collaborative learning untuk meningkatkan iklim kelas …/integras... · iklim kelas dan motivasi...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
INTEGRASI MEDIA ICT KE DALAM PENDEKATAN
COLLABORATIVE LEARNING UNTUK MENINGKATKAN
IKLIM KELAS DAN MOTIVASI BELAJAR BIOLOGI
SISWA KELAS X-1 SMA BATIK 1
SURAKARTA
SKRIPSI
Oleh:
SHELLI FEBRIYANTI
K4308053
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
INTEGRASI MEDIA ICT KE DALAM PENDEKATAN
COLLABORATIVE LEARNING UNTUK MENINGKATKAN
IKLIM KELAS DAN MOTIVASI BELAJAR BIOLOGI
SISWA KELAS X-1 SMA BATIK 1
SURAKARTA
Oleh:
SHELLI FEBRIYANTI
K4308053
SKRIPSI
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana
Pendidikan Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
ABSTRAK
Shelli Febriyanti, K4308053. INTEGRASI MEDIA ICT KE DALAM PENDEKATAN COLLABORATIVE LEARNING UNTUK MENINGKATKAN IKLIM KELAS DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS X-1 SMA BATIK 1 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2011/ 2012. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2012.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan iklim kelas dan motivasi belajar siswa kelas X-1 SMA Batik 1 Surakarta tahun pelajaran 2011/ 2012 dengan cara mengintegrasikan media ICT ke dalam pendekatan collaborative learning yang kemudian diterapkan pada pembelajaran biologi. Penelitian ini diawali dengan melakukan observasi terhadap proses pembelajaran biologi di kelas X-1, dimana ditemukan beberapa masalah yaitu tentang iklim kelas dan motivasi belajar siswa. Melalui kajian literatur, kami memberikan solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut dengan mengintegrasikan media ICT ke dalam pendekatan collaborative learning. Pengumpulan data utama diperoleh melalui angket dan observasi sementara data pendukung diperoleh melalui wawancara, dokumentasi, dan tes. Validasi data melalui proses triangulasi dan validasi oleh tim ahli.
Tindakan penelitian dilakukan sebanyak dua siklus. Target penelitian sebesar 65% untuk iklim kelas dan 60% untuk motivasi belajar siswa. Hasil siklus 1 menjelaskan bahwa secara umum target penelitian telah tercapai namun belum optimal, dengan ditunjukkan rata-rata indikator iklim kelas sebesar 65,54% dan motivasi belajar siswa sebesar 72,58%. Hasil siklus 2 menjelaskan bahwa target penelitian telah tercapai secara optimal yang ditunjukkan dengan rata-rata indikator iklim kelas sebesar 73,65% dan motivasi belajar siswa sebesar 77,30%. Siklus dihentikan sampai siklus 2 karena target penelitian telah tercapai. Hasil yang diperoleh adalah iklim kelas dan motivasi belajar siswa meningkat dengan baik. Pembelajaran seperti ini dapat meningkatkan iklim kelas dan motivasi belajar siswa karena sintaksnya mendukung interaksi dan minat siswa. Kesimpulan dari penelitian ini adalah penerapan integrasi media ICT ke dalam collaborative learning dapat meningkatkan iklim kelas dan motivasi belajar siswa pada pembelajaran biologi kelas X-1 SMA Batik 1 Surakarta tahun pelajaran 2011/ 2012. Kata Kunci: Media ICT, collaborative learning, iklim kelas, motivasi belajar siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
ABSTRACT
Shelli Febriyanti, K4308053. INTEGRATION OF ICT MEDIA INTO COLLABORATIVE LEARNING APPROACH TO IMPROVE CLASS CLIMATE AND STUDENT’S LEARNING MOTIVATION IN CLASS X-1 OF SMA BATIK 1 SURAKARTA SCHOOL YEAR 2011/ 2012. Thesis. Surakarta: Teacher Training and Education Faculty. Sebelas Maret University, 2012.
The research is classroom action research. The aim is to improve class climate and student’s learning motivation in class X-1 of SMA Batik 1 Surakarta by integrating ICT media into collaborative learning approach that implemented in biology learning process. This act is based on the observation stage in class X-1 where found some learning problems. They are class climate and student’s learning motivation. Based on literatures study, we give solution to improve them by integrating ICT media into collaborative learning approach. Main data is collected from questioner and observation. While additional data is taken from interview, documentation, and test. Validation data uses triangulation and expert team.
The act of research consists of two cycles. Research target is 65% for class climate and 60% for student’s learning motivation. The result of cycle 1 describes that generally the research target is accomplished not optimally. Percentage of class climate is 65,54% and student’s learning motivation is 72,58%. The result of cycle 2 describes that generally the research target is accomplished optimally. Percentage of class climate is 73,65% and student’s learning motivation is 77,30%. This cycle stopped here because targets accomplished optimally. Class climate and student’s learning motivation increase well. This learning approach can improve targets because it’s syntax support student’s interaction and interest. The conclusion of this research describes that integration ICT media into collaborative learning approach can improve class climate and student’s learning motivation in class X-1 of SMA Batik 1 Surakarta.
Keyword: ICT Media, collaborative learning, class climate, student’s learning motivation.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
MOTTO
Agama tanpa sains adalah buta,
Sains tanpa agama adalah lumpuh
(Albert Einstein)
Seize the day or die regretting the time you lost,
it’s empty and cold without You (Allah) here
(Avenged Sevenfold)
Sabar itu adalah ikhtiar maksimal dan tawakal total
(Ibu Retno Dosen P. Biologi UNS)
Ilmu adalah satu-satunya pedoman
yang akan tetap berlaku dan bermanfaat dimanapun kita berada
(NN)
Dan, milik Allah-lah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi.
Cukuplah Allah sebagai pemeliharanya
(Q.S. An-Nisa’: 132)
Hidup itu untuk mencari ridha Allah, menuntut ilmu pun semata-mata untuk
membuat kita semakin bertakwa dan bersyukur kepada-Nya.
(Penulis)
Life is a choice, which one will we choose whether it is right or wrong way and white or black side is
depend on us. So, reach more Allah’s knowledge to get happy eternal life.
(Penulis)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
PERSEMBAHAN
Ayah dan Ibu. Terimakasih atas kesabaran yang tiada batas, cinta yang tulus
suci, lantunan do’a yang tiada pernah putus, air mata yang tiada pernah mampu
terbalas, semangat dan dukungan yang tak pernah lelah diberikan, kerja keras dan
usaha memberikan yang terbaik untuk ananda
Keluarga besarku tercinta yang selalu sayang dan perhatian padaku dalam kondisi
apapun
Bapak Dr. Baskoro Adi Prayitno, S. Pd., M. Pd. dan Bapak Bowo Sugiharto,
S.Pd, M.Pd., terima kasih atas bimbingannya serta Bapak Kaprodi Biologi
Puguh Karyanto S.Si.,M.Si, Ph.D., terimakasih atas kebijaksanaan dan
kemudahan yang diberikan pada kami (mahasiswa).
Bapak/Ibu dosen pendidikan biologi, terima kasih atas bimbingan, ilmu, dan
nasehat yang diberikan.
Ibu Umi Afidah, S. Pd selaku guru biologi SMA Batik 1 Surakarta yang sudah
sangat banyak membantu dalam kuliah PPL dan penelitian skripsi saya
Sahabatku tercinta, Resty, Isnaini, Evi N. H, Vera, April, dll. Trimakasih atas
kebersamaan, bantuan, cinta, dan dukungan yang kalian berikan, semoga kita
semua sukses dalam perjuangan selanjutnya…Amin…
Teman-teman BioEdu 2008, Kating 2008, terimakasih atas bantuannya selama
perkuliahan
Teman-teman Kost Bali yang suka ngasih film, drama, dan lagu-lagu korea yang
sedikit-banyak menghilangkan kepenatanku waktu kuliah
Sebelas Maret University
Semua pihak terkait yang tak dapat disebutkan satu per satu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga skripsi yang berjudul “Integrasi
Media ICT ke dalam Pendekatan Collaborative Learning untuk
Meningkatkan Iklim Kelas dan Motivasi Belajar Biologi Siswa Kelas X-1
SMA Batik 1 Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012” dapat diselesaikan untuk
memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Selama penelitian hingga terselesaikannya laporan ini, penulis menemui
berbagai hambatan, tetapi berkat bantuan dan dorongan dari berbagai pihak
akhirnya hambatan yang ada dapat teratasi. Oleh karena itu, atas segala bentuk
bantuan yang telah diberikan, dengan segala kerendahan hati penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
2. Ketua Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Ketua Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
4. Dr. Baskoro Adi Prayitno, S. Pd, M. Pd. selaku Pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan dan pengarahan.
5. Bowo Sugiharto, S.Pd, M.Pd. selaku Pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan dan pengarahan.
6. Joko Ariyanto, S. Si, M.Si. selaku pembimbing akademik yang telah
memberikan bimbingan dan dorongan.
7. Drs. Literzet Sobri, M. Pd. selaku kepala SMA Batik 1 Surakarta yang telah
memberikan ijin untuk mengadakan penelitian.
8. Ibu Umi Afidah, S. Pd. selaku guru mata pelajaran Biologi yang senantiasa
membantu kelancaran penelitian dan kerja samanya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
9. Siswa kelas X-1 SMA Batik 1 Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012.
10. Bapak dan Ibu yang tak henti-hentinya memberikan dukungan.
11. Berbagai pihak yang tidak mungkin disebutkan satu-persatu yang telah
membantu menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa dalam menyusun skripsi ini masih jauh dari
sempurna. Untuk itu kritik dan saran sangat penulis harapkan demi perbaikan dan
kesempurnaan skripsi ini. Semoga karya ini bermanfaat bagi semua pihak yang
berkepentingan.
Surakarta, Juni 2012
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL……………………………………..….…………... i
HALAMAN PENGAJUAN………………………………………………. ii
HALAMAN PERNYATAAN……..…………………………………….. iii
HALAMAN PERSETUJUAN………………………………………….. iv
HALAMAN PENGESAHAN………..………………………………….. v
ABSTRAK………..……………….……………………………………... vi
HALAMAN MOTTO…………………………………………………….. viii
HALAMAN PERSEMBAHAN………..………………………………... ix
KATA PENGANTAR…………………………………………………… x
DAFTAR ISI……………………………………………………………... xii
DAFTAR TABEL……………..………………………………………… xv
DAFTAR GAMBAR………………..…………………………………… xvi
DAFTAR LAMPIRAN…………….…..………………………………… xvii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah…………………………………..……… 1
B. Rumusan Masalah………………………………………………… 6
C. Tujuan Penelitian…………………………………….…………… 6
D. Manfaat Penelitian…………………………………………….….. 7
BAB II. KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori ………………………………………………………. 8
1. Media ICT dalam Pembelajaran……….……………………… 8
a. Pengertian Media Pembelajaran…………………...……… 8
b. Manfaat Media Pembelajaran…………………….……..... 8
c. Media Pembelajaran Berbasis ICT………….…………….. 9
d. Integrasi Media ICT dalam Pembelajaran….………...…… 9
e. Contoh Media ICT………………………………………… 11
f. Peran Media ICT dalam Pembelajaran………………….… 12
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
2. Collaborative Learning…………….…………………………. 13
a. Pengertian Collaborative Learning……..……………….… 13
b. Karakteristik Collaborative Learning……...…………..….. 15
c. Struktur dan Teknik Pelaksanaan Collaborative Learning... 16
d. Kelebihan Collaborative Learning…………..…….……… 18
e. Media Pembelajaran dalam Collaborative Learning…....… 19
3. Kualitas Pembelajaran…………………………….……….….. 21
a. Pengertian dan Pentingnya Kualitas Pembelajaran…….….. 21
b. Aspek-Aspek Kualitas Pembelajaran……………………… 21
4. Iklim Kelas…………..……………………...………….....…… 22
a. Definisi Iklim Kelas……………………………….….…… 22
b. Indikator dan Dimensi dalam Iklim Kelas………………… 23
c. Pentingnya Iklim Kelas yang Baik……………………….. 23
d. Strategi Meningkatkan Iklim Kelas………………………. 24
5. Motivasi Belajar…………………….…..…………………….. 26
a. Definisi Motivasi Belajar…………………………………. 26
b. Nilai-Nilai dalam Motivasi………………………………... 26
c. Jenis-Jenis Motivasi………………………………….…… 27
d. Prinsip-Prinsip Motivasi Belajar……………………….…. 27
e. Pentingnya Motivasi Pembelajaran……………………..… 28
f. Indikator Motivasi Belajar…………………...…………… 29
g. Strategi Meningkatkan Motivasi Belajar……………...….. 29
6. Pembelajaran Biologi…………………………………………. 31
a. Hakikat Pembelajaran Biologi……………………….…..... 31
b. Pentingnya Pembelajaran Biologi……………………...….. 31
B. Kerangka Berpikir…………………………………….…………... 32
C. Hipotesis Tindakan…………………………………….....….……. 35
BAB III. METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian…………………………..….……… 36
1. Tempat Penelitian…………………………………..….……… 36
2. Waktu Penelitian…………………………………..………….. 36
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
B. Subjek Penelitian……………………………………..…..……….. 37
C. Data dan Sumber Data…………...…………………….…..……… 37
1. Data Penelitian…………………………………….…….…….. 37
2. Sumber Data…………………………………………….…….. 37
D. Pengumpulan Data…………………………………….…….…….. 37
1. Observasi……………………………………………….……... 37
2. Angket……..………………………………………………….. 38
3. Wawancara……………………………………………………. 39
4. Tes……………………………..……………………………… 40
5. Dokumentasi……………………………………….….………. 40
E. Uji Validitas Data…………..……………………………….…….. 41
F. Analisis Data……………………………………………………… 41
G. Indikator Kinerja Penelitian…………………………….………… 42
H. Prosedur Penelitian…………………………………….….……… 42
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Pratindakan……………………………………………... 45
B. Deskripsi Hasil Tindakan Tiap Siklus…………………………….. 53
C. Perbandingan Hasil Tindakan Antarsiklus…………...…………… 88
D. Pembahasan…………………………………………………...…... 96
BAB V. SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan………………………………………………….……….. 104
B. Implikasi…………………………………………………….…….. 104
C. Saran……………………………………………………….……… 105
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………….. 107
LAMPIRAN………………………………………………………………..111
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1. Perbedaan Karakteristik Collaborative Learning dan Cooperative
Learning……………………………….………………………………… 15
2.2. Langkah Integrasi Media ICT ke dalam Collaborative Learning……….. 20
3.1. Teknik Penilaian Angket Skala Likert…………………………….……... 39
3.2. Teknik Pengumpulan Data………………………………………………. 40
3.3. Rumusan Indikator Penelitian…………………………………………… 42
4.1. Persentase Capaian Indikator Hasil Observasi Iklim Kelas Pratindakan 46
4.2. Persentase Capaian Indikator Angket Motivasi Belajar Pratindakan..…. 49
4.3. Persentase Capaian Indikator Hasil Observasi Iklim Kelas Siklus 1…..… 57
4.4. Persentase Capaian Indikator Angket Motivasi Belajar Siklus 1….…..... 60
4.5. Hasil Angket Kepuasan Penerapan Integrasi Media ICT ke dalam
Collaborative Learning Siklus 1…………………………………….…... 64
4.6. Persentase Ketuntasan Belajar Siswa Tes Evaluasi Siklus 1……….……. 66
4.7. Persentase Hasil Ranah Afektif Siswa Siklus 1……………………….…. 66
4.8. Persentase Capaian Indikator Hasil Observasi Iklim Kelas Siklus 2….…. 75
4.9. Persentase Capaian Indikator Angket Motivasi Belajar Siklus 2…….…. 78
4.10. Hasil Angket Kepuasan Penerapan Integrasi Media ICT ke dalam
Collaborative Learning Siklus 2………………………………….……. 82
4.11. Persentase Ketuntasan Belajar Siswa Tes Evaluasi Siklus 2…………… 84
4.12. Persentase Hasil Ranah Afektif Siswa Siklus 1…………………….…... 85
4.13.Persentase Capaian Indikator Observasi Iklim Kelas……………….….. 89
4.14. Persentase Capaian Indikator Angket Motivasi Belajar Siswa…….….. 91
4.15. Hasil Angket Kepuasan Penerapan Integrasi Media ICT ke dalam
Collaborative Learning …………………………………………….….. 93
4.16. Persentase Ketuntasan Belajar Siswa Siklus 1 dan 2……………….…... 94
4.17. Persentase Capaian Indikator Ranah Afektif Siswa Siklus 1dan 2….…. 95
4.18. Perolehan Nilai Ranah Psikomotorik Tiap Kelompok Siklus 1 dan 2.… 95
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1.Skema Kerangka Berpikir…………………………………………….. 34
3.1 Rancangan Urutan Waktu Pelaksanaan Penelitian…………………. 36
3.2 Prosedur Pelaksanan Penelitian………………………………………. 44
4.1 Grafik Perubahan Persentase Indikator Observasi Iklim Kelas ….... 88
4.2 Grafik Peningkatan Persentase Hasil Observasi Iklim Kelas……..… 89
4.3 Grafik Perubahan Persentase Indikator Angket Motivasi Belajar.… 90
4.4 Grafik Peningkatan Persentase Hasil Motivasi Belajar Siswa………. 92
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Instrumen Pembelajaran…………………………………..…….… 111
1. Silabus…………………………………………………………… 112
2. RPP Siklus 1……………………………………………………… 117
3 RPP Siklus 2……………………………………………………… 124
4. Lembar Kerja Siswa Siklus 1……………………………………. 131
5. Lembar Kerja Siswa Siklus 2……………………………………. 134
6. Post Test Siklus 1………………………………………………… 139
7. Post Test Siklus 2………………………………………………… 140
8. Pembagian Kelompok Kelas X-1……………………………….. 141
2. Instrumen Penelitian……………………………………...……..…. 142
1. Kisi-Kisi Angket Motivasi Belajar Siswa dan Iklim Kelas….….. 143
2. Angket Motivasi Belajar Siswa dan Iklim Kelas Pratindakan,
Siklus 1, dan Siklus 2………………………………….………… 144
3. Kisi-Kisi Angket Kepuasan Penerapan Integrasi Media ICT
ke dalam Pendekatan Collaborative Learning Siklus 1 dan 2... 146
4. Angket Kepuasan Penerapan Integrasi Media ICT ke dalam
Pendekatan Collaborative Learning Siklus 1 dan 2………….… 147
5. Kisi-Kisi Observasi Motivasi Belajar Siswa dan Iklim Kelas…... 148
6. Lembar Observasi Motivasi Belajar Siswa Pratindakan, Siklus 1
dan Siklus 2……………………………………………………… 149
7. Lembar Observasi Iklim Kelas Pratindakan, Siklus 1dan
Siklus 2……………………………………………………….…... 150
8. Rubrik Lembar Observasi Motivasi Belajar Siswa………….….. 150
9. Rubrik Lembar Observasi Iklim Kelas………………………….. 151
10. Lembar Observasi Guru dan Siswa Keterlaksanaan Sintaks
Integrasi ICT ke dalam Pendekatan Collaborative Learning
Siklus 1 dan 2………………………………………………..……. 152
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xviii
11. Lembar Observasi Aspek Psikomotorik Siklus 1 dan 2………... 153
12. Lembar Observasi Sikap Siswa Siklus 1 dan 2…………..…….. 153
13. Rubrik Lembar Observasi Sikap Siswa………………………… 153
14. Kisi-Kisi Wawancara Motivasi Belajar Siswa dan Iklim Kelas
Pratindakan, Siklus 1, dan Siklus 2……………………….……... 154
15. Pedoman Wawancara Iklim Kelas dan Motivasi Belajar Siswa
Pratindakan………………………………………………….…... 155
16. Pedoman Wawancara Iklim Kelas dan Motivasi Belajar Siswa
Siklus 1 dan 2………………………………………………..…… 156
17. Pedoman Wawancara Integrasi ICT ke dalam Pendekatan
Collaborative Learning Siklus 1 dan 2 Narasumber Guru dan
Siswa……………………………………………………….…….. 157
3. Data Hasil Penelitian………………….…………………...…...….. 158
1. Data Hasil Observasi 1…………………………………………… 159
2. Data Sampel Lembar Observasi 2 Motivasi Belajar Siswa…….. 161
3. Data Sampel Lembar Observasi 2 Iklim Kelas………………….. 162
4. Data Sampel Lembar Observasi 2 Sikap Siswa…………………. 163
5. Data Sampel Lembar Observasi 2 Kinerja Guru………...……… 164
6. Data Sampel Lembar Observasi 2 Fasilitas Pembelajaran...…… 165
7. Data Sampel Lembar Observasi Pratindakan Iklim Kelas…...… 166
8. Data Sampel Lembar Observasi Pratindakan Motivasi Belajar... 167
9. Data Sampel Lembar Observasi Siklus 1 Iklim Kelas……..….… 168
10. Data Sampel Lembar Observasi Siklus 1 Motivasi Belajar..….. 169
11. Data Sampel Lembar Observasi Guru dan Siswa Siklus 1
Keterlaksanaan Sintaks Integrasi ICT ke dalam Pendekatan
Collaborative Learning…………………………………………. 170
12. Data Sampel Lembar Observasi Siklus 1 Sikap Siswa………... 171
13. Data Sampel Lembar Observasi Siklus 1 Aspek Psikomotorik... 172
14. Data Sampel Lembar Observasi Siklus 2 Iklim Kelas………… 173
15. Data Sampel Lembar Observasi Siklus 2 Motivasi Belajar.….. 174
16. Data Sampel Lembar Observasi Guru dan Siswa Siklus 2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xix
Keterlaksanaan Sintaks Integrasi ICT ke dalam Pendekatan
Collaborative Learning…………………………………………. 175
17. Data Sampel Lembar Observasi Siklus 2 Sikap Siswa…...…..... 176
18. Data Sampel Lembar Observasi Siklus 2 Aspek Psikomotorik... 177
19. Data Sampel Angket Pratindakan Motivasi Belajar Siswa
dan Iklim Kelas………………………………………………..….. 178
20. Data Sampel Angket Siklus 1 Motivasi Belajar Siswa dan
Iklim Kelas………………………………………………..………. 179
21.Data Sampel Angket Siklus 1 Kepuasan Penerapan Integrasi
ICT ke dalam Pendekatan Collaborative Learning……...……. 180
22. Data Sampel Angket Siklus 2 Motivasi Belajar Siswa dan
Iklim Kelas………………………………………………..………. 181
23. Data Sampel Angket Siklus 2 Kepuasan Penerapan Integrasi
ICT ke dalam Pendekatan Collaborative Learning……..…… 182
24. Data Sampel LKS Siklus 1 Kelompok 3……………..………… 183
25. Data Sampel Post Test Siswa Siklus 1…………………………. 187
26. Data Sampel LKS Siklus 2 Kelompok 5……………..………… 188
27. Data Sampel Post Test Siswa Siklus 2…………………………. 193
28. Hasil Perhitungan Persentase Angket Iklim Kelas Pratindakan.. 194
29. Hasil Perhitungan Persentase Angket Motivasi belajar Siswa
Pratindakan……………………………………………………... 195
30. Hasil Perhitungan Persentase Angket Iklim Kelas Siklus 1……. 196
31. Hasil Perhitungan Persentase Angket Motivasi belajar Siswa
Siklus 1………………………………………………………….. 197
32. Hasil Perhitungan Persentase Angket Iklim Kelas Siklus 2……. 198
33. Hasil Perhitungan Persentase Angket Motivasi belajar Siswa
Siklus 2………………………………………………………….. 199
34. Hasil Perhitungan Persentase Angket Kepuasan Integrasi ICT
ke dalam Pendekatan Collaborative Learning Siklus 1……… 200
35. Hasil Perhitungan Persentase Angket Kepuasan Integrasi ICT
ke dalam Pendekatan Collaborative Learning Siklus 2……… 201
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xx
36. Hasil Perhitungan LO Kualitas Pembelajaran (Motivasi Belajar,
Iklim Kelas, Sikap Siswa, Kinerja Guru, Fasilitas) saat
Observasi II……………………………………………………... 202
37. Hasil Perhitungan LO Iklim Kelas dan Motivasi Belajar Siswa
Pratindakan…………………………………………………….. 204
38. Hasil Perhitungan LO Iklim Kelas dan Motivasi Belajar Siswa
Siklus 1………………………………………………………….. 205
39. Hasil Perhitungan LO Iklim Kelas dan Motivasi Belajar Siswa
Siklus 2………………………………………………………….. 206
40. Hasil Perhitungan LO Afektif Siswa Siklus 1 dan 2…………… 207
41. Daftar Nilai Afektif, Kognitif, dan Psikomotorik Kelas X-1 pada
Siklus 1 dan 2…………………………………………………… 208
42. Hasil Wawancara Pratindakan………………………………… 209
43. Hasil Wawancara Siklus 1……………………………………… 213
44. Hasil Wawancara Siklus 2……………………………………… 219
45. Hasil Triangulasi………………………………………………… 224
4. Dokumentasi Penelitian…...…………………………………..…… 237
1. Foto-Foto Dokumentasi Observasi Awal………………………... 238
2. Foto-Foto Dokumentasi pratindakan…………………………… 239
3. Foto-Foto Dokumentasi Siklus 1………………………………… 240
4. Foto-Foto Dokumentasi Siklus 2………………………………… 242
5. Perizinan……………………….……………………………..…….. 245
1. Surat Permohonan Ijin Menyusun Skripsi untuk PD I………….. 246
2. Surat Ijin Penyusunan Skripsi/ Makalah………………...……… 247
3. Surat Ijin Penelitian dari Pemerintah Kota Surakarta……...…… 248
4. Surat Permohonan Ijin Menyusun Skripsi untuk Sekolah…..…. 249
5. Surat Keterangan telah Melakukan Penelitian dari Sekolah…... 250
6. Surat Permohonan Validasi Instrumen……………………..…... 251
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk memberikan pengetahuan,
wawasan, keterampilan, dan keahlian tertentu kepada tiap peserta didik guna
menggali dan mengembangkan bakat serta kepribadian mereka. Di dalam UU
Sisdiknas tertulis bahwa pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya (Depdiknas, 2003). Pendidikan berperan
penting dalam mempersiapkan dan mengembangkan sumber daya manusia di
abad 21 ini. Sekolah sebagai tempat penyelenggaraan pendidikan formal bertugas
untuk menghasilkan sumber daya manusia yang memiliki kompetensi di berbagai
bidang yang dituntut masyarakat di era globalisasi ini. Oleh karena itu, sekolah
merupakan salah satu komponen penting dalam dunia pendidikan yang perlu
mendapat perhatian khusus.
Proses penyelenggaaraan pendidikan di sekolah sekecil apapun pasti
mengalami hambatan dan masalah sehingga perlu mendapat perhatian dan
penanganan guna perbaikan proses dan peningkatan mutu pendidikan, termasuk di
SMA Batik 1 Surakarta. Pada tanggal 16 Agustus 2011 peneliti dibantu seorang
observer melakukan observasi proses pembelajaran biologi di kelas X-1 yang
diajar oleh ibu Umi Afidah, S.Pd. Berdasar diskusi awal dengan guru, kelas
tersebut lebih pasif, ramai sendiri, dan sering tidak mengumpulkan tugas-tugas
bila dibandingkan kelas X lainnya sehingga perlu diobservasi untuk selanjutnya
diteliti. Observer mengamati kondisi kelas, mencatat aktivitas guru dan siswa saat
proses pembelajaran biologi, mendokumentasikan aktivitas pembelajaran, serta
mewawancarai guru dan siswa mengenai pembelajaran biologi selama ini.
Hasil observasi awal tentang kondisi kelas menunjukkan hal-hal sebagai
berikut: (1) Fasilitas pembelajaran yang ada di kelas X-1 sudah lengkap, seperti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
tersedianya proyektor, LCD, speaker, papan tulis, dan hotspot area (2)
Lingkungan fisik kelas sudah nyaman karena terdapat AC dan kipas angin yang
menyejukkan ruangan (3) Ukuran ruang kelas sudah memadai untuk dihuni oleh
38 siswa yang terdiri dari 40 kursi dan 20 meja yang terbagi menjadi empat lajur
(4) Tersedia fasilitas penunjang seperti laboratorium biologi dan perpustakaan.
Hasil observasi awal tentang aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran
menunjukkan hal-hal sebagai berikut: (1) Performance guru di kelas pada saat
mengajar sudah cukup baik. Namun, guru belum memanfaatkan keragaman media
pembelajaran saat mengajar (2) Pengamatan terhadap aktivitas siswa
menunjukkan pada saat guru menerapkan metode diskusi mengenai peran virus
dalam pembelajaran, hanya ada empat kelompok (20) siswa atau sekitar 52,6%)
yang aktif memainkan games kartu dan berdiskusi, sementara 4 kelompok yang
lain mengobrol dan gaduh (3) Pada saat diskusi berlangsung, siswa yang aktif
bertanya sekitar 5 orang (13%), sementara yang lain mengobrol dan ramai (4)
Guru tidak memberi LKS atau tugas yang harus diselesaikan oleh siswa/
kelompok, sehingga siswa seperti kurang bertanggung jawab dalam diskusi (5)
Pada saat guru menerangkan pelajaran dengan memutarkan video, di awal
pembelajaran siswa tampak bersemangat dan memperhatikan penjelasan guru,
dan hanya 5 siswa (13%) yang tidak memperhatikan video. Pada saat guru
bertanya mengenai materi yang ada di dalam video, awalnya banyak siswa yang
antusias menjawab yaitu sekitar 10 siswa (26%). Namun, semakin lama guru
memutar video tersebut, perhatian siswa makin berkurang. Sedangkan interaksi
antarsiswa belum terlihat. Semua siswa tampak terfokus pada guru yang sedang
menerangkan pelajaran, aktivitas siswa pasif dan monoton, sehingga ada siswa
yang mengantuk dan tidak memperhatikan.
Berdasarkan data hasil observasi awal, selanjutnya peneliti berdiskusi
dengan guru mitra dan dosen pembimbing penelitian untuk merumuskan masalah
yang tepat. Guru mengungkapkan bahwa tingkat kesadaran siswa pada pelajaran
biologi masih kurang seperti dalam hal pengerjaan tugas-tugas. Hubungan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
antarsiswa juga kurang misalnya dalam hal pemecahan suatu masalah. Siswa
sering tampak pasif dalam pembelajaran yang terlihat dari belum adanya
kerjasama dan interaksi dari siswa sehingga lebih dominan guru yang
menyalurkan pengetahuan, sementara siswa hanya menerima saja. Belum nampak
interaksi antarsiswa yang saling berbagi pengetahuan dan menyelesaikan
permasalahan bersama-sama. Hasil diskusi antara peneliti, guru, dan dosen
pembimbing, menyimpulkan bahwa permasalahan di kelas X-1 pada saat
pembelajaran biologi adalah minat siswa yang masih rendah, perhatian, dan
partisipasi siswa yang kurang, interaksi antarsiswa saat pembelajaran yang belum
terlihat, pemanfaatan media pembelajaran yang belum maksimal, dan
pembelajaran yang masih terpusat pada guru.
Berdasarkan beberapa masalah yang ditemukan di kelas X-1, selanjutnya
peneliti mendiskusikannya bersama dengan dosen pembimbing dan guru untuk
menentukan akar permasalahan yang tepat. Dari hasil diskusi ini, dijabarkan akar
permasalahan sebagai berikut: minat siswa pada mata pelajaran biologi masih
rendah. Minat dan perhatian berkaitan dengan motivasi belajar. Minat merupakan
faktor intrinsik yang mempengaruhi motivasi belajar siswa. Minat yang rendah
akan menyebabkan motivasi belajar siswa rendah. Motivasi yang rendah terlihat
dari kurangya ketertarikan siswa pada pembelajaran biologi, kurangnya semangat
dalam belajar yang ditandai dengan kurangnya partisipasi dan keaktifan siswa
dalam pembelajaran, kurangnya ketekunan dan keuletan dalam mengerjakan
tugas, serta kurangnya kemauan untuk memecahkan masalah. Selain itu, interaksi
antar siswa tidak tampak dan guru masih menjadi sumber pemberi informasi
(teacher-centered) dan sumber belajar siswa sebagian besar masih dari buku paket
sehingga belum mengoptimalkan sumber belajar lainnya. Jadi, rumusan akar
permasalahannya adalah motivasi belajar siswa masih rendah, sikap siswa negatif
yang ditunjukan dengan perhatian dan partisipasi yang kurang, kurang
kondusifnya iklim pembelajaran yang ditandai dengan kurangnya minat,
partisipasi, perhatian terhadap pelajaran, dan interaksi antara siswa di kelas,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
fasilitas pembelajaran yang belum maksimal digunakan, dan pembelajaran yang
masih berpusat pada guru. Berdasarkan hal tersebut, disimpulkan bahwa akar
permasalahannya terletak pada kualitas pembelajaran. Terlihat bahwa kualitas
pembelajaran di kelas ini masih rendah sehingga menurut peneliti, dosen
pembimbing, dan guru perlu adanya usaha untuk meningkatkannya.
Ada banyak aspek dalam kualitas pembelajaran dan dalam hal ini peneliti,
guru, dan dosen pembimbing sepakat bahwa kualitas pembelajaran di kelas X-1
perlu ditingkatkan dari aspek tertentu. Guna mengetahui aspek-aspek yang paling
penting dan perlu segera ditingkatkan, peneliti melakukan observasi kembali pada
tanggal 3 Januari 2012. Kegiatan observasi kali ini menggunakan lembar
observasi (LO) tentang lima aspek kualitas pembelajaran yang mengacu pada
instrumen untuk mengukur lima aspek kualitas pembelajaran yang dibuat oleh
Widoyoko. Hasil observasi ini kemudian didiskusikan dengan guru dan dosen
pembimbing dan menyimpulkan bahwa kualitas pembelajaran di kelas X-1 masih
rendah terutama dari aspek motivasi belajar siswa dan iklim kelas. Melalui
pertimbangan dan keputusan bersama, yaitu bahwa kedua aspek tersebut penting
untuk segera diatasi, waktu yang terbatas, biaya, dan kemampuan peneliti, maka
disepakati bersama bahwa penelitian dalam rangka peningkatan kualitas
pembelajaran ini targetnya adalah untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dan
iklim kelas.
Guna meningkatkan kualitas pembelajaran dari aspek motivasi belajar
siswa dan iklim kelas ini, diperlukan solusi yang tepat agar target yang ingin
ditingkatkan benar-benar tercapai. Berdasar hasil diskusi peneliti dengan guru dan
dosen pembimbing, disimpulkan bahwa perlu adanya penerapan pembelajaran
yang dapat meningkatkan minat, perhatian, partisipasi dan interaksi antar siswa,
mendukung student-centered sehingga tidak berpusat pada guru, menarik,
inovatif, jarang atau bahkan belum pernah dipakai guru, dan mengoptimalkan
penggunaan fasilitas pembelajaran di kelas. Melalui kajian berbagai literatur, dan
rujukkan hasil penelitian sebelumnya, disepakati bersama bahwa perlu adanya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
pemanfaatan media berbasis ICT dalam pembelajaran. Berdasar hasil penelitian
Bingimlas (2009: 235-245), ICT dapat diterapkan dalam pendidikan sains dan
memberikan kesempatan bagi siswa untuk berinteraksi dengan berbagai sumber,
seperti gambar dan video serta memupuk komunikasi dan kolaborasi. Pemilihan
media ini kami harapkan dapat menciptakan iklim kelas yang baik. Selain itu,
hasil penelitian Waryono (2009: 771-776) menyatakan bahwa teknologi (media
ICT) memiliki potensi yang sangat besar dalam meningkatkan motivasi belajar
siswa.
Teori belajar Vygotsky tentang scaffolding menjelaskan bahwa terlihat
jelas perbedaan antara anak yang belajar sendirian dengan anak yang belajar
berkelompok. Anak yang belajar berkelompok terlihat lebih ceria, intraktif, dan
banyak pengetahuan baru yang diperoleh. Melalui belajar kelompok, anak-anak
saling membelajarkan dan berbagi pengetahuan atau pengalaman sehingga
memunculkan interaksi sosial. Berdasarkan kajian teori tersebut kami sepakati
bersama bahwa diperlukan pembelajaran kelompok yang bersifat kolaboratif.
Hasil penelitian tindakan kelas oleh Widayanti, Slamet, dan Masduki. (2011),
menunjukkan bahwa pembelajaran kolaboratif dapat meningkatkan motivasi
belajar siswa. Beberapa indikator yang menujukkan motivasi belajar antara lain
kesadaran, tanggung jawab, keaktifan, dan adanya ketertarikan. Menurut Macaro
(1997: 134-142) melalui collaborative learning, siswa akan bekerja sama dalam
belajar untuk mencapai tujuan tertentu. Proses ini akan memunculkan kesadaran
dan tanggung jawab siswa untuk saling belajar dan membelajarkan dalam
kelompoknya. Iklim collaborative learning dengan aktivitas kerja sama dalam
kelompok-kelompok diskusi ini menciptakan adanya aktivitas saling
membelajarkan sehingga aktivitas siswa akan lebih aktif dengan sendirinya.
Suasana pembelajaran kolaboratif akan menciptakan iklim kelas yang kondusif
sehingga siswa tertarik dan tidak bosan mengikuti pembelajaran. Menurut situs
National Institute of Science and Education (2003), ada tiga kondisi utuk
keterlaksanaan collaborative learning yaitu pengelompokkan siswa, penugasan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
dan adanya media komunikasi seperti internet dan media audio visual. Chaeruman
(2005: 48) mengungkapkan bahwa dalam pembelajaran kolaboratif, ICT dapat
memungkinkan siswa dalam suatu kelompok atau komunitas yang saling bekerja
sama, berbagi saran, ide, gagasan, masukan, nasehat, dan juga pengalaman sesama
anggota kelompoknya. Melalui kajian teori ini, disepakati bersama bahwa
penggunaan media ICT ini akan diintegrasikan ke dalam collaborative learning
sehingga diharapkan iklim kelas dan motivasi belajar siswa meningkat.
Berdasarkan latar belakang di atas, penelitian tentang kualitas
pembelajaran biologi yang ditinjau dari aspek iklim kelas dan motivasi belajar
siswa perlu dilakukan. Dalam hal ini, penulis merumuskan judul penelitian:
“INTEGRASI MEDIA ICT KE DALAM PENDEKATAN COLLABORATIVE
LEARNING UNTUK MENINGKATKAN IKLIM KELAS DAN MOTIVASI BELAJAR
BIOLOGI SISWA KELAS X-1 SMA BATIK 1 SURAKARTA.”
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dirumuskan
masalah sebagai berikut :
1. Apakah integrasi media ICT ke dalam pendekatan collaborative learning dapat
meningkatkan iklim kelas pembelajaran biologi siswa kelas X-1 SMA Batik 1
Surakarta tahun ajaran 2011/ 2012?
2. Apakah integrasi media ICT ke dalam pendekatan collaborative learning dapat
meningkatkan motivasi belajar biologi siswa kelas X-1 SMA Batik 1 Surakarta
tahun ajaran 2011/ 2012?
C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Meningkatkan iklim kelas pembelajaran biologi siswa kelas X-1 SMA Batik 1
Surakarta tahun ajaran 2011/ 2012 melalui integrasi media ICT ke dalam
pendekatan collaborative learning.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
2. Meningkatkan motivasi belajar biologi siswa kelas X-1 SMA Batik 1 Surakarta
tahun ajaran 2011/ 2012 melalui integrasi media ICT ke dalam pendekatan
collaborative learning.
D. MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pihak-pihak sebagai berikut :
1. Bagi Guru
a. Membantu memberi solusi kepada guru dalam upaya meningkatkan motivasi
dan iklim kelas dalam pembelajaran biologi di kelas.
b.Memberikan variasi pembelajaran pada guru dengan cara mengintegrasikan
media ICT ke dalam pendekatan collaborative learning.
c. Membantu memberi solusi kepada guru mengenai permasalahan yang terjadi
di dalam kelas.
2. Bagi Siswa
a. Meningkatkan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran biologi dengan
cara mengintegrasikan media ICT ke dalam pendekatan collaborative
learning.
b.Meningkatkan iklim kelas dalam pembelajaran biologi menjadi lebih
kondusif dengan cara mengintegrasikan media ICT ke dalam pendekatan
collaborative learning.
3. Bagi Institusi
a. Meningkatkan motivasi dan iklim kelas khususnya dan kualitas pembelajaran
biologi pada umumnya di sekolah, dengan cara mengintegrasikan media ICT
ke dalam pendekatan collaborative learning.
b.Membantu memberikan solusi penyelesaian permasalahan di sekolah dengan
cara mengintegrasikan media ICT ke dalam pendekatan collaborative
learning.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. KAJIAN TEORI
1. Media ICT dalam pembelajaran
a. Pengertian Media Pembelajaran
Kata media dalam bahasa Arab diartikan sebagai perantara atau
pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan. Namun kata media ini
mempunyai batasan yaitu berbagai jenis komponen dalam lingkungan
siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar. Menurut Gagne dalam
Yamasari (2010: 1-8), media hendaknya dapat dimanipulasi, dapat dilihat,
didengar, dan dibaca.
Menurut Arsyad (2003:3), pengertian media dalam proses belajar
mengajar didefinisikan sebagai alat-alat grafis, fotografis, elektronis yang
berperan dalam menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi
visual atau verbal. Media berperan mengatur hubungan yang efektif antara
komponen utama yang terlibat dalam proses pembelajaran yaitu siswa
dengan materi. Berdasarkan batasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa
media adalah segala alat komunikasi, baik cetak maupun audio-visual,
yang digunakan untuk menyampaikan informasi dari pengirim ke
penerima pesan dan merangsang siswa untuk belajar.
b. Manfaat Media Pembelajaran
Media pembelajaran memiliki banyak manfaat dalam proses
pembelajaran itu sendiri. Menurut Sudjana dan Rivai (1992) dalam Arsyad
(2003:25), manfaat media pengajaran dalam proses belajar siswa adalah
sebagai berikut:
1) Proses pembelajaran menjadi lebih menarik bagi siswa, sehingga dapat
meningkatkan motivasinya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
2) Tercapainya tujuan pembelajaran karena materi yang disampaikan
melalui media yang menarik menyebabkan siswa lebih mudah mengerti
dan memahami materi pelajaran.
3) Metode mengajar menjadi lebih variatif dan kreatif sehingga suasana
pembelajaran di kelas tidak monoton.
4) Siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran dan memperoleh
pengalaman belajar yang lebih mendalam.
c. Media Pembelajaran Berbasis ICT
Purwanto (2004: 39) menjelaskan tentang proses belajar yang
dapat dikembangkan melalui pendayagunaan teknologi informasi dan
komunikasi atau ICT. Penggunaan ICT untuk dunia pendidikan melalui
proses pembelajaran merupakan kebutuhan penting agar bangsa ini tidak
ketinggalan jauh dengan bangsa lain di bidang pendidikan.
Menurut Suhendar dikutip dari Waryono (2009: 771-776), kegiatan
pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan dapat:
1) Membantu siswa berhasil dalam pembelajaran
2) Menciptakan kemungkinan-kemungkinan untuk memecahkan masalah
3) Menimbulkan pengaruh positif dalam kehidupan siswa
4) Menimbulkan kepuasan dan kesenangan yang besar
Salah satu cara untuk mencapai tujuan tersebut adalah dengan
pembelajaran berbasis ICT. Kemampuan guru dalam menyelenggarakan
kegiatan pembelajaran yang berbasis pada teknologi informasi akan
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan siswa mencapai
tujuan pendidikan yang ditetapkan.
d. Integrasi Media ICT dalam Pembelajaran
Chaeruman (2005: 48) menjelaskan bahwa mengintegrasikan ICT
atau TIK ke dalam pembelajaran mamiliki makna yang sama dengan
menggunakan ICT untuk belajar (using ICTs to learn). Menurut Wang dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
Woo (2007: 148-156), integrasi disini bersifat menyeluruh dimana semua
elemen esensial dari sebuah sistem yang dikombinasikan bersama.
Wang dan Woo (2007: 148-156) juga menyatakan bahwa
pengintegrasian ICT merupakan sebuah proses dari penggunaan teknologi
komunikasi dan informasi yang bersumber dari web, program multimedia
dalam CD-ROM, objek belajar dan alat lainnya untuk memaksimalkan
pembelajaran siswa. Penggunaan ICT ini lebih menekankan pada proses
pembelajaran dibanding hasilnya. Hasil studi oleh Johnson dan Aragon
(2003: 31-43) dalam Wang dan Woo (2007: 148-156) menunjukkan bahwa
kelas yang mengintegrasikan ICT dalam pembelajaran dibandingkan
dengan kelas yang tidak menggunakannya, memiliki perbedaan yang
signifikan dalam hal kepuasan, sikap, dan hasil belajar. Hal ini
menunjukkan ICT berperan penting dalam keberhasilan proses
pembelajaran.
Menurut Waryono (2009: 771-776) yang mengutip dari Marsis,
pembelajaran berbasis ICT merupakan konsep yang berkaitan dengan
banyak hal, terutama teknologi modern sehingga penggunaan ICT dalam
pembelajaran mutlak diperlukan bagi peningkatan pembelajaran. Waryono
(2009: 771-776) menambahkan, pembelajaran berbasis ICT atau TIK
adalah pembelajaran yang mengintegrasikan teknologi informasi dan
komunikasi ke dalam proses belajar mengajar. Dijelaskan bahwa teknologi
memiliki potensi yang sangat besar dalam meningkatkan motivasi belajar
siswa. Manfaat adanya teknologi ini siswa dapat mengakses berbagai
macam sumber belajar selain dari buku pegangan, mendukung kolaborasi
dalam belajar, dan memberikan lebih banyak peluang pada guru serta
kesempatan dalam memanfaatkan teknologi yang ada di dalam kelas.
Dalam jurnal Mostert dan Quinn (2009: 1-17) dijelaskan bahwa
pendidik (guru) dapat mengintegrasikan ICT dalam proses belajar
mengajar karena teknologi yang berkaitan dengan dunia pendidikan
berperan penting dalam aktivitas mengajar, belajar, assessment, dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
evaluasi. Chaeruman (2005: 46) menambahkan bahwa pengintegrasian
ICT ke dalam proses pembelajaran perlu dilakukan guna:
1) Mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa
2) Meengembangkan keterampilan siswa dalam bidang ICT
3) Meningkatkan keefektifan dan keefisienan proses pembelajaran
Menurut Chou (2003) dalam Wang dan Woo (2007: 148-156), ICT
dapat mendukung interaksi yang terjadi di kelas, seperti interaksi antara
siswa dengan materi, interaksi siswa dengan guru , siswa dengan siswa
lainnya, dan siswa dengan media belajar. Tipe-tipe interaksi seperti ini
membuat proses pembelajaran menjadi lebih interaktif dan siswa menjadi
lebih aktif dan berkembang. Adanya interaksi antara siswa, guru, dan
materi pelajaran akan menciptakan iklim kelas yang baik sehingga suasana
pembelajaran menjadi kondusif.
e. Contoh Media ICT
Menurut Gilespie dalam jurnal Bingimlas (2009: 235-245), ICT
dapat diterapkan dalam pendidikan sains dan memberikan kesempatan
bagi siswa untuk berinteraksi dengan berbagai sumber, seperti gambar, dan
video serta memupuk komunikasi dan kolaborasi. Wang dan Woo (2007:
148-156) menyatakan bahwa ICT pada dasarnya merupakan perlengkapan/
alat dasar yang berupa hardware (komputer, kamera digital, proyektor),
software (Ms. Word, Ms. Excel, Ms. Power point), atau keduanya. Dalam
konteks pendidikan, hal ini mengacu pada berbagai jenis sumber dan
software yang ditampilkan pada computer yang berada di lingkup kelas
atau sekolah. Sedangkan definisi ICT dalam jurnal Wee dan Abu Bakar
(2006: 203-209) adalah suatu terminologi dalam bidang komunikasi yang
meliputi peralatan atau aplikasi komunikasi, yang mencakup radio,
televisi, telepon selular, komputer dan jaringannya, sistem dan sebagainya.
Definisi lain mengatakan bahwa ICT adalah seperangkat alat-alat yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
merupakan teknologi yang berfungsi sebagai media komunikasi, untuk
mengkreasikan, menyebarkan, menyimpan, dan mengolah informasi.
f. Peran Media ICT dalam Pembelajaran
Bhukuvhani, Zezekwa dan Sunzuma (2011: 27-37) yang mengutip
Goktas dan Yildrim (2003), menyatakan bahwa pengintegrasian ICT
memiliki peran penting dalam meningkatkan kualitas pendidikan dan
pembelajaran khususnya. Peran ICT dalam pembelajaran terutama adalah
membantu siswa dalam belajar dan bagi guru dalam memberikan
pengajaran yang lebih efektif. Penggunaan ICT dalam kelas menurut
Bingimlas (2009: 235-245) sangat penting dalam memberikan kesempatan
bagi siswa untuk memperoleh informasi yang lebih banyak. Menurut
Dawes (2001), masih dalam jurnal tersebut, ICT dalam pendidikan
memiliki potensi yang mempengaruhi pembelajaran yang dapat
mengefektifkan komunikasi antara guru dan siswa. ICT memainkan
peranan penting dalam meningkatkan motivasi, keterampilan dan
pengetahuan. ICT memiliki beberapa manfaat dalam pembelajaran biologi
atau sains. Menurut Kelleher (2000) dalam jurnal Bingimlas (2009: 235-
245), ICT sangat bermanfaat dalam pembelajaran Sains di kelas.
menurutnya, ICT dapat membantu siswa lebih memahami prinsip dan
konsep Sains serta meningkatkan minat, motivasi dan kesuksesan kegiatan
pembelajaran.
Berdasarkan ruang lingkup isi materi, hasil penelitian Roblyer,
Edwards, dan Havriluk (2004) dalam jurnal Wang dan Woo (2007: 148-
156), mengindikasikan bahwa penggunaan ICT dapat mendukung
pendekatan instruksional yang baru dan menciptakan metode implementasi
instruksional seperti simulasi dan pembelajaran kooperatif yang dapat
dilakukan dengan lebih mudah. Terlebih lagi, para pendidik setuju bahwa
ICT berpotensi meningkatkan keefektifan dalam pembelajaran dan hasil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
akhir pembelajaran siswa. Jadi, penggunaan ICT dapat meningkatkan
proses dan hasil belajar.
Chaeruman (2005: 48) mengungkapkan dalam jurnalnya bahwa
secara teoritis ICT mempunyai peran yang luar biasa dalam mendukung
proses pembelajaran yang aktif, konstruktif, intensif, interaktif,
kontekstual, reflektif, dan kolaboratif. Dalam kolaboratif, ICT dapat
memungkinkan siswa dalam suatu kelompok atau komunitas yang saling
bekerja sama, berbagi saran, ide, gagasan, masukan, nasehat, dan juga
pengalaman sesama anggota kelompoknya. Haunsel and Hill (1989) dalam
jurnal Andrej, Slavko, and Tatjana (2010: 38) menambahkan bahwa
pengenalan ICT dalam pembelajaran biologi tidak hanya mampu
meningkatkan tingkat pengetahuan siswa, tetapi juga sikap siswa dalam
pembelajaran biologi. Jinnah et al (2011: 20-28) menambahkan bahwa
ICT merupakan alat yang perperan penting dalam pelatihan kemampuan
pedagogik sebaik praktek secara langsung (hands on) yang mendukung
lingkungan pembelajaran yang berpusat pada siswa dan pengetahuan
sehingga meningkatkan inovasi dan kreativitas guru dan siswa. Hal itu
menunjukkan bahwa ICT sesuai diterapkan dalam pembelajaran sains
karena sesuai dengan hakekat sains yaitu minds on, hands on, hearts on.
2. Collaborative Learning
a. Pengertian Collaborative Learning
Menurut Armiati dan Sastramihardja (2007), collaborative
learning (CL) adalah pendekatan pembelajaran yang digunakan untuk
mengajar dan belajar yang melibatkan sekelompok siswa yang bekerja
sama untuk menyelesaikan masalah. Definisi collaborative learning
menurut National Institute for Science Education Madison-USA (2003)
adalah pendekatan pembelajaran yang melibatkan siswa dalam kelompok-
kelompok yang bekerja sama memecahkan masalah, mengerjakan tugas
atau menghasilkan suatu produk. Collaborative learning didasarkan pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
gagasan bahwa belajar secara alami merupakan bentuk kegiatan social
yang saling berkomunikasi satu sama lain. Melalui komunikasi inilah
proses belajar terpenuhi. Collaborative learning memayungi berbagai
pendekatan pembelajaran yang melibatkan kemampuan siswa untuk saling
bertukar secara intelektual, baik sesama siswa atau dengan guru.
Collaborative learning menggeser paradigma dari pembelajaran berpusat
pada guru atau pembelajaran berpusat pada buku teks menjadi berpusat
pada aktivitas siswa.
Nuraeni (2008) mengungkapkan bahwa penggabungan beberapa
pendekatan pembelajaran dalam satu proses belajar mengajar termasuk di
dalamnya pendekatan mengajar konvensional yaitu ceramah, tanya jawab,
demonstrasi atau lainnya. Proses belajar mengajar yang dilakukan guru
dengan collaborative learning lebih menekankan pada kegiatan
pembelajaran yang urut dan sistematis agar keseluruhan sintaks terlaksana
dengan baik.
Menurut Macaro (1997: 134-142), collaborative learning
memberikan kesempatan pada siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran
melalui kerja sama antar siswa dimana guru berperan sebagai fasilitator
dan memandu pembelajaran agar tercapai tujuan pembelajaran yang
diinginkan. Tu dan Corry (2002) dalam Ku, Cheng and Lohr (2006: 127-
135) memberikan pendapatnya bahwa collaborative learning merupakan
sebuah metode instruksional dalam suatu kelompok yang berisi beberapa
siswa yang saling belajar dan berinteraksi untuk mencapai tujuan
pembelajaran tetentu. Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, dapat
disimpulkan bahwa dalam pembelajaran kolaboratif ini terdapat beberapa
aktivitas seperti pembagian tugas dalam kelompok, saling memberikan
pendapat untuk menyelesaikan suatu masalah, dan kemampuan siswa
untuk saling berinteraksi dengan kelompoknya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
b. Karakteristik Collaborative Learning
Menurut situs NISE (2003), ada beberapa karakteristik dalam
collaborative learning yaitu:
1) Group Composition (adanya susunan kelompok yang jelas)
2) Task Features (adanya pembagian tugas)
3) Communication Media (dilengkapi dengan media komunikasi)
4) Adanya saling ketergantungan yang positif
5) Tanggung jawab individu dan personal
6) Interaksi langsung dengan tatap muka
7) Kerja tim dan kemampuan sosial
8) Proses dalam berkelompok seperti diskusi dan penyelesaian masalah
Beberapa karakteristik collaborative learning tersebut
membedakannya dengan cooperative learning. Perbedaan antara keduanya
disajikan pada Tabel 2.1
Tabel 2.1. Perbedaan Karakteristik Collaborative Learning dan
Cooperative Learning
Collaborative Learning Cooperative Learning
a. Peraturan yang diberikan dalam sebuah kelompok lebih sedikit
b. Masing-masing rencana ada kerangkanya dimana itu semua terwujud pada aktivitas dalam grup
c. Rockwood (1995a, 1995b): collaborative learning menghubungkan pembelajaran pada pandangan konstruktivisme sosial bahwa pengetahuan merupakan gagasan sosial
d. Guru lebih membebaskan kelompok-kelompok kecil untuk mengeksplorasi kemampuannya. Penugasan yang diberikan biasanya tugas
a. Anggota dalam suatu kelompok perlu memiliki kempuan dalam grup yang dimasukkan dalam tujuan instruksional
b. Semua rencana dan aktivitas dalam grup lebih terstruktur secara jelas (Cooper and Robinson, 1997; Smith and MacGregor, 1992)
c. Merupakan metodologi pilihan sebagai dasar pengetahuan (pengetahuan tradisional)
d. Guru merupakan pusat dari penguasa kelas dengan penugasan kelompok yang lebih closed-ended dan memiliki jawaban yang spesifik (Rockwood, 1995a, 1995b)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
Collaborative Learning Cooperative Learning yang kompleks dan bersifat open-ended
e. Konten yang berisi pengetahuan dasar lebih sedikit
e. Pengetahuan dasar yang terbentuk pada siswa lebih terstruktur
Sumber: NISE (2003)
c. Struktur dan Teknik Pelaksanaan Collaborative Learning
Dalam collaborative learning, kelompok dibentuk oleh guru
karena bila siswa membentuk grupnya sendiri, keragaman ide-ide sering
tidak tereksplorasi. Grup yang terbentuk sebisa mungkin heterogen Ini
bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang beragam baik ide, latar
belakang, gender sehingga siswa tidak terisolasi dan dapat berkembang
bersama. Kelompok dibentuk oleh guru (guru bisa menentukan kelompok
dengan acak, misal berhitung) dan biasanya merupakan kelompok kecil
yang terdiri 4-7 siswa dan bersifat heterogen. Struktur dan teknik
pelaksanaan collaborative learning antara lain sebagai berikut:
1) Think-Pair-Share
Merupakan struktur collaborative learning yang sederhana dan
mudah dilakukan untuk kelas yang baru menerapkan collaborative
learning. Dalam teknik ini:
a) Guru memberikan pertanyaan dan memberi kesempatan pada siswa
untuk menjawab
b) Siswa berkelompok dan melaksanakan collaborative learning
untuk mendiskusikan pertanyaan yang diberikan guru
c) Setiap siswa saling memberikan pendapat untuk memecahkan
masalah yang diberikan.
d) Setelah beberapa saat, guru mengumpulkan pendapat siswa dari
hasil diskusi mereka, misalnya dengan cara meminta siswa
menuliskan jawabannya pada kartu kemudian mengumpulkannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
2) Problem Solving
Langkah-langkah dalam teknik ini adalah:
a) Guru memberikan konsep dasar pada siswa
b) Guru memberikan masalah dan meminta tiap kelompok
menyelesaikannya
c) Siswa berdiskusi dan mulai menyelesaikan masalah yang
diberikan.
Hal yang harus diperhatikan dalam pemecahan masalah ini adalah:
a) Evaluasi masalah, karakterisasikan, dan identifikasi komponen
yang mudah dipahami
b) Identifikasi hal-hal yang kamu ketahui dan tidak kamu ketahui dari
masalah tersebut
c) Alokasikan waktu dalam kelompokmu dan ada pembagian tugas
dalam pemecahan masalah
d) Tiap anggota saling memberikan idenya untuk didiskusikan
e) Selesaikan masalah yang ada
f) Melakukan refleksi grup
3) Guided Reciprocal Peer Questioning
Langkah-langkah dalam teknik ini adalah:
a) Guru memberikan penjelasan materi di kelas dan memberikan
pertanyaan terbuka
b) Siswa diberikan waktu beberapa menit untuk secara individu
menyiapkan pertanyaan yang spesifik dengan bantuan dari
pertanyaan terbuka dari guru tadi
c) Siswa berkelompok dan saling mendiskusikan kemingkinan
jawaban mereka
d) Untuk mempersingkat waktu, guru dapat memberikan pertanyaan
terbuka pada pertemuan sebelumnya, sehingga siswa punya
kesempatan untuk lebih menemukan jawabannya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
4) Roundtable/Brainstorming
Brainstorming memunculkan banyak gagasan dan ide dalam
waktu yang singkat. Struktur ini digunakan untuk kegiatan
brainstorming ide dan untuk mengumpulakan banyak gagasan dari satu
pertanyaan. Langkah-langkah teknik ini adalah:
a) Untuk memulai, guru memberikan pertanyaan yang memiliki
banyak kemungkinan jawaban
b) Tiap kelompok diberikan selembar kertas kemudian kelompok
menuliskan ide-idenya
c) Kertas tersebut berputar ke kelompok lain dan kelompok itu juga
menuliskan ide-idenya. Begitu seterusnya sampai di dapatkan
solusi yang tepat
d) Setelah brainstorming, guru memberi kesempatan tiap kelompok
untuk meriview dan mengklarifikasi ide mereka
e) Kelompok mempresentasikan idenya di kelas
d. Kelebihan Collaborative Learning
Beberapa kelebihan dengan menerapkan pendekatan collaborative
learning di dalam kelas adalah sebagai berikut:
1) Siswa memiliki peluang yang lebih besar untuk bersosialisasi dengan
siswa lainnya, sehingga interaksi antara siswa dengan siswa terwujud
2) Siswa mendapat kesempatan untuk menyampaikan dan
mempertahankan pendapatnya, sehingga kelas lebih aktif dengan
aktivitas siswa
3) Siswa terlibat secara aktif dalam pembelajaran di kelas karena setiap
siswa diberi kesempatan untuk saling berdiskusi dan berkolaborasi
dalam belajar.
4) Menurut Donnel, Cindy, dan Erkens, G. (2006:233-236),
collaborative learning menciptakan kedinamisan yang aktif dalam
proses pembelajaran di kelas. Berbagi pengetahuan secara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
konstruktivisme merupakan salah satu bagian penting dalam
collaborative learning.
5) Menurut Pallof dan Pratt (2005) dalam Ku, Cheng and Lohr (2006:
127-135), bekerja secara kolaborasi akan meningkatkan kesempatan
bagi siswa untuk mendapatkan pengalaman belajar yang lebih
mendalam dan juga membantu siswa megembangkan keahliannya
melalui pembelajaran yang kontekstual.
6) Hasil penelitian Mirijamdotter, Somerville, dan Holst (2006: 83-92)
menunjukkan bahwa pembelajaran menjadi efektif melalui evaluasi
dengan penerapan pendekatan collaborative learning, misalnya tugas
proyek yang dikerjakan oleh siswa dalam tim.
7) Wang dan Chen (2008: 18-23) menambahkan bahwa collaborative
learning membantu siswa memahami berbagai sumber materi,
merefleksikan proses pembelajarannya, dan meningkatkan
pengetahuannya dalam penggunaan ICT.
e. Media Pembelajaran yang Sesuai dalam Collaborative Learning
Ada tiga kategori utama dalam menerapkan collaborative learning
di kelas menurut Macaro (1997: 134-142), yaitu: Teacher Directed
Collaboration, Learner Directed Collaboration, dan Learner Generated
Collaboration. Dalam proses pembelajaran di kelas, hasil penelitian
Chitanana (2010: 19-38) menunjukkan bahwa collaborative learning
dapat dikembangkan dengan mengintegrasikan ICT di dalamnya, misalnya
dengan menggunakan media internet dalam memperoleh informasi dan
memecahkan suatu masalah. Tabel 2.1 ini menjabarkan langkah-langkah
aplikasinya dalam pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
Tabel 2.2. Langkah Integrasi Media ICT ke dalam Pendekatan
Collaborative Learning
Collaborative learning Collaborative Learning yang Disertai Media ICT
Langkah-langkah: a. Guru memberikan apersepsi
dan mengajak siswa melakukan brain storming pada materi ekosistem.
b. Guru memberikan konsep dasar tentang ekosistem
c. Mengelompokkan siswa secara heterogen (kemampuannya), dimana setiap kelompok terdiri dari 4-5 orang.
d. Tiap kelompok terdapat pembagian tugas yang jelas (leader, time keeper, recorder, research-runner)
e. Guru memberikan peraturan dan perintah yang jelas pada tiap kelompok.
f. Guru memberikan penugasan dan permasalahan yang harus diselesaikan kelompok.
g. Siswa dalam tiap kelompok belajar secara berkolaborasi untuk menganalisis dan menyelesaikan permasalahan.
h. Setiap siswa dalam kelompoknya saling meyumbang ide dan pemikiran untuk menyelesaikan permasalahan
i. Setiap kelompok saling berinteraksi dengan kelompok lain untuk bersama-sama mencari solusi masalah yang paling tepat
j. Siswa dalam kelompok saling berinteraksi dan bekerja sama untuk menyampaikan hasil diskusi mereka.
k. Tiap kelompok menyampaikan hasil diskusinya dengan presentasi di depan kelas
Langkah-langkah: a. Guru memberikan apersepsi, mengajak
siswa melakukan brain storming, dan memberikan konsep dasar mengenai materi ekosistem.
b. Guru mengelompokkan siswa secara heterogen
c. Guru membagi LKS yang harus dikerjakan dalam kelompok.
d. Guru meminta tiap kelompok melakukan pengamatan langsung contoh ekosistem yang ada di sekitar sekolah kemudian meminta siswa merekamnya dalam bentuk video atau foto.
e. Guru memberikan permasalahan dalam bentuk video dan gambar tentang ekosistem pada tiap kelompok.
f. Siswa dalam tiap kelompok menganalisis video dan gambar baik yang direkam sendiri maupun yang diberikan oleh guru dan kemudian memecahkan solusi yang tepat untuk permasalahan yang ada secara bersama-sama dengan mencari bantuan sumber belajar dari akses internet melalui laptop dari tiap kelompok.
g. Guru meminta siswa mendiskusikan permasalahan yang ada tidak hanya dengan kelompoknya tetapi juga dengan kelompok lain dengan tema sejenis.
h. Guru meminta tiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi pada kelompok lain untuk ditanggapi.
i. Guru meminta siswa lain untuk menanggapi atau menambahkan pendapat temanya.
j. Guru mereview hasil diskusi siswa dan menjawab pertanyaan yang belum dapat dijawab oleh siswa.
k. Siswa menyimpulkan hasil pembelajaran bersama-sama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
3. Kualitas Pembelajaran
a. Pengertian dan Pentingnya Kualitas Pembelajaran
Kualitas pembelajaran berfungsi sebagai tolak ukur dalam kegiatan
pengembangan profesi baik yang berkaitan dengan usaha penyelenggaraan
lembaga pendidikan maupun kegiatan pembelajaran di kelas. Menurut
Depdiknas (2007: 6-11) kualitas pembelajaran perlu mendapat perhatian
yang terus menerus karena substansi dari kualitas tersebut terus
berkembang seiring dengan perkembangan jaman, kebutuhan masyarakat,
dan teknologi.
Menurut Cox (2006) dalam Widoyoko (2008: 7-12) kualitas
pembelajaran merupakan suatu ukuran yang menunjukkan seberapa besar
keefektifan interaksi antara guru dan siswa di dalam kelas dalam rangka
mencapai tujuan pembelajaran. Kualitas pembelajaran ini dipengaruhi oleh
guru, siswa, fasilitas pembelajaran, lingkungan dan iklim kelas. Jadi,
kualitas pembelajaran berorientasi pada proses pembelajaran.
b. Aspek-Aspek dalam Kualitas Pembelajaran
Guna menilai tingkat kualitas pembelajaran, diperlukan aspek dan
indikator-indikator yang menunjukkan tingkat kualitas dalam suatu
pembelajaran. Hasil penelitian Mokashi dan Cotter (2006) dalam jurnal
Widoyoko (2008: 7-12), mengemukakan lima aspek utama dalam kualitas
pembelajaran, yaitu: fasilitas pembelajaran, kinerja guru dalam kelas,
sikap siswa, iklim kelas, dan motivasi belajar siswa.
Menurut Prayitno (2000: 56-57), fasilitas pembelajaran berperan
sebagai sarana dan alat pembelajaran yang digunakan oleh guru dengan
maksud agar proses pembelajaran menjadi lancar, efektif, dan efisien,
sehingga tujuan pembelajaran tercapai. Contoh fasilitas pembelajaran yang
ada di dalam atau di sekitar kelas antara lain alat-alat elektronik, bangku
siswa yang layak, laboratorium, sumber-sumber belajar, dan sebagainya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
Sikap siswa berhubungan dengan keaktifannya dalam mengikuti
pembelajaran. Menurut Dimyati dan Mudjiono (1999: 51-63) siswa harus
bersikap aktif dalam memproses dan mengolah hal-hal yang didapatnya
setelah belajar. Siswa dituntut untuk aktif dari segala aspek meliputi fisik,
intelektual, dan emosional agar dapat memproses dan mengolah hasil
belajarnya secara efektif, dengan demikian pembelajaran menjadi
berkualitas. Sedangkan penjabaran lebih lanjut mengenai motivasi siswa
dan iklim kelas adalah sebagai berikut:
4. Iklim Kelas
a. Definisi Iklim Kelas
Definisi operasional iklim kelas menurut Widoyoko (2011: 209)
adalah segala situasi yang muncul akibat hubungan antara guru dan siswa
atau hubungan antarsiswa yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran.
Bloom (1964) dalam Tarmidi (2006:1) mendefinisikan iklim dengan
kondisi, pengaruh, dan rangsangan dari luar yang meliputi pengaruh fisik,
sosial, dan intelektual yang mempengaruhi peserta didik.
Iklim kelas merupakan suasana yang ditandai oleh adanya pola
interaksi atau komunikasi antara guru-siswa, siswa-guru dan siswa-siswa.
Menurut Prayitno (2000:56-57), lingkungan pembelajaran mengacu
kepada berbagai substansi yang dapat dan perlu dijadikan sumber materi
pembelajaran, serta digunakan sebagai sumber perangkat metode dan alat
bantu pembelajaran. Secara lebih khusus, lingkungan pembelajaran
dimaksudkan sebagai suasana yang terjadi dan dirasakan di tempat dan
lokasi dimana kegiatan belajar terselenggara, dari ruangan belajar di
sekolah, kamar belajar di rumah, sampai dengan lingkungan sekolah.
Tarmidi (2006:2) menambahkan bahwa iklim kelas merupakan segala
situasi yang muncul akibat hubungan antara guru dan peserta didik atau
hubungan antarpeserta didik yang menjadi ciri khusus dari kelas dan
mempengaruhi proses pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
b. Indikator dan Dimensi dalam Iklim Kelas
Widoyoko (2011:211) merumuskan beberapa indikator dalam
penilaian iklim kelas, antara lain: kekompakkan siswa dalam kelas,
keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran, kepuasan siswa selama
mengikuti pembelajaran, dan dukungan guru dalam kegiatan
pembelajaran.
Moos (1979) dalam Tarmidi (2006:2) mengemukakan ada tiga
dimensi umum yang dapat digunakan untuk mengukur lingkungan psikis
dan sosial. Ketiga dimensi tersebut adalah dimensi hubungan
(relationship) yang mengukur sejauh mana keterlibatan peserta didik di
dalam kelas, sejauh mana peserta didik saling mendukung dan membantu,
dan sejauh mana mereka dapat mengekspresikan kemampuan mereka
secara bebas dan terbuka. Moos (1979) mengatakan bahwa dimensi ini
mencakup aspek afektif dari interaksi antarpeserta didik dan antara peserta
didik dengan guru.
Dimensi selanjutnya adalah dimensi perubahan dan perbaikan
sistem (system maintenance and change). Dimensi perubahan dan
perbaikan sistem membicarakan sejauh mana iklim kelas mendukung
harapan, memperbaiki kontrol dan merespon perubahan. Skala-skala
yang termasuk dalam dimensi ini di antaranya adalah formalitas
(formality), demokrasi (democracy), kejelasan aturan (rule clarity), inovasi
(innovation). Skala formalitas, misalnya, mengukur sejauh mana tingkah
laku peserta didik di kelas berdasarkan aturan-aturan kelas.
c. Pentingnya Iklim Kelas yang Baik
Tu’u (2004) dalam Susanty (2007:56) menjelaskan bahwa iklim
lingkungan kelas yang kondusif berperan memberikan pengaruh positif
bagi prestasi belajar siswa. Iklim kelas yang kondusif ini juga dapat
meningkatkan motivasi dan minat belajar siswa. Iklim kelas yang kondusif
ini memiliki ciri adanya peran positif guru dalam kelas, terlibatnya siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
dalam aktivitas belajar, dan adanya interaksi antara guru, siswa, dan materi
belajar. Dalam menciptakan iklim kelas yang kondusif ini, guru
memegang peranan yang penting dalam mengelola kelas.
Tim Pengembang Ilmu Pendidikan (2007:177) mengemukakan
bahwa iklim kelas yang kondusif bagi peserta didik berperan dalam
mengundang dan mendorong siswa untuk belajar secara aktif. Iklim kelas
yang kondusif ini diperoleh dari lingkungan belajar anak yang kondusif
dan menyenangkan pula. Iklim kelas yang kondusif merupakan faktor
pendorong yang dapat menarik minat siswa dalam proses pembelajaran,
sebaliknya iklim kelas yang kurang menyenangkan akan menimbulkan
kejenuhan dan rasa bosan. Iklim kelas yang kondusif ditunjang oleh
berbagai fasilitas belajar yang menyenangkan; seperti sarana,
laboratorium, pengaturan lingkungan, penampilan dan sikap guru,
hubungan yang harmonis antara peserta didik dengan guru dan di antara
para peserta didik itu sendiri, serta penataan organisasi dan bahan
pembelajaran secara tepat, sesuai dengan kemampuan dan perkembangan
peserta didik. Iklim kelas yang menyenangkan akan membangkitkan
semangat dan menumbuhkan aktivitas serta kreativitas peserta didik.
Tarmidi (2006:2) menambahkan bahwa iklim kelas diyakini
berkorelasi positif dengan perubahan tingkah laku dan prestasi hasil
pembelajaran siswa. Dengan kata lain, iklim kelas merupakan salah satu
cara untuk meningkatkan efektifitas dan kualitas pembelajaran di kelas.
Melalui iklim kelas dapat dikembangkan aspek-aspek demokrasi dalam
pendidikan. Hal ini tercermin dalam kegiatan seperti pemberian penilaian
awal, perlakuan umpan balik, pelaksanaan refleksi dan diskusi, perlakuan
perbaikan, dan pemberian penilaian ulang.
d. Strategi Meningkatkan Iklim Kelas
Menurut Sudjana (2005:155-156), guna mendukung iklim kelas
yang baik, guru perlu melakukan pendekatan pengajaran seperti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
pendekatan interaksi sosial. Pendekatan ini menekankan terbentuknya
hubungan antara individu atau siswa yang satu dengan siswa yang lainnya
sehingga terjadi hubungan social individu di kelas. Oleh sebab itu, proses
belajar mengajar hendaknya mengembangkan kemampuan dan
kesanggupan siswa untuk mengadakan hubungan dengan siswa lain, serta
menumbuhkan produktivitas kegiatan belajar siswa. Metode-metode
mengajar yang paling diutamakan dalam pendekatan ini antara lain
diskusi, problem solving, metode simulasi, bekerja bersama dalam
kelompok, dan metode lain yang menunjang berkembangnya hubungan
sosial siswa. Pada dasarnya, pendekatan interaksi sosial ini bertolak dari
pemikiran pentingnya hubungan pribadi dan hubungan sosial atau
hubungan individu dengan lingkungan sosialnya. Proses belajar pada
hakikatnya adalah mengadakan hubungan sosial dalam pengertian siswa
berinteraksi dengan lingkungannya, berinteraksi dengan siswa lain, dan
berinteraksi sesama kelompoknya. Langkah yang guru ditempuh dalam
pendekatan ini antara lain:
1) Guru memberikan masalah dalam bentuk situasi sosial kepada para
siswa.
2) Siswa dengan bimbingan guru mencari dan memecahkan berbagai
jawaban masalah yang terdapat dalam situasi tersebut.
3) Siswa diberi tugas untuk menganalisis dan menyelesaikan masalah
yang berkenaan dengan situasi tersebut.
4) Guru meminta siswa mendiskusikan masalah tersebut dengan
kelompoknya.
5) Guru membahas kembali hasil-hasil kegiatan yang telah dilakukan.
Iklim kelas berkaitan dengan iklim pembelajaran. Depdiknas
(2007:6-11) menyatakan bahwa iklim pembelajaran mencakup:
1) Suasana kelas yang kondusif bagi tumbuh dan berkembangnya
kegiatan pembelajaran yang menarik, menantang, bermakna, dan
menyenangkan bagi siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
2) Pendidik yang senantiasa mewujudkan nilai dan semangat
ketauladanan, prakarsa, dan kreativitas.
3) Suasana lingkungan sekolah yang nyaman dan kondusif bagi
tumbuhnya minat dan motivasi siswa terhadap pelajaran.
5. Motivasi Belajar
a. Definisi Motivasi Belajar
Slameto (1995:188-190) mengungkapkan bahwa motivasi
dirumuskan sebagai suatu proses yang menentukan tingkatan kegiatan,
intensistas konsistensi, serta arah umum dari tingkah laku manusia,
merupakan konsep yang rumit dan berkaitan dengan konsep-konsep lain
seperti minat, konsep diri, sikap, dan sebagainya. Hamalik (2003: 161)
mengungkapkan bahwa motivasi memiliki fungsi antara lain mendorong
timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan, mengarahkan perbuatan
kepencapaian tujuan yang diinginkan, dan sebagai penggerak yang
menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan.
Menurut Hamalik (2003: 159) motivasi memiliki dua komponen
utama yaitu komponen dalam seperti kebutuhan-kebutuhan yang ingin
dipuaskan dan komponen luar yaitu tujuan yang ingin dicapai seseorang.
Jadi, motivasi merupakan dorongan baik dalam diri siswa maupun dari
lingkungan di sekitarnya sehingga dapat meningkatkan kecenderungan
siswa untuk melakukan sesuatu kaitannya dengan proses pembelajaran.
b. Nilai-Nilai dalam Motivasi
Guru memiliki tanggung jawab memberikan pengajaran yang
berhasil dengan baik. Keberhasilan ini banyak bergantung pada usaha guru
membangkitkan motivasi belajar siswa. Menurut Hamalik (2003: 161-
162), motivasi dalam pengajaran memiliki nilai-nilai sebagai berikut:
1) Motivasi menentukan tingkat berhasil atau tidaknya pembelajaran
siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
2) Pengajaran yang bermotivasi merupakan pengajaran yang disesuaikan
dengan kebutuhan, dorongan, dan minat yang ada pada siswa.
3) Pengajaran yang bermotivasi menuntut kreativitas dan imajinasi guru
untuk berusaha mencari cara-cara mengajar yang dapat
membangkitkan dan memelihara motivasi belajar siswa sehingga
terbentuk self motivation yang baik dalam diri siswa.
c. Jenis-Jenis Motivasi
Hamalik (2003: 161-162) juga menambahkan bahwa terdapat dua
jenis motivasi yaitu motivasi intrinsik yang merupakan motivasi yang
timbul dalam diri siswa sendiri, misalnya keinginan untuk mendapatkan
keterampilan tertentu, memperoleh informasi dan pengertian,
mengembangkan sikap untuk berhasil, menyenangi kehidupan, menyadari
kontribusinya terhadap usaha kelompok, keinginan ditrima oleh orang lain,
dan lain-lain. Jadi, motivasi ini timbul tanpa adanya pengaruh dari luar.
Jenis motivasi yang berikutnya adalah motivasi ekstrinsik. Motivasi
ekstrinsik adalah motivasi yang disebabkan oleh faktor-faktor dari luar
situasi belajar seperti penghargaan, persaingan, hukuman, dan lainnya.
d. Prinsip-Prinsip Motivasi Belajar
Hover dalam Hamalik (2003:163-166) mengemukakan prinsip-
prinsip motivasi sebagai berikut:
1) Pujian lebih efektif daripada hukuman.
2) Semua siswa memiliki kebutuhan psikologis dasar yang harus
mendapat kepuasan.
3) Motivasi yang berasal dari dalam diri siswa lebih efektif daripada
motivasi yang dipaksakan dari luar.
4) Motivasi itu sifatnya mudah tersebar ke orang (siswa) lain.
5) Pemahaman terhadap tujuan pembelajaran yang jelas akan
memunculkan motivasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
6) Tugas-tugas yang dibebankan oleh diri sendiri akan menimbulkan
minat yang lebih besar untuk mengerjakannya daripada apabila tugas
itu dipaksakan oleh guru.
7) Teknik dan proses mengajar yang bervariasi efektif untuk
meningkatkan minat siswa.
8) Tekanan kelompok siswa kebanyakan lebih efektif dalam memotivasi
daripada tekanan atau paksaan dari orang dewasa.
9) Motivasi yang besar erat kaitannya dengan kreativitas siswa.
Sedangkan implikasi prinsip motivasi bagi guru, menurut Dimyati
dan Mudjiono (1999: 62) tampak pada perilaku di bawah ini;
1) Memilih bahan ajar yang sesuai dengan minat siswa.
2) Menggunakan metode dan teknik mengajar yang disukai siswa.
3) Mengoreksi sesegera mungkin pekerjaan siswa dan sesegera mungkin
memberitahukan hasilnya kepada siswa.
4) Memberikan pujian verbal atau nonverbal terhadap siswa yang
memberikan respon terhadap pertanyaan yang diberikan.
5) Menyampaikan nilai manfaat dari pelajaran yang sedang dipelajari
siswa.
e. Pentingnya Motivasi dalam Pembelajaran
Motivasi memiliki beberapa kepentingan yang berkaitan dengan
tujuan belajar menurut Supridjono (2010:162-171), antara lain bahwa
motivasi berperan penting sebagai pendorong atau pendukung dari setiap
kegiatan pembelajaran. Motivasi belajar akan mengarahkan pada kegiatan
apa yang harus dikerjakan oleh siswa sesuai dengan rumusan tujuan
pembelajaran yang hendak dicapai. Selanjutnya, motivasi dapat membantu
menentukan kegiatan-kegiatan apa saja yang harus dilakukan dan yang
tidak dilakukan sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Berdasarkan
uraian tersebut, jelaslah bahwa motivasi berperan penting dalam
pencapaian keberhasilan proses dan hasil belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
f. Indikator Motivasi Belajar
Uno dalam Supridjono (2010:162-171) memberikan beberapa
indikator motivasi belajar yaitu sebagai berikut:
1) Memiliki keinginan untuk berhasil
2) Memiliki dorongan dalam belajar
3) Menyadari bahwa belajar merupakan suatu kebutuhan
4) Memiliki harapan dan cita-cita masa depan
5) Adanya penghargaan kepada siswa dalam belajar
6) Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar
7) Lingkungan belajar yang kondusif sehingga pembelajaran menjadi
lebih baik
Sedangkan menurut Widoyoko (2011:211) indikator motivasi
belajar antara lain sebagai berikut:
1) Berorientasi pada keberhasilan, dengan indikator: sensitif terhadap hal-
hal yang berkaitan dengan peningkatan prestasi, kegiatan-kegiatan
untuk mencapai prestasi.
2) Antisipasi kegagalan, dengan indikator: cermat menentukan target
prestasi, usaha menangguangi berbagai penghambat pencapaian
keberhasilan.
3) Inovatif, dengan indikator: menemukan suatu cara yang lebih singkat
dan mudah, menyukai tantangan dari luar dan dalam.
4) Tanggung jawab, dengan indikator: kesempurnaan penyelesaian tugas,
percaya diri dan tangguh dalam menyelesaikan tugas.
g. Strategi Meningkatkan Motivasi Belajar
Salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi siswa adalah minat,
oleh sebab itu minat siswa perlu ditingkatkan. Minat siswa dapat
ditingkatkan dengan membangkitkan perhatiannya. Perhatian siswa ini
dapat ditingkatkan dengan menciptakan pembelajaran yang berkualitas
dalam kelas. Selain itu, kegiatan dan perilaku siswa baik fisik maupun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
psikis, misalnya mendengarkan guru yang sedang menerangkan,
membandingkan konsep yang baru diterima dengan konsep sebelumnya,
melakukan kegiatan psikomotorik, dan sejenisnya merupakan usaha sadar
yang perlu dilakukan siswa untuk meningkatkan motivasi balajarnya.
Dimyati dan Mudjiono (1999: 50-51).
Supridjono (2010:162-171) menyatakan bahwa strategi memotivasi
siswa di kelas dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut:
1) Guru meluangkan waktu untuk berbicara dengan peserta didik dan
menjelaskan kepada mereka pentingnya aktivitas pembelajaran.
2) Bersikap penuh perhatian kepada siswa seperti mengerti perasaan dan
keinginannya.
3) Mengelola kelas secara efektif sehingga iklim kelas kondusif bagi
siswa untuk belajar.
4) Menciptakan pusat pembelajaran, dimana siswa dapat memilih sendiri
aktivitas belajar seperti belajar sendiri atau belajar secara kolaboratif
dengan siswa lainnya.
Hamalik (2003:166-167) menjabarkan beberapa cara untuk
menggerakkan motivasi belajar siswa antara lain sebagai berikut:
1) Memberi angka atau nilai
Murid yang mendapatkan angka yang baik akan mendorong motivasi
belajarnya menjadi besar, sebaliknya siswa yang mendapatkan angka
kurang, mungkin dapat menjadi pendorong agar belajar lebih baik.
2) Pujian
Memberikan pujian kepada siswa atas hal-hal yang telah dilakukan
memberikan manfaat yang besar sebagai pendorong belajar. Pujian
menimbulkan rasa puas dan senang pada diri siswa.
3) Hadiah
Cara ini dilakukan misalnya dengan memberikan hadiah pada akhir
tahun kepada siswa yang mendapat atau menunjukkan hasil belajar
yang baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
4) Kerja Kelompok
Pada saat bekerja dalam kelompok, kadang-kadang siswa memiliki
perasaan untuk mempertahankan nama baik kelomoknya, sehingga hal
ini dapat menjadi pendorong yang kuat dalam belajar.
5) Persaingan
Adanya kerja kelompok dan persaingan-persaingan memberikan
dorongan sosial kepada siswa untuk lebih maju.
6. Pembelajaran Biologi
a. Hakikat Pembelajaran Biologi
Biologi merupakan bagian dari sains. Biologi hendaknya terus
dikembangkan sesuai dengan hakikatnya sebagai sains. Menurut Carin dan
Sund (1990), pembelajaran biologi idealnya dikembangkan sesuai dengan
hakikat pembelajarannya yaitu ke arah pengembangan scientific processes,
scientific products, scientific attitudes. Pengembangan ketrampilan proses
sains (scientific processes) melalui kegiatan proses ilmiah (hands on)
menjadi suatu hal yang sangat penting. Karakteristik tersebut menjadi ciri
yang membedakan biologi dengan mata pelajaran lainnya seperti: IPS,
Sejarah, Bahasa Indonesia, dan lain-lain.
b. Pentingnya Pembelajaran Biologi
Nuryani (2005: 84) menyatakan bahwa belajar Biologi atau Sains
secara bermakna akan dialami siswa apabila siswa terlibat aktif secara
intelektual, manual dan sosial. Melalui pengalaman langsung seseorang
dapat lebih menghayati proses atau kegiatan yang dilakukan. Kesadaran
tentang apa yang sedang dilakukan serta keinginan untuk melakukannya
sangat penting dalam penguasaan konsep. Menurut Rosmaini (2004:59),
tujuan mempelajari biologi adalah agar siswa mampu memahami,
menemukan, menjelaskan, menguasai konsep dan prinsip biologi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
B. KERANGKA BERPIKIR
Pembelajaran dikatakan baik dan berhasil apabila siswa terlibat secara
aktif dalam proses pembelajaran di kelas. Keterlibatan tersebut mencakup semua
aspek yaitu fisik, emosi, dan mental. Hasil observasi di kelas X-1 menunjukkan
bahwa terdapat permasalahan dalam pembelajaran biologi yaitu siswa yang
kurang aktif terlibat dalam pembelajaran sehingga kelas kurang hidup karena
pembelajaran berpusat pada guru. Ini menyebabkan siswa kurang termotivasi
sehingga pembelajaran di kelas kurang efektif. Siswa yang kurang termotivasi
ditandai dengan kurangnya minat dalam mengikuti pembelajaran dan kurang aktif
terutama dalam menyampaikan ide dan gagasan. Suasana pembelajaran yang
cenderung pasif ini menyebabkan iklim kelas menjadi kurang kondusif. Sikap
siswa yang pasif karena motivasi belajar biologi yang kurang dan iklim kelas yang
kurang kondusif ini menyebakan kurangnya kualitas pembelajaran biologi.
Sehingga cara meningkatkan kualitas pembelajaran biologi terutama adalah
dengan meningkatkan kedua aspek tersebut.
Keberhasilan dan keefektifan pembelajaran di kelas tergantung pada
beberapa faktor yang berpengaruh secara langsung ataupun tidak. Faktor dominan
yang berpengaruh pada keberhasilan pembelajaran ini adalah faktor siswa.
Motivasi belajar siswa merupakan faktor utama dalam keaktifannya mengikuti
pembelajaran di kelas. Walaupun guru sudah bervariasi dalam penggunaan
metode pembelajaran, namun apabila siswa kurang termotivasi dalam belajar,
maka akan menyebabkan pembelajaran kurang efektif. Kajian teori menunjukkan
bahwa motivasi belajar siswa akan bertambah bila pembelajaran menarik baginya.
Pembelajaran yang menarik ini didukung oleh penggunaan media dan metode
pengajaran yang memunculkan minat siswa. Salah satu media pembelajaran yang
menarik adalah media ICT seperti video, slide power point, dan internet karena
media ini bersifat atraktif, interaktif, dan inovatif sehingga siswa tidak bosan dan
jenuh belajar. Sedangkan iklim kelas seperti interaksi dan kerja sama antarsiswa
dapat ditingkatkan melalui pembelajaran yang dapat mengakomodasi terciptanya
iklim kelas yang kondusif, yaitu melalui collaborative learning.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Berdasar hasil penelitian, collaborative learning dapat meningkatkan
motivasi belajar siswa. Beberapa indikator yang menujukkan motivasi belajar
antara lain kesadaran, tanggung jawab, keaktifan, dan adanya ketertarikan.
Menurut Macaro (1997: 134-142) melalui collaborative learning, siswa akan
bekerja sama dalam belajar untuk mencapai tujuan tertentu. Proses ini akan
memunculkan kesadaran dan tanggung jawab siswa untuk saling belajar dan
membelajarkan dalam kelompoknya. Iklim collaborative learning dengan
aktivitas kerja sama dalam kelompok-kelompok diskusi ini menciptakan adanya
aktivitas saling membelajarkan (scaffolding) sehingga aktivitas siswa akan lebih
aktif dengan sendirinya. Suasana pembelajaran kolaboratif akan menciptakan
iklim kelas yang kondusif sehingga siswa tertarik dan tidak bosan mengikuti
pembelajaran. Dengan mengitegrasikan media ICT diharapkan mampu
mengoptimalkan penggunaan media dan fasilitas pembelajaran yang ada di kelas
sehingga dapat memotivasi siswa dalam proses pembelajaran. Sedangkan
penerapan collaborative learning diharapkan dapat meningkatkan interaksi antara
siswa, guru, materi, dan motivasi belajar siswa. Dengan meningkatnya motivasi
belajar siswa, iklim kelas akan menjadi lebih kondusif sehingga akhirnya kualitas
pembelajaran akan meningkat. Dengan demikian, pengintegrasian media ICT ke
dalam pendekatan collaborative learning mampu meningkatkan kualitas
pembelajaran biologi siswa yang ditinjau dari aspek iklim kelas dan motivasi
belajar siswa. Adapun alur dari kerangka pemikiran disajikan dalam diagram
berkut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
SKEMA KERANGKA BERPIKIR
Gambar 2.1. Skema Kerangka Berpikir
OBSERVASI DI KELAS X-1
SMA BATIK 1
SURAKARTA
PERMASALAHAN
Minat, perhatian, partisipasi,
interaksi siswa, masih
kurang dan belum maksimal
SOLUSI
Menerapkan model pembelajaran
yang meningkatkan aspek kualitas
pembelajaran yaitu iklim kelas dan
motivasi belajar siswa, mendukung
student-centered, menarik dan
inovatif
AKAR PERMASALAHAN
Kualitas pembelajaran ditinjau dari
aspek iklim kelas dan motivasi
belajar siswa masih rendah => Perlu
ditingkatkan
PROSEDUR (Do)
Mengintegrasikan media
ICT ke dalam pendekatan
Collaborative learning
USULAN SOLUSI PEMECAHAN MASALAH
INTEGRASI MEDIA ICT KE DALAM PENDEKATAN COLLABORATIVE LEARNING
UNTUK MENINGKATKAN IKLIM KELAS DAN MOTIVASI PEMBELAJARAN BIOLOGI
PADA SISWA KELAS X-1 SMA BATIK 1 SURAKARTA
TARGET
Iklim Kelas dan Motivasi Belajar meningkat
Keadaan Kelas X-1 a. Fasilitas pembelajaran di kelas lengkap (proyektor, speaker, hotspot, LCD, laptop) b. Guru sudah menerapkan beberapa metode pembelajaran saat mengajar c. Siswa dalam satu kelas sebanyak 38 orang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
C. HIPOTESIS TINDAKAN
Berdasarkan kajian pustaka dan alur berpikir, rumusan hipotesis tindakan
dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Integrasi media ICT ke dalam pendekatan collaborative learning dapat
meningkatkan iklim kelas siswa kelas X-1 SMA Batik 1 Surakarta.
2. Integrasi media ICT ke dalam pendekatan collaborative learning dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa kelas X-1 SMA Batik 1 Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat penelitian
Penelitian dilaksanakan di SMA Batik 1 Surakarta kelas X-1 Semester
genap tahun pelajaran 2011/2012, yang beralamat di jalan Slamet Riyadi 445,
Surakarta. Sekolah ini dipilih karena ditemukan masalah yang berhubungan
dengan pembelajaran sehingga menurut peneliti penting untuk ditindaklanjuti.
2. Waktu penelitian
Penelitian dilaksanakan mulai bulan September sampai selesai dengan
rencana waktu pelaksanaan kegiatan meliputi persiapan, pelaksanaan yang
meliputi seminar, izin penelitian, pelaksanaan dan penyusunan laporan akhir. Ran-
cangan waktu pelaksanaan kegiatan penelitian dijabarkan pada Gambar 3.1.
Gambar 3.1. Rancangan Urutan Waktu Pelaksanaan Kegiatan Penelitian
No Rencana Kegiatan Tahun 2011-2012
Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun
1 Persiapan
a. Observasi
b. Identifikasi
Masalah
c. Penentuan
Tindakan
d. Pengajuan Judul
e. Penyusunan
Proposal
2 Pelaksanaan
a. Seminar
Proposal
b. Pengajuan Izin
c. Penelitian Pengumpulan Data Penelitian (siklus I dan II)
3 Penyusunan Laporan
Penulisan Laporan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
B. Subjek Penelitian
Subjek dari penelitian tindakan kelas ini adalah seluruh siswa kelas X-1
SMA Batik 1 Surakarta tahun ajaran 2011/ 2012 yang dikenal ramai di kelas saat
pembelajaran sehingga suasana kelas kurang kondusif untuk belajar.
C. Data dan Sumber Data
1. Data Penelitian
Data yang diperoleh dalam kegiatan penelitian adalah gambaran
keadaan proses pembelajaran yang sebenarnya atau disebut deskripsi
kualitatif. Aspek kualitatif penelitian meliputi iklim kelas dan motivasi belajar
siswa pada materi ekosistem.
2. Sumber data
Sumber data dalam penelitian diperoleh dari catatan observasi
peneliti di tempat berlangsungnya penelitian, informasi hasil wawancara
dengan guru dan siswa, dokumen pembelajaran yang berupa silabus
pembelajaran, rencana pelaksanaan pembelajaran, buku teks pelajaran dan
laporan penilaian hasil belajar. Data tersebut berisi informasi tentang keadaan
siswa dilihat dari aspek kualitatif yang berupa data yang diperoleh dari
lapangan tentang pelaksanaan pembelajaran. Hasil observasi berdasarkan
lembar observasi, wawancara dengan guru dan siswa.
D. Pengumpulan Data
Pengumpulan data menggunakan beberapa teknik seperti observasi,
wawancara, angket, dan data pendukung seperti evaluasi dan dokumentasi yang
didapat dari siswa dan guru di lapangan. Strategi pengumpulan data dalam
penelitian ini bersifat interaktif dan noninteraktif. Metode interaktif meliputi
wawancara dan observasi, sedangkan metode noninteraktif meliputi angket dan
dokumentasi (Sutopo, 2002: 58).
1. Observasi
Observasi merupakan teknik yang digunakan untuk menggali data dari
sumber data yang berupa peristiwa, tempat atau lokasi dan benda serta rekaman
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
gambar. Observasi yang dilakukan peneliti adalah observasi sistemik dimana
peneliti bersama guru telah merancang bentuk instrumen observasi yang akan
dilakukan dalam proses pembelajaran berupa aspek-aspek yang akan diteliti.
Kerjasama ini sangat membantu peneliti dalam memfokuskan apa yang akan
diteliti. Rancangan instrumen yang digunakan berupa lembar observasi tertulis.
Pengisian dilakukan dengan cara member tanda check (√) pada pilihan yang
tepat. Observasi dilakukan oleh tiga observer untuk menghindari adanya
subyektivitas. Peneliti melakukan penyamaan konsep terlebih dahulu melalui
rubrik tiap-tiap indikator pada lembar observasi aspek iklim kelas dan motivasi
belajar kepada semua observer sebelum melakukan observasi.
2. Angket atau Kuesioner
Teknik pengumpulan data dalam penelitian kualitatif berikutnya adalah
angket. Angket atau kuesioner merupakan daftar pertanyaan untuk
pengumpulan data penelitian yang bisa dilakukan baik secara lisan atau tertulis.
Angket diberikan pada siswa untuk mengetahui berbagai hal yang berkaitan
dengan proses pembelajaran. Angket dibagikan kepada siswa untuk
mengetahui aspek yang terkait dengan kualitas pembelajaran. Selain itu angket
juga diberikan untuk mengetahui tingkat kepuasaan penggunaan media ICT
yang diintegrasikan ke dalam pendekatan collaborative learning dalam proses
pembelajaran biologi.
Angket yang digunakan berupa angket langsung dan sekaligus
memberikan alternatif jawaban. Angket yang digunakan dalam penelitian
mengacu pada Likert. Menurut Widoyoko (2011:115-116) skala Likert
memiliki 5 alternatif jawaban yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Kurang
Setuju (KS), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Skor penilaian
skala Likert bergantung pada penilai asal penggunaanya konsisten. Tabel 3.1
menunjukkan skor untuk pernyataan positif dan � negatif adalah kebalikanya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Tabel 3.1. Teknik Penilaian Angket Skala Likert
Skor untuk aspek yang dinilai Skor
Positif (+) Negatif ( - ) Sangat Setuju (SS) 5 1 Setuju (S) 4 2 Kurang Setuju (KS) 3 3 Tidak Setuju (TS) 2 4 Sangat Tidak Setuju (STS) 1 5
3. Wawancara
Dalam penelitian kualitatif, manusia sebagai narasumber atau informan
merupakan sumber data yang sangat penting karena melalui narasumber ini
peneliti akan mendapatkan gambaran yang nyata. Pengumpulkan informasi dari
sumber data yang ada di lapangan dapat digunakan teknik wawancara.
Wawancara dilakukan dengan siswa sebagai subjek pembelajaran yang
bertujuan untuk mendapatkan informasi balikan terhadap proses pembelajaran
yang telah dilakukan. Wawancara yang dilakukan adalah wawancara bebas dan
dilakukan secara informal. Waktu dan tempat wawancara tidak ditentukan
secara mendetail tetapi digunakan pada saat yang tepat. Wawancara dilakukan
beberapa kali untuk mendapatkan informasi dan masukan yang lebih banyak
dalam setiap proses pembelajaran yang nantinya dapat dijadikan refleksi untuk
perbaikan pada proses pembelajaran berikutnya.
Dalam kegiatan wawancara atau diskusi, peneliti melakukan beberapa
hal sebagai berikut:
a. Meminta pendapat dari guru dan siswa mengenai pelaksanaan proses
pembelajaran di kelas yang meliputi kelebihan, kekurangan, dan hambatan
yang terjadi di kelas.
b. Mengungkapkan hasil pengamatan terhadap proses pembelajaran yang
berlangsung di kelas
c. Mendiskusikan hal-hal yang ditemukan selama observasi dengan guru,
kemudian secara bersama menyamakan persepsi, sehingga apabila ada
kekurangan dapat diperbaiki pada siklus berikutnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
4. Tes
Tes ini bertujuan untuk mengetahui implikasi dari tindakan yang telah
dilakukan terhadap tingkat penguasaan konsep pada materi ekosistem. Tes
dilakukan sebanyak dua kali, yaitu tes akhir siklus 1 untuk mengetahui capaian
penguasaan konsep materi komponen-komponen ekosistem dan tes akhir siklus
2 untuk mengetahui capaian penguasaan konsep hubungan antarkomponen
ekosistem. Data hasil tes ini digunakan hanya sebagai data tambahan untuk
mengetahui peningkatan iklim kelas dan motivasi belajar siswa serta untuk
kepentingan sekolah.
5. Dokumentasi
Dokumen yang digunakan sebagai sumber data dalam penelitian ini
adalah arsip yang berkaitan langsung dengan proses pembelajaran meliputi
silabus, RPP, foto dan rekaman saat kegiatan belajar-mengajar berlangsung.
Berdasarkan aspek yang ditingkatkan, teknik pengumpulan data dalam
penelitian ini ada pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2. Teknik Pengumpulan Data
Variabel Sub Variabel Jenis Data
Sumber Data
Instrumen
Iklim kelas dan motivasi belajar biologi
Iklim kelas Nominal dan ordinal
Siswa, guru
Lembar observasi, angket, wawancara, data pendukung
Motivasi belajar Nominal dan ordinal
Siswa, guru
Lembar observasi, angket, wawancara, data pendukung
Integrasi media ICT ke dalam pendekatan Collaborative learning
- Nominal Siswa, guru
Lembar observasi, wawancara, angket kepuasan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
E. Uji Validitas Data
Penelitian ini menggunakan teknik triangulasi data sebagai cara untuk
mengecek data dala penelitian. Peneliti tidak hanya menggunakan satu sumber
data, satu metode pengumpulan data, atau hanya menggunakan pemahaman
pribadi peneliti. Mengenai triangulasi data ini, Sutopo (2002) menyatakan bahwa:
Cara ini mengarahkan peneliti agar di dalam mengumpulkan data, ia wajib menggunakan beragam sumber data yang tersedia sehingga data yang diperoleh dari sumber yang satu, bisa lebih teruji kebenarannya. Triangulasi data adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu. Triangulasi dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber data, artinya dari data yang sama atau sejenis akan lebih mantap kebenarannya bila digali menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda (hlm. 79).
Triangulasi adalah proses untuk mendapatkan data valid melalui
penggunaan variasi instrumen. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini
meliputi pengisian angket, observasi, dan wawancara kepada siswa dan guru.
Sumber data dalam penelitian ini adalah hasil pengisian angket, catatan observasi,
dan hasil wawancara. Hasil tersebut didukung dengan data hasil evaluasi belajar
dan dokumentasi.
Sebelum dilakukan penelitian, peneliti juga melakukan validasi instrumen
penelitian yang meliputi silabus, RPP, angket motivasi dan iklim kelas, lembar
observasi motivasi dan iklim kelas, dan pertanyaan wawancara siswa serta guru
kepada dosen pembimbing dan dosen ahli.
F. Analisis Data
Kegiatan analisis data dilakukan sejak tahap awal penelitian dan
pengumpulan data. Analisis ini merupakan cara berpikir peneliti yang meliputi
proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil
teknik triangulasi, dengan cara menyeleksi data yang berhubungan dengan aspek
iklim kelas dan motivasi belajar siswa saja. Selanjutnya, memaparkan semua data
yang telah diseleksi tadi untuk kemudian dirangkai secara urut dan sistematis, data
yang saling berhubungan dikelompokkan, dan disimpulkan sehingga hasil
penelitian mudah dipahami baik oleh diri sendiri maupun orang lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
G. Indikator Kinerja Penelitian
Target penelitian ini adalah meningkatnya kualitas pembelajaran yang
dilihat dari dua aspek meliputi motivasi belajar siswa yang ditandai dengan
meningkatnya minat terhadap pembelajaran, perhatian dan partisipasinya dalam
mengikuti pelajaran dan aspek iklim kelas yang ditandai dengan terjadinya
interaksi antar siswa dan guru yang positif. Apabila target yang diinginkan
tersebut belum tercapai, maka siklus akan berulang sampai target yang telah
ditentukan dapat tercapai. Akan tetapi apabila pada siklus pertama target yang
telah ditentukan telah tercapai maka siklus akan dihentikan. Rumusan indikator
dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.3
Tabel 3.3. Rumusan Indikator Penelitian
Aspek yang
Diukur
Persentase saat
Observasi
Persentase Siswa yang Ditargetkan
Cara Mengukur
Iklim Kelas
35% 65% Diamati saat pembelajaran dan dihitung dari jumlah siswa yang terlibat dalam pembelajaran, berinteraksi dengan guru, materi, dan siswa lain.
Motivasi Belajar Siswa
30% 60% Pengolahan angket motivasi belajar siswa yang telah diisi siswa setelah pemberian tindakan.
H. Prosedur Penelitian
Penelitian tindakan kelas secara umum dilakukan dengan empat tahapan
yaitu: (1) perencanaan (planning), (2) pelaksanaan (acting), (3) pengamatan
(observing) , (4) refleksi (reflecting) (Arikunto, 2008: 16).
1. Tahap Perencanaan
Tahap-tahap yang ada dalam tahap perencanaan adalah meliputi
penyusunan instrumen pembelajaran yang terdiri dari angket dan lembar
observasi aspek iklim kelas dan motivasi belajar siswa, angket keterlaksanaan
sintaks integrasi media ICT ke dalam collaborative learning, LKS materi
ekosistem, media ICT, soal tes kemampuan penguasaan konsep siklus 1,
pedoman wawancara iklim kelas, motivasi belajar siswa, dan keterlaksanaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
sintaks collaborative learning pada siswa dan guru, silabus pembelajaran siklus
1, rencana pelaksanaan pembelajaran siklus 1.
2. Tahap Pelaksanaan
Mengintegrasikan media ICT ke dalam pendekatan collaborative
learning pada materi ekosistem berprinsip pada penggunaan media berbasis
ICT (video, gambar slide, laptop) yang menggunakan pembelajaran kolaboratif
dimana siswa dibagi dalam kelompok-kelompok 4-5 orang. Setiap kelompok
mengerjakan tugas dan menyelesaikan suatu masalah yang berhubungan
dengan materi ekosistem, dimana setiap anggota dalam kelompok berperan
serta dalam menyumbangkan ide untuk menyelesaikan suatu masalah.
Selanjutnya, tiap kelompok menyampaikan hasil diskusinya melalui presentasi.
3. Tahap Observasi dan Evaluasi
Tahap pengamatan dan evaluasi dilaksanakan pada saat proses
pembelajaran berlangsung dengan menggunakan angket dan lembar observasi
ikim kelas dan motivasi belajar siswa serta evaluasi (post test) dan dokumentasi
kegiatan pembelajaran di kelas.
4. Tahap Refleksi
Tahap ini meliputi kegiatan yang mengulas perubahan dan permasalahan
yang terjadi dalam proses pembelajaran meliputi iklim kelas dan motivasi
belajar siswa serta keterlaksanaan integrasi media ICT ke dalam pendekatan
collaborative learning pada siklus 1.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
Gambar 3.2. Prosedur Pelaksanan Penelitian
Identifikasi masalah di kelas
Pelaksanaan : Mengintegrasikan ICT berupa media audio-visual melalui pendekatan collaborative learning pada materi kingdom Plantae (tumbuhan)
Perencanaan - Penyusunan proposal
penelitian - Penyusunan instrumen
Pengamatan: Iklim kelas, dan motivasi belajar sebagai aspek kualitas pembelajaran
Refleksi : - Pelaksanaan siklus I - Pencapaian target siklus I
Target tercapai Peningkatan iklim kelas menjadi 65% dan motivasi belajar menjadi 60% dari besar prosentase sebelum tindakan
Target belum tercapai
Siklus pembelajaran
dihentikan
Perbaikan pembelajaran berdasarkan refleksi siklus I
Siklus
pembelajaran
dilanjutkan ke
siklus II dan
seterusnya sampai
target tercapai
Siklus I
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
BAB IV
HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Pratindakan
Pengamatan dalam kegiatan pratindakan ini dilakukan pada tanggal 23 dan
24 April 2012 dengan materi Kingdom Animalia selama tiga jam pelajaran (3 x 45
menit) sebanyak dua kali pertemuan. Kegiatan ini difokuskan pada aspek motivasi
belajar siswa dan iklim kelas dengan menggunakan instrumen berupa angket,
lembar observasi, dan daftar pertanyaan untuk wawancara. Cara pengambilan data
dalam kegiatan pratindakan ini melalui penyebaran angket motivasi belajar siswa
dan iklim kelas, observasi langsung oleh tiga observer dengan lembar observasi
(LO) motivasi belajar siswa dan iklim kelas, wawancara kepada guru dan
beberapa siswa, serta dokumentasi proses pembelajaran menggunakan kamera.
Kondisi kegiatan pratindakan menunjukkan proses pembelajaran yang
diisi dengan metode ceramah dan tanya jawab. Media yang digunakan guru dalam
proses pembelajaran adalah slide power point yang menampilkan gambar-gambar
dan tulisan tentang materi Animalia. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa
proses pembelajaran ini monoton dan masih berpusat pada guru. Guru lebih
banyak menerangkan materi dan siswa hanya mendengarkan. Proses sains untuk
memperoleh suatu konsep tidak dilakukan oleh siswa. Siswa banyak yang tidak
memperhatikan dan interaksi serta komunikasi antarsiswa tidak terjadi.
Hasil pengamatan prasiklus terhadap aspek iklim kelas dan motivasi
belajar siswa dalam kegiatan pratindakan ini dijabarkan sebagai berikut.
1. Iklim Kelas
Iklim kelas yang diamati di kelas X-1 ini dibagi menjadi empat
indikator penting. Besarnya aspek iklim kelas di X-1 ini diketahui melalui
pengambilan data berupa observasi, angket, dan wawancara. Melalui proses
triangulasi metode pada Lampiran 3, besarnya iklim kelas ini terlihat pada saat
pengamatan oleh observer melalui lembar observasi (LO). Hasil persentase
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
untuk setiap indikator dan rata-rata seluruh indikator dalam aspek iklim kelas
disajikan dalam Tabel 4.1.
Tabel 4.1. Persentase Capaian Indikator Hasil Observasi Iklim Kelas Prasiklus
No Indikator Iklim Kelas Persentase (%)
1 Kekompakkan siswa dalam kelas 0,00 2 Keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran
biologi. 46,00
3 Kepuasan siswa selama mengikuti pembelajaran biologi.
35,00
4 Dukungan guru dalam kegiatan pembelajaran biologi.
100,00
Rata-Rata 45,27
Tabel 4.1 menunjukkan bahwa persentase setiap indikator berbeda.
Ada satu indikator yaitu kekompokkan siswa dalam kelas yang bernilai
0,00%. Ini artinya semua observer tidak dapat mengamati indikator tersebut
pada saat proses pembelajaran. Tidak tampaknya indikator tersebut karena
dalam kegiatan pembelajaran tidak dilakukan diskusi. Siswa akan tampak
kompak dan bekerja sama dalam pembelajaran apabila pembelajaran tersebut
memberikan kesempatan siswa untuk saling berinteraksi. Dalam kegiatan
pratindakan ini, guru menggunakan metode ceramah dan tanya jawab
sehingga kurang memberikan kesempatan antarsiswa untuk berinteraksi.
Interaksi akan tampak bila siswa bekerja sama dalam kelompok-kelompok
belajar.
Tiga indikator lain dalam aspek iklim kelas ini tampak dan teramati.
Dua indikator yaitu keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran biologi dan
kepuasan siswa selama mengikuti pembelajaran biologi masih rendah (di
bawah 50%) sehingga perlu ditingkatkan. Indikator dukungan guru dalam
kegiatan pembelajaran biologi merupakan persentase tertinggi yaitu 100%
yang artinya guru telah sangat baik dalam memberikan dukungan pada siswa
seperti menjawab pertanyaan-pertanyaan siswa dan memberikan bimbingan
sampai siswa paham. Sayangnya, dalam kegiatan pratindakan ini siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
tampak pasif dan hanya 2-3 siswa yang berani bertanya, sementara yang lain
diam dan ada pula yang ramai.
Hasil persentase rata-rata keempat indikator iklim kelas sebesar
45,27%. Menurut peneliti, pengamatan langsung mengenai iklim kelas dalam
proses pembelajaran yang menggunakan metode ceramah dan tanya jawab
seperti ini mudah teramati, namun hasil ini tetap akan dilengkapi dengan data
lain berupa hasil angket dan wawancara serta didukung oleh data pendukung
berupa dokumentasi dan hasil evaluasi.
Hasil angket mendukung data hasil observasi ini. Berdasar hasil
angket, rata-rata skor angket yang kemudian dicocokkan dengan tabel standar
evaluasi kualitas pembelajaran menurut Widoyoko (2011: 263), menunjukkan
iklim kelas kurang kondusif. Sebagian siswa masih kurang senang dan puas
dengan metode pembelajaran yang diterapkan guru sehingga banyak yang
merasa bosan. Kebosanan tersebut ditunjukkan dengan banyak siswa yang
ramai dan tidak memperhatikan penjelasan guru. Kondisi ini perlu diatasi
dengan menerapkan model dan metode pembelajaran yang menarik bagi siswa
sehingga tidak membosankan. Hasil pengisian angket pratindakan ini juga
menunjukkan bahwa iklim kelas X-1 masih rendah dan perlu ditingkatkan.
Wawancara dilakukan kepada guru biologi yang mengajar dan
beberapa siswa yang hasilnya digunakan sebagai data pendukung dari data
observasi dan angket. Wawancara yang dilakukan adalah wawancara terbuka.
Wawancara kepada guru dan siswa dilakukan di luar jam pelajaran setelah
kegiatan pengamatan pratindakan selesai dilakukan. Siswa yang diwawancarai
sebanyak tiga orang. Hasil wawancara dijabarkan sebagai berikut:
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru biologi, diperoleh informasi bahwa
siswa kelas X-1 sering ramai dan banyak yang tidak memperhatikan saat guru
menerangkan. Saat diberi pertanyaan, siswa diam dan tidak ada yang berani
bertanya. Setelah ditunjuk guru baru siswa mau menjawab pertanyaan. Begitu
pula pada saat guru mempersilahkan siswa untuk bertanya, tidak ada siswa
yang mengajukan pertanyaan. Berdasar hasil wawancara dengan guru, mereka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
menginginkan adanya peningkatan dalam kualitas proses pembelajaran dan
juga hasil nilai siswa. Diakui guru bahwa siswa memang pasif dalam
pembelajaran dan interaksi antarsiswa yang terjadi selama pembelajaran masih
kurang. Hasil wawancara ini juga menunjukkan bahwa siswa kurang aktif di
kelas karena takut salah saat memberikan pendapat atau menjawab pertanyaan
guru. Siswa merasa sulit mengerjakan soal-soal sendiri sehingga merasa perlu
adanya kelompok-kelompok belajar agar dapat saling bertanya pada teman
yang lebih pandai.
Guru biologi yang selama ini mengajar, menurut siswa sudah cukup
menyenangkan dan selalu membantu siswa yang mengalami kesulitan seperti
menjawab pertanyaan siswa, memberikan pertanyaan-pertanyaan yang
mendidik dan berusaha untuk mengenal siswa lebih dekat. Hasil wawancara
dengan siswa ini mendukung data sebelumnya bahwa motivasi belajar siswa
masih rendah dalam pembelajaran biologi dan interaksi antarsiswa yang masih
kurang.
Dari ketiga metode pengambilan data yang dilakukan untuk
mengetahui aspek iklim kelas dalam kualitas pembelajaran biologi dapat
disimpulkan bahwa iklim kelas di kelas X-1 pada saat prasiklus masih rendah
jauh di bawah target. Iklim kelas merupakan segala situasi yang muncul akibat
hubungan antara guru dengan peserta didik dan antar peserta didik yang
menjadi ciri khusus dari kelas tersebut dan mempengaruhi proses
pembelajaran.
2. Motivasi Belajar Siswa
Motivasi belajar siswa yang diukur di kelas X-1 ini dibagi menjadi 10
indikator penting. Besarnya aspek motivasi belajar siswa di kelas X-1 ini
diketahui melalui pengambilan data berupa observasi, angket, dan wawancara.
Melalui proses triangulasi metode pada Lampiran 3, besarnya motivasi belajar
siswa ini diketahui dari pengisian angket oleh siswa. Pembagian dan pengisian
angket ini dilakukan di akhir kegiatan pratindakan. Setiap siswa mengisi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
angket secara mandiri dengan memberikan tanda checklist (v) pada setiap
interval yang dikehendakinya. dengan hasil berupa persentase tiap indikator
dan rata-ratanya. Hasil dari pengisian angket ini selanjutnya dihitung
persentasenya baik tiap indikator maupun keseluruhannya dengan program
Ms. Excel.
Hasil persentase untuk setiap indikator dan rata-rata seluruh indikator
dalam motivasi belajar siswa disajikan dalam Tabel 4.2.
Tabel 4.2. Persentase Capaian Indikator Hasil Angket Motivasi Belajar Siswa
Prasiklus
No Indikator Motivasi Belajar Siswa Persentase (%)
1 Sensitif terhadap hal-hal yang berkaitan dengan peningkatan prestasi
37,84
2 Kegiatan-kegiatan untuk mencapai prestasi 57,84 3 Cermat menentukan target prestasi 40,81 4 Usaha menangulangi berbagai penghambat
pencapaian keberhasilan 58,38
5 Menemukan suatu cara penyelesaian masalah yang lebih singkat dan mudah
59,73
6 Minat siswa pada pelajaran 53,51 7 Menyukai tantangan baik dari dalam maupun luar 42,43 8 Kesempurnaan penyelesaian tugas 44,86 9 Melakukan kegiatan diskusi dengan baik 42,97 10 Percaya diri dan tangguh dalam pembelajaran dan
menyelesaikan tugas 50,54
Rata-Rata 48,89
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa persentase setiap indikator
berbeda, dan menunjukkan rentang interval 30-60%. Hasil persentase tertinggi
ada pada indikator menemukan suatu cara penyelesaian masalah yang lebih
singkat dan mudah, yaitu sebesar 59,73%. Hasil ini menunjukkan bahwa
ketertarikan siswa untuk menemukan penyelesaian permasalahan yang lebih
sisngkat dan mudah serta kepercayaan diri dan ketangguhannya dalam
pembelajaran ataupun penyelesaian tugas cukup tinggi. Siswa X-1 merasa
percaya diri dan mampu dalam pembelajaran biologi. Kondisi ini perlu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
dioptimalkan dengan dukungan guru dan variasi metode pembelajaran
sehingga tujuan pembelajaran tercapai.
Persentase terendah sebesar 37,84% yakni pada indikator sensitif
terhadap hal-hal yang berkaitan dengan peningkatan prestasi. Berdasar hasil
ini, sebagian besar siswa belum sadar akan pentingnya pembelajaran biologi.
Mereka masih bersikap pasif yang ditunjukkan dengan tidak ada yang berani
memberikan pendapatnya saat pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, hal
ini terlihat dari tidak adanya siswa yang berusaha menyelesaikan
permasalahan yang diberikan guru dengan cara berdiskusi dengan temannya.
Kebanyakan siswa hanya diam dan membuka-buka sendiri bukunya. Kondisi
ini menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam berdiskusi perlu
ditingkatkan.
Hasil persentase rata-rata kesepuluh indikator motivasi belajar siswa
sebesar 48,89%. Hasil dari rata-rata skor angket yang kemudian dicocokkan
dengan tabel standar evaluasi kualitas pembelajaran menurut Widoyoko
(2011:263), menunjukkan bahwa motivasi belajar siswa pada pratindakan ini
kurang baik. Menurut peneliti dan guru, motivasi belajar siswa kelas X-1
masih perlu ditingkatkan agar lebih baik. Menurut peneliti, penggunaan
angket untuk mengetahui minat belajar siswa dalam pembelajaran biologi
cukup efektif dan dapat memberikan hasil yang akurat. Hasil ini akan
dilengkapi dengan data lain berupa hasil observasi, wawancara, dan
dokumentasi agar lebih akurat.
Hasil observasi menunjukkan bahwa ada beberapa indikator yang tidak
dapat teramati oleh observer sehingga hasil perhitungan LO pada Lampiran 3
menunjukkan persentase yang rendah. Berdasar pengamatan, tidak ada
aktivitas diskusi dimana beberapa indikator motivasi belajar seharusnya bisa
muncul. Oleh karena itu, data angket motivasi ini digunakan sebagai data
pendukung hasil angket setelah melalui proses triangulasi metode. Hasil
observasi pratindakan ini menunjukkan bahwa motivasi belajar siswa kelas X-
1 masih rendah dan perlu ditingkatkan. Menurut peneliti, pengamatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
langsung mengenai motivasi belajar siswa dalam proses pembelajaran yang
menggunakan metode ceramah dan tanya jawab seperti ini memang cukup
sulit teramati, oleh karena itu hasil ini akan dilengkapi dengan data lain berupa
hasil angket, wawancara, dan dokumentasi.
Wawancara dilakukan kepada guru biologi yang mengajar dan
beberapa siswa yang hasilnya digunakan sebagai data pendukung dari data
observasi dan angket. Wawancara yang dilakukan adalah wawancara terbuka.
Wawancara kepada guru dan siswa dilakukan di luar jam pelajaran setelah
kegiatan pengamatan pratindakan selesai dilakukan. Siswa yang diwawancarai
berjumlah tiga orang. Hasil wawancara dijabarkan sebagai berikut:
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru biologi, diperoleh informasi
bahwa guru cukup banyak memberi motivasi dan semangat pada siswa tetapi
hanya lewat kata-kata, sehingga banyak siswa yang ramai tidak
mendengarkan. Sebenarnya guru juga ingin menerapkan metode atau model-
model pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa, tetapi kendala
terbesarnya adalah waktu dan siswa yang cukup sulit diatur. Selain itu, guru
juga kesulitan membuat media pembelajaran yang menarik bagi siswa.
Berdasar hasil wawancara dengan guru ini, guru menginginkan adanya
peningkatan dalam kualitas proses pembelajaran dan juga hasil nilai siswa.
Siswa kelas X-1 juga dikenal sulit bila disuruh mengumpulkan tugas tepat
waktu, pasti banyak yang tidak mengumpulkan sehingga guru harus
menagihnya.
Berdasarkan hasil wawancara dengan tiga orang siswa, diperoleh
informasi bahwa siswa masih beranggapan bahwa biologi itu adalah materi
yang sulit dan banyak hafalan sehingga menyebabkan siswa kurang tertarik
dalam pembelajaran biolgi. Siswa lebih senang apabila dalam pembelajaran
banyak diadakan permainan-permainan dan juga pengalaman langsung
(praktikum) sehingga pelajaran tidak membosankan dan hanya membahas
teori-teori dari buku. Selain itu, tugas yang diberikan juga jangan terlalu
banyak karena semakin banyak tugas yang diberikan, siswa akan semakin
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
malas mengerjakannya. Siswa juga merasa sulit mengerjakan soal-soal sendiri
sehingga merasa perlu adanya kelompok-kelompok belajar agar dapat saling
bertanya pada teman yang lebih pandai. Siswa juga masih tidak peduli dengan
nilai biologinya. Guru perlu untuk melakukan variasi dalam pembelajaran agar
belajar biologi menjadi lebih menyenangkan agar siswa tidak bosan dan
mengantuk.
Ketiga metode perolehan data peningkatan motivasi belajar siswa
tersebut menunjukan bahwa motivasi belajar di kelas X-1 masih rendah.
Besarnya prosentase motivasi belajar masih di bawah target penelitian sebesar
60%. Berdasarkan hasil ini, dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar siswa
kelas X-1 masih rendah sehingga perlu ditingkatkan.
3. Data Pendukung
Data pendukung juga digunakan untuk mengetahui besarnya motivasi
belajar siswa pratindakan. Data pendukung ini berupa dokumentasi.
Dokumentasi berupa video rekaman, foto-foto selama proses pembelajaran,
dan catatan lapangan yang menunjukkan hasil bahwa pembelajaran selama
tiga jam pelajaran (3x45 menit) sebanyak dua kali pertemuan menunjukkan
proses pembelajaran yang menggunakan metode ceramah dan tanya jawab.
Dalam kegiatan pembelajaran ini, siswa bagian depan dan tengah saja yang
terlihat fokus dan terus memperhatikan penjelasan guru, sedangkan siswa
yang duduk di bagian belakang lebih banyak ramai dan tidak memperhatikan.
Data berupa dokumentasi ini digunakan sebagai data tambahan untuk
mendukung data hasil observasi, angket, dan wawancara serta merupakan
bukti bahwa peneliti telah melakukan kegiatan pengamatan pratindakan
(prasiklus).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
B. Deskripsi Hasil Tindakan Tiap Siklus
1. Siklus 1
Pelaksanaan tindakan pada siklus 1 ini meliputi perencanaan,
pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Berikut ini adalah penjabaran dari
pelaksanaan siklus 1:
a. Perencanaan Tindakan
Dalam penyusunan perencanaan tindakan ini, peneliti
berkolaborasi bersama guru dan dosen pembimbing untuk menetapkan
tindakan yang akan diberikan kepada siswa. Perencanaan tindakan ini
meliputi beberapa hal mulai dari merancang instrumen penelitian yang
terdiri dari angket dan lembar observasi motivasi belajar siswa dan iklim
kelas, silabus, RPP, media ICT yang berupa video dan gambar slide
sampai dengan penyediaan alat dan bahan yang diperlukan selama
kegiatan berlangsung, serta soal evaluasi yang akan diberikan pada siswa.
b. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan siklus 1 ini dilakukan sebanyak dua kali
pertemuan selama tiga jam pelajaran (3x45 menit) pada 30 April – 1 Mei
2012 di kelas X-1 pada submateri komponen-komponen ekosistem, tipe-
tipe ekosistem, interaksi dalam ekosistem, dan suksesi. Guru
melaksanakan pembelajaran yang mengintegrasikan media ICT ke dalam
pendekatan collaborative learning. Deskripsi tindakan pada siklus 1 ini
dijabarkan sebagai berikut:
1) Pertemuan Pertama
Pertemuan pertama dilaksanakan pada Senin, 30 April 2012
pada jam ke-8 selama satu jam pelajaran (45 menit). Guru mengawali
pembelajaran dengan salam, memberikan motivasi, dan apersepsi.
Selanjutnya guru memberikan penjelasan umum tentang mekanisme
pembelajaran yang akan diikuti siswa yaitu melalui integrasi media
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
ICT ke dalam collaborative learning. Sintaks pembelajaran
keseluruhan yang direncanakan dalam siklus ini adalah sebagai
berikut:
a) Guru memberikan apersepsi, mengajak siswa melakukan brain
storming dengan memberikan pertanyaan, “ Apakah kalian bisa
hidup sendirian? Bagaimana cara kalian mempertahankan hidup?
Darimana itu semua diperoleh? Jadi, apakah ada hubungan antara
kita dengan segala yang ada di sekitar kita?” kemudian
memberikan konsep dasar mengenai materi ekosistem.
b) Guru mengelompokkan siswa secara heterogen (kemampuannya),
dimana setiap kelompok terdiri dari 4-5 orang dan menjelaskan
aturannya.
c) Guru membagikan LKS siklus 1 tentang komponen penyusun
ekosistem yang harus dikerjakan dan diselesaikan dalam kelompok
kolaboratif.
d) Siswa melakukan pengamatan langsung terhadap contoh ekosistem
yang ada di sekitar sekolah (kebun, taman, selokan, dll) secara
berkelompok.
e) Tiap kelompok membuat media ICT dengan cara merekam hasil
pengamatan dalam bentuk video atau foto dengan alat perekam
(kamera digital, kamera handphone, handycam).
f) Guru memberikan permasalahan dalam bentuk video dan gambar
tentang tipe ekosistem dan suksesi pada tiap kelompok.
g) Tiap kelompok menganalisis video dan gambar baik yang direkam
sendiri maupun yang diberikan oleh guru dan kemudian
memecahkan solusi yang tepat untuk permasalahan yang ada
secara bersama-sama dengan mencari bantuan sumber belajar dari
akses internet melalui laptop yang sebelumnya telah dipersiapkan
tiap kelompok.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
h) Guru meminta siswa berdiskusi mencari jawaban atas
permasalahan yang ada tidak hanya dengan kelompoknya tetapi
juga dengan kelompok lain dengan tema sejenis.
i) Siswa mempresentasikan hasil karya dan berdiskusi di depan
kelas, kemudian kelompok lain memberikan tanggapan.
j) Guru mereview hasil diskusi siswa dan menyimpulkan hasil
pembelajaran bersama-sama.
Sintaks pembelajaran ini tidak bisa diselesaikan pada
pertemuan pertama karena terbatas oleh waktu sehingga dilakukan
dalam dua pertemuan. Sintaks pada pertemuan pertama berlangsung
pada poin (a) sampai dengan (e). Sintaks yang belum terlaksana (poin
(f) sampai dengan (j))akan dilanjutkan pada pertemuan kedua tanggal
1 Mei 2012.
2) Pertemuan Kedua
Pertemuan kedua dilaksanakan pada Selasa, 1 Mei 2012 pada
jam ke-1 dan 2 selama dua jam pelajaran (90 menit). Guru mengawali
pembelajaran dengan salam dan memberikan motivasi, kemudian guru
mengingatkan siswa pada materi pertemuan sebelumnya. Sintaks
pembelajaran yang dilaksanakan guru pada pertemuan kedua ini
adalah sebagai berikut:
a) Guru memberikan permasalahan dalam bentuk video dan gambar
tentang tipe ekosistem dan suksesi pada tiap kelompok.
b) Tiap kelompok menganalisis video dan gambar baik yang direkam
sendiri maupun yang diberikan oleh guru dan kemudian
memecahkan solusi yang tepat untuk permasalahan yang ada
secara bersama-sama dengan mencari bantuan sumber belajar dari
akses internet melalui laptop yang sebelumnya telah dipersiapkan
tiap kelompok.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
c) Guru meminta siswa berdiskusi mencari jawaban atas
permasalahan yang ada tidak hanya dengan kelompoknya tetapi
juga dengan kelompok lain dengan tema sejenis.
d) Siswa mempresentasikan hasil karya dan berdiskusi di depan
kelas, kemudian kelompok lain memberikan tanggapan.
e) Guru mereview hasil diskusi siswa dan menyimpulkan hasil
pembelajaran bersama-sama.
Sintaks yang direncanakan ini dilakukan dengan cukup baik
oleh guru dan selesai pada pertemuan kedua. Setelah sintaks selesai,
guru memberikan post test akhir siklus 1 dan dilanjutkan dengan
mengisi angket motivasi belajar siswa dan iklim kelas.
c. Observasi dan Evaluasi
Tahap observasi ini dilaksanakan selama proses pembelajaran
berlangsung. Tahap ini meliputi pengisian lembar observasi oleh observer,
pengisian angket oleh semua siswa kelas X-1, dokumentasi kegiatan
pembelajaran (log book dan rekaman video), post test, dan wawancara.
Observasi dilakukan oleh tiga orang observer dengan menggunakan
lembar observasi motivasi belajar siswa, iklim kelas, keterlaksanaan
sintaks integrasi media ICT ke dalam collaborative learning oleh guru dan
siswa, lembar observasi ranah afektif dan psikomotorik sebagai data
pendukung. Angket diberikan setelah proses pembelajaran siklus 1
berakhir. Hasil pengambilan data pada siklus 1 secara detail sebagai
berikut:
1) Iklim Kelas
Pengamatan terhadap aspek iklim kelas ini berdasarkan empat
indikator iklim kelas yang muncul dan dapat diamati oleh observer
pada saat pembelajaran. Seorang observer mengamati 2-3 kelompok
kolaboratif yang terdiri dari 10-15 siswa. Lembar observasi berisikan
pernyataan “ya” dan “tidak” yang pengisiannya didasarkan pada rubrik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
ketercapaian indikator aspek iklim kelas. Melalui proses triangulasi
metode yang terdapat pada Lampiran 3, besarnya iklim kelas ini
terlihat pada saat pengamatan oleh observer melalui lembar observasi
(LO). Hasil persentase capaian tiap indikator aspek iklim kelas pada
siklus 1 disajikan pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3. Persentase Capaian Indikator Hasil Observasi Iklim Kelas
Siklus 1
No Indikator Iklim Kelas Persentase (%) 1 Kekompakkan siswa dalam kelas 72,97 2 Keterlibatan siswa dalam pembelajaran biologi. 75,68 3 Kepuasan siswa selama mengikuti pembelajaran
biologi. 29,73
4 Dukungan guru dalam kegiatan pembelajaran 83,78 Rata-Rata 65,54
Berdasarkan Tabel 4.3, rata-rata capaian indikator iklim kelas
untuk lembar observasi siklus 1 sebesar 65,54% dengan besar
prosentase tiap indikator antara 29,73%-83,78%. Hasil ini dijabarkan
pada perhitungan yang tercantum dalam Lampiran 3.
Hasil observasi menunjukan bahwa iklim kelas di kelas X-1
tampak kondusif namun sebagian siswa belum aktif, siswa nampak
saling berinteraksi tetapi sebagian masih gaduh. Semua indikator
muncul dan dapat diamati oleh observer saat pemberian tindakan
berlangsung. Indikator terendah ada pada kepuasan siswa selama
mengikuti pembelajaran biologi. Berdasarkan pengamatan, indikator
ini cukup sulit diamati karena tidak begitu tampak. Kepuasan siswa
ditunjukkan dengan siswa tampak senang, tertarik, antusias mengikuti
pembelajaran, menerima penjelasan guru, dan menerima jawaban guru
atas pertanyaannya. Untuk mengetahui apakah indikator ini muncul
pada siswa dalam tindakan siklus 1 ini, peneliti menggunakan data lain
yaitu melalui angket dan wawancara. Sementara itu, indikator tertinggi
ada pada dukungan guru dalam kegiatan pembelajaran biologi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
Berdasar pengamatan, indikator ini muncul dan mudah terlihat oleh
observer. Guru terlihat sudah membantu dan membimbing siswa
dalam pembelajaran misalnya dengan menjawab pertanyaan dari
siswa.
Indikator lain yaitu kekompakan siswa dalam kelas dan
keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran biologi menunjukan
prosentase yang baik. Kedua indikator ini mudah diamati oleh
observer. Secara umum siswa tampak lebih kompak dan terlibat dalam
pembelajaran dibandingkan dengan prasiklus.
Hubungan atau interaksi yang terjadi antarsiswa terlihat jelas
oleh observer. Pembelajaran collaborative learning seperti ini,
memfasilitasi siswa untuk saling berinteraksi dalam kelompoknya
maupun dengan kelompok lain. Didukung dengan media ICT, interaksi
antarsiswa menjadi semakin terlihat. Guru tidak lagi mendominasi
kelas (teacher-centered) karena dengan pembelajaran seperti ini guru
menjadi fasilitator, pengarah, dan pembimbing siswa.
Hasil angket mendukung data hasil observasi ini. Berdasar
hasil angket ini diketahui bahwa lebih dari 65% siswa kompak, terlibat
aktif, merasa puas, dan telah didukung guru pada saat berlangsungnya
pembelajaran. Rata-rata skor angket yang kemudian dicocokkan
dengan tabel standar evaluasi kualitas pembelajaran menurut
Widoyoko (2011: 263), menunjukkan iklim kelas sudah baik.
Kepuasan siswa selama mengikuti pembelajaran yang tidak terlalu
tampak oleh observer, ternyata melalui angket ini peneliti dapat
mengetahui tingkat kepuasan siswa. Hasil ini mendukung hasil
observasi bahwa iklim kelas meningkat.
Hasil observasi ini juga didukung oleh hasil wawancara sebagai
berikut: Berdasarkan hasil wawancara dengan empat orang siswa,
diperoleh informasi bahwa siswa mudah berinteraksi dengan teman-
teman sehingga bila ada materi yang belum paham bisa bertanya pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
teman. Siswa merasa lebih aktif dan berpartisipasi terutama dalam
kelompok kolaboratifnya. Menurut siswa, kekurangan pembelajaran
seperti ini adalah cukup sulit beradaptasi dan berinteraksi dengan
kelompok yang baru terbentuk, sehingga ada anggota yang masih
pasif. Selain itu, siswa menjadi kurang terkendali di kelas, ada juga
anggota kelompoknya yang belum sadar akan tanggung jawabnya.
Selain itu, waktu diskusi ataupun presentasi yang disediakan masih
kurang sehingga terasa terburu-buru dan tidak maksimal dalam
mengerjakan tugas yang diberikan. Menurut siswa, guru sudah cukup
mendukung dan membimbimg siswa secara umum, tapi untuk tiap
kelompok masih kurang karena masih ada kelompok yang dibiarkan
bingung.
Hasil wawancara dengan guru menunjukkan bahwa
pembelajaran seperti ini mendapat repon yang cukup baik dari siswa.
Kelas tampak lebih hidup dan tidak ada yang mengantuk karena secara
umum semua siswa tampak bekerja walaupun masih ada sebagian
yang mengerjakan hal lain. Pembelajaran seperti ini membuat interaksi
siswa lebih tampak melalui diskusi-diskusi kolaboratif dan ketertarikan
atau minat siswa dalam pembelajaran juga cukup baik yang tampak
dari lebih banyaknya siswa yang berani berpendapat dan tidak
mengantuk karena media pembelajaran yang menarik. Kekurangan
yang dirasakan guru dalam pembelajaran seperti ini antara lain masih
sulitnya guru mengontrol tiap siswa ataupun kelompok.
Berdasarkan ketiga metode pengambilan data yang dilakukan
untuk mengetahui aspek iklim kelas dalam kualitas pembelajaran
biologi dapat disimpulkan bahwa iklim kelas di kelas X-1 pada saat
siklus 1 ini sudah meningkat bila dibandingkan prasiklus, namun
peningkatan belum optimal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
2) Motivasi Belajar Siswa
Motivasi belajar siswa yang diukur di kelas X-1 ini dibagi
menjadi 10 indikator penting. Besarnya aspek motivasi belajar siswa di
kelas X-1 ini diketahui melalui pengambilan data berupa observasi,
angket, dan wawancara. Melalui proses triangulasi metode pada
Lampiran 3, besarnya motivasi belajar siswa ini diketahui dari
pengisian angket oleh siswa. Angket digunakan sebagai instrumen
yang hasil pengisiannya yang dilakukan oleh siswa dapat digunakan
untuk mengetahui kondisi awal siswa. Setiap siswa mengisi angket
secara mandiri dengan memberikan tanda checklist (v) pada setiap
interval yang dikehendakinya.
Pengambilan data melalui angket ini dilakukan di akhir siklus 1
dan berguna untuk mengatahui motivasi belajar siswa kelas X-1 dari
sudut pandang siswa. Angket motivasi belajar siswa ini berisi 24 butir
item yang berhubungan dengan motivasi belajar siswa (Lampiran 2).
Berdasarkan angket yang telah diisi siswa, besar persentase tiap
indikator dalam aspek motivasi belajar siswa tertera dalam Tabel 4.4.
Tabel 4.4. Persentase Capaian Indikator Hasil Angket Motivasi Belajar
Siswa Siklus 1
No Indikator Motivasi Belajar Siswa Persentase (%) 1 Sensitif terhadap hal-hal yang berkaitan dengan
peningkatan prestasi 75,41
2 Kegiatan-kegiatan untuk mencapai prestasi 79,73 3 Cermat menentukan target prestasi 73,51 4 Usaha menangulangi berbagai penghambat
pencapaian keberhasilan 72,97
5 Menemukan suatu cara penyelesaian masalah yang lebih singkat dan mudah
71,62
6 Minat siswa pada pelajaran 72,30 7 Menyukai tantangan baik dari dalam maupun
luar 71,08
8 Kesempurnaan penyelesaian tugas 64,69 9 Melakukan kegiatan diskusi dengan baik 70,81 10 Percaya diri dan tangguh dalam pembelajaran
dan menyelesaikan tugas 73,78
Rata-Rata 72,58
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
Berdasarkan Tabel 4.4, rata-rata capaian indikator motivasi
belajar siswa untuk angket siklus I adalah 72,58% dengan nilai
indikator motivasi belajar siswa berkisar antara 64,69% - 79,73%. Hasil
perhitungan ini dijabarkan pada Lampiran 3.
Indikator tertinggi ada pada kegiatan-kegiatan untuk mencapai
prestasi selama mengikuti pembelajaran dengan materi ekosistem yaitu
sebesar 79,73%. Ini menunjukkan bahwa siswa memiliki motivasi
untuk melakukan kegiatan yang dalam hal ini berkaitan dengan hasil
belajar biologi. Siswa merasa harus berusaha dengan belajar lebih tekun
lagi agar nilai biologinya lebih baik. Sedangkan indikator terendah ada
pada kesempurnaan penyelesaian tugas yaitu sebesar 64,69%. Berdasar
hasil angket, siswa cenderung malas mengerjakan tugas yang
jumlahnya banyak. Pada siklus 1 ini, siswa tidak diberi banyak tugas
yang harus mereka selesaikan tetapi lebih kepada pembelajaran yang
menarik bagi siswa sehingga dengan sendirinya mereka merasa senang
mengerjakan tugas yang ada pada materi ekosistem karena tugas
dikerjakan bersama dan jumlahnya tidak banyak. Berdasarkan hasil
rata-rata skor angket yang kemudian dicocokkan dengan tabel standar
evaluasi kualitas pembelajaran menurut Widoyoko (2011:263),
motivasi belajar siswa pada siklus 1 ini sudah baik. Data dari angket
motivasi belajar siswa ini akan didukung dengan hasil wawancara
beberapa siswa dan hasil angket kepuasan penerapan integrasi media
ICT ke dalam Collaborative Learning.
Hasil motivasi belajar siswa ini didukung pula oleh hasil
observasi. Menurut observer, minat siswa terhadap pembelajaran sudah
baik, siswa tertarik pada pembelajaran dengan integrasi media ICT ke
dalam Collaborative Learning. Namun, kegiatan-kegiatan yang
dilakukan siswa untuk berprestasi masih rendah dan belum teramati.
Hasil observasi dan angket motivasi belajar siswa ini juga diperkuat
dengan hasil wawancara sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
Berdasarkan hasil wawancara dengan empat orang siswa,
diperoleh informasi bahwa siswa menyukai pembelajaran dengan
mengintegrasikan media ICT ke dalam collaborative learning ini.
Menurut mereka, pembelajaran seperti ini menyenangkan, tidak
membuat siswa mengantuk. Materi ekosistem yang dipelajari terasa
lebih mudah karena siswa langsung mengamati ekosistem yang ada di
sekitar. Media ICT yang digunakan juga menarik dan memudahkan
siswa dalam mencerna materi. Siswa lebih suka memecahkan masalah
diskusi hanya sebatas permasalahan yang mudah, sementara yang sulit
malas menyelesaikan. Siswa juga masih kesulitan dalam menemukan
cara cepat dalam memahami materi biologi. Selain itu siswa lebih
bertanggung jawab dalam kelompoknya. Mereka mau mengerjakan
tugas kelompok bersama.
Hasil wawancara dengan guru menunjukkan bahwa
pembelajaran seperti ini mendapat respon yang cukup baik dari siswa.
Ketertarikan atau minat siswa dalam pembelajaran juga cukup baik
yang tampak dari lebih banyaknya siswa yang berani berpendapat dan
tidak mengantuk karena media pembelajaran yang menarik. Siswa
terlihat antusias pada materi ekosistem, saat ditanya ada beberapa yang
menjawab walaupun masih kurang tepat. Kekurangan yang dirasakan
guru dalam pembelajaran seperti ini antara lain masih sulitnya guru
mengontrol tiap siswa ataupun kelompok, tingkat kepahaman siswa
pada materi ekosistem yang masih belum maksimal sehingga guru
harus mengulang materi lagi pada saat sebelum post test.
Ketiga metode perolehan data peningkatan motivasi belajar
siswa tersebut menunjukan bahwa motivasi belajar di kelas X-1
meningkat dibandingkan dengan hasil prasiklus. Besarnya prosentase
peningkatan telah mencapai target yang ditetapkan yaitu sebesar 60%
namun berdasarkan hasil analisis hasil ini belum optimal. Berdasarkan
hasil ini, disimpulkan bahwa motivasi belajar siswa kelas X-1 belum
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
meningkat secara optimal sehingga perlu ditingkatkan pada siklus
berikutnya.
3) Data Pendukung
Hasil triangulasi metode ini didukung pula dengan data
pendukung seperti keterlaksanaan sintaks pembelajaran, hasil angket
kepuasan penggunaan metode, dokumentasi, dan hasil evaluasi yang
dijabarkan sebagai berikut:
a) Hasil Lembar Observasi Keterlaksanaan Sintaks
Lembar observasi (LO) keterlaksanaan sintaks integrasi
media ICT ke dalam collaborative learning ini terdiri dari LO
keterlaksanaan sintaks oleh guru dan siswa. Berdasarkan hasil
pengamatan tiga observer, guru cukup lancar melaksanakan sintaks
ini. Guru sudah melaksanakan sintaks secara urut. Pada pertemuan
pertama (Senin, 30 April 2012), guru kurang maksimal dalam
memberikan penjelasan dan pengarahan mengenai pembelajaran
yang akan dilakukan, akibatnya pada saat kegiatan pengamatan
ekosistem di lingkungan sekitar, masih ada banyak siswa yang
masih bertanya tentang apa yang harus dilakukan.
Pada pertemuan kedua, guru melakukan langkah
pembelajaran lebih baik namun kurang maksimal dalam
membimbing jalannya diskusi tiap kelompok yang terlihat dari
banyaknya siswa yang mengobrol dengan kelompoknya.
Sementara itu, keterlaksanaan sintaks oleh siswa tampak belum
maksimal, seperti beberapa siswa yang mengobrol dan bermain
laptop saat berdiskusi, hanya sedikit siswa yang bertanya saat
kelompok lain presentasi, tidak semua kelompok melakukan
presentasi karena keterbatasan waktu dan suasana kelas yang
kurang terkendali.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
b) Hasil Angket Kepuasan Penerapan Integrasi Media ICT ke
dalam Collaborative Learning
Pengambilan data melalui angket ini dilakukan di akhir
siklus 1 dan berguna untuk mengatahui besarnya kepuasan siswa
kelas X-1 dari sudut pandang siswa terhadap penerapan integrasi
media ICT ke dalam Collaborative Learning. Angket kepuasan
siswa ini berisi 16 butir item yang berhubungan dengan kepuasan
siswa yang terbagi menjadi enam indikator (Lampiran 2).
Berdasarkan angket yang telah diisi siswa, besar persentase tiap
indikator dalam aspek kepuasan siswa tertera dalam Tabel 4.5.
Tabel 4. 5. Hasil Angket Kepuasan Penerapan Integrasi Media ICT
ke dalam Collaborative Learning Siklus 1
No Indikator Kepuasan Siswa Persentase (%) 1 Perhatian dan tindakan nyata dalam
bentuk partisipasi kegiatan belajar 83,96
2 Kegiatan untuk menilai sesuatu secara terencana dan sistematik.
82,43
3 Proses penilaian berdasarkan tujuan yang jelas
84,05
4 Pembentuk kesungguhan hati untuk menerima yang kecil dan sederhana
81,08
5 penggunaan kekuatan untuk pencapaian tertinggi dari tujuan
81,35
6 Hasil kerja yang dicapai dalam melaksanakan tugas yang dibebankan
86,22
Rata-Rata 83,18
Berdasarkan Tabel 4.5, rata-rata capaian indikator kepuasan
siswa untuk angket siklus I adalah 83,18% dengan nilai indikator
kepuasan siswa berkisar antara 81,08% - 86,22%. Hal ini
menunjukan bahwa 80% lebih siswa menyukai penerapan
integrasi media ICT ke dalam collaborative learning pada
pembelajaran biologi materi ekosistem dan meningkatkan
kepuasan siswa dalam belajar yang ditunjukkan dengan tingginya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
minat dan partisipasi dalam pembelajaran. Hasil angket ini
dijabarkan pada Lampiran 3. Hasil rata-rata skor angket yang
kemudian dicocokkan dengan tabel standar evaluasi kualitas
pembelajaran menurut Widoyoko (2011:263), menunjukkan bahwa
penerapan integrasi media ICT ke dalam collaborative learning
pada siklus 1 ini sudah baik. Hasil ini akan didukung dengan data
wawancara.
c) Dokumentasi
Dokumentasi diperlukan sebagai data pendukung untuk
mengetahui peningkatan motivasi belajar siswa dan iklim kelas di
kelas X-1. Dokumentasi pada siklus 1 ini adalah dengan catatan
lapangan dalam bentuk log book yang ditulis oleh peneliti selama
proses pembelajaran berlangsung. Secara umum hasil catatan ini
berisi kejadian-kejadian penting yang dilakukan oleh guru dan
siswa. Hasil analisis menunjukkan bahwa iklim kelas lebih hidup
dan kondusif untuk belajar dibandingkan dengan kondisi prasiklus.
Sementara aspek motivasi belajar siswa yang tampak, seperti
ketekunan dalam pengerjaan tugas (LKS) dan minat dalam
pembelajaran menunjukan peningkatan daripada kondisi prasiklus,
namun indikator lainnya dalam motivasi belajar siswa ini kurang
tampak.
d) Hasil Evaluasi
Hasil evaluasi atau hasil belajar siswa kelas X-1 materi
ekosistem yang dinilai pada akhir siklus ini, terdiri dari tiga ranah
yaitu kognitif, psikomotorik, dan afektif. Hasil evaluasi ini
hanyalah sebagai data pendukung penelitian dan nantinya akan
diberikan pada guru dan sekolah untuk keperluan penilaian. Hasil
ranah kognitif (terlampir) berupa nilai LKS dan post test dengan
nilai rata-rata kelas sebesar 84,46. Nilai terendah sebesar 70,00 dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
nilai tertinggi sebesar 100. Batas tuntas ranah kognitif untuk
pelajaran biologi ini sebesar 75. Tabel 4.6 ini menunjukkan
ketuntasan siswa pada siklus 1.
Tabel 4.6. Persentase Ketuntasan Belajar Siswa untuk Tes Evaluasi
Siklus I
Ktiteria Frekuensi Persentase(%)
Tuntas 32 86,49
Belum tuntas 5 13,51
Jumlah 37 100
Hasil di atas menunjukkan bahwa hanya lima siswa yang
belum tuntas karena nilainya masih kurang dari 75. Hasil ini secara
lengkap dijabarkan pada Lampiran 3.
Data nilai dari ranah psikomotorik dan afektif diperoleh
melalui observasi pada kelompok-kelompok kolaboratif dan hasil
perhitungannya pada Lampiran 3. Nilai ranah psikomotorik dalam
bentuk abjad menunjukkan bahwa 4 kelompok mendapat A dan
lainnya mendapat B. Sedangkan ranah afektif yang terdiri dari
tujuh indikator dijabarkan dalam Tabel 4.7.
Tabel 4.7.Persentase Hasil Observasi Ranah Afektif Siswa Siklus 1
No Indikator Ranah Afektif Persentase (%) 1 Disiplin dalam peraturan dan waktu 100,00 2 Berani dan santun dalam berpendapat. 32,43 3 Bertanggung jawab 100,00 4 Bekerja sama dalam kelompok 81,08 5 Jujur dan mandiri dalam mengerjakan
tugas 100,00
6 Tekun dan tidak mudah menyerah 51,35 7 Rasa ingin tahu yang tinggi terhadap
pembelajaran. 27,03
Rata-Rata 70,27
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
Hasil observasi tersebut menunjukkan bahwa ranah afektif
siswa cukup baik namun belum maksimal sesuai yang diharapkan
terutama dalam berpendapat dan rasa ingin tahu dalam
pembelajaran yang besarnya masih di bawah 50%. Bila
dikonversikan ke dalam huruf, sebanyak tiga kelompok mendapat
nilai A, dua kelompok mendapat B, dan sisanya mendapat C. hasil
ini dijabarkan pada Lampiran 3.
d. Analisis dan Refleksi
Analisis dan refleksi diperlukan guna perbaikan untuk siklus
selanjutnya. Tahap ini meliputi kegiatan yang mengulas perubahan dan
permasalahan yang terjadi dalam proses pembelajaran yang meliputi
iklim kelas dan motivasi belajar siswa saat pelaksanaan proses
pembelajaran siklus 1. Hasil dari analisis dan refleksi ini akan
digunakan sebagai bahan perencanaan pada siklus 2.
Hasil yang dicapai pada pelaksanaan tindakan siklus 1 secara
umum telah mencapai target yang ditentukan peneliti sebelumnya yaitu
peningkatan menjadi 65% untuk aspek iklim kelas dan 60% untuk
aspek motivasi belajar siswa, namun peneliti ingin lebih
memaksimalkan proses pembelajaran sehingga perlu perbaikan. Hasil
analisis umum pada siklus 1 adalah sebagai berikut.
1) Iklim kelas telah menunjukkan adanya peningkatan dibandingkan
dengan prasiklus. Target sudah tercapai tapi peneliti masih ingin
memaksimalkan iklim pembelajaran di kelas X-1agar hasilnya
lebih maksimal. Hal ini karena masih ada beberapa siswa yang
belum terlibat dalam pembelajaran, seperti membuat gaduh dengan
bermain sendiri, kurang tertib mengikuti prosedur pembelajaran,
mengobrol dengan kelompoknya, siswa juga kurang mandiri dalam
mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Beberapa indikator
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
dari iklim kelas juga masih rendah di bawah target sehingga perlu
ditingkatkan pada siklus selanjutnya.
2) Motivasi belajar siswa telah menunjukkan adanya peningkatan
dibandingkan dengan prasiklus, tetapi target masih kurang tercapai
atau belum maksimal, terutama dari hasil observasi yang belum
memenuhi target yang ditetapkan. Beberapa indikator masih belum
tampak oleh observer. Selain itu, ada beberapa hambatan dalam
pembelajaran yang harus diperbaiki peneliti agar tidak terjadi di
siklus berikutnya, misalnya alokasi pelaksanaan diskusi dan
presentasi yang masih kurang sehingga ada kelompok yang belum
sempat presentasi. Siklus berikutnya diharapkan hambatan ini tidak
terjadi lagi.
3) Keterlaksanaan penerapan integrasi media ICT ke dalam
collaborative learning di kelas X-1 pada siklus 1 ini belum
berjalan sesuai sintaks yang ada. Hal ini terlihat pada saat
observasi dimana guru masih kurang lancar dalam menerapkan
pembelajaran ini yang tampak dari adanya langkah pembelajaran
yang masih terlewat dan belum dilakukan guru. Pada siklus
selanjutnya, dengan koordinasi yang lebih baik lagi antara guru dan
peneliti diharapkan kendala ini dapat diperbaiki. Sedangkan
keterlaksaan pada siswa pun tampak belum maksimal. Berdasarkan
hasil wawancara, siswa merasa waktu yang diberikan kurang
sehingga mereka kurang maksimal dan terburu-buru dalam
berdiskusi, presentasi dan mengerjakan tugas. Pada siklus
berikutnya, dengan bimbingan dari guru yang lebih baik lagi,
diharapkan masalah ini dapat teratasi.
Sedangkan hasil refleksi yang dilakukan peneliti pada siklus 1 adalah
sebagai berikut.
1) Hasil refleksi siklus 1 menunjukkan bahwa guru belum optimal
dalam melaksanakan sintaks pembelajaran sesuai apa yang ada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
dalam RPP. Sebagai tindak lanjutnya, peneliti berdiskusi dengan
guru untuk membuat perencanaan tindakan bersama dan
memperbaiki kekurangan pada siklus sebelumnya.
2) Hasil refleksi siklus 1 menunjukkan bahwa guru masih belum
mampu mengelola atau mengatur waktu pemelajaran sehingga
dalam hal ini guru terkesan kurang tegas terhadap siswa. Sebagai
tindak lanjutnya, guru harus lebih bersikap tegas dan menerapkan
peraturan-peraturan saat sesi diskusi kolaboratif, sehingga siswa
tidak seenaknya dalam pembelajaran.
3) Hasil refleksi siklus 1 menunjukkan bahwa hasil observasi
motivasi belajar siswa masih belum mencapai target yang
ditentukan. Sebagai tindak lanjutnya, guru harus lebih memotivasi
siswa agar keinginan siswa untuk mempelajari materi ekosistem ini
lebih besar melalui pembelajaran yang diterapkan dan media yang
digunakan.
4) Hasil refleksi siklus 1 menunjukkan bahwa siswa belum mampu
mengikuti prosedur pembelajaran dengan baik. Ini terlihat dari
masih banyak siswa yang bingung dan belum memahami apa yang
harus dilakukannya. Sebagai tindak lanjutnya, guru memperjelas
prosedur-prosedur pembelajaran yang harus dilakukan dan
meminta siswa untuk melakukan persiapan terlebih dahulu
sebelum melakukan prosedur kegiatan pembelajaran. Selain itu,
peneliti turut serta memberikan pelatihan dan training kepada guru
maupun siswa untuk menjelaskan prosedur-prosedur pembelajaran
yang benar sesuai sintaksnya.
5) Hasil refleksi siklus 1 menunjukkan bahwa masih ada siswa yang
kurang tertib dan bertanggung jawab dalam pembelajaran. Ini
terlihat dari ada beberapa siswa yang membuat gaduh dengan
bermain-main, kurang tertib mengikuti prosedur pembelajaran,
mengobrol dengan kelompoknya, siswa juga kurang mandiri dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Sebagai tindak
lanjutnya, guru harus bersikap lebih tegas dengan memberikan
hukuman yang mendidik seperti pengurangan nilai.
6) Penyusunan rencana pengajaran (RPP) yang lebih disesuaikan lagi
dengan tahap-tahap pelaksanaan pembelajaran dengan integrasi
media ICT ke dalam collaborative learning. Dalam hal ini, alokasi
waktu ditambah dengan menambah jumlah pertemuan dari dua
menjadi tiga kali pertemuan. Dengan ditambahnya waktu ini
diharapkan proses pembelajaran lebih baik.
7) Penyusunan instrumen lain seperti, lembar observasi iklim kelas
dan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran biologi, lembar
keterlaksanaan sintaks pembelajaran, angket iklim kelas dan
motivasi belajar siswa dalam pembelajaran biologi, angket
kepuasan penerapan pembelajaran dengan integrasi media ICT ke
dalam collaborative learning, pedoman wawancara sama seperti
yang digunakan pada siklus 1, dan tes evaluasi siklus 2.
2. Siklus 2
Pelaksanaan tindakan pada siklus 2 ini meliputi perencanaan,
pelaksanaan, observasi, dan refleksi seperti halnya pada siklus 1. Pelaksanaan
siklus 2 ini adalah perbaikan berdasar refleksi dari siklus 1. Berikut ini adalah
penjabaran dari pelaksanaan siklus 2.
a. Perencanaan Tindakan
Peneliti menemukan adanya kelemahan, masalah, dan hambatan
berdasarkan hasil refleksi pada siklus 1. Pada siklus 2 diharapkan
pembelajaran berlangsung lebih baik dan menunjukkan peningkatan
maksimal. Oleh karena itu, peneliti dan guru melakukan langkah-langkah
perbaikan. Perbaikan yang dilakukan pada siklus 2 mengacu pada hasil
refleksi siklus 1.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
b. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan siklus 2 ini dilakukan sebanyak tiga kali
pertemuan selama empat jam pelajaran (4x45 menit) pada tanggal 7 – 14
Mei 2012 di kelas X-1 pada submateri aliran energi dan daur biogeokimia.
Guru melaksanakan pembelajaran yang mengintegrasikan media ICT ke
dalam pendekatan collaborative learning. Deskripsi tindakan pada siklus 1
ini dijabarkan sebagai berikut:
1) Pertemuan Pertama
Pertemuan pertama dilaksanakan pada Senin, 7 Mei 2012 pada
jam ke-8 selama satu jam pelajaran (45 menit). Guru mengawali
pembelajaran dengan salam, memberikan motivasi, dan apersepsi.
Selanjutnya guru memberikan penjelasan umum tentang mekanisme
pembelajaran yang akan diikuti siswa yaitu melalui integrasi media
ICT ke dalam collaborative learning dengan lebih detail daripada
sebelumnya. Sintaks pembelajaran yang dilakukan guru pada
pertemuan pertama ini tertulis dalam poin (a) sampai dengan (j).
a) Guru membuka pelajaran dengan salam
b) Guru mengabsen dan menanyakan kabar siswa.
c) Guru memberikan motivasi dan apersepsi dengan menanyakan
“Bagaimanakah cara makhluk hidup mempertahankan hidupnya?
Darimana itu semua diperoleh? Jadi, apakah ada hubungan antara
kita dengan segala sesuatu di sekeliling kita?
d) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang harus dicapai oleh
siswa.
e) Guru menyampaikan mekanisme pembelajaran yang akan diikuti
siswa yaitu melalui integrasi media ICT ke dalam collaborative
learning.
f) Guru memberikan konsep dasar pada siswa mengenai materi aliran
energi dan daur biogeokimia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
g) Guru mempersilahkan siswa untuk memberikan tanggapan maupun
pertanyaan
h) Guru meminta siswa segera berkumpul dengan kelompoknya dan
mengadakan pembagian tugas (ketua, sekretaris, pengatur waktu
dalam kelompok, pemberi pertanyaan dan pencari jawaban).
Selanjutnya guru membagikan LKS.
i) Guru meminta tiap kelompok melakukan analisis terhadap
komponen-komponen suatu ekosistem yang diberikan kemudian
membuat contoh rantai dan jaring makanan yang tepat sesuai
dengan petunjuk yang ada di LKS. Kelompok 1 bergabung dengan
kelompok 2, dan seterusnya.
j) Guru meminta tiap anggota kelompok memainkan peran sebagai
komponen-komponen ekosistem tersebut kemudian memperagakan
contoh rantai dan jaring makanan yang telah dibuatnya di depan
kelas dengan saling bergandengan tangan/ memegang pita. Siswa
yang tidak mendapat peran, bertugas untuk menjelaskan rantai dan
jaring makanan itu. Kegiatan ini dipresentasikan pada pertemuan
berikutnya.
Sintaks yang belum terlaksana akan dilanjutkan pada pertemuan
kedua tanggal 8 Mei 2012.
2) Pertemuan Kedua
Pertemuan kedua dilaksanakan pada Selasa, 8 Mei 2012 pada
jam ke-1 dan 2 selama dua jam pelajaran (90 menit). Guru mengawali
pembelajaran dengan salam dan memberikan motivasi, kemudian guru
mengingatkan siswa pada materi pertemuan sebelumnya. Sintaks
pembelajaran yang dilaksanakan guru pada pertemuan kedua ini
tertulis pada poin (a) sampai dengan (d).
a) Guru memberikan video daur biogeokimia yaitu daur N, C, Sulfur,
dan Air. Daur N untuk kelompok 1 dan 2, daur C untuk kelompok
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
3 dan 4, daur Sulfur untuk kelompok 5 dan 6, dan daur air untuk
kelompok 7 dan 8. Kemudian meminta kelompok mengamati,
mendiskusikan, dan mengerjakan LKS.
b) Guru meminta kelompok memperagakan peran tentang rantai dan
jaring makanan yang telah dibuat dan merekamnya dengan dalam
bentuk video.
c) Guru meminta kelompok mempresentasikan hasil diskusinya
tentang daur biogeokimia pada kelompok lainnya.
d) Guru mempersilahkan kelompok lain untuk memberikan
pertanyaan kepada kelompok yang presentasi
Sintaks yang direncanakan ini dilakukan dengan baik oleh guru
dimana guru tampak lebih tegas dalam membimbing siswa. Sintaks
yang belum terlaksana akan dilanjutkan pada pertemuan ketiga pada
14 Mei 2012.
3) Pertemuan ke tiga
Pertemuan ketiga dilaksanakan pada Senin, 14 Mei 2012 pada
jam ke- 8 selama satu jam pelajaran (45 menit). Guru mengawali
pembelajaran dengan salam dan memberikan motivasi, kemudian guru
mengingatkan siswa pada materi pertemuan sebelumnya. Sintaks
pembelajaran yang dilaksanakan guru pada pertemuan ketiga ini
tertulis pada poin (a) sampai dengan (d).
a) Guru memberikan konfirmasi mengenai semua materi, video, dan
pertanyaan yang diberikan.
b) Guru menuntun siswa untuk menyimpulkan materi pelajaran
c) Guru memberikan evaluasi melalui post tes.
d) Guru memberikan salam penutup
Sintaks pada pertemuan ke tiga ini telah dilaksanakan dengan
lebih baik oleh guru. Hasil pengamatan observer menunjukkan bahwa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
keseluruhan sintaks pembelajaran ini dapat selesai dan terlaksana
sesuai dengan yang telah direncanakan.
c. Observasi dan Evaluasi
Seperti halnya pada siklus 1, tahap observasi ini dilaksanakan
selama proses pembelajaran berlangsung. Tahap ini meliputi pengisian
lembar observasi oleh observer, pengisian angket oleh semua siswa kelas
X-1, dokumentasi kegiatan pembelajaran (log book dan rekaman video),
post test, dan wawancara 3-4 siswa kelas X-1. Observasi dilakukan oleh
tiga orang observer dengan menggunakan lembar observasi motivasi
belajar siswa, iklim kelas, keterlaksanaan sintaks integrasi media ICT ke
dalam collaborative learning oleh guru dan siswa, lembar observasi ranah
afektif dan psikomotorik sebagai data pendukung.
Pada siklus 2, peneliti juga menggunakan angket sebagai sumber
data. Angket diberikan setelah proses pembelajaran siklus 2 berakhir.
Angket berisi 40 butir item tentang motivasi belajar siswa dan iklim kelas
serta 16 butir item angket kepuasan penerapan integrasi media ICT ke
dalam collaborative learning yang harus diisi oleh semua siswa kelas X-1.
Hasil perolehan data pada siklus 2 secara detail dijabarkan sebagai berikut:
1) Iklim Kelas
Seperti pada siklus 1, pengamatan terhadap aspek iklim kelas
ini berdasarkan empat indikator iklim kelas yang muncul dan dapat
diamati oleh observer pada saat pembelajaran. Seorang observer
mengamati 2-3 kelompok kolaboratif yang terdiri dari 10-15 siswa.
Lembar observasi berisikan pernyataan “ya” dan “tidak” yang
pengisiannya didasarkan pada rubrik ketercapaian indikator aspek
iklim kelas. Melalui proses triangulasi metode yang terdapat pada
Lampiran 3, besarnya iklim kelas ini terlihat pada saat pengamatan
oleh observer melalui lembar observasi (LO). Hasil persentase capaian
tiap indikator aspek iklim kelas pada siklus 1 disajikan pada Tabel 4.8.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
Tabel 4.8. Persentase Capaian Indikator Hasil Observasi Iklim Kelas
Siklus 2
No Indikator Iklim Kelas Persentase (%) 1 Kekompakkan siswa dalam kelas 81,08 2 Keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran
biologi. 78,38
3 Kepuasan siswa selama mengikuti pembelajaran biologi.
48,65
4 Dukungan guru dalam kegiatan pembelajaran biologi.
86,49
Rata-Rata 73,65
Berdasarkan Tabel 4.8, rata-rata capaian indikator iklim kelas
untuk lembar observasi siklus 2 sebesar 73,65% dengan besar
persentase tiap indikator antara 48,65%-86,49%. Hasil ini dijabarkan
lengkap pada perhitungan yang tercantum dalam Lampiran 14.
Hasil observasi menunjukkan bahwa iklim kelas di kelas X-1
tampak kondusif, siswa aktif dan saling berinteraksi. Semua indikator
muncul dan dapat lebih diamati oleh observer saat pemberian tindakan
berlangsung. Indikator terendah ada pada kepuasan siswa selama
mengikuti pembelajaran biologi. Berdasarkan pengamatan, indikator
sudah cukup tampak oleh observer sehingga bias diamati. Kepuasan
siswa ditunjukan dengan siswa tampak senang, tertarik, antusias
mengikuti pembelajaran, menerima penjelasan guru, dan menerima
jawaban guru atas pertanyaannya. Peningkatan yang terjadi dalam
tindakan siklus 2 ini, didukung pula oleh angket dan wawancara.
Indikator tertinggi masih sama seperti pada siklus 1 yaitu ada pada
dukungan guru dalam kegiatan pembelajaran biologi. Guru terlihat
sudah membantu dan membimbing siswa dalam pembelajaran dengan
lebih tegas misalnya dengan menasehati siswa yang ramai dan
mengurangi nilai siswa yang tetap tidak mematuhi peraturan
pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
Indikator lain yaitu kekompakkan siswa dalam kelas dan
keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran biologi menunjukan
persentase yang baik daripada siklus 1. Kedua indikator ini mudah
diamati oleh observer. Secara umum siswa tampak lebih kompak dan
terlibat dalam pembelajaran dibandingkan dengan iklim kelas pada
siklus 1.
Hubungan atau interaksi yang terjadi antarsiswa tampak baik,
berjalan kondusif, dan sesuai prosedur. Pembelajaran collaborative
learning seperti ini, memfasilitasi siswa untuk saling berinteraksi
dalam kelompoknya maupun dengan kelompok lain. Didukung dengan
media ICT, interaksi antarsiswa menjadi semakin terlihat. Guru tidak
lagi mendominasi kelas (teacher-centered) karena dengan
pembelajaran seperti ini guru menjadi fasilitator, pengarah, dan
pembimbing siswa.
Hasil angket pada siklus 2 ini memperkuat hasil observasi
iklim kelas. Hasil prosentase angket tidak jauh dari hasil observasi
yaitu sebesar 77,91%. Berdasar hasil rata-rata skor angket yang
kemudian dicocokkan dengan tabel standar evaluasi kualitas
pembelajaran menurut Widoyoko (2011:263), menunjukkan iklim
kelas sudah baik. Dilihat dari peningkatan tiap indikator iklim kelas,
siklus 2 dengan integrasi media ICT ke dalam collaborative learning
ini dapat meningkatkan ke empat indikator iklim kelas di kelas X-1.
Guru telah menunjukkan kinerja yang lebih baik untuk meningkatkan
iklim kelas. Pada siklus 2 ini kekompakan, keterlibatan, kepuasan
siswa, dan dukungan guru sudah meningkat optimal dan telah
mencapai target yang ditentukan. Hasil ini juga diperkuat oleh
wawancara.
Berdasarkan hasil wawancara dengan tiga orang siswa,
diperoleh informasi bahwa pembelajaran dengan mengintegrasikan
media ICT ke dalam collaborative learning di siklus 2 ini lebih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
memfasilitasi siswa untuk berdiskusi dan berinteraksi bersama teman-
teman. Siswa mudah berinteraksi dengan siswa lain terutama teman
sekelompok. Selain itu, dukungan guru juga lebih baik dari
sebelumnya, misalnya dalam memberi konfirmasi dan menjawab
pertanyaan siswa. Media ICT yang digunakan juga menarik dan
memudahkan siswa dalam mencerna materi. Pada siklus ini siswa
merasa lebih puas pada pembelajaran karena guru selalu membantu
kesulitan siswa.
Hasil wawancara dengan guru menunjukkan bahwa
pembelajaran dengan integrasi media ICT ke dalam collaborative
learning pada siklus 2 dengan materi baru ini mendapat repon yang
lebih baik dari siswa. Menurut guru, secara umum proses pembelajaran
siklus 2 ini lebih baik dibandingkan siklus 1. Suasana kelas lebih
kondusif dari sebelumnya walaupun masih ada siswa yang membuat
kegaduhan. Kerjasama antarsiswa dalam kelompok lebih terlihat,
apalagi dalam memperagakan peran untuk materi jaring-jaring
makanan, mereka tampak kompak dan telah ada pembagian tugas yang
jelas dalam tiap kelompok. Keaktifan siswa lebih baik yang
ditunjukkan dengan banyaknya siswa yang memberikan pendapat,
bertanya, dan menjawab pertanyaan guru.
Berdasarkan hasil observasi, angket, dan wawancara tersebut
dapat disimpulkan bahwa iklim kelas X-1 pada siklus 2 ini mengalami
peningkatan disbanding siklus 1. Peningkatan sudah melebihi target
penelitian sehingga dapat disimpulkan bahwa peningkatan telah
optimal.
2) Motivasi Belajar
Seperti pada siklus 1, motivasi belajar siswa yang diukur di
kelas X-1 ini dibagi menjadi 10 indikator penting. Besarnya aspek
motivasi belajar siswa di kelas X-1 ini diketahui melalui pengambilan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
data berupa observasi, angket, dan wawancara. Melalui proses
triangulasi metode pada Lampiran 3, besarnya motivasi belajar siswa
ini diketahui dari pengisian angket oleh siswa. Angket digunakan
sebagai instrumen yang hasil pengisiannya yang dilakukan oleh siswa
dapat digunakan untuk mengetahui kondisi awal siswa yang meliputi
aspek motivasi belajar siswa (Lampiran 2). Angket diberikan pada
seluruh siswa kelas X-1 sebanyak 37 siswa. Setiap siswa mengisi
angket secara mandiri dengan memberikan tanda checklist (v) pada
setiap interval yang dikehendakinya.
Pengambilan data melalui angket ini dilakukan di akhir siklus 2
dan berguna untuk mengatahui motivasi belajar siswa kelas X-1 dari
sudut pandang siswa. Angket motivasi belajar siswa ini berisi 24 butir
item yang berhubungan dengan motivasi belajar siswa yang terbagi
menjadi sepuluh indikator. Berdasarkan angket yang telah diisi siswa,
besar prosentase tiap indikator dalam aspek motivasi belajar siswa
tertera dalam Tabel 4.9.
Tabel 4.9. Persentase Capaian Indikator Hasil Angket Motivasi Belajar
Siswa Siklus 2
No Indikator Motivasi Belajar Siswa Persentase (%) 1 Sensitif terhadap hal-hal yang berkaitan
dengan peningkatan prestasi 80,00
2 Kegiatan-kegiatan untuk mencapai prestasi 74,32 3 Cermat menentukan target prestasi 76,22 4 Usaha menangulangi berbagai penghambat
pencapaian keberhasilan 74,86
5 Menemukan suatu cara penyelesaian masalah yang lebih singkat dan mudah
74,05
6 Minat siswa pada pelajaran 74,86 7 Menyukai tantangan baik dari dalam
maupun luar 75,41
8 Kesempurnaan penyelesaian tugas 76,76 9 Melakukan kegiatan diskusi dengan baik 75,68 10 Percaya diri dan tangguh dalam
pembelajaran dan menyelesaikan tugas 80,81
Rata-Rata 77,30
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
Berdasarkan Tabel 4.9, rata-rata capaian indikator motivasi
belajar siswa untuk angket siklus 2 adalah 77,30% dengan nilai
indikator motivasi belajar siswa berkisar antara 74,05% - 80,81%.
Hasil perhitungan ini dijabarkan pada Lampiran 3.
Indikator tertinggi ada pada percaya diri dan tangguh dalam
pembelajaran dan menyelesaikan tugas dengan materi ekosistem yaitu
sebesar 80,81%. Ini menunjukkan bahwa siswa memiliki motivasi
yang lebih besar dalam dirinya untuk mengerjakan tugas-tugas sesuai
kemampuan. Siswa merasa lebih bersemangat dalam mengerjakan
tugas-tugas yang diberikan karena yakin bawa dengan melakukan hal
tersebut, pengetahuannya akan bertambah dan nilainya bisa lebih baik.
Sedangkan indikator terendah ada pada menemukan suatu cara
penyelesaian masalah yang lebih singkat dan mudah yaitu sebesar
74,05%. Berdasarkan hasil rata-rata skor angket yang kemudian
dicocokkan dengan tabel standar evaluasi kualitas pembelajaran
menurut Widoyoko (2011:263), menunjukkan bahwa motivasi belajar
siswa pada siklus 2 sudah baik. Berdasar hasil angket, beberapa siswa
merasa sulit menghafal istilah-istilah dalam ekosistem. Mereka merasa
lebih tertarik untuk langsung mengobservasi video yang diberikan.
Data dari angket motivasi belajar siswa ini akan didukung dengan hasil
wawancara beberapa siswa dan hasil angket kepuasan.
Data hasil angket ini diperkuat pula dengan hasil observasi
motivasi belajar. Dari hasil pengamatan, munculnya indikator ini
terlihat bahwa siswa tampak segera mengerjakan tugas-tugas dan
perintah yang diberikan guru. Secara umum siswa dalam tiap
kelompoknya memiliki motivasi yang baik seperti pengerjaan tugas
dan minat belajar. Hasil ini juga akan diperkuat dengan wawancara
yang secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 3.
Berdasarkan hasil wawancara dengan tiga orang siswa,
diperoleh informasi bahwa pembelajaran dengan mengintegrasikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
media ICT ke dalam collaborative learning di siklus 2 ini lebih
menarik dan tidak membosankan. Menurut mereka, materi ekosistem
terutama tentang aliran energi misalnya jaring-jaring dan rantai
makanan lebih mudah untuk mereka pahami melalui video yang
ditampilkan maupun melalui peragaan peran. Siswa merasa menjadi
lebih bersemangat untuk mempelajari materi ekosistem dan
mengerjakan tugas-tugas yang diberikan. Selain itu, siswa juga ingin
mendapatkan nilai yang baik pada tes nanti. Media ICT yang
digunakan juga menarik dan memudahkan siswa dalam mencerna
materi. Siswa sudah merasa akrab dan dekat dengan kelompoknya
sehingga lebih percaya diri dalam menyampaikan pendapat dan
bertanya. Pada pembelajaran selanjutnya siswa mengharapkan agar
pembelajaran lebih bervariasi dan lebih mengoptimalkan penggunaan
media-media pembelajaran.
Hasil wawancara dengan guru menunjukkan bahwa
pembelajaran dengan integrasi media ICT ke dalam collaborative
learning pada siklus 2 dengan materi baru ini mendapat repon yang
lebih baik dari siswa. Menurut guru, secara umum proses pembelajaran
siklus 2 ini lebih baik dibandingkan siklus 1. Guru merasa telah
memberikan motivasi yang lebih banyak lagi daripada sebelumnya dan
bersikap lebih tegas kepada siswa-siswa yang tidak menaati ketentuan.
Siswa juga tampak lebih aktif dan menanggapi pertanyaan dan
pancingan dari guru. Kemudian media ICT berupa video daur
biogeokimia yang diobservasi tiap kelompok masih kurang jelas
senhingga guru perlu menerangkan kembali mekanisme daur
biogeokimia. Kekurangan yang dirasakan guru dalam pembelajaran
seperti ini pada siklus 2 adalah tingkat kepahaman siswa pada materi
daur biogeokimia.
Ketiga metode perolehan data peningkatan motivasi belajar
siswa tersebut menunjukan bahwa motivasi belajar di kelas X-1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
meningkat dibandingkan dengan hasil siklus 1. Besarnya prosentase
peningkatan telah mencapai target yang ditetapkan yaitu sebesar 60%.
Berdasarkan hasil ini, dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar siswa
kelas X-1 meningkat secara optimal pada siklus 2.
3) Data Pendukung
Hasil triangulasi metode ini didukung pula dengan data
pendukung seperti keterlaksanaan sintaks pembelajaran, hasil angket
kepuasan penggunaan metode, dokumentasi, dan hasil evaluasi yang
dijabarkan sebagai berikut.
a) Hasil Lembar Observasi Keterlaksanaan Sintaks
Lembar observasi (LO) keterlaksanaan sintaks integrasi
media ICT ke dalam collaborative learning ini terdiri dari LO
keterlaksanaan sintaks oleh guru dan siswa. Berdasarkan hasil
pengamatan tiga observer, guru jauh lebih lancar melaksanakan
sintaks ini dibandingkan dengan siklus 1. Guru sudah
melaksanakan sintaks secara urut. Pada pertemuan pertama (Senin,
7 Mei 2012), guru memberikan penjelasan dan pengarahan
mengenai pembelajaran yang akan dilakukan dengan lebih baik.
Guru sudah tampak lebih tegas dan bersuara lebih lantang. Pada
pertemuan kedua, guru melakukan langkah pembelajaran lebih
baik, waktu yang diberikan untuk diskusi, penyelesaian tugas, dan
presentasi lebih banyak disbanding sebelumnya sehingga kinerja
guru maupun siswa terlihat sudah lebih baik. Pada pertemuan
ketiga, guru terlihat semakin dapat mengontrol jalannya
pembelajaran yang terlihat dari siswa yang lebih fokus pada
pembelajaran dan arahan guru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
b) Hasil Angket Kepuasan Penerapan Integrasi Media ICT ke
dalam Collaborative Learning
Pengambilan data melalui angket ini dilakukan di akhir
siklus 2 dan berguna untuk mengatahui besarnya kepuasan siswa
kelas X-1 dari sudut pandang siswa terhadap penerapan integrasi
media ICT ke dalam collaborative learning. Berdasarkan angket
yang telah diisi siswa, besar prosentase tiap indikator tertera dalam
Tabel 4.10.
Tabel 4.10. Hasil Angket Kepuasan Penerapan Integrasi Media ICT
ke dalam Collaborative Learning Siklus 2
No Indikator Kepuasan Siswa Persentase (%) 1 Perhatian dan tindakan nyata dalam
bentuk partisipasi kegiatan belajar 84,68
2 Kegiatan untuk menilai sesuatu secara terencana dan sistematik.
84,59
3 Proses penilaian berdasarkan tujuan yang jelas
87,84
4 Pembentuk kesungguhan hati untuk menerima yang kecil dan sederhana
84,59
5 penggunaan kekuatan untuk pencapaian tertinggi dari tujuan
82,43
6 Hasil kerja yang dicapai dalam melaksanakan tugas yang dibebankan
86,22
Rata-Rata 85,06
Berdasarkan Tabel 4.10, rata-rata capaian indikator
kepuasan siswa untuk angket siklus 2 adalah 85,06% dengan nilai
indikator kepuasan siswa berkisar antara 82,43% - 87,84%. Hal ini
menunjukan bahwa 80% lebih siswa menyukai penerapan
integrasi media ICT ke dalam collaborative learning pada
pembelajaran biologi materi ekosistem dan meningkatkan
kepuasan siswa dalam belajar yang ditunjukkan dengan tingginya
minat dan partisipasi dalam pembelajaran. Hasil yang sama juga
diperoleh dari rata-rata skor angket yang kemudian dicocokkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
dengan tabel standar evaluasi kualitas pembelajaran menurut
Widoyoko (2011:263), menunjukkan bahwa integrasi media ICT
ke dalam collaborative learning pada siklus 2 ini sudah sangat
baik. Hal ini juga ditunjukkan dengan iklim kelas yang lebih
kondusif dengan diterapkannya pembelajaran seperti ini. Hasil
angket ini dijabarkan pada Lampiran 3. Hasil ini akan didukung
pula dengan data wawancara.
c) Dokumentasi
Dokumentasi diperlukan sebagai data pendukung untuk
mengetahui peningkatan motivasi belajar siswa dan iklim kelas di
kelas X-1 dan juga sebagai bukti bahwa pembelajaran berlangsung
dengan sintaks penerapan integrasi media ICT ke dalam
collaborative learning pada pembelajaran biologi materi
ekosistem. Dokumentasi pada siklus 2 ini adalah dengan catatan
lapangan dalam bentuk log book yang ditulis oleh peneliti selama
proses pembelajaran berlangsung dan juga video pembelajaran
yang direkam dengan kamera digital.
Secara umum hasil catatan ini berisi kejadian-kejadian
penting yang dilakukan oleh guru dan siswa. Hasil analisis
menunjukkan bahwa iklim kelas lebih hidup dan kondusif untuk
belajar seperti halnya pada siklus 1. Sementara aspek motivasi
belajar siswa yang tampak, seperti ketekunan dalam pengerjaan
tugas (LKS) dan minat dalam pembelajaran menunjukan
peningkatan daripada kondisi siklus 1. Sedangkan hasil video
menunjukkan aktivitas guru dan siswa selama pembelajaran yang
memvisualisasikan sintaks yang ada pada RPP.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
d) Hasil Evaluasi
Hasil evaluasi atau hasil belajar siswa kelas X-1 materi
ekosistem yang dinilai pada akhir siklus 2, terdiri dari tiga ranah
yaitu kognitif, psikomotorik, dan afektif. Hasil evaluasi ini
hanyalah sebagai data pendukung penelitian dan nantinya akan
diberikan pada guru dan sekolah untuk keperluan penilaian dan
tidak akan dibahas secara detail dalam laporan ini. Hasil ranah
kognitif berupa nilai LKS dan post test dengan nilai rata-rata kelas
sebesar 85,70. Nilai rata-rata ini meningkat sebanyak 1,24%. Nilai
terendah sebesar 78,50 dan nilai tertinggi sebesar 92,50. Batas
tuntas ranah kognitif untuk pelajaran biologi ini sebesar 75. Tabel
4.11 berikut menunjukkan ketuntasan siswa pada siklus 2.
Tabel 4.11. Persentase Ketuntasan Belajar Siswa untuk Tes
Evaluasi Siklus 2
Ktiteria Frekuensi Persentase(%) Tuntas 37 100,00 Belum tuntas 0 00,00
Jumlah 37 100
Tabel 4.11 menunjukkan bahwa semua siswa telah
mencapai batas tuntas karena nilainya lebih dari 75. Hasil ini
secara lengkap dijabarkan pada Lampiran 3.
Data nilai dari ranah psikomotorik dan afektif diperoleh
melalui observasi pada kelompok-kelompok kolaboratif (Lampiran
1). Nilai ranah psikomotorik dalam bentuk abjad menunjukkan
bahwa 6 kelompok mendapat A dan 2 kelompok lainnya mendapat
B. Sedangkan ranah afektif yang terdiri dari tujuh indikator
dijabarkan dalam Tabel 4.12.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
Tabel 4.12. Persentase Hasil Observasi Ranah Afektif Siswa
Siklus 2
No Indikator Ranah Afektif Persentase (%) 1 Disiplin dalam peraturan dan waktu 86,49 2 Berani dan santun dalam berpendapat. 59,46 3 Bertanggung jawab 100,00 4 Bekerja sama dalam kelompok 89,19 5 Jujur dan mandiri dalam mengerjakan
tugas 100,00
6 Tekun dan tidak mudah menyerah 100,00 7 Rasa ingin tahu yang tinggi terhadap
pembelajaran. 59,46
Rata-Rata 84,94
Hasil observasi tersebut menunjukkan bahwa ranah afektif
siswa sudah baik dan mengalami peningkatan sebesar 14,67%
daripada siklus 1. Semua indikator mengalami peningkatan dan
hasilnya lebih dari 50%. Bila dikonversikan ke dalam huruf,
sebanyak empat kelompok mendapat nilai A, dan empat kelompok
lain B. Hasil ini dijabarkan pada Lampiran 3.
e) Analisis dan Refleksi
Analisis dan refleksi diperlukan guna perbaikan untuk siklus
selanjutnya ataupun sebagai pertimbangan peneliti dan guru untuk
menghentikan atau melanjutkan siklus ke berikutnya. Tahap ini
meliputi kegiatan yang mengulas perubahan dan permasalahan yang
terjadi dalam proses pembelajaran yang meliputi iklim kelas dan
motivasi belajar siswa saat pelaksanaan proses pembelajaran siklus 2.
Hasil analisis umum pada siklus 2 adalah sebagai berikut.
1) Iklim kelas telah menunjukkan adanya peningkatan dibandingkan
dengan hasil siklus 1. Target sudah tercapai secara maksimal.
Sebagian besar siswa (lebih dari 75%) telah terlibat dalam
pembelajaran, siswa yang gaduh dengan bermain sendiri sudah
berkurang, siswa lebih tertib mengikuti prosedur pembelajaran,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
siswa juga lebih mandiri dalam mengerjakan tugas yang diberikan
oleh guru. Beberapa indikator dari iklim kelas sudah meningkat
dibandingkan hasil siklus 1.
2) Motivasi belajar siswa telah menunjukkan adanya peningkatan
dibandingkan dengan hasil siklus 1. Target sudah tercapai secara
maksimal. Sebagian besar siswa (lebih dari 70%) telah
bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan dan berminat
pada pembelajaran.
3) Keterlaksanaan penerapan integrasi media ICT ke dalam
collaborative learning di kelas X-1 pada siklus 2 ini telah berjalan
sesuai sintaks yang ada. Hal ini terlihat pada saat observasi dimana
guru lebih lancar dalam menerapkan pembelajaran ini. Hal ini
tampak dari semua langkah pembelajaran dilakukan guru dengan
baik dan urut.
Sedangkan hasil refleksi yang dilakukan peneliti pada siklus 2 adalah
sebagai berikut.
1) Hasil refleksi siklus 2 menunjukkan bahwa guru telah
melaksanakan sintaks pembelajaran sesuai apa yang ada dalam
RPP. Selanjutnya, diharapkan guru tetap melaksanakan
pembelajaran sesuai sintaks dalam RPP.
2) Hasil refleksi siklus 2 menunjukkan bahwa guru mampu mengelola
atau mengatur waktu pemelajaran dengan baik. Guru tampak lebih
tegas terhadap siswa. Ketegasan guru ini harus terus belanjut agar
pembelajaran berjalan sesuai dengan apa yang telah direncanakan.
3) Hasil refleksi siklus 2 menunjukkan bahwa hasil observasi
motivasi belajar siswa telah mencapai target yang ditentukan.
Sebagai tindak lanjutnya, guru tetap harus memotivasi siswa agar
keinginan siswa untuk mempelajari materi yang lain dalam biologi
lebih besar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
4) Hasil refleksi siklus 2 menunjukkan bahwa siswa mampu
mengikuti prosedur pembelajaran dengan baik. Siswa dan
kelompok-kelompok sudah mengerti apa yang harus dilakukan.
5) Hasil refleksi siklus 2 menunjukkan bahwa siswa tertib dan
bertanggung jawab dalam pembelajaran. Ini terlihat dari jumlah
siswa yang membuat gaduh dengan bermain-main, kurang tertib
mengikuti prosedur pembelajaran, mengobrol dengan
kelompoknya sudah berkurang. Dalam pembelajaran selanjutnya,
guru harus selalu tegas pada siswa dan tidak ragu memberikan
hukuman bila dirasa sangat perlu.
6) Penyusunan rencana pengajaran (RPP) telah sesuai dengan tahap-
tahap pelaksanaan pembelajaran dengan integrasi media ICT ke
dalam collaborative learning.
Hasil yang dicapai pada pelaksanaan tindakan siklus 2 telah
mencapai target yang ditentukan peneliti sebelumnya yaitu
peningkatan menjadi 65% untuk aspek iklim kelas dan 60% untuk
aspek motivasi belajar siswa. Hasil siklus 2 pun juga jelas mengalami
peningkatan dibandingkan siklus sebelumnya untuk kedua aspek
tersebut. Berdasarkan hasil tersebut, peneliti dan guru memutuskan
untuk menghentikan siklus. Ada dua alasan utama kami menghentikan
siklus yaitu telah terjadi peningkatan yang telah melampaui target yang
ditetapkan pada dua aspek yang menjadi target peningkatan yaitu
iklim kelas dan motivasi belajar siswa. Peningkatan ini didukung
dengan data-data yang telah dijabarkan sebelumnya. Alasan kedua
adalah untuk mengutamakan kepentingan sekolah bersangkutan yang
akan segera melakukan Ujian Akhir Semester (UAS) yang
mengharuskan guru melakukan persiapan sebelum ujian tersebut.
Menurut peneliti dan guru, dua alasan ini sudah cukup sebagai bahan
pertimbangan untuk menghentikan siklus dalam penelitian tindakan
kelas ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
C. Perbandingan Hasil Tindakan Antarsiklus
Bagian ini memaparkan tentang perbandingan hasil masing-masing aspek
yang merupakan target peningkatan yaitu iklim kelas motivasi belajar siswa pada
pelajaran biologi materi ekosistem dari pratindakan, siklus 1, dan siklus 2.
Perbandingan ini akan diperjelas dengan gambar grafik yang menunjukkan
adanya peningkatan antara sebelum diberi tindakan dan setelah diberi tindakan.
1. Iklim Kelas
Gambaran peningkatan iklim kelas melalui pengamatan oleh observer
disajikan pada Gambar 4.1.
Catatan: Target iklim kelas = 65%
Gambar 4. 1. Grafik Perubahan Persentase Indikator Hasil Observasi Iklim Kelas
Pratindakan, Siklus 1 dan Siklus 2
Berdasarkan Gambar 4.1, terlihat bahwa penerapan integrasi media ICT ke
dalam collaborative learning dapat meningkatkan iklim kelas X-1 pada hampir
semua indikator. Peningkatan signifikan terlihat pada prasiklus menuju siklus 1.
Keterangan
indikator:
1. Kekompakkan siswa
2. Keterlibatan siswa dalam pembelajaran
3. Kepuasan siswa
4. Dukungan guru dalam kegiatan pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
Terlihat bahwa siklus 2 mengalami sedikit peningkatan dibandingkan siklus 1.
Bila ditabulasikan, peningkatan ini akan tampak pada Tabel 4.13.
Tabel 4.13. Persentase Capaian Indikator Hasil Observasi Iklim Kelas
Pratindakan, Siklus 1 dan Siklus 2
No Indikator Capaian Indikator (%) Pratindakan Siklus 1 Siklus 2
1 Kekompakkan siswa 0,00 72,97 81,08 2 Keterlibatan siswa dalam pembelajaran 46,00 75,68 78,38 3 Kepuasan siswa 35,00 29,73 48,65 4 Dukungan guru dalam kegiatan
pembelajaran 100,00 83,78 86,49
Rata-rata 45,27 65,54 73,65
Tabel 4.13 menunjukkan bahwa pemberian tindakan berupa integrasi
media ICT ke dalam collaborative learning dapat meningkatkan iklim kelas. Hasil
ini berdasarkan pengamatan observer melalui LO. Target peningkatan yang
ditetapkan pun sudah tercapai pada siklus 1 dan hasilnya tampak lebih optimal
pada siklus 2. Grafik yang menunjukkan peningkatan persentase setiap siklus
disajikan pada Gambar 4.2.
Grafik Peningkatan Persentase Hasil Observasi Iklim Kelas
0
10
20
30
40
50
60
70
80
Pra Siklus 1 Siklus 2
Siklus ke-
Per
sen
tase
(%
)
NilaiRata-Rata
Catatan: Target iklim kelas = 65%
Gambar 4.2. Grafik Peningkatan Persentase Hasil Observasi Iklim Kelas
45,27
65,54 73,65
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
Gambar 4.2 memperlihatkan bahwa iklim kelas meningkat pada setiap
siklusnya. Peningkatan terbesar terjadi pada siklus 1 yang dibandingkan dengan
hasil pratindakan. Berdasarkan standar evaluasi kualitas pembelajaran dalam
Widoyoko (2011:263), ikim kelas di X-1 meningkat dari kurang baik pada
pratindakan menjadi cukup baik pada siklus 2. Peningkatan ini telah mencapai
target penelitian namun belum optimal. Peningkatan yang optimal terjadi pada
siklus 2. Siklus dihentikan setelah terjadi peningkatan yang optimal berdasarkan
keyakinan dan kesepakatan antara guru dan peneliti.
2. Motivasi Belajar Siswa
Gambaran peningkatan motivasi belajar siswa melalui perhitungan
angket yang diisi oleh siswa kelas X-1 disajikan pada Gambar 4.3.
Catatan: Target motivasi belajar siswa = 60%
Gambar 4.3. Grafik Perubahan Persentase Indikator Hasil Angket Motivasi
Belajar Siswa Pratindakan, Siklus 1, dan Siklus 2
Keterangan indikator: 1. Sensitif terhadap hal-hal yang berkaitan dengan peningkatan prestasi 2. Kegiatan untuk mencapai prestasi 3. Cermat menentukan target prestasi 4. Usaha menanggulangi berbagai penghambat dalam pencapaian prestasi 5. Menemukan suatu cara penyelesaian masalah yang lebih singkat dan mudah 6. Minat siswa pada pelajaran 7. Menyukai tantangan baik dari dalam maupun luar 8. Kesempurnaan penyelesaian tugas 9. Melakukan kegiatan diskusi dengan baik 10. Percaya diri dan tangguh dalam pembelajaran dan menyelesaikan tugas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
Berdasarkan Gambar 4.3, terlihat bahwa penerapan integrasi media ICT ke
dalam collaborative learning dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas X-
1 pada hampir semua indikator. Peningkatan signifikan terlihat pada pratindakan
menuju siklus 1. Terlihat bahwa siklus 2 mengalami sedikit peningkatan
dibandingkan siklus 1. Tabel 4.14 berikut ini menunjukkan peningkatan itu.
Tabel 4.14. Persentase Capaian Indikator Hasil Angket Motivasi Belajar Siswa
Pratindakan, Siklus 1, dan Siklus 2
No Indikator Capaian Indikator (%) Pratindakan Siklus 1 Siklus 2
1 Sensitif terhadap hal-hal yang berkaitan dengan peningkatan prestasi
37,84 75,41 80,00
2 Kegiatan-kegiatan untuk mencapai prestasi
57,84 79,73 74,32
3 Cermat menentukan target prestasi 40,81 73,51 76,22 4 Usaha menanggulangi berbagai
penghambat pencapaian keberhasilan
58,38 72,97 74,86
5 Menemukan suatu cara penyelesaian masalah yang lebih singkat dan mudah
59,73 71,62 74,05
6 Minat siswa pada pelajaran 53,51 72,30 74,86 7 Menyukai tantangan baik dari
dalam maupun luar 42,43 71,08 75,41
8 Kesempurnaan penyelesaian tugas 44,86 64,69 76,76 9 Melakukan kegiatan diskusi
dengan baik 42,97 70,81 75,68
10 Percaya diri dan tangguh dalam pembelajaran dan menyelesaikan tugas
50,54 73,78 80,81
Rata-rata 48,89 72,58 77,30
Tabel 4.14 menunjukkan bahwa pemberian tindakan berupa integrasi
media ICT ke dalam collaborative learning dapat meningkatkan motivasi belajar
siswa. Hasil ini berdasarkan pengisian angket oleh siswa. Target peningkatan
yang ditetapkan pun sudah tercapai pada siklus 1 dan hasilnya tampak lebih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
optimal pada siklus 2. Grafik yang menunjukan peningkatan persentase setiap
siklus disajikan pada Gambar 4.4.
Grafik Peningkatan Persentase Hasil Angket Motivasi
Belajar Siswa
0
20
40
60
80
100
Pra Siklus 1 Siklus 2
Siklus ke-
Per
sen
tase
(%
)
NilaiRata-Rata
Catatan: Target motivasi belajar siswa = 60%
Gambar 4.4. Grafik Peningkatan Persentase Hasil Angket Motivasi Belajar Siswa
Gambar 4.4 memperlihatkan bahwa motivasi belajar siswa meningkat
pada setiap siklusnya. Peningkatan terbesar terjadi pada siklus 1 yang
dibandingkan dengan hasil prasiklus. Peningkatan ini telah mencapai target
penelitian namun belum optimal. Peningkatan yang optimal terjadi pada siklus 2.
Berdasarkan perankingan dan kategori standar evaluasi kualitas pembelajaran
dalam Widoyoko (2011:263), motivasi belajar siswa di kelas X-1 meningkat dari
kurang baik pada pratindakan menjadi cukup baik pada siklus 1 dan meningkat
menjadi lebih baik pada siklus 2. Siklus dihentikan setelah terjadi peningkatan
yang optimal berdasarkan keyakinan dan kesepakatan antara guru dan peneliti.
48,89
72,58 77,30
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
3. Data Pendukung
Data pendukung diperlukan dalam penelitian ini guna mendukung data
pokok yang diperoleh sehingga peningkatan yang terjadi lebih terlihat dalam
pembelajaran. Penelitian tindakan kelas yang menargetkan peningkatan iklim
kelas dan motivasi belajar siswa ini menggunakan data angket kepuasan
penerapan integrasi media ICT ke dalam collaborative learning untuk
mengetahui apakah iklim kelas dan motivasi belajar siswa sudah benar-benar
meningkat dengan diterapkannya pembelajaran tersebut. Hasil angket
kepuasan yang telah diisi siswa ini disajikan dalam Tabel 4.15.
Tabel 4.15 Persentase Hasil Angket Kepuasan Penerapan Integrasi Media ICT
ke dalam Collaborative Learning Siklus 1 dan Siklus 2
No Indikator Capaian Indikator (%) Siklus 1 Siklus 2
1 Perhatian dan tindakan nyata dalam bentuk partisipasi kegiatan belajar
83,96 84,68
2 Kegiatan untuk menilai sesuatu secara terencana dan sistematik.
82,43 84,59
3 Proses penilaian berdasarkan tujuan yang jelas
84,05 87,84
4 Pembentuk kesungguhan hati untuk menerima yang kecil dan sederhana
81,08 84,59
5 penggunaan kekuatan untuk pencapaian tertinggi dari tujuan
81,35 82,43
6 Hasil kerja yang dicapai dalam melaksanakan tugas yang dibebankan
86,22 86,22
Rata-Rata 83,18 85,06
Berdasarkan Tabel 4.15, terlihat bahwa pembelajaran dengan integrasi
media ICT ke dalam collaborative learning memiliki prosentase yang tinggi
pada siklus 1 dan meningkat pada siklus 2. Ini menunjukkan bahwa
pembelajaran seperti ini disenangi oleh siswa. Berdasarkan kategori standar
evaluasi kualitas pembelajaran dalam Widoyoko (2011:263), kepuasan siswa
di kelas X-1 dengan integrasi media ICT ke dalam collaborative learning
meningkat dari baik pada siklus 1 menjadi sangat baik pada siklus 2. Tingkat
kepuasan siswa yang tinggi ini mendukung data peningkatan motivasi belajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
siswa dan iklim kelas karena kesenangan dan kepuasan terhadap penggunaan
model atau metode pembelajaran menunjukkan minat siswa yang tinggi pada
pembelajaran. Minat yang tinggi mengindikasikan bahwa motivasi belajar
siswa juga tinggi dan motivasi yang tinggi ini akan menciptakan klim kelas
yang kondusif untuk belajar.
Selain dari angket kepuasan siswa, data pendukung lainnya untuk
menunjukkan bahwa iklim kelas dan motivasi belajar siswa telah meningkat
adalah melalui hasil belajar siswa. Hasil belajar yang digunakan sebagai data
pendukung ini mencakup tiga ranah yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Nilai ranah kognitif diperoleh melalui post test yang dilakukan setiap akhir
siklus dan nilai LKS yang dikerjakan oleh siswa dalam kelompoknya. Berikut
ini adalah Tabel 4.16 yang menunjukkan ketuntasan belajar siswa pada tiap
siklus:
Tabel 4.16. Persentase Ketuntasan Belajar Siswa Siklus 1dan Siklus 2
No Indikator Capaian Indikator (%) Siklus 1 Siklus 2
1 Tuntas 86,49 100,00 2 Belum tuntas 13,51 0,00 Jumlah 100% 100%
Tabel 4.16 menunjukkan bahwa ketuntasan belajar siswa sudah baik
pada siklus 1 dan pada siklus 2 meningkat menjadi sangat baik karena semua
siswa tuntas dari batas ketuntasan yang ditetapkan sekolah sebesar 75.
Sedangkan nilai ranah afektif diperoleh dari observasi pada tiap kelompok
yang berkaitan dengan sikapnya selama pembelajaran berlangsung. Hasil
observasi ini tertuang dalam Tabel 4.17.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
Tabel 4.17. Persentase Capaian Indikator Ranah Afektif Siswa Siklus 1 dan
Siklus 2
No Indikator Capaian Indikator (%) Siklus 1 Siklus 2
1 Disiplin dalam peraturan dan waktu 100,00 86,49 2 Berani dan santun dalam berpendapat. 32,43 59,46 3 Bertanggung jawab 100,00 100,00 4 Bekerja sama dalam kelompok 81,08 89,19 5 Jujur dan mandiri dalam mengerjakan
tugas 100,00 100,00
6 Tekun dan tidak mudah menyerah 51,35 100 7 Rasa ingin tahu yang tinggi terhadap
pembelajaran. 27,03 59,46
Rata-Rata 70,27 84,94
Tabel 4.17 tersebut menggambarkan bahwa sikap siswa sudah cukup
baik pada siklus 1 dan meningkat menjadi lebih baik lagi pada siklus 2. Hasil
observasi ini menunjukkan bahwa sikap siswa yang tampak selama
pembelajaran sudah baik dan mencapai target yang telah tercantum pada RPP.
Nilai dari ranah psikomotorik juga digunakan peneliti sebagai data
pendukung. Nilai ini diperoleh melalui observasi kepada tiap kelompok
kolaboratif yang berkaitan dengan aktivitas psikomotorik mereka. Tabel 4.18
berikut menunjukkan nilai psikomotorik tiap kelompok pada siklus 1 dan
siklus 2.
Tabel 4.18. Perolehan Nilai Ranah Psikomotorik tiap Kelompok Siklus 1 dan
Siklus 2
No
Kelompok
Nilai Psikomotorik Siklus 1 Siklus 2
Angka Huruf Angka Huruf 1 I 81,25 A 81,25 A 2 II 75,00 B 87,50 A 3 III 62,25 B 87,50 A 4 IV 81,25 A 100,00 A 5 V 81,25 A 81,25 A 6 VI 75,00 B 100,00 A 7 VII 81,25 B 75,00 B 8 VIII 75,00 B 75,00 B
Rata-Rata 76,53 B 85,94 A
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
Berdasarkan Tabel 4.18, diketahui bahwa rata-rata nilai psikomotorik
sudah baik pada sikus 1 dan pada siklus 2 nilai ini meningkat menjadi sangat
baik. Hasil belajar dari 3 ranah ini semuanya menunjukan hasil yang baik dan
terjadi peningkatan pada siklus berikutnya. Hasil belajar yang baik
menunjukkan bahwa proses pembelajaran yang berlangsung juga baik dan
berkualitas, dimana motivasi belajar siswa dan iklim kelas yang baik
merupakan indikasi baiknya proses pembelajaran.
D. Pembahasan
Hasil analisis data menunjukkan bahwa pembelajaran dengan integrasi
media ICT ke dalam collaborative learning mampu meningkatkan iklim kelas dan
motivasi belajar siswa. Semua metode pengambilan data yang digunakan, baik itu
pengisian angket, observasi, maupun wawancara, menunjukkan hasil bahwa iklim
kelas dan motivasi belajar siswa di kelas X-1 mengalami peningkatan setelah
diberikan tindakan. Data pendukung seperti hasil belajar dan dokumentasi juga
mendukung terjadinya peningkatan ini. Hasil peningkatan yang signifikan terlihat
pada siklus 1 yang dibandingkan dengan kondisi pratindakan.
Penelitian ini bertujuan mengatasi permasalahan yang muncul di kelas X-
1 dengan cara memberikan solusi berupa penerapan pembelajaran yang diyakini
peneliti dan guru dapat mengatasi masalah yang muncul di kelas tersebut. Proses
ini setelah melalui kajian berbagai literatur dan diskusi kolaboratif bersama dosen
pembimbing dan guru. Ada beberapa masalah yang ditemukan saat observasi
awal, namun dua masalah yang diutamakan peneliti sebagai target penyelesaian di
kelas X-1 adalah iklim kelas dan motivasi belajar siswa. Target dikatakan tercapai
bila terjadi peningkatan aspek iklim kelas dan motivasi belajar siswa setelah
diberi tindakan berupa integrasi media ICT ke dalam collaborative learning.
Hasil pelaksanaan tindakan yang dijabarkan melalui perhitungan dan analisis data
serta didukung dengan data pendukung, menunjukkan terjadinya peningkatan
pada aspek iklim kelas dan motivasi belajar siswa. Besarnya peningkatan
ditunjukkan dengan persentase rata-rata tiap aspek yang telah mencapai target
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
penelitian sebesar 65% untuk aspek iklim kelas dan 60% untuk aspek motivasi
belajar siswa. Berikut ini adalah pembahasan dari masing-masing aspek:
1. Iklim Kelas
Iklim kelas menurut Widoyoko (2011: 209) adalah segala situasi yang
muncul akibat hubungan antara guru dan siswa atau hubungan antarsiswa
yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran. Iklim kelas yang diamati di
kelas X-1 ini dibagi menjadi empat indikator penting yaitu kekompakan siswa
dalam kelas, keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran biologi, Kepuasan
siswa selama mengikuti pembelajaran biologi, dan dukungan guru dalam
kegiatan pembelajaran biologi.
Pembelajaran dengan mengintegrasikan media ICT ke dalam
collaborative learning ini dapat meningkatkan iklim kelas karena
collaborative learning sendiri merupakan pendekatan pembelajaran yang
mendukung iklim kelas yang baik. Di dalam pendekatan ini terdapat metode-
metode seperti diskusi, problem solving, metode simulasi, dan bekerja
bersama dalam kelompok. Media ICT yang digunakan dalam penelitian ini
adalah video, gambar slide, internet, kamera, dan laptop. Penggunaan media
ini juga dapat meningkatkan iklim kelas.
Sintaks integrasi media ICT ke dalam collaborative learning ini
memiliki banyak potensi untuk memperbaiki iklim kelas X-1. Siswa
melakukan diskusi kelompok untuk menyelesaikan tugas atau permasalahan
dalam bentuk video. Kegiatan ini memerlukan kerjasama yang kompak dalam
tim guna menyajikan hasil karya berupa pembuatan video pengamatan
ekosistem dan peragaan jaring-jaring makanan kepada siswa lainnya. Proses
ini secara langsung akan menuntut siswa dalam kelompoknya untuk terlibat
dalam pembelajaran, berpartisipasi aktif, dan saling membantu agar tugas
yang diberikan cepat selesai, permasalahan yang ada segera terpecahkan, dan
penyajian hasil karya melalui presentasi berjalan dengan lancar sehingga
kelompok memperoleh nilai yang baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
Pembelajaran seperti ini juga memfasilitasi siswa dan guru untuk
saling berinteraksi. Guru tidak lagi menjadi sumber informasi (teacher-
centered) karena peran guru dalam pembelajaran ini adalah sebagai fasilitator
yang bertugas membimbing dan mengarahkan kelompok-kelompok
kolaboratif agar pembelajaran berjalan sesuai dengan yang telah direncanakan.
Pengetahuan sebagian besar diperoleh siswa sendiri melalui kegiatan diskusi
dan pengamatan. Peran guru sebagai fasilitator ini merupakan bentuk
dukungan guru dalam kegiatan pembelajaran. Dukungan guru yang merata
pada tiap siswa atau kelompok secara langsung akan memuaskan siswa dalam
mengikuti pembelajaran yang diindikasikan dengan keikutsertaan dan
partisipasinya yang tinggi selama pembelajaran. Dengan demikian, pada
akhirnya pembelajaran seperti ini akan meningkatkan interaksi yang terjadi
antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, dan siswa dengan materi yang
diajarkan.
Pendapat peneliti ini diperkuat oleh hasil penelitian Chou (2003)
dalam Wang dan Woo (2007:148-156) menjabarkan bahwa ICT dapat
mendukung interaksi yang terjadi di kelas, seperti interaksi antara siswa
dengan materi, interaksi siswa dengan guru , siswa dengan siswa lainnya, dan
siswa dengan media penghubung. Tipe-tipe interaksi seperti ini membuat
proses pembelajaran menjadi lebih interaktif dan siswa menjadi lebih aktif dan
berkembang. Adanya interaksi antara siswa, guru, dan materi pelajaran akan
menciptakan iklim kelas yang baik sehingga suasana pembelajaran menjadi
kondusif. Pada akhirnya integrasi media ICT ke dalam collaborative learning
ini diyakini peneliti merupakan solusi untuk memperbaiki iklim kelas yang
didukung oleh pendapat NISE (2003) dimana collaborative learning akan
terlaksana dengan baik jika didukung dengan media komunikasi (ICT) antara
lain internet, media audio, video, media audio-visual, dll. Hal ini dikuatkan
oleh Wang dan Chen (2008:18-23) bahwa collaborative learning
meningkatkan pengetahuan siswa dalam penggunaan ICT. Chaeruman (2005:
48) mengungkapkan, dalam pembelajaran kolaboratif, ICT dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
memungkinkan siswa dalam suatu kelompok atau komunitas yang saling
bekerja sama, berbagi saran, ide, gagasan, masukan, nasehat, dan juga
pengalaman sesama anggota kelompoknya.
Solusi yang diyakini peneliti bersama guru ini sudah tepat karena
didukung teori yang relevan sehingga dapat memperbaiki iklim kelas.
Keyakinan ini dibuktikan melalui pelaksanaannya di kelas X-1. Berdasarkan
standar evaluasi kualitas pembelajaran dalam Widoyoko (2011:263), iklim
kelas di X-1 meningkat dari kurang baik pada pratindakan menjadi cukup baik
pada siklus 2. Hasil ini menjawab permasalahan penelitian bahwa integrasi
media ICT ke dalam collaborative learning dapat meningkatkan iklim kelas
pembelajaran biologi siswa kelas X-1 SMA Batik 1 Surakarta tahun pelajaran
2011/ 2012. Besarnya persentase peningkatan itu menunjukkan bahwa iklim
kelas di X-1 sudah cukup baik. Hasil ini hanya berlaku di kelas X-1 dan hanya
kepada siswa yang diberi tindakan saat itu pada materi ekosistem.
2. Motivasi Belajar Siswa
Motivasi merupakan dorongan baik dalam diri siswa maupun dari
lingkungan di sekitarnya sehingga dapat meningkatkan kecenderungan siswa
untuk melakukan sesuatu kaitannya dengan proses pembelajaran. Motivasi
belajar siswa yang diukur di kelas X-1 ini dibagi menjadi 10 indikator penting
yaitu sensitif terhadap hal-hal yang berkaitan dengan peningkatan prestasi,
kegiatan-kegiatan untuk mencapai prestasi, cermat menentukan target prestasi,
usaha menangulangi berbagai penghambat pencapaian keberhasilan,
menemukan suatu cara penyelesaian masalah yang lebih singkat dan mudah,
minat siswa pada pelajaran, menyukai tantangan baik dari dalam maupun luar,
kesempurnaan penyelesaian tugas, melakukan kegiatan diskusi dengan baik,
percaya diri dan tangguh dalam pembelajaran dan menyelesaikan tugas.
Sintaks integrasi media ICT ke dalam collaborative learning ini
memiliki banyak potensi untuk meningkatkan motivasi belajar siswa kelas X-
1. Pembelajaran dengan mengintegrasikan media ICT ke dalam collaborative
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
learning ini menggunakan media berbasis ICT seperti video, gambar slide,
internet, kamera, dan laptop sebagai sarana penyajian dan penyampaian
materi. Media ini juga berperan sebagai media komunikasi antarsiswa dan
guru dengan siswa. Media ini merupakan media pembelajaran yang menarik
bagi siswa.
Adanya kerja sama, interaksi antarsiswa, dan media pembelajaran yang
menarik bagi siswa ini secara langsung akan meningkatkan minat dan
ketertarikan siswa dalam mengikuti pembelajaran. Siswa yang merasa tertarik
dan memiliki minat yang tinggi terhadap pembelajaran secara otomatis akan
mendorong atau memotivasinya untuk belajar. Dengan adanya pembelajaran
kolaboratif yang mengharuskan tiap anggota kelompok berperan aktif dalam
diskusi dan presentasi, orientasi siswa maupun kelompok untuk berhasil dalam
diskusi, presentasi, dan perolehan nilai hasil belajar akan lebih besar. Hal ini
diindikasikan dengan siswa yang merasa harus lebih giat menyelesaikan LKS
dan melakukan pengamatan atau peragaan jaring-jaring makanan lebih teliti
agar mendapat data yang lengkap untuk didiskusikan.
Pembelajaran kolaboratif ini juga memberikan berbagai peluang pada
siswa atau kelompok untuk menemukan caranya sendiri dalam menyelesaikan
berbagai permasalahan yang ada dalam kelompoknya. Adanya penugasan
berupa pengamatan ekosistem lapangan, pengamatan video, pengumpulan
LKS, dan presentasi kelompok yang diberikan guru kepada siswa yang harus
segera dikerjakan dan diselesaikan tiap kelompok agar mendapatkan nilai
yang baik, secara langsung akan membuat siswa dalam kelompoknya
bertanggung jawab penuh untuk menyelesaikannya.
Ketegasan guru dalam pembelajaran dan ketidakraguan untuk
memberikan sanksi bagi siswa yang melanggar peraturan selama pembelajaran
secara langsung akan meningkatkan tanggung jawab siswa. Tanggung jawab
ini diindikasikan dengan ketepatan dan keseriusannya dalam penyelesaian
tugas dan aktivitas selama berdiskusi. Dengan demikian, pada akhirnya
pembelajaran seperti ini dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
Pendapat peneliti ini diperkuat oleh Waryono (2009: 771-776) yang
menyatakan bahwa pembelajaran berbasis ICT atau TIK adalah pembelajaran
yang mengintegrasikan teknologi informasi dan komunikasi ke dalam proses
belajar mengajar. Dijelaskan bahwa teknologi memiliki potensi yang sangat
besar dalam meningkatkan motivasi belajar siswa. Penggunaan ICT dalam
kelas menurut Bingimlas (2009: 235-245) memainkan peranan penting dalam
meningkatkan motivasi, keterampilan dan pengetahuan. ICT memiliki
beberapa manfaat dalam pembelajaran biologi atau sains. Menurut Kelleher
(2000) dalam jurnal Bingimlas (2009: 235-245), ICT sangat bermanfaat dalam
pembelajaran Sains di kelas. menurutnya, ICT dapat membantu siswa lebih
memahami prinsip dan konsep Sains serta meningkatkan minat, motivasi dan
kesuksesan kegiatan pembelajaran.
Berdasarkan hasil penelitian dalam pembelajaran biologi materi
ekosistem ini, media ICT berperan penting dalam memvisualisasikan hal-hal
yang tidak dapat diamati secara langsung oleh siswa. Misalnya daur
biogeokimia yang menggunakan media video dan slide untuk memudahkan
siswa memahami proses daur biogeokimia di alam, selain itu tipe-tipe
ekosistem dan bioma yang tidak ada di sekitar mereka seperti gurun, tundra,
sabana, dll, akan lebih menarik dan jelas bila disajikan dalam bentuk video.
Lebih lanjut lagi, media ICT ini memfasilitasi siswa untuk belajar secara
kolaboratif dan berdiskusi untuk menyelesaikan suatu masalah.
Salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi siswa adalah minat,
oleh sebab itu minat siswa perlu ditingkatkan. Minat siswa dapat ditingkatkan
dengan membangkitkan perhatiannya. Perhatian siswa ini dapat ditingkatkan
dengan menciptakan pembelajaran yang berkualitas dalam kelas. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Hamalik (2003: 166-167) menjabarkan beberapa
cara untuk menggerakkan motivasi belajar siswa, salah satunya melalui kerja
kelompok. Pada saat bekerja dalam kelompok, kadang-kadang siswa memiliki
perasaan untuk mempertahankan nama baik kelompoknya, sehingga hal ini
dapat menjadi pendorong yang kuat dalam belajar. Oleh karena itu,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
pendekatan pembelajaran ini sesuai dipadukan dengan penggunaan media
ICT.
Solusi yang diyakini peneliti bersama guru ini sudah tepat karena
didukung teori yang relevan yaitu dapat memperbaiki motivasi belajar siswa.
Keyakinan ini dibuktikan melalui pelaksanaannya di kelas X-1. Berdasarkan
standar evaluasi kualitas pembelajaran dalam Widoyoko (2011:263), motivasi
belajar siswa di kelas X-1 meningkat dari kurang baik pada pratindakan
menjadi cukup baik pada siklus 1 dan meningkat menjadi lebih baik pada
siklus 2. Hasil ini menjawab permasalahan penelitian bahwa integrasi media
ICT ke dalam collaborative learning dapat meningkatkan motivasi belajar
siswa pada pembelajaran biologi siswa kelas X-1 SMA Batik 1 Surakarta
tahun pelajaran 2011/ 2012. Besarnya persentase peningkatan itu
menunjukkan bahwa motivasi belajar siswa di kelas X-1 sudah baik. Hasil ini
hanya berlaku di kelas X-1 dan hanya kepada siswa yang diberi tindakan saat
itu pada materi ekosistem.
Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan aspek iklim kelas dan
motivasi belajar siswa pada pembelajaran biologi siswa kelas X-1 SMA Batik 1
Surakarta tahun pelajaran 2011/ 2012. Hasil ini didukung oleh hasil analisis data
di lapangan berupa angket, hasil observasi, dan wawancara serta didukung pula
oleh hasil dokumentasi dan nilai hasil belajar siswa. Peningkatan yang terjadi ini
juga dikuatkan oleh beberapa teori yang ada dari berbagai kajian pustaka dan hasil
penelitian yang relevan.
Beberapa hal baru dari penelitian ini antara lain media yang menarik
memiliki dua manfaat utama bagi siswa, yaitu memudahkan mereka memahami
materi yang sulit dan abstrak, yang kedua media pembelajaran ini merupakan
komponen penting yang meningkatkan motivasi belajar siswa. Selanjutnya,
pengukuran peningkatan motivasi belajar cukup sulit melalui instrumen berupa
LO, karena tidak semua indikator tampak pada siswa dan dapat diamati walaupun
sebenarnya indikator tersebut dilakukan oleh siswa. Pengukuran melalui LO ini
adalah sebagai data pendukung hasil angket. Melalui angket, motivasi belajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, kesimpulan penilitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Penerapan integrasi media ICT ke dalam collaborative learning dapat
meningkatkan iklim kelas pada pembelajaran biologi siswa kelas X-1 SMA
Batik 1 Surakarta tahun pelajaran 2011/ 2012.
2. Penerapan integrasi media ICT ke dalam collaborative learning dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa pada pembelajaran biologi siswa kelas
X-1 SMA Batik 1 Surakarta tahun pelajaran 2011/ 2012.
B. IMPLIKASI
Berdasarkan kajian teori serta melihat hasil penelitian ini, akan
disampaikan implikasi yang berguna baik secara teoritis maupun secara praktis
dalam upaya meningkatkan iklim kelas dan motivasi belajar siswa dalam
pelajaran biologi beriku ini:
1. Implikasi Teoritis
Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk:
a. Memperluas wawasan dan pengetahuan bagi pembaca mengenai arti
pentingnya penerapan strategi, metode, maupun pendekatan pembelajaran
yang bervariasi untuk meningkatkan kualitas pembelajaran biologi siswa
terutama aspek iklim kelas dan motivasi belajar siswa di SMA Batik 1
Surakarta.
b. Sebagai salah satu sumber acuan atau referensi bagi peneliti lain yang akan
mengadakan penelitian mengenai masalah kualitas pembelajaran biologi
terutama aspek iklim kelas dan motivasi belajar siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
2. Implikasi Praktis
Hasil penelitian ini secara praktis dapat diterapkan pada proses
pembelajaran Biologi di SMA Negeri 2 Sukoharjo, yaitu dengan penerapan
integrasi media ICT ke dalam collaborative learning dapat meningkatkan
kualitas pembelajaran biologi siswa terutama aspek iklim kelas dan motivasi
belajar siswa.
C. SARAN
1. Kepada siswa
a. Siswa hendaknya mengembangkan kekompakan dan kemandirian untuk
mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru sehingga iklim kelas mampu
lebih kondusif.
b. Siswa hendaknya menjalin interaksi yang baik antarsiswa lainnya, guru
dan materi pembelajaran sehingga tercipta ikim kelas yang kondusif untuk
belajar.
c. Siswa hendaknya menaati peraturan yang diterapkan sekolah maupun yang
telah disepakati bersama sehingga iklim kelas mampu lebih kondusif.
d. Siswa hendaknya meningkatkan motivasi dari dalam dirinya sendiri untuk
menyadari pentingnya pembelajaran biologi dalam kehidupan.
e. Siswa hendaknya meningkatkan keberanian dan kemampuan bertanya atau
menyampaikan pendapat sehingga memotivasi siswa lain untuk bersikap
serupa sehingga pembelajaran menjadi menarik bagi siswa.
2. Kepada guru
a. Guru hendaknya mempelajari dengan baik langkah-langkah pembelajaran
sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung sesuai dengan apa yang
telah direncanakan.
b. Guru hendaknya lebih mempersiapkan alat-alat dan bahan yang akan
digunakan saat proses pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
siswa lebih bisa dianalisis. Setelah diberi tindakan, motivasi belajar siswa di kelas
X-1 meningkat menjadi lebih baik daripada sebelum mendapat tindakan.
Iklim kelas merupakan aspek yang cukup mudah ditingkatkan di kelas ini,
dengan diberikan tindakan berupa pembelajaran yang menarik, siswa sudah
menunjukkan iklim kelas yang lebih kondusif. Ini berhubungan dengan tingkat
motivasi belajar siswa. Semakin tinggi motivasi belajar yang dimiliki siswa, iklim
kelas semakin mudah ditingkatkan karena motivasi yang tinggi mengindikasikan
minat dan ketertarikan belajar yang tinggi pula sehingga kemauan dan semangat
ini dengan sendirinya menciptakan suasana belajar yang kondusif. Setelah diberi
tindakan, iklim kelas X-1 menjadi cukup baik daripada sebelum mendapat
tindakan.
Dari hasil pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan
integrasi media ICT ke dalam collaborative learning dapat meningkatkan iklim
kelas dan motivasi belajar siswa pada pembelajaran biologi siswa kelas X-1 SMA
Batik 1 Surakarta tahun pelajaran 2011/ 2012.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
106
c. Guru hendaknya lebih tegas dalam mengarahkan dan membimbing siswa
agar siswa disiplin waktu dalam melaksanakan pembelajaran.
d. Guru hendaknya memotivasi siswa lebih banyak lagi sehingga siswa
memiliki motivasi yang tinggi dalam mengikuti pembelajaran
e. Guru hendaknya mengembangkan suasana kolaboratif dalam pembelajaran
dimana siswa dapat saling berbagi pengetahuan melalui interaksi yang
terjalin.
f. Guru hendaknya menjadi fasilitator dalam pembelajaran dan bukan
sebagai sumber pengetahuan (teacher-centered) melainkan menempatkan
siswa sebagai aktor utama dalam pembelajaran (sudent-centered)
3. Kepada sekolah
a. Perlu adanya optimalisasi penggunaan fasilitas pembelajaran sehingga
dapat mencapai kualitas pembelajaran biologi terutama aspek iklim kelas
dan motivasi belajar siswa yang optimal.
b. Perlu adanya pelatihan kepada guru untuk menerapkan pembelajaran
yang inovatif.
4. Kepada peneliti lain
Perlu diadakan penelitian sejenis dengan cakupan materi lain yang
lebih luas sehingga dapat diketahui sejauh mana penerapan model integrasi
media ICT ke dalam collaborative learning dapat meningkatkan kualitas
pembelajaran biologi terutama dari iklim kelas dan motivasi belajar siswa.