d1216018.… · web viewpt. sinergi colomadu is a consortium of four state-owned companies...
TRANSCRIPT
JURNAL
STRATEGI KOMUNIKASI PLACE BRANDING
(Studi Deskriptif Kualitatif tentang Strategi Komunikasi
PT. Sinergi Colomadu dalam Place Branding De Tjolomadoe Eks Pabrik
Gula Colomadu Karanganyar Sebagai Destinasi Wisata untuk Menarik
Minat Wisatawan)
Disusun Sebagai Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana
Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
Universitas Sebelas Maret
Diajukan oleh :
Carlie Nurul Widyanti
D1216018
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2018
STRATEGI KOMUNIKASI PLACE BRANDING
(Studi Deskriptif Kualitatif tentang Strategi Komunikasi
PT. Sinergi Colomadu dalam Place Branding De Tjolomadoe Eks Pabrik
Gula Colomadu Karanganyar Sebagai Destinasi Wisata untuk Menarik
Minat Wisatawan)
Carlie Nurul Widyanti
Likha Sari Anggreni
Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
Universitas Sebelas Maret
Abstract
Solo City currently has a new tourist destination, namely De Tjolomadoe which is located in the Central Java, Karanganyar district, Colomadu, Adi Sucipto street number 1. This tourism destination is a former Colomadu Sugar Factory whose build since 1861, but unfortunately this place has been abandoned for 20 years, Currently PT. Sinergi Colomadu who manages De Tjolomadoe. PT. Sinergi Colomadu is a consortium of four state-owned companies including PT PP (Persero) Tbk, PT PP Property Tbk, PT Taman Wisata Candi Prambanan, Borobudur, and Ratu Boko (Persero) and PT Jasa Marga Properti which formed a joint venture under the name of PT. Sinergi Colomadu.Since the inception of De Tjolomadoe, the tourist destination has not been exposed to its existence, therefore a communication strategy is needed to compare these tourist destinations.
The purpose of this research is to analyze the communication strategy of PT. Sinergi Colomadu to branding De Tjolomadoe whose before a Sugar Factory Colomadu become a tourist destination for attract tourists.The theory usedStrategic Communication, Promotion, Public Relations, Place Branding, and Image. The method used in this research is descriptive qualitative, with sample collection technique (purposive sampling. And the collection of data in this research is collected from the results of interviews with four intrenal parties (three Marketing Communication and one Marketing Retail), and five visitors De Tjolomadoe.
1
2
The results obtained from this research is the obstacles in the branding process, where the menu prices at the cafe in De Tjolomadoe is too expensive, so De Tjolomadoe's image in public is an expensive tourist destination. To overcome these problems, PT. Sinergi Colomadu conducts a promo with radio to inform you if the price of the menu at the cafe is adjusted to the market price of Solo.
Keywords : Strategic Communication, Place Branding, Tourist Destination
Pendahuluan
Suatu daerah memiliki daya tarik sendiri, mulai dari destinasi wisata, kuliner
khas, kerajinan tangan yang dihasilkan dari daerah itu sendiri serta seni dan
budaya. Daya tarik wisata yang dimiliki suatu destinasi pariwisata atau daerah
tujuan wisata, yakni sesuatu yang dilihat oleh pengunjungnya, misalnya
pemandangan alam, peninggalan purbakala, pertunjukan, atau sesuatu yang dapat
dilakukan, misalnya rekreasi, olahraga, meneliti, atau sesuatu yang dapat dibeli,
yakni barang-barang unik atau cinderamata.
Pengenalan budaya, hiburan dan kreativitas yang ada di suatu daerah
memerlukan adanya kegiatan pemasaran. Kegiatan pemasaran memerlukan
sebuah brand yang melekat pada barang/jasa yang akan dipasarkan. Umumnya
brand selalu diaplikasikan kepada suatu produk atau jasa, namun dalam konteks
ini, brand diaplikasikan untuk suatu daerah atau kota yang kemudian disebut city
branding.
Di Kabupaten Karanganyar Jawa Tengah, tepatnya di Jalan Adi Sucipto yang
hanya memakan waktu 10 menit dari Bandara Adi Soemarmo, terdapat Pabrik
Gula Colomadu yang saat ini sudah direvitalisasi menjadi tempat wisata dan
kawasan komersial. Saat ini namanya sudah berubah menjadi De Tjolomadoe.
Bekas bangunan PG Colomadu seluas 1,3 ha di atas lahan 6,4 ha itu mulai
direvitalisasi dengan tetap mempertahankan nilai dan kekayaan historis yang ada.
Mesin-mesin raksasa pabrik gula dipertahankan untuk memberikan wawasan
sejarah bagi pengunjung.
Selain museum, De Tjolomadoe juga memiliki venue yang terdiri dari
sejumlah ruangan yang diberi nama dengan nama asli ruangan saat menjadi PG
3
Colomadu. Ruangan tersebut terdapat Stasiun Gilingan yang akan difungsikan
sebagai Museum Pabrik Gula, Stasiun Ketelan sebagai area Food & Beverage,
Stasiun Penguapan sebagai area Arcade, Stasiun Karbonatasi sebagai area Art &
Craft, Besali Cafe sebagai Food & Beverage, Tjolomadoe Hall atau Concert Hall,
dan Sarkara Hall sebagai multi-function hall.
Setelah 20 tahun berhenti beroperasi dan lokasinya terbengkalai, dengan
tampilan baru dan nama yang baru, diharapkan nantinya destinasi wisata ini
banyak dikunjungi wisatawan. Apalagi De Tjolomadoe merupakan destinasi
wisata heritage bertaraf internasional pertama yang ada di Kota Solo. Oleh karena
itu PT. Sinergi Colomadu membuat strategi komunikasi untuk membranding dan
membangun citra untuk dikenal oleh khalayak.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka ditemukan pokok permasalahan yang
dapat diformulasikan dalam rumusan masalah yaitu : Bagaimana strategi
komunikasi PT. Sinergi Colomadu dalam membranding De Tjolomadoe Eks
Pabrik Gula sebagai destinasi wisata untuk menarik minat wisatawan ? Apa saja
media yang digunakan untuk mendukung kegiatan branding De Tjolomadoe?
Telaah Pustaka
1. Komunikasi
Istilah Komunikasi dalam bahasa inggris communication berasal dari bahasa
latin communication, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama
di sini maksudnya sama makna (Effendy, 2006: 2). Diasumsikan, jika ada dua
orang yang terlihat dalam komunikasi, misalnya dalam bentuk percakapan, maka
komunikasi akan terjadi atau berlangsung selama ada kesamaan makna mengenai
apa yang diobrolkan. Jika hanya kesamaan bahasa yang digunakan dalam
percakapan itu belum tentu menimbulkan kesamaan makna. Lebih jelasnya
komunikasi ialah penyampaian makna yang terdapat umpan balik di dalamnya.
Aktivitas komunikasi, harus mengandung kesamaan makna antara dua pihak
yang terlibat. Karena kegiatan komunikasi tidak hanya informatif, yakni agar
4
orang lain mengerti dan tahu, tetapi juga persuasif, yaitu agar orang lain bersedia
menerima satu paham keyakinan, melakukan suatu perbuatan atau kegiatan dan
lain-lain. Komunikasi pada dasarnya bersifat instrumental dan persuasif, kita
berkomunikasi untuk mengajak baik itu orang lain dan sebenarnya bisa juga
berkomunikasi dengan diri sendiri. Ketika kita ingin melakukan suatu hal yang
menjadi dilema bagi kita, kita akan berusaha mempertimbangkan apa tindakan
yang akan dilakukan, hal tersebut juga disebut sebuah komunikasi.
2. Strategi Komunikasi
Menurut (Effendy, 2006: 32), “Strategi pada hakekatnya adalah perencanaan
(planning) dan manajemen untuk mencapai suatu tujuan. Akan tetapi untuk
mencapai tujuan tersebut, strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang
menunjukkan arah saja, melainkan harus menunjukkan bagaimana taktik
operasionalnya”. Sebuah strategi komunikasi hendaknya mencakup segala sesuatu
yang dibutuhkan untuk mengetahui bagaimana berkomunikasi dengan khalayak
sasaran. Strategi komunikasi mendefinisikan khalayak sasaran, berbagai tindakan
yang akan dilakukan, mengatakan bagaimana khalayak sasaran akan memperoleh
manfaat berdasarkan sudut pandangnya, dan bagaimana khalayak sasaran yang
lebih besar dapat dijangkau secara lebih efektif.
Strategi komunikasi merupakan penentu berhasil tidaknya kegiatan
komunikasi secara efektif. Dengan demikian, strategi komunikasi, baik secara
makro (planned multi-media strategy) maupun secara mikro (single
communication medium strategy) mempunyai fungsi ganda (Effendy, 2000: 300) :
a. Menyebarluaskan pesan komunikasi yang bersifat informatif, persuasif dan
instruktif secara sistematik kepada sasaran untuk memperoleh hasil optimal.
b. Menjembatani “cultural gap” akibat kemudahan diperolehnya dan
kemudahan dioperasionalkannya media massa yang begitu ampuh yang jika
dibiarkan akan merusak nilai-nilai budaya.
5
a) Mengenal Khalayak
Dalam menyusun strategi komunikasi, terdapat empat (4) langkah untuk
menciptakan keefektivitasan. Pertama ialah mengenal khalayak terlebih dahulu.
Mengenal khalayak haruslah menjadi langkah pertama bagi komunikator dalam
usaha komunikasi yang efektif. Karena khalayak itu aktif, sehingga antara
komunikator dan komunikan bukan hanya saja terjadi saling hubungan, tetapi juga
saling mempengaruhi. Artinya khalayak dapat dipengaruhi oleh komunikator,
tetapi komunikator juga dapat dipengaruhi oleh komunikan atau khalayak.
b) Menyusun Pesan
Setelah mengenal khalayak dan situasinya, maka langkah selanjutnya dalam
perumusan strategi ialah menyusun pesan, yaitu menentukan tema dan materi.
Syarat utama dalam mempengaruhi khalayak dari pesan tersebut, ialah mampu
membangkitkan perhatian.
Dalam masalah ini Wilbur Schramm mengajukan syarat-syarat untuk
berhasilnya pesan tersebut sebagai berikut (Fajar, 2009: 193) :
1. Pesan harus direncanakan dan disampaikan sedemikian rupa sehingga pesan
itu dapat menarik perhatian sasaran yang dituju-tuju.
2. Pesan haruslah menggunakan tanda-tanda yang didasarkan pada pengalaman
yang sama antara sumber dan sasaran, sehingga kedua pengertian itu bertemu.
3. Pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi daripada sasaran dan
menyarankan cara-cara untuk mencapai kebutuhan itu.
4. Pesan harus menyarankan sesuatu jalan untuk memperoleh kebutuhan yang
layak bagi situasi kelompok di mana kesadaran pada saat digerakkan untuk
memberikan jawaban yang dikehendaki.
c) Menetapkan Metode
Menetapkan metode menurut cara pelaksanaanya, dapat diwujudkan dalam
dua bentuk, yaitu redundancy (repetition) dan Canalizing. Sedang yang kedua
menurut bentuk isinya dikenal metode-metode: informatif, persuasif, dan edukatif
(Fajar, 2009: 198).
1. Redundancy (Repetition)
6
Redundancy atau repitition, adalah cara mempengaruhi khalayak dengan jalan
mengulang-ngulang pesan kepada khalayak. Dengan metode ini sekalian banyak
manfaat yang dapat di tarik darinya. Manfaat itu atara lain bahwa khalayak aka
lebih memperhatikan pesan itu, karana justru berkontras dengan pesan yang tidak
diulang-ulang, sehingga ia akan lebih banyak mengikat perhatian.
2. Canalizing
Canalizing adalah memahami dan meneliti pengaruh kelompok terhadap
individu atau khalayak. Untuk berhasilnya komunikasi ini, maka haruslah dimulai
dari memenuhi nilai-nilai dan standard kelompok dan masyarakat dan secara
berangsur-angsur merubahnya ke arah yang dikehendaki. Akan tetapi bila hal ini
kemudian ternyata tidak mungkin, maka kelompok tersebut secara perlahan-lahan
dipecahkan, sehingga anggota-anggota kelompok itu sudah tidak memiliki lagi
hubungan yang ketat. Dengan demikian pengaruh kelompok akan menipis dan
akhirnya akan hilang sama sekali. Dalam keadaan demikian itulah pesan-pesan
akan mudah diterima oleh komunikan.
3. Informatif
Teknik Informatif adalah suatu bentuk isi pesan, yang bertujuan
mempengaruhi khalayak dengan jalan memberikan penerangan. Penerangan
berarti menyampaikan sesuatu apa adanya, apa sesungguhnya, di atas fakta-fakta
dan data-data yang benar serta pendapat-pendapat yang benar pula. Memberikan
informasi tentang fakta semata-mata, juga fakta bersifat kontroversial, atau
memberikan informasi dan menuntun umum ke arah pendapat (Jawoto, 1959: 7).
4. Persuasif
Persuasif berarti, mempengaruhi dengan jalan membujuk. Dalam hal ini
khalayak digugah baik pikirannya, maupun dan terutama perasaannya. Metode
persuasif, dengan demikian merupakan suatu cara untuk mempengaruhi
komunikan, dengan tidak terlalu banyak berpikir kritis, bahkan kalau dapat
khlayak itu dapat terpengaruh secara tidak sadar. Jutsru itu dengan metode
persuasif ini, komunikator terlebih dahulu menciptakan situasi yang mudah kena
sugesti atau suggestible.
7
5. Edukatif
Metode edukatif, sebagai salah satu usaha mempengaruhi khalayak dari suatu
pernyataan umum yang dilontarkan, dapat diwujudkan dalam bentuk pesan yang
akan berisi: pendapat-pendapat, fakta-fakta dan pengalaman-pengalaman.
d) Seleksi dan Penggunaan Media
Media massa adalah media yang bisa mencapai audiens yang sangat besar,
anonym dan heterogen dalam waktu bersamaan. Onong Uchyana memberi contoh,
mengenai media massa ini, mereka adalah surat kabar, televise, radio, film dan
mungkin internet sebagai media paling baru. Sedangkan media nirmasssa menurut
Onong adalah surat, telepon, spanduk, poster, papan pengumuman, bulletin,
majalah internal dan film documenter.
3. Komunikasi Pemasaran Terpadu
Komunikasi pemasaran adalah aktivitas yang berusaha menyebarkan
informasi, mempengaruhi dan membujuk atau mengingatkan pasar sasaran atas
perusahaan dan produknya agar bersedia menerima, membeli loyal pada produk
yang ditawarkan perusahaan yang bersangkutan (Saladin, 2001: 123). Oleh karena
itu, upaya menjaga loyalitas konsumen merupakan hal penting yang harus selalu
dilakukan oleh perusahaan. Loyalitas tidak hadir begitu saja, diperlukan strategi
dalam hal pengelolaan konsumen guna memperolehnya. Strategi komunikasi
pemasaran dapat dilakukan dengan periklanan, promosi penjualan, public
relations, personal selling dan direct marketing (Kotler dan Amstrong, 1997: 78)
a) Elemen Dalam Komunikasi Pemasaran Terpadu
1. Promosi
Promosi merupakan bentuk komunikasi pemasaran, artinya aktivitas
pemasaran yang berusaha menyebarkan informasi, mempengaruhi/membujuk, dan
atau mengingatikan pasar sasaran atas perusahaan dan produknya agar bersedia
menerima, membeli dan loyal pada produk yang ditawarkan perusahaan yang
bersangkutan (Tjiptono, 2002: 219).
2. Public Relations
Public Relations (PR) adalah setiap bentuk komunikasi yang terselenggara
antara perusahaan dan setiap pihak yang berhubungan dengannya. Definisi PR
8
menurut Frank Jefkins menitikberatkan kepada strategi komunikasi (Jefkins,
1995: 9), sebagai berikut:
“Humas adalah sesuatu yang merangkum keseluruhan komunikasi yang terencana, baik itu ke dalam maupun ke luar, antara suatu organisasi dengan semua khalayaknya dalam rangka mencapai tujuan-tujuan spesifik yang berlandaskan kepada saling pengertian.”
3. Place Branding
Place branding menjadi salah satu dari konsep yang paling populer,
umumnya dalam pemasaran tempat dan khususnya daerah tujuan turis (Avraham
dan Ketter, 2008: 16). Selanjutnya dalam Strategic Place Triangle, Place
branding ditempatkan ke dalam elemen pemasaran value yang terdiri dari brand,
service, dan process, dan merupakan cara untuk merebut heart share (hati
pelanggan) (Kartajaya dan Yuswohady, 2005: 7).
Lebih lanjut Blain et.al (Govers dan Frank Go, 2009: 13) mengemukakan
bahwa :
“Place branding sebagai kegiatan pemasaran yang mendukung penciptaan nama, simbol, logo, word mark atau grafis lainnya, baik untuk mengidentifikasi dan membedakan tujuan, menyampaikan janji dari pengalaman perjalanan yang unik mengesankan terkait dengan destinasi, dan berfungsi untuk mengkonsolidasikan serta memperkuat ingatan kenangan menyenangkan dari pengalaman destinasi, semuanya dengan tujuan untuk menciptakan citra yang mempengaruhi keputusan konsumen untuk mengunjungi destinasi tersebut”.
4. Citra
(Avraham dan Ketter, 2008: 48) mengungkapkan pentingnya melakukan
pengembangan citra bahwa mengubah citra suatu tempat yang sukses dimulai
dengan menguji citra yang telah ada di antara publik sasaran karena citra ini
merupakan fondasi dimana kampanye pemasaran seharusnya dibangun.
Metodologi
Adapun Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif
kualitatif. Penelitian ini bersifat deskriptif yang didukung dengan data kualitatif,
yaitu proses penelitian yang sifatnya menggambarkan secara tepat sifat-sifat suatu
9
individu, keadaan, gejala, atau kelompok tertentu dan hubungan suatu gejala
dengan gejala yang lain. Sebagai suatu penelitian deskriptif, penelitian ini studi
kasusnya mengarah pada pendeskripsian secara rinci dan mendalam mengenai
potret kondisi tentang apa yang sebenarnya terjadi menurut apa adanya di
lapangan (Sutopo, 2002: 111).
Dalam penelitian ini, peneliti mencoba menjelaskan tentang strategi
komunikasi PT. Sinergi Colomadu dalam membranding destinasi wisata baru
yang berlokasi di Karanganyar (De Tjolomadoe). Sebelumnya De Tjolomadoe
merupakan pabrik gula, yang hingga 20 tahun terakhir terbengkalai. Lalu saat ini
sudah direvitalisasi menjadi destinasi wisata. Teknik pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini ialah wawancara, serta dokumentasi.
Jumlah responden dalam penelitian ini ialah empat (4) narasumber yang
terdiri dari Marketing Communication PT. Sinergi Colomadu. Dalam penelitian
kualitatif, data dari narasumber yang memiliki kedudukan sangat penting serta
mempuni dalam topik penelitian. Data primer yang digunakan dalam penelitian
ini adalah data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan pihak-pihak yang
memiliki wewenang dan mengetahui proses place branding De Tjolomadoe.
Analisis data merupakan proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke
dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar lainnya, sehingga dapat ditemukan
tema (Moleong, 2002: 178). Proses analisis data dapat dilakukan jika proses
pengambilan data telah selesai dilaksanakan. Setelah data penelitian sudah
terkumpul, peneliti akan menyeleksi serta menyederhanakan data-data tersebut
sehingga akan memperoleh data yang fokus pada pokok permasalahan yang akan
diteliti.
Validitas merupakan proses pembuktian bahwa data yang didapatkan adalah
benar dan sesuai dengan fakta di lapangan. Hal itu dilakukan dengan cara
melakukan triangulasi data. Triangulasi data dibagi menjadi empat teknik, yakni
sumber, metodologi, penyidik dan teori. Pada penelitian ini, peneliti
menggunakan teknik sumber, agar dalam mengumpulkan data, akan lebih baik
jika digali dari beberapa sumber berbeda (Susanto, 2006: 79).
10
Dalam uji validitas, peneliti melakukan pembuktian di lapangan dengan hasil
kesimpulan yang didapat. Pertama yang dilakukan peneliti ialah mencari tahu
tentang De Tjolomadoe melalui internet, sejak awal dibangunnya De Tjolomadoe
yang sebelumnya merupakan Pabrik Gula hingga sudah menjadi Destinasi Wisata.
Kemudian peneliti melakukan wawancara dengan beberapa informan di antaranya
Marketing Communication dan Marketing Retail PT. Sinergi Colomadu. Dengan
demikian informasi yang diperoleh peneliti dapat diuji kebenarannya dengan
melakukan wawancara langsung dengan informan.
Sajian dan Analisis Data
Branding suatu kota dapat dengan cara mengangkat potensi dan keunikan
yang dimiliki kota tersebut dibanding kota lainnya. Branding bukan hanya
sekedar menunjukkan identitas kota secara umum. Tetapi dengan branding
diharapkan akan membangkitkan rasa penasaran untuk mengenal lebih dalam
suatu wilayah, serta memberikan rasa bangga pada orang yang menetap
didalamnya.
Solo merupakan kota yang memiliki nilai sejarah dan kebudayaan yang kuat.
Solo ingin membangun citra baru, sebagai kota yang selalu dikenang sebagai
pusat perkembangan kebudayaan Jawa. Berdasarkan hal tersebut dan dengan
mempertimbangkan kemampuan potensial yang dimiliki, akhirnya tercipta slogan
“Solo The Spirit of Java”. The Spirit of Java mencerminkan kedalaman makna
akan akar budaya, seni dan sejarah kota Solo, sehingga kota Solo berhak
mengklaim kotanya sebagai “Jiwanya Jawa”.
Saat ini terdapat banyak destinasi wisata yang ada di kota Solo dengan
beragam konsep. Yang baru saja didirikan adalah destinasi wisata De Tjolomadoe.
Karena destinasi wisata tersebut terbilang cukup baru, oleh karena itu dibutuhkan
place branding agar destinasi wisata tersebut lebih dikenal oleh masyarakat luas.
a. Strategi Komunikasi PT. Sinergi Colomadu dalam Membranding De
Tjolomadoe Sebagai Destinasi Wisata
Dalam melaksanakan proses branding, baik itu merek, perusahaan, produk
dan sebagainya. Strategi komunikasi sangat dibutuhkan dalam menunjang proses
11
branding tersebut agar dapat berhasil. Strategi komunikasi merupakan salah satu
cara khusus yang dipersiapkan demi mencapai tujuan suatu perusahaan atau
organisasi. Melalui strategi komunikasi diharapkan perusahaan atau organisasi
dapat mencapai tujuan dengan cara yang tepat sesuai dengan hasil riset yang
didapatkan melalui proses pembentukan strategi komunikasi.
PT. Sinergi Colomadu sebagai sebuah perusahaan yang baru saja terbentuk 8
April 2017 lalu. PT. Sinergi Colomadu dipercaya oleh BUMN untuk mengelola
destinasi wisata baru yang ada di Kota Solo, Karanganyar Colomadu. Dalam
mengelola sebuah destinasi wisata baru, agar tempat tersebut dikenal oleh
khalayak. Strategi yang sudah dilakukan oleh PT. Sinergi Colomadu dalam
membranding De Tjolomadoe ialah, Above The Line dan Below The Line. Dimana
Above The Line merupakan pemasaran produk atau jasa yang menggunakan media
massa. Media yang digunakan biasanya televisi, radio, media cetak, internet, dan
sebagainya. Sementara Below The Line merupakan aktifitas marketing atau
promosi yang dilakukan ditingkat konsumen dengan salah satu tujuannya adalah
merangkul konsumen agar tertarik pada suatu produk. Untuk pelaksanaan strategi
Below The Line ialah dengan mengadakan event untuk menarik minta konsumen.
Salah satu kelebihan yang dimiliki De Tjolomadoe ialah memiliki dua area
indoor maupun outdoor dan areanya cukup luas. Untuk event yang dilaksanakan
di indoor (convention hall/concert hall) biasanya event berbayar karena venue
indoor memiliki fasilitas yang bisa dikatakan mewah, seperti ac, kursi dan lain
sebagainya. Untuk concert hall dapat menampung 3000 kapasitas penonton.
Sedangkan untuk area outdoor biasanya digunakan untuk event yang free, dan
lokasinya di Parkir Timur De Tjolomadoe.
Dalam menyusun strategi komunikasi, terdapat 3 (tiga) langkah untuk
menciptakan keefektivitasan, di antaranya mengenal khayalak. Dalam
mengenalkan kepada khalayak PT. Sinergi Colomadu memiliki cara tersendiri
untuk mempromosikannya kepada khalayak, yakni dengan mengadakan event-
event baik event mandiri, maupun event yang bekerja sama dengan EO.
Menyusun pesan, pesan yang ingin disampaikan PT. Sinergi Colomadu dalam
pembangunan De Tjolomadoe ialah, destinasi wisata yang mengandung nilai
12
heritage, yang ingin dikenal masyarakat Solo sebagai destinasi wisata yang
memiliki nilai heritage. Karena saat ini kota Solo memang masih minim untun
destinasi wisata, terutama yang mengandung nilai heritage. Bahkan sebenarnya
kota Solo tidak terlalu banyak memiliki destinasi wisata. Oleh karena itu, De
Tjolomadoe membawa konsep baru dalam destinasi wisata di Jawa Tengah, yang
memiliki nilai heritage serta bertaraf internasional.
Terdapat lima bentuk dalam menetapkan metode, di antaranya Redundancy
(Repetitition) adalah cara mempengaruhi khalayak dengan jalan mengulangan-
ngulang pesan kepada khalayak sehingga pesan tersebut lebih diperhatikan.
Dalam metode ini yang dilakukan ialah beriklan di majalah secara rutin, atau
berkala.
Canalizing adalah memahami dan meneliti pengaruh kelompok terhadap
individu atau khalayak. Adanya pembangunan De Tjolomadoe, terlihat pengaruh
positif di masyarakat, dengan respon baik dari masyarakat. Persuasif berarti,
mempengaruhi dengan jalan membujuk. Dalam hal ini khalayak digugah baik
pikirannya, maupun dan terutama perasaannya. Dalam hal ini PT. Sinergi
Colomadu melakukan promosi melalui media sosial salah satunya adalah
instagram dengan menggunakan caption yang berisi kata-kata ajakan atau bujukan
untuk berkunjung ke destinasi wisata De Tjolomadoe, dengan adanya promosi
tersebut diharapkan khalayak dapat terpengaruh baik pikiran maupun perasaannya
untuk mengunjungi destinasi wisata De Tjolomadoe.
b. Media yang Digunakan untuk Mendukung Kegiatan Branding De
Tjolomadoe Sebagai Destinasi Wisata
Dalam proses branding, PT. Sinergi Colomadu dimudahkan dengan
penggunaan media untuk mempromosikan De Tjolomadoe. Media yang
digunakan beragam, mulai dari print media, broadcast media, dan digital media.
Dari ketiga media tersebut masing-masing memiliki kekurangan dan kelebihan.
Sejauh ini media yang paling berhasil dalam membantu proses branding ialah
digital media lebih khususnya sosial media. Karena sosial media sangat mudah
dan praktis digunakan untuk menyasar generasi milenials.
13
Pemilihan media sangat berperan dalam berlangsungnya proses komunikasi.
Melalui media pesan-pesan akan disampaikan oleh komunikator kepada
komunikan. Dalam proses branding, PT. Sinergi Colomadu dimudahkan dengan
penggunaan media untuk mempromosikan De Tjolomadoe. Media yang
digunakan beragam, mulai dari print media, broadcast media, dan digital media.
Dari ketiga media tersebut masing-masing memiliki kekurangan dan kelebihan.
Sejauh ini media yang paling berhasil dalam membantu proses branding ialah
digital media lebih khususnya sosial media.
Dalam mempromosikan melalui brodcast media (radio). PT. Sinergi menjalin
kerja sama dengan dua radio regional Solo yaitu Solo Radio dan Metta FM. Dari
beberapa media tersebut, ada media yang ternyata dirasa kurang maksimal dalam
mendukung proses branding untuk saat ini. Media tersebut yakni print media.
Print media saat ini sudah mulai ditinggalkan, karena generasi sekarang lebih
banyak yang menjadi pengguna sosial media, tidak mau lepas dari gadget. Jadi
budaya membacanya pun kurang.
Dari masing-masing media mempunyai nilai lebih dan kurang tersendiri,
tetapi pertimbangan PT. Sinergi Colomadu terhadap pemilihan media-media
tersebut dinilai sudah tepat dan efektif dalam melaksanakan proses branding De
Tjolomadoe. Hanya saja dalam rencana ke depan, PT. Sinergi Colomadu
berencana untuk beriklan di billboard.
Kesimpulan
Dalam menyusun strategi komunikasi yang dilakukan PT. Sinergi Colomadu
ialah mengadakan event-event yang berlangsung di De Tjolomadoe. Mulai dari
event mandiri yang diadakan oleh PT. Sinergi Colomadu, yang mana event-event
tersebut diberi nama “Sinergi Event”. Kemudian event-event yang bekerja sama
dengan EO, seperti event musik (konser) misalnya.
Kemudian pesan yang ingin disampaikan PT. Sinergi Colomadu melalui
pembangunan De Tjolomadoe ialah, ingin De Tjolomadoe dikenal sebagai
destinasi wisata yang memiliki nilai heritage yang menjadi daya tarik tersendiri
untuk masyarakat. Karena di Solo, destinasi wisata yang memiliki nilai heritage
14
masih terlalu sedikit, ditambah dengan keunggulan De Tjolomadoe yang
merupakan destinasi wisata yang berkonsep MICE (meeting, incentive, convention
and exhibition).
Promosi yang dilakukan PT. Sinergi Colomadu ialah memperkenalkan De
Tjolomadoe melalui majalah travel pack magazine, kemudian dengan
mengadakan event yang diselenggarakan di kawasan De Tjolomadoe.
Dalam proses branding destinasi wisata De Tjolomadoe, PT. Sinergi Colomadu
menggunakan beberapa media untuk mempromosikan kepada khalayak. Media
tersebut antara lain: broadcast media, radio. Print media (majalah, koran). Digital
media, sosial media (instagram, facebook, dan youtube). Selain digital media, ada
beberapa artikel di portal media.
PT. Sinergi Colomadu bekerja sama dengan radio yang ada di Solo, yakni
Solo Radio dan Metta FM. Sedangkan untuk majalah, PT. Sinergi Colomadu
beriklan di venue magazine, kemudian di travel pack magazine. De Tjolomadoe
juga memiliki Channel Youtube (De Tjolomadoe) dimana kontennya berisi
tentang mengenalkan De Tjolomadoe sebagai destinasi wisata baru di
Karanganyar, tidak hanya itu beberapa event yang terselenggara di area De
Tjolomadoe juga dipublikasi melalui akun Youtube De Tjolomadoe.
Dalam hal ini media-media tersebut lebih sering digunakan untuk
mempromosikan event-event yang akan berlangsung dan bahkan yang sudah
berlangsung di area De Tjolomadoe. Dengan promosi melalui media tersebut
diharapkan masyarakat lebih mengenal De Tjolomadoe sebagai destinasi wisata
baru di Kota Solo, khususnya Colomadu, Karanganyar.
Daftar Pustaka
Avraham, Eli dan Eran Ketter. (2008). Media Strategies for Marketing Places in Crisis Improving the Image of Cities, Countries and Tourist Destinations. UK: Elsevier.
Effendy, Onong Uchjana. (2000). Dinamika Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
______________________. (2006). Ilmu Komunikasi Teori Dan Praktek. Bandung: Remadja Karya.
15
Fajar, Maehaeni. (2009). Ilmu Komunikasi Teori & Praktik. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Govers, Robert dan Frank Go. (2009). Place Branding Glocal, Virtual, and Physical Identities, Constructed, Imagined, and Experienced. England: Palgrave Macmillan.
Jawoto. (1959). Jurnalistik Dalam Praktek, Bagian I. Jakarta: Yayasan Kantor Berita Nasional Antara.
Jefkins, Frank. (1995). Public Relations. Jakarta: Erlangga.Kartajaya, Hermawan dan Yuswohady. 2005. Attracting Tourists Traders
Investors Strategi Memasarkan Daerah di Era Otonomi. Jakarta:Gramedia Pustaka Utama.
Kotler, Philip dan Gary Armstrong. (1997). Dasar-Dasar Pemasaran,Edisi ketujuh, Jilid 1, dialihbahasakan oleh Alexander Sindoro. Jakarta: Prenhallindo.
Moleong, Lexi J. (2000). Metode Penelitian Hukum. Jakarta: PT. Remaja Rosdakarya.
Saladin, Djasmin. (2001). Manajemen Pemasaran, Analisis, Perencanaan, Pelaksanaan dan Pengendalian. Bandung: Lindakarya.
Susanto. (2006). Metode Penelitian Sosial. Surakarta: UNS Press.Sutopo, H.B. (2002). Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta: UNS Press.Tjiptono, Fandy. (2002). Strategi Pemasaran. Yogyakarta: Andy Offset.