dasar anestesiologi anestesi cara-cara anestesi · pdf filepathway sama delivery substract ......
TRANSCRIPT
www.fkunmul.co.cc 2
DASAR ANESTESIOLOGI
3 Januari 2000
Fisiologi (anatomi) :
- Pernapasan
- Kardiovaskuler
Farmakologi :
- Obat premedikasi
- Obat anestetik (IV dan inhalasi)
- Obat analgetik regional
- Obat yang terkait (emergency)
Pemberian anestesia dan analgesia :
- Persiapan pra anestesia (di ruangan dan kamar
bedah)
Termasuk premedikasi (pemberian obat
sebelum anestesia)
- Teknik
- Parenteral
- Inhalasi
- Rektal
Absorbsi obat sulit diramalkan
- Induksi :
Pemberian obat agar segera tercapai stadium
pembedahan
- Rumatan (maintance of anesthesia) /
pemeliharaan
- Pengelolaan di kamar pulih (pasca anestesia)
- Komplikasi (penyulit)
- Saluran cerna
- Sistem kardiovaskular (syok, henti jantung)
- Pernapasan
- Pemantauan (monitoring)
- Terapi cairan
- Transfusi darah
- Alat anestesia :
- Alat intubasi
- Mesin anastesia
- Intubasi trakea
II. RJP
Kuliah film, demonstrasi, latihan mandiri
III. ICU
Gambaran umum
Indikasi masuk
Orientasi IGD, KU
Diskusi - ilustrasi kasus
Evaluasi
Peri Anestesia
Anestesi
Cara-cara anestesi
Tetes terbuka (open drop)
Tetes terbuka (open drop) yang bisa dipakai :
- Kloroform
- Etil klorida
- Divinil eter
- Dietil eter
- Halotan
- Enfluran
- Isomuran
(+) : praktis, murah, mudah, tahanan kecil
(-) : boros, polusi, susah dikontrol, kebakaran,
peledakan, trauma toraks
Insuflasi
- Biasa untuk bayi dan anak-anak, jarak +- 10
cm
- Hembusan gas anastetik ke muka pasien ........
- Tidak ada hubungan langsung antara sistem
amost dan pernapasan pasien
- Gas ekspirasi tidak dihirup kembali (non
rebreathy)
- Ada pengenceran dengan udara
AGB = aliran gas baru
AGB dengan ujung di pharynx
Pengikat CO2 (Absorber)
1. Soda lime
2. Bara lime
30% Ca(OH)2
5% NaOH
www.fkunmul.co.cc 2
1% KOH
Sisa silikat
Disebut metoda inhalasi “to and fro”
Sistem melingkar
- Bisa tertutup, bisa terbuka
- Sistem tidak bolak balik seperti to and fro,
tetapi melingkar
(+) : hemat / ekonomis
- Anti polusi
- Panas / uap air tidak hilang
- Kebakaran <
(-) : - Tahanan >
- Inhalasi debu
- Panas tertahan
Pola napas dalam anesthesia
- Spontan (spontaneus)
- Napas kekuatan sendiri
- Frekuensi + volume tidal tergantung pasien
- Bedah singkat, ringan (<30 menit)
- Terlentang
- Dibantu (assisted)
- Frekuensi = pasien
- Volume tidak dibesarkan
- Dikendalikan (controlled)
- Frekuensi dan volume tidal kita atur
- Pada pasien apnu (disengaja / tidak)
- Manual / ventilator
Efek samping :
- Hipoventilasi (paCO2 turun pCO2
meningkat)
- Hiperventilasi (paO2 turun pCO2
menurun)
Gas / uap anestesik
Masuk paru --> alveoli --> difusi --> sirkulasi -->
otak
MAC :
Konsentrasi minimal anestesi di alveolis
menyebabkan 50% pasien tidak bereaksi pada
insisi kulit
Anestesi MAC % Tekanan uap
(mmHg
20oC)
Koefisien
part darah /
gas
Eter 1,92 243
N2O 105 0,47
Halo 0,75 2,4
Etran 1,7
Elflu 1,2
Urutan depresi sistem saraf pusat pada anestesia
umum
1. Korteks serebri
Pusat psikis
Analgesia
2. Ganglia basalis
Cerebellum
Hyper - refleksi, delerium
3. SSM tulang belakang
Anesthesia / bedah
4. Batang otak
Pusat napas - jantung
Intoksikasi
Paralise
Stadium anesthesia
AE Guedel, eter
1. Stadium analgesia (disorientasi)
Mulai inhalasi --> mulai tidak sadar
2. Stadium delirium (hiper - reflexi, eksitasi)
Mulai tidak sadar --> mulai napas otomatis
Mungkin batuk, apnu, muntah, menelan
3. Stadium bedah
Plana 1 : mulai napas otomatis --> mulai gerak
mata stop
Plana 2 : mulai gerak bola mata stop --> mulai
lumpuh otot dada
Plana 3 : mulai lumpuh otot dada --> lumpuh
otot dada total
Plana 4 : mulai lumpuh otot dada total -->
henti nfas
4. Stadium overdosis (intoksikasi, paralisis)
Mulai henti napas --> mulai henti jantung
Komponen anestesia
(The Triad of Aesthesia)
1. Hipnosis
Tidur ringan
2. Analgesi (supressi refleks)
3. Relaksasi
Otot lurik
Pelopor anestesia IV murni
1. El Huis dan Johan Sigmund 1665
Nyeri --> opiat IV --> tidur
2. Ore 1672
Kejang --> kloral hidrat IV --> tidur
3. 1672 --> 1932
Tidak populer
4. Weese 1932
Heksobarbiton (Evitan)
5. Landy 1936
Tiopenton (pentotal) --> masih digunakan
Obat anestesia IV ideal :
www.fkunmul.co.cc 2
1. Mula kerja obat cepat
- Tidak diionisir
- Larut dalam lemak
- Mudah penetrasi ke otak
2. Tidur bangun cepat dengan mulus
- Cepat diredistribusi
- Cepat dimetabolisme
3. Bersifat analgesik pada dosis rendah
4. Tidak :
- Depresi jantung paru
- Toksik
- Nyeri pada suntikan
Farmakokinetik
Obat masuk darah : terikat protein plasma
- Tidak aktif
- Bebas (aktif)
Transper dapat dipengaruhi oleh :
1. Ikatan terhadap protein
1. Protein plasma < , bentuk bebas >>>
2. Kompetisi obat lain
3. Hiperventilasi (pH) > , bentuk bebas >>>
2. Aliran darah ke otak
Aliran > efek obat >
3. pH dan pKa obat
Terionisir >> efek <<
4. Kecepatan suntikan
Bentuk aktif disebar ke seluruh tubuh
- Dimetabolisme
- Dikonjugasi
- Bentuk hasil metabolisme ada yang masih aktif
- Ada yang bentuk asli
- Dikeluarkan melalui urine / feses
Tissue Receptors
Reservoirs
Free <--> bound Free <--> bound
Plasma
Free drug (active)
Biotransformation
Keuntungan IV
1. Mula kerja cepat
2. Induksi mulus
3. Jarang iritasi pernapasan
4. Alat sederhana
5. Aman dengan listrik
6. Bangun cepat, kecepatan dosis besar
7. Bangun mulus
Kerugian Intravena
1. Infeksi / infeksi silang
2. Trauma jarum / kateter (saraf, arteri)
3. Hematoma pasca suntikan
4. Iritasi / nekrosis (Tio, dia, eto) propofol
5. Prolaps sirkulasi
6. Depresi napas (pronanidid)
7. Kadang-kadang sulit cari vena
8. Obat masuk tidak bisa keluar
Indikasi anestesia IV
1. Induksi anestesia
2. Anestesia tunggal bedah singkat
3. Tambahan pada analgesia regional
4. Anti konvulsi
Teknik suntikan
1. Cari tempat jauh dari tempat operasi
2. Jarum cukup tajam
3. Cari vena permukaan yang menonjol
4. Desinfeksi yang baik
5. Cahaya sekitar harus cukup
Tempat suntikan
Semua vena dapat digunakan
Pilihan :
1. Daerah punggung tangan
2. Daerah sekitar pergelangan tangan
3. Daerah depan sendi siku
4. Daerah sekitar mata kaki dalam
www.fkunmul.co.cc 2
REGIONAL ANALGESIA
Sejarah
1884 Koeler : cocain halsted dan Hall
Block mandibula (New York)
1892 Karl Ludwig Schleich (Berlin)
1890 Redus (Paris) --> infiltrasi anestesi
1899 Einhorn’s novocaine
1931 Amethocaine
1929 Nupercaine
(Mies Cher dan Uhlman)
1943 Lignocaine
(Lofgran dan Lidqust)
1901 Harvey Cushing
(Regional anasthesia)
1916 Journal Regional Anesthesia
Keuntungan
Kontraindikasi
- Anak < 10 tahun
- Stupor
- Psikose
Pemakaian < karena (?)
- Takut gagal
- Waktu yang lama
- Takut komplikasi neurologis
- Pasien sadar
Teori Konduksi Saraf
Non specific channels
Impuls - 70 M Outside membrane
- 55 M Firing treshold
+ 40 M Action potensial
+ 100 M (Na+ inwards K+ outwards)
Blok saraf
Analgesik lokal menghambat depolarisasi
membran
1.
2. Molekul-molekul menempati kanal-kanal
sehingga kanal edema
Toksisitas, tergantung :
- Jumlah obat
- Konsentrasi
- Ada / tidaknya adrenalin
- Vaskularitas (banyaknya pembuluh darah)
- Absorpsi
- Destruksi
- Hipersensitivitas
- Umur
Keuntungan digunakan adrenalin :
1. Karena vasokonstriktor, penyerapan obat
menjadi lebih lama sehingga blokade lebih
lama
2. Dosis maksimal menjadi lebih tinggi
Dosis maksimal Lidocain 400 mg
(+) adrenalin --> 600 mg
Anestesi ditempat yang pembuluh darah banyak
akan diserap cepat sehingga --> toksisitas. Contoh
:
1. Interustal
2. Epidural
3. Daerah-daerah yang lebih perifer
Sehingga dosis kurang dari dosis maksimal
Bila fungsi metabolisme obat berkurang, maka
destruksinya pun berkurang
Hipersensitivitas = reaksi berlebihan apabila
diberikan suatu obat
Macam dan Obat
Terdiri dari molekul :
- Aromatik
- Lipohilic
- Hidrophilic
- Ester
- Cocain
- Procain
- Choroprocaine
- Amide
- Lignocain
- Mepivacain
- Bupivacain
- Etidocain
- Ropivacain
Ropivacain --> menimbulkan Hb reduce sehingga
tidak bisa mengikat O2
www.fkunmul.co.cc 2
SYNDROM SYOK
13 Januari 2000
- Apabila ada pasien jatuh, nilai pertama kali
responnya, baru ABCD-nya
Airway
- Bebaskan jalan napas : ekstensikan kepala
- Ada napas, pasti ada nadi
Ada nadi, belum tentu ada napas
- Melihat ada napas :
Melihat adanya usaha / gerakan nafass dengan
bantuan benang / tangan (depan hidung).
Menilai adanya obstruksi :
Ada stridor (ada suara / norok) --> inspirasi /
ekspirasi.
Yang disebut jalan napas ? Stridor dari atas /
bawah.
Napas paradoxal : pada inspirasi, rongga dada
tidak mengembang, karena tekanan negatif
pada dada menarik pada euspirasi -->
mengembang
Triple Manouvre :
1. Ekstensikan kepala
2. Angkat mandibula
3. Dorong dagu ke atas
Alat untuk menahan lidah agar tidak jatuh : Gudel
Breathing
Pemberian napas buatan
1 orang :
Tiup 2x, lihat dada mengembang atau tidak.
Kalau tidak --> obstruksi (benda asing)
Nilai :
1. Jalan napas
2. Paru mengembang
Pijatan jantung luar : 2 jari dari processus
xyphoideus.
Kompres dada jantung luar memberi kontribusi
30% cardiac output
Dalam 60 detik harus dilakukan : 4x
15 x PJL + 2 x napas buatan --> adalam 15 detik
Syok bisa ditegakkan bila ada bukti kuat
hipoperfusi organ vital, antara lain :
- Penurunan kesadaran
- Oliguria
- MAP rendah (Mean Arterial Pressure)
- Takikardia
- Takipnoe
Semua jenis syok mempunyai Final Common
Pathway sama
Delivery substract ke organ vital tidak cukup
sehingga --> kematian
Tiga organ penting yang biasa terkena akibat
syok:
- Otak
- Jantung
- Ginjal
Ilmu biomolekuler memegang peranan dalam
patofisiologi syok
Definisi syok
Keadaan klinis yang ditandai oleh sindroma yang
muncul secara akut bila curah jantung gagal
mengalirkan darah ke jaringan dan organ vital
hingga :
- Hipoksia sel
- Gagal fungsi
- Organ vital (MOAS)
- Kematian
Klasifikasi
- Weil dan Subin membagi syok :
- Hipovolemik
- Kardiogenik
- Obstruktif ekestrakardiak
- Distributif (septik0
- Atas dasar alasan praktis, umumnya syok
dibagi :
- Hipovolemik
- Kardiogenik
- Septik
Syok hipovolemik
Karena :
- Peradangan eksternal / internal
- Kehilangan cairan : diarrhea, muntah-muntah
- “Capillary leakage” ke rongga ke -3 setelah
trauma, pembedahan sepsis
Syok kardiogenik
- Jantung gagal berfungsi sebagai pompa
apapun sebabnya
- Gambaran hemodinamik sma dengan syok
hipovolemik
Ciri khas :
- Oedema pulmonum
- Pulsasi vena jugularis meningkat
Penyebab :
- Faktor-faktor yang mempengaruhi preload,
afterload, kontraktilitas irama --> disfungsi
miokard
www.fkunmul.co.cc 2
Proldema utama :
- Jantung gagal berfungsi sebagai popa apapun
sebabnya
Bila cardiac index < 2 L/mm/O2
PCWP > 17 - 20 mmHg
--> syok kardiogenik
Mortalitas +/- 75%, kecuali ada koreksi yang tepat
PCWP = Pulmonary Capillary Weight Pressure
Syok Septik
- Distributif : karena maldistribusi perfusi
jaringan
- High cardiac output hypotension
- Pada fase awal --> hiperdinamik
- Cardiac output
- Resistensi vaskular sistemik rendah
- Sistemic Immune Respons Syndrome (SIRS) :
Penyebabnya di luar bakterimia, antara lain :
- Multitrauma
- Penyakit karena turunan sistem imun
- Penyakit-penyakit kritis yang lain
- Luka bakar luas
- Syok septik (SIRS) penyebab mortalitas
terbesar di ICU
- Mortalitas : 40% - 90% (Biasanya karena
MODS)
- Trombosis makrovaskular memicu DIC
- Syok septic hampir selalu diikuti ARDS
- Semua jenis syok, akhirnya mempunyai
gambaran seperti syok septik
ARDS : Acute Respiratory Distress Syndrome
Sindroma Septik
- Kesadaran turun
- Suhu > 38oC atau < 36
oC
- Takikardia (> 90x/menit)
- Takipnoe (> 20x/menit)
- Alkalosis respirasi, PaCO2 < 32 mmHg
- Leukositosis (> 12.000)
- Leukopenia (< 4.000)
Sindroma sepsis + hipotensi
- Oligura
- Disfungsi organ-organ vital
--> Syok septik
Patofisiologi
Hipovolemia
Pump failure
Maldistribusi perfusi
Reaksi
Neuroendokrin
Metabolisme intraselular
Biokimia
Asam laktat
Mediator lain
Reaksi kompensasi syok
1. Early (reversible, compensated) shock -->
squalae (-)
2. Gangguan mikrosirkulasi / seluler telah nyata -
-> squalae (+)
3. Late (irreversible compensated) shock -->
death
Irreversible syok = ditandai dengan spincter
capillarfy dilatation
Sebab :
1. Prostaglandin release
2. Gangguan recycling dan uptake catecholamine
--> catecholamine depietion
3. CNS ischemia --> sympatetic respons menurun
4. Endogen opioid peptide = (beta endorphia)
Terapi standar
- Hipovolemik : resusitasi cairan yang agresif
- Kardiogenik : obat-obat inotrop dan
vasoaktive amin
- Septik :
- Terapi untuk sepsis
- terapi untuk cardiovaskular
- terapi yang ada kaitannya dengan
mediator-mediator
- Terapi cairan : kristalloid : NaCl, ringer lactat
Colloid : albumin, dextran
Hetoistrach, dll
Hipertonic saline : NaCl 7,5%
- Obat-obat antimediator : monclonal anti
endotoxin antibodi, dll (masih dalam
penelitian)
Monitoring progress and treatment
Variables to monitor in hypovolemic sistem
- Pulse rate
- Arterial pressure
- Pulse pressure
- Central venous pressure
- Urinary output
- Changes in the electrocardiogram
- Temperature
www.fkunmul.co.cc 2
- Peripheral oxygen saturation
- Mental state
www.fkunmul.co.cc 2
ANESTESIOLOGI
14 Januari 2000
Transfusi darah
Indikasi
- Lebih ketat
- Efek samping
1. Meningkatkan daya angkut oksigen
2. Menormalkan proses pembekuan darah
3. Mengembalikan volume
- Hb 8 --> jantung mampu kompensasi
- Ht 26% --> jantung mampu kompensasi
- Perdarahan < 20% : belum perlu
- Darah simpan : ACD, CPD-A
Perdarahan <20% --> beri kristaloid 3 - 4x karena
biasanya kristaloid hilang dari pembuluh darah
Hb 15 gram% --> daya angkut maksimal
Hb 18 gram% --> polisitemia
Oksigen yang diangkut Hb (15 gram%, PHN)
Jumlahnya 70x lebih besar dari yang terlarut
Jumlah yang terlarut dalam plasma dapat
diabaikan
Hb 8 - 15, biasanya jantung dalam
mengkompnesasi (dalam keadaan tidak syok)
untuk mengirim O2
Pada perdarahan (akut/kronis)
Cacing tambang --> anemia --> Hb 4 (kronis)
Hb 15 ke Hb 4 secara tiba-tiba, orang dapat syok.
Misalnya pada pembedahan yang besar,
kecelakaan
Otak lebih menderita karena iskemia dapat
hipoksia
Indikasi transfusi :
Perdarahan :
10% --> ganti dengan cairan (kristaloid, koloid)
15% -->
20% --> indikasi transfusi - 30%
Transfusi masif :
Pemberian darah : 1/2 volume darah (500 cc/5’ -
10’ : 1 L/jam dll)
Harus diperhatikan :
- EKG, CVP, urine output
- PO2, PCO2, pH
- Hipotermia --> pemanas darah
- Intoksikasi citrat : terutama penyakit hati, syok
- Hiperkalemia
- Asidosis
Indikasi lain
- Anemia
- Gangguan pembekuan darah
- Sirkulasi ekstra korporeal
- Exchange transfusion
- Sepsis
1 unit darah : 500 cc
Transfusi darah dalam anestesia
Volume darah = +- 80 cc/kgBB -->
- Laki-laki 75 cc/kgBB
- Perempuan 67 cc/kgBB
- Neonatus 85 cc/kgBB
Obestias, kurang aktivitas, penyakit kronis,
volume menurun
Kehilangan darah :
10% --> gangguan fungsi sedikit
20% --> gangguan O2 carrying capacity
40% --> gangguan faktor koagulasi
Antikoagulan : ACD, CPD, CPDA< heparin
(Preservatif)
Umur pH 2,3 DPG K Trombo /
F. V, IV
ACD 21 hari >> >
CPD 28 hari > >>
CPDA 35 hari > >>
Heparin : 48 jam / darah harus dipakai
Darah segar :
- ACD < 6 jam
- CPD < 24 jam
- CPDA < 48 jam
Jenis komponen darah
- Darah lengkap / whole blood
- Konsentrat eritrosit (PRC)
- Leukosit / trombosit
- Plasma (mengandung faktor-faktor): FFP, PFF
(plasma protein fraction) --> albumin,
globulin, dipasteurisasi (hepatitis (-))
- Albumin : 5%, 25%
- Katopresipitate :
Plasma beku, mengandung faktor VIII >
Fibrinogen
Whole blood, Hb : +- 12 gram%
PRC : Hb 22-24 gram%, Ht : 70 - 72
PRC --> tujuannya lebih khusus untuk
meningkatkan Hb bukan volume
Untuk orang anemia
Keuntungan lain : plasma sedikit, sehingga
natibodi sedikit (mencegah reaksi side effect)
www.fkunmul.co.cc 2
Komplikasi Transfusi
1. Reaksi hemolitik akut
2. Delayed reaksi : > 4 hari, jaundice, RF
3. Overload
4. Emboli : mikroemboli, emboli udara
5. Reaksi alergi dan febris : urticaria, oedem,
anafilaktik syok
6. Intoksikasi K+
7. Hipokalisemia
8. Infeksi : hepatitis, AIDS, malaria, sifilis, dll
Autotransfusi
Transfusi darah autologis
Indikasi
- Darah langka : golongan darah bombay, rhesus
(-), dll
- Bank darah kurang berfungsi
- Donor kurang (penduduk < 100.000)
- Riwayat reaksi transfusi hebat
- Fobia : AIDS, hepatitis
- Yehovah wittness
- Operasi-operasi besar (menghemat darah),
jantung, ortopedi, vertebrae, dll
Laparotomia : hepat, dll
Yehovah witness
- Ekstrim : darah keluar tidak mau transfusi
- Tidak ekstrim : masih mau
Darah berasal dari :
- Homolog : bank darah
- Autolog : darah pasien sendiri
Transfusi autolog
- Disiapkan pra bedah
- Hb> 11 gram% --> diambil tiap tiga hari
- Diambil sesaat sebelum pembedahan
- Diambil selama pembedahan, alat khusus -->
retransfusi
Efek darah simpan
- Gangguan pada oksigenasi
- Adanya “microaggregates” emboli
- Gangguan fungsi pembekuan
- Gangguan elektrolit
- Gangguan asam basa
Bahaya transfusi darah
- Reaksi inkompatibilitas
- Akut
- Lambat
- Infeksi
- Emboli
- Over-leading
Plasma ekspander
- Digunakan pada keadaan hipovolemia akut
- Sebelum darah/komponen tersedia
- Ada 3 golongan (artifisial)
1. Gelatin : haemacel, gelofucin
Dapat menyebabkan : rash, takikardia --> stop
--> antihistamin/steroid
2. Dextran 70 dalam
- Glukosa 5%
- NaCl 0,9%
- Kelainan ginjal
- Gagal jantung kongestif
- Trombositopenia
- Mempengaruhi mekanisme pembekuan
- “Cross match”
www.fkunmul.co.cc 2
ALAT-ALAT ANESTHESIA
14 Januari 2000
- Anestesia machine
- Anestesia circuit / breathing system
- Anestesia ventilator
- Monitor
Anestesia machine
1. Gas supplies
- Wall outlet :
- N2O, O2
- 50 - 55 psi (pounds/inch)
- Sylinder supplies
- O2 : green
660 L, 2000 - 2200 psi
- N2O : blue
1500 L, 750 psi
- Air : black / yellow
6750 L, 1800 psi
2. pressure regulator
- Reduce the high pressure --> 45 psi -->
350 - 500 kpa, 50 - 70 psi, 3 1/2 - 5 atm --
> constant low pressure
- < 25 psi --> automatically shut off
Monitor
1. Blood pressure (noninvasive or invasive)
2. ECG (electrocardiograf)
3. Pulse oxymeter
4. Caphinograf
Anestesia ventilator
- maybe powered by electricity or compressed
gas or both
- Ventilators required setting off
3. Flowmeter (rotameter)
- Measure gas flow --> FGF
- Have safety systems (FGF, 25%)
4. Vaporizer
a. High flow VAP, or low flow DAP /
drawover VAP
b. Temperatur compensated VAP
Circle system
1. One way value (inspiratory dan ekspiratory)
2. Canister with CO2 absorber (sodalyme or
baralyme)
- Ca(OH)2 + NaOH + KOH + Silica
- Ba(OH)2 + Ca(OH)2
3. Oxygen analyzer sensor
www.fkunmul.co.cc 2
INTENSIVE CARE UNIT (ICU)
Suatu ruang khusus dalam rumah sakit yang
- Staf
- Peralatan
--> Khusus
Pasien dengan :
- Penyakit mengancam jiwa
- Trauma berat
- Komplikasi
- Recoverable
Staf ICU
1. Staf medis
- Pimpinan
- Staf ahli
- Staf yunior
2. Staf perawat
- Kepala perawat
- Perawat khusus
- Perawat pembimbing / pendidik
Perlengkapan alat
1. Monitoring : bed-side dan sentral
2. Radiologi
3. Alat terapi respirasi :
- Bed side dan sentral
- Portable
4. Alat terapi radiologi
Trolley RJP
5. Terapi dialise
6. Laboratorium
7. Alat-alat lain :
- Trolley alat tenun
- Selimut penghangat / pendingin
- dll.
Design ICU
1. Ruang tunggu / recepcionist
- Ruang tunggu / pengunjung
- Ruang interview
- Ruang tunggu / menginap
2. Ruang pasien
- Ruang rawat terbuka / gabung
- Ruang rawat isolasi
3. Ruang penyimpan alat
4. Ruang laboratorium / teknik
5. Ruang staf
6. Ruang alat pembersih
Bed-ratio = 100 : (1-2)
Bed-nurse = 1 : (3-4)
Kapasitas ICU :
- 4 - 12 pasien
- (<4 : terlalu mahal >12 : tidak efektif)
Luas ruangan : +- 18,5 m/tiap pasien
Satu lantai dengan kamar bedah
Instalasi Rawat Jalan
Kamar Bedah
Instalasi Rawat Inap
IGD
Instalasi Perawatan Intensif
Indikasi masuk ICU
1. Pasien sakit berat kritis, pasien tidak stabil
2. Pasien yang memerlukan pemantauan intensif
3. Pasien yang mengalami komplikasi akut
Tidak perlu masuk ICU
1. Pasien mati batang otak
2. Pasien menolak
3. Pasien yang secara medis tidak ada harapan
dapat disembuhkan, misalnya usila dengan gagal 3
organ / lebih
Indikasi keluar ICU
1. Tidak memerlukan lagi terapi intensif karena
membaik atau memburuk dan manfaat terapi
sangat kecil
2. Bila dalam pemantauan intensif, pasien telah
stabil
3. Terapi intensif tidak bermanfaat pada :
- Pasien usila dengan gagal 3 organ / lebih
- Pasien mati batang otak atau koma yang
menimbulkan keadaan yang vegetatif
- Pasien dengan bermacam diagnosis seperti
PPOM, jantung terminal, Ca metastasis
Keberhasilan terapi
1. Usia pasien
2. Riwayat penyakit sebelumnya
3. Keadaan penyakit sekarang
4. Respons terhadap terapi
5. Lingkungan sosial pasien
6. Kualitas hidup pasien di masa depan
www.fkunmul.co.cc 2
SYOK
Suatu sindrom patologik yang berhubungan
dengan perfusi jaringan yang jelek, serta adanya
metabolisme sel yang tidak normal
Klasifikasi :
- Hipovolemik
- Kardiovaskular
- septik
- Anafilaktik
Patofisiologi :
Terjadi gangguan oksigenasi pada sel dan jaringan
- O2 turun + glukosa turun --> ATP turun -->
mekanisme homeostasis turun
- Radikal bebas meninggi --> kerusakan
membran sel, sistem enzim, mitokondria
- Laktat meninggi --> asidosis
- DIC
Tanda klinis
- Takikardia, nadi kecil
- Tensi darah / N (e.c vasokonstriksi)
- Napas cepat dan dangkal
- Kulit pucat dan dingin / lembab
- Oliguria (untuk monitoring)
Tensi semula normal karena ada kompensasi
berupa takikardi, tetapi kemudian segera turun
Monitoring
- Tekanan darah
- Tekanan vena sentral (CVP)
- Hb, Ht
- Reduksi urin
- Analisa gas darah dan elektrolit
- Klirens creatinin
- Koagulatif darah
Pada syok septik jumlah intravasuklar tidak
menurun, tetapi yang ikut sirkulasi menurun
karena adanya penimbunan pada vena-vena
tertentu (misalnya karena dilatasi) --> dapat
dipantau melalui CVP
Metode Astrum (Astrup adalah orang yang
pertama kali mengukur gas darah). Masih
digunakan tahun 65 - 70-an. Sekarang secara
komputerisasi, tidak dengan alat astrup. Oleh
karena itu lebih baik digunakan AGD.
Semua pemeriksaan laboratorium ialah komposisi
ekstraseluler yang intravaskuler.
Klirens kreatinin untuk mendeteksi TNA (tubular
necrotic acute)
Koagulasi darah untuk mendeteksi DIC
Penatalaksanaan
- Oksigenasi ventilasi : PEEP
- Terapi cairan : TVS, TBKP
- Pemeriksaan bakteriologik - resistensi
- Obat inotropik : dopamin 5 - 30
ug/kgBB/menit
Dobutamin 20 - 30 ug/kgBB/menit
- Diuretikum
- Atasi gangguan perdarahan : heparinisasi
- Atasi gangguan metabolik
- Steroid : kontroversial (perlu dosis tinggi)
Intubasi : tindakan paling aman untuk mengatasi
oksigenasi
Laringoskopi + endotracheal tube
Obat inotropik : mempertahankan kontraktilitas
myokard
Biasa digunakan kombinasi dopamin - dobutamin
Diuretikum diberikan apabila keadaan umum
sudah membaik tetapi produksi urine belum
optimal
Dosis : 40 - 60 - 160 mg/kgBB IV
Contoh : Lassix
Dosis heparin : 250 - 5000 unit 3 - 4x/hari
Dengan pemantauan koagulasi darah tiap 6 - 12
jam
Hipoksia dapat menyebabkan metabolik asidosis,
diberikan Bicarbonat ..... IV. Dengan pemantauan
BE (base excess) misalnya - 15 x volume
ekstraseluler 1/3 x BB
Steroid berguna pada keadaan syok septik tetapi
tidak rutin digunakan
Terapi
Tujuan :
- Memperbaiki volume sirkulasi
- Meningkatkan oksigenasi
- Mengoptimalkan fungsi jantung
Cara : Resusitas
- O2 bila perlu 100% (waspadai bahaya
intoksikasi oksigen, tetapi pada kasus syok
yang penting pasien selamat daripada
hipoksia)
Diberikan hanya dapat melalui intubasi
- Cairan elektrolit / kolorel
www.fkunmul.co.cc 2
Co. RL, NaCl
Kateter No. 8 - 10 F.G. cairan)
1200 - 1400 ml/menit
Ht : mencapai 30%
Bila perlu : dpamin atau dobutamin 2 - 15
ug/kgBB/menit
“Tilt Test”
Setelah resusitasi cairan dan tekanan darah normal
--> Posisi pasien diubah duduk / setengah duduk
--> ukur lagi tekanan darah
Bila tahanan arteri rata-rata (MAP) turun 10 mm
Hg --> masih kurang cairan elektrolit 1000 ml
Untuk melihat cukup tidaknya resusitasi cairan
yang kita berikan
Fluid Challenge “Weil-henning”
(Rumus 2 - 5)
CVP (km
H20)
Sikap
Pengamatan
CVP selama
10 menit
< 8
>= 8 - < 14
200 ml dalam
10 menit
100 ml dalam
10 menit
>=14 50 ml dalam
10 menit
Selama infus
10 - 9 menit
Naik > 5 Stop
Setelah 10
menit
Naik > 2 - < 5
> 2
Tunggu 10
menit
Stop
Turun 2 Teruskan infus
Syok hipovolemi
Berkurangnya volume instravaskuler, disertai
dengan kegagalan mekanisme kompensasi
fisiologis dan menurunnya aliran darah ke organ
tubuh.
Penyebab :
- Perdarahan
- Luka bakar
- Peritonitis
Syok kardiogenik
- Etiologi : tersering infark miokardium
- Gambaran klinik : sesuai dengan gagal jantung
akut
- Kulit dingin dan pucat, vasokonstriksi
- Dispnu, sianosis edema paru
- Oliguri, anuri
- Kesadaran menurun, koma
- Gangguan metabolisme
Penatalaksanaan
1. Tindakan suportif : ventilasi koreksi asam basa
2. Monitoring : TVS, TBKP, (tekanan bagi
kapiler paru) AGD
3. Memperbaiki hemodinamik
Gagal jantung akut keluhannya bisa seperti
epigastric pain. Hati-hati. Infark miokardium.
Tindakan-tindakan oksigenase, beri streptokinase
Syok anafilaktik
- Etiologi : reaksi autoimun (obat, protein asing)
- Gambaran klinis :
- Masa laten < 30 menit
- Kulit : eritema, urtikaria, edema
- KDV : takikardi, hipotensi
- Respirasi : spasme bronkus, obstruksi
laring
- Gastrointestin : nausea, vomitus
- SSP : kejang, koma
- Penatalaksanaan
- Oksigenase, ventilasi
- Adrenalin : 0,3 - 1 mgram IM/IV
- Plasma, cairan koloid
- Aminofilin
Spasme laring harus segera dilakukan
cricotirotomi (os cricoid ditusuk)
Syok Septik
- Etiologi
Bakteremia oleh positif gram dan negatif
gram, sering disebabkan oleh endotoksin
negatif gram
- Gambaran klinis
- Adanya focal infeksi
- Adanya febris/hipotermi
- Kardiovaskuler :
“Warm-hipotension” --> penyembuhan
cukup baik (pada masa permulaan)
“Cold-hipotension” --> setelah berlanjut,
febris hilang karena adanya vasokontriksi
- Respirasi : takipnu, hipoksia
- Ginjal : oliguria, kadang-kadang “High-
output”
- Hematologik : DIC
- Gangguan multi organ
- Gangguan metabolisme
- Terapi
- Fungsi sirkulasi dan kardiovaskuler
diperbaiki
- Respirasi --> dengan ventilator
Pelumpuh otot, sedasi kuat (diambil alih
respirasinya)
- Berantas fokal infection-nya
Misalnya : peritonitis --> laparotomi
www.fkunmul.co.cc 2
PREMEDIKASI
Pemberian obat sebelum induksi anesthesia
dilakukan
Cara pemberian :
1. Per oral --> 1 - 2 jam
2. Parenteral IM 30 - 60 menit
3. Parenteral IV detik
4. Per rectal 15 - 30 menit
5. Intra nasal menit
Tujuan farmakologik utama pre medikasi :
1. Mengurangi anxiety
2. Sedasi
3. Analgesia
4. Amnesia
5. Efek antisialogogue = mengurangi sekresi di
rongga mulut dan jalan nafa
6. Meningkatkan pH cairan lambung
7. Mengurangi volume cairan lambung
8. Mencegah reaksi alergi
Tujuan sekunder farmakologi premedikasi
1. Mengurangi aktivitas vagal jantung
2. Memperlancar induksi anestesia
3. Mengurangi kebutuhan obat anestetik
4. Analgesia pasca anestesia
5. Mencegah mual dan muntah
Faktor-faktor yang mempengaruhi pilihan dosis
obat
1. Usia dan BB
2. Status fisik
3. Tingkat kegelisahan
4. Toleransi untuk obat depresan
5. Pengalaman buruk terhadap obat premedikasi
sebelumnya
6. Bedah elektif atau mendadak
7. Pasien rawat inap/rawat jalan
Golongan obat untuk premedikasi
1. Sedatif (barbiturat, benzodiazepin,
butiroferan)
2. Analgetik narkotik (morfin, petidin, fentanil)
3. Anticholinergik
4. Antiemetik (droperidol, metoklopramid,
ondansetron)
5. Lain-lain (klonidin, antasid, H2-antagonis)
Obat-obat sedatif
Golongan barbiturat
1. Pentobarbital (nombutal), sekobarbiturat
(sekonal)
- Efek sedatif kuat sampai hipnotis
- Tidak mempunyai efek analgesia
- Depresi sirkulasi dan pernapasan minimal
- Dapat melalui barier plasenta
- Tanpa kombinasi dengan analgetik -->
gelisah
- Dosis per oral / IM : 1,5 mg/kg (dewasa)
3,4 mg/kg (anak)
2. Fenobarbital (luminal)
- Dosis per oral / IM : 1,5 mg/kg
- Dosis hipnosis : 100 mg
Golongan benzodiazepin
1. Midazolam (dormicum)
- Efek antianxiety, sedasi, amnesia dan
antikonvulsi
- Tidak mendepresi napas dan sirkulasi
- Tak mempunyai efek analgesik
- Larut air dan tidak memberikan rasa nyeri
(IM / IV)
- Dosis IV
- Dosis per ...
2. Diazepam (valium)
- Lebih sulit larut air, memberikan rasa nyeri
- Potensi 1/2 midazolam
- Dosis per oral 0,15 mg/kg
- Dosis IM : tidak tetap
Golongan Butirofenon
1. Dehidrobenzperidol (dbp) = droperidol
- Efek neuroleptik : anestesi neuroleptik,
analgesik neuroleptik (kombinasi dengan
petidin)
- Efek transquilizer
- Vasodilatasi pembuluh darah tepi (sering
timbul hipotensi bila secara IV, oleh
karena itu beri infus dulu)
- Efek antiemetik kuat (dosis 0,125 - 0,25
IV)
- Dosis premedikasi = 0,1 mg/kg IM atau IV
- Dosis neurolept : 0,3 mg/kg
Pada dosis besar dapat terjadi gejala-gejala
parkinson
Obat-obat analgetik narkotik
1. Morfin
- Preparat opioid alami
- Obat analgetik narkotik standar
- Mendepresi SSP termasuk pusat
pernapasan
- Berefek sedasi dan analgesia kuat
- Morfin dapat menyebabkan :
- Obstipasi / konstipasi pasca anestesia
- Menurunkan basal metabolisme tubuh
- Ekskresi 90% melalui ginjal
www.fkunmul.co.cc 2
- Dosis premedikasi dewasa : 5 - 10
mg/SK/IV
2. Petidin / meperidin / demerol
- Narkotika
- Berefek sedasi, analgesia dan
antispasmolitik
- Bersama barbiturat : amnesia
- Dapat mendepresi napas
- Mulut kering, berkeringat dan euforia
- Dosis premedikasi dewasa : 50 - 100 mg,
anak 1/2 - 1 mg/kg
3. Fentanil
- Narkotik sintetik yang sangat poten 75 -
125 kali morfin
- Depresi napas dan kaku otot rangka
- Efek kholinergik --> bradikardia
- Dosis premedikasi 0,05 - 0,1 mg/kgIM
Side effects semua narkotik :
- Depresi napas
- Mual dan muntah
- Melalui barier (sawar) plasenta
- Ketergantungan obat
Antagonis narkotik :
- Nalokson
Antikholinergik
1. Sulfas atropin
- Efek antisialagogue
- Efek vagolitik kuat : mencegah bradikardia
- Bersifat bronkodilatasi
- Menimbulkan takikardia
- Meningkatkan suhu
- Midriasis dan lakrimasi
- Dosis premedikasi 0,001 - 0,002 mg/kg
Menilai kedalaman anestesi tidak akan adequat
bila pasien sebelumnya diberikan obat
premedikasi
2. Skopolamin
- Efek antisialagogue seperti sulfas atropin
- Sedasi dan amnesia
- Efek vagolitik tetapi lebih ringan dari
atropin
- Tidak meningkatkan suhu tubuh
- Dosis premedikasi : 0,001 - 0,002 mg/kg
3. Glikopirolat (robinul)
- Obat antikolinergik sintetik
- Efek stimulasi SSP < daripada atropin
- Efek takikardi < daripada atropin
- Dosis premedikasi : 0,1 - 0,2 mg/kg
Antiemetik
1. Dehidrobenzperidol
2. Metoklorpramid (primperan)
- Meningkatkan motilitas esofagus inferior
dan relaksasi pilorus
- Mempercepat pengosongan lambung
- Dosis : 10 - 20 mg IV perlahan-lahan
3. Ondansietron (zolfran)
- Menghambat reseptor 5 hidrositriptamin
dan srotonin
- Mekanisme kerja belum diketahui secara
pasti
- Berguna untuk mengurangi muntah pasca
kemoterapi
- Dosis antiemesis : 4 mg (dewasa)
Lain-lain
1. Agonis reseptor alfa 2 adrenergik
1. Klonidin (cortapres)
- Memperkuat efek sedasi, anti anxiety
dan analgesia
- Efek antishivering (menggigil)
- Menjaga stabilitas kardiovaskuler
selama anestesia
- Mengurangi kebutuhan anestetik
- Antihipertensi
- Dosis : 3 - 5 mikrogram / kg
2. Antagonis reseptor H2
1. Cimetidin (tagamet)
- Mengurangi volume sekresi cairan
lambung
- Meningkatkan pH cairan lambung
- Hipotensi dan bradikardi
- Dosis : 400 mg oral 1 - 2 jam sebelum
anestesi
200 mg IV 1 - 2 jam sebelum anestesi
Tujuan anestesia :
1. Analgesia
2. Hipnosis
3. Relaksasi / arefleksi
4. Depresi simpatikum
2. Ranitidin (zantax)
- Mengurangi volume cairan lambung
sehingga aspirasi pneumoni dapat
dicegah
- Meningkatkan pH cairan lambung
(syarat aspirasi pneumoni pH < 2,5)
dengan A. H2 --> pH > 3,5
Kekurangan AH2
- Hipotensi dan bradikardi
Dosis Ranitidin : 150 mg/oral
50 - 100 mg/IV
3. Antasid (Belusil, mylanta)
- Meningkatkan pH cairan lambung
- Meningkatkan tonus sp. esofagus
- Dosis : 15 - 30cc 30 menit sebelum
anestesi
www.fkunmul.co.cc 2
Penelitian : mortalitas akibat aspirasi
pneumonia
- Yang mendapat antasid / tidak --> tidak
berbeda
- Yang mendapat AH2 --> lebih sedikit
www.fkunmul.co.cc 2
FARMAKOLOGI KLINIK ANESTESI
INHALASI
- Metoksifluran : nefrotoksik
- N20 : obat anestesi yang paling banyak
digunakan
Definisi yang perlu diketahui :
1. Konsentrasi
Fraksi gas dalam campuran gas (uap)
sebanding dengan volume gas tersebut dibagi
volume gas total dalam %.
Contoh konsentrasi N20 7 liter dalam 02 3
liter ialah 70%. Kalau ditambah halotan 1%
berarti uap halotannya 100 ml
2. Tekanan bagian (partial pressure) sebanding
dengan fraksinya ialah konstanta x tekanan
total. Contoh : tekanan laodan 1% = 7,6
mmHg
3. MAC (minimal alveolar concentration)
anestesi, inhalasi :
Konsentrasi minimal zat tersebut dalam gas
alveoli yang dibutuhkan untuk mencegah
gerak dari 50%
MAC anestesi inhalasi
Zat MAC % Zat MAC%
Halo 0,77 isoflu 1,15
Enflu 1,70 Savolfu 2,05
Desflu 6,0 N20 104
Contoh :
2 MAC isflu = 2,50%
0,5 MAC isoflu = 0,85%
70% N2O = 0,7 MAC
N2O (Nitrous oxide, dinitrogen monoxide,
laughing gas)
Sejarah N2O
1. J. Piresttey : penemu N2O pada 1772
2. H. Davy : mengenalkan N2O sebagai analgetik
3. G.C. Cotton : ahli kimia demo N2O sebagai
analgetik pada 1844
4. H. Wells : Dokter gigi cabut gigi tidak nyeri
5. E. Andrews : 1868 ahli bedah mengenalkan
O2 sebagai campuran N2O
6. Anestesi pertama dalam klinik (N2O, eter,
kloroform)
7. < 1934 : induksi rumatan dengan inhalasi, lalu
IV
8. Sekarang untuk bayi - anak dan pasien takut
suntikan (Halo - sevo)
N2O untuk keperluan klinik :
1. Disimpan dalam silinder warna biru bentuk
cairan di atasnya gas bertekanan
2. Tekanan gas N2O di atas cairan 51 atm atau
750 psi pada suhu 20oC
3. Kemurnian > 99%
4. Pada pembuatan tercampur zat lain :
a. Nitrogen, N2 mengencerkan gas anestetik
b. Nitrit oxide, berikatan dengan Hb -->
hipoksia
c. Bentuk bebas nitrit acid dalam jaringan -->
edema paru
d. N2O, oksida > tinggi merusak katup mesin
anestesi
e. Amonia bersama uap air
Sifat-sifat farmakologik N2O :
1. Toksisitasnya rendah
2. Anestetik lemah dengan MAC 104%, tapi
analgesinya baik
3. Kelarutan dalam darah dengan jaringan rendah
4. Tidak iritasi jalan napas, dengan sungkup
muka ......
5. Tidak bau, enak untuk induksi
Sifat-sifat klinis N2O :
1. N2O 25% bersifat sedasi sedang
2. N2O 50% analgesinya = 10 mg morfin (kerja
diopiate reseptor)
N2O 50% mengurangi gejala ketagihan obat
3. N2O punya efek agonis terhadpa reseptor
opioid atau dapat mengakitfkan sistem opioid
endogen.
Sifat analgetik N2O dapat diantagonisir oleh
Nalokson.
Sifat anestesinya tetap, ada hubungan dengan
kelarutan dalam lemak
4. N2O 70% sendiri efek terhadap CMRO2
minimal
5. N2O merupakan vasodilator otak
N2O > 50% dapat menimbulkan efek tidak
menyenangkan seperti :
1. Excitement (kegembiraan)
2. Confusion (kebingungan)
3. Exhilaration (keriangan)
4. Laughing (tertawa)
5. Inability to cooperate (tidak mampu kerja
sama)
6. Premedikasi anxiolitik (benzodiazepin) dan
hipnotik
www.fkunmul.co.cc 2
Empat kompartemen jaringan yang dikenal : Curah Jantung
(CO)
Berat Organ
Total
Highly perfused tissue 75% 10%
Vessel rich group Otak, ginjal,
jantung, hepar,
kulit
Muscle tissue group 18% 50%
Fat tissue group 5% 20%
Vessel poor group 1% 20%
Biotransformasi dan metabolisme
1. Hampir semua N2O dieliminir lewat paru
dalam bentuk murni N2O
2. Sebagian kecil lewat kulit, keringat (5 -
10ml/menit), N2 hanya 0,3 ml/menit. Sebagian
gas N2O via urin dan usus
3. Sebagian lagi mengalami biotransformasi oleh
usus, menjadi gas nitric oksida, NO2,
ammonia, atau ion nitrat larut air non volatil
NO3-
, NO2-
, NH4-
4. N2O plus X-Ray menghasilkan nitric oxida
dan nitrogen dioxida
Efek terhadap respirasi
1. Spasme laring minimal
2. Tak merangsang sekresi salivasi
3. N2O distop pada bronkokonstriksi cepat
diserap --> atelektasis
4. Cegah dengan O2 100% 5 - 10 menit
5. N2O anestesi lemah perlu konsentrasi tinggi
supaya pasien tidur
6. N2O 70% shift P50 to the right dari 26,8 ke
28,4 mmHg
Efek pada traktus gastrointestinal
1. Motilitas, tonus, sekresi tidak terganggu
2. N2O masuk luman traktus gastrointestinal,
tekanan naik, distensi mual-muntah
3. Liver pankreas tidak terganggu kecuali hipoksi
atau hiperkarbi
Efek pada genito urin
Fungsi ginjal, buli-buli, produksi urin tidak
terganggu
Efek terhadap reproduksi
1. Tonus dan kontraksi uterus tidak terganggu
saat hamil atau melahirkan
2. Transmisi lewat plasenta cepat
3. Setelah 10 - 14 menit konsentrasi ibu : fetus
0,8
4. Jangan diberikan pada trimester 1 - 2, ada
resiko abortus dan kemungkinan kelainan
bawaan masih diragukan
Efek terhadap otot skeletal
1. Tak ada relaksasi
2. Tonus flexor / ekstensor sedikit naik pada
induksi
Efek pada saraf
1. Ada resiko pasca N2O terjadi anemia
megaloblastik
2. Defisiensi vitamin B12 + N2O --> eksaserbasi
mieloneuropati
3. Polusi N2O --> polineuropati, otot lemah,
numbness (baal), gatal
4. NIOS (Nat Institut for Occupational Health)
USA --> N2O < 25 ppm, + Halothane --> 0,5
ppm, tanpa N2O < 2,0 ppm
Hipoksia difusi
1. N2O distop --> cepat keluar via paru
Mengusir O2 --> hipoksia difusi
Mengusir CO2 --> respiratory drive menurun -
-> hipoventilasi
2. 5 - 10 menit distop --> N2O dalam alveoli
masih 500 - 800 ml / menit. Mencegah
hipoksia beri O2 100% dalam 5 - 10 menit
pasca N2O.
3. Untuk mencegah hipoksia beri O2 100%
selama 5 - 10 menit pasca anestesi
Halotan (Fluatan)
Sifat farmakologik
1. Paten, nonflammable, noexplosive,
halogenakol ethane
2. Bau enak, ideal untuk induksi inhalasi,
terutama pada anak
3. Pada suhu kamar stabil asal :
a. Dalam botol coklat tahan cahaya
b. Diawetkan dengan thymol 0,01%
c. Dekomposisi menjaid hidrochloric acid
dan fosgen
4. Dengan sedalime ada resiko terbentuk generasi
toksis potensial
5. Merusak karet anestesi jadi lembek dan
membesar
6. MAC halo 0,77%, bayi 0,84, orang tua 0,64
Premedikasi
1. Atropin (melawan bradikardi, halo tak
hipersekresi)
2. Petidin (atropin like, selain narkotik,
analgetik)
3. Diazepam, barbiturat (melancarkan induksi)
Induksi
Inhalasi terutama pada anak atau dewasa takut
jarum
www.fkunmul.co.cc 2
Konsentrasi 2,0 - 3,5 volume%
A. Dalam 10 menit --> relaksasi, kalaup erlu
semprot lido, dapat diintubasi
B. Kombinasi dengan N2O lebih cepat
Rumatan
Konsentrasi 0,5 - 1,5 volume% dengan N2O
napas spontan.
Cukup relaks untauk bedah perut bawah
Eliminasi dan biotransformasi
1. Eliminasi terutama lewat paru
2. Metabolisme terutama oleh hepar 20 - 45%
a. 18% metabolit sebagai komponen fluorida
organik
b. 12 - 25% sebagai trifluoro asetat
c. 1% sebagai inorganik fluorida
3. Reaksi terutama hidroksilasi dengan
dehalogenasi, hasilnya :
Nonvolatil dieliminasi lewat urin
a. Sebagai trifluoro-asetil acid
b. Free bromide
c. Free chloride
4. Halo satu-satunya anestesi yang mengalami
reaksi reduktif
Efek fisiologi halotan
1. Terhadap SSP
a. Ukuran pupil mata = anestesi lain
tergantung dalam anestesi
b. Vasodilatasi serebral : CBF meningkat,
CBV meningkat, ICP meningkat, sulit
dilawan dengan hiperventilasi
c. ICP Halo > enflu > isoflu > susah dilawan
dengan hiperventilasi
d. Tidak dianjurkan untuk bedah otak
2. Terhadap respirasi
a. Anestesi dalam --> depresi (napas dangkal,
lambat)
Waktu insiprasi pendek, ekspirasi panjang
b. Bau enak, tidak merangsang sekresi jalan
napas, induksi > mudah
c. Depresi otot interkostal --> diafragma
terdorong ke kranial
d. Bronkodilator --> baik untuk asma
3. Terhadap kardiovaskular
a. Tonus simpatis , dominasi vagus --> BP
, HR , CJ , SV , MAP
Kontraksi miokard , inotropik (-),
diantagonis CaCl 10%. Indeks cardiac
10%
b. Manipulasi jalan napas --> accentuate
vagal tone
c. Terhadap sirkulasi ginjal dan tliaka -->
vasodilatasi
Terhadap sirkulasi mesenterika -->
vasokonstriksi
d. Halo dan adrenalin --> aritmia, ventrikular
premature beats
Dosis adren dianjurkan pada halo MAC -->
2,1 ug/kg atau 10 ml
1 : 100.000 untuk prosedur pendek dengan
30 ml untuk prosedur 1 jam
Hindari hiperkapnia
Pada (soflu 6,7 ug/kg dan pada enflu 10,9
ug/kg
e. Anak lebih toleran terhadap halo + epi
dosis besar sampai 10 ug/kg tidak
aritmogenik
f. Aritmia tergantung tempat suntikan (naso,
mulut, muka kans aritmia )
Hindari halo pada bedah kepala - leher,
perineal dan vaginal
KP : encerkan < 5 ug/ml
4. Terhadap ginjal
a. SGPT 12,5%, post op ikterus 4‰
b. Halo 1,5 MAC aliran darah splenic 25 -
30%
c. Depresi tonus saluran cerna, motilitas
lambung, yeyunum dan colon .
5. Terhadap sambungan saraf otot
Relaksasi ringan --> cukup bedah perut bawah
6. Terhadap uterus
a. Relaksasi uterus, baik sedang atau tidak
sedang hamil, oleh karena efek langsung
terhadap otot polos uterus stimulasi
reseptor beta adrenergik
b. Halo 1% depresi tonus, frekuensi dan
amplitudo kontraksi dapat diantisipasi oleh
pitosin
c. Halo 2% relaksasi lengkap --> tidak dapat
diantisipasi oleh pitosin
7. Endokrin
a. Hambat pelepasan insulin --> pada orang
tertentu --> hiperglikemia
b. Pada anestesi lama --> hipoglikemia
c. Stress bedah -->
- Kortisol
- Testosteron, anabolik steroid 12%
Pasca anestesia
1. Pulih sadar cepat, umumnya bebas eksitasi
2. Pulih orientasi dalam 5 - 10 menit
3. Refleks protektif kembali dalam beberapa
menit
4.
5.
Enfluran (elian)
Sintesa 1963, digunakan 1972, Halogenated ether.
www.fkunmul.co.cc 2
Nonflammable, nonexplosive (<5,8% dalam N2O
- O2)
Potensi sedang (Iso > poten), iritasi jalan napas
minimal
Stabil tidak bereaksi dengan metabolit, tidak
terganggu cahaya
MAC 1,7 menurun sesuai usia
Absorbsi dan eliminasi
Isofluran
--> Untuk bedah otak
Sifat : terhadap otak baik
www.fkunmul.co.cc 2
ANESTESIA INTRAVENA
17 Januari 2000
Digunakan untuk :
- Induksi
- Suplemen
- Anestesia IV total
- Anestesia balon
- Anestesia tunggal
Induksi : mempercepat dan melancarkan
Suplemen : pada operasi yang menggunakan
anestesia regional yang memungkinkan
pasien trauma pada ruas operasi. Yang
tidak familier maka diberi sedasi.
Hipnosis / amnesia
Relaksasi Analgesia
Pada umumnya obat-obat anastesia hanya
mempunyai efek hipnotik sedasi
Analgesia terjadi karena depresi pada otak yang
sangat dalam.
Obat-obatan IV tidak menimbulkan relaksasi otot.
Depresi pernapasan bukan oleh karena depresi
otot pernapasan melainkan depresi pusat
pernapasan
Dibuktikan dengan .......... pada apneu
Sifat anestesia IV ideal
1. Kimia
2. Farmakokinetik
3. Farmakodinamik
4. Hipersensitivitas
5. Efek samping
Obat anastesia - apabila dilarutkan pKa-nya akan
sama dengan pH darah dan efek kemanjurannya
tidak berkurang
Di dalam darah dalam bentuk bebas sedikit,
banyak diikat dalam protein.
Distribusi cepat ke dalam otak dan jaringan lain,
ekresinya cepat
Biotransformasi dalam ginjal sedikit
Efek akumulasi obat sedikit sekali
Efek obat sesuai dosis yang diberikan, tidak ada
sifat individual
www.fkunmul.co.cc 2
JENIS-JENIS AFFEREN PRIMER
18 Januari 2000
Jenis Diameter
(um)
Myelin Kecepatan
Hantar
A 6 - 22 tebal 33 - 75
A 2 - 5 tipis 5 - 30
C 0,3 - 3 - 0,5 - 2
A : - Tidak menghantar informasi nyeri
- Proprioseptif
: - Touch
- Pressure
: - Sceletal muscle tone
: - Fast pain
- Touch
- Temperature
B : Preganglionic autonomic fibres
Nyeri akut
- Penyebab : stimulasi nociceptive, perlukaan,
proses penyakit, fungsi abnormal otot / viscera
- Mudah dideteksi
- Lokalisasi jelas
- Sebatas kerusakan jaringan
Nyeri kronik
- Nyeri persisten : menetap + lama
- Nyeri recurren : berulang / kambuh dengan
interval
- Menetap > 1 bulan di atas waktu batas
penyembuhan
- Berlangsung > 6 bulan
Zat-zat kimia berperan dalam transduksi
Zat Sumber Efek nyeri Efek pada
aferen
Potassium Sel-sel rusak ++ Mengaktifkan
Serotonin Platelet ++ Mengaktifkan
Bradikinin Kininogen
Plasma
+++ Mengaktifkan
Histamin Sel mast + Mengaktifkan
Prostaglandin As. arakhidorat
Sel-sel rusak
+- Sensitasi
Leukotrien As. arakhidorat
Sel-sel rusak
+- Sensitasi
Substansi Afferen primer +- Sensitasi
Penanggulangan nyeri
Multidisiplin
Obat-obatan :
- Non opioid adjuvant
- Opioid ringan
- Opioid
- Opiat
Operasi :
- Nerve section
- Sympatheotomy --> pada “Burger disease” -
-> vasokonstriksi perifer kedua tungkai -->
sympatectomi pada lumbal
- Myotoni
- Prosterix bhyzotoni
1. Reseptor Mu1 berhubungan dengan analgesi
somatik dan visera
2. Mu2 berhubungan dengan depresi pe........
3. Delta berhubungan dengan analgesi somatik
www.fkunmul.co.cc 2
RESUSITASI JANTUNG PARU
19 Januari 2000
Mengembalikan fungsi napas dan atau sirkulasi
yang berhenti oleh sebab yang datangnya tiba-tiba
dan pada orang dengan kondisi tubuh yang
memungkinkan untuk hidup normal selanjutnya
bila kedua fungsi tersebut bekerja kembali.
Kapan RJP dilakukan
1. Serangan jantung (infark)
2. Serangan Adams-Stoker
3. Hipoksia mendadak
4. Sengatan listrik
5. Refleks vagal
6. Tenggelam dan kecelakaan ada peluang hidup
Kapan RJP tidak dilakukan
1. Kematian wajar
2. Stadium terminal penyakit
3. Setelah 1/2 - 1 jam RJP gagal dipastikan
fungsi otak tidak pulih
Resusitasi dihentikan
1. Sirkulasi --> ventilasi spontan
2. Upaya RJP diambil alih yang lebih
bertanggung jawab
3. Penolong terlalu letih
4. Pasien dinyatakan mati
5. 1/2 - 1 jam hampir dipastikan fungsi otak
takkan pulih (nadi (-), normotermi tanpa RJ)
stadium terminal baru diketahui setelah RJP
dilakukan.
1. RJP bantuan hidup dasar
A : airway control : membebaskan jalan napas
B : breathing support : napas buatan
C : circulation support : kompresi jantung luar
2. Advanced Life Support : ALS
Bantuan hidup lanjut : BHL
D : Drugs and fluid
E : EKG
F : Fibrilation treatment
3. Prolonged Life Support : PLS
G : Gauging
H : Human mentation
I : ICU
Mati
1. Fungsi spontan napas dan jantung telah
berhenti secara pasti atau irreversibel
2. Telah terbukti terjadi mati batang otak
Otak yang tidak mendapat darah (oksigen) akan
rusak dalam 4 - 6 menit. Keberhasilan RJP
ditentukan oleh cepatnya tindakan
0 - 4 menit --> Clinical death Brain damage
not likely
4 - 6 menit Brain damage
probable
6 - 10 menit--> Biological death Brain damage
probable
over 10 menit Brain damage
almost certain
Tanda dan gejala henti napas
1. Melihat : tidak ada gerakan napas pada perut
dan dada
2. Mendengarkan : suara napas
3. Merasakan : aliran suara napas
Sumbatan jalan napas
- Lidah
- Benda asing : misalnya tumor, spasme
Gerak triple jalan napas
1. Menarik kepala ke belakang
2. Mendorong rahan bawah ke depan
3. Membuka mulut
B. Breathing support
Pernapasan buatan :
1. Mulut ke mulut
2. Mulut ke hidung
3. Bayi : mulut ke mulut dan hidung
4. Napas buatan dengan alat :
- Periksa nadi besar
- Bila ada syok --> posisi kaki lebih tinggi
dari kepala
Lebih baik melakukan resusitasi pada orang yang
“sedang meninggal” daripada pada orang yang
“telah meninggal”
Henti jantung (cardiac arrest)
Penghentian tiba-tiba kerja pompa jantung pada
organisme yang utuh atau hampir utuh
Utuh : organ vitalutuh (otak, jantung, paru-paru,
ginjal, hati), tungkai tidak termasuk
Henti jantung (cardiac arrest)
Gambaran klinis berhentinya sirkulasi mendadak
yang terjadi pada seseorang yang tidak diduga
mati pada waktu itu
- Asistole ventrikular
www.fkunmul.co.cc 2
- Fibrilasi ventrikular
- Takikardia berat
- Bradikardia berat
Cardiac arrest --> sudden death
Mati klinis ada potensial menjadi hidup lagi, maka
dapat diberi RJP
Sebab henti jantung
1. Penyakit kardiovaskular
2. Hipoksia akut
3. Keracunan obat
4. Gangguan asam-basa / elektrolit
5. Kecelakaan : syok, listrik, tenggelam
6. Reflex vagal
7. Anestesia dan pembedahan
8. Terapi dengan tindakan diagnostik medis
9. Syok
Diagnosis henti jantung
- Tidak sadar
- Apneu atau “gasping”
- Terlihat seperti mati
- Tidak teraba denyut arteri besar (karotis,
femoralis, brakialis)
- Warna kulit pucat sampai kelabu
- Pupil dilatasi (tanda tambahan)
* 2 tanda pasti henti jantung
Sirkulasi buatan
- Pijat dada tertutup :
- Manual
- Mekanis
- Pijat dada terbuka --> manual
- Mesin jantung paru (heart lung machines)
Indikasi kompresi jantung dalam
- Dada atau abdomen atas telah terbuka
- Bedah toraks yang baru dikerjakan
- Deformitas dinding dada seperti skoirosis ......
- Trauma dada / patah iga jamak dengan henti
jantung
- Tamponade jantung
Sirkulasi buatan
Curah jantung :
- 25% normal (pada kompresi jantung luar)
- 50% normal (pada kompresi jantung dalam)
Perfusi serebral :
Tanda-tanda prognostik yang baik
- Refleks-refleks mata cepat sekali
- Refleks-refleks traktus respiratorius bagian
atas cepat kembali
Bila sirkulasi telah spontan dan tekanan darah >
60 torr --> kompresi jantung dapat dihentikan,
tetapi tetap diawasi terus
Resusitasi darurat dapat diakhiri bila :
1. Sirkulasi dan ventilasi spontan telah timbul
kembali
2. Upaya resusitasi telah diambil alih
3. Seorang mengambil alih tanggung jawab
4. Penolong terlalu capai
5. Korban dinyatakan mati
6. Setelah dimulai resusitasi, kemudian diketahui:
- Stadium terminal penyakit
- 1/2 - 1 jam terbukti tidak ada dnadi pada
normotermia tanpa RJP
Mati normal
Mati karena penyakit akut / kronik yang sudah
sedemikian rupa sehingga yang mati bukan cuma
jantungnya saja tetapi organ-organ lain juga. Oleh
karena itu RJP tidak perlu dilakukan
Pukulan precordial :
+- 30 cm jarak
Hanya dianjurkan pada :
1. Henti jantung yang disaksikan
2. Pasien yang dimonitor
3. Pasien AV block dengan pace maker
Aturan-aturan
- Beri pukulan tunggal tajam dan cepat di atas
pertengahan sternum dengan dasar kepalan
tangan bagian yang lunak dari jarak 20 - 30 cm
di atas dada
- Berikan pukulan ini dalam menit pertama
sesudah henti jantung
- Bila tidak ada respon yang cepat, mulai
dengan langkah-langkah ABC yang biasa
Alternatif dan tambahan terhadap pijat jantung
- RJP batuk
- Manuver tekanan jalan nafas tinggi
- Ikatan abdomen dan “mast”
- Kompresi abdominal intermiten dengan
RJP
- RJP impul tinggi
Komplikasi resusitasi
- Insuflasi lambung --> regurgitasi dan aspirasi
- Ruptura paru-paru --> pneumotoraks,
emfisema subcutis
- Usaha intubasi yang lama --> asfiksia dan
henti jantung
www.fkunmul.co.cc 2
- Patah iga --> pneumothoraks atau
hematothoraks
- Patah sternum
- Ruptur hepar
- Kontusio paru-paru
- Emboli sumsum tulang dan emboli lemak
- Tamponade jantung
Pengakhiran resusitasi darurat
Dinyatakan mati :
1. Bila kemudian pasien tetap
- Tidak sadar
- Tidak timbul napas spontan
- Gangguan refleks
- Pupil dilatasi
--> selama 15 - 30 menit --> mati otak
atau
2. Bila terdapat tanda-tanda mati jantung
Mati jantung (cardiac death) =
Asistol listrik membandel (intractable electric
asystole) selama paling sedikit 30 menit sesudah
RJP + terapi optimal
ABC RJP :
1. Sadar kembali
2. Mati
3. Belum mati dan belum timbul denyut jantung
spontan --> DEF BHL
4. Denyut jantung timbul
Kesadaran (-)
Nafas spontan (+-)
Sedapat mungkin lakukan intubasi trakea
D : drugs and fluids (obat dan cairan infus)
1. Adrenalin 0,5 - 1,0 mg (dewasa)
10 mcg/kg (anak)
IV = pilihan pertama
Intratrakea : 1 ml 1‰ + 9 ml aquades
Intrakardia
Diulang tiap 5 menit dengan dosis sama
2. Na Bikarbonat : 1 mEq / kgIV
Diulang tiap 10 menit dengan dosis 0,5
mEq/kg (tetapi tidak rutin)
Karena akan dipecah menajdi CO2 maka
jamin ventilasinya
Dosis adrenalin
Standar
Dewasa : 0,5 - 1 mg IV --> 5 mgIV (Landner)
--> 1 mgIV (AHA 92)
Interval : 5 menit --> 3 - 5 menit
Pediatri :
I 0,01 mg/kg IV 3 - 5 menit -->
II 0,1 - 0,2 mg/kg IV (bukan neonatus)
Obat IV
IV lebih baik daripada ETT
Dosis ETT = 2,5 x IV
Defibrilasi
Defibrilator eksternal automatik dan semi
automatik --> perbaikan hasil
Pada fibrilasi ventrikel, jangan menyerah
resusitasi bisa > 1 jam normal kembali
Lanjutkan RJP selama 2 menit sesudah tiap kali
memberi obat
Henti jantung disaksikan --> bisa langsung ke D
atau F
Kalau tidak disaksikan : ABC
1. --> syok balik 3x .....
Evaluasi korban trauma / gawat darurat
Survey primer : sadar ? jalan napas ? pernapasan ?
nadi ?
Secondary survey : laju nadi, tekanan darah,
napas, kulit, periksa dari kepala --> kaki cari luka
/ fraktur
- Obat pelemas otot bekerja pada otot lurik,
sehingga pasien apneu. Kemudian dilakukan
napas buatan
- Mati klinis : jantung dan napas berhenti, harus
diresusitasi
- Mati cerebral : orang tidak sadar, tapi jantung
dan pernapasan masih ada
- Mati batang otak : tidak sadar, napas (-),
denyut jantung (+), refleks batang otak (-) -->
dianggap sebagai mayat
- Brain death : cerebrum + cerebral + batang
otak mati
www.fkunmul.co.cc 2
KAPITA SELEKTA
Kepala Bagian Anestesi
Anestesioloi dan terapi intensif
- Anestesia dan analgesia
- Gawat darurat :
- ICU
- RJP / CPR
- ACM / IGD
- Penanggulangan nyeri
- Terapi inhalasi
- Neuro regulasi / detoksifikasi
Gawat :
- Pernapasan
- Jantung
- Metabolik
- Ginjal
- dll.
Semua pasien gawat yang mendekati kematian /
terminal dirawat di ICU (rawat terapi intensive)
Gawat yang belum terminal dirawat di bagian lain,
misalnya bagian ginjal, jantung, saraf, IPD, dll.
Umumnya kegawatan lebih dari 1 organ
Misalnya :
- Gawat jantung (decomp) + sumbatan napas
karena split yang kental menyumbat napas
- Gawat jantung (infark) --> decomp --> syok -
-> kombinasi berbagai kegawatan
- Koma diabetikum dengan penyulit sumbatan
napas
RJP / CPR
Semua resusitasi adalah tindakan agar penderita
yang sudah sangat gawat masih tetap hidup.
CPR --> Paru : pernapasan
Jantung
RJP dilakukan pada cardiac arrest
Prosedur-prosedur RJP / pernapasan buatan,
kompresi jantung, pemberian cairan, sama dengan
yang dilakukan pada anestesia di kamar bedah.
ACM = Acute Care Machine
Pertolongan pertama pada pasien gawat darurat
Klinik nyeri
Segala macam nyeri sudah dapat diatasi. Di
Indonesia belum berkembang. Misalnya nyeri
akibat metastasis Ca. Sudah diberi macam-macam
obat tidak mempan. Di klinik nyeri dapat
dilakukan neurolysis atau pemasangan
neurostimulator. Ambang rangsang dinaikkan
sehingga tidak terasa nyeri.