cryoscopic kel5

29
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA PERCOBAAN 6 PENENTUAN MASSA MOLEKUL MELALUI METODE PENURUNAN TITIK BEKU (CRYOSCOPIC) Disusun oleh: Kelompok 5/Off AA 1. Rosyidah Syafaatur R. (208331413104) 2. Puspa Etra Junisa (208331413100) 3. Elok Muji Rahayu (208331417390) 4. Vanny Mayangsari MNS (208331417400) UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Upload: rosyidah-syafaatur-rohmah

Post on 27-Jun-2015

787 views

Category:

Documents


37 download

TRANSCRIPT

Page 1: CRYOSCOPIC KEL5

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA

PERCOBAAN 6

PENENTUAN MASSA MOLEKUL MELALUI METODE PENURUNAN TITIK BEKU (CRYOSCOPIC)

Disusun oleh:

Kelompok 5/Off AA

1. Rosyidah Syafaatur R. (208331413104)

2. Puspa Etra Junisa (208331413100)

3. Elok Muji Rahayu (208331417390)

4. Vanny Mayangsari MNS (208331417400)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

JURUSAN KIMIA

DESEMBER 2010

Page 2: CRYOSCOPIC KEL5

A. JUDUL

Penentuan Massa Molekul melalui Metode Penurunan Titik Beku

(Cryoscopic)

B. TUJUAN

Setelah melakukan percobaan ini, diharapkan mahasiswa dapat:

1. Menentukan massa molekul zat non elektrolit melalui penurunan titik

beku larutan.

2. Menentukan presentase kesalahan penentuan berat molekul zat non

elektrolit melalui penurunan titik beku larutan.

C. DASAR TEORI, DATA PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

Dalam larutan, terdapat beberapa sifat zat yang hanya ditentukan oleh

banyaknya partikel zat terlarut. Oleh karena sifat koligatif larutan ditentukan oleh

banyaknya partikel zat terlarut, maka perlu diketahui tentang konsentrasi larutan.

Molalitas (m)

Molalitas (kemolalan) adalah jumlah mol zat terlarut dalam 1 kg (1000

gram) pelarut. Molalitas didefinisikan dengan persamaan berikut:

Keterangan :

m = molalitas larutan (mol / kg)

n = jumlah mol zat terlarut (g / mol)

P = massa pelarut (g)

Page 3: CRYOSCOPIC KEL5

Meskipun sifat koligatif melibatkan larutan, sifat koligatif tidak bergantung

pada interaksi antara molekul pelarut dan zat terlarut, tetapi bergatung pada

jumlah zat terlarut yang larut pada suatu larutan. Sifat koligatif terdiri dari

penurunan tekanan uap, kenaikan titik didih, penurunan titik beku, dan tekanan

osmotik. Massa molekul suatu zat bisa ditentukan melalui metode penurunan titik

beku (cryoscopic).

Penurunan titik beku larutan sebanding dengan jumlah partikel zat terlarut

dalam sejumlah tertentu pelarut. Oleh karena itu, jumlah molekul atau ion terlarut

dalam sejumlah yang sama pelarut akan menghasilkan penurunan titik beku

dengan nilai yang sam pula. Berdasarkan hal ini, dapt dikatakan bahwa penurunan

titik beku yang disebabkan oleh satu mol zat non elektrolit adalah sama, tanpa

memperhatikan jenis zat terlarutnya, sepanjang jenis dan pelarutnya sama.

Penurunan titik beku yang diakibatkan oleh satu mol partikel zat terlarut dalam

satu kilogram pelarut disebut penurunan titik beku molal, yang digunakan sebagai

tetapan untuk penentuan berat molekul zat terlarut.

Apabila (g) gram zat terlarut mempunyai berat molekul (M) terlarut dalam

(p) gram pelarut, menghasilkan penurunan titik beku molal Kf, maka massa

molekul zat terlarut tersebut dapat dihitung dengan menggunakan persamaan:

M =

Keterangan:

g : gram terlarut

M : berat molekul

P : gram pelarut

Page 4: CRYOSCOPIC KEL5

△Tf : penurunan titik beku

Kf : tetapan penurunan titik beku molal

Peralatan terdiri dari bejana gelas pendingin berfungsi sebagai bejana

bagian luar, dan ada batang logam agitasi dan nampan logam yang berfungsi

sebagai tempat bejana pendingin. Terdapat sebuah bejana bagian tengah yang

letaknya di tengah yang berfungsi sebagai penyekat agar pendinginan terjadi

secara tidak langsung terhadap bejana bagian dalam dan bejana bagian tengah,

berfungsi agar proses pendinginan terjadi secara perlahan. Dalam bejana bagian

dalam ditempatkan thermometer Beckmann, dan terdapat lubang samping untuk

memasukkan spesimen. Terdapat juga batang agitator bejana bagian dalam yang

berupa kaca yang ditempatkan dalam bejana bagian dalam. Komponen lain adalah

thermometer yang terletak pada bejana bagian luar sebagai perangkat tambahan,

pipet pelarut, dan sifon ( alat untuk menyesuaikan ketinggian cairan pendingin).

DATA PENGAMATAN

1. Pengukuran Titik Beku Pelarut

Massa gelas kimia + tabung reaksi + tutup = 197,72 g

Massa gelas kimia + tabung reaksi + tutup + pelarut (air) 25 mL = 221,99 g

Massa pelarut = 221,99 g – 197,72 g = 24,27 g

Tabel 1.1. Hubungan antara suhu dan waktu pada pendinginan pelarut

Waktu (menit) Suhu (ᵒC)

1 5,0

2 4,5

3 4,1

4 2,9

5 1,0

6 0,5

7 0,6

Page 5: CRYOSCOPIC KEL5

8 0,6

9 0,6

10 0,6

2. Pengukuran Titik Beku Larutan

Massa bejana + zat terlarut = 223,499 g

Massa bejana + pelarut = 221,999

Massa zat terlrut urea, CO(NH2)2= 1,5 g

Tabel 1.2. Hubungan antara suhu dan waktu pada pendinginan larutan

Waktu (menit) Suhu (ᵒC)

1 -1,5

2 -2

3 -2,3

4 -2,8

5 -3,2

6 -4

Page 6: CRYOSCOPIC KEL5

7 -3

8 -3

9 -3

10 -2

ANALISIS DATA

1. Penentuan titik beku larutan terhadap pelarut (∆Tf)

Titik beku pelarut (Tf pelarut) = 0,5ºC

Titik beku larutan (Tf larutan)= -4ºC

∆Tf = Tf pelarut- Tf larutan = 0,5ºC- (-4ºC) = 4,5 ºC

2. Penentuan Berat molekul (M)

M =

M = 25,5

Page 7: CRYOSCOPIC KEL5

M = 26

3. Persentase kesalahan relative

%E = 56,7%

PEMBAHASAN

Penurunan titik beku adalah salah satu dari sifat koligatif larutan, yang

berarti perubahan titik beku hanya bergantung pada jumlah partikel terlarut dalam

larutan. Penurunan titik beku tidak mempedulikan jenis partikel melainkan hanya

berkaitan dengan berapa jumlah partikel yang ada. Karena itu, pengukuran

perubahan titik beku antara pelarut murni, dan pelarut dengan jumlah yang

diketahui zat di dalamnya memberikan nilai yang akurat, dan absolut, jumlah

molekul terlarut dalam larutan. Mengetahui massa zat terlarut dan titik beku

pelarut murni menyediakan informasi yang cukup untuk secara akurat menghitung

Molekul per satuan massa zat terlarut.

Dalam percobaan ini digunakan air sebagai pelarut dan urea sebagai zat

terlarut. Massa molekul urea bisa diketrahui dengan mengukur titik beku urea dan

titik beku air. Dari hasil pengamatan diketahui bahwa titik beku pelarut adalah

0,5ᵒC dan titik beku larutan sebesar -4ºC. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh

∆Tf = Tf pelarut- Tf larutan = 0,5ºC- (-4ºC) = 4,5 ºC. Dari hasil perhitungan

diperoleh massa molekul urea 26. Hal ini berbeda jauh dengan massa molekul

urea yang sebenarnya, 60. Perbedaan yang cukup besar ini menunjukkan bahwa

percobaan yang dilakukan kurang akurat. Persentase kesalahan 56,7% ini

disebabkan oleh kerusakan alat yang digunakan. Alat yang digunakan tidak

Page 8: CRYOSCOPIC KEL5

berfungsi dengan baik sehingga percobaan yang dilakukan tidak bisa memperoleh

hasil yang maksimal.

D. TEORI YANG MENDUKUNG AGAR TUJUAN TERCAPAI DAN

PENERAPAN DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI

Teknologi pembekuan makanan adalah teknologi mengawetkan makanan

dengan menurunkan temperaturnya hingga di bawah titik beku air. Hal ini

berlawanan dengan pemrosesan termal, di mana makanan dipaparkan ke

temperatur tinggi dan memicu tegangan termal terhadap makanan, dapat

mengakibatkan hilangnya nutrisi, perubahan rasa, tekstur, dan sebagainya, atau

pemrosesan kimia dan fermentasi yang dapat mengubah sifat fisik dan kimia

makanan. Makanan beku umumnya tidak mengalami hal itu semua; membekukan

makanan cenderung menjaga kesegaran makanan. Makanan beku menjadi favorit

konsumen melebihi makanan kaleng atau makanan kering, terutama di sektor

hasil peternakan (daging dan produk susu), buah-buahan, dan sayur-sayuran.

Hampir semua jenis bahan makanan dapat dibekukan (bahan mentah,

setengah jadi, hingga makanan siap konsumsi) dengan tujuan pengawetan. Proses

pembekuan makanan melibatkan pemindahan panas dari produk makanan. Hal ini

akan menyebabkan membekunya kadar air di dalam makanan dan menyebabkan

berkurangnya aktivitas air di dalamnya. Menurunnya temperatur dan

menghilangnya ketersediaan air menjadi penghambat utama pertumbuhan

mikroorganisme dan aktivitas enzim di dalam produk makanan, menyebabkan

makanan menjadi lebih awet dan tidak mudah membusuk. Keunggulan dari teknik

pembekuan makanan adalah semua hal tersebut dapat dicapai dengan

mempertahankan kualitas makanan seperti nilai nutrisi, sifat organoleptik, dan

sebagainya.

Teknik pembekuan makanan sudah dikenal sejak lama sekali, sedangkan

teknik pembekuan dengan campuran garam-es diperkenalkan pada tahun 1800an

di dua tempat, yaitu di Inggris (oleh H. Benjamin di tahun 1842) dan di Amerika

Page 9: CRYOSCOPIC KEL5

Serikat (oleh Enoch Piper pada tahun 1861) yang keduanya memanfaatkannya

untuk mendinginkan ikan. Komersialisasi teknik pembekuan makanan baru

dimulai di akhir abad ke 19 ketika alat pendingin mekanis, yang saat ini disebut

dengan lemari es, ditemukan. Dan di pertengahan abad ke 20, makanan beku

mulai ikut bersaing dengan makanan kalengan dan makanan kering (Desrosier dan

Desrosier, 1982).

Ketika makanan dipaparkan ke temperatur dingin, produk makanan tersebut

akan kehilangan panas akibat laju pindah panas yang terjadi dari makanan ke

medium bertemperatur rendah di sekitarnya. Permukaan makanan akan

mengalami penurunan temperatur lebih cepat dibandingkan dengan bagian

dalamnya.

Ketika temperatur produk makanan diturunkan hingga di bawah titik beku air,

air mulai membentuk kristal es. Pembentukan kristal es dapat disebabkan oleh

kombinasi molekul-molekul air yang disebut dengan nukleasi homogenik, atau

pembentukan inti di sekitar partikel tersuspensi yang dikenal dengan nama

nukleasi heterogen (Fellows, 2000). Nukleasi homogen terjadi dalam kondisi di

mana zat terbebas dari zat pengotor yang pada umumnya berperan sebagai inti

ketika terjadi proses pembekuan. Nukleasi heterogen terjadi ketika molekul-

molekul air bersatu dengan agen nukleasi seperti benda asing, zat tak terlarut, atau

bahkan dinding pembungkus (Sahagian dan Goff, 1996). Nukleasi heterogen

adalah tipe yang umum terjadi dalam proses pembekuan makanan.

Tipe ketiga dari proses nukleasi, yang disebut dengan pembentukan inti

sekunder, terbentuk ketika kristal-kristal membelah. Tipe kristalisasi ini

memberikan ukuran kristal yang seragam, dan umum terjadi pada proses

pembekuan makanan cair (Franks, 1987).

Umumnya, dalam proses pembekuan makanan, temperatur berkurang mulai

dari temperatur awal di atas titik beku hingga beberapa derajat di bawah titik

beku. Dalam proses ini, temperatur di 0 hingga -5oC disebut zona kritis yang

Page 10: CRYOSCOPIC KEL5

diperlukan oleh makanan dalam pembentukan kristal-kristal es. Lamanya waktu

yang diperlukan bagi makanan dalam melalui zona kritis ini menentukan jumlah

dan ukuran kristal es yang terbentuk. Proses pembekuan yang cepat akan

membentuk sejumlah besar kristal es berukuran kecil, sedangkan pendinginan

dalam waktu yang lambat akan membentuk sejumlah kecil kristal es berukuran

besar. Pembekuan yang lambat memberikan waktu bagi molekul-molekul air

untuk bermigrasi menuju inti yang akan bersatu dengannya untuk membentuk

agregat kristal es sehingga menghasilkan kristal es berukuran besar. Pembentukan

kristal es berukuran besar ini akan mempengaruhi struktur makanan dan

menyebabkan hilangnya kualitas makanan. Kristal es yang besar akan menusuk

dinding sel produk makanan dan merusaknya. Kerusakan akan semakin besar

dengan semakin lambatnya laju pembekuan (Otero et al., 2000). Solusi terbaik

adalah dengan mencegah terjadinya kristalisasi ini dengan risiko meningkatkan

pertumbuhan mikroorganisme yang dapat merusak makanan karena temperatur

yang masih memungkinkan bagi pertumbuhan mikroorganisme. Solusi dari

masalah tersebut adalah dengan menambahkan protein anti beku yang dapat

menurunkan titik beku air dan mencegah kristalisasi pada temperatur yang sangat

rendah (Feeney dan Yeh, 1998).

Semua produk makanan mengandung berbagai jenis zat terlarut. Sangat sulit

untuk menentukan pada temperatur berapa seluruh air dalam produk makanan

akan membeku, dikarenakan keberadaan zat terlarut dalam makanan menurunkan

titik beku.

Laju pendinginan yang mempengaruhi waktu pembekuan yang diperlukan

produk makanan kualitas produk makanan dapat didefinisikan oleh selisih antara

temperatur awal produk makanan dan temperatur akhir pembekuan dibagi dengan

waktu. (oC/s). Dapat juga didefinisikan dengan rasio dari selisih antara temperatur

permukaan dan temperatur bagian dalam produk makanan dengan waktu yang

dibutuhkan bagi permukaan produk makanan untuk mencapai temperatur 0oC dan

bagian dalam produk makanan untuk mencapai temperatur -5oC.

Page 11: CRYOSCOPIC KEL5

Perkiraan waktu pembekuan adalah faktor utama dalam melakukan

pembekuan makanan. Waktu pembekuan menentukan kapasitas alat pendingin

yang dibutuhkan dalam melakukan pembekuan.

Faktor yang mempengaruhi lamanya proses pembekuan adalah konduktivitas

termal, kalor jenis, ketebalan, massa jenis, dan luas permukaan produk makanan

serta selisih temperatur antara produk makanan dengan medium pendinginan dan

resistansi laju pindah panas. Perkiraan waktu pembekuan semakin sulit dilakukan

karena konduktivitas termal, massa jenis, dan kalor jenis produk makanan

bervariasi bergantung pada temperatur awal, ukuran, dan bentuk dari makanan.

Semakin besar ukuran produk makanan, waktu yang dibutuhkan untuk

melakukan pembekuan akan semakin lama. Hal ini dikarenakan meningkatnya

kalor laten dan jumlah kalor yang harus dipindahkan. Peningkatan ukuran

makanan juga meningkatkan resistansi internal terhadap laju pindah panas,

sehingga membutuhkan waktu lebih lama dalam pembekuan.

Pembekuan didasarkan pada dua prinsip yaitu:

1).Suhu yang sangat rendah menghambat pertumbuhan mikroorganisme dan

memperlambat aktivitas enzim dan reaksi kimiawi

2). Pembentukan kristal es yang menurunkan ketersediaan air bebas di dalam

pangan sehingga pertumbuhan mikroorganisme terhambat.

Pada beberapa bahan pangan, proses blansir perlu dilakukan sebelum

pembekuan untuk menginaktifkan enzim penyebab pencoklatan. Pada skala

domestik, pangan yang akan dibekukan diletakkan didalam freezer, dimana akan

terjadi proses pindah panas yang berlangsung secara konduksi (untuk pengeluaran

panas dari produk). Proses ini berlangsung selama beberapa jam, tergantung pada

kondisi bahan pangan yang akan dibekukan. Di industri pangan, telah

dikembangkan metode pembekuan lainnya untuk mempercepat proses pembekuan

yang memungkinkan produk membeku dalam waktu yang pendek. Pembekuan

Page 12: CRYOSCOPIC KEL5

cepat akan menghasilkan kristal es berukuran kecil sehingga akan meminimalkan

kerusakan tekstur bahan yang dibekukan. Selain itu, proses pembekuan cepat juga

menyebabkan terjadinya kejutan dingin (freeze shock) pada mikroorganisme dan

tidak terjadi tahap adaptasi mikroorganisme dengan perubahan suhu sehingga

mengurangi resiko pertumbuhan mikroorganisme selama proses pembekuan

berlangsung.

Tiga metode pembekuan cepat tersebut adalah:

a). Pembekuan dengan aliran udara dingin (blast freezing): bahan pangan

yang akan didinginkan diletakkan dalam freezer yang dialiri udara dingin (suhu -

40oC atau lebih rendah lagi);

b). Pembekuan dengan alat pindah panas tipe gesekan (scraped heat

exchanger): produk (misalnya ice cream) dibekukan dengan metode ini untuk

mengurangi pembentukan kristal es berukuran besar. Produk digesekkan pada

permukaan pendingin dan kemudian segera dibawa menjauh. Proses ini dilakukan

secara berulang

c). Dengan metode cryogenic, makanan dapat dibekukan dengan cara yang

cepat. Makanan direndam dalam cairan cryogenik yang disebut dengan cryogen.

Cryogen yang umum digunakan misalnya nitrogen cair dan karbon dioksida cair.

Nitrogen cair memiliki titik didih yang sangat rendah, yaitu -196oC, sedangkan

karbon dioksida cair memiliki titik didih -79oC. Cryogen cenderung tidak berbau,

tidak berwarna, dan inert sehingga tidak akan bereaksi dengan bahan makanan

padat walau pendinginan dilakukan dalam keadaan tanpa dikemas dan

mempengaruhi kualitas makanan kecuali terhadap temperatur dinginnya itu

sendiri. Selain itu, cryogen memiliki laju transfer panas yang lebih tinggi

dibandingkan dengan cairan pendingin lainnya.

Pada proses pembekuan dengan cryogenic, pendinginan awal perlu dilakukan

untuk mencegah keretakan akibat turunnya temperatur secara drastis karena

volum produk makanan mengalami perubahan volum yang sangat cepat ketika

Page 13: CRYOSCOPIC KEL5

terendam dalam cryogen. Mempertahankan temperatur sangat mungkin karena

cryogen yang menguap memiliki koefisien transfer kalor konvektif yang sangat

tinggi.

Modifikasi terbaru dari pendingin cryogenic adalah pendingin

cryomechanical yang menggabungkan metode perendaman produk dalam cairan

cryogen dan metode mekanik yaitu menggunakan konveyor tipe sprayer, spiral,

ataupun belt yang memanfaatkan uap cryogen. Hal ini akan mengurangi waktu

pendinginan, mengurangi hilangnya berat produk makanan, meningkatkan

kualitas produk, dan meningkatkan efisiensi (Agnelli dan Mascheroni, 2002).

E. TUJUAN PENGEMBANGAN

Tujuan yang ingin dicapai dalam pengembangan praktikum penentuan massa

molekul melalui metode penurunan titik beku (cryoscopy) untuk mengawetkan

makanan dengan metode cryogenic adalah:

1. Untuk memudahkan pengiriman dan transportasi produk-produk pangan

dari produsen ke tangan konsumen.

2. Untuk menjaga makanan tetap fresh meskipun disimpan dalam waktu

yang lama

F. TUJUAN DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI

Tujuan metode cryogenic dalam kehidupan sehari-hari adalah:

1. Mencegah rusaknya adenosintrifosfat (ATP) pada produk pangan laut

segar selama periode penyimpanan.

2. Mempercepat pembekuan produk pangan seperti daging dan telur.

3. Menghambat pertumbuhan mikroorganisme perusak produk pangan lebih

baik.

4. Mencegah rusaknya nutrisi produk pangan lebih baik.

Page 14: CRYOSCOPIC KEL5

G. LANGKAH-LANGKAH KERJA PERCOBAAN

1. PengukuranTitik Beku Pelarut

a. Massa bejana bagian dalam sekaligus karet penutupnya ditimbang

dengan ketelitian 0,01g. Kemudian pelarut (air) dimasukkan ke dalam

bejana bagian dalam, massanya diukur kembali, dan massanya ini

dikurangi dengan massa bejana bagian dalam saat kosong, maka

diperoleh massa netto dari pelarut.

b. Bejana bagian dalam ditutup dengan karet penutup, thermometer

Beckmann dan batang pengaduk dimasukkan, tabung raksa dari

thermometer harus dipastikan terendam dalam pelarut.

c. Pendingin ditempatkan dalam bejana luar.

d. Bejana bagian dalam ditempatkan ke dalam bejana bagian tengah,

bejana bagian tengah ditempatkan ke dalam bejana bagian luar.

Pendingin diaduk secara perlahan, thermometer Beckmann dibaca

setiap menit, dan kurva hubungan antara suhu dan waktu digambar.

e. Titik beku pada kurva pendinginan diambil.

f. Ketika kristal terbentuk, bejana bagian dalam dengan thermometer

Beckmann yang masih di dalamnya dikeluarkan dari bejana bagian

tengah, dan dipanaskan dengan tangan untuk mencairkan kristal.

Ketika kristal mencair, bejana bagian dalam ditempatkan dalam

bejana bagian tengah dan diulangi proses (5) dan (6) untuk

menentukan titik beku.

g. Titik beku pelarut dicari dengan cara tersebut di atas. Pertama dicari

titik beku secara kasar, kemudian diulangi pengukuran dengan cara

yang sama dari titik beku untuk penentuan titik beku sebagai rata-rata

dari beberapa pembacaan.

2. PengukuranTitik Beku Larutan

Page 15: CRYOSCOPIC KEL5

a. Massa sampel ditimbang dengan cara menimbang botolnya. Dibuat

sedemikian rupa sehingga titik beku akan hanya turun kurang dari

1°C.

b. Sampel dilarutkan secara sempurna dalam pelarut yang diukur pada

bagian 1 diatas. Sampel dipastikan tidak mengendap pada bagian

thermometer Beckmann atau batang pengaduk bejana bagian dalam

yang tidak terendam dalam pelarut.

c. Titik beku dari larutan ditemukan dengan metode yang telah diuraikan

pada bagian 1 item (d) dan (e).

d. Penurunan titik beku ditentukan berdasarkan perbedaan titik beku

antara pelarut dan larutan serta dihitung massa molekul dengan cara

subtitusi harga yang dihasilkan dari persamaan (1).

H. LANGKAH-LANGKAH PENGEMBANGAN

1. Produk makanan direndam dalam cairan pendingin yang didinginkan.

Cairan yang digunakan berupa cairan yang memiliki titik didih rendah

namun memiliki kemampuan menyerap panas yang tinggi, misalnya glikol

atau cairan lainnya yang disebut coolant.

2. Makanan cair dikemas terlebih dahulu sebelum direndam. Umumnya tidak

ada kontak langsung antara produk makanan dengan cairan pendingin,

karena berisiko merusak kualitas produk makanan.

3. Makanan dialirkan dengan konveyor, lalu dilakukan penyemprotan.

4. Produk makanan dibekukan dengan memanfaatkan media udara seperti

aliran udara dingin. Cara ini menjadikan makanan menjadi beku lebih

cepat dibandingkan tanpa cairan pendingin.

Page 16: CRYOSCOPIC KEL5

DAFTAR PUSTAKA

Anonym. 2009. Freezing-point depression. (Online) (www.wikipedia.com,

diakses tanggal 1 Desember 2010).

Anonym. 2010. Cryogenics. (Online) (www.wikipedia.org, diakses 3 Desember

2010).

Anonym. 2010. Teknologi Pembekuan Makanan. (Online) (www.wikipedia.org,

diakses 3 Desember 2010).

Daniels, et al. 1970. Eksperimental Physical Chemistry 7th Ed. New York: Mc

Grow Hill.

Lipps, William. 2010. Cryoscopic Determination of Molecular Weight. (Online)

(www.williamlips.com, diakses 3 Desember 2010).

Shoemaker et al. Eksperimentals in Physical Chemistry 3th Ed. New York: Mc

Grow Hill.

Shvoong. 2010. Prinsip Pembekuan (Freezing) Pangan. (Online)

(www.shvoong.blogspot.id, diakses 2 Desember 2010).

Sumari, 2003. Petunjuk Praktikum: Kimia Fisika. Malang: UM Press.

Tony, Bird. 1987. Penuntun Praktikum untuk Universitas. Jakarta: PT Gramedia.

Page 17: CRYOSCOPIC KEL5

CURRICULUM VITAE

Nama : Rosyidah Syafaatur RohmahTTL : Lamongan, 31 Mei 1990Alamat Asal : Jl. Pembangunan 32 Bedahan – Babat – LamonganAlamat di Malang : Jl. Bendungan Sutami 512 A - MalangRiwayat Pendidikan :1. TK Alwardah I Babat2. MI PPI Bintang IX Babat3. SMPN 1 Babat4. SMAN 2 LamonganNo. HP : 085730260812Alamat Email : [email protected] : Elok Muji RahayuTTL : Blitar, 07 Maret 1990Alamat Asal : Ds. Kandangan Srengat - BlitarAlamat di Malang : Jl. Jombang Raya No. 21Riwayat Pendidikan : 1. TK Dharma Wanita Kandangan2. SDN Kandangan 023. SMPN 1 Srengat4. SMAN 1 SrengatNo. HP : 085790926562Alamat Email : [email protected]

Page 18: CRYOSCOPIC KEL5

Nama : Puspa Etra JunisaTTL : Madiun, 14 Juni 1990Alamat Asal : Jl. Cindewilis 14/IB , Kertosari – PonorogoAlamat di Malang : Jl. Ciamis 08 , MalangRiwayat Pendidikan :1. TK Bustanul Atfall I Madiun2. SD Mojorejo I Madiun3. SD Bangunsari III Madiun4. SMPN 2 Ponorogo5. SMAN 1 PonorogoNo. HP : 085645419622Alamat Email : [email protected]

Nama : Vanny Mayangsari Maharani Nastiti SetyawardhaniTTL : Malang, 20 Oktober 1990Alamat Asal : Jl. Kunia No. 20 Bululawang, MalangAlamat di Malang : Jl. Kunia No. 20 Bululawang, MalangRiwayat Pendidikan :1. TK Khodijah Bululawang2. SDN Wandanpuro III Bululawang3. SMPN I Bululawang4. SMAN 2 MalangNo. HP : 085649921678Alamat Email : [email protected]

Page 19: CRYOSCOPIC KEL5

.