repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/93306/1/bukti c 12. morfometri dan... · 2019. 12....

14

Upload: others

Post on 05-Nov-2020

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/93306/1/Bukti C 12. Morfometri dan... · 2019. 12. 31. · Morfometri dan Ultrastruktur Cacing Fasciola gigantica pada Sapi Donggala dan
Page 2: repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/93306/1/Bukti C 12. Morfometri dan... · 2019. 12. 31. · Morfometri dan Ultrastruktur Cacing Fasciola gigantica pada Sapi Donggala dan
Page 3: repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/93306/1/Bukti C 12. Morfometri dan... · 2019. 12. 31. · Morfometri dan Ultrastruktur Cacing Fasciola gigantica pada Sapi Donggala dan
Page 4: repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/93306/1/Bukti C 12. Morfometri dan... · 2019. 12. 31. · Morfometri dan Ultrastruktur Cacing Fasciola gigantica pada Sapi Donggala dan
Page 5: repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/93306/1/Bukti C 12. Morfometri dan... · 2019. 12. 31. · Morfometri dan Ultrastruktur Cacing Fasciola gigantica pada Sapi Donggala dan
Page 6: repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/93306/1/Bukti C 12. Morfometri dan... · 2019. 12. 31. · Morfometri dan Ultrastruktur Cacing Fasciola gigantica pada Sapi Donggala dan
Page 7: repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/93306/1/Bukti C 12. Morfometri dan... · 2019. 12. 31. · Morfometri dan Ultrastruktur Cacing Fasciola gigantica pada Sapi Donggala dan

171

Jurnal Veteriner Jurnal Veteriner Juni 2019 Vol. 20 No. 2 : 171-178pISSN: 1411-8327; eISSN: 2477-5665 DOI: 10.19087/jveteriner.2019.20.2.171Terakreditasi Nasional, Dirjen Penguatan Riset dan Pengembangan, online pada http://ojs.unud.ac.id/index.php/jvetKemenristek Dikti RI S.K. No. 36a/E/KPT/2016

Morfometri dan Ultrastruktur CacingFasciola gigantica pada Sapi Donggala dan Sapi Bali

di Kabupaten Berau, Kalimantan Timur

(MORPHOMETRY AND ULTRASTRUCTURAL OFFASCIOLA GIGANTICA WORM IN DONGGALA AND

BALI CATTLE IN BERAU DISTRICT, EAST KALIMANTAN)

Muhammad Rofi’ Prasetya1, Nunuk Dyah Retno Lastuti2,Setiawan Koesdarto2, Lucia Tri Suwanti2,

Kusnoto2, Muchammad Yunus2.

1Program Magister,Ilmu Penyakit dan Kesehatan Masyarakat Veteriner,

2Departemen Parasitologi Veteriner,Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Airlangga

Kampus-C Unair, Jl. Mulyorejo,Kota Surabaya, Jawa Timur, Indonesia

Telpon: +62 31 5992785, 5993016; Fax. +62 31 5993015Email: [email protected]

Abstrak

Fasciolosis merupakan salah satu penyakit parasitik yang endemis di Indonesia. Fasciolagigantica adalah spesies utama yang ditemukan menginfeksi ternak khususnya sapi potong. Tujuanpenelitian ini adalah menganalisis morfometri dan identifikasi morfologi ultratruktur cacing F.gigantica yang diisolasi dari sapi potong di rumah potong hewan di Berau. Isolasi cacing F. giganticadari dua breed sapi yaitu sapi donggala dan sapi bali. Pewarnaan cacing menggunakan pewarnaancarmine untuk analisis morfometri dan pemeriksaan scanning electron microscopy untukmengidentifikasi morfologi ultrastruktur. Analisis morfometri menggunakan metode statistikaone sample t-test dan multidimensional scaling. Hasil analisis morfometri menggunakan analisisone sample t-test menunjukkan bahwa F. gigantica dari kedua breed sapi memiliki perbedaanyang signifikan di antara parameternya dan berdasarkan analisis multidimensional scaling memilikikemiripan dengan F. intermedia dari Iran. Berdasarkan pemeriksaan scanning electron microscopyF. gigantica dari sapi donggala merupakan F. gigantica tipe 1, sedangkan F. gigantica dari sapibali merupakan F. gigantica tipe 2 yang didasarkan pada ventral sucker, oral sucker, dan spina.Dapat disimpulkan bahwa F. gigantica yang ditemukan pada sapi potong adalah F. gigantica tipe1 (pada sapi donggala) dan F. gigantica tipe 2 (pada sapi bali) serta memiliki kemiripan dengan F.intermedia dari Iran.

Kata-kata kunci: Fasciola gigantica; morfometri; ultratruktur; Berau

Abstract

Fasciolosis is one of the endemic parasitic diseases in Indonesia. Fasciola gigantica is the mainspecies found to infect livestock, especially beef cattle. The purpose of this study was to analyze themorphometry and identify the ultrastructure morphology of the F. gigantica worm isolated frombeef cattle in Berau abattoir. The F. gigantica worms were isolated from two cattle breeds, namelyDonggala cattle and Bali cattle. Worm was stained by using carmine methode to analyze themorphometric of the worm and scanning electron microscopy to identify ultrastructure morphology.Morphometric of the worm was analysed with the one sample t-test and multidimensional scalingstatistical methods. The results of the morphometric analysis showed that F. gigantica from bothbreeds had significant differences (P<0.05) between the parameters and based on multidimensional

Page 8: repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/93306/1/Bukti C 12. Morfometri dan... · 2019. 12. 31. · Morfometri dan Ultrastruktur Cacing Fasciola gigantica pada Sapi Donggala dan

172

PENDAHULUAN

Fasciolosis merupakan sebuah plant bornetrematode zoonosis yang penting bagiruminansia (Mehmood et al., 2017). Dua spesiesyang paling sering menjadi penyebab fasciolosisadalah Fasciola gigantica dan F. hepatica.Namun, telah ditemukan juga F. intermediayang dikarakterisasi berdasarkan morfologinya(Ashrafi et al., 2006). Cacing F. gigantica di-temukan di sebagian besar benua, terutama didaerah tropis, sementara F. hepatica memilikidistribusi di seluruh dunia tetapi mendominasidi zona beriklim sedang (Petros et al., 2013).Kedua spesies tersebut secara tradisionaldiklasifikasikan berdasarkan fitur morfo-logisnya, seperti panjang dan lebar tubuh.Namun, sulit untuk membedakan kedua spesiesFasciola hanya berdasarkan panjang dan lebartubuh saja, karena sangat bervariasinya ukurankedua spesies ini, perbedaan fitur morfologis, danadanya bentuk peralihan antara kedua spesiestersebut (Shafiei et al., 2014).

Fasciolosis pada sapi menyebabkankerugian ekonomi yang signifikan akibatpenurunan produksi terutama karenapenurunan bobot badan dan hilangnya beberapabagian hati yang terinfeksi (Diab et al., 2010).Penyebab utama fasciolosis di Indonesia iadalahF. gigantica yang mana terdapat tiga tipe yaitutipe 1 yang umum dijumpai berasal dari domba,kambing, sapi dan kerbau, tipe 2 hanya darikerbau di Jawa Tengah, dan tipe 3 dari sapi balidan kerbau di Jawa Tengah (Kurniasih, 2004).

Berdasarkan penelitian sebelumnya,terdapat 20 parameter yang dapat dijadikanacuan untuk penghitungan morfometri. Tetapi,ada lima parameter yang sangat penting dalammenganalisis variasi morfometri pada cacingFasciola sp. Parameter tersebut adalah panjangbadan (BL), lebar badan (BW), jarak antaraventral sucker dan ujung posterior (VS-P), jarakantara ventral sucker dan penyatuan kelenjarvitelin (VS-VIT), dan rasio antara panjangbadan dan lebar badan (BL/BW) (Mufti et al.,

2011). Cacing F. intermedia ditemukan diPakistan dan Iran, berdasarkan hasil analisisF. gigantica dan F. intermedia dari Pakistanmemiliki kedekatan dengan spesies yang ada diIran (Ashrafi et al., 2006; Mufti et al., 2011).Penentuan tipe cacing F. gigantica di Indonesiadidasarkan pada pemeriksaan morfologimenggunakan scanning electron microscopy(SEM) yang mana ketiga tipe F. giganticamenunjukkan adanya perbedaan spina (durikecil) bagian tegumen cacing F. gigantica. Spinapada bagian anterior dan posterior hampir mirip(ujungnya mempunyai 12-15 bentukan jari).Namun, F. gigantica tipe 2 memiliki perbedaanpada midbody-nya yaitu memiliki spinaberbentuk segitiga, sangat runcing dan lebihpanjang dibanding dengan dua tipe yang lain.Selain perbedaan spina, hal lain yangmembedakan adalah diameter ventral suckerpada F. gigantica tipe 2 sangat besar, hampirdua kali lipat dari diameter oral sucker. PadaF. gigantica tipe 1 juga memiliki diameterventral sucker yang besar sedangkan F.gigantica tipe 3 mirip dengan F. hepatica.Cacing F. gigantica tipe 2 mempunyai cirrus dangland cirrus berduri dan panjang dibandingkandengan dua tipe yang lain, sedangkan tipe 3mempunyai permukaan cirrus dan gland cirruslebih halus (Kurniasih, 1995).

Menurut Peraturan Menteri PerdaganganNo. 20 Tahun 2018 tentang ketentuan ekspordan impor hewan dan produk hewan diaturbahwa sapi jantan dan sapi betina yang diimporhanya dibatasi dari berat badannya yaitumaksimal rata-rata 450 kg/ekor. Hal inimemungkinkan masuknya sapi dalam jumlahbesar ke Indonesia yang berpengaruh ikutmasuknya pula agen-agen parasit khususnyaFasciola sp.

Penelitian ini dilakukan di KabupatenBerau, Provinsi Kalimantan Timur. Jenissapi yang dipotong di RPH kabupaten Berauadalah jenis sapi limousin, simental, bali,donggala, PO, brahman cross. Namun, jenissapi yang paling sering dipotong adalah sapi

scaling analysis had similarities with F. intermedia from Iran. Based on scanning electronmicroscopy examination showed that F. gigantica from the Donggala cattle breed was infectedwith type 1 of F. gigantica while F. gigantica from the Bali cattle breed was infected with type 2 ofF. gigantica based on ventral sucker, oral sucker, and spine. It can be concluded that F. giganticafound in beef cattle in Berau was type 1 F. gigantica (Donggala cattlebreed) and type 2 F. gigantica(Bali cattle breed) and similar with F. intermedia from Iran.

Keywords: Fasciola gigantica; morphometric; ultrastructure; Berau

Muhammad, et al Jurnal Veteriner

Page 9: repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/93306/1/Bukti C 12. Morfometri dan... · 2019. 12. 31. · Morfometri dan Ultrastruktur Cacing Fasciola gigantica pada Sapi Donggala dan

173

donggala dan sapi bali. Tujuan penelitian iniadalah menganalisis morfometri cacing F.gigantica dari dua jenis sapi yang berbedaberdasarkan pengukuran morfometrinya untukmelihat adanya perbedaan dan kemungkinanadanya F. intermedia di Indonesia khususnyadi Kabupaten Berau. Selain itu, pada penelitianini juga dilakukan identifikasi morfologimenggunakan scanning electron microscopy(SEM) untuk menentukan tipe cacing F.gigantica dan perbedaan ultrastruktur cacingF. gigantica yang diisolasi dari sapi donggaladan sapi bali yang ada di Berau, KalimantanTimur. Hal ini akan berguna untukmemudahkan dalam penentuan profil morfologidan penyusunan langkah kontrol yang efektif.

METODE PENELITIAN

Uji Etik PenelitianPenelitian ini telah lulus uji kelayakan etik

dari komisi etik Fakultas Kedokteran Hewan,Universitas Airlangga dengan nomor sertifikat:2.KE.189.12.2018. Sampel cacing F. giganticadari Berau didapatkan dari dua jenis sapi, yaitusapi donggala dan sapi bali. Sapi donggalamerupakan sapi lokal yang tersebar di ProvinsiSulawesi Tengah dan telah ditetapkan olehkeputusan Menteri Pertanian Nomor 666/Kpts/SR.120/6/2014 sebagai Sumber Daya Genetik(SDG) ternak lokal Indonesia. Sapi balimerupakan sapi lokal yang awalnya berasal dariProvinsi Bali namun telah menyebar di seluruhwilayah Indonesia.

Koleksi SampelSampel yang didapat berjumlah 35 cacing

F. gigantica yang dikoleksi dari sapi yangdipotong di rumah potong hewan KabupatenBerau, Provinsi Kalimantan Timur. Cacingdikoleksi dari hati sapi setelah pemeriksaanpost-mortem dengan melakukan insisi padaparenkim hati dan saluran empedu. Cacing yangdidapatkan dimasukkan ke dalam fecalcontainer yang berisi phospate buffer saline(PBS) pH 7,4 dan cacing dicuci 2-3 kalimenggunakan PBS, dibiarkan pada suhuruangan selama empat jam untukmengeluarkan isi ususnya. Kemudian dibawake laboratorium parasitologi dan disimpan padasuhu 4Ë%C.

Pewarnaan Carmine dan Metode Sta-tistika

Pewarnaan carmine dilakukan denganmenggunakan prosedur standar LaboratoriumParasitologi Veteriner, Fakultas KedokteranHewan, Universitas Airlangga. Pemeriksaancacing F. gigantica menggunakan mikroskop(Nikon Model Eclipse E100LED MV R dari Tokyo,Japan) dan pengukuran dimensi tubuhmenggunakan Optilab Camera (MiconosYogyakarta) yang telah dikalibrasi. Proses datahasil pengukuran morfometri dilakukan denganperangkat lunak SPSS versi 20. Analisismorfometri ini pertama kali dilakukan diIndonesia. Analisis data menggunakan onesample t-test untuk melihat perbedaan di antaraparameter yang diukur. Selain itu, hasilpengukuran pada penelitian ini dibandingkanpada penelitian sebelumnya menggunakananalisis multidimensional scaling (ALSCAL).

Pemeriksaan Scanning Electron Miscro-copy (SEM)

Pemeriksaan SEM menggunakan prosedurstandar Laboratorium SEM, Fakultas TeknikMesin, Institut Teknologi 10 Nopember,Surabaya. Sebelum pengambilan gambarsampel menggunakan SEM, ada beberapa tahapyang harus dilakukan. Sampel cacing dewasaF. gigantica dibersihkan/dicuci dengan larutanNaCL fisiologis 0,9% pada suhu 4Ë%C, kemudiandilakukan fiksasi pertama denganglutaraldehide 2,5% selama tiga jam,selanjutnya dicuci dengan larutan PBS pH 7,4sebanyak tiga kali, fiksasi kedua dengan osmiumtetraoksida (OsO4) masing-masing selama satujam. Selanjutnya didehidrasi dengan alkoholbertingkat (30%, 50%, 70%, 80%, 90%, dan100%) sebanyak dua kali masing-masing selama15-20 menit, dilanjutkan dengan tahappengeringan atau Critical Point Drying (CPD)dan pelapisan menggunakan bahan konduktifberupa karbon, sampel siap diperiksa dandipotret dengan SEM (Model FlexSEM 1000Scanning Electron Microscopy Simple Manual,Japan). Hasil pemeriksaan SEM dapatmenggambarkan morfologi ultrastruktur cacingF. gigantica yang diisolasi dari dua jenis sapiyang berbeda.

Jurnal Veteriner Juni 2019 Vol. 20 No. 2 : 171-178

Page 10: repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/93306/1/Bukti C 12. Morfometri dan... · 2019. 12. 31. · Morfometri dan Ultrastruktur Cacing Fasciola gigantica pada Sapi Donggala dan

174

HASIL AND PEMBAHASAN

Hasil Analisis MorfometriPengukuran morfometri cacing F. gigantica

menggunakan parameter panjang badan (BL),lebar badan (BW), rasio panjang badan dan lebarbadan BL/BW, jarak antara ventral sucker danujung posterior (VS-P), jarak antara ventralsucker dan penyatuan kelenjar vitelin (VS-Vit)disajikan pada Tabel 1.

Hasil pengukuran cacing F. giganticaberdasarkan jenis sapi menunjukkan bahwaterdapat perbedaan pada semua parameter yangdiukur. Nilai rataan pada panjang badan (BL)dari sapi donggala 29,15 mm sedangkan padasapi bali nilai rataannya adalah 25,69 mm. Haltersebut menunjukkan F. gigantica dari sapidonggala memiliki bentuk lebih panjang.Berdasarkan lebar badan (BW) nilai rataancacing dari sapi donggala 8,09 mm sedangkanyang berasal dari sapi bali nilai rataannyaadalah 10,25 mm. Hal ini menunjukkan bentukF. gigantica dari sapi bali lebih lebardibandingkan dari sapi donggala. Nilai rasio BL/BW dari sapi donggala 3,62 sedangkan pada sapibali 2,51.

Hasil pengukuran berdasarkan jarakantara ventral sucker dan ujung posterior (VS-P), nilai rataannya dari sapi donggala 24,75 mmdan sapi bali sebesar 21,69 mm. Nilai VS-P darisapi donggala lebih besar, dan sangat mungkinkarena memiliki badan yang lebih panjang.Parameter yang terakhir adalah jarak antaraventral sucker dan penyatuan kelenjar vitelin(VS-Vit). Nilai rataan dari VS-Vit pada sapidonggala adalah 14,38 mm sedangkan pada sapibali sebesar 21,09 mm.

Hasil analisis menggunakan one sample t-test menunjukkan bahwa BL, BW, rasio BL/BW, VS-P, VS-Vit di antara cacing hati sapidonggala dan sapi bali memiliki perbedaan yangsignifikan. Selain itu, dilakukan analisismenggunakan multidimensional scaling(ALSCAL) dengan Euclidean Distance untukmengidentifikasi kemiripan/kedekatan F.gigantica dari Berau berdasarkan breedmenggunakan parameter BL, BW, Rasio BL/BW, VS-P, VS-Vit terhadap hasil pengukuranmorfometri penelitian sebelumnya (DataPublished by Periago, 2008) yang ditunjukkanpada Gambar 1. Berdasarkan analisis yangditunjukkan pada Gambar 1 F.gigantica darisapi donggala (F. gigantica DNG Berau)memiliki kemiripan dengan F. intermedia dariIran, sedangkan F. gigantica dari sapi bali (F.

gigantica BALI Berau) memiliki kemiripandengan F. hepatica dari Iran, dan secara umumF. gigantica dari Berau memiliki kemiripanpaling dekat dengan F. intermedia dari Iran.Hal ini patut dicurigai kemungkinan adanya F.intermedia di Indonesia.

Distribusi yang saling overlapping antaraF. hepatica dan F. gigantica telah menjadi dasaryang kontroversi berkepanjangan dalamidentitas taksonomi spesies Fasciola di negaraAsia, terutama Jepang, Taiwan, Filipina, danKorea, yang mana berbagai variasi morfologitelah terdeteksi. Pada rentang nilai parameteryang ekstrim secara morfologis, beberapamenyerupai F. hepatica, sedangkan yang lainmenyerupai F. gigantica, bahkan bentukintermediet (F. intermedia) juga ditemukantermasuk fenomena seperti gametogenesis yangabnormal, diploid, triploid dan mixoploid,partenogenesis, dan peristiwa hibridisasi antaragenotipe yang berbeda (Periago et al., 2008).Seperti yang terjadi pada penelitian ini, F.gigantica isolat Berau saling overlapping denganspesies Fasciola dari Mesir dan Iran. Hal inimenjadi penting untuk diteliti lebih jauhmengenai distribusi spesies Fasciola di Berauatau lebih luas lagi di Pulau Kalimantan danIndonesia.

Distribusi spesies Fasciola isolat dari JawaBarat sudah diteliti oleh Hayashi et al., (2016),berdasarkan hasil penelitian tersebut spesiesFasciola yang teridentifikasi adalah F.gigantica, namun terdapat satu cacing yangdiklasifikasikan F. gigantica haplogroup C yangmengandung gen nad1 halotype sama denganyang terdeteksi pada cacing dari Thailand,Vietnam dan China.

Hasil Pemeriksaan Scanning ElectroneMicroscopy (SEM)

Hasil pemeriksaan ultratruktur F.gigantica menggunakan SEM disajikan padaGambar 2. Pemeriksaan ini berguna untukmelihat perbedaan morfologi ultrastruktur padabagian oral sucker, ventral sucker, dan spina.Selain itu, pemeriksaan menggunakan SEMberguna untuk menentukan tipe cacing F.gigantica yang ada di Kabupaten Berau, karenaIndonesia memiliki tiga tipe cacing F. giganticaberdasarkan ultrastrukturnya (Kurniasih, 1995).

Sampel cacing F. gigantica yang diisolasidari sapi dongala merupakan F. gigantica tipe1 karena memiliki diameter ventral sucker yangrelatif besar dan spina bagian anterior memilikiujung yang berjari-jari. Spina pada bagian

Muhammad, et al Jurnal Veteriner

Page 11: repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/93306/1/Bukti C 12. Morfometri dan... · 2019. 12. 31. · Morfometri dan Ultrastruktur Cacing Fasciola gigantica pada Sapi Donggala dan

175

Gambar 1. Analisis multidimensional scaling (ALSCAL) dengan Euclidean Distance antara Fasciolagigantica isolat berau dengan spesies Fasciola dari negara Iran dan Mesir.

Tabel 1. Rataan hasil pengukuran Fasciola gigantica dari 35 cacing berdasarkan breed sapi.

Parameters (mm) Sapi Donggala (n=21) Sapi Bali (n=14)

Panjang Badan (BL) 17,45-41,60 29,15±7,2

15,75-32,20 25,69±4,85

Lebar Badan (BW) 5,35-11,20 8,09±1,9

6,55-12,30 10,25±1,83

Rasio BL/BW 2,82-4,38 3,62±0,39

2,06-2,77 2,51±0,21

Jarak antara ventral sucker dan ujung posterior (VS-P)

14,22-35,25 24,75±6,17

12,54-27,41 21,69±4,31

Jarak antara ventral sucker dan penyatuan kelenjar vitelin (VS-Vit)

7,9-22,95 14,38±4,07

4,81-17,41 12,09±3,39

Keterangan: BL= body long; BW= body wide; VS-P= ventral sucker-posterior; VS-Vit= ventral sucker-vitelin

Jurnal Veteriner Juni 2019 Vol. 20 No. 2 : 171-178

Page 12: repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/93306/1/Bukti C 12. Morfometri dan... · 2019. 12. 31. · Morfometri dan Ultrastruktur Cacing Fasciola gigantica pada Sapi Donggala dan

176

1

1

1

2

2

2

Gambar 2. Hasil pemeriksaan scanning electron microscopy (SEM) pada cacing Fasciolagigantica dari breed sapi donggala (1) dan sapi bali (2) pada bagian anterior danmidbody. Keterangan gambar 2: (A1) Oral sucker dan ventral sucker (breed sapidonggala), (B1) Spina bagian anterior (breed sapi donggala), (C2) Spina bagianmidbody (breed sapi donggala); (A2) Oral sucker dan ventral sucker (breed sapibBali), (B2) Spina bagian anterior (breed Bali), (C2) Spina bagian midbody (breedBali).

Muhammad, et al Jurnal Veteriner

Page 13: repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/93306/1/Bukti C 12. Morfometri dan... · 2019. 12. 31. · Morfometri dan Ultrastruktur Cacing Fasciola gigantica pada Sapi Donggala dan

177

anterior memiliki ukuran lebar ±22,5 µm dantinggi ±16,4 µm. Spina pada bagian midbodymemiliki bentuk seperti ibu jari dengan bagianujung memiliki bentuk bergerigi/berjari-jaridengan ukuran lebar ±25,5 µm dan panjang±54,4 µm mengarah ke posterior. Pada sampelini tidak terlihat adanya genital pore atau cirrus.

Sampel cacing F. gigantica yang diisolasidari sapi bali merupakan F. gigantica tipe 2berdasarkan ventral sucker yang besar danhampir dua kali bentuk oral suckernya. Selainitu, hal yang lebih menciri lagi adalah spinaanterior dan midbody. Spina anterior berbentuksetengah lingkaran dan ujungnya berjari-jarisama seperti sampel dari asal sapi dongala tetapispina dari cacing hati sapi bali memiliki sudutkemiringan lebih besar. Spina anterior iniberukuran lebar ±25,7 µm pada perbesaran 420kali. Spina pada midbody memiliki bentuksegitiga dengan ujung yang tajam dan berjari-jari berukuran lebar ±16,2 µm serta panjang±28,2 µm mengarah ke posterior. Hal ini yangmenjadi dasar penetapan tipe F. gigantica(Kurniasih, 1995).

Berdasarkan pemeriksaan SEM, padabagian anterior terdapat perbedaan ukuran oralsucker dan ventral sucker antara cacing hati asalsapi dongala dan sapi bali. Pada bagian di antaraoral sucker dan ventral sucker terdapat genitalpore tempat keluarnya cirrus, tetapi tidakterlihat pada sampel. Terdapat pula bentukanseperti papila kecil bulat pada bagian anteriorventral sucker, papila ini disebut dengan sensorypapillae yang berfungsi sebagai reseptorsensorik. Papila ini muncul seperti kubah kecilberdiameter 4-6 µm pada bagian basal(Balasubramanian dan Ramasamy, 2010).

Bagian anterior dan midbody dari cacingF. gigantica terdapat banyak spina denganberbagai ukuran. Bagian anterior dan midbodycenderung memiliki spina yang lebihberkembang daripada bagian posterior(Mahmoud et al., 2010). Penelitian inimenemukan empat bentuk spina yang berbedapada bagian anterior dan midbody masing-masing. Spina anterior pada gambar 2 (B1 &B2) memiliki kesamaan pada ujung spinanyayaitu tipe berjari-jari dengan spina pada F.gigantica pada sapi di Thailand (Srimuzipo etal., 2002), F. hepatica pada sapi di Irlandia(Toner, 2008), F. gigantica pada sapi di Mesir(Soliman dan Taha, 2011), F. gigantica padakambing di Mesir (Degheidy et al., 2010). Selainitu, spina pada Gambar 2 (C2) memilik

kesamaan dengan spina midbody F. giganticapada sapi di Thailand (Srimuzipo et al., 2002).

Spina yang terdapat di temukan cacing F.gigantica dewasa dapat membantu pergerakancacing di saluran empedu hati, sedangkanventral sucker memiliki otot besar yang dapatmembantu perlekatan pada dinding saluranempedu dan memperkuat posisi parasit padainang serta mencegah perpindahan parasit darisaluran empedu akibat adanya aliran cairanempedu (Balasubramanian dan Ramasamy,2010).

SIMPULAN

Berdasarkan analisis one sample t-test,morfometri F. gigantica dari sapi dongala dansapi bali memiliki perbedaan yang signifikanpada panjang badan (BL), lebar badan (BW),rasio BL/BW, jarak antara ventral sucker danujung posterior (VS-P), jarak antara ventralsucker dan penyatuan kelenjar vitelin (VS-Vit).Selain itu, berdasarkan analisis multidi-mensional scaling (ALSCAL) F. gigantica dariBerau memiliki kemiripan dengan F.intermedia dari Iran. Hasil pemeriksaan SEMmenunjukkan bahwa F. gigantica dari sapidonggala merupakan F. gigantica tipe 1sedangkan F. gigantica dari sapi balimerupakan F. gigantica tipe 2 yang didasarkanpada ventral sucker, oral sucker, dan spina.

SARAN

Penelitian lanjutan perlu dilakukan denganmengidentifikasi molekuler untuk mengetahuiadanya F. intermedia di Kalimantan Timurkhususnya di Kabupaten Berau.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis ingin mengucapkan terima kasihkepada Pemerintah Kabupaten Berau dalam halini Dinas Pertanian dan Peternakan serta badanCSR PT Berau Coal atas bantuan keuanganuntuk menyelesaikan penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Ashrafi K, Valero MA, Panova M, Periago MV,Massoud J, Mas-Coma, S. 2006. Phenotypicanalysis of adults of Fasciola hepatica,Fasciola gigantica and intermediate formsfrom the endemic region of Gilan, Iran.Parasitology International 5: 249-60.

Jurnal Veteriner Juni 2019 Vol. 20 No. 2 : 171-178

Page 14: repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/93306/1/Bukti C 12. Morfometri dan... · 2019. 12. 31. · Morfometri dan Ultrastruktur Cacing Fasciola gigantica pada Sapi Donggala dan

178

Balasubramanian P, Ramasamy, P. 2010. Sur-face topography and tegumental morphologyof adult digenetic trematode of Indian strainof Fasciola gigantica Cobbold. IndianJournal Of Science And Technology 1: 21-25.

Degheidy NS, Shalaby HA. 2010. ScanningElectron Microscopic Observation of AdultFasciola gigantica after Immunization withGlutathione S-Transferase in Goats.Research Journal of Parasitology 5(2): 79-89.

Diab T, Mansour MHH, Mahmoud SS. 2010.Fasciola gigantica: Parasitological andscanning electron microscope study of thein vitro effects of ivermectin and/orartemether. Experimental Parasitology124: 279-284.

Hayashi K, MadokaIchikawa-Seki, AllamandaP, Wibowo PE, Mohanta UK, Sodirun,Guswanto A, Nishikawa Y. 2016. Molecularcharacterization and phylogenetic analysisof Fasciola gigantica from western Java,Indonesia. Parasitology International 65:424–27.

Kurniasih. 1995. Classica and molecular taxo-nomy of trematode parasites (Gastro-thylacidae and Fasciolidae) of Indonesiandomestic animals. Thesis. Queensland. TheUniversity of Queensland.

Kurniasih. 2004. Perkembangan fasciolosis danpencegahannya di indonesia. Dalam:Prosiding Seminar Parasitologi danToksikologi Veteriner, Puslitbang Peter-nakan, Bogor: 8–15.

Mahmoud AZ, Taha MM, Afifi SMH, HassaneinKMA. 2010. Drug resistance and recenttherapeutic measures in controlling offascioliasis. Journal of American Science6(11): 926–933.

Mehmood K, Zhang H, Sabir AJ, Abbas RZ, IjazM, Durrani AZ, Abbas M, Ijaz AZ, DurraniMH, Saleem M, Ur Rehman MK, Iqbal Y,Wang HI, Ahmad T, Abbas R, Hussain MT,Ghori S, Ali AU, Khan, Li J. 2017. A reviewon epidemiology, global prevalence andeconomical losses of fasciolosis inruminants. Microbial Pathogenesis 109:253–262.

Mufti S, Ahmad MM, Ahmad Y, Zafar, QayyumM. 2011. Phenotypic analysis of adultFasciola spp. from Potohar Region ofNorthern Punjab, Pakistan. PakistanJournal of Zoology 43(6): 1069-1077.

Periago M, Valero MA, El Sayed M, Ashrafi K,El Wakeel A, Mohamed MY, Desquesnes M,Curtale F, Mas-Coma S. 2008. Firstphenotypic description of Fasciola hepatica/Fasciola gigantica intermediate forms fromthe human endemic area of the Nile Delta,Egypt. Infection, Genetics, and Evolution8: 51-58.

Petros A, Kebede A, Wolde A. 2013. Prevalenceand economic significance of bovinefasciolosis in Nekemte Municipal abattoir.Journal of Veterinary Medicine and AnimalHealth 5(8): 202-205.

Shafiei R, Sarkari B, Sadjjadi SM, Mowlavi GR,Mosfhe A. 2014. Molecular and Morpho-logical Characterization of Fasciola spp.Isolated from Different Host Species in aNewly Emerging Focus of HumanFascioliasis in Iran. Veterinary MedicineInternational, Hindawi PublishingCorporation: 1-10.

Soliman MI, Taha HA. 2011. Tegumental alte-rations of Fasciola gigantica due to in vitrotreatment with Ro-354. Tropical Bio-medicine 28(2): 283–292.

Srimuzipo P, Komalamisra C, Wej Choochote,Jitpakdi A, Vanichthanakomn P, Keha P,Riyong D, Kom Sukontasan, KomalamisraN, Sukontasan K, Tippawangkosol S. 2002.Comparative Morphometry, Morphology OfEgg And Adult Surface Topography UnderLight and Scanning Electron Microscopies,And Metaphase Karyotype Among ThreeSize-Races of Fasciola gigantica in Thailand.Southeast Asian Journal of TropicalMedicine and Public Health 31(2): 366-373.

Toner E, McConvery F, Brennan GP, MeaneyM, Fairweather I. 2009. A scanning electronmicroscope study on the route of entry oftriclabendazole into the liver fluke, Fasciolahepatica. Parasitology 136(5): 523–535.

Muhammad, et al Jurnal Veteriner