contoh kasus pelanggaran kode etik jurnalisti
DESCRIPTION
Contoh Masalah Pelanggaran Kode Etik Di Indonesia.TRANSCRIPT
I. Dewan Pers panggil pimpinan Tempo terkait laporan Rizal
Reporter : Randy Ferdi Firdaus
Selasa, 18 Desember 2012 14:24:53
Rizal Mallarangeng melaporkan dugaan pelanggaran kode etik yang dilakukan
Majalah Tempo kepada Dewan Pers. Dewan Pers segera mempelajari laporan ini dan
secepatnya memanggil pihak Majalah Tempo untuk menjelaskan serta
mengklarifikasi masalah ini.
"Kami akan mengundang pihak Tempo terlebih dahulu, secepatnya," kata Ketua
Komisi Pengaduan Masyarakat dan Penegakan Etika Dewas Pers, Agus Sudibyo, di
kantornya, Jakarta, Selasa (18/12).
Dalam kasus ini, lanjut dia, Dewan Pers bukan hanya mendamaikan kedua belah
pihak dan menyelidiki pelanggaran kode etik yang dimaksud.
"Fungsi dewan pers bukan juru damai, kami akan menilai ada tidak pelanggaran
kode etik jurnalistik, bukan sekedar mendamaikan," terang dia.
II. "Anonymous" Sangkal Tuduhan Sony
06 May 2011
http://gpgo.in/atb
Menindaklanjuti respon terhadap penyelidikan kongres atas cyberattacks yang
ditujukan untuk beberapa jaringan online Sony, perusahaan tersebut mengklaim
memiliki bukti keterlibatan hacker “Anonymous”.
Pada hari yang sama “Anonymous” mengeluarkan siaran pers yang menyangkal
keterlibatan mereka dengan pencurian data pelanggan, yang mencakup lebih dari
12,3 juta nomor kartu kredit. “Anonymous” mengakui bahwa terjadi pelanggaran
ketika mereka melakukan serangan terhadap server Sony, tetapi mereka
mengatakan tidak berpartisipasi dalam pencurian data. Kelompok ini juga
mengklaim tidak meninggalkan file pada server Sony -Sony sebelumnya
menyatakan bahwa mereka menemukan sebuah file yang bernama “Anonymous”
pada server dan sebagian berisi slogan “Anonymous”.
Press Release yang digelar “Anonymous” tersebut mencakup 5 point yang berisi
penyangkalan keterlibatan mereka terhadap kasus pencurian data PSN. Mereka
menyatakan bahwa Anonymous tidak pernah dikenal melakukan pencurian kartu
kredit. Selain itu, mereka juga membeberkan beberapa contoh kasus kebohongan
publik yang dilakukan oleh musuh-musuh perusahaan serta pemerintah, seperti
kasus CEO Harun Barr membuat nomor laporan palsu tentang maksud dari
“penelitian”.
III. Ibas Yudhoyono Korban Black Campaign
Yang jadi persoalan adalah orang-orang dari partai tertentu yang melakukan black
campaign.
VIVAnews - Calon anggota legislatif dari Partai Demokrat, Edhie Baskoro
Yudhoyono, mengakui tidak ada masalah dengan maraknya pemberitaan kasus
dugaan money politics dan pencemaran nama baik dirinya. Yang bermasalah justru
partai-partai lain yang diduga memanfaatkan kasus ini.
"Tidak ada masalah dengan Ibas (sapaan akrab Edhie Baskoro). Yang jadi persoalan
adalah orang-orang dari partai tertentu yang berusaha melakukan black campaign
terhadap saudara Ibas," ujar Ketua Dewan Pimpinan Pusat Partai Demokrat, Andi
Mallarangeng.
Hal itu disampaikan Andi usai mendampingi Presiden Yudhoyono dalam acara
pertemuan dengan Ketua Persatuan Purnawirawan ABRI, Agum Gumelar, di Kantor
Presiden, Jakarta Pusat, Rabu, 8 April 2009.
Menurut Andi, dalam kasus dugaan pencemaran nama baik putra Presiden itu,
biarkan semuanya diproses secara hukum oleh polisi. Sedangkan untuk
permasalahan media massa, Yudhoyono menegaskan tidak ada yang perlu
dipersoalkan. "Kalau pers tidak ada masalah," ujar dia.
IV. 470 Kasus Pelanggaran Etika Pemberitaan Pers di Tahun 2011
Bangkapos.com - Rabu, 28 Desember 2011 16:01 WIB
BANGKAPOS.COM, JAKARTA - Divisi Etik Profesi Aliansi Jurnalis Independen (AJI)
Indonesia mencatat data pengaduan masyarakat terkait pelanggaran etika
pemberitaan pers sebanyak 470 kasus hingga Oktober 2011.
"Tercatat ada 470 kasus pelanggaran etika pemberitaan pers sampai bulan Oktober
2011. Pelanggaran ini trendnya menurun. Di tahun 2010, pelanggaran ada 514
kasus," ujar Ketua Umum (Ketum) AJI, Eko Maryadi kepada wartawan dalam jumpa
pers yang digelar di kantor AJI, Jalan Kembang Raya, Kwitang, Jakarta Pusat, Rabu
(28/12/2011).
Eko menjelaskan, dari 470 kasus pelanggaran etika, ada tiga problem mendasar
pemberitaan pers meliputi, data tidak berimbang sebanyak 22 kasus,
mencampurkan fakta dan opini yang menghakimi sebanyak 10 kasus dan
pemberitaan tidak akurat sebanyak delapan kasus.
Selain itu, meski jumlah pelanggaran etika jurnalistik cenderung menurun, Eko
mengatakan bahwa AJI mengingatkan ketaatan terhadap kode etik, menghindari
pemberitaan yang tidak akurat dan meningkatkan profesionalisme jurnalis.
V. Dewan Pers: Kasus Penyebaran Foto Seronok Novi Gawat
Fiddy Anggriawan - Okezone
Sabtu, 27 Oktober 2012 08:00 wib wib
JAKARTA - Dewan Pers
menganggap dugaan
keterlibatan rekan media
berinisial WO dalam
penyebaran foto seronok
Novi Amelia (25) merupakan
sebuah hal yang gawat.
Pasalnya pelaku akan dijerat
dengan Undang-Undang
Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE).
"Pengedar foto Novi itukan bukan dimuat di media baik cetak maupun elektronik.
Namun melalui BBM (Blackberry Messanger) atau jejaring sosial, ini menjadi gawat
karena dapat terjerat Undang-Undang ITE," ungkap Anggota Dewan Pers, Ridho
Easy kepada Okezone, Jumat (26/10/2012).
UU ITE yang dimaksud Ridho adalah Pasal 27 ayat 1 dan ayat 3 yang bisa diancam
hukuman hingga enam tahun penjara. Hal tersebut sama dengan kasus Prita.
"Sehingga, yang bersangkutan bisa dilakukan penahanan tanpa menempuh
pengadilan karena hukumannya di atas lima tahun," sambungnya.
Ridho menambahkan, sebenarnya Dewan Pers risau dengan isi UU ITE khususnya
pasal 27 Ayat 3 yang terkesan mengekang kebebasan berpendapat. "Ada dua
keinginan dewan pers, yaitu menghilangkan ayat 3 tersebut atau merevisinya
dengan hukuman di bawah 5 tahun," terangnya.
Menurut Ridho kasus peredaran foto Novi ini merepotkan, sebab biasanya Dewan
Pers hanya menangani masalah pelanggaran kode etik jurnalis. "Kalau melanggar
kode etik itu, jika foto yang dinilai cabul itu dimuat di media. Kalau ini kan tidak,"
tegasnya.
VI. Kasus 'Charity Settingan', KPI Temukan Rekayasa & tvOne Harus
Minta Maaf
Indra Subagja - detikNews
Jakarta - Kasus 'Charity Settingan' yang
tayang di tvOne selesai diperiksa Komisi
Penyiaran Indonesia (KPI). Pihak tvOne
dinilai bersalah dan harus meminta maaf
kepada masyarakat Indonesia.
"KPI Pusat berkesimpulan bahwa
pelanggaran yang dilakukan adalah
stasiun tvOne mengetahui adanya
adegan rekayasa dalam penayangan
pencarian dana untuk acara sosial. Program juga melakukan pelanggaran atas
pengabaian hak narasumber (Valencia Mieke Randa alias Silly) untuk menolak
berpartisipasi dalam sebuah program siaran," jelas Ketua KPI, Dadang Rahmat
Hidayat, dalam keputusannya yang diperoleh detikcom, Senin (12/12/2011).
Keputusan itu dikeluarkan KPI hari ini berdasarkan surat bernomor 774/K/KPI/12/11.
Surat KPI ditujukan kepada Direktur Utama tvOne, Ardiansyah Bakrie. KPI
menyebutkan sanksi administratif bagi tvOne.
"Jenis pelanggaran ini dikategorikan sebagai pelanggaran atas prinsip-prinsip
jurnalistik dan hak narasumber yang disiarkan oleh lembaga penyiaran. KPI Pusat
memutuskan bahwa tindakan menayangkan program tersebut telah melanggar
Pedoman Perilaku Penyiaran Komisi Penyiaran Indonesia tahun 2009pasal 18 ayat
(1) dan pasal 39 ayat (1) serta Standar Program Siaran pasal 42 ayat (1) huruf b.
Berdasarkan pelanggaran-pelanggaran di atas, kami memberikan sanksi
administratif teguran tertulis," jelas Dadang.
KPI Pusat berpendapat bahwa pelanggaran yang dilakukan program telah
menimbulkan polemik dalam masyarakat yang ditandai dengan adanya pengaduan
masyarakat dan juga telah menimbulkan polemik di media massa dan media sosial.
Pelanggaran atas program ini dapat menimbulkan ketidakpercayaan publik kepada
program siaran jurnalistik dan lembaga penyiaran pada umumnya.
VII. Pelanggaran Kode Etik Pers Masih Marak
Kamis, 17 Pebruari 2011 01:02 Redaksi
Rubrikasi - Nasional
JAKARTA, publiknasional.com
Dewan
Pers
mengungkapkan sekitar 80% dari total 48
kasus pengaduan yang dimediasi institusi itu
sepanjang 2010 berakhir dengan keputusan
bahwa media melakukan pelanggaran kode etik
jurnalistik.
Ketua Komisi Pengaduan Masyarakat dan Penegakan Etika Dewan Pers, Agus
Sudibyo, mengungkapkan banyak juga kasus yang dimediasi itu diadukan oleh pihak
wartawan atau media, namun setelah cek ke lapangan ternyata pihak wartawan
yang melakukan pelanggaran kode etik.
Agus memberi contoh, misalnya ada wartawan yang mengadu dipukul pejabat di
Bekasi, setelah dicek ternyata si wartawan terlebih dulu mengatai (menghina) si
pejabat. "Si wartawan itu mengatai, pejabat kok otaknya di dengkul. Tentu saja si
pejabat ya tersinggung," ujar Agus dalam Lokakarya Kode Etik Jurnalistik, Rabu
(16/2/2011).
Dari keputusan/rekomendasi Dewan Pers tersebut, menurut Agus, sebanyak 95% di
antaranya dipatuhi oleh pihak media. Ada juga yang mematuhi rekomendasi itu
setelah 'ditakut-takuti' masalah itu bisa dibawa ke pengadilan.
Kasus pengaduan yang dimediasi itu merupakan bagian dari total pengaduan yang
masuk ke Dewan Pers sepanjang tahun 2010 lalu sebanyak 512 pengaduan.
Perinciannya, 144 pengaduan langsung, 368 berupa tembusan, 48 kasus dimediasi
Dewan Pers, 4 keputusan akhir Dewan Pers, dan 92 surat menyurat.
VIII. Polisi Panggil Wartawan Metro Tv dan SCTV
Senin, 08 Oktober 2012 | 00:59
alam surat panggilan disebutkan
wartawan Metro TV ini dipanggil
sebagai saksi kasus pencemaran
nama baik.
Wartawan Metro TV di Banda Aceh
Hendra Saputra dipanggil oleh Polresta
Aceh pada Selasa (9/10) dalam status sebagai saksi. Selain Hendra yang diminta
hadir, polisi juga melayangkan surat panggilan kepada wartawan SCTV di Banda
Aceh Mukhtaruddin Yakob terkait kasus sama.
“Saya akan penuhi panggilan tersebut jam 11.00 WIB di Ruang Tipiter Polresta
Banda Aceh,” ungkap Hendra kepada Beritasatu.com, Minggu (7/10) malam.
Dalam surat panggilan disebutkan wartawan Metro TV ini dipanggil sebagai saksi
kasus pencemaran nama baik. Hendra mengingatkan jika pemanggilan
berhubungan dengan berita, maka dia akan meminta polisi mengirimkan surat ke
redaksi Metro TV
“Saya menduga panggilan ini ada kaitan dengan pemberitaan gadis bunuh diri PE
di Langsa di media lokal,” ungkapnya.
Sebagaimana diketahui, Ketua Pelaksana Harian (Plh) Ketua AJI Banda Aceh Taufik
Al Mubarak pada 17 September lalu mengadakan jumpa pers di Banda Aceh
menyikapi pemberitaan kasus bunuh diri remaja di Langsa.
Dalam siaran pers itu, AJI Kota Banda Aceh menulis belasungkawa sedalam-
dalamnya terhadap keluarga PE (16 tahun), seorang anak perempuan yang
memutuskan menghilangkan nyawanya demi menjaga martabat keluarganya yang
dicemarkan media.
Kemudianm Manajer Umum/Pengembangan Sumber Daya Manusia Harian Prohaba,
Erlizar Rusli SH MH, melaporkan Taufik Al Mubarak ke Polda Aceh pada 25
September dengan dugaan mencemarkan nama baik Harian Prohaba.
IX. Wartawan KONTAN diperiksa polisi soal pencemaran nama baik
Presdir Newmont
Oleh Lamgiat Siringoringo - Rabu, 19 Oktober 2011 | 18:35 WIB
JAKARTA. Hari ini
(19/10), dua wartawan
KONTAN diperiksa oleh
penyidik Bareskrim
Mabes Polri. Kedua
wartawan itu yakni Dea
Chadiza Syafina dan
Amal Ihsan Hadian
diperiksa sebagai saksi
dalam kasus
pencemaran nama baik Presiden Direktur PT Newmont Nusa Tenggara (NTT)
Martiono Hadianto sebagai pelapor dan pejabat PT Pukuafu Indah sebagai terlapor.
Dea dan Amal diperiksa karena telah membuat pemberitaan di harian KONTAN yang
berisi PT Pukuafu Indah melaporkan Martiono ke polisi. Ada dua berita di Harian
KONTAN yang menjadi objek pemeriksaan. Pertama, berita tertanggal 12 Januari
2011 yang berjudul "Pukuafu Ancam Tuntut Pidana Direktur Newmont. Kedua, berita
tertanggal 18 April 2011 yang berjudul "Pukuafu Laporkan Martiono ke Polisi".
Pemimpin Redaksi KONTAN Ardian Taufik Gesuri mengatakan pemeriksaan kedua
wartawan ini berdasarkan surat panggilan dari Mabes Polri tertanggal 11 Oktober
lalu. "Sebenarnya kami bisa gunakan hak tolak, tapi tidak apa-apa kami datang,"
ujar Ardian, seusai mendampingi kedua wartawan itu diperiksa. Dalam pemeriksaan,
penyidik banyak bertanya soal proses bagaimana berita itu dibuat lalu mendapatkan
sumber berita dari mana. "Kami jelaskan berita ini didapatkan dari siaran pers
Pukuafu. Kami juga wawancara dari pihak Newmont. Jadi berimbang," pungkas
Adrian.
Sebelumnya, Martiono melaporkan pencemaran nama baik yang dilakukan sejumlah
pejabat Pukuafu diantaranya almarhum Jusuf Merukh, Nana Merukh, Gustaf Y.N
Merukh, Tri Asnawanto Aji, Harsi Sri Harnani, dan Y Ditha Evasari. Pukuafu menuduh
Martiono menyembunyikan dokumen arbitrase dan dokumen Rapat Umum
Pemegang Saham pada 15 November 2005.
X. Dewan Pers Saksi Ahli Pencemaran Nama Baik Bupati Tapteng
Kota - Kamis, 17 Jan 2013 08:40 WIB
Medan, (Analisa). Ketua Komisi Hukum
dan Perundang-undangan Dewan Pers
Wina Armada Sukardi memberikan
keterangan kepada penyidik Subdit
I/Kamneg Direktorat Reskrimum Polda
Sumut, Rabu (16/1) terkait kasus
pencemaran nama baik Bupati Tapanuli
Tengah oleh salahsatu anggota DPRD
Sibolga di satu media cetak lokal.
Wina Armada kepada wartawan
mengatakan, kedatangannya ke Polda
Sumut sebagai saksi ahli atas dugaan
pencemaran nama baik Bupati Tapteng
Raja Bonaran Situmeang.
"Dewan pers mempunyai kesepakatan
atau MoU dengan Polri terkait kasus yang
berhubungan dengan pers. Intinya Polri
meminta pendapat dewan pers karena
dianggap mengetahui," katanya.
Dia menyebutkan, keterangannya sebagai saksi ahli dalam kasus pencemaran nama
baik Bupati Tapteng yang ditulis dalam advetorial di satu media cetak di Tapteng.
Tapi, advetorial itu merupakan informasi berbentuk iklan yang memang produk pers
tetapi bukan karya jurnalistik, sehingga tidak berkaitan dengan pers. Karena itu
mereka menyerahkan kasus tersebut kepada penyidik Polda untuk menangani
sepenuhnya.
"Kita serahkan kepada penyidik karena dewan pers tidak bisa menyatakan itu salah
atau benar. Karena dia bukan berita, jadi harus tunduk kepada pidana umum," kata
Wina Armada.