commit to user...rhodes (ca. 200 sm) menyusun tabel trigonometri menggunakan identitas pythagoras,...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Sejarah Trigonometri
Tall (2013: 2) mengungkapkan bahwa matematika bermula dari
persepsi manusia dan tindakan dalam dunia nyata di sekeliling kita.
Matematika adalah apa yang dibangun dalam pikiran mengenai bentuk
dan jarak serta tindakan menghitung dan mengukur yang memandu
terbentuknya suatu operasi aritmatika dan penjeneralisasiannya.
Hubungan perkembangan konsep dalam sejarah dengan perkembangan
kognitif manusia adalah sangat komplek (Tall, 2013: 8). Pengetahuan
mengenai latar belakang dan kronologi sejarah terbentuknya suatu konsep
sangat penting bagi pelajar untuk mengkonstruksi pemahamannya sendiri.
Banyak hal yang menjadi pertanyaan pelajar, dan tidak dapat terjawab
karena tidak mengetahui latar belakang dan kronologi terbentuknya
konsep yang sedang dipelajari. Kondisi tersebut memaksa pelajar
menerima teori apa adanya dengan menghafalkan saja, sehingga proses
belajar menjadi kurang bermakna.
Mckeague & Turner (2012) mengungkapkan bahwa sejarah
matematika adalah sebuah perjalanan pengetahuan membentuk sebuah
spiral yang diwariskan dari generasi ke generasi. Setiap orang dalam
sejarah matematika dihubungkan dengan yang lain sepanjang spiral
tersebut. Sejarah matematika bukan hanya mengungkap keterkaitan
penemunya, melainkan juga mengungkap keterkaitan antar konsep.
Pada mulanya surveyor, arsitek, navigator, dan astronom
menggunakan segitiga (Teorema Pythagoras) untuk mengetahui jarak
yang tidak dapat diukur secara langsung. Teknik tersebut yang
melahirkan ilmu trigonometri yang dipelajari saat ini. Filsuf Yunani
Thales dari Miletus (640 - 546 SM), menggunakan prinsip kesebangunan
segitiga untuk menentukan tinggi piramida. Thales membandingkan
panjang bayangan piramida dengan panjang bayangan gnomon. Gnomon
14
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
adalah alat sederhana yang digunakan untuk menunjukkan waktu, dari
panjang bayangan tiang vertikal yang terkena sinar matahari. Thales
membandingkan panjang bayangan piramida dengan panjang bayangan
tiang yang ditancapkan di tanah menggunakan gnomon yang tampak pada
Gambar 2.1 untuk mengetahui tinggi piramida.
Gambar 2.1 Gnomon Sumber: Maor,1998: 23
Astronom Yunani zaman kuno percaya bahwa bintang dan planet di
langit bergerak di sepanjang busur lingkaran dari falak raksasa. Astronom
Yunani bekerja keras mengembangkan model yang akurat untuk
memprediksi gerakan objek pada permukaan bola. Hipparchus dari
Rhodes (ca. 200 SM) menyusun tabel trigonometri menggunakan
Identitas Pythagoras, rumus setengah sudut, dan tabel panjang tali busur.
Tahap penting berikutnya terjadi di India. Para sarjana dari abad
kelima pada saat itu sudah menemukan bahwa teori setengah tali busur
(half chords) seperti tampak pada ilustrasi Gambar 2.2, jauh lebih mudah
dalam penggunaan serta aplikasinya untuk astronomi. Pendekatan teori
setengah tali busur (half chords) hampir sama dengan pengkonstruksian
fungsi sinus saat ini yaitu sebagai system rasio.
Gambar 2.2 Masalah Tali Busur
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
Matematikawan Abu al-Wafa (ca. 950) dari Baghdad
mengembangkan teorema secara sistematis dan membuktikan penemuan
Trigonometri dari India serta mempersiapkan tabel nilai setengah tali
busur temuannya sendiri. Ia yang pertama kali memperkenalkan diagram
enam fungsi trigonometri seperti tampak pada Gambar 2.3 berikut ini.
Gambar 2.3 Diagram Fungsi Trigonometri karya Abu I Wafa Sumber: Van Sickle, 2011:35
Sekitar 1464, astronom Jerman dan matematikawan Regiomontanus
(1436-1476) menyusun De triangulis omnimodis. Matematikawan Jerman
Georg Joachim Rhaeticus (1514-1574) menerbitkan Canon doctrinae
triangulorum. Buku tersebut untuk pertama kalinya menetapkan enam
fungsi trigonometri dasar, dan menjelaskan hubungannya menggunakan
segitiga siku-siku tanpa menyajikan lingkaran satuan.
Hingga saat ini, trigonometri dianggap sebagai topik yang berharga
dan paling dicari dalam matematika. Selain kebermanfaatannya dalam
aplikasi untuk astronomi, materi ini juga sangat berguna dalam studi
aljabar. Setelah penemuan Kalkulus, Leonhard Euler ( 1707-1783 )
menyadari bahwa sinus bukan sebagai panjang fisik (aktual), melainkan
sebagai fungsi sudut terhadap panjang sisi-sisinya. Euler menyarankan
bahwa hal itu dapat diperoleh dengan membuat skala berbagai ukuran
lingkaran menjadi lingkaran satuan, yaitu sebuah operasi yang setara
dengan membagi semua ukuran panjang dengan panjang jari-jari
lingkaran. Pada momentum ini, untuk pertama kalinya, semua nilai
trigonometri dianggap sebagai rasio. Pemikiran Euler ini menyebabkan
trigonometri termasuk dalam lingkup kajian fungsi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
Secara ringkas, sejarah fungsi trigonometri dapat dilihat pada
Gambar 2.4 di bawah ini:
Gambar 2.4 Diagram Alur Sejarah Trigonometri
2. Aplikasi Fungsi Trigonometri
Tujuan mengenal dan memahami manfaat belajar fungsi
trigonometri salah satunya adalah untuk membangun rasa ingin tahu
sehingga siswa berkeinginan kuat untuk mengeksplorasi lebih dalam
materi ini. Fakta di lapangan banyak siswa mengalami kesulitan dalam
belajar trigonometri, bahkan tidak tertarik karena tidak mengetahui
manfaatnya dalam kehidupan nyata. NCTM (2009: 6) mengungkapkan
bahwa banyak siswa mengalami kesulitan karena mereka menjumpai
matematika sebagai subjek yang kurang berarti (kurang bermakna).
Dengan mengeksplorasi aplikasi atau manfaat matematika dalam
kehidupan nyata, diharapkan siswa tertarik dan mengalami proses
pembelajaran yang bermakna.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
Butler (2002:1) menceritakan secara singkat outobiografi pendek
Abraham Lincoln. Ia menyebutkan bahwa Abraham Lincoln berprofesi
sebagai pengacara yang tidak memiliki ketertarikan menjadi ilmuwan
matematika. Namun Abraham Lincoln telah tamat mempelajari enam
buku Geometri yaitu The Elements karangan Euclid seorang ahli
matematika Yunani kuno. Butler meyakini semua itu karena matematika
merupakan (bodybuilding) pembangun struktur pikiran. Dengan
mempelajari matematika kekuatan logika dan bahasa seseorang dapat
terasah dengan baik. Kemampuan memecahkan masalah sangat
membutuhkan dukungan logika yang kuat. Logika yang kuat sangat
dibutuhkan oleh seorang jaksa, pengacara. Bukan hanya Abraham
Lincoln yang menaruh perhatian untuk mempelajari matematika, French
Viete, Pierre Fermat, Blaise Pascal, dan Rene Descartes telah
memberikan kontribusi besar dalam dunia matematika. Mereka
menyumbangkan penemuan besar yang dikerjakan pada waktu
senggang. Bagi mereka, mempelajari matematika itu lebih pada rekreasi
daripada sebuah profesi (Maor, 1998:56).
Trigonometri telah banyak diterapkan pada kehidupan sehari-hari,
diantaranya pada bidang teknik sipil dan astronomi. Ilmu perbintangan
dan konstruksi bangunan sangat dibantu oleh trigonometri yang
merupakan alat ukur utama dalam ilmu ukur segitiga. Faktanya dalam
dunia nyata, jarak sebuah benda terhadap benda lainnya dapat
dimodelkan dalam bentuk segitiga. Ide sederhana tersebut terus
dikembangkan, dipadukan dengan disiplin kelimuan lain untuk
memecahkan masalah nyata dalam berbagai bidang. Pada awal sejarahnya
trigonometri lahir sebagai solusi atas permasalahan ukuran bangun datar
sederhana, seiring berkembangnya zaman trigonometri juga digunakan
dalam disiplin ilmu lainnya, misalnya bidang navigasi (ilmu pelayaran),
survei (ilmu ukur tanah), bidang astronomi (ilmu perbintangan), fisika,
kimia, kedokteran, dan lain-lain. Aplikasi tersebut didasarkan pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
kecocokan fungsi sinusoidal dengan kejadian-kejadian alam sehingga
dapat digunakan untuk memprediksi kemungkinan berulangnya suatu
kejadian alam, dengan demikian manusia dapat menentukan tindakan-
tindakan preventif atau solusi atas kejadian alam tersebut.
3. Tujuan Belajar Trigonometri
Tujuan belajar matematika untuk jenjang sekolah menengah atas atau
kejuruan, menurut NCTM (2000), adalah mempersiapkan siswa untuk
belajar dan bekerja dengan cakupan: matematika untuk kehidupan nyata,
matematika untuk dunia kerja, dan matematika untuk ilmu pengetahuan
alam serta untuk komunitas teknik. Tujuan tersebut memberi tuntutan
yang tinggi untuk melakukan proses pembelajaran sehingga siswa mampu
melek matematika (literasi matematika).
Kurikulum 2013 hadir dengan merujuk TIMS dan PISA, serta
Prinsip dan Standar NCTM, membawa misi dan tujuan untuk
mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup
sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif,
inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia. Kurikulum
2013 memuat penyempurnaan pola pikir pembelajaran yaitu:
pembelajaran berpusat pada siswa aktif, interaktif, pola pembelajaran
jejaring, berbasis tim, menggunakan multimedia, sesuai karakteristik
peserta didik, multidisiplin, dan kritis. Berdasarkan Permendikbud No. 70
tahun 2013, kurikulum 2013 diberlakukan mulai tahun ajaran 2013/2014.
Namun berdasarkan hasil observasi di lapangan, guru-guru matematika
SMK di MGMP Kabupaten Gunungkidul pada umumnya menuturkan
bahwa sebagai ujung tombak implementasi kurikulum 2013, guru belum
siap melaksanakannya. Hasil observasi dokumen pembelajaran persiapan
pembelajaran guru, yaitu RPP, soal-soal evaluasi, dan perangkat lainnya
belum sesuai dengan kurikulum 2013. Salah satu penyebabnya adalah
kurangnya literatur yang valid untuk sumber pegangan guru matematika
yang dicetak dalam bahasa Indonesia. Khususnya buku trigonometri
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
untuk pegangan guru yang membahas tentang sejarah, konsep, dan
penerapan trigonometri dalam berbagai bidang.
Trigonometri memiliki karakteristik unik, kombinasi dari geometri,
aljabar dan grafik fungsi. Seperti diungkapkan Moore (2009:2):
Trigonometry and trigonometric functions have been important parts of the high school and undergraduate mathematics and science curriculum for the past century. Trigonometry and trigonometric functions also offer one of the earlier mathematical experiences for students that combine geometric, algebraic, and graphical reasoning with functions that cannot be computed through algebraic computations. Aplikasi trigonometri khususnya digunakan dalam astronomi dan
geografi, sedangkan umumnya aplikasi trigonometri dipelajari dalam
berbagai bidang termasuk geometri, fisika, optik, listrik, kartografi,
maritim dan arsitektur. Keunikan dan manfaat aplikasi trigonometri
tersebut membuatnya menarik dan penting untuk dipelajari. Terbatasnya
sumber buku pegangan trigonometri yang valid untuk guru, akan
menghambat kemajuan dan perkembangan wawasan guru. Sedangkan
guru dituntut untuk memfasilitasi siswa agar siap mengaplikasikan
trigonometri dalam kehidupan nyata, dunia kerja, sains, dan teknologi.
Kompetensi dasar trigonometri SMA dan SMK kurikulum 2013,
tertuang pada Permendikbud RI no. 70 tahun 2013 pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Kompetensi Dasar Trigonometri SMA/K Kurikulum 2013 Kelas X Kompetensi Dasar KD. 3.14 Mendeskripsikan konsep perbandingan trigonometri pada
segitiga siku-siku melalui penyelidikan dan diskusi tentang hubungan perbandingan sisi-sisi yang bersesuaian dalam beberapa segitiga siku-siku sebangun.
KD. 3.15 Menemukan sifat-sifat dan hubungan antar perbandingan trigonometri dalam segitiga siku- siku.
KD. 3.16 Mendeskripsikan dan menentukan hubungan perbandingan Trigonometri dari sudut di setiap kuadran, memilih dan menerapkan dalam penyelesaian masalah nyata dan matematika.
KD. 3.17 Mendeskripsikan konsep fungsi Trigonometri dan menganalisis grafik fungsinya serta menentukan hubungan nilai fungsi Trigonometri dari sudut-sudut istimewa.
KD. 4.14 Menerapkan perbandingan trigonometri dalam menyelesaikan masalah.
KD. 4.15 Menyajikan grafik fungsi trigonometri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
Kelas XI Kompetensi Dasar KD. 3.11 Mendeskripsikan dan menganalisis aturan sinus dan kosinus
serta menerapkannya dalam menentukan luas daerah segitiga. KD. 4.8 Merancang dan mengajukan masalah nyata terkait luas segitiga
dan menerapkan aturan sinus dan kosinus untuk menyelesaikannya.
Kurikulum 2013 memberi mandat yang berat yaitu menekankan
prinsip dan standar pembelajaran trigonometri pada belajar berdasarkan
pemahaman. Namun faktanya dilapangan berdasarkan penuturan siswa,
trigonometri masih dianggap sulit dan kurang dimengerti manfaatnya
bagi kehidupan siswa selanjutnya. Fakta tersebut sejalan dengan hasil
observasi yang menunjukkan bahwa buku-buku siswa dan guru masih
menonjolkan pada penguasaan prosedural, dan sangat sedikit dalam
mengupas pemahaman konseptual. Soal-soal latihan dan evaluasi di
dominasi oleh masalah-masalah rutin yang hanya membutuhkan ingatan
dan prosedur yang benar untuk menyelesaikannya. Akibatnya siswa tidak
tertantang dan tidak terasah penalarannya. Sehingga jika menemukan
masalah yang berbeda dengan yang dipelajari, maka siswa tidak dapat
menyelesaikannya. Kondisi tersebut sangat terkait dengan proses
pembelajaran yang terjadi di kelas. Proses yang tidak mengedepankan
pemahaman konseptual, akan menyebabkan berbagai kesulitan belajar
bagi siswa baik untuk materi yang sedang dipelajari maupun materi
selanjutnya.
Standar Proses belajar trigonometri pada kurikulum 2013 tertuang
dalam Permendikbud RI No. 65. Standar proses tersebut sejalan dengan
standar proses yang disarankan oleh NCTM (2000) yaitu memuat:
pemecahan masalah, penalaran dan pembuktian, ketrampilan
mengintegrasikan atau menghubungkan konsep, komunikasi, dan
representasi. Pondasi atau inti dari standar proses tersebut adalah adanya
Kilpatrick, Swafford, & Findell (2001:123) menyatakan bahwa tanpa
pemahaman konseptual yang cukup pada materi pra-syarat, maka siswa
akan mengalami kesulitan untuk belajar materi selanjutnya. Kesulitan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
tersebut dikarenakan pembelajaran yang kurang bermakna bagi siswa.
Pembelajaran yang hanya menekankan pada ketrampilan prosedural akan
mudah dilupakan dan kurang bermakna bagi siswa.
NCTM (2009: 6) mengungkapkan pada masa ini banyak siswa
mengalami kesulitan karena siswa menemukan pembelajaran matematika
yang kurang bermakna. Untuk itu sangat penting bagi guru untuk
memahami pondasi dari standar proses pembelajaran. Penalaran
(reasoning) dan pengembangan pemahaman (sense making) merupakan
pondasi untuk mengadakan pembelajaran yang bermakna bagi siswa.
Tujuan pembelajaran trigonometri di Sekolah Menengah Atas,
maupun Sekolah Menengah Kejuruan adalah mempersiapkan siswa untuk
mengaplikasikan trigonometri dalam kehidupan nyata, dunia kerja, sains,
dan teknologi. Agar dapat mencapai tujuan tersebut, maka pembelajaran
harus bermakna bagi siswa. Pembelajaran yang bermakna tidak mudah
dilupakan oleh siswa serta dapat dijadikan sebagai modal untuk
membangun konsep selanjutnya atau untuk menghadapi masalah dalam
dunia nyata. Dengan demikian pembelajaran harus mengacu pada standar
proses, yaitu dengan menekankan pada penalaran (reasoning) dan
pengembangan pemahaman (sense making).
4. Penalaran dan Pemahaman pada Fungsi Trigonometri
Pembelajaran yang bermakna dengan fokus pada penalaran
(reasoning) dan pengembangan pemahaman (sense making) akan
meningkatkan pemahaman siswa dan membantu perkembangan
pengertian siswa (NCTM, 2009:5). Pembelajaran yang sesuai standar
proses hendaknya memuat: pemecahan masalah, penalaran dan
pembuktian, ketrampilan mengintegrasikan atau menghubungkan konsep
(koneksi), komunikasi, dan representasi. Pemecahan masalah dan
pembuktian tidak mungkin terjadi tanpa penalaran. Ketrampilan
menghubungkan (mengaitkan), ketrampilan komunikasi dan kemampuan
merepresentasikan konsep yang dipilih oleh siswa, harus mendukung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
penalaran. Sedangkan penalaran itu sendiri akan membantu siswa dalam
menentukan keputusan.
Pengertian penalaran (reasoning) dan pengembangan pemahaman
(sense making) telah banyak dikaji. NCTM (2009: 5) mendefinisikan
penalaran sebagai proses menemukan kesimpulan dengan mendasarkan
pada evidensi atau fakta yang telah diasumsikan sebelumnya. Sejalan
dengan definisi tersebut, Sadiq (2008: 7 ), memaparkan bahwa penalaran
adalah proses yang berusaha menghubung-hubungkan fakta-fakta atau
evidensi-evidensi yang diketahui menuju kepada suatu kesimpulan atau
pernyataan yang baru. Terdapat proses mengaitkan pengetahuan yang
sudah dimiliki siswa, dengan pengetahuan yang akan dipelajari (materi
baru). Sedangkan penalaran matematis dijelaskan oleh English (2004:13)
sebagai suatu kegiatan perhitungan, mengumpulkan fakta-fakta,
menganalisis data, memperkirakan, menjelaskan, membuat suatu
kesimpulan.
Skemp (2006) membedakan pemahaman dalam 2 jenis yaitu:
relasional dan instrumental. Pemahaman relasional adalah mengetahui
apa yang akan dilakukan dan mengetahui alasan mengapa melakukannya.
Proses yang terjadi dalam pemahaman relasional akan membangun
struktur konseptual. Skemp mendefinisikan pemahaman instrumental
dengan mengetahui aturan (prosedur) tanpa alasan. Sedangkan menurut
NCTM (2009: 5), Pengembangan pemahaman didefinisikan sebagai
pengembangan yang menghubungkan antara kontek, situasi, atau konsep
dengan pengetahuan yang sudah dimiliki siswa.
Fungsi trigonometri adalah salah satu materi yang sangat penting
untuk membantu siswa agar peduli dan mampu menyelesaikan berbagai
masalah dalam dunia nyata. Ruang lingkup aplikasi fungsi trigonometri
sangat luas, mulai dari konteks sederhana pada dunia nyata di daratan,
lautan, hingga teknologi canggih terkait masalah antariksa.
Pengembangan pemahaman konsep fungsi trigonometri harus berakar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
pada penalaran, bukan hafalan. Setelah pemahaman konsep terasah, baru
dilanjutkan dengan penguasaan ketrampilan prosedural.
Kunci utama penalaran dan pengembangan pemahaman materi
fungsi menurut NCTM (2009: 41) adalah: (1). Menggunakan multipel
representasi pada fungsi, (2). Memodelkan dengan menggunakan
karakteristik (properti) fungsi sesuai kategori fungsi, (3). Menganalisis
efek dari parameter fungsi (eksplorasi keterkaitan antar representasi
fungsi).
Multipel representasi, properti fungsi, multipel perspektif, dan
keterkaitannya dengan pengetahuan yang sudah dipelajari siswa, akan
memberikan banyak jalan untuk memecahkan suatu masalah. Namun
apabila siswa lemah atau bahkan memiliki pemahaman yang tidak utuh,
maka siswa akan mengalami kesulitan dalam belajar fungsi trigonometri.
Kesulitan belajar fungsi trigonometri dapat diidentifikasi dari pemahaman
siswa mengenai: multipel representasi, properti fungsi, multipel
perspektif, dan keterkaitannya dengan pengetahuan-pengetahuan
prasyarat.
Penelitian ini fokus pada kesulitan belajar fungsi trigonometri terkait
multipel representasi, properti fungsi, dan keterkaitannya dengan
pengetahuan-pengetahuan prasyarat berdasarkan kajian-kajian teori, hasil
penelitian, dan hasil observasi lapangan. Kemudian data tersebut menjadi
dasar dalam menyusun Buku Elektronik Trigonometri untuk Calon Guru,
Guru, dan Instruktur trigonometri.
5. Representasi dan Properti Fungsi Trigonometri
Kunci utama dari proses problem solving adalah mencari hubungan
dan mengaitkan antara kuantitas variable yang sesuai dengan
permasalahan yang diberikan. Hubungan-hubungan tersebut dapat
ditemukan menggunakan multipel representasi. Byers (2010)
mengungkapkan bahwa untuk mempersiapkan siswa bekerja
dilingkungan profesioanal dapat dengan mengeksplorasi multipel
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
representasi. Fungsi dapat direpresentasikan dengan 4 cara, yaitu secara
numerik, grafik, aljabar/simbolik, dan secara verbal.
Sebuah fungsi dapat didefinisikan secara numerik dalam tabel
dan himpunan pasangan terurut. Sebuah pasangan terurut dari
bilangan-bilangan, terdiri dari dua bilangan yang ditulis dalam
merupakan hal yang sangat penting, sehingga .
Sebuah fungsi didefinisikan secara numerik sebagai himpunan
pasangan terurut, dimana nilai pertama untuk setiap pasangan
mewakili nilai input, dan nilai kedua untuk setiap pasangan mewakili
nilai output. Pada sebuah fungsi, tidak ada dua pasangan terurut yang
memiliki nilai input sama dengan nilai output berbeda.
Visualisasi sebuah data dalam bentuk grafik pada diagram
kartesius (diagram rectangular) akan sangat membantu untuk
mendeteksi informasi-informasi yang tidak terlihat dalam sebuah
tabel. Informasi yang dimaksud misalkan rata-rata data, peningkatan
atau penurunan output, nilai maksimum, nilai minimum, dan lain-
lain. Informasi-informasi tersebut lebih mudah terlihat pada grafik
daripada dalam tabel. Untuk menggambar sebuah grafik,
direkomendaikan untuk meletakkan variable input pada sumbu
horizontal, sedangkan variable output diletakkan pada sumbu
vertikal.
Himpunan nilai output dalam sebuah fungsi disebut sebagai
domain atau daerah asal, sedangkan himpunan nilai outputnya
disebut kodomain atau dareah kawan. Himpunan dari nilai output
yang berhubungan dengan nilai input disebut range atau daerah
hasil.
Grafik fungsi trigonometri dapat dikonstruksi dengan
meletakkan titik-titik koordinat pasangan terurut yang telah disajikan
),(),( xyyx
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
dalam tabel pada bidang koordinat kartesius. Selain itu grafik juga
dapat dikonstruksi jika telah diberikan persamaan fungsinya,
kemudian dapat ditentukan titik-titik ekstrim dan perpotongannya
dengan sumbu horizontal dan sumbu vertikalnya. Dengan
menghubungkan koordinat titik-titik pada diagram kartesius akan
terbentuk grafik fungsi trigonometri.
Kontribusi Francois Viete dalam trigonometri muncul tahun
1571, dalam risalah Canon mathematicus seu ad triangula cum
appendicibus. Viete memberikan metode pemecahan masalah
segitiga pada permukaan bola dan bidang datar, menggunakan enam
fungsi trigonometri. Viete adalah ahli yang pertama kali menerapkan
aljabar pada trigonometri secara sistematik. (Maor, 1998: 57-58).
Tahun 1748 Euler memperkenalkan Introductio in analysin
infinitorum yang memaparkan formula yang merupakan dasar untuk
menemukan akar ke-n dari sebuah bilangan, real atau komplek.
Dengan adanya penemuan ini, trigonometri menjadi benar-benar
analitik. Abraham Gotthelf K¨astner (1719-1800) ahli matematika
dari Jerman, pertama kali mendefinisikan fungsi trigonometri sebagai
bilangan asli lebih dari sekedar sebuah rasio pada segitiga. Pada
Jika x menyatakan sebuah sudut dalam
derajat, maka sin x, cos x, dan tan x, dan lain-lain adalah bilangan
yang berhubungan dengan setiap sudut
perkembangan jauh lebih maju, dengan mendefinisikan variable
independen sebagai bilangan real. (Maor, 1998: 52-53).
Definisi fungsi secara aljabar adalah suatu cara
merepresentasikan fungsi secara simbolik yaitu dengan notasi fungsi.
Sebuah fungsi dinotasikan secara kusus. Fungsi itu sendiri
direpresentasikan (dinyatakan) dengan sebuah nama atau huruf.
Sebagai contoh, fungsi yang merupakan relasi antara besar sudut
dengan sisi di depan sudut , dinyatakan dengan huruf . f
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
Misalkan x mewakili besar sudut yang merupakan variable input,
dan misalkan adalah panjang sisi di depan sudut , yang
merupakan variable output. Kondisi tersebut dapat dinyatakan:
Notasi fungsi tersebut dibaca: y sama dengan dari x. Jelas
bahwa output y (panjang sisi di depan sudut ) sama dengan .
Jadi adalah output dari ketika inputnya adalah x.
Secara verbal definisi fungsi merupakan sebuah relasi yang
memasangkan tepat satu anggota input dengan anggota output. Jika x
anggota dari variable input, dan y anggota dari variable output,
maka relasi fungsi memberikan sebuah nilai y tunggal untuk setiap
nilai x.
Fungsi dapat dinyatakan secara verbal dengan membaca
persamaan umumnya. Misalkan fungsi sinus, secara simbolik
dinyatakan:
adalah fungsi sinus dari x
6. Properti Fungsi Trigonometri
Properti fungsi trigonometri dapat diartikan sebagai sifat-sifat yang
melekat pada fungsi, meliputi: grafik, domain, range, asymptote (jika
ada), simetri, perpotongan dengan sumbu x dan y, titik maksimum dan
minimum.
7. Multipel Perspektif
Marchi (2012: 5) mengungkapkan bahwa, multipel representasi
memegang peranan penting dalam pembelajaran. Sedangkan mengetahui
dan memahami perspektif konseptual seorang siswa dalam menggunakan
representasi, dapat digunakan untuk mendeteksi dan mengetahui alasan
mengapa siswa mengalami kesulitan belajar trigonometri. Multipel
perspektif yang digunakan oleh Marchi mengacu pada model yang
y
)(xfyf
)(xf
)(xf f
xxf sin)( )(xf
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
dikembangkan oleh Moschkovich, et al. (1993), yang menggolongkan
dalam dua perspektif yaitu proses dan objek.
Perspektif proses sebuah fungsi adalah sudut pandang seseorang
tentang suatu fungsi yang dimulai dengan menunjukkan bahwa nilai x
dihubungkan dengan nilai y oleh suatu relasi atau aturan tertentu.
Hubungan tersebut akan tampak pada transformasi kuantitas dalam fungsi
yang diulang oleh suatu aturan tertentu. Fokus dari perspektif proses
adalah pada hubungan antara x dan y, atau input dan output. Siswa yang
menggunakan perspektif proses akan cenderung memandang bahwa
dengan menggunakan nilai x pada prosedur tertentu akan didapatkan nilai
y. Prosedur yang diguakan dalam perspektif ini akan memudahkan siswa
untuk mengingat atau mengaitkan dengan materi anggota himpunan.
Sehingga siswa akan lebih mudah mengenali multipel representasi
trigonometri sebagai sebuah fungsi.
Perspektif objek sebuah fungsi merupakan sudut pandang seseorang
tentang fungsi yang dimulai dengan menunjukkan bahwa fungsi adalah
suatu entitas yang dapat dioperasikan seperti pada sebuah grafik yang
terdiri dari sekumpulan pasangan terurut (titik) yang berdiri sendiri-
sendiri. Jika seorang siswa memperlakukan representasi sebagai sebuah
objek yang memiliki entitas untuk menemukan propertinya, maka siswa
tersebut menggunakan perspektif objek.
Sebagai contoh, jika siswa mengenali sebuah grafik sebagai sebuah
garis yang terdiri sekumpulan titik, dari sebuah formula (persamaan
fungsi), maka siswa tersebut telah menggunakan perspektif proses.
Sedangkan jika siswa melihat sebuah garis sebagai sebuah benda yang
memiliki properti tertentu misalkan titik puncak maksimum, dan
minimum, kemudian menggunakannya untuk sebuah manipulasi, maka
siswa telah menggunakan perspektif objek.
8. Pengetahuan Prasyarat Trigonometri
Trigonometri merupakan perpaduan dari geometri, aljabar, dan
fungsi. Menguasai unsur-unsur pembangun trigonometri akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
memudahkan dalam mempelajarinya. Oleh karena itu siswa perlu
menguasai dasar-dasar geometri, aljabar, dan fungsi sebelum mempelajari
fungsi trigonometri. Pemahaman akan terbentuk apabila pelajar mampu
berfikir dan memberikan alasan-alasan logis yang diperoleh dari
mengaitkan pengetahuan pra syarat dengan pengetahuan yang baru akan
dipelajari. Pemahaman yang kuat terbentuk dari alasan-alasan logis yang
dikonstruksi sendiri oleh pelajar. Dengan demikian pengkonstruksian
pengetahuan kedalam pikiran pelajar akan semakin kuat. Demikian juga
sebaliknya jika materi prasyarat belum dipahami siswa, atau lemah dalam
memahaminya, maka akan menimbulkan kesulitan untuk mempelajari
materi trigonometri.
9. Kesulitan Belajar Trigonometri
The National Joint Committee for Learning Disabilities (NJCLD)
(1990) mendefinisikan kesulitan belajar matematika sebagai suatu bentuk
kesulitan yang nyata dalam hal kemahiran dan kemampuan untuk
mengaplikasikan matematika pada kehidupan sehari-hari. Rack (2005:
12) mengungkapkan keadaan kesulitan belajar dapat dideteksi dari
beberapa gejala, diantaranya dari gejala akademik dalam pembelajaran,
gejala kognitif, gejala fisik, dan gejala sosial. Ada dua objek yang dapat
diperoleh siswa dalam belajar matematika untuk diaplikasikan dalam
kehidupan sehari-hari yaitu objek-objek langsung dan objek-objek tak
langsung. Objek-objek langsung dalam pelajaran matematika meliputi
fakta, konsep, operasi (skills), dan prinsip. Dengan demikian kesulitan
belajar trigonometri dapat dideteksi dengan mendiagnosis kesulitan siswa
dalam penggunaan konsep dan prinsip.
Cooney, et al. (1975: 216-224) memberikan pedoman dalam
mendiagnosis kesulitan penggunaan konsep dan prinsip, yang diuraikan
sebagai berikut: (1) Diagnosis kesulitan penggunaan konsep meliputi:
menandai/mendefinisikan konsep, mengidentifikasi contoh dan bukan
contoh, menggunakan multipel representasi, mengidentifikasi,
membandingkan, dan menegaskan konsep; (2) Diagnosis Kesulitan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
Penggunaan Prinsip meliputi: mengenali kapan mengapa suatu prinsip
diperlukan, mengenali dan menggunakan prinsip secara benar, mengenali
prinsip yang benar dan tidak benar, menggeneralisasi prinsip baru dan
memodifikasi suatu prinsip, mengapresiasikan peran prinsip-prinsip
dalam matematika.
Tes-tes diagnostik dikonstruksi bukan untuk menilai pencapaian di
dalam suatu mata pelajaran tetapi untuk mengungkap kelemahan para
siswa di dalam bagian tertentu dari pelajaran itu, bahkan kesalahan-
kesalahan yang dibuat di dalam tes-tes pencapaian bisa menjadi indikasi
dari kesulitan-kesulitan siswa. NCTM (2009: 6) mengungkapkan bahwa
banyak siswa mengalami kesulitan karena mereka menjumpai matematika
sebagai subjek yang kurang berarti. Kilpatrick, et al. (2001: 123)
menyatakan bahwa pembelajaran topik baru akan lebih sulit jika tidak ada
keterkaitan (koneksi) pemahaman konseptual antara topik pra-syarat
dengan topik yang baru. Artinya pembelajaran yang hanya ditekankan
pada penguasaan prosedural akan mudah dilupakan siswa dan
menimbulkan kesulitan dalam belajar matematika. Menurut Thompson
(2008) mengembalikan fokus utama pembelajaran pada penalaran dan
pengembangan pemahaman konseptual merupakan salah satu solusi
mengatasi kesulitan belajar matematika.
Barmby, et al. (2007: 42) mendefinisikan memahami matematika
sebagai usaha untuk menghubungkan antar representasi-representasi pada
konsep matematika. Sedangkan paham atau mengerti adalah hasil
pemikiran dari koneksi antar representasi dalam konsep matematika.
Barmby, et al. (2007: 44) menyampaikan beberapa cara yang disarankan
Hiebert dan Carpenter (1992) dalam mengevaluasi pemahaman siswa,
salah satunya yaitu dengan memeriksa kesalahan-kesalahan siswa dalam
menyelesaikan persoalan matematika terkait pemahaman konseptual.
Konsep adalah suatu ide abstrak yang memungkinkan orang dapat
mengklasifikasi objek-objek atau kejadian-kejadian yang merupakan
contoh atau bukan contoh dari ide tersebut. Siswa harus membentuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
konsep melalui pengalaman sebelumnya (prakonsepsi) diikuti latihan soal
untuk memahami pengertian suatu konsep. Prakonsepsi adalah konsep
awal yang dimiliki siswa tentang suatu objek yang akan digunakan untuk
memahami konsep selanjutnya. Konsep dibangun dari definisi, seperti
kalimat, simbol, atau rumus yang menunjukkan gejala sebagaimana yang
dimaksudkan konsep. Suatu konsep dapat dibatasi dengan ungkapan.
Konsep dalam matematika dapat dijelaskan/dinyatakan/didefinisikan
dalam beberapa cara. Cara menjelaskan atau mendefinisikan suatu konsep
matematika disebut representasi konsep matematika. Sedangkan prinsip
adalah objek matematika yang kompleks, dapat berupa gabungan
beberapa konsep, beberapa fakta, yang dibentuk melalui operasi atau
relasi. Soedjadi (1999: 15) mengungkapkan prinsip dapat berupa
aksioma/postulat, teorema, sifat, dan sebagainya.
Pemahaman konseptual trigonometri dapat dikembangkan dengan
mengeksplorasi multipel representasi, properti fungsi, dan keterkaitannya
dengan pengetahuan yang sudah dipelajari siswa. Namun apabila siswa
lemah atau bahkan memiliki pemahaman yang tidak utuh, maka siswa
akan mengalami kesulitan dalam belajar fungsi trigonometri. Lithner
(2011: 291) menyatakan bahwa karakteristik kesulitan belajar siswa
sangat terkait dengan tujuan belajar itu sendiri, terkait konten dan proses
pembelajaran.
Berdasarkan berbagai uraian di atas, kesulitan belajar fungsi
trigonometri dapat diidentifikasi dari kesalahan-kesalahan siswa dalam
mengerjakan soal-soal pemahaman konseptual meliputi: multipel
representasi, properti fungsi, dan keterkaitannya dengan konsep-konsep
prasyarat. Hasil penelitian menunjukkan berbagai kesulitan belajar
trigonometri pada siswa yang cukup komplek. Kesulitan dalam
pemahaman konseptual materi prasyarat, dalam penelitian Tall & Bakar
(1992), menemukan bahwa siswa mengalami kesulitan dalam
menentukan fungsi dan bukan fungsi. Siswa memiliki bahasa sendiri
dalam mendefinisikan fungsi. Siswa kesulitan memahami alasan mengapa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
sebuah grafik atau persamaan dikatakan sebagai fungsi atau bukan fungsi.
Siswa terkadang memahami dengan perspektif proses, tetapi siswa sering
salah dalam menentukan nilai yang mana yang merupakan input
(domain), dan yang merupakan daerah hasil (range).
Kesulitan dalam representasi trigonometri terungkap dalam
penelitian Knuth (2000.a), menyatakan bahwa bentuk representasi yang
dipilih siswa dapat digunakan untuk menentukan tingkat kesukaran soal
tes. Berdasar hasil penelitian Knuth, guru Sekolah Menengah Atas sering
menganggap bahwa siswanya dapat dengan mudah menghubungkan antar
multipel representasi yang ada. Faktanya menurut Knuth (2000.b) banyak
siswa yang selesai menempuh Sekolah Menengah Atas, tanpa memahami
hubungan antara multipel representasi yang digunakan di kelas. Knuth
(2000.a) juga menemukan bahwa pembelajaran di kelas sering lebih
cenderung pada manipulasi simbol dalam bentuk aljabar daripada secara
visual dan grafik. Siswa lebih nyaman menggunakan bentuk aljabar,
sekalipun ketika mengetahui bahwa menggunakan solusi grafis jauh lebih
mudah dan efisien. Bahkan banyak siswa merasa keberadaan grafik tidak
terlalu penting, hanya sebagai pelengkap setelah menggunakan metode
aljabar (Knuth; 2000.b). Knuth juga menemukan banyak siswa tidak
menganggap bahwa mungkin representasi grafis lebih cocok digunakan
dalam pemecahan masalah. Selain itu Knuth (2000.a) menemukan bahwa
siswa tidak dapat melihat grafik sebagai hubungan antar titik, dan hanya
sebagai sebuah benda (perspektif objek). Artinya mereka kesulitan dalam
memahami hubungan koordinat kartesius. Sehingga siswa tidak dapat
menemukan hubungan antara grafik dan persamaan fungsi.
Beberapa hasil penelitian (Challenger, 2009; Moore, 2010; Weber,
2005) menemukan bahwa siswa kesulitan mendefinisikan sinus dan
cosines sebagai fungsi dengan domain bilangan riil. Topçu et al. (2006:
287) mengungkapkan kemungkinan penyebabnya yaitu konsep pi dalam
kontek trigonometri dipahami secara berbeda dengan konsep pi dalam
kontek bilangan riil. Domain fungsi trigonometri adalah himpunan besar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
ukuran sudut yang umumnya disajikan dalam derajat atau radian.
Menurut Akkoç (2008), pemahaman konsep radian sangat penting untuk
keberhasilan belajar fungsi trigonometri. Konsep radian dapat digunakan
untuk menghubungkan representasi fungsi secara numerik dan grafik,
yang membentuk definisi fungsi berdasarkan lingkaran satuan (Akkoç &
Akbas Gül, 2010). Radian juga dapat digunakan untuk menunjukkan
bahwa domain fungsi trigonometri adalah bilangan riil. Beberapa hasil
penelitian (Fi, 2003; Orhun, 2004; Topçu et al., 2006; Akkoç, 2008;
Tuna, 2013) menunjukkan bahwa siswa, mahasiswa, dan bahkan guru
mengalami kesulitan dalam memahami konsep radian. Tuna (2013: 7)
menemukan bahwa mahasiswa calon guru tidak memahami konsep
derajat dengan benar. Namun demikian, hasil penelitian (Tuna, 2013;
Akkoç, 2008) menunjukkan bahwa mahasiswa lebih terbiasa
menggunakan konsep derajat daripada konsep radian.
Berdasarkan hasil penelitian-penelitian terkait kesulitan siswa dalam
belajar trigonometri, dapat disimpulkan beberapa jenis kesulitan siswa
yaitu:
a. Kesulitan memahami konsep pra-syarat antara lain: menentukan atau
membedakan fungsi dan bukan fungsi, menentukan domain dan
range, mengenali bahwa domain fungsi trigonometri adalah bilangan
riil, konsep radian, konsep derajat, dan konsep pi.
b. Kesulitan representasi fungsi: representasi fungsi secara grafik,
mengenali hubungan grafik dengan persamaan fungsi, representasi
secara numerik, dan verbal.
c. Kesulitan mengaitkan hubungan antar representasi fungsi.
d. Kesulitan memahami properti fungsi periodik: amplitude, periode,
domain, dan range.
Secara garis besar tes diagnostik digunakan dalam penelitian ini
untuk mengetahui kesulitan-kesulitan siswa dalam menggunakan konsep
dan prinsip. Kesulitan menggunakan konsep yang dimaksud meliputi:
konsep prasyarat, representasi konsep, dan properti grafik fungsi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
trigonometri. Sedangkan kesulitan menggunakan yang prinsip dimaksud
adalah kesulitan dalam mengkoordinasikan gabungan beberapa konsep,
beberapa fakta, yang dibentuk melalui operasi atau relasi.
10. Pengembangan Buku Elektronik Trigonometri
Tujuan pembelajaran trigonometri adalah mempersiapkan siswa
untuk mengaplikasikan trigonometri dalam kehidupan nyata, dunia kerja,
sains, dan teknologi. Agar dapat mencapai tujuan tersebut, maka
pembelajaran harus bermakna bagi siswa. Dengan demikian pembelajaran
harus mengacu pada standar proses, yaitu dengan menekankan pada
penalaran (reasoning) dan pengembangan pemahaman (sense making).
Artinya agar proses belajar dapat terlaksana sesuai standar proses, harus
didukung dengan sarana, dan prasarana, serta media pembelajaran yang
mampu memfasilitasi kebutuhan guru dan murid.
Fasilitas yang dibutuhkan diantaranya adalah buku siswa, buku
pegangan guru, dan dokumen perangkat pembelajaran lainnya. Perangkat
pembelajaran yang dimaksud tentunya yang sesuai dengan kebutuhan
pelaksanaan sesuai standar proses pembelajaran. Hasil observasi
dokumen pembelajaran persiapan pembelajaran guru yaitu RPP, soal-soal
evaluasi, dan perangkat lainnya dilapangan, ternyata belum sesuai dengan
kurikulum 2013. Salah satu penyebabnya adalah kurangnya literatur
yang valid untuk sumber pegangan guru matematika yang dicetak dalam
bahasa Indonesia. Khususnya buku trigonometri untuk pegangan guru
yang membahas tentang pemahaman konseptual, dan penerapan
trigonometri dalam berbagai bidang. Buku cetak matematika kurikulum
2013 dari pemerintahpun, masih banyak menuai kritik karena belum
sesuai dengan tujuan kurikulum 2013 itu sendiri. Sedangkan buku-buku
dari luar negri yang berkualitas, selain harganya mahal, juga tercetak
dalam bahasa inggris, sehingga masalah kedala untuk mempelajarinya.
Sekarang, era media cetak sudah tergeser oleh era digital. Personal
computer (PC), laptop (note book), tablet PC bahkan smart phone,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
sekarang sudah menjamur bahkan dikalangan siswa Sekolah Dasar
hingga Perguruan Tinggi. Kelemahan media cetak yang mahal karena
proses cetak, dapat teratasi dengan media digital. Berdasarkan hasil
observasi di SMK N 2 Wonosari, hampir 70% guru memiliki note
book untuk membantu dalam peoses belajar mengajar. Serta sekolah
tersebut mempunyai fasilitas laboratorium komputer dan dilengkapi
dengan WiFi untuk dapat mengakses informasi. Bahkan di setiap kelas
telah terpasang LCD untuk pembelajaran.
Berbagai alat digital tersebut dilengkapi dengan aplikasi
yang mampu menyajikan berbagai informasi terbaru, menarik, dan aktual.
Menurut Darmawan (2012: 11) salah satu produk integrasi teknologi
informasi dalam dunia pendidikan adalah adanya e-learning atau
pembelajaran elektronik. E-learning membuka cakrawala baru bagi dunia
pendidikan, karena mampu mengatasi masalah keterbatasan ruang dan
waktu. E-learning pada hakikatnya adalah bentuk pembelajaran
konvensional yang dituangkan dalam format digital dan disajikan melalui
Teknologi Informasi dan Komunikasi. Keunggulan e-learning yang
menonjol adalah sangat efisien karena tidak tergantung ruang dan waktu.
Sejalan dengan e-learning , mulai bermunculan teknologi-teknologi
elektronik yang mendukung, salah satunya adalah e-book atau elektronic
book yang beredar luas di berbagai jenjang pendidikan. Keberadaan e-
book sangat membantu dunia pendidikan dan diminati banyak orang
karena keunggulan-keunggulannya yaitu mudah dibawa, tidak
membutuhkan kertas dan tinta sehingga lebih murah daripada harga buku
cetak serta pendistribusiannya jauh lebih mudah.
Berdasarkan hasil observasi, kelemahan e-book yang beredar di
lapangan hanya memindahkan format tulisan dari hard-
copy kebentuk soft-copy . Selain itu tampilan e-book pada umumnya tidak
menarik. E-book yang beredar baru memenuhi kriteria efisien dan praktis
saja, namun belum menarik dan interaktif karena tidak ada animasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
ataupun efek suara, tidak membuat pembaca berpikir dan
mengkonstruksikan pengetahuannya sendiri (sebagai cognitive tool).
Multimedia interaktif sebagai cognitive tool (alat bantu kognitif)
sangat penting digunakan untuk mengkonstruksi pengetahuan siswa
dalam pembelajaran trigonometri. Sejalan dengan penelitian Curatelli &
Martinengo (2012: 100), serta Balcaen & Hirtz (2008: 163)
mengungkapkan format e-based critical challenges dengan
memanfaatkan teknologi internet meliputi: konten multimedia animasi
flash, simulasi, dan media interaktif lainnya, mampu mendukung
pemahaman konsep. E-based critical challenges juga menawarkan
pendekatan belajar yang unik dengan menggunakan sumber-sumber
belajar dari internet/media elektronik dalam bentuk soft-copy (bukan
media cetak). Software-software pembuat e-book sangat beragam, salah
satunya Kvisoft Flip Book Maker, hasil aplikasinya dengan ekstensi
(.exe). Dalam buku dengan aplikasi tersebut dapat disisipkan video, game,
simulasi, dan tutorial, serta animasi gambar sehingga konsep abstrak
dapat tervisualisasikan. Pada format pdf, dan HTML pun dapat dilakukan
penyisipan dokumen multimedia interaktif tersebut.
Pada format aplikasi .exe, umumnya tidak membutuhkan software
pendukung untuk menjalankan program. Pada format HTML, untuk
menjalankannya dibutuhkan aplikasi browser. Browser yang umum
digunakan adalah Internet Exploler, Mozila FireFox, Opera, Google
Chrome, dan lainnya. Umumnya orang memilih Google Chrome karena
paling ringan kapasitasnya. Proses pembuatannya cukup mudah, dengan
menggunakan program frontpage atau dengan notepad. Sedangkan untuk
membaca file dengan format PDF membutukah aplikasi Adobe Acrobat
Reader. Sedangkan untuk menjalankan game memerlukan software
pendukung flash player.
Buku elektronik trigonometri yang dikembangkan merupakan media
pembelajaran yang termasuk kategori multimedia interaktif, sebab
didalamnya disisipi video, game, dan animasi. Darmawan (2012: 41-45)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
mengungkapkan secara garis besar prinsip pengembangan multimedia
interaktif dilakukan dengan: (1) pengumpulan dan perancangan bahan, (2)
pembuatan media meliputi teks, gambar, animasi, video, dan game, (3)
penggabungan semua media ke dalam program komputer, (4) editing dan
penyelarasan akhir. Sedangkan indikator penilaian multimedia interaktif
meliputi: (1) kedalaman materi, (2) penyajian isi pembelajaran, (3)
kejelasan bahasa, (4) kejelasan tabel/gambar/grafik/animasi, (5)
keruntutan urutan isi pembelajaran, (6) kemenarikan tampilan. Secara
garis besar prinsip pengembangan multimedia interaktif meliputi dua
aspek yaitu materi dan media.
Buku elektronik (e-book) adalah versi elektronik dari buku. Buku
pada umumnya terdiri dari kumpulan kertas yang berisi teks dan gambar,
sedangkan buku elektronik dapat berisi teks, gambar, dan bentuk
informasi digital lainnya seperti video, animasi, dan game. Oleh karena
itu penyajiannya perlu memperhatikan standar sistematika penyajian
buku. Menurut Kemdiknas (2010: 31) buku pelajaran adalah buku yang
berisi pengetahuan untuk sumber pegangan guru dengan kerangka isi: (1)
Pengantar, (2) Bagian pendahuluan meliputi: daftar isi dan tujuan, (3)
Bagian isi meliputi: judul, penjelasan tujuan, uraian pelajaran, penjelasan,
contoh serta soal latihan, (4) Bagian penunjang meliputi: daftar pustaka,
dan data diri penulis.
Selain dari aspek media dan sistematika penyajian, buku ini harus
memenuhi prinsip pengembangan bahan ajar menurut Kemdiknas (2010:
27) yaitu: (1) relevansi atau keterkaitan materi sesuai dengan tuntutan
kurikulum; (2) konsistensi atau keajegan, maksudnya ajeg dan sesuai
antara tujuan dan bahasan materi; (3) adekuasi atau kecukupan adalah
kecukupan materi dalam bahan ajar untuk mencapai tujuan.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan buku elektronik
trigonometri yang valid perlu dikembangkan dengan mengacu pada
kriteria yang disusun berdasarkan prinsip pengembangan bahan ajar dan
multimedia interaktif dengan sistematika buku sesuai dengan standar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
kemdiknas (2010). Produk dikatakan valid dari hasil evaluasi ahli materi,
ahli media, dan pengguna terhadap ketercapaian indikator aspek media
dan aspek materi yang telah dirumuskan.
B. Kerangka Pikir
Berdasarkan hasil riset yang relevan, ditemukan fakta bahwa siswa,
guru, dan mahasiswa mengalami kesulitan memahami konsep dan prinsip
trigonometri, diduga salah satu penyebabnya adalah buku-buku teks yang
beredar tidak memperhatikan kebutuhan konten yang menekankan pada
pemahaman konseptual. Artinya keberadaan buku yang valid dan menyajikan
kebutuhan konten konseptual sangat dibutuhkan di lapangan. Oleh karena itu
penelitian ini mengembangkan e-book trigonometri yang menekankan pada
konten pemahaman konseptual. Sesuai dengan karakteristik buku yang
dikembangkan, maka identifikasi kebutuhan konten belajar trigonometri
ditelusuri dengan tes diagnostik kesulitan trigonometri (pemahaman
konseptual), analisis buku trigonometri yang beredar di lapangan, dan analisis
dokumen perangkat pembelajaran.
E-book trigonometri ini merupakan bentuk elektronik dari buku yang
disisipi konten multimedia interaktif, sehingga memiliki keunggulan
interaktif, ekonomis, efektif dalam penggunaan, dan mudah dalam
pendistribusian. Dengan kata lain e-book trigonometri ini termasuk bahan ajar
sekaligus multimedia interaktif, oleh karena itu pengembangannya harus
mengikuti prinsip pengembangan bahan ajar meliputi: relevan, konsisten, dan
cukup, serta prinsip pengembangan multimedia interaktif meliputi aspek
materi dan aspek media. Selain itu sistematika urutan penyajiannya mengikuti
standar dari kemdikbud yaitu pengantar, pendahuluan, isi, dan penunjang.
Pengembangan e-book trigonometri yang memperhatikan prinsip-
prinsip tersebut serta telah melalui tahap evaluasi, FGD, dan refisi, akan
menghasilkan produk yang valid untuk sumber belajar guru, mahasiswa, dan
instruktur trigonometri.