dehidrasi

11
LAPPORAN PENDAHULUAN DEHIDRASI PADA GIZI BURUK A. Definisi Dehidrasi adalah keadaan dimana seseorang invididu yang tidak menjalani puasa mengalmai atau beresiko mengalmai dehidrasi vaskuler, interstitial atau intra vaskuler (Lynda Jual Carpenito, 2000 : 139). Dehidrasi adalah kekurangan cairan tubuh karena jumlah cairan yang keluar lebih banyak dari pada jumlah cairan yang masuk (Sri Ayu Ambarwati, 2003) Gizi buruk adalah keadaan dimana asupan gizi sangat kurang dari kebutuhan tubuh. Umumnya gizi buruk ini diderita oleh balita karena pada usia tersebut terjadi peningkatan energy yang sangat tajam dan peningkatan kerentanan terhadap infeksi virus/bakteri. B. Klasifikasi Klasifikasi dehidrasi menurut Donna D. Ignatavicus ada 3 jenis : a. Dehidrasi Isotonik Dehidrasi isotonik adalah air yang hilang diikuti dengan elektrolit sehingga kepekatannya tetap normal, maka jenis dehidrasi ini biasnaya tidak mengakibatkan cairan ECF berpindah ke ICF. b. Dehidrasi Hipotonik Dehidrasi hipotonik adalah kehilangan pelarut dari ECF melebihi kehilangan cairan, sehingga dipembuluh darah menjadi lebih pekat. Tekanan osmotik ECF menurun mengakibatkan cairan bergerak dari EFC ke ICF. Volume vaskuler juga menurun serta terjadi pembengkakan sel. c. Dehidrasi Hipertonik Dehidrasi hipertonik adalah kehilangan cairan ECF melebihi pelarut pada dehidrasi ini non osmotik ECF

Upload: ika

Post on 17-Dec-2015

213 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

gfgfgf

TRANSCRIPT

LAPPORAN PENDAHULUAN DEHIDRASI PADA GIZI BURUK

A. DefinisiDehidrasi adalah keadaan dimana seseorang invididu yang tidak menjalani puasa mengalmai atau beresiko mengalmai dehidrasi vaskuler, interstitial atau intra vaskuler (Lynda Jual Carpenito, 2000 : 139).

Dehidrasi adalah kekurangan cairan tubuh karena jumlah cairan yang keluar lebih banyak dari pada jumlah cairan yang masuk (Sri Ayu Ambarwati, 2003)

Gizi buruk adalah keadaan dimana asupan gizi sangat kurang dari kebutuhan tubuh. Umumnya gizi buruk ini diderita oleh balita karena pada usia tersebut terjadi peningkatan energy yang sangat tajam dan peningkatan kerentanan terhadap infeksi virus/bakteri.

B. KlasifikasiKlasifikasi dehidrasi menurut Donna D. Ignatavicus ada 3 jenis :a. Dehidrasi IsotonikDehidrasi isotonik adalah air yang hilang diikuti dengan elektrolit sehingga kepekatannya tetap normal, maka jenis dehidrasi ini biasnaya tidak mengakibatkan cairan ECF berpindah ke ICF.b. Dehidrasi HipotonikDehidrasi hipotonik adalah kehilangan pelarut dari ECF melebihi kehilangan cairan, sehingga dipembuluh darah menjadi lebih pekat. Tekanan osmotik ECF menurun mengakibatkan cairan bergerak dari EFC ke ICF. Volume vaskuler juga menurun serta terjadi pembengkakan sel.c. Dehidrasi HipertonikDehidrasi hipertonik adalah kehilangan cairan ECF melebihi pelarut pada dehidrasi ini non osmotik ECF menurun, mengakibatkan cairan bergerak dari ICF ke ECF.

C. EtiologiBermacam-macam penyebab dehidrasi menentukan tipe / jenis-jenis dehidrasi (Menurut Donna D. Ignatavicus ).a. Dehidrasi1. Perdarahan2. Muntah3. Diare4. Hipersalivasi5. Fistula6. Ileustomy (pemotongan usus)7. Diaporesis (keringat berlebihan)8. Luka bakar9. Puasa10. Terapi hipotonik11. Suction gastrointestinal (cuci lambung)b. Dehidrasi hipotonik1. Penyakit DM2. Rehidrasi cairan berlebih3. Mal nutrisi berat dan kronisc. Dehidrasi hipertonik1. Hiperventilasi2. Diare air3. Diabetes Insipedushormon ADH menurun4. Rehidrasi cairan berlebihan5. Disfagia6. Gangguan rasa haus7. Gangguan kesadaran8. Infeksi sistemik : suhu tubuh meningkat.

D. PatofisiologiKekurangan volume cairan adalah keadaan yang umum terjadi pada berbagai keadaan dalam klinik. Keadaan ini hampir selalu berkaitan dengan kehilangan cairan tubuh melalui ginjal atau di luar ginjal. Penyebab tersering kekurangan volume cairan yang juda sering terjadi adalah tersimpannya cairan pada cidera jaringan luna, luka bakar berat, peritonitis / obstruksi saluran cerna. Terkumpulnya cairan di adlam ruang non ECF dan non ECF. Pada prinsipnya cairan menjadi terperangkapdan tidak dapat dipakai oleh tubuh. Penumpulkan volume cairan yang cepat dan banyak pada ruang-ruang seperti beradal dari volume ECF sehingga dapta mengurangi volume sirkulasi darah efektif.

Perdarahan, muntah, diare, keringat adalah cairan hipotonik yang terdiri dari ari, Na (30-70 m Eg/l) dan klorida. Selama latihan berat pada lingkungan yang panas, bisa terjadi kehilagnan 1 L keringat / jam. Sehingga dapat menyebabkan kekurangan volume jika asupannya tidak mencukupi. Jumlah besar cairan dapat hilang melalui kulit karna penguapan jika luka bakar dirawat dengan metode terbuka.

Kehilangan Na dan air melalui ginjal tanpa adanya penyakit ginjal terjadi pada 3 keadaan yang paling sering adalah pemakaian diuretik yang berlebihan, terutama tiazid atau diuretik sampai yang kuat seperti furosemid. Diuresis osmotik obligatorik juga sering menyebabkan kehilangan Na dan air yang terjadi selama glikosuria pada DM yang tidak terkontrol atau koma hipermosmolar non ketonik pada kasus pemberian makanan tinggi protein secara enternal atau parenteral dapat terbentuk urea dalam jumlah besar yang bisa bertindak sebagai agen osmotik.

Apapun penyebab dari kekurangan volume cairan, berkurangnya volume ECF menganggu curah jantung dengan mengurangi alir balik vene ke jantung sehingga mengakibatkan penurunan curah jantung. Karena tekanan arteri rata-rata = curah x tahanan perifer total maka penurunan curah jantung mengakibatkan hipotensi. Penurunan tekanan darah dideteksi oleh baroreseptor pada jantung dan arteri karotis dan diteruskan ke pusat vasomotor di batang otak, yang kemudian menginduksi respon simpatis. Respon berupa vasokonstriksi perifer, peningkatan denyut dan kontraktilitas jantung bertujuan untuk mengembalikan curah jantung dan perfusi jarignan yang normal.Penurunan perfusi ginjal merangsang mekanisme renin-angiotensin-aldosteron. Angiotensin merangsang vasokonstriksi sistemik dan aldosteron meningkatkan reabsorbsi natrium oleh ginjal.

Jika terjadi hipovolemi yang lebih berat (1000 ml) maka vasokontriksi dan vasokonstriksi yang diperantai oleh angiotensin II yang meningkat. Terjadi penahanan aliran darah yang menuju ginjal, saluran cerna, otot dan kulit, sedangkan aliran yang menuju koroner dan otak relatif dipertahankan.E. Manifestasi KlinisBerikut ini gejala atau tanda dehidrasi berdasarkan tingkatannya (Nelson, 2000) :1. Dehidrasi ringan (kehilangan cairan 2-5% dari BB semula)a. Haus, gelisahb. Denyut nadi 90-110 x/menit, nafas normalc. Turgor kulit normald. Pengeluaran urine (1300 ml/hari)e. Kesadaran baikf. Denyut jantung meningkat2. Dehidrasi sedang (kehilangan cairan 5% dari BB semula)a. Haus meningkatb. Nadi cepat dan lemahc. Turgor kulit kering, membran mukosa keringd. Pengeluaran urien berkurange. Suhu tubuh meningkat3. Dehidrasi berat (kehilangan cairan 8% dari BB semula)a. Penurunan kesadaranb. Lemah, lesuc. Takikardid. Mata cekunge. Pengeluaran urine tidak adaf. Hipotensig. Nadi cepat dan halush. Ekstremitas dingin

F. PenatalaksanaanPenatalaksanaan pada penderita dehidrasi :1. Obat-obatan AntiemetikUntuk mengatasi muntah2. Obat-obatan anti diarePengeluaran feces yang berlebihan dapat diberikan obat-obat anti diare serta dapat diberikan oralit.3. Pemberian air minumPemberian air minum yang mengandung natrium cukup memadai untuk mengatasi ketidakseimbangan yang terjadi.4. Pemberian cairan intravenaPada kekurangan cairan yang berat, maka diperlukan pemberian cairan intravena. Larutan garam isotonik (0,9%) merupakan cairan infus terpilih untuk kasus-kasus dengan kadar natrium mendekati normal, karena akan menambah volume plasma. Segera setelah pasien mencapai normotensi, separuh dari larutan garam normal (0,45%) diberikan untuk menyediakan air bagi sel-sel dan membantu pembuangan produk-produk sisa metabolisme.5. Pemberian bolus cairan IVPemberian bolus cairan IV awal dalam suatu uji beban cairan, untuk mengetahui apakah aliran kemih akan meningkat, yang menunjukkan fungsi ginjal normal.

G. Pengkajian Fokus1. Identitas Pasien2. Riwayat Kesehatana. Riwayat penyakit dahulu Fistula Ileustomy Suction gastrointestinal DM Diabetes insipedus Perdarahanb. Pemeliharaan kesehatan Diet rendah garam Pemasukan cairan kurang terpenuhic. Pola cairand. Gejala:haus berkurang, cairan kurange. Tanda:BB menurun melebihi 2-8% dari BB semula, membran mukosa mulut kering, lidah kotor.f. Pemeriksaan fisik1) Kesadaran: apatis-coma2) Tekanan darah menurun Nadi meningkat Pernafasan cepat dan dalam Suhu meningkat pada waktu awal3) BB meningkat4) Turgor menurun5) Membran mukosa mulut kering6) CVP menurun7) Pemeriksaan penunjang8) LaboratoriumUrine Osmolalilas kemih > 450 m osmol / kg Natrium urine < 10 meg / L (penyebab di luar ginjal) Natirum urine > 10 meg / L (penyebab pada ginjal / adrenal) OJ urine meningkat Jumlah urine menurun (30-50 cc / jam)Darah Ht meningkat Kadar protein serum meningkat Na+ seruim normal Rasio buru / kreatin serum > 20 : 1 (N = 10 : 1) Glukosa serum : normal / meningkat Hb menurun.

H.Konsep Keperawatan1. Diangosa Keperawatana. Defisit volume cairan berhubungan dengan output yang berlebihan intake yang kurang.b. Resiko penurunan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan aliran darah.c. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan turgor kulit menurun.d. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan fisik.2. Fokus Intervensi dan Rasionala. Defisit volume cairan berhubungan dengan output yang berlebihan intake yang kurang Tujuan :Volume cairan adekuat sehingga kekurangan volume cairan dapat teratasi.Kriteria hasil :1)Mempertahankan keseimbangan cairan2)Tanda vital (N = 80 100 x/menit, S = 36-37oC3)Capillary refill < 3 detik4)Akral hangat5)Urine output 1-2 cc/kg BB/jamIntervensi :1) Awasi tanda vital, pengisian kapiler, status membran mukosa, turgorRasional :Indikator keadekuatan volume sirkulasi, hipotensi data terjadi dengan resiko cedera setelah perubahan posisi.2) Awasi jumlah dan tipe masukan cairan, ukur haluaran urine dengan akurat.Rasional :Pasien tidak mengkonsumsi cairan sama sekali mengakibatkan dehidrasi atau mengganti cairan untuk masukan kalori yang berdampak pada keseimbangan elektrolit.3) Diskusikan strategi untuk menghentikan muntah dan penggunaan jaksatif / diuratikRasional :Membantu pasien menerima perasaan bahwa akibat muntah dan / atau penggunaan laksatif / deuratik mencegah kehilangan lebih lanjut.4) Identifikasi rencana untuk meningkatkan / mempertahankan keseimbangan cairan optimal. Misal : jadwal masukan cairan.Rasional :Melibatkan pasien dalam rencana untuk memperbaiki ketidakseimbangan.5) Kaji hasil tes fungsi elektrolit / ginjalRasional :Perpindahan cairan / elektrolit, penurunan fungsi ginjal dapat meluas mempengaruhi penyembuhan.6) Berikan / awasi pemberian cairan IVRasional :Tindakan darurat untuk memperbaiki ketidak-seimbangan cairan.7) Tambahan kalium, oral atau N sesuai indikasiRasional :Dapat mencegah disritmia jantung.

b. Resiko penurunan perfusi jaringan berhubungan dengan aliran darah.Tujuan :Mempertahankan / memperbaiki perfusi jaringan.Kriteria hasil :1)Tanda-tanda vital stabil TD = 120/80, Nadi = 80-100 h, kulit tidak pucat.2)Kulit hangat3)Nadi perifer teraba4)Keluaran urine adekuat 0,5 1,5 cc / kg / BB5)CRT < 2 detik.6)Kesadaran composmentis7)Tidak ada nyeri dada

Intervensi :1) Selidiki perubahan tingkat kesadaran, keluhan pusing.Rasional :Perubahan dapat menunjukkan ketidakadekuatan perfusi serebral sebagai akibat tekanan darah arterial.2) Selidiki keluhan nyeri dada, catat lokasi, kualitas, lamanya dan apa yang menghilangkan nyeri.Rasional :Dapat menunjukkan iskemia jantung sehubungan dengan penurunan perfusi.3) Auskultasi nadi apikal, awasi kecepatan jantung / irama.Rasional :Perubahan disritmia dan iskemi dapat terjadi sebagai akiabt hipotensi, hipoksia, ketiseimbangan elektrolit atau pendinginan dekat area jantung bila lavase air dingin digunakan untuk mengontrol perdarahan.4) Kaji kulit terhadap dingin, pucat, berkeringat, pengisian kapiler lambat dan nadi perifer lemah lemah.Rasional :Vasokontriksi adalah respon simpatis terhadap penurunan volume sirkulasi dan / atau terjadi sebagai efek samping pemberian vasopresin.5) Catat haluran urine dan BJRasional :Penurunan perfusi ginjal dimanifestasikan sistemik dapat menyebabkan iskemia/gagal dengan penurunan keluaran urine.6) Observasi kulit pucat, kemerahan, pijat dengan minyak, ubah posisi dengan sering.Rasional :Gangguan pada sirkulasi perifer meningkatkan resiko kerusakan kulit.7) Berikan cairan IV sesuai indikasiRasional :Mempertahankan volume sirkulasi dan perfusi. Penggunaan RL di kontraindikasikan pada adanya gagal hati karena metabolisme laktat terganggu.c. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan turgor kulit menurun.Tujuan :Mengindentifikasi dan mempertahankan kulit halus, kenyal, utuh. Kriteria hasil : Turgor kulit baik, kulit utuh, tidak ada lecet, tidak ada kemerahan. Intervensi :1) Observasi kemerahan, pucat.Rasional :Area ini meningkat resikonya untuk kerusakan dan memerlukan pengobatan lebih intensif.2) Dorong mandi tiap 2 hari 1 xRasional :Sering mandi membuat kulit kering.3) Gunakan krim kulit 2 x sehariRasional :Melicinkan sirkulasi pada kulit, meningkatkan tonus kulit.4) Diskusikan pentingnya perubahan posisi, perlu untuk mempertahankan aktifitas.Rasional :Meningkatkan sirkulasi dan perfusi kulit dengan mencegah tekanan lama pada jaringa.5) Tekankan pentingnya masukan nutrisi / cairan adekuat.Rasional :Perbaikan nutrisi dan hidrasi akan memperbaiki kondisi klien.d. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan fisikTujuan :Pasien diharapkan mampu meningkatkan toleransi aktifitas.Kriteria hasil : Peningkatan kekuatan otot berhubungan dengan tidak diaporesis.Intervensi :1) Tingkatkan tirah baring / duduk. Berikan lingkungan tenang.Rasional :Meningkatkan istirahat dan ketenganan, menyediakan energi yang digunakan untuk penyembuhan.2) Lakukan tugas dengan cepat dan sesuai indikasiRasional :Memungkinkan periode tambahan istirahat tanpa gangguan.3) Tingkatkan aktifitas sesuai toleransi, bantu melakukan latihan rentang gerak sendi pasif / aktif.Rasional :Tirah baring lama dapat menurunkan kemampuan.4) Periksa tanda vital sebelum dan segera aktifitas khususnya penggunaan diuren.Rasional :Hipotensi ortostatik dapat terjadi dengan aktifitas.5) Kaji ulang tanda / gejala yang menunjukkan tidak toleran terhadap aktifitas atau memerlukan pelaporan pada perawat / dokter.Rasional :Palpitasi nadi tak teratur dapat mengindikasikan kebutuhan perubahan program olah raga atau obat.

Daftar pustaka

Dr. Pengambean Marulam M. dkk. 2005. Ilmu Penyakit Dalam, Jakarta, Renika Cipta. Nanny L.D.,Vivian. 2011. Asuhan Neonatus, Bayi, dan Anak Balita. Jakarta: SalembaMedika.