depresi post partum

24

Click here to load reader

Upload: glenn-otto

Post on 26-Jul-2015

125 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Depresi Post Partum

Depresi Post Partum dan Penanggulangannya Glenn Otto (406100106)Lisa M. Kriestanto (406100108)

BAB I

PENDAHULUAN

Mood adalah perasaan bawah sadar dan terpendam yang dirasakan secara

pribadi dan mempengaruhi perilaku dan cara pandang seseorang terhadap dunia.

Afek adalah ekspresi dari mood. Mood dapat saja normal, meningkat, ataupun

tertekan. Orang yang sehat merasakan kisaran mood yang luas dan mempunyai

afek yang sesuai, mereka memiliki kendali atas mood dan afek miliknya.

Gangguan mood adalah kumpulan dari kondisi klinis yang ditandai dengan

kehilangan kendali atas mood dan perasaan subjektif yang sangat mengganggu.

Pasien dengan perasaan mood depresi merasakan kehilangan tenaga dan minat,

perasaan bersalah, kesulitan dalam berkonsentrasi, kehilangan nafsu makan, dan

pikiran tentang kematian ataupun bunuh diri.

Latar Belakang

Masa dewasa merupakan periode penyesuaian diri terhadap pola-pola

kehidupan baru dan harapan-harapan sosial baru. Individu pada masa dewasa

muda ini mengalami perubahan tanggung jawab dari seorang pelajar menjadi

orang dewasa mandiri dengan menentukan pola hidup baru, memikul tanggung

jawab baru dan membuat komitmen-komitmen baru (Hurlock, 1980). Mereka

diharapkan mampu mengembangkan sikap-sikap baru, keinginan-keinginan, dan

nilai-nilai baru yang sesuai dengan tugas perkembangannya (Hurlock, 1980).

Tahap perkembangan psikososial yang dikemukakan oleh Erikson (dalam

Hall dan Lindzey, 1993) menjelaskan bahwa orang dewasa pada tahap ini mulai

mendambakan hubungan-hubungan yang intim dan akrab, serta menyatukan

identitasnya dengan orang-orang lain. Salah satu indikasi adanya peralihan tugas

perkembangan baru yang harus dijalankan orang dewasa muda adalah peralihan

peran menjadi suami atau istri dan orangtua. Masa ini membuat mereka mulai

memilih pasangan dan membina keluarga dengan mengasuh anak dan mengelola

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan JiwaFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 21 Mei – 23 Juni 2012 1

Page 2: Depresi Post Partum

Depresi Post Partum dan Penanggulangannya Glenn Otto (406100106)Lisa M. Kriestanto (406100108)

rumah tangga (Havighurst dalam Hurlock, 1980). Baik laki-laki maupun wanita

memiliki peranan yang berbeda dalam pencapaian tugas perkembangan ini

sehingga menuntut bentuk-bentuk penyesuaian yang berbeda.

Kehamilan seorang wanita adalah penting karena hal ini merupakan

simbol terjadinya transisi ke arah kedewasaan (Zajicek, dalam Strong dan

Devault, 1989). Kehamilan dapat pula dikatakan sebagai ekspresi rasa perwujudan

diri dan identitasnya sebagai wanita. Sisi lain menyatakan bahwa kehamilan juga

merupakan salah satu episode dramatis dalam kehidupan seorang wanita. Wanita

perlu melakukan penyesuaian terhadap keadaan tersebut karena dianggap

memiliki pengaruh besar terhadap kondisi biologis dan terhadap perubahan

psikologis seorang wanita yang pernah mengalaminya. Kehadiran anggota baru

dalam kehidupan seorang wanita dari rahimnya tidak selamanya merupakan

kebahagiaan tersendiri. Seorang wanita yang mengalami kehamilan dan

melahirkan anak memerlukan penyesuaian terhadap kemungkinan perubahan pola

hidup akibat berlangsungnya proses kehamilan dan kehidupan pasca persalinan.

Holmes dan Rahe (dalam Kendall dan Hammen, 1998) menjelaskan

bahwa meskipun peristiwa-peristiwa seperti terjadinya proses kehamilan dan

penambahan anggota keluarga baru merupakan peristiwa yang umumnya bersifat

positif, peristiwa tersebut juga dapat menimbulkan stres karena adanya tuntutan

penyesuaian akibat perubahan pola kehidupan. Mendukung pernyataan tersebut,

(Carpenito 1998) dalam Handbook of Nursing Diagnosis juga menjelaskan bahwa

kelahiran anak merupakan salah satu faktor situasional yang berakibat pada

pengalaman kehilangan gaya hidup dan perasaan kehilangan pada diri seseorang

atas dirinya sendiri.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan JiwaFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 21 Mei – 23 Juni 2012 2

Page 3: Depresi Post Partum

Depresi Post Partum dan Penanggulangannya Glenn Otto (406100106)Lisa M. Kriestanto (406100108)

BAB II

DEPRESI POSTPARTUM

Depresi

Berdasarkan DSM – IV – TR, gangguan depresi mayor terjadi tanpa ada

episode manik, campuran, atau hippomanik sebelumnya. Episode depresif mayor

harus berlangsung paling sedikit 2 minggu, dan biasanya seseorang yang

didiagnosis dengan depresi mayor juga mengalami paling sedikit 4 gejala dari

gejala – gejala : perubahan nafsu makan dan berat badan, perubahan tidur dan

aktivitas, kurang tenaga, perasaan bersalah, kesulitan berpikir dan mengambil

keputusan, dan pikiran berulang akan kematian ataupun bunuh diri.

Faktor Psikodinamika dalan Depresi

Pemahaman psikodinamik terhadap depresi didefinisikan oleh Sigmund

Freud dan dikembangkan oleh Karl Abraham dikenal sebagai gambaran klasik

dari depresi. Teori tersebut mempunyai 4 kunci penting : (1) Gangguan dalam

hubungan bayi – ibu selama fase oral ( 10 – 18 bulan pertama kehidupan )

menjadi faktor predisposisi rentan terhadap depresi; (2) depresi dapat

dihubungkan dengan kehilangan sebuah objek asli maupun imajinasi; (3)

Introjeksi dari objek yang pergi adalah mekanisme pertahanan yang diaktifkan

untuk berhubungan dengan kondisi stress yang dihubungkan dengan kehilangan

objek tersebut; (4) karena kehilangan objek dihubungkan dengan campuran cinta

dan benci, perasaan marah diarahkan ke dalam diri sendiri.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan JiwaFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 21 Mei – 23 Juni 2012 3

Page 4: Depresi Post Partum

Depresi Post Partum dan Penanggulangannya Glenn Otto (406100106)Lisa M. Kriestanto (406100108)

Aspek Psikiatri dari Kehamilan

Wanita yang hamil mengalami perubahan psikologis yang bermakna.

Sikap mereka terhadap kehamilan merefleksikan perasaan dan keyakinannya

terhadap segala aspek dari reproduksi, termasuk apakah kehamilan tersebut

direncanakan dan apakah bayi tersebut diinginkan. Hubungan dengan ayah sang

anak, umur dari ibu, dan kesadaran mereka terhadap identitasnya juga

mempengaruhi reaksi seorang wanita terhadap menjadi seorang ibu. Seorang

calon ayah juga mengalami tantangan psikologis.

Secara psikologis, seorang wanita sehat sering menganggap kehamilan

sebagai realisasi diri. Banyak juga wanita yang mengatakan bahwa kehamilan

adalah bentuk nyata dari kebutuhan dasar seorang wanita. Banyak pula wanita

yang menggunakan kehamilan untuk menepis keraguan tentang feminitas atau

untuk meyakinkan diri mereka sendiri bahwa mereka dapat berfungsi sebagai

wanita dalam hal yang mendasar. Akan tetapi masih ada yang memandang

kehamilan secara negatif, mereka takut akan kelahiran seorang anak ataupun

merasa tidak mampu menjadi seorang ibu.

Ikatan psikologis terhadap fetus dimulai di dalam uterus, dan di permulaan

trimester kedua, kebanyakan wanita mempunyai gambaran dari janinnya. Menurut

para teoris psikoanalisa, janin adalah sebuah layar kosong dimana sang ibu

memproyeksikan harapan dan ketakutannya. Bisa terjadi, namun jarang, proyeksi

ini bertanggung jawab atas keadaan patologis postpartum, seperti ibu yang

berkeinginan menyakiti bayinya, yang mana dia melihat sebagai bagian dari

dirinya yang dibenci. Secara normal, melahirkan seorang anak memenuhi

kebutuhan seorang wanita dalam membuat dan memelihara kehidupan.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan JiwaFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 21 Mei – 23 Juni 2012 4

Page 5: Depresi Post Partum

Depresi Post Partum dan Penanggulangannya Glenn Otto (406100106)Lisa M. Kriestanto (406100108)

Depresi Postpartum

Banyak wanita mengalami gejala gangguan afek selama masa postpartum,

yakni 4 sampai 6 minggu setelah melahirkan. Sebagian besar dari wanita - wanita

ini melaporkan gejala yang konsisten dengan baby blues, sebuah gangguan mood

sementara yang ditandai dengan mood yang labil, kesedihan, disforia,

kebingungan, dan mudah menangis. Perasaan – perasaan ini, yang dapat

berlangsung selama beberapa hari, telah dihubungkan dengan perubahan cepat

dari kadar hormon wanita di dalam tubuh, tingkat stress dari melahirkan, dan

kesadaran akan meningkatnya tanggung jawab menjadi seorang ibu. Tidak ada

pengobatan lain yang diperlukan selain edukasi dan dukungan bagi ibu baru. Jika

gejala – gejala tersebut bertahan lebih dari 2 minggu, maka harus dievaluasi

kembali untuk diagnosis depresi postpartum.

Depresi Postpartum mempunyai karakteristik berupa mood depresi,

kecemasan yang berlebihan, insomnia, dan perubahan berat badan. Onset biasanya

terjadi dalam 12 minggu setelah melahirkan. Tidak ada bukti kuat yang

mengindikasikan bahwa baby blues akah mengarah ke episode depresi.

Sindrom tersebut juga dapat terjadi pada seorang ayah yang ditandai

dengan perubahan mood selama kehamilan istri mereka ataupun setelah kelahiran

bayi. Para ayah ini dipengaruhi oleh beberapa factor, yakni bertambahnya

tanggungjawab, hilangnya tempat penyaluran seksual, berkurangnya perhatian

dari istri, dan keyakinan bahwa sang anak adalah kekuatan yang mengikat dalam

pernikahan yang tidak memuaskan.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan JiwaFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 21 Mei – 23 Juni 2012 5

Page 6: Depresi Post Partum

Depresi Post Partum dan Penanggulangannya Glenn Otto (406100106)Lisa M. Kriestanto (406100108)

Table perbandingan Baby Blues dan depresi Postpartum

Karakteristik Baby Blues Depresi PostpartumInsidens 30% - 75% dari wanita

yang melahirkan10% - 15% dari wanita yang melahirkan

Onset 3 – 5 hari setelah melahirkan

Dalam 3 – 6 bulan setelah melahirkan

Durasi Beberapa hari – minggu

Beberapa bulan – tahun, jika tidak diobati

Pengaruh sosiokultural

(-) , ada di semua kebudayaan dan sosioekonomi

Ada kaitan kuat

Mood labil (+) (=)Anhedonia (-) seringGangguan tidur Kadang – kadang Sangat seringPikiran bunuh diri (-) Kadang – kadangPikiran menyakiti bayi Jarang SeringPerasaan beresalah (-) / sangat ringan Sering muncul dan

berlebihan

DSM IV memberikan spesifikasi dari gangguan mood postpartum jika

onset dari gejala – gejala tersebut muncul dalam 4 minggu setelah kelahiran.

Gangguan mental postarum biasanya juga diikuti gejala psikotik. Berdasarkan

kriteria DSM – IV – TR untuk pencetus spesifik postpartum, kita dapat

mengatakan penyebab spesifik adalah hal tersebut bila disertai dengan onset

postpartum, dapat dihubungkan dengan depresif mayor yang sedang terjadi atau

terakhir kali terjadi. Dapat pula dihubungkan dengan gangguan manic, episode

campuran, bipolar I, bipolar II, ataupun gangguan psikosis singkat.

Ediburgh Postnatal Depression Scale

Edinburgh Postnatal Depression Scale (EDPS) adalah sebuah cara skoring

berisi 10 pertanyaan yang berguna dan efisien dalam mengenali pasien yang

beresiko mengalami depresi perinatal. EPDS mudah digunakan dan dapat

diterapkan sebagai alat skrining.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan JiwaFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 21 Mei – 23 Juni 2012 6

Page 7: Depresi Post Partum

Depresi Post Partum dan Penanggulangannya Glenn Otto (406100106)Lisa M. Kriestanto (406100108)

Skoring diberikan setelah sang ibu menjawab sendiri pertanyaannya secara

lengkap. Pertanyaan yang ditanyakan kepada sang ibu ditujukan untuk

mengetahui perasaannya selama 7 hari sebelumnya. Skor maksimum adalah 30,

dimana skor 10 atau lebih memiliki kemungkinan terkena depresi postnatal.

Evaluasi dan Diferential Diagnosis

Jika pasien berpikiran atau mempunyai rencana bunuh diri, atau berpikiran

untuk menyakiti bayinya, kita harus segera mengamankan dan merujuk untuk

perawatan psikiatrik. Wanita yang mempunyai gangguan funsgi nyata ( dihindari

oleh keluarga atau teman, tidak dapat memelihara kebersihan, ataupun ketidak

mampuan merawat bayi ) dan menyalahgunakan obat – obatan juga perlu dirujuk

secara cepat. Wanita yang didapati memiliki gejala depresi tanpa keinginan

bunuh diri ataupun gangguan fungsi yang nyata ( skor Edinburgh Postnatal

Depression Scale 5 – 9 ) sebaiknya di evaluasi kembali setelah 2 – 4 minggu

kemudian untuk menentukan apakah episode depresi telah berkembang atau

menghilang.

Anamnesa dan pemeriksaan fisik cermat harus dilakukan terhadap wanita

yang memiliki depresi postpartum. Fungsi tiroid sebaiknya diperiksa karena

hipotiroid dan hipertiroid dapat pula menyebabkan perubahan mood pasca

melahirkan.

Depresi Postpartum harus dibedakan dari Baby Blues dimana sering terjadi

pada ibu baru Pada sindroma ini gejala – gejala yang muncul biasanya memuncak

pada hari ke-4 setelah melahirkan dan menghilang setelah hari ke-10.

Psikosis postpartum merupakan emergensi psikiatrik yang memerlukan

interfensi segera karena resiko infantisid dan bunuh diri. Onset biasanya terjadi

dalam 2 minggu pertama setelah melahirkan.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan JiwaFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 21 Mei – 23 Juni 2012 7

Page 8: Depresi Post Partum

Depresi Post Partum dan Penanggulangannya Glenn Otto (406100106)Lisa M. Kriestanto (406100108)

BAB III

PENANGGULANGAN DEPRESI POST PARTUM

Fungsi Strategi Penanggulangan

Lazarus dan rekan-rekannya (dalam Sarafino, 1994) membagi strategi

penanggulangan ke dalam dua fungsi utama, yaitu:

a. Strategi penanggulangan yang berfokus pada masalah, yaitu bertujuan

mengurangi tuntutan-tuntutan akibat situasi stressfull, atau

mengembangkan sumber-sumber dalam individu untuk mengatasi situasi

tersebut. Orang cenderung menggunakan pendekatan yang berfokus pada

masalah karena percaya dapat mengubah sumber-sumber dalam dirinya

atau tuntutan situasi stressfull.

b. Strategi penanggulangan yang berfokus pada emosi, yaitu bertujuan

mengontrol respon emosional terhadap situasi stressfull, baik melalui

pendekatan behavioral maupun kognitif. Orang cenderung menggunakan

pendekatan yang berfokus pada emosi ketika mereka percaya bahwa

mereka tidak dapat melakukan apapun untuk mengubah situasi stressfull.

Berdasarkan literatur di atas, maka jelaslah bahwa strategi penanggulangan

dibagi ke dalam dua fungsi utama, yaitu:

a. Coping yang berfokus pada masalah, yaitu coping yang berfungsi

membantu mengatasi sumber stres/ tuntutan-tuntutan akibat situasi stresful

secara langsung dengan mengembangkan sumber-sumber dalam individu.

b. Coping yang berfokus pada emosi, yaitu coping yang berfungsi mengurangi

gejala yang timbul akibat situasi stresful dengan mengatur atau

mengontrol respon emosional, baik melalui pendekatan behavioral

maupun strategi kognitif.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan JiwaFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 21 Mei – 23 Juni 2012 8

Page 9: Depresi Post Partum

Depresi Post Partum dan Penanggulangannya Glenn Otto (406100106)Lisa M. Kriestanto (406100108)

Strategi - Strategi Penanggulangan

Carver, Scheier, dan Weintraub (dalam Bishop, 1994) membuat taksonomi

strategi penanggulangan, yaitu:

a. Strategi yang berpusat pada masalah

1) Active coping, yaitu mengambil langkah aktif untuk mencoba

menjauhkan stresor, atau memperbaiki pengaruhnya.

2) Planning, yaitu berfikir mengenai bagaimana mengatasi stresor.

3) Suppression of competing activities, yaitu melakukan aktivitas-aktivitas

lain untuk mengatasi stresor.

4) Restraint coping, yaitu menunggu kesempatan yang paling tepat untuk

bertindak.

5) Seeking social support for instrumental reasons, yaitu mencari

masukan, bantuan, atau informasi.

b. Strategi yang berpusat pada emosi

1) Seeking social support for emotional reasons, yaitu mencari dukungan

moral, simpati, atau pemahaman.

2) Positive reinterpretation, yaitu menafsirkan kembali situasi dalam cara

yang positif.

3) Acceptance, yaitu menerima realitas dari situasi yang dihadapi.

4) Denial, yaitu menyangkal realitas dari situasi yang dihadapi.

5) Turning to religion, yaitu berdoa, mencari bantuan dari Tuhan, atau

mencari ketenangan dalam beragama.

6) Focusing on and venting emotions, yaitu menfokuskan pada segala

sesuatu yang menyedihkan dan mengekspresikan perasaan tersebut.

7) Behavioral disengagement, yaitu mengurangi upaya mengatasi masalah

atau menyerah.

8) Mental disengagement, yaitu beralih pada aktivitas-aktivitas lain untuk

mengalihkan perhatiannya dari situasi stressfull.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan JiwaFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 21 Mei – 23 Juni 2012 9

Page 10: Depresi Post Partum

Depresi Post Partum dan Penanggulangannya Glenn Otto (406100106)Lisa M. Kriestanto (406100108)

Strategi penanggulangan yang berfokus pada masalah dan emosi menurut

Cohen dan Lazarus, Moos dan Schaefer, Pearlin dan Schooler (dalam Sarafino

1994), diantaranya:

a. Strategi yang befokus pada masalah dan emosi

1) Direct action, yaitu melakukan sesuatu secara spesifik atau secara

langsung untuk mengatasi stresor. Strategi ini mencakup beberapa

pendekatan yang berfokus pada masalah, seperti negosiasi atau

konsultasi, atau pendekatan yang berfokus pada emosi, seperti

membantah, menghindari, atau menghukum seseorang.

2) Seeking Information, yaitu mencari pengetahuan mengenai situasi

stressfull, yang kemudian dapat digunakan untuk melakukan

penanggulangan yang berfokus pada masalah atau emosi.

3) Turning to others, yaitu mencari dukungan sosial untuk memperoleh

bantuan, jaminan rasa aman, dan kenyamanan dari keluarga, teman,

atau yang lain. Bantuan yang diterima seperti pinjaman ketika krisis

keuangan sangat berguna bagi penanggulangan yang berfokus pada

masalah.

Jaminan rasa aman dan kenyamanan penting bagi penanggulangan yang

berfokus pada emosi.

b. Strategi yang berfokus pada emosi

1) Resigned acceptance, yaitu mengatasi situasi stresul dengan cara

menerima apa adanya. Metode ini khususnya sesuai untuk keadaan

stresor yang tidak dapat diubah.

2) Emotional discharge, yaitu individu bertingkah laku dalam cara-cara

yang dapat mengekspresikan perasaannya atau mengurangi

ketegangan akibat situasi stres. Termasuk dalam strategi ini adalah

berteriak ketika marah, menangis, atau bercanda.

3) Intrapsychic processes, yaitu menggunakan strategi kognitif untuk

menilai kembali atau mengubah pandangan seseorang mengenai

situasi stressfull. Proses ini dapat dilakukan dengan dua cara:

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan JiwaFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 21 Mei – 23 Juni 2012 10

Page 11: Depresi Post Partum

Depresi Post Partum dan Penanggulangannya Glenn Otto (406100106)Lisa M. Kriestanto (406100108)

a) Cognitive redefinition adalah strategi dimana orang mencoba untuk

berfikir positif pada situasi yang buruk. Strategi ini dapat

dilakukan dengan berfikir bahwa keadaan tersebut bisa jadi lebih

buruk, membuat pembandingan dengan individu lain yang

memiliki keadaan yang lebih buruk, melihat dampak positif yang

muncul akibat permasalahan tersebut.

b) Defense mechanisms adalah upaya untuk mengesampingkan

ingatan atau realitas dalam berbagai cara, dengan melakukan

penyangkalan (seseorang tidak mengakui adanya hal yang

menyakitkan), intelektualisasi (mengatasi atau menghadapi stresor

secara intelektual), dan supresi (upaya untuk melupakan ingatan

stressfull dengan mengendalikan pemikiran yang menyakitkan

secara sadar).

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan JiwaFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 21 Mei – 23 Juni 2012 11

Page 12: Depresi Post Partum

Depresi Post Partum dan Penanggulangannya Glenn Otto (406100106)Lisa M. Kriestanto (406100108)

Pengobatan Antidepresan

Bagi wanita yang didiagnosis depresi postpartum, pengobatan dengan obat

antidepresan adalah tepat. Selektif inhibitor reuptake serotonin harus dicoba

pertama kali karena obat tersebut dikaitkan dengan risiko rendah efek toksik pada

pasien overdosis, serta dengan kemudahan administrasi. Namun, jika pasien

sebelumnya telah memiliki respon positif terhadap obat tertentu dari setiap kelas

antidepresan, obat tersebut harus dipertimbangkan.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan JiwaFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 21 Mei – 23 Juni 2012 12

Page 13: Depresi Post Partum

Depresi Post Partum dan Penanggulangannya Glenn Otto (406100106)Lisa M. Kriestanto (406100108)

BAB IV

KESIMPULAN

Depresi Postpartum mempunyai karakteristik berupa mood depresi,

kecemasan yang berlebihan, insomnia, dan perubahan berat badan. Onset biasanya

terjadi dalam 12 minggu setelah melahirkan. Tidak ada bukti kuat yang

mengindikasikan bahwa baby blues akah mengarah ke episode depresi.

DSM IV memberikan spesifikasi dari gangguan mood postpartum jika

onset dari gejala – gejala tersebut muncul dalam 4 minggu setelah kelahiran.

Gangguan mental postpartum biasanya juga diikuti gejala psikotik. Berdasarkan

kriteria DSM – IV – TR untuk pencetus spesifik postpartum, kita dapat

mengatakan penyebab spesifik adalah hal tersebut bila disertai dengan onset

postpartum, dapat dihubungkan dengan depresif mayor yang sedang terjadi atau

terakhir kali terjadi.

Secara garis besar, strategi penanggulangan (coping) dibagi menjadi dua

yaitu strategi penanggulangan yang berfokus pada masalah dan strategi

penanggulangan yang berfokus pada emosi.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan JiwaFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 21 Mei – 23 Juni 2012 13

Page 14: Depresi Post Partum

Depresi Post Partum dan Penanggulangannya Glenn Otto (406100106)Lisa M. Kriestanto (406100108)

DAFTAR PUSTAKA

Bishop, G.D. 1995. Health Psychology Integrating Mind and Body. Boston: Allyn &

Bacon.

Carpenito, L.J. 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan: Edisi 6. Alih Bahasa oleh

Yasmin Asih. Jakarta: EGC.

Hall, C.S., Lindzey, G. 1993. Teori-Teori Psikodinamik (Klinis). Alih bahasa oleh

Yustinus dan Supratiknya. Yogyakarta: Kanisius.

Hurlock, E.B. 1980. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang

Kehidupan, Edisi Kelima. Alih bahasa oleh Istiwidayanti dan Soedjarwo. Jakarta: Erlangga.

Katherine, L., dkk. 2002. “Post Partum Depression“. The New England Journal of

Medicine. Available at : http://www.nejm.org/doi/full/10.1056/NEJMcp011542.

Kendall, P.C., Hammen, C. 1998. Abnormal Psychology: Understanding Human

Problems, 2nd edition. Boston: Houghton Mifflin Company.

Sadock, B. J., Sadock, V. A. 2007. Kaplan & Sadock’s Synopsis of Psychiatry :

Behavioral Sciences/ Clinical Psyhiatry, 10th edition. New York : Lippincott Williams & Wilkins.

Sarafino, E.P. 1994. Health Psychology: Biopsychosocial Interaction, Second Edition.

New York: John Wiley & Sons, Inc.

Strong, B., Devault, C. 1989. The Marriage and Family Experience: Fourth Edition. St

Paul (USA): West Publishing Company.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan JiwaFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 21 Mei – 23 Juni 2012 14

Page 15: Depresi Post Partum

Depresi Post Partum dan Penanggulangannya Glenn Otto (406100106)Lisa M. Kriestanto (406100108)

LAMPIRAN

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan JiwaFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 21 Mei – 23 Juni 2012 15