clm

54
Cutaneus Larva Migrans PUTRI SORAYA 11-209

Upload: herty-felicia

Post on 06-Apr-2016

240 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Kelompok 13A semester 6 FK UKI

TRANSCRIPT

Page 1: CLM

Cutaneus Larva Migrans

PUTRI SORAYA11-209

Page 2: CLM

Cutaneous larva migrans ( CLM )

1. Definisi dan epidemiologi2. Etiologi dan faktor resiko3. Patofisiologi4. Manifestasi klinis5. Diagnosis6. Diagnosis banding7. Penatalaksanaan8. Komplikasi dan prognosis

Page 3: CLM

DEFINISI DAN EPIDEMIOLOGI CLM

Page 4: CLM

Definisi CLM

Kelainan kulit yang merupakan peradangan yang berbentuk linear atau berkelok-kelok, menimbul dan

progresif, disebabkan oleh invasi cacing tambang yang berasal dari kucing dan anjing, yaitu Ancylostoma

braziliense, Ancylostoma caninum, dan Ancylostoma ceylanicum.

(Aisah, 2010).

Suatu lesi kulit yang dihasilkan oleh penetrasi dan migrasi larva dari parasit nematoda, dengan

karakteristik lesi kulit papul eritema, linear serpiginosa, sesuai dengan pergerakan larva

didalam kulit.

Page 5: CLM

Epidemiologi CLM• CLM terjadi di seluruh daerah tropis dan subtropis di dunia, terutama di

daerah yang lembab dan terdapat pesisir pasir. • Penyakit ini terdapat di selurus daerah beriklim panas dan dapat terjadi di

Eropa utara selama musim panas, biasanya anak-anak atau orang dewasa, lebih sering terjadi pada pria ( Siregar,2002;Harahap,2002 )

• Di Amerika Serikat, penyakit ini sebagian besar terjadi di negara bagian tenggara, terutama Florida, tetapi dapat juga ditemukan secara sporadik di negara bagian lain (Donaldson et al, 1950 dalam Gutierrez, 2000). Kasus CLM telah dilaporkan di Jerman, Prancis, Inggris, Selandia Baru, dan Amerika Serikat (Feldmeier dan Schuster, 2011).

Page 6: CLM

Epidemiologi CLM• CLM endemik di masyarakat kurang mampu di negara berkembang, seperti Brazil,

India, dan Hindia Barat. Sebuah studi di Manaus, Brazil, menunjukkan prevalensi CLM pada anak-anak selama musim hujan berkisar 9,4%.

• Di daerah perkumuhan di Timur Laut Brazil, didapati lebih dari 4% dari keseluruhan populasi dan 15% pada anak-anak menderita CLM (Feldmeier dan Schuster, 2011).

Page 7: CLM

Epidemiologi CLM• Di negara-negara berpenghasilan tinggi, CLM terjadi secara sporadis atau

dalam bentuk epidemi yang kecil. Kasus sporadis biasanya berhubungan dengan kondisi iklim yang tidak umum seperti musim semi atau hujan yang memanjang. Penyakit ini sering muncul pada daerah dimana anjing dan kucing tidak diberikan antihelmintes secara teratur (Heukelbach et al, 2008).

Page 8: CLM

Epidemiologi CLM• Secara geografis, distribusi CLM mencerminkan distribusi geografi

Ancylostoma braziliense. • Sebagian besar kasus yang dilaporkan adalah wisatawan yang sering

berkunjung ke daerah pantai.• Ancylostoma braziliense endemik pada anjing dan kucing, sering

ditemukan di sepanjang Pantai Atlantik Amerika Utara bagian tenggara, Teluk Meksiko, Laut Karibia, Uruguay, Afrika (Afrika Selatan, Somalia, Republik Kongo, Sierra Leone), Australia, dan Asia.

• Penyakit ini tidak muncul setelah terpapar pantai yang tidak terdapat Ancylostoma braziliense, misalnya Pantai Pasifik Amerika Serikat dan Meksiko (Soo et al, 2003).

Page 9: CLM

Etiologi dan Faktor Resiko

Page 10: CLM

Etiologi

Ancylostoma brazilie

nse

Ancylostoma ceylani

cum

Ancylostoma caninu

m.

• Penyebab utama CLM adalah larva cacing tambang dari kucing dan anjing (Ancylostoma braziliense, Ancylostoma ceylanicum, dan Ancylostoma caninum) dan Strongyloides.

• Penyebab lain yang juga memungkinkan yaitu larva dari serangga seperti Hypoderma dan Gasterophilus (Eckert, 2005).

• Di Asia Timur, CLM umumnya disebabkan oleh Gnasthostoma sp. pada babi dan kucing. Pada beberapa kasus ditemukan Echinococcus, Dermatobia maxiales, Lucilia caesar (Aisah, 2010).

Page 11: CLM

Morfologi Ancylostoma canicum• Ancylostoma caninum mempunyai

tiga pasang gigi (Supali et al, 2009). • Panjang cacing jantan dewasa

Ancylostoma caninum berukuran 11-13 mm dengan bursa kopulatriks.

• Cacing betina dewasa berukuran 14-21 mm. Cacing betina meletakkan rata-rata 16.000 telur setiap harinya (Palgunadi, 2010).

Page 12: CLM

Morfologi Ancylosto braziliense• Morfologi Ancylostoma

braziliense mirip dengan Ancylostoma caninum, tetapi kapsul bukalnya memanjang dan berisi dua pasang gigi sentral.

• Gigi sebelah lateral lebih besar, sedangkan gigi sebelah medial sangat kecil.

• Selain itu, pada Ancylostoma braziliense juga terdapat sepasang gigi segitiga di dasar bukal kapsul.a

Page 13: CLM

Faktor resiko CLM

1. Faktor perilaku2. Faktor lingkungan3. Faktor demografis

Page 14: CLM

Faktor perilaku

A. Kebiasaan tidak menggunakan alas kaki.B. Pengobatan teratur terhadap anjing dan

kucingC. Berlibur ke daerah tropis atau pesisir pantai

Page 15: CLM

Faktor lingkungan

A. Keberadaan anjing dan kucing.B. Cuaca atau iklim lingkungan.C. Tinggal di daerah dengan keadaan pasir atau

tanah yang lembab.

Page 16: CLM

Faktor demografis

A. Usia.B. Pekerjaan.C. Tingkat pendidikan.

Page 17: CLM

PATOFISIOLOGI

Page 18: CLM
Page 19: CLM

PatogenesisTelur pada tinja

menetas di permukaan tanah.

Larva menembus ke lapisan korneum

epidermis.

Larva infektif mengeluarkan protease dan hialuronidase.

Larva infektif tahap ketiga ( 1 minggu ).

Larva menjadi penjamu ( apabila terjadi kenaiakan

suhu ).

Masuk kedalam kulit untuk penetrasi .

Larva bermigrasi Melalui jaringan

subkutan

Menempel pada manusia

Membentuk terowongan dan

menjalar dari satu tempat ke tempat

lain.

Page 20: CLM

MANIFESTASI KLINIS

Page 21: CLM

Larva masuk ke kulit

rasa gatal dan panas di tempat

larva melakukan penetrasi.

Papul Eritematosa

Bergabung membentuk

erupsi eritematopa

pula

Vesikel yang sangat gatal setelah 24

jam.

Lesi linear atau

berkelok-kelok,

polisiklik, serpiginosa,menimbul, dan membentuk terowongan (burrow) (5 hari setelah

Infeksi)

menimbul dengan

diameter 2-3 mm, dan berwarna

kemerahan

larva dapat bergerak

secara bebas

sepanjang waktu

Lesi berpindah ataupun

bertambah beberapa milimeter

perhari dengan lebar

sekitar 3 milimeter

Page 22: CLM

Pruritus

• Pada point of entry

• Gatal bisa terus berlanjut meskipun

larva sudah mati

Page 23: CLM

Papul eritem & lesi linear

• Menunjukkan bahwa larva tersebut

telah berada di kulit selama beberapa

jam atau hari

• Lesi khas berbentuk linear atau

berkelok-kelok, menimbul, dengan

diameter 2-3 mm dan berwarna

kemerahan

Page 24: CLM

• Menjalar berbentuk terowongan

(burrow), 3-5 cm, serpiginosa

• Larva melakukan penetrasi

beberapa milimeter per hari

Page 25: CLM

Kondisi Sistemik

hipereosinofil Infiltrat pulmonar

Peningkatan kadar

imunoglobulin E

Biasanya ditemukan pada infeksi toxocara canis, toxocara cati dan ascaris lumbricoides

Page 26: CLM

DIAGNOSIS

Page 27: CLM

Diagnosis CLM

• Anamnesis.• Pemeriksaan jasmani.• Pemeriksaan penunjang.

Page 28: CLM

AnamnesisIdentitas Laki-laki, 23th, wisatawanKeluhan utama Bintil MerahOnset 2 hari yang laluLokasi •Punggung tangan kiriKualitas •Nanah ?

•Menjalar?•Kemerahan ?•Gatal ?•Nyeri?

Kuantitas Gatal/Nyeri hilang timbul? Atau berpindah?Memperingan / memperberat

Sudah Berobat? / Paling Parah atau gatal atau nyeri pada saat kapan?

Kronologis 10 hari sebelumnya, pasien berlibur ke pantai.Keluhan tambahan

Page 29: CLM

Tinjauan umum Berat badan ?Imunisasi ?Alergi ?Demam?

RPD Penyakit kulit lainnya ?

RPK

RKP Higienis ?Lingkungan ?Kebiasaan memakai alas kaki?

Page 30: CLM

Pemeriksaan FisikEfloresensi

Jenis Papul,Vesikel

Lokasi Dorsum Manus et Digiti Minimi Sinistra

Penyebaran/Distribusi

Regional

Susunan Linier

Bentuk Polisiklik

Ukuran Milier

Batas Tegas

Tepi Teratur, Aktif

Bagian tengah Menonjol

Permukaan Datar

Page 31: CLM

Pemeriksaan Penunjang

• Biopsi• Pemeriksaan Darah Lengkap

Page 32: CLM

DIAGNOSIS BANDING

Page 33: CLM

Diagnosis Banding CLM Scabies Tinea korporis Dermatitis insect bites

Page 34: CLM

Scabies• Scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi

dan sensitasi terhadap sarcoptes scabei var hominis dan produknya.

• Cara penularan bisa melalui kontak langsung (kontak dengan kulit). Misalnya berjabat tangan, tidur bersama dan hubungan seksual. Dan melalui kontak tidak langsung (melalui benda) misalnya pakaian, handuk, sprei, bantal dan lain-lain.

Page 35: CLM

Tinea Corporis

• TINEA CORPORIS merupakan infeksi jamur golongan dermatofita (berbagai spesies Trichophyton, Microsporum, dan Epidermophyton) pada badan, tungkai, dan lengan dan mempunyai gambaran morfologi yang khas. Pasien merasa gatal dan kelainan umumnya berbentuk bulat, berbatas tegas, terdiri atas macam-macam effloresensi kulit (polimorf) dengan bagian tepi lesi lebih jelas tanda peradangannya dari pada bagian tengah.

• Beberapa lesi dapat bergabung dan membentuk gambaran polisiklik. Lesi dapat meluas dan member gambaran yang tidak khas terutama pada pasien imunodefisiensi

Page 36: CLM

Dermatitis Insect Bite

• Insect bite merupakan kelainan kulit yang disebabkan oleh gigitan dari hewan. Kelainan kulit disebabkan oleh masuknya zat farmakologis aktif dan sensitasi antigen dari hewan tersebut.

• Dalam beberapa menit akan muncul papul persisten yang seringkali disertai central hemmoragic punctum. Reaksi bullosa sering terjadi pada kaki anak-anak. Pada permulaan timbulnya creeping eruption akan ditemukan papul yang menyerupai insect bite.

Page 37: CLM

Scabies Dermatitis Insect bites

Etiologi Sarcoptes Scabei Var Hominis Serangga

Gejala khas Gatal pada malam hari, lesi khas & patognomonik berupa terowongan kecil, sedikit meninggi, berkelok-kelok berwarna putih keabu-abuan (bila belum ada infeksi sekunder), panjang kurang lebih 10mm.

Sering gatal/pedih, merah, bengkak

Efloresensi Papul, vesikula, urtika, ekskoriasi, krusta.

Infeksi sekunder: pustula yang dapat mengaburkan lesi primernya.

Lesi bermacam-macam dari makula eritomatus sampai papul, urtika, vesikula, bula/pustula.

Cutaneus Larva Migrans

Cacing tambang (A. Braziliensis, A. Caninus)

Rasa gatal dan panas

Papula berbentuk linier atau berkelok-kelok berwarna kemerahan, polisiklik, sepiginosa dan berbentuk terowongan.

Page 38: CLM

Scabies Cutaneus Cutaneus larva migrans

Lokasi Sela-sela jari tangan, telapak tangan, pergelangan tangan sebelah dalam, siku, ketiak, daerah mammae, pusar, perut bagian bawah, genitalia eksterna & pantat. Anak&bayi: telapak tangan, telapak kaki, sela-sela jari kaki, pipi

Tergantung dimana terkena sengatan/kontak langsung dengan serangga

Tungkai, plantar tangan, anus, bokong, paha dan bagian tubuh mana saja yang sering kontak dengan tempat larva cacing tambang

Gambar

Page 39: CLM

PENATALAKSANAAN

Page 40: CLM

Pencegahan

Menggunakan alas kaki saat berjalan

Mencuci tangan, kaki dan mandi dengan sabun setelah kontak langsung dengan tanah/pasir

Page 41: CLM

• Melakukan pengobatan secara teratur terhadap anjing dan kucing dengan antihelmintik

Page 42: CLM

• Hewan dilarang berada di wilayah pantai maupun taman bermain

• Wisatawan yg suka berjemur disarankan untuk menggunakan kursi saat berjemur

Page 43: CLM

PencegahanMeminum obat anti cacing setiap 6 bulan, terutama yang berisiko tinggi terkena infestasi cacing

Page 44: CLM

Pengobatan

Albendazole• Dosis dewasa dan anak di atas 2

tahun : 400 mg perhari, selama 3 hari. Atau 200 mg dua kali sehari selama 5 hari.

• Dosis anak kurang dari 2 tahun : 200 mg perhari selama 3 hari.Atau 10-15 mg per kg berat badan, 4 kali perhari selama 3-5 hari

Albendazole Tablet 200 & 400 MG

Page 45: CLM

PengobatanThiabendazole

Oral• Dosis: 25-50 mg/kg berat badan/hari,

diberikan 2 kali sehari selama 2-5 hari.

• Tidak diperkenankan melebihi 3 gram perhari.

• Diberikan jika lesi luas dan terapi topikal tidak berhasil.

• Efek samping : pusing,kram usus,mual dan muntah

ThiabendazoleTopikal

• diberikan secara topikal (obat luar) 10-15% , diaplikasikan 4 kali sehari selama 1 minggu.

Keuntungan : • Pilihan terapi pada lesi yang awal• Tidak memiliki efek samping• Untuk melokalisir lesi• Mengurangi lesi multiple dan

infeksi folikel oleh cacing tambang

Page 46: CLM

Pengobatan

Mebendazole• Dosis dewasa dan anak di atas 2 tahun :

100-200 mg 2x sehari selama 4 hari .• Anak < 2th :

TIDAK DIANJURKAN!• Mebendazole mencegah pertumbuhan

atau multiplikasi cacing dalam tubuh

Mebendazole Tablet 100 & 500 MG

Page 47: CLM

KOMPLIKASI DAN PROGNOSIS

Page 48: CLM

Komplikasi dan Prognosis

SELULITIS

Page 49: CLM

SELULITIS

• Infiltrat difus di subkutis dengan tanda radang akut• Bila mengalami supurasi menjadi flegmon

Page 50: CLM

EKSKORIASIS

• Adalah kelainan kulit yang di sebabkan oleh hilangny jaringan sampai dengan stratum papilare

• Contohnya bila garukan lebih dalam sehingga tergores sampai ujung papil, maka akan terlihat darah yang keluar selain serum

Page 51: CLM

ERISIPELAS

• Penyakit infeksi akut streptococcus • Gejalanya eritema berwarna kemerahan,

batas tegas, pinggir meninggi dengan tanda – tanda radang akut.

• Didahului oleh trauma.

Page 52: CLM

LOEFFER SYNDROM

• Sekumpulan gejala yang disertai penumpukan sel eosinofil dalam paru dan peningkatan sel tersebut dalam darah.

• Pada penyakit alergi dan infeksi parasit kadar eosinofil biasanya meningkat.

• Gejala yang ditimbulkan seperti gejala radang paru demam,batuk,sesak napas.

Page 53: CLM

Larva yang bermigrasi menghasilkan formasi granuloma dengan eosinofil, netrofil dan makrofag

Diparu – paru larva menghasilkan reaksi hipersensitivitas, yang mengakibatkan inflamasi peribronchial yang menghasilkan mukus pada

broncus dan bronchospasme

Infeksi parasit mengaktivasi Thelper 2 melepas IL4 dan IL5 menghasilkan IgE dan aktivasi eosinofil

IgE berikatan dengan permukaan parasit diikat oleh eosinofil

Eosinofil diaktifkan dan mensekresi granul enzim untuk menghancurkan parasit

Parasit memproduksi molekul mirip IL4 menstimulasi host memproduksi igE spesifik menggagalkan respon imun

Page 54: CLM

Prognosis• CLM termasuk ke dalam golongan penyakit self-limiting. Pada

akhirnya, larva akan mati di epidermis setelah beberapa minggu atau bulan. Hal ini disebabkan karena larva tidak dapat menyelesaikan siklus hidupnya pada manusia (Hochedez dan Caumes, 2007).

• Lesi tanpa komplikasi yang tidak diobati akan sembuh dalam 4-8 minggu, tetapi pengobatan farmakologi dapat memperpendek perjalanan penyakit (Robson dan Othman, 2008).