di blok “x” formasi baturaja, cekungan...

17
ANALISIS ELEKTROFASIES BERDASARKAN DATA LOG SUMUR DI BLOK “X” FORMASI BATURAJA, CEKUNGAN SUMATERA SELATAN Anugrah Ismahesa 1 , Vijaya Isnaniawardhani 1 , Ahmad Helman Hamdani 1 1 Universitas Padjadjaran *Corresponding Author: [email protected] Sari Blok Xyang merupakan daerah penelitian berada di Cekungan Sumatera Selatan merupakan salah satu cekungan penghasil hidrokarbon dalam jumlah besar di Indonesia. Reservoar carbonate Formasi Baturaja pada Blok “X” menjadi target didalam penelitian ini . Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik (fasies) batuan tersebut melalui analisis elektrofasies. Analisis elektofasies merupakan salah satu studi yang diperlukan dalam pengembangan lapangan migas. Analisis elektrofasies dapat digunakan untuk analisis kualitatif zona menarik, korelasi antar sumur dan pembagian interval zona reservoar. Data yang digunakan berupa data terintegrasi log sumur. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa elektrofasies. Fasies yang didapat dari analisis elektrofasies pada Blok “X” yang dilihat dari kurva log litologi, porositas dan resistivitas terdiri dari Fasies Reef dan Fasies Platform dimana kandidat reservoar yang menarik atau potensial dimiliki oleh fasies Reef dengan ciri pola kurva log gamma ray yang kecil/kiri, resistivity yang relatif tinggi, serta memiliki separasi kurva log densitas dan neutron. Dari analisis elektrofasies ini didapatkan pula 5 interval zona reservoar pada sumur AA, AD dan AS. Dari ke-5 interval masing masing sumur, yang termasuk kedalam fasies reef adalah fasies interval sumur AA-1, AA-2 dan AD-1. Sedangkan yang termasuk kedalam fasies platform adalah fasies interval sumur AA-3, AA-4, AA-5, AD-2, AD-3, AD-4, AD-5, dan keseluruhan zona reservoar interval sumur AS. Kata kunci: elektrofasies, reservoar carbonate, zona reservoar.

Upload: others

Post on 19-Nov-2020

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: DI BLOK “X” FORMASI BATURAJA, CEKUNGAN ...pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/ANUGRAH...Blok “X” yang merupakan daerah penelitian berada di Cekungan Sumatera Selatan

ANALISIS ELEKTROFASIES BERDASARKAN DATA LOG SUMUR

DI BLOK “X” FORMASI BATURAJA, CEKUNGAN SUMATERA SELATAN

Anugrah Ismahesa1, Vijaya Isnaniawardhani

1, Ahmad Helman Hamdani

1

1Universitas Padjadjaran

*Corresponding Author: [email protected]

Sari

Blok “X” yang merupakan daerah penelitian berada di Cekungan Sumatera Selatan

merupakan salah satu cekungan penghasil hidrokarbon dalam jumlah besar di Indonesia.

Reservoar carbonate Formasi Baturaja pada Blok “X” menjadi target didalam penelitian ini.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik (fasies) batuan tersebut melalui analisis

elektrofasies. Analisis elektofasies merupakan salah satu studi yang diperlukan dalam

pengembangan lapangan migas. Analisis elektrofasies dapat digunakan untuk analisis kualitatif

zona menarik, korelasi antar sumur dan pembagian interval zona reservoar. Data yang digunakan

berupa data terintegrasi log sumur. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa

elektrofasies.

Fasies yang didapat dari analisis elektrofasies pada Blok “X” yang dilihat dari kurva log

litologi, porositas dan resistivitas terdiri dari Fasies Reef dan Fasies Platform dimana kandidat

reservoar yang menarik atau potensial dimiliki oleh fasies Reef dengan ciri pola kurva log

gamma ray yang kecil/kiri, resistivity yang relatif tinggi, serta memiliki separasi kurva log

densitas dan neutron. Dari analisis elektrofasies ini didapatkan pula 5 interval zona reservoar

pada sumur AA, AD dan AS. Dari ke-5 interval masing masing sumur, yang termasuk kedalam

fasies reef adalah fasies interval sumur AA-1, AA-2 dan AD-1. Sedangkan yang termasuk

kedalam fasies platform adalah fasies interval sumur AA-3, AA-4, AA-5, AD-2, AD-3, AD-4,

AD-5, dan keseluruhan zona reservoar interval sumur AS.

Kata kunci: elektrofasies, reservoar carbonate, zona reservoar.

Page 2: DI BLOK “X” FORMASI BATURAJA, CEKUNGAN ...pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/ANUGRAH...Blok “X” yang merupakan daerah penelitian berada di Cekungan Sumatera Selatan

Abstract

Block "X" which is an area of research is in South Sumatra Basin is one of the

hydrocarbon-producing basins in large quantities in Indonesia. Baturaja Formation carbonate

reservoir in Block "X" being targeted in this study. This research was conducted to determine the

characteristics (facies) rocks through elektrofacies analysis. Elektofacies analysis is one of the

necessary studies in the development of oil and gas fields. Elektrofacies analysis can be used for

qualitative analysis of the zone of interest, the correlation between wells and the distribution of

reservoir zone interval. Data used in the form of integrated data log of the well. The method used

in this research is the analysis elektrofasies.

Facies derived from analysis elektrofacies in Block "X" as seen from the curve log

lithology, porosity and resistivity consists of facies Reef and facies Platform where candidates

reservoir of interest or potential possessed by facies Reef with a characteristic pattern of curves

log gamma ray small / left , a relatively high resistivity, and has separation and neutron density

log curves. From this elektrofacies analysis found also five reservoir intervals in the well zones

AA, AD and AS. 5th interval of each well, which is included into the reef facies is the facies of

the well interval AA-1, AA-2 and AD-1. While the platform is included into facies facies wells

interval AA-3, AA 4, AA-5, AD-2, AD-3, AD 4, AD-5, and the entire zone of the reservoir interval

AS wells.

Key words: electrofacies, carbonate reservoir, reservoir zone.

Pendahuluan

Sejak dulu sampai saat ini eksplorasi

hidrokarbon di Indonesia terus berlanjut,

begitu juga dengan pengembangan beberapa

lapangan yang telah berproduksi.

Pembahasan yang dilakukan lebih dititik

beratkan pada batuan reservoar sebagai

penyimpan minyak dan gas bumi, khususnya

batuan karbonat. Reservoar karbonat hingga

saat ini masih menjadi target eksplorasi pada

beberapa cekungan. Cekungan Sumatera

Selatan salah satu cekungan yang produktif

dalam menghasilkan minyak dan gas bumi

dimana posisinya sebagai back-arc basin

(cekungan belakang busur) yang dapat men-

generate hidrokarbon sebagai penghasil

minyak dan gas bumi.

Konsep-konsep baru dalam

pengembangan sebuah lapangan minyak

seringkali muncul setelah dilakukannya

studi baru yang lebih mendetail. Salah satu

studi yang dapat dilakukan adalah analisis

elektrofasies. Analisis elektrofasies dapat

digunakan untuk analisis kualitatif zona

menarik, korelasi antar sumur dan

pembagian interval zona reservoar.

Tinjauan Pustaka

Cekungan Sumatera (Utara, Tengah,

Selatan) berkembang sebagai akibat

bertumbukannya lempeng Hindia dan

lempeng Asia. Pertumbukan ini telah

menyebabkan ekstrusi blok benua ke arah

tenggara dan ekstensi di Sumatera sebagai

hasil dari perubahan regangan yang jauh.

Interpretasi ini didukung oleh fakta bahwa

ekstensi cekungan pada Tersier Awal

merambat menghasilkan busur pegunungan

dan depan busur pegunungan di bagian barat

Sumatera (Hall, 2002).

Page 3: DI BLOK “X” FORMASI BATURAJA, CEKUNGAN ...pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/ANUGRAH...Blok “X” yang merupakan daerah penelitian berada di Cekungan Sumatera Selatan

Cekungan Sumatera Selatan

terbentuk selama ekstensi barat-timur pada

PraTersier akhir hingga awal Tersier (Daly

et al, 1987). Blok “X” berada di sebuah

lapangan minyak yang terletak di Cekungan

Sumatera Selatan (Gambar 1).

STRATIGRAFI CEKUNGAN

SUMATERA SELATAN

Stratigrafi daerah cekungan Sumatra

Selatan secara umum dapat dikenal satu

megacycle (daur besar) yang terdiri dari

suatu transgresi dan diikuti regresi. Formasi

yang terbentuk selama fase transgresi

dikelompokkan menjadi Kelompok Telisa

(Formasi Talang Akar, Formasi Baturaja,

dan Formasi Gumai). Kelompok Palembang

diendapkan selama fase regresi (Formasi Air

Benakat, Formasi Muara Enim, dan Formasi

Kasai), sedangkan Formasi Lemat dan older

Lemat diendapkan sebelum fase transgresi

utama. Stratigrafi Cekungan Sumatra

Selatan menurut (De Coster, 1974) adalah

sebagai berikut (Gambar 2):

1.Kelompok Pra Tersier

Formasi ini merupakan batuan dasar

(basement rock) dari Cekungan Sumatra

Selatan. Tersusun atas batuan beku

Mesozoikum, batuan metamorf

Paleozoikum, Mesozoikum, dan batuan

karbonat yang termetamorfosa. Hasil dating

di beberapa tempat menunjukkan bahwa

beberapa batuan berumur Kapur Akhir

sampai Eosen Awal. Batuan metamorf

Paleozoikum-Mesozoikum dan batuan

sedimen mengalami perlipatan dan

pensesaran akibat intrusi batuan beku

selama episode orogenesa Mesozoikum

Tengah (Mid-Mesozoikum).

2. Formasi Lahat

7 Batuan tertua yang ditemukan pada

Cekungan Sumatera Selatan adalah batuan

yang berumur akhir Mesozoik. Batuan yang

ada pada Formasi ini terdiri dari batupasir

tuffan, konglomerat, breksi, dan lempung.

Batuan-batuan tersebut kemungkinan

merupakan bagian dari siklus sedimentasi

yang berasal dari Continental, akibat

aktivitas vulkanik, dan proses erosi dan

disertai aktivitas tektonik pada akhir kapur-

awal Tersier di Cekungan Sumatera Selatan.

3. Formasi Lahat Muda

Formasi Lemat tersusun atas klastika

kasar berupa batupasir, batulempung,

fragmen batuan, breksi, “Granit Wash”,

terdapat lapisan tipis batubara, dan tuf.

Semuanya diendapkan pada lingkungan

kontinen. Sedangkan anggota Benakat dari

Formasi Lemat terbentuk pada bagian

tengah cekungan dan tersusun atas serpih

berwarna coklat abu-abu yang berlapis

dengan serpih tuffaan (tuffaceous shales),

batulanau, batupasir, terdapat lapisan tipis

batubara dan batugamping (stringer),

Glauconit, diendapkan pada lingkungan

fresh-brackish. Formasi Lemat secara

normal dibatasi oleh bidang ketidakselarasan

(unconformity) pada bagian atas dan bawah

formasi. Kontak antara Formasi Lemat

dengan Formasi Talang Akar yang

diintepretasikan sebagai paraconformable.

Formasi Lemat berumur Paleosen-Oligosen,

dan anggota Benakat berumur Eosen Akhir-

Oligosen, yang ditentukan dari spora dan

pollen, juga dengan dating K-Ar. Ketebalan

formasi ini bervariasi, lebih dari 2500 kaki

(± 760 m). Pada Cekungan Sumatra Selatan

dan lebih dari 3500 kaki (1070 m) pada zona

depresi sesar di bagian tengah cekungan

(didapat dari data seismik).

4. Formasi Talang Akar

Formasi Talang Akar terdapat di

Cekungan Sumatra Selatan, formasi ini

terletak di atas Formasi Lemat dan di bawah

Formasi Telisa atau anggota Basal

Batugamping Telisa. Formasi Talang Akar

terdiri dari batupasir yang berasal dari delta

Page 4: DI BLOK “X” FORMASI BATURAJA, CEKUNGAN ...pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/ANUGRAH...Blok “X” yang merupakan daerah penelitian berada di Cekungan Sumatera Selatan

plain, serpih, lanau, batupasir kuarsa,

dengan sisipan batulempung karbonat,

batubara dan di beberapa tempat

konglomerat. Kontak antara Formasi Talang

Akar dengan Formasi Lemat tidak selaras

pada bagian tengah dan pada bagian pinggir

dari cekungan kemungkinan

paraconformable, sedangkan kontak antara

Formasi Talang Akar dengan Telisa dan

anggota Basal Batugamping Telisa adalah

conformable. Kontak antara Talang Akar

dan Telisa sulit di pick dari sumur di daerah

palung disebabkan litologi dari dua formasi

ini secara umum sama. Ketebalan dari

Formasi Talang Akar bervariasi 1500-2000

feet (sekitar 460- 610 m). Umur dari

Formasi Talang Akar ini adalah Oligosen

Atas-Miosen Bawah dan kemungkinan

meliputi N3 (P22), N7 dan bagian N5

berdasarkan zona Foraminifera plangtonik

yang ada pada sumur yang dibor pada

formasi ini berhubungan dengan delta plain

dan daerah shelf.

5. Formasi Baturaja

Anggota ini dikenal dengan Formasi

Baturaja. Diendapkan pada bagian

intermediate-shelfal dari Cekungan

Sumatera Selatan, di atas dan di sekitar

platform dan tinggian. Kontak pada bagian

bawah dengan Formasi Talang Akar atau

dengan batuan Pra-Tersier. Komposisi dari

Formasi Baturaja ini terdiri dari

Batugamping Bank (Bank Limestone) atau

platform dan reefal. Ketebalan bagian bawah

dari formasi ini bervariasi, namun rata-rata

200-250 feet (sekitar 60-75 m). Singkapan

dari Formasi Baturaja di Pegunungan Garba

tebalnya sekitar 1700 feet (sekitar 520 m).

Formasi ini sangat fossiliferous dan dari

analisis umur anggota ini berumur Miosen.

Fauna yang ada pada Formasi Baturaja

umurnya N6- N7.

6. Formasi Telisa (Gumai)

Formasi Gumai tersebar secara luas

dan terjadi pada zaman Tersier, formasi ini

terendapkan selama fase transgresif laut

maksimum, (maximum marine

transgressive) ke dalam 2 cekungan. Batuan

yang ada di formasi ini terdiri dari napal

yang mempunyai karakteristik fossiliferous,

banyak mengandung foram plankton.

Sisipan batugamping dijumpai pada bagian

bawah. Formasi Gumai beda fasies dengan

Formasi Talang Akar dan sebagian berada di

atas Formasi Baturaja. Ketebalan dari

formasi ini bervariasi tergantung pada posisi

dari cekungan, namun variasi ketebalan

untuk Formasi Gumai ini berkisar dari

6000–9000 feet (1800- 2700 m). Penentuan

umur Formasi Gumai dapat ditentukan dari

dating dengan menggunakan foraminifera

planktonik. Pemeriksaan mikropaleontologi

terhadap contoh batuan dari beberapa sumur

menunjukkan bahwa fosil foraminifera

planktonik yang dijumpai dapat digolongkan

ke dalam zona Globigerinoides sicanus,

Globogerinotella insueta, dan bagian bawah

zona Orbulina Satiralis Globorotalia

peripheroranda, umurnya disimpulkan

Miosen Awal-Miosen Tengah. Lingkungan

pengendapan Laut Terbuka, Neritik.

7. Formasi Lower Palembang (Air Benakat)

Formasi Lower Palembang

diendapkan selama awal fase siklus regresi.

Komposisi dari formasi ini terdiri dari

batupasir glaukonitan, batulempung,

batulanau, dan batupasir yang mengandung

unsur karbonatan. Pada bagian bawah dari

Formasi Lower Palembang kontak dengan

Formasi Telisa. Ketebalan dari formasi ini

bervariasi dari 3300 – 5000 kaki (sekitar

1000 – 1500 m). Fauna-fauna yang dijumpai

pada Formasi Lower Palembang ini antara

lain Orbulina Universa d’Orbigny, Orbulina

Suturalis Bronimann, Globigerinoides

Subquadratus Bronimann, Globigerina

Page 5: DI BLOK “X” FORMASI BATURAJA, CEKUNGAN ...pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/ANUGRAH...Blok “X” yang merupakan daerah penelitian berada di Cekungan Sumatera Selatan

Venezuelana Hedberg, Globorotalia

Peripronda Blow & Banner, Globorotalia

Venezuelana Hedberg, Globorotalia

Peripronda Blow & Banner, Globorotalia

mayeri Cushman & Ellisor, yang

menunjukkan umur Miosen Tengah N12-

N13. Formasi ini diendapkan di lingkungan

laut dangkal.

8. Formasi Middle Palembang (Muara

Enim)

Batuan penyusun yang ada pada

formasi ini berupa batupasir, batulempung,

dan lapisan batubara. Batas bawah dari

Formasi Middle Palembnag di bagian

selatan cekungan berupa lapisan batubara

yang biasanya digunakan sebagai marker.

Jumlah serta ketebalan lapisan-lapisan

batubara menurun dari selatan ke utara pada

cekungan ini. Ketebalan formasi berkisar

antara 1500–2500 kaki (sekitar 450-750 m).

De Coster (1974) menafsirkan formasi ini

berumur Miosen Akhir sampai Pliosen,

berdasarkan kedudukan stratigrafinya.

Formasi ini diendapkan pada lingkungan

laut dangkal sampai brackist (pada bagian

dasar), delta plain dan lingkungan non

marine.

9. Formasi Upper Palembang (Kasai)

Formasi ini merupakan formasi yang

paling muda di Cekungan Sumatra Selatan.

Formasi ini diendapkan selama orogenesa

pada Plio-Pleistosen dan dihasilkan dari

proses erosi Pegunungan Barisan dan Tiga

puluh. Komposisi dari formasi ini terdiri

dari batupasir tuffan, lempung, dan kerakal

dan lapisan tipis batubara. Umur dari

formasi ini tidak dapat dipastikan, tetapi

diduga Plio-Pleistosen. Lingkungan

pengendapannya darat.

BATUAN KARBONAT

Batuan karbonat adalah semua

batuan yang tersusun oleh mineral karbonat,

dalam prakteknya terutama batugamping

dan dolomit yang berpotensi sebagai

reservoar. Jenis-jenis mineral karbonat yaitu

aragonit(CaCO3), kalsit (CaCO3),

dolomit(CaMg (CO3)2), magnesit (MgCO3),

dan siderit(FeCO3).

Mineral penting yang menyusun

batuan karbonat dengan persentase besar,

diantaranya adalah :

- Aragonit (CaCO3) : Kristal orthorombik,

bersifat tidak stabil, berbentuk jarum atau

serabut yang diendapkan langsung secara

kimiawi langsung dari presipitasi air laut.

- Kalsit (CaCO3) : Kristal hexagonal,

bersifat cukup stabil, merupakan hablur

Kristal yang bagus dan jelas. Dijumpai

sebagai hasil rekristalisasi aragonite, serta

sebagai semen pengisi ruang antarbutir dan

rekahan.

- Dolomit (CaMg(CO3)2) : Kristal

hexagonal, hampir sama dengan kalsit

namun secara petrografis dapat dibedakan

dari indeks refraksinya. Dapat terbentuk

sebagai presipitasi langsung air laut namun

lebih sering sebagai akibat dari penggantian

mineral kalsit.

- Magnesit (MgCO3) : Kristal hexagonal,

terbentuk sebagai akibat penggantian dari

kalsit dan dolomit, namun sering terjadi

sebagai akibat dari rombakan batuan yang

mengandung magnesium silikat.

ELEKTROFASIES

Konsep motif log adalah suatu

metode yang mengkorelasikan bentuk pola

log yang sama. Menurut Walker dan James

(1992), pola-pola log menunjukkan energi

pengendapan yang berubah, yakni berkisar

dari energi tingkat tinggi sampai rendah.

Dalam interpretasi geologi, suatu lompatan

(looping) dilakukan dari energi pengendapan

sampai lingkungan pengendapan, pola-pola

Page 6: DI BLOK “X” FORMASI BATURAJA, CEKUNGAN ...pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/ANUGRAH...Blok “X” yang merupakan daerah penelitian berada di Cekungan Sumatera Selatan

log selalu diamati pada kurva gamma ray

atau spontaneous potential, tetapi

kesimpulan yang sama juga dapat didukung

dari log Neutron-Density.

Log sumur memiliki bentuk dasar

yang bias mencirikan karakteristik suatu

lingkungan pengendapan. Bentuk – bentuk

dasar tersebut dapat berupa cylindrical,

irregular, bell, funnel, symmetrical, dan

asymmetrical ( Kendal, 2003).

Beberapa bentuk dasar Log sumur

yang bisa mencirikan karakteristik suatu

lingkungan pengendapan yaitu: cylindrical,

irregular, bell, funnel, symmetrical, dan

asymmetrical (Gambar 3).

a) Cylindrical

Bentuk cylindrical diasosiasikan

dengan akumulasi facies yang heterogen

pada lingkungan shallow water. Kondisi

respon pertumbuhan reef terhadap

kenaikan muka air laut relatif yaitu keep-

up carbonates shelf.

b) Serrated

Bentuk serrated di asosiasikan

dengan endapan strom dominated shelf,

dan distal deep-marine slopeyang

umumnya mengindikasikan lapisan tipis

silang siur (thin interbedded) dengan

shale.

c) Bell shaped

Trend menghalus kearah atas

memperlihatkan penurunan nilai

rekaman kadar sinar gamma ke arah atas

suatu paket batuan. Bentuk bell ini

selalu diasosiasikan sebagai fining

upward. Bentuk bell merupakan

rekaman dari endapan tidal-channel fill,

tidal flat, transgressive shelf. Kondisi

respon pertumbuhan reef terhadap

kenaikan muka air laut relatif yaitu give-

up carbonates shel.f

d) Funnel shaped

Bentuk funnel merupakan kebalikan

dari bentuk bell dengan dampak

ketidaksesuaian batas geologi dan tata

waktu/runtunannya, dan selalu

diasosiasikan sebagai coarsening-

upward. Bentuk dari log gamma ray

memperlihatkan peningkatan rekaman

kadar sinar gamma ray ke arah atas

dalam suatu paket batuan. Bentuk funnel

merupakan hasil dari shoreline,

perubahan berkembanganya dari

endapan clastic ke carbonates. Kondisi

respon pertumbuhan reef terhadap

kenaikan muka air laut relatif yaitu

catch-up carbonates shelf.

e) Symmetrical shaped

Bentuk symmetrical merupakan

keserasian kombinasi bentuk bell-funnel

yaitu merupakan kombinasi coarsening-

fining upward. Bentuk symmetrical

merupakan hasil dari reworked offshore

buildup, dari regresif ke transgresif

shoreface.

Dalam melakukan interpretasi untuk

mengetahui zona hidrokarbon dibutuhkan

beberepa tools sesuai dengan sistem cara

kerjanya. Jenis log ini dibagi menjadi dua:

1. Log Radioaktif

a. Log Gamma Ray

Log Gamma Ray adalah suatu

pengukuran terhadap kandungan

radioaktivitas alam dari suatu formasi, yang

radioaktivnya berasal dari tiga unsur

radioaktif yang ada di dalam bumi yaitu

Uranium-U, Thorium-Th, dan Potasium-K.

Sinar gamma sangat efektif untuk

membedakan lapisan permeabel dan yang

tidak permeabel karena radioaktif cenderung

berpusat dalam serpih yang tidak permeabel

(kurva log GR defleksi ke kanan), sedangkan

untuk lapisan permeabel unsur radioaktif

jumlahnya sedikit (kurva log GR defleksi ke

Page 7: DI BLOK “X” FORMASI BATURAJA, CEKUNGAN ...pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/ANUGRAH...Blok “X” yang merupakan daerah penelitian berada di Cekungan Sumatera Selatan

kiri). Log GR diskala dalam satuan API

(American Petroleum Institute).

Secara ringkas dapat dijelaskan bahwa

kegunaan dari log GR adalah untuk evaluasi

lapisan yang berpotensi banyak radioaktif

sehingga disimpulkan sebagai lapisan shale,

untuk korelasi log antar sumur, penentuan

lapisan permeable dan tidak permeabel

dengan pencocokan dengan karakteristik

log-log lainnya, dan evaluasi kandungan

serpih

b. Log Neutron

Log Neutron memberikan suatu

perekaman reaksi formasi terhadap

penambahan neutron ditentukan dalam

neutron porosity unit. Log ini mencerminkan

banyaknya atom hidrogen (hydrogen index)

dalam formasi. Biasanya makin banyak

fluida dalam formasi akan memberikan

pembacaan porositas yang tinggi sebab

fluida menunjukkan pori-pori batuannya

besar hingga harga porositas neutronnya

tinggi.

Secara kuantitatif log neutron

digunakan untuk mengukur porositas dan

juga pembeda yang sangat baik antara

minyak dan gas. Jika dikombinasikan dengan

log densitas pada skala tertentu, merupakan

indikator litologi yang terbaik.

c. Log Densitas

Prinsip kerja Log Densitas ini adalah

sumber radioaktif yang ada pada alat akan

memancarkan gamma rays ke dalam formasi

dengan energi sebesar (0.2 – 2.0 Mev) dan

memperhitungkan pengurangan

radioaktivitas antara sumber dan detektor.

Pada formasi yang densitasnya tinggi

pengurangan elektron sangat signifikan dan

hanya sedikit sinar gamma yang mampu

mencapai detektor menunjukkan kehilangan

energi yang besar, sedangkan pada formasi

yang densitasnya rendah, energi yang dapat

atau sinar gamma yang mencapai detektor

tinggi.

Secara kuantitatif log densitas

digunakan untuk menghitung porositas dan

secara tidak langsung untuk menentukan

densitas hidrokarbon. Dapat pula membantu

perhitungan acoustic impedance dalam

kalibrasi pada seismik. Secara kualitatif log

ini berguna sebagai indikator penentuan

litologi, yang dapat digunakan untuk

mengindentifikasi densitas mineral-mineral,

lebih jauh lagi dapat memperkirakan

kandungan organik dari source rock dan

dapat mengidentifikasi overpressure dan

fracture porosity. (Gambar 4)

2. Log Elektrik

Digunakan untuk mengukur sifat

kelistrikan batuan, yaitu resistivity atau

tahanan jenis.

Log Resistivitas

Resistivitas adalah kemampuan batuan

untuk menghambat jalannya arus listrik yang

bergantung kepada sifat atau karakter fisik

batuan diantaranya porositas, salinitas dan

jenis batuan. Jadi log resistivitas merupakan

pengukuran dari sifat resistivitas formasi.

Beberapa hal yang dapat dianalisis dalam log

resistivitas adalah sebagai berikut:

Lapisan permeabel yang mengandung

air tawar, harga resistivitas akan tinggi,

karena air tawar bersifat isolator.

Lapisan permeabel yang mengandung

air asin, harga resistivitas akan rendah,

karena salinitas air asin lebih tinggi serta

bersifat konduktif.

Lapisan yang mengandung hidrokarbon

harga resistivitas akan tinggi karena

hidrokarbon bersifat resistif.

Pada lapisan dengan sisipan shale, harga

resistivitas akan tergantung kepada

presentase sisipan, ketebalan tiap lapisan

dalam sistem perselang – seling tersebut,

dan resolusi vertikal dari log nya.

Page 8: DI BLOK “X” FORMASI BATURAJA, CEKUNGAN ...pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/ANUGRAH...Blok “X” yang merupakan daerah penelitian berada di Cekungan Sumatera Selatan

Cara yang dilakukan untuk dapat

menghasilkan kurva ini adalah dengan

megalirkan arus listrik ke dalam formasi

kemudian mengukur kemampuan formasi

tersebut untuk menghantarkan arus listrik.

Selain itu juga, kurva log ini dapat diperoleh

dengan menginduksikan arus listrik ke dalam

formasi dan mengukur besarnya induksi

tersebut.

Metodologi

Daerah yang menjadi objek

penelitian adalah Blok “X” yang berada

pada Cekungan Sumatera Selatan. Pada

Blok “X” terdapat 5 sumur,akan tetapi

hanya digunakan data dari 3 sumur yang

digunakan dikarenakan tidak tersedianya

data formasi target pada 2 sumur tersebut

dengan luas daerah penelitian sekitar 4,333

km2 (Gambar 5).

Penelitian ini dilakukan dengan

melakukan pengolahan data kualitatif secara

manual dan dengan bantuan perangkat lunak

pendukung. Adapun tahapan analisis yang

dilakukan pada penelitian ini adalah :

ANALISIS DATA LOG SUMUR

Log yang digunakan untuk penelitian

dalam analisis ini adalah log gamma ray

(GR), resistivitas (ILD, LLD, MSFL),

densitas bulk (RHOB), dan porositas

neutron (NPHI)). Analisis tahap awal

bertujuan untuk menentukan top dan bottom

Formasi Baturaja, tahap selanjutnya

dilakukan untuk interpretasi zona menarik

atau potensial, korelasi sumur, dan zonasi

interval reservoar.

Hasil Penelitian

Analisis elektrofasies merupakan

analisis kualitatif yang dilakukan pada log

sumur dengan melihat pola interval fasies-

fasies dengan melihat defleksi pola log

sumur. Dalam menganalisis elektrofasies ini, dapat dilihat dari defleksi pola kurva

Gamma Ray. Kurva log GR yang

memberikan defleksi relatif kesebelah

kiri/rendah, dapat disimpulkan bahwa

litologi pada interval tersebut ialah

batugamping, batupasir atau batubara. Untuk

memastikannya dikombinasikan dengan

kurva densitas, dan neutron. Log densitas

memperhitungkan pengurangan

radioaktivitas antara sumber dan detektor

semakin padat suatu batuan maka pada

formasi yang densitasnya tinggi

pengurangan elektron sangat signifikan dan

hanya sedikit sinar gamma yang mampu

mencapai detektor menunjukkan kehilangan

energi yang besar, sedangkan pada formasi

yang densitasnya rendah, energi yang dapat

atau sinar gamma yang mencapai detektor

tinggi.. Pada penelitian ini difokuskan pada

reservoar batugamping, yang memberikan

kenampakan kurva GR dengan defleksi ke

kiri, dan log densitas yang cukup tinggi,

juga adanya separasi kurva densitas dan

neutron.

Jenis batu gamping,contohnya batu

gamping kerangka/terumbu (reef facies)

biasa nya akan menunjukan pola log gamma

ray yang teratur atau konstan dikarenakan

litologinya tidak bercampur dengan shale

dan merupakan build up carbonat dan juga

biasanya akan memiliki nilai permeabilitas

dan porositas yang baik dengan kenampakan

pada log sumur berupa separasi kurva

densitas dan neutron. Dibandingkan dengan

jenis batu gamping klastik/paparan (platform

facies) biasanya akan menunjukan pola log

gamma ray yang tidak teratur atau tidak

konstan dikarenakan litologinya bercampur

dengan dengan shale sehingga terjadi

perbedaan ukuran butir dan biasanya akan

memiliki nilai permeabilitas dan porositas

yang relatif lebih kecil dengan kenampakan

separasi kurva log densitas dan neutron yang

kecil atau tidak sama sekali. Penentuan

Page 9: DI BLOK “X” FORMASI BATURAJA, CEKUNGAN ...pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/ANUGRAH...Blok “X” yang merupakan daerah penelitian berada di Cekungan Sumatera Selatan

litologi dengan analisis elektrofasies ini

masih memiliki tingkat ketidakpastian yang

tinggi sehingga nantinya harus

dikalibrasikan dengan data batuan inti agar

mendapat hasil yang lebih akurat.

ELEKTROFASIES SUMUR AA

Top formasi Baturaja pada sumur

AA ditemukan pada kedalaman 1610 mdpl ,

dengan ketebalan mencapai 120 m (1610-

1730) . Secara umum, sumur AA terdiri 5

fasies interval dimana menurut Well

Eksploration Report Sumur AA terbagi

menjadi 2 zona besar dengan zona reef

berada pada kedalaman 1610-1664 (54 m)

dan zona dolomit pada kedalaman 1664-

1730 (66 m). Dapat dilihat pada log sumur,

zona reef dengan pola kurva log gamma ray

yang kecil/kiri, resistivity yang relatif tinggi,

serta memiliki separasi kurva log densitas

dan neutron mengindikasikan zona yang

memiliki reservoar yang potensial.

Sebaliknya, zona dolomit dengan pola log

gamma ray yang kecil/kiri, resistivity yang

menengah dan tidak adanya separasi kurva

densitas dan neutron mengindikasikan

reservoar yang kurang potensial. Fasies

interval ini dijadikan juga sebagai zona

reservoar yang dapat dikorelasi nantinya.

Berikut ini merupakan hasil

interpretasi elektrofasies sumur AA

(Gambar 6).

Fasies AA-1

Fasies ini berada pada interval 1610-

1635 dengan tebal 25 m, memiliki pola

kurva gamma ray berbentuk bell dan

clean GR, memiliki variasi nilai GR 34-

165 gAPI, nilai gamma ray yang besar

dikarenakan litologi shale yang berada

pada top formasi dan relatif memiliki

tekstur yang menghalus ke atas,

diinterpretasikan sebagai Give Up

Carbonate (pengendapan karbonat

terhenti) yang terbentuk saat

Transgressive Tracts. Dengan nilai

resistivity yang relatif tinggi dan

memiliki separasi kurva densitas dan

neutron, diintepretasikan termasuk

kedalam fasies reef.

Fasies AA-2

Fasies ini berada pada interval 1635-

1664 dengan tebal 29 m, dicirikan kurva

gamma ray berbentuk cylindrical dan

pola clean GR, memiliki variasi nilai

GR 28-104 gAPI, terdapat nilai gamma

ray yang besar dikarenakan adanya

sisipan litologi shale pada litologi

batugamping, di interpretasikan sebagai

Keep Up Carbonate. Keep-up terjadi

saat puncak karbonat yang hidup terjaga

didekat permukaan air laut yang

dangkal (Walker,1992). Memiliki nilai

resistivity yang relatif tinggi dan ada

separasi kurva densitas dan nutron,

maka diinterpretasikan termasuk dalam

fasies reef.

Fasies AA-3

Fasies ini berada pada interval 1664-

1692 dengan tebal 28 m, dicirikan kurva

gamma ray berbentuk cylindrical,

memiliki variasi nilai GR 26-46 gAPI,

di interpretasikan sebagai Keep Up

Carbonate. Akan tetapi ,dilihat dari

nilai resistivity yang menengah dan

hanya sebagian kecil/sesekali terdapat

separasi kurva neutron dan density,

maka diinterpretasikan termasuk fasies

platform.

Fasies AA-4

Fasies ini berada pada interval 1692-

1724 dengan tebal 32 m, dicirikan kurva

gamma ray berbentuk serrated dan dirty

GR, memiliki variasi nilai GR 23-85

gAPI, pola ini biasanya terdapat pada

lingkungan storm dominated shelf,

terlihat perselingan litologi

batugamping dan shale. Dengan nilai

resitivity yang menengah sampai relatif

rendah, dan tidak adanya separasi kurva

Page 10: DI BLOK “X” FORMASI BATURAJA, CEKUNGAN ...pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/ANUGRAH...Blok “X” yang merupakan daerah penelitian berada di Cekungan Sumatera Selatan

density dan neutron , maka

dinterpretasikan fasies ini termasuk

fasies platform.

Fasies AA-5

Fasies ini berada pada interval 1724-

1730 dengan tebal 6 m, dicirikan kurva

gamma ray berbentuk symetrical dan

dirty GR, memiliki variasi nilai GR 54-

124 gAPI. Dengan nilai resistivity yang

menengah sampai relatif rendah, dan

tidak adanya separasi kurva density dan

neutron, maka diinterpretasikan fasies

ini termasuk fasies platform.

ELEKTROFASIES SUMUR AD

Top formasi Baturaja pada sumur

AD ditemukan pada kedalaman 2001,5 mdpl

, dengan ketebalan mencapai 99 m (2001,5-

2100,5) . Secara umum, sumur AD terdiri 5

fasies interval dimana menurut Well

Eksploration Report Sumur AD terbagi

menjadi 2 zona besar yang mana pada

kedalaman 2001,5-2013 dengan tebal hanya

12 m merupakan zona interest (fasies reef)

dengan pola clean GR dan kedalaman 2013-

2100,5 dengan tebal 87 m merupakan zona

yang not interest (platform fasies) dengan

pola dirty GR. Dapat dilihat pada log sumur,

zona reservoar yang interest dicirikan

dengan pola kurva log gamma ray yang

kecil/kiri, resistivity yang relatif tinggi, serta

memiliki separasi kurva log densitas dan

neutron mengindikasikan zona yang

memiliki reservoar yang potensial.

Sebaliknya, zona yang not interest dengan

pola log gamma ray yang kecil/kiri,

resistivity yang menengah dan tidak adanya

separasi kurva densitas dan neutron

mengindikasikan reservoar yang kurang

potensial. Berikut ini merupakan hasil

interpretasi elektrofasies sumur AD

(Gambar 7).

Fasies AD-1

Fasies ini berada pada interval

2001,5-2013 dengan tebal 12 m,

memiliki pola kurva gamma ray

berbentuk bell dan variasi litologi

realatif clean GR, memiliki variasi nilai

GR 37-75 gAPI, nilai gamma ray yang

besar dikarenakan litologi shale yang

berada pada top formasi dan relatif

memiliki tekstur yang menghalus ke

atas, diinterpretasikan sebagai Give Up

Carbonate (pengendapan karbonat

terhenti) yang terbentuk saat

Transgressive Tracts. Dengan nilai

resistivity yang relatif tinggi dan

memiliki separasi kurva densitas dan

neutron, diintepretasikan termasuk

kedalam fasies reef.

Fasies AD-2

Fasies ini berada pada interval 2013-

2038 dengan tebal 27 m, memiliki pola

kurva gamma ray berbentuk cylindrical

dan dirty GR, memiliki variasi nilai GR

44-96 gAPI, di interpretasikan sebagai

keep up carbonate. Akan tetapi, dengan

nilai resistivity yang menengah dan

tidak adanya separasi kurva density dan

neutron, diiterpretasikan termasuk

kedalam fasies platform.

Fasies AD-3

Fasies ini berada pada interval 2038-

2072 dengan tebal 34 m, dicirikan kurva

gamma ray berbentuk serrated dan dirty

GR, memiliki variasi nilai GR 36-119

gAPI, pola ini biasanya terdapat pada

lingkungan storm dominated shelf,

terlihat perselingan litologi

batugamping dan shale. Dengan nilai

resitivity yang menengah sampai relatif

rendah, dan tidak adanya separasi kurva

density dan neutron , maka

dinterpretasikan fasies ini termasuk

fasies platform.

Fasies AD-4

Fasies ini berada pada interval 2072-

2091 dengan tebal 19 m, dicirikan kurva

gamma ray berbentuk cylindrical dan

dirty GR, memiliki variasi nilai GR 70-

108 gAPI. Di interpretasikan sebagai

Page 11: DI BLOK “X” FORMASI BATURAJA, CEKUNGAN ...pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/ANUGRAH...Blok “X” yang merupakan daerah penelitian berada di Cekungan Sumatera Selatan

keep up carbonate. Akan tetapi, dengan

nilai resistivity yang menengah sampai

relatif rendah, dan tidak adanya separasi

kurva density dan neutron, maka

diinterpretasikan fasies ini termasuk

fasies platform.

Fasies AD-5

Fasies ini berada pada interval 2091-

2100,5 dengan tebal 9 m, dicirikan

kurva gamma ray berbentuk symetrical

dan dirty GR, memiliki variasi nilai GR

50-116 gAPI. Dengan nilai resistivity

yang menengah sampai relatif rendah,

dan tidak adanya separasi kurva density

dan neutron, maka diinterpretasikan

fasies ini termasuk fasies platform.

ELEKTROFASIES SUMUR AS

Top formasi Baturaja pada sumur AS

ditemukan pada kedalaman 1629 mdpl ,

dengan ketebalan mencapai 100 m (1629-

1729) . Secara umum, sumur AS terdiri 5

fasies interval, akan tetapi dilihat dari log

sumur dan Well Eksploration Report sumur

AS pada formasi Baturaja tidak adanya zona

yang interest (platform facies) . Secara

keseluruhan, dapat dilihat pada log sumur

AS menunjukkan pola log gamma ray yang

kecil/kiri, memiliki variasi litologi dirty GR,

resistivity yang menengah dan tidak adanya

separasi kurva densitas dan neutron

mengindikasikan reservoar yang kurang

potensial. Walaupun ketersedian data yang

sedikit dan tidak adanya zona yang interest,

sumur AS nantinya akan digunakan untuk

membantu korelasi antar sumur. Berikut ini

merupakan hasil interpretasi elektrofasies

sumur AS (Gambar 8).

Fasies AS-1

Fasies ini berada pada interval 1629-

1644 dengan tebal 15 m, memiliki pola

kurva gamma ray berbentuk bell dan

variasi litologi dirty GR, memiliki

variasi nilai GR 57-91 gAPI, nilai

gamma ray yang besar dikarenakan

litologi shale yang berada pada top

formasi dan relatif memiliki tekstur

yang menghalus ke atas,

diinterpretasikan sebagai Give Up

Carbonate (pengendapan karbonat

terhenti) yang terbentuk saat

Transgressive Tracts. Dengan nilai

resistivity yang relatif rendah dan tidak

adanya separasi kurva densitas dan

neutron, diintepretasikan termasuk

kedalam fasies platform.

Fasies AS-2

Fasies ini berada pada interval 1644-

1655 dengan tebal 11 m, memiliki pola

kurva gamma ray berbentuk funnel dan

variasi litologi dirty GR, memiliki

variasi nilai GR 49-94 gAPI,

diinterpretasikan sebagai Catch Up

Carbonate (semakin keatas,klastik

menuju karbonat). Dengan nilai

resistivity yang relatif rendah dan tidak

adanya separasi kurva densitas dan

neutron, diinterpretasikan termasuk

kedalam fasies platform.

Fasies AS-3

Fasies ini berada pada interval 1655-

1689 dengan tebal 34 m, dicirikan kurva

gamma ray berbentuk serrated dan dirty

GR, memiliki variasi nilai GR 52-97

gAPI, pola ini biasanya terdapat pada

lingkungan storm dominated shelf,

terlihat perselingan litologi

batugamping dan shale. Dengan nilai

resitivity yang relatif rendah, dan tidak

adanya separasi kurva density dan

neutron , maka dinterpretasikan fasies

ini termasuk fasies platform.

Fasies AS-4

Fasies ini berada pada interval 1689-

1708 dengan tebal 19 m, dicirikan kurva

gamma ray berbentuk serrated dan dirty

GR, memiliki variasi nilai GR 67-128

gAPI, pola ini biasanya terdapat pada

lingkungan storm dominated shelf,

terlihat perselingan litologi

batugamping dan shale. Dengan nilai

Page 12: DI BLOK “X” FORMASI BATURAJA, CEKUNGAN ...pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/ANUGRAH...Blok “X” yang merupakan daerah penelitian berada di Cekungan Sumatera Selatan

resitivity yang relatif rendah, dan tidak

adanya separasi kurva density dan

neutron , maka dinterpretasikan fasies

ini termasuk fasies platform.

Fasies AS-5

Fasies ini berada pada interval 1708-

1729 dengan tebal 21 m, dicirikan kurva

gamma ray berbentuk symetrical dan

dirty GR, memiliki variasi nilai GR 68-

123 gAPI. Dengan nilai resistivity yang

menengah sampai relatif rendah, dan

tidak adanya separasi kurva density dan

neutron, maka diinterpretasikan fasies

ini termasuk fasies platform.

KORELASI SUMUR

Korelasi antar sumur dilakukan dengan

lintasan utara-selatan pada 3 sumur, yaitu:

sumur AA, sumur AD, dan sumur AS.

Keterbatasan data seperti biostratigrafi,

ataupun data core yang tidak lengkap,

sehingga membuat korelasi pada 3 sumur

tersebut hanya korelasi litostratigrafi dengan

melihat bentuk kurva GR, resitivitas,

densitas, dan neutron lalu kesamaan fasies

yang memiliki kemiripan di 3 sumur

tersebut. Korelasi dibagi menjadi 2 zona

besar yaitu zona dengan reservoar yang

potensial (facies reef) dengan ciri variasi

litologi clean GR, resistivitas relatif tinggi

dan adanya separasi kurva densitas dan

neutron, lalu zona dengan reservoar yang

tidak potensial (facies platform) dengan ciri

variasi litologi dirty GR, resistivitas

menengah-relatif rendah, dan tidak adanya

separasi kurva log densitas dan neutron.

Datum yang digunakan untuk korelasi ke 3

sumur tersebut yaitu datum berdasarkan

Kelly Bushing (KB)(Gambar 9). Korelasi

datum berdasarkan KB ini dilakukan untuk

memberikan gambaran pengendapan yang

terjadi pada saat ini.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, maka

dapat disimpulkan bahwa Fasies yang

didapat dari analisis elektrofasies pada Blok

“X” terdiri dari Fasies Reef dan Fasies

Platform dimana kandidat reservoar yang

potensial dimilki oleh fasies Reef dengan ciri

pola kurva log gamma ray yang kecil/kiri,

resistivity yang relatif tinggi, serta memiliki

separasi kurva log densitas dan neutron.

fasies reef hanya terdapat pada 2 sumur

yaitu sumur AA dan AD. Sumur AA yang

berada lebih utara dari kedua sumur

memiliki fasies reef yang cukup tebal,

berbeda dengan fasies reef pada sumur AD

yang tipis lalu tidak ditemukan pada sumur

AS. Hal ini menunjukkan bahwa

pengendapan fasies reef dari utara ke selatan

semakin berkurang/hilangDari analisis

elektrofasies ini didapatkan pula 5 interval

zona reservoar pada sumur AA, AD dan AS.

Dari ke-5 interval masing masing sumur,

yang termasuk kedalam fasies reef adalah

fasies interval sumur AA-1, AA-2 dan AD-

1. Sedangkan yang termasuk kedalam fasies

platform adalah fasies interval sumur AA-3,

AA-4, AA-5, AD-2, AD-3, AD-4, AD-5,

dan keseluruhan zona reservoar interval

sumur AS.

Daftar Pustaka

Daly, et al. 1987. Cenozoic Plate Tectonics

and Basin Evolution in Indonesia. Marine

and Petroleum Geology vol. 8

De Coster, G. L., 1974, The Geology of The

Central and South Sumatra Basins,

Page 13: DI BLOK “X” FORMASI BATURAJA, CEKUNGAN ...pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/ANUGRAH...Blok “X” yang merupakan daerah penelitian berada di Cekungan Sumatera Selatan

Proceedings Indonesian Petroleum

Association, Third Annual Convention, June

1974, 77-110.

Hall, R., 2002. Cenozoic geological and

plate tectonic evolution of SE Asia and the

SW Pacific: Computer based

reconstructions, model and animations.

Journal of Asian East Sciences. Volume 20,

No. 4, April 2002.

Kendall, C G. St. C., Abdulrahman. S. Alsharhan,

Kurt Johnston and Sean R. Ryan; 2004; "Can The

Sedimentary Record Be Dated From A Sea-Level

Chart? Examples from the Aptian of the UAE and

Alaska"

Rider, Malcolm. 2000. The Geological

Intepretation of Well Logs. Whittless

Publishing, Scotland

Walker, R.G and James, P. Noel. 1992.

Facies Models : Response to Sea Level

Change, 2nd

ed., Canada : Geological

Assosiation of Canada

Page 14: DI BLOK “X” FORMASI BATURAJA, CEKUNGAN ...pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/ANUGRAH...Blok “X” yang merupakan daerah penelitian berada di Cekungan Sumatera Selatan

Lampiran

Gambar 1 Pembagian cekungan-cekungan Tersier di Pulau Sumatera dan posisi blok “X”,

dimodifikasi dari (Bishop, 2000)

Gambar 2 Stratigrafi Cekungan Sumatra Selatan

Page 15: DI BLOK “X” FORMASI BATURAJA, CEKUNGAN ...pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/ANUGRAH...Blok “X” yang merupakan daerah penelitian berada di Cekungan Sumatera Selatan

Gambar 3 Model elektrofasies karbonat ( Kendal, 2003)

Gambar 4 Contoh Log Densitas dan Log Neutron (Rider, 1996)

Gambar 5 Blok “X” daerah penelitian

Page 16: DI BLOK “X” FORMASI BATURAJA, CEKUNGAN ...pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/ANUGRAH...Blok “X” yang merupakan daerah penelitian berada di Cekungan Sumatera Selatan

Gambar 6 Elektrofasies Sumur AA

Gambar 7 Elektrofasies Sumur AD

Page 17: DI BLOK “X” FORMASI BATURAJA, CEKUNGAN ...pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/ANUGRAH...Blok “X” yang merupakan daerah penelitian berada di Cekungan Sumatera Selatan

Gambar 8 Elektrofasies Sumur AS

Gambar 9 Korelasi Sumur Blok “X”

AA

AD

AS