case ipd diabetes elaa
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
Diabetes Melitus (DM) adalah suatu sindroma klinis kelainan metabolik,
ditandai oleh adanya hiperglikemik yang disebabkan oleh defek sekresi insulin,
defek kerja insulin atau keduanya.1
World Health Organization (WHO) memperkirakan, prevalensi global
diabetes melitus tipe 2 akan meningkat dari 171 juta orang pada 2000 menjadi 366
juta tahun 2030. WHO memperkirakan Indonesia menduduki ranking ke-4 di
dunia dalam hal jumlah penderita diabetes setelah China, India dan Amerika
Serikat. Pada tahun 2000, jumlah penderita diabetes mencapai 8,4 juta dan
diperkirakan pada tahun 2030 jumlah penderita diabetes di Indonesia akan
berjumlah 21,3 juta. Tetapi, hanya 50% dari penderita diabetes di Indonesia
menyadari bahwa mereka menderita diabetes, dan hanya 30% dari penderita
melakukan pemeriksaan secara teratur. 2
Peningkatan insidensi diabetes melitus di Indonesia tentu akan diikuti oleh
meningkatnya kemungkinan terjadinya komplikasi kronik diabetes melitus.
Berbagai penelitian prospektif menunjukkan meningkatnya penyakit akibat
penyumbatan pembuluh darah, baik mikrovaskular seperti retinopati, nefropati
maupun makrovaskular seperti penyakit pembuluh darah koroner dan juga
pembuluh darah tungkai bawah. Dengan demikian, pengetahuan mengenai
diabetes dan komplikasi vaskularnya menjadi penting untuk diketahui dan
dimengerti 3
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Menurut American Diabetes Association (ADA) 2005, Diabetes melitus
merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau
kedua-duanya. Sedangkan menurut WHO 1980 dikatakan bahwa diabetes melitus
sebagai suatu kumpulan problema anatomik dan kimiawi yang merupakan akibat
dari sejumlah faktor di mana didapat defisiensi insulin absolut atau relatif dan
gangguan fungsi insulin. 4
2.2 Klasifikasi
Klasifikasi Diabetes Melitus menurut American Diabetes Association
(ADA), 2005, yaitu1 :
1. Diabetes Melitus Tipe 1
DM ini disebabkan oleh kekurangan insulin dalam darah yang terjadi akibat
kerusakan dari sel beta pankreas. Gejala yang menonjol adalah sering
kencing (terutama malam hari), sering lapar dan sering haus, sebagian besar
penderita DM tipe ini berat badannya normal atau kurus. Biasanya terjadi
pada usia muda dan memerlukan insulin seumur hidup.
2. Diabetes Melitus Tipe 2
DM ini disebabkan insulin yang ada tidak dapat bekerja dengan baik, kadar
insulin dapat normal, rendah atau bahkan meningkat tetapi fungsi insulin
untuk metabolisme glukosa tidak ada atau kurang. Akibatnya glukosa dalam
darah tetap tinggi sehingga terjadi hiperglikemia, dan 75% dari penderita DM
type II ini dengan obesitas atau kegemukan dan biasanya diketahui DM
setelah usia 30 tahun.
3. Diabetes Melitus Tipe lain
a. Defek genetik pada fungsi sel beta
b. Defek genetik pada kerja insulin
2
c. Penyakit eksokrin pankreas
d. Endokrinopati
e. Diinduksi obat atau zat kimia
f. Infeksi
g. Imunologi
4. DM Gestasional
2.3 Prevalensi
World Health Organization (WHO) memperkirakan, prevalensi global
diabetes melitus tipe 2 akan meningkat dari 171 juta orang pada 2000 menjadi
366 juta tahun 2030. WHO memperkirakan Indonesia menduduki ranking ke-4 di
dunia dalam hal jumlah penderita diabetes setelah China, India dan Amerika
Serikat. Pada tahun 2000, jumlah penderita diabetes mencapai 8,4 juta dan
diperkirakan pada tahun 2030 jumlah penderita diabetes di Indonesia akan
berjumlah 21,3 juta. Tetapi, hanya 50% dari penderita diabetes di Indonesia
menyadari bahwa mereka menderita diabetes, dan hanya 30% dari penderita
melakukan pemeriksaan secara teratur.2
2.4 Patogenesis
2.4.1 Diabetes mellitus tipe 1
Pada saat diabetes mellitus tergantung insulin muncul, sebagian besar sel
pankreas sudah rusak. Proses perusakan ini hampir pasti karena proses autoimun,
meskipun rinciannya masih samar. Ikhtisar sementara urutan patogenetiknya
adalah: pertama, harus ada kerentanan genetik terhadap penyakit ini. Kedua,
keadaan lingkungan seperti infeksi virus diyakini merupakan satu mekanisme
pemicu, tetapi agen noninfeksius juga dapat terlibat. Tahap ketiga adalah insulitis,
sel yang menginfiltrasi sel pulau adalah monosit/makrofag dan limfosit T
teraktivasi. Tahap keempat adalah perubahan sel beta sehingga dikenal sebagai sel
asing. Tahap kelima adalah perkembangan respon imun. Karena sel pulau
sekarang dianggap sebagai sel asing, terbentuk antibodi sitotoksik dan bekerja
sama dengan mekanisme imun seluler. Hasil akhirnya adalah perusakan sel beta
dan penampakan diabetes.5
2.4.2 Diabetes Melitus Tipe 2
3
Pasien DM tipe 2 mempunyai dua defek fisiologik : sekresi insulin
abnormal dan resistensi terhadap kerja insulin pada jaringan sasaran (target).
Abnormalitas yang utama tidak diketahui. Secara deskriptif, tiga fase dapat
dikenali pada urutan klinis yang biasa. Pertama, glukosa plasma tetap normal
walaupun terlihat resistensi insulin karena kadar insulin meningkat. Pada fase
kedua, resistensi insulin cenderung memburuk sehingga meskipun konsentrasi
insulin meningkat, tampak intoleransi glukosa dalam bentuk hiperglikemia setelah
makan. Pada fase ketiga, resistensi insulin tidak berubah, tetapi sekresi insulin
menurun, menyebabkan hiperglikemia puasa dan diabetes yang nyata.5
2.5 Manifestasi Klinis
Pada DM tipe 1, biasanya mulai sebelum umur 40 tahun dan biasanya
tidak obesitas. Awitan gejala dapat mendadak berupa haus, sering kencing,
peningkatan nafsu makan dan penurunan berat badan selama beberapa hari. Ciri
khasnya adalah kadar insulin plasma rendah atau tidak terukur. Kadar glukagon
meningkat tetapi dapat ditekan oleh insulin. 5
Pada DM tipe 2, biasanya muncul pada umur pertengahan atau lebih.
Pasien khas biasanya gemuk. Gejala mulai lebih bertahap dibanding pada DM
tipe 1 dan diagnosis sering dibuat jika individu tanpa gejala ditemukan
mempunyai peningkatan glukosa plasma pada pemeriksaan laboratorium rutin.
Pada DM tipe 2, kadar insulin plasma normal hingga tinggi. 5
2.6 Diagnosis
Langkah diagnostik DM dapat dilihat pada bagan dibawah ini.
4
Gambar 1. Langkah diagnostik DM.
2.7 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan DM terdiri dari 4 :
1. Edukasi
2. Terapi gizi medis
3. Latihan Jasmani
4. Intervensi farmakologis
5
1. Edukasi
Diabetes tipe 2 umumnya terjadi pada saat pola gaya hidup dan perilaku
telah terbentuk dengan mapan. Pemberdayaan penyandang diabetes memerlukan
partisipasi aktif pasien, keluarga dan masyarakat. Tim kesehatan mendampingi
pasien dalam menuju perubahan perilaku. Untuk mencapai keberhasilan
perubahan perilaku, dibutuhkan edukasi yang komprehensif dan upaya
peningkatan motivasi.
2. Terapi Gizi Medis
Setiap penyandang diabetes sebaiknya mendapat TGM sesuai dengan
kebutuhannya guna mencapai sasaran terapi. Prinsip pengaturan makan pada
penyandang diabetes hampir sama dengan anjuran makan untuk masyarakat
umum yaitu makanan yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat
gizi masing-masing individu. Pada penyandang diabetes perlu ditekankan
pentingnya keteraturan makan dalam hal jadwal makan, jenis dan jumlah
makanan, terutama pada mereka yang menggunakan obat penurun glukosa darah
atau insulin.
3. Latihan jasmani
Latihan jasmani selain untuk menjaga kebugaran juga dapat menurunkan
berat badan dan memperbaiki sensitivitas insulin, sehingga akan memperbaiki
kendali glukosa darah. Latihan jasmani yang dianjurkan berupa latihan jasmani
yang bersifat aerobik seperti: jalan kaki, bersepeda santai, jogging, dan berenang.
Latihan jasmani sebaiknya disesuaikan dengan umur dan status kesegaran
jasmani.
4. Intervensi farmakologis
Intervensi farmakologis ditambahkan jika sasaran glukosa darah belum
tercapai dengan pengaturan makan dan latihan jasmani.
6
1. Obat hipoglikemik oral (OHO)
Berdasarkan cara kerjanya, OHO dibagi menjadi 4 golongan:
A. pemicu sekresi insulin (insulin secretagogue): sulfonilurea dan glinid
B. penambah sensitivitas terhadap insulin: metformin, tiazolidindion
C. penghambat glukoneogenesis (metformin)
D. penghambat absorpsi glukosa: penghambat glukosidase alfa.
2. Insulin
Insulin diperlukan pada keadaan:
o Penurunan berat badan yang cepat
o Hiperglikemia berat yang disertai ketosis
o Ketoasidosis diabetik
o Hiperglikemia hiperosmolar non ketotik
o Hiperglikemia dengan asidosis laktat
o Gagal dengan kombinasi OHO dosis hampir maksimal
o Stres berat (infeksi sistemik, operasi besar, IMA, stroke)
o Kehamilan dengan DM/diabetes melitus gestasional yang tidak
terkendali dengan perencanaan makan
o Kontraindikasi dan atau alergi terhadap OHO
Berdasar lama kerja, insulin terbagi menjadi empat jenis, yakni:
o insulin kerja cepat (rapid acting insulin)
o insulin kerja pendek (short acting insulin)
o insulin kerja menengah (intermediate acting insulin)
o insulin kerja panjang (long acting insulin)
2.8 Komplikasi
Komplikasi kronis DM dapat terjadi di seluruh pembuluh darah (angiopati
diabetik). Angiopati diabetik terbagi menjadi 2, yaitu mikrovaskular dan
makrovaskular. Komplikasi mikrovaskular dapat terjadi di ginjal dan mata,
sedangkan komplikasi makrovaskular dapat terjadi di jantung, pembuluh darah
otak dan pembuluh darah kaki. 6
7
Adanya pertumbuhan sel dan juga kematian sel yang tidak normal
merupakan dasar terjadinya komplikasi kronik diabetes. Perubahan dasar/
disfungsi tersebut terutama terjadi pada endotel pembuluh darah, sel otot
pembuluh darah maupun pada sel mesangial ginjal, semuanya menyebabkan
perubahan pada perubahan dan kesintesan sel, yang berakibat komplikasi vascular
diabetes. 3
Cara diagnosis dini komplikasi kronik diabetes : 3
1. Retinopati
Diagnosis dini dapat diketahui melalui pemeriksaan retina secara rutin.
Beberapa cara untuk memeriksa retina antara lain : cara langsung dengan
memanfaatkan oftalmoskop standar, oftalmoskop indirek dan fotografi retina.
2. Nefropati
Kelainan yang terjadi pada ginjal pada penyandang diabetes dimulai
dengan adanya mikroalbuminuria dan kemudian berkembang menjadi proteinuria
secara klinis, berlanjut dengan penurunan laju filtrasi glomerulus dan berakhir
dengan keadaan gagal ginjal yang memerlukan terapi pengganti. Pemeriksaan
untuk mikroalbuminuria sebaiknya dilakukan saat diagnosis diabetes ditegakkan
dan diulang setiap tahun. Ditemukannya mikroalbuminuria mendorong dan
mengharuskan agar dilakukan pengellan diabetes yang lebih intensif termasuk
pengelolaan berbagai faktor risiko lain untuk terjadinya komplikasi diabetes,
seperti tekanan darah, lipid, kegemukan serta merokok.
3. Penyakit pembuluh darah koroner
Jika muncul gejala, misalnya nyeri pada dada, harus segera dilakukan
pemeriksaan, minimal dengan pemeriksaan EKG saat istirahat, kemudian EKG
dengan beban serta sarana konfirmasi diagnosis lain untuk deteksi dini CAD. Pada
penyandang diabetes, rasa nyeri mungkin tidak nyata karena terjadi neuropati
diabetic.
4. Penyakit pembuluh darah perifer
Mengenali dan mengelola berbagai faktor risiko terkait terjadinya kaki
diabetes dan ulkus diabetes merupakan hal penting untuk mencegah terjadinya
masalah kaki diabetes. Adanya perubahan bentuk kaki, neuropati dan adanya
penurunan suplai darah pada kaki adalah hal yang harus selalu dicari dan
8
diperhatika pada pengelolaan diabetes. Penyuluhan kepada para penderita diabetes
sangat diperlukan. Penggunaan monofilament semmes Weinstein perlu digalakkan
untuk mendeteksi insensitivitas pada kaki yang rentan terkena kaki diabetes.
Selain itu, pengukuran rutin indeks ankle-brachial merupakan hal yang harus
dilakukan pada setiap pengunjung diabetes.
9
BAB III
ILUSTRASI KASUS
DATA DASAR
Nama : Ny.M
Umur : 55 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Status : Menikah
Masuk RS : 8 Juli 2012
Pemeriksaan : 8 Juli 2012
Anamnesis : Autoanamnesis dan alloanamnesis
Keluhan Utama
Kepala pusing sejak 1 bulan sebelum masuk rumah sakit (SMRS)
Riwayat Penyakit Sekarang
Sejak 1 bulan SMRS, pasien sering mengeluhkan kepala terasa pusing saat
melakukan aktifitas sehari-hari dan kadang-kadang pandangan menjadi
gelap jika kepala pusing. Selain itu, pasien juga mengeluhkan sering buang
air kecil (BAK), terutama pada malam hari + 5 kali, sering merasa haus
dan nafsu makan menurun. Pasien juga merasa mudah lelah. Kedua tangan
dan kaki pasien sering merasakan kesemutan (kebas).
Sejak 12 hari SMRS kedua kaki pasien bengkak, dari ujung kaki hingga
betis, nyeri jika disentuh. Pasien juga mengeluhkan badannya gatal-gatal
terutama pada daerah lipatan tubuh.
Demam, mual dan muntah tidak ada. Buang air besar (BAB) tidak ada
keluhan.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Riwayat hipertensi (+) sejak 5 tahun SMRS. Pasien tidak pernah kontrol
tekanan darahnya ke pusat kesehatan.
10
Riwayat DM (+) sejak 2 tahun SMRS. Pasien pernah mengalami borokan
pada telapak kaki kanannya dan pasien mengobati borokannya ke
Puskesmas. Gula darah pasien paling tinggi mencapai 500 mg/dl dan
pasien pernah makan obat dari dokter yang dimakan 3 kali/hari untuk
menurunkan gula darah selama beberapa bulan. Setelah itu, pasien tidak
pernah mengontrol gula darah secara teratur.
Riwayat Penyakit Keluarga:
Tidak ada keluarga pasien menderita penyakit gula dan darah
tinggi.
Riwayat pekerjaan, kebiasaan, dan sosial ekonomi :
Pasien bekerja sebagai ibu rumah tangga
Pasien hampir tidak pernah berolahraga
Pasien suka mengkonsumsi makanan yang manis-manis dan
minum kopi.
Sosial ekonomi menengah ke bawah.
Kebiasaan merokok (-), alkohol (-)
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Komposmentis
TD : 160/100 mmHHg
Nadi : 80 x/menit reguler, isi cukup.
Pernafasan : 20 x/menit Abdominotarakal
Suhu : 36,8 oC
Keadaan gizi : Gemuk
BB : 50 kg
TB : 141 cm
IMT : 45/(1.65)2 = 25,15 kg/m2 → obesitas
Pemeriksaan Khusus:
11
Kepala
Mata : konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterik, pupil bulat,
isokor dengan diameter 3mm, reflek cahaya +/+
Lidah : Tidak kotor, faring tidak hiperemis, tonsil T1-T1.
Leher : KGB tidak membesar, JVP 5-2 cm H2O
Toraks
Paru :
- Inspeksi : Dada simetris kiri dan kanan, gerak nafas simetris, tidak ada
bagian yang tertinggal, spider naevi(-).
- Palpasi : Vocal Fremitus kanan = kiri
- Perkusi : Sonor diseluruh lapangan paru.
- Auskultasi : Vesikuler kedua lapangan paru, ronki (-), wheezing (-)
Jantung :
- Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
- Palpasi : ictus cordis teraba di I jari lateral LMCS RIC V
- Perkusi : Batas jantung kanan : Linea Sternalis Dekstra
Batas jantung kiri : 1 jari lateral LMCS RIC V
- Auskultasi : bunyi jantung normal, teratur, bising (-)
Abdomen :
- Inspeksi : Perut datar , venektasi (-). Terdapat hiperpigmentasi pada daerah
submamae.
- Palpasi : Nyeri tekan epigastrium (-), hepar dan lien tidak teraba
- Perkusi : Timpani
- Auskultasi : Bising usus (+)
Ekstremitas :
Regio cruris et pedis dekstra :
• kulit kering
• ulkus (-)
12
• akral hangat
• A. Dorsalis pedís, A. Tibialis posterior dan A. Poplitea teraba kuat, isian cukup
• sensasi kasar (+), sensasi halus (-)
• refilling kapiler baik
• pitting edema (+)
• refleks fisiologis (+), refleks patologis (-)
Regio pedis sinistra :
kulit kering
ulkus tidak ada.
akral hangat
A. Dorsalis pedís, A. Tibialis posterior dan A. Poplitea teraba kuat, isian cukup
sensasi kasar (+), sensasi halus (+)
refilling kapiler baik.
pitting edema (+)
refleks fisiologis (+) dan refleks patologis (-)
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Tanggal 8 Juli 2012
o Hb : 11 gr%
o Leukosit : 12.300/mm3
o Trombosit : 350.000/mm3
o Hematokrit : 21.4 vol%
o Glukosa : 155 mg%
Gula darah premeal harian:
Tanggal Gula darah premeal
8 Juli 2012 155 mg%
9 Juli 2012 141 mg%
10 Juli 2012 97 mg%
11 Juli 2012 111 mg%
12 Juli 2012 159 mg%
13
RESUME
Pasien Ny. M, ♀, 48 tahun, datang ke RSUD AA Pekanbaru dengan keluhan
utama kepala pusing sejak 1 bulan SMRS. Dari anamnesis didapatkan sejak 1
bulan SMRS, pasien sering mengeluhkan kepala terasa pusing saat
melakukan aktifitas sehari-hari dan kadang-kadang pandangan menjadi
gelap jika kepala pusing. Pasien mengeluhkan sering buang air kecil
(BAK), terutama pada malam hari + 5 kali, sering merasa haus dan nafsu
makan menurun. Pasien juga merasa mudah lelah. Kedua tangan dan kaki
pasien sering merasakan kesemutan (kebas). Sejak 12 hari SMRS kedua
kaki pasien bengkak, dari ujung kaki hingga betis, nyeri jika disentuh.
Selain itu, pasien juga mengeluhkan badannya gatal-gatal terutama pada
daerah lipatan tubuh. Riwayat hipertensi (+) sejak 5 tahun SMRS. Riwayat
DM (+) sejak 2 tahun SMRS. Pasien tidak pernah mengontrol gula darah
dan tekanan darahnya secara teratur.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah pasien 160/100 mmHg,
IMT pasien 25,15, terdapat hiperpigmentasi pada abdomen di bagian
hipokondrium dextra hingga hipokondrium sinistra. Pada pemeriksaan
kedua ekstremitas pitting edema (+) dan sensasi halus (-) pada ekstremitas
dextra. Dari pemeriksaan penunjang didapatkan: GDP 155 mg%,
DIAGNOSIS
Hipertensi derajat 2 + obesitas + neuropati diabetik.
RENCANA PENATALAKSANAAN
Non Farmakologi:
1. Edukasi/penyuluhan
Menjelaskan tentang penyakit hipertensi, diabetes melitus dan
komplikasinya.
2. Diet DM
3. Diet rendah garam
4. Ro toraks
14
5. EKG
6. Kimia darah lengkap
Diet DM :
BB idaman = (TB cm – 100)kg – 10% = (141 – 100)kg = 41 kg
Kebutuhan kalori basal = (BB idaman x 25 kalori)
= (41 x 25) = 1025 kalori
Faktor koreksi
umur diatas 40 th = - 5% = 1025 x 5% = 51,25 kalori
Aktivitas sedang = + 20% = 1025 x 20% = 205 kalori
Berat badan lebih = - 20% = 1025 x 20% = 205 kalori
Stres metabolik = +10% = 1025 x 10% = 102,5 kalori
Kebutuhan kalori = 922,5 – 51,25 + 205 – 205 + 102,5 = 973,75
kalori
Total kebutuhan kalori pada pasien ini = 973,75 kalori = 1100
kalori
Distribusi makanan:
Karbohidrat 60%= 60% x 1100 kalori : 4 = 165 kalori/gram
Protein 20%= 20% x 1100 kalori : 4 = 55 kalori/gram
Lemak 20% = 20% x 1100 kalori : 9 = 24,4 kalori/gram
Farmakologi:
1. IVFD RL 20 tetes/mnt
2. Captopril 25 mg 2x1
3. Metformin 500 mg 3x1
4. Ketokonazol zalf
FOLLOW UP
8 J uli 201 2
S : kepala pusing, badan lemas, badan gatal-gatal
O : GDS : 155 mg%
15
TD : 160/70 mmHg, nadi : 74x/mnt, pernafasan : 20 x/mnt, S : 36,40C
A : Hipertensi derajat 2 + obesitas + Diabetes melitus tipe 2 + neuropati
diabetik.
P :
1. IVFD RL 20 tetes/mnt
2. Captopril 25 mg 2x1
3. Metformin 500mg 3x1
4. Ketokonazol zalf
9 J uli 201 2
S : kepala pusing, badan lemas, badan gatal-gatal
O : GDS : 141 mg%
TD : 140/70 mmHg, nadi : 72x/mnt, pernafasan : 18 x/mnt, S : 36,40C
A : Hipertensi derajat 2 + obesitas + Diabetes melitus tipe 2 + neuropati
diabetik.
P :
1. IVFD RL 20 tetes/mnt
2. Captopril 25 mg 2x1
3. Metformin 500mg 3x1
4. Ketokonazol zalf
10 J uli 201 2
S : badan lemas, badan gatal-gatal
O : GDS : 97 mg%
TD : 140/80 mmHg, nadi : 76x/mnt, pernafasan : 20 x/mnt, S : 36,60C
A : Hipertensi derajat 2 + obesitas + Diabetes melitus tipe 2 + neuropati
diabetik.
P :
1. IVFD RL 20 tetes/mnt
16
2. Captopril 25 mg 2x1
3. Metformin 500mg 3x1
4. Ketokonazol zalf
11 Juli 201 2
S : badan lemas, badan gatal-gatal
O : GDS : 111 mg%
TD : 130/70 mmHg, nadi : 68x/mnt, pernafasan : 20 x/mnt, S : 36,40C
A : Hipertensi derajat 2 + obesitas + Diabetes melitus tipe 2 + neuropati
diabetik.
P :
1. IVFD RL 20 tetes/mnt
2. Captopril 25 mg 2x1
3. Metformin 500mg 3x1
4. Ketokonazol zalf
12 J uli 201 2
S : badan lemas, badan gatal-gatal
O : GDS : 130 mg%
TD : 130/70 mmHg, nadi : 70x/mnt, pernafasan : 20 x/mnt, S : 36,40C
A : Hipertensi derajat 2 + obesitas + Diabetes melitus tipe 2 + neuropati
diabetik.
P :
1. IVFD RL 20 tetes/mnt
2. Captopril 25 mg 2x1
3. Metformin 500mg 3x1
4. Ketokonazol zalf
17
1 3 J uli 201 2
S : badan lemas
O : GDS : 159 mg%
TD : 140/70 mmHg, nadi : 70x/mnt, pernafasan : 20 x/mnt, S : 36,30C
A : Hipertensi derajat 2 + obesitas + Diabetes melitus tipe 2 dengan +
neuropati diabetik.
P : Pasien Pulang
1. Captopril 25 mg 2x1
2. Metformin 500mg 3x1
3. Ketokonazol zalf
BAB IV
18
PEMBAHASAN
Dilaporkan pasien laki-laki berumur 72 tahun yang dirawat di ruang
Penyakit dalam pria RSUD Arifin Achmad dari tanggal 13 Juni 2012 sampai 29
Juni 2012 dengan diagnosa Esofagitis + Ulkus Gaster. Diagnosis Esofagitis +
Ulkus Gaster didasarkan atas anamnesis, pemeriksaan fisik serta pemeriksaan
penunjang. Terdapat beberapa masalah yang timbul pada kasus ini yaitu berupa :
1. Kepala pusing
2. Kaki bengkak dan terasa kebas
3. Badan gatal-gatal
4. Hipertensi
5. Hiperglikemia
6. IMT 25,15 kg/m2
ANALISIS MASALAH
Keluhan utama pasien yaitu kepala pusing, terutama saat beraktifitas dan
kadang-kadang pandangan menjadi gelap. Gejala ini menunjukkan adanya vertigo
pada pasien ini. Berdasarkan anatomi penyebabnya, vertigo dapat dibagi menjadi
dua, yaitu vertigo sistematis dan nonsistematis.7 Pada pasien ini kemungkinan
termasuk ke dalam vertigo sistematis, yang berarti vertigo disebabkan kelainan
sistem saraf pusat yaitu adanya hipertensi menyebabkan aliran darah ke otak
berkurang dan terjadi vertigo.
Berdasarkan gejala yang menonjol, vertigo dapat dibagi menjadi 3, yaitu
paroksismal, kronis dan vertigo yang serangannya mendadak.7 Dalam kasus ini,
terjadi vertigo paroksismal yaitu vertigo yang datangnya mendadak selama
beberapa menit atau hari lalu menghilang sempurna dan vertigo ini dipengaruhi
oleh perubahan posisi. Penyebab vertigo pada pasien ini karena hipertensi
didukung dari data yaitu pasien mempunyai riwayat hipertensi sejak 5 tahun
SMRS dan melalui pemeriksaan fisik didapatkan dimana tekanan darah pasien
adalah 160/100 mmHg. Kondisi ini menunjukkan adanya hipertensi derajat 2
dimana pada hipertensi derajat 2, tekanan sistol > 160 mmHg dan tekanan diastol
19
> 100 mmHg. Pada hipertensi yang berlangsung lama, cenderung terjadi
pembesaran pada jantung pasien dan pada pemeriksaan fisik didapatkan
pembesaran jantung. Sebaiknya pada pasien ini dilakukan pemeriksaan penunjang
untuk mengetahui bagaimana kondisi jantung pasien. Namun, pada pasien ini
belum dilakukan foto toraks dan EKG untuk mengetahui secara pasti bagaimana
kondisi jantung pasien.
Berdasarkan anamnesis, 2 tahun SMRS pasien pernah mengalami borokan
pada kaki, gula darah pasien pernah mencapai 500 mg/dl dan pasien telah
didiagnosa menderita diabetes melitus namun tidak terkontrol. Selain itu, pasien
mengeluhkan sering buang air kecil (BAK), terutama pada malam hari + 5 kali
dan sering merasa haus dan merasa mudah lelah. Dari pemeriksaan penunjang di
dapatkan GDP > 126 mg%. Data dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan
penunjang menunjukkan jika pasien menderita diabetes mellitus tipe 2.
Pasien ini juga mengeluhkan badannya gatal-gatal terutama pada lipatan
tubuh dan pada pemeriksaan fisik didapatkan hiperpigmentasi pada kulit di di
submammae. Keluhan gatal-gatal ini kemungkinan merupakan salah satu
manifestasi klinis dari diabetes karena adanya kelainan metabolik pada kulit dan
pada pasien diabetes juga mudah terjadi infeksi. Pada pasien diabetes, infeksi
yang sering terjadi diantaranya adalah infeksi jamur.
Menurut anamnesis didapatkan pasien mengeluhkan sering merasa
kesemutan (kebas) pada tangan dan kaki. Dari pemeriksaan fisik didapatkan pada
ekstremitas dextra sensasi halus (-). Hal ini menunjukkan adanya komplikasi
kronik dari penyakit diabetes yang dideritanya atau dikenal dengan neuropati
diabetik.
Nilai IMT pasien adalah 25,15 kg/m2. Nilai ini menunjukkan pasien
obesitas I. Obesitas ini juga merupakan faktor risiko terjadinya diabetes melitus
tipe 2.
DAFTAR PUSTAKA
20
1. Gustaviani R. Diagnosis dan Klasifikasi Diabetes Melitus. Dalam : buku ajar
ilmu penyakit dalam. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I dkk, editor. Jilid III.
Edisi IV. Jakarta : balai penerbit FKUI, 2006; 1857.
2. Persi.Faktor Lingkungan dan Gaya Hidup Berperan Besar Memicu
Diabetes.2008 [ diakses tanggal 12 Januari 2011] http: //pdpersi.co.id
3. Waspadji S. Komplikasi kronik diabetes : mekanisme terjadinya, diagnosis
dan strategi pengelolaannya. Dalam : buku ajar ilmu penyakit dalam. Sudoyo
AW, Setiyohadi B, Alwi I dkk, editor. Jilid III. Edisi IV. Jakarta : balai
penerbit FKUI, 2006; 1906.
4. Soegondo S. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus tipe 2
di Indonesia 2011. Jakarta : PERKENI, 2011
5. Foster DW.Diabetes melitus. Dalam : Harrison Prinsip-prinsip ilmu penyakit
dalam. Asdie, A, editor. Volume 5. Jakarta : EGC, 2000; 2196.
6. Fowler M. Microvascular and microvascular complications of diabetes. 2008.
[diakses tanggal 18 Januari 2011] http://clinical.diabetesjournals.org
7. Joesoef A. Vertigo. Dalam : Kapita selekta neurologi. Harsono, editor. Edisi
II. Yogyakarta. 1996;339.
8. Soegondo S, Gustaviani R. Sindrom metabolik. Dalam : buku ajar ilmu
penyakit dalam. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I dkk, editor. Jilid III. Edisi
IV. Jakarta : balai psssenerbit FKUI, 2006; 1857.
21