cerpen senandika dinda di bulan ramadhan

7
Senandika Dinda di Bulan Ramadhan Sahur-sahur!!, hati gemetar mendengar suara indah akan kedatangan bulan ramadhan, bulan yang penuh berkah yang dinanti-nanti oleh seluruh umat muslim di dunia, bulan ramadhan sudah di depan mata, semua orang sibuk dengan segala persiapan , hanya Dinda yang termenung sendiri dipojok rumah gubuk, rumah yang sangat jauh dari perkotaan hanya ditemani sang bunda tercinta setiap hari. Ayah yang sangat sibuk dengan pekerjaan barunya di Jakarta, yang berjuang hanya bisa mencukupi untuk makan dan keperluan sekolah Dinda, kadang Ayah pulang sebulan sekali, pernah juga tidak pulang sama sekali, entah ayah mungkin sibuk dan harus meluangkan waktu banyak dengan pekerjaannya,yang dipikirkan Bunda dan Dinda juga demikian.Hari pertama puasa, Ayah masih bisa berkumpul bersama Dinda bersahur bareng, kenangan terakhir bersama Ayah berbuka dan sahur sangatlah pusparagam sebelum berangkat kerja baru di Jakarta. Dinda semangat bangun sebelum sahur, biarpun ditemani sang Bunda seorang, Dinda tetap puasa karena kebiasaan moment puasa lengkap dengan sang Ayah, makanan yang disukai Ayah pun Dinda hafal betul dari Ayam goreng sama krupuk udang, tetapi hari ini dengan makan seadanya, dan bahkan Bunda sering menasehati Dinda untuk mensyukuri apa yang kita punya. Dan siang ini cukup panas, semburan cahaya dari ufuk timur membuat perut Dinda dahaga seketika merasa haus dan lapar seperti cacing kepanasan, tetapi Dinda berusaha menahan sampai terbenam fajar, Dinda masih ingat pesan Ayah, “ Nda ( nama panggilan Dinda), kalau kamu puasa penuh satu hari, Allah akan sayang kamu “, ingat kata-kata itu membuatnya menjadi semangat kembali, dan pernah sekali Dinda dikasih hadiah waktu berumur 10 tahun karena puasa penuh. Ibu gutu Dinda pun mewajibkan untuk berpuasa, dan Ibu guru pun berpesan,” kita puasa tidak hanya menahan haus dan lapar, tetapi ada hal yang lebih penting, tegas Ibu guru kepada murid-muridnya.” Lantas Dinda langsung jawab, “ Ibu contohnya hal yang penting buat kita, apa yang dilakukan ?” dengan nada polosnya, langsung Ibu guru menjawab ,” bagus pertanyaan Dinda, salah satu contohnya yaitu harus berbagi sesama yang membutuhkan, karena banyak diluar

Upload: hera-wijaya

Post on 30-Jan-2016

17 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Cerpen lomba

TRANSCRIPT

Page 1: Cerpen Senandika Dinda Di Bulan Ramadhan

Senandika Dinda di Bulan Ramadhan

Sahur-sahur!!, hati gemetar mendengar suara indah akan kedatangan bulan

ramadhan, bulan yang penuh berkah yang dinanti-nanti oleh seluruh umat muslim

di dunia, bulan ramadhan sudah di depan mata, semua orang sibuk dengan segala

persiapan , hanya Dinda yang termenung sendiri dipojok rumah gubuk, rumah

yang sangat jauh dari perkotaan hanya ditemani sang bunda tercinta setiap hari.

Ayah yang sangat sibuk dengan pekerjaan barunya di Jakarta, yang berjuang

hanya bisa mencukupi untuk makan dan keperluan sekolah Dinda, kadang Ayah

pulang sebulan sekali, pernah juga tidak pulang sama sekali, entah ayah mungkin

sibuk dan harus meluangkan waktu banyak dengan pekerjaannya,yang dipikirkan

Bunda dan Dinda juga demikian.Hari pertama puasa, Ayah masih bisa berkumpul

bersama Dinda bersahur bareng, kenangan terakhir bersama Ayah berbuka dan

sahur sangatlah pusparagam sebelum berangkat kerja baru di Jakarta.

Dinda semangat bangun sebelum sahur, biarpun ditemani sang Bunda seorang,

Dinda tetap puasa karena kebiasaan moment puasa lengkap dengan sang Ayah,

makanan yang disukai Ayah pun Dinda hafal betul dari Ayam goreng sama

krupuk udang, tetapi hari ini dengan makan seadanya, dan bahkan Bunda sering

menasehati Dinda untuk mensyukuri apa yang kita punya.

Dan siang ini cukup panas, semburan cahaya dari ufuk timur membuat perut

Dinda dahaga seketika merasa haus dan lapar seperti cacing kepanasan, tetapi

Dinda berusaha menahan sampai terbenam fajar, Dinda masih ingat pesan Ayah, “

Nda ( nama panggilan Dinda), kalau kamu puasa penuh satu hari, Allah akan

sayang kamu “, ingat kata-kata itu membuatnya menjadi semangat kembali, dan

pernah sekali Dinda dikasih hadiah waktu berumur 10 tahun karena puasa penuh.

Ibu gutu Dinda pun mewajibkan untuk berpuasa, dan Ibu guru pun berpesan,” kita

puasa tidak hanya menahan haus dan lapar, tetapi ada hal yang lebih penting,

tegas Ibu guru kepada murid-muridnya.” Lantas Dinda langsung jawab, “ Ibu

contohnya hal yang penting buat kita, apa yang dilakukan ?” dengan nada

polosnya, langsung Ibu guru menjawab ,” bagus pertanyaan Dinda, salah satu

contohnya yaitu harus berbagi sesama yang membutuhkan, karena banyak diluar

Page 2: Cerpen Senandika Dinda Di Bulan Ramadhan

sana yang masih harus membutuhkan makanan dan minuman, jadi kita harus

bersyukur tandas Ibu guru.” Murid-murid hanya terdiam gurau mendengarkan

nasihat Ibu guru, dalam dirinya Dinda merasa terima kasih atas jawabannya,

karena Dinda sudah paham arti puasa yang baik.

Sore yang sejuk sembari menunggu detik-detik berbuka puasa, Dinda mencoba

membantu Bundanya di dapur memasak buat nanti berbuka, memang makanan

yang disaji sederhana jauh dari kata mewah, hanya ditemani nasi sayur asem

ditambah tempe, tetapi mereka sangat mensyukuri, sambil mengupas bawang

merah, si Dinda sering melontarkan pertanyaan “Bun, kok Ayah tidak ada kabar

sampai sekarang?” dengan nada memelas, “mungkin lagi sibuk dengan kerjaan,

nanti malam juga Ayah pasti menelponnya,” dengan wajah tersenyum

kehangatan. Tidak lama membantu Bunda memasak di dapur terdengar suara

pintu, “ tok tok , Assalamu’alaikum ada orang didalam? Seru Pak Agus. Pak agus

teman Ayah kerja yang di Jakarta, kebetulan dia tetangga sebelah. “ iya ada,

sebentar.. nada lantang sahut si Dinda”, ternyata Dinda buka pintunya Pak Agus

tetangga sebelah, dalam benak Dinda ,” kok dia bisa menyempatkan pulang ,

Ayah sendiri tidak bisa pulang, dengan wajah lesunya Dinda mengadu Bunda,”

lantas Dinda belum sempat ngobrol atas penasaran tentang Ayah.

Akhirnya, yang dinanti-nanti tiba juga, suara takbir adzan dari ujung barat

berkumandang, Dinda merasa sangat senang, langsung dengan wajah polosnya

menyergap makanan yang disaji, Bunda hanya tersenyum melihat anaknya,

dengan nasihat Bunda akan keutamaan berbuka puasa Dinda menjadi lebih

paham, dan Dinda berjanji ketika berbuka puasa nanti harus membaca do’a dan

makan tidak boleh berlebihan, memang Dinda gadis yang masih polos masih

berumur 11 tahun sangat rasa ingin tahunya tinggi, sesekali Bunda bingung

menjawab tentang permasalahan Ayanhya, sebenarnya rasa berat ngomong secar

jujur sama Dinda yang masih anak kecil, permasalahannya Ayah yang jarang ada

kabar, memang Ayahnya sangat sayang kepada Dinda bahkan keinginan dan

kenangan masih teringat sama Dinda sewaktu Bulan Ramdhan tahun kemarin.

Sungguh berat untuk mengatakannya, takut Dinda kecewa dan bahkan menangis

kalau tidak ada kabar sang Ayah.

Page 3: Cerpen Senandika Dinda Di Bulan Ramadhan

Malam tarawih ini Dinda berangkat dengan Bunda, berjalan memasuki

perkampungan yang sangat jauh dengan masjid, dengan ditemani obor kecil dari

bambu, Bunda meyakinkan perjalannya seolah-olah tidak terjadi yang Dinda

pikirkan, kadang api obor mati seketika terkena tiupan angin dari seberang barat

ke timur, akhirnya lama diperjalanan dengan tekad yang kuat untuk beribadah

kepada Allah, segalanya dimudahkan. “Bun enak yah kalo ada Ayah disini solat

bareng sambil menepuk pundak Bunda”, “ ya sangat enak, keluarga kita menjadi

lengkap, biasanya Ayah memimpin solat bareng dirumah dengan nada halus dari

hati Bunda.” Melamun akan sosok Ayah, Dinda hanya bisa berdoa, sesuatu saat

pulang lebaran nanti Dinda akan memeluk erat Ayah, dan Ayah pasti membawa

mainan yang banyak buat Dinda. Aamiin Dinda dalam hati.”

Kebanyakan orang setelah solat tarawih,mereka bercengkrama dengan teman

sekedar kumpul sama keluarga, tetapi Dinda hanya didalam rumah ditemani

Bunda tercintanya membaca Al-qur’an bersama, Dinda memang sudah bisa

mengaji lumayan bagus berkat sang Ayah, suasana sunyi terharu seperti anak

Ayam yang kehilangan induknya, Dinda menangis sedih kangen akan sosok Ayah

yang biasanya mengajarkan ngaji, dongeng, bahkan memain petasan

dipekarangan rumah.

Sahur sahurdung dung tong tong, tetabuan suara sorak-sorak terdengar,

membuatnya bangun dengan wajah berat ngantuknya tidak bisa dikompromi,

dengan jalan seperti orang mabuk, Dinda menyempatkan membangun sang

Bunda, ternyata di buka kamarnya Bunda sudah bangun lebih awal, memang

Bunda luar biasa, disaat Dinda masih tidur Bunda sudah memasak di dapur dan

mempersiapkan semuanya buat Dinda, merasa Dinda merepotkan, disela-sela

tidak ada kegiatan Dinda mencoba membantu menyapu lantai dan sedikit

melamunin Ayahnya.Pernah dinda menaruh surat kepada Ayah di tas merah

kerjanya,ketika Ayah hendak berangkat kerja .

Page 4: Cerpen Senandika Dinda Di Bulan Ramadhan

Dear ayah..

“Ayah, engkau adalah Ayah yang sangat hebat, Dinda sayang Ayah, jaga

kesehatan yah Ayah jangan lupakan Dinda sama Bunda dirumah, dan jangan

lupa solat, pasti Dinda kangen banget sama Ayah, LOVE U Ayah”

Ayahnya mencoba menyempatkan membaca disela-sela kesibukan kerjanya,

beban kerja yang berat harus merelakan tenaga dan pikirannya demi sesuap nasi.

Kini Dinda sudah beranjak dewasa, dia sudah bisa berpuasa penuh sampai

sebulan, kebiasaan yang belum dia pernah lakukan sebelumnya, seperti mengaji,

solat tarawih bareng, serta memberikan makanan kepada yang berpuasa dan

amalan-amalan lainnya yang sangat mulia di bulan penuh berkah, semua orang

berlomba-lomba kebaikan menimba amalan soleh untuk bekal hidup lebih hakiki.

Tapi yang dirasakan Dinda sangatlah berbeda, tidak seperti tahun kemarin yang

ditemanin sang Ayah yang sangat sayang, bahkan Dinda sering membuat

makanan berbuka puasa kesukaan Ayah.

Inspirasi hari ini membuat Dinda semakin bersemangat, halangan dan rintangan

godaan, seolah membuatnya menjadikan senjata ampuh untuk melawannya, kini

Dinda banyak belajar dari Bunda, Guru di kelas dan pengajian rutin dirumahnya,

seperti hati yang kosong disempurnahkan permata kristal yang indah,

membuatnya menjadi tenang pikiran segar menjadi mendekatkan diri kepada

Allah, sebelumnya Dinda belum pernah merasakn getaran cintanya kepada Allah

yang begitu dekat debaran cinta, bahkan bukan itu saja Dinda merasa terpanggil

hatinya untuk beristiqomah memakai jilba,” Subhannallah di bulan yang agung

ini engkau memberikan hikmah dan inspirasi buat Dinda, seraya berkaca dalam

hati Dinda.” Belum bahkan tidak pernah merasakan kenikmatan yang begitu akan

cintanya kepada kedua orang tua dan melebihi conta kepada Allah, hidup terasa

indah dan bahkan segala permasalahan seolah Allah selalu ada dalam benak diri

kita setiap melangkah.

Mencoba hari-hari Dinda diwarnai mendekatkan diri kepada Allah, disiang hari

ini Dinda menyempatkan bertadarus Al-Qur’an bersama teman-temannya di

Masjid dekat sekolah, kebetulan waktu itu mereka sehabis pulang sekolah, dengan

Page 5: Cerpen Senandika Dinda Di Bulan Ramadhan

suara merdunya Dinda melantunkan ayat-ayat suci yang sangat indah, membuat

menyentuh setiap orang yang melewati langkah ke masjid, bahkan ada salah satu

warga yang takjub Pak Andi, “ suaranya subhannallah merdu sekali, merasa diri

ini tentram mendengarnya,” melongo melihat Dinda dan teman-temannya

bertadarus. Dan selalu dalam diri Dinda mendoakan Ayahnya, supaya tidak capek

dalam bekerja dan dimudahkan jalannya supaya nanti lebaran bisa berkumpul

kembali.

Kini Dinda menjadi anak yang mandiri, bahkan dia bangun lebih awal dari

biasanya, mencoba memasak masakan buat sahur, dan lebih hebat lagi Dinda

berangkat ke Masjid pun sendiri dengan semangat membawa obornya tanpa

ditemani sang Bunda, ” tidak takut lagi sama siapapun apa lagi setan atau manusia

cetus si Dinda kepada Bundanya, karena Dinda punya Ayah yang dekat sama

Dinda yaitu Allah dengan nada polosnya.”

Siang ini tepatnya hari rabu, rencana yang sudah ditunggu beberapa hari kemarin,

niat yang baik untuk mengadakan bakti sosial bersama teman-temannya

membantu masyrakat yang tidak mampu, dan sekalian makan bersama, sungguh

hati Dinda sangat senang, Dinda merasakan hati yang bercampur sedih, terharu

dan menjadikan inspirasi buat dirinya dan orang lain akan menjadi satu dalam hati

Dinda, ternyata di luar sana masih banyak yang harus dibantu, tetapi mereka

sangat bersyukur akan kesederhanaan hidup. Banyak pelajaran dan inspirasi

Dinda selama kegiatan tadi, selama kegiatan berlangsung Dinda sesekali

meneteskan air mata, ketika Dinda menyodorkan sesuatu kepada nenek yang

hidup seseorang dengan makan seadanya, tetapi bertahan hidup akan arus

globalisasi.

“Sungguh banyak sekali manfaat dan sejuta inspirasi dari bulan yang penuh

berkah ini, marilah kita berlomba-lomba mencari kebaikan di dunia maupun di

akhirat, karena hidup didunia sejatinya tidak abadi, maka dari itu berikanalah

yang terbaik buat orang yang kamu cintai dan bermanfaat buat seseorang” itu

seklumit ucapan Ustadz ketika ceramah. Untuk mengisi kerinduan Dinda kepada

Ayahnya, langsung menelpon seusai ceramah di masjd, menanyakan kerinduan

Page 6: Cerpen Senandika Dinda Di Bulan Ramadhan

Dinda, dengan harapan ketika hari kemenangan tiba Ayah bisa berkumpul

kembali dan membawa oleh-oleh banyak buat Dinda, dengan wajah belas kasih.

Tepatnya di hari ke-27, tidak terasa waktu begitu cepat dan melaju kenjang,

perasaan yang dulu dihantui rasa lapar dan haus, kini Dinda sudah terbiasa dengan

puasa penuh sehari, ternyata tidak itu saja perubahan-perubahan dalam Dinda pun

tercermin dalam dirinya, sang Bunda merasa bangga melihat anak semata

wayangnya menjadi pribadi yang bijaksana dan soliha.

Berbondong-bondong warga suara kegaduhan di pasar, semua tersedia dari baju

buat leabran sampai makanan berbuka puasa dan pernak-pernik tradisi lebaran

lainnya, hati Dinda merasa sedih, di sisi lain Dinda tidak merasakan yang dia

lihat, hanya termenung dan melamuni keadaaan, dalam diri Dinda sembari

melewati pasar, “ andai saja Dinda diberikan baju baru yang cantik dari Ayah,

Dinda pasti sangat senang,”.

Berkat doa dinda, keajaiban datang tidak terduga, Ibu langsung menggandeng

Dinda pergi ke sesuatu tempat, dan bunda pun tidak menceritakan akan ada suatu

kejutan buat Dinda, ternyata Dinda ke pasar untuk membeli baju baru sesuka

Dinda, tapi Dinda penasaran, “ bun, duit dari mana? Kan kita makan saja kadang

tidak cukup, apalagi buat beli baju sebagus ini penegasan Dinda kepada Bunda.”

Bunda hanya bisa menjawab nada lirih” kita mendapatkan rejeki, alhamdulilah

Ayah sekarang kirim duit, tetapi duitnya tidak banyak hanya bisa beli baju baru

kamu saja, “ hati Dinda bercampur aduk, karena tidak tega melihat Bunda

merelakan beli baju baru buat Dinda, disisi lain harus banyak keperluan nanti

esok.

Penolakan diri Dinda coba untuk tidak hidup hedonisme, baju baru tidaklah harus

baru, baju lebaran kemarin masih bagus, tetapi Bunda sudah membelikan bajunya

dan Dinda suka baju baru itu. Sungguh lengkap sudah baju baru sudah dibelikan

oleh Ayah, biarpun sederhana, puasa penuh sehari tanpa godaan, dan hal yang

terpenting dalam diri Dinda, banyak sekali perubahan yang nampak dari

perilakunya.

Page 7: Cerpen Senandika Dinda Di Bulan Ramadhan

Hari-hari mendekati lebaran, Ayah pun tidak ada kabar, sampai di hari lebarannya

pun Dinda tidak melihat sosok Ayah, rasanya sedih bercampur haru, selama ini

yang Dinda harapkan ternyata pupus juga, sang Ayah belum pulang juga saat

lebaran, dan Bunda berusaha menenangkan kegalauan Dinda pada saat itu. Ada

apakah dengan Ayah Dinda? Apa ada yang dirahasiakan oleh Bunda akan sesuatu

yang terjadi terhadap Ayah?