content creator dalam kacamata industri kreatif: peran

12
Content Creator dalam Kacamata Industri Kreatif: Peran Personal Branding dalam Media Sosial Daniel Hermawan, S.AB., M.Si., MBA. Program Studi Ilmu Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Katolik Parahyangan Jalan Ciumbuleuit No. 94, Bandung 40141 [email protected] Abstrak Media sosial kini menjadi salah satu elemen yang berperan penting dalam kehidupan masyarakat modern, khususnya bagi Generasi Z. Media yang kerapkali menggantikan interaksi tatap muka dalam komunikasi ini menjadi sebuah platform interaksi sosial yang mempengaruhi kehidupan sehari-hari. Munculnya slogan “Sandang, Pangan, Wi-Fi” menegaskan ketergantungan masyarakat modern akan eksistensi di media sosial. Media sosial yang semula bertujuan sebagai media komunikasi interaktif yang bersifat dua arah, kini membuka peluang baru dalam inovasi industri kreatif. Lahirnya content creator sebagai profesi menjadi salah satu wujud inovasi industri kreatif dengan bantuan media sosial di dunia bisnis. Tak hanya itu, content creator membuka peluang bagi siapapun untuk menciptakan jati diri secara utuh (personal branding), sekaligus mendapatkan penghasilan melalui model bisnis baru, baik itu influencer, endorsement, campaign, dan lain sebagainya. Paper ini akan membahas tentang (1) fenomena content creator dalam industri kreatif; (2) kaitan content creator dengan personal branding; (3) peran media sosial dalam menunjang profesi content creator. Paper ini akan membuka perspektif baru tentang inovasi industri kreatif melalui peran media sosial, khususnya dalam profesi content creator melalui metode kualitatif dengan jenis pendekatan fenomenologi dan studi kasus. Kata Kunci: content creator, industri kreatif, personal branding, media sosial Abstract Social media is now one of the elements that play an important role in the lives of modern society, especially for Generation Z. Media that often replaces face-to-face interaction in communication becomes a platform for social interaction that affects daily life. The emergence of the slogan "Clothing, Food, Wi-Fi" confirms the dependence of modern society on existence on social media. Social media which was originally intended as an interactive communication medium that is two-way, now opens new opportunities in creative industry innovation. The birth of content creator as a profession is one form of innovation in the creative industry with the help of social media in the business world. Not only that, content creators open opportunities for anyone to create a complete identity (personal branding), while earning income through a new business model, be it influencers, endorsements, campaigns, and so on. This paper will discuss (1) the phenomenon of content creators in the creative industry; (2) link between content creator and personal branding; (3) the role of social media in supporting the content creator

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

16 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Content Creator dalam Kacamata Industri Kreatif: Peran

Content Creator dalam Kacamata Industri Kreatif: Peran Personal Branding

dalam Media Sosial

Daniel Hermawan, S.AB., M.Si., MBA.

Program Studi Ilmu Administrasi Bisnis

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Katolik Parahyangan

Jalan Ciumbuleuit No. 94, Bandung 40141

[email protected]

Abstrak

Media sosial kini menjadi salah satu elemen yang berperan penting dalam kehidupan masyarakat

modern, khususnya bagi Generasi Z. Media yang kerapkali menggantikan interaksi tatap muka dalam

komunikasi ini menjadi sebuah platform interaksi sosial yang mempengaruhi kehidupan sehari-hari.

Munculnya slogan “Sandang, Pangan, Wi-Fi” menegaskan ketergantungan masyarakat modern akan

eksistensi di media sosial. Media sosial yang semula bertujuan sebagai media komunikasi interaktif yang

bersifat dua arah, kini membuka peluang baru dalam inovasi industri kreatif. Lahirnya content creator

sebagai profesi menjadi salah satu wujud inovasi industri kreatif dengan bantuan media sosial di dunia

bisnis. Tak hanya itu, content creator membuka peluang bagi siapapun untuk menciptakan jati diri secara

utuh (personal branding), sekaligus mendapatkan penghasilan melalui model bisnis baru, baik itu

influencer, endorsement, campaign, dan lain sebagainya. Paper ini akan membahas tentang (1) fenomena

content creator dalam industri kreatif; (2) kaitan content creator dengan personal branding; (3) peran

media sosial dalam menunjang profesi content creator. Paper ini akan membuka perspektif baru tentang

inovasi industri kreatif melalui peran media sosial, khususnya dalam profesi content creator melalui

metode kualitatif dengan jenis pendekatan fenomenologi dan studi kasus.

Kata Kunci: content creator, industri kreatif, personal branding, media sosial

Abstract

Social media is now one of the elements that play an important role in the lives of modern

society, especially for Generation Z. Media that often replaces face-to-face interaction in communication

becomes a platform for social interaction that affects daily life. The emergence of the slogan "Clothing,

Food, Wi-Fi" confirms the dependence of modern society on existence on social media. Social media which

was originally intended as an interactive communication medium that is two-way, now opens new

opportunities in creative industry innovation. The birth of content creator as a profession is one form of

innovation in the creative industry with the help of social media in the business world. Not only that,

content creators open opportunities for anyone to create a complete identity (personal branding), while

earning income through a new business model, be it influencers, endorsements, campaigns, and so on.

This paper will discuss (1) the phenomenon of content creators in the creative industry; (2) link between

content creator and personal branding; (3) the role of social media in supporting the content creator

Page 2: Content Creator dalam Kacamata Industri Kreatif: Peran

profession. This paper will open up new perspectives on creative industry innovation through the role of

social media, especially in the content creator profession through qualitative methods with the types of

phenomenological approaches and case studies.

Keywords: content creator, creative industry, personal branding, social media

I. Pendahuluan

Dewasa ini, media sosial berperan penting dalam proses komunikasi bagi masyarakat modern.

Pepatah “menjauhkan yang dekat, mendekatkan yang jauh” menjadi sebuah fenomena yang tidak dapat

dilepaskan dari munculnya sosial media. Posting foto, membuat caption yang menarik, menantikan like,

serta membalas komentar menjadi sebuah aktivitas yang lazim dilakukan di media sosial (Lestari, 2017).

Tak jarang, media sosial menjadi dunia virtual yang menggantikan interaksi tatap muka, sekaligus

membangun lingkungan sosial baru bagi masyarakat modern.

Fenomena penggunaan media sosial di kalangan masyarakat modern memunculkan peluang

bisnis baru dalam bidang industri kreatif. Profesi content creator menjadi satu dari sekian banyak profesi

baru yang diciptakan oleh media sosial. Content creator sendiri dapat dibagi menjadi beberapa profesi

spesifik, yakni Selebgram, YouTuber, Beauty Vlogger, Endorser, Fotografer, Travel Blogger, dan masih

banyak lainnya (MLDSPOT, 2017).

Berdasarkan survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), mayoritas pengguna

internet di kalangan masyarakat Indonesia termasuk dalam kelompok usia 19 – 34 tahun (49,52%), diikuti

kelompok usia 35 – 54 tahun (29,55%), kelompok usia 13 – 18 tahun (16,68%), dan kelompok usia di atas

54 tahun (4,24%) (Katadata, 2018).

Gambar 1. Pengguna Internet Berdasarkan Kelompok Usia (2017)

13 – 18 tahun

19 – 34 tahun

35 – 54 tahun

> 54 tahun

PENGGUNA INTERNET BERDASARKAN KELOMPOK USIA (2017)

Page 3: Content Creator dalam Kacamata Industri Kreatif: Peran

Berdasarkan teori generasi, pengguna internet di dominasi oleh Generasi Z. Generasi Z adalah

anak-anak yang lahir pada tahun 1995 hingga 2014. Karakteristik Generasi Z di Indonesia adalah memilih

media sosial sebagai akses informasi (35,2%), menghabiskan waktu 3 – 5 jam untuk mengakses internet,

menjadi ponsel pintar sebagai sarana mengakses internet (90%), dan paling sering mengakses Instagram

dan Line. Generasi Z dikenal dengan karakter yang serba bisa, lebih individual, lebih global, berpikiran

lebih terbuka, lebih cepat terjun ke dunia kerja, lebih wirausahawan, dan lebih ramah teknologi jika

dibandingkan dengan generasi-generasi sebelumnya (Adam, 2017).

Pemanfaatan media sosial oleh Generasi Z juga sekaligus menjadi metode baru untuk

meningkatkan personal branding. Personal branding adalah sebuah kemasan atau ciri khas yang melekat

pada diri seseorang yang terkait dengan kepribadian, keahlian, passion, gaya hidup, maupun hobi yang

dilakukan (Haroen, 2016). Media sosial menjadi sebuah platform yang memperkenalkan Generasi Z dalam

membangun personal branding, maupun mencari pedoman dalam mengikuti gaya hidup tertentu

berdasarkan tren yang berkembang di masyarakat.

Penelitian sebelumnya yang dilakukan Ilkay Karaduman dengan judul “The effect of social media

on personal branding efforts of top level executives” menunjukkan bahwa media sosial memberikan

kesempatan yang besar bagi seseorang untuk membangun personal branding (Karaduman, 2013). Selain

itu, penelitian yang dilakukan Labrecque dan tim dengan judul “Online Personal Branding: Processes,

Challenges, and Implications” juga menemukan bahwa dunia bisnis saat ini mulai menunjukkan

pentingnya kontrol terhadap personal brand dan menawarkan saran strategis tentang bagaimana cara

membangun personal branding yang tepat untuk setiap media sosial yang berbeda (Labreque, Markos, &

Milne, 2011). Personal branding yang dibentuk harus disiarkan berkali-kali, terus menerus secara

konsisten hingga tertanam di benak audiens juga diteliti Rampersad dalam bukunya yang berjudul

“Authentic personal branding” (Rampersad, 2008).

Melihat fenomena yang terjadi, maka penulis tertarik untuk membahas kajian pada topik (1)

fenomena content creator dalam industri kreatif; (2) kaitan content creator dengan personal branding; (3)

peran media sosial dalam menunjang profesi content creator dalam memetakan profesi content creator.

Penelitian akan menggunakan metode kualitatif dengan jenis pendekatan fenomenologi dan studi kasus.

II. Studi Literatur

Media Sosial

Media sosial adalah segala bentuk media komunikasi interaktif yang memungkinkan terjadinya

interaksi dua arah dan umpan balik (Kent, Sommerfeldt, & Saffer, 2016). Karakteristik dari media sosial

adalah (1) partisipasi, (2) keterbukaan, (3) membangun hubungan, (4) reliabilitas, (5) membangun

komunitas (Damani , 2018). Beberapa media sosial yang popular di kalangan masyarakat Indonesia adalah

YouTube, Facebook, WhatsApp, Instagram, Line, dan lain sebagainya (Katadata.co.id, 2018).

Page 4: Content Creator dalam Kacamata Industri Kreatif: Peran

Grafik 1. Media Sosial yang Paling Sering Digunakan di Indonesia (2017)

Industri Kreatif

Menurut Departemen Perdagangan Republik Indonesia, industri kreatif adalah industri yang

berasal dari pemanfaatan kreativitas, keterampilan, serta bakat individu untuk menciptakan

kesejahteraan serta lapangan pekerjaan melalui penciptaan dan pemanfaatan daya kreasi dan daya cipta

individu tersebut (Departemen Perdagangan Republik Indonesia, 2008).

Ciri-ciri dari industri kreatif adalah (1) memiliki unsur utama kreativitas, keahlian, dan talenta yang

berpotensi meningkatkan kesejahteraan melalui penawaran kreasi intelektual; (2) terdiri dari penyediaan

produk kreatif langsung kepada pelanggan dan pendukung penciptaan nilai kreatif pada sektor lain yang

secara tidak langsung berhubungan dengan pelanggan; (3) siklus hidup singkat, margin tinggi,

keanekaragaman tinggi, persaingan tinggi, dan mudah ditiru (Howkins, 2001).

Jenis ekonomi kreatif dibagi menjadi 14 sektor industri atau ekonomi kreatif, yaitu (1) periklanan,

(2) arsitektur, (3) pasar barang seni, (4) kerajinan (handicraft), (5) desain, (6) fashion, (7) film, video, dan

fotografi, (8) permainan interaktif, (9) musik, (10), seni pertunjukan, (11) penerbitan dan percetakan, (12)

layanan komputer dan piranti lunak, (13) radio dan televisi, dan (14) riset dan pengembangan

(Departemen Perdagangan Republik Indonesia, 2008). Content creator tergolong pada inovasi industri

kreatif pada sektor periklanan.

Content Creator

Content creator adalah profesi yang membuat suatu konten, baik berupa tulisan, gambar, video,

suara, ataupun gabungan dari dua atau lebih materi. Konten tersebut dibuat untuk media, khususnya

media digital, seperti YouTube, Instagram, Blogger, dan berbagai platform media sosial lainnya (Sayugi,

2018). Seorang content creator yang sukses diharapkan mampu (1) mengatur jadwal, (2) mengetahui

industri yang dibuat kontennya, (3) mempunyai gaya penulisan yang up to date, (4) berpikir seperti

audiens, dan (5) mempunyai jaringan yang luas (Street, 2014).

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

50

Media Sosial yang Paling Sering Digunakan di Indonesia (2017)

Page 5: Content Creator dalam Kacamata Industri Kreatif: Peran

Personal Branding

Personal branding adalah sebuah proses untuk menciptakan reputasi diri yang profesional, diakui,

serta diingat orang lain sebagai gambaran diri yang utuh (Lake, 2018). Personal branding akan

meningkatkan citra diri seseorang di mata orang yang melihatnya, baik sebagai seorang pribadi maupun

sebuah bisnis. Tak heran jika membangun personal branding yang positif dan professional menjadi sebuah

hal yang krusial dalam membangun citra diri yang baik, khususnya dalam profesi content creator.

Adapun indikator yang digunakan untuk mengukur personal branding seseorang adalah (1)

authenticity (keaslian), (2) integrity (integritas), (3) consistency (konsistensi), (4) specialization

(spesialisasi), (5) authority (wibawa), (6) distinctiveness (kekhasan), (7) relevant (relevan), (8) visibility

(visibilitas), (9) persistence (kegigihan), (10) goodwill (kebaikan), dan (11) performance (kinerja)

(Rampersad, 2008).

Authenticity dibangun dari kepribadian sejati dalam diri dan mencerminkan karakter, nilai-nilai,

dan visi yang dimiliki pribadi. Integrity dilihat dari kode moral dan perilaku dalam personal branding.

Consistency dilihat dari kekonsistenan pesan dan perilaku dalam personal branding. Specialization dilihat

dari fokus pada satu bidang bakat atau keterampilan. Authority dilihat dari diakui dalam bidang tertentu,

berpengalaman, dan sebagai pemimpin yang efektif. Distinctiveness dilihat dari membedakan diri

berdasarkan merek, unik, dan berbeda dari kompetisi. Relevant dilihat dari personal branding

berhubungan dengan khalayak dan dianggap penting.

Visibility dilihat dari personal branding disiarkan berkali-kali, terus menerus, konsisten dan

berulang kali. Persistence dilihat dari konsistensi terhadap personal branding yang dibentuk,

membutuhkan dedikasi, pengorbanan, perencanaan, dan kesabaran. Goodwill dilihat dari hubungan baik,

pengakuan positif dan bermanfaat. Terakhir, performance dilihat dari perbaikan diri atas personal

branding (Butar Butar & Fithrah Ali, 2018).

III. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan

fenomenologi dan studi kasus. Penelitian kualitatif merupakan salah satu metode penelitian yang bersifat

deskriptif dan cenderung mencari sebuah makna dari data yang didapatkan dari hasil sebuah penelitian.

Metode penelitian kualitatif sering disebut metode penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan

pada kondisi yang masih alamiah (natural setting).

Metode penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi adalah salah satu jenis

pendekatan kualitatif, di mana dalam pendekatan jenis ini peneliti melakukan sebuah observasi kepada

partisipan untuk mengetahui fenomena-fenomena yang terjadi dalam hidup partisipan tersebut. Hal

tersebut dilakukan sebagai bentuk pengumpulan data oleh peneliti yang kemudian diolah untuk

menemukan makna dari apa yang telah dikemukakan oleh partisipan. Fenomenologi pada dasarnya

bertujuan untuk mengetahui secara mendalam mengenai perjalanan hidup seseorang.

Sementara itu, metode penelitian dengan pendekatan studi kasus merupakan jenis pendekatan

yang digunakan untuk menyelidiki dan memahami sebuah kejadian atau masalah yang telah terjadi

dengan mengumpulkan berbagai macam informasi yang kemudian diolah untuk mendapatkan sebuah

solusi agar masalah yang diungkap dapat terselesaikan (Sugiyono, 2014).

Page 6: Content Creator dalam Kacamata Industri Kreatif: Peran

IV. Pembahasan

Fenomena Content Creator dalam Industri Kreatif

Profesi content creator menjadi sebuah profesi yang diminati Generasi Z karena mampu

menampilkan diri mereka apa adanya, sekaligus menjadi sebuah role model bagi anak muda lainnya. Salah

satunya adalah selebgram atau selebriti Instagram. Selebgram berasal dari berbagai macam latar

belakang, baik itu pencinta fotografi, pehobi travelling, pencinta kopi, penggila make up, pencinta

binatang, atau sekadar penyuka humor. Rata-rata setiap selebgram memiliki ribuan hingga

jutaan followers.

Sesuai namanya, selebgram menggunakan media sosial Instagram dalam menampilkan personal

branding yang mereka miliki. Menurut Nurman Luthfie, praktisi digital marketing, kehadiran bisnis

selebgram ini muncul dari riset bahwa rekomendasi dari orang yang dikenal atau orang lain lewat media

sosial bisa lebih berpengaruh dari iklan. Selebgram dianggap berpengaruh ketika gaya hidup, keseharian,

hobi, cara berpikir, dan keseharian mereka diikuti oleh followers mereka di media sosial.

Keuntungan selebgram adalah mereka bisa memberikan hasil yang lebih terukur secara real time,

yakni lewat jumlah like, regram, dan repost dari para followers mereka. Tak hanya itu, dari sudut pandang

pemasaran, selebgram lebih bersifat personal dan dekat dengan kehidupan followers mereka sehari-hari,

sehingga produk yang diendorse mencerminkan kepribadian dan karakter dari selebgram itu sendiri. Tak

heran jika personal branding dari selebgram akan sangat berpengaruh pada permintaan dan tarif dari

selebgram itu sendiri.

CEO Sociabuzz, Rade Tampubolon mengungkapkan, salah satu kriteria seseorang dikatakan

selebgram adalah memiliki lebih dari 20.000 followers. Seorang selebgram bisa meraup Rp 20.000,00

hingga Rp 75.000.000,00 sekali posting bergantung pada jumlah followers dan ketenaran selebgram

terkait. Berikut ditampilkan analisis selebgram dengan latar belakang yang berbeda dan bagaimana cara

mereka untuk menjadikan profesi content creator ini sebagai sumber penghasilan (Kompas.com, 2017).

Selebgram Akun Instagram Jumlah Followers

Tema Konten Sumber Pendapatan

Nabila Gardena Putri

@nabilagardena 437K Fesyen dan Kecantikan Endorsement, Brand Ambassador,

Review Product

Alexander Thian @amrazing 196K Storygrapher Endorsement, Review Product

Dude Harlino @dude2harlino 3,6M Artis dan Keluarga Endorsement, Brand Ambassador,

Review Product

Goizza @goizza 66,7K Komedi and Konten Lucu Endorsement, Review Product

Nisa @nisacookie 501K Fesyen and Gaya Hidup Endorsement, Review Product

Tabel 1. Karakteristik Selebgram di Indonesia (diperoleh pada 28 Mei 2018)

Kaitan Content Creator dengan Personal Branding

Seorang content creator mampu memberikan pengaruh yang positif ketika mempunyai personal

branding yang positif pula. Selebgram Nabila Gardena mengatakan bahwa konsistensi antara kepribadian

Page 7: Content Creator dalam Kacamata Industri Kreatif: Peran

dan gaya hidup selebgram secara tidak langsung akan mencerminkan personal branding yang diterima

oleh target pasar, maka dari itu menjadi diri sendiri adalah kunci dari karier seorang selebgram.

Setiap selebgram memiliki karakter tersendiri. Karakter mereka yang unik dan berbeda inilah yang

membuat selebgram memiliki nilai lebih masing-masing. Setidaknya ada tujuh karakter selebgram, yakni

social butterfly, penggalang opini, trendsetter, selebriti, sang pakar, everyday user, dan si doyan berbagi

(Kompas.com, 2017).

- Social Butterfly

Selebgram dengan tipe social butterfly memiliki jumlah pengikut yang besar. Kekhasan mereka adalah

jangkauan jaringan pertemanan yang luas dan beragam. Hal ini menguntungkan bagi pengiklan yang ingin

meningkatkan brand awareness produknya di media sosial.

- Penggalang Opini

Selebgram dengan kemampuan membangun opini biasanya didengar banyak orang karena dianggap

memiliki akses ke bidang tertentu. Selebgram dengan tipe ini memiliki kemampuan untuk menciptakan

percakapan di antara para pengguna Instagram.

- Trendsetter

Selebgram dengan tipe ini selalu ingin menjadi yang pertama dalam mencoba berbagai produk baru.

Dalam dunia pemasaran, selebgram dengan tipe ini sangat cocok untuk mempromosikan produk yang

baru diluncurkan. Si pencipta tren ini akan dengan mudah membangun percakapan dan sensasi terhadap

suatu produk.

- Selebriti

Selebriti yang juga menjadi selebgram merupakan tipe selebgram yang paling banyak pengikutnya. Hal ini

karena mereka sudah terlebih dulu memiliki basis penggemar. Selebriti juga mampu memengaruhi

pengikutnya untuk melakukan atau mencoba sesuatu meskipun sang selebriti belum pernah mencobanya.

- Sang Pakar

Seorang pakar bisa jadi tidak bisa sepopuler selebgram dari kalangan selebriti. Namun, selebgram tipe ini

memiliki keahlian di bidang tertentu yang membuat pendapatnya didengar banyak orang. Kelebihan dari

selebgram tipe pakar ini adalah sebuah merek akan mendapat validasi tinggi karena orang yang

mempromosikan produk adalah seorang pakar.

- Everyday User

Selebgram tipe ini adalah orang biasa yang tak memiliki pengaruh lebih dibandingkan selebgram tipe

lainnya. Namun, selebgram tipe ini memiliki jumlah followers yang signifikan.

- Si Doyan Berbagi

Selebgram tipe ini selalu memiliki informasi terbaru sehingga orang-orang pun menjadikannya sebagai

sumber informasi terkini (Kompas.com, 2017).

Pembagian karakter selebgram ini akan memengaruhi karakteristik dan target pasar followers

yang akan mengikuti selebgram tersebut. Hal ini terlihat dari hasil wawancara yang dilakukan penulis

terhadap beberapa anak muda yang mengikuti selebgram di media sosial.

Bepy Fitina Putri (23) merasa bahwa @rachelgoddard, selebgram yang diikutinya mempunyai

karakteristik yang seru dengan pembawaan yang menarik dan jelas ketika melakukan review produk.

Selain itu, ia juga banyak mendapatkan info terbaru tentang make up dan tren kecantikan. Selebgram

yang diikuti Bepy juga banyak mempengaruhi Bepy dalam proses pengambilan keputusan dalam membeli

produk kecantikan lewat review yang diberikan. Namun tidak merasa selebgram tersebut menjadi role

model bagi dirinya. Adapun Bepy mengidentifikasi selebgram @rachelgoddard tergolong pada tipe

selebgram social butterfly.

Page 8: Content Creator dalam Kacamata Industri Kreatif: Peran

Sementara itu, Rizkia (20) melihat selebgram @rachelvennya seru dan mempunyai anak yang

lucu. Selebgram tersebut kadang-kadang mempengaruhi gaya hidup Rizkia dalam mengambil keputusan

membeli produk. Namun, selebgram tersebut belum menjadi role model bagi Rizkia. Selebgram yang

diikuti Rizkia tergolong pada kategori trendsetter yang memberikan wawasan tentang gaya hidup dan

pendidikan dalam akun Instagram yang dimilikinya.

Marsya (22) mengikuti akun @fatyabiya karena dianggap mempunyai karakter yang ceria dan

unik. Selain itu, @fatyabiya juga menghibur dan selalu melakukan update secara berkala. Marsya

mengakui bahwa selebgram tersebut sedikit mempengaruhi dirinya dalam pengambilan keputusan

membeli produk. Sekaligus, sedikit juga menjadi role model bagi Marsya. Kategori selebgram yang diikuti

Marsya adalah tipe si doyan berbagi tentang keseharian dan gaya hidup yang dimilikinya.

Serupa dengan Marsha, Aji Sakti Mardani (23) mengikuti akun @ariefmuhammad karena

mempunyai karakter yang asyik. Mengisi waktu senggang dan mencari inspirasi baru menjadi alasan Aji

untuk mengikuti selebgram ini. Selebgram ini juga mempengaruhi Aji dalam pengambilan keputusan

untuk membeli produk dan mengikuti gaya hidup yang dilakukan @ariefmuhammad. Adapun kategori

selebgram tersebut adalah penggalang opini dalam bidang travel.

Aisyah (23) mengikuti @raditya_dika karena karakternya yang humoris. Namun selebgram

tersebut tidak mempengaruhi Aisyah dalam proses pengambilan keputusan pembelian produk dan tidak

menjadi role model bagi Aisyah. Adapun tipe selebgram yang Aisyah ikuti adalah social butterfly di bidang

komedi.

Kamilia Oktaviani (22) mengikuti @helminursifah karena selebgram tersebut banyak melakukan

posting baju muslim yang elegan dan trendi. Kamilia mengikuti selebgram ini karena mempunyai

postingan menarik yang berbeda dari yang lain. Selebgram ini mempengaruhi Kamilia dalam proses

pembelian baju khusus wanita berkerudung. Bagi Kamilia, @helminursifah menjadi panutan dalam gaya

berpakaian. Adapun kategori selebgram tersebut adalah trendsetter dalam gaya hidup dan kecantikan.

Selebgram Nama Akun Instagram

Jumlah Followers Kategori Tipe Selebgram

Rachel Goddard @rachgoddard 453K Kecantikan social butterfly

Rachel Vennya @rachelvennya 2,3M Gaya Hidup trendsetter

Fatya Biya @fatyabiya 30,8K Gaya Hidup si doyan berbagi

Arief Muhammad @ariefmuhammad 1,1M Travel penggalang opini

Raditya Dika @raditya_dika 9,5M Komedi social butterfly

Amy @helminursifah 557K Gaya Hidup trendsetter

Tabel 2. Tipe Selebgram di Media Sosial (diperoleh pada 22 Juni 2018)

Secara umum, selebgram yang diikuti di media sosial banyak mempengaruhi pengikutnya untuk

mengikuti gaya hidup, proses keputusan pembelian produk, dan mencari inspirasi baru. Namun

selebgram yang diikuti belum sepenuhnya menjadi role model bagi pengikutnya. Mereka diikuti karena

menyuguhkan konten yang menarik, unik, dan berbeda dari yang lain. Sekaligus menyuguhkan konten

yang update dan kekinian.

Peran Media Sosial dalam Menunjang Profesi Content Creator

Media sosial mempunyai peran penting dalam menunjang profesi content creator. Salah satu

keunggulan dari media sosial adalah kemampuan viral marketing yang membuat personal branding

dikenal secara cepat. Viral marketing adalah teknik pemasaran dengan bantuan jaringan sosial untuk

Page 9: Content Creator dalam Kacamata Industri Kreatif: Peran

menyampaikan pesan atau iklan kepada target konsumen. Keunggulan dari viral marketing adalah biaya

investasi untuk promosi jauh lebih hemat dibandingkan metode promosi tradisional. Selain itu,

penyebaran pesan cenderung lebih cepat dan berlipat ganda sesuai dengan jaringan yang dimiliki oleh

orang yang mendapatkan pesan tersebut.

Kekurangan dari viral marketing adalah informasi yang disampaikan dapat ditangkap secara

berbeda oleh orang yang memperolehnya, baik dalam tingkat pemahaman, minat, dan keinginan untuk

membeli. Viral marketing juga tidak dapat mengukur hasil penjualan, melainkan jangkauan pesan yang

bisa diterima dari sumber informasi (Tohir, 2014).

Gambar 2. Viral Marketing

Sumber: business2community.com

Melalui media sosial, seorang content creator dapat menunjukkan personal branding pada

platform yang sesuai dengan keahlian, minat, serta kepribadian yang dimiliki oleh content creator

tersebut. Sebagai contoh, Instagram, Facebook, Twitter, YouTube, Line, dan lain sebagainya. Setiap media

sosial mempunyai karakteristik dan pendekatan yang berbeda sesuai dengan fitur yang dimiliki oleh media

sosial tersebut. Konten yang dipromosikan di Instagram, tentu harus ditampilkan secara berbeda ketika

ditampilkan di Twitter. Demikian juga dengan media sosial lainnya. Konsistensi konten, variasi bentuk

konten, serta jadwal posting berkala akan membantu seorang content creator lebih dikenal oleh target

pasar (Putri, 2016).

Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan anak muda di Generasi Z menunjukkan bahwa

personal branding yang kuat sangat mempengaruhi anak muda dalam proses pengambilan keputusan

untuk pembelian produk yang diendorse oleh selebgram yang bersangkutan. Mayoritas anak muda

melihat bahwa selebgram menjadi referensi yang tepat untuk mencari tren gaya hidup, makanan, wisata,

fesyen, dan hiburan yang kekinian. Namun selebgram belum menjadi role model bagi anak muda dalam

mempengaruhi kepribadian.

Page 10: Content Creator dalam Kacamata Industri Kreatif: Peran

Gambar 3. Hasil Penelitian

V. Penutup

Profesi content creator dapat menjadi sebuah ekses dari inovasi industri kreatif sektor periklanan

dengan pemanfaatan media sosial. Media sosial berfungsi sebagai tempat untuk menampilkan personal

branding yang dimiliki di ranah dunia digital sesuai dengan karakter, minat, dan kepribadian dari content

creator itu sendiri. Seorang content creator yang sukses akan memberikan pengaruh yang besar bagi

followers yang mengikuti akun mereka, baik dalam hal gaya hidup, kepribadian, hingga keputusan

pembelian.

Penelitian selanjutnya dapat dilakukan dengan mengukur efektivitas promosi melalui selebgram

dalam proses pemasaran bagi perusahaan, baik dalam hal brand awareness, peningkatan sales, maupun

brand recognizion dari masyarakat yang mengikuti selebgram tertentu. Selain itu, melihat kepribadian

pengguna Instagram yang mengikuti selebgram tertentu juga dapat menjadi studi empiris lanjutan untuk

melihat keterikatan antara selebgram dengan pengguna Instagram yang mengikuti akun mereka sebagai

wujud dari efektivitas personal branding.

Personal Brand

Tren

Keputusan Pembelian

Page 11: Content Creator dalam Kacamata Industri Kreatif: Peran

Referensi

Adam, A. (2017, April 28). Tirto.id. Retrieved from Selamat Tinggal Generasi Milenial, Selamat Datang

Generasi Z: https://tirto.id/selamat-tinggal-generasi-milenial-selamat-datang-generasi-z-cnzX

Damani , A. (2018, February 25). Social Media Marketing and Its Characteristics. Retrieved from Galaxy

Weblinks: https://blog.galaxyweblinks.com/social-media-marketing-and-its-characteristics/

Departemen Perdagangan Republik Indonesia. (2008). Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia 2025.

Jakarta: Depdag RI.

Haroen, D. (2016, February 20). Apa itu Personal Branding? Retrieved from dewiharoen:

https://dewiharoen.wordpress.com/2016/02/20/apa-itu-personal-branding/

Howkins, J. (2001). The Creative Economy: How People Make Money from Ideas. London: Penguins

Books.

Katadata. (2018, February 23). Katadata. Retrieved from Usia Produktif Mendominasi Pengguna

Internet: https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2018/02/23/usia-produktif-

mendominasi-pengguna-internet

Katadata.co.id. (2018, February 1). Ini Media Sosial Paling Populer di Indonesia. Retrieved from

Katadata.co.id: https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2018/02/01/media-sosial-apa-

yang-paling-sering-digunakan-masyarakat-indonesia

Kent, M. L., Sommerfeldt, E. J., & Saffer, A. J. (2016). Social networks, power, and public relations:

Tertius Iungens as a cocreational approach to studying relationship networks. Public Relation

Review, 91–100.

Kompas.com. (2017). Kompas.com. Retrieved from https://vik.kompas.com/selebgram/

Lake, L. (2018, February 19). Personal Branding and What You Need to Know About It. Retrieved from

the balancesmall business: https://www.thebalancesmb.com/what-is-personal-branding-

4056073

Lestari, A. M. (2017, Desember 12). Generasi Media Sosial, Handphone, dan Tertawa Sendiri. Retrieved

from GeoTimes: https://geotimes.co.id/opini/generasi-media-sosial-handphone-dan-tertawa-

sendiri/

MLDSPOT. (2017, Maret 23). MLDSPOT. Retrieved from 5 Profesi Content Creator Terpopuler:

https://www.mldspot.com/hobby/2017/03/23/5-profesi-content-creator-terpopuler

Putri, C. N. (2016). 12 Kiat Maksimalkan Kanal Media Sosial untuk Promosi Bisnis. Retrieved from Wanita

Wirausaha Femina: http://www.wanitawirausaha.com/article/marketing-services/12-kiat-

maksimalkan-kanal-media-sosial-untuk-promosi-bisnis

Sayugi. (2018, February 14). Content Creator, Apa sih artinya? . Retrieved from GRProject:

https://grproject.tech/2018/02/14/content-creator-apa-sih-artinya/

Page 12: Content Creator dalam Kacamata Industri Kreatif: Peran

Street, T. (2014, Maret 13). 5 Characteristics of a Good Content Creator. Retrieved from Inbound

Marketing Agents: http://www.inboundmarketingagents.com/inbound-marketing-agents-

blog/bid/338803/5-Characteristics-of-a-Good-Content-Creator

Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi (Mixed Method). In Sugiyono.

Bandung: Alfabeta.

Tirto.id. (2017). Tirto.id. Retrieved from https://tirto.id/tirto-visual-report-masa-depan-di-tangan-

generasi-z-ctMM

Tohir, M. (2014, Desember 12). Pengertian Viral Marketing dan Contohnya. Retrieved from Lebah

Master: https://www.lebahmaster.com/pengertian-viral-marketing-dan-contohnya/