dengan sayap-mu

43

Upload: pt-visi-anugerah-indonesia

Post on 07-Apr-2016

285 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

Pada Oktober 2007, Melathia Eldad Tjendera (Mela) seorang gadis remaja berusia 13 tahun. didiagnosa oleh dokter menderita Osteosarcoma - salah satu jenis kanker ganas yang menyerang tulang. Kedua orang tuanya dan kakaknya tidak memiliki firasat apapun, bahwa sakit pada kaki Mela akibat jatuh dari tangga setelah diperiksa merupakan kanker. Kisah nyata yang penuh inspirasi ini menceritakan semangat dan perjuangan hidup Mela melawan kanker. Selain dukungan penuh kasih dan pengorbanan dalam merawat Mela dari orang tua, keluarga serta teman-temannya, yang memberikan suntikan motivasi paling berharga, hal paling utama lainnya adalah penyerahan diri dan kerelaan menjalani ujian dari Tuhan.

TRANSCRIPT

Page 1: Dengan Sayap-Mu
Page 2: Dengan Sayap-Mu
Page 3: Dengan Sayap-Mu
Page 4: Dengan Sayap-Mu
Page 5: Dengan Sayap-Mu

Kisahnya, perjuangannya, akan memberi inspirasi bagi banyak yang lainnya. Saya percaya, inspirasi itu akan membuat seseorang—entah di mana—untuk melakukan sesuatu yang begitu luar biasa, yang punya dampak begitu indah untuk semua… Azrul AnAndA – Fans berat Mela, Direktur Jawa Pos

.... saya sedikit merasa “iri” karena di usia yang muda, Melathia telah berhasil menyelesaikan masalah yang berat itu dengan imannya yang tak tergoyahkan. Di usia yang muda, Mela memberi contoh bagaimana menyelesaikan pertandingan dengan baik. Pdt. Ir. AndreAs rAhArdjo – Gembala Senior GKPB Masa Depan Cerah

Pembaca tidak saja akan belajar untuk tawakal dalam menghadapi berbagai persoalan dan kepedihan di dalam hidup ini, namun juga akan belajar tentang kesetiaan, ketabahan, penundukan diri, persaudaraan dan akan memahami kehendak Allah dan rencana-rencana Ilahi-Nya di dalam kehidupan kita semua. AndI solAImAn – Direktur dari Salim Group (Divisi Kimia)

Mela is equal to perseverance. In her very young age, she has successfully shown us how to give thank in the worst circumstances of life, yet keep struggling to reach the dream. I believe, God has rewarded her a title of: “The Faith Hero”. In fact, Mela is a hero for many of us. (Berbicara tentang Mela adalah sama dengan berbicara tentang ketangguhan. Di usianya yang muda dia telah berhasil menunjukkan kepada kita semua bagaimana bersyukur di dalam keadaan terburuk di dalam kehidupan ini, namun dengan tetap mempertahankan upaya untuk meraih mimpi. Saya percaya, Tuhan telah menganugerahinya dengan julukan “Pahlawan Iman”. Bahkan, sebenarnya Mela adalah pahlawan bagi banyak dari kita.) mA’Am AnIek – Guru Bahasa Inggris Mela.

Page 6: Dengan Sayap-Mu

I learned from the Tjendera family who truly understood the revelation upon Hebrew 11:39, “These were all commended for their faith, yet none of them received what had been promised.” They value much more the process of God than the result. Mela’s true story “Dengan Sayap-Nya” is a must reading book for Christians and every body who really want to know and understand the sovereign will of the Almighty God. (Saya mendapat pelajaran berharga dari keluarga Tjendera yang benar-benar memahami arti pewahyuan dari Ibrani 11:39, “Dan mereka semua tidak memperoleh apa yang dijanjikan itu, sekalipun iman mereka telah memberikan kepada mereka suatu kesaksian yang baik.” Mereka sangat menghargai proses Tuhan jauh dibandingkan hasilnya. Kisah sejati tentang Mela di dalam buku “Dengan Sayap-Mu” adalah sebuah buku yang harus dibaca oleh setiap orang Kristen dan siapa saja yang benar-benar ingin tahu dan memahami kehendak Allah yang Maha Berdaulat) Pdt.oscAr surjAdI – Pendeta dari City Blessings Church, Portland - USA

Saya berterima kasih untuk kesempatan menuliskan sesuatu. Saya tahu tidak mudah buat Bapak Arief dan Ibu Yulie untuk menuliskan dalam sebuah buku kisah perjuangan iman keluarga sejak putri mereka, Mela, menderita kanker tulang sampai berpulangnya Mela ke rumah Bapa. Kekuatan seseorang hanya bisa dibuktikan pada saat ia mengalami kesulitan besar dan saya sudah menyaksikan bagaimana keluarga ini tetap tegak berdiri selama dan setelah badai besar berlalu. Karena itu, saya yakin Anda akan mendapatkan kekuatan dan penghiburan ketika membaca kisah keluarga yang luar biasa ini. jeffrey rAchmAt – Pastor dari Jakarta Praise Community Church (JPCC) – Jakarta

Kami telah menjadi bagian dari proses eskalasi iman dalam perjalanan hidup Bapak Arief, Ibu Yulie, Yeriel , dan Mela; mulai dari kejutan yang tidak didambakan, diikuti pergumulan mengupayakan kesembuhan,

Page 7: Dengan Sayap-Mu

sampai klimaksnya: keyakinan untuk menyerahkan “milik” yang paling berharga kepada DIA yang lebih mampu memelihara. Buku ini akan “men-transfer” satu porsi iman mereka kepada “tabungan” iman Anda. Pasti! PAulus dAn lIndA, Surabaya – Saksi Mata

Saya mengenal semua orang yang ada tertulis di buku yang sedang Anda baca ini. Buku ini bukan sekadar kesaksian dan perjalanan pahlawan iman seorang gadis remaja, dan bukan pula untuk membanggakan seorang pun. Namun, buku ini berisi tentang “Kesetiaan”: kesetiaan Tuhan Yesus Kristus dan pahlawan-pahlawan-Nya yang berjuang tuntas mencapai garis akhir. Saya tertegun dan percaya bahwa kemuliaan-Nya tidak saja terlihat dari mukjizat yang dapat dibuat oleh-Nya, tetapi juga dari kesetiaan orang-orang yang dipanggil sesuai dengan rencana-Nya. Roma 11:36, “Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya!” GunAwAn IskAndAr – Pastor/Gembala dari GKPB MDC Singapore

On a Sunday morning, 9 November 2008 at around 5 or 6 am., a text message came in and it was from none other than Mela. She told me that she missed me and wanted me to come to visit her. At that time, I didn’t know it was going to be her last text message for me. I thought it was just another ordinary text message but it turned out to be the most special text message from her. Now even tough she isn’t here anymore she will always live in my heart. She was a very caring person and a loyal friend. She was a real true friend. She was a source of inspiration to all people through what she did and she will always be. She will definitly be missed. (Pada suatu pagi, 9 Nopember 2008, skitar pukul 5 atau 6 pagi, sebuah sms masuk dan ternyata sms itu berasal dari–tidak lain dan tidak bukan–Mela. Dia mengatakan bahwa dia kangen dan ingin saya datang mengunjunginya. Pada saat itu saya tidak tahu bahwa itu akan menjadi sms terakhir darinya. Saya piker itu cuma sms biasa, namun ternyata sms itu adalah sms paling istimewa dari dia kepada saya.

Page 8: Dengan Sayap-Mu

Sekarang walaupun dia sudah tidak ada lagi, dia akan terus hidup di hati saya. Dia adalah orang yang sangat penuh perhatian, dan seorang teman yang setia. Dia adalah seorang teman sejati. Dia adalah sumber inspirasi bagi semua orang melalui apa yang dia lakukan dan dia akan terus begitu adanya. Dia pastinya akan selalu saya rindukan.) mIchelle fAy PrAtAnA – Teman dekat Mela sejak balita

Mukjizat. Inilah kata yang selalu kita dengungkan dan harapkan di dalam doa-doa kita pada saat kita mengalami masalah besar yang sudah tidak mungkin bisa diselesaikan oleh manusia. Kita berdoa kepada Dia, mengharapkan mukjizat terjadi. Masalahnya pada saat kita berdoa untuk sebuah mukjizat, kita juga menentukan mukjizat apa yang harus Tuhan lakukan dan waktunya pun kita yang menentukan. Kita juga sudah menentukan skenarionya harus bagaimana dan kapan mukjizat itu akan menyelesaikan masalah kita. Karena jawaban doa itu sudah kita tentukan (misal, kita sakit, maka kita minta disembuhkan) maka pada saat jawaban dari doa untuk mukjizat itu tidak sesuai dengan yang kita inginkan, maka kita menjadi kecewa. Kita anggap Tuhan tidak melakukan mukjizat, lalu karena kita kecewa, maka pada akhirnya kita kehilangan kesempatan untuk melihat mukjizat yang lebih dahsyat daripada yang kita harapkan, yang sedang Tuhan lakukan atau akan lakukan, meskipun tidak sesuai dengan yang kita kehendaki. Bukankah itu yang sering terjadi? Pada saat Mela–putri saudara kita Bapak Arief–sakit, kita semua juga berdoa dan berharap mukjizat terjadi. Kita semua berharap ada kesembuhan. Namun, pada saat Mela dipanggil kembali oleh Bapa di Surga, saya tidak melihat kekecewaan ditunjukkan oleh keluarga Bapak Arief. Apakah sebabnya? Karena mereka berharap, namun mereka juga berserah kepada kedaulatan Tuhan. Kami juga sempat bertanya kepada Tuhan mengapa Tuhan tidak melakukan mukjizat. Namun, benarkah Dia tidak melakukan mukjizat terhadap Mela? Tidak benar! Mela telah menerima mukjizat terbesar yang pernah Tuhan janjikan, yaitu mukjizat hidup kekal. Mukjizat yang lebih besar dari yang kita doakan dan harapkan terjadi atas Mela. Jadi kami bisa menyimpulkan:

Page 9: Dengan Sayap-Mu

Berdoalah, harapkan mukjizat karena Dia masih melakukannya; tetapi berserahlah pada apa yang Dia mau lakukan, karena rencananya selalu yang terbaik buat kita. Tuhan memberkati! mIntohArdjo susetIo dAn helen kohAr – Teman Sepelayanan Bapak Arief dan Ibu Yuli

Walaupun dipanggil Tuhan di usia yang sangat muda, tetapi Mela sudah nenunjukkan kehidupan yang menginspirasi begitu banyak orang dan yang bermutu tinggi. Roh yang luar biasa yang ada di dalam dia, yang membuat dia lebih dari yang lain. Mela selalu bersemangat untuk melakukan yang terbaik dalam segala yang dikerjakannya, bersemangat untuk selalu mengerjakan pekerjaannya dengan tuntas dan hal ini sudah menjadi teladan buat siswa-siswi sekolah Masa Depan Cerah. Bagi kami, para guru, Mela adalah benih unggul yang ditanam Tuhan untuk sekolah ini. Kalau satu benih unggul ditanam, akan tumbuh buah-buah unggul di sekolah ini. Sebagai guru Mela, saya sangat diberkati oleh kehidupan Mela, saya sunguh berterima kasih kepada Tuhan karena diijinkan mengenalnya, mengajarnya, dan menjagainya saat sakit. Sungguh suatu pengalaman yang tak terlupakan. lIdIAwAtI setIorAhArdjo – Guru Sekolah dan Guru Sekolah Minggu Melathia

Page 10: Dengan Sayap-Mu
Page 11: Dengan Sayap-Mu
Page 12: Dengan Sayap-Mu

Dengan Sayap-MuOleh: Martha Pratana bersama Keluarga Arief Tjendera

Copyright © 2010 pada pengarang

Penyunting : James YanuarSampul & Tata Letak : Felly Meilinda

Diterbitkan oleh:PT. VISI ANUGERAH INDONESIAJl. Karasak Lama No.2 - Bandung 40235Telpon : 022-522 5739 Fax : 022-521 1854Email : [email protected]

ISBN : 978-602-8073-36-3Cetakan pertama, November 2010

Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa seizin Penerbit.

Member of CBA Indonesia

No : 05/PBL-BS/1108/CBA-Ina

Member of IKAPI No : 185/JBA/2010

Page 13: Dengan Sayap-Mu
Page 14: Dengan Sayap-Mu

When you were born, you cried and the world rejoiced.May you live your life so that when you die

the world will cry and you will rejoice – Middle Eastern Proverb

[Pada saat dahulu engkau lahir, engkau menangis dan dunia bersukacita.

Semoga engkau menghidupi hidupmu sedemikian rupa sehingga pada saat engkau mati,

dunia menangis dan engkau akan bersukacita – Kata-kata bijak dari Timur Tengah]

Page 15: Dengan Sayap-Mu

dAftAr IsI

Apresiasi-apresiasi 3Prakata – Azrul Ananda 15Prakata – Ariyanti Kurnia R. 17Prakata – Ellen Pantouw, SE., MM. 19Prakata – Pdt. Ir. Andreas Rahardjo 26Prakata – Andi Solaiman 27Prakata – Joseph Pratana 30Kata Pengantar – Arief Tjendera 33Kutipan Lagu “Dengan Sayap-Mu” 37

Prolog 39 Kabar 43 Menyampaikan Kabar Buruk 51 Langkah Selanjutnya 59 Perjalanan Panjang dan Melelahkan 65 Jehovah Jireh 71 Blue Christmas 77 Memerangi Osteosarcoma 85 Melanjutkan Perang terhadap Osteosarcoma 93 Melathia yang Tangguh 105 Home Sweet Home 117 10 Nopember 2008 125 Merayakan Kekalahan Osteosarcoma 141 I’ll Dance For You 147 Epilog 153

Kenangan Istimewa untuk Melathia 155Tentang Penulis 156Lampiran-lampiran 157

Page 16: Dengan Sayap-Mu
Page 17: Dengan Sayap-Mu

PrAkAtAAzrul AnAndA

fAns berAt melA, dIrektur jAwA Pos

Senyum untuk Selamanya

Saya hanya perlu sekali mendengar cerita tentang Melathia Eldad Tjendera. Begitu mendengar tentang perjuangannya melawan

kanker tulang, saya segera minta agar teman-teman redaksi di Jawa Pos segera mendapatkan kisah Mela, untuk di-sharing dengan jutaan pembaca di berbagai penjuru Indonesia. Betapa inspiratifnya kisah itu, pikir saya kala itu. Seorang gadis yang baru menginjak remaja, sudah harus berjuang melawan sesuatu yang begitu berat. Dan dia masih mampu menunjukkan keceriaan dan semangat yang luar biasa. Bukan hanya itu. Betapa inspiratifnya kisah keluarga Tjendera. Terus bersama, mencurahkan segala cinta, untuk bersama berjuang melawan sesuatu yang begitu berat. Mari kita lihat sekeliling kita: Ada berapa keluarga di dunia ini yang begitu tabah dan saling mencintai, yang mampu melakukan apa yang dilakukan keluarga Tjendera? Tidak banyak! Saya hanya bertemu Mela beberapa kali saja. Takdir membuat saya dan Mela tak pernah berinteraksi lebih banyak, berbuat lebih banyak untuk anak-anak muda yang lain. Tapi, mungkin itu lebih baik buat saya, dan buat orang-orang lain yang hanya bertemu Mela sesekali saja. Mungkin saya tidak akan kuat (mungkin saya tidak setabah dan setangguh keluarga Tjendera) kalau harus melihat betapa beratnya perjuangan yang harus dilalui Mela. Saya tidaklah sekuat itu… Lagipula, pertemuan yang sesekali dan sejenak-sejenak itu

Page 18: Dengan Sayap-Mu

18 Dengan Sayap-MU

mungkin justru lebih berarti. Setiap kali saya bertemu Mela, saya selalu melihat Mela yang tersenyum ramah. Saya selalu melihat Mela yang penuh energi positif. Yang seolah sedang tidak menghadapi perjuangan yang begitu berat. Di mata dan di hati saya, Mela akan selamanya tersenyum. Dan itu mampu membuat saya tersenyum, dan terus menginspirasi saya untuk terus banyak berbuat untuk anak muda lain. Agar mereka bisa terus berkarya, tidak menyia-nyiakan waktu yang mereka miliki. Saya berharap buku Mela ini nanti juga bisa melanjutkan hal yang sama. Menunjukkan kepada sesama, bagaimana kita tidak boleh menyia-nyiakan hidup yang kita nikmati ini. Mela mungkin tidak bisa terus bersama kita. Tapi Mela justru mungkin akan lebih abadi dari kita semua. Kisahnya, perjuangannya, akan memberi inspirasi bagi banyak yang lainnya. Saya percaya, inspirasi itu akan membuat seseorang—entah di mana—untuk melakukan sesuatu yang begitu luar biasa, yang punya dampak begitu indah untuk semua… Terima kasih Mela, senyum kamu akan terpancar selamanya, menghasilkan keindahan untuk semua…

Azrul Ananda

Page 19: Dengan Sayap-Mu

PrAkAtAArIyAntI kurnIA r.

wArtAwAn jAwA Pos

Waktu tahu dapat tugas liputan perjuangan Mela mengalahkan sel kankernya di Singapura dua tahun silam, hal pertama yang

terbersit dalam benak adalah, “Duh... kasihan sekali. Gadis semuda itu sudah harus berperang melawan penyakit yang tak pernah terpikirkan sebelumnya ada.” Saya berangkat dengan kecamuk perasaan. Bagaimana akan mewawancarinya nanti? Tidakkah kehadiran saya nanti malah akan membuat dia terpuruk? Lalu sampailah saya di rumah Mela malam itu. Menunggu hampir satu jam agar dia siap bertemu akhirnya saya bersua dengan remaja cantik itu. Dan “Oh My God!!”, apa yang ada dalam pikiran saya itu salah besarr.. Mela memang tengah sakit. Kanker menggerogoti tulang kakinya. Kanker membuat dia harus kehilangan kaki. Kanker juga yang membuat dia harus merelakan tubuhnya dimasuki titanium. Fisik Mela memang sedang sakit. Tapi secara psikis saya tidak melihat Mela sebagai orang yang sedang didera sel-sel jahat yang obat pastinya belum diketahui itu. Karena sudah larut, pertemuan pertama itu tak berjalan lama. Mela harus segera istirahat ditemani kakak serta guru tersayangnya, Kak Lid. Begitu keluar dari kamar Mela, saya langsung menangis di hadapan Papa dan Mamanya. Bukan tangis pilu atau tangis kasihan. Tapi tangis bangga. Saya memang belum satu jam mengenal Mela langsung. Tapi dalam waktu sekejap itu saya sudah langsung merasakan semangat yang begitu luar biasa. Tangis itu juga disebabkan rasa yang begitu susah dijelaskan atas besarnya daya juang keluarga untuk membantu Mela sembuh.

Page 20: Dengan Sayap-Mu

20 Dengan Sayap-MU

Osteosarcoma itu tak hanya menjadi musuh Mela. Dia adalah lawan bagi seluruh anggota keluarga. Saya masih ingat ketika matahari juga belum terlihat, Tante Yulie sudah sibuk di dapur mengolah daging ikan impor untuk dijadikan bakso. Dan pada jam-jam yang sudah ditentukan Tante Yulie dengan sigap mengantarkan obat alternatif atau jus buah untuk si bungsu dari dua bersaudara itu. Pak Arief tak kalah hebat di mata saya. Dia rela meninggalkan seluruh pekerjaannya di Indonesia demi menemani Mela. Betapa masih begitu jelas di ingatan saya Pak Arief yang langsung ada di samping putrinya itu begitu Mela memanggil “Pih…” Selama beberapa hari tinggal bersama keluarga Tjendera saya merasakan banyak hal tak terlupakan. Tapi semuanya bermuara pada satu hal. Keluarga ini sangat hebat. Mereka tanpa lelah saling mendukung agar Mela sembuh. Sakit Mela, sakit mereka semua. Di antara segala daya yang dikeluarkan mereka tak lupa satu hal. Yaitu Tuhan pemilik semua hal yang ada di dunia ini. Segala usaha yang mereka lakukan selalu didasar pada jalan Tuhan. Mela kini sudah pergi. Tapi semangatnya berhasil menjadi inspirasi banyak orang. Betapa di usianya yang sangat muda dia sudah berguna dengan memberi contoh yang sangat baik pada orang lain. Mengutip kata Tante Yulie, serangan kanker itu adalah badai yang harus dilewati keluarga. Dan sekarang musim badai itu sudah berakhir. Mela telah pergi tapi dia menjelma menjadi musim semi yang indah dalam kenangan.

Ariyanti Kurnia [email protected]

Page 21: Dengan Sayap-Mu

PrAkAtAellen PAntouw, se., mm.

koresPonden mAjAlAh bAhAnA, PenulIs buku, konsultAn hrd

Saya tidak mengikuti berita tentang Melathia Eldad Tjendera secara rutin karena kebetulan tidak berlangganan koran Jawa

Pos yang sering memuatnya. Saya hanya pernah baca sekali saja tatkala dia pulang dari Singapura dan yang membuat saya teringat kisah itu justru bukan Mela-nya. Ada 2 hal, pertama, sekolahnya di Masa Depan Cerah dan kedua, kisah bagaimana ibunda Mela mengolah makanan khusus untuk anaknya yang menarik perhatian saya dan kisah itu teringat di memori saya. Suatu siang di penghujung November 2008, saya ditelepon oleh mbak Sari, redaktur Majalah Bahana. Saya lihat di layar ponsel, nomornya dari kantor Yogyakarta. “Tahu nggak mbak tentang Mela,” tanya mbak Sari. Saya jawab, “Waduh, yang mana ya mbak?” “Itu lho yang dimuat di Jawa Pos dua hari berturut-turut,” jawabnya. Saya lalu jelaskan bahwa saya tidak berlangganan koran tersebut. Mbak Sari menerangkan singkat. Saya samar-samar ingat tentang kisah yang saya baca beberapa bulan lalu. Singkatnya, owner Majalah Bahana dan Penerbit Andi membaca kisah Mela di Jawa Pos dan berharap agar Majalah Bahana bisa mengangkatnya. Saya pun menyanggupinya dengan waktu pengerjaan yang relatif singkat. Setelah menelepon cik Martha dan dengan bantuannya, saya dipertemukan dan berhasil wawancara Senin, 1 Desember 2008 di kantor Pak Arief. Wawancara ini berjalan dengan suasana yang mengharukan, bahkan beberapa kali saya juga harus menahan air mata saya supaya tidak jatuh. Setelah itu dengan bantuan Pak Arief dan Ibu Yulie, saya mewawancarai ibu Lidia Setiorahardjo di sekolahnya pada hari itu juga. Lagi-lagi saat wawancara dengan

Page 22: Dengan Sayap-Mu

22 Dengan Sayap-MU

ibu Lidia, saya juga harus beberapa kali menahan air mata yang sebenarnya nggak tahan untuk keluar. Wow... satu kata yang bisa saya berikan untuk seorang Melathia, you’re awesome Mela! Mengapa saya bisa bilang begitu? Mela bukan artis! Mela juga bukan anak yang suka menang di setiap pertandingan! Hanya gadis kecil biasa! Gadis kecil biasa yang punya penyakit kanker tulang lagi. Bukankah banyak juga di sekeliling kita, mereka yang mengidap penyakit kanker, gizi buruk dan sebagainya? Lumrah dong kalau saya tidak dapat mengingat namanya. Saya lalu merenungkan apa yang membuat seorang Mela diapresiasi begitu besar sampai beberapa kali dimuat di koran terbesar Jawa Timur. Sudah tiada pun masih diapresiasi dengan baik dan kisahnya diceritakan ke Dubes Australia di acara “Espresso DetEksi-Con 2k8”. Lebih dari itu, justru ketika Mela tiada, sosok ketiadaannya itu menyentak banyak orang, mengubah hidup banyak orang, menyadarkan banyak orang bahwa hidup ini sangat berharga. Amazing! Saya sudah menuliskan tentang Mela yang dimuat di Majalah Bahana bulan Januari 2009. Sebuah kisah bagus sebagai pembuka awal tahun baru yang dunia berkata hari depan semakin gelap karena krisis global. Keterbatasan halaman membuat saya harus berkali-kali membaca tulisan saya sebelum dikirim. Saya harus membuang kata-kata supaya lebih efektif agar saya bisa menambahkan hal-hal yang bermutu. Mela, sejak 12 tahun lalu saya menulis, baru kali ini saya bingung mencari kata-kata yang tepat karena halaman yang sangat terbatas, sementara kisahmu dan keluarga bersama Tuhan itu sangat menarik. Walau begitu, saya tetap tidak puas karena ada banyak hal yang ingin saya tulis tentang Mela tidak dapat termuat. Maka saya menuliskan catatan ini, entah mau dibukukan atau mau ditaruh di blog, whatever yang penting dapat memberkati pembacanya. Berikut catatan saya yang tidak termuat di Majalah Bahana:Saya merenungkan dengan sungguh-sungguh apa yang membuat

Page 23: Dengan Sayap-Mu

23

gadis kreatif ini bisa menghebohkan masyarakat. Apa bedanya dia dengan orang lain yang juga terkena kanker? Saya menemukan beberapa hal:

1. Mela diakui sebagai anak yang penurut kepada orangtua dan guru. Simple ya. Saya justru melihatnya berbeda. Melathia Eldad Tjendera lahir di keluarga yang sungguh sangat menginginkan kelahirannya. Mela sangat dikasihi orangtuanya. Intinya, kasih sayang orangtuanya sangat cukup buat Mela. Maka, sebagai remaja, dia tidak berbuat aneh-aneh yang biasanya bikin orangtua pusing. Justru, teman-temannya merasa nyaman dengan menceritakan rahasia mereka kepada Mela. Bahkan, Mela tidak bersedia memberitahukan rahasia teman-temannya kepada ibundanya. “Rhs, alias rahasia,” kata Yulie sambil tersenyum menirukan kata-kata Mela. Itu saya dapat dari wawancara. Menegaskan bahwa kasih sayang orangtua Mela sangat cukup untuk Mela juga dikatakan Lidia. Lidia mengatakan begini kepada saya, “Kasih saya orangtuanya kepada Mela sangat cukup sehingga ketika Mela dekat dengan teman-teman cowoknya, dia dapat menjadi teman.” Maksudnya, ketika Mela, gadis cantik ini didekati teman-teman cowoknya, Mela nggak jadi ge-er lalu menganggap mereka semua menyenanginya sebagai pacar. Sekarang, bayangkan kalau Mela lahir di keluarga yang menolak dia, mungkin tulisan ini juga tidak ada. Saya jadi menyadari bahwa peran keluarga sangat penting di balik sosok Mela. Komitmen Pak Arief dan istri dalam membentuk sebuah keluarga yang dilandasi kasih Yesus Kristus, sungguh sangat saya acungi jempol. Saya lalu teringat dengan ayat di Alkitab yang mengatakan bahwa kita harus melahirkan keturunan Ilahi, generasi Kristus. Mela, bagi saya adalah salah satu keturunan Ilahi yang dikatakan di Alkitab. Wow... Bagaimana dengan Anda? Kalau Anda anak muda seperti saya, para jomblo yang belum menikah, watch out your step! Dunia semakin tua, kegilaan

prakata

Page 24: Dengan Sayap-Mu

24 Dengan Sayap-MU

semakin banyak, bersama Yesus kita tidak akan salah langkah. Yuk, tiru langkah keluarga Mela yang membangun kehidupan keluarga di atas dasar Yesus Kristus. Anda yang sudah menikah tapi niat cerai, selingkuh atau ada perang dunia kelima di keluarga saat ini? Tobat...tobat... keegoisan Anda berdampak pada anak. Anda tidak bisa menyuruh anak Anda menjadi keturunan Ilahi! Keturunan Ilahi dilahirkan dari generasi yang taat Kristus.

2. Sikap keluarga Mela menghadapi kenyataan ini sungguh luar biasa. Bisa saja keluarga Mela memilih untuk marah kepada Mela, misal dengan mengeluarkan kata-kata: Kamu anak sial, menghabiskan kekayaan orangtua dan sebagainya. Tapi mereka memilih TIDAK mengatakan kata-kata tersebut. Saya melihat keluarga Mela merespon positif di dalam keadaan negatif tersebut. Keadaan di sekeliling kita bisa positif dan negatif tapi sangat penting bagi kita adalah bagaimana cara kita merespon. Cara kita merespon adalah pilihan kita. Mereka memilih, istilah mereka, menerjang badai. Buat saya, gampang secara kata-kata tapi sulit dalam pelaksanaan. Hebatnya, mereka konsisten menerjang badai bersama-sama.

3. Dari wawancara, saya baru mengetahui bahwa ada banyak orang yang berdoa buat Mela. Doanya bukan sekedar doa biasa tapi sampai meraung-raung. Sekarang, Anda setuju dengan saya kan bahwa anak ini sangat dikasihi. Bahkan menurut cerita dari Ibu Lidia, ada orang-orang yang sampai mempertaruhkan imannya demi kesembuhan Mela. Nyatanya Mela dipanggil Bapa Sorgawi. Ini menarik, sangat menarik buat saya. Saya nggak tahu berapa banyak orang yang mempertaruhkan imannya demi Mela. Ibu Lidia yang saya wawancarai merupakan seseorang yang memegang Firman yang diberikan ke Mela. Bahwa Mela tidak akan mati tetapi hidup untuk menceritakan perbuatan-

Page 25: Dengan Sayap-Mu

25

perbuatan ajaib Tuhan. Ketika Mela akhirnya meninggal dunia, kondisi ini membuat ibu Lidia sedikit terkejut dan bertanya kepada Tuhan. Begini kira-kira katanya, “Tuhan, aku memegang firman-Mu, mengapa Mela Engkau panggil?” Intinya, ibu Lidia sangat beriman hal itu terjadi. Saya sedikit tertegun mendengar cerita ibu Lidia terutama bagaimana banyak orang sangat beriman bahkan mempertaruhkan iman mereka untuk gadis kecil ini. Pikiran saya dengan cepat berkata, “Mengapa Tuhan tidak mengabulkan ya? Apa yang terjadi dengan mereka yang sudah beriman sebegitu rupa buat Mela?” Tak lama kemudian, ibu Lidia menceritakan bagaimana ia ditegur dan diingatkan Tuhan melalui sebuah khotbah. Khotbah itu mengatakan bahwa mereka yang meninggal dunia tidak mati secara roh. Rohnya tetap hidup di sorga. Ia diingatkan Tuhan bahwa Mela tidak mati. Roh Mela tidak mati. Roh Mela hidup. Bahasa saya, roh Mela tetap hidup, ia hanya pindah lokasi dari dunia ke sorga. Justru ketiadaan tubuh jasmaninya membuat lebih banyak orang bertobat. Ketiadaan tubuh jasmaninya membuat orang terhenyak bahwa hidup ini sangat singkat dan harus diberi makna. Oh ya, saya juga kagum dengan ibu Lidia dan saya berharap Anda yang pernah mempertaruhkan iman Anda untuk Mela atau siapapun orang yang pernah Anda kasihi, marilah belajar dari ibu Lidia. Pertama, jangan pernah marah dengan Tuhan karena Tuhan mengambil Mela dari sisi Anda. Ingat, rencana kita tidak sama dengan rencana Tuhan. Kedua, renungkan dan tanya Tuhan seperti ibu Lidia. Pasti ada hal atau proses yang Tuhan sedang kerjakan untuk diri Anda melalui kepergian Mela. Ketiga, firman-Nya itu tetap ya dan amin, jangan pernah meragukan firman-Nya.

4. Saya setuju dengan istilah keluarga bahwa kesembuhan itu kedaulatan Tuhan. Sebagai jurnalis yang sering menemui anak-anak Tuhan dari berbagai denominasi gereja bahkan yang

prakata

Page 26: Dengan Sayap-Mu

26 Dengan Sayap-MU

digolongkan sebagai bidat, saya tahu ada banyak doktrin gereja tentang kesembuhan yang berbeda-beda. Bahkan ada banyak doktrin gereja yang saling menyerang, sama-sama membuktikan ayat Alkitabnya. Jujur, kadang sebagai jurnalis, saya juga bingung dan sering bertanya sama Tuhan, “Mana yang benar toh Tuhan? Kok gereja yang satu bilang gini dan ada ayat, satunya lagi bilang gini dan ada ayat.” So, Anda tidak perlu berdebat tentang kepergian Mela. Satu hal yang harus kita simak sebagai orang percaya adalah cara Mela memaknai hidup sehingga dia diapresiasi oleh orang-orang yang justru belum percaya Tuhan. Setuju?

5. Coba Anda minta kartu dari orang-orang yang pernah diberi kartu yang dibuat oleh Mela. Saya yakin, mereka tidak sudi memberikan kartu buatan Mela kepada Anda. Bahkan dibeli berapapun, tidak ada yang mau memberikan kenang-kenangan dari almarhum Mela. Apa yang ingin saya katakan di sini? Kerjakan talenta Anda dengan kesungguhan hati sama seperti Mela mengerjakan talenta dengan penuh cinta. Saya yakin Anda yang diberi kartu oleh Mela, sebenarnya bisa membeli dimanapun atau menyuruh orang membuatnya. Tapi mengapa kartu itu berharga untuk Anda? Karena ada cinta Mela di dalam kartu tersebut yang tidak dapat dibeli di toko manapun di dunia ini. Mela mengerjakan kartu demi kartu di rumah sakit dengan penuh cinta. Ia mengerjakan di rumah juga dengan penuh cinta. Apa talenta Anda? Jangan malas dan menyerah dengan keadaan! Kerjakan dengan kesungguhan dan penuh cinta. Ketika Mela masih hidup tentu ia tidak tahu bahwa kartu buatannya sungguh sangat berharga dan memberkati banyak orang ketika ia berpulang ke rumah Bapa. Mela mengerjakan bagiannya dengan penuh cinta dan bagian Tuhan memberkatinya. Tuhan akan mengerjakan bagian-Nya kalau kita juga mengerjakan bagian kita.

Page 27: Dengan Sayap-Mu

27

Oke, itu 5 hal yang saya renungkan dan tidak termuat di Majalah Bahana karena keterbatasan halaman. Saya tidak kenal Mela tapi kisah Mela dan keluarganya sangat memberkati saya. Saya sangat salut dengan keluarga Mela yang tetap mengandalkan Yesus untuk melewati persoalan ini. Secara pribadi, saya sangat terberkati dari wawancara dengan kedua orangtua Mela dan ibu Lidia. Terimakasih untuk waktu wawancaranya. Kiranya tulisan saya membantu Anda, para pembaca untuk memaknai kehidupan Anda. God bless…

Surabaya, 04 Desember 2008, 08:50 PM

Ellen Pantouw, SE., [email protected]

prakata

Page 28: Dengan Sayap-Mu

PrAkAtAPdt. Ir. AndreAs rAhArdjo

GembAlA senIor GkPb mAsA dePAn cerAh

Sejak Pak Arief dan Bu Yulie memberitahu saya bahwa Mela terse-rang ostheosarcoma, saya mengikuti setiap perkembangannya.

Saya merasa sedih karena di usia yang muda, Melathia harus menghadapi situasi yang sangat berat dan tidak mengenakkan. Penderitaan yang dia tanggung karena penyakitnya, tidak saja berat secara fisik, namun juga secara psikologis. Namun di sisi yang lain, saya sedikit merasa "iri" karena di usia yang muda, Melathia telah berhasil menyelesaikan masalah yang berat itu dengan imannya yang tak tergoyahkan. Di usia yang muda, Mela memberi contoh bagaimana menyelesaikan pertandingan dengan baik. Dari apa yang dialami Mela, saya sebagai seorang gembala juga banyak mendapat pelajaran yang berharga. Pertama, saya belajar tentang dukungan. Saya melihat bagaimana banyak orang mendukung Mela mulai dari masyarakat luas-yang terbukti dari respon yang dituliskan di buku-buku tamu yang diletakkan di booth khusus pada saat diadakan Lomba Mading oleh deteksi-teman-teman sekolah sampai kenalan-kenalan dari gereja. Bahkan, apresiasi atas semangat dan daya juang Mela disampaikan pula oleh Duta Besar Australia yang datang ke acara tersebut. Kedua, saya belajar tentang ketabahan yang utamanya di-tunjukkan oleh kedua orangtua Mela. Saya berharap dengan dibukukannya cerita tentang Mela, akan ada banyak orang yang mendapat manfaat darinya.

Pdt. Ir. Andreas Rahardjo

Page 29: Dengan Sayap-Mu

PrAkAtAAndI solAImAn

dIrektur dArI sAlIm GrouP – dIvIsI kImIA

I visited Mela upon her arrival at the hospital in Singapore and I personally witnessed her suffering in pain. She was crying and

shouting when the nurses were moving her for an MRI screening. She felt pain when someone touched her body, even in the slightest and gentle way. At that moment, I could not help crying and shed tears. It was really a very devastating moment for the family and friends who were there at the time, and surely for Mela herself. As times went by, we saw her condition was up and down, but we noticed that her spirit and determination was at all time high. My wife and I were amazed by the way Mela and her family dealt with the situation. With the support from all friends and relatives who cared for her and her family, Mela managed to finish the treatment in Singapore. She went back to Surabaya and excelled in her studies. Several days before she departed to be with the Lord, I saw her physic was already weak, however her gentle and sweet spirit was still there. She dealt with the sickness and pain that many of us are not capable of going through. For some people her departure was a controversial. Was it a defeat or a victory? Friends, people can interpret whatever they want to. But as far as my family is concerned, it was surely a big triumph for Mela and her family. They had successfully gone through the darkest nights and also been through lowest valleys that some people can not pass. But they did!!! Furthermore, Mela went to be with her beloved Creator, her Jesus whom she loved and worshipped, and the Holy Spirit who has continuously

Page 30: Dengan Sayap-Mu

30 Dengan Sayap-MU

accompanied and comforted her thus far. What else can she expect more? When I passed on the news to my son who was studying in the USA about her departure, his comment struck me. He said, “Dad, she is now dancing with the angels!” I said, “ Yes! She has danced for the Lord before and she would enjoy even more dancing in His real presence with all angels”. I am praying that this book will be an inspirational for the readers. Readers will not only learn how to endure problems and casualties in life, but also learn about faithfulness, perseverance, submission, brotherhood and understand the will of God and His divine plans in our lives. God Bless!

(Ketika Mela tiba di Rumah Sakit di Singapura, saya mengunjungi-nya dan secara pribadi saya menyaksikan betapa dia kesakitan. Dia menangis dan berteriak ketika para perawat memindahkan dia ke ruang pemeriksaan MRI. Dia juga merasa kesakitan ketika seseorang menyentuh tubuhnya, bahkan ketika orang itu menyentuhnya de-ngan sangat lembut. Pada saat itu, saya tidak dapat menahan tangis dan airmata saya pun berlinang. Momen itu benar-benar merupakan waktu yang menyedihkan bagi keluarga Mela dan teman-teman semua yang hadir pada saat itu, dan tentunya bagi Mela sendiri. Sementara waktu berjalan terus, kami melihat kondisinya naik-turun, namun kami pun melihat bahwa semangat dan tekad Mela selalu tinggi. Istri saya dan saya sendiri merasa kagum akan cara mela dan keluarganya mengatasi situasi. Dengan dukungan dari semua teman dan kerabat yang penuh perhatian kepada Mela dan keluarganya, Mela berhasil menyelesaikan perawatan di Singapura. Dia kembali ke Surabaya dan berhasil di sekolahnya. Beberapa hari sebelum dia pergi bersama Tuhan, saya melihat bahwa fisiknya sudah lemah, namun semangatnya yang lemah-lembut dan manis masih terlihat. Dia mengatasi penyakit dan rasa sakitnya yang mungkin bagi kebanyakan kita tak akan mampu

Page 31: Dengan Sayap-Mu

31

dijalani. Bagi beberapa orang kepergiannya merupakan kontroversi. Apakah kepergiannya merupakan kekalahan atau kemenangan? Sobat, orang bisa menginterpretasikannya semau mereka. Namun bagi keluarga kami, kepergian Mela adalah kemenangan besar bagi-nya dan bagi keluarganya. Mereka telah dengan sukses melampaui malam-malam tergelap dan juga telah melewati lembah-lembah yang terdalam yang bisa jadi tak mampu dilewati oleh beberapa orang. Namun, mereka berhasil menjalaninya!!! Lagi pula, Mela pergi menemui Penciptanya yang terkasih, Yesus yang dikasihinya dan disembahnya, dan juga Roh Kudus yang terus menemani dan menghiburnya selama ini. Apa lagi yang akan diingininya? Ketika saya menyampaikan kabar kepergian Mela kepada putra saya yang sedang belajar di Amerika Serikat, komentarnya menyadarkan saya. Katanya, “Dad, dia sekarang sedang menari dengan para malaikat!” saya menjawab, “Ya! Sebelumnya dia telah berdansa untuk Tuhan dan dia akan lebih menikmati berdansa di hadirat-Nya yang sesungguhnya bersama dengan para malaikat”. Saya berdoa kiranya buku ini akan menjadi sebuah inspirasi bagi para pembaca. Pembaca tidak saja akan belajar untuk tawakal dalam menghadapi berbagai persoalan dan kepedihan di dalam hidup ini, namun juga akan belajar tentang kesetiaan, ketabahan, penundukan diri, persaudaraan dan akan memahami kehendak Allah dan rencana-rencana Ilahi-Nya di dalam kehidupan kita semua. Tuhan memberkati!)

Andi Solaiman

prakata

Page 32: Dengan Sayap-Mu

PrAkAtAjosePh PrAtAnA

sAksI mAtA kelAhIrAn melAthIA

Pagi itu, 9 September 1994, saya melangkah masuk ke dalam Rumah Sakit Budi Mulia (sekarang Rumah Sakit Siloam) dan

di ruang tunggu rumah sakit saya melihat Arief Tjendera dan ibu mertuanya (mama dari Yulie Supit). Arief segera bangkit berdiri dari duduknya dan menyambut saya. Saya bertanya kepada dia, apakah hanya mereka berdua saja yang menunggu Yulie melahirkan anak mereka yang kedua. Dan Arief mengiyakan. Ini mengartikan bahwa saya adalah orang ketiga yang menunggu kelahiran anak kedua dari Arief dan Yulie. Kami duduk dan berbincang-bincang bertiga. Tak lama kemudian suster rumah sakit keluar dan memberitahukan bahwa Yulie telah melahirkan bayinya—bayi perempuan. Saya memberikan selamat kepada Arief dan ibu mertuanya. Kami bertiga amat bersukacita siang hari itu. Selagi kami berbicara dengan hati yang gembira, saya dan Arief melihat suster menggendong seorang bayi yang diselimuti oleh kain dan berjalan dari ruang bersalin ke ruang sebelahnya. Kami bertanya, apakah itu bayinya. Suster mengiyakan dan berkata bahwa si bayi akan dimandikan dahulu. Saya dan Arief segera mengikuti kemana suster pergi. Kebetulan ruang memandikan bayi di rumah sakit itu memiliki jendela kaca yang besar dan tempat memandikannya persis disebelah jendela itu. Sehingga kami dapat melihat apa saja yang dikerjakan oleh suster. Dan bayi perempuan yang nantinya diberi nama Melathia, dibersihkan oleh suster dari "lilin-lilin" yang menempel di seluruh tubuh, wajah dan kepalanya. Saat itu saya berkata kepada Arief, "Rif, nanti kalau dia sudah remaja dan ada temen laki yang suka

Page 33: Dengan Sayap-Mu

33

sama dia, jangan lupa harus minta izin juga dari aku". Kami berdua tertawa penuh sukacita.

*******

Pagi hari sekitar pukul 08:00, 9 November 2008, saya berjalan bergegas bersama anak perempuan saya yang sulung, Michelle, di halaman dalam Rumah Sakit Darmo menuju salah satu kamar. Kemudian kami segera membuka pintu kamar dan masuk. Di atas tempat tidur duduk Mela yang segera melihat ke arah saya dan berteriak dengan sebuah teriakan yang tidak akan pernah bisa saya lupakan seumur hidup saya, "Om Siong Gwan tolong !!". Mela sedang dalam keadaan sulit untuk bernafas dan sedang dibantu oleh suster rumah sakit untuk memakai masker oksigen.

*******

Bagi saya Mela adalah sebuah nama yang mempunyai arti perjuang-an hidup dalam melawan rasa sakit dan ketidaknyamanan tanpa mempunyai rasa pahit kepada Tuhan Sejak Januari 2008 saya telah tahu betapa parah kanker itu telah menjalar di dalam tubuh Mela. Yang artinya saya juga telah tahu akan berakhir seperti apa. Saya melihat bagaimana tabahnya Arief dan Yulie dalam merawat dan menemani Mela dalam pengobatannya. Dan saya melihat betapa kuat dan pantang menyerahnya Mela bertahan hidup dari hari ke hari lainnya. Saya melihat Mela bertumbuh menjadi remaja sejak dia bayi. Mela bertumbuh menjadi anak perempuan yang manis. Mela bersahabat dekat dengan anak sulung saya, Michelle. Sehingga saya bisa mengenali Mela dengan hubungan yang cukup dekat, apalagi Arief dan Yulie adalah sahabat dekat saya dan istri saya. Mela adalah anak yang ceria dan selalu menyapa dan melempar senyumnya setiap kali bertemu dengan saya. Pernah saya berkata

prakata

Page 34: Dengan Sayap-Mu

34 Dengan Sayap-MU

kepada Arief pada suatu ketika saat kami berada di gereja—saat itu Mela masih SD—bahwa Mela mirip dengan bintang film Katie Holmes (istri Tom Cruise). Senyuman selalu menghias wajah Mela. Tidak pernah saya melihat Mela tanpa ada senyum yang terlukis di wajahnya. ketika dia berbicara dengan Michelle, saya melihat kelembutan dan ketelatenan Mela. She was a fine young girl.

Di balik semua kelembutan dan senyum manis Mela, tersimpan sebuah daya juang mengatasi rasa sakit, daya juang pantang menyerah dan daya tahan hidup yang tidak kalah dari seorang pasukan khusus militer sekalipun. Dan yang luar biasa dari diri Mela adalah dia melewati itu semua tanpa menyalahkan Tuhan yang dia sembah dan ia percayai. Pernah satu malam saya datang ke rumah sakit karena Arief mengirim sms kepada saya dari Malaysia yang mengabarkan bahwa Mela harus opname di rumah sakit dan harus disedot cairan yang ada di paru-parunya. Saat itu hanya saya, Yulie dan Yeriel yang menemani Mela. Dan saya melihat betapa Mela seorang anak remaja perempuan dengan ketahanan hidup yang luar biasa. Saya melihat Mela lahir dan saya melihat Mela pulang ke rumah Bapa di Sorga. Saya melihat bukan saja sebuah perjuangan hidup dari seorang remaja perempuan, tetapi lebih dari itu saya melihat sebuah perjuangan iman kepada Tuhan tanpa penyesalan dan tanpa keraguan yang berakhir dengan kesetiaan kepada Tuhan yang dia percayai dan dia sembah. I, personally, saw her came into this world. And I saw her gone to her Creator. But the memory of her, the fight of her faith, will live within me for the rest of my life. For me, she is more than just a fine young girl, but the warrior of faith.

Joseph Pratana

Page 35: Dengan Sayap-Mu

kAtA PenGAntAr

Dengan sayapMu..... Pertama-tama kami sampaikan ucapan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus, yg telah memberi kekuatan kepada keluarga kami untuk menghadapi, menjalani serta melewati lembah kekelaman yang tanpa terasa telah memasuki tahun kedua ini. Sekalipun Mela telah pergi ia selalu ada dihati kami, Mela adalah pahlawan iman bagi kami. Sekalipun kami rindu, tidak mungkin kami mencari penggantinya. Sekalipun kami menangis, kami tidak bisa menemukan kembali, sulit bagi kami untuk mengaplikasikan dan mengerti kejadian ini. Sekalipun kelihatannya kami kuat, tapi sebetulnya kami lemah, namun Tuhan-lah yang selalu memberi penghiburan dan kekuatan. KesetiaanNya juga jauh melampaui segala akal pikiran kami. Satu pelajaran yang kami mengerti, yaitu bagaimana kami bisa menghargai arti kehidupan ini. Mela sudah menunjukkan kualitas hidupnya bagi kami semua. Selain itu Tuhan sudah memberikan seorang istri dan putra yang begitu dengan luar biasa mengerahkan kekuatannya –saya tidak tahu dari mana datangnya kekuatan itu– untuk menjaga, merawat, mengasihi Mela. Yeriel, kakak Mela, juga begitu setia memberi dukungan, kekuatan, mengasihi, menghibur adiknya. Yeriel adalah anak yang baik, bertanggung jawab sekalipun ia tidak pernah mengungkapkannya, tapi dalam hal ini dia telah mengungkapkannya dengan sempurna kepada adiknya. Kami sung-guh mengasihi kedua anak kami. Pada kesempatan yang sangat berharga ini kami dengan ketulusan hati menyampaikan terima kasih serta penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :

Page 36: Dengan Sayap-Mu

36 Dengan Sayap-MU

• Bapak Azrul Ananda, Direktur Jawa Pos.• Ibu Aariyanti Kurnia Rakhmana (Ayie) dan Mas Yuyung Abdi

Wartawan Jawa Pos, Surabaya.• Bapak Ale Sugiarto, President Direktur PT. Genta Tour, Jakarta.• Teman-teman travel agent, baik yang ada di dalam maupun di

luar negeri.• Bapak Andreas Rahardjo, sebagai Gembala Senior GKPB Masa

Depan Cerah.• Dr. Paulus Rahardjo dan juga penatua lainnya.• Team penggembalaan dan seluruh jemaat GKPB Masa Depan

Cerah, Surabaya dan Keluarga Besar GKPB, Indonesia.• Ibu Martha Pratana, penulis dari buku ini.• Bapak Josep Pratana, seorang saksi hidup dari Mela lahir dan

saat dipanggil pulang.• Seluruh staff gereja dan guru-guru Sekolah Masa Depan Cerah,

Surabaya. • Bapak Jeffry Rachmat dan Pastor Jose Carol, Senior Pastor

JPPC Jakarta• Pastor Oscar Surjadi, Senior Pastor City Blessing, Portland,

Oregon-USA. • Pastor Gunawan Iskandar (Guan-Guan), Senior Pastor GKPB,

Singapore.• Pastor Christantio Nurdin, Senior Pastor Gereja Baptis Kalvari,

Jakarta.• Keluarga besar Supit.• Keluarga besar kami.• Bapak Andi Sulaiman.• Bapak Hartono Gunawan.• Bapak Daryadi Kosasih. • Sahabat-sahabat kami yg tidak mungkin kami tulis nama-nama

mereka satu persatu.• Saudara-saudara seiman kami, baik di gereja lokal, maupun

GKPB di Indonesia, tanpa saudara-saudari seiman maupun

Page 37: Dengan Sayap-Mu

37

segenap keluarga kami, tidak mungkin hingga hari ini kami bisa menjalani kehidupan yang harus kami hadapi selanjutnya,

Kami tahu ada begitu banyak orang yang mengalami hal yang sama seperti yang telah dialami kami dan khususnya oleh anak kami, mungkin juga pada saat yang sama, dimana ada dari para pembaca yang sedang mengalami pergumulan, masalah, persoalan atau apapun, percayalah bahwa tidak ada yg tidak bisa diselesaikan, tidak satupun masalah di dunia ini yang tidak bisa kita selesaikan kalau kita bisa membuka diri kita, berserah pada Tuhan dan bukan menyerah. Biarlah dengan catatan dan pengalaman kami yang kami tuangkan melalui buku ini dan disempurnakan oleh Ibu Martha Pratana, bisa memberi kekuatan dan harapan bahwa pintu belum tertutup, secercah harapan masih ada. Di waktu yang masih tersisa ini, kita bisa lakukan sesuatu yang berguna untuk orang lain, hidup ini tidak bisa kita jalani sendiri-sendiri, kita butuh sahabat, keluarga, masyarakat. Kami menyadari buku ini masih membutuhkan kritik dan saran, serta jauh dari kesempurnaan. Tetapi tidak lain buku ini muncul karena suatu ungkapan hati dari kami (saya, istri dan Yeriel) dan penghargaan untuk semua orang yang sudah memberikan dukungan baik moril maupun material, kiranya Tuhan membalas semua kebaikan kalian.

Salam dalam kasih,

Arief Tjendera

kata pengantar

Page 38: Dengan Sayap-Mu
Page 39: Dengan Sayap-Mu

Dengan Sayap-MuSari Simorangkir

Firman-Mu berkata kau besertakuMaka kuat roh dan jiwaku

Tangan-Mu, Tuhan, s'lalu kunantikanDi setiap langkahku percaya

Reff :

Dengan sayap-Mu ku akan terbang tinggiDi tengah badai hidup ku tak menyerah

Kau kekuatan dan perlindunganBagiku

Pertolonganku di tempat maha tinggiKu mengangkat tanganku, aku berserahKau kunantikan, Kau yang ku sembah

Yesusku, Rajaku

Page 40: Dengan Sayap-Mu
Page 41: Dengan Sayap-Mu
Page 42: Dengan Sayap-Mu

40 Dengan Sayap-MU

— satu —

Prolog

L emari kaca yang dipesan oleh Yulie sudah jadi. Rencananya, dia akan memajang barang-barang Mela—seperti pernak-

pernik untuk membuat craft dan hasil karya Mela di dalam lemari tersebut. Sementara Yulie memilih-milih barang mana yang akan dipajang dan menatanya di dalam lemari, kenangan Yulie terhadap Mela tak terelakkan. Yulie tak kuasa menahan tangis. Melathia Eldad Tjendera, putrinya, tak lagi bersamanya. Pada tanggal 10 Nopember 2008, beberapa bulan sebelum huruf-huruf pertama di dalam buku ini dituliskan, Mela telah pulang ke Surga. Sepertinya kepergian Mela adalah sebuah masa lalu, namun bagi Yulie sekeluarga, Mela akan selalu menjadi bagian yang selalu hadir di dalam hati Yulie, hati suaminya dan hati Yeriel, kakak lelaki Mela. Setidaknya bagi Yulie, Mela bahkan merupakan bagian dari diri Yulie sendiri. Mela pernah tinggal di dalam rahim Yulie, mengisap sari-sari makanan yang sama dengan yang Yulie makan, hidup dan bertumbuh semakin besar di dalam perut Yulie. Jelas Yulie berharap dapat membesarkan, merawat dan mendampingi Mela sampai dia menjadi dewasa. Namun kenyata-an telah menggariskan sesuatu yang lain. Yulie hanya bisa bersama-sama Mela sampai usianya yang ke empat belas saja. Yulie sedih, akan tetapi ada banyak hal lain selain dari perasaan sedih itu. Maka, untuk itulah buku ini ditulis yaitu untuk bercerita banyak. Buku ini juga merupakan tanda cinta Yulie, tanda cinta

Page 43: Dengan Sayap-Mu

41

suami Yulie (Arief) dan tanda cinta kakak Mela (Yeye) kepada Mela. Yulie juga ingin buku ini bisa menginspirasi orang banyak sebagaimana Mela, yang perjuangannya dan hidupnya yang singkat telah menginsipirasi orang banyak. Semoga banyak orang yang dikuatkan juga. Semoga banyak orang yang kehilangan harapan dapat menemukannya kembali: melalui buku ini.

prolog