dasar ilmu tanah
TRANSCRIPT
LAPORAN RESMIPRAKTIKUM DASAR ILMU TANAH
TANAH LATOSOL
Disusun Oleh :
1. Bagus Tryo Atmaja (11011022)2. Bondan Novia Anggarsasi (11011030)3. Lusi Windu Asmara Jati (11011006)4. Nurul Khamidah (11011017)5. Puji Sarwito (11011029)6. Rengga Siwiningsih (11011009)7. Waris (11011013)
Program Studi AgroteknologiFakultas Agroindustri
Universitas Mercu Buana Yogyakarta2012
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan karunia, rahmat, dan hidayah-
Nya, sehingga penulisan laporan hasil praktikum Dasar Ilmu tanah ini dapat selesai tepat
waktu.
Penulis menyadari sepenuhnya penulisan laporan ini tidak akan terwujud tanpa
bantuan dari berbagai pihak, baik berupa saran, kritik, bimbingan maupun bantuan
lainnya. Penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1. Ir. Warmanti Mildaryani, M.P selaku Dosen mata kuliah Dasar Ilmu Tanah.
2. Semua Asisten, selaku asisten praktikum yang membantu dalam kelancaran
jalannya praktikum.
3. Staf Laboraturium Ilmu Tanah Fakultas Agroindustri, Universitas Mercu
Buana Yogyakarta.
Semoga Allah SWT senantiasa memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada
semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan serta bimbingan
kepada penulis.
Penulis menyadari banyak keterbatasan dan kekurangan. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran demi membangun wawasan kami dalam
penulisan laporan hasil praktikum. Semoga ini bermanfaat bagi semua pihak.
Yogyakarta, Juli 2012
Penyusun
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i
KATA PENGANTAR ............................................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ........................................................................... ... 11.2. Tujuan ........................................................................................... 2
BAB II DASAR TEORI ..................................................................................... 3
1.1. Pengambilan Contoh Tanah................................................. 31.2. Morphologi Tanah................................................................. 31.3. Kadar Lengas Tanah............................................................ 51.4. Bahan Organik Tanah.......................................................... 51.5. Kadar Kapur Ekuivalen........................................................ 61.6. Tekstur Tanah...................................................................... 71.7. Struktur Tanah...................................................................... 81.8. Konsistensi Dengan Angka Atterberg................................... 91.9. Penetapan pH Tanah............................................................ 10
BAB III PELAKSANAAN PRAKTIKUM ........................................................ 11
3.1. Pengambilan Contoh Tanah................................................. 113.2. Morphologi Tanah................................................................. 133.3. Kadar Lengas Tanah............................................................ 143.4. Bahan Organik Tanah.......................................................... 153.5. Kadar Kapur Ekuivalen........................................................ 163.6. Tekstur Tanah...................................................................... 193.7. Struktur Tanah...................................................................... 253.8. Konsistensi Dengan Angka Atterberg................................... 283.9. Penetapan pH Tanah............................................................ 33
3
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. 34
4.1. Pengambilan Contoh Tanah................................................. 344.2. Morphologi Tanah................................................................. 344.3. Kadar Lengas Tanah............................................................ 364.4. Bahan Organik Tanah.......................................................... 384.5. Kadar Kapur Ekuivalen........................................................ 404.6. Tekstur Tanah...................................................................... 424.7. Struktur Tanah...................................................................... 474.8. Konsistensi Dengan Angka Atterberg................................... 534.9. Penetapan pH Tanah............................................................ 61
BAB V KESIMPULAN ...................................................................................... 62
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 64
LAMPIRAN............................................................................................................. 66
4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Ilmu pertanian sekarang ini telah mengalami kemajuan yang demikian pesat,
hingga bidang-bidang pengetahuan yang semula hanya merupakan cabang-cabang
ilmu pertanian saja, sekarang ini telah ilmu yang berdiri sendiri.
Dasar berbagai cabang ilmu pertanian yang sekarang telah berdiri sendiri
adalah ilmu tanah. Ilmu tanah yang mempelajari sifat fisik, kimia, maupun biologi
tanah pun sudah demikian pesat perkembangannya hingga dipisahkan menjadi
morfologi tanah, tekstur tanah, stuktur tanah, pH tanah,dll.
Tulisan ini menguraikan tentang pengmbilan contoh tanah, morfologi tanah,
penetapan kadar lengas, penetapan kadar bahan organik, penetapan kadar kapur
setara, tekstur, penetapan berat jenis, penetapan konsistensi, dan penetapan derajat
keasaman tanah.
Karena yang di praktikkan adalah tanah jenis latosol, maka dalam tulisan ini
hanya di uraikan penjelasan tentang tekstur, kadar lengas, kadar bahan organik, kadar
kapur, berat jenis, konsistensi, dan pH tanah latosol saja.
Menurut definisinya tanah latosol adalah tanah yang banyak mengandung zat
besi dan aluminium. Tanah ini sudah sangat tua sehingga kesuburannya rendah.
Warna tanahnya merah hingga kuning, sehingga sering disebut tanah merah. Tanah
latosol yang mempunyai sifat cepat mengeras bila tersingkap atau berada di udara
terbuka disebut tanah laterit.
Dalam tulisan ini juga di terdapat hasil praktikum yang telah dilaksanakan
secara berkelompok, yang disajikan dalam bentuk kuantitatif maupun kualitatif yang
didasarkan pada data-data yang diperoleh selama praktikum berlangsung, yang berarti
ini bukan merupakan suatu ketetapan atau hasil pasti.
5
1.2. Tujuan
Dari berbagai analisis dan pengamatan yang dilakukan di laboratorium dasar
ilmu tanah, mempunyai tujuan sebagai berikut:
1. Kadar lengas tanah, bertujuan untuk menetapkan kadar lengas contoh tanah.
2. Kadar bahan Organik, bertujuan untuk menetapkan kadar bahan organik tanah
dan karbon.
3. Kadar kapur setara tanah, mempunyai tujuan untuk menetapkan kadar CaCo3
secara tepat.
4. Tekstur tanah, bertujuan untuk menetapkan agihan zarah tanah [lembung, debu,
dan pasir] dan kelas tekstur tanah dengan segi tika tekstur USDA, dan juga
untuk menetapkan agihan [lempung dan debu] secara aktual.
5. Struktur tanah, bertujuan untuk menetapkan butir [BD] tanah, menetapkan
kerapatan massa [BV] tanah, menghitung porositas total [n] tanah, dan
menghitung nilai perbandingan dipersi [NPD] tanah.
6. Konsistensi tanah, bertujuan untuk menetapkan batas Cair [BC] tanah,
menetapkan Batas lekat [BL] tanah, menetapkan batas gulung [BG] tanah,
menetapkan batas berubah warna [BBW] tanah, menghitung jangka Olah [JO]
tanah, menghitung Indeks plastisitas [IP] tanah, dan menghitung persediaan air
maksimum [PAM] dalam tanah.
6
BAB II
DASAR TEORI
1.10. Pengambilan Contoh Tanah
Pengambilan contoh tanah dapat berupa contoh tanah terganggu (disturbed samples) atau contoh tanah asli (undisturbed samples). Contoh tanahterganggu dapat dilakukan dengan auger atau dari tabung SPT . Contoh tanahyang diperoleh sekurang kurangnya 0.5 kg, merupakan jumlah minimum untukpengujian di laboratorium.(Subagyo, 1979)
Contoh Tanah adalah suatu volume massa tanah yang diambil dari suatu bagian tubuh tanah (horison/lapisan/solum) dengan cara-cara tertentu disesuaikan dengan sifat sifat yang akan diteliti secara lebih detail di laboratorium. Pengambilan contoh tanah dapat dilakukan dengan 2 teknik dasar yaitu pengambilan contoh tanah secara utuh dan pengambilan contoh tanah secara tidak utuh. Sebagaimana dikatakan dimuka bahwa pengambilan contoh tanah disesuaikan dengan sifat-sifat yang akan diteliti. (Sutanto, 2005)
Contoh tanah asli diasumsikan sebagai contoh tanah yang diperoleh darikondisi aslinya di lapangan, dengan tidak mengalami perubahan struktur, kepadatan, porositas dan kadar airnya. Namun demikian pada saat contoh tanah dikeluarkan dari tabung, sesungguhnya contoh tanah itu tidak lagi asli karena sudah kehilangan tegangan kelilingnya. Disamping itu penekanan dinding tabungke dalam tanah juga menyebabkan gangguan mekanis. (Sutanto, 2005)
1.11. Morphologi Tanah
Profil tanah merupakan suatu irisan melintang pada tubuh tanah, dibuat dengan cara membuat lubang dengan ukuran panjang dan lebar serta kedalaman tertentu sesuai dengan keadaan tanah dan keperluan penelitian. Tanah merupakan tubuh alam yang terbentuk dan berkembang akibat terkena gaya-gaya alam (natural forces) terhadap proses pembentukan mineral. Pembentukan dan pelapukan bahan-bahan organik pertukaran ion-ion, pergerakan dan pencucian bahan-bahan koloid (Rodriquez, 2004).
Batas lapisan dengan lapisan lainnya dalam suatu profil tanah dapat terlihat jelas atau baur. Dalam pengamatan di lapangan ketajaman peralihan lapisan-lapisan ini dibedakan kedalam beberapa tingkatan yaitu nyata (lebar peralihan kurang dari 2,5 cm), jelas (lebar peralihan 2,5 – 6,5 cm) dan baur (lebar peralihan lebih dari 12,5 cm). disamping itu entuk topografi dari batas horison tersebut dapat rata, berombak, tidak teratur atau terputus (Foth, 1988).
Karatan merupakan hasil pelapukan batuan tanah yang di pengaruhi oleh adhesi dan kohesi. Karatan berwarna hitam mengandung banyak mangan (Mg) sedangkan berwarna merah mengandung besi (Fe). Karatan merupakan hasil reaksi oksidasi dan reduksi dalam tanah. Karatan menunjukkan hasil reaksi oksidasi dan reduksi dalam tanah. Karatan menunjukkan bahwa udara masih dapat kedalam tanah setempat sehingga terjadi oksidasi ditempat tersebut dan terbentuk senyawa-senywa Fe3+ yang berwarna merah. Bila air tida pernah menggenang tata udara dalam tanah
7
selalu baik, maka seluruh profil tanah dalam keaadaan oksidasi (Fe3+) oleh karena itu umumnya berwarna merah atau coklat. (Foth, 1988).
Profil tanah didefinisikan sebagai irisan vertikal tanah dari lapisan paling atas hingga ke bahan induk tanah. Profil dari tanah mineral yang telah berkembang lanjut biasanya memiliki horison-horison sebagai berikut: O - A - E - B - C - RKeterangan:
Horison O adalah horison yang terdiri dari bahan serasah atau sisa-sisa tanaman (Oi) dan bahan organik tanah (BOT) hasil dekomposisi serasah (Oa).
Horison A adalah horison mineral berbahan organik tanah (BOT) tinggi sehingga berwarna agak gelap.
Horison E adalah horison mineral yang telah tereloviasi (tercuci) sehingga kadar BOT, liat silikat, Fe dan Al rendahtetapi kadar pasir & debu kuarsa (seskuoksida) dan mineral resisten lainnya tinggi serta berwarna terang.
Horison B adalah horison illuviasi yaitu horison akumulasi bahan eluvial dari horison diatasnya.
Horison C adalah lapisan yang bahan penyusunnya masih sama dengan bahan induk atau belum terjadi perubahan secara kimiawi.
R adalah bahan induk tanah.
1.12. Kadar lengas tanah
Kadar lengas tanah sering disebut sebagai kandungan air(moisture) yang terdapat dalam pori tanah. Satuan untuk menyatakan kadar lengas tanah dapat berupa persen berat atau persen volume. Berkaitan dengan istilah air dalam tanah, secara umum dikenal 3 jenis, yaitu (a) lengas tanah (soil moisture) adalah air dalam bentuk campuran gas (uap air) dan cairan; (b) air tanah(soil water) yaitu air dalam bentuk cair dalam tanah, sampai lapisan kedap air, (c) air tanah dalam (ground water) yaitu lapisan air tanah kontinu yang berada ditanah bagian dalam (Handayani, 2009).
Beberapa faktor yang mempengaruhi kandungan lengas dalam tanah antara lain anasir iklim, kandungan bahan organik, fraksi lempung tanah, topografi, dan adanya bahan penutup tanah baik organik maupun anorganik (Hardjowigeno, 1987).
1.13. Kadar Bahan organik
Bahan organik adalah kumpulan beragam senyawa-senyawa organik kompleks yang sedang atau telah mengalami proses dekomposisi, baik berupa humus hasil humifikasi maupun senyawa-senyawa anorganik hasil mineralisasi dan termasuk juga mikrobia heterotrofik dan ototrofik yang terlibat dan berada didalamnya.(Arsyad, 1979)
Sumber Bahan Organik Tanah Bahan organik tanah dapat berasal dari:
sumber primer, yaitu: jaringan organik tanaman (flora) yang dapat berupa: daun, ranting dan cabang, batang, buah, dan akar.
8
sumber sekunder, yaitu: jaringan organik fauna, yang dapat berupa: kotorannya dan mikrofauna.
sumber lain dari luar, yaitu: pemberian pupuk organik berupa: pupuk kandang, pupuk hijau, pupuk bokasi (kompos), dan pupuk hayati.
Komposisi Biokimia Bahan Organik Menurut Waksman (1948) dalam Brady (1990) bahwa biomass bahan organik yang berasal dari biomass hijauan, terdiri dari: air (75%) dan biomass kering (25%).
Proses dekomposisi bahan organik melalui 3 reaksi, yaitu:
reaksi enzimatik atau oksidasi enzimatik, yaitu: reaksi oksidasi senyawa hidrokarbon yang terjadi melalui reaksi enzimatik menghasilkan produk akhir berupa karbon dioksida (CO2), air (H2O), energi dan panas.
reaksi spesifik berupa mineralisasi dan atau immobilisasi unsur hara essensial berupa hara nitrogen (N), fosfor (P), dan belerang (S).
pembentukan senyawa-senyawa baru atau turunan yang sangat resisten berupa humus tanah.
1.14. Kadar Kapur Ekuivalen
Kapur dalam tanah memiliki asosiasi dengan keberadaan kalsium dan
magnesium tanah. Hal ini wajar, karena keberadaan kedua unsur tersebut sering
ditemukan berasosiasi dengan karbonat. Secara umum pemberian kapur ke tanah
dapat mempengaruhi sifat fisik dan kimia tanah serta kegiatan jasad renik tanah. Bila
ditinjau dari sudut kimia, maka tujuan pengapuran adalah menetralkan kemasaman
tanah. Perlu diketahui bahwa tanah yang memiliki kandungan kapur yang tinggi,
belum tentu tanah tersebut juga memiliki tingkat kesuburan yang tinggi. bisa terjadi
suatu kapur itu menjadi racun karena kapur akan menyerap unsur hara dari dalam
tanah, dimana unsur hara tersebut dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhannya. (Tan
H, 1998)
Perbedaan kadar kapur pada berbagai jenis tanah dipengaruhi oleh beberapa
faktor, antara lain komposisi bahan induk dan iklim. Kedua faktor ini berhubungan
dengan kadar lengas tanah, terbentuknya lapisan-lapisan tanah, dan tipe vegetasi.
Faktor-faktor ini merupakan komponen dalam perkembangan tanah. Pada umumnya
batuan kapur/kwarstik lebih tahan terhadap perkembangan tanah. Pelarutan dan
kehilangan karbonat diperlukan sebagai pendorong dalam pembentukan tanah pada
batuan berkapur. Garam-garam yang mudah larut (seperti Na, K, Ca, Mg-Klorida dan
sulfat, NaCO3) dan garam alkali yang agak mudah larut ( Ca, Mg ) memiliki karbonat
yang akan berpindah bersama air, dan bergantung besarnya air yang dapat mencapai
9
kedalaman tanah tertentu. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya pengayaan garam/
kapur pada horison tertentu dan besarnya sangat bervariasi. Karena terdapat
perbedaan kelarutan dan mobilitas tersebut maka yang terendapkan lebih dahulu
adalah karbonat. Pada kondisi yang ekstrem kerak garam dan kapur dapat terbentuk di
permukaan tanah. Dari sini menunjukan bahwa kadar kapur tanah dapat berbeda-beda.
(Tan H, 1991)
1.15. Tekstur Tanah
Tekstur tanah menunjukkan kasar halusnya dari fraksi tanah halus. Berdasar atas perbandingan anyaknya butir-butir pasir, debu, liat maka tanah dikelompokkan kedalam beberapa kelas tekstur. Dalam klasifikasi tanah tingkat famili kasar halusnya tanah ditunjukkan dalam kelas sebaran besar butir yan mencakup seluruh tanah. Kelas besar butir merupakan penyederhanaan dari kelas tekstur tanah tetapi dengan memperhatikan pula banyaknya fragmen batuan atau fragsi tanah yang lebih besar dari pasir. Tanah-tanah bertekstur liat ukuran butienya lebuh halus maka setiap satuan berat mempunyai luas luas permukaan yang lebih besar sehingga kemampuan menahan air dan menyediakan unsur hara tinggi. Tanah yang bertekstur halus lebih aktif dalam reaksi kimia daripada tanah bertekstur kasar (Hardjowigeno,2003).
Tekstur tanah dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan suatu tanaman. Tekstur tanah yang sesuai bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman dapat memacu dan memperkuat tanaman untuk dapat tumbuh dengan baik, sehinnga segala sesuatu yang diperlukan karena faktor tanah dapat diperoleh. Tekstur tanah juga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam mendirikan suatu bangunan, apakah suatu bangunan tersebut dapat berdiri kokoh atau tidak di wilayah tersebut, sehingga perlu adanya suatu analisis untuk menentukan jenis tekstur tanah suatu area atau wilayah tertentu. (Hardjowigeno, 2003)
Penentuan tekstur tanah dapat ditentukan dengan metode analisis kualitatif, dengan merasakan tanah langsung dengan menggunakan jari tangan sehingga dapat diketahui tingkat kehalusan dan kekasarannya. Hal ini disebabkan karena penentuan tekstur tanah merupakan perbandingan fraksi tanah yang meliputi kandungan liat, debu, dan pasir dalam suatu massa tanah yang memiliki bentuk partikel yang berbeda-beda. Bila terasa halus maka tanah memiliki kandungan liat yang dominan dan bila kasar maka kandungan pasirnya dominan. (Hardjowigeno, 2003)
1.16. Struktur Tanah
Struktur tanah merupakan gumpalan kecil dari butir-butir tanah. Gumpalan struktur ini terjadi karena butir pasir, debu, liat terikat satu sama lain oleh suatu perekat seperti bahan organik oksida-oksida besi dan lain-lain. Tingkat perkembangan struktur ditentukan berdasarkan atas kemantapan atau ketahanan bentuk struktur tanah tersebut terhadap tekanan. Didaerah curah hujan tinggi seperti pada profil dalam dan
10
dangkal umunya ditemukan struktur remah atau granular dipermukaan dan gumpal di horison bawah. Hal ini sesuai dengan jenis tanah dan tingkat kelembaban tanah. Tanah-tanah dipermukaan banyak mengandung humus biasanya mempunyai tingkat perkembangan yang kuat (Poerwowidodo, 1991).
Struktur tanah adalah salah satu sifat dasar tanah yang sangat mempengaruhi sifat tanah yang lain serta besar pengaruhnya terhadap kemampuan tanah sebagai media pertanaman. Struktur digunakan untuk mendeskripsikan agregasi secara umum atau susunan bagian padat tanah. Suatu penampang tanah dapat didomonasi oleh suatu corak tanah tertentu. Kadang-kadang berbagai corak agregasi akan dijumpai ketika meneliti horizon demi horizon suatu profil tanah. (Poerwowidodo, 1991)
Bentuk-bentuk struktur dalam keadaan tidak terganggu terjadi dari dua keadaan non structural, yaitu: zarah lepas dan masiv. Pasir merupakan contoh pertama bahan organic mengikat zarah lepas menjadi keolompok-kelompok atau agregat-agregat. (Poerwowidodo, 1991)
1.17. Konsistensi Dengan Angka Atterberg
Setiap tanah mempunyai sifat mutu yang berbeda dalam mengolah tanah.
Dibutuhkan suatu metode untuk menentukan apakah suatu tanah baik untuk pertanian,
pembangunan atau bidang lain. Metode untuk menentukan tindakan pengolahan tanah
adalah dengan menetapkan standard angka, yaitu metode penetapan Angka Atterberg.
(Winarso, 2005)
Atterberg tokoh yang pertama kali meneliti dan menggolongkan konsistensi
tanah dalam hubungannya dengan kadar lengas, yaitu dengan menetapkan Batas Cair
(BC), BG (Batas Gulung), Batas Lekat (BL), Batas Berubah Warna (BBW).
(Winarso, 2005)
Jenis tanah tertentu mempunyai potensi kesuburan yang tinggi, tetapi karena
tidak dilakukan perbaikan, tingkat kesuburannya maka hanya diperoleh hasil dengan
aras sedang. Pembangunan pertanian yang lebih berorientasi pada efisiensi
pemanfaatan sumberdaya alam dan aman lingkungan mendorong penyempurnaan
konsep pengelolaan lahan sebagai sarana produksi pertanian. Keselarasan antara
pendekatan pengelolaan lahan dengan dinamika ekosistem lahan menjadi faktor
penting begitu pula konsistensi. (Winarso, 2005)
Batas cair yaitu suatu tanah berupa dari keadaan plastis menjadi keadaan cair.
Konsisitensi dari lempung dan tanah-tanah kohesif lainnya sangat dipengaruhi oleh
kadar air dari tanah. Tanah yang telah lolos saringan no.40 dicampur dengan air
suling, lalu dimasukkan ke mangkok Casagrande, lalu putar alat Liquid Limit dan
hitung jumlah ketukan yang diperlukan untuk menutup celah tanah, lalu ambil
sebagian tanah dan masukkan ke dalam oven selama 24 jam untuk menghitung kadar
airnya. (Winarso, 2005)
Batas berubah warna yaitu batas pada saat warna tanah mulai berubah dari
lebih gelap ke lebih muda karena hilangnya air dari pori-pori tanah yang kemudian
diisi oleh udara. (Winarso, 2005)
11
1.18. Penetapan pH Tanah
Faktor – faktor yang menentukan kebutuhan bahan kapur tanah bukanlah suatu
pengertian yang relatif tergantung mutlak akan tetapi merupakan pengertian yang
relatif tergantung dari pH tanah yang diinginkan, penetralan Al, kemampuan
menyangga dari tanah, pH tanah semula, kapasitas tukar kation atau tanaman yang
ditanam. Pada tanah yang masam, pengapuran sangat penting dilakukan, karena
tujuan pengapuran adalah menetralisir kemasaman meniadakan pengaruh Al yang
beracun, dan secara langsung menyediakan Ca bagi tanaman. Dua masalah utama
yang melekat pada tanah – tanah masam bagi suatu tanaman adalah : Keracunan
Alumunium,Kejenuhan Al yang lebih tinggi. Keracunan alumunium langsung
merusak akar tanaman, menghambat pertumbuhannya, dan menghalangi pengambilan
dan translokasi kalsium maupun fospor. (Poerwowidodo, 1991)
Kemasaman atau kealkalian tanah (pH tanah) adalah suatu parameter
penunjuk keaktifan ion H+ dalam suatu larutan, yang berkesetimbangan dengan H
tidak terdisosiasi dari senyawa-senyawa dapat larut dan tidak larut yang ada di dalam
sistem. Jadi, intensitas keasaman dari suatu sistem dinyatakan dengan pH dan
kapasitas keasaman dinyatakan dengan takaran H+ terdisosiasi ditambah N tidak
terdisosiasi di dalam sistem. Sistem tanah yang dirajai oleh ion-ion H+ akan
bersuasana asam. (Poerwowidodo, 1991)
Penyebab keasaman tanah adalah ion H+ dan Al3+ yang berada dalam larutan
tanah dan komplek jerapan. Bila pH sama dengan 7 menunjukkan keadaan netral.
PH kurang dari 7 itu menunjukkan keadaan asam, dan pH lebih dari 7 menunjukkan
keadaan alkalis.(Poerwowidodo, 1991)
BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
3.1. PENGAMBILAN CONTOH TANAH
3.1.1. Pengambilan Contoh Tanah Utuh
12
3.1.1.1. Alat dan Perlengkapan
a. Tabung kuningan (copper ring)
b. Sekop, cangkul atau cetok
c. Pisau yang tajam dan tipis
3.1.1.2. Cara Kerja
a. Ratakan dan bersihkan lapisan atas tanah yang akan diambil, kemudian
letakkan tabung tegak pada lapisan tanah tersebut.
b. Gali tanah disekitar tabung dengan sekop atau cetok.
c. Iris atau haluskan potongan tanah di sekitar tabung hingga mendekati
tabung.
d. Tekan tabung hingga tiga per empat masuk kedalam tanah.
e. Latakkan tabung lain di atas tabung pertama.
f. Tekan lagi tabung tersebut sampai permukaan tabung pertama masuk
kedalam tanah sekitar satu centimeter.
g. Tabung beserta contoh tanah di dalamnya diambil (diganti) dengan
sekop atau cangkul.
h. Pisahkan tabung kedua dari tabung pertama dengan hati-hati, kemudian
potonglah tanah kelebihan yang ada pada bagian atas dan bawah tabung
pertama hingga rata.
i. Tutuplah tabung yang berisi contoh tanah tersebut dengan plastik
penutup dan simpan kedalam kotak (peti) khusus yang telah disediakan.
3.1.2. Pengambilan Contoh Tanah dengan Agregat Utuh
3.1.2.1. Alat dan Perlengkapan
a. Kotak yang kuat dan berukuran cukup
b. Cetok, sekop atau cangkul
c. Kantong plastik
3.1.2.2. Cara Kerja
a. Gali tanah sampai kedalaman yang di inginkan untuk penetapan
stabilitas agregat biasannya cukup dengan mengambil lapisan yang
sesuai dengan kedalaman perakaran.
b. Ambil gumpalan-gumpalan tanah yang dibatasi dengan belah-belah
alami (agregat utuh), lalu masukkan ke dalam kotak yang telah
disediakan tadi. Atau dapat juga menggunakan tempat lain andaikata
13
kotak semacam itu tidak ada. Asalkan dijaga agar selama dalam
pengangkutan agregat-agregat tanah tersebut tetap utuh.
3.1.3. Pengambilan Contoh Tanah Terganggu atau tidak Utuh
3.1.3.1. Alat dan Perlengkapan
a. Kantong plastik
b. Label, spidol dan karet gelang
c. Pisau belati, sekop atau cangkul
3.1.3.2. Cara Kerja
a. Gali tanah sampai kedalaman yang diinginkan
b. Ambil dan masukkan contoh tanah ke dalam kantong plastik. Beri
tanda (nomor dan kode) pada label. Bungkus label dengan plastik
kecil, masukkan ke dalam kantong plastik lalu diikat dengan karet
gelang. Pemberian tanda dapat juga pada plastik pembungkus tanah.
3.1.4. Pengambilan Contoh Tanah dari Suatu Profil
3.1.4.1. Alat dan Perlengkapan
a. Kotak yang kuat dan berukuran cukup
b. Cetok, sekop atau cangkul
c. Kantong plastik
3.1.4.2. Cara Kerja
a. Gali tanah sampai kedalaman yang di inginkan untuk penetapan
stabilitas agregat biasannya cukup dengan mengambil lapisan yang
sesuai dengan kedalaman perakaran.
b. Ambil gumpalan-gumpalan tanah yang dibatasi dengan belah-belah
alami (agregat utuh), lalu masukkan ke dalam kotak yang telah
disediakan tadi. Atau dapat juga menggunakan tempat lain andaikata
kotak semacam itu tidak ada. Asalkan dijaga agar selama dalam
pengangkutan agregat-agregat tanah tersebut tetap utuh.
c. Bersihkan dan ratakan tanah di atas sisi lubang yang telah di deskripsi
secukupnya.
d. Ambil contoh tanah uth seperti cara pertama. Apabila diperlukan dapat
juga diambil contoh tanah dengan agregat utuh atau contoh tanah
terganggu atau tidak utuh.
14
e. Selesai pengambilan contoh-contoh tanah pada lapisan pertama, sisa
lapisan pertama dibuang sampai timbul lapisan kedua, demikian
seterusnya hingga lapisan terakhir (yang dikehendaki) dalam profil.
3.2. MORPHOLOGI TANAH
3.2.1. Bahan dan Alat
a. Bor tanah
b. Sekop atau cangkul
c. Pisau belati
d. Altometer (observation log)
e. Mistar kayu/gulung
f. Buku warna tanah
g. Daftar pengamat
h. H2O2 30%
i. HCl 0,1 N
3.2.2. Cara Kerja
a. Pilih suatu tempat yang mewakili suatu kawasan/lahan, tentukan batas-
batasnya dengan pengeboran. Penentuan batas ini bertujuan untuk membuat
baku masing-masing satuan tanah (klasifikasi) sebagai pembanding terhadap
satuan tanah lainnya.
b. Gali lubang dengan ukuran dalam 1 m, lebar 1,5 m, dan panjang 2 m. Dinding
profil tanah dibuat menghadap ke utara, dan untuk masuk lubang dibuatkan
tangga.
c. Tentukan batas-batas horizon tanah, ketebalannya, dan amati masing-masing
horizon mengenai ciri-cirinya.
Catat pengamatan dalam daftar pengamatan (observation log)
d. Catat pula ciri-ciri morphologi lahan di sekitar profil tanah, ukur tinggi tempat
dengan altimeter dan gambar penampang profil tanah yang diamati.
3.3. KADAR LENGAS
3.3.1. Alat dan perlengkapan
a. 6 buah botol timbang kuningan
b. Timbangan analitis ( ketelitian 0.0002 gr)
c. Alat pengering ( oven )
15
d. Eksikator
e. tanah kering angin gumpalan, halus (0,2mm) dan 0,5 mm
3.3.2. Cara kerja
a. Timbang botol timbangan kuningan kosong, bersih dan bertutup misal
beratnya a gram
b. Masukkan contoh tanah kedalam botol timbangan sampai separuh penuh,
timbang botol berisi tanah dan bertutup misal beratnya b gram
c. Dengan tutup terbuka masukkan botol timbangan berisi tanah kedalam oven
yang panasnya telah diatur antara 1050 C – 1100 C. biarkan di dalam oven
selama paling sedikit 4 jam, lebih lama lebih baik jangan sampai kurang
d. Setelah 4 jam botol timbangan berisi tanah kembali ditutup serapat-rapatnya
keluarkan dari oven dan didingikan dalam eksikator selama 15 menit,
kemudian ditimbang miasal beratnya c gram.
e. Lakukan langkah-langkah 1-4 untuk menetapkan kadar lengas contoh tanah
yang tersedia.
3.4. KADAR BAHAN ORGANIK
3.4.1. Alat Dan Bahan
a. Labu takar 50 ml
b. Pipet ukur 10 ml dan 5 ml
c. Gelas ukur 10 ml
d. Pipet teteas sampai 0,0002 gram
e. Botol pemancar air
f. Labu erlenmeyer 250 ml
g. Buret 50 ml
h. Timbangan analitis teliti
i. K2Cr2O7
j. H2SO4 pekat
k. H3PO4
l. FeSO2 0,1 N
m. Indikator DipHenylamine
n. Aqua destilata
3.4.2. Cara Kerja
16
a. Timbang contoh tanah kering udara sekitar 1 gram dengan alas gelas arloji
yang bersih dan kering yang telah diketahui beratnya
b. Masukkan ke dalam labu takar 50 ml dan tambahkan 10 ml K2Cr2O7
c. Tambahkan kemudian 10 ml H2SO4 pekat dengan gelas ukur
d. Kemudian dikocok dengan gerakan memutar dan mendatar
e. Warna harus tetap merah jingga, kalu warnanya menjadi hijau/ biru,
tambahkan lagi K2Cr2O7 dan H2SO4 pekat, dan jumlah penambahan harus
dicatat. Diamkan kira-kira 30 menit sampai larutan menjadi dingin.
Penambahan blangko juga harus sama banyak.
f. Tambahkan 5 ml H3PO4 85% dan 1 ml indikator dipHenylamine
g. Jadikan volume 50 ml dengan menambahkan air suling, hendaknya memakai
botol meancar air.
h. Kocok dengan cara membalik-balik labu takar sampai homogen dan biarkan
mengencap.
i. Ambil 5ml larutan jernih dengan pipet ukur, kemudian masukkan kedalam
labu erlenmayer 250ml dan tambahkan air suling 15 ml.
j. Kemudian dititrasi dengan larutan FeSO2 0,1 N hingga warnanya menjadi
kehijaua-hijauan.
k. Langkah-langkah ini diulang lagi tanpa contoh tanah untuk keperluan analisa
belangko.
Fungsi analisa blangko untuk koreksi alat, bahan atau reagensia mengenal
kemurniannya dan untuk mempermudah hitungan.
Jalannya reaksi
2 K2Cr2O7 + 8 H2SO4 2 K2SO4 + 2 Cr2 (SO4) 3 + 8 2O 8 + 3 O2 + x cal C + O CO2
+ sisa indikator
K2Cr2O7 + 6 FeSO4 + 7 H2SO4 Cr2(SO4)3 indikator + 3 Fe (SO4)3 + K2SO4+ 7 H2O
3.5. KADAR KAPUR EKUIVALEN / SETARA
3.5.1. Alat dan Bahan
a. Calcimeter ( alat CO2 Mohr)
b. Gelas arloji
c. Timbangan analitis teliti sampai 0.0002 gram
d. tanah kering – udara diantara 2,0 mm
17
e. HCl 2 N
3.5.2. Cara kerja
a. Timbang contoh tanah yang menggunakan gelas arloji yang bersih, kering,
sebanyak sekitar 15 gram ( misal a gram ). Untuk ini perlu diketahui dahulu
berat gelas arlojinya. Masukkan contoh tanah secara kuantitatif ke dalam gelas
piala 500ml, butir-butir tanah yang mungkin masih menempel di gelas arloji
dapat sedikit dibilas dengan air.
b. Tambahkan air sebanyak 50 ml, lalu 10 ml H2O2 30% ( semua diukur dengan
tabung ukur), gelas piala ditutp dengan gelas arloji yang bersih dan kering,
kemudian dibiarkan semalam. Tindakan ini dimaksudkan untuk
menghilangkan bahan organik yang ada di dalam tanah.
c. Keesokan harinya gelas piala tertutup dipanasi diatas pemanas air yang telah
menidih, dan diawasi betul-betul kalau ada bahaya pebuihan sampai tanahnya
meluap. Kalau perlu gelas pialanya diangkat dari penangas air. Setelah reaksi
pertama mereda ( setelah 5- 10 menit) tambahkan lagi H2O230 % sebanyak 15
ml, tutup kembali dengan menggunakan gelas arloji dan biarkan di penangas
air selama 10 menit lagi. Setelah reaksinya mereda, celupkan gelas pialanya
kedalam air yang mendidih kedalam penangas air selama 5 menit dalam
keadaan tercelup. Tanah yang sudah bersih dari bahan menjadi muda dan
butir-butir pasir sudah kelihatan bersih permukaannya. Untuk memastika,
setelah larutan agak dingin diberi lagi beberapa ml lagi H2O230 %. Kalau tidak
timbul reaksi lagi, tidak terjadi lagi gelembung-gelembung pemercikan, ini
berarti bahan organik telah betul-betul habis. Jika reaksi timbul, maka langkah
yang terakhir tadi dapat diulang secukupnya.
d. Butir-butir tanaha yang menempel digelas arloji dan didnding gelas piala
dibilas masuk dengan air bersih. Suspensi lalu diencerkan sampai kira-kira
150 ml dengan air suling, ditutup kembali, dan didihkan diatas api spritus
selama 5 menit. Dijaga jangan sampai membuih atau memericik dan tumpah,
setelah ini dibiarkan mendingin.
e. Seteleah dingin gelas arloji tertutup dan dinding gelas piala dibilas dengan air
sampai bersih.
Untuk membersihkan dinding, sambil membilas digosok-gosok dengan batang
kaca berujung karet. Tambahkan 25 ml HCl 2 N untuk menghilangkan kapur,
garam-garam lain dan kation- kation basa beradsorbsi. Kalau tanah
18
mengandung kapur berlebih dari 2 % maka untuk setiap persenya ditambah
lagi 2,5 ml HCl 2N. Encerkan suspensi sampai volume kira-kira 250ml dengan
air dan tanah digosok-gosok dengan batang kaca berujung karet. Reaksi antara
tanah dengan asam dibiarkan berlangsung selama 1 jam dengan beberapa kali
digosok-gosok dengan batang kaca. Selama pekerja ini batang kaca tetap
diletakkan dalam gelas piala, dan jangan diletakan dimana-mana karena
ujungnya ada tanah yang menempel. Setelahwaktu ini dilampaui, larutan
diatas endapan tanah diperikasa keasamannya dengan secarik kertas lakmus
biru. Kertas lakmus biru harus berubah warnanya menjadi merah, yang
menandakan bahwa telah hilang semuanya. Kalau kertas lakmus tidak berubah
warnanya, berarti asamnya kurang dan perlu ditambah lagi kira-kira 10 ml.
Tanahnya diaduk-aduk lagi dan dibiarkan selama 1 jam. Periksa lagi apakah
sekarang audah ada kelebihan asam.
f. Pasang corong gelas 0,10 cm diatas tabung erlenmayer 750ml, lapisi dengan
kertas saring sedemikian rupa sehingga pinggiran kertas saring terletak 5
mmdibawah bibir corong, kertas saring dibasahi supaya melekat betul tanpa
ada gelembung-gelembung udara diantaranya. Seringkali suspensi tanah
sampai semua tanah dipindahkan secara kuantitatif diatas kertas saring.
Dibantu dengan biasan air batang kaca, sambil dibilas bersih ujung kaca yang
bertanah tadi.
g. Tanah diatas kertas saring dicuci 4 kali dengan HCL 0,2N. Setiap kali
pencucian menggunakan 50ml.
Pendispersian :
h. Setelah selesai pencucian dan air terakhir telah menetes dari corong, kertas
saring dengan tanahnya sementara masih basah diangkat hati-hati dengan
corong, jangan sampai sobek dan paparkan diatas gelas arloji 0,10 cm yang
bersih.
Dengan memegang tepi gelas arloji dan kertas saring, jangan sampai
menjamah tanahnya, tanah dipindahkan secara kuantitatif ke dalam labu
erlenmayer 500ml dengan menggunakan corong yang dipakai menyaring tadi.
Untuk ini diperlukan pancaran air secukupnya jangan berlebihan.
Tanah yang masih menempel di dinding dakhil ( bagian dalam ) corong juga
dimasukkan kedalaam tanbung erlenmayer dengan pancaran air dan kuas.
Kemudian kuas dibersihkan dari butir-butir tanah yang menepel padanya,
19
i. Tambahkan 10 ml larutan NaOH 1 N setepat mungkin dengan menggunakan
tabung ukur yang telah dicuci bersih dari menggunakan tabung ukur yang
telah dicuci bersih dari sisa-sisa H2O2 dan HCl. Sumbatlah labu erlenmayer
dengan sumbatan karet atau selembar plastik serapat-rapanta, letakkan tegak
dan kuat pada alat pengocok dan kocoklah dengan kuat selama 15 menit untuk
mendapatkan hasil pendispersian yang baik.
3.6. TEKSTUR TANAH
3.6.1. Alat dan perlengkapan :
a. 2 buah gelas arloji 0,8 dan 10 cm
b. Timbangan analisi teliti sampai 0,0002 gram
c. 2 buah corong gelas 10 dan 15 cm
d. Tabung sedimentasi 1000 ml dengan tutup karet atau plastik
e. Alat pipet dengan volume 25 ml
f. Stop-watch teliti sampai 0,1 detik
g. Batang kaca pengaduk berujung karet
h. Thermometer teliti sampai 0,10 C
i. 2 buah cawan penguap 8 cm
j. 2 buah labu erlenmeyer (bersumbat karet) 500 ml dan 250 ml
k. Kertas waring Watman No. 50
l. Kuas
m. Gelas piala 500 ml
n. Tabung ukur 25 ml
o. Penangas air
p. Lampu spiritus
q. Penumpu kaki tiga
r. Botol pemancar air
s. Piring seng
t. Alat pengering (oven)
u. Eksikatoe
v. Kertas lakmus biru
w. 25 ml H2O2 30%
x. 200 ml HCl 0,2 N
y. 20 ml HCl 2 N
20
z. 10 ml NaOH 1 N
aa. tanah halus kering – udara 0,2mm
3.6.2. Cara Kerja :
Pendispersian
a. Timbang contoh tanah yang mengunakan gelas arloji yang bersih, kering,
sebanyak sekitar 15 gram (misal a gram). Untuk ini perlu diketahui dahulu
berat gelas arlojinya.
Masukkan contoh tanah secara kuantitatif ke dalam gelas piala 500 ml, butir-
butir tanah yang mungkin masih menempel di gelas arloji dapat sedikit dibilas
dengan air.
b. Tambahkan air sebanyak 50 ml, lalu 10 ml H2O2 30% (semua diukur dengan
tabung ukur), gelas piala ditutup dengan gelas arloji dapat sedikit dibilas
dengan air.
c. Keesokan harinya gelas piala tertutup itu dipanasi di atas penangas air yang
telas mendidih, dan diawasi betul-betul kalau ada bahaya pebuihan sampai
tanahnya meluap. Kalau perlu gelas pialanya diangkat dari penangas air.
Setelah reaksi pertama mereda (5 – 10 menit) tambahkan lagi H2O2 30%
sebanyak 15 ml, tutup kembali dengan gelas arloji dan biarkan di atas
penangas air selama 10 menit lagi. Setelah reaksinya mereda, celupkan gelas
pialanya ke dalam air yang mendidih dalam penangas air selama 5 menit
dalam keadaan tercelup. Tanah yang sudah bersih dari bahan menjadi muda
dan butir-butir pasir sudah kelihatan bersih permukaannya. Untuk
memastikan, setelah larutan agak dingin diberi beberapa ml H2O2 30%. Kalau
tidak timbul reaksi lagi, tidak lagi terjadi gelembung-gelembung percikan, ini
berarti bahan organik betul-betul telah habis. Jika reaksi masih timbul, maka
langkah yang terakhir tadi dapat diulang secukupnya.
d. Butir-butir tanah yang menempel di gelas arloji dan dinding gelas piala dibilas
masuk dengan air sampai bersih.
Suspensi lalu di encerkan sampai kira-kira 150 ml dengan air suling, ditutup
kembali, dan di didihkan di atas api spiritus hati-hati selama 5 menit. Dijaga
sampai membuih atau memercik, dan tumpah. Setelah itu dibiarkan
mendingin.
e. Setelah dingin gelas arloji penutup dan dinding gelas piala dibilas dengan air
sampai bersih.
21
Untuk membersihkan dinding, sambil membilas digosok-gosok dengan batang
kaca ujung karet. Tambahkan 25 ml HCl 2 N untuk menghilangkan kapur,
garam-garam lain dan kation-kation basa beradsorbsi. Kalau tanah
mengandung kapur lebih dari 2% maka untuk setiap persennya ditambah lagi
2,5 ml HCl 2 N. Encerkan suspensi sampai volume kira-kira 250 ml dengan
air dan tanah digosok-gosok dengan batang kaca berujung karet sebaik-
baiknya. Reaksi antara tanah dengan asam dibiarkan berlangsung selama 1
jam dengan beberapa kali digosok-gosok dengan batang kaca. Selama
pekerjaan ini batang kaca tetap diletakan di dalam gelas piala, dan jangan di
letakkan dimana-mana karena ujungnya ada tanah yang menempel. Setelah
waktu ini di lampaui, larutan di atas endapan tanah diperiksa keasamannya
dengan secarik kertas lakmus biru. Kertas lakmus biru harus berubah
warnanya menjadi merah, yang menandakan bahwa telah ada kelebihan asam
dan kapurnya pasti telah hilang semuanya. Kalau kertas lakmus tidak berubah
warnanya, berarti asamnya berkurang dan perlu ditambah lagi kira-kira 10 ml.
Tanahnya di aduk-aduk lagi dan biarkan selama 1 jam. Periksa lagi apakah
sekarang sudah ada kelebihan asam.
f. Pasang corong gelas 10 cm diatas tambung erlenmeyer 750 ml, lapisi dengan
kertas saring sedemikian rupa sehingga pinggiran kertas saring terletak 5 mm
dibawah bibir corong, kertas saring dibasahi supaya melekat betul tanpa ada
gelembung-gelembung udara diantaranya. Saringlang suspensi tanah sampai
semua tanah terpindahkan secara kuantitatif diatas kertas saring. Dibantu
dengan biasan air dan batang kaca, sampai dibilas bersih ujung kaca yang
bertanah tadi.
Ingat :setiap kali menuang jangan sampai permukaan cairan dalam
corong kurang dari 5 mm jaraknya dari tepi kertas saring dan sebagian
besar tanah jatuh ditengah corong.
g. Tanah diatas kertas saring dicuci 4 kali dengan HCl 0,2 N. Setiap kali
pencucian menggunakan 50 ml.
Sebelum pencucian berikutnya dikerjakan, biarkan cairan pencuci diteruskan
dengan air suling sampai filtrat yang menetes dari corong bersifat netral, diuji
dengan kertas lakmus biru. Air pencuci diberikan dengan pancaran sambil
membersihkan butir-butir tanah dibagikan atas kertas saring dan mengaduk
endapan tanah dengan pancaran airnya.
22
Pada setiap kalinya jangan menggunakan air terlalu banyak, biarkan airnya
mendrainase sempurna terlebih dahulu sebelum ditambahkan air lagi.
Biasanya pencucian cukup setelah 6 kali.
Pendipersian :
h. Setelah selesai pencucian dan air terakhir telah menetes dari corong, kertas
saring dengan tanahnya sementara masih basah diangkat hati-hati dengan
corong jangan sampai sobek dan paparkan diatas gelas arloji 10 cm yang
bersih.
Dengan memegang tepi gelas arloji dan kertas saring, jangan sampai
menjamah tanahnya, tanah dipindahkan secara kuantitatif ke dalam labu
erlenmeyer 500 ml dengan menggunakan corong yang dipakai menyaring tadi.
Untuk ini diperlukan pancaran air secukupnya, jangan berlebihan.
Tanah yang masih menempel di dinding-dakhil (bagian dalam) corong juga
dimasukan ke dalam tabung erlenmeyer dengan pancaran air dan kuas.
Kemudian kuas dibersihkan dari butir-butir tanah yang menempel padanya
dengan cara sebagai berikut :
Tuangkan air sedikit diatas gelas arloji 9 cm yang bersih dan kuas dicelupkan
dan digosokkan, air cucian ini lalu dituangkan ke dalam labu erlenmeyer.
Pekerjaan ini diulangi 2-3 kali sampai kuas bersih betul dan akhirnya gelas
arrloji dan corongnya dibilas juga dengan air. Pada saat pemindahan tanah ini
selesai volume suspensi dalam labu erlenmeyer tidak boleh lebih dari 250 ml.
i. Tambahkan 100 ml larutan NaOH 1 N mungkin dengan menggunkan tabung
ukur yang telah dicuci bersih dari sisa-sisa H2O2 dan HCl. Sumbatlah labu
erlenmeyer dengan sumbat karet atau selembar plastik serapat-rapatnya,
letakkan tegak dan kuat pada alat pengocok, dan kocoklah dengan kuat selama
15 menit untuk mendapatkan hasil pendispersian yang baik.
j. Suspensi dimasukkan kedalam tabung sedimentasi dan tambahkan air sampai
tanda 1000 ml, siapkan alat pipet yang bersih dengan menghisap dan
memancarkan air bersih beberapa kali, dan alat diatur supaya kecepatan
penghisapannya 25 ml per 10-15 detik. Volume pipet 25 ml. Ambil gelas
piala, isi dengan air dan celupkan thermometer ke dalamnya dan letakkan di
samping alat pemimpet.
k. Pemimpet I : (lempung + debu) total
23
Tabung sedimentasi disumbar rapat dengan sumbat karet atau selembar
plastik, dapat dibantu dengan telapak tangan dan dibalik-balik teratur kira-kira
15 kali dengan kecepatan 1 kali balik tiap 2 detik supaya suspensi menjadi
homogen. Jadi lamanya pemutar balikan kira-kira 30 detik.
Pada waktu tabung sedimentasi dibalik dengan harus dilihat jangan sampai
masih ada tanah yang melekat di dasarnya.
Kemudian diletakkan pelan-pelan dibawah pipet sedemikian rupa sehingga
kalau nantinya pipet dicelupkan dapat terletak di tengah-tengahnya. Segera
setelah tabung diletakkan waktu pengendapan mulai dihitung dengan
menggunakan stop-watch. Temperatur air dalam gelas piala diamati, dianggap
sebagai temperatur suspensi dan dari daftar yang tersedia dapat dilihat bebrapa
lama harus menunggu sebelum pemipetan dapat dilalkukan pada temoeratur
tersebut. Pemimpetan I dilakukan pada kedalaman 20 cm dari permukaan
suspensi. Beberapa detik sebelumnya, pipet diturun kedalam suspensi dengan
hati-hati jangan sampai merusak atau mengaduk suspensi sehingga ujungnya
terletak kedalam 20 cm dari permukaan suspensi. Setelah tiba saatnya
pemipetn dilakukan dengan kecepatan mengisi 25 ml/10-15 detik. Kemudian
pipet ditarik keluar dan isinya dikosongkan dan berapa beratnya, dalam
keadaan kosong dan bersih (misal b gram).
Cawan dan sisinya dimasukkan kedalam dapur pengering untuk diluapkan dan
dikeringkan dalam temperatur 1050-1000C. Lamanya pengeringann paling
sedikit 4 jam setelah ini cawan dimasukan kedalam eksikator dan setelah
dingin ditimbang (misal c gram)
l. Pemimpetan II (lempung) total
Suspensi dalam tabung sedimentasi dihomogenkan lagi seperti dalam langkah
ke-11. Selanjutnya juga dikerjakan seperti lengkah ke-11, akan tetapi
pemipetan disini dilakukan pada kedalaman 5 cm.
Disini pengamatan temperatur untuk menentukan lamanya beberapa kali untuk
diambil rata-ratanya. Jadi berbeda dengan pemipetan I yang hanya diadakan 1
kali saja. Hal ini tejadi karena waktu menunggunya lebih lama, lebih dari 3
jam sehingga besar kemungkinan temperaturnya selama itu akan berubah-
ubah.
Pengamatan temperatur dilakukan sebagai berikut : segera setelah tabung
diletakkan, sehabis dihomogenkan suspensinya, mulai dilakukan perhitungan
24
waktu menunggu. Kemudian setelah lewat 1 jam, lewat 2 jam, dan setelah
beberapa lama waktu menunggunya, sedangkan diperoleh rata-rata keempat
pengamatan akan diperoleh angka koreksinya untuk mendapatkan waktu
menunggu yang difinitif. Setelah cawan penguap kosong dan bersih ditimbang
(misal d gram), hasil pemimpetan II ditampung kedalamnya. Kemudian
diuapkan dan dikeringkan dalam oven dan ditimbang seperti langkah ke-11.
3.6.3. Agihan (debu + lempung) aktual
3.6.3.1. Alat dan Bahan
a. Sama dengan yang dipergunakan dalam analisa granuler cara pipet
b. tanah kering yang digunakan dalam analisa granuler cara pipet
3.6.3.2. Cara kerja :
a. Seperti langkah ke-1 dalam acara granuler ( misal berta contoh tanah halus
a gram)
b. Miringkan gelas pialanya hingga contoh tanah menyebar sepanjang kira-
kira 4-5 cm pada dindingnya. Tambahkan air sedikit demi sedikit dengan
dialirkan lewat dinding gelas piala hingga tanah menjadi basah karena
kapilaritas dan bukan karena dituangi air.
c. Setelah tanah menjadi basah betul, tambahkan air sampai volume suspensi
mencapai kira-kira 250 ml. Juga disini penahanan air jangan dikenakan
langsung pada tanahnya.
Biarkan tanah mengurangi dengan sendirinya dalam air selama paling
sedikit 15 menit.
d. Tuangkan suspensi tanh secara kuantitatif kedalam tabung sedimentasi
dengan pertolongan pancaran air, membilasnya jangan langsung kena
tanahnya.
Tambahkan air sampai volume 1000 ml.
e. Seperti langkah ke-11dalam analisa granuler.
3.7. STRUKTUR TANAH
3.7.1. Kerapatan Butir (BJ) Tanah
3.7.1.1. Alat dan Bahan :
a. Piknometer
b. Kawat pengaduk halus
c. Thermometer teliti sampai 0,10C
25
d. Botol pemancar air
e. Corong gelas keciltol timbang untuk ditetapkan kadar
f. Timbangan analitis sampai teliti 0,0002 gram
g. Dapur pengering (oven)kan ditetapkan kadar lengasnya
h. Potongan kertas atau serbet. Volome botol timbang
i. tanah halus 2,0 mm kering-udara
3.7.1.2. Cara Kerja :
a. Timbang piknometer kosong, bersih dan bersumbat (misal a gram)
b. Isilah piknometer dengan air suling hingga penuh dengan menggunakan
pemancar air sampai batas garis tanda pada pipa kapiler dalam sumbatnya.
Kalau tidak ada garis batas/tanda, maka sampai ujung atas pipa
kapilernya.
Caranya : isilah piknometer sampai di atas leher, lalu sumbat dipasang.
Pemasangan sumbat harus teliti agar tidak terdapat gelembung udara yang
tertinggal dalam piknometer. Air akan naik ke dalam pipa kapiler, dan
menghisap kelebihan air. Bersihkan dengam kertas tetes-tetes air yang
mungkin masih menempel di bagian luar piknometer.
c. Timbang piknometer penuh air (misal b gram). Kemudian ukur temperatu
air dalam piknometer dengan pembulatak kurang dari 0,50C dibulatkan ke
bawah (misal t10C). Lihat dalam daftar yang tersedia di labolatorium
berupa BJ piknometer itu (misalnya BJ1)
d. Air dalam piknometer dibuang, bersihkan semua tetes-tetes air yang
mungkin ada di bagian luarnya dengan lap dan keringkan baguab
dakhilnya dengan cara sebagai berikut :
Tuangkan ke dalam sedikit alkohok, goyangkan piknometer sampai semua
tetes larut, lalu dibuang, sisa alkohol dibuang dengan eter dengan cara
seperti tadi, setelah dibuang biarkan sisa eter menguap. Periksa dengan
dibuai.
e. Isilah piknometer dengan contoh tanah seberat 5 gram. Dasar piknometer
tertutup selapis tanah setelah kira-kira 0,75 cm bila memakai piknometer
25 ml. Pasang sumbatnya dan timbang piknometer berisi tanah ini (misal c
gram)
f. Piknometer diisi dengan air suling sampai kira-kira separuh penuh, tanah
diaduk-aduk kuat dengan pengaduk halus untuk menghilangkan udara
26
yang tersekap dalam tanah. Pengeluaran gelembung-gelembung udara
dapat dibantu dengan cara mengguncang-guncangkan piknometer. Setelah
ini, piknometer sisinya dibiarkan semalam dengan sumbat terpasang
sehingga tidak kemasukan kotoran atau debu. Peringatan : sebelum kawat
pengaduk dicabut dari dalam piknometer perlu dibilas dengan sedikit air
untuk menghilangkan butiran-butiran tanah yang menempel padanya,
supaya tidak ada tanah yang terikut kawat pengaduk.
g. Keesokan harinya penghilangan gelembung-gelembung udara yang
munngkin masih tertinggal diulangi lagi, kemudian dibiarkan sebentar
untuk mengendapkan sebagian besar tanahnya, lalu air suling dengan hati-
hati sampai penuh. Caranya seperti pada langakah ke-2. Penaqmbahan air
ini diusahakan agar tanah tidak ikut teraduk untuk menjaga agar tidak ada
butir-butir tanah yang hilang berikut kelebihan air yang harus dihilangkan.
h. Timbang piknometer berisi tanah dan air penuh ini (misal d gram). Setelah
itu ukur temperatur dalam piknometer (misal t20C). Dari daftar dapat
diketahui beberapa BJ pada temperatur ini (misal BJ2)
3.7.2. Kerapatan Massa (BV) Tanah
3.7.2.1. Alat dan Perlengkapan
a. Cawan pemanas lilin
b. Lampu spritus
c. Penumpu kaki tiga
d. Tabung ukur
e. Pipet ukur 10 ml ketelitian 0,1 ml
f. Timbangan analitis teliti sampai 0,0002 gram
g. Thermometer teliti sampai 0,10C
h. Kuas
i. 2 botol timbangan kuningan
j. Dapur pengering
k. Eksikator
l. 2 utas tali/ benang halus
m. Lilin
n. tanah asli
3.7.2.2. Cara kerja
27
a. Timbang sebongkah tanah ( a gram)
b. Cairkan lilin sampai suhu 600C dan celupkan bongkah tanah tersebut yang
sebelumnya telah diberi tali.
c. Setelah lilin mengeras kemudian ditimbang ( b gram)
d. Isi tabung ukur sampai volum p ml dan bongkah tanah di celupkan.
Sekarang menggunakan pipet ukur air ditambahkan sampai permukaanya
tepat tanda garis tertentu q ml. Catat berapa ml air yang telah ditambahkan
dari pipet r ml.
e. Ambil bongkah tanah lain yang sejenis dan teteapkan kadar lengasnya
pada acara kadar lengas tanah untuk mendapatkan berat tanah kering
mutlak.
Porositas Tanah (n) Tanah
Yang disebut porositas. Total tanah adalah persentase volume pori-pori
total tanah yang ada dalam tanah terhadap volume total bongkah tanah.
Nilai Perbandingan Dispersi (NPD) tanah
Yang disebut dengan perbandingan tanah adalah hasil bagi antara ( debu +
lempung) aktual dengan ( debu+ lempung) aktual, dinyatakan dalam
persen.
3.8. KONSISTENSI DENGAN ANGKA ATTERBERG
3.8.1. Batas Cair (BC) Tanah
3.8.1.1. Alat dan Bahan :
a. Alat Casagrande
b. Cawan penguap 12 cm
c. Colet
d. Botol pemancar air
e. 4 buah botol timbang kuningan
f. Timbangan analitis teliti 0,0002 gram
g. Dapur pengering (oven)
h. Eksikator
i. Kertas grafik semi-log
j. tanah kering-udara 0,5 mm
3.8.1.2. Cara Kerja :
28
a. Menyiapkan alat casagrande, dengan 2 buah skrup pengatur dan bagian
ekor colet diatur serupa tinggi cawan kira-kira 1 cm
b. Ambil sejumlah tanah secukupnya, kira-kira 100 gram dengan cawan
penguap. Dengan menggunakan colet tanah dicampur dengan air yang
ditambah sedikit demi sedikit dengan botol pemancar air sehingga diperoleh
suatu pasta yang homogen.
c. Letakkan sebagian pasta tanah di atas cawan alat casagrande dan
permukaannya diratakan dengan colet sampai tebal pasta kira-kira 1 cm.
Kemudian dengan coet pasta tanah dibelah sepanjang diameter cawan.
Waktu membelah pasta colet dipegang sedemikian rupa hingga pada setiap
kedudukannya tegak lurus pada permukaan cawan. Didasar alur
pembelahan harus terlihat permukaan cawan yang bersih dari tanah, selebar
ujung colet (2 mm)
d. Alat casagrande pada pemutarannya sedemikian cepatnya hingga cawan
terketuk-ketuk 2 kali setiap detik. Banyak ketukan untuk menutup kembali
sebagian alur sepanjang kira-kira 1 cm dihitung.kemudian diulng lagi
langkah ke-3, cawan diketuk-ketukan lagi dan banyaknya ketukan untuk
menutup kembali dihitung seperti tadi. Pekerjaan ini diulang-ulang sampai
setiap kali diperoleh banyaknya ketukan yang tepat.
Peringatan : alur harus tetap menutup karena lairan kental dan bukan
karena berarti bahwa tanahnya terlalu kering dan atau karena permukaan
cawan licin karena salah satu sebab (berlemak atau berlapis debu kering).
Kalau ada peluang langkah ke-2, langkah ke-3, dan langkah ke-4 banyak
ketukan berselisih 2-3, berarti bahwa pembuatan pasta tanah kurang
homogen.
Setelah diperoleh banyak ketukan yang tepat antara 10 sampai 40, ambil
sejumlah pasta tanah di sekitar bagian alur yang menutup sebanyak kira-
kira 10 gram dan tetapkan kadar lengasnya se[erti dalam acara kadar lengas.
Peringatan : kalau diperoleh banyak ketukan dari 10, berarti pasta tanahnya
terlalu basah kalau lebih dari 40 ketukan, pastanya terlalu kering. Dalam
kejadian yang pertama, kebasahan dapat dikurangi dengan jalan menambah
tanah kering sedikit dan dalam kejadian yang kedua pasta tanahnya
ditambah air.
29
e. Kerjakan lagi langkah-langah yang ke-3 sampai ke-5 hingga keseluruhan
diperoleh 4 kali pengamatan dengan banyaknya ketukan yang berbeda-beda
yaitu 2 buah pengamatan berukuran dibawah 25 dan 2 buah lainnya di atas
25.
Catatan : untuk dapat memperoleh 4 buah pengamatan itu ada 2 cara yaitu:
1. Pengamatan dimulai dari keadaan pasta yang lebih kering (ketukan
lebih banyak) menjadi keadaan yang lebih basah (ketukan lebih
sedikit) dengan jalan menambah air pada pasta tanah setelah selesai
pengamatan.
2. Berlawanan dengan cara a. yaitu dimulai dari keadaan yang lebih
basah menjadi keadaan lebih kering dengan jalan membiarkan pasta
tanah agak mengering setiap kali pengamatan.
Jalan 1 sebaiknya dipakai utuk tanah-tanah berat karena tanah
seperti ini akan makan waktu lama untuk mengurangi kelembabannya.
Untuk tanah kedua cara tersebut di atas dapat dipakai.
3.8.2. Batas Lekat (BL) Tanah
3.8.2.1. Alat dan perlengkapan :
a. Colet yang menkilap, bersih dari nikel
b. 2 buah botol kuningan
c. Botol pemancar air
d. Timbangan analitis teliti sampai 0,0002 gram
e. Dapur pengering (oven)
f. Eksikator
g. Pasta tanah sisa acara BC tanah
3.8.2.2. Cara kerja :
a. Ambil sisa pasta acara BC, gumpalan dalam tangan dan tusukkan colet
kedalamnya sedalam 2,5 cm dengan kecepatan cm/detik. Dapat juga
dijalankan dengan menggumpal-gumpalkan tanah dengan ujung colet
sepanjang 2,5 cm ada di dalamnya dan kemudian colet sepanjang 2,5 cm
ada di dalamnya dan kemudia colet ditarik secepat 0,5 detik.
b. Periksa permukaan colet : a. bersih, tidak ada tanah, bearti lebih kering dari
BL; b. tanah ataususpensi tanah melekat, bearti pasta tanah lebih basah dari
BL.
30
c. Tergantung dari hasil pemeriksaan dalam langkah ke-2 pasta tanh di basahi
atau dikurangi kelembabannya, dan langkah ke-1 diulang-ulang lagi sampai
dicapai keadaan permukaan colet di sebelah ujungnya melekat suspensi
tanah seperti dempul sepanjang kira-kira sepertiga kali dalamnya
penusukan ( kira-kira 0,8 cm ).
d. Ambil tanah sekitar tempat penusukan sebanyak kira-kira 10 gram dan
tetapkan kadar lengasnya seperti pada acara kadar lengas.
e. Kejakan lagi langkah-langkah dari 1 sampai 4, sebagai duplo. Hasil duplo
dengan yang pertama tidak boleh berselisih lebih dari 1%. Kalau lebih
harus diulangi lagi sampai diperoleh 2 pengamatan yang selisihnya tidak
lebih dari 1 %.
3.8.3. Batas Gulung (BG)Tanah
3.8.3.1. Alat dan Perlengkapan :
a. Lempeng kaca seluas telapak tangan
b. 3 buah botol timbangan kuningan
c. Botol pemancar air
d. Dapur pengering (oven )
e. Timbangan analitis teliti sampai 0,0002 gram
f. Eksikator
g. Pasta tanah sisa acara BC atau BL
3.8.3.2. Cara Kerja
a. Ambil pasta tanah kira-kira 15 gram dan buat bentuk sosis diletakkan diatas
lempeng kaca dan dengan telapak tangan yang digerakkan maju mundur,
sosis tanah digolek-golekkan sampai berbentu tambang.
Jarak penggolekkan ialah ujung jari sampai pengkelannya, dan kembali lagi
ke ujung jari. Pada waktu menggolek jari-jari melakukan gerakan
memanjang.
Catatan : kalau digunakan jumlah pasta tanah yang terlalu sedikit atau
penggolekkan hanya dilakukan dengan ujung jari dapat diperoleh hasil yang
berbeda dengan cara umum tersebut diatas.
Waktu penggolekkan jangan disertai penekanan
b. Periksa tambang tanah yang berbentuk:
31
1. Tidak menunjukkan keretakan sewaktu mencapai tebal 3 mm
atau kurang
Pada kejadian a, pasta tanah lebih basah dari BOT. Sedangkan
pada......
2. Ia lebih kering
c. Ulangi langkah ke-2 dengan terlebih dahulu menambah atau mengurangi
kelembaban pasta tanah , tergantung keadaan atau hasil langkah ke-2,
sampai dicapai keadaan tambang tanah itu akan mulai retak-retak/putus
pada waktu mencapai tebal 3 mm.
d. Ambil tambang tanah yang retak-retak/putus itu dan tetapkan kadar
lengasnya seperti pada acara kadar lengas.
e. Kerjakan 2 kali lagi langkah ke-1 sampai langkah ke-4 sebagai duplo dan
triplo.
3.8.4. Batas Berubah Warna (BBW) Tanah
3.8.4.1. Alat dan Bahan :
a. Papan kayu dengan salah satu sisi lebarnya rata dan halus berukuran 10 x
15 cm.
b. Colet nikel
c. Botol timbang kuningan
d. Dapur pengering (oven)
e. Timbangan analitis teliti sampai 0,0002 gram
f. Eksikator
g. Sisa pasta tanah acara BC atau BL
3.8.4.2. Cara Kerja :
a. Dengan colet pasta tanah diratakan, tipis dan selicin-licinnya di atas
permukaan kayu yang rata dan halus, bentuknya dibuat jorong, dan pelan-
pelan tipis dari bagian tepi dan bagian tengahnya tebal kira-kira 3 mm.
b. Diamkan dalam tempat yang teduh dan jauh dari sumber panas. Lengas
dalam pasta pelan-pelan akan menguap dan tentu saja penguapan lebih
cepat di bagian yang lebih tipis (bagian tepi). Pada waktu lengas menguap
pori-pori yang ditinggalkan oleh lengas akan diisi oleh udara, maka warna
tanah akan memuda. Pemudaan ini akan berjalan mulai dari tepi dan pelan-
pelan menjalar ke tengah.
32
c. Setelah jalur muda mencapai lebar kira-kira 0,5 cm, maka jalur muda ini
diambil dengan colet bersama-sama dengan jalur dismpingnya yang masih
gelap juga kira-kira 0,5 cm dan dimasukkan ke botol timbang untuk
ditetapkan kadar lengasnya.
Catatan : tanah yang akan ditetapkan kadar lengasnya berjumlah kira-kira
separuh volume botol timbang dan diambilkan kira-kira sema banyak dari 2
tempat disekeliling bentuk jorong untuk mendapat hasil rata-rata yang lebih
baik. Untuk pedoman warna muda disalah satu sudut kayu diletakkan
selapis tipis contoh tanah kering-udara yang digunakan dalam acara ini
sebagau pembanding.
3.9. PENETAPAN PH TANAH
3.9.1. Alat dan Bahan :
a. Beaker glass 50 ml
b. Pengaduk kaca
c. Alat pH meter dengan elektroda lengkap
d. Thermometer teliti 0,10C
e. Gelas ukur
f. Botol pemancar air
g. KCl 1 N
h. tanah asli gumpalan
3.9.2. Cara Kerja :
a. Ambil dan timbang contoh tanah asli gumpalan, kira-kira 10 gram.
Masukkan ke dalam beaker glass 50 ml dan tambahkan air suling sebanyak
25 ml, lalu diaduk-aduk untuk melarutkan tanah selama jangka waktu 30
menit dengan batang kaca pengaduk
b. Biarkan larutan tanah itu mengendap selama 30 menit
c. Setelah larutan mengendap, ukur pHnya dengan cara sebagai berikut :
Siapkan alat pH meter dengan menyambungkan elektrode pada meternya
Siapkan elektrode pada larutan penyangga pH 7 dan tekan tombol pada
tanda “ON”, sesuaikan keadaan tombol “TEMP” pada angka temeratur
larutan penyangga pH 7 dan aturlah tombol “CALIB” hingga terbaca
angka 7,00 pada layar pH meter
33
Cuci elektrode dengan pancaran air suling di bagian ujungnya sampai
bersih
Celupkan elektrode pada larutan penyangga pH 4 dan tombol “TEMP”
agar sesuai dendan temperatur larutan penyangga pH 4, kemudian
aturlah tombol “SLOPE” hingga terbaca angka 4,00 pada layar pH meter
Cucilah lagi elektrode dengan air suling hingga bersih dengan pancaran
air
Dengan mengikuti langkah dari a sampai e, maka dengan begitu pH
meter telah terkalibrasi dan siap digunakan untuk mengukur pH meter
yang diteliti
Laksanakan langkah-langkah ke-1 sampai ke-2 dengan menggunakan larutan
KCl 1N sebanyak 25 ml untuk menentukan pH tanah yang sama dengan
tanah di atas tadi
34
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. PENGAMBILAN CONTOH TANAH
4.1.1. Hasil
Pengambilan contoh tanah ini dilakukan dengan ring sample, hasil
pengambilannya :
Dengan menekan pipa ke dalam tanah hingga penuh tanpa terjadi
kontraksi.
Kemudian ambil ¾ plastik tanah yang ada pada sekeliling pipa tersebut.
4.1.2. Pembahasan
Hasil dari pengambilan contoh ini kemudian di simpan dan di lakukan
beberapa perlakuan kemudian digunakan untuk praktikum-praktikum tanah
selanjutnya, seperti : kadar lengas, tekstur, struktur, penetapan ph, konsistensi
angka atterbeg, dsb.
4.2. MORPHOLOGI TANAH
4.2.1. Hasil
Keterangan :
O : horison yang terdiri dari bahan serasah
atau sisa-sisa tanaman (Oi) dan bahan
organik tanah (BOT) hasil dekomposisi
serasah (Oa).
A : horison mineral berbahan organik tanah
(BOT) tinggi sehingga berwarna agak
gelap.
B : horison illuviasi yaitu horison akumulasi
bahan eluvial dari horison diatasnya.
35
Test kadar organik & kapur pada tanah kapur.
Lapisan tanah H2O2 (30%) HCl (0,1)
Top soil - Ada
Sub soil Ada
(sedikit)
Ada
Lempengan - Ada
4.2.2. Pembahasan
Dari hasil praktikum morphologi tanah dapat diketahui dengan contoh
kedalaman tanah 400m terdapat 3 lapisan tanah. Lapisan pertama yaitu lapisan
top soil dengan warna tanah kehitam-hitaman karena mengandung banyak
humus sedalam 70m. Lapisan tanah kedua yaitu sub soil dengan warna tanah
lebih terang di banding top soil sedalam 127m dan lapisan tanah yang ketiga
yaitu tanah yang berbentuk lempengan dengan warna keputih-putihan dan ada
sedikit bercak-bercak kemerahan yang di duga itu adalah reaksi dari unsur Fe.
Untuk mengetes kadar organik dan kadar kapur pada tanah digunakan
H2O2 untuk menunjukkan adanya kadar organik pada tanah tersebut dan HCl
untuk menunjukkan adanya kadar kapur pada tanah tersebut. Ada atau
tidaknya kadar organik maupun kadar kapur ditunjukkan adanya buih pada
tanah yang ditetesi larutan tersebut.
4.3. KADAR LENGAS TANAH
4.3.1. Hasil
Prosedur
Pengamatan
Ulangan 1 Ulangan 2 KL
Kadar Lengas Gumpalan :
a. Berat botol timbang kosong
b. Berat botol + tanah
c. Berat b kering konstan
17,770
28.821
27,995
18,101
29,461
28,535
36
Kadar Lengas 8,078 8,874 8,476 %
Kadar Lengas diameter 2 mm :
a. Berat botol timbang kosong
b. Berat botol + tanah
c. Berat b kering konstan
Kadar Lengas
18,179
31,613
30,564
8,469
18,072
32,848
31,643
8,879 8,674 %
Kadar Lengas diameter 0,5 mm :
a. Berat botol timbang kosong
b. Berat botol + tanah
c. Berat b kering konstan
Kadar Lengas
16,015
30,202
29,045
8,879
15,656
29,721
28,574
8,879 8,879 %
4.3.2. Perhitungan
Kadar lengas tanah=b−cc−a
x100 %
a. Gumpalan Tanah
Ulangan 1=28,821−27,99527,995−17,770
x100 %=8.078 %
Ulangan 2=29,461−28,53528,535−18,101
x100 %=8,874 %
Rata−rata kadar lengas tanah gumpalan=8,078 %+8,874 %2
= 8,476 %
b. Tanah Ukuran 2 mm
Ulangan 1=31,613−30,56430,564−18,179
x100 %=8,469 %
Ulangan 2=32,848−31,64331,643−18,072
x100 %=8,879 %
Rata−rata kadar lengas tanah2 mm=8,469 %+8,879 %2
= 8,674 %
37
c. Tanah Ukuran 0,5 mm
Ulangan 1=30,202−29,04529,045−16,015
x100 %=8,879 %
Ulangan 2=29,721−28,57428,574−15,656
x 100 %=8,879 %
Rata−rata kadar lengas tanah 0,5 mm=8,879 %+8,879 %2
= 8,879 %
4.3.3. Pembahasan
Kadar lengas tanah adalah kandungan uap air yang terdapat dalam
pori-pori tanah. Dalam percobaan ini tanah yang digunakan adalah tanah
Latosol yang masing-masing berdiameter 2,0 mm; 0,5 mm; dan gumpalan.
Dari hasil perhitungan didapat kadar lengas tanah Latosol yang
berdiameter 2,00 mm adalah 8,674%, diameter 0,5 mm adalah 8,879%, dan
gumpalan 8,476%.
Tanah dipanaskan pada suhu 1050 - 1100 C sehingga bobot sebelum
dan sesudah akan berubah. Hal ini disebabkan pada suhu 1050 - 1100 C terjadi
reaksi endotermik yang menyebabkan hilangnya molekul air yang disebut
dehiroksilasi. Kehilangan air dan gugus hiroksil menyebabkan hilangnya
bobot mineral.
Dalam percobaan kadar lengas ini menggunakan metode gravimetris,
karena metode ini dipraktekkan. Selain itu biayanya juga murah dan waktunya
yang digunakan relatif cepat, sebab gravimetris mempunyai prinsip kerja yang
sederhana, yaitu pengukuran selisih berat lengas antara sebelum dan sesudah
dikeringkan. Berat tanah sebelum dikeringkan akan lebih besar daripada
sesudah dikeringkan.
4.4. KADAR BAHAN ORGANIK
4.4.1. Hasil
38
Berat tanah V K2Cr2O7 V H2SO V blanko V sampel Kdr C Kdr BO
1000 mg 10 ml 10 ml 11,6 ml 9,5 ml 0,93 ml 1,6 ml
4.4.2. Perhitungan
(C )= (b−a ) N FeSo 4 x3
a100
100+ KLX berat tanah
x10 x10077
x 100%
(C )= (11,6−9,5 ) 1N x 3
9,5100
100+8,879X 1000 mg
x10 x10077
x100 %
(C )= 2,1 x 1 x 3950
108,879X 1000 mg
x10 x10077
x 100 %
(C )= 6,38,725
x 10 x10077
x100 %
(C )=0,722 x10 x10077
x 100 %
(C )=0,93 %
Kadar BahanOrganik=(C) 10058
%
Kadar BahanOrganik=(0,93 % ) 10058
%
= 1,60 %
4.4.3. Pembahasan
Bahan organik adalah penimbunan dari sisa-sisa tanaman dan binatang
yang sebagian telah mengalami pelapukandan pembentukan kembali.Bahan
organik berperan penting untuk menciptakan kesuburan tanah. Peranan bahan
organik bagi tanah adalah dalam kaitannya dengan perubahan sifat-sifat tanah,
yaitu sifat fisik, biologis, dan sifat kimia tanah.
Pada percobaan kali ini dilakukan pengukuran kadar bahan organik
dari tanah latosol. Untuk mengetahui kadar bahan organik tersebut dapat
dilakukan dengan tiga cara, yaitu metode cepat kuantitatif, metode
pembakaran, dan metode walkey and black.
Dari hasil pengamatan dapat diketahui bahwa tanah latosol mempunyai
kadar bahan organik 1,6% .
39
4.5. KADAR KAPUS EKUIVALEN/ SETARA
4.5.1. Hasil
Berat
Calcimeter (a)
Berat a +
tanah (b)
Berat b +
HCl (c)
Berat c stlh
dipanasi
Kdr Kapur
74,021 gr 79,021 gr 89,388 gr 89,230 gr 7,6 %
4.5.2. Perhitungan
a. Gas CO2
Gas C 02=c−d44
g mol
¿ 89,388−89,23044
gmol
¿ 0,15844
g mol
¿0,00359 g mol
JadiCa CO3=c−d44
gr mol x100 gr
¿ 89,388−89,23044
x100 gr
¿0,00359 x100 gr
¿0,359 gr
b. Berat contoh tanah
berat contohtanah= 100100+KL
(b−a)
¿ 100100+8,674
(79,021−74,021)
¿ 100108,674
x 5
¿4,6 gr
40
Kadar CaC 03=
(c−d)44
x100
100100+KL
(b−a)x100 %
¿
(89,388−89,230)44
x100
100100+8,674
(79,021−74,021)x100 %
¿ 0,354,6
x100 %
¿7,6 %
4.5.3. Pembahasan
Disebut kadar kapur ekuivalen/ setara tanah karena metode perhitungannya dengan menyetarakan berat CaCO3, dengan CO2 yang hilang. Secara kimia dapat ditulis sebagai berikut:
CaCO3 + 2 HCl --- CaCl2 + H2O + CO2
Dari analisis metode tersebut diperoleh kadar kapur sebesar 7,6% cukup rendah, sehingga tanah yang mengandung kapur yang rendah memiliki biasanya dikuti dengan rendahnya nilai pH tanah. Adapun penyebab tinggi rendahnya kadar kapur tanah adalah :1. Bahan induk2. Proses pelindian kation asam akibat tingkat curah hujan yang rendah.
Dalam praktikum penentuan kadar kapur ekuivalen ketika di tetesi HCl akan terjadi reaksi dengan ditandai keluarnya gelembung-gelembung. Dan ketika dipanaskan akan terjadi penguapan dan HCl naik.
4.6. TEKSTUR TANAH
4.6.1. Hasil
Prosedur Pengamatan
Analisa granuler cara pemipetan ke-1
Berat tanah (a) 15 gr
Suhu air 26o C
Waktu tunggu 78 detik
41
Kedalaman pemipetan 20 cm
Berat cawan penguap kosong (b) 40,455 gr
Berat a + hasil pemipetan stlh kering mutlak (c) 40,784 gr
Pemipetan ke-2
Suhu air 27o C
Waktu tunggu 200 menit
Kedalaman pemipetan 5 cm
Berat cawan kosong (d) 40,501 gr
Berat b2 + hasil pemipetan ke 2 kering mutlak konstan (e) 40,703 gr
Kadar Bahan Organik (x) 1,60 %
Kadar Kapur (y) 7,6 %
Kadar Lengas 8,674 %
Kadar Debu 28,856 %
Kadr Lempung 61,290 %
Kadar Pasir 12,853 %
Klasifikasi tanah menurut ∆ tekstur USDA
Penatapan penyabaran lempung aktual dan debu aktual
Berat tanah 15 gr
Suhu air 26o C
Waktu tunggu 78 detik
Berat cawan penguap 42,651 gr
Berat a + hasil pemipetan stlh kering mutlak konstan 42,701 gr
Kadar Lengas 8,674 %
Kadar Debu + lempung total 0,159 %
4.6.2. Perhitungan
4.6.2.1. Berat contoh tanah halus kering mutlak (bebas bahan organik dan
kapur)
¿ 100 x a100+KL
gram
¿ 100 x 15100+8,674
¿ 1500108,674
42
¿13,802 %
4.6.2.2. Kadar masing – masing fraksi
a. (debu)
¿ (c−b−e−d ) x 100025
x100
(100−x− y )a
100+KL
%
= (40,738−40,455−40,703−40,501 ) x100025
x100
(100-1,60-7,6 ) 15100+8,674
%
¿ (0,283−0,202 ) X 40 x100
(90,8)15
108,674
%
¿ (0,081 ) X 40 x100
(90,8 X 0,138)
¿3,24 x 7,9805 %
¿25,8568 % ( A)
b. (lempung)
¿ (e−d−0,01 ) x 100025
x100
(100−x− y ) x a100+KL
%
¿ (40,703−40,501−0,01 ) x 40 x100
(100−1,6−7,6 ) x15
100+8,674
%
¿ (0,202−0,01 ) X 40 X100
90,8 X 0,1380
¿ (0,192 ) X 40 X100
90,8 X 0,1380
¿7,68 X 7,9805
¿61,29024 %
43
¿61,2902
c. (pasir)
¿ (100−A−B )
¿(100−25,8568−61,2902)
¿12,853 %
4.6.2.3. Agihan (debu + lempung) aktual
a. Berat contoh tanah halus kering – mutlak
¿ 100 x a100+KL
gram
¿ 100 x 15100+8,674
gram
¿ 1500108,674
¿13,802 gram
b. Berat ( debu + lempung) aktual kering mutlak
¿ (c−b ) x 100025
gram
¿ (42,701−42,651 ) x1000
25gram
¿0,05 x 40 gram
¿2 gram
44
c. Kadar ( lempung + debu) aktual
¿ (c−b ) x 100025
x100+KL
a%
¿ (42,701−42,651 ) x 40 x100+8,674
15%
¿0 ,05 x 40 x108,674
15%
¿0 ,05 x 40 x 7,244 %
¿14,488 %
d. Kadar ( debu+ lempung) total
¿ (c−b ) x 100025
x100
(100−x− y )100 x a
100+KL
%
¿ (42,701−42,651 ) x1000
25x
100
(100−7,6−1,6 ) 100 x15100+8,674
%
¿0,05 x 40 x100
90,8 x1500
108,674
%
¿2 x100
90,8 x13,802%
¿8 x100
1.253,22
¿2 x0,079%
¿0,159 %
45
4.6.3. Pembahasan
Tekstur tanah adalah keadaan tanah yang menunjukan kasar halusnya
tanah. Ini dapat dideteksi dengan cara memirit tanah dengan jari tangan.
Pengelompokan tanah terdiri dari : pasir, debu, liat.
Pasir memiliki ciri terasa kasar jika dipegang, berbutir, tidak lengket,
tidak bias dibentuk bola atau gulungan, pengalirkan air (porous/permeable).
Kandungan pasir tanah latosol pada percobaan kami adalah 18,853%.
Debu / Endapan terasa tidak kasar, masih terasa berbutir, agak melekat,
dapat dibentuk bola atau tegak. Kandungam debu pada percobaan kami adalah
25,856%.
Liat terasa berat, halus, sangat lekat, dapat dibentuk bola dengan baik,
mudah digulung, jika dibentuk pita panjang mencapai 5 cm atau lebih, agak
sulit menyerapkan air (tidak porous /impermeable). Kandungn liat pada tanah
latosol pada percobaan kami adalah 61,290%.
4.7. STRUKTUR TANAH
4.7.1. Penetapan Berat Jenis (BJ)
4.7.1.1. Hasil
Berat
piknometer (a)
Berat a +
air (b)
Suhu air
(bj1)
Berat a +
tanah (c)
Berat c +
air (d)
Suhu
(bj2)
BJ
15,240 gr 37,584 gr 27o C
(0,9965)
20,240 gr 40,488 gr 30o C
(0,9957
)
2,25
4.7.1.2. Perhitungan
a. Berat Tanah Kering
Berat tanah kering=(c−a ) x100
100+KLGram
¿ (20,240−15,240 ) x 100100+8,674
Gram
¿ (5 ) x100
108,674Gram
46
= 4,6 gram
b. Volume total butir-butir tanah
Volume total butir tanah=b−abj1
−d−cbj2
cm3
¿ 37,584−15,2400,9965
−40,488−20,2400,9957
cm3
¿ 22,3440,9965
−20,2480,9957
cm3
¿22,422−20,355 cm3
= 2,087 cm3
c. Kerapatan Butir Tanah BJ
kerapatan butir tanah= berat tanahkering mutlakvolumetotal butir−butir tanah
¿100 (c−a ) . bj1.bj 2
(100+KL )¿¿
¿100 (20,240−15,240 ) x0,9965 x 0,9957
(100+8,674 ) ¿¿
¿ 100 x5 x0,9965 x 0,9957(108,674 )(22,204−20,177)
gr
cm3
¿ 496,107220,282
gr
cm3
¿2,25gr
cm3
4.7.1.3. Pembahasan
Bulk density merupakan petunjuk kepadatan tanah. Makin padat suatu
tanah makin tinggi bulk density, yanag berarti makin sulit meneruskan air
47
atau diteruskan akar tanaman. Pada umumnya bulk density berkisar dari
1,1 – 1.6 g/cc. beberapa jenis tanah mempunyai bulk density kurang dari
0,90 g/cc (misalnya tanah andisol), bahkan ada yang kurang dari 0,10 g/cc
(misalnya tanah gambut).
Bulk density penting untuk menghitung kebutuhan pupuk atau air untuk
tiap-tiap hektar tanah , yang didasarkan pada berat tanah per hektar. Besar
kecinya bulk density suatu tanah tergantungpada struktur tanahnya juga,
dan bahan yang menyusun tanah tersebut serta iklim yang membentuk
tanah itu.
4.7.2. Penetapan Kerapatan Massa (BV)
4.7.2.1. Hasil
Berat bongkah
tanah (a)
Berat a stlh
berlilin (b)
V air mula-
mula (p)
(q) (r) V air stlh
lilin
dicelupkan
BV n
4,460 gr 5,041 gr 70 ml 100 ml 25 ml 75 ml 0,900 60%
4,226 gr 4,801 gr 70 ml 100 ml 26 ml 74 ml 1,106 50.9%
5,123 gr 5,567 gr 70 ml 100 ml 26 ml 74 ml 1,284 43,2%
4.7.2.2. Perhitungan
a. Berat Bongkah Tanah Kering Mutlak
berat bongkah tanahkeringmutlak= 100100+KL
Xa gram
I= 100100+14,334
x4,460 gram=3,900 gram
II= 100100+14,334
x 4,226 gram=3,696 gram
III= 100100+14,334
x 5,123 gram=4,480 gram
48
b. Volume Bongkah Tanah
volumebongkah tanah=(q−r−p )−b−a0,87
ml
I=(100−25−70 )−5,041−4,4600,87
ml=5−0.667=4,333 ml
II=(100−26−70 )−4,801−4,2260,87
ml=4−0,660=3,340 ml
III=(100−26−70 )−5,567−5,1230,87
ml=4−0,510=3,490 ml
c. Kerapatan Massa ( BV) Tanah
kerapatan massa (bv ) tanah
¿ 87 x a100+KL¿¿
I= 87 x 4,460100+14,334¿¿
II= 87 x 4,226100+14,334¿¿
III= 87 x5,123100+14,334 ¿¿
Rata−rata BV=0,900+1,106+1,2843
=1,096gr
cm3
d. Porositas
porositas (n )=(1− BVBJ )X 100 %
I=(1−0,9002,250 )X 100 %=(1−0,4 ) x100 %=60 %
49
II=(1−1,1062,250 )X 100 %=(1−0,491 ) x 100 %=50,9 %
III=(1−1,2842,250 )X 100 %=(1−0,568 ) x100 %=43,2 %
Rata−rata n=60 %+50,9 %+43,2 %3
=51,3 %
e. Nilai Perbandingan Dispersi ( NPD)
NPD=(debu+lempung )aktual(debu+ lempung ) total
x100 %
NPD=14,488 %0,159 %
x 100 %
NPD=¿91,1%
4.7.2.3. Pembahasan
4.8. KONSISTENSI DENGAN ANGKA ATTERBERG
4.8.1. Batas Cair ( BC) Tanah
∑
ketukan
Berat botol
timbang (a)
Berat a + sampel
(b)
Berat b kering
mutlak konstan
Kadar
Lengas
BC
20 18,198 15,639 19,837 17,856 19,028 16,772 97,4 95,6 17,64
22 15,280 18,025 16,821 19,384 16,080 18,735 92,6 91,4 17,07
27 18,044 15,971 18,661 17,118 18,372 16,584 88,1 87,1 19,37
30 17,733 18,021 18,852 19,141 18,351 18,634 81,1 82,7 18,03
KL=b−cc−a
x100 %
50
1. 20 ketukan,
I=19,837−19,02819,028−18,198
x100 %=97,4 %
II=17,856−16,77216,772−15,639
x100%=96,5 %
Rata−rata=97,4 %+96,5 %2
=96,5 %
2. 22 ketukan,
I=16,821−16,08016,080−15,280
x100 %=92,6%
II=19,384−18,73518,735−18,025
x 100 %=91,4 %
Rata−rata=92,6 %+91,4 %2
=92 %
3. 27 ketukan,
I=18,661−18,37218,372−18,044
x100 %=88,1 %
II=17,118−16,58416,584−15,971
x100%=87,1%
Rata−rata=88,1 %+87,12
=87,6 %
4. 30 ketukan,
I=18,852−18,35118,351−17,733
x 100 %=81,1%
¿ 19,141−18,63418,634−18,021
x100 %=82,7 %
Rata−rata=81,1 %+82,7 %2
=81,9%
BT=KLN ( N25 )0,121
a. 20 ketukan,
¿96,5 % ( 2025 ) x0,121=9.341
51
b. 22 ketukan,
¿92 % ( 2225 ) x0,121=9,796
c. 27 ketukan,
¿87,6 % ( 2725 ) x 0,121=11,447
d. 30 ketukan,
¿81,9 % ( 3025 ) x0,121=11,891
Log BC = Log KL + 0,121( Log N – 0,16915)
a. 20 ketukan,
¿ log 96,5+0,121¿
¿1,98452+0,121¿
¿1,98452+0,13695
¿2,12147
¿132,27
b. 22 ketukan,
¿ log 92+0,121¿
¿1,96378+0,121¿
¿1,96378+0,14196
¿2,10574
¿127,56
c. 27 ketukan,
¿ log 87,6+0,121¿
¿1,94250+0,121¿
¿1,94250+0,15272
¿2,09522
¿124,51
d. 30 ketukan,
52
¿ log 81,9+0,121¿
¿1,91328+0,121¿
¿1,91328+0,15826
¿2,07154
¿117,90
Rata−rata X=132,27+127,56+124,51+117,904
=5125,56
Log banyaknya
ketukan (x)
Kadar lengas (y) Xy x2
1,30102
1,34242
1,43136
1,47712
96,5 %
92%
87,6%
81,9%
125,548
123,502
125,387
120,976
1,692
1,802
2,048
2,181
5,55192 358% 495,413 7,723
x=∑ (x )
N=
5,551924
=1,38798
y=∑ ( y)
N=
358%4
=89,5%
a= y−bx=89,5− (−86,014 ) x1,38798=89,5+119,385=208,885
b=N (∑ xy )−(∑ x )(∑ y )
N (∑ x2 )−(∑ x)2=
( 4 x 495,413 )−(5,55192x 358)( 4 x7,723 )−(5,55192)2 =
1.981,652−1.987,58730,892−30,823
=−5,9350,069
=−86,014
Maka memiliki persamaan regresi
y=a+bx
y=208,885+ (−86,014 ) x 1,30102=208,885−111,905=96,98
y=208,885+ (−86,014 ) x 1,34242=208,885−115,466=93,419
53
y=208,885+ (−86,014 ) x 1,43136=208,885−123,116=85,769
y=208,885+ (−86,014 ) x 1,47712=208,885−127,052=81,833
Rata−rata y=96,98+93,419+85,769+81,8334
=89,50
Batas Cair (BC) Tanah :
BC= x− y2
BC=132,27−96,982
=17,64 %
BC=127,56−93,4192
=17,07 %
BC=124,51−85,7692
=19,37 %
BC=117,90−81,8332
=18,03 %
BC rata−rata=17,64+17,07+19,37+18,034
=18,027 %
4.8.2. Batas Lekat ( BL) Tanah
Berat botol
timbang (a)
Berat a + sampel
(b)
Berat b kering
mutlak konstan (c)
Kadar
Lengas
17,717 22,062 20,373 63,59%
Kadar lengas
KL=b−cc−a
x100 %
54
KL=22,062−20,37320,373−17,717
x100 %=1,6892,656
x 100 %=63,59 %
4.8.3. Batas Gulung (BG) Tanah
Berat botol
timbang (a)
Berat a + sampel
(b)
Berat b kering
mutlak konstan (c)
Kadar
Lengas
21,645 24,149 23,300 51,29%
Kadar lengas
KL=b−cc−a
x100 %
KL=24,149−23,30023,300−21,645
x100 %=0,8491,655
x 100 %=51,29 %
4.8.4. Batas Perubahan Warna (BBW)Tanah
Berat botol
timbang (a)
Berat a + sampel
(b)
Berat b kering
mutlak konstan (c)
Kadar
Lengas
16,587 17,086 17,019 15,50%
Kadar lengas
KL=b−cc−a
x100 %
KL=17,086−17,01917,019−16,587
x100 %=0,0670,432
100 %=15,50 %
4.8.5. Jangka Olah (JO)Tanah
BL−BG=63,59 %−51,29 %=12,3 %
4.8.6. Indeks Plastisitas (IP)
55
BC−BG=71,79 %−51,29 %=20,5 %
4.8.7. Persediaan Air Maksimum (PAM) Dalam Tanah
BC−BBW=71,79 %−15,50 %=56,29 %
4.8.8. Pembahasan
Batas mengalir (batas cair) adalah jumlah air terbanyak yang
dapat ditahan tanah. Kalau air lebih banyak tanah bersama air akan
mengalir. Dalam hal ini tanah diaduk dulu dengan air sehingga tanah
bukan dalam keadaan alami. Hal ini berbeda dengan istilah kapasitas
lapang (field capacity) yang menunjukkan jumlah air terbanyak yang
dapat ditahan tanah dalam keadaan alami atau undisturbed. Dengan
kandungan air yang tinggi ini, tanah dapat melekat pada alat pengolah
tanah seperti bajak atau cangkul. Bila air berkurang maka melekatnya
tanah pada alat pengolah juga berkurang, sehingga bila kadar air terus
berkurang akhirnya tanah tidak dapat melekat lagi. Dari data dan
perhitungan Batas Cair yang kami lakukan mendapatkan hasil bahwa
tanah latosol mempunyai batas cair sebesar 18,027%.
Batas lekat atau batas melekat adalah kadar air dimana tanah
mulai tidak dapat melekat pada benda lain. Bila kadar air lebih rendah
dari batas melekat, maka tanah tidak dapat melekat, tetapi bila kadar
air lebih tinggi dari batas melekat, maka tanah akan mudah melekat
pada benda lain. Karena itu pada kadar air lebih tinggi dari batas
melekat tanah sukar diolah. Dari praktikum yang kami lakukan di
dapatkan batas lekat tanah latosol sebesar 63,59%.
Batas gulung atau batas menggolek adalah kadar air dimana
gulungan tanah mulai tidak dapat digolek-golekkan lagi. Kalau
digolek-golekkan tanah akan pcah-pecah ke segala jurusan. Pada kadar
air lebih kecil dari batas menggolek tanah sukar diolah. Dari data
diatas diketahui bahwa tanah latosol mempunyai rata-rata batas gulung
sebesar 51,29%.
56
Batas berubah warna atau titik ubah adalah jika tanah yang
telah mencapai batas menggolek, masih dapat terus kehilangan air,
sehingga tanah lambat laun akan menjadi kering dan pada suatu ketika
tanah menjadi berwarna lebih terang. Titik ini dinamakan titk batas
ganti warna atau titik ubah. Dari hasil praktikum diketahui bahwa
tanah latosol mempunyai rata-rata batas berubah warna sebesar
15,50%.
4.9. PENETAPAN PH TANAH
4.9.1. Hasil
Berat Tanah pH H2O
0 gr 5,15
4.9.2. Pembahasan
Pada percobaan penetapan pH yang telah dilakukan adalah
dengan menggunakan metode elektrometrik, yaitu metode yang
digunakan di laboratorium dengan menggunakan pH tanah yang diukur
dengan pH meter. Dan di dapatkan pH sebesar 5,15.
Hubungan antara pH tanah dengan kemasaman tanah adalah
bahwa pH tanah merupakan suatu parameter penunjuk keaktifan ion H+
dalam suatu larutan, yang berkesetimbangan dengan H tidak
terdisosiasi dari senyawa-senyawa dapat larut dan tidal larut yang ada
didalam sistem. Dengan demikian, intensitas kemasaman dari suatu
sistem (dalam hal ini adalah tanah) dinyatakan dengan pH dan
kapasitas kemasaman dinyatakan dengan takaran H+ terdisosiasi
ditambah H+ tidak terdososiasi di dalam sistem (tanah). Sistem tanah
yang dirajai oleh ion-ion H+ akan bersuasana asam, yang dengan
demikian pH tanah juga akan naik.
57
BAB VI
KESIMPULAN
Menurut hasil analisis dari kelompok kami, kami dapat menarik kesimpulan bahwa :
1. - Tingkat kebenaran analisis dipengaruhi oleh cara pengambilan tanah yang kami
gunakan yaitu pengambilan contoh tanah utuh
-Jika terdapat guncangan-guncangan akan merusak struktur tanah serta mempengaruhi pF dan
permeabilitas.
2. – Bentuk profil tanah bertujuan untuk :
a. Klasifikasi/ pengelompokan jenis-jenis tanah sesuai peran
masing-masing
b. Mengetahui ciri-ciri morfologi tanah
3. Penetapan kadar lengas meliputi :
- Kadar lengas gumpalan, kadar lengas 2mm dan kadar lengas
diameter 0,5mm ke-3nya dipengaruhi oleh berat tanah. Jika berat tanah besar maka kadar
lengas tanah makin besar.
4. Kadar bahan organik tanah latosol ini adalah 1,6 %
Hal ini disebabkan karena tanah latosol telah mengalami
pencucian bahan organik sehingga kadar bahan organiknya rendah.
5. Kadar kapur ekuivalen/setara pada tanah latosol ini adalah 7,6 %.
Kadar kapur pada tanah latosol ini cukup rendah. Hal ini
dipengaruhi oleh bahan induk
Pelindihan kation asam, akibat curah hujan rendah.
58
6. Pada penetapan tekstur ini diperoleh hasil :
a. Kadar debu adalah 25,8568%
b. Kadar lempung adalah 61,29024%
c. Kadar debu lempung total 0,159%
Tanah latosol memiliki kadar lempung paling tinggi yaitu
61,29024%. Sehingga tanah latosol merupakan jenis tanah bertekstur lempung.
59
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, S. 1979. Konservasi Tanah. Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, IPB. Bogor.
Foth.D.Henry.1998. Dasar-dasar Ilmu Tanah Yogyakarta: GadjahMada University Pres.
Hakim, N. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas lampung. Lampung.
Handayani, S. 2009. Panduan Praktikum dan Bahan Asistensi Dasar-dasar Ilmu Tanah.
Jurusan Tanah Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada.Yogyakarta.
Hardjowigeno, Sarwono. 1987. Ilmu Tanah. Mediyatama. Sarana Perkasa. Jakarta.
Indranada K. Henry. 1994. Pengelolaan Kesuburan Tanah. Bumi Aksara. Jakarta.
Kuswandi. 1993. Pengapuran Tanah Pertanian. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Notohadipranoto, R. M. Tejoyuwono. 1978. Asas-Asas Pedologi. Departemen Ilmu Tanah
Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Notohadiprawiro,T. 2000. Tanah dan Lingkungan. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada
Poerwowidodo. 1991. Genesa tanah, Proses Genesa, dan Morfologi. Institut Pertanian
Bogor. Bogor
60
Rodriquez-Iturbe, I and, P. Amikar. 2004. Ecohydrology of water-controlled ecosystem: Soil
Moisture and Plant Dynamics. Cambridge University Press.London.
Sarief, S. 1989. Fisika-Kimia Tanah Pertanian. Pustaka Buana. Bandung.
Subagyo.1979.Dasar-dasar Ilmu Tanah.Jakarta: Erlangga
Sutanto, R. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Kanisius. Yogyakarta.
Tan H. Kim. 1998. Dasar-dasar Kimia Tanah. Universitas Gadjah mada. Yogyakarta.
Tan, K. H. 1991. Principles of Soil Chemistry ( Dasar-Dasar Kimia Tanah, Alih Bahasa : Ir.
Didiek Hadjar Goenadi, Msc. Phd. ). Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Tim Penyusun Dasar-dasar Ilmu Tanah. 2006. Panduan Praktikum Dasar-dasar IlmuTanah.
Universitas lampung. Bandar Lampung.
Tim Penyusun Dasar-dasar Ilmu Tanah. 2009. Petunjuk Paktikum IlmuTanah. Universitas
Mercu Buana Yogyakarta.Yogyakarta.
Winarso, S.2005. Kesuburan Tanah: Dasar Kesehatan dan Kualitas Tanah. Cava Media.
Yogyakarta.
61