centella asiatica acc

22
ISOLASI ASIATICOSIDE DARI DAUN PEGAGAN Centella asiatica L I. PENDAHULUAN 1.1 Tujuan Percobaan Dapat dirincikan tujuan percobaan sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui cara mengisolasi triterpen dari tumbuhan Centella asiatica (L) Urban. 2. Agar bisa memahami dan menjelaskan keadaan sampel yang telah murni. 3. Sebagai pedoman penelitian 1.2 Latar Belakang Pengadaan bahan baku obat di Indonesia masih merupakan masalah yang harus dipecahkan. Jumlah obat yang beredar saat ini 95 % bahan bakunya diimpor dari negara lain. Oleh sebab itu pemerintah berupaya agar pengadaan bahan baku obat tersebut dapat diatasi sendiri. Salah satunya dengan cara mengali sumber daya alam yang ada dan meningkatkan penguasaan teknologi pengolahannya. Centella asiatica (L.) Urban merupakan tanaman yang banyak ditemukan di Indonesia. Di Indonesia tanaman ini lebih dikenal dengan nama pegagan. Centella asiatica (L.) Urban telah lama digunakan oleh masyarakat sebagai 1

Upload: aci-lusiana

Post on 03-Aug-2015

850 views

Category:

Documents


41 download

TRANSCRIPT

Page 1: Centella Asiatica Acc

ISOLASI ASIATICOSIDE DARI DAUN PEGAGAN

Centella asiatica L

I. PENDAHULUAN

1.1 Tujuan Percobaan

Dapat dirincikan tujuan percobaan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui cara mengisolasi triterpen dari tumbuhan Centella

asiatica (L) Urban.

2. Agar bisa memahami dan menjelaskan keadaan sampel yang telah murni.

3. Sebagai pedoman penelitian

1.2 Latar Belakang

Pengadaan bahan baku obat di Indonesia masih merupakan masalah yang

harus dipecahkan. Jumlah obat yang beredar saat ini 95 % bahan bakunya diimpor

dari negara lain. Oleh sebab itu pemerintah berupaya agar pengadaan bahan baku

obat tersebut dapat diatasi sendiri. Salah satunya dengan cara mengali sumber

daya alam yang ada dan meningkatkan penguasaan teknologi pengolahannya.

Centella asiatica (L.) Urban merupakan tanaman yang banyak ditemukan

di Indonesia. Di Indonesia tanaman ini lebih dikenal dengan nama pegagan.

Centella asiatica (L.) Urban telah lama digunakan oleh masyarakat sebagai bahan

pengobatan secara tradisional. Di Indonesia tumbuhan ini lebih dikenal sebagai

obat untuk menyembuhkan sariawan, diuretik, menambah nafsu makan, obat

wasir, antelmintik, antitoksik, antiinfeksi, antipiretik dan radang pada kulit. Selain

itu, pegagan dipercaya bisa meningkatkan ketahanan tubuh, menyembuhkan lepra,

TBC, sirosis hati, skleroderma, keloid, gangguan pembuluh vena, penyakit

traumatis, lupus, sebagai tonik untuk memperkuat dan meningkatkan daya tahan

otak dan saraf, serta menurunkan gejala stress dan depresi. Selain itu pegagan

juga digunakan sebagai bahan kosmetika untuk mengatasi selulit, antikerut dan

pengencang kulit, serta dalam perawatan kulit kering dan bersisik. Hal yang

sangat menarik, pegagan dapat pula digunakan sebagai pengganti Ginkgo biloba

1

Page 2: Centella Asiatica Acc

terutama untuk mengatasi kepikunan dini dan meningkatkan kecerdasan otak.

Untuk pengobatan sakit kulit seperti borok, eksim dan luka, peluruh air seni

(diuretik) dan pembersih darah dengan menggunakan air rebusan daun atau

seluruh bagian tanaman yang di atas tanah.

Melihat banyaknya kegunaan dan banyaknya ditemukan di Indonesia

maka perlu diketahui kandungan senyawa yang terdapat dalam tanaman Centella

asiatica (L.) Urban. Salah satu dari senyawa yang banyak terkandung di dalamnya

adalah golongan triterpenoid. Tumbuhan pegagan ini mengandung campuran

triterpenoid dalam kadar yang cukup tinggi, yaitu asiatikosid, asam asiatat, dan

asam madekasat. Campuran ini mempunyai khasiat untuk merangsang biosintesa

kolagen yang digunakan dalam pengobatan lepra, luka bekas operasi, luka bakar,

dan jaringan perut.

Dengan alasan-alasan yang demikian maka dibutuhkan seorang farmasis

untuk menformulasinya. Salah satu yang menarik di sini adalah senyawa

triterpenoid yang terkandung dalam daun pegagan tersebut, yang setelah diteliti

ternyata banyak sekali manfaat dan kegunaannya dalam bidang pengobatan.

2

Page 3: Centella Asiatica Acc

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Botani

2.1.1 Klasifikasi

Tumbuhan Centella asiatica (L) Urban dapat diklasifikasikan sebagai

berikut:

Divisio : Spermatophyta

Kelas : Dicotyledonae

Ordo : Umbellales

Family : Umbelliferae

Genus : Centela

Spesies : Centella asiatica (L) Urban

2.1.2 Morfologi

Centella asiatica (L) Urban berupa herba tahunan, tanpa batang tetapi

dengan rimpang pendek dan stolon-stolon yang melata dengan panjang 10

cm sampai 80 cm. Daun tunggal, tersusun dalam roset yang terdiri dari 2 –

10 lembaran daun, kadang-kadang agak berambut. Tangkai daun panjangnya

sampai 40 cm. Helaian dan berbentuk ginjal, lebar dan bundar dengan garis

tengah sampai 10 cm. Pinggir daun beringgit dan bergerigi, terutama kearah

pangkal daun. Pembungaan menyerupai payung 1-5 yang keluar dari ketiak

daun kelopak. Gagang bunga panjangnya 5-50 mm, lebih pendek dari

tangkai daun. Bunga umumnya berjumlah tiga, yang ditengah duduk dan

yang di samping bergagang pendek. Daun pelindung berjumlah dua dan

panjangnya 3-4 mm berbentuk bulat telur. Tajuk berwarna merah

lembayung dengan panjang 1 cm dan lebarnya sampai 0,75 mm. Buah

berbentuk pipih, lebarnya 7 mm dan tingginya 3 mm, berlekuk dua, berusuk,

berdinding tebal dan berwarna kuning kecoklatan.

3

Page 4: Centella Asiatica Acc

2.1.3 Nama Daerah

Tumbuhan ini dijumpai di berbagai daerah di Indonesia dengan nama:

Melayu : Daun kaki kuda, Daun penggaga

Minangkabau : Pugago

Jakarta : Pegagan

Sunda : Antanan, Antanan bener, Cowet gompeng

Jawa : Gagan-gagan, Gangganan, Kerok batok, Pacul gowang,

Rendeng, Calingan rambat

Madura : Kos-tekosan

Makasar : Pagaga

Bugis : Tungke-tungke

Halmahera : Kori-kori

Ternate : Koliditi manora

Irian : Dagauke, Santanan

2.1.4 Penyebaran

Pegagan merupakan tumbuhan asli Madagaskar dan banyak dijumpai

tumbuh di kawasan Asia lainnya seperti India, Pakistan, Srilangka, Malysia,

dan Indonesia. Pegagan tumbuh liar di daerah tropis mulai dari dataran

rendah sampai ketinggian 2500 m di atas permukaan laut. Pegagan lebih

banyak dijumpai tumbuh di daerah terbuka atau sedikit kelindungan,

terutama pada tanah yang lembab seperti tegalan, padang rumput, dan

persawahan.

2.2 Kandungan Kimia dan Kegunaan Pegagan

2.2.1 Kandungan kimia pegagan

Kandungan kimia pegagan adalah glikosida triterpenoid, triterpenoid,

alkaloida, asam amino, dan asam lemak. Komponen minyak atsiri pegagan adalah

sitronelal, linalool, neral, mentol, linalil asetat, dan sitronelil asetat. Pengagan

mengandung tiga masam triterpenoid yaitu asiatikosida, asam asiatat, dan asam

madekasat.

4

Page 5: Centella Asiatica Acc

Asam Asiatikat

Asam Madekasat

Asiatikosida

2.2.2 Kegunaan pegagan

Pegagan telah lama digunakan masyarakat sebagai sayuran dan obat

tradisional. Penggunaanya sebagai obat tradisional di Jawa Tengah menduduki

tempat kedua setelah tumbuhan dari famili Zingiberaceae. Pegagan dalam

pengobatan tradisional mempunyai efek farmakologi sebagai antitusif, antipiretik,

antelmetikum, obat luka. Suku Sinhala di Srilangka dan India menggunakan

5

Page 6: Centella Asiatica Acc

pegagan sebagai obat untuk kesegaran tubuh dan kelelahan otak, gangguan

mental, tekanan darah tinggi, abses, rematik, demam, luka, borok, lepra, gangguan

saraf, dan ikterus.

Masyarakat memakai pegagan dengan cara menumbuk daun segar, lalu

diperas dan air perasannya digunakan sebagai bahan obat. Cara lainnya dengan

mengeringkan daun atau herba lalu dijadikan serbuk, dan ditaburkan pada bagian

yang akan diobati.

Campuran triterpenoid dalam pegagan mempunyai khasiat merangsang

biosintesis kolagen dan digunakan dalam pengoabatan lepra, luka bekas operasi,

luka bakar, keloid, fibrosis, dan radioterapi

2.2.3 Sediaan

Sediaan yang mengandung campuran triterpenoid dari pegagan beredar di

Indonesia dengan nama dagang Madecassol®, buatan Laroche Navarone

(Perancis). Sediaan ini berbentuk tablet 10 mg/tablet, salep 10 mg/g, serbuk tabur

20 mg/g dan kasa steril 1 g/lapis.

2.3 Triterpenoid

2.3.1 Tinjauan umum triterpenoid

Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam

satuan isoprene dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik,

yaitu skualen. Triterpenoid merupakan golongan terbesar dari senyawa terpenoid.

Triterpenoid secara kualitatif dapat dikenali dengan pereaksi Lieberman-

Burchard yang memberikan warna merah jingga sampai ungu. Sebagian besar

triterpenoid mempunyai 4 atau 5 cincin yang bergabung dengan pola yang sama.

Sedangkan gugus fungsinya tertentu, seperti adanya ikatan rangkap, -OH, -

COOH, keton, aldehid, gugus asetoksi, cincin oksida, atau lakton.

2.3.2 Sumber triterpenoid

Triterpenoid di alam tersebar luas pada tumbuh-tumbuhan dan beberapa

jenis hewan. Triterpenoid yang berasal dari tumbuh-tumbuahn, umumnya

6

Page 7: Centella Asiatica Acc

mempunyai kerangka struktur pentasiklik, sedangkan triterpenoid yang berasal

dari hewan mempunyai kerangka struktur tetrasiklik.

Triterpenoid saponin atau glikosida triterpenoid adalah suatu senyawa yang

apabila dihidrolisa akan menghasilkan sapogeni berupa triterpenoid dan molekul

gula. Triterpenoid saponin banyak dijumpai pada tumbuhan tingkat tinggi,

terutama pada famili Caryophyllaceae, Sapindaceae, Polygalaceae, Sapotaceae,

Chenopodiaceae, Papaveraceae, Myrtaceae, Umbelliferrae, dan Cucurbitae.

Sterol adalah triterpenoid dengan bentuk dasar cincin siklopentan

perhidrofenantren, berguna sebagai bahan dasar hormon sex, asam empedu dan

sebagainya. Sterol mulanya hanya ditemukan pada hewan tapi pada saat ini

ditemukan pada tumbuhan, yang dikenal dengan fitosterol. Fitosterol ini terutama

ditwemukan pada tumbuhan tingkat rendah, hanya beberapa yang ditemukan pada

tumbuahn tingkat tinggi.

Kardenolida atau glikosida jantung adalah racun yang banyak berkhasiat

farmakologi didapat dari Scrophulariaceae, Apocynaceae, Moraceae,

Asclepiaceae.

2.3.3 Sifat fisika dan kimia triterpenoid

Triterpenoid tidak berwarna, berbentuk kristal, dan sering mempunyai titik

lebur yang tinggi. Secara umum triterpenoid sulit ditentukan sifatnya karena

kurang reaktif. Sifat kimia triterpenoid pada dasarnya harus dipandang sebagai

reaksi-reaksi dari gugus fungsi yang dikandungnya , misalnya 3 -Hidroksil

menunjukkan semua sifat dari alkohol sekunder.

2.3.4 Biosintesa triterpenoid

Reaksi pembentukan triterpenoid dimulai dari asam asetat yang diaktifkan

oleh koenzim-A, bergabung membentuk asam asetoasetat. Asam asetoasetat

dengan asetil koenzim-A akan bergabung membentuk rantai karbon bercabang

berupa asam mefalonat. Asam mefalonat mengalami reaksi fosforilasi, eliminasi

asam fosfat dan proses dekarboksilasi membentuk isopentil piropospat (IPPP),

dan berisomerisasi menjadi dimetil alilpiropospat (DMAPP) dengan bantuan

enzim isomerase. IPPP sebagai unit isopren aktif akan bergabung secara kepala ke

7

Page 8: Centella Asiatica Acc

ekor dengan DMAPP, penggabungan ini merupakan langkah pertama dari

siklinasi isopren untuk membentuk senyawa terpenoid. IPPP dan DMAPP akan

menghasilkan geranil piropospat (GPP), yang merupakan senyawa antara bagi

semua senyawa monoterpenoid.

Pengabungan IPPP dengan GPP akan membentuk senyawa Farsenil

piropospat (FPP), yang merupakan senyawa antara bagi semua senyawa

seskuiterpenoid. Pembentukan triterpenoid adalah merupakan pengabungan FPP

yang menghasilkan skualen. Skualen dapat membentuk lebih dari 20 macam

kerangka tritepenoid, tergantung pada konformasi skualen yang mengalami proses

multisiklinasi.

2.4 Metoda Ekstraksi

Tumbuhan sebelum diekstraksi terlebih dahulu dikeringkan. Pengeringan ini

bertujuan untuk menghilangkan air, sebab dengan adanya air pada tumbuhan

dapat menyebabkan penguraian dan oksidasi zat aktif.

Tumbuhan diekstraksi dengan metode yang cocok (maserasi, perkolasi, dan

sokletasi). Pemilihan metode ekstraksi bertujuan agar komponen yang diekstraksi

dapat tertarik sempurna tanpa mengalami perubahan terhadap sifat dan

strukturnya. Pertimbangan pemilihan metoda ekstraksi bergantung pada sifat zat

yang akan diekstraksi, jumlah sampel yang akan digunakan. Sedangkan pemilihan

pelarut sangat bergantung pada sifat komponen aktif yang akan diekstraksi.

Ekstrak selanjutnya diuapkan sampai seluruh pelarutnya menguap. Apabila

senyawa yang dikandung ekstrak berupa senyawa tunggal maka hasil yang

diperoleh akan berbentuk kristal. Apabila ekstrak bercampur dengan komponen

lain, maka diperlukan proses lebih lanjut untuk memisahkan masing-masing

komponen.

2.5 Metoda Pemisahan dan Pemurnian

Komponen terpisah dalam bentuk murni, didapatkan dengan cara

kromatografi. Kromatografi yang sering digunakan adalah kromatografi lapis

tipis, kromatografi kolom, kromatografi gas, dan kromatografi cairan tekanan

tinggi.

8

Page 9: Centella Asiatica Acc

Jumlah senyawa dalam bentuk ekstrak diketahui dengan cara kromatografi

lapis tipis. Fasa diam yang digunakan adalah silika gel atau bahan lain yang

cocok, fasa geraknya digunakan pelarut dalam bentuk tunggal atau campuran

beberapa pelarut dengan perbandingan yang cocok, sehingga didapat pemisahan

senyawa pada plat kromatografi yang dapat diamati dengan atau tanpa bantuan

penampak noda. Triterpenoid secara umum dipisahkan dengan kromatografi lapis

tipis dan kromatografi gas.

Penampak noda untuk mendeteksi senyawa golongan triterpenoid adalah

pereaksi Liebermann-Burchard, Antimon triklorida dalam kloroform (Carr-Price)

dan asam sulfat pekat dalam etanol. Pemisahan masing-masing senyawa dalam

jumlah besar dilakukan dengan cara kromatografi lapis tipis preparatif atau

kromatografi kolom.

Karbon dapat menyerap zat-zat yang mempunyai muatan terkutup di

permukaannya. Pada suhu biasa penyerapan pada permukaan tersebut terjadi

karena adanya gaya tarik(Van der Waals) dari karbon yang cukup stabil.

Sedangkan pada suhu tinggi terjadi penyerapan melalui antar aksi kimia dengan

panas yang dibutuhkan untuk reaksi kimia.

Molekul polar cenderung untuk berkumpul di permukaan karbon.

Banyaknya molekul yang diserap sesuai dengan banyaknya molekul yang berada

di permukaan. Permukaan karbon mempunyai kedudukan yang terlokalisasi dan

seragam. Penyerapan pertama menempati lapisan pertam permukaan karbon. Bila

terjadi penyerapan yang kedua menempati lapisan yang luasnya sama dengan luas

permukaan lapisan yang pertama.

Karbon aktif lebih banyak menyerap senyawa yang mempunyai gugus

aromatis seperti alkaloid, flavonoid, dan fenol. Sedangkan senyawa yang tidak

mempunyai gugus aromatik seperti triterpenoid hanya seperti terserap.

9

Page 10: Centella Asiatica Acc

III. PROSEDUR PERCOBAAN

3.1 Alat dan bahan

3.1.1 Alat

Alat-alat yang di gunakan dalam isolasi pegagan ini antara lain : Grinder;

Timbangan Analitik; Botol infuse 500 ml; Corong; Rotary evaporator; Pipet tetes;

Vial.

3.1.2 Bahan

Sedangkan bahan-bahan yang digunakan, antara lain: Daun pegagan kering

100 gram; Ethanol; Kertas saring; Reagen LB; dan norit; Eti asetat ; Methanol.

3.2 Cara Kerja

Sortir simplisia pegagan yang telah kering dari pengotor, lalu dihaluskan

dengan grinder. Timbang sebanyak 100 gram dan masukkan ke dalam botol infus.

Maserasi dengan etanol sampai sampel terendam seluruhnya selama 3x3 hari.

sambil dikocok setiap harinya. Kemudian saring maserasi pegagan tadi dengan

menggunakan kertas saring dan maseratnya ditampung dengan botol infuse yang

lain. Tambahkan norit aktif yang telah dipanaskan dalam oven kedalam botol

infuse yang berisi maserat pegagan, aduk dan diamkan sampai larutan menjadi

bening dan jernih. Jika belum jenih, saring dan tambahkan kembali norit yang

baru. Diamkan sampai jernih dan bening. Jika larutan telah jernih, saring larutan,

dan filtratnya dirotary sampai kering dan berbentuk serbuk putih. Hitung berat

rendemen yang didapatkan. Kemudian lakukan KLT dengan menggunakan eluen

dikclorometan : heksan = 9 : 1. Hitung nilai Rf.

10

Page 11: Centella Asiatica Acc

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Dari percobaan yang dilakukan didapatkan hasil sebagai berikut :

Warna kristal : putih

Berat pegagan : 100 gram

Berat kristal : 2,5677 gram

Jarak pelarut : 4,4 cm

Jarak noda : 3,25 cm

= 3,25

4,4

= 0,7386

= X 100%

= 2,5677 %

4.2 Pembahasan

Pada pemeriksaan triterpenoid dari pegagan (Centella asiatica (L) Urban)

yang digunakan adalah bagian daunnya yang telah disortir terlebih dahulu. Daun

pegagan (Centella asiatica (L) Urban) yang digunakan merupakan daun yang

telah kering. Tujuan digunakan daun yang telah kering agar simplisia bertahan

lama dan tidak berjamur.

Untuk pemeriksaan triterpenoid ini kami menggunakan metode maserasi.

Dipilihnya metode ini karena metode ini lebih sederhana, hanya dengan

perendaman beberapa hari. Selain itu sampel yang digunakan dalam jumlah yang

11

2,5677 100

Page 12: Centella Asiatica Acc

banyak. Pelarut yang digunakan adalah etanol, karena etanol ini merupakan

pelarut yang universal yang bisa melarutkan semua senyawa yang terkandung

dalam simplisia. Selain itu harganya juga relatif lebih murah dibandingkan

dengan pelarut-pelarut lainnya.

Daun pegagan (Centella asiatica (L) Urban) dimaserasi dengan etanol

selama empat hari. Setelah empat hari disaring dan filtratnya ditempatkan pada

wadah yang lain. Kemudian daun pegagan tersebut dimaserasi lagi selama empat

hari. Maserasi ini dilakukan sebanyak tiga kali berturut-turut. Hasil penyaringan

berupa filtrat digabungkan seluruhnya. Hasil saringan ditambahkan dengan norit

sampai warna filtrat tersebut menjadi bening dan tidak berwarna. Tujuan

ditambahkan norit ini adalah untuk menarik klorofil dan pengotor-pengotor yang

terdapat pada filtrat. Selain itu juga untuk menarik senyawa-senyawa yang

mempunyai gugus polar dan aromatis seperti alkaloid, flavonoid dan fenol.

Kemudian disaring dan divakumkan dengan rotary evaporator sampai menjadi

bentuk serbuk berwarna putih.

Pada percobaan kali ini didapatkan nilai rendemennya sebanyak 2,5677 %,

sedangkan Rfnya yaitu 0,7386.

12

Page 13: Centella Asiatica Acc

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari praktikum yang telah dilaksanakan didapatkan kesimpulan sebagai

berikut :

Dari praktikum yang dilakukan, dapat kami simpulkan bahwa:

1. Daun pegagan (Centella asiatica (L) Urban) mengandung senyawa

triterpenoid, diantaranya adalah asam asitik, asam madekasat, dan asam

asiatikosida yang merupakan senyawa mayor.

2. Selain triterpenoid, tumbuhan ini juga mengandung senyawa minor yang

bukan triterpenoid seperti : alkaloid, asam amino, asam lemak,

thankuniside, isothankuniside, mesoinositol, centellose, caretenoids,

garam-garam mineral seperti garam kalium, natrium magnesium, kalsium,

besi, zat semak dan tennin. Komponen minyak atsiri pegagan seperti

citronelol, linalool, neral, mentol, vellarine (campuran antara damar dan

minyak terbang).

3. Rendemen yang didapatkan adalah 2,5677 % dan nilai Rf = 0,7386.

5.2. Saran

Demi kelancaran dan kesuksesan dari percobaan yang dilakukan, maka

praktikan menyarankan kepada praktikan selanjutnya supaya :

Teliti, hati-hati dan serius dalam melaksanakan percobaan, dan sesuai dengan

prosedur kerja.

Pahami terlebih dahulu prosedur kerja sebelum melaksanakan percobaan.

13

Page 14: Centella Asiatica Acc

Pergunakan alat seperti vial, botol infus atau pipet tetes yang benar-benar

bersih dan kering.

Teliti dalam memilih pelarut dan eluen yang akan digunakan sesuai dengan

tingkat kepolarannya.

Lakukan penambahan reagen secara kuantitatif.

Pergunakanlah reagen yang baru untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.

Pergunakan pipet tetes yang berbeda untuk masing-masing reagen atau larutan

uji untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat.

Sebelum di KLT pastikan dahulu kristal yang diperoleh sudah murni dan

bebas dari pengotor agar hasil KLT lebih baik dan nilai Rfnya sama dengan

literatur.

14

Page 15: Centella Asiatica Acc

DAFTAR PUSTAKA

Besari, Ismail, dkk. 1995. Kimia Organik Universitas. Bandung: PT Armico.

Djamal, Rusdji. 1988. Prinsip-prinsip Dasar Bekerja dalam Bidang KBA. Padang:

Unand.

Winator W.P. 2003. Khasiat dan Manfaat Pegagan. Jakarta: Agro Media Pustaka.

15