case report session 1 anestesi
DESCRIPTION
aTRANSCRIPT
CASE REPORT SESSION
Muhammad Amri KautsarAnnisa Febrieza Zulkarnaen
IDENTITAS PASIEN Nama : Tn. D Usia : 39 tahun Jenis kelamin : Pria Suku : Sunda Alamat : Griya Asri Tgl Masuk : 05 Februari 2013 Tgl Periksa: 04 Februari 2013
ANAMNESA Riwayat asma, alergi, DM, gastritis
disangkal oleh pasien.
Keluhan utama Pasien mengeluhkan nyeri di sekitar pinggang dan sulit BAK
RIWAYAT PENYAKIT Sejak 4 bulan SMRS pasien mengeluhkan
bahwa sulit BAK, keluhan tersebut muncul secara tiba-tiba, dirasakan terus menerus dan tidak membaik. Keluhan tersebut disertai dengan adanya rasa nyeri di sekitar pinggang pasien hingga sulit untuk terbangun dari duduk. Untuk buang air kecil pasien harus menunggu beberapa saat dan mengedan terlebih dahulu agar air seni nya keluar. Air seni yang keluar hanya menetes-netes dan terasa tidak lampias.
Pasien mengatakan, sekitar 5 bulan yang lalu, saat BAK terlihat seperti ada batu dan pasir-pasir yg ikut keluar bersamaan dengan air seninya.
Pasien mengaku sehari-harinya meminum air putih yang cukup. Tidak ada keluhan penurunan nafsu makan dan penurunan berat badan dalam 2 bulan terakhir. Air seni berwarna merah disangkal oleh pasien, Tidak ada riwayat trauma di bagian perut bawah sebelumnya.
Riwayat penyakit dahulu : keluhan ini sudah pernah dirasakan sebelumnya.
Riwayat kelurga : di keluarga pasien tidak ada yang menderita keluhan serupa.
PEMERIKSAAN FISIK Kesadaran : Compos Mentis / GCS
15 Tanda Vital: Nadi = 80 x/men
TD = 110/80 Respi = 18 x/men Suhu = 36,7
Status generalis Kepala :
Konjungtiva tidak anemis Sklera tidak ikterikMulut: gigi palsu (-)Mata : tidak pakai lensa kontakTonsil: membesar (-)
Leher :KGB tidak teraba JVP tidak meningkat
Thoraks: Bentuk dan gerak simetris VBS ka= kiri, Ronkhi -/-, Wheezing -/-
Bunyi jantung reguler murni
Abdomen: Datar, lembut, Hepar dan lien tidak teraba. Bunyi Usus (+) Normal.
Ektremitas: Akral hangat. Edema (-/-), sianosis (-)
Pemeriksaan penunjang Pemeriksaaan Laboratorium Foto Thoraks EKG
Hasil Pemeriksaan Laboratorium Hematologi (5 Februari 2013)
Darah Rutin Hasil
Hb
Leukosit
Platelet
12,1g/dl
9600 sel/uL
205.000 sel/uL
Diagnosis Banding Urethrolithiasis Vesicolithiasis UTI
Diagnosis Kerja Retensio Urin e.c Urethrolithiasis
Terapi URS
RENCANA JENIS ANESTESI YANG AKAN DIGUNAKAN
Anestesi spinal ( ASA II )
Informed consent Menyetujui dilakukan operasi dengan
anestesi regional
Manajemen Intraoperatif Tanggal operasi : 05 Februari 2013 Persiapan operasi : Puasa selama 5 jam sebelum operasi,
Cairan RL 20 gtt/mnt Diagnosis prabedah : retensio urin e.c batu ureter Jenis pembedahan : URS Metode anestesi : Spinal Premedikasi : Ceftriaxone 2 gr Induksi : Hypnotic : Buvanest 100 mg
Muscle relaxan : miloz 3 mg
Analgesik : fentanyl 1 amp Maintenance : O2. setelah 30’’ diberikan O2, NO2,
Sevoflurane Waktu mulai induksi : 12.15 Letak penderita : litotomi
Jam Nadi
(x/mnt)
TD (mmHg) SpO2
12.15 88 110/80 99
12.30
(op 12.30)
90 90/54 98
12.45 87 130/70 100
13.00 125 124/60 97
13.15 80 110/90 100
Keadaan post operatif Masuk ruang pemulihan jam 13.20
JAM T N SPO2 R
13.50 112/76 76 100 20
14.00 120/69 68 99 17
14.10 113/67 74 99 15
Instruksi Pasca Operasi : Gunakan analgetik yang terdiri dari tramal
100 mg, ketesse 100 mg, yang dilarutkan di dalam tutofusin
Ekg 2 jam post op Cairan RL 2000 cc / 24 jam Konsul dokter spesialis jantung
ALDRETTE Score : Setelah 15,30, dan 60 menit diobservasi,
didapatkan : Kesadaran : sadar penuh (2) Pernafasan : nafas baik (2) Tekanan darah : tekanan darah naik turun
<20% preop (2) Warna kulit : kemerahan (2) Pergerakan otot : dapat menggerakkan kedua
anggota gerak (2) Nilai Aldrrette Score : 10 (pasien dapat
pindah ke ruangan / pulang)
PROGNOSIS Quo ad vitam : Ad bonam
Quo ad functionam : Ad bonam
PEMBAHASAN
Mengapa pasien didiagnosa retensio urin ?Retensio urin adalah ketidak-mampuan
berkemih selama 24 jam yang membutuhkan pertolongan kateter, dimana keadaan tidak dapat mengeluarkan urin ini lebih dari 25-50 % kapasitas kandung kemih.
Ini terjadi pada pasien dengan keluhan Keluhan utama tidak bisa buang air kecil dirasakan sejak 4 bulan sebelum masuk rumah sakit.
Awalnya pasien merasakan sulit buang air kecil yang semakin hari semakin memburuk sampai akhirnya tidak bisa buang air kecil sama sekali.
Mengapa pasien didiagnosa BPH Karena pada pasien ditemukan keluhan
saluran kemih bagian bawah, yaitu : harus mengedan pada saat berkemih, menunggu lama pada permulaan berkemih, pada saat akhir berkemih belum terasa kosong, sulit menahan berkemih, dan berkemih malam hari lebih dari satu kali.
Pasien berusia diatas 50 tahun
Yang mana keluhan pasien tersebut sesuai dengan teori penyakit BPH yaituAnamnesis Usia penderita lebih dari 50 tahun Keluhan berkemih sejak beberapa waktu yang
lalu dan semakin berat Keinginan berkemih ini kuat sekali dan datang
tiba-tiba padahal ia hanya mampu mengeluarkan beberapa tetes urin saja
Pancaran urin menjadi kurang kuat dan nyeri Sebelumnya sehat-sehat saja, tidak pernah
mengalami kecelakaan pada daerah sekitar panggul atau menderita penyakit kelamin.
Gejala obstruktif, yang terdiri dari :Menunggu lama pada permulaan berkemih (hesitancy),
Berkemih terputus-putus (intermittency),
Urin menetes di celana (dribbling),Harus mengedan saat berkemih (weak stream), dan
Akhir berkemih belum terasa kosong (incomplete voiding).
Gejala iritatif, yang terdiri dari :Peningkatan intensitas berkemih (frequency)
Sulit menahan berkemih (incontinence)
Tergesa-gesa untuk berkemih (urgency)
Berkemih malam hari lebih dari satu kali (nocturia).
Bagaimana penanganan bagi pasien Tn. N?
Pembedahan TURP + sitoscopy + litotripsi : Yang mana penanganan ini cocok bagi pasien karena pasien masuk kedalam indikasi pembedahan yaitu apabila BPH yang sudah menimbulkan komplikasi, diantaranya adalah: retensi urine infeksi saluran kemih berulang hematuria makroskopik batu buli-buli gagal ginjal divertikulum bulibuli yang cukup besar
PROGNOSIS secara umum prognosisnya adalah baik. Semakin cepat seorang pasien didiagnosis,
maka akan semakin cepat pula ia mendapat terapi sehingga meningkatkan keberhasilan pengobatannya.
ANASTETIK LOKAL UNTUK ANALGESIA SPINAL Berat jenis CSS pada suhu 37 C ialah
1.003-1.008. Anastetik lokal dengan berat jenis sama dengan CSS disebut isobarik. Anastetik lokal dengan berat jenis lebih besar dari CSS disebut hiperbarik. Anastetik lokal dengan berat jenis lebih kecil dari CSS disebut hipobarik.
Anastetik lokal yang sering digunakan adalah jenis hiperbarik diperoleh dengan mencampur anastetik lokal dengan dekstrosa.
Anastetik Lokal Berat Jenis
Sifat Dosis
Lidokain (xylocain, lignokain)2% plain5% dalam dextrosa 7.5%
1.0061.033
Isobarik Hiperbarik
20-100 mg (2-5 ml)20-50 mg (1-2 ml)
Bupivakain (Markain)0.5% dalam air0.55 dalam dextrosa 8.25%
1.0051.027
IsobarikHiperbarik
5-20 mg (1-4 ml)5-15 mg (1-3 ml)
KOMPLIKASI TINDAKAN1. Hipotensi berat2. Bradikardi3. Hipoventilasi4. Trauma pembuluh darah5. Trauma saraf6. Mual muntah7. Gangguan pendengaran8. Blok spinal tinggi atau spinal total
KOMPLIKASI PASCA TINDAKAN1. Nyeri tempat suntikan2. Nyeri punggung3. Nyeri kepala karena kebocoran likuor4. Meningitis
Terima Kasih