geomorfologi acara 3 analisa morfometri
DESCRIPTION
WaTRANSCRIPT
KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS HALU OLEO
FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI
LAPORAN MINGGUAN
PRAKTIKUM GEOMORFOLOGI
ACARA III
ANALISA MORFOMETRI
OLEH:
WAHYU DARMAWAN
F1G1 13 024
KENDARI
2015
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LANDASAN TEORI
Morfometri merupakan penilaian kuantitatif terhadap bentuk lahan, sebagai aspek
pendukung morfografi dan morfogenetik, sehingga klasifikasi semakin tegas dengan
angka – angka yang jelas.
Tabel 1.1 Pembagian kemiringan lereng berdasarkan klasifikasi USSSM dan USLE
Kemiringan
lereng (°)
Kemiringan
lereng (%)Keterangan
Klasifikasi
USSSM* (%)
Klasifi
kasi
USLE*
(%)
< 1 0 – 2 Datar – hampir datar 0 – 2 1 - 2
1 - 3 3 – 7 Sangat landai 2 – 6 2 - 7
3 - 6 8 - 13 Landai 6 – 13 7 - 12
6 - 9 14 - 20 Agak curam 13 – 25 12 - 18
9 - 25 21 - 55 Curam 25 – 55 18 - 24
25 - 26 56 - 140 Sangat curam > 55 > 24
> 65 > 140 Terjal
*USSSM = United Stated Soil System Management
USLE = Universal Soil Loss Equation
Tabel 1.2 Ukuran panjang lereng
PANJANG LERENG (M) KLASIFIKASI
< 15 Lereng sangat pendek
15 - 50 Lereng pendek
50 - 250 Lereng sedang
250 - 500 Lereng panjang
> 500 Lereng sangat panjang
Terlihat di atas pembagian kemiringan lereng dan bentuk lahan secara
kuantitatif, melalui perhitungan dikelompokkan berdasarkan jumlah persen dan besar
sudut lereng, untuk mengetahui jumlah tersebut melalui perhitungan dari
perbandingan perbedaan ketinggian dengan jarak datar yang terbentuk. Perhitungan
ini daat dilihat pada rumus di bawah ini :
Rumus kemiringan lereng dari peta topografi dan foto udara :
S = ( h / D ) X 100 % (sumber Van Djuidam, 1988)
Keterangan:
S = Kemiringan lereng (%)
h = Perbedaan ketinggian (m)
D = Jarak titik tertinggi dengan terendah
Tabel 1.3 Hubungan ketinggian absolut dengan morfografi (Van Zuidam, 1985)
KETINGGIAN ABSOLUT UNSUR MORFOGRAFI
< 50 meter Dataran rendah
50 meter - 100 meter Dataran rendah pedalaman
100 meter - 200 meter Perbukitan rendah
200 meter - 500 meter Perbukitan
500 meter - 1.500 meter Perbukitan tinggi
1.500 meter - 3.000 meter Pegunungan
> 3.000 meter Pegunungan tinggi
Tabel 1.4 Hubungan kelas relief - kemiringan lereng dan perbedaan ketinggian.
(Van Zuidam,1985)
KELAS RELIEF KEMIRINGAN
LERENG ( % )
PERBEDAAN
KETINGGIAN
(m)
Datar - Hampir datar 0 - 2 < 5
Berombak 3 - 7 5 – 50
Berombak -
Bergelombang
8 - 13 25 - 75
Bergelombang -
Berbukit
14 - 20 75 - 200
Berbukit - Pegunungan 21 - 55 200 - 500
Pegunungan curam 55 - 140 500 - 1.000
pegunungan sangat
curam
> 140 > 1.000
Tabel 1.5 Kerapatan aliran (rata - rata jarak percabangan dengan Ordo
pertama aliran, Van Zuidam, 1985)
JENIS
KERAPATAN
PADA SKALA 1:
25.000
MEMILIKI
KERAPATAN
KARAKTERISTIK
HALUS Kurang dari 0,5 cm Tingkat limpasan air
permukaan tinggi, batuan
memiliki porositas buruk
SEDANG 0,5 cm - 5 cm Tingkat limpasan air
permukaan sedang, batuan
memiliki porositas sedang
KASAR Lebih besar dari 5 cm
Tingkat limpasan air
permukaan rendah, batuan
memiliki porositas baik
dan tahan terhadap erosi.
Pembagian Satuan Geomorfologi
Daerah penelitian terbagi atas tiga satuan geomorfologi, yaitu:
1. Satuan Geomorfologi Pedataran Sangat Landai
2. Satuan Geomorfologi Landai
3. Satuan Geomorfologi Agak Curam
Satuan Geomorfologi Pedataran Sangat Landai
Satuan geomorfologi ini memiliki luas yang meliputi 30% keseluruhan dari
daerah penelitian. Satuan geomorfologi ini letaknya berada di Utara daerah penelitian
Pola pengaliran pada satuan geomorfologi ini adalah parallel, dan elevasinya
berkisar 500 – 550 mdpl, serta slopenya 2 – 7 % (20 – 40). Bentuk lembah sungai pada
satuan geomorfoloogi ini berbentuk U yang menandakan bahwa pada satuan ini tahap
erosi yang berkembang relatif dewasa cenderung berarah lateral.
Adapun litologi yang menyusun morfologi pedataran ini adalah batupasir dan
breksi.
Satuan Geomorfologi Landai
Satuan geomorfologi ini memiliki luas yang meliputi 40% keseluruhan daerah
penelitian yang letaknya berada pada bagian tengah, Timur Laut, dan Tenggara
daerah penelitian.
Pola pengaliran pada satuan geomorfologi ini adalah dendritik. Elevasinya
berkisar 550 – 600 mdpl, dan slopenya 7 – 15 % (40 – 80). Litologi yang menyusun
morfologi landai ini didominasi breksi vulkanik muda, dan batulempung. Bentuk
lembah sungai pada satuan ini berbentuk U yang menandakan bahwa pada satuan ini
tahap erosi yang berkembang relatif dewasa cenderung berarah lateral.
Satuan Geomorfologi Agak Curam
Satuan geomorfologi ini memiliki luas yang meliputi 30% dari daerah
penelitian. Satuan geomorfologi ini berada di bagian utara dan selatan daerah
penelitian.
Elevasinya sekitar 600 – 650 mdpl, dan slopenya sekitar 15 – 30 % (80 – 160),
dengan pola pengliran dendritik, dan bentuk lembah U-V. Litologi yang menyusun
satuan geomorfologi ini adalah breksi volkanik muda.
Pola aliran sungai merupakan pencerminan keadaan struktur yang
mempengaruhi daerah tersebut. Pada butir 3, pengelompokan kerapatan kontur dapat
dilakukan secara kualitatif yaitu dengan melihat secara visual terhadap kerapatan
yang ada, atau secara kuantitatif dengan menghitung persen lereng dari seluruh peta.
Persen lereng adalah persentase perbandingan antara beda tinggi suatu lereng
terhadap panjang lerengnya itu sendiri. Banyak pengelompokan kelas lereng yang
telah dilakukan, misalnya oleh Mabbery (1972) untuk keperluan lingkungan binaan,
Desaunettes (1977) untuk pengembangan pertanian, ITC (1985) yang bersifat lebih
kearah umum dan melihat proses-proses yang biasa terjadi pada kelas lereng tertentu
(lihat tabel 8.3).
Tabel 1.6 Kelas lereng
Tabel 8-3 Kelas lereng, dengan
sifat-sifat proses dan kondisi
alamiah yang kemungkinan
terjadi dan usulan warna untuk
peta relief secara umum (disadur
dan disederhanakan dari Van
Zuidam, 1985) Kelas Lereng
Sifat-sifat proses dan kondisi alamiah Warna
0 – 20
(0-2 %)
Datar hingga hampir datar; tidak ada
proses denudasi yang berartiHijau
2 – 40
(2-7 %)
Agak miring; Gerakan tanah
kecepatan rendah, erosi lembar dan
erosi alur (sheet and rill erosion).
rawan erosi
Hijau
Muda
4 – 80
(7 – 15 %)
Miring;sama dengan di atas, tetapi
dengan besaran yang lebih tinggi.
Sangat rawan erosi tanah.
Kuning
8 – 160
(15 -30 %)
Agak curam; Banyak terjadi gerakan
tanah, dan erosi, terutama longsoran
yang bersifat nendatan.
Jingga
16 – 350
(30 – 70 %)
Curam;Proses denudasional intensif,
erosi dan gerakan tanah sering terjadi.
Merah
Muda
35 – 550
(70 – 140 %)
Sangat curam; Batuan umumnya
mulai tersingkap, proses denudasional
sangat intensif, sudah mulai
menghasilkan endapan rombakan
(koluvial)
Merah
>550 Curam sekali, batuan tersingkap; Ungu
(>140 %)
proses denudasional sangat kuat,
rawan jatuhan batu, tanaman jarang
tumbuh (terbatas).
1.2 TUJUAN
Tujuan diadakannya praktikum Geomorfologi acara Analisa Morfometri ini
adalah:
1. Untuk menentukan kelas lereng pada peta morfometri
2. Untuk membuat interprestasi kontur pada peta morfometri
3. Untuk membuat penampang terukur berdasarkan interprestasi kontur
1.3. ALAT DAN BAHAN
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini dapat dilihat pada
table 1.1:
Tabel 1.7 Alat dan Bahan Beserta Kegunaanya
NO ALAT DAN BAHAN KEGUNAAN
1 Drawing Pen
Menggambar peta berupa garis
kontur dengan ketebalan yang
berbeda beda
2 ATKSebagai alat untuk menulis dan
menggambar
3 WarnaSebagai alat untuk mewarnai
symbol litologi
4 Mistar 30 cmSebagai alat untuk menggaris
kolom stratigrafi
5 Problem SheetSebagai lembar permasalahan
yang akan di selesaikan
6 Kertas Kalkir
Untuk tempat menggambar
delinasi kerapatan peta dengan
3 (tiga) satuan ( sangat rapat,
rapat dan renggang).
7 Peta Topografi
Untuk mengetahui delinasi,
serta morfometri yang akan
dicari.
1.4 PROSEDUR KERJA
Adapun prosedur langka-langka yang dilakukan sebagai berikut:
1. Menyediakan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Menggukur dan menentukan titik terendah dan titik tertinggi pada garis kontur
3. Mengghitung kemiringan lereng dengan rumus yang ditentukan
4. Menaruh kertas kalkir di atas peta topografi
5. Mewarnai setiap kotak pada peta berdasarkan kemiringan lereng (slope)
6. Menarik garis kontur berdasarkan kemiringan lereng yang sama
7. Membuat penampang lintasan berdasarkan interprestasi kontur
BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN
2.1 HASIL
Terlampir
2.2 PEMBAHASAN
Melalui pengamatan praktikum acara 3 yaitu analisis morfometri, hasil yang
diperoleh menggunakan peta topografi untuk menganalisis morfometri denga cara
membuat kotak dengan ukuran 1x1 cm, sehinggan dalam setiap kotaknya akan diplot
kemiringan lereng/slope (α) yang diperoleh dengan menggunakan rumus yaitu
slope (α)=Arc Tan (Beda Tinggi-jarak terskala)
sehingga jumlah slope yang diperoleh dengan menggunakan rumus yaitu 676
dengan hasil kemiringan lereng yang berbeda-beda. Hasil perhitungan slope akan
diplot pada peta topografi dengan ketentuan yaitu kelas lereng 0°-20° memiliki sifat-
sifat roses dan kondisi alamiah yaitu datar hingga hampir datar yang dilambangkan
dengan warna hijau, 2°-4° menandakan sifat agak miring, dengan kecepatan tanah
agak rendah, erosi lembar dan erosi alur dan rawan erosi, yang di lambangkan dengan
warna hijau muda, 4°-8° menandakan sifat miring, sama dengan diatas, tetapi dengan
besaran yang lebih tinggi. Sangat rawan dengan erosi tanah, yang dilambangkan
dengan warna kuning, 8°-16° menandakan sifat agak curam, banyak terjadi gerakan
tanah, dan erosi, terutama longsoran yang bersifat nendatan, yang di lambangkan
dengan warna jingga, 16°-35° menandakan sifat yang curam, proses denudasional
intensif, erosi dan gerakan tanah sering terjadi yang dilambangkan dengan warna
merah muda, 35°-55° menandakan sifat sangat curam, batuan umumnya mulai
tersingkap, proses denudasional sangat intensif, sudah mulai menghasilkan endapan
rombakan (koluvial) yang dilambangkan dengan warna merah, >55° menandakan
sifat curam sekali, batuan tersingkap, proses denudasional sangat kuat, rawan jatuhan
batu, tanaman jarang tumbuh yang dilambangkan dengan warna ungu, >55°
menandakan sifat curam sekali batuan tersingkap, proses denudasional sangat kuat,
rawan jatuhan batu, tanaman jarang tumbuh, yang lambangkan dengan warna ungu.
Perbadaan kemiringan lereng (slope) yang di peroleh akan jelas terlihat dengan
adanya perbedaan simbol warna pada peta morfometri. Melalui peta morfometri
selanjutnya pembuatan interprestasi kontur dengan cara menghubungkan setiap
kemiringan lereng yang sama (yang dilambangkan dengan warna yang sama).
Penampang yang ditarik berdasarkan interprestasi kontur pada perbedaan kemiringan
lereng yang berbeda-beda.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari pada praktikum kali ini ialah sebagai
berikut :
1. Berdasarkan hasil analisa morfometri kelas lereng yang diperoleh yaitu, kelas
lereng 0°-20° memiliki sifat-sifat roses dan kondisi alamiah yaitu datar hingga
hampir datar yang dilambangkan dengan warna hijau, 2°-4° menandakan sifat
agak miring, dengan kecepatan tanah agak rendah, erosi lembar dan erosi alur
dan rawan erosi, yang di lambangkan dengan warna hijau muda, 4°-8°
menandakan sifat miring, sama dengan diatas, tetapi dengan besaran yang
lebih tinggi. Sangat rawan dengan erosi tanah, yang dilambangkan dengan
warna kuning, 8°-16° menandakan sifat agak curam, banyak terjadi gerakan
tanah, dan erosi, terutama longsoran yang bersifat nendatan, yang di
lambangkan dengan warna jingga, 16°-35° menandakan sifat yang curam,
proses denudasional intensif, erosi dan gerakan tanah sering terjadi yang
dilambangkan dengan warna merah muda.
2. Pada peta topografi kontur yang sangat rapat menunjukan zona
sentral,sedangkan kontur yang rapat hingga renggang menunjukan zona
proksimal.
3. Dari perhitungan morfometri dan mengacu pada klasifikasi Van Zuidam
Kontur yang sangat rapat memiliki kelerengan berbukit sangat terjal hingga
curam, kontur rapat berbukit terjal, dan kontur renggang bergelombang –
bukit terjal.
3.2 SARANPraktikan sebaiknya lebih fokus dalam mengikuti praktikum dan lebih teliti
dalam mengamati bentang alam juga lebih teliti dalam penghitungan kontur dan
persentasenya.
DAFTAR PUSTAKA
Asisten Geomorfologi dan Geologifoto. 2007. Panduan Praktikum Geologi dan
Geomorfologifoto, Semarang: Teknik Geologi Undip.
http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20110114233408AAEUNJa,
diakses pada 22 April pukul 20.12 wib
http://psda.jatengprov.go.id/berita/2010/april/12/120410-01.htm, diakses pada 20
April 2012 pukul 15.40 wib