definisi, ruang lingkup, dan faktor-faktor yang mempengaruhi perawatan diri, serta klasifikasi...

20
Definisi, Ruang Lingkup, dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perawatan Diri, serta Klasifikasi Jenis- jenis, Proses, Faktor yang Mempengaruhi dan Komplikasi Penyembuhan Luka oleh Agustina Melviani, 1206218852 A. Pengertian Perawatan Diri Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi kebutuhannya guna memepertahankan kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan terganggu keperawatan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan diri (Depkes 2000). Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri (mandi, berhias, makan, dan toileting) (Nurjannah, 2004). Menurut Poter & Perry (2005), Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis, kurang perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya (Tarwoto dan Wartonah, 2000). B. Jenis–Jenis/ Ruang Lingkup Perawatan Diri 1. Mandi / kebersihan Kurang perawatan diri (mandi) adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktivitas mandi/kebersihan diri. 2. Mengenakan pakaian / berhias. Kurang perawatan diri (mengenakan pakaian) adalah

Upload: agustinamelviani

Post on 21-Oct-2015

266 views

Category:

Documents


13 download

DESCRIPTION

Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi kebutuhannya guna memepertahankan kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan terganggu keperawatan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan diri (Depkes 2000). Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri (mandi, berhias, makan, dan toileting) (Nurjannah, 2004).Penyembuhan luka adalah respon tubuh terhadap berbagai cedera dengan proses pemulihan yang kompleks dan dinamis yang menghasilkan pemulihan anatomi dan fungsi secara terus menerus.(Joyce M. Black, 2001). Penyembuhan luka terkait dengan regenerasi sel sampai fungsi organ tubuh kembali pulih, ditunjukkan dengan tanda-tanda dan respon yang berurutan dimana sel secara bersama-sama berinteraksi, melakukan tugas dan berfungsi secara normal. Idealnya luka yang sembuh kembali normal secara struktur anatomi, fungsi dan penampilan.F. Etiologi / Penyebab LukaSecara alamiah penyebab kerusakan harus diidentifikasi dan dihentikan sebelum memulai perawatan luka, serta mengidentifikasi, mengontrol penyebab dan faktor-faktor yang mempengaruhi penyembuhan sebelum mulai proses penyembuhan. Berikut ini akan dijelaskan penyebab dan faktor-faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka :• Trauma• Panas dan terbakar baik fisik maupun kimia• Gigitan binatang atau serangga• Tekanan• Gangguan vaskular, arterial, vena atau gabungan arterial dan vena• Immunodefisiensi• Malignansi• Kerusakan jaringan ikat• Penyakit metabolik, seperti diabetes• Defisiensi nutrisi• Kerusakan psikososial• Efek obat-obatanPada banyak kasus ditemukan penyebab dan faktor

TRANSCRIPT

Definisi, Ruang Lingkup, dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Perawatan Diri, serta Klasifikasi Jenis-jenis, Proses, Faktor yang

Mempengaruhi dan Komplikasi Penyembuhan Luka

oleh Agustina Melviani, 1206218852

A. Pengertian Perawatan Diri

Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi

kebutuhannya guna memepertahankan kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan sesuai

dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan terganggu keperawatan dirinya jika tidak

dapat melakukan perawatan diri (Depkes 2000). Defisit perawatan diri adalah gangguan

kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri (mandi, berhias, makan, dan toileting)

(Nurjannah, 2004). Menurut Poter & Perry (2005), Personal hygiene adalah suatu tindakan

untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis,

kurang perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan perawatan

kebersihan untuk dirinya (Tarwoto dan Wartonah, 2000).

B. Jenis–Jenis/ Ruang Lingkup Perawatan Diri

1. Mandi / kebersihan

Kurang perawatan diri (mandi) adalah gangguan kemampuan untuk melakukan

aktivitas mandi/kebersihan diri.

2. Mengenakan pakaian / berhias.

Kurang perawatan diri (mengenakan pakaian) adalah gangguan kemampuan

memakai pakaian dan aktivitas berdandan sendiri.

3. Makan

Kurang perawatan diri (makan) adalah gangguan kemampuan untuk menunjukkan

aktivitas makan.

4. Toileting

Kurang perawatan diri (toileting) adalah gangguan kemampuan untuk melakukan

atau menyelesaikan aktivitas toileting sendiri (Nurjannah : 2004, 79 ).

C. Faktor Penyebab

Menurut Dep Kes (2000), penyebab kurangnya perawatan diri adalah :

1. Faktor prediposisi

a. Perkembangan

Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga perkembangan

inisiatif terganggu.

b. Biologis

Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan diri.

c. Kemampuan realitas turun

Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang

menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri.

d. Sosial

Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya. Situasi

lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri.

2. Faktor presipitasi

Yang merupakan faktor presiptasi defisit perawatan diri adalah penurunan motivasi,

kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah/lemah yang dialami individu sehingga

menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan diri. Menurut Tarwoto dan

Wartonah, (2000) Penyebab kurang perawatan diri adalah sebagai berikut :

1. Kelelahan fisik

2. Penurunan kesadaran

Menurut Depkes (2000: 59) Faktor – faktor yang mempengaruhi personal hygiene

adalah:

1. Body Image

Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri misalnya

dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli dengan kebersihan

dirinya.

2. Praktik Sosial

Pada anak – anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan

terjadi perubahan pola personal hygiene.

3. Status Sosial Ekonomi

Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi,

shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya.

4. Pengetahuan

Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat

meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita diabetes mellitus ia harus

menjaga kebersihan kakinya.

5. Budaya

Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh dimandikan.

6. Kebiasaan seseorang

Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan diri seperti

penggunaan sabun, sampo dan lain – lain.

7. Kondisi fisik atau psikis

Pada keadaan tertentu / sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu

bantuan untuk melakukannya.

Dampak yang sering timbul pada masalah personal hygiene :

1. Dampak fisik

Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya kebersihan

perorangan dengan baik, gangguan fisik yang sering terjadi adalah : Gangguan integritas kulit,

gangguan membran mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga dan gangguan fisik pada

kuku.

2. Dampak psikososial

Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah gangguan kebutuhan rasa

nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan

gangguan interaksi sosial.

D. Tanda dan Gejala

Menurut Depkes (2000) Tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan diri adalah:

a) Fisik

Badan bau, pakaian kotor.

Rambut dan kulit kotor.

Kuku panjang dan kotor

Gigi kotor disertai mulut bau

Penampilan tidak rapi

b) Psikologis

Malas, tidak ada inisiatif.

Menarik diri, isolasi diri.

Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.

c) Sosial

Interaksi kurang.

Kegiatan kurang

Tidak mampu berperilaku sesuai norma

Cara makan tidak teratur BAK dan BAB di sembarang tempat, gosok gigi dan mandi tidak

mampu mandiri.

Data yang biasa ditemukan dalam defisit perawatan diri adalah :

1. Data subyektif

a. Pasien merasa lemah

b. Malas untuk beraktivitas

c. Merasa tidak berdaya.

2. Data obyektif

a. Rambut kotor, acak – acakan

b. Badan dan pakaian kotor dan bau

c. Mulut dan gigi bau.

d. Kulit kusam dan kotor

e. Kuku panjang dan tidak terawat

E. Definisi Penyembuhan Luka

Penyembuhan luka adalah respon tubuh terhadap berbagai cedera dengan proses

pemulihan yang kompleks dan dinamis yang menghasilkan pemulihan anatomi dan fungsi

secara terus menerus.(Joyce M. Black, 2001). Penyembuhan luka terkait dengan regenerasi sel

sampai fungsi organ tubuh kembali pulih, ditunjukkan dengan tanda-tanda dan respon yang

berurutan dimana sel secara bersama-sama berinteraksi, melakukan tugas dan berfungsi secara

normal. Idealnya luka yang sembuh kembali normal secara struktur anatomi, fungsi dan

penampilan.

F. Etiologi / Penyebab Luka

Secara alamiah penyebab kerusakan harus diidentifikasi dan dihentikan sebelum memulai

perawatan luka, serta mengidentifikasi, mengontrol penyebab dan faktor-faktor yang

mempengaruhi penyembuhan sebelum mulai proses penyembuhan. Berikut ini akan

dijelaskan penyebab dan faktor-faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka :

Trauma

Panas dan terbakar baik fisik maupun kimia

Gigitan binatang atau serangga

Tekanan

Gangguan vaskular, arterial, vena atau gabungan arterial dan vena

Immunodefisiensi

Malignansi

Kerusakan jaringan ikat

Penyakit metabolik, seperti diabetes

Defisiensi nutrisi

Kerusakan psikososial

Efek obat-obatan

Pada banyak kasus ditemukan penyebab dan faktor yang mempengaruhi penyembuhan

luka dengan multifaktor.

G. Jenis-jenis luka

a. Berdasarkan Kategori

1. Luka Accidental

Adalah cedera yang tidak disengaja, seperti kena pisau, luka tembak, luka bakar; tepi

luka bergerigi; berdarah; tidak steril

Gambar 1. Luka bakar

2. Luka Bedah

Merupakan terapi yang direncanakan, seperti insisi bedah, needle introduction; tepi

luka bersih; perdarahan terkontrol; dikendalikan dengan asepsis bedah

Gambar 2. Luka post op skin graft

b. Berdasarkan integritas kulit

1. Luka terbuka

Kerusakan melibatkan kulit atau membran mukosa; kemungkinan perdarahan disertai

kerusakan jaringan; risiko infeksi

2. Luka tertutup

Tidak terjadi kerusakan pada integritas kulit, tetapi terdapat kerusakan jaringan lunak;

mungkin cedera internal dan perdarahan

c. Berdasarkan Descriptors

1. Aberasi

Luka akibat gesekan kulit; superficial; terjadi akibat prosedur dermatologik untuk

pengangkatan jaringan skar.

2. Puncture

Trauma penetrasi yang terjadi secara disengaja atau tidak disengaja oleh akibat alat-

alat yang tajam yang menusuk kulit dan jaringan di bawah kulit

3. Laserasi

Tepi luka kasar disertai sobekan jaringan, objek mungkin terkontaminasi; risiko

infeksi

4. Kontusio

Luka tertutup; perdarahan di bawah jaringan akibat pukulan tumpul; memar

d. Klasifikasi Luka Bedah

1. Luka bersih

Luka bedah tertutup yang tidak mengenai system gastrointestinal, , pernafasan atau

system genitourinary, risiko infeksi rendah

2. Bersih terkontaminasi

Luka melibatkan sistem gastrointestinal, pernafasan atau system genitourinari, risiko

infeksi

3. Kontaminasi

Luka terbuka, luka traumatic, luka bedah dengan asepsis yang buruk; risiko tinggi

infeksi

4. Infeksi

Area luka terdapat patogen; disertai tanda-tanda infeksi

Klasifikasi luka

a. Berdasarkan penyebab

1) Luka pembedahan atau bukan pembedahan

2) Akut atau kronik (misal, luka dekubitus)

Gambar 3. Luka Kronik

b. Kedalaman jaringan yang terlibat

1) Superficial

Hanya jaringan epidermis

2) Partial thickness

Luka yang meluas sampai ke dalam dermis

3) Full thickness

Lapisan yang paling dalam dari jaringan yang destruksi. Melibatkan jaringan

subkutan dan kadang-kadang meluas sampai ke fascia dan struktur yang

dibawahnya seperti otot, tendon atau tulang

H. Prinsip Dasar Penyembuhan Luka

Penyembuhan luka adalah proses yang komplek dan dinamis dengan perubahan

lingkungan luka dan status kesehatan individu. Fisiologi dari penyembuhan luka yang normal

adalah melalui fase hemostasis, inflamasi, granulasi dan maturasi yang merupakan suatu

kerangka untuk memahami prinsip dasar perawatan luka. Melalui pemahaman ini profesional

keperawatan dapat mengembangkan ketrampilan yang dibutuhkan untuk merawat luka dan

dapat membantu perbaikan jaringan. Luka kronik mendorong para profesional keperawatan

untuk mencari cara mengatasi masalah ini. Penyembuhan luka kronik membutuhkan

perawatan yang berpusat pada pasien ”patient centered”, holistik, interdisiplin, cost efektif

dan eviden based yang kuat.

Penelitian pada luka akut dengan model binatang menunjukkan ada empat fase

penyembuhan luka. Sehingga diyakini bahwa luka kronik harus juga melalui fase yang sama.

Fase tersebut adalah sebagai berikut:

Hemostasis

Inflamasi

Proliferasi atau granulasi

Remodeling atau maturasi

Gambar proses penyembuhan luka

Hemostasis

Pada penyembuhan luka kerusakan pembuluh darah harus ditutup. Pada proses

penyembuhan luka platelet akan bekerja untuk menutup kerusakan pembuluh darah tersebut.

Pembuluh darah sendiri akan konstriksi dalam berespon terhadap injuri tetapi spasme ini

biasanya rilek. Platelet mensekresi substansi vasokonstriktif untuk membantu proses tersebut.

Dibawah pengaruh adenosin diphosphat (ADP) kebocoran dari kerusakan jaringan

akan menimbulkan agregasi platelet untuk merekatkan kolagen. ADP juga mensekresi faktor

yang berinteraksi dengan dan merangsang pembekuan intrinsik melalui produksi trombin,

yang akan membentuk fibrin dari fibrinogen. Hubungan fibrin diperkuat oleh agregasi platelet

menjadi hemostatik yang stabil. Akhirnya platelet juga mensekresi sitokin seperti ”platelet-

derived growth factor”. Hemostatis terjadi dalam waktu beberapa menit setelah injuri kecuali

ada gangguan faktor pembekuan.

Inflamasi

Secara klinik, inflamasi adalah fase ke dua dari proses penyembuhan yang

menampilkan eritema, pembengkakan dan peningkatan suhu/hangat yang sering dihubungkan

dengan nyeri, secara klasik ”rubor et tumor cum calore et dolore”. Tahap ini biasanya

berlangsung hingga 4 hari sesudah injuri. Pada proses penyembuhan ini biasanya terjadi

proses pembersihan debris/sisa-sisa. Ini adalah pekerjaan dari PMN’s

(polymorphonucleocytes). Respon inflamasi menyebabkan pembuluh darah menjadi bocor

mengeluarkan plasma dan PMN’s ke sekitar jaringan. Neutropil memfagositosis sisa-sisa dan

mikroorganisme dan merupakan pertahanan awal terhadap infeksi. Mereka dibantu sel-sel

mast lokal. Fibrin kemudian pecah sebagai bagian dari pembersihan ini.

Tugas selanjutnya membangun kembali kompleksitas yang membutuhkan kontraktor.

Sel yang berperan sebagai kontraktor pada penyembuhan luka ini adalah makrofag. Makrofag

mampu memfagosit bakteri dan merupakan garis pertahan kedua. Makrofag juga mensekresi

komotaktik yang bervariasi dan faktor pertumbuhan seperti faktor pertumbuhan fibrobalas

(FGF), faktor pertumbuhan epidermal (EGF), faktor pertumbuhan beta trasformasi (tgf) dan

interleukin-1 (IL-1).

Proliferasi (proliferasi, granulasi dan kontraksi)

Fase granulasi berawal dari hari ke empat sesudah perlukaan dan biasanya

berlangsung hingga hari ke 21 pada luka akut tergangung pada ukuran luka. Secara klinis

ditandai oleh adanya jaringan yang berwarna merah pada dasar luka dan mengganti jaringan

dermal dan kadang-kadang subdermal pada luka yang lebih dalam yang baik untuk kontraksi

luka. Pada penyembuhan luka secara analoginya satu kali pembersihan debris, dibawah

kontraktur langsung terbentuk jaringan baru.

Kerangka dipenuhi oleh fibroblas yang mensekresi kolagen pada dermal yang

kemudian akan terjadi regenerasi. Peran fibroblas disini adalah untuk kontraksi. Serat-serat

halus merupakan sel-sel perisit yang beregenerasi ke lapisan luar dari kapiler dan sel

endotelial yang akan membentuk garis. Proses ini disebut angiogenesis. Sel-sel ”roofer” dan

”sider” adalah keratinosit yang bertanggungjawab untuk epitelisasi. Pada tahap akhir

epitelisasi, terjadi kontraktur dimana keratinosit berdifrensiasi untuk membentuk lapisan

protektif luar atau stratum korneum.

Remodeling atau maturasi

Setelah struktur dasar komplit mulailah finishing interior. Pada proses penyembuhan

luka jaringan dermal mengalami peningkatan tension/kekuatan, peran ini dilakukan oleh

fibroblast. Remodeling dapat membutuhkan waktu 2 tahun sesudah perlukaan.

Tabel 1. Fase penyembuhan luka

Fase

penyembuhanWaktu

Sel-sel yang

berperan

Analogi membangun

rumah

Hemostasis

Inflamation

Proliferation

Granulation

Contracture

Remodeling

Segera

Hari 1-4

Hari 4 – 21

Hari 21 – 2

tahun

Platelet

Neutrofil

Makrofag

Limfosit

Angiosit

Fibroblas

Keratinosit

Fibrosit

Capping off conduits

Unskilled laborers to clean

uap the site

Supervisor Cell

Specific laborers at the site:

Plumber

Electrician

Framers

Roofers and Siders

Remodelers

Pada beberapa literatur dijelaskan juga bahwa proses penyembuhan luka meliputi dua

komponen utama yaitu regenerasi dan perbaikan (repair). Regenerasi adalah pergantian sel-sel

yang hilang dan jaringan dengan sel-sel yang bertipe sama, sedangkan repair adalah tipe

penyembuhan yang biasanya menghasilkan terbentuknya skar. Repair merupakan proses yang

lebih kompleks daripada regenerasi. Penyembuhan repair terjadi oleh intention primer,

sekunder dan tersier.

Intension primer

Fase-fase dalam penyembuhan Intension primer :

1. Fase Inisial (3-5 hari)

2. Sudut insisi merapat, migrasi sel-sel epitel, mulai pertumbuhan sel

3. Fase granulasi (5 hari – 4 minggu)

Fibroblas bermigrasi ke dalam bagian luka dan mensekresi kolagen. Selama fase

granulasi luka berwarna merah muda dan mengandung pembuluh darah. Tampak

granula-granula merah. Luka berisiko dehiscence dan resisten terhadap infeksi.

Epitelium permukaan pada tepi luka mulai terlihat. Dalam beberapa hari lapisan

epitelium yang tipis bermigrasi menyebrangi permukaan luka. Epitel menebal dan

mulai matur dan luka merapat. Pada luka superficial, reepitelisasi terjadi selama 3 – 5

hari.

4. Fase kontraktur scar ( 7 hari – beberapa bulan )

Serabut-serabut kolagen terbentuk dan terjadi proses remodeling. Pergerakan

miofibroblast yang aktif menyebabkan kontraksi area penyembuhan, membentu

menutup defek dan membawa ujung kulit tertutup bersama-sama. Skar yang matur

selanjutnya terbentuk. Skar yang matur tidak mengandung pembuluh darah dan pucat

dan lebih terasa nyeri daripada fase granulasi

Intension sekunder

Adalah luka yang terjadi dari trauma, elserasi dan infeksi dan memiliki sejumlah besar

eksudat dan luas, batas luka ireguler dengan kehilangan jaringan yang cukup luas

menyebabkan tepi luka tidak merapat. Reaksi inflamasi dapat lebih besar daripada

penyembuhan primer.

Intension Tersier

1. Adalah intension primer yang tertunda. Terjadi karena dua lapisan jaringa granulasi

dijahit bersama-sama. Ini terjadi ketika luka yang terkontaminasi terbuka dan dijahit rapat

setelah infeksi dikendalikan. Ini juga dapat terjadi ketika luka primer mengalami infeksi,

terbuka dan dibiarkan tumbuh jaringan granulasi dan kemudian dijahit. Intension tersier

biasanya mengakibatkan skar yang lebih luas dan lebih dalam daripada intension primer

atau sekunder.

I. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka

Penyembuhan luka merupakan suatu proses yang kompleks dan dinamis karena

merupakan suatu kegiatan bioseluler dan biokimia yang terjadi saling berkesinambungan.

Proses penyembuhan luka tidak hanya terbatas pada proses regenerasi yang bersifat lokal

saja pada luka, namun dipengaruhi pula oleh faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik

(InETNA,2004:13).

1) Faktor Instrinsik adalah faktor dari penderita yang dapat berpengaruh dalam proses

penyembuhan meliputi : usia, status nutrisi dan hidrasi, oksigenasi dan perfusi

jaringan, status imunologi, dan penyakit penyerta (hipertensi, DM, Arthereosclerosis).

2) Faktor Ekstrinsik adalah faktor yang didapat dari luar penderita yang dapat

berpengaruh dalam proses penyembuhan luka, meliputi : pengobatan, radiasi, stres

psikologis, infeksi, iskemia dan trauma jaringan (InETNA,2004:13).

J. Komplikasi Penyembuhan Luka

Komplikasi dan penyembuhan luka timbul dalam manifestasi yang berbeda-

beda. Komplikasi yang luas timbul dari pembersihan luka yang tidak adekuat,

keterlambatan pembentukan jaringan granulasi, tidak adanya reepitalisasi dan juga akibat

komplikasi post operatif dan adanya infeksi.

Beberapa komplikasi yang mungkin terjadi adalah : hematoma, nekrosis

jaringan lunak, dehiscence, keloids, formasi hipertropik scar dan juga infeksi luka

(InETNA,2004:6).

Daftar pustaka

Berman, Audrey; Snyder, Shirlee; Kozier , Barbara; Erb, Glenora. (2009). Kozier and Erb,

Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis, Ed.5. jakarta: EGC

Depkes. (2000). Standar Pedoman Perawatan jiwa.

http://www.clevelandclinic.org/health/healthinfo/docs/3800/3820.asp?

index=12223&src=newsp diakses pada 2 Desember 2013

http://www.worldwidewounds.com/2004/september/Ryan/Psychology-Pain-Wound-

Healing.html, diakses pada 2 Desember 2013

http://www.woundheal.org/ diakses pada 2 Desember 2013

Indonesia Enterostomal Therapy Nurse Association (InETNA) & Tim Perawatan Luka dan Stoma Rumah Sakit Dharmais. (2004). Perawatan Luka. Jakarta: Makalah Mandiri

Mansjoer.Arif, dkk. (2000). Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III. Jakarta : Media Aesculapius

FKUI.

Nurjanah, Intansari. (2004). Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa. Yogyakarta :

Momedia.

Perry & Potter. (2005) . Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC.