dr. Pradipto Subiyantoro, drg., Sp.BM NIP : 19570629 198403 1 003 (………………………) Penguji Utama Nama : Widiastuti, dr., Sp. Rad NIP : 19561120 198311 2 001 (……………………....) Anggota Penguji Nama : Yoseph Indrayanto, dr., MS, Sp. And, SH NIP : 19560815 198403 1 001 (………………………) Surakarta,
Ketua Tim Skripsi Dekan FK UNS
Muthmainah, dr., M.Kes Prof. Dr. H. A.A. Subijanto, dr., MS. NIP. 19660702 199802 2 001 NIP. 19481107 197310 1 003
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskan dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Surakarta, November 2010
Chairunnisa Puji Hapsari NIM. G0007050
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
PRAKATA
Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala berkah, nikmat, serta hidayah-Nya, sehingga skripsi dengan judul “Hubungan antara Pembesaran Prostat Jinak dengan Gambaran Endapan Urin di Kandung Kemih pada Pemeriksaan Ultrasonografi” dapat diselesaikan.
Penulis menyadari skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Prof. Dr. A.A. Subijanto, dr., MS. selaku Dekan Fakultas Kedokteran
Univeritas Sebelas Maret Surakarta. 2. Prof. Dr. Suyono, dr., Sp. Rad selaku Pembimbing Utama yang telah
bersedia membantu dan meluangkan waktunya hingga selesainya skripsi ini.
3. DR. Pradipto Subiyantoro, drg., Sp.BM. selaku Pembimbing Pendamping yang telah meluangkan waktu dan memberikan bimbingan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.
4. Widiastuti, dr., Sp. Rad selaku Penguji Utama atas masukan, kritik, dan saran yang telah diberikan.
5. Yoseph Indrayanto, dr., MS, Sp. And, SH sebagai Anggota Penguji atas masukan, kritik, dan saran yang telah diberikan.
6. Bimanggono H. M., dr., Sp.U yang juga memberikan tambahan masukan bagi penyusunan skripsi ini.
7. Orangtua, keluarga serta sahabat yang telah banyak memberi dukungan dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini .
Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan yang telah diberikan dan
mudah-mudahan hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan.
Surakarta, November 2010 Chairunnisa Puji Hapsari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRAK
Chairunnisa Puji Hapsari, G0007050. 2010. Hubungan antara Pembesaran Prostat Jinak dengan Gambaran Endapan Urin di Kandung Kemih pada Pemeriksaan Ultrasonografi, Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Tujuan: Akhir – akhir ini angka harapan hidup di Indonesia semakin meningkat. Pembesaran prostat dianggap sebagai bagian dari proses pertambahan usia. Oleh karena itulah dengan meningkatnya usia harapan hidup, meningkat pula prevalensi BPH. Pembesaran jaringan prostat yang berlebihan akan menekan uretra yang sewaktu-waktu dapat menutup lumen uretra. Hal ini dapat mengakibatkan retensi urin. Urin yang tertahan akan dapat menyebabkan endapan urin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara Pembesaran Prostat Jinak dengan gambaran endapan urin di kandung kemih pada pemeriksaan ultrasonografi. Metode: Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Penelitian dilakukan pada bulan Juni – Juli 2010 di Instalasi Radiologi RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling. Penelitian ini mendapatkan 30 orang sampel yang terdiri dari 15 orang sampel Pembesaran Prostat Jinak dan 15 orang sampel non Pembesaran Prostat Jinak. Instrumen penelitian yang digunakan adalah data pada status pasien dan hasil foto pemeriksaan ultrasonografi. Data yang diperoleh dianalisis dengan program Statistical Products and Service Solutions (SPSS) for Windows Release 18.0 dan menggunakan uji statistik Chi Square Test. Hasil: Hasil uji statistik Chi Square didapatkan X2 = 19,286 dan p = 0,000 yang berarti bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara Pembesaran Prostat Jinak dengan gambaran endapan urin di kandung kemih pada pemeriksaan ultrasonografi. Simpulan: Data menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara penyakit Pembesaran Prostat Jinak dengan gambaran sedimen urin di kandung kemih pada pemeriksaan ultrasonografi. Kata kunci : pembesaran prostat jinak, sedimen urin
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRACT
Chairunnisa Puji Hapsari, G0007050, 2010. The Relationship between Benign Prostatic Hyperplasia and Sludge Appearance in Urinary Bladder on the Ultrasound Examination. Faculty of Medicine, Sebelas Maret University, Surakarta. Objective: Lately, age life expectancy in Indonesia is increasing. Prostat hyperplasia is concerned as a part of being older. Because of that, with the increase of age life expectancy, prevalence of BPH is increasing too. Hyperplasia of prostat tissue that is more than usual can make the urethra is more narrow at any time and maybe can make it closed. This is can make urine retention. The urine that can not out of the body will cause a urine sediment. This research is to know whether there is a relationship between Benign Prostatic Hyperplasia and sludge appearance in the urinary bladder on ultrasound examination or no. Methods: This research is an observational analytic with cross sectional approach. The study was conducted in June- July 2010 at the Instalation of Radiology, Dr. Moewardi Hospital, Surakarta. Sampling was done by puposie sampling technique. This research is getting 30 people for samples. There are consists of 15 samples from Benign Prostatic Hyperplasia and 15 samples from non- Benign Prostatic Hyperplasia. Research instruments were used data on patient status and the result of ultrasonography images. The data were analyzed with Chi Square Test with the program Statistical Products and Service Solutions (SPSS) for Windows, release 18.0. Results: The Results of Chi Square test statistics obtained X2 = 19.286 and p = 0.000, which means that there is a significant relationship between Benign Prostatic Hyperplasia and sludge appearance in the urinary bladder on ultrasound examination. Conclusions: Data show that there is a significant relation between Benign Prostatic Hyperplasia and sludge appearance in the urinary bladder on ultrasound examination. Keyword : Benign Prostatic Hyperplasia, sludge appearance
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
DAFTAR ISI
PRAKATA .......................................................................................................... vi
DAFTAR ISI ......................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ................................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................ . 1
B. Perumusan Masalah......................................................................... . 3
C. Tujuan Penelitian............................................................................. . 3
D. Manfaat Penelitian ............................................................................ 3
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka ................................................................................. 5
B. Kerangka Pemikiran .......................................................................... 22
C. Hipotesis ........................................................................................... 22
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian .................................................................................. 23
B. Lokasi Penelitian ............................................................................... 23
C. Subyek Penelitian .............................................................................. 24
D. Teknik Sampling ............................................................................... 24
E. Rancangan Penelitian ........................................................................ 25
F. Identifikasi Variabel Penelitian ......................................................... 25
G. Alat dan Cara Kerja ........................................................................... 26
H. Definisi Operasional Variabel ........................................................... 27
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Hasil Penelitian .................................................................................. 28
B. Analisis Data ..................................................................................... 29
BAB V PEMBAHASAN .................................................................................... 31
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ............................................................................................ 34
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
B. Saran .................................................................................................. 34
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 35
LAMPIRAN .......................................................................................................... 41
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Data Hasil Pemeriksaan Volume Prostat pada Penderita Pembesaran
Prostat Jinak (PPJ) ................................................................................28
Tabel 2. Jumlah Pasien Pembesaran Prostat Jinak (PPJ) Berdasarkan Kelompok
Umur.…………………………………………… ………..... ……..…29
Tabel 3. Hasil Uji Kelayakan Chi-square........................................................... 30
Tabel 4. Hasil Uji Chi-Square Pembesaran Prostat Jinak - Gambaran Endapan
Urin di Kandung Kemih………………………………………………30
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Letak Anatomis Kelenjar Prostat ................................................ 4
Gambar 2. Perubahan Testosteron menjadi Dihidrotesteron oleh Enzim 5 α –
Reduktase .................................................................................... 8
Gambar 3. Gambaran PPJ pada Pemeriksaan USG Trans Abdominal ......... 15
Gambar 4. A. Hasil USG VU Normal B. USG VU Normal dengan Sedikit
Endapan Urin ............................................................................... 17
Gambar 5. Skema Kerangka Pemikiran ....................................................... 22
Gambar 6. Rancangan Penelitian ................................................................. 25
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Tabel Sampel Pasien Non Pembesaran Prostat Jinak
Lampiran 2. Tabel Sampel Pasien dengan Pembesaran Prostat Jinak
Lampiran 3. Hasil Uji Chi Square tentang Hubungan antara Pembesaran Prostat
Jinak dengan Gambaran Endapan Urin di Kandung Kemih pada Pemeriksaan
Ultrasonografi
Lampiran 4. Surat Ijin Penelitian dan Pengambilan Sampel
Lampiran 5. Surat Pengantar Penelitian
Lampiran 6. Dokumentasi Penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Akhir – akhir ini angka harapan hidup di Indonesia semakin meningkat. Hal
ini menyebabkan jumlah penduduk lanjut usia di Indonesia semakin bertambah.
Peningkatan jumlah penduduk lanjut usia tersebut membawa implikasi pada
berbagai aspek kehidupan dalam berkeluarga maupun bermasyarakat. Salah
satunya adalah meningkatnya masalah kesehatan baik fisik maupun psikis pada
usia lanjut. Oleh karena itu, alangkah lebih bijaksana jika lebih menambah
perhatian terhadap masalah kesehatan yang sering terjadi pada usia lanjut,
terutama penyakit pembesaran prostat jinak.
Pembesaran prostat dianggap sebagai bagian dari proses pertambahan usia,
seperti halnya rambut yang memutih. Oleh karena itulah dengan meningkatnya
usia harapan hidup, meningkat pula prevalensi PPJ. Office of Health Economic
Inggris telah mengeluarkan proyeksi prevalensi PPJ bergejala di Inggris dan
Wales beberapa tahun ke depan. Pasien PPJ bergejala yang berjumlah sekitar
80.000 pada tahun 1991, diperkirakan akan meningkat menjadi satu setengah
kalinya pada tahun 2031. Tidak semua pasien PPJ berkembang menjadi PPJ yang
bergejala (symptomatic PPJ). Penelitian pada otopsi ditemukan 20 % PPJ terdapat
pada usia 41-50 tahun, 50% PPJ pada usia 51 – 60 tahun, 65 % PPJ pada pria usia
61 – 70 tahun, 80 % PPJ pada pria 71 – 80 tahun dan 90 % PPJ pada usia 81 – 90
tahun. Sedangkan prevalensi PPJ yang bergejala pada pria berusia 40-49 tahun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
mencapai hampir 15%. Angka ini meningkat dengan bertambahnya usia, sehingga
pada usia 50-59 tahun prevalensinya mencapai hampir 25%, dan pada usia 60
yahun mencapai angka sekitar 43%7. Angka kejadian PPJ di Indonesia yang pasti
belum pernah diteliti, tetapi sebagai gambaran hospital prevalence di dua rumah
sakit besar di Jakarta yaitu RSCM dan Sumberwaras selama 3 tahun (1994-1997)
terdapat 1040 kasus. (IAUI, 2003; Wein, 2001)
Pembesaran jaringan prostat yang berlebihan akan menekan uretra yang
sewaktu-waktu dapat menutup lumen uretra. Hal ini dapat mengakibatkan buang
air kecil tidak lancar, pancaran urine lemah, dan urine banyak tersisa dalam
kandung kemih. Lebih lanjut, menurut Syamsudhidajat (2005) retensi urin pada
kandung kemih dapat menyebabkan terjadinya batu endapan. Akan tetapi, PPJ
mungkin tidak selalu berhubungan dengan endapan urin. Menurut As’ari (2009),
pembesaran volume prostat yang menjadi diagnosis untuk PPJ tidak selalu
berhubungan dengan besarnya volume residu urin, sedangkan endapan urin hanya
dapat terjadi apabila ada cukup residu urin. Secara tidak langsung hal ini merujuk
pada tidak selalu berhubungannya PPJ dengan endapan urin di residu urin pada
penderita PPJ.
Oleh karena itu, peneliti mencoba melihat kembali apakah ada hubungan
antara endapan urin pada kandung kemih dengan Pembesaran Prostat Jinak (PPJ)
yang dilakukan dengan pemeriksaan ultrasonografi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
B. Perumusan Masalah
Adakah hubungan antara Pembesaran Prostat Jinak dengan gambaran
endapan urin di kandung kemih pada pemeriksaan ultrasonografi?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara
Pembesaran Prostat Jinak dengan gambaran endapan urin di kandung kemih pada
pemeriksaan ultrasonografi.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah
mengenai hubungan antara Pembesaran Prostat Jinak dengan gambaran
endapan urin di kandung kemih pada pemeriksaan ultrasonografi sehingga
dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya
maupun menambah pengetahuan dalam bidang radiologi.
2. Manfaat aplikatif
Dengan mengetahui hubungan tersebut dapat digunakan sebagai bahan
diagnosa penunjang dan tindakan pencegahan untuk terjadinya gangguan lebih
lanjut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Prostat
a. Anatomi Prostat
Gambar 1. Letak Anatomis Kelenjar Prostat. (Furqan, 2003)
Prostat adalah suatu organ kelenjar yang fibromuskular, yang
terletak persis di bawah kandung kemih. Kelenjar ini terdiri atas jaringan
kelenjar dinding uretra yang mulai menonjol pda masa pubertas
(Syamsuhidajat, 2005). Prostat pada orang dewasa normal kira-kira 20
gram, di dalamnya terdapat uretra posterior dengan panjangnya 2,5 – 3 cm.
Pada bagian anterior disokong oleh ligamentum pubo-prostatika yang
melekatkan prostat pada simpisis pubis. Pada bagian posterior prostat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
terdapat vesikula seminalis, vas deferen, fasia denonvilliers dan rectum.
Fasia denonvilliers berasal dari fusi tonjolan dua lapisan peritoneum, fasia
ini cukup keras dan biasanya dapat menahan invasi karsinoma prostat ke
rectum sampai suatu stadium lanjut. Pada bagian posterior ini, prostat
dimasuki oleh ductus ejakulatorius yang berjalan secara oblique dan
bermuara pada veromentanum didasar uretra prostatika persis dibagian
proksimal spingter eksterna. Pada permukaan superior, prostat melekat
pada bladder outlet dan spingter interna sedangkan dibagian inferiornya
terdapat diafragama urogenitalis yang dibentuk oleh lapisan kuat fasia
pelvis, dan perineal membungkus otot levator ani yang tebal. Diafragma
urogenital ini pada wanita lebih lemah oleh karena ototnya lebih sedikit
dan fasia lebih sedikit. (Furqan, 2003)
b. Histologi Prostat
Menurut klasifikasi Lowsley; prostat terdiri dari lima lobus:
anterior, posterior, medial, lateral kanan dan lateral kiri. Sedangkan
menurut Mc Neal, prostat dibagi atas : zona perifer, zona sentral, zona
transisional, segmen anterior dan zona spingter preprostat. Secara
histopatologik, kelenjar prostat terdiri atas komponen kelenjar dan stroma.
Komponen stroma ini terdiri atas otot polos, fibroblast, pembuluh darah,
saraf, dan jaringan penyangga lain. Prostat normal terdiri dari 50 lobulus
kelenjar. Duktus kelenjar-kelenjar prostat ini lebih kurang 20 buah, secara
terpisah bermuara pada uretra prostatika, dibagian lateral verumontanum,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
kelenjar-kelenjar ini dilapisi oleh selapis epitel torak dan bagian basal
terdapat sel-sel kuboid. (Furqan, 2003; Purnomo, 2008)
c. Fisiologi Prostat
Fungsi kelenjar prostat antara lain:
1. Mengeluarkan cairan alkalis yang menetralkan sekresi vagina yang
asam, suatu fungsi penting karena sperma lebih dapat bertahan hidup
dalam lingkungan yang sedikit basa. Kelenjar prostat dikelilingi oleh
otot polos yang berkontraksi selama ejakulasi, mengeluarkan lebih
kurang 0,5 ml cairan prostat. (Sherwood, 2001; Furqan, 2003)
2. Menghasilkan enzim-enzim pembekuan dan fibrinolisin. Enzim-enzim
pembekuan prostat bekerja pada fibrinogen dari vesikula seminalis
untuk menghasilkan fibrin, yang ”membekukan” semen sehingga
sperma yang diejakulasikan tetap tertahan di saluran reprodksi wanita
saat penis ditarik keluar. Segera setelah itu, bekuan seminal diuraikan
oleh fibrinolisin, suatu enzim pengurai fibrin dari prostat, sehingga
sperma motil yang dikeluarkan dapat bebas bergerak dalam saluran
reproduksi wanita. (Sherwood, 2001)
2. Pembesaran Prostat Jinak (PPJ) atau Benign Prostate Hyperplasia (BPH)
Bila mengalami pembesaran, prostat akan menyebabkan buntunya
uretra pars prostatika dan menghambat aliran urin keluar dari kandung kemih.
Salah satu keadaan yang dapat menyebabkan hal itu adalah Benign Prostate
Hyperplasia (BPH) atau Pembesaran Prostat Jinak (PPJ). Pembesaran ukuran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
prostat ini akibat adanya hyperplasia stroma dan sel epitelial mulai dari zona
periurethra. Sebagian besar hiperplasia prostat terdapat pada zona
transisional, sedangkan pertumbuhan karsinoma prostat berasal dari zona
perifer. (Purnomo, 2008; Birowo, 2000; Leveillee, 2006; Kim, 2006)
a. Etiologi
Faktor risiko untuk PPJ antara lain, umur, riwayat keluarga,
konsumsi makanan kurang serat, dan merokok. Akan tetapi, hingga
sekarang, penyebab PPJ masih belum dapat diketahui secara pasti, tetapi
beberapa hipotesis menyebutkan bahwa PPJ erat kaitannya dengan
peningkatan kadar dihidrotestosteron (DHT) dan proses penuaan.
Beberapa hipotesis yang diduga sebagai penyebab timbulnya hiperplasia
prostat: (Purnomo, 2008; Amalia, 2007)
1) Teori dihidrotestosteron
Pertumbuhan kelenjar prostat sangat tergantung pada
hormone testosteron. Pada kelenjar prostat, hormon ini akan dirubah
menjadi metabolit aktif dihidrotestosteron (DHT) dengan bantuan
enzim 5 α – reduktase. DHT inilah yang secara langsung memicu m-
RNA di dalam sel-sel kelenjar prostat untuk mensintesis protein
growth factor yang memacu pertumbuhan kelenjar prostat.
(Purnomo, 2008)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
NADPH NADP
Testosterone Dihidrotestosteron
5 α - Reduktase
Gambar 2. Perubahan Testosteron menjadi Dihidrotesteron oleh Enzim 5 α –
Reduktase (Purnomo, 2008)
Pada berbagai penelitian, aktivitas enzim 5 α – reduktase dan
jumlah reseptor androgen lebih banyak pada PPJ. Hal ini
menyebabkan sel-sel prostat menjadi lebih sensitif terhadap DHT
sehingga replikasi sel lebih banyak terjadi dibandingkan dengan
prostat normal.(Purnomo, 2008)
2) Ketidakseimbangan antara estrogen-testosteron
Pada usia yang makin tua, kadar testosteron makin menurun,
sedangkan kadar estrogen relatif tetap, sehingga perbandingan
estrogen : testosteron relatif meningkat. Estrogen di dalam prostat
berperan dalam terjadinya proliferasi sel-sel kelenjar prostat dengan
cara meningkatkan sensitivitas sel-sel prostat terhadap rangsangan
hormon androgen, meningkatkan jumlah reseptor androgen dan
menurunkan jumlah kematian sel-sel prostat (apoptosis). Akibatnya,
dengan testosteron yang menurun merangsang terbentuknya sel-sel
baru, tetapi sel-sel prostat yang telah adaptasi mempunyai umur yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
lebih panjang sehingga massa prostat menjadi lebih besar. (Purnomo,
2008)
3) Interaksi stroma-epitel
Cunha (1973) membuktikan bahwa diferensiasi dan
pertumbuhan sel - sel epitel prostat secara tidak langsung dikontrol
oleh sel-sel stroma melalui suatu mediator (growth factor). Setelah
sel stroma mendapatkan stimulasi dari DHT dan estradiol, sel-sel
stroma mensintesis suatu growth factor yang selanjutnya
mempengaruhi sel stroma itu sendiri, yang menyebabkan terjadinya
proliferasi sel-sel epitel maupun stroma.(Purnomo, 2008)
4) Berkurangnya kematian sel prostat
Apoptosis sel pada sel prostat adalah mekanisme fisiologik
homeostatis kelenjar prostat. Pada jaringan nomal, terdapat
keseimbangan antara laju proliferasi sel dengan kematian sel.
Berkurangnya jumlah sel-sel prostat yang apoptosis menyebabkan
jumlah sel-sel prostat secara keseluruhan makin meningkat sehingga
mengakibatkan pertambahan massa prostat. Diduga hormon
androgen berperan dalam menghambat proses kematian sel karena
setelah dilakukan kastrasi, terjadi peningkatan aktivitas kematian sel
kelenjar prostat.(Purnomo, 2008)
5) Teori sel stem
Untuk mengganti sel-sel yang telah mengalami apoptosis,
selalu dibentuk sel-sel baru. Dalam kelenjar prostat dikenal suatu sel
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
stem, yaitu sel yang mempunyai kemampuan berproliferasi sangat
ekstensif. Kehidupan sel ini bergantung pada hormon androgen, di
mana jika kadarnya menurun (misalnya pada kastrasi), menyebabkan
terjadinya apoptosis. Sehingga terjadinya proliferasi sel-sel pada PPJ
diduga sebagai ketidaktepatan aktivitas sel stem sehingga terjadi
produksi yang berlebihan sel stroma maupun sel epitel. (Purnomo,
2008)
b. Patofisiologi Pembesaran Prostat Jinak
Pembesaran prostat menyebabkan terjadinya penyempitan
lumen uretra pars prostatika dan menghambat aliran urin sehingga
menyebabkan tingginya tekanan intravesika. Untuk dapat
mengeluarkan urin, kandung kemih harus berkontraksi lebih kuat guna
melawan tahanan, menyebabkan terjadinya perubahan anatomik
kandung kemih, yakni: hipertropi otot destrusor, trabekulasi,
terbentuknya selula, sakula, dan divertikel kandung kemih. Perubahan
struktur pada kandung kemih tersebut dirasakan sebagai keluhan pada
saluran kemih bagian bawah atau Lower Urinary Tract Symptoms
(LUTS). Keluhan yang ada dibagi menjadi gejala dan tanda obstruksi
dan iritasi. (Purnomo, 2008; Syamsuhidajat, 2005)
Gejala dan tanda obstruksi jalan kemih berarti penderita harus
menunggu pada permulaan miksi, miksi terputus, menetes pada akhir
miksi. Sulit memulai miksi (hesitancy) menunjukan adanya
pemanjangan periode laten, sebelum kandung kemih dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
menghasilkan tekanan intra-vesika yang cukup tinggi karena otot
detrusor lambat berkontraksi dengan cukup kuat untuk melawan
tahanan akibat pembesaran prostat. Selain itu, pancaran miksi menjadi
lemah oleh karena lumen urethra mengecil dan tahanan di dalam
urethra meningkat. Waktu miksi juga bertambah panjang akibat aliran
urin yang terhambat. Otot detrusor yang terus menerus berusaha untuk
menghasilkan tekanan yang lebih tinggi utnuk mengeluarkan urin
akibat obstruksi jalan kemih akhirnya pun akan melemah akibat
‘kelelahan’. Pada PPJ, otot detrusor gagal berkontraksi cukup lama
untuk menghasilkan tekanan intra vesica yang cukup sehingga
kontraksi terputus-putus dan akibatnya miksi pun terputus.
Terputusnya aliran urin menyebabkan adanya sisa urin di dalam vesica
urianaria sehingga pasien biasanya merasa belum puas sehabis miksi.
Jika keadaan ini berlanjut pada suatu saat akan terjadi kemacatan total,
sehingga penderita tidak mampu lagi miksi. Karena produksi urin terus
terjadi maka pada suatu saat vesika tidak mampu lagi menampung urin
sehingga tekanan intra vesika terus meningkat. Apabila tekanan vesika
menjadi lebih tinggi dari pada tekanan spingter dan obstruksi, akan
terjadi inkontinensia paradoks. (Syamsuhidajat, 2005; Furqan, 2003)
Gejala iritasi disebabkan karena hipersensitivitas otot detrusor.
Pengosongan yang tidak sempurna pada saat miksi atau pembesaran
prostat menyebabkan rangsangan pada kandung kemih, sehingga
vesika sering berkontraksi meskipun belum penuh. Akibat dari hal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
tersebut antara lain bertambahnya frekwensi miksi, nokturia, miksi
sulit ditahan, dan disuria. Gejala dan tanda ini diberi skor untuk
menentukan berat keluhan klinik. (Syamsuhidajat, 2005)
Tekanan intravesika yang tinggi diteruskan ke seluruh bagian
kandung kemih tidak terkecuali pada kedua muara ureter. Tekanan
pada kedua muara ureter ini menimbulkan aliran balik dari kandung
kemih ke ureter atau terjadinya refluks vesikoureter. Jika berlangsung
terus akan mengakibatkan hidroureter, hidronefrosis bahkan jatuh ke
dalam gagal ginjal. Proses kerusakan ginjal dipercepat bila terjadi
infeksi. (Purnomo, 2008; Syamsuhidajat, 2005)
Pada waktu miksi penderita harus selalu mengedan sehingga
lama kelamaan menyebabkan hernia atau hemorroid. Infeksi yang
menyertai residual urine akan memperberat gejala, karena akan
menambah obstruksi akibat inflamasi sekunder dan oedem. (Purnomo,
2008; Syamsuhidajat ,2005; Furqan, 2003)
c. Diagnosis Pembesaran Prostat Jinak
Pada PPJ, terjadi kenaikan volume kelenjar prostat. Voume
kelenjar prostat yang normal adalah < 20 cc. Cara mengukur volume
prostat dengan menggunakan USG yaitu dengan rumus: (Beckman,
2005)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
0,52 × æ1 × æ2 × æ3ð2 d1 = diameter transversal
d2 = diameter longitudinal
d3 = diameter sagital
Akan tetapi, PPJ pada dasarnya merupakan hasil diagnosis
secara histologi. PPJ berasal dari bertambahnya jumlah sel di zona
transisi kelenjar prostat. Evaluasi mikroskopik membuktikan bahwa
bentuk pertumbuhan noduler yang terjadi terdiri dari jumlah yang
bervariasi dari sel-sel pada stroma dan epitel. Pada stroma terdapat
jumlah yang bervariasi juga dari kolagen dan otot polos. Perbedaan
predominan komponen histologi dari PPJ ini dapat membantu untuk
mengetahui terapi obat yang dapat terespon secara maksimal. Terapi
Alpha-blocker dapat terespon secara maksimal pada pasien PPJ
dengan komponen predominan otot polos, sedangkan pada PPJ
dengan predominan komponen epitel merespon dengan lebih baik
apabila menggunakan 5-alpha-reductase inhibitor. Pasien dengan
komponen predominan kolagen, sebaiknya menggunakan terapi
prstatektomi. Pada prostat normal, perbandingan epitel dengan stroma
pada pemeriksaan histologi adalah 21,6% - 50% : 60% - 78%, atau
apabila dirata-rata sekitar 1:2. Pada PPJ simtomatik, perbandingan
tersebut dapat berubah hingga menjadi 1:4 atau 1:5. Hal inilah yang
kemudian menyebabkan tersumbatnya uretra. (Bairy, 2009)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
Untuk menentukan derajat obstruksi pada pasien dengan
Lower Urinary Track Symptom (LUTS) sebaiknya menggunakan
pemeriksaan pressure flow. Hal ini dikarenakan, besarnya volume
prostat dan volume residu urin tidak selalu berhubungan dengan ada
tidaknya obstruksi maupun dengan beratnya LUTS. Menurut Soetojo,
kecepatan aliran urin puncak yang normal apabila > 15 ml/dtk.
Apabila kecepatannya antara 10-15 ml/dtk, maka telah terjadi
obstruksi ringan. Pasien dapat dinilai telah mengalami obstruksi
apabila kecepatan aliran urin puncak < 10 ml/dtk. (Prasetyawan,
2003; As’ari, 2009; Soetojo, 2008)
Pemeriksaan USG prostat pada PPJ bertujuan untuk
menentukan volume Benigna Prostat Hyperplasia, menentukan derajat
disfungsi kandung kemih, menilai bentuk dan besar prostat,
menentukan volume residual urine dan menilai pembesaran prostat
jinak/ganas. Apabila terlihat konsistensi hipoekoik maka dapat
dicurigai adanya keganasan. Pemeriksaan ultrasonografi prostat tidak
direkomendasikan sebagai pemeriksaan rutin, kecuali hendak
menjalani terapi: (a) inhibitor 5-α reduktase, (b) termoterapi, (c)
pemasangan stent, (d) TUIP atau (e) prostatektomi terbuka. Menilai
bentuk dan ukuran kelenjar prostat dapat dilakukan melalui
pemeriksaan transabdominal (TAUS) ataupun transrektal (TRUS).
Jika terdapat peningkatan kadar PSA, pemeriksaan USG melalui
transrektal (TRUS) sangat dibutuhkan guna menilai kemungkinan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
adanya karsinoma prostat. (AUA, 2003; Rosette, 2001; Arisandi,
2008)
Gambar 3. Gambaran PPJ pada Pemeriksaan USG Trans Abdominal
(Sutton, 2003)
Pada pemeriksaan uretrositografi untuk pasien PPJ, tampak
adanya kalsifikasi prostat, atau bayangan jaringan lunak, filling defect
di dasar vesica urinaria, bentuk bulat, jumlah single, batas tegas, tepi
reguler, ukuran kurang lebih 5 cm. Terdapat juga penyempitan lumen
uretra pars prostatica, gambaran fish hooking (J Shape) pada ujung
bawah ureter, pembentukan divertikulum pada Kandung kemih. Selain
itu, pada pemeriksaan, kemungkinan didapatkan juga gambaran
striktur uretra. Striktur Uretra yaitu penyempitan lumen uretra disertai
dengan menurunnya elastisitas aringan uretra. Sering terjadi di pars
bulbaris lebih kurang 60-70%. (Malueka, 2007)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
Tingkat keparahan penderita PPJ dapat diukur dengan skor
IPSS (Internasional Prostate Symptom Score) diklasifikasi dengan
skore 0-7 penderita ringan, 8-19 penderita sedang dan 20-35 penderita
berat (Furqan, 2003). Ada juga yang membagi berdasarkan derajat
penderita hiperplasi prostat berdasarkan gambaran klinis:
(Syamsuhidajat, 2005; Arisandi, 2008)
1) Derajat I : Colok dubur : penonjolan prostat ± 1 – 2 cm, batas atas
mudah diraba, sisa volume urin <50 ml, berat + 20 gram,
pancaran lemah, dan necturia.
2) Derajat II : Colok dubur: penonjolan prostat jelas, batas atas dapat
dicapai, sisa volume urin 50-100 ml, beratnya + 20 – 40 gram,
keluhan miksi terasa panas, sakit, disuria, nucturia bertambah
berat, panas badan tinggi (menggigil), nyeri daerah pinggang.
3) Derajat III: Colok dubur; batas atas prostat tidak dapat diraba, sisa
volume urin>100 ml, penonjolan prostat ± 3 – 4 cm, dan beratnya
40 gram.
4) Derajat IV : Terjadi retensi urin total, inkontinensia, prostat lebih
menonjol dari 4 cm, dan ada penyulit keginjal seperti gagal ginjal,
hydroneprosis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
3. Endapan urin
Menurut Dorland, endapan urin adalah suspensi partikel padat atau
semi padat dalam cairan yang dapat atau tidak dapat menjadi cairan kental
sejati. Endapan urin adalah hasil pengendapan pada residu urin. Konsistensi
seperti kapur atau pasir halus dan berwarna abu-abu putih. Endapan urin
dapat terbentuk di dalam ginjal atau ureter, tetapi sebagian besar endapan
terlihat dalam kandung kemih. Pada pemeriksaan USG, endapan ini terlihat
hiperechoic bila dibandingkan dengan urin sendiri yang terlihat gelap.
(Brown, 2006; Dorland, 2002)
A. B.
Gambar 4. A. Hasil USG VU Normal B. USG VU dengan Endapan Urin
(Sutton, 2003)
Untuk memeriksa unsur-unsur pada endapan urin ini diperlukan
pemeriksaan sedimen urin. Pemeriksaan tersebut merupakan salah satu dari
tiga jenis pemeriksaan rutin urin yaitu pemeriksaan makroskopis,
pemeriksaan mikroskopis (pemeriksaan sedimen) dan pemeriksaan kimia
urin. Pada pemeriksaan makroskopik yang diperiksa adalah volume. warna,
kejernihan, berat jenis, bau dan pH urin. Pemeriksaan kimia urin dipakai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
untuk pemeriksaan pH, protein, glukosa, keton, bilirubin, darah, urobilinogen
dan nitrit. (Wirawan, 2003)
Yang dimaksud dengan pemeriksaan mikroskopik urin yaitu
pemeriksaan sedimen urin. Ini penting untuk mengetahui adanya kelainan
pada ginjal dan saluran kemih serta berat ringannya penyakit. Lazimnya unsur
sedimen dibagi atas dua golongan yaitu unsur organik dan non-organik.
Unsur organik berasal dari sesuatu organ atau jaringan antara lain epitel,
eritrosit, leukosit, silinder, potongan jaringan, sperma, bakteri, parasit dan
yang non-organik tidak berasal dari sesuatu organ atau jaringan seperti urat
amorf dan Kristal. Eritrosit atau leukosit didalam sedimen urin mungkin
terdapat dalam urin wanita yang haid atau berasal dari saluran kernih. Dalam
keadaan normal tidak dijumpai eritrosit dalam sedimen urin, sedangkan
leukosit hanya terdapat 0 — 5/LPK dan pada wanita dapat pula karena
kontaminasi dari genitalia. Silinder adalah endapan protein yang terbentuk di
dalam tubulus ginjal, mempunyai matrix berupa glikoprotein (protein Tamm
Horsfall) dan kadang-kadang dipermukaannya terdapat leukosit, eritrosit dan
epitel. Dikenal bermacam-macam silinder yang berhubungan dengan berat
ringannya penyakit ginjal. Banyak peneliti setuju bahwa dalam keadaan
normal bisa didapatkan sedikit eritrosit, lekosit dan silinder hialin. Silinder
hyaline normal terdapat pada urin dengan jumlah 5-10 per LPK. Kristal
dalam urin tidak ada hubungan langsung dengan batu di dalam saluran kemih.
Kristal asam urat, kalsium oksalat, triple fosfat dan bahan amorf merupakan
kristal yang sering ditemukan dalam sedimen dan tidak mempunyai arti,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
karena kristal-kristal itu merupakan hasil metabolisme yang normal.
Terdapatnya unsur tersebut tergantung dari jenis makanan, banyak makanan,
kecepatan metabolisme dan kepekatan urin. Epitel merupakan unsur sedimen
organik yang dalam keadaan normal didapatkan dalam sedimen urin.
(Wirawan, 2003)
Pada PPJ sendiri, unsur sedimen yang paling banyak terdapat antara
lain adalah eritrosit, leukosit, dan bakteri. Keberadaan dari endapan urin ini
mengiritasi dan dapat menyebabkan luka pada dinding Kandung kemih
sehingga menyebabkan terjadinya perdarahan mukosa. Hal ini lebih lanjut
terlihat pada terjadinya hematuria makros (darah pada urin). Terkumpulnya
endapan urin yang lebih banyak dapat menyebabkan obstruksi aliran kemih
sehingga lama kelaman menjadi tidak dapat mengeluarkan urin sama sekali.
(Praag, 2003; Dwi, 2010)
4. USG
Ultrasonografi merupakan penggunaan gelombang suara frekuensi
sangat tinggi/ultrasonik (3,5 – 5 MHz) yang dihasilkan oleh kristal piezo-
elektrik pada transducer untuk membantu diagnosis. Yang digunakan dalam
bidang kedokteran antara 1-10 MHz. (Malueka, 2007)
Gelombang tersebut berjalan melewati tubuh dan dipantulkan kembali
secara bervariasi, tergantung pada jenis jaringan yang terkena gelombang.
Dengan transducer yang sama, selain mengirimkan suara, juga menerima
suara yang dipantulkan dan mengubah sinyal menjadi arus listrik, yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
kemudian diproses menjadi gambar skala abu-abu. Citra yang bergerak
didapatkan saat transducer digerakkan pada tubuh. Potongan-potongan dapat
diperoleh pada setiap bidang dan kemudian ditampilkan pada monitor. Tulang
dan udara merupakan konduktor suara yang buruk, sehingga tidak dapat
divisualisasikan dengan baik, sedangkan cairan memiliki kemampuan
menghantarkan suara dengan sangat baik. (Malueka, 2007)
Kandung kemih pada USG memperlihatkan bentuk teardrop anechoic
pada penampakan longitudinal. Sedangkan pada penampakan transversal,
kandung kemih terlihat rektangular. Ketebalan dinding kandung kemih
tergantung pada pengisian kandung kemih. Akibat pembesaran prostat, pada
kandung kemih biasanya terjadi divertikulum. Divertikulum pada gambaran
USG diperlihatkan dengan pelebaran dinding tipis anechoic dari lumen
kandung kemih. Bentuk divertikulum dapat bervariasi dari teardrop sampai
semisirkuler, tergantung lebar leher divertikulum. Urin pada kandung kemih
terlihat anechoic pada pemeriksaan USG. Sedangkan endapan urin terlihat
hyperechoic. (Peterson, 2008)
Pada pemeriksaan USG kelenjar prostat, zona sentral dan perifer
prostat terlihat abu-abu muda sampai gelap homogen. Sedangkan zona
transisional yang terletak lebih anterior terlihat hipoekogenik heterogen.
Keheterogenan dan kehipoekogenikan tergantung dari variasi jumlah sel
stromal dan epitelial kelenjar. (Peterson, 2008)
Zona transisional biasanya merupakan 5% bagian pada prostat laki-
laki muda normal. Akan tetapi dapat menjadi 90% bagian prostat pada pasien
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
PPJ. Dengan meningkatnya ukuran zona transisional, zona perifer dan sentral
prostat menjadi tertekan ke belakang. Selain itu, zona transisional yang
membesar juga melebar ke arah distal sehingga menyebabkan overhanging
apex zona perifer. Hal tersebut dapat dilihat melalui TRUS. Selain itu,
melalui TAUS, dapat dilihat terdapat pembesaran lobus median prostat ke
arah intra-vesikal (protrusi) dan gambaran residu urin dalam jumlah banyak
(> 40 cc). (Peterson, 2008)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
B. Kerangka Pemikiran
Gambar 5. Skema Kerangka Pemikiran
C. Hipotesis
Ada hubungan antara Pembesaran Prostat Jinak dengan gambaran
endapan urin di kandung kemih pada pemeriksaan ultrasonografi.
Uretra menyempit
Aliran urin terhambat
Pembesaran Prostat Jinak (PPJ)
Menekan uretra pars prostatika
Pembesaran kelenjar prostat
Retensi urin
Residu urin
Endapan urin
Protrusi Prostat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik non-
eksperimental dengan pendekatan cross sectional prospektif dan retrospektif
(Januari – Desember 2009).
.
B. Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Instalasi Radiologi RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
C. Subjek penelitian
1. Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien di RSUD Dr.
Moewardi Surakarta yang dimintakan gambar USG.
2. Sampel Penelitian
Sampel dalam penelitian ini adalah subjek dalam populasi penelitian
yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sebagai berikut:
a) Kriteria inklusi:
1) Jenis kelamin laki-laki.
2) Umur ≥ 50 tahun.
3) Pasien dengan PPJ.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
b) Kriteria eksklusi:
1) Pasien laki-laki dengan pembesaran massa pada sistem urinaria
kecuali PPJ.
2) Pasien PPJ dengan kelainan-kelainan pada ginjal.
3) Pasien PPJ dengan urolithiasis.
4) Pasien PPJ dengan kateter.
3. Besar Sampel
Sampel berjumlah 30 orang baik dari pasien yang diteliti langsung maupun
sejumlah pasien pada data rekam medis pada Januari – Desember 2008 dan
2009. Sampel dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu:
a. 15 pasien dengan PPJ, dan
b. 15 pasien non-PPJ.
D. Teknik Sampling
Sampel yang diambil sebagai probandus adalah yang memenuhi kriteria
inklusi dan eksklusi di atas, dalam hal ini sampel dipilih dengan cara non-
probability sampling yakni, purposive sampling, di mana teknik pemilihan
subyek sampel berdasarkan ciri-ciri atau sifat tertentu yang berkaitan dengan
karakteristik populasi yang diinginkan. (Taufiqurrahman, 2004)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
E. Rancangan Penelitian
Gambar 6. Skema Rancangan Penelitian
F. Identifikasi Variabel
1. Variabel bebas : Pembesaran Prostat Jinak
2. Variabel terikat : Endapan urin
3. Variabel luar
a. Terkendali:
1) Cara pemeriksaan USG, yaitu dengan menggunakan pemeriksaan
USG transabdominal.
2) Penyakit penyerta yang dapat mengakibatkan endapan urin
Sampel
USG
PPJ (-)
UJi statistik
Data
Endapan urin (-)
Data Data
Endapan urin (+)
Data
PPJ (+)
Endapan urin (+)
Endapan urin (-)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
b. Tidak terkendali:
1) Subjektivitas penilaian ahli radiologi
2) Kebiasaan diet dan minum
G. Alat dan Cara Kerja
1. Alat: Ultrasonografi
2. Instrumen yang digunakan : lembar pencatatan
3. Waktu penelitian: dimulai dari minggu ke-4 bulan Mei sampai minggu
pertama bulan Agustus 2010.
4. Cara kerja :
a. Mencatat nama, umur pasien dan nomor rekam medis pasien-pasien yang
memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
b. Saat pemeriksaan USG, dinilai apakah pasien tersebut mengalami
pembesaran prostat (suspect PPJ) atau tidak, serta dinilai juga apakah ada
endapan urin atau tidak dan volume prostat pasien. Untuk pasien yang
suspect PPJ, kemudian dilihat juga pada data rekam medis pemeriksaan
patologi anatominya apakah memang PPJ atau tidak.
c. Untuk data pasien yang diambil dari rekam medis, dicatat nama pasien,
umur, PPJ atau tidak, volume prostat, serta ada gambaran endapan urin
atau tidak.
d. Melakukan analisis dari data yang diperoleh.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
H. Definisi Operasional Variabel
1. Variabel bebas
Pembesaran Prostat Jinak
Skala yang digunakan adalah skala nominal.
2. Variabel terikat
Endapan urin di Kandung kemih
Skala yang digunakan adalah skala nominal.
3. Variabel luar
a) Variabel terkendali, adalah hal-hal yang dapat mengganggu hasil
perhitungan variabel terikat namun dapat dikendalikan (Murti, 2006),
yaitu:
1) Cara pemeriksaan USG.
2) Penyakit penyerta yang dapat mengakibatkan endapan urin
b) Variabel tidak terkendali, adalah hal-hal yang dapat mengganggu hasil
perhitungan variabel terikat namun tidak dapat dikendalikan (Murti,
2006) yaitu:
1) Subjektivitas penilaian ahli radiologi
2) Kebiasaan diet dan minum
4. Teknik Analisis Data
Analisa statistik yang digunakan untuk mengetahui hubungan antar
variabel di sini adalah uji Chi Square dengan menggunakan software SPSS
18.0 karena kedua variabel menggunakan skala nominal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
BAB V
HASIL PENELITIAN
A. Hasil Penelitian
Tabel 1. Data Hasil Pemeriksaan Volume Prostat pada Penderita
Pembesaran Prostat Jinak (PPJ)
No RM No Photo No RM PA Umur Volume Prostat Endapan urin
907108 17235 RS 0900594 66 th 83.72 cc (+)
887616 6705 RS 08000502 66 th 38.13 cc (+)
964320 21205 RS 09002149 69 th 30.41 cc (+)
959623 18966 RS 0900603 65 th 35.54 cc (-)
977927 29562 RS 09002178 59 th 36.07 cc (+)
919527 25048 RS 09002173 75 th 52.91 cc (+)
975437 27754 RS 09002101 55 th 54.0 cc (+)
911948 12234 RS 09001094 78 th 30.01 cc (+)
849452 19209 RS 08001266 74 th 48.71 cc (+)
909555 19139 RS 0900631 75 th 175.36 cc (+)
873556 740 RS 08001173 73 th 54.17 cc (+)
749656 9069 RS 0800176 63 th 41.93 cc (+)
944759 8801 RS 0900533 58 th 43.79 cc (+)
962578 29869 RS 09001694 54 th 54.16 cc (+)
962604 26778 RS 09001001 77 thn 48.76 cc (+)
Dari tabel.1 di atas dapat dilihat bahwa seluruh pasien PPJ memiliki volume
prostat di atas normal yaitu > 20 cc.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Tabel 2. Jumlah Pasien Pembesaran Prostat Jinak (PPJ) Berdasarkan Kelompok
Umur.
No. Kelompok Umur (Tahun) Jumlah Persentase ( % )
1. 50 – 60 4 26,67 %
2. 60 – 70 5 33,33 %
3. 70 – 80 6 40 %
Jumlah 15 100
Berdasarkan data pada Tabel. 2, dapat dilihat bahwa jumlah pasien PPJ
paling banyak terdapat pada rentang umur 70 – 80 tahun dengan jumlah 6 pasien
(40 %), sedangkan yang paling sedikit terdapat pada rentang umur 50 - 60 tahun
yaitu dengan jumlah 4 pasien ( 26,67 % ).
B. Analisis Data
Uji Chi Square merupakan uji non-parametrik, yang bertujuan untuk
menentukan apakah hipotesis dari skripsi ini ditolak atau diterima, yaitu
mencari hubungan antar variabel bertipe nominal. Syarat agar suatu data layak
untuk diuji Chi Square, yaitu nilai expected (nilai yang diperoleh apabila
hipotesis Ho benar) yang kurang dari 5 maksimal 20% dari jumlah sel
(Dahlan, 2005).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
Tabel 3. Hasil Uji Kelayakan Chi Square
Data Expected Count
Keterangan Gambaran Endapan Urin (USG) Positif Negatif
PPJ positif 8,0 7,0 Layak PPJ negatif 8,0 7,0 Layak
Berdasarkan Tabel 8 di atas menunjukkan bahwa data hasil penelitian
ini memenuhi syarat untuk dilakukan uji statistik Chi Square, karena tidak
ada nilai expected yang kurang dari 5.
Tabel 4. Hasil Uji Chi Square Pembesaran Prostat Jinak - Gambaran
Endapan Urin di Kandung Kemih
Data Chi Square
Keterangan X2 P
Pembesaran Prostat Jinak
19,286; df:1
0,000 Signifikan
Setelah dilakukan uji statistik didapatkan hasil X2 hitung Pearson Chi
Square sebesar 19,286 (X2 hitung>X2 tabel); p<0,05, yang menunjukkan
bahwa ada hubungan yang signifikan antara Pembesaran Prostat Jinak dengan
adanya gambaran endapan urin di kandung kemih.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
BAB V
PEMBAHASAN
Berdasarkan Tabel 1. Data Hasil Pemeriksaan Volume Prostat Pada
Penderita Pembesaran Prostat Jinak (PPJ), dapat dilihat bahwa seluruh pasien
memiliki volume prostat lebih dari 20 cc. Hal ini sesuai dengan teori sebelumnya
bahwa volume prostat yang normal sekitar 20 cc (Beckman, 2005). Ukuran ini
akan semakin besar seiring dengan bertambahnya usia. Menurut Beckman 2005,
kelenjar prostat akan membesar sekitar 1,6 % setiap tahunnya secara progresif.
Karena Pembesaran Prostat Jinak merupakan istilah histologis, setiap pasien juga
diteliti pemeriksaan Patologi Anatomi kelenjar prostatnya sebagai penunjang
diagnosis PPJ dari pemeriksaan USG. Pada kelenjar prostat pasien PPJ, terdapat
peningkatan jumlah baik pada sel epitelial maupun sel stromal, akan tetapi yang
lebih utama dalam menyebabkan pembesaran prostat adalah sel stromal. Pada
PPJ, perbandingan sel epitelial dengan sel stromal 1:4 sampai 1:5 (Prabhav,
2009).
Berdasarkan Tabel 2. Jumlah Pasien Pembesaran Prostat Jinak (PPJ)
Berdasarkan Kelompok Umur, 40% dari penderita PPJ yang diteliti berumur 70 –
80 tahun sedangkan yang paling sedikit yaitu yang berumur 50 -60 tahun dengan
jumlah 4 pasien saja. Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya bahwa
prevalensi PPJ pada usia 40-49 tahun hanya sekitar 25%, pada usia 50 – 59 sekitar
50%, dan pada usia 70 – 79 sekitar 80% (Beckman, 2005). Selain itu, usia juga
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya PPJ selain riwayat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
keluarga, kurang mengkonsumsi makanan berserat, obesitas, diabetes, tingginya
kadar glukosa puasa, serta kebiasaan merokok (Amalia, 2008; Parsons, 2006).
Pada dasarnya PPJ timbul pada pria menginjak usia lanjut dan memiliki fungsi
produksi testosteron (Webber, 2005). Sesuai dengan teori etiologi PPJ yang ada,
semakin bertambah umur seorang pria, semakin besar kadar hormon DHT dan
estrogen dalam darah. Hal ini menyebabkan terjadinya proliferasi sel-sel kelenjar
prostat yang berlebihan dan penurunan kadar apoptosis sel sehingga semakin tua
umur seorang pria, akan semakin mungkin menderita PPJ.
Lalu, setelah dilakukan pengkajian lebih lanjut hasil penelitian dengan
menggunakan uji Chi Square, maka didapatkan hasil X2 hitung sebesar 19, 286
dengan p = 0,000 (p< 0,05). Jadi, terdapat hubungan yang bermakna antara
Pembesaran Prostat Jinak (PPJ) dengan adanya endapan urin di kandung kemih
pada pemeriksaan USG. Hal ini berarti pada keadaan PPJ sering timbul endapan
urin.
Dari hasil penelitian Seputra didapatkan bahwa sekitar 50 % dari pria usia
50 – 61 tahun mengalami PPJ dan setengah dari itu mengalami gejala obstruksi
atau yang biasa disebut Lower Urinary Tract Syndrome (LUTS). Karena terdapat
obstruksi, maka urin pada kandung kemih penderita PPJ sulit keluar. Selain itu,
urin yang akhirnya berhasil dikeluarkan pun nantinya tidak seluruhnya. Hal ini
dapat terjadi akibat kelelahan otot detrussor yang terus menerus tersensitisasi yang
akhirnya mengakibatkan terdapatnya residu urin. Residu tersebut ditambah
dengan sulit keluarnya urin menyebabkan terjadinya pengendapan urin sehingga
timbul sedimen urin. Sedimen urin yang menetap, lama kelamaan dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
menimbulkan komplikasi-komplikasi seperti infeksi saluran kemih, batu vesika,
maupun hematuria makroskopis (Prasetyawan, 2003).
Dalam penelitian ini terdapat beberapa hambatan dan kekurangan, antara
lain:
1. Tidak semua pasien yang melakukan pemeriksaan USG dengan diagnosis PPJ
memiliki rekam medis pemeriksaan Patologi Anatomi sehingga menambah
waktu yang diperlukan untuk penelitian.
2. Interpretasi gambaran sedimen urin pada pemeriksaan USG mungkin
memiliki subjektivitas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Pasien PPJ terbanyak terdapat pada kisaran umur 70 – 80 tahun.
2. Ada hubungan yang bermakna (signifikan) antara Pembesaran Prostat
Jinak dengan gambaran sedimen urin di kandung kemih pada
pemeriksaan ultrasonografi.
B. Saran
1. Dapat dilakukan penelitian lanjutan tentang perbandingan antara setiap
derajat LUTS pada PPJ dengan adanya gambaran endapan urin.
2. Sebaiknya diterapkan sistem komputerisasi pada rekam medis sehingga
dapat memudahkan peneliti dalam mengambil data penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
DAFTAR PUSTAKA
Amalia, Rizki, dkk. 2007. Faktor-Faktor Resiko Terjadinya Pembesaran Prostat
Jinak. http://eprints.undip.ac.id/5282/1/Rizki_Amalia.pdf (diakses pada
tanggal 20 Maret 2010)
Anggraeni, Renny, dkk. 2007. Disfungsi Ereksi Pada Pasien PPJ yang Menjalani
Tindakan Prostatektomi Terbuka dan TUR-P.
http://www.urologi.or.id/pdf/revisi%2026%20maret_4.pdf (diakses pada
tanggal 20 Maret 2010)
Arisandi, Defa. 2008. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Benigne Prostat
Hyperplasia. http://www.fadlie.web.id/askep/askep-PPJ7j.pdf (diakses
pada tanggal 20 Maret 2010)
As’ari, Musa, dkk. 2009. Hubungan Antara Derajat Intravesical Prostatic
Protrussion Dengan Q max, Volume Prostat, Dan International Prostate
Symptom Score Pada Pasien PPJ Dengan Luts Tanpa Komplikasi.
http://urologi.or.id/pdf/musa.pdf (diakses pada tanggal 20 Maret 2010)
AUA practice guidelines committee. 2003. AUA guideline on management of
benign prostatic hyperplasia. Chapter 1: diagnosis and treatment
recommendations. J Urol 170. p. 530- 547
Birowo & Rahardjo. 2000. Pembesaran Prostat Jinak.
http://fkui.co.id/urologi/ppj.mht (diakses pada tanggal 20 Maret 2010)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
Brown, Susan. 2006. Bladder stones and Bladder endapan urin in rabbit.
http://www.rabbit.org/health/urolith.html (diakses pada tanggal 20 Maret
2010)
Crow, P, dkk. 2002. The influence of histological diagnosis on the postoperative
complication rate following trans-urethral resection of prostate (TURP).
www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/.../pdf/annrcse01640-0056.pdf
(diakses tanggal 10 Agustus 2010)
Dorland .2002. Kamus Kedokteran Dorland. . 29th ed.. Philadelphia : W. B.
Saunders Company Inc Jakarta : EGC.
Dwi, Agustina dkk. 2010. Penataalaksanaan Medik Pada Benigna Prostate
Hiperplasia (BPH).
http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:3u-
ed8GF3xwJ:www.scribd.com/doc/37973331/Penatalaksanaan-
BPH+urinalisis+BPH&cd=5&hl=id&ct=clnk&gl=id (diakses tanggal 10
Agustus 2010)
Furqan. 2003. Evaluasi Biakan Urin Pada Penderita PPJ Setelah Pemasangan
Kateter Menetap: Pertama Kali Dan Berulang.
http://library.usu.ac.id/download/fk/bedah-furqan.pdf (diakses pada
tanggal 20 Maret 2010)
Gardjito, Widjoseno. 2008. Retensi Urin Permasalahan dan Penatalaksanaannya.
JURI VOLL 4 NO.2 TAHUN 1994_2 (diakses pada tanggal 3 November
2010)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
Ikatan Ahli Urologi Indonesia (IAUI). 2003. Panduan penatalaksanaan
(Guidelines) Benign Prostatic Hyperplasia (PPJ) di Indonesia. Surabaya;
p. 1–15.
Kim & Belldegrun (eds). 2006. Urology Dalam Schwartz’s Manual Of Surgery,
8th Edition. USA: Mc Graw-Hill Medical Publishing Division. p. 1036-
1060
Leveillee. 2006. Benign Prostate Hyperplasia. http://www.emedicine.com
(diakses pada tanggal 20 Maret 2010)
Lina, Nur, dkk. 2008. Faktor-Faktor Risiko Kejadian Batu Saluran Kemih pada
Laki-Laki (Studi Kasus di RS. Dr. Kariadi, RS Roemani dan RSI Sultan
Agung Semarang). http://eprints.undip.ac.id/5280/1/Nurlina.pdf (diakses
pada tanggal 20 Maret 2010)
Malueka, Rusdy Ghazali, dkk. 2007. Radiologi Diagnostik. Yogyakarta: Pustaka
Cendekia Press.
Marks, Leonard S, dkk. 2006.
www.usrf.org/.../PPJ_Prevention/Prevention%20of%20PPJ%20Disease.pd
f (diakses tanggal 10 Agustus 2010)
Michel, Martin C, dkk. 2007. Conservative Treatment of Benign Prostatic
Hyperplasi. www.meirui-
pharma.com/.../Conservative%20Treatment%20of%20Benign%20Prostati
c%20Hyperplasia... (diakses tanggal 10 Agustus 2010)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
Murti, B. 2006. Desain dan Ukuran Sampel untuk Penelitian Kuantitatif dan
Kualitatif di Bidang Kesehatan. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press, p:136.
National Clinical Guidelines Centre for Acute and Chronic Conditions. 2009.
www.nice.org.uk/nicemedia/live/11662/45296/45296.pdf (diakses tanggal
10 Agustus 2010)
Peterson, Andrew C, at al. 2008. Urologic Imaging Without X-rays -
Ultrasonography, MRI, and Nuclear Medicine.
http://emedicine.medscape.com/article/455553-overview. (diakses tanggal
10 Agustus 2010)
Praag, Ester Van. 2003. Nephroliths and uroliths in Rabbit.
http://www.medirabbit.com/EN/Uro_gen_diseases/Mech_diseases/Urolithi
asis.pdf (diakses pada tanggal 20 Maret 2010)
Prasetyawan, Widiyanto, Rochani Sumardi. 2003. Korelasi Antara Volume Residu
Urin Dan Adanya Obstruksi Pada Penderita Dengan Simtom PPJ Dengan
Menggunakan Pressure Flow Study.
Http://urologi.or.id/pdf/juri12003_9.pdf (diakses pada tanggal 20 Maret
2010)
Purnomo. 2008. Dasar-Dasar Urologi, Edisi Kedua. Jakarta: CV.Sagung Seto. p.
69- 85
Roehrborn CG, McConnell JD. 2002. Etiology, pathophysiology, epidemiology
and natural history of benign prostatic hyperplasia. In: Walsh PC, Retik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
AB, Vaughan ED Jr, Wein AJ, eds. Campbell’s Urology, 8th ed.
Philadelphia, PA: WB Saunders Co. p. 1297-1336.
Rosette, de la, et al. 2001. Guidelines on benign prostatic Hyperplasia (PPJ). Eur
Urol 40. p. 256-263,
Sastroasmoro, Sudigdo. 2002. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta:
CV. Sagung Seto
Seputra, Kurnia Penta, dkk. 2008. Perbedaan IPSS, Q Max, Dan Volume Prostat
Pada Pemberian Kombinasi Inhibitor 5α-Reduktase (Dutasteride) Dan
Anti Estrogen (Tamoxifen) Pada Pasien PPJ Yang Mengalami LUTS
Tanpa Komplikasi. http://urologi.or.id/pdf/penta0708.pdf (diakses pada
tanggal 20 Maret 2010)
Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem Edisi 2. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Sutapa, Hendra, dkk. 2007. Pengukuran Volume Prostat Pasien PPJ
Menggunakan Colok Dubur Dan USG Transrektal Dengan Operator Yang
Sama Dibandingkan dengan Pengukuran Volume Prostat Menggunakan
TAUS Dengan Operator Berbeda. http://urologi.or.id/pdf/4.pdf (diakses
pada tanggal 20 Maret 2010)
Sutton, David, et al. 2003. Textbook of Radiology and Imaging Volume 2, Seventh
Edition. Edinburgh: Elseiver Science ltd.
Syamsuhidajat, R., Wim de Jong. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta:
EGC, p. 735- 784.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
Tanagho EA. 2000. Urodynamic studies. In: Tanagho EA, McAninch JW. Smith’s
General Urology. 15th ed. New York; McGraw-Hill Co. p. 348 - 355.
Taufiqurohman, M A. 2004. Pengantar Metodologi Penelitian Untuk Ilmu
Kesehatan. The Community Of Self Help Group Forum.
Tjahjodjati, Djoko Rahardjo. 2003. Hubungan antara residu urin pasca miksi
dengan protrusi Prostat pada pembesaran prostat jinak tanpa retensi.
www.urologi.or.id/pdf/JURI12003_8.pdf (diakses tanggal 10 Agustus
2010
Wein AJ, Rovner ES. 2001. Benign Prostatic hyperplasia. In: Hanno PM editors.
Clinical manual of urology 3 th edition. Boston Burr Ridge: Mc Graw Hill.
p. 437-470.
Wirawan, R., dkk. 2003. Penilaian hasil pemeriksaan urin.
http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/cdk_030_diagnosis_laboratorium.pd
f (diakses pada tanggal 20 Maret 2010)