(centella asiatica (l.)urban)
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENGARUH EKSTRAK PEGAGAN (Centella asiatica (L.)Urban)
SEBAGAI ALELOKEMI TERHADAP PERKECAMBAHAN DAN
PERTUMBUHAN BAYAM DURI (Amaranthus spinosus)
SERTA TOMAT (Lycopersicum esculentum)
SKRIPSI
Untuk memenuhi sebagian persyaratan
Guna memperoleh gelar Sarjana Sains
Oleh:
Gangsar Sri Teteki
NIM. M0406030
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
i
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Halaman Persetujuan Pembimbing
SKRIPSI
PENGARUH EKSTRAK PEGAGAN (Centella asiatica (L.)Urban) SEBAGAI ALELOKEMI TERHADAP PERKECAMBAHAN DAN
PERTUMBUHAN BAYAM DURI (Amaranthus spinosus)SERTA TOMAT (Lycopersicum esculentum)
Oleh :Gangsar Sri TetekiNIM. M0406030
Telah disetujui oleh Tim Pembimbing
Tanda Tangan Pembimbing I : Solichatun, S.Si., M.Si
NIP. 197102211997022001 ....................................
Pembimbing II : Widya Mudyantini, M.Si NIP. 197305051999032001 ....................................
Surakarta, ..............................
MengetahuiKetua Jurusan Biologi
Dra. Endang Anggarwulan, M.SiNIP. 195003201978032001
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENGESAHAN
SKRIPSI
PENGARUH EKSTRAK PEGAGAN (Centella asiatica (L.)Urban) SEBAGAI ALELOKEMI TERHADAP PERKECAMBAHAN DAN
PERTUMBUHAN BAYAM DURI (Amaranthus spinosus)SERTA TOMAT (Lycopersicum esculentum)
Oleh :Gangsar Sri TetekiNIM. M0406030
Telah dipertahankan di depan Tim Penguji pada tanggal ..........................
dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Surakarta, ..............................Penguji I Penguji II
Dra. Endang Anggarwulan, M.Si Elisa Herawati, S.Si., M. Eng.NIP. 195003201978032001 NIP. 198110182003122002
Penguji III Penguji IV
Solichatun, S.Si., M.Si Widya Mudyantini, M.SiNIP. 197102211997022001 NIP. 197305051999032001
Mengesahkan
Dekan FMIPA Ketua Jurusan Biologi
Prof. Drs. Sutarno, MSc. Ph. D. Dra. Endang Anggarwulan, M.SiNIP. 196008091986121001 NIP. 195003201978032001
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil penelitian saya sendiri
dan tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar
kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, serta tidak terdapat karya atau pendapat
yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali secara tertulis diacu
dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila dikemudian hari dapat ditemukan adanya unsur penjiplakan maka gelar
kesarjanaan yang telah diperoleh dapat ditinjau dan/atau dicabut.
Surakarta, ............................
Gangsar Sri Teteki
NIM. M0406030
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENGARUH EKSTRAK PEGAGAN (Centella asiatica (L.)Urban) SEBAGAI ALELOKEMI TERHADAP PERKECAMBAHAN DAN
PERTUMBUHAN BAYAM DURI (Amaranthus spinosus)SERTA TOMAT (Lycopersicum esculentum)
GANGSAR SRI TETEKIJurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
ABSTRAK
Pegagan (Centella asiatica (L) Urban.) merupakan tanaman obat yang penting. Pengaruhnya terhadap mikroorganisme dan sel-sel hewan telah diketahui, sedangkan pengaruh terhadap tanaman lain belum banyak dieksplorasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi potensi alelokemi dari pegagan sebagai bioherbisida.
Ekstrak pegagan dibuat dengan mencampurkan serbuk pegagan dan aquades dengan perbandingan 1:10. Campuran selanjutnya di shaker selama 24 jam. Ekstrak yang diperoleh dibuat variasi konsentrasi yaitu 0%, 25%, 50%, 75% dan 100% dan kemudian disiramkan pada tanaman uji. Tanaman uji yang digunakan adalah gulma, yaitu bayam duri (Amaranthus spinosus) dan tanaman budidaya, yaitu tomat (Lycopersicum esculentum). Penelitian dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Parameter yang diamati adalah parameter perkecambahan biji (laju perkecambahan biji, panjang tajuk kecambah, panjang akar kecambah, berat basah kecambah) dan beberapa parameter pertumbuhan (tinggi tanaman, berat basah tanaman, berat kering tanaman, panjang akar tanaman, rasio akar-tajuk, kadar klorofil, kadar karotenoid dan kadar nitrogen jaringan). Data pengamatan yang diperoleh dianalisis dengan ANOVA untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap perkecambahan dan pertumbuhan tanaman uji, dilanjutkan uji DMRT pada taraf 5% untuk mengetahui beda nyata diantara perlakuan.
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa ekstrak pegagan mampu menghambat perkecambahan biji bayam duri dan tomat serta pertumbuhan bayam duri. Pengaruh pemberian ekstrak pegagan terhadap perkecambahan tomat cenderung bersifat meningkatkan pertumbuhan. Parameter pertumbuhan tanaman tomat yang meningkat setelah pemberian ekstrak pegagan adalah tinggi tanaman, luas daun, berat basah tanaman, berat kering tanaman, panjang akar, kadar klorofil dan kadar karotenoid.
Kata Kunci : Centella asiatica, bioherbisida, alelokemi, bayam duri, tomat.
v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
THE EFFECT OF CENTELLA (Centella asiatica (L.) Urban) AS ALLELOCHEMIC SUBSTANCE ON THE GERMINATION
AND THE GROWTH OF SPINY AMARANT (Amaranthus spinosus) AND TOMATO (Lycopersicum esculentum)
GANGSAR SRI TETEKIDepartment of Biology, Faculty of Mathematics and Natural Science,
Sebelas Maret University, Surakarta.
ABSTRACT
Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban.) represents an important medicinal plant.Effect on microorganisms and animal cells has been known, whereas the effect on other plants has not been widely explored. This study aimed to explore the potential allelochemichal of pegagan as bioherbiside.
Pegagan extract is made by mixing powdered pegagan and distilled water with a ratio of 1:10. The mixture then in the shaker for 24 hours. The extract obtained was made of variation of concentration is 0%, 25%, 50%, 75% and 100% and then splashed on the test plants. Plants were used as weed, thorn amarant spiny (Amaranthus spinosus) and cultivated plants, tomato (Lycopersicum esculentum). The study was conducted using Randomized complete. Observations were seed germination parameters (the rate of seed germination, seedling length canopy, seedling root length, seedling fresh weight) and some growth parameters (plant height, plant fresh weight, dry weight, root length of plant, root-shoot ratio, grade chlorophyll, carotenoid content and tissue nitrogen content). Observation data obtained were analyzed by ANOVA to determine treatment effect on germination and growth of test plants, followed by DMRT test at 5% level to find out the real differences between treatments.
The results showed that pegagan extract could inhibit seed germination of tomato and spinach with thorns and amarant spiny growth. The effect of pegagan extract on germination of tomato tends to increase growth. Growth parameters of tomato plants increased after administration of extracts of pegagan is a plant height, leaf area, plant fresh weight, dry weight, root length, chlorophyll content and carotenoid content.
Key words : Centella asiatica, Amaranthus spinosus, Lycopersicum esculentum, bioherbiside, allelochemichal.
vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
MOTTO
”Kegagalan merupakan awal dari suatu kesuksesan”
”Semua hal yang dilakukan berdasarkan tekad dan niat pasti akan mendapatkan
hasil sesuai dengan yang kita inginkan”
”Di atas batas yang kita pahami, selalu ada batasan yang baru. Hidup adalah melompati batasan tersebut dan belajar dari setiap lompatannya.”
vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan untuk
Bapak dan ibu tercinta yang selalu
memberikan dukungan, kasih sayang
dan do’anya
Galih, dewi dan teman-teman yang
selalu membantu,
viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Ekstrak
Pegagan (Centella Asiatica (L.) Urban) Sebagai Alelokemi Terhadap
Perkecambahan Dan Pertumbuhan Bayam Duri (Amaranthus spinosus) serta
Tomat (Lycopersicum esculentum)”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian
persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana pada Jurusan Biologi, di Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Dalam penulisan skripsi ini tentunya tak lepas dari bantuan, bimbingan dan
dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
Prof. Drs. Sutarno, MSc. Ph. D., selaku Dekan Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah
memberikan ijin penelitian untuk keperluan skripsi.
Dra. Endang Anggarwulan, M.Si., selaku Ketua Jurusan Biologi, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta
yang telah memberikan ijin sekaligus sebagai dosen penelaah I yang telah
memberikan bimbingan dan bantuannya selama penelitian sampai selesainya
penyusunan skripsi ini.
Solichatun, S.Si., M.Si., selaku dosen pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan dan bantuannya selama penelitian sampai selesainya
penyusunan skripsi ini.
ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Widya Mudyantini, M.Si., selaku dosen pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan dan sarannya kepada penulis.
Elisa Herawati, S.Si., M. Eng, selaku dosen penelaah II yang telah
memberikan sarannya kepada penulis.
Keluarga tercinta yang selalu memberi dukungan semangat dan doa yang
tidak pernah putus.
Teman-teman Biologi 2006 dan berbagai pihak yang banyak memberikan
bantuan kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna.
Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Semoga skripsi ini
bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.
Surakarta, Juli 2010
Penulis
x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................ iv
ABSTRAK ..................................................................................................... v
ABSTRACT ................................................................................................... vi
HALAMAN MOTTO ..................................................................................... vii
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... viii
KATA PENGANTAR .................................................................................... ix
DAFTAR ISI .................................................................................................. xi
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xviii
BAB I. PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1
B. Perumusan Masalah ...................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian ........................................................................ 6........................................................................................................
BAB II. LANDASAN TEORI ......................................................................... 7
A. Tinjauan Pustaka ................................................................................. 7
1. Centella asiatica (L.) Urban ................................................... 7
2. Alelopati ................................................................................. 10
3. Amaranthus spinosus ............................................................... 16
4. Lycopersicum esculentum Mill .............................................. 19
5. Perkecambahan Biji ................................................................ 21
6. Pertumbuhan ........................................................................... 24
7. Klorofil .................................................................................. 26
8. Karotenoid ............................................................................. 29
9. Nitrogen .................................................................................. 30
xi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
B. Kerangka Pemikiran .......................................................................... 31
C. Hipotesis ............................................................................................. 34
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................. 35
A. Waktu dan Tempat Penelitian ............................................................ 35
B. Alat dan Bahan ................................................................................... 35
1. Alat ........................................................................................ 35
2. Bahan ...................................................................................... 35
C. Rancangan Percobaan ......................................................................... 36
D. Cara Kerja ........................................................................................... 36
1. Tahap Persiapan ...................................................................................36
a. Persiapan Media Tanam ................................................... 36
b. Persiapan Ekstrak ............................................................. 37
c. Persiapan Biji A. spinosus dan L. esculentum ................... 37
d. Pengujian Perkecambahan ............................................... 38
e. Penanaman A. spinosus dan L. Esculentum .... 38
2. Tahap Perlakuan ...................................................................................38
3. Tahap Pengamatan ...................................................................................39
a. Tinggi Tanaman .............................................................39
b. Luas Daun ..............................................................39
c. Berat Kering Tanaman ..............................................................40
d. Berat Basah Tanaman ..............................................................40
e. Rasio Akar Pucuk (Root-Shoot Ratio) ............................................................. 40
f. Panjang Akar ..............................................................40
g. Kadar Klorofil Dan Karotenoid ..............................................................40
h. Kadar Nitrogen Total ..............................................................41
E. Analisis Data ...................................................................................... 42
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................... 43
A. Perkecambahan Biji ...................................................................... 43
B. Pertumbuhan ................................................................................. 48
1. Tinggi Tanaman ...................................................................... 49
2. Luas Daun ............................................................................... 52
xii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3. Berat Basah Tanaman ............................................................. 54
4. Berat Kering Tanaman ............................................................. 56
5. Rasio Akar Pucuk (Root-Shoot Ratio) .................................... 58
6. Panjang Akar .......................................................................... 59
7. Karotenoid .............................................................................. 61
8. Klorofil ....................................................................................... 63
9. Kadar Nitrogen Jaringan ............................................................ 64
C. Faktor Pembatas Alelokemi Dalam Mempengaruhi Perkecambahan
Biji dan Pertumbuhan .................................................................... 66
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 70
A. Kesimpulan ......................................................................................... 70
B. Saran ................................................................................................... 70
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 72
LAMPIRAN ................................................................................................... 80
RIWAYAT HIDUP PENULIS ......................................................................... 98
xiii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Pengaruh pemberian ekstrak pegagan terhadap rata-rata laju perkecambahan (%) biji bayam duri ......................................................................................................................................................44
Tabel 2. Pengaruh pemberian ekstrak pegagan terhadap rata-rata laju perkecambahan (%) biji tomat ................................................................................................................................................................................................................44
Tabel 3. Rata-rata tinggi tanaman (cm) bayam duri pada variasi konsentrasi ekstrak pegagan ................................................................................................................................................................................................................49
Tabel 4. Rata-rata tinggi tanaman (cm) tomat pada variasi konsentrasi ekstrak pegagan .................................................................................................................................................................................51
Tabel 5. Rata-rata luas daun bayam duri pada variasi konsentrasi ekstrak pegagan .............................................................................................................................................................................................53
Tabel 6. Rata-rata luas daun tomat pada variasi konsentrasi ekstrak pegagan ................................................................................................................................................................................................................53
Tabel 7. Berat basah bayam duri pada variasi konsentrasi ekstrak pegagan
........................................................................................................
........................................................................................................54
Tabel 8. Berat basah tomat pada variasi konsentrasi ekstrak pegagan
xiv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
........................................................................................................
........................................................................................................55
Tabel 9. Rata-rata berat kering bayam duri pada variasi konsentrasi ekstrak pegagan ................................................................................................................................................................................................................56
Tabel 10. Rata-rata berat kering tomat pada variasi konsentrasi ekstrak pegagan ................................................................................................................................................................................................................56
Tabel 11. Rata-rata rasio akar-tajuk bayam duri pada variasi konsentrasi ekstrak pegagan ................................................................................................................................................................................................................58
Tabel 12. Rata-rata rasio akar-tajuk tomat pada variasi konsentrasi ekstrak pegagan................................................................................................................................................................................................................59
Tabel 13. Panjang akar bayam duri pada variasi konsentrasi ekstrak pegagan ................................................................................................................................................................................................................60
Tabel 14. Panjang akar tomat pada variasi konsentrasi ekstrak pegagan ................................................................................................................................................................................................................60
Tabel 15. Rata-rata kadar karotenoid bayam duri pada variasi konsentrasi ekstrak pegagan......................................................................................................................................................................................62
Tabel 16. Rata-rata kadar karotenoid tomat pada variasi konsentrasi pegagan ..........................................................................................
xv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
........................................................................................................62
Tabel 17. Rata-rata kadar klorofil bayam duri pada variasi konsentrasi
ekstrak pegagan ...................................................................................................................................................................................63
Tabel 18. Rata-rata kadar klorofil tomat pada variasi konsentrasi ekstrak pegagan...................................................................................................................................................................................................63
Tabel 19. Rata-rata kadar nitrogen jaringan (%) bayam duri pada variasi konsentrasi ekstrak pegagan ..................................................................................................................................................................65
Tabel 20.Rata-rata kadar nitrogen jaringan (%)tomat pada variasi konsentrasi ekstrak pegagan...................................................................................................................................................................65
xvi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Habitus Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban)..........................9
Gambar 2. Hipotesis rangkaian aksi senyawa alelokimia pada tumbuhan tingkat tinggi ....................................................................................................................................................................................13
Gambar 3. Amaranthus spinosus L ....................................................................................................................................................................17
Gambar 4. Lycopersicum esculentum..................................................................................................................................................................20
Gambar 5. Struktur molekul klorofil...................................................................................................................................................................28
Gambar 6. Struktur molekul karotenoid..............................................................................................................................................................30
Gambar 7. Diagram alir kerangka pemikiran......................................................................................................................................................33
Gambar 8. Panjang tajuk dan akar kecambah bayam duri...................................................................................................................................46
Gambar 9. Panjang tajuk dan akar kecambah tomat............................................................................................................................................46
Gambar 10. Berat basah kecambah bayam duri...................................................................................................................................................47
Gambar 11. Berat basah kecambah tomat ...........................................................................................................................................................47
xvii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Gambar 12. Pengaruh pemberian ekstrak pegagan terhadap tinggi tanaman bayam duri per satuan waktu (minggu)............................................................................................................................................50
Gambar 13. Pengaruh pemberian ekstrak pegagan terhadap tinggi tanaman tomat per satuan waktu (minggu).................................................
.....................................................................................................51
Gambar 14. Perbandingan tanaman bayam duri saat umur 2 bulan ....................................................................................................................91
Gambar 15. Perbandingan tanaman tomat saat umur 2 bulan .............................................................................................................................91
Gambar 16. Perakaran bayam duri .....................................................................................................................................................................92
Gambar 17. Perakaran tomat.................................................................................................................................................................................92
Gambar 18. Pengujian Perkecambahan Biji Bayam Duri Konsentrasi 0%
92
Gambar 19. Pengujian Perkecambahan Biji Bayam Duri Konsentrasi 25%........................................................................................................
93
Gambar 20. Pengujian Perkecambahan Biji Bayam Duri Konsentrasi 50% . ......................................................................................................
93
Gambar 21. Pengujian Perkecambahan Biji Bayam Duri Konsentrasi 75%...
xviii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
.....................................................................................................
94
Gambar 22. Pengujian Perkecambahan Biji Bayam Duri Konsentrasi 100%......................................................................................................
95
Gambar 23. Pengujian Perkecambahan Biji Tomat Konsentrasi 0% dan 25% .........................................................................................................................................................................................96
Gambar 24. Pengujian Perkecambahan Biji Tomat Konsentrasi 50% dan 75% .................................................................................................................................................................................................96
Gambar 25. Pengujian Perkecambahan Biji Tomat Konsentrasi 100% ..............................................................................................................97
xix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Data Hasil Analisis Sidik Ragam Melalui SPSS...................... 81
Lampiran 2. Gambar Hasil Pengamatan Terhadap Tanaman Bayam Duri (A. spinosus) dan Tomat (L.esculentum) ................................ 91
Lampiran 3. Gambar Pengujian Perkecambahan Biji Bayam Duri (A. spinosus) ........................................................................... 92
Lampiran 4. Gambar Pengujian Perkecambahan Biji Tomat (L.esculentum) .............................................................. 96
xx
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keberadaan gulma merupakan hal yang tidak dapat diabaikan dalam
budidaya tanaman. Gulma didefinisikan sebagai tanaman yang keberadaan dan
pertumbuhannya tidak dikehendaki. Pertumbuhan gulma akan menghambat
pertumbuhan tanaman budidaya bila tidak dikendalikan karena adanya
persaingan. Gulma dan tanaman yang tumbuh pada satu lahan bersaing dalam
memperoleh ruang hidup, hara, air dan cahaya. Dalam persaingan tersebut pada
umumnya tanaman budidaya kurang kompetitif dibandingkan gulma, sehingga
bila gulma tidak dikendalikan akan dapat menghambat pertumbuhan tanaman
budidaya tersebut (Bangun dan Syam, 1990).
Tomat (Lycopersicum esculentum Mill) merupakan tanaman budidaya
yang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat karena sebagai sayuran tomat
memegang peranan yang penting dalam pemenuhan gizi masyarakat. Buah tomat
banyak mengandung zat-zat yang berguna bagi tubuh manusia antara lain
mengandung vitamin C, vitamin A (karoten) dan mineral (Tugiyono, 1991).
Adanya gulma dalam budidaya tomat menjadi masalah tersendiri. Jenis gulma
yang dijumpai pada lahan budidaya tanaman tomat salah satunya adalah bayam
duri (Amaranthus spinosus). Menurut penelitian Sutoto dan Supono (2003),
A. spinosus mampu menghambat perkecambahan Lycopersicum esculentum.
A. spinosus merupakan merupakan sejenis tanaman liar yang menjadi tanaman
pengganggu utama dalam lahan penanaman sayuran. A. spinosus yang tumbuh di
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lahan budidaya sayur mampu menginduksi penurunan tinggi batang, diameter
batang dan jumlah daun tanaman sekitarnya (Sola et al., 2005).
Pengendalian gulma dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya
adalah dengan pengendalian secara mekanik maupun secara kimiawi.
Pengendalian gulma secara mekanik dapat dilakukan dengan menerapkan teknik
penyiangan. Penyiangan merupakan cara yang tidak efisien karena membutuhkan
banyak waktu dan tenaga (Rahayu, 2001).
Pengendalian gulma secara kimiawi dapat dilakukan menggunakan
herbisida sintetik. Umumnya herbisida sintetik memiliki efektivitas (daya bunuh
terhadap gulma) yang tinggi, namun penggunaan bahan kimia ini dapat
menimbulkan pencemaran lingkungan, menurunkan sifat fisik tanah,
menimbulkan keracunan pada manusia, matinya beberapa musuh alami dan
meninggalkan residu pada produk pertanian (Macias, 1995). Upaya untuk
meminimalkan penggunaan herbisida kimiawi dapat dilakukan dengan
penggunaan senyawa-senyawa alami yang dapat bertindak sebagai herbisida
(bioherbisida).
Tumbuhan dalam daur hidupnya dapat menghasilkan senyawa-senyawa
metabolit sekunder. Senyawa metabolit sekunder yang dihasilkan dapat bertindak
sebagai alelokemi. Alelokemi adalah senyawa kimia yang dihasilkan oleh
tumbuhan yang jika dikeluarkan ke lingkungan akan dapat menghambat
pertumbuhan tumbuhan lain yang hidup di sekitarnya (Rice, 1984). Menurut Devi
et al. (1997), dalam mempengaruhi pertumbuhan tanaman, alelokemi dapat
menghambat pembelahan dan pemanjangan sel, menghambat kerja hormon,
2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
mengubah pola kerja enzim, menghambat proses respirasi, menurunkan
kemampuan fotosintesis, mengurangi pembukaan stomata, menghambat
penyerapan air dan hara serta menurunkan permeabilitas membran. Peristiwa
terhambatnya pertumbuhan tumbuhan oleh tumbuhan lain melalui produksi
senyawa alelokemi disebut dengan peristiwa alelopati. Adanya senyawa-senyawa
alelokemi ini dapat dijadikan sebagai sumber herbisida alami (Setyowati, 2001).
Tumbuhan yang diduga memiliki potensi untuk digunakan sebagai
bioherbisida dengan prinsip alelokemi salah satunya adalah pegagan (C. asiatica).
James dan Dubery (2009) menyatakan bahwa di dalam C. asiatica terakumulasi
senyawa kimia dari golongan saponin seperti asiaticosida, centellosida,
madecassosida, brahmosida dan thankunisida. Turunan glikosida saponin yang
terdapat dalam C. asiatica diantaranya adalah asam asiatik, asam centelik, asam
brahmic dan asam madecasid. Kadar saponin dan turunannya di dalam C.
asiatica sangat tinggi. James dan Dubery (2009) juga melaporkan bahwa dalam
kadar total asam asiatik, madecasid dan asiaticosida di dalam ekstrak aqueous
C. asiatica mencapai 60%.
Senyawa lain yang juga terdapat di dalam pegagan diantaranya adalah
polyacetylene, kaempferol, quercetin, myo-inositol, vellarine, asam amino, dan
resins (Sudarsono, 2002). Perendaman biji dalam larutan polyacetylene dengan
potensial osmotik yang cukup rendah dilaporkan mampu mencegah munculnya
radikula (Goldsworthy, 1992). Menurut Hutapea (1993) saponin, tanin, flavonoid
dan minyak atsiri selain digunakan sebagai pengobatan tradisional juga
mempunyai potensi sebagai senyawa alelokemi. Saponin juga mampu
3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
mempengaruhi proses transport elektron oleh sitokrom (Rifai dan Moustofa,
2004). Penelitian yang dilakukan oleh Narwal (1999) menunjukkan bahwa
saponin dalam tanaman alfafa (Medicago sativa) mampu menghambat
pemanjangan akar dan pucuk Bromus secalinus L.
Selain saponin, senyawa metabolit sekunder lain yang mampu
menghambat pertumbuhan tanaman adalah flavonoid dan terpenoid. Senyawa
flavonoid pada tumbuhan mampu menyebabkan perubahan permiabilitas
membran mitokondria dan kloroplas (Moreland dan Novitsky, 1987; Khalid et al,
2002). Menurut Muller (1965), terpen yang mudah menguap mampu menghambat
pembelahan sel. Terpen yang diabsorbsi oleh tanah akan tetap toksik setelah
paling sedikitnya dua bulan di dalam tanah dan dapat larut dalam lilin kutikula
(Fitter dan Hay, 1981). Rice dan Pancholy (1973,1974) telah mengidentifikasi
suatu kisaran yang luas dari tanin, asam fenolat dan kumarin yang secara
sempurna menghambat aktivitas Nitrosomonas pada konsentrasi yang sangat
rendah.
Bioherbisida yang baik harus bersifat selektif, yaitu mampu menekan
pertumbuhan gulma tetapi tidak menurunkan kualitas tanaman budidaya (Rahayu,
2001). Pengaruh pemberian ekstrak pegagan (C. asiatica) terhadap tanaman
budidaya dan gulma belum diketahui sehingga potensi dan selektifitas ekstrak
tanaman C.asiatica juga belum diketahui. Penelitian mengenai pengaruh
pemberian ekstrak pegagan (C.asiatica) terhadap perkecambahan biji dan
pertumbuhan dari A. spinosus dan L. esculentum perlu dilakukan untuk
4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
mengetahui potensi pegagan (C. asiatica) sebagai bioherbisida yang bersifat
selektif.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, permasalahan yang diangkat
dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana pengaruh pemberian ekstrak pegagan (C. asiatica (L.) Urban)
terhadap perkecambahan biji bayam duri (A. spinosus) dan tomat
(L. esculentum)?
2. Bagaimana pengaruh pemberian ekstrak pegagan (C. asiatica (L.) Urban)
terhadap pertumbuhan bayam duri (A. spinosus) dan tomat (L. esculentum)?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mengkaji pengaruh pemberian ekstrak pegagan (C. asiatica (L.)
Urban) terhadap perkecambahan biji bayam duri (A. spinosus) dan tomat
(L. esculentum)
2. Mengkaji pengaruh pemberian ekstrak pegagan (C. asiatica (L.)
Urban) terhadap pertumbuhan bayam duri (A. spinosus) dan tomat (L.
esculentum).
5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
D. Manfaat Penelitian
Dengan adanya penelitian ini, diharapkan mampu memberikan informasi
kepada masyarakat mengenai pengaruh pemberian ekstrak pegagan (C. asiatica
(L.) Urban) dan selektifitasnya sebagai bioherbisida terhadap gulma dan tanaman
budidaya.
6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Centella asiatica (L.) Urban
a. Klasifikasi
Tanaman pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) memiliki klasifikasi
sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivisio : Spermatophyta
Divisio : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub-kelas : Rosidae
Ordo : Apiales
Familia : Apiaceae
Genus : Centella
Spesies : Centella asiatica (L.) Urban
(Steenis, 1997)
b. Deskripsi
Pegagan tumbuh menjalar dan berbunga sepanjang tahun. Tanaman ini
tersebar luas pada daerah tropik dan sub tropik pada penyinaran matahari yang
cukup atau pada naungan rendah yang subur, lokasi berkabut, di sepanjang
7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
sungai, di sela-sela batu-batuan, padang rumput dan di tepi-tepi jalan
(Sudarsono, 2002).
Pegagan merupakan tanaman terna atau herba menahun tanpa batang,
tetapi dengan rimpang pendek dan stolon-stolon lunak dan beruas yang
merayap dengan panjang 10-80 cm. Setiap ruas/bonggol akan tumbuh akar
berwarna putih dan daun dengan tangkai daun panjang, banyak bercabang
yang membentuk tanaman baru. Dengan berkembang biak secara vegetatif
alami seperti itu, pegagan akan cepat berkembang. Jika keadaan tanahnya
bagus, tiap ruas yang menyentuh tanah akan tumbuh menjadi tanaman baru.
Pegagan juga dapat diperbanyak dengan pemisahan stolon dan biji. Daun
pegagan berhelai tunggal, bertangkai panjang sekitar 5-15 cm, berbentuk bulat
ginjal, tepinya bergerigi atau beringgit, diameter 1-7 cm tersusun dalam roset
yang terdiri atas 2-10 helai daun dan kadang-kadang agak berambut. Bunga
pegagan berwarna putih atau merah muda, tersusun dalam karangan berupa
payung, tunggal atau 3-5 bunga bersama-sama keluar dari ketiak daun, dan
tangkai bunga sekitar 5-50 mm. Buah pegagan kecil bergantung, berbentuknya
lonjong/pipih panjang 2-2,5 mm, lebar lebih kurang 7 mm dan tinggi lebih
kurang 3 mm, berlekuk 2 berwarna kuning kecoklatan dan berdinding agak
tebal, baunya wangi dan rasanya pahit (Dalimartha, 2001). Habitus tanaman
pegagan tersaji pada gambar 1.
8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Gambar 1. Habitus Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) (Ditjen POM, 2000).
c. Kandungan Kimia dan Manfaat
Centella asiatica memiliki kandungan senyawa utama glikosida
triterpenoid seperti asiatikosida, madecassosida, asam asiatic, asam madaciatic
dan centellasaponin. Asiatikosida merupakan senyawa glikosida triterpen yang
kadarnya sangat tinggi dalam ekstrak air C. asiatica. Hidrolisis asiatikosida
akan merubah senyawa tersebut menjadi suatu asam asiatik (Pitella, et al.,
2009). Senyawa – senyawa lain dalam C. asiatica meliputi polyacetylene,
kaempferol, quercetin, myo-inositol, vellarine, asam amino, dan resins
(Sudarsono, 2002). Dalam pegagan ditemukan pula kandungan terpene asetat
yang belum teridentifikasi, kamphor, sineole, kampesterol, stigmasterol,
sitosterol, ß-Karioneta, ß-Kariofilen, ß-Elemena, ß-Farnesen, ß-Sitosterol,
thankunisida, isothankunisida, brahmosida, asam elaiodat brahmic,
brahminosida, meso-inositol, carotenoids, saponin, hydrocotyline, tannin, zat
samak, serta garam mineral seperti kalium, natrium, magnesium, kalsium dan
besi, fosfor, minyak atsiri (1%), pektin (17.25%) (Wijayakusuma et al.;
Lasmadiwati et al.; Santa dan Bambang, 1992).
9
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Berdasarkan penelitian, efek farmakologi utama dari pegagan ini
diketahui berasal dari kandungan glikosida triterpenoida yaitu asiaticoside
yang berfungsi meningkatkan perbaikan dan penguatan sel-sel kulit, stimulasi
pertumbuhan kuku, rambut, dan jaringan ikat, meningkatkan perkembangan
pembuluh darah serta menjaganya dalam jaringan penghubung (connective
tissue), meningkatkan pembentukan mucin (zat utama pembentuk mucus) dan
komponen-komponen dasar pembentuk lainnya, seperti hyaluronic acid dan
chondroitin sulfate, meningkatkan daya kompak (tensile integrity) dermis
(jaringan kulit di bawah epidermis), meningkatkan proses keratinisasi
(pembentukan keratin) epidermis melalui perangsangan pada lapisan luar
kulit, dan meningkatkan efek keseimbangan pada jaringan penghubung.
Asiaticoside merupakan antilepra. Dosis tinggi dari glikosida saponin akan
menghasilkan efek pereda rasa nyeri. Saponin yang terkandung dalam
tanaman ini juga mempunyai manfaat mempengaruhi collagen (tahap pertama
dalam perbaikan jaringan), misalnya dalam menghambat produksi jaringan
bekas luka yang berlebihan (antikeloid), mempercepat penyembuhan luka, dan
melebarkan pembuluh darah tepi (vasodilator perifer) (Ditjen POM, 2000).
Kandungan vellarine dalam pegagan memberikan rasa pahit (Sugiarso, 1992).
2. Alelopati
Alelopati mencakup semua tipe interaksi kimia antar tumbuhan,antar
mikroorganisme, atau antara tumbuhan dan mikroorganisme (Einhellig, 1995a).
Menurut Rice (1984) interaksi tersebut meliputi penghambatan dan pemacuan
secara langsung atau tidak langsung suatu senyawa kimia yang dibentuk oleh
10
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
suatu organisme (tumbuhan, hewan atau mikrobia) terhadap pertumbuhan dan
perkembangan organisme lain. Senyawa kimia yang berperan dalam mekanisme
itu disebut alelokemi. Pengaruh alelokimia bersifat selektif, yaitu berpengaruh
terhadap jenis organisme tertentu namun tidak terhadap organisme lain
(Weston, 1996).
Senyawa-senyawa alelopati dapat dilepaskan dari jaringan-jaringan
tumbuhan ke lingkungan dan mencapai organisme sasaran melalui penguapan,
eksudasi akar, pencucian, dan atau pembusukan organ tumbuhan (dekomposisi)
(Rice, 1984; Einhellig, 1995b).
a. Penguapan
Senyawa alelopati ada yang dilepaskan melalui penguapan. Beberapa
genus tumbuhan yang melepaskan senyawa alelopati melalui penguapan
adalah Artemisia, Eucalyptus, dan Salvia. Senyawa kimianya termasuk ke
dalam golongan terpenoid. Senyawa ini dapat diserap oleh tumbuhan di
sekitarnya dalam bentuk uap, bentuk embun, dan dapat pula masuk ke dalam
tanah yang akan diserap akar (Rohman dan Sumberartha, 2001).
b. Eksudat akar
Banyak terdapat senyawa kimia yang dapat dilepaskan oleh akar
tumbuhan (eksudat akar), yang kebanyakan berasal dari asam-asam benzoat,
sinamat, dan fenolat (Rohman dan Sumberartha, 2001).
c. Pencucian
Sejumlah senyawa kimia dapat tercuci dari bagian-bagian tumbuhan
yang berada di atas permukaan tanah oleh air hujan atau tetesan embun. Hasil
11
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cucian daun tumbuhan Crysanthemum sangat beracun, sehingga tidak ada
jenis tumbuhan lain yang dapat hidup di bawah naungan tumbuhan ini.
d. Pembusukan organ tumbuhan
Setelah tumbuhan atau bagian-bagian organnya mati, senyawa-
senyawa kimia yang mudah larut dapat tercuci dengan cepat. Sel-sel pada
bagian-bagian organ yang mati akan kehilangan permeabilitas membrannya
dan dengan mudah senyawa-senyawa kimia yang ada didalamnya dilepaskan.
Jenis mulsa dapat meracuni tanaman budidaya atau jenis-jenis tanaman yang
ditanam pada musim berikutnya.
Tumbuhan yang masih hidup dapat mengeluarkan senyawa alelopati
lewat organ yang berada di atas tanah maupun yang di bawah tanah. Tumbuhan
yang sudah matipun dapat melepaskan senyawa alelopati lewat organ yang berada
di atas tanah maupun yang di bawah tanah.
Kuantitas dan kualitas senyawa alelopati yang dikeluarkan oleh
tumbuhan alelopati dipengaruhi oleh kerapatan tumbuhan, macam tumbuhan, saat
kemunculan, lama keberadaan tumbuhan, habitus, kecepatan tumbuh, dan jalur
fotosintesis (C3 atau C4). Alelopati dapat menurunkan atau meningkatkan
produktivitas lahan pada ekosistem pertanian, tergantung pada pembentuk
alelokimia (tanaman atau gulma), organisme sasaran dan aktivitasnya (Rahayu,
2003).
Pelepasan alelokimia pada umumnya terjadi pada stadium
perkembangan tertentu, dan kadarnya dipengaruhi oleh stres biotik maupun
abiotik (Einhellig, 1995b). Setiap jenis alelokimia dilepas dengan mekanisme
12
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
tertentu tergantung pada organ pembentuknya dan bentuk atau sifat kimianya.
Organ pembentuk dan jenis alelokimia bersifat spesifik pada setiap spesies (Rice,
1984; Einhellig, 1995b).
Gambar 2. Hipotesis rangkaian aksi senyawa alelokimia pada tumbuhan tingkat tinggi (Einhellig, 1995; Putnam, et al., 1986).
Mekanisme pengaruh alelokimia (khususnya yang menghambat) terhadap
pertumbuhan dan perkembangan organisme (khususnya tumbuhan) sasarannya
melalui serangkaian proses yang cukup kompleks, namun menurut Einhellig
(1995b) proses tersebut diawali di membran plasma dengan terjadinya kekacauan
struktur dan modifikasi membran yang disebabkan oleh perbedaan potensial
osmotik yang terlalu besar sehingga terjadi depolarisasi. Hal ini menyebabkan
permiabilitas membran berubah sehingga penyerapan dan konsentrasi ion serta air
terpengaruh. Status air dan penyerapan ion dalam sel berpengaruh terhadap proses
13
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
membuka dan menutupnya stomata. Hal ini secara tidak langsung akan
mempengaruhi proses fotosintesis pada tumbuhan. Respon hormon akan
terpengaruh bila terjadi kerusakan pada membran karena untuk menghasilkan
respon tersebut, hormon harus dikenali dan diikat oleh molekul protein pada
membran plasma. Kerusakan membran juga dapat menyebabkan hilangnya fungsi
enzim ATP-ase sehingga mengganggu proses respirasi. Hambatan berikutnya
dapat terjadi dalam proses sintesis protein, pigmen dan senyawa karbon lain.
Sebagian atau seluruh hambatan tersebut kemudian bermuara pada terganggunya
pembelahan dan pembesaran sel yang akhirnya menghambat pertumbuhan dan
perkembangan tumbuhan sasaran.
Alelokimia dikelompokkan menjadi 14 golongan, yaitu asam organik larut
air, lakton, asam lemak rantai panjang, quinon, terpenoid, flavonoid, tanin, asam
sinamat dan derivatnya, asam benzoat dan derivatnya, kumarin, fenol dan asam
fenolat, asam amino non protein, sulfida serta nukleosida (Rice,1984; Einhellig,
1995b).
Senyawa kimia pada pegagan yang berpotensi sebagai senyawa alelokemi
adalah saponin, tanin, kaempferol, quercetin, glikosida triterpenoida dan beberapa
komponen minyak atsiri. Quersetin adalah senyawa golongan flavonoid jenis
flavonol dan flavon (Yuliani dan Resi, 2003).
Fenol merupakan salah satu komponen senyawa alelopatik yang dapat
ditemukan dalam jumlah cukup besar pada hampir semua tumbuhan (Singh et al.,
1991). Senyawa fenol dapat masuk ke dalam tanah melalui pelindian daun,
eksudasi akar, dan dekomposisi sisa-sisa tumbuhan. Senyawa alelopati yang
14
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
berada dalam tanah tidak mudah tercuci oleh air, namun akan mengalami
penurunan konsentrasi dan pengurangan daya racun, karena menyatu dengan asam
humat (Dalton et al., 1983; Sulandjari, 2008). Fenol yang mudah larut dalam air
mampu menghambat pertumbuhan (Silander et al., 1983; May dan Ash, 1990;
Sulandjari, 2008). Tanin dan quersetin, keduanya termasuk dalam golongan fenol
(Yuliani dan Resi, 2003). Fenol disintesis melalui dua cara yaitu melalui alur
poliketida yang berawal dari asetil Ko-A dan yang kedua mengikuti alur sikimat
(Salisbury dan Ross, 1995).
Lambers et al. (2000) menyatakan bahwa penghambatan oleh senyawa
fenolik terjadi pada proses pembentukan ATP yang dapat menekan hampir semua
proses metabolisme dalam sel. ATP merupakan salah satu komponen yang
berperan dalam mengikat CO2, sehingga penghambatan ini menyebabkan jumlah
karbohidrat yang berfungsi sebagai bahan bakar dan bahan penyusun struktur sel
berkurang. Senyawa fenolik juga dapat menurunkan kandungan klorofil, sehingga
menghambat fotosintesis. Li et al. (1994) dalam Sulandjari (2008) menyatakan
bahwa, kalau pertumbuhan akar dibatasi oleh persediaan zat yang kurang, maka
pertumbuhan tunas relatif akan lebih terbatas dibandingkan daun, sehingga
kendala dalam penyerapan hara oleh akar akan berpengaruh rasio akar tajuk.
Saponin adalah suatu glikosida yang mungkin ada pada banyak macam
tanaman. Saponin ada pada seluruh tanaman dengan konsentrasi tinggi pada
bagian tertentu. Fungsi saponin belum diketahui secara pasti. Kemungkinan
saponin berperan sebagai pelindung terhadap serangan hama (Nio,1989; Prawesti,
2009). Hasil penelitian Narwal (1999) pada tanaman alfafa (Medicago sativa L)
15
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
memproduksi alelokemi berupa saponin. Saponin ditemukan dalam bentuk
glikosida triterpenoid dalam akar, biji, pucuk dan bunga tanaman alfafa.
Senyawa triterpen dapat terbentuk melalui jalur asam mevalonat dengan
senyawa isopentenil pirofosfat (IPP) sebagai prekursornya. Senyawa IPP tersebut
terbentuk dari asetil Ko-A yang merupakan senyawa hasil proses glikolisis saat
respirasi terjadi. Isopentenil pirofosfat yang terkondensasi selanjutnya mensitesis
geranil diposfat (GPP). Kondensasi dari ikatan enzim GPP dengan penambahan
unit IPP berturut-turut akan membentuk prenyl diposfat yang lebih besar seperti
farnesil diposfat (FPP) dan Geranil-geranil diposfat (GGPP). Senyawa triterpen
dihasilkan dari dimer FPP dan GGPP (Harbone, 1996).
Menurut Muller (1965), saponin mampu menghambat pertumbuhan sel.
Saponin yang terdapat pada rhizosfer tanaman mungbean menyebabkan
perubahan mikrostruktur membran sel tanaman di sekitarnya (Chang et al., 1995).
Penelitian yang dilakukan oleh Wink dan Bruning (1995) menunjukkan bahwa
terjadi penghambatan pemanjangan radikula dan hipokotil Lepidium sativum oleh
tanin dan saponin pada konsentrasi 0,01 % sampai 1%.
3. Amarantus spinosus
a. Klasifikasi
Tanaman Amarantus spinosus memiliki klasifikasi sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
16
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Hamamelidae
Ordo : Caryophyllales
Famili : Amaranthaceae
Genus : Amaranthus
Spesies : Amaranthus spinosus L.
(Steenis, 1997)
Gambar 3. Amaranthus spinosus L. (Anonim, 2009).
b. Deskripsi Morfologi
Amaranthus spinosus atau biasa disebut sebagai bayam duri
merupakan tumbuhan terna semusim yang tumbuh liar. Tumbuhan ini dapat
ditemukan dalam lahan budidaya, lahan pembuangan, tepi jalan dan
pekarangan yang tidak terawat (Anonim2, 2002). Morfologi tanaman bayam
duri tersaji pada gambar 3.
17
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Akar tanaman bayam duri sama seperti akar tanaman bayam pada
umumnya, yaitu memiliki sistem perakaran tunggang. Batang tanaman bayam
duri ini kecil berbentuk bulat, lunak dan berair. Batang tumbuh tegak bisa
mencapai satu meter dan percabangannya monopodial. Batangnya berwarna
merah kecoklatan. Ciri khas pada tanaman ini adalah adanya duri yang
terdapat pada pangkal batang tanaman ini. Daun spesies ini termasuk daun
tunggal, berwarna kehijauan, bentuk bundar telur memanjang (ovalis).
Panjang daun 1,5 cm sampai 6,0 cm. Lebar daun 0,5 sampai 3,2 cm. Ujung
daun obtusus dan pangkal daun acutus. Tangkai daun berbentuk bulat dan
permukaannya opacus. Panjang tangkai daun 0,5 sampai 9,0 cm. Bentuk
tulang daun bayam duri penninervis dan tepi daunnya repandus. Bunganya
berkelamin tunggal, berwarna hijau. Setiap bunga memiliki 5 mahkota,
panjangnya 1,5-2,5 mm. Kumpulan bunga berbentuk bulir untuk bunga
jantannya. Bunga betina berbentuk bulat yang terdapat pada ketiak batang.
Bunga ini termasuk bunga inflorencia. Buahnya berbentuk lonjong berwarna
hijau dengan panjang 1,5 mm. Biji berwarna hitam mengkilat dengan panjang
antara 0,8 - 1 mm (Dhalimarta, 1999).
c. Deskripsi Fisiologis
A. spinosus berespirasi seperti tanaman C4 pada umumnya yakni
dengan reaksi terang dan gelap. Tanaman ini cocok hidup di daerah yang
cenderung lembab. Saat ditanam di daerah yang panas tanaman ini akan
beradaptasi. Adaptasi yang dilakukan bisa dilihat dari ukuran daunnya yang
lebih kecil dibandingkan daun bayam pada umumnya. Hal ini dilakukan untuk
18
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
mengurangi penguapan/ transpirasi. Tanaman ini tergolong tanaman yang
berfotosintesis dengan melakukan pembentukan senyawa antara yang
berkarbon 4 (malat) pada sel yang berbeda sebelum masuk ke siklus Calvin
(Dhalimarta, 1999).
d. Kandungan Kimia
Bayam duri mengandung amarantin, rutin, spinasterol, hentrikontan,
tanin, kalium nitrat,kalium oksalat,garam fosfat, zat besi, serta vitamin (A,C,K
dan B6) (Dhalimarta, 1999).
4. Tomat (Lycopersicum esculentum)
a. Klasifikasi
Klasifikasi botani tomat adalah sebagai berikut:
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Solanales
Famili : Solanaceae
Genus : Lycopersicum
Spesies : Lycopersicum esculentum
(Seminar dkk., 2006)
b. Deskripsi Morfologi
Tomat umumnya berbentuk perdu, kecuali tomat liar yang batangnya panjang
sekali sehingga bersifat menjalar dan berumur lebih dari setahun. Tanaman ini
19
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
berakar tunggang dengan akar samping yang banyak dan dangkal. Batang tomat
bersegi dan berbulu halus. Bunganya berbentuk terompet kecil dengan benang sari
yang bersatu membentuk tabung. Warna bunga umumnya kuning. Buah tomat
muda berwarna hijau dan tidak enak dimakan (langu). Setelah tua, tomat berwarna
merah dan dagingnya lunak. Ruangan buah terdapat banyak biji. Bentuk buahnya
ada yang bulat, bulat pipih, dan ada pula yang seperti bola lampu. Buahnya
berdaging, banyak mengandung air, dan tersusun dalam tandan. Daunnya bercelah
dengan tulang daun menyirip dan tersusun dalam sebuah tangkai bersama
(Sunarjono, 2003). Morfologi tanaman tomat tersaji dalam gambar 4.
Gambar 4. Lycopersicum esculentum (Pachepsky, 1998).
c. Kandungan Kimia dan Kegunaan
Komponen bioaktif yang terdapat pada tanaman tomat antara lain likopen,
klorofil, fenol, vitamin C dan folat. Adanya kadar ferric dan β-carotene juga
terdeteksi dalam sampe buah tomat. Kadar klorofil dalam buah tomat menurun
saat fase pemasakan. Penurunan kadar klorofil digantikan oleh peningkatan
kandungan likopen. Kadar fenol, flavonoid, folat dan vitamin C juga meningkat
secara signifikan saat buah masak (Periago et al., 2008).
20
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Kandungan senyawa dalam tomat memiliki kemampuan untuk menghambat
oksidasi pada tahap progresi dalam karsinogenesis. Senyawa dalam tomat mampu
menghambat pertumbuhan dari sel kanker endometrial, payudara dan paru-paru.
Senyawa dalam tomat yang diduga berperan dalam pengobatan tersebut adalah
likopen (Saputra, 2009).
5. Perkecambahan Biji
Proses perkecambahan merupakan suatu rangkaian kompleks dari
perubahan-perubahan morfologi, fisiologi dan biokimia. Tahap pertama suatu
perkecambahan dimulai oleh proses penyerapan air oleh biji, melunaknya kulit
biji dan hidrasi dari protoplasma. Tahap kedua dimulai dengan kegiatan-kegiatan
sel dan enzim-enzim serta naiknya tingkat respirasi biji. Tahap ketiga merupakan
tahap di mana terjadi penguraian bahan-bahan seperti karbohidrat, lemak dan
protein menjadi bentuk-bentuk yang melarut dan ditranslokasikan ke titik tumbuh.
Tahap keempat adalah asimilasi dari bahan-bahan yang diuraikan tadi di daerah
meristematik untuk menghasilkan energi bagi kegiatan pembentukan komponen
dan pertumbuhan sel-sel baru. Tahap kelima adalah pertumbuhan dari kecambah
melalui proses pembelahan, pembesaran dan pembagian sel-sel pada titik-titik
tumbuh. Sementara daun belum dapat berfungsi sebagai organ untuk fotosintesa
maka pertumbuhan kecambah sangat tergantung pada persediaan makanan yang
ada dalam biji (Hidayat, 1995; Sutopo, 2004).
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkecambahan biji antara lain:
Faktor Dalam
21
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1. Tingkat Kemasakan Biji yang
Dipanen
Biji yang dipanen sebelum tingkat kemasakan fisiologisnya
tercapai tidak mempunyai viabilitas tinggi. Bahkan pada beberapa jenis
tanaman, biji yang demikian tidak dapat berkecambah.
2. Ukuran Biji
Di dalam jaringan penyimpanannya benih memiliki karbohidrat,
protein, lemak, dan mineral. Dimana bahan-bahan ini diperlukan sebagai
bahan baku dan energi bagi embrio pada saat perkecambahan. Diduga
bahwa biji yang berukuran besar dan berat mengandung cadangan
makanan lebih banyak dibandingkan dengan biji yang kecil, mungkin pula
embrionya lebih besar.
Dormansi
Suatu biji dikatakan dorman apabila biji itu sebenarnya viable
(hidup) tetapi tidak bisa berkecambah walaupun diletakkan pada keadaan
lingkungan yang memenuhi syarat bagi perkecambahannya.
Dormansi dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain:
impermeabilitas kulit biji baik air atau gas ataupun karena resistensi kulit
biji terhadap pengaruh mekanis, embrio yang rudimenter, dormansi
sekunder dan bahan-bahan penghambat perkecambahan. Dengan
perlakuan tertentu, biji yang dorman dapat dirangsang untuk berkecambah.
Perlakuan tersebut antara lain adalah dengan perlakuan stratifikasi,
direndam dalam larutan asam sulfat dan lain-lain.
22
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Penghambat perkecambahan
Banyak zat yang diketahui dapat menghambat perkecambahan biji,
antara lain larutan dengan tingkat osmotik tinggi (misal larutan manitol,
larutan NaCl), bahan-bahan yang mengganggu lintasan metabolisme
(umumnya menghambat respirasi) seperti: sianida, dinitrofenol, azide,
fluorida, hydroxylamine, herbisida, coumarin dan auxin.
Faktor Luar
Faktor luar yang mempengaruhi perkecambahan biji meliputi air, suhu,
cahaya dan media tumbuh.
Air merupakan salah satu syarat penting bagi berlangsungnya proses
perkecambahan biji. Dua faktor penting yang mempengaruhi penyerapan air oleh
biji adalah sifat dari biji itu sendiri terutama kulit pelindungnya dan jumlah air
yang tersedia pada medium di sekitarnya.
Temperatur optimum adalah temperatur yang paling menguntungkan bagi
berlangsungnya perkecambahan biji. Pada kisaran temperatur ini terdapat
persentase perkecambahan yang tertinggi. Temperatur optimum bagi kebanyakan
biji tanaman adalah di antara 80-95 ºF (26,5 º C - 35º C). Biji pada temperatur
minimum serendah 32 - 41ºF (0ºC -5ºC) kebanyakan akan gagal berkecambah.
Biji yang dikecambahkan pada keadaan yang sangat kurang cahaya
ataupun gelap akan menghasilkan kecambah yang mengalami etiolasi, yaitu
terjadinya pemanjangan yang tidak normal pada hipokotil atau epikotilnya,
23
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
kecambah berwarna pucat serta lemah. Media tumbuh yang baik untuk
perkecambahan biji harus mempunyai sifat fisik yang baik, gembur dan
mempunyai kemampuan menyimpan air serta bebas dari organisme penyebab
penyakit terutama cendawan.
5. Pertumbuhan
Pertumbuhan adalah proses dalam kehidupan tanaman yang
mengakibatkan perubahan ukuran tanaman semakin besar dan juga yang
menentukan hasil tanaman. Pertambahan ukuran tubuh tanaman secara
keseluruhan merupakan hasil dari pertambahan ukuran bagian-bagian (organ-
organ) tanaman akibat dari pertambahan jaringan sel yang dihasilkan oleh
pertambahan ukuran sel (Sitompul dan Guritno, 1995).
Jumlah sel yang semakin banyak atau ruang (volume) sel yang semakin
besar membutuhkan semakin banyak bahan-bahan sel yang disintesis
menggunakan substrat yang sesuai. Pertumbuhan berfungsi sebagai proses yang
mengolah masukan substrat tersebut menghasilkan produk pertumbuhan. Pada
tingkat sel, proses pertumbuhan menggunakan substrat senyawa-senyawa organik
seperti asam-asam amino dan karbohidrat untuk menghasilkan bahan-bahan sel.
Pada tingkat tanaman, substrat berupa bahan - bahan anorganik dan unsur lain
yang diambil tanaman dari lingkungannya (seperti karbondioksida, unsur hara, air,
dan cahaya matahari) diolah menjadi bahan organik yang dapat diukur secara
sederhana dengan pertambahan bobot keseluruhan tanaman atau bagian-bagian
tanaman.
24
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Sasaran pengamatan pertumbuhan antara lain biomassa tanaman, tinggi
tanaman, rasio akar-tajuk dan panjang akar. Tinggi tanaman merupakan ukuran
yang sering diamati baik sebagai indikator pertumbuhan maupun sebagai
parameter yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan atau perlakuan
yang diterapkan. Hal ini berdasarkan bahwa tinggi tanaman merupakan ukuran
pertumbuhan yang mudah diamati (Gardner et al., 1991).
Menurut Sitompul dan Guritno (1995), peranan akar dalam pertumbuhan
sama pentingnya dengan tajuk atau pucuk. Akar berfungsi menyediakan unsur
hara dan air yang diperlukan dalam metabolisme tanaman. Tanaman yang tumbuh
dalam keadaan kurang air membentuk akar lebih banyak dengan hasil yang lebih
rendah daripada tanaman yang tumbuh dalam keadaan yang cukup air.
Biomassa tanaman merupakan massa hasil metabolisme dari seluruh sel
dari tanaman yang bebas dari pengaruh gravitasi dan bersifat konstan. Biomassa
tanaman merupakan ukuran yang paling sering digunakan untuk menggambarkan
dan mempelajari pertumbuhan tanaman. Pengukuran biomassa dapat dilakukan
melalui penimbangan bahan tanaman yang sudah dikeringkan. Pengeringan bahan
bertujuan untuk menghilangkan kandungan air bahan, dilaksanakan pada suhu
yang relatif tinggi selama jangka waktu tertentu (Sitompul dan Guritno, 1995).
Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan suatu
tanaman, diantaranya adalah proses fotosintesis. Di dalam proses tersebut
diperlukan pigmen yang berfungsi untuk menangkap cahaya. Klorofil dan
karotenoid merupakan pigmen fotosintesis. Penurunan kadar pigmen tersebut
mengindikasikan adanya penghambatan proses fotosintesis (Agrawal, 2002).
25
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Sampson et al. (2003) dan Fracheboud (2006) dalam Cahyanti dkk. (2005)
menyebutkan bahwa kadar klorofil dapat dijadikan sebagai indikator yang sensitif
terhadap kondisi fisiologis suatu tumbuhan, karena kandungan klorofil berkorelasi
positif dengan kandungan nitrogen daun. Oleh karena itu, kadar klorofil, kadar
karotenoid dan kadar nitrogen total dapat juga dijadikan parameter dalam
pengamatan pertumbuhan suatu tanaman.
6. Klorofil
Klorofil merupakan pigmen yang sangat penting dalam fotosintesis,
merupakan rangka porfirin dengan inti magnesium yang melekat pada protein.
Klorofil tidak larut dalam air, tetapi larut dalam etanol, metanol, aseton, bensoat
dan kloroform (Lehninger, 1990).
Klorofil bersifat fluoresence, artinya dapat menerima sinar dan
mengembalikannya dalam gelombang yang berlainan. Klorofil akan
memperlihatkan fluoresensi, berwarna merah yang berarti warna larutan tersebut
tidak hijau pada cahaya yang diluruskan dan akan merah tua pada cahaya yang
dipantulkan (Noggle dan Fritz, 1979).
Fungsi klorofil pada tanaman adalah menyerap energi dari sinar matahari
untuk digunakan dalam proses fotosintetis yaitu suatu proses biokimia dimana
tanaman mensintesis karbohidrat (gula menjadi pati), dari gas karbon dioksida dan
air dengan bantuan sinar matahari (Subandi, 2008).
Klorofil terdapat sebagai butir-butir hijau di dalam kloroplas. Terdapat dua
macam klorofil pada tumbuhan, yaitu klorofil a dan klorofil b. Perbedaan kecil
26
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
antara struktur kedua klorofil pada sel keduanya terikat pada protein. Perbedaan
utama antar klorofil dan heme ialah karena adanya atom magnesium (sebagai
pengganti besi) di tengah cincin profirin, serta samping hidrokarbon yang
panjang, yaitu rantai fitol (Santoso, 2004).
Menurut Dwidjoseputro (1994), pembentukan klorofil dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu :
1. Faktor Pembawaan
Pembentukan klorofil seperti halnya dengan pembentukan pigmen-pigmen
lain pada hewan dan manusia, dibawakan oleh suatu gen tertentu di dalam
kromosom. Tanaman akan tampak putih saja bila gen ini tidak ada.
2. Cahaya
Tanaman yang ditumbuhkan pada tempat yang gelap tidak akan berhasil
membentuk klorofil sehingga terlihat pucat.
3. Oksigen
Kecambah yang ditumbuhkan pada tempat yang gelap dan selanjutnya di
tempatkan pada tempat yang bercahaya maka kecambah tersebut tidak akan
mampu membentuk klorofil, kecuali bila diberikan oksigen.
4. Karbohidrat
Karbohidrat dalam bentuk gula berperan penting dalam pembentukan klorofil
pada tanaman yang ditumbuhkan di tempat yang gelap. Tanpa adanya gula
maka daun-daun tersebut tidak akan mampu membentuk klorofil meskipun
faktor-faktor lain yang ada cukup.
5. Nitrogen, Magnesium, Besi
27
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Adanya nitrogen, magnesium dan besi merupakan suatu keharusan. Unsur-
unsur tersebut merupakan unsur pembentuk dan katalis dalam sintesis klorofil
sehingga bila kekurangan salah satu unsur tersebut mengakibatkan klorosis
pada tumbuhan.
6. Air
Kekurangan air mengakibatkan desintegrasi klorofil.
7. Temperatur
Kondisi yang paling baik untuk pembentukan klorofil pada tanaman adalah
26-30ºC.
Semua tanaman hijau mengandung klorofil a dan klorofil b. Klorofil a
terdapat sekitar 75 % dari total klorofil. Kandungan klorofil pada tanaman adalah
sekitar 1% berat kering. Klorofil banyak terdapat bersama-sama dengan protein
dan lemak yang bergabung satu dengan yang lain. Dengan lipid, klorofil berikatan
melalui gugus fitol-nya sedangkan dengan protein melalui gugus hidrofobik dari
cincin porfirin-nya. Rumus empiris klorofil adalah C55H72O5N4Mg (klorofil a) dan
C55H70O6N4Mg (klorofil b) (Subandi, 2008). Struktur molekul klorofil tersaji pada
gambar 5.
Gambar 5. Struktur molekul klorofil (Limantara, 2004).
28
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7. Karotenoid
Karotenoid merupakan pigmen alami berwarna kuning, oranye dan merah
yang tersebar luas pada tumbuhan, ganggang, jamur, khamir dan bakteria, baik
pada jaringan fotosintesis maupun memiliki struktur yang berbeda-beda dan
fungsi yang beraneka ragam. Terdapat lebih dari 600 karotenoid yang telah
diisolasi dan dikelompokkan di alam. Menurut Tuminah (1999), terdapat lima
jenis karotenoid yang utama yaitu :
1. Karoten, terdapat pada
sayuran berwarna kuning-oranye dan hijau tua, serta buah-buahan
2. Likopen pada tomat
3. Lutein terdapat pada sayur-
sayuran berdaun hijau tua
4. Zeaksantin terdapat pada
sayur-sayuran berdaun hijau tua
Fungsi karotenoid bagi tumbuhan adalah (i) pigmen tumbuhan dan sebagai
pelindung kloroplas dari kerusakan saat penyerapan cahaya pada jaringan
fotosintesis, (ii) menarik perhatian serangga dan hewan yang dapat membantu
penyerbukan dan penyebaran biji serta (iii) merupakan prekursor dari hormon
absisat (Lea dan Leegood, 1993).
Karotenoid merupakan senyawa poliena isoprenoid yang bersifat lipofilik
atau tidak larut dalam air, mudah diisomerisasi dan dioksidasi, menyerap cahaya,
29
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
meredam oksigen singlet, memblok reaksi radikal bebas dan dapat berikatan
dengan permukaan hidrofobik. Karotenoid dibentuk oleh penggabungan 8 unit
isoprene (C5) dan pada umumnya unit-unit isoprene ini berikatan secara kepala-
ekor, kecuali pada pusat molekul berikatan secara ekor ekor yang menjadikan
molekul karotenoid simetris pada jaringan non-fotosintesis (Gross, 1991). Struktur
molekul karotenoid tersaji pada gambar 6.
Gambar 6. Struktur molekul karotenoid (Limantara, 2004).
8. Nitrogen
Ketersediaan unsur hara dalam jumlah yang cukup merupakan salah satu
faktor yang menunjang tanaman untuk tumbuh dan bereproduksi secara optimal.
Unsur hara dikelompokkan menjadi dua yaitu unsur hara makro dan unsur hara
mikro. Nitrogen merupakan salah satu kelompok unsur hara makro. Kebutuhan
unsur hara nitrogen pada tanaman diperoleh melalui tanah. Sebagian nitrogen
dalam tanah berasal dari nitrogen bebas dari udara dan sebagian kecil berasal dari
bahan organik. Nitrogen bebas dari udara dapat masuk kedalam tanah melalui
30
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
berbagai cara, yaitu (1) penambatan oleh jasad renik, baik yang simbiotik maupun
non simbiotik, (2) melalui air hujan dan (3) melalui pupuk yang diberikan
kedalam tanah. Tanaman dapat menyerap nitrogen dalam bentuk NH4 + dan NO3
-.
Ion NO3- berasal dari proses nitrifikasi oleh mikroorganisme dengan
memanfaatkan NH4 + sebagai substrat (Sumekto, 2008).
Nitrogen merupakan komponen penyusun banyak senyawa essensial
dalam jaringan tumbuhan, misalnya asam-asam amino. Nitrogen juga merupakan
unsur penyusun protein dan enzim karena setiap molekul protein tersusun dari
asam-asam amino dan setiap enzim adalah protein. Selain itu nitrogen juga
terkandung dalam klorofil, hormon sitokinin dan auksin (Lakitan, 1993).
Dwidjoseputro (1994) menyebutkan bahwa unsur nitrogen merupakan
salah satu unsur pembentuk dan katalis dalam sintesis klorofil sehingga bila
kekurangan unsur tersebut mengakibatkan klorosis pada tumbuhan.Gejala yang
ditimbulkan bila tumbuhan kekurangan nitrogen adalah tajuk berwarna hijau
terang, daun tua menguning, mengering, menjadi cokelat muda (Lakitan, 1993).
B. Kerangka Pemikiran
Tanaman pegagan (C. asiatica (L.) Urban) memiliki kandungan senyawa
kimia yang beranekaragam seperti glikosida triterpen, flavonoid, saponin, tanin
dan minyak atsiri. Senyawa-senyawa kimia tersebut diduga merupakan alelokemi
dan memiliki potensi sebagai bioherbisida. Bioherbisida yang baik harus bersifat
selektif, yaitu mampu menekan pertumbuhan gulma tetapi tidak menurunkan
kualitas tanaman budidaya. Untuk mengetahui potensi serta selektifitas ekstrak
31
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
pegagan (C. asiatica) sebagai bioherbisida maka dalam penelitian ini dibuat suatu
ekstrak dari tanaman pegagan (C. asiatica) secara maserasi dengan menggunakan
pelarut aquades. Ekstrak tersebut diaplikasikan pada gulma A. spinosus sebagai
bioherbisida. Ekstrak pegagan (C. asiatica) juga diberikan pada tanaman budidaya
L. esculentum untuk mengetahui selektifitas dari ekstrak tersebut sebagai
bioherbisida. Kedua tanaman uji selanjutnya diamati perkecambahan dan
pertumbuhannya. Parameter pertumbuhan yang diamati antara lain tinggi
tanaman, luas daun, berat kering, berat basah, panjang akar, rasio akar-tajuk,
kadar nitrogen total, kadar klorofil dan kadar karotenoid.
Secara skematis, kerangka pemikiran penelitian ini dapat disajikan pada
gambar 7 sebagai berikut :
32
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Gambar 7. Diagram alir kerangka pemikiran
C. asiatica
Ekstraksi C. asiaticasecara maserasi
dengan pelarut aquades
Ekstrak C. asiatica
A. spinosus L. esculentum
Kandungan kimianya sangat komplek Alelokemi
Potensi sebagai
bioherbisida
Gulma Tanaman budidaya
Selektifitas Ekstrak C.asiatica sebagai Bioherbisida
Diketahui
Perkecambahan dan
Pertumbuhan
Perkecambahan dan
Pertumbuhan
33
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
C. Hipotesis
1. Pemberian ekstrak pegagan (C. asiatica (L.) Urban)
mampu menghambat perkecambahan biji L. esculentum dan gulma A.
spinosus
2. Pemberian ekstrak pegagan (C. asiatica (L.) Urban)
mampu menghambat pertumbuhan L. esculentum dan gulma A. spinosus
34
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Sub Lab Biologi, Laboratorium Pusat MIPA
UNS, selama empat bulan yaitu mulai bulan Oktober 2009 sampai dengan bulan
Februari 2010.
B. Alat dan Bahan
1. Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi polybag, cethok,
ember, gayung, sprayer, oven, shaker, alat penyaring, masker, pipet, sarung
tangan, gelas ukur, gelas beker, erlenmeyer, cawan petri, pipet, kertas Whatman
No.1, penggaris, kertas milimeter, alat tulis, timbangan analitik, spektrofotometer
UV-Vis, kuvet, cawan, porselin, mortal, gelas ukur, pipet, kertas saring Whatman
no. 42, labu kjeldahl, tabung destilasi, tabung reaksi, biuret dan statif.
2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanaman pegagan
(C. asiatica (L.) Urban) untuk dibuat ekstrak, A. spinosus, L. esculentum, media
tanah, pupuk kompos, dan air. Kemikalia yang diperlukan untuk analisis
kandungan klorofil dan karotenoid adalah aseton 80% sedangkan dalam analisis
kandungan nitrogen total A. spinosus dan L.esculentum akan digunakan K2SO4,
CuSO4, H2SO4 pekat, aquades, NaOH 40%, asam borat, HCl, reagen metil red-
BCG, selenium dan butir Zn.
35
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
C. Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan dua faktor perlakuan yaitu faktor
tanaman uji sebagai faktor I dan variasi konsentrasi ekstrak C. asiatica sebagai
faktor II. Faktor I dalam dua aras masing-masing B= tanaman A. spinosus dan T=
tanaman L. esculentum. Faktor II adalah konsentrasi ekstrak C. asiatica yaitu K0
= 0% (kontrol;aquades), K1 = 25%, K2 = 50%, K3 = 75% dan K4 = 100%.
Masing-masing perlakuan dengan 5 ulangan. Apabila kedua faktor tersebut
dikombinasikan maka akan diperoleh :
B1K0 T1K0
B2K1 T2K1
B3K2 T3K2
B4K3 T4K3
B5K4 T5K4
D. Cara Kerja
1. Tahap Persiapan
a. Persiapan Media Tanam
Tanah yang digunakan diperoleh dari daerah Sukoharjo. Tanah
tersebut dikeringanginkan lalu disaring. Tanah dan pupuk kompos dengan
perbandingan 3:1 dicampur dan selanjutnya dimasukkan ke dalam polybag
masing-masing sebanyak 1 kg.
36
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
b. Persiapan Ekstrak
Centella asiatica diambil dari tanah lapang wilayah Tawangmangu.
Bahan ini kemudian dicuci bersih dan ditiriskan sebelum selanjutnya
dikeringanginkan selama 24 jam di tempat yang terbuka dan tidak terkena
sinar matahari secara langsung.
Pembuatan ekstrak dilakukan berdasarkan metode Solichatun dan
Nasir (2002) dan Fitri (2003) yang telah dimodifikasi. Tanaman C.asiatica
yang telah dikeringanginkan dimasukkan ke dalam oven, setelah kering
kemudian dibuat bubuk dengan menggunakan mesin pembubuk. Bahan
kemudian dilarutkan dalam aquades dengan perbandingan 10 gram bahan
dalam 100 ml pelarut dan dishaker selama 24 jam dengan kecepatan 150
rpm pada suhu ruang (25ºC-27ºC). Ekstrak yang terbentuk selanjutnya
disaring dan kemudian diencerkan dengan aquades menjadi konsentrasi
0%, 25%, 50%, 75% dan 100%. Ekstrak tersebut telah siap digunakan
untuk diberikan pada tanaman target. Untuk konsentrasi 0% hanya
digunakan aquades saja, sedangkan ekstrak dengan konsentrasi 100%
tidak dilakukan pengenceran.
c. Persiapan Biji A. spinosus dan L. esculentum
Biji A. spinosus dan L. esculentum yang digunakan direndam
terlebih dahulu di dalam air dan kemudian dipilih biji yang tenggelam. Hal
ini karena biji yang tenggelam memiliki potensi untuk berkecambah lebih
baik.
37
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
d. Pengujian Perkecambahan
Cawan plastik disiapkan sebanyak 50 buah. Masing-masing cawan
plastik dilapisi dengan dua lapis kertas saring Whatman No.1. Setiap
cawan plastik dibasahi dengan 4ml larutan yang disesuaikan dengan
perlakuan. Masing-masing dua puluh biji A. spinosus dan L. esculentum
diletakkan dalam cawan plastik.
e. Penanaman A. spinosus dan L. esculentum
Tanah dan kompos disiapkan, dicampur menjadi satu, kemudian
dimasukkan ke dalam polibag masing-masing sebanyak 1 kg. Benih
A. spinosus dan L. esculentum ditanam ke dalam media tersebut secara
terpisah. Setiap polibag ditanami 1 biji. Tanaman disiram dengan air
secara teratur setiap 1 hari sekali dengan air mendekati kapasitas lapang.
2. Tahap Perlakuan
Dalam pengujian perkecambahan, masing-masing ekstrak cair
C.asiatica diberikan pada biji A. spinosus dan L. esculentum sesaat setelah
penanaman hingga hari ke-9. Ekstrak diberikan sebanyak 4ml untuk setiap
pemberian perlakuan. Kelembaban media tumbuh dijaga selama penelitian
berlangsung dengan menambahkan ekstrak sesuai perlakuan.
Untuk pengujian pertumbuhan, ekstrak diberikan dengan cara
menyiramkannya ke sekeliling tanaman. Pemberian ekstrak dilakukan setelah
tanaman uji berumur 2 minggu. Selang pemberian ekstrak adalah tiap 3 hari
38
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
sekali selama 2 bulan. Pemberian masing-masing ekstrak C. asiatica pada
setiap tanaman adalah sebanyak 10 ml.
3. Tahap Pengamatan
Variabel yang diamati dalam pengujian perkecambahan meliputi laju
perkecambahan (%) dengan menghitung banyaknya biji yang mampu
berkecambah, panjang akar (mm) diukur pada hari terakhir pengamatan,
panjang tajuk (mm) diukur pada hari terakhir pengamatan, dan berat kering
akar dan tajuk.
Pertumbuhan tanaman A. spinosus dan L. esculentum diamati selama
60 hari. Parameter pertumbuhan yang diamati antara lain adalah :
a. Tinggi Tanaman
Tinggi tanaman diukur mulai dari pangkal batang yang berada di
atas permukaan tanah hingga ujung daun tertinggi. Pengukuran dilakukan
setiap 7 hari sekali selama 2 bulan setelah masa tanam.
b. Luas Daun
Pengukuran luas daun dilakukan berdasarkan metode gravimetri
yaitu dengan membandingkan berat daun total dengan berat suatu
subsampel daun yang diketahui luasnya. Bila sampel daun diambil dari
sejumlah daun maka luas daun dapat ditaksir dengan :
LKWtWrLD ×=
Dimana : LD = Luas Daun (cm2)
Wr = Berat kertas replika daun (gram)
Wt = Berat total kertas (gram)
39
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
LK = Luas total kertas (cm2)
(Sitompul dan Guritno, 1995).
c. Berat Kering Tanaman
Berat kering tanaman (gram/tanaman) dihitung setelah tanaman
dikeringkan dalam oven dengan suhu 80oC sampai tercapai berat kering
yang konstan.
d. Berat Basah Tanaman
Berat basah tanaman ditimbang pada akhir penelitian.
e. Rasio Akar-Tajuk (Root-Shoot Ratio)
Rasio akar dan tajuk dilakukan dengan cara membandingkan
antara berat kering akar dan pucuk.
f. Panjang Akar
Panjang akar diukur dari ujung akar primer hingga pangkal akar.
Pengukuran dilakukan pada akhir penelitian.
g. Kadar Klorofil dan Karotenoid
Pengukuran kadar klorofil total dan karotenoid A. spinosus dan
L. esculentum dilakukan menurut Hendry dan Grime (1993) adalah
sebagai berikut : daun A. spinosus maupun L. esculentum yang telah
membentang sempurna diambil 1 gram, kemudian potongan daun tersebut
dihancurkan dalam mortar dan kemudian ditambahkan 10 ml aseton 80%.
Larutan didiamkan beberapa saat sehingga klorofil larut, lalu disaring
dengan kertas saring Whatman no. 42 supaya sisa daunnya tertinggal.
Setelah itu 3 ml filtrat dimasukkan ke dalam kuvet kemudian dimasukkan
40
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ke dalam spektrofotometer. Absorbansi (A) diukur pada panjang
gelombang 645 nm dan 663 nm. Konsentrasi klorofil dihitung dengan
rumus sebagai berikut:
Klorofil total = 8,02 (A.663) + 20,2 (A.645) mg/l
Karotenoid =( ) ( )( ){ }
1005,11210003645638,0663114,0480
××××−×÷ molAAA µ
h. Kadar Nitrogen total
Penentuan nitrogen total jaringan tumbuhan A.spinosus dan
L. esculentum dengan metode Kjeldahl: daun A. spinosus maupun
L. esculentum kering yang telah dihaluskan ditimbang sebanyak 200 mg
dan dimasukkan ke dalam labu Kjeldahl. Di dalam labu Kjeldahl
ditambahkan campuran garam sebagai katalis sebanyak 1 gram. Garam
tersebut merupakan campuran dari K2SO4 dan 50 g CuSO4 dengan
perbandingan 20 : 4 , kemudian ditambahkan 3ml H2SO4 pekat. Campuran
tersebut didestruksi (dipanaskan) dalam almari asam sampai warnanya
jernih, kemudian didinginkan, setelah dingin ditambahkan 50 ml akuades.
Hasil destruksi dimasukkan ke dalam botol distilasi, kemudian
ditambahkan 10 ml NaOH 45% dan 2 butir Zn. Distilat ini ditampung
dalam erlenmeyer yang telah diisi dengan 10 ml asam borat 4% dan diberi
reagen Metil Red-BCG sebanyak 2-3 tetes sampai berwarna merah.
Distilasi dihentikan setelah volume distilat menjadi 40 ml (berwarna biru).
Distilat dititrasi dengan HCl 0,1 N hingga terjadi perubahan warna dari
biru-hijau-kuning. Larutan blanko dibuat dengan mengganti bahan dengan
41
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
akuades, kemudian dilakukan destruksi, distilasi dan titrasi seperti pada
bahan contoh. Perhitungan % N (Sudarmadji dkk., 1989):
(mg) sampelberat 100 x 14 x HCl Normalitas x blanko) - (titrasi N % =
E. Analisis Data
Data-data yang diperoleh dianalisis dengan analisis varian (ANAVA) dan
jika ada beda nyata diantara perlakuan maka dilanjutkan uji Duncan Multiple
Range Test pada taraf 5%.
42
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Perkecambahan Biji
Untuk kebanyakan tanaman yang dibiakkan dengan biji,
perkecambahan biji merupakan awal dari siklus hidup tanaman tersebut
sehingga dapat dijadikan titik permulaan yang logis untuk memeriksa proses
perkembangan dan pertumbuhan tanaman. Perkecambahan diartikan sebagai
proses yang menyebabkan suatu biji yang tidak aktif mengalami
perkembangan sedemikian rupa sehingga akan memunculkan suatu semai
(Goldsworthy, 1992). Sasaran pengamatan pada perkecambahan biji meliputi
laju perkecambahan biji, berat basah kecambah, panjang tajuk kecambah dan
panjang akar kecambah (Setyowati,2001).
Pengujian laju perkecambahan suatu biji dilakukan untuk menentukan
potensi perkecambahan maksimum dari suatu biji (Aliemosoe, 2006).
Perkecambahan biji dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti ketersediaan air,
oksigen, suhu dan cahaya. Adanya alelokemi secara tidak langsung akan
mempengaruhi kecepatan penyerapan air oleh biji. Konsentrasi alelokemi
yang lebih tinggi daripada konsentrasi air di luar biji akan menyebabkan air
yang masuk ke dalam biji berkurang atau sama sekali tidak masuk. Berkurang
atau tidak masuknya air ke dalam biji mengakibatkan tidak atau kurang terjadi
rehydration di dalam biji, sehingga menyebabkan tidak terjadi atau berkurang
sempurnanya proses perkecambahan (Kamil, 1979).
43
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel 1. Pengaruh pemberian ekstrak pegagan terhadap rata-rata laju perkecambahan (%) biji bayam duri.
Tanaman uji Konsentrasi ekstrak (%)0 25 50 75 100
Bayam duri 33.33 a 18.33 b 13.33 c 5.00 d 3.33 d
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama (dalam baris yang sama) menunjukkan tidak beda nyata dengan tingkat kepercayaan 95%.
Tabel 2. Pengaruh pemberian ekstrak pegagan terhadap rata-rata laju perkecambahan (%) biji tomat
Tanaman uji Konsentrasi ekstrak (%)0 25 50 75 100
Tomat 88.33 d 75 c 71.67 b 55.00 b 43.33 a
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama (dalam baris yang sama) menunjukkan tidak beda nyata dengan tingkat kepercayaan 95%.
Hasil analisis sidik ragam terhadap laju perkecambahan biji bayam
duri dan tomat menunjukkan hasil yang berbeda nyata (p > 0.05). Pemberian
ekstrak pegagan menyebabkan terjadinya penurunan laju perkecambahan biji
bayam duri (Tabel 1) dan tomat (Tabel 2). Semakin besar konsentrasi ekstrak
yang diberikan maka semakin besar pula penurunan laju perkecambahan tanaman
bayam duri dan tomat. Daya hambat alelokemi pegagan pada perkecambahan biji
bayam duri lebih besar dibandingkan pada tomat. Hal ini dapat disebabkan oleh
perbedaan komposisi kimia dalam kedua biji tanaman tersebut. Biji yang
mengandung protein tinggi memiliki kemampuan penyerapan larutan lebih cepat
dibandingkan biji dengan kadar karbohidrat yang lebih tinggi.
Ukuran biji juga memiliki pengaruh pada proses penyerapan nutrisi
dalam perkecambahan. Menurut penelitian Burghost dan Ronald (2000),
pemberian ekstrak air kasar Secale cereale pada biji tanaman A. palmeri,
D. sanguinalis, E. indica, L. sativa, L. esculentum, Sida spinosa, C. melo,
C. sativus, C. melopepo, Z. mays var. rogusa, Ipomoea hederacea var.
44
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
integriuscula, Ipomoea lacunosa, dan Senna obtusifolia memberikan pengaruh
yang berbeda. Biji yang berukuran lebih besar seperti biji C. melo, C. sativus,
C. melopepo, Z. mays var. rogusa, Ipomoea hederacea var. integriuscula,
Ipomoea lacunosa, dan Senna obtusifolia bersifat toleran terhadap pemberian
ekstrak air kasar S. cereal. Biji yang berukuran sedang seperti Lycopersicon
esculentum dan Lactuca sativa bersifat sensitif terhadap ekstrak S. cereal.
Pemberian ekstrak air S.cereal pada biji yang berukuran kecil seperti Amaranthus
palmeri, Digitaria sanguinalis, Echinochloa crus-galli, Eleusine indica dan
E. crus-galli mengakibatkan biji-biji tanaman tersebut tidak mampu berkecambah.
Pengamatan selanjutnya mengenai pengaruh ekstrak pegagan pada
perkecambahan biji bayam duri dan tomat dilakukan terhadap panjang tajuk
kecambah, panjang akar kecambah dan berat basah kecambah kedua tanaman uji.
Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian ekstrak pegagan
berpengaruh nyata terhadap panjang akar kecambah bayam duri dan tomat, berat
basah kecambah bayam duri dan tomat serta panjang tajuk kecambah tomat.
Panjang akar bayam duri tidak terpengaruh secara nyata setelah diberi ekstrak
pegagan. Perbedaan panjang akar bayam duri pada semua perlakuan sangat kecil.
Pengaruh penghambatan ekstrak pegagan terhadap panjang akar, panjang tajuk
dan berat basah kecambah bayam duri dan tomat ditunjukkan pada gambar 8, 9,
10 dan 11.
45
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
0
0.2
0.40.6
0.8
1
1.21.4
1.6
1.8
0 25 50 75 100
K onsentrasi (%)
panj
ang
(cm
)
Tajuk kecambahAkar kecambah
Gambar 8. Panjang tajuk dan akar kecambah bayam duri
0
1
2
3
4
5
6
0 25 50 75 100
K onsentrasi (%)
Panj
ang
(cm
)
Tajuk kecambahAkar kecambah
Gambar 9. Panjang tajuk dan akar kecambah tomat
46
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
0
5
10
15
20
25
30
0 25 50 75 100
K onsentrasi (%)
Ber
at b
asah
kec
amba
h (m
g)
Gambar 10. Berat basah kecambah bayam duri
0
100
200
300
400
500
600
0 25 50 75 100
K onsentrasi (%)
Ber
at b
asah
kec
amba
h (m
g)
Gambar 11. Berat basah kecambah tomat
47
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Berdasarkan gambar 8, 9, 10 dan 11 di atas terlihat bahwa semakin besar
konsentrasi ekstrak pegagan yang diberikan semakin rendah panjang tajuk,
panjang akar dan berat basah kecambah bayam duri maupun tomat. Menurut
Ortega et al. (2007), pelepasan alelokemi dapat menyebabkan peningkatan
reactive oxygen spesies (ROS) ) dan aktivasi maupun modifikasi dari enzim
antioksidan. Peningkatan ROS dapat menyebabkan penghambatan proses
oksidatif. Terhambatnya proses oksidatif dapat menyebabkan penundaan ekspresi
beberapa enzim dan peningkatan kandungan ABA. Salisbury dan Ross (1995),
menyatakan bahwa ABA merupakan penghambatan kuat bagi perkecambahan biji
banyak spesies. Menurut Rouman (2010), aktivitas alelopati juga menyebabkan
terhambatnya sintesis dari GA yang mengatur produksi amilase selama
perkecambahan biji.
B. Pertumbuhan
Pertumbuhan adalah proses dalam kehidupan tanaman yang
mengakibatkan perubahan ukuran tanaman semakin besar dan juga yang
menentukan hasil tanaman (Sitompul dan Guritno, 1995). Ada beberapa sasaran
yang dapat dijadikan tolak ukur dalam pengamatan pertumbuhan. Sasaran
pertumbuhan yang diamati dalam penelitian mengenai pengaruh pemberian
ekstrak pegagan terhadap tanaman tomat dan bayam duri ini meliputi tinggi
tanaman, berat basah tanaman, kadar klorofil dan karotenoid, luas permukaan
daun, panjang akar, rasio akar-tajuk, berat kering tanaman dan kadar nitrogen total
tanaman.
48
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1. Tinggi Tanaman
Tinggi tanaman merupakan ukuran tanaman yang sering diamati sebagai
indikator pertumbuhan maupun sebagai parameter yang digunakan untuk
mengukur pengaruh lingkungan atau perlakuan yang diterapkan. Hal ini
didasarkan atas kenyataan bahwa tinggi tanaman merupakan ukuran pertumbuhan
yang paling mudah dilihat (Sitompul dan Guritno, 1995).
Hasil analisis sidik ragam pada Tabel 3 menunjukkan bahwa pada
pemberian ekstrak pegagan terhadap bayam duri terdapat beda nyata antara bayam
duri kontrol dengan bayam duri yang diberi ekstrak pegagan konsentrasi 25% dan
75%. Pemberian ekstrak pegagan pada bayam duri dengan konsentrasi 50% dan
100% tidak berbeda nyata dengan tanaman kontrol. Tinggi tanaman bayam duri
dengan pemberian ekstrak dengan konsentrasi tersebut tidak berbeda jauh dengan
kontrol, namun cenderung bersifat menurunkan. Ekstrak pegagan menghambat
tinggi tanaman bayam duri pada semua konsentrasi, tetapi efek penghambatan
terbesar terjadi pada pemberian ekstrak pegagan dengan konsentrasi 25%.
Tabel 3. Rata-rata tinggi tanaman (cm) bayam duri pada variasi konsentrasi ekstrak pegagan
Tanaman uji
Konsentrasi ekstrak (%)0 25 50 75 100
Bayam duri 88.83 a 68.36 b 82.36 a 79.06 ab 84.03 a
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama (dalam baris yang sama) menunjukkan tidak beda nyata dengan tingkat kepercayaan 95%.
49
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
I II III IV V VI VII VIII
waktu (minggu)
tingg
i tan
aman
(cm
)
0%25%50%75%100%
Gambar 12. Pengaruh pemberian ekstrak pegagan terhadap tinggi tanaman bayam duri per satuan waktu (minggu)
Gambar 12 merupakan grafik rata-rata tinggi tanaman bayam duri
yang diukur setiap minggu selama 60 hari. Berdasarkan grafik tersebut di atas
terlihat bahwa tinggi tanaman terus mengalami kenaikan setiap minggunya.
Tanaman A.spinosus kontrol selalu mengalami kenaikan tinggi paling signifikan
tiap minggunya dibandingkan dengan tanaman bayam duri yang diberi perlakuan.
Hasil analisis sidik ragam terhadap tinggi tomat setelah perlakuan
menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata untuk tiap-tiap perlakuan. Tinggi
tanaman tanaman tomat relatif sama untuk semua perlakuan. Tabel 4
menunjukkan bahwa pemberian ekstrak pegagan menghambat tinggi tanaman
tomat pada konsentrasi 25% dan 50%, sedangkan pada konsentrasi 75% dan
50
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100% memberikan efek peningkatan. Tinggi tanaman tomat dengan pemberian
ekstrak 25% menunjukkan hasil yang paling rendah bila dibandingkan dengan
tanaman lain.
Tabel 4. Rata-rata tinggi tanaman (cm) tomat pada variasi konsentrasi ekstrak pegagan
Tanaman uji Konsentrasi ekstrak (%)0 25 50 75 100
Tomat 67.1 65.6 66.1 69.9 67.4
0
10
20
30
40
50
60
70
80
I II III IV V VI VII VIII
waktu (minggu)
Ting
gi ta
nam
an (c
m)
0%25%50%75%100%
Gambar 13. Pengaruh pemberian ekstrak pegagan terhadap tinggi tanaman tomat per satuan waktu (minggu)
Grafik pada gambar 13 menunjukkan bahwa peningkatan tinggi yang
cukup drastis terjadi pada awal pertumbuhan selanjutnya setelah minggu ke-4
pertambahan tinggi tanaman tidak cukup drastis seperti saat awal pertumbuhan.
Pada gambar 13 nampak bahwa peningkatan tinggi tanaman tomat yang diberi
51
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perlakuan ekstrak pegagan lebih tajam bila dibandingkan dengan peningkatan
tinggi tanaman tomat kontrol.
Pengaruh alelopati dapat terjadi secara tidak langsung melalui
rangsangan atau stres mikroorganisme yang bertanggungjawab atas adanya
alelopati (Newman dan Miller, 1977). Beberapa mikroorganisme akan menurun
jumlahnya karena adanya senyawa kimia yang bersifat toksik dari tanaman
tertentu. Rice dan Pancholy (1972) menyatakan bahwa sejumlah senyawa yang
dihasilkan tanaman dari suatu ekosistem mampu menghambat transformasi
bakterial amonium menjadi nitrat. Rice dan Pancholy mengidentifikasi suatu
kisaran yang luas dari tanin, asam fenolat, flavonoid dan koumarin yang secara
sempurna menghambat aktifitas Nitrosomonas pada konsentrasi yang sangat
rendah.
Adanya alelokemi dapat mempengaruhi proses sintesis protein, pigmen
dan senyawa karbon lain, serta aktivitas beberapa fitohormon. Sebagian atau
seluruh hambatan yang disebabkan oleh alelokemi akan bermuara pada
terganggunya pembelahan dan pembesaran sel yang akhirnya menghambat
pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan sasaran (Einhellig, 1996).
2. Luas Daun
Daun adalah organ tanaman yang penting untuk fotosintesis. Tabel 5
menunjukkan rata-rata luas daun bayam duri setelah diberi perlakuan ekstrak
pegagan, sedangkan rata-rata luas daun tomat setelah diberi perlakuan ekstrak
pegagan ditunjukkan oleh Tabel 6. Hasil analisis sidik ragam mengenai pengaruh
lingkungan terhadap luas permukaan daun tomat dan bayam duri tidak signifikan.
52
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Hal ini berarti bahwa pemberian ekstrak pegagan tidak memberikan pengaruh
yang nyata pada luas permukaan kedua tanaman uji.
Tabel 5. Rata-rata luas daun bayam duri pada variasi konsentrasi ekstrak pegagan
Tanaman uji
Konsentrasi ekstrak (%)0 25 50 75 100
Bayam duri 606.01 799.59 743.38 548.87 624.78
Tabel 6. Rata-rata luas daun tomat pada variasi konsentrasi ekstrak pegaganTanaman uji
Konsentrasi ekstrak (%)0 25 50 75 100
Tomat 624.82 663.17 722.11 786.23 783.13
Berdasarkan Tabel 5 diketahui bahwa pemberian ekstrak pegagan terhadap
bayam duri dengan konsentrasi 25% dan 50% cenderung meningkatkan luas daun
bayam duri, sedangkan ekstrak pegagan dengan konsentrasi 75% dan 100%
menurunkan luas permukaan daun bayam duri karena luasnya lebih kecil daripada
kontrol. Tabel 6 menunjukkan bahwa pemberian ekstrak pegagan dengan
konsentrasi 25%, 50%, 75% dan 100% memberikan pengaruh meningkatkan luas
daun tomat. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak pegagan yang diberikan maka
semakin besar pula luas permukaan daun tomat.
Pengaruh alelopati yang dihasilkan oleh suatu tumbuhan terhadap
tumbuhan lain dapat terjadi melalui berbagai proses seperti dengan cara
mempercepat masa periode tumbuh tanaman yang dipengaruhi. Peningkatan
indeks luas permukaan daun cenderung meningkatkan kecepatan pertumbuhan.
Peningkatan kecepatan pertumbuhan tersebut pada akhirnya akan mencapai suatu
titik yang akan terjadi penaungan oleh dirinya sendiri. Hal ini akan mengurangi
53
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
kecepatan asimilasi bersih sehingga menyebabkan penurunan pertumbuhan (Fitter
dan Hay, 1981).
3. Berat Basah Tanaman
Biomassa tanaman merupakan ukuran yang paling sering digunakan untuk
mempelajari pertumbuhan karena taksiran biomassa (berat) tanaman relatif mudah
diukur dan merupakan integrasi dari hampir semua peristiwa yang dialami
tanaman sebelumnya. Berat segar menggambarkan kandungan air dan
kelembaban tanaman. Sekitar 500 g air diperlukan untuk menghasilkan 1g bahan
kering. Sekitar 1 g atau 10% air ini menjadi bagian terpadu tanaman dan sisanya
hilang melalui stomata pada daun selama penyerapan karbondioksida (Fitter dan
Hay, 1981). Nilai berat basah dipengaruhi oleh kadar air jaringan, unsur hara dan
hasil metabolisme (Salisbury dan Ross, 1995).
Hasil analisis sidik ragam terhadap berat basah bayam duri dan tomat
setelah pemberian ekstrak pegagan menunjukkan hasil yang berbeda nyata
(Tabel 7 dan Tabel 8). Pemberian ekstrak pegagan secara keseluruhan cenderung
tidak memberikan pengaruh penghambatan terhadap kedua tanaman uji.
Tabel 7. Berat basah bayam duri pada variasi konsentrasi ekstrak pegagan
Tanaman uji
Konsentrasi ekstrak (%)0 25 50 75 100
Bayam duri 103.33 a 110.00 ab 114.47 ab 113.33 a 97.33 a
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama (dalam baris yang sama) menunjukkan tidak beda nyata dengan uji DMRT pada taraf uji 5%.
Tabel 7 memperlihatkan bahwa pengaruh penghambatan ekstrak pegagan
terhadap berat basah bayam duri hanya nampak pada konsentrasi 100%.
54
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel 8. Berat basah tomat pada variasi konsentrasi ekstrak pegagan
Tanaman uji Konsentrasi ekstrak (%)0 25 50 75 100
Tomat 76.04 c 71.53 c 85.24 b 93.19 a 97.14 a
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama (dalam baris yang sama) menunjukkan tidak beda nyata dengan uji DMRT pada taraf uji 5%.
Pengaruh ekstrak C.asiatica terhadap berat basah tomat pada tabel 8
cenderung berbeda dengan bayam duri. Berat basah tomat yang diberi ekstrak
pegagan konsentrasi 25 % cenderung lebih rendah bila dibandingkan dengan
kontrol. Penurunan berat basah tomat hanya terjadi setelah pemberian ekstrak
pegagan konsentrasi 25% .
Kecilnya pengaruh penghambatan dari ekstrak pegagan terhadap berat
basah kedua tanaman uji kemungkinan disebabkan oleh kecepatan degradasi
alelokemi ekstrak pegagan di dalam tanah sehingga sifat toksik dari alelokemi
menjadi berkurang. Tidak adanya atau berkurangnya zat toksik dalam tanah tidak
akan mempengaruhi penyerapan air dan hara karena zat toksik tersebut tidak
berikatan dengan akar tanaman sehingga penyerapan air dan hara dapat
berlangsung.
Menurut Dwijoseputro (1993) berat segar tanaman dipengaruhi oleh unsur
hara dalam sel-sel jaringan tanaman. Tidak terganggunya penyerapan air dan hara
maka proses metabolisme dapat berlangsung dengan baik pada pertumbuhan
selanjutnya. Pertumbuhan akar serta daun yang cepat menyebabkan penyerapan
unsur hara, air dan cahaya untuk proses fotosintesis lebih optimal, asimilat yang
dihasilkan digunakan untuk perkembangan tanaman bertambah cepat, maka berat
segar tanaman akan bertambah bobotnya.
55
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4. Berat Kering Tanaman
Berat kering tanaman merupakan akibat dari penimbunan hasil bersih
asimilasi CO2 sepanjang musim pertumbuhannya. Hasil berat kering tanaman
adalah keseimbangan antara pengambilan CO2 (fotosintesis) dan pengeluaran CO2
(respirasi) (Gardner et al., 1991).
Tabel 9. Rata-rata berat kering bayam duri pada variasi konsentrasi ekstrak pegagan
Tanaman uji
Konsentrasi ekstrak (%)0 25 50 75 100
Bayam duri 25.70 21.82 31.46 29.45 24.27
Tabel 10. Rata-rata berat kering tomat pada variasi konsentrasi ekstrak pegagan
Tanaman uji Konsentrasi ekstrak (%)0 25 50 75 100
Tomat 12.52 bc 11.88 c 12.28 bc 13.27 ab 13.69 a
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama (dalam baris yang sama) menunjukkan tidak beda nyata dengan uji DMRT pada taraf uji 5%.
Berdasarkan tabel 9 diketahui bahwa pemberian ekstrak pegagan
menurunkan berat kering tanaman bayam duri pada konsentrasi 25% dan 100%,
sedangkan pada konsentrasi 50 % dan 75% cenderung memberikan efek
peningkatan. Tabel 10 menunjukkan bahwa pengaruh pemberian ekstrak pegagan
terhadap berat kering tomat cenderung berbeda nyata terhadap kontrol. Pengaruh
ekstrak pegagan yang berbeda ditunjukkan oleh bayam duri. Hasil analisis sidik
ragam terhadap berat kering bayam duri setelah pemberian ekstrak pegagan
menunjukkan pengaruh yang tidak berbeda nyata. Berat kering semua tanaman
bayam duri pada berbagai perlakuan hampir sama. Hasil ini menunjukkan bahwa
setiap tanaman tampaknya memperoleh masukan substrat yang hampir sama besar
untuk diasimilasi menghasilkan produk pertumbuhan. Tabel 10 juga
56
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
memperlihatkan bahwa penghambatan ekstrak terhadap berat kering tomat terjadi
pada konsentrasi 25% dan 50%. Konsentrasi ekstrak pegagan yang tinggi yaitu
75% dan 100% menunjukkan efek peningkatan berat kering tomat.
Komponen utama bahan kering adalah polisakarida dan lignin pada
dinding sel, ditambah komponen sitoplasma seperti protein, lipid, asam amino,
asam organik, serta unsur-unsur tertentu seperti kalium berbentuk ion yang
menjadi bagian tidak penting dari senyawa organik (Salisbury dan Ross, 1995).
Penurunan laju fotosintesis menyebabkan menurunnya berat kering karena berat
kering merupakan hasil dari fotosintesis.
Pemberian ekstrak mempengaruhi ketersediaan nutrient tanah, Ca, Mg,
K, dan Mo. Menurut Gardner et al. (1991) pH tanah merupakan faktor utama yang
mempengaruhi ketersediaan nutrient tanah. Hara Ca, Mg, K dan Mo banyak
tersedia pada tanah yang basa, sedangkan Zn, Mn dan B kurang tersedia pada
kondisi tanah basa. Kebanyakan nutrient tanah tersedia pada pH antara 6-7.
Ekstrak pegagan yang disiramkan ke dalam tanah diduga menyebabkan
pH tanah menjadi lebih asam sehingga hara tanah yang tersedia dalam kondisi
tanah yang basa menurut jumlahnya. Menurut Gardner et al. (1991) unsur hara,
khususnya hara essensial yang tidak terpenuhi akan menyebabkan terhambatnya
proses metabolisme seperti fotosintesis. Kandungan nutrien mempengaruhi
fotosintesis terutama dengan mempengaruhi peralatan fotosintesis, misalnya
klorofil yang mengandung N dan Mg. Bila persediaan unsur tersebut terbatas
maka klorofil mungkin tidak akan terbentuk. Kandungan klorofil yang terbatas
mengakibatkan klorosis pada daun dan terhambatnya fotosintesis. Penghambatan
57
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
fotosintesis menyebabkan produksi karbohidrat yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan berkurang. Penurunan laju fotosintesis menyebabkan berat kering
berkurang.
5. Rasio Akar-Tajuk (Root-Shoot Ratio)
Pertumbuhan akar dan tajuk biasanya dinyatakan sebagai rasio akar-tajuk,
yang dapat menggambarkan salah satu tipe toleransi terhadap kekeringan.
Berlangsungnya pertumbuhan terutama ditentukan oleh air dan nitrogen (N).
Koefisien alometrik antar tajuk dan akar yaitu rasio akar-tajuk dapat sangat
bervariasi tergantung pada lingkungan tanahnya terutama kandungan air dan N
(Gardner et al., 1991). Menurut Fitter dan Hay (1981), Rasio S-R menurun
dengan rendahnya suplai air, rendahnya suplai nitrogen, oksigen tanah dan
temperatur tanah. Penggunaan fotosintat lebih digunakan untuk perkembangan
tajuk daripada perkembangan akar.
Rasio akar-tajuk yang cukup tinggi menunjukkan tanaman mendapat
cukup suplai air dan N. Kandungan N yang tinggi memungkinkan pertumbuhan
tajuk mendominasi penggunaan karbohidrat yang tersedia. Pasokan N yang lebih
besar cenderung meningkatkan auksin yang memungkinkan menghambat
pertumbuhan akar (Gardner et al., 1991).
Tabel 11. Rata-rata rasio akar-tajuk bayam duri pada variasi konsentrasi ekstrak pegagan
Tanaman uji Konsentrasi ekstrak (%)0 25 50 75 100
Bayam duri 0.26b 0.27b 0.39b 0.29b 0.65a
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama (dalam baris yang sama) menunjukkan tidak beda nyata dengan uji DMRT pada taraf uji 5%.
58
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel 12. Rata-rata rasio akar-tajuk tomat pada variasi konsentrasi ekstrak pegagan
Tanaman uji Konsentrasi ekstrak (%)0 25 50 75 100
Tomat 0.28 0.21 0.24 0.23 0.25
Hasil analisis sidik ragam pada Tabel 11 menunjukkan bahwa rasio
akar-tajuk bayam duri dengan perlakuan ekstrak 100% berbeda nyata dengan rasio
akar tajuk bayam duri perlakuan 0%, 25%, 50% dan 75%. Rasio akar-tajuk bayam
duri yang diberi ekstrak pegagan konsentrasi 25%, 50% dan 100% cenderung
lebih tinggi daripada kontrol
Ekstrak pegagan memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata
terhadap rasio akar-tajuk tanaman tomat. Tabel 12 memperlihatkan bahwa rasio
akar-tajuk tomat cenderung mengalami penurunan setelah pemberian ekstrak
pegagan. Nilai rasio tajuk akar terendah pada tanaman tomat terlihat pada
tanaman yang diberikan ekstrak pegagan konsentrasi 25%.
Rasio akar-tajuk merupakan sifat yang plastis (mudah berubah), umumnya
rasio tersebut meningkat dengan rendahnya suplai nitrogen (Bradshaw et al.,
1964; Atkinson, 1973; Fitter dan Hay, 1981). Berat kering tajuk tanaman yang
lebih besar dari berat kering akar menunjukkan bahwa tanaman mendapatkan
cukup air dan nitrogen yang akan digunakan untuk metabolisme tanaman.
6. Panjang akar
Kemampuan serapan tanaman berhubungan lebih erat dengan panjang
akar. Peranan akar dalam pertumbuhan tanaman sama pentingnya dengan tajuk.
Tajuk berfungsi menyediakan karbohidrat melalui proses fotosintesis, maka
fungsi akar adalah menyediakan unsur hara dan air yang diperlukan dalam
59
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
metabolisme tanaman. Panjang akar perlu diamati karena panjang akar
menggambarkan total ruang penyerapan (Sitompul dan Guritno, 1995).
Hasil analisis sidik ragam terhadap panjang akar bayam duri setelah
pemberian ekstrak pegagan menunjukkan tidak adanya beda nyata. Hal ini berarti
panjang akar bayam duri pada semua perlakuan hampir sama. Berdasarkan rerata
panjang akar bayam duri yang diberi ekstrak pegagan pada Tabel 13 diketahui
bahwa panjang akar bayam duri yang diberi ekstrak pegagan lebih pendek
daripada panjang akar kontrol. Pengaruh ekstrak pegagan terhadap panjang akar
tomat nampak berbeda nyata (Tabel 14). Panjang akar tomat menjadi lebih
panjang setelah pemberian ekstrak pegagan.
Tabel 13. Rata-rata panjang akar bayam duri pada variasi konsentrasi ekstrak
pegagan
Tanaman uji Konsentrasi ekstrak (%)0 25 50 75 100
Bayam duri 16.0 13.5 15.2 15.2 11.7
Tabel 14. Panjang akar tomat pada variasi konsentrasi ekstrak pegagan
Tanaman uji Konsentrasi ekstrak (%)0 25 50 75 100
Tomat 12.4c 23.0a 18.9ab 17.0bc 16.5bc
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama (dalam baris yang sama) menunjukkan tidak beda nyata dengan uji DMRT pada taraf uji 5%.
Panjang akar tanaman bayam duri yang lebih pendek setelah
pemberian ekstrak pegagan ini disebabkan oleh tidak adanya keseimbangan
proses oksidatif di dalam sel akar primer. Menurut Nunes et al. (2006),
peningkatan aktifitas katalase, askorbat peroksidase, superoksidase, superoksidase
dismutase, glutathione reduktase dan NADPH membran plasma oksidase pada
60
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
akar menyebabkan naiknya H2O2 dan O2−. Kenaikan senyawa tersebut mampu
menyebabkan ketidakseimbangan pada proses oksidatif sehingga merubah
ekspresi beberapa gen seperti metacaspase dan PR1 (Pathogenesis-Related
Gene 1). Tidak adanya atau berubahnya ekspresi gen tersebut merupakan
indikator dari penghambatan aktivitas sel.
Pemberian ekstrak pegagan di semua konsentrasi cenderung
menyebabkan akar tanaman tomat menjadi lebih panjang. Substansi kimia dalam
ekstrak pegagan nampaknya memacu protein tertentu yang ada di membran
plasma sel akar tomat untuk memompa ion H+ ke dinding sel. Safarilla (2009)
menyatakan bahwa adanya ion H+ pada dinding sel akan mengaktifkan enzim
tertentu sehingga memutuskan beberapa ikatan silang hidrogen rantai molekul
selulosa penyusun dinding sel. Hal ini akan menyebabkan sel mengalami
pemanjangan.
7. Karotenoid
Karotenoid adalah pigmen berwarna kuning, jingga, atau merah yang
terdapat di berbagai macam plastid berwarna (kloroplas) di akar, batang, daun,
bunga dan buah berbagai tumbuhan. Terdapat dua jenis karotenoid yaitu karoten
dan xantofil. Karoten adalah hidrokarbon murni, sedangkan xantofil mengandung
juga oksigen, sering dua atau empat atom tiap molekul. Kedua jenis karotenoid itu
umumnya mengandung 40 atom karbon yang terdiri dari delapan unit isopren.
Keduanya tidak larut dalam air, tetapi larut dalam alkohol, eter minyak bumi,
aseton dan banyak pelarut organik lainnya (Salisbury dan Ross, 1995).
61
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel 15. Rata-rata kadar karotenoid bayam duri pada variasi konsentrasi ekstrak pegagan
Tanaman uji Konsentrasi ekstrak (%)0 25 50 75 100
Bayam duri 2.75 2.94 2.61 2.94 2.89
Analisis sidik ragam pada menunjukkan bahwa pengaruh pemberian
ekstrak pegagan terhadap kadar karotenoid bayam duri tidak berbeda nyata. Kadar
karotenoid semua tanaman yang diberikan perlakuan memperlihatkan nilai yang
hampir sama. Rata-rata kadar karotenoid bayam duri pada Tabel 15
memperlihatkan penurunan setelah pemberian ekstrak pegagan 25%, 75% dan
100% walaupun hasil analisis sidik ragam menunjukkan hasil yang tidak berbeda
nyata. Pemberian ekstrak dengan konsentrasi 50% menunjukkan aktivitas
peningkatan terhadap kadar karotenoid.
Tabel 16. Rata-rata kadar karotenoid tomat pada variasi konsentrasi ekstrak pegagan
Tanaman uji Konsentrasi ekstrak (%)0 25 50 75 100
Tomat 3.24c 2.51ab 3.17a 2.98a 2.19b
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama (dalam baris yang sama) menunjukkan tidak beda nyata dengan uji DMRT pada taraf uji 5%.
Pengaruh peningkatan kadar karotenoid setelah pemberian ekstrak
pegagan terjadi pada tanaman tomat. Tabel 16 memperlihatkan bahwa pemberian
ekstrak pada tanaman tomat disemua konsentrasi menunjukkan hasil yang lebih
tinggi daripada kontrol, tetapi pengaruh kadar tertinggi terlihat pada tomat dengan
perlakuan ekstrak pegagan 50%. Hasil analisis sidik ragam pada tabel 16 juga
menunjukkan bahwa pengaruh pemberian ekstrak pegagan terhadap kadar
karotenoid tomat berbeda nyata dengan kontrol. Tingginya kadar karotenoid
62
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
kemungkinan merupakan salah satu bentuk pertahanan diri akibat stress yang
disebabkan oleh alelokemi dari pegagan.
Kadar karotenoid yang terlalu tinggi mengakibatkan kadar hormon ABA
meningkat. Menurut Zeevart dan Creelman (1988), biosintesis ABA pada
sebagian besar tumbuhan terjadi secara tak langsung melalui peruraian karotenoid.
8. Kadar Klorofil
Fotosintesis merupakan proses paling penting bagi kelangsungan hidup
tumbuhan. Dalam proses fotosintesis tanaman membutuhkan klorofil. Senyawa ini
disintesis pada daun untuk menangkap cahaya matahari.
Tabel 17. Rata-rata kadar klorofil bayam duri pada variasi konsentrasi ekstrak pegagan
Tanaman uji
Konsentrasi ekstrak (%)0 25 50 75 100
Bayam duri 74.39 76.86 74.63 68.91 72.22
Tabel 18. Rata-rata kadar klorofil tomat pada variasi konsentrasi ekstrak pegagan
Tanaman uji Konsentrasi ekstrak (%)0 25 50 75 100
Tomat 74.79a 76.24ab 76.82b 77.21b 77.43b
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama (dalam baris yang sama) menunjukkan tidak beda nyata dengan uji DMRT pada taraf uji 5%.
Tabel 17 memperlihatkan bahwa ekstrak pegagan memberikan pengaruh
yang tidak signifikan terhadap kadar klorofil bayam duri. Perbedaan kadar klorofil
semua tanaman bayam duri setelah perlakuan hampir sama. Pemberian ekstrak
pegagan dengan konsentrasi rendah (25% dan 50%) mengakibatkan kadar klorofil
bayam duri yang diberi perlakuan tersebut menjadi lebih tinggi daripada tanaman
kontrol. Kadar klorofil bayam duri mengalami peningkatan setelah pemberian
ekstrak pegagan 75% dan 100%.
63
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Hasil analisis sidik ragam terhadap kadar klorofil tomat setelah pemberian
ekstrak pegagan menunjukkan hasil yang berbeda nyata. Kadar klorofil tomat
pada tabel 18 terlihat semakin meningkat seiiring dengan peningkatan konsentrasi
ekstrak yang diberikan.
Alelokemi menyebabkan kandungan prolin dalam sel meningkat. Menurut
Wawan (2009), pada tanaman yang mengalami stres, prolin merupakan komponen
asam amino terbesar dalam jaringan (30% dari total nitrogen terlarut). Peranan
prolin dalam kondisi tersebut adalah sebagai penampung nitrogen dari berbagai
senyawa nitrogen yang berasal dari kerusakan protein, sebagai senyawa pelindung
untuk mengurangi pengaruh kerusakan cekaman air di sel. Kandungan prolin yang
sangat tinggi menyebabkan suplai nitrogen dalam daun juga tinggi sehingga
meningkatkan kadar klorofil dalam daun. Peningkatan ini hanya bersifat
sementara karena pada batas tertentu akan mengalami penurunan.
Peningkatan kadar klorofil pada tomat terjadi hingga pada akhir penelitian
karena pada waktu tersebut tomat belum berada pada akhir siklus hidupnya
sehingga masih terjadi peningkatan. Tingginya kadar kadar klorofil pada tomat
diduga juga disebabkan karena adanya perlindungan dari karotenoid. Menurut
Salisbury dan Ross (1995), karotenoid selain berfungsi sebagai pigmen pengambil
cahaya yang bermanfaat untuk fotosintesis, juga berfungsi untuk melindungi
klorofil dari kerusakan akibat oksidasi oleh oksigen.
9. Kadar Nitrogen total
Nitrogen adalah unsur hara yang penting bagi tumbuhan. Unsur ini
dibutuhkan oleh tumbuhan untuk menyusun protein, asam amino dan klorofil.
64
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Menurut Gardner et al. (1991), nitrogen berperan untuk merangsang pertumbuhan
tanaman, khususnya batang, cabang dan daun.
Pengukuran kadar nitrogen jaringan dalam penelitian ini dilakukan dengan
mengambil sepuluh sampel daun dari sepuluh tanaman uji. Setiap dua sampel
yang diambil mewakili tanaman yang diberi ekstrak pegagan. Dasar pengambilan
sampel ini adalah nilai tertinggi dan terendah dari hasil pengukuran parameter lain
dalam penelitian ini.
Tabel 19. Rata-rata kadar nitrogen jaringan (%) bayam duri pada variasi konsentrasi ekstrak pegagan
Tanaman uji Konsentrasi ekstrak (%)0 25 50 75 100
Bayam duri 2.8 2.87 2.55 2.94 2.76
Tabel 20. Rata-rata kadar nitrogen jaringan (%) tomat pada variasi konsentrasi ekstrak pegagan
Tanaman uji Konsentrasi ekstrak (%)0 25 50 75 100
Tomat 3.06 2.46 3.08 2.93 2.02
Berdasarkan Tabel 19, kadar nitrogen jaringan pada bayam duri meningkat
setelah pemberian ekstrak pegagan dengan konsentrasi 25% dan 100%. Kadar
nitrogen jaringan dari tomat yang diberi perlakuan ekstrak pegagan cenderung
lebih rendah bila dibandingkan dengan kontrol. Tabel 20 memperlihatkan bahwa
kadar nitrogen jaringan terendah terlihat pada tanaman tomat yang diberi
perlakuan ekstrak pegagan 100%.
Perbedaan pengaruh pemberian ekstrak pegagan terhadap kadar nitrogen
jaringan pada tanaman bayam duri dan tomat kemungkinan disebabkan oleh
teroksidasinya nitrogen akibat pengeringan. Sampel yang digunakan untuk
pengujian adalah sampel daun kering. Titus dan Kang dalam Salisbury dan Ross
65
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
(1995) menyatakan bahwa separuh nitrogen dari tanaman apel akan hilang dari
daun yang mengering.
Nitrogen dalam tubuh tanaman mengalami translokasi selama
pertumbuhan. Translokasi nitrogen dari akar ke xilem ini tidak dibagi dengan rata
pada daun dan titik tumbuh pada pucuk. Daun yang lebih tua mendapat nitrogen
dalam jumlah yang kecil per volume air daripada pada daun muda, tunas, buah
dan batang (Davies, 1983).
Nitrogen juga merupakan unsur penting yang diperlukan dalam sintesis
protein. Salah satu protein utama pada daun yang mengandung nitrogen adalah
enzim fotosintesis rubisco. Menurut Huffaker (1982) dalam Salisbury dan Ross
(1995), apabila enzim tersebut dihidrolisis oleh proteinase maka aktivitas
fotosintesis akan menurun selama pembentukan buah dan biji pada semua
tanaman.
C. Faktor Pembatas Alelokemi dalam mempengaruhi perkecambahan
biji dan pertumbuhan
Hasil penelitian mengenai potensi alelopati dari pegagan sebagai salah
satu sumber bioherbisida secara umum belum menunjukkan hasil memuaskan.
Pemberian ekstrak pegagan terhadap bayam duri dan tomat hanya mampu
menghambat perkecambahan biji tanaman tersebut. Pengaruhnya terhadap
pertumbuhan masih belum memuaskan karena belum memberikan efek
penghambatan pada semua parameter pertumbuhan tanaman. Proses
perkecambahan biji sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan di sekitarnya. Hal
66
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ini kemungkinan yang menyebabkan ekstrak pegagan mempunyai pengaruh
penghambatan yang lebih kuat terhadap perkecambahan daripada pertumbuhan.
Tidak nyatanya pengaruh alelokemi pegagan terhadap pertumbuhan
bayam duri dan tomat disebabkan oleh beberapa faktor. Menurut Panbiru cyt
Ngangi (1992), faktor-faktor yang menyebabkan tidak adanya atau lemahnya daya
hambat suatu alelokemi tanaman terhadap tanaman lain antara lain konsentrasi zat
penghambat, jenis tanaman yang menghasilkannya, jenis tanaman yang
mengalami penghambatan, keadaan lingkungan saat terjadinya interaksi, dan
lamanya penghambatan bersama tanaman yang dihambat.
Konsentrasi zat penghambat/produksi alelokemi suatu tanaman
dipengaruhi oleh beberapa faktor lingkungan antara lain potensial air lingkungan,
suhu, penyinaran, kelembaban tanah, nutrien hara serta faktor dari tanaman itu
sendiri seperti umur dan jenis jaringan (Sastroutomo, 1990). Tanaman pegagan
yang digunakan sebagai ekstrak diambil saat tanaman tersebut berumur 1 bulan
karena pada umur tersebut pegagan mengalami puncak fase vegetatif.
Pengambilan pegagan saat puncak fase vegetatif akan didapatkan senyawa aktif
yang lebih banyak sehingga mampu mempengaruhi pertumbuhan bayam duri dan
tomat. Waktu pengambilan pegagan ini didasarkan pada pernyataan Chaves dan
Escudero (1999) bahwa produksi senyawa kimia tertinggi pada tanaman terjadi
saat awal pertumbuhan daunnya dan menurun secara berangsur seiring
pertumbuhan daun. Pengaruh alelokemi tanaman pegagan terhadap pertumbuhan
bayam duri dan tomat masih tetap kecil walaupun waktu pengambilan bahan yang
67
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
digunakan sebagai sumber alelokemi sudah tepat. Hal ini kemungkinan
disebabkan oleh faktor lingkungan seperti suhu tanah.
Aktivitas alelopati suatu tanaman terhadap tanaman lain juga dipengaruhi
oleh kondisi lingkungan. Pada saat dilaksanakan penelitian, kondisi iklim
berubah-ubah. Kondisi iklim yang berubah-ubah akan mempengaruhi suhu dalam
tanah. Menurut Politycka dan Adamska. (2003), suhu berperan penting dalam
proses degradasi komponen fenol dalam tanah. Hasil penelitiannya menunjukkan
bahwa pengaruh negatif dari alelokemi terjaga pada temperatur rendah di musim
dingin. Kondisi tersebut tidak bersifat kondusif untuk degradasi fenol. Kandungan
senyawa alelokemi di dalam tanah berkurang melalui proses oksidasi, absorbsi
oleh mineral tanah dan metabolisme oleh mikroflora.
Ada cara lain yang digunakan tumbuhan untuk mengatasi pengaruh
senyawa-senyawa alelokemi yang terserap. Detoksifikasi atau deaktivasi
alelokemi mungkin saja menjadi faktor yang menyebabkan perbedaan efek
tanaman target terhadap agen alelokemi tertentu (Schultz dan Friebe, 1999).
Tumbuhan mampu mendetoksifikasi molekul berbahaya seperti herbisida dengan
absorbsi dan konversi menjadi senyawa yang tidak aktif. Konsep umumnya,
molekul tersebut dimodifikasi untuk meningkatkan polaritasnya melalui
hidroksilasi, dealkalisasi dan atau konjugasi dengan metabolit sekunder seperti
gula dan asam amino. Konjugasi dapat menahan reaktivitas bagian kelompok
molekul yang bertanggungjawab menimbulkan efek biologis. Konversi molekul
yang terabsorbsi diikuti dengan penyimpanan molekul tersebut ke dalam vakuola
atau sekresi ke lingkungan (Schultz dan Friebe, 1999). Beberapa tanaman seperti
68
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
jagung dan sorgum toleran terhadap herbisida jenis atrazin karena kedua tanaman
tersebut mengandung enzim yang dapat menghilangkan sifat racun senyawa
tersebut (Salisbury dan Ross, 1995).
Secara menyeluruh, pengaruh penghambatan ekstrak C.asiatica banyak
terjadi pada konsentrasi 25%. Hal ini dapat terjadi karena pengaruh alelokemi
terhadap tumbuhan lain tidak terjadi secara langsung. Menurut Tiffany et al.
(2004), alelopati yang dikeluarkan oleh suatu tanaman ke suatu lingkungan akan
mampu mempengaruhi komunitas tanaman lain dalam lingkungan tersebut dalam
waktu yang lama. Metabolit sekunder yang dilepaskan ke tanah melalui eksudasi
atau dari pembusukan tanaman merupakan sumber karbon besar yang dapat
dimanfaatkan oleh populasi mikroba tanah. Komposisi dari metabolit sekunder ini
mempengaruhi komposisi mikroba rhizosfer sehingga berpotensial juga untuk
mempengaruhi tanaman yang berinteraksi dengan mikroba tersebut.
69
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa :
1. Ekstrak C.asiatica mampu menghambat perkecambahan biji A.
spinosus dan L.esculentum. Parameter yang mampu dihambat oleh ekstrak
C.asiatica meliputi laju perkecambahan biji, panjang akar dan tajuk kecambah
serta berat basah kecambah.
2. Ekstrak C.asiatica cenderung memberikan pengaruh penghambatan
terhadap tanaman A.spinosus. Parameter pertumbuhan yang mampu dihambat
oleh ekstrak C.asiatica antara lain tinggi tanaman, berat kering tanaman,
panjang akar, kadar klorofil dan kadar karotenoid.
3. Ekstrak C.asiatica cenderung memberikan pengaruh peningkatan
terhadap tanaman L.esculentum. Parameter pertumbuhan yang mampu
ditingkatkan oleh ekstrak C.asiatica antara lain tinggi tanaman, luas daun,
berat basah tanaman, berat kering tanaman, panjang akar, kadar klorofil dan
kadar karotenoid.
B. Saran
Dalam penelitian ini, gulma A. spinosus dan tanaman budidaya
L.esculentum ditanam pada polybag yang berbeda sehingga pemberian ekstrak
C.asiatica terhadap kedua tanaman tersebut dilakukan secara terpisah. Hal ini
berbeda dengan kondisi sebenarnya di lapangan sehingga diharapkan dilakukan
70
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
penelitian lebih lanjut untuk mengkaji pengaruh ekstrak C.asiatica terhadap
gulma dan tanaman budidaya yang ditanam pada suatu tempat yang sama.
71