hubungan persepsi tentang iklim kelas dengan...
TRANSCRIPT
HUBUNGAN PERSEPSI TENTANG IKLIM KELAS DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA SMP ISLAM YAYASAN
KESEJAHTERAAN SOSIAL (YKS) DEPOK
Oleh :
AGA ERISTIYAN
NIM. 101070022900
Skripsi diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana
Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H / 2010 M
HUBUNGAN PERSEPSI TENTANG IKLIM KELAS DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA SMP ISLAM YAYASAN
KESEJAHTERAAN SOSIAL (YKS) DEPOK
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta untuk memenuhi
persyaratan memperoleh gelar Sarjana Psikologi
Oleh:
AGA ERISTIYAN
NIM. 101070022900
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II Dra. Diana Muti’ah, M.Si Natris Indriyani, M.Si NIP. 19671029 199603 2001 NIP. 150 411 200
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H / 2010 M
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi yang berjudul HUBUNGAN PERSEPSI TENTANG IKLIM KELAS DENGAN
MOTIVASI BELAJAR SISWA SMP ISLAM YAYASAN KESEJAHTERAAN SOSIAL (YKS)
DEPOK, telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 28 September 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi.
Sidang Munaqasyah
Dekan/ Pembantu Dekan/ Ketua Merangkap Anggota, Sekretaris Merangkap Anggota, Jahja Umar, Ph.D Dra. Fadhilah Suralaga, M.Si NIP. 130 885 522 NIP. 19561223 198303 2001 Anggota Dra. Netty Hartati, M.Si Dra. Diana Muti’ah, M.Si NIP. 19531002 198303 2 001 NIP. 19671029 199603 2001
Natris Indriyani, M.Si NIP. 150 411 200
MOTTO
“Berbesar Hati menerima Kesalahan dan Kekecewaan
karena Semua itu
Adalah pelajaran dan akan menjadi rasa yang sangat
indah ketika mendapatkan keberhasilan”
Mario Teguh
Karena sungguh, bersama kesulitan itu ada kemudahan,
Sungguh bersama kesulitan itu ada kemudahan
_
QS Al-Insyirah : 5&6_
“Hanya Tindakan yang dapat menimbulkan
kekuatan”
ABSTRAK
(A) Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (B) September 2010 (C) Aga Eristiyan (D) Hubungan Persepsi tentang Iklim Kelas Dengan Motivasi Belajar Siswa SMP Islam
Yayasan Kesejahteraan Sosial (YKS) Depok (E) 74 halaman + v lampiran (F) Motivasi terkait dengan semua aktifitas manusia, misalnya motivasi bekerja, motivasi
untuk hidup dan motivasi belajar, dalam hal ini penulis ingin meneliti tentang motivasi belajar. Motivasi belajar merupakan syarat mutlak untuk belajar, memegang peranan penting dalam memberikan gairah atau semangat dalam belajar. Motivasi belajar di antaranya dipengaruhi oleh lingkungan tempat dimana pelajar itu melakukan proses pembelajaran, lingkungan keluarga, lingkungan tempat tinggalnya, dan lingkungan sekolah tempat pelajar menuntut ilmu. Dalam kaitannya dengan lingkungan pembelajaran disekolah, iklim kelas merupakan bagian dari sekolah yang dapat mempengaruhi besar kecilnya motivasi belajar siswa. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat apakah ada Hubungan Antara Persepsi Tentang Iklim Kelas Dengan Motivasi Belajar Siswa SMP Islam Yayasan Kesejahteraan Sosial (YKS) Depok. Persepsi tentang iklim kelas adalah suatu proses aktivitas seorang siswa dalam memberikan kesan, penilaian, pendapat, merasakan dan menginterpretasikan iklim kelas tempat siswa itu belajar yang dapat menimbulkan motivasi yang positif atau motivasi yang negatif dalam proses belajar. Proses tersebut dipengaruhi oleh aspek keterlibatan,afiliasi,dukungan guru,orientasi tugas,kompetisi, pengaturan dan organisasi,kontrol guru,kejelasan peraturan,inovasi. Motivasi belajar adalah : dorongan yang ada pada setiap siswa dalam memotivasi dirinya untuk belajar bukan hanya untuk mengetahui tetapi lebih kepada untuk memahami hasil pembelajaran.yang mencakup aspek minat,kebutuhan,kenikmatan,rasa ingin tahu,pujian,tekanan sosial,hukuman. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan metode deskripsi korelasi untuk mengetahui adakah hubungan antara persepsi tentang sekolah dengan minat bersekolah. Responden penelitian berjumlah 60 orang yang ditentukan dengan teknik probability sampling. Instrumen penelitian yang digunakan berupa skala yang terdiri dari skala persepsi tentang iklim kelas dengan jumlah 29 item dengan nilai reliabilitas sebesar 0,841 dan skala motivasi belajar yang berjumlah 24 item dengan nilai reliabilitas sebesar 0,786 dengan menggunakan skala model Likert. Untuk menguji hipotesis peneliti menggunakan teknik statistik Pearson Product Moment, hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai r tabel lebih besar dari nilai r hitung yang berarti Ho ditolak.Ditolaknya H0 ini berarti tidak terdapat hubungan antara persepsi tentang. iklim kelas dengan motivasi belajar siswa SMP Islam Yayasan Kesejahteraan Sosial (YKS). Saran yang diajukan dalam penelitian ini adalah pada penelitian yang akan datang sebaiknya populasi yang diteliti lebih luas dan beragam agar hasilnya dapat digeneralisasikan serta diperoleh pengetahuan dan informasi yang lebih beragam. Selain itu, pada penelitian selanjutnya dapat meneliti variabel-variabel lain, misalnya, motivasi berprestasi dan Adversity Quotient, dan lain-lain.
(G) Daftar Bacaan 23 (1986-2009)
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat rahmat-Nya, saya dapat
menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu
syarat untuk mencapai gelar Sarjana Psikologi pada Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta. Saya menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak,
dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini, sangatlah sulit bagi saya untuk
menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu saya mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Bapak Jahja Umar, Ph.D.
2. Pembantu Dekan I, Dra. Fadhilah Suralaga, M.Si
3. Dosen Pembimbing I, Dra. Diana Muti’ah, M.Si dan Dosen Pembimbing II Natris Indriyani,
M.Si atas seluruh nasehat, masukkan, motivasi, inspirasi serta saran dan kritik yang
membangun sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.
4. Dosen penguji skripsi, Netty Hartati M.Si, terima kasih atas kritik, saran dan masukan yang
berguna untuk penulis.
5. Untuk keluarga terutama Orang tuaku Bundaku, Ibu Nihaya dan Alm. Ayahku, Bapak A.
Sunarya yang selalu memberikan limpahan kasih sayang dan yang tak pernah berhenti
memberikan dukungan baik moril, spirituil maupun materil serta do’a yang selalu mengiringi
setiap langkah ini.
6. Untuk Adikku Dennis Krisna Yudha, Zahra Dara Kasih, Terima kasih telah menjadi adik-
adik yang pengertian dan selalu memberikan dukungan penuh.
7. Untuk My Wife , Mitra “TATA” Selvia, Teman sejati yang insya Allah Hingga di Sorga.
Tetaplah menjadi istri, sahabat sekaligus ibu dari buah hati kita Jelita Agatha Mardatillah
yang selalu menjadi penyemangatku.
8. Seluruh dosen Fakultas Psikologi yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih tak
terhingga untuk ilmu pengetahuan yang telah diberikan.
9. Seluruh staf akademik, dan petugas perpustakaan Fakultas Psikologi,Bu Faozah, Bu Nur, Bu
Mega,Pak Deden, Bang alex, Bang Ayung serta bapak-bapak dan ibu-ibu yang tidak dapat
disebutkan satu persatu, semoga Allah SWT membalas segala kebaikan bapak dan ibu.
10. Keluarga besar mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Jakarta, khususnya rekan-rekan angkatan
2001 kelas A. Kiki, Rara, Yuni, Tanjung, Fani, Nelly, Roby, Ali, Heru, Ira, Qori, Sukses
selalu untuk kita.
11. Untuk teman, teman seperjuanganku,Hairatussaani Hasanah, Kholik, Rahmat, Raisa azmi,
Norma. Semoga Allah memudahkan Jalan kita untuk menempuh kesuksesan Amin.
12. Keluarga besar SMP Islam YKS Depok, Pak Firdaus M.Si, Pak Endan Kusnendar S.Pd, Pak
Nasrullah S.Ag dan guru-guru lainnya. serta Teman-teman Siswa siswi SMP Islam YKS,
terima kasih atas keikhlasan kalian membantuku.
13. Keluarga Besar H.Shalihun. terima kasih atas dukungannya.
14. Semua Guru-guruku dari TK,SD,SMP,SMA yang dengan ikhlas dan sabar telah memberikan
ilmu pengetahuan. Semoga Allah SWT membalas amal baikmu. Amin
Akhir kata, saya berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang
telah membantu. Semoga skripsi ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu.
Jakarta, Desember 2010 Penulis, Aga eristiyan
HUBUNGAN PERSEPSI TENTANG IKLIM KELAS DENGAN
MOTIVASI BELAJAR SISWA SMP ISLAM YAYASAN
KESEJAHTERAAN SOSIAL (YKS) DEPOK
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta untuk memenuhi
persyaratan memperoleh gelar
Sarjana Psikologi
Oleh
AGA ERISTIYAN
NIM : 101070022900
Di bawah bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II Dra. Diana Mutiah, M.Si Dra. Natris Indriyani, M.Si
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H / 2010 M
iv
LEMBAR PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Aga Eristiyan
NIM : 101070022900
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Hubungan Persepsi Tentang Iklim
Kelas Dengan Motivasi Belajar Siswa SMP Islam Yayasan Kesejahteraan Sosial (YKS)
Depok” adalah benar merupakan karya saya sendiri dan tidak melakukan tindakan plagiat dalam
penyusunan skripsi tersebut. Adapun kutipan-kutipan yang ada dalam penyusunan skripsi ini
telah saya cantumkan sumber pengutipannya dalam daftar pustaka.
Saya bersedia untuk melakukan proses yang semestinya sesuai dengan Undang-Undang jika
ternyata skripsi ini secara prinsip merupakan plagiat atau jiplakan dari karya orang lain.
Demikian pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebaik-baiknya.
Jakarta, 15 September 2010
Aga Eristiyan NIM: 101070022900
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................... I
HALAMAN PERSETUJUAN................................................................ II
HALAMAN PENGESAHAN................................................................. III
LEMBAR PERNYATAAN.................................................................... IV
MOTTO............................................................................................... V
DEDIKASI........................................................................................... VI
ABSTRAKSI....................................................................................... VII
KATA PENGANTAR.......................................................................... VIII
DAFTAR ISI....................................................................................... IX
DAFTAR TABEL................................................................................ XII
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................... XIII
BAB I PENDAHULUAN...................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah................................................................ 1
1.2 Batasan dan Rumusan Masalah.................................................... 5
1.2.1 Batasan masalah.................................................................. 5
1.2.2 Rumusan masalah................................................................ 6
1.3 Tujuan Penelitian............................................................................ 6
1.4 Manfaat Penelitian….........…………………………………………… 6
1.4.1 Manfaat teoritis..................................................................... 7
1.4.2 Manfaat praktis...................................................................... 7
1.5 Sistematika Penelitian...................................................................... 7
BAB 2 KAJIAN PUSTAKA.................................................................. 9
2.1 Motivasi ………............................................................................... 9
2.1.1 Pengertian motivasi belajar.....................................................9
2.1.2 Motivasi intrinsik dan motivasi ektrinsik ................................ 11
2.1.2.1 Motivasi intrinsik ……………………………………… 11
2.1.2.2 Motivasi ekstrinsik ....................................................12
2.1.3 Prinsip-prinsip motivasi belajar…………………………………14
2.1.4 Fungsi motivasi belajar …………………………………………18
2.1.5 Bentuk-bentuk motivasi belajar…………………………………20
2.2 Persepsi …………........................................................................... 22
2.2.1 Definisi persepsi ……………….............................................. 22
2.2.2 Proses terjadinya persepsi…................................................. 29
2.2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi........................... 29
2.2.4 Ciri-ciri persepsi……………................................................... 32
2.2.5 Perbedaan persepsi………………………………………………33
2.2.6 Hakekat persepsi …………………………………………………34
2.2.7 Peran persepsi terhadap iklim kelas …………………………...36
2.3 Iklim Kelas........................………………………………………………38
2.3.1 Pengertian iklim kelas...............................................................38
2.4 Kerangka berpikir .............................................................................42
2.5 Hipotesis..... ……………………………………………………………...43
BAB 3 METODE PENELITIAN.............................................................. 43
3.1 Jenis Penelitian................................................................................ 43
3.1.1 Pendekatan penelitian .............................................................45
3.1.2 Metode penelitian………………………………………………… ..45
3.1.3 Definisi konseptual variabel dan operasional variabel............. ..46
3.1.3.1 Definisi konseptual variabel ....................................... ..46
3.1.3.2 Definisi operasional variabel..........................................47
3.2 Subyek Penelitian............................................................................ ..49
3.2.1 Populasi dan sampel................................................................. 49
3.2.2 Teknik pengambilan sampel.......................................................50
3.3 Teknik Pengumpulan Data................................................................. 50
3.3.1 Metode pengumpulan data....................................................... 50
3.3.2 Alat ukur penelitian.....................................................................51
3.3.3 Teknik uji instrumen penelitian................................................. .54
3.4 Teknik Analisis Data........ ……………………………………………... 61
3.5 Prosedur Penelitian........................................................................... 62
BAB 4 HASIL PENELITIAN.................................................................... 65
4.1 Gambaran Umum Responden............................................................65
4.1.1 Gambaran umum berdasarkan jenis kelamin............................ 65
4.1.2 Gambaran umum berdasarkan usia...........................................65
4.2 Deskripsi Data.....................................................................................66
4.2.1 Kategorisasi skala iklim kelas.....................................................66
4.2.2 Kategorisasi skala motivasi belajar.............................................67
4.3 Hasil Uji Hipotesis penelitian.............………………………………........68
BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN........................................71
5.1 Kesimpulan...........................................................................................71
5.2 Diskusi.................................................................................................. 71
5.3 Saran.................................................................................................... 73
5.3.1 Saran teoritis……...……………………………………………........ 73
5.3.2 Saran praktis……………………………………………………........ 73
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Blue Print Skala Iklim Kelas 53
Tabel 3.2 Blue Print Skala Motivasi Belajar 54
Tabel 3.3 Hasil uji Validitas Skala Iklim Kelas 56
Tabel 3.4 Hasil uji Validitas Skala Motivasi belajar 58
Tabel 3.5 Blue Print Revisi Skala Iklim Kelas 59
Tabel 3.6 Blue Print Revisi Skala Motivasi Belajar 60
Tabel 3.7 Kaidah Reliabilitas Guilford 61
Tabel 4.1 Distribusi skor skala iklim kelas 66
Tabel 4.2 klasifikasi skor skala iklim kelas 66
Tabel 4.3 Distribusi skor skala Motivasi Belajar 67
Tabel 4.4 klasifikasi skor skala Motivasi Belajar 67
Tabel 4.5 Korelasi skala iklim kelas Dengan Motivasi Belajar Siswa 69
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Sekolah sering dijadikan tumpuan utama masyarakat dalam menilai berhasil
tidaknya pendidikan. Keberhasilan atau prestasi belajar siswa hanya sering dilihat
sebagai kesuksesan dan keunggulan pihak sekolah semata. Sebaliknya, kegagalan
atau rendahnya kualitas siswa sering dilihat sebagai ketidakmampuan pihak
sekolah menyelenggarakan proses pendidikan. Dengan kata lain masyarakat
banyak beranggapan bahwa sekolah adalah landasan dasar kualitas pendidikan.
Pernyataan legal formal tersebut menegaskan bahwa keberhasilan pendidikan
bukan hanya bertumpu dan menjadi tanggung jawab sekolah, yang sebagian besar
diselenggarakan oleh pemerintah. Peran serta aktif masyarakat dan keluarga
sangat dibutuhkan dan menentukan keberhasilan pendidikan.
Setiap manusia mempunyai cita-cita untuk sukses didalam hidupnya. Salah
satu cara untuk menggapai cita-citanya tersebut adalah dengan belajar di sekolah.
Untuk menggapai cita-cita dibutuhkan suatu dorongan atau keinginan yang kuat,
dan daya dorong atau keinginan yang kuat yang ada di dalam diri manusia itulah
yang disebut dengan motivasi. Motivasi yang terdapat di dalam diri manusia
menyebabkan ia berusaha dan bekerja untuk memenuhi kebutuhan dan tujuan
yang ingin dicapai.
2
Para ahli mengemukakan pengertian motivasi dengan berbagai sudut pandang
mereka masing-masing, namun intinya tetap sama, yakni sebagai suatu pendorong
yang mengubah energi dalam diri seseorang kedalam bentuk aktifitas nyata untuk
mencapai tujuan tertentu. Didalam buku Psikologi belajar menyatakan bahwa :
Motivasi adalah suatu perubahan energi didalam pribadi seseorang yang ditandai
dengan timbulnya afektif (perasaan) dan reaksi untuk mencapai tujuan. (Oemar
Hamalik, 1992 : 173).
Motivasi terkait dengan semua aktifitas manusia, misalnya motivasi bekerja,
motivasi untuk hidup dan motivasi belajar, dalam hal ini penulis ingin meneliti
tentang motivasi belajar. Motivasi belajar merupakan syarat mutlak untuk belajar,
memegang peranan penting dalam memberikan gairah atau semangat dalam
belajar.
Motivasi belajar tidak hanya menjadi pendorong untuk mencapai hasil yang
baik tetapi mengandung usaha untuk mencapai tujuan belajar, dimana terdapat
pemahaman dan pengembangan dari belajar. Dengan motivasi belajar, setiap
pelajar memotivasi dirinya untuk belajar bukan hanya untuk mengetahui tetapi
lebih kepada untuk memahami hasil pembelajaran tersebut.
Motivasi belajar di antaranya dipengaruhi oleh lingkungan tempat dimana
pelajar itu melakukan proses pembelajaran, lingkungan keluarga, lingkungan
tempat tinggalnya, dan lingkungan sekolah tempat pelajar menuntut ilmu. Dalam
hal ini penulis ingin melihat peran dari lingkungan yaitu lingkungan sekolah
terhadap hasil belajar siswa. Dalam kaitannya dengan lingkungan pembelajaran
3
disekolah, iklim kelas merupakan bagian dari sekolah yang dapat mempengaruhi
besar kecilnya motivasi belajar siswa.
M.Busril (2004) pernah melakukan penelitian yang bertujuan untuk
mengetahui kontribusi iklim kelas terhadap motivasi belajar siswa SMP Negeri 68
Bogor Jawa Barat dan menunjukan bahwa iklim kelas tidak sepenuhnya
mempunyai kontribusi yang signifikan terhadap motivasi belajar siswa di SMP
tersebut. Iklim kelas mengacu kepada berbagai dimensi psikologis dan sosial di
dalam kelas, pada iklim kelas yang positif, siswa akan merasa nyaman ketika
memasuki ruang kelas, mereka mengetahui bahwa akan ada yang memperdulikan
dan menghargai mereka, dan mereka percaya bahwa akan mempelajari sesuatu
yang berharga. Namun sebaliknya, pada iklim kelas negatif, siswa akan merasa
takut apabila berada di dalam kelas dan ragu apakah mereka akan mendapat
pengalaman yang berharga.
Kondisi dimensi iklim kelas pada tiap-tiap kelas dapat bervariasi dan
kemungkinan akan dapat mempengaruhi motivasi belajar setiap siswa. Melihat
fenomena akhir-akhir ini sering kita jumpai banyaknya pelajar yang tidak masuk
sekolah, padahal dari rumah mereka berangkat dan berpamitan dengan orang tua
mereka seringnya pelajar yang ada di warnet ataupun pusat perbelanjaan pada
jam-jam sekolah bisa saja menunjukan tidak adanya motivasi siswa untuk
meningkatkan prestasi belajar mereka.
Mengenai iklim kelas tersebut tentunya setiap siswa mempunyai pendapat
yang berbeda-beda dalam konteks psikologis yang disebut dengan persepsi.
4
Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan-hubungan
yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.
(Desiderato,1976)
Dengan persepsi kita dapat berinteraksi dengan dunia sekeliling kita,
khususnya dengan sesama manusia. Dalam kehidupan sosial di kelas pun tidak
lepas dari interaksi antara siswa dengan siswa dan antara siswa dengan guru,
melalui persepsi inilah siswa dapat membentuk motivasi yang ada pada dirinya
untuk mengikuti proses pembelajaran di kelas.
Persepsi yang positif dalam pengajaran di kelas akan membuat siswa
merasakan kesenangan dalam belajar, mendorong mereka untuk mempelajari
materi lebih mendalam dan pada akhirnya dapat membuat siswa lebih terlibat
dalam proses belajar mengajar. Suatu kondisi belajar yang optimal dapat tercapai
jika guru mampu mengatur anak didik dan sarana pengajaran, serta
mengendalikannya dalam suasana yang menyenangkan untuk mencapai tujuan
pengajaran. Juga hubungan interpersonal yang baik antara guru dengan siswa dan
siswa dengan siswa merupakan syarat keberhasilan pengelolaan kelas
Studi lapangan yang dilakukan peneliti pada tanggal 5,6 dan7 Juni
menemukan seringnya beberapa siswa-siswi SMP dari beberapa sekolah di Depok
yang ketahuan berada di warnet dan pusat perbelanjaan di daerah Cinere dan
Depok pada jam-jam pelajaran, peneliti mengetahui beberapa hal yang membuat
mereka tidak termotivasi untuk belajar adalah penilaian siswa yang kurang baik
terhadap hubungan mereka dengan guru dan tidak adanya kontrol yang ketat dari
5
orang tua di rumah serta tidak adanya dukungan dari teman-teman yang lain
dalam hal kegiatan belajar di kelas.
Dengan adanya fenomena diatas dalam penelitian ini penulis mengambil judul
”Hubungan persepsi tentang iklim kelas dengan motivasi belajar siswa SMP Islam
Yayasan Kesejahteraan Sosial (YKS) di Kecamatan Pancoran Mas Depok”.
1.2 Batasan dan Rumusan Masalah
1.2.1. Batasan Masalah
Adapun masalah dalam penelitian ini hanya dibatasi pada judul penelitian atau
variabel yang diteliti yaitu mengenai :
Persepsi tentang iklim kelas yaitu: Suatu proses aktivitas seorang siswa dalam
memberikan kesan, penilaian, pendapat, merasakan dan menginterpretasikan iklim
kelas tempat siswa itu belajar yang dapat menimbulkan motivasi yang positif atau
motivasi yang negatif dalam proses belajar.
Motivasi belajar yaitu: pendorong, pengarah, dan sekaligus sebagai penggerak
perilaku siswa untuk mencapai prestasi belajar yang memuaskan. Yang terbagi
menjadi dua bagian yaitu:
Motivasi intrinsik: Motivasi yang timbul dari dalam diri siswa untuk belajar tanpa
adanya pengaruh dari orang lain.
Motivasi ekstrinsik: Motivasi yang timbul pada diri siswa karena adanya pengaruh
atau tekanan dari orang lain.
6
Subjek yang diteliti : Siswa kelas VIII SMP ISLAM Yayasan Kesejahteraan
Sosial (YKS) Kecamatan Pancoran Mas Depok
1.2.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka dalam penelitian ini
permasalahan yang dirumuskan adalah : Adakah hubungan antara persepsi tentang
iklim kelas dengan motivasi belajar siswa kelas VIII SMP Islam Yayasan
Kesejahteraan Sosial (YKS) di Kecamatan Pancoran Mas Depok .
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini mempunyai tujuan:
1. Untuk mengetahui persepsi siswa tentang iklim kelas dengan motivasi
belajar di SMP Islam YKS (Yayasan Kesejahteraan Sosial) Kecamatan
Pancoran Mas Depok.
2. Untuk mengetahui hubungan persepsi tentang iklim kelas dengan motivasi
belajar siswa di SMP Islam YKS (Yayasan Kesejahteraan Sosial)
Kecamatan Pancoran Mas Depok.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini membahas mengenai persoalan dalam lingkup pembelajaran
dikelas, khususnya menyangkut pengaruh motivasi belajar terhadap hasil belajar
7
siswa di SMP Islam YKS (Yayasan Kesejahteraan Sosial). Adapun manfaat dari
penelitian ini adalah :
1.4.2 Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan mampu menambah khasanah teoritis khususnya
dalam bidang psikologi Pendidikan
1.4.2 Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pengetahuan praktis untuk
mengetahui hubungan persepsi tentang iklim kelas dengan motivasi belajar di
kalangan mahasiswa Universitas Islam Negeri Jakarta pada khususnya, dan
teman-teman siswa pelajar pada umumnya.
1.5 Sistematika Penulisan
Untuk dapat memberikan gambaran yang lebih rinci, maka penulisan skripsi
ini disusun dalam kerangka sistematis sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Terdiri dari latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan
dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
Membahas teori persepsi tentang iklim kelas dan motivasi belajar. Terdiri atas:
Pengertian motivasi, jenis-jenis motivasi, dan pentingnya motivasi dalam kegiatan
8
belajar, dan pengertian persepsi, pengertian persepsi tentang iklim kelas dan
kemampuan dalam persepsi serta kerangka berfikir dan hipotesa.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Menjelaskan tentang jenis penelitian. pendekatan penelitian, metode penelitian,
dan rancangan penelitian. Populasi dan sampel, teknik pengambilan sampel. dan
pengumpulan data. Instrumen penelitian, serta teknik uji instrumen.
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN
Menguraikan gambaran umum subyek. presentasi data uji instrumen penelitian,
uji persyaratan, dan uji hipotesis dan hasil pengujian hipotesis.
BAB V PENUTUP
Mengemukakan kesimpulan yang diperoleh dari penelitian, diskusi
hasilpenelitian, dan saran yang perlu diperhatikan untuk penelitian lanjutan.
9
BAB 2
KAJIAN PUSTAKA
Dalam usaha untuk menjelaskan permasalahan yang telah diuraikan pada
BAB sebelumnya, penulis akan mencoba membahas beberapa teori yang
berkaitan dengan permasalahan ini, pembahasan mengenai hubungan persepsi
tentang iklim kelas dengan motivasi belajar siswa kelas VIII SMP Islam Yayasan
Kesejahteraan Sosial (YKS) Kecamatan Pancoran Mas Depok.
2.1. Motivasi
2.1.1. Pengertian motivasi belajar
Banyak para ahli yang sudah mengemukakan pengertian motivasi dengan
berbagai sudut pandang mereka masing-masing, namun intinya sama, yakni
sebagai suatu pendorong yang mengubah energi dalam diri seseorang ke dalam
bentuk aktivitas nyata untuk mencapai tujuan tertentu. Mc. Donald mengatakan
bahwa, “Motivation is a energi change within the person characterized by
affective arousal and anticipatory goal reactions.”: Motivasi adalah suatu
perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya
afektif (perasaan) dan reaksi untuk mencapai tujuan. Dalam proses belajar,
motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi
dalam belajar, tak akan mungkin melakukan aktifitas belajar.
10
Motivasi berpangkal dari kata “motif” yang dapat diartikan sebagai daya
penggerak yang ada di dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas
tertentu demi tercapainya suatu tujuan (Pupuh Fathurohman 2007 : 19) Motivasi
dapat diartikan sebagai dorongan (daya penggerak) di dalam individu untuk
melakukan kegiatan guna mendapatkan sesuatu yang diinginkan. Setiap orang
dalam hidupnya memerlukan kebutuhan, baik kebutuhan jasmani maupun rohani.
Dengan adanya kebutuhan tersebut akan mendorong adanya rangsangan
(stimulasi) dan tingkah laku balas (respon).
Menurut M. Manulang (1992 : 56), motivasi dapat dirumuskan sebagai
berikut:
1) Adalah setiap perasaan atau kehendak dan keinginan yang amat
mempengaruhi kemauan individu, sehingga individu tersebut terdorong
untuk berprilaku dan bertindak.
2) Adalah pengaruh kekuatan yang menimbulkan prilaku individu.
3) Adalah setiap tindakan atau kejadian yang menyebabkan berubahnya
prilaku seseorang.
4) Adalah proses dalam yang menentukan gerakan atau tingkah laku individu
kepada tujuan (goals).
Sedangkan menurut Wendell L. French New York (2000:95), motivasi adalah:
“Penyebab seseorang untuk berbuat sesuatu dalam jalan tertentu atau cenderung
pada tingkah laku spesifik”.
Motivasi memiliki 3 aspek, yaitu:
11
a. Dorongan dalam diri sendiri
b. Tingkah laku yang ditimbulkan dan terarah
c. Tujuan yang ingin dicapai tingkah laku tersebut.
Seseorang yang melakukan aktivitas belajar secara terus menerus tanpa
motivasi dari luar dirinya merupakan motivasi intrinsik yang sangat penting dalam
aktivitas belajar. Namun seseorang yang tidak mempunyai keinginan untuk
belajar, dorongan dari luar dirinya merupakan motivasi ekstrinsik yang
diharapkan. Oleh karena itu, motivasi ekstrinsik diperlukan bila motivasi intrinsik
tidak ada dalam diri seseorang sebagai subjek belajar.
Bukan hanya sekolah-sekolah yang berusaha memberi motivasi tingkah laku
manusia kearah perubahan tingkah laku yang diharapkan. Orang tua atau keluarga
pun telah berusaha memotivasi belajar anak-anak mereka. Kelompok yang
berkecimpung dibidang “Manajement“ yang membuat rencana “Insentive” baru
untuk meningkatkan produksi, adalah berusaha memotivasi perubahan-perubahan
dalam tingkah laku.
Dari uraian diatas, ternyata kesadaran tentang pentingnya motivasi bagi
perubahan tingkah laku manusia telah dimiliki, baik oleh para pendidik, para
orang tua murid maupun masyarakat.
2.1.2 Motivasi intrinsik dan ekstrinsik
1. Motivasi Intrinsik
12
Yang dimaksud dengan motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi
aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap
individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Yang berhubungan
dengan minat, kebutuhan, kenikmatan dan rasa ingin tahu (woolfolk 1993).
Sebagai contoh seseorang yang senang membaca, tidak usah ada yang menyuruh
atau mendorongnya, ia sudah rajin mencari buku-buku untuk dibacanya.
Kemudian kalau dilihat dari segi tujuan kegiatan yang dilakukannya (misalnya
kegiatan belajar), maka yang dimaksud dengan motivasi intrinsik ini adalah ingin
mencapai tujuan yang terkandung di dalam perbuatan belajar itu sendiri. Sebagai
contoh konkrit, seorang siswa itu melakukan belajar, karena betul-betul ingin
mendapat pengetahuan, nilai atau keterampilan agar dapat berubah tingkah
lakunya secara konstruktif, tidak karena tujuan yang lain-lain. Itulah sebabnya
motivasi intrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang di dalamnya
aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan suatu dorongan dari dalam
diri dan secara mutlak berkait dengan aktivitas belajarnya. Seperti tadi
dicontohkan bahwa seorang belajar, memang benar-benar ingin mengetahui
segala sesuatunya, bukan karena ingin pujian atau ganjaran.
2. Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena
adanya perangsang dari luar. Seperti pujian, tekanan sosial dan hukuman.
(woolfolk 1993). Sebagai contoh itu seseorang itu belajar,karena tahu besok
paginya akan ujian dengan harapan akan mendapatkan nilai baik, sehingga akan
13
dipuji oleh pacarnya,atau temannya. Jadi yang penting bukan karena belajar ingin
mengetahui sesuatu, tetapi ingin mendapatkan nilai yang baik,atau agar mendapat
hadiah. Jadi kalau dilihat dari segi tujuan kegiatan yang dilakukannya, tidak
secara langsung bergayut dengan esensi apa yang dilakukannya itu. Oleh karena
itu motivasi ekstrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang
didalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan dari
luar yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar.
Ada dua macam aspek motivasi yang bersifat statis adalah:
a. Merupakan kebutuhan pokok yang menjadi dasar bagi adanya harapan
yang akan diperoleh dan hasil tersebut sebagai penyelenggara organisasi.
b. Berupa alat perangsang yang diharapkan akan dapat memenuhi apa yang
menjadi kebutuhan pokok tersebut.
Dalam kaitannya dengan kegiatan belajar, maka motivasi belajar berarti
keseluruhan daya penggerak di dalam diri para siswa/warga belajar/peserta didik
yang dapat menimbulkan, menjamin, dan memberikan arah pada kegiatan belajar,
guna mencapai tujuan belajar yang diharapkan. Dengan motivasi belajar, maka
siswa/warga belajar/peserta didik dapat mempunyai intensitas dan kesinambungan
dalam proses pembelajaran/pendidikan yang diikuti.
14
2.1.3 Prinsip-Prinsip Motivasi Belajar
Aktivitas belajar bukanlah suatu kegiatan yang dilakukan yang terlepas
dari faktor lain, aktivitas belajar merupakan kegiatan yang melibatkan unsure jiwa
dan raga. Belajar tak akan pernah dilakukan tanpa suatu dorongan yang kuat baik
dari dalam yang lebih utama maupun dari luar sebagai upaya lain yang tak kalah
pentingnya.
Faktor lain yang mempengaruhi aktivitas belajar seseorang itu dalam
pembahasan ini disebut motivasi. Motivasi adalah gejala psikologis dalam bentuk
dorongan yang timbul pada diri sesorang sadar atau tidak sadar untuk melakukan
suatu tindakan dengan tujuan tertentu. Motivasi bisa juga dalam bentuk usaha-
usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau kelompok orang tertentu tergerak
melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendakinya atau
mendapat kepuasan dengan perbuatannya
Motivasi mempunyai peranan yang strategis dalam aktivitas belajar seseorang.
Tidak ada seorang pun yang belajar tanpa motivasi. Tidak ada motivasi berarti
tidak ada kegiatan belajar. Agar peranan motivasi lebih optimal, maka prinsip-
prinsip motivasi dalam belajar tidak hanya diketahui, tetapi juga harus
diterangkan dalam aktivitas belajar mengajar. Ada beberapa prinsip motivasi
dalam belajar seperti dalam uraian berikut.
1. Motivasi Sebagai Dasar Penggerak Yang Mendorong Aktivitas Belajar
15
Seseorang melakukan aktivitas belajar karena ada yang mendorongnya,
motivasilah sebagai dasar penggeraknya yang mendorong seseorang untuk
belajar. Seseorang yang berminat untuk belajar belum sampai pada tataran
motivasi karena belum menunjukkan aktivitas nyata. Minat merupakan
kecenderungan psikologis yang menyenangi sesuatu objek, belum sampai
melakukan kegiatan. Namun, minat adalah motivasi dalam belajar. Minat
merupakan potensi psikologi yang dapat dimanfaatkan untuk menggali motivasi.
Bila seseorang sudah termotivasi untuk belajar maka dia melakukan aktivitas
belajar dalam rentangan waktu tertentu. Oleh karena itulah, motivasi diakui sebagi
dasar penggerak yang mendorong aktivitas belajar seseorang.
2. Motivasi Intrinsik Lebih Utama Daripada Motivasi Ekstrinsik Dalam
Belajar
Dari seluruh kebijakan pengajaran, guru lebih banyak memutuskan
memberikan motivasi ekstrinsik kepada setiap anak didik. Tidak pernah
ditemukan guru yang tidak memakai motivasi ekstrinsik dalam pengajaran. Anak
didik yang malas belajar sangat berpotensi untuk diberikan motivasi ekstrinsik
oleh guru supaya dia rajin belajar. Efek yang tidak diharapkan dari pemberian
motivasi ekstrinsik adalah kecendrungan ketergantungan anak didik terhadap
segala sesuatu di luar dirinya. Selain kurang percaya diri, anak juga bermental
pengharapan dan mudah terpengaruh. Oleh karena itu, motivasi intrinsik lebih
utama dalam belajar. Anak didik yang belajar berdasarkan motivasi intrinsik
16
sangat sedikit terpengaruh dari luar. Semangat belajarnya sangat kuat. Dia belajar
bukan karena ingin mendapatkan nilai yang tinggi, mengharapkan pujian orang
lain atau mengharapkan hadiah berupa benda, tetapi karena ingin memperoleh
ilmu sebanyak-banyaknya. Tanpa diberikan janji-janji yang muluk-muluk pun
anak didik rajin belajar sendiri. Perintah tidak diperlukan, karena tanpa diperintah
anak sudah taat pada jadwal belajar yang dibuatnya sendiri.
3. Motivasi Berupa Pujian Lebih Baik Daripada Hukuman
Meski hukuman tetap diberlakukan dalam memicu semangat belajar anak
didik, tetapi masih lebih baik penghargaan berupa pujian. Setiap orang senang
dihargai dan tidak suka dihukum dalam bentuk apapun jaga. Memuji orang lain
berarti memberikan penghargaan atas prestasi kerja orang lain. Hal ini
memberikan semangat kepada seseorang untuk lebih meningkatkan prestasi
kerjanya. Tetapi pujian yang diucap itu tidak asal ucap, harus pada tempat dan
kondisi yang tepat. Kesalahan pujian bisa bermakna mengejek.
4. Motivasi Berhubungan Erat Dengan Kebutuhan Dalam Belajar
Kebutuhan yang tak bisa dihindari oleh anak didik adalah keinginan untuk
menguasai sejumlah ilmu pengetahuan. Oleh karena itulah anak didik belajar.
Karena bila tidak belajar berarti anak didik tidak akan mendapat ilmu
pengetahuan. Bagaimana untuk mengembangkan diri dengan memanfaatkan
potensi-potensi yang dimiliki bila potensi-potensi tidak ditumbuh kembangkan
17
melalui penguasaan ilmu pengetahuan. Jadi, belajar adalah santapan utama anak
didik.
5 Motivasi Dapat Memupuk Optimisme Dalam Belajar
Anak didik yang mempunyai motivasi dalam belajar selalu yakin dapat
menyelesaikan setiap pekerjaan yang dilakukan. Dia yakin bahwa belajar
bukanlah kegiatan yang sia-sia. Hasilnya pasti akan berguna tidak hanya kini,
tetapi dihari-hari mendatang. Setiap ulangan yang diberikan oleh guru bukan
dihadapi dengan pesimisme, hati yang resah gelisah. Tetapi dia hadapi dengan
tenang dan percaya diri. Biarpun ada anak didik yang lain membuka catatan
ketika ulangan, dia tidak terpengaruh dan tetap tenang menjawab setiap soal item
soal dari awal hingga akhir waktu yang ditentukan.
6. Motivasi Melahirkan Prestasi Dalam Belajar
Dari berbagai hasil penelitian selalu menyimpulkan bahwa motivasi
mempengaruhi prestasi belajar. Tinggi rendahnya motivasi selalu dijadikan
indikator baik buruknya prestasi belajar seseorang anak didik. Anak didik
menyenangi mata pelajaran tertentu dengan senang hati mempelajari mata
pelajaran itu. Selain memiliki bukunya, ringkasannya juga rapi dan lengkap.
Setiap ada kesempatan selalu mata pelajaran yang disenangi itu yang dibaca.
Wajarlah bila isi mata pelajaran itu dikuasai dalam waktu yang relatif singkat.
18
2.1.4 Fungsi Motivasi Dalam Belajar
Dalam kegiatan belajar mengajar pasti ditemukan anak didik yang malas
berpartisipasi dalam belajar. Sementara anak didik yang lain aktif berpartisipasi
dalam kegiatan, seorang atau dua orang anak didik duduk dengan santainya di
kursi mereka dengan alam pemikiran yang jauh entah kemana. Sedikitpun tidak
tergerak hatinya untuk mengikuti pelajaran dengan cara mendengarkan penjelasan
guru dan mengerjakan tugas-tugas yang diberikan.
Ketiadaan minat terhadap suatu mata pelajaran menjadi pangkal penyebab
kenapa anak didik tidak bergeming untuk mencatat apa yang disampaikan oleh
guru. Itulah sebagai pertanda bahwa anak didik tidak mempunyai motivasi untuk
belajar. Kemiskinan motivasi intrinsik ini merupakan masalah yang memerlukan
bantuan yang tidak bisa ditunda-tunda. Guru harus memberikan suntikan dalam
bentuk motivasi ekstrinsik. Sehingga dengan bantun itu anak didik dapat keluar
dari kesulitan belajar.
Bila motivasi ekstrisik yang diberikan itu dapat membantu anak didik keluar
dari lingkaran masalah kesulitan belajar, maka motivasi dapat diperankan dengan
baik oleh guru. Peranan yang dimainkan oleh guru dengan mengandalkan fngsi-
fungsi motivasi merupakan langkah yang akurat untuk menciptakan iklim belajar
yang kondusip bagi anak didik.
19
Baik motivasi intrinsik maupun motivasi ekstrisik sama berfungsi sebagai
pendorong, penggerak, dan penyeleksi perbuatan. Ketiganya menyatu dalam sikap
terimplikasi dalam perbuatan. Dorongan adalah fenomena psikologis dari dalam
yang melahirkan hasrat untuk bergerak dalam menyeleksi perbuatan yang akan
dilakukan. Karena itulah baik dorongan atau penggerak maupun penyeleksi
merupakan kata kunci dari motivasi dalam setiap perbuatan dalam belajar.
Untuk jelasnya ketiga fungsi motivasi dalam belajar tersebut diatas, akan
diuraikan dalam pembahasan sebagai berikut.
1. Motivasi Sebagai Pendorong Perbuatan
Pada mulanya anak didik tidak ada hasrat untuk belajar, tetapi karena ada
sesuaru yang dicari muncullah minatnya untuk belajar. Sesuatu yang belum
diketahui itu akhirnya mendorong anak didik untuk belajar dalam rangka
mencari tahu. Jadi, motivasi yang berfungsi sebagai pendorong ini
mempengaruhi sikap apa yang seharusnya anak didik ambil dalam rangka
belajar.
2. Motivasi Sebagai Penggerak Perbuatan
Dorongan psikologis yang melahirkan sikap terhadap anak didik itu
merupakan suatu kekuatan yang tak terbendung, yang kemudian terjelma
dalam bentuk gerakan psikofisik. Disini anak didik sudah melakukan aktifitas
belajar dengan segenap raga dan jiwa. Akal pikiran berproses dengan sikap
20
pada yang cenderung tunduk dengan kehendak perbuatan belajar. Sikap
berada dalam kepastian perbuatan dan akal pikiran mencoba membedah nilai
yang terpatri dalam wacana, prinsif, dalil, dan hukum, sehingga mengerti betul
isi yang dikandung.
3. Motivasi Sebagai Pengarah Perbuatan
Anak didik yang mempunyai motivasi dapat menyeliksi mana
perbuatan yang harus dilakukan dan mana perbuatan yang diabaikan. Seorang
anak didik yang ingin mendapatkan sesuatu dari suatu mata pelajaran tertentu,
ttidak mungkin dipaksakan untuk mempelajari mata pelajaran yang lain. Pasti
anak didik akan mempelajari mata pelajaran dimana tersimpan sesuatu yang
akan dicari itu. Sesuatu yang akan dicari anak didik merupakan tujuan belajar
yang akan dicapainya. Tujuan belajar itulah sebagai pengarah yang
memberikan motivasi kepada anak didik dalam belajar.
2.1.5 Bentuk-Bentuk Motivasi Dalam Belajar
Dalam proses interaksi belajar mengajar, baik motivasi intrinsik maupun
motivasi ekstrinsik, diperlukan untuk mendorong anak didik agar tekun
belajar. Motivasi ekstrinsik sangat diperlukan bila ada diantara anak didik
yang kurang berminat mengikuti pelajaran dalam jangka waktu tertentu.
Peranan motivasi ekstrinsik cukup besar untuk membimbing anak didik dalam
belajar. Hal ini perlu disadari oleh guru. Untuk itu seorang guru biasanya
21
memanfaatkan motivasi ekstrinsik untuk meningkatkan minat anak didik agar
lebih bergairah belajar meski terkadang tidak tepat. Drs. Wasty Soemantoe
(1984) mengatakan, bahwa guru-guru sangat menyadari pentingnya motivasi
dalam bimbingan belajar murid.
Kesalahan dalam memberikan motivasi ekstrinsik akan berakibat
merugikan prestasi belajar anak didik dalam kondisi tertentu. Interaksi belajar
mengajar menjadi kurang harmonis. Tujuan pendidikan dan pengajaran pun
tidak akan tercapai dalam waktu yang relatif singkat, sesuai dengan target
yang dirumuskan. Oleh karena itu, pemahaman mengenai kondisi psikologis
anak didik sangat diperlukan guna mengetahui segala apa yang sedang
dihadapi anak didik sehingga gairah belajarnya menurun.
Ada beberapa bentuk motivasi yang dapat dimanfaatkan dalam rangka
mengarahkan belajar anak didik di kelas, sebagai berikut.
1. Memberi Angka
Angka dimaksud adalah sebagai simbol atau nilai dari hasil aktivitas
belajar anak didik. Angka atau nilai yang baik mempunyai potensi yang besar
untuk memberikan motivasi kepada anak didik lainnya. Namun, guru harus
menyadari bahwa angka/nilai bukanlah merupakan hasil belajar yang sejati,
hasil belajar yang bermakna, karena hasil belajar seperti itu lebih menyentuh
aspek kognitif. Bisa saja nilai itu bertentengan dengan efektif anak didik.
22
Untuk itu guru perlu memberikan angka/nilai yang menyentuh aspek efektif
dan keterampilan yang diperlihatkan anak didik dalam pergaulan/kehidupan
sehari-hari. Penilaian harus juga diarahkan kepadda aspek kepribadian anak
didik dengan cara mengamati kehidupan anak didik di sekolah, tidak hanya
semata-mata berpedoman pada hasil ulangan di kelas, baik dalam bentuk
formatif atau sumatif.
2. Hadiah
Hadiah adalah memberikan sesuatu kepada orang lain sebagai
penghargaan atau kenang-kenangan/cenderamata. Dalam dunia pendidikan,
hadiah bisa dijadikan sebagai alat motivasi. Hadiah dapat diberikan kepada
anak didik yang berprestasi, rangking satu, dua tau tiga dari anak didik
lainnya. Dalam pendidikan modern, anak didik yang berprestasi tinggi
memperoleh predikat sebagai anak didik teladan dan untuk perguruan
tinggi/universitas disebut sebagai mahasiswa teladan.sebagai penghargaan atas
prestasi mereka dalam belajar, uang beasiswa supersemar pun mereka terima
setiap bulan dengan jumlah dan jangka waktu yang ditentukan. Hadiah berupa
uang beasiswa supersemar diberikan adalah untuk memotivasi anak
didik/mahasiswa agar senantiasa mempertahankan prestasi belajar selama
berstudi.
3. Kompetisi
23
Kompetisi adalah persaingan, dapat digunakan sebagai alat motivasi untuk
medorong anak didik agar mereka bergairah belajar. Bila iklim belajar yang
kondusif terbentuk, maka setiap anak didik terlihat dalam kompetisi untuk
menguasai bahan pelajarran yang diberikan. Selanjutnya, setiap anak didik
sebagian individu melibatkan diri mereka masing-masing kedalam aktivitas
belajar. Kondisi inilah yang dikehendaki dalam pendidikan modern, yakni
cara belajar siswa aktif (CBSA), bukan catat buku sampai akhir pelajaran yang
merupakan kepanjangan dari CBSA pasaran.
4. Ego-Involvement
Menumbuhkan kesadaran kepada anak didik agar merasakan pentingnya
tugas dan menerimanya sebagai suatu tantangan sehingga beklerja keras
dengan mempertahankan harga diri, adalah sebagai salah ssatu bentuk
motivasi yang cukup penting. Seseorang akan berusaha dengan segenap
tenaga untuk mencapai prestasi yang baik dengan menjaga harga dirinya.
Penyelesaian tugas dengan baik adalah simbol kebanggaan dan harga diri.
Begitu juga dengan anak didik sebagai subjek belajar. Anak didik akan belajar
dengan keras bisa jadi karena harga dirinya
5. Memberi Ulangan
Ulangan bisa dijadikan sebagai motivasi, anak didik biasanya
mempersiapkan diri dengan belajar jauh-jauh hari untuk menghadapi ulangan.
Oleh karena itu, ulangan merupakan strategi yang cukup baik untuk
24
memotivasi anak didik agar lebih giat belajar. Namun demikian, ulangan tidak
selamanya dapat digunakan sebagai alat motivasi. Ulangan yang guru lakukan
setiap hari dengan tak terprogram, hanya karena selera, akan membosankan
anak didik. Oleh karena itu, ulangan akan menjadi alat motivasi bila dilakukan
secara akurat dengan teknik dan setrategi yang sestematis dan terencana.
6. Mengetahui Hasil
Mengetahui hasil belajar bisa dijadikan sebagai alat motivasi. Bagi anak
didik yang menyadari betapa besarnya sebuah nilai prestasi belajar akan
meningkatkan intensitas belajarnya guna mendapatkan prestasi belajar yang
melebihi prestasi belajar diketahui sebelumnya. Prestasi belajar yang rendah
menjadikan anak didik giat belajar untuk memperbaikinya. Sikap seperti itu
bisa terjadi bila anak didik merasa rugi mendapat prestasi belajar yang tidak
sesuai dengan harapan.
7. Pujian
Pujian yang diucapkan pada waktu yang tepat dapat dijadikan sebagai alat
motivasi. Pujian adalah bentuk reinforcement yang positif dan sekaligus
merupakan motivasi yang baik. Guru bisa memanfaatkan pujian untuk memuji
keberhasilan anak didik dalam mengerjakan pekerjaan sekolah. Pujian
diberikan sesuai dengan hasil kerja, bukan dibuat-buat atau bertentangan sama
sekali dengan hasil kerjaan anak didik.
25
8.Hukuman
Meski hukuman sebagai reinforcement yang negatif, tetapi bila dilakukan
dengan tepat dan bijak akan merupakan alat motivasi yang baik dan efiktif.
Hukuman akan merupakan alat motivasi bila dilakukan dengan pendekatan
edukatif, bukan karena dendam. Pedekatan edukatif dimaksud di sini sebagai
hukuman yang mendidik dan bertujuan memperbaiki sikap perbuatan anak
didik yang dianggap salah. Sehingga dengan hukuman yang diberikan itu anak
didik tidak mengulangi kesalahan atau pelanggaran. Minimal mengurangi
frekuensi pelanggaran. Akan lebih baik bila anak didik berhenti melakukannya
dihari mendatang.
9. Hasrat Untuk Belajar
Hasrat untuk belajar adalah gejala psikologis yang tidak berdiri sendiri,
tetapi berhubungan dengan kebutuhan anak didik untuk mengetahui sesuatu
dari objek yang akan dipelajarinya. Kebutuhan itulah yang akan menjadi dasar
aktivitas anak didik dalam belajar. Tiada kebutuhan berarti tiada ada hasrat
untuk belajar. Itu sama saja tidak ada minat untuk belajar.
10. Minat
Minat adalah kecendrungan yang menetap untuk memperhatikan dan
mengenang beberapa aktivitas. Dengan kata lain, minat adalah suatu rasa lebih
suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang
menyuruh. Minat tidak hanya diekspresikan melalui pernyataan yang
26
menunjukkan anak didik lebih menyukai sesuatu dari pada yang lainnya,
tetapi dapat juga diimplementasikan melalui partisipasi aktif dalam suatu
kegiatan. Anak didik yang berminat terhadap sesuatu cenderung untuk
memberikan perhatian yang lebih besar terhadap sesuatu yang diminat itu dan
sama sekali tidak menghiraukan sesuatu yang lain. Minat terhadap sesuatu itu
dipelajari dan dapat mempengaruhi belajar selanjutnya serta mempengaruhi
penerimaan minat-minat baru. Jadi, minat terhadap sesuatu merupakan hasil
belajar dan cenderung mendukung aktivitas belajar berikutnya.
Minat besar pengaruhnya terhadap aktivitas belajar. Anak didik yang
berminat terhadap suatu mata pelajaran akan mempelajarinya dengan
sungguh-sungguh, karena ada daya tarik baginya. Anak didik mudah
menghafal pelajaran yang menarik minatnya. Minat merupakan alat motivasi
yang utama yang dapat membangkitkan kegairahan belajar anak didik dalam
rentangan waktu tertentu. Oleh karena itu, guru perlu membangkitkan minat
anak didik agar pelajaran yang diberikan mudah anak didik pahami.
Dari beberapa uraian diatas, nampak jelas bahwa motivasi berfungsi
sebagai pendorong, pengarah, dan sekaligus sebagai penggerak perilaku
seseorang untuk mencapai suatu tujuan.
27
2.2 Persepsi 2.2.1 Definisi persepsi
Persepsi (perception) merupakan tahap paling awal dari serangkaian pemroses
informasi. Persepsi adalah suatu proses penggunaan pengetahuan yang telah
dimiliki (yang disimpan didalam ingatan) untuk mendeteksi atau memperoleh dan
menginterpretasi stimulus (rangsangan) yang diterima oleh alat indera seperti
mata, telinga dan hidung (Matlin,1989; Solso,1988).
Secara singkat dapat dikatakan bahwa persepsi merupakan suatu proses
menginterpretasi atau menafsirkan informasi yang diperoleh melalui sistem alat
indera manusia. Misalnya pada waktu seseorang melihat sebuah gambar,
membaca tulisan, atau mendengarkan suara tertentu, ia akan melakukan
interpretasi berdasarkan pengetahuan yang dimilikinya dan yang relevan dengan
hal-hal itu.
Banyak ahli yang mencoba membuat definisi dari ‘persepsi’. Beberapa di
antaranya adalah:
1. Persepsi merupakan proses yang terjadi di dalam diri individu yang
dimulai dengan diterimanya rangsang, sampai rangsang itu disadari
dan dimengerti oleh individu sehingga individu dapat mengenali
dirinya sendiri dan keadaan di sekitarnya (Bimo Walgito).
2. Persepsi merupakan proses pengorganisasian dan penginterpretasian
terhadap stimulus oleh organisme atau individu sehingga didapat
28
sesuatu yang berarti dan merupakan aktivitas yang terintegrasi dalam
diri individu (Davidoff).
3. Persepsi ialah interpretasi tentang apa yang diinderakan atau dirasakan
individu (Bower).
4. Persepsi merupakan suatu proses pengenalan maupun proses
pemberian arti terhadap lingkungan oleh individu (Gibson).
5. Persepsi juga mencakup konteks kehidupan sosial, sehingga dikenallah
persepsi sosial. Persepsi social merupakan suatu proses yang terjadi
dalam diri seseorang yang bertujuan untuk mengetahui,
menginterpretasi, dan mengevaluasi orang lain yang dipersepsi, baik
mengenai sifatnya, kualitasnya, ataupun keadaan lain yang ada dalam
diri orang yang dipersepsi sehingga terbentuk gambaran mengenai
orang lain sebagai objek persepsi tersebut (Lindzey & Aronson).
6. Persepsi merupakan proses pemberian arti terhadap lingkungan oleh
seorang individu (Krech).
7. Persepsi merupakan suatu proses yang dimulai dari penglihatan hingga
terbentuk tanggapan yang terjadi dalam diri individu sehingga individu
sadar akan segala sesuatu dalam lingkungannya melalui indera-indera
yang dimilikinya.
Jadi persepsi merupakan proses kognitif seseorang yang melibatkan indera
sensorisnya, yaitu penglihatan, pendengaran, peraba perasa dan penciuman untuk
menerima informasi yang datangnya dari lingkungan sekitarnya. Dan nantinya
29
informasi itu diproses untuk diberikan arti atau makna agar manusia bisa
memahaminya.
2.2.2 Proses terjadinya persepsi
Seseorang dalam mempersepsikan sesuatu tidak terjadi begitu saja, tetapi ada
unsur yang menyebabkan terjadinya suatu proses persepsi. Secara alur dapat
dikemukakan bahwa proses persepsi berlangsung sebagaimana berikut:
1. Stimulus mengenai alat indera, ini merupakan proses yang bersifat
kealaman.
2. Stimulus kemudian dilangsungkan keotak oleh syaraf sensoris. Yang
disebut proses pisiologis.
3. Diotak sebagai pusat susunan urat syaraf terjadilah proses yang akhirnya
individu dapat menyadari atau mempersepsi tentang apa yang diterima
melalui alat indera. Proses yang terjadi dalam otak ini merupakan proses
psikologis. (Bimo Walgito, 1989).
2.2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi
Persepsi pada prinsipnya selalu melibatkan dua proses yang saling melengkapi
dan bukan berjalan sendiri-sendiri. Dua proses tersebut adalah bottom-up
processing dan top-down processing. Hal ini berarti bahwa hasil suatu persepsi
atau interpretasi mengenai suatu stimulus akan ditentukan oleh kombinasi antara
sifat-sifat yang ada pada stimulus yang dipersepsi itu (bottom-up) dengan
30
pengetahuan yang tersimpan didalam pengetahuan seseorang yang relevan dengan
stimulus itu (top-down).
Berkaitan dengan pemikiran tersebut maka ada dua sumber informasi yang
dapat digunakan untuk mempersepsi dunia luar secara tepat:
1. Informasi yang ditampilkan oleh stimulus sensori pada waktu itu.
2. Pengetahuan serta pengalaman yang relevan yang dimiliki dan
telah tersimpan didalam ingatan seseorang.
Berdasarkan penjelasan yang telah di ungkapkan, bisa terjadi perbedaan
seseorang dalam memberikan makna terhadap informasi yang ditangkap oleh
panca inderanya. Hal ini disebabkan pemaknaan terhadap apa yang di tangkap
oleh panca indera adalah subyektif. misalnya ada dua orang memperoleh stimulus
(informasi) yang sama, tetapi kedua orang tersebut dalam memberikan makna
(interpretasi) terhadap stimulus tersebut berbeda. Karena ada beberapa faktor yang
bisa mempengaruhi terjadinya perbedaan persepsi seseorang. Adapun faktor-
faktor tersebut menurut Robbins (2001) ada tiga, yaitu:
a. Orang yang melakukan persepsi
Ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi persepsi seseorang antara lain:
1. Sikap individu yang bersangkutan dengan objek persepsi
2. Motif / keinginan yang belum terpenuhi yang ada di dalam diri seseorang
akan berpengaruh terhadap persepsi yang dimunculkan.
3. Interest / keterkaitan.
31
Fokus perhatian individu dipengaruhi oleh keterkaitan tentang sesuatu. Hal
ini menyebabkan obyek persepsi yang sama dapat dipersepsikan berbeda
oleh masing-masing individu.
4. Harapan.
Harapan dapat menyebabkan distorsi terhadap obyek yang di persepsikan.
Atau dengan kata lain seseorang akan mempersepsikan suatu obyek atau
kejadian sesuai dengan apa yang diharapkan pada orang tersebut.
b. Target atau objek persepsi
Karakteristik target / objek yang dipersepsikan bisa mempengaruhi apa
yang dipersepsikan. Karakteristik orang yang dipersepsi baik itu
karesteristik personal sikap maupun tingkah laku dapat berpengaruh
terhadap perceiver, karena manusia dapat saling mempengaruhi persepsi
satu sama lain. Guru yang berinteraksi dengan murid di kelas bertingkah
laku selalu antusias, hangat, humoris, dan lain sebagainya akan
berpengaruh terhadap persepsi siswa akan guru tersebut.
c. Faktor situasi
Yaitu situasi persepsi tersebut muncul. Konteks situasi saat melihat
obyek baik berupa lokasi, cahaya, dan suasana sangatlah penting. Pada
faktor situasi terhdap beberapa hal yang dapat memepengaruhi, antara lain:
1. Konteks sosial
32
Bagaimana lingkungan sosial memandang obyek persepsi seseorang ada
kecenderungan sesuai dengan apa yang di persepsikan lingkungan
sosialnya.
2. Konteks pekerjaan
Persepsi seseorang terhadap suatu peristiwa dalam lingkup pekerjaan
3. Waktu pada saat kapan objek persepsi tersebut kita persepsikan.
2.2.4. Ciri-Ciri persepsi
Penginderaan terjadi dalam suatu konteks tertentu, konteks ini disebut sebagai
dunia persepsi agar dihasilkan suatu penginderaan yang bermakna. Menurut
Shaleh dan Muhbib (2005) ada ciri-ciri umum tertentu dalam dunia persepsi
antara lain:
1. Modalitas: rangsang-rangsang yang diterima harus sesuai dengan
modalitas tiap-tiap indera, yaitu sifat sensoris dasar dan masing-masing
indera (cahaya untuk penglihatan, bau untuk penciuman, suhu bagi
perasa, bunyi bagi pendengaran, sifat permukaan bagi peraba dan
sebagainya).
2. Dimensi ruang: dunia persepsi mempunyai sifat ruang (dimensi
ruang), kita dapat mengatakan atas-bawah, tinggi-rendah, luas-
sempit,latar depan-latar belakang, dan lain-lain.
3. Dimensi waktu: dunia persepsi mempunyai dimensi waktu, seperti
cepat-lambat, tua-muda dan lain-lain.
33
4. Struktur konteks, keseluruhan yang menyatu: objek-objek atau gejala-
gejala dalam dunia pengamatan mempunyai struktur yang menyatu dengan
konteksnya. Struktur dan konteks ini merupakan keseluruhan yang
menyatu.
2.2.5. Perbedaan persepsi
Perbedaan persepsi menurut Sarwono (2000) dapat disebabkan oleh hal-hal
dibawah ini:
1. Perhatian: biasanya tidak menangkap seluruh rangsangan yang ada
disekitar kita sekaligus, tetapi memfokuskan perhatian terhadap satu
atau dua objek saja.
2. Kebutuhan: kebutuhan-kebutuhan sesaat maupun yang menetap pada
diri seseorang, mempengaruhi persepsi orang tersebut. Dengan
demikian, kebutuhan-kebutuhan yang berbeda menyebabkan bila
perbedaan persepsi.
3. Sistem nilai: sistem nilai yang berlaku pada suatu masyarakat
berpengaruh pula pada persepsi.
4. Ciri kepribadian: ciri kepribadian akan mempengaruhi persepsi
5. Gangguan kejiwaan:
Gangguan kejiwaan dapat menimbulkan kesalahan persepsi yang
disebut halusinasi. Berbeda dari ilusi, halusinasi bersifat individual,
jadi hanya dialami oleh penderita yang bersangkutan saja.
34
2.2.6 Hakekat persepsi
Persepsi ternyata banyak sekali melibatkan kegiatan kognitif. Pada awal
pembentukan proses persepsi, orang telah menentukan dulu apa yang akan
diperhatikan. Setiap kali anda memusatkan perhatian lebih besar kemungkinannya
anda akan memperoleh makna dari apa yang anda tangkap, lalu
menghubungkannya dengan pengalaman lalu, kemudian hari akan diingat
kembali.
Beberapa hal yang mempengaruhi persepsi dalam kemampuan kognitif yaitu:
a. Kesadaran
Bila anda sedang merasa sangat bahagia, maka pemandangan yang
terhampar jauh akan sangat luar biasa indahnya. Tetapi sebaliknya, jika
anda sedang murung atau sedih, mungkin pemandangan yang indah itu
akan membosankan dipandang.
b. Ingatan
Indera secara teratur akan menyimpan data-data yang dapat diterima oleh
otak. Orang cenderung untuk terus menerus membanding-bandingkan
penglihatan, suara dan pengindraan lainnya dengan ingatan-ingatan
pengalaman lalu yang mirip.
c. Proses informasi
Seseorang sudah dapat menentukan dan memutuskan data mana yang akan
dihadapi berikutnya, dibandingkan dengan situasi lalu dan saat itu, lalu
membuat interpretasi dan evaluasi.
35
Beberapa Psikolog melihat atensi memegang peranan dalam persepsi,
walaupun sampai saat ini masih saja merupakan topik yang penuh perdebatan.
Beberapa orang psikolog melihat atensi sebagai jenis alat saring (filter) yang akan
menyaring semua informasi pada titik-titik yang berbeda pada proses persepsi.
Sebaliknya psikolog lain yakin bahwa manusia mampu memusatkan atensinya
terhadap apa yang mereka kehendaki untuk dipersepsikan secara aktif dengan
mellibatkan pengalaman-pengalaman tanpa menutup rangsangan lain yang saling
bersaing. Atensi selalu aktif pada waktu tertentu, mula-mula ketika menerima
masukan dari organ indra, kemudian ketika harus memilih dan
menginterpretasikan data sensorik dan menentukan apakah akan memberikan
respon terhadap rangsangan itu, lalu bersiap-siap untuk mengambil langkah
tindakan tertentu.
Menurut Daniel Kahneman bahwa kemampuan atensi tergantung pada
sumber-sumber yang dituntut oleh tugas yang sedang akan dilakukan. Bila kontrol
kesadaran hanya sedikit dan sumber yang diperlukan juga sedikit seperti misalnya
dalam mengendarai mobil (bagi pengemudi yang mahir) maka orang tersebut akan
dapat melakukan banyak tugas lainnya sekaligus. Pengaruh yang penting di dalam
atensi adalah kebutuhan, minat dan nilai, misalnya seorang guru yang sedang
asyik mengajarkan pelajaran-pelajarannya, mungkin akan tidak mendengar sama
sekali lonceng berbunyi tanda usai pelajaran, sebaliknya, murid yang sudah lapar
dan ingin pulang, atau berbincang dengan temannya, justru sangat menyadari
suara lonceng tersebut.
36
2.2.7 Peran persepsi terhadap iklim kelas
Manusia sebagai mahluk sosial yang dalam realitasnya melakukan berbagai
interaksi dengan mahluk lain melalui berbagai situasi. Pendidikan dimana di
dalamnya terjadi rangkaian peristiwa menuju terbentuknya manusia sehat jasmani
dan rohani. Pengajaran sebagai bagian dari pendidikan dimana pengajaran
bertujuan untuk pencapaian tujuan pendidikan dan terikat oleh situasi atau
interaksi yang edukatif dalam bentuk hubungan bersama antara guru dengan
murid.
Dalam proses persepsi setiap individu mempunyai kesan tersendiri atas
kejadian atau peristiwa yang ditangkap oleh indera sensorisnya, sehingga bisa
terjadi perbedaan antara individu A dengan individu B dalam pemberian arti
tentang objek peristiwa yang ditangkap indera sensorisnya. Dunia pendidikan
tidak terlepas dari terjadinya proses interaksi antara guru dengan siswa dan siswa
dengan siswa lainnya. Persepsi dalam kaitannya dengan iklim kelas, guru
merupakan objek yang sangat penting yang akan dipersepsi, yang pada akhirnya
akan mempengaruhi orientasi tujuan siswa. Dari model-model pembelajaran yang
dikemukakan oleh Rameden (1992), Entwistle (1981) serta Cote dan Levine
(2000) terlihat bahwa persepsi terhadap pengajar, lingkungan pembelajaran dan
evaluasi merupakan hal yang mempengaruhi prestasi belajar secara tidak
langsung.
Dalam kaitannya dengan orientasi tujuan, siswa akan lebih berorientasi pada
tugas jika mempersepsi bahwa materi yang dipelajari menarik dan bermanfaat
37
dibandingkan jika ia mempersepsi bahwa materi tidak menarik dan tidak
bermanfaat. (Woolfolk,2004). Orientasi belajar dapat dibentuk maupun diubah,
tergantung dari lingkungan. Mengingat bahwa situasi kelas dapat membentuk
orientasi tujuan siswa, guru berperan penting dalam memfasilitasi pengadopsian
orientasi tujuan siswa. (Woolfolk,2004, Pintrich dan Schunk,1996).
Persepsi yang positif terhadap pengajaran akan membuat siswa merasakan
kesenangan dalam belajar, mendorong mereka untuk mempelajari materi lebih
mendalam dan pada akhirnya dapat membuat siswa lebih terlibat dalam proses
belajar mengajar. (Church, Elliot dan Gable,2001). Selanjutnya faktor evaluasi
sangat menentukan perilaku belajar siswa, karena pandangan mengenai evaluasi
yang diberikan oleh guru akan mempengaruhi pendekatan belajar yang dipilih
melalui orientasi yang diadopsi.
Faktor evaluasi berkaitan dengan situasi kelas yang terbentuk karena jenis
evaluasi yang diberikan. Jika evaluasi menekankan pada perbandingan
kemampuan kognitif secara sosial, siswa akan mengadopsi orientasi ego dan
orientasi work avoidance. Sebaliknya jika evaluasi menekankan pada peningkatan
diri, partisipasi, usaha dan pendekatan belajar secara efektif dari peserta didik,
siswa akan mengadopsi orientasi task. (Ames dan Arcer,1998). Dalam penelitian
ini persepsi mengenai iklim kelas merupakan persepsi yang dimiliki siswa
terhadap pembelajaran, dalam hal ini pengajaran guru dan situasi belajar mengajar
serta evaluasi yang di berikan guru.
38
2.3 Iklim Kelas
2.3.1 Pengertian iklim kelas
Prestasi belajar dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal
meliputi motivasi inteligensi, bakat, minat, dan kondisi fisik. Faktor eksternal
meliputi faktor sosial termasuk hubungan siswa dengan guru. Manajemen
sekolah, kurikulum pendidikan serta sarana dan fasilitas sekolah (Purwanto,
1998). Lingkungan sekolah yang memberi pengaruh terbesar pada kondisi siswa
dalam proses belajar disekolah adalah iklim didalam kelas (winkel,2005).
Demikian juga menurut Kaluge (dikutip oleh Pudjibudojo & Rahayu, 2003), iklim
kelas merupakan pengaruh terbesar bagi prestasi belajar siswa.
Menurut Oemar Hamalik dalam Ilmu Pendidikan, 1991, kelas adalah suatu
kelompok orang-orang yang melakukan kegiatan belajar bersama yang mendapat
pengajaran dari seorang guru. Sebagai suatu kelompok sosial kelas pada
hakikatnya adalah suatu unit sosial yang bersama-sama memiliki tujuan dan
terbentuk secara formal yang berada di bawah suatu pimpinan, yaitu guru.
Bloom (1964) mendefinisikan iklim dengan kondisi, pengaruh, dan
rangsangan dari luar yang meliputi pengaruh fisik, sosial dan intelektual yang
mempengaruhi peserta didik. Hoy dan forsyth (1986) mengatakan bahwa iklim
kelas adalah organisasi sosial informal dan aktifitas guru kelas yang secara
spontan mempengaruhi tingkah laku. Selanjutnya Hoy dan Miskell (1982)
menambahkan istilah iklim seperti halnya keperibadian pada manusia. Artinya
masing-masing kelas memiliki ciri (keperibadian) yang tidak sama dengan kelas-
39
kelas yang lain, meskipun kelas itu dibangun dengan fisik dan bentuk atau
arsitektur yang sama. Moos (1979) juga menambahkan bahwa iklim kelas seperti
halnya manusia, ada yang sangat berorientasi pada tugas, demokratis, formal,
terbuka, atau tertutup.
Dengan berdasarkan pada beberapa pengertian iklim dan iklim kelas di atas,
maka dapat dipahami bahwa iklim kelas adalah segala situasi yang muncul akibat
hubungan guru dan peserta didik atau hubungan antarp eserta didik yang menjadi
ciri khusus dari kelas dan mempengaruhi proses belajar mengajar.
Lingkungan fisik kelas mencakup kondisi dan materi fisik seperti ruangan
kelas, dan ragam perlengkapan didalam kelas (Parsons,Hinson, &Brown, 2001).
Sedangkan lingkungan sosial kelas merupakan iklim atau atmosfir psikologis
dalam kelas, dan lingkungan sosial kelas juga disebut lingkungan psikologis atau
iklim lingkungan kelas (Parsons, et al., 2001)
Persepsi siswa terhadap iklim lingkungan kelas juga mempunyai hubungan
yang positif dengan pencapaian akademik siswa (Moos & Moos dikutip oleh
Byer, 2000). Iklim kelas merupakan bagian dari sekolah atau institusi yang dapat
memengaruhi motivasi belajar. Iklim kelas mengacu kepada berbagai dimensi
psikologis dan sosial di dalam kelas, seperti tingkat formalitas, fleksibilitas,
struktur, kecemasan, kontrol dari guru, aktivitas dan juga dorongan (Reilly dan
Lewis, 1983).
Pada iklim kelas yang positif, siswa akan merasa nyaman ketika memasuki
ruang kelas, mereka mengetahui bahwa akan ada yang memperdulikan dan
40
menghargai mereka, dan mereka percaya bahwa akan mempelajari sesuatu yang
berharga. Namun sebaliknya, pada iklim kelas negatif, siswa akan merasa takut
apabila berada di dalam kelas dan ragu apakah mereka akan mendapat
pengalaman yang berharga.
Iklim kelas mencakup dimensi seperti keterlibatan, afiliasi, dukungan dari staf
pengajar, orientasi terhadap tugas, kompetisi, keteraturan dan pengorganisasian,
kejelasan peraturan, kontrol staf pengajar, serta inovasi (Trickett dan Moss dalam
Ramelan, 1989). Dimensi keterlibatan dan afiliasi merupakan dimensi yang
bekaitan dengan siswa, apabila siswa terlibat secara aktif dalam setiap aktifitas di
dalam kelas serta memiliki hubungan interpersonal yang baik dengan sesama
siswa maka akan tercipta iklim kelas yang positif.
Pada dimensi orientasi terhadap tugas, kompetisi, keteraturan dan
pengorganisasian yang berkaitan erat dalam menciptakan sistem belajar yang
kondusif. Siswa ditekankan bahwa penyelesaian suatu tugas adalah hal yang
sangat penting demi mencapai suatu prestasi tertentu yang diimbangi dengan
adanya persaingan untuk mencapai prestasi tersebut. Kejelasan peraturan, kontrol
dari staf pengajar merupakan dimensi yang berhubungan dengan staf pengajar,
kemampuan dari guru untuk mendukung dan memberikan perhatian terhadap
siswa, memberikan peraturan yang jelas untuk dijalankan sebagai kontrol di
dalam kelas. Dan dimensi inovasi berhubungan langsung dengan guru sebagai
pengajar harus berusaha mencari cara untuk menghindari kebosanan siswa
dikarenakan cara mengajar yang monoton.
41
Kondisi yang merupakan dimensi iklim kelas tersebut pada tiap-tiap kelas
dapat bervariasi dan kemungkinan akan dapat memengaruhi motivasi belajar
setiap siswa. Keterlibatan siswa dalam belajar di kelas merupakan dimensi dari
lingkungan pembelajaran di kelas yang penting dalam mempromosikan motivasi
akademik siswa (Zewin, 1983). Fouts, Chan, dan Biao (1993) menemukan bahwa
persepsi keterlibatan siswa di kelas mempunyai hubungan positif dengan hasil
belajar siswa (sikap mereka terhadap suatu mata pelajaran, sikap yang
berhubungan dengan kenikmatan dalam mempelajari suatu mata pelajaran, dan
lain-lain).
Knight and Waxman (1990) menemukan juga bahwa persepsi keterlibatan
siswa di kelas mempunyai hubungan yang positif dengan self-concept terhadap
akademik mereka. Dengan memanfaatkan beberapa hal yang menguntungkan dari
persepsi siswa terhadap keanggotaan mereka di kelas, Schmuck and Schmuck
(1992) tertantang untuk meneliti kesetiakawanan antar teman sekelas dapat
mempromosikan self-esteem mereka secara positif.
Para siswa yang berorientasi pada student affiliation ditandai dengan adanya
keinginan saling tolong menolong, saling membantu, dan saling mendukung di
antara mereka di kelas, sehingga mereka akan percaya diri dalam memanfaatkan
kemampuan akademiknya ( Van Egmond, 1960). Berkaitan dengan hal ini, Tu’u
(2004), menyatakan pentingnya menciptakan suasana iklim lingkungan kelas
sedemikian rupa sehingga terciptanya suasana yang kondusif bagi kegiatan belajar
mengajar.
42
2.4 Kerangka Berpikir
Pendukung utama tercapainya tujuan pengajaran adalah suasana kelas yang
baik dalam arti seluas-luasnya. Karena itu segala macam tindakan pembinaan
pendidikan sepatutnya diarahkan pada kelas. Di kelaslah segala aspek pendidikan
pengajaran bertemu dan berproses. Guru dengan segala kemampuannya, siswa
dengan segala latar belakang dan sifat-sifat individunya, kurikulum dengan segala
komponennya, dan materi serta sumber pelajaran dengan segala pokok
bahasannya bertemu, berpadu dan berinteraksi dikelas. Bahkan hasil dari
pendidikan dan pengajaran sangat ditentukan oleh apa yang terjadi di kelas. Oleh
karena itu sudah selayaknyalah kelas dikelola dengan baik, profesional dan harus
terus menerus.
Iklim kelas yang kondusif akan berpengaruh dengan persepsi siswa, apabila
siswa mempersepsikan bahwa iklim kelas tempat ia belajar sudah baik dan
kondusif, maka akan timbulah motivasi untuk belajar dan menerima pelajaran,
sebaliknya bila siswa mempersepsikan iklim kelas tempat ia belajar tidak baik dan
kondusif maka siswa tidak akan termotivasi untuk belajar dan menerima
pelajaran. Karena ketertarikan individu terhadap sesuatu yang diamati akan
mempengaruhi pengamatannya, sehingga menghasilkan persepsi yang berbeda
pada setiap individu yang pada akhirnya akan mempengaruhi motivasi individu
dalam melakukan suatu pekerjaan.
43
Berdasarkan teori-teori dan pendapat-pendapat yang telah penulis sajikan
sebelumnya, maka secara ringkas penulis membuat kerangka pemikiran dalam
gambar dibawah ini
Kerangka Berpikir Penelitian
2.5 Hipotesis
Dari kerangka berpikir tersebut, peneliti merumuskan hipotesis sebagai
berikut :
MOTIVASI
Persepsi positif terhadap iklim kelas
Persepsi negatif terhadap iklim kelas
-Motivasi Intrinsik -Motivasi ektrinsik
44
Ha : Ada hubungan antara persepsi tentang iklim kelas dengan motivasi belajar
siswa di SMP Islam Yayasan Kesejahteraan Sosial (YKS).
Ho : Tidak ada hubungan antara persepsi tentang iklim kelas dengan motivasi
belajar siswa di SMP Islam Yayasan Kesejahteraan Sosial (YKS).
45
BAB 3
METODE PENELITIAN
Bab ketiga ini terdiri dari : Pendekatan penelitian dan Metodologi Penelitian;
Variabel penelitian dan konseptual Operasional: Pengambilan Sampel; Teknik
Pengumpulan Data; Uji Instrumen Penelitian; Metode Analisis Data; dan Prosedur
Penelitian.
3.1. Jenis Penelitian
3.1.1 Pendekatan Penelitian
Penelitian ini ingin melihat hubungan antara Persepsi tentang iklim kelas
dengan motivasi belajar di SMP Islam Yayasan Kesejahteraan Sosial (YKS)
Depok. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kuantitatif , karena pada data akhir akan dianalisis dengan penghitungan statistic.
Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka (Sugiono,2008). Hasil
penelitian ini disajikan dalam bentuk deskripsi dengan menggunakan angka-angka
ststistik.
3.1.2 Metode Penelitian
Metode pada penelitian ini adalah dengan metode korelasional. Sevilla (1993)
mengemukakan penelitian korelasional adalah penelitian yang dirancang untuk
menentukan tingkat hubungan variabel-variabel yang berbeda dalam suatu
46
populasi. Dalam penelitian ini untuk mengukur tingkat serta arah hubungan antara
iklim kelas (Variabel Independen/bebas) dengan motivasi belajar siswa (variabel
dependen/terikat).
3.1.3 Definisi konseptual variabel dan operasional variabel
3.1.3.1 Definisi konseptual variabel
Variabel penelitian adalah suatu karakteristik yang memiliki dua atau lebih
nilai yang berdiri sendiri. Variabel dalam penelitian ini ada dua, yaitu variabel
bebas dan variabel terikat. Sevilla (1993) mendefinisikan variabel bebas adalah
variabel yang mempengaruhi atau yang mengakibatkan hasil, sedangkan variabel
terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau hasil dari penelitian.
a. Variabel X (variabel bebas / Independent variabel)
Variabel bebas penelitian ini adalah persepsi tentang iklim kelas. Persepsi
tentang iklim kelas yaitu segala situasi yang muncul akibat hubungan antara
guru dan peserta didik atau hubungan antar peserta didik yang menjadi ciri
khusus dari kelas dan mempengaruhi proses belajar mengajar.. Indikator
dalam penelitian ini meliputi aspek keterlibatan, afiliasi, dukungan guru,
orientasi tugas, kompetisi,pengaturan tugas, kontrol guru, kejelasan peraturan,
inovasi.
b. Variabel Y (variabel terikat / dependent variabel)
47
Variabel terikat dari penelitian ini adalah motivasi belajar. Motivasi
belajar yaitu kecenderungan hati atau keinginan untuk melaksanakan kegiatan
belajar yang bersumber dari diri individu itu sendiri maupun dari dorongan
orang lain. Motivasi belajar pada penelitian ini meliputi aspek motivasi
intrinsik dan motivasi ekstrinsik.
3.1.3.2 Operasional variabel
Operasional variabel adalah sesuatu yang memberikan penjelasan atas suatu
variabel dalam bentuk yang dapat diukur. (Kountour,2003). Berdasarkan konsep-
konsep dan teori yang telah diuraikan, penulis merumuskan operasional variabel
mengenai variabel-variabel dalam penelitian, yaitu:
a). Iklim kelas dioperasionalisasikan melalui skor skala iklim kelas yang terdiri
dari aspek-aspeknya yaitu: 1)Keterlibatan ( involvement ) yang menjelaskan
sejauh mana seorang siswa terlibat dalam setiap aktifitas yang ada di dalam
kelas. 2) Afiliasi ( affilitiation ) sejauh mana seorang siswa memiliki
hubungan interpersonal yang baik dengan sesama anggota kelas.3)Dukungan
Guru (Teacher support ) hal yang menjelaskan sejauh mana seorang guru
mampu memberikan dukungan serta masukan untuk meningkatkan prestasi
belajar siswanya. 4)Orientasi Tugas ( Task orientation ) menjelaskan sejauh
mana siswa ditekankan bahwa penyelesaian suatu tugas adalah hal yang
sangat penting demi mencapai suatu prestasi tertentu. 5)Kompetisi (
Competition ) menjelaskan sejauh mana siswa mampu berkompetisi atau
48
bersaing untuk mendapatkan prestasi tertinggi di kelas. 6) Pengaturan dan
Organisasi menjelaskan hal yang berkaitan erat dalam penciptaan sistem
belajar yang kondusif . 7) Kontrol Guru ( Teacher Control) kemampuan dari
guru untuk mendukung dan memberikan perhatian terhadap siswa). 8)
Kejelasan Peraturan ( Rule Clarity ) hal yang menjelaskan bagaimana guru
mampu memberikan peraturan yang jelas untuk dijalankan sebagai kontrol di
dalam kelas.9) Inovasi ( inovation ) guru sebagai pengajar harus berusaha
mencari cara untuk menghindari kebosanan siswa dikarenakan cara mengajar
yang monoton.
b). Motivasi belajar dioperasionalisasikan melalui skor skala motivasi belajar
yang terdiri dari motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik beserta aspek-
aspeknya yaitu:
a) Motivasi intrinsik 1). Minat. Sejauh mana seorang siswa mempunyai
keinginan atau hasrat untuk belajar 2).Kebutuhan. sejauh mana seorang
siswa menganggap belajar itu merupakan suatu kebutuhan untuk
mengetahui suatu hal.3).Kenikmatan. hal yang menjelaskan sejauh mana
seorang siswa memperoleh kenikmatan pada saat dirinya sedang menerima
pelajaran dari guru. 4). Rasa ingin tahu. Menjelaskan bagaimana seorang
siswa memiliki rasa ingin tahu apabila ada pelajaran yang belum
dimengerti.
b) Motivasi ekstrinsik. 1) Pujian. Suatu tindakan atau perbuatan yang
ditujukan kepada siswa untuk menghargai prestasinya dengan tujuan agar
49
lebih meningkatkan prestasi belajarnya. 2) Tekanan sosial. Suatu keadaan
yang mengharapkan seorang siswa untuk selalu meningkatkan prestasi
belajarnya 3). Hukuman. Hukuman bisa merupakan alat motivasi bila
dilakukan dengan pendekatan edukatif, bukan karena dendam, dan
bertujuan memperbaiki sikap perbuatan anak didik yang dianggap salah.
Sehingga dengan hukuman yang diberikan itu anak didik tidak mengulangi
kesalahan atau pelanggaran
3.2 Subjek penelitian Suatu penelitian yang dimaksudkan untuk menarik generalisasi, sangat
berkaitan dengan masalah sampel, yaitu bagaimana mengambil sampel dari suatu
populasi sehingga hasil-hasil penelitian terhadap sampel tersebut dapat
melahirkan suatu kesimpulan yang dapat berlaku umum bagi seluruh populasi.
3.2.1 Populasi dan sampel Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang
memiliki kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari kemudian di tarik kesimpulannya. Sugiono,(1999). Populasi dalam
penelitian ini adalah siswa siswi SMP Islam YKS Kecamatan Pancoran Mas
Depok. sebanyak 210 orang. Sampel adalah beberapa bagian kecil atau cuplikan
yang ditarik dari populasi atau porsi dari suatu populasi (Sevilla, 1993).
Sedangkan dalam pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan sampel
sebanyak 60 siswa.
50
3.2.2 Teknik pengambilan sampel
Sample diambil dengan menggunakan teknik pengambilan sample secara acak
sederhana, yaitu teknik pengambilan sample secara probabilitas (probability
sampling) dimana semua anggota populasi memiliki kesempatan yang sama untuk
menjadi sample penelitian ini.
Adapun dalam penelitian ini penulis menggunakan sampel sebanyak 60 siswa
dan siswi. Sampel yang digunakan untuk try out sebanyak 60 orang siswa=siswi
SMP Muhammadiyah 4, sedangkan sampel riil yang digunakan dalam penelitian
ini adalah sebanyak 60 orang siswa kelas VIII yang bersekolah di SMP Islam
YKS Kecamatan Pancoran Mas Depok.
3.3 Teknik Pengumpulan Data
3.3.1 Metode pengumpulan data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala.
Saifuddin Azwar (2005), menyatakan bahwa skala adalah daftar pernyataan yang
akan mengungkap performansi yang menjadi karakter tipikal pada subyek yang
diteliti, yang akan dimunculkan dalam bentuk respon-respon terhadap situasi yang
dihadapi.
Skala yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada skala model Likert
yaitu metode penskalaan pernyataan individu yang menggunakan distribusi respon
sebagai dasar penentu nilai skalanya (Saifuddin Azwar, 2005). Untuk memperoleh
data dalam penelitian ini, peneliti menggunakan alat pengumpul data yaitu skala
iklim kelas dan Motivasi belajar.
51
3.3.2 Alat ukur penelitian
Instrumen penelitian adalah suatu cara atau alat yang digunakan oleh peneliti
untuk memperoleh data yang akan di analisis. Instrumen yang digunakan harus
tepat dan mempunyai dasar yang beralasan, dalam penelitian ini menggunakan:
a. Skala iklim kelas
Skala iklim kelas merupakan metode pengumpulan data yang digunakan
dalam penelitian ini. Skala tersebut memuat suatu daftar pernyataan tentang
topik-topik tertentu, yang diberikan kepada subjek berkaitan dengan persepsi
iklim kelas. Penulis membuat skala ini dengan mengacu pada teori yang
relevan yang dikemukakan oleh Trickett dan Moos dalam Ramelan (1989).
Model skala yang digunakan peneliti adalah model Skala Likert.
b. Skala Motivasi belajar
Skala motivasi belajar memuat suatu daftar pernyataan tentang topik-topik
tertentu, yang diberikan kepada subjek berkaitan dengan motivasi belajar.
Penulis membuat skala ini dengan mengacu pada teori yang relevan yang
dikemukakan oleh Woolfolk (1993) yang mengemukakan tentang unsur-unsur
yang mempengaruhi motivasi. Model skala yang digunakan peneliti adalah
model skala Likert.
Kedua skala ini menggunakan format jawaban empat-poin, yaitu Sangat
Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS). Masing-
masing subyek diminta untuk memilih satu diantara empat alternatif jawaban
52
tersebut. Untuk item yang favorable, skor subjek bergerak 4, 3, 2, 1. Sementara
itu, untuk aitem unfavorable, skor subyek bergerak dari 1, 2, 3, dan kemudian 4.
Pilihan Jawaban Favorable Unfavorable
SS (sangat setuju) 4 1
S (setuju) 3 2
TS (tidak setuju) 2 3
STS (sangat tidak
setuju)
1 4
Item-item dalam skala persepsi tentang iklim kelas dirancang berdasarkan
unsur-unsur yang ada di sekolah, yaitu :
a) Keterlibatan
b) Afiliasi
c) Dukungan Guru
d) Orientasi tugas
e) Kompetisi
f ) Pengaturan dan Organisasi
g) Kontrol Guru
h) Kejelasan Peraturan
i ) Inovasi
53
Tabel 3.1.
Blue Print Skala iklim kelas
No. Indikator No. Item Jumlah Favorable Unfavorable 1. Keterlibatan 8,26,44 1,19,37 6 2. Afiliasi 2,20,38 9,27,45 6 3. Dukungan Guru 10,28,46 3,21,39 6 4. Orientasi tugas 4,22,40 11,29,47 6 5. Kompetisi 12,30,48 5,23,41 6 6. Pengaturan dan Organisasi 6,24,42 13,31,49 6 7. Kontrol Guru 14,32,50 7,25,43 6 8. Kejelasan Peraturan 18,36,54 15,33,51 6 9. Inovasi 16,34,52 17,35,53 6 Jumlah 27 27 54
Sedangkan item-item dalam skala motivasi belajar dirancang berdasarkan
aspek motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik menurut teori Woolfolk (1993),
yaitu:
A. Motivasi intrinsik
- Minat
- Kebutuhan
- Kenikmatan
- Rasa ingin tahu
B. Motivasi ekstrinsik
- Pujian
- Tekanan sosial
- Hukuman
54
Tabel 3.2
Blue Print Skala Motivasi Belajar
No Aspek Indikator No.Item Jumlah
Favorable Unfavorable
1. Motivasi
intrinsik
a) Minat 8,22,36 1,15,29 6
b) Kebutuhan 2,16,30 9,23,37 6
c) Kenikmatan 10,24,38 3,17,31 6
d) Rasa ingin
Tahu
4,18,32 11,25,39 6
2. Motivasi
Ekstrinsik
a) Pujian 12,26,40 5,19,33 6
b) Tekanan sosial 6,20,34 13,27,41 6
c) Hukuman 14,28,42 7,21,35 6
Jumlah 21 21 42
3.3.3 Teknik uji instrumen penelitian
Sebelum penelitian dilaksanakan, peneliti melakukan uji instrumen persepsi
tentang iklim kelas yang terdiri dari 54 item dan instrumen motivasi belajar yang
terdiri dari 42 item. Uji instrumen diberikan pada 60 siswa siswi. Adapun tujuan
dari pelaksanaan uji instrumen ini dilakukan dengan maksud :
1. Mengetahui berapa lama waktu yang dibutuhkan responden dalam
menyelesaikan pengisian instrumen.
2. Mengetahui pemahaman responden terhadap pernyataan atau item-item yang
diberikan.
55
3. Mengetahui validitas instrumen, dimana skor tiap item dikorelasikan dengan
skor total.
4. Mengetahui tingkat reliabilitas instrumen yang digunakan untuk mengukur
tingkat reliabilitas skala tersebut.
Uji validitas digunakan untuk mengetahui kelayakan butir-butir dalam suatu
daftar pernyataan dalam mendefinisikan suatu variabel. Hasil penelitian yang
valid adalah apabila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data
yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti. Validitas suatu butir
pertanyaan dapat dilihat dari hasil output SPSS 16.00 for Windows. Menilai
kevalidan masing-masing butir pernyataan dapat dilihat dari nilai Corrected Item-
Total Correlation masing-masing butir pernyataan.
Dari hasil uji instrumen pada 60 siswa di SMP Islam YKS Depok, diperoleh r
kriteria sebesar 0,30. item-item yang memiliki korelasi signifikan atau >0,30
kemudian hasilnya dipilih sebagai item dalam skala Iklim kelas dan Motivasi
belajar. Berdasarkan hasil analisis statistik terhadap 54 item skala iklim kelas,
diperoleh 29 item yang valid dan 25 item yang tidak valid. Sedangkan hasil
analisis statistik terhadap 42 item skala Motivasi belajar, diperoleh 24 item yang
valid dan 18 item yang tidak valid. Adapun nomor-nomor item valid dan
distribusi item yang digunakan untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel
dibawah ini.
56
Tabel 3.3
Hasil uji validitas skala iklim kelas No
item
Corrected item total
Correlation
R krit a if delete A
KETERANGAN
1 0,290 0,30 0,838 0,841 DROP
2 0,340 0,30 0,837 0,841 VALID
3 0,166 0,30 0,841 0,841 DROP
4 0,573 0,30 0,833 0,841 VALID
5 0,026 0,30 0,846 0,841 DROP
6 0,238 0,30 0,839 0,841 DROP
7 0,462 0,30 0,834 0,841 VALID
8 0,249 0,30 0,839 0,841 DROP
9 0,307 0,30 0,838 0,841 VALID
10 0,415 0,30 0,835 0,841 VALID
11 0,382 0,30 0,836 0,841 VALID
12 0,100 0,30 0,842 0,841 DROP
13 0,319 0,30 0,837 0,841 VALID
14 0,140 0,30 0,841 0,841 DROP
15 0,038 0,30 0,843 0,841 DROP
16 0,423 0,30 0,835 0,841 VALID
17 0,249 0,30 0,839 0,841 DROP
18 0,461 0,30 0,834 0,841 VALID
19 0,436 0,30 0,835 0,841 VALID
20 0,413 0,30 0,836 0,841 VALID
21 0,340 0,30 0,837 0,841 VALID
22 0,255 0,30 0,839 0,841 DROP
23 0,433 0,30 0,835 0,841 VALID
24 0,266 0,30 0,839 0,841 DROP
25 0,360 0,30 0,836 0,841 VALID
26 0,453 0,30 0,835 0,841 VALID
27 0,092 0,30 0,841 0,841 DROP
28 0,301 0,30 0,838 0,841 VALID
57
29 0,178 0,30 0,841 0,841 DROP
30 0,480 0,30 0,835 0,841 VALID
31 0,471 0,30 0,835 0,841 VALID
32 0,380 0,30 0,836 0,841 VALID
33 0,243 0,30 0,840 0,841 DROP
34 0,149 0,30 0,841 0,841 DROP
35 0,100 0,30 0,843 0,841 DROP
36 0,327 0,30 0,838 0,841 VALID
37 0,301 0,30 0,838 0,841 VALID
38 0,426 0,30 0,835 0,841 VALID
39 0,079 0,30 0,843 0,841 DROP
40 0,401 0,30 0,836 0,841 VALID
41 0,169 0,30 0,840 0,841 DROP
42 0,323 0,30 0,837 0,841 VALID
43 0,264 0,30 0,839 0,841 DROP
44 0,366 0,30 0,837 0,841 VALID
45 0,387 0,30 0,836 0,841 VALID
46 0,495 0,30 0,833 0,841 VALID
47 0,121 0,30 0,848 0,841 DROP
48 0,272 0,30 0,838 0,841 DROP
49 0,368 0,30 0,836 0,841 VALID
50 0,279 0,30 0,838 0,841 DROP
51 0,551 0,30 0,834 0,841 VALID
52 0,259 0,30 0,839 0,841 DROP
53 0,070 0,30 0.844 0,841 DROP
54 0,163 0,30 0.841 0,841 DROP
58
Tabel 3.4 Hasil uji validitas skala motivasi belajar
No
item
Corrected item total
Correlation
R krit a if delete A
KETERANGAN
1 0.368 0,30 0.777 0.786 VALID
2 0.471 0,30 0.775 0.786 VALID
3 0.514 0,30 0.772 0.786 VALID
4 0.384 0,30 0.778 0.786 VALID
5 0.074 0,30 0.790 0.786 DROP
6 0.182 0,30 0.784 0.786 DROP
7 0.182 0,30 0.784 0.786 DROP
8 0.457 0,30 0.775 0.786 VALID
9 0.472 0,30 0.775 0,786 VALID
10 0.314 0,30 0.779 0.786 VALID
11 0.456 0,30 0.774 0.786 VALID
12 0.423 0,30 0.775 0.786 VALID
13 0.218 0,30 0.783 0.786 DROP
14 0.059 0,30 0.788 0.786 DROP
15 0.370 0,30 0.777 0.786 VALID
16 0.494 0,30 0.775 0.786 VALID
17 0.504 0,30 0.774 0.786 VALID
18 0.182 0,30 0.784 0,786 DROP
19 0.070 0,30 0.793 0.786 DROP
20 0.029 0,30 0.791 0.786 DROP
21 0.351 0,30 0.778 0,786 VALID
22 0.218 0,30 0.783 0.786 DROP
23 0.342 0,30 0.779 0.786 VALID
24 0.622 0,30 0.768 0.786 VALID
25 0.374 0,30 0.778 0.786 VALID
26 0.218 0,30 0.783 0.786 DROP
27 0.059 0,30 0.788 0.786 DROP
28 0.328 0,30 0.779 0.786 VALID
59
29 0.550 0,30 0.770 0.786 VALID
30 0.500 0,30 0.773 0,786 VALID
31 0.029 0,30 0.792 0.786 DROP
32 0.282 0,30 0.780 0.786 DROP
33 0.422 0,30 0.774 0,786 VALID
34 0.218 0,30 0.783 0.786 DROP
35 0.260 0,30 0.802 0.786 DROP
36 0.465 0,30 0.774 0.786 VALID
37 0.560 0,30 0.773 0.786 VALID
38 0.328 0,30 0.779 0.786 VALID
39 0.202 0,30 0.783 0.786 DROP
40 0.185 0,30 0.784 0.786 DROP
41 0.168 0,30 0.785 0.786 DROP
42 0.339 0,30 0.806 0.786 DROP
Berikut ini penyebaran distribusi item berdasarkan hasil validitas diatas:
Tabel 3.5
Blue print revisi skala iklim kelas
No DIMENSI F UF JUMLAH
1 Keterlibatan 1, 18 2,19 4
2 Afiliasi 3,20,26 4,21 5
3 Dukungan Guru 5,22,28 6 4
4 Orientasi tugas 7,29 8 3
5 Kompetisi 9 10 2
6 Pengaturan & organisasi 11 12,23,27 4
7 Kontrol Guru 13 14,25 3
8 Kejelasan Pengaturan 15,24 16 3
9 Inovasi 17 _ 1
JUMLAH 16 13 29
60
Tabel 3.6
Blue print revisi skala motivasi belajar
No Aspek indikator F UF JUMLAH
1 Motivasi
intrinsik
a. Minat 1,14,20 2,15,21 6
b. Kebutuhan 3,16,22 4,17,23 6
c. Kenikmatan 5,18 6,19 4
d. Rasa ingin tahu 7 8,24 3
2 Motivasi
ekstrinsik
a. Pujian 9 10 2
b. Tekanan sosial _ 11 1
c. Hukuman 12 13 2
JUMLAH 11 13 24
Sedangkan uji reliabilitas (keandalan) merupakan ukuran suatu kestabilan dan
konsistensi responden dalam menjawab hal yang berkaitan dengan konstruk-
konstruk pernyataan yang merupakan dimensi suatu variabel dan disusun dalam
bentuk skala. Reliabilitas suatu konstruk variabel dikatakan baik jika memiliki
nilai Cronbach’s alpha > 0.70.
Untuk mengetahui reliabilitas dari skala iklim kelas dan motivasi belajar,
dapat dilihat pada kaidah reliabilitas dari Guilford.
61
Tabel 3.7 Kaidah reliabilitas Guilford
Kriteria Koefisien Reliabilitas
Sangat Reliabel
Reliabel
Cukup Reliabel
Kurang Reliabel
Tidak Reliabel
> 0,9
0,7-0,9
0,4-0,7
0,2-0,4
< 0,2
Adapun hasil perhitungan reliabilitas terhadap skala iklim kelas diperoleh
koefisien reliabilitas sebesar 0, 841 dan pada skala motivasi belajar diperoleh
koefisien sebesar 0,786 .dengan demikian dapat dikatakan bahwa instrumen
penelitian ini reliabel untuk digunakan karena sesuai dengan kaidah reliabilitas
Guilford (nilai Cronbach’s Alpha 0,7 – 0,9).
3.4 Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh akan dianalisis untuk mendapatkan suatu kesimpulan dari
penelitian ini, dengan metode statistik untuk mengetahui signifikansi korelasi
antara iklim kelas dengan motivasi belajar siswa di sekolah, dan bagaimana arah
hubungan kedua variabel itu, yang ditentukan pada taraf signifikansi sebesar 0,01
pada two tailed test.
Pengujian hipotesis dilakukan untuk menjawab pertanyaan utama penelitian
ini, apakah terdapat hubungan yang signifikan antara iklim kelas dengan motivasi
62
belajar siswa di sekolah, dipergunakan metode korelasi Spearman Rank. Hasil
perhitungan diperoleh dengan menggunakan sistem komputerisasi SPSS versi
16.00 yang akan diinterpretasikan dengan mengacu pada tabel koefisien korelasi.
Koefisien korelasi adalah rangkuman statistik tentang tingkat dan arah dari
hubungan antara dua variabel. Kuat lemahnya hubungan yang ada diantara dua
variabel ditunjukkan oleh besar kecilnya angka koefisien korelasi. Menutut
Santoso (1999), jika dua gejala berjalan sejajar atau searah, korelasi antara dua
gejala itu disebut positif. Sebaliknya jika berlawanan arah atau terbalik
korelasinya disebut negatif.
3.5 Prosedur Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti mencoba merencanakan langkah-langkah yang
diharapkan dapat menunjang kelancaran penelitian, langkah-langkah tersebut
sebagai berikut :
1. Persiapan Penelitian
- Dimulai dengan perumusan masalah dan pembatasan masalah
- Menentukan variabel-variabel yang akan diteliti. Kedua variabel itu yaitu
Persepsi tentang Iklim Kelas dengan Motivasi Belajar siswa.
- Melakukan studi kepustakaan untuk mendapatkan gambaran dan landasan
teori yang tepat.
63
- Menentukan, menyusun dan menyiapkan alat ukur yang akan digunakan
dalam penelitian ini yaitu skala persepsi tentang iklim kelas dan skala
motivasi belajar yang dirancang berupa skala Likert
2. Tahap Uji Coba
Setelah mendapatkan persetujuan dari dosen pembimbing, peneliti melakukan
uji coba alat ukur hubungan persepsi tentang iklim kelas dengan motivasi
belajar siswa di SMP Muhammadiyah 4Depok dengan sampel sebanyak 105
orang pada tanggal 03 juli 2010. Uji coba ini dilakukan dengan menyebar
angket skala iklim kelas dan angket skala motivasi belajar.
3. Tahap Pengambilan Data
- Menentukan jumlah sampel penelitian.
- Memberikan penjelasan mengenai tujuan penelitian dan meminta
kesediaan responden untuk mengisi skala penelitian.
- Melaksanakan pengambilan data yang dilaksanakan pada tanggal 20 juli
2010
- Memberikan alat ukur yang telah disiapkan kepada responden yang
berjumlah 60 siswa di kelas VIII
4. Tahap Pengolahan Data
- Melakukan skoring terhadap hasil skala yang telah diisi oleh responden.
- Menghitung dan membuat tabulasi data yang diperoleh, kemudian
membuat tabel data.
64
- Melakukan analisa data dengan menggunakan metode statistik untuk
menguji hipotesis penelitian.
- Membuat kesimpulan dan laporan akhir penelitian.
65
BAB 4
HASIL PENELITIAN
Dalam bab ini dijelaskan mengenai tentang gambaran umum responden,
kategorisasi, dan hasil uji hipotesis.
4.1 Gambaran Umum Responden
Untuk gambaran umum responden dalam penelitian ini, peneliti akan
mendeskripsikan dan memperjelas dengan penyajian data dalam bentuk tabel dari
jumlah sampel hasil penelitian, jenis kelamin, dan usia siswa. Penelitian ini
dilakukan pada tanggal 20 Juli 2010 dan subjek dalam penelitian ini adalah 60
siswa/siswi di SMP Islam YKS Depok yang duduk di kelas VIII.
4.1.1 Gambaran subjek berdasarkan jenis kelamin
Berdasarkan jenis kelamin, responden dalam penelitian ini terdiri dari 25
siswa laki-laki (41,7%) dan 35 siswa perempuan (58,2%).
4.1.2 Gambaran subjek berdasarkan usia
Berdasarkan usia responden dalam penelitian ini berada dalam masa remaja
awal yaitu dalam rentang usia 12 – 15 tahun. Adapun siswa yang berusia 12 tahun
berjumlah 5 siswa (8,3 %), berusia 13 tahun berjumlah 42 siswa (70 %), berusia
66
14 tahun berjumlah 11 siswa (18,3 %) dan yang berusia 15 tahun yaitu berjumlah
2 siswa (3,4&).
4.2 Deskripsi Data
4.2.1 Kategorisasi skala iklim kelas
Tabel 4.1
Distribusi skor skala iklim kelas
Statistic Std. Error
Iklim kelas Mean Std. Deviation Minimum Maximum
93,4 8,24 78 112
1.06410
Untuk mengetahui kategorisasi persepsi tentang iklim kelas kelas VIII di SMP
Islam YKS Depok maka dapat dilihat pada tabel 4.2 :
Tabel 4.2
Klasifikasi skor iklim kelas
Kategori Nilai Angka Frekuensi
%
Tinggi X > M + 1SD > 101,64 11 18,3% Sedang M – 1SD > X > M + 1SD 85 – 101,64 40 66,7% Rendah M- 1SD< X < M + 1SD < 84 9 15%
JUMLAH 60 100%
Berdasarkan tabel 4.5, diketahui skor iklim kelas yang dihasilkan subjek lebih
besar dari nilai 101,64 maka subjek masuk kategori tinggi dan 18,3 % dari siswa
67
itu memiliki persepsi tentang iklim kelas yang tinggi, pada skor subjek yang
berada di antara 85 – 101,64 terdapat 66,7 % siswa yang memiliki persepsi
tentang iklim kelas sedang, dan skor subjek berada di bawah 84 terdapat 15 %
siswa yang termasuk pada kategori rendah.
4.2.1 Kategorisasi skala Motivasi belajar
Tabel 4.3
Distribusi skor skala Motivasi belajar
Statistic Std. Error
Motivasi belajar Mean Std. Deviation Minimum Maximum
78,4 7,77 62 93
1.00321
Untuk mengetahui kategorisasi Motivasi belajar kelas VIII di SMP Islam YKS
Depok maka dapat dilihat pada tabel 4.4
Tabel 4.4
Klasifikasi skor Motivasi belajar
Kategori Nilai Angka Frekuensi % Tinggi X > M + 1SD > 86,17 8 13,3% Sedang M – 1SD > X > M +
1SD 70,63– 86,17 46 76,7%
Rendah M- 1SD< X < M + 1SD
< 70,63 6 10%
JUMLAH 60 100%
Berdasarkan table 4.7, diketahui skor motivasi belajar yang dihasilkan subjek
lebih besar dari nilai 86,17 maka subjek masuk kategori tinggi dan 13,3 % dari
68
siswa itu memiliki motivasi belajar yang tinggi, pada skor subjek yang berada di
antara 70,63 – 86,17 terdapat 76,7 % siswa yang memiliki motivasi belajar
sedang, dan skor subjek berada di bawah 70,63 terdapat 10 % siswa yang
termasuk pada kategori rendah.
4.3 Hasil Uji Hipotesis Penelitian
Hasil utama penelitian berupa uji korelasi dan uji hipotesis antara iklim kelas
dengan motivasi belajar. Analisa statistik untuk menguji hipotesis dilakukan
dengan menggunakan rumus korelasi Pearson Correlation, yaitu dengan
mengkorelasikan jumlah skor variabel iklim kelas dengan nilai motivasi belajar
siswa. Rumus korelasi ini digunakan untuk mengetahui kekuatan hubungan antara
dua variabel.
Pengambilan keputusan untuk data penelitian ini menggunakan perbandingan
probabilitas, jika probabilitas > 0,05, maka H0 diterima. Sedangkan, probabilitas <
0,05, maka H0 ditolak.
Selain menggunakan probabilitas, pengambilan keputusan untuk data
penelitian ini juga menggunakan perbandingan nilai koefisien korelasi (r). Jika
pengambilan keputusan menggunakan perbandingan nilai koefisien korelasi (r),
maka kesimpulan yang dapat diambil adalah r hitung > r tabel = H0 ditolak, Ha
diterima
Adapun hipotesis yang dapat diajukan adalah:
H0 = Tidak ada hubungan antara iklim kelas dengan motivasi belajar siswa
69
Ha = Ada hubungan antara iklim kelas dengan motivasi belajar siswa.
Berdasarkan hasil uji hipotesa yang menggunakan program SPSS versi 16
dengan teknik Korelasi Product Moment, diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 4.5
Korelasi skala iklim kelas dengan motivasi belajar siswa
Correlations
iklim kelas motivasi belajar
iklim kelas Pearson Correlation 1 .128
Sig. (2-tailed) .331
N 60 60
motivasi belajar Pearson Correlation .128 1
Sig. (2-tailed) .331
N 60 60
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa hasil uji korelasi antara iklim
kelas dengan motivasi belajar pada korelasi Pearson diketahui hasil 0,128.
sedangkan r tabel untuk sampel 60 orang pada α = 5 % adalah 0,254.
Berdasarkan analisis statistik yang dilakukan, diperoleh r = 0,128 karena r
hitung lebih kecil daripada r tabel sebesar 0,254, maka hipotesis nol (Ho) yang
menyatakan tidak ada hubungan yang signifikan antara iklim kelas dengan
motivasi belajar diterima. Dan hipotesis alternatifnya (Ha) ditolak. Dengan
70
demikian maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan
antara iklim kelas dengan motivasi belajar siswa Kelas VIII di SMP Islam YKS
Depok. Hal ini berarti iklim kelas belum tentu mempengaruhi motivasi belajar
siswa.
71
BAB 5
KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN
Pada bab ini akan diuraikan kesimpulan hasil penelitian mengenai hubungan
antara iklim kelas dengan motivasi belajar siswa kelas VIII di SMP Islam
Yayasan Kesejahteraan Sosial (YKS) Depok.
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data serta pengujian hipotesis, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara persepsi
tentang iklim kelas dengan motivasi belajar siswa. Tidak ada hubungan antara dua
variabel tersebut, karena dari hasil yang diperoleh ternyata r hitung sebesar 0,128
menunjukkan lebih kecil dari r tabel pada α = 0,05 sebesar 0,254., artinya bahwa
Persepsi tentang iklim kelas tidak mempengaruhi motivasi belajar siswa di kelas.
5.2 Diskusi
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara persepsi tentang
iklim kelas dengan motivasi belajar siswa kelas VIII di SMP Islam Yayasan
Kesejahteraan (YKS) Depok. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa tidak ada
hubungan yang signifikan antara persepsi tentang iklim kelas dengan motivasi
belajar siswa kelas VIII di SMP Islam Yayasan Kesejahteraan Sosial (YKS)
Depok.
72
Adapun hasil penelitian ini tidak ada hubungan yang signifikan antara persepsi
iklim kelas dengan motivasi belajar siswa, hasil ini memperkuat hasil penelitian
terdahulu yang telah dilakukan oleh
?????Ejasa Sembiring (1994) yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang
signifikan antara iklim kelas dengan motivasi belajar mahasiswa di Akademi
Perhotelan dan Pariwisata Sahid Jakarta. >>>>>>
Tidak adanya hubungan yang signifikan antara persepsi iklim kelas dengan
motivasi belajar siswa pada penelitian ini karena disebabkan oleh beberapa hal,
lingkungan fisik yang berkaitan langsung dengan kehidupan akademi, seperti
lokasi dari suatu daerah tempat sekolah itu akan mempengaruhi motivasi belajar
siswa, letak sekolah SMP Islam YKS yang berada di pertigaan jalan raya sehingga
menimbulkan suasana yang kurang tenang yang bisa membuyarkan konsentrasi
siswa saat sedang berlangsungnya kegiatan belajar mengajar.
Kemungkinan sebab lain adalah hampir sebagian besar siswa-siswi di SMP
Islam YKS adalah siswa yang sudah tidak mempunyai orang tua sehingga ada
kemungkinan berkurangnya kontrol untuk selalu fokus mengawasi kegiatan
mereka baik di rumah maupun di sekolah, juga banyaknya kegiatan guru diluar
sekolah yang terkadang berbenturan dengan waktu guru itu mengajar, serta sarana
dan prasarana untuk kegiatan pendukung mata pelajaran yang belum lengkap
membuat siswa lebih sering hanya mendapatkan teori dari guru tanpa adanya
praktek langsung mengenai mata pelajaran tersebut.
73
5.3 Saran
Berdasarkan hasil penulisan penelitian ini ada beberapa saran yang bisa
menjadi bahan pertimbangan sebagai penyempurnaan berbagai hal yang berkaitan
dengan penelitian ini, yaitu berupa saran teoritis dan saran praktis.
5.3.1. Saran teoritis
1. Pada penelitian ini hanya mencakup dua variabel yang saling berhubungan.
Masih banyak faktor yang berhubungan dengan variabel-variabel tersebut.
Seperti faktor Intelligensi, self efficacy, prestasi belajar siswa, minat siswa,
dan lain sebagainya. Maka alangkah baiknya jika peneliti lain dapat
mengungkapkan perbedaan-perbedaan antara variabel-variabel tersebut pada
penelitian lain.
2. Dalam pengambilan sampel, hendaknya dilakukan dengan cara random
sampling, karena tehnik ini mampu mengatasi bias yang muncul dalam
pemilihan anggota sampel. Sehingga dapat diperoleh hasil yang lebih
maksimal.
5.3.2. Saran praktis
1. Hasil penelitian ini dapat juga dijadikan bahan masukan yang positif bagi para
siswa, guru dan orangtua, walaupun tidak ada hubungan antara persepsi
tentang iklim kelas dengan motivasi belajar, tetapi mungkin dengan adanya
74
kondisi iklim kelas yang positif yang diciptakan oleh guru dengan murid dan
murid dengan murid yang lainnya dapat mempengaruhi motivasi belajar
siswa, karena motivasi belajar tetap diperlukan agar siswa lebih fokus dan
semangat dalam belajar sehingga tercapai prestasi belajar yang lebih baik.
2. Dari hasil penelitian, diketahui bahwa sebagian besar siswa dalam sekolah ini
memiliki motivasi belajar dalam ketegori sedang. Oleh karena itu diharapkan
bagi pihak sekolah untuk terus memotivasi siswa agar lebih giat dan tekun
dalam belajar.
DAFTAR PUSTAKA
Moos & Moos (2007)” Psikologi suatu pengantar edisi kedua” Linda L. Davidoff
alih bahasa Dra. Mari Juniati Penerbit Erlangga. Jakarta 10420, 1998
Prof. Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno, M.Pd. (2007) Strategi belajar mengajar melalui penanaman konsep umum & konsep islami, 2007, PT. Refika Aditama
Purwanto, N (1999), Psikologi pendidikan, Bandung: Rosdakarya
Suharnan (2005), Psikologi kognitif. Surabaya: Srikandi Azwar, S (2005), Sikap manusia teori dan pengukurannya , Jakarta: PT
Rineka Cipta Hal 1-5 Oemar Hamalik, (1992 ) Psikologi belajar. Drs. Syaiful Bahri Djamarah, Rieneka Cipta, Jakarta, Cet.I,september 2002
Syah, Muhibbin (2007), Psikologi pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosda Karya
Suharnan (2005), Psikologi kognitif. Surabaya: Srikandi Suryabrata, S (1998), Psikologi pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada M. Manulang (1992), Psikologi pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosda
Karya Desiderato(1976) ”Psikologi kognitif” Prof. Dr. Suharnan, MS. Srikandi.
Woolfolk (1993)” Psikologi suatu pengantar edisi kedua” Linda L. Davidoff
alih bahasa Dra. Mari Juniati Penerbit Erlangga. Jakarta 10420, 1998
Santoso, S (1999), SPSS mengolah data statistik secara profesional. Jakarta: PT Elex Media Komputindo
Sevilla, Cg, et all (1993), Pengantar metode penelitian. Jakarta: UI Press
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Santoso, S (2006), Menguasai statistik di era informasi dengan SPSS 15. Jakarta: PT Elex Media Komputindo
M.Busril (1994), Jurnal Antara” Kontribusi iklim kelas terhadap motivasi belajar siswa SMP 68
Bogor” 2008. www.Pdf search engine. Com / Tanggal akses 21 Juni 2009. Azwar, S (2004), Penyusunan skala psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Sugiyono (2007), Statistika untuk penelitian. Bandung: CV Alfabeta Abdul Rahman Shaleh – Muhbib Abdul Wahab (2005)“ Psikologi suatu pengantar dalam
perspektif Islam” Rieneke Cipta Jakarta
(Matlin,1989; Solso,1988). Teori : Cara pengukuran persepsi mahasiswa terhadap profesi pendidik. diakses tanggal 3 Juni 2009. http://www.persepsi.com/
Sevilla, C G Alih Bahas Alimuddin Tuwu (1993), Pengantar metode penelitian.
Jakarta : UI Press
Santoso, Singgih (1999), SPSS Mengolah data statistik secara profesional,
Jakarta: PT. Elex Media Komputindo
Kuncono,S.Psi,MM (2004), Aplikasi komputer psikologi: Diktat kuliah dan panduan praktikum
: Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Persada Ind
M. Nanang Suprayogi,(2007), Journal Tazkiya Of Psikology ” Hubungan Self – Efficacy dan persepsi siswa mengenai iklim kelas” volume 7 no 2 oktober 2007.
Azwar,S (2004)“Metodologi Penelitian Pendidikan” 1998, Drs. Amirul Hadi - Drs. H. Haryono, CV. Pustaka Setia.
SHINTA SUSANTI (2007) ” Iklim lingkungan kelas mempengaruhi prestasi akademik? (sebuah bantahan terhadap hasil kajian Winkel”. JURNAL PROVITAE VOLUME 3; NO. 1; MEI 2007, Dra. Zikri Neni Iska,M.Si. ,(2003) Laporan hasil penelitian motivasi mahasiswa Psikologi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2002/2003
No. Pertanyaan SS S TS STS
1. Saat sedang ada diskusi di kelas saya orang yang aktif bertanya apabila ada pelajaran yang belum saya pahami
2. Saya merasa suasana dikelas tidak nyaman dan selalu ingin cepat-cepat pulang
3. Saya sering membantu teman saya yang kurang memahami pelajaran
4. Saya malas bergaul dengan teman sekelas dan lebih senang menyendiri
5. Semua guru yang mengajar dikelas mampu menciptakan suasana yang nyaman dalam belajar
6. Saya merasa guru-guru dikelas kurang memperhatikan saya
7. Saya akan mengatur waktu belajar saya sebaik mungkin
8. Saya malas mengerjakan pekerjaan rumah 9. Saya ingin nilai-nilai saya menjadi yang
terbaik dikelas
10. Menurut saya kemampuan yang saya miliki tidak mampu bersaing dengan teman-teman yang lain untuk mendapatkan peringkat dikelas
11. Semua anggota kelas selalu menjalani peraturan yang ada dengan ikhlas
12. Menurut teman-teman dikelas, saya adalah orang yang selalu membuat gaduh
13. Menurut saya hukuman yang diberikan guru sangat wajar apabila ada murid yang tidak mentaati peraturan kelas
14. Saya merasa tertekan dengan aturan-aturan yang dibuat oleh guru
15. Jelasnya peraturan-peraturan dikelas membuat siswa lebih terkontrol dalam bertingkah laku
16. Saya merasa kesal apabila dihukum guru meskipun saya melakukan pelanggaran
17. Saya sering memberikan usulan-usulan yang positif tentang perencanaan kegiatan dikelas
18. Saya berkonsentrasi ketika guru sedang memberikan materi pelajaran dikelas
19. Ketika ada diskusi dikelas, saya lebih banyak diam meski ada pelajaran yang
25. Apabila saya melakukan kesalahan, hukuman yang diberikan oleh guru saya anggap kelewatan dan berlebihan
26. Bila ada salah satu teman yang sakit, saya akan mengajak teman-teman yang lain untuk menjenguknya
27. Saya sering mengobrol meskipun ada guru didepan kelas yang sedang memberikan materi pelajaran
28. Bila ada nilai saya yang jelek, guru saya selalu memberikan dukungan agar nilai saya menjadi baik
29. Bila ada pekerjaan rumah atau tugas dari guru, saya tidak pernah menunda-nunda waktu untuk mengerjakannya
belum saya mengerti 20. Saya mempunyai hubungan yang baik
dengan semua teman dikelas
21. Bila ada kegiatan dikelas, saya malas untuk ikut ambil bagian
22. Guru-guru dikelas sangat sabar dan mau membantu bila ada pelajaran yang belum saya mengerti
23. Saya tidak terlalu berkeinginan untuk menjalani peraturan-peraturan dikelas
24. Saya akan mentaati peraturan-peraturan dikelas dan siap menerima sangsi apabila saya melanggarnya
Skala iklim kelas Data responden
Nama : ...........................................................................................
Jenis kelamin : ...........................................................................................
Usia : ...........................................................................................
Kelas : ...........................................................................................
Petunjuk pengisian :
Di bawah ini ada sejumlah pernyataan yang menggambarkan apa yang kamu alami dan
berhubungan dengan iklim kelas kamu setiap hari. Kamu diminta untuk memilih salah satu dari
empat jawaban yang ada untuk menyatakan seberapa jauh pernyataan tersebut sesuai atau tidak
sesuai dengan iklim kelas kamu. Jawaban yang diberikan sama sekali tidak ada hubungannya
dengan nilai mata pelajaran di sekolah, dan terjamin kerahasiaannya. Bacalah dan pahami setiap
pernyataan di bawah ini. Kemudian beri tanda check list (√) pada kotak yang menunjukkan
pilihanmu.
Pilihan jawaban yang disediakan sebagai berikut :
SS Sangat setuju
S Setuju
TS Tidak setuju
STS Sangat tidak setuju
Contoh :
No. Pernyataan SS S TS STS
Setelah lulus SMP, saya ingin
melanjutkan ke SMA Negeri favorit
No. Pertanyaan SS S TS STS
1. Saya selalu membaca buku yang berkaitan dengan materi pelajaran
2. Saya malas membaca buku yang berkaitan dengan materi pelajaran
3. Saya akan belajar sebelum ujian untuk memperbaiki nilai saya.
4. Saya malas belajar sebelum ujian untuk memperbaiki nilai saya
5. Saya selalu mengerjakan tugas sekolah saya untuk meningkatkan prestasi saya
6. Saya malas mengerjakan tugas sekolah karena prestasi saya biasa-biasa saja.
7. Saya akan bertanya kepada guru jika ada materi pelajaran yang tidak saya pahami.
8. Saya tidak bertanya kepada guru walaupun ada materi pelajaran yang tidak saya pahami
9. Orang tua saya memuji saya ketika mengetahui saya mendapatkan nilai bagus.
10. Saya merasa biasa-biasa saja ketika teman saya mendapatkan beasiswa di sekolah karena prestasi belajarnya yang terbaik
11. Teman-teman saya tidak mengejek ketika saya menyontek pada waktu ujian
12. Orang tua saya marah jika saya tidak belajar sebelum ujian
13. Orang tua saya biasa saja jika saya tidak belajar sebelum ujian
14. Saya selelu mendengarkan penjelasan tentang materi pelajaran dari Guru
15. Saya sering mengobrol dengan teman dari pada mendengarkan penjelasan tentang materi pelajaran dari guru
16. Saya akan giat belajar agar mendapatkan prestasi yang terbaik.
17. Saya malas belajar meskipun demi mendapatkan prestasi yang terbaik
18. Saya lebih semangat belajar apabila materi yang disampaikan oleh guru dapat saya pahami.
19. Saya gembira jika setelah pulang sekolah tidak diadakan belajar bersama.
20. Ketika Guru tidak hadir, saya sering membaca buku diperpustakaan
21. Ketika Guru tidak hadir, saya sering ngobrol dengan teman dari pada membaca buku diperpustakaan
22. Saya akan membeli buku pelajaran tambahan lain yang dianjurkan oleh Guru
23. Saya tertarik membeli buku novel dari pada buku pelajaran yang dianjurkan oleh Guru
24. Saya tidak mau mencari referensi lain tentang materi pelajaran selain dari Guru
Skala motivasi belajar Data responden
Nama : ...........................................................................................
Jenis kelamin : ...........................................................................................
Usia : ...........................................................................................
Kelas : ...........................................................................................
Petunjuk pengisian :
Di bawah ini ada sejumlah pernyataan yang menggambarkan apa yang kamu alami dan
berhubungan dengan motivasi belajar kamu setiap hari. Kamu diminta untuk memilih salah satu
dari empat jawaban yang ada untuk menyatakan seberapa jauh pernyataan tersebut sesuai atau
tidak sesuai dengan motivasi belajar kamu. Jawaban yang diberikan sama sekali tidak ada
hubungannya dengan nilai mata pelajaran di sekolah, dan terjamin kerahasiaannya. Bacalah dan
pahami setiap pernyataan di bawah ini. Kemudian beri tanda check list (√) pada kotak yang
menunjukkan pilihanmu.
Pilihan jawaban yang disediakan sebagai berikut :
SS Sangat setuju
S Setuju
TS Tidak setuju
STS Sangat tidak setuju
Contoh :
No. Pernyataan SS S TS STS
Setelah lulus SMP, saya ingin
melanjutkan ke SMA Negeri favorit
Explore
1. Uji Normalitas Skala Iklim Kelas
Case Processing Summary
Cases Valid Missing Total N Percent N Percent N Percent
iklim kelas 60 100.0% 0 .0% 60 100.0%
Descriptives
Statistic Std. Error
iklim kelas Mean 93.4000 1.06410
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 91.2707
Upper Bound 95.5293
5% Trimmed Mean 93.2778
Median 93.0000
Variance 67.939
Std. Deviation 8.24251
Minimum 78.00
Maximum 112.00
Range 34.00
Interquartile Range 11.00
Skewness .320 .309
Kurtosis -.428 .608
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig.
iklim kelas .077 60 .200* .977 60 .299
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
2. Uji Normalitas Skala Motivasi belajar
Case Processing Summary
Cases Valid Missing Total N Percent N Percent N Percent
motivasi belajar 60 100.0% 0 .0% 60 100.0%
Descriptives
Statistic Std. Error
motivasi belajar Mean 78.4333 1.00321
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 76.4259
Upper Bound 80.4407
5% Trimmed Mean 78.3704
Median 78.0000
Variance 60.385
Std. Deviation 7.77080
Minimum 62.00
Maximum 93.00
Range 31.00
Interquartile Range 13.00
Skewness .216 .309
Kurtosis -.755 .608
4. Uji Correlations
Correlations
iklim kelas motivasi belajar
iklim kelas Pearson Correlation 1 .128
Sig. (2-tailed) .331
N 60 60
motivasi belajar Pearson Correlation .128 1
Sig. (2-tailed) .331
N 60 60
DAFTAR PUSTAKA
Moos & Moos (2007)” Psikologi suatu pengantar edisi Kedua” Linda L. Davidoff
alih bahasa Dra. Mari Juniati Penerbit Erlangga. Jakarta 10420, 1998
Prof. Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno, M.Pd. (2007) Strategi belajar mengajar melalui penanaman konsep umum & konsep islami, 2007, PT. Refika Aditama
Purwanto, N (1999), Psikologi pendidikan, Bandung: Rosdakarya
Suharnan (2005), Psikologi kognitif. Surabaya: Srikandi Azwar, S (2005), Sikap manusia teori dan pengukurannya , Jakarta: PT
Rineka Cipta Hal 1-5 Oemar Hamalik, (1992 ) Psikologi belajar. Drs. Syaiful Bahri Djamarah, Rieneka Cipta, Jakarta, Cet.I,september 2002
Syah, Muhibbin (2007), Psikologi pendidikan. Bandung: PT Remaja RosdaKarya Desiderato(1976) ”Psikologi kognitif” Prof. Dr. Suharnan, MS. Srikandi. Woolfolk (1993)” Psikologi Suatu pengantar edisi Kedua” Linda L. Davidoff
alih bahasa Dra. Mari Juniati Penerbit Erlangga. Jakarta 10420, 1998
Santoso, S (1999), SPSS mengolah data statistik secara profesional. Jakarta: PT Elex Media Komputindo
Suryabrata, S (1998), Psikologi pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Santoso, S (2006), Menguasai statistik di era informasi dengan SPSS 15. Jakarta: PT Elex Media Komputindo
Sevilla, Cg, et all (1993), Pengantar metode penelitian. Jakarta: UI Press . Yogyakarta: Pustaka Pelajar M.Busril (1994), Jurnal Antara” Kontribusi Iklim Kelas Terhadap Motivasi Belajar Siswa SMP
68 Bogor” 2008. www.Pdf search engine. Com / Tanggal akses 21 Juni 2009. Azwar, S (2004), Penyusunan skala psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Sugiyono (2007), Statistika untuk penelitian. Bandung: CV Alfabeta Abdul Rahman Shaleh – Muhbib Abdul Wahab (2005)“ Psikologi Suatu Pengantar Dalam
Perspektif Islam” Rieneka Cipta, Jakarta
(Matlin,1989; Solso,1988). Teori : Cara Pengukuran Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Pendidik. diakses tanggal 3 Juni 2009. http://www.persepsi.com/
Sevilla, C G Alih Bahas Alimuddin Tuwu (1993), Pengantar Metode Penelitian.
Jakarta : UI Press
Santoso, Singgih (1999), SPSS Mengolah Data Statistik Secara Profesional,
Jakarta: PT. Elex Media Komputindo
Kuncono,S.Psi,MM (2004), Aplikasi Komputer Psikologi: Diktat kuliah dan panduan praktikum
: Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Persada Ind
M. Nanang Suprayogi,(2007), Journal Tazkiya Of Psikology ” Hubungan Self – Efficacy dan persepsi siswa mengenai iklim kelas” volume 7 no 2 oktober 2007.
Saifuddin Azwar, 2005“Metodologi Penelitian Pendidikan” 1998, Drs. Amirul Hadi - Drs. H.
Haryono, CV. Pustaka Setia. SHINTA SUSANTI (2007) ” Iklim Lingkungan Kelas Mempengaruhi Prestasi Akademik? (sebuah bantahan terhadap hasil kajian Winkel”. JURNAL PROVITAE VOLUME 3; NO. 1; MEI 2007, Dra. Zikri Neni Iska,M.Si. ,(2003) Laporan hasil penelitian Motivasi Mahasiswa Psikologi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2002/2003
Priyatna Hadinata (2001), Kontribusi Iklim Kelas Terhadap Motivasi Belajar Siswa Sma.
http//www.iklim kelas.com di akses 03 juni 2009 M. Manulang (1992), Psikologi pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosda
Karya Woolfolk (1993). Psikologi Belajar, Drs. Syaiful Bahri Djamarah, Rieneka Cipta, Jakarta,
Cet.I,september 2002
Juniman Silalahi(2008), Pengaruh iklim kelas terhadap motivasi belajar jurnal pembelajaran
Volumen 30. Universitas Negeri Padang
No. Pernyataan SS S TS STS
1. Saya tidak pernah mengerjakan pekerjaan rumah dan lebih memilih menyalin pekerjaan rumah teman di sekolah
2. Saya senang membantu teman saya yang kurang memahami pelajaran
3. Saya malas mengikuti pelajaran apabila ada guru yang kurang jelas dalam menyampaikan mata pelajaran
4. Saya akan mengatur waktu belajar saya sebaik mungkin
5. Meskipun saya sudah berusaha keras dalam belajar, saya pesimis bisa mendapatkan peringkat yang bagus dikelas
6. Saya orang yang sangat tenang ketika berada didalam kelas
7. Saya merasa tertekan dengan aturan-aturan yang dibuat oleh guru
8. Saya merasa nyaman berada didalam kelas
9. Saya malas bergaul dengan teman sekelas dan lebih senang menyendiri
10. Semua guru yang mengajar di kelas mampu menciptakan suasana yang nyaman dalam belajar
11. Saya malas mengerjakan pekerjaan rumah
12. Saya selalu bersaing secara sehat dengan teman-teman di kelas untuk mendapatkan ranking satu
13. Menurut teman-teman di kelas, saya adalah orang yang senang membuat gaduh
14. Saya tidak pernah bermasalah di kelas, sehingga guru tidak pernah menghukum saya.
15. Peraturan yang ada didalam kelas, sering berubah-ubah dan tidak konsisten
16. Saya sering memberikan usulan-usulan yang positif tentang perencanaan kegiatan di kelas
17. Saya merasa jenuh karena guru kurang
berpariasi dalam menyampaikan materi pelajaran
18. Jelasnya peraturan-peraturan di kelas membuat siswa lebih terkontrol dalam bertingkah laku
19. Saya merasa suasana di kelas tidak nyaman dan selalu ingin cepat pulang
20. Saya mempunyai hubungan yang baik dengan semua teman di kelas
21. Saya merasa guru-guru di kelas kurang memperhatikan saya
22. Saya merasa bertanggung jawab atas hasil belajar saya
23. Menurut saya, saya tidak mampu bersaing dengan teman-teman yang lain untuk mendapatkan peringkat di kelas
24. Saya sangat menghargai dan selalu baik terhadap teman-teman di kelas
25. Apabila saya melakukan kesalahan, hukuman yang diberikan oleh guru saya anggap kelewatan dan berlebihan
26. Saat sedang ada diskusi di kelas, saya orang yang aktif bertanya apabila ada pelajaran yang belum saya pahami
27. Saya tidak peduli apabila ada teman yang bertanya tentang PR kepada saya
28. Guru-guru di kelas sangat sabar dan mau membantu bila ada pelajaran yang belum saya mengerti
29. Meskipun akan diadakan ujian semester, saya biasa-biasa saja dalam belajar
30. Saya ingin nilai-nilai saya menjadi yang terbaik di kelas
31. Saya tidak terlalu berkeinginan dalam menjalani peraturan-peraturan di kelas
32. Menurut saya hukuman yang diberikan guru sangat wajar apabila ada murid yang tidak mentaati peraturan kelas
33. Saya tidak senang apabila ada guru yang pilih kasih dalam memberikan hukuman
34. Saya merasa semakin semangat belajar apabila guru menggunakan alat peraga ketika memberikan materi pelajaran
43. Saya merasa sering melanggar peraturan di kelas sehingga saya sering dihukum oleh guru
44. Saya selalu berkonsentrasi ketika guru sedang memberikan materi pelajaran di kelas
45. Bila ada kegiatan di kelas, saya merasa tidak mau untuk ikut ambil serta
46. Bila ada nilai saya yang jelek, guru saya selalu memberikan dukungan agar nilai saya menjadi baik
47. Saya akan rajin belajar apabila sebentar lagi diadakan ujian semester
48. Saya merasa senang karena nilai saya menjadi yang terbaik karena itu semua hasil dari kesungguhan belajar saya
49. Saya sering mengobrol meskipun ada guru di depan kelas yang sedang memberikan materi pelajaran
50. Disiplin tinggi yang diterapkan oleh guru dikelas membuat saya senang dan bersemangat mengikui pelajaran
35. Saya tidak suka apabila guru terlalu sering menggunakan LKS dalam kegiatan belajar tanpa memberikan penjelasan secara langsung
36. Saya akan mentaati peraturan-peraturan di kelas dan siap menerima sangsi apabila saya melanggarnya
37. Ketika ada diskusi di kelas, saya lebih banyak diam meski ada pelajaran yang belum saya mengerti
38. Bila ada salah satu teman yang sakit, saya akan mengajak teman-teman yang lain untuk menjenguknya
39. Saya merasa tidak senang apabila ada guru yang tidak mau memotivasi murid bila mendapatkan nilai yang jelek
40. Bila ada pekerjaan rumah atau tugas dari guru, saya tidak pernah menunda-nunda waktu untuk mengerjakannya
41. Saya tidak perduli dan termotivasi apabila ada teman saya yang menjadi juara di kelas
42. Semua anggota kelas selalu menjalani peraturan yang ada dengan ikhlas
51. Saya merasa tidak senang apabila dihukum guru meskipun saya melakukan pelanggaran
52. Adanya hadiah tambahan berupa nilai membuat saya semakin semangat dalam belajar
53. Masukan ataupun usulan saya yang menyangkut tentang perencanaan kegiatan di kelas sering tidak diterima oleh teman-teman sekelas
54. Ketika ada murid yang melakukan kesalahan guru-guru di kelas tidak pernah pilih kasih dalam memberikan hukuman
Skala iklim kelas
Data responden
Nama : ...........................................................................................
Jenis kelamin : ...........................................................................................
Usia : ...........................................................................................
Kelas : ...........................................................................................
Petunjuk pengisian :
Di bawah ini ada sejumlah pernyataan yang menggambarkan apa yang kamu alami dan
berhubungan dengan iklim kelas kamu setiap hari. Kamu diminta untuk memilih salah satu dari
empat jawaban yang ada untuk menyatakan seberapa jauh pernyataan tersebut sesuai atau tidak
sesuai dengan iklim kelas kamu. Jawaban yang diberikan sama sekali tidak ada hubungannya
dengan nilai mata pelajaran di sekolah, dan terjamin kerahasiaannya. Bacalah dan pahami setiap
pernyataan di bawah ini. Kemudian beri tanda check list (√) pada kotak yang menunjukkan
pilihanmu.
Pilihan jawaban yang disediakan sebagai berikut :
SS Sangat setuju
S Setuju
TS Tidak setuju
STS Sangat tidak setuju
Contoh :
No. Pernyataan SS S TS STS
Setelah lulus SMP, saya ingin
melanjutkan ke SMA Negeri favorit