dehidrasi

9
LI. 1. Memahami dan menjelaskan tentang cairan tubuh dan larutan. LO. 1.1 definisi Cairan adalah larutan yang terdiri dari air dan zat terlarut. Air adalah senyawa esensial untuk semua makhluk hidup. Larutan adalah campuran homogeny (komposisinya sama), serba sama (ukuran dan partikelnya), tidak ada bidang batas antara zat pelarut dan zat terlarut, tidak dapat dibedakan secara langsung antara zat pelarut dan zat terlarut, partikel-partikel penyusunnya berukuran sama terdiri dari dua zat atau lebih. LO. 1.2 Klasifikasi Cairan tubuh dibagi menjadi 2 yakni: a. Cairan ekstraseluler Cairan ekstraseluler adalah cairan yang berada di luar sel, terdiri dari cairan intravascular (berada di dalam pembuluh), cairan interstitial (berada diantara sel), dan cairan transelular (cairan yang mempunyai peranan khusus seperti serebrospinal dan intraokuler). Cairan eksraselular tersebut berperan sebagai penghantar keperluan semua sel dan pengangkut CO2 serta sisa-sisa metabolism. b. Cairan intraseluler Cairan intraseluler adalah cairan yang berada dalam sel tubuh. Berperan dalam proses penyimpanan dan penggunaan energy serta proses perbaikan sel. Berperan juga sebagai pengatur volume darah dan osmolalitas cairan. Bedasarkan daya hantar listriknya, larutan dibagi menjadi: a. Larutan elektrolit Larutan elektrolit adalah larutan yang dapat menghantarkan arus listrik, karena zat terlarutnya mampu menghasilkan ion- ion. Larutan elektrolit terbagi menjadi: Elektrolit Kuat: larutan yang memiliki daya hantar listrik kuat dengan nilai alfa = 1. Elektrolit lemah: larutan yang daya hantar listriknya lemah dengan derajat ionisasi diantara 0 dan 1. b. Larutan non elektrolit

Upload: tiwi

Post on 09-Dec-2015

12 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

abbccdd

TRANSCRIPT

Page 1: Dehidrasi

LI. 1. Memahami dan menjelaskan tentang cairan tubuh dan larutan.LO. 1.1 definisi

Cairan adalah larutan yang terdiri dari air dan zat terlarut. Air adalah senyawa esensial untuk semua makhluk hidup.

Larutan adalah campuran homogeny (komposisinya sama), serba sama (ukuran dan partikelnya), tidak ada bidang batas antara zat pelarut dan zat terlarut, tidak dapat dibedakan secara langsung antara zat pelarut dan zat terlarut, partikel-partikel penyusunnya berukuran sama terdiri dari dua zat atau lebih.

LO. 1.2 KlasifikasiCairan tubuh dibagi menjadi 2 yakni:

a. Cairan ekstraselulerCairan ekstraseluler adalah cairan yang berada di luar sel, terdiri dari cairan intravascular (berada di dalam pembuluh), cairan interstitial (berada diantara sel), dan cairan transelular (cairan yang mempunyai peranan khusus seperti serebrospinal dan intraokuler).Cairan eksraselular tersebut berperan sebagai penghantar keperluan semua sel dan pengangkut CO2 serta sisa-sisa metabolism.

b. Cairan intraselulerCairan intraseluler adalah cairan yang berada dalam sel tubuh. Berperan dalam proses penyimpanan dan penggunaan energy serta proses perbaikan sel. Berperan juga sebagai pengatur volume darah dan osmolalitas cairan.

Bedasarkan daya hantar listriknya, larutan dibagi menjadi:a. Larutan elektrolit

Larutan elektrolit adalah larutan yang dapat menghantarkan arus listrik, karena zat terlarutnya mampu menghasilkan ion-ion.Larutan elektrolit terbagi menjadi: Elektrolit Kuat: larutan yang memiliki daya hantar listrik kuat dengan nilai alfa = 1. Elektrolit lemah: larutan yang daya hantar listriknya lemah dengan derajat ionisasi

diantara 0 dan 1.b. Larutan non elektrolit

Larutan non elektrolit adalah larutan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik, karena zat terlarutnya tidak mampu menghasilkan ion-ion.

Larutan jenuh mengandung jumlah maksimum zat terlarut yang dapat larut dalam suatu pelarut pada suhu tertentu.Larutan takjenuh mengandung zat terlarut lebih sedikit daripada yang sebenarnya dapat dilarutkan oleh pelarut pada suhu tertentu.Larutan lewat-jenuh mengandung zat terlarut lebih banyak daripada yang terdapat dalam larutan jenuh pada suhu tertentu.

LO. 1. 3 perbedaan larutan dan cairan

Page 2: Dehidrasi

Cairan adalah bahan yang langsung mengalir secara alamiah,bukan padat atau gas [Kimia Kedokteran Edisi 2]

Cairan adalah salah satu dari empat fase benda yang volumenya tetap dalam kondisi suhudan tekanan tetap dan bentuknya ditentukan oleh wadah penampungnya [Wikipedia]

Larutan adalah campuran homogen dari dua atau lebih macam zat yang terdiri dari solute (zat terlarut) dan solvent (pelarut) [Kimia Kedokteran Edisi 2]

Larutan adalah campuran homogen (komposisinya sama), serba sama (ukuran partikelnya), tidak ada bidang batas antara zat pelarut dengan zat terlarut (tidak dapat dibedakan secara langsung antara zat pelarut dengan zat terlarut), partikel- partikel penyusunnya berukuran sama (baik ion, atom, maupun molekul) dari dua zat atau lebih [Kimia Larutan]

LO. 1. 4 sifatSifat-sifat KoligatifSifat-sifat larutan yang bergantung pada banyaknya partikel(atom, molekul, ion) zat terlarut dan tidak begantung padajenis zat terlarutI ) Penurunan Tekanan-Uap - Hukum RaoultII ) Kenaikan Titik-DidihIII ) Penurunan Titik-BekuIV ) Tekanan Osmotik

LI. 2. Memahami dan mempelajari tentang keseimbangan cairan di dalam tubuh.LO. 2. 1 Penyebab

Factor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan cairan dalam tubuh: Demam Hyperventilasi Suhu lingkungan dan kelembapan Aktivitas (kandungan cairan dalam tubuh atlet lebih banyak daripada non atlet) Potensi cairan Umur (semakin tua umur, semakin berkurang cairan tubuh) Tekanan hidrostatik (pengaruh pertukaran cairan intravascular dan ekstravaskular) Sel lemak (semakin banyak lemak, semakin berkurang kandungan air dalam tubuh)

Distribusi cairan tubuh dipengaruhi oleh : Sist sal Limfe Tekanan darah Permeabilitas kapiler Protein plasma Retensi air dan garam

Page 3: Dehidrasi

LO. 2. 2 Kadar normal dalam tubuhTotal Body Water 49 L 70 % X BB

Ekstra sel 14 L 16-23 % X BB1. Intravaskuler 3 L 4 – 5 % X BB2. Ekstravaskuler 11 L 12 –18% X BB

Intra sel 35 L 50 % X BBLO. 2. 3 terapi

LI. 3. Memahami dan mempelajari tentang dehidrasiA. Pengertian Berikut adalah beberapa pengertian tentang dehidrasi : 1. Dehidrasi adalah keadaan dimana seseorang invididu yang tidak menjalani puasa mengalmai atau beresikMI mengalmai dehidrasi vaskuler, interstitial atau intra vaskuler (Lynda Jual Carpenito, 2000 : 139).2. Dehidrasi adalah kekurangan cairan tubuh karena jumlah cairan yang keluar lebih banyak dari pada jumlah cairan yang masuk (Sri Ayu Ambarwati, 2003). 3. Dehidrasi adalah suatu gangguan dalam keseimbangan cairan yang disertai dengan output yang melebihi intaks sehingga jumlah air dalam tubuh berkurang (Drs. Syaifuddin, 1992 : 3). 4. Dehidrasi adalah kehilangan cairan tubuh isotik yang disertai kehilangan antrium dan air dalam jumlah yang relatif sama. (Sylvia A. Price, 1994 : 303) Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, dapat disimpulkan bawha dehidrasi adalah kekurangan cairan ekstra selular yang mengakibatkan berpindahnya cairan atau hilang dari tubuh. Klasifikasi dehidrasi menurut Donna D. Ignatavicus ada 3 jenis : a. Dehidrasi Isotonik Dehidrasi isotonik adalah air yang hilang diikuti dengan elektrolit sehingga kepekatannya tetap normal, maka jenis dehidrasi ini biasnaya tidak mengakibatkan cairan ECF berpindah ke ICF.

b. Dehidrasi Hipotonik Dehidrasi hipotonik adalah kehilangan pelarut dari ECF melebihi kehilangan cairan, sehingga dipembuluh darah menjadi lebih pekat. Tekanan osmotik ECF menurun mengakibatkan cairan bergerak dari EFC ke ICF. Volume vaskuler juga menurun serta terjadi pembengkakan sel.

c. Dehidrasi Hipertonik Dehidrasi hipertonik adalah kehilangan cairan ECF melebihi pelarut pada dehidrasi ini non osmotik ECF menurun, mengakibatkan cairan bergerak dari ICF ke ECF.

B. Etiologi Bermacam-macam penyebab dehidrasi menentukan tipe / jenis-jenis dehidrasi (Menurut Donna D. Ignatavicus, 1991 : 253).

Page 4: Dehidrasi

1. Dehidrasi a. Perdarahan b. Muntah c. Diare d. Hipersalivasi e. Fistula f. Ileustomy (pemotongan usus) g. Diaporesis (keringat berlebihan) h. Luka bakar i. Puasa j. Terapi hipotonik k. Suction gastrointestinal (cuci lambung) 2. Dehidrasi hipotonik a. Penyakit DM b. Rehidrasi cairan berlebih c. Mal nutrisi berat dan kronis

3. Dehidrasi hipertonik

a. Hiperventilasi b. Diare air c. Diabetes Insipedus ( hormon ADH menurun ) d. Rehidrasi cairan berlebihan e. Disfagia f. Gangguan rasa haus g. Gangguan kesadaran h. Infeksi sistemik : suhu tubuh meningkat.

C. Patofisiologi Kekurangan volume cairan adalah keadaan yang umum terjadi pada berbagai keadaan dalam klinik. Keadaan ini hampir selalu berkaitan dengan kehilangan cairan tubuh melalui ginjal atau di luar ginjal. Penyebab tersering kekurangan volume cairan yang juda sering terjadi adalah tersimpannya cairan pada cidera jaringan luna, luka bakar berat, peritonitis / obstruksi saluran cerna. Terkumpulnya cairan di adlam ruang non ECF dan non ECF. Pada prinsipnya cairan menjadi terperangkapdan tidak dapat dipakai oleh tubuh. Penumpulkan volume cairan yang cepat dan banyak pada ruang-ruang seperti beradal dari volume ECF sehingga dapta mengurangi volume sirkulasi darah efektif. Perdarahan, muntah, diare, keringat adalah cairan hipotonik yang terdiri dari ari, Na (30-70 m Eg/l) dan klorida. Selama latihan berat pada lingkungan yang panas, bisa terjadi kehilagnan 1 L keringat / jam. Sehingga dapat menyebabkan kekurangan volume jika asupannya tidak mencukupi. Jumlah besar cairan dapat hilang melalui kulit karna penguapan jika luka bakar dirawat dengan metode terbuka. Kehilangan Na dan air melalui ginjal tanpa adanya penyakit ginjal terjadi pada 3 keadaan

Page 5: Dehidrasi

yang paling sering adalah pemakaian diuretik yang berlebihan, terutama tiazid atau diuretik sampai yang kuat seperti furosemid. Diuresis osmotik obligatorik juga sering menyebabkan kehilangan Na dan air yang terjadi selama glikosuria pada DM yang tidak terkontrol atau koma hipermosmolar non ketonik pada kasus pemberian makanan tinggi protein secara enternal atau parenteral dapat terbentuk urea dalam jumlah besar yang bisa bertindak sebagai agen osmotik. Apapun penyebab dari kekurangan volume cairan, berkurangnya volume ECF menganggu curah jantung dengan mengurangi alir balik vene ke jantung sehingga mengakibatkan penurunan curah jantung. Karena tekanan arteri rata-rata = curah x tahanan perifer total maka penurunan curah jantung mengakibatkan hipotensi. Penurunan tekanan darah dideteksi oleh baroreseptor pada jantung dan arteri karotis dan diteruskan ke pusat vasomotor di batang otak, yang kemudian menginduksi respon simpatis. Respon berupa vasokonstriksi perifer, peningkatan denyut dan kontraktilitas jantung bertujuan untuk mengembalikan curah jantung dan perfusi jarignan yang normal. Penurunan perfusi ginjal merangsang mekanisme renin-angiotensin-aldosteron. Angiotensin merangsang vasokonstriksi sistemik dan aldosteron meningkatkan reabsorbsi natrium oleh ginjal. Jika terjadi hipovolemi yang lebih berat (1000 ml) maka vasokontriksi dan vasokonstriksi yang diperantai oleh angiotensin II yang meningkat. Terjadi penahanan aliran darah yang menuju ginjal, saluran cerna, otot dan kulit, sedangkan aliran yang menuju koroner dan otak relatif dipertahankan.

Berikut ini gejala atau tanda dehidrasi berdasarkan tingkatannya (Nelson, 2000) : 1. Dehidrasi ringan (kehilangan cairan 2-5% dari BB semula) a. Haus, gelisah b. Denyut nadi 90-110 x/menit, nafas normal c. Turgor kulit normal d. Pengeluaran urine (1300 ml/hari) e. Kesadaran baik f. Denyut jantung meningkat 2. Dehidrasi sedang (kehilangan cairan 5% dari BB semula) a. Haus meningkat b. Nadi cepat dan lemah c. Turgor kulit kering, membran mukosa kering d. Pengeluaran urien berkurang e. Suhu tubuh meningkat 3. Dehidrasi berat (kehilangan cairan 8% dari BB semula) a. Penurunan kesadaran b. Lemah, lesu c. Takikardi d. Mata cekung e. Pengeluaran urine tidak ada f. Hipotensi g. Nadi cepat dan halus

Page 6: Dehidrasi

h. Ekstremitas dingin

Penatalaksanaan pada penderita dehidrasi (Doenges & Sylvia Anderson): 1. Obat-obatan Antiemetik ( Untuk mengatasi muntah ) 2. Obat-obatan anti diare Pengeluaran feces yang berlebihan dapat diberikan obat-obat anti diare serta dapat diberikan oralit. 3. Pemberian air minum Pemberian air minum yang mengandung natrium cukup memadai untuk mengatasi ketidakseimbangan yang terjadi. 4. Pemberian cairan intravena Pada kekurangan cairan yang berat, maka diperlukan pemberian cairan intravena.Larutan garam isotonik (0,9%) merupakan cairan infus terpilih untuk kasus-kasus dengan kadar natrium mendekati normal, karena akan menambah volume plasma. Segera setelah pasien mencapai normotensi, separuh dari larutan garam normal (0,45%) diberikan untuk menyediakan air bagi sel-sel dan membantu pembuangan produk-produk sisa metabolisme. 5. Pemberian bolus cairan IV Pemberian bolus cairan IV awal dalam suatu uji beban cairan, untuk mengetahui apakah aliran kemih akan meningkat, yang menunjukkan fungsi ginjal normal.

LI. 4 Memahami dan mempelajari tentang etika minum dalam islamDari Anas dan Qatadah, Rasulullah saw bersabda: Sesungguhnya beliau melarang

seseorang minum sambil berdiri, Qotadah berkata: “Bagaimana dengan makan?” beliau menjawab: “Itu lebih buruk lagi”. (HR. Muslim dan Turmidzi).bersabda Nabi dari Abu Hurairah,“Jangan kalian minum sambil berdiri ! Apabila kalian lupa, maka hendaknya ia muntahkan !” (HR. Muslim)Mengapa demikian? Ternyata bila kita minum sambil duduk, air yang kita minum akan disaring oleh sphincter. Sphincter adalah suatu struktur maskuler (berotot) yang bisa membuka (sehingga air kemih dapat lewat) dan menutup. Setiap air yang kita minum akan disalurkan pada pos-pos penyaringan yang berada di ginjal.Nah jika kita minum berdiri, air yang kita minum tanpa disaring lagi langsung menuju kantung kemih sehingga terjadi pengendapan disaluran ureter. Limbah-limbah (pengendapan) yang tersisa di ureter inilah yang bisa menyebabkan penyakit kristal ginjal yang merupakan salah satu penyakit ginjal yang berbahaya. Salah satu gejalanya adalah susah buang air kecil.Cara mengatasinya :1. Biasakan minum sambil duduk2. Perbanyak minum air putih

Page 7: Dehidrasi

DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, Sri Ayu. 2001. http://www.kompas.com/kesadaran/0307/14/103451

Carpenito, Lynda Juall. 1997. Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC.

Doenges, Marilyn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. jakarta : EGC.

Ignatavicus, Donna D. Bayne, Marylin Varner. 1991. Medical Surgical Nursing, WB Saunders Company Inc.

Prince, Sylive A. 1994. Patofisiologi Konsep Klinis Proses Penyakit. Edisi 4. Jakarta : EGC.

Smeltzer, Suzzone, C. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Volume 2. Edisi 8. Jakarta : EGC.http://www.pesantrenonline.org/index.php/publikasi/700-etika-minum.htmlelisa1.ugm.ac.id

repository.unand.ac.id/.../CAIRAN%20%26%20E...