buku indikator kesejahteraan rakyat kabupaten paser tahun 2011
TRANSCRIPT
Indikator Kesejateraan Rakyat Kabupaten Paser Tahun 2011 1
Indikator Kesejateraan Rakyat Kabupaten Paser Tahun 2011 2
INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT
KABUPATEN PASER TAHUN 2011
No. Katalog : 4101004.6401
No. Publikasi : 64.012.0903
Ukuran buku : 21 cm x 29,7 cm
Jumlah halaman : 71 halaman
Naskah : Badan Pusat Statistik Kabupaten Paser
Penyunting : Badan Pusat Statistik Kabupaten Paser
Gambar kulit : Badan Pusat Statistik Kabupaten Paser
Diterbitkan oleh : Bappeda Kabupaten Paser bekerjasama dengan
Badan Pusat Statistik Kabupaten Paser
Boleh dikutip dengan menyebut sumbernya
Indikator Kesejateraan Rakyat Kabupaten Paser Tahun 2011 3
VISI KABUPATEN PASER
Menuju Masyarakat Kabupaten Paser yang
Agamais, Sejahtera, dan Berbudaya
MISI KABUPATEN PASER
Mengembangkan ekonomi kerakyatan
Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia
Menumbuhkembangkan kehidupan masyarakat yang berbudaya
Mewujudkan Kabupaten Konservasi
Indikator Kesejateraan Rakyat Kabupaten Paser Tahun 2011 4
KATA PENGANTAR
Untuk mendapatkan gambaran
perkembangan tingkat kesejahteraan rakyat dan
perkembangan keadaan sosial ekonomi
masyarakat Kabupaten Paser dari waktu ke
waktu, maka Badan Pusat Statistik Kabupaten
Paser bekerjasama dengan Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah Kabupaten Paser
menerbitkan publikasi Indikator Kesejahteraan
Rakyat Kabupaten Paser Tahun 2011. Penyajian
ini juga bertujuan untuk melengkapi data statistik
khususnya dibidang kesejahteraan rakyat yang
diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu
acuan pengambilan kebijakan bagi pemerintah
Kabupaten Paser di bidang kependudukan.
Indikator Kesejahteraan Rakyat Tahun 2011
menyajikan data kuantitatif baik berupa data
Indikator Kesejateraan Rakyat Kabupaten Paser Tahun 2011 5
primer maupun sekunder yang meliputi data
penduduk, pendidikan, kesehatan, angkatan
kerja, perumahan dan pengeluaran rumah tangga.
Namun tidak semua indikator kesejahteraan
dapat disajikan karena adanya keterbatasan data
dan luasnya indikator yang dapat digunakan
untuk menggambarkan kesejahteraan
masyarakat.
Kepada semua pihak yang telah membantu
baik langsung atau tidak langsung dalam
penerbitan ini, kami ucapkan banyak terima
kasih. Kami sangat mengharapkan kritik dan
saran yang konstruktif dari pembaca demi
perbaikan publikasi ini di masa yang akan
datang. Besar harapan kami bahwa publikasi ini
berguna bagi semua pihak.
Tanah Grogot, Agustus 2011
Kepala BAPPEDA
Kabupaten Paser,
Kepala Badan Pusat Statistik
Kabupaten Paser,
Indikator Kesejateraan Rakyat Kabupaten Paser Tahun 2011 6
Drs. Muhammad Fauzy, MT Ir.Bahramsyah
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar …………………………………………………….…………...…………
Daftar Isi …………………………………………………………………..………………
Daftar Tabel …………………………………………………………………………….….
Daftar Grafik ………………………………………………………………………………..
Bab I Pendahuluan ............................................................................................
1.1. Umum ……………………………………………………………………….
1.2. Maksud dan Tujuan ……………………………………………………….
1.3. Ruang Lingkup …………………………………………………………….
1.4. Sumber Data dan Sistematika Penulisan ……………………………....
Bab II Konsep dan Definisi .................................................................................
2.1. Kependudukan …………………………………..…………………………
2.2. Kesehatan ……………………………………………………….……….…
2.3. Pendidikan …………… ……………………………………………………
2.4. Ketenagakerjaan ……… ……………………………………………..…..
2.5. Perumahan ……………...……………………………………………..…..
2.6. Pengeluaran Rumahtangga ………………………………………….……
Bab III Kependudukan ........................................................................................
3.1. Jumlah Penduduk dan Rasio Jenis Kelamin ……………………………
3.2. Komposisi Penduduk ………………………………………………………
3.3. Angka Beban Tanggungan (Dependency Ratio) …………………………
Bab IV Kesehatan dan Gizi ...............................................................................
4.1. Sarana Kesehatan ……………………………………………………..….
4.2. Angka Harapan Hidup …………………………………………………….
4.3. Keluhan Kesehatan dan Angka Kesakitan ..........……………………..
4.4. Penolong Kelahiran ………………………………………………………..
4.5. Status Gizi Balita ...............……………………………………………….
iii
iv
vi
ix
1
1
1
2
2
4
4
5
5
7
7
8
9
9
11
13
15
15
16
18
21
23
Indikator Kesejateraan Rakyat Kabupaten Paser Tahun 2011 7
4.6. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) ............................................................
4.7. Imunisasi Balita ...................................................................................
Bab V Pendidikan .............................................................................................
5.1. Partisipasi Sekolah ……………………………………………………....
5.2. Tingkat Pendidikan Yang Ditamatkan…………………………………..
5.3. Angka Melek Huruf (AMH) ………………………………………………...
5.4. Angka Partisipasi Sekolah (APS) …………………………………………..
5.5. Angka Partisipasi Murni (APM) ……………………………………………
Bab VI Ketenagakerjaan ....................................................................................
6.1. Angkatan Kerja dan Bukan Angkatan Kerja ……………………………
6.2. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) ………………………………
6.3. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) …………………………………
6.4. Lapangan Usaha ……………………………………………………………
6.5. Status Pekerjaan ………………………………………………………….
6.6. Jam Kerja ............................................................................................
6.7. Tingkat Pendidikan Pekerja .................................................................
Bab VII Fertilitas dan Keluarga Berencana .........................................................
7.1. Fertilitas ………………………………………………………………….
7.2. Keluarga Berencana………………………………………….................
Bab VIII Perumahan dan Lingkungan ...............................................................
8.1. Status Penguasaan Bangunan Tempat Tinggal …………………………
8.2. Kondisi Fisik Bangunan ……………………………………………………
8.2.1 Luas Lantai ………………………………………………………….
8.2.2 Jenis Atap …………………………………………………………….
8.2.3 Jenis Dinding ………………………………………………………..
8.3. Fasilitas Perumahan ……………………………………………………….
8.3.1 Sumber Penerangan ………………………………………………….
8.3.2 Fasilitas Air Minum ……………………………………………………
8.3.3 Fasilitas Tempat Buang Air Besar …………………………………..
Bab IX Pengeluaran Konsumsi ...........................................................................
9.1. PDRB Perkapita dan Pendapatan Perkapita ……………………………
9.2. Pengeluaran Rumah Tangga …………………………………………….
24
25
27
27
28
30
32
34
35
35
36
37
39
40
41
43
45
45
48
53
53
54
54
56
57
57
58
59
61
63
63
66
Indikator Kesejateraan Rakyat Kabupaten Paser Tahun 2011 8
9.3. Sosial Ekonomi Lainnya …………………………………………………..
9.4. Penduduk Miskin …………………………………………………………..
68
70
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur, Tahun
2010 ……………………………………….. ………………………..……….
Tabel 3.2 Persentase Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur
Tahun 2010 …………………………………………...……………………..
Tabel 3.3. Persentase Penduduk Kabupaten Paser Menurut Kelompok Usia
Produktif dan Angka Beban Tanggungan, Tahun 2008-2010……………
Tabel 4.1 Jumlah Fasilitas dan Tenaga Kesehatan Kabupaten Paser, Tahun 2006
- 2010 ………………………………………………………………………….
Tabel 4.2 Perkembangan Angka Harapan Hidup Penduduk Kabupaten Paser
Tahun 2007 – 2010 ……………………………………………………………
Tabel 4.3 Persentase Penduduk Yang Mengalami Keluhan Kesehatan Menurut
Jenis Keluhan Di Kabupaten Paser Tahun 2008 – 2010 …………………
Tabel 4.4. Persentase Penduduk Yang Menderita Sakit Selama Bulan Referensi
Menurut Jumlah Hari Sakit, Tahun 2008-2010 ........................................
Tabel 4.5. Persentase Balita Menurut Penolong Persalinan Pertama dan Terakhir
Waktu Lahir Di Kabupaten Paser, Tahun 2008 - 2010 ……………………
Tabel 4.6. Status Gizi Balita Kabupaten Paser, Tahun 2006-2010 .........................
Tabel 4.7. Persentase Bayi yang Pernah Disusui Menurut Lamanya Menyusui Di
Kabupaten Paser, Tahun 2008 – 2010 ………………………………………
Tabel 5.1 Persentase Penduduk Berusia 10 Tahun Keatas Menurut Partisipasi
Sekolah Di Kabupaten Paser Tahun 2008 – 2010 …………………………
Tabel 5.2 Persentase Penduduk 10 Tahun Keatas Menurut Jenjang Pendidikan
Yang Ditamatkan Di Kabupaten Paser, Tahun 2008-2010 ………………..
Tabel 5.3. Persentase Penduduk Usia 10 Tahun Keatas Menurut Kemampuan
Membaca/Menulis Di Kabupaten Paser Tahun 2010 …………………….
Tabel 5.4 . Angka Partisipasi Sekolah menurut Usia Sekolah Di Kabupaten Paser
Tahun 2008 – 2010 ……………………………………………………………
Tabel 5.5. Angka Partisipasi Murni SD, SLTP, SLTA Menurut Jenis Kelamin Di
10
12
14
15
17
19
20
23
24
25
28
29
32
33
Indikator Kesejateraan Rakyat Kabupaten Paser Tahun 2011 9
Kabupaten Paser, Tahun 2009-2010 ……………………………………...
Tabel 6.1. Penduduk Usia Kerja ( 15 Tahun Keatas ) Menurut Kegiatan Utama dan
Jenis Kelamin, Tahun 2010 .....……………………………………………..
Tabel 6.2. Perkembangan Angkatan Kerja, TPAK, TPT, dan TKK Kabupaten
Paser, Tahun 2007 – 2010 .......................................................................
Tabel 6.3. Penduduk Usia 15 Tahun Keatas Yang Bekerja Menurut Lapangan
Usaha Di Kabupaten Paser Tahun 2010 …..............................................
Tabel 6.4. Penduduk Usia 15 Tahun Keatas yang Bekerja Menurut Status
Pekerjaan dan Jenis Kelamin, Tahun 2010 ....……………………………
Tabel 6.5. Penduduk Usia 15 tahun Keatas yang Bekerja Menurut Jumlah Jam
Kerja seluruhnya dan Jenis Kelamin, Tahun 2010 .................................
Tabel 6.6. Penduduk Usia 15 tahun Keatas yang Bekerja Menurut Tingkat
Pendidikan yang Ditamatkan dan Jenis Kelamin, Tahun 2010 ...............
Tabel 7.1 Jumlah Penduduk 10 Tahun ke Atas Menurut Status Perkawinan dan
Jenis Kelamin Di Kabupaten Paser, Tahun 2010 …………………………
Tabel 7.2. Persentase Penduduk Wanita 10 Tahun ke Atas Menurut Status
Perkawinan Di Kabupaten Paser, Tahun 2008-2010 ……………………..
Tabel 7.3. Persentase Penduduk Wanita 10 Tahun ke Atas Yang Pernah Kawin
Menurut Umur Perkawinan Pertama Di Kabupaten Paser, Tahun 2008-
2010 …………………………………………………………………………….
Tabel 7.4. Penduduk Perempuan umur 15-49 Tahun Menurut Kelompok Umur dan
Status Perkawinan, Tahun 2010 …………………………………………...
Tabel 7.5. Persentase Penduduk Perempuan Umur 15-49 Tahun Berstatus Kawin
Menurut Sedang/Tidaknya Menggunakan alat KB Di Kabupaten Paser ,
Tahun 2008-2010 ……………………………………………………………...
Tabel 7.6. Persentase Wanita umur 15-49 Tahun Berstatus Kawin Menurut
Alat/Cara KB Yang Sedang Digunakan Di Kabupaten Paser, Tahun
2008-2010 ………………………………………………………………………
Tabel 8.1. Persentase Rumahtangga Menurut Status Penguasaan Bangunan
Tempat Tinggal Di Kabupaten Paser, Tahun 2008-2010 ………………..
Tabel 8.2. Persentase Rumahtangga Menurut Luas Lantai Rumah Di Kabupaten
Paser, Tahun 2008-2010 .......................................................................
Tabel 8.3. Persentase Rumahtangga Menurut Jenis Atap Terluas Di Kabupaten
34
36
38
39
41
42
43
46
47
48
49
50
51
54
55
Indikator Kesejateraan Rakyat Kabupaten Paser Tahun 2011 10
Paser, Tahun 2008-2010 ……………………………………………………
Tabel 8.4. Persentase Rumahtangga Menurut Jenis Dinding Terluas Di Kabupaten
Paser, Tahun 2008-2010 …………………………………………………...
Tabel 8.5. Persentase Rumahtangga Menurut Sumber Penerangan Di Kabupaten
Paser Tahun 2008-2010 ………………………………………………………
Tabel 8.6. Persentase Rumahtangga Menurut Penggunaan Fasilitas Air Minum Di
Kabupaten Paser, Tahun 2009-2010 ………………………………………
Tabel 8.7. Persentase Rumahtangga Menurut Sumber Air Minum Di Kabupaten
Paser Tahun 2008-2010 ……………………………………………………
Tabel 8.8. Persentase Rumahtangga Menurut Fasilitas Buang Air Besar Di
Kabupaten Paser, Tahun 2008-2010 …………………………………….
Tabel 9.1. PDRB Perkapita dan Pendapatan Perkapita Kabupaten Paser, Tahun
2006 – 2010 ( Jutaan Rupiah ) ………………………………………………
Tabel 9.2. Persentase Penduduk Menurut Kelompok Pengeluaran per Kapita
Sebulan Di Kabupaten Paser, Tahun 2009-2010 …………………………
Tabel 9.3. Komposisi pengeluaran Rumahtangga Menurut Sub Kelompok
Makanan dan Bukan Makanan di Kabupaten Paser,Tahun 2009-2010 ..
Tabel 9.4. Persentase Rumahtangga Yang Mendapat Pelayanan Kesehatan
Gratis Selama 6 Bulan Terakhir Menurut Jenis Kartu Yang Digunakan
di Kabupaten Paser,Tahun 2008-2010 …………………………………..
Tabel 9.5. Persentase Rumahtangga Yang Membeli Beras Murah/ Raskin Selama
3 Bulan Referensi Menurut Jumlah Beras Yang Dibeli di Kabupaten
Paser, Tahun 2008-2010 ……………………………………………………
Tabel 9.6. Jumlah Penduduk Miskin di Kabupaten Paser (Data Makro), Tahun
2007-2010 ……………………………………………………………………..
56
57
58
59
60
62
65
66
68
69
69
70
Indikator Kesejateraan Rakyat Kabupaten Paser Tahun 2011 11
DAFTAR GRAFIK
Halaman
Grafik 3.1. Persentase Penduduk Kabupaten Paser Menurut Jenis Kelamin, Tahun
2010 ........................................................................ …………………………
Grafik 3.2. Piramida Penduduk Kabupaten Paser, Tahun 2010 ...................................
Grafik 4.1. Perkembangan Angka Keluhan Kesehatan dan Angka Kesakitan
Penduduk di Kabupaten Paser, Tahun 2009-2010 .....................................
Grafik 4.2. Persentase Penduduk Yang mengalami Keluhan Kesehatan dan Usaha
Mengobati Sendiri Menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Paser, Tahun
2008-2010 ..................................................................................................
Grafik 4.3. Persentase Penduduk Yang Mengalami Keluhan Kesehatan dan Usaha
Mengobati Sendiri Menurut Jenis Obat/ Cara Pengobatan Yang Digunakan
di Kabupaten Paser, Tahun 2009-2010 ......................................................
Grafik 4.4. Persentase Balita Yang Pernah Mendapat Imunisasi Menurut Jenis
Imunisasi di Kabupaten Paser, Tahun 2010 …………………………………...
Grafik 5.1. Persentase Penduduk 10 Tahun keatas Menurut Angka Melek Huruf dan
Buta Huruf di Kabupaten Paser, Tahun 2008-2010 …………………………
Grafik 9.1. Perkembangan Pendapatan Perkapita Kabupaten Paser,Tahun 2006-2010
(Jutaan Rupiah) …………………………………………………………………
11
12
18
20
21
22
26
31
65
Indikator Kesejateraan Rakyat Kabupaten Paser Tahun 2011 12
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Umum
Tujuan pembangunan pada hakekatnya untuk meningkatkan
kesejahteraan rakyat. Oleh karenanya upaya peningkatan taraf hidup dan
kesejahteraan seluruh lapisan masyarakat haruslah dibarengi dengan usaha
untuk meletakkan landasan yang kuat agar pembangunan di tahap-tahap
berikutnya dapat lebih terarah dan berhasil guna. Upaya tersebut tentunya tidak
akan dapat memberikan hasil yang maksimal tanpa didukung data yang benar
dan baik guna mengevaluasi hasil-hasil pembangunan.
Data benar adalah data yang diperoleh dengan mengikuti metode dan
memenuhi konsep-definisi yang telah dirumuskan sesuai dengan tujuan yang
ditetapkan sebelumnya. Data baik atau data berkualitas baik adalah data yang
akurat, tepat waktu dan relevan, tegasnya data tersebut harus mencerminkan
hal-hal yang sebenarnya mengenai gejala-gejala (fenomena) yang tengah
terjadi.
Indikator Kesejahteraan Rakyat (INKESRA) Kabupaten Paser Tahun
2011 merupakan wahana yang dapat membantu memberikan berbagai data
output dan input kesejahteraan rakyat yang ada di masyarakat sebagai hasil
dari berbagai proses pembangunan. Muatan dalam INKESRA ini masih bersifat
makro, hal ini dikarenakan dimensi cakupan dari kesejahteraan rakyat sangatlah
luas.
1.2. Maksud dan Tujuan
Maksud dari penyusunan publikasi ini adalah untuk mengetahui berapa
besar tingkat kesejahteraan rakyat di wilayah Kabupaten Paser ditinjau dari 7
aspek yakni kependudukan, kesehatan dan gizi, pendidikan, ketenagakerjaan,
Indikator Kesejateraan Rakyat Kabupaten Paser Tahun 2011 13
fertilitas dan keluarga berencana, perumahan dan lingkungan serta pola
konsumsi dan pengeluaran rumah tangga.
Tujuan yang ingin dicapai adalah memberikan gambaran dan bahan
masukan serta evaluasi bagi pemerintah daerah dalam mengevaluasi dan
merencanakan pembangunan yang telah dan akan dilaksanakan selanjutnya.
1.3. Ruang Lingkup
Ruang lingkup dalam penyusunan INKESRA adalah kondisi
kesejahteraan rakyat yang ada di wilayah Kabupaten Paser. Kesejahteraan
rakyat mengandung makna yang cukup luas, sedemikian luasnya pengertian
kesejahteraan sehingga data statistik ekonomi konvensional seperti pendapatan
per kapita belum memadai untuk memberikan gambaran tentang kesejahteraan
yang dimaksud. Dalam pengertian yang sangat luas, tidak mungkin untuk
menyajikan data statistik yang mampu mengukur tingkat kesejahteraan
penduduk secara rinci. Karenanya, indikator yang disajikan dalam publikasi ini
hanya mencakup aspek - aspek kesejahteraan yang dapat terukur (measurable
welfare) saja. Oleh karena itu statistik tentang sosial merupakan komponen
utama dalam penyusunan indikator kesejahteraan rakyat.
1.4. Sumber Data dan Sistematika Penulisan
Data yang digunakan dalam publikasi Indikator Kesejahteraan Rakyat
Kabupaten Paser Tahun 2011 ini, adalah hasil dari Survei Sosial Ekonomi
Nasional ( SUSENAS ) 2008, 2009 (angka revisi) dan 2010 Kabupaten Paser,
kemudian data Produk Domestik Regional Bruto 2010 Kabuaten Paser. Khusus
untuk data ketenagakerjaan menggunakan hasil dari Survei Angkatan Kerja
Nasional (SAKERNAS) 2010 Kabupaten Paser. Serta ditunjang data sekunder
dari Dinas Kesehatan Kabupaten Paser.
Penyajian Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Paser Tahun 2011
diuraikan dalam tujuh bab. Pada Bab I diuraikan Pendahuluan yang berisikan
Indikator Kesejateraan Rakyat Kabupaten Paser Tahun 2011 14
Umum, Maksud dan Tujuan, Ruang Lingkup, Sumber Data dan Sistematika
Penyajian. Bab II menyajikan tentang Konsep dan Definisi. Bab III tentang
Kependudukan yang mencakup Jumlah Penduduk dan Rasio Jenis Kelamin,
serta Komposisi Penduduk. Bab IV mengenai Kesehatan dan Gizi yang
mencakup Angka Harapan Hidup, Angka Kesakitan, Penolong Kelahiran dan
Lamanya Menyusui. Bab V menyajikan tentang Pendidikan yang mencakup
Partisipasi Sekolah, Pendidikan yang Ditamatkan, Angka Melek Huruf, APS dan
APM. Bab VI mengenai Ketenagakerjaan. Bab VII mengenai Fertilitas dan
Keluarga Berencana. Bab VIII menyajikan tentang Perumahan dan Lingkungan
serta Bab IX mengenai Pengeluaran Konsumsi.
Indikator Kesejateraan Rakyat Kabupaten Paser Tahun 2011 15
BAB II
KONSEP DAN DEFINISI
2.1. Kependudukan
Penduduk adalah setiap orang, baik warga negara Republik Indonesia
maupun warga negara asing yang berdomisili di dalam wilayah Republik
Indonesia selama enam bulan atau lebih dan mereka yang berdomisili kurang
dari enam bulan tetapi bertujuan menetap. Penduduk usia produktif adalah
penduduk yang berusia 15-64 tahun. Penduduk usia belum produktif adalah
penduduk yang berusia kurang dari 15 tahun. Penduduk usia tidak produktif
adalah penduduk yang berusia 65 tahun atau lebih.
Kelahiran adalah anak lahir hidup, yaitu anak yang pada waktu dilahirkan
menunjukan tanda-tanda kehidupan (seperti jantung berdenyut, bernapas,
menangis, dan sebagainya ), walaupun mungkin hanya beberapa saat saja.
Anak masih hidup adalah semua anak yang dilahirkan dan pada saat
pencacahan masih hidup, baik yang tinggal bersama ibunya maupun tinggal
ditempat lain. Kematian adalah suatu peristiwa atau keadaan hilangnya
tanda-tanda kehidupan dari seseorang.
Pertumbuhan penduduk merupakan keseimbangan yang dinamis
antara kekuatan yang menambah dan kekuatan yang mengurangi banyaknya
penduduk. Kekuatan yang menambah banyaknya penduduk adalah kelahiran
dan migrasi masuk (penduduk datang) sedangkan kekuatan yang mengurangi
banyaknya penduduk adalah kematian dan migrasi keluar (penduduk pergi).
Laju pertumbuhan alamiah adalah laju pertumbuhan yang hanya dipengaruhi
faktor kelahiran dan faktor kematian sedangkan laju pertumbuhan sosial hanya
dipengaruhi oleh migrasi. Migrasi adalah perpindahan penduduk dari suatu
tempat ke tempat lain baik melewati batas politis negara maupun batas
administrasi atau batas bagian dalam suatu negara dengan tujuan menetap.
Indikator Kesejateraan Rakyat Kabupaten Paser Tahun 2011 16
Dalam konsep yang digunakan BPS, seseorang dianggap migran jika
telah tinggal selama enam bulan berturut-turut atau kurang dari enam bulan
tetapi dengan tujuan akan menetap.
Wanita usia subur adalah wanita yang berada pada masa mampu
melahirkan atau masa reproduksi (15-49 tahun). Peserta KB aktif adalah
akseptor yang pada saat penca-cahan masih aktif mengikuti program KB
(memakai alat kontrasepsi). Akseptor adalah pasangan usia subur yang
menggunakan salah satu alat kontrasepsi. Metode kontrasepsi adalah cara/alat
yang dipakai untuk mencegah kehamilan.
2.2. Kesehatan
Keluhan Kesehatan, adalah keadaan seseorang yang merasa terganggu
oleh kondisi kesehatan, kejiwaan, kecelakaan dan hal lain termasuk yang
menderita penyakit kronis tetapi telah sembuh. Sakit adalah apabila seseorang
menderita penyakit kronis atau mempunyai keluhan/gangguan kesehatan lain
yang menyebabkan kegiatannya terganggu. Sedangkan cara pengobatan
adalah perlakuan/cara yang ditempuh seseorang bila menderita suatu penyakit,
seperti pergi ke dokter praktek, rumah sakit, puskesmas dan tenaga kesehatan
lainnya atau diobati sendiri.
2.3. Pendidikan
Dapat membaca dan menulis adalah mereka yang dapat membaca dan
menulis surat/kalimat sederhana dengan sesuatu huruf. Orang buta yang dapat
membaca dan menulis huruf braille dan orang cacat yang sebelumnya dapat
membaca dan menulis kemudian karena cacatnya tidak dapat membaca dan
menulis, digolongkan dapat membaca dan menulis. Sedangkan orang yang
hanya dapat membaca saja tetapi tidak dapat menulis, dianggap tidak dapat
membaca dan menulis (buta huruf).
Indikator Kesejateraan Rakyat Kabupaten Paser Tahun 2011 17
Penduduk usia sekolah adalah mereka yang pada usia sekolah normal
sesuai dengan tingkat pendidikan, seperti penduduk usia SD adalah 7 – 12
tahun, penduduk usia SLTP adalah 13 – 15 tahun, dan penduduk usia SLTA
adalah 16 – 18 tahun. Pendidikan Pra Sekolah, diselenggarakan selama satu
sampai dua tahun bagi anak usia 5 – 6 tahun, yang merupakan persiapan bagi
anak sebelum masuk Sekolah Dasar.
Sekolah, adalah sekolah formal mulai dari pendidikan Dasar (SD dan
SLTP), pendidikan Menengah (SMK atau SMU), dan pendidikan Tinggi
(Akademi dan Universitas), termasuk pendidikan yang setara. tidak termasuk
pendidikan non formal seperti kursus mengetik, komputer, bahasa Inggris,
Seskoad, Diklatpim dan sebagainya. Tamat Sekolah, adalah mereka yang
menyelesaikan pelajaran pada kelas atau tingkat terakhir suatu jenjang sekolah
di sekolah negeri maupun sekolah swasta dengan mendapatkan tanda
tamat/ijazah. Seseorang yang belum mengikuti pelajaran pada kelas tertinggi
tetapi jika mengikuti ujian akhir dan lulus dianggap tamat sekolah. Tidak/belum
pernah sekolah adalah mereka yang tidak atau belum pernah sekolah termasuk
yang tamat/ belum tamat Taman Kanak-kanak yang tidak/belum melanjutkan ke
Sekolah Dasar. Masih sekolah adalah yang sedang mengikuti pendidikan di
pendidikan Dasar, Menengah atau Tinggi. Tidak sekolah lagi adalah yang
pernah mengikuti pendidikan Dasar, Menengah atau Tinggi, tetapi pada saat
pencacahan tidak sekolah lagi.
Jenjang pendidikan tertinggi yang pernah/sedang diduduki, adalah
jenjang sekolah tertinggi yang pernah/sedang diduduki oleh seseorang baik
sudah tamat maupun tidak/belum tamat. Penduduk yang masih bersekolah
adalah yang sedang mengikuti pendidikan ditingkat pendidikan tertentu.
2.4. Ketenagakerjaan
Dalam konsep ketenagakerjaan, penduduk dibagi menjadi dua golongan
yaitu penduduk usia kerja dan penduduk bukan usia kerja. Penduduk usia kerja
Indikator Kesejateraan Rakyat Kabupaten Paser Tahun 2011 18
adalah penduduk berumur 15 tahun atau lebih yang digolongkan menjadi
angkatan kerja dan bukan angkatan kerja . Angkatan Kerja adalah penduduk
usia kerja yang bekerja atau punya pekerjaan tetapi sementara tidak bekerja
dan yang mencari pekerjaan. Bukan angkatan kerja adalah penduduk usia
kerja yang kegiatannya tidak bekerja maupun mencari pekerjaan atau penduduk
usia kerja dengan kegiatan sekolah, mengurus rumah tangga dan lainnya.
Mencari Pekerjaan adalah seseorang yang berusaha mendapatkan
pekerjaan termasuk yang sedang menunggu jawaban lamaran. Bekerja adalah
kegiatan melakukan pekerjaan dengan maksud memperoleh atau membantu
memperoleh penghasilan atau keuntungan selama paling sedikit satu jam dalam
seminggu. Bekerja selama satu jam tersebut harus dilakukan secara berturut-
turut dan tidak terputus. Penghasilan dan keuntungan mencakup upah/gaji
termasuk semua tunjangan, bonus, dan hasil usaha berupa sewa, bunga, dan
keuntungan baik berupa uang maupun barang.
Hari kerja adalah waktu yang dinyatakan dalam hari yang dipergunakan
oleh seseorang untuk melakukan kegiatan bekerja paling sedikit satu jam terus
menerus. Jam kerja adalah Waktu yang dinyatakan dalam jam yang
dipergunakan untuk bekerja. Jam kerja normal adalah 35 – 44 jam per minggu.
Punya pekerjaan tetapi sementara tidak bekerja adalah kegiatan seseorang
yang mempunyai pekerjaan tetapi selama seminggu yang lalu tidak bekerja
karena sakit, cuti, mogok dan lain-lain. Termasuk juga orang yang sudah
diterima bekerja tetapi selama seminggu yang lalu belum mulai bekerja.
2.5. Perumahan
Luas lantai rumah yang dikuasai rumah tangga, adalah luas lantai
bangunan yang ditempati dan digunakan untuk keperluan sehari-hari. Atap
rumah, adalah penutup bagian atas suatu bangunan, sehingga yang mendiami
dibawahnya terlindung dari terik matahari, hujan dan sebagainya, untuk
bangunan bertingkat atap yang dimaksud adalah bagian teratas dari bangunan
Indikator Kesejateraan Rakyat Kabupaten Paser Tahun 2011 19
tersebut. Dinding rumah, adalah batas penyekat dengan rumah tangga dan
atau bangunan pihak lain atau sisi luar batas dari bangunan.
Sumber penerangan rumah tangga, adalah penerangan utama yang
digunakan dalam ruangan tempat tinggal sehingga dapat melakukan kegiatan.
Fasilitas air minum yang dimiliki, adalah fasilitas air minum yang dimiliki ( secara
sendiri, bersama, umum, membeli dan lainnya ) dan digunakan oleh rumah
tangga. Sumber penggunaan air bersih adalah sumber air terbanyak yang
digunakan rumah tangga yang berasal dari ledeng, pompa air, sumur dan mata
air terlindung.
2.6. Pengeluaran Rumahtangga
Pengeluaran rumah tangga sebulan adalah semua biaya yang
dikeluarkan oleh rumah tangga selama sebulan untuk memenuhi kebutuhan
konsumsi rumah tangga. Konsumsi rumah tangga dibedakan atas konsumsi
makanan dan bukan makanan yang mencakup semua barang dan jasa yang di
konsumsi tanpa memperhatikan asalnya tetapi terbatas hanya pada barang dan
jasa untuk kebutuhan rumah tangga. Dengan perkataan lain, pengeluaran untuk
kebutuhan usaha atau diberikan kepada pihak lain tidak dimasukkan kedalam
konsumsi rumah tangga.
Indikator Kesejateraan Rakyat Kabupaten Paser Tahun 2011 20
BAB III
KEPENDUDUKAN
Kependudukan merupakan faktor yang sangat strategis dalam kerangka
pembangunan nasional. Hal ini dikarenakan kependudukan atau dalam hal ini
adalah penduduk, merupakan pusat dari seluruh kebijakan dan program
pembangunan yang akan dilakukan.
Masalah kependudukan memiliki posisi yang sangat penting bagi
pembangunan daerah, sehingga data kependudukan sangat diperlukan sebagai
penentu kebijakan maupun perencanaan program. Lebih luas lagi data
kependudukan dapat digunakan sebagai bahan evaluasi kegiatan yang lalu dan
yang sedang berjalan, bahkan dapat memperkirakan bentuk dan volume
kegiatan yang akan dilakukan di masa yang akan datang.
Pembangunan manusia dititikberatkan pada peningkatan kualitas
Sumber Daya Manusia (SDM) yang sejalan dengan pertumbuhan ekonomi.
Penitikberatan pada kualitas SDM diperlukan karena penduduk yang besar
hanya akan dapat merupakan aset pembangunan jika “kualitasnya” (dilihat dari
derajat kesehatan dan atau tingkat pendidikan) cukup baik. Jumlah penduduk
yang besar disadari hanya merupakan beban pembangunan jika berkualitas
rendah apabila dilihat dari komposisinya secara sosial dan budaya yang sangat
beragam.
3.1 Jumlah Penduduk dan Rasio Jenis Kelamin
Jumlah penduduk Kabupaten Paser berdasarkan hasil Susenas tahun
2010 berjumlah 233.030 jiwa. Berdasarkan jenis kelamin maka jumlah
penduduk laki-laki masih lebih banyak dibandingkan dengan jumlah penduduk
perempuan. Hal ini terlihat dari Rasio Jenis Kelamin (RJK) yang merupakan
perbandingan antara penduduk laki-laki terhadap penduduk perempuan, dan
bila nilai RJK penduduk di suatu wilayah di atas 100 maka menunjukkan bahwa
proporsi penduduk laki-laki lebih besar dibandingkan penduduk perempuan.
Indikator Kesejateraan Rakyat Kabupaten Paser Tahun 2011 21
Besarnya RJK penduduk Kabupaten Paser tahun 2010 sedikit berbeda
jika dibandingkan RJK tahun 2009. Rasio perbandingan jumlah penduduk laki-
laki terhadap penduduk perempuan adalah 111 pada tahun 2009 yang berarti
terdapat 111 penduduk laki-laki diantara 100 penduduk perempuan, sementara
pada tahun 2010 hanya 110 yang berarti hanya terdapat 110 penduduk laki-laki
diantara 100 penduduk perempuan. Hal ini dapat diartikan bahwa telah terjadi
peningkatan jumlah penduduk perempuan selama tahun 2009 sampai dengan
2010.
Tabel 3.1. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin danKelompok Umur , Tahun 2010
Kelompok Umur
Laki-lakiPerempua
nJumlah
Rasio jenis Kelamin
(1) (2) (3) (4) (5)
0-4 13 409 12 058 25 467 111,20
5-9 14 345 12 098 26 443 118,57
10-14 9 481 10 470 19 951 90,55
15-19 11 654 10 087 21 741 115,53
20-24 10 846 9 555 20 401 113,51
25-29 11 165 12 558 23 723 88,91
30-34 12 494 10 353 22 847 120,68
35-39 9 651 8 488 18 139 113,70
40-44 7 864 6 694 14 558 117,48
45-49 7 144 5 233 12 377 136,52
50-54 4 623 5 046 9 669 91,62
55-59 3 968 2 914 6 882 136,17
60-64 2 337 1 645 3 982 142,07
65+ 3 230 3 620 6 850 89,23
Jumlah 2010 122 211 110 819 233 030 110,28
2009 105 881 95 412 201 293 110,97Sumber : Susenas 2009-2010
Indikator Kesejateraan Rakyat Kabupaten Paser Tahun 2011 22
3.2. Komposisi Penduduk
Dari 233.030 jiwa penduduk Kabupaten Paser ternyata komposisi
menurut jenis kelamin adalah sebanyak 122.211 jiwa atau 52,44 persen adalah
laki-laki, dan 110.819 jiwa atau 47,56 persen adalah perempuan (grafik 3.1).
Berdasarkan tabel 3.2 penduduk Kabupaten Paser masih tergolong ke
dalam pergeseran dari penduduk muda ke penduduk tua. Hal ini dapat
ditunjukkan dari proporsi penduduk di bawah 15 tahun adalah 30,84 persen,
sementara pada usia 65 tahun atau labih adalah 2,94 persen. Penduduk
dikatakan “muda” apabila proporsi penduduk di bawah 15 tahun sebesar kira-
kira 40 persen, sebaliknya dikatakan “tua” apabila proporsi penduduk pada usia
65 tahun atau lebih telah mencapai 10 persen atau lebih.
52.44%47.56%
Grafik 3.1. Persentase Penduduk Kabupaten Paser Menurut Jenis Kelamin, Tahun 2010
Laki-lakiPerempuan
Indikator Kesejateraan Rakyat Kabupaten Paser Tahun 2011 23
Tabel 3.2. Persentase Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan
Kelompok Umur, Tahun 2010
Kelompok Umur
Jenis KelaminLaki-laki Perempuan Jumlah
(1) (2) (3) (4)
0-4 10,97 10,88 10,935-9 11,74 10,92 11,35
10-14 7,76 9,45 8,5615-19 9,54 9,1 9,3320-24 8,87 8,62 8,7625-29 9,14 11,33 10,1830-34 10,22 9,34 9,835-39 7,9 7,66 7,7840-44 6,43 6,04 6,2545-49 5,85 4,72 5,3150-54 3,78 4,55 4,1555-59 3,25 2,63 2,9560-64 1,91 1,49 1,7165+ 2,64 3,27 2,94
Jumlah 100,00 100,00 100,00
Sumber : Susenas, 2010
Cara lain yang biasa digunakan untuk menggambarkan komposisi
menurut umur dan jenis kelamin adalah dengan piramida penduduk. Bentuk
piramida penduduk dari suatu wilayah pada tahun tertentu dapat mencerminkan
dinamika kependudukan di wilayah tersebut, seperti kelahiran, kematian, dan
migrasi. Suatu wilayah dengan tingkat kelahiran dan kematian yang tinggi
biasanya ditandai dengan bentuk piramida yang alasnya besar kemudian
berangsur mengecil hingga ke puncak piramida. Sedangkan pada wilayah
dengan tingkat kelahiran dan kematian yang rendah mempunyai bentuk
piramida dengan alas yang tidak begitu besar dan tidak langsung mengecil
hingga puncaknya.
Piramida penduduk Kabupaten Paser pada tahun 2010 menunjukkan
alas piramida tidak begitu besar dan tidak langsung mengecil hingga
Indikator Kesejateraan Rakyat Kabupaten Paser Tahun 2011 24
puncaknya. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kelahiran dan kematian yang
rendah.
Grafik 3. 2. Piramida Penduduk Kabupaten Paser, Tahun 2010
0-4
5-9
10-14
15-19
20-24
25-29
30-34
35-39
40-44
45-49
50-54
55-59
60-64
65+
-15 -10 -5 0 5 10 15
Laki-laki Perempuan
Persen
Kelompok
Umur
3.3. Angka Beban Tanggungan (Dependency Ratio)
Berdasarkan komposisi penduduk menurut kelompok umur seperti yang
disajikan pada tabel 3.3, dapat diturunkan indikator yang dapat digunakan
sebagai salah satu indikator ekonomi yaitu Angka Beban Tanggungan yang
merupakan perbandingan atau rasio antara penduduk usia belum produktif ( 0 -
14 tahun ) dan usia 65 tahun keatas dengan penduduk usia produktif (15 – 64
tahun). Besarnya Angka Beban Tanggungan ini menunjukkan beban
tanggungan ekonomi penduduk usia produktif. Semakin mengecil angka beban
ketergantungan akan semakin baik kondisi perekonomian masyarakat yang
bersangkutan. Pada tahun 2008 Angka Beban Tanggungan (Dependency
Indikator Kesejateraan Rakyat Kabupaten Paser Tahun 2011 25
Ratio) Kabupaten Paser sebesar 55,41 persen, angkanya menurun menjadi
53,14 di tahun 2009. Kemudian pada tahun 2010 Angka Beban Tanggungan
turun menjadi 51,01 persen, dengan kata lain setiap 100 penduduk usia
produktif (usia 15 – 64 tahun) harus menanggung sebanyak 51 orang penduduk
yang tidak produktif ( usia di bawah 15 tahun dan di atas 65 tahun ).
Tabel 3.3. Persentase Penduduk Kabupaten Paser Menurut Kelompok Usia Produktif dan Angka Beban Tanggungan,
Tahun 2008 - 2010
TahunStruktur Umur
JumlahAngka Beban Tanggungan
0-14 15-64 65+(1) (2) (3) (4) (5) (6)
2008 32,39 64,34 2,99 100,00 55,41
2009 31,93 65,30 2,77 100,00 53,14
2010 30,84 66,22 2,94 100,00 51,01
Sumber : Susenas 2008-2010
Indikator Kesejateraan Rakyat Kabupaten Paser Tahun 2011 26
BAB IV
KESEHATAN DAN GIZI
Kesehatan dan gizi merupakan bagian dari indikator kesejahteraan
penduduk dalam hal kualitas fisik, dalam hal ini dapat dilihat melalui angka
kesakitan dan status gizi. Sementara untuk melihat gambaran tentang
kemajuan upaya peningkatan dan status kesehatan masyarakat dapat melalui
pemberian imunisasi, penolong persalinan bayi, ketersediaan sarana kesehatan
dan jenis pengobatan yang dilakukan.
Berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas fisik penduduk telah
dilakukan yang ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan penduduk dan
mutu pelayanan kesehatan serta meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana
dan prasarana kesehatan bagi seluruh penduduk baik yang tinggal di daerah
perkotaan maupun perdesaan.
4.1. Sarana Kesehatan
Penyediaan sarana kesehatan yang memadai merupakan salah satu
kebutuhan pokok dalam upaya meningkatkan taraf kesehatan masyarakat, dan
program ini terus ditingkatkan kualitas pelayanan serta keberadaannya. Sarana
kesehatan yang ada di Kabupaten Paser ternyata cukup memadai untuk jumlah
penduduk yang harus dilayani. Hal ini dapat dilihat dari jumlah puskesmas,
rumah sakit, dan jumlah tenaga medis yang ada di Kabupaten Paser. Dari
data Dinas Kesehatan Kabupaten Paser dapat dilihat bahwa pada tahun 2010
terdapat satu unit rumah sakit , 17 unit puskesmas, 94 unit pusban, 17 unit
puskesmas keliling, dan didukung 642 orang tenaga kesehatan.
Bila dikaitkan dengan jumlah penduduk, maka sebuah puskesmas/
puskesmas pembantu di wilayah Kabupaten Paser melayani kurang lebih 2.000
penduduk. Idealnya, satu puskesmas hanya melayani kurang lebih 7.000
penduduk. Jadi, di Kabupaten Paser jumlah puskesmas sudah memadai
dengan jumlah penduduk. Ke depan, untuk lebih mendekatkan aks es
masyarakat ke sarana layanan kesehatan, akan lebih baik jika keberadaan
Indikator Kesejateraan Rakyat Kabupaten Paser Tahun 2011 27
puskesmas/ puskesmas pembantu mampu menjangkau masyarakat di desa
secara langsung sehingga mengurangi biaya transportasi untuk berobat.
Tabel 4.1 Jumlah Fasilitas dan Tenaga Kesehatan
Kabupaten Paser,Tahun 2006 - 2010
Sarana / Tenaga Kesehatan 2006 2007 2008 2009 2010
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Rumah Sakit 1 1 1 1 1
Puskesmas 17 17 17 17 17
Pusban 90 89 95 97 94
Puskesmas Keliling 17 16 20 27 17
Tenaga Kesehatan 497 520 518 564 642
Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Paser, 2011
4.2. Angka Harapan Hidup (AHH)
Angka Harapan Hidup merupakan salah satu ukuran demografi yang
memperlihatkan kondisi kesehatan masyarakat. Usia anak sebelum mencapai
satu tahun sangat rentan dengan berbagai penyakit, sehingga resiko kematian
menjadi semakin tinggi dari aspek ini, pengamatan harapan hidup dengan
menggunakan alat ukur Angka Harapan Hidup menjadi cukup penting.
Angka Harapan Hidup (AHH) atau Life Expecstancy (LE) menunjukkan
rata-rata umur penduduk mulai lahir sampai dengan akhir hidupnya. Besarnya
nilai AHH berkaitan erat dengan angka kematian bayi, dimana semakin tinggi
kematian bayi nilai AHH akan menurun. Faktor yang mempengaruhi perubahan
AHH dapat ditinjau dari beberapa hal seperti kondisi lingkungan dan status
sosial ekonomi penduduk, ketersediaan fasilitas dan tenaga kesehatan, status
Indikator Kesejateraan Rakyat Kabupaten Paser Tahun 2011 28
gizi dan lain-lain. Oleh karena itu AHH cukup representatif digunakan sebagai
indikator dalam menilai tingkat kesejahteraan penduduk khususnya di bidang
kesehatan.
Semakin tinggi pencapaian angka harapan hidup di suatu daerah secara
tidak langsung dapat menggambarkan semakin membaiknya tingkat
kesejahteraan masyarakat secara umum. Menurut data Susenas 2009, capaian
angka harapan hidup penduduk Kabupaten Paser sebesar 72,74 tahun, dan
meningkat menjadi 73.09 tahun pada tahun 2010.
Tabel 4.2. Perkembangan Angka Harapan HidupPenduduk Kabupaten Paser
Tahun 2007 – 2010
Indikator Derajat Kesehatan 2007 2008 2009 2010
(1) (2) (3) (4) (5)
Angka Harapan Hidup 72.06 72.39 72.74 73.09
Sumber : Susenas,2007- 2010
Peningkatan angka harapan hidup Kabupaten Paser ini seiring dengan
besarnya perhatian pemerintah daerah terhadap layanan kesehatan
masyarakat, yaitu dengan telah diterbitkannya SK Bupati tentang pembebasan
retribusi pelayanan kesehatan dasar di Puskesmas se-Kabupaten Paser dan
terus digalakkannya program desa.
Fenomena tersebut diatas menunjukkan bahwa biaya peningkatan
derajat kesehatan di masyarakat masih menjadi beban pemerintah sepenuhnya.
Pada saat alokasi anggaran kesehatan meningkat, biasanya akan diikuti pula
oleh peningkatan AHH yang signifikan. Sedangkan jika alokasi belanja publik di
bidang kesehatan pada APBD menurun, dengan sendirinya akan menekan
secara langsung pemenuhan kebutuhan kesehatan di masyarakat, dan
berimbas pada penurunan laju peningkatan AHH pada periode berikutnya.
Indikator Kesejateraan Rakyat Kabupaten Paser Tahun 2011 29
4.3. Keluhan Kesehatan dan Angka Kesakitan
Penduduk yang sehat cenderung memiliki kualitas fisik yang baik.
Dengan fisik yang baik segala aktivitas dalam kehidupan sehari-hari akan
berjalan dengan lancar baik bekerja, sekolah, mengurus rumah tangga maupun
melakukan aktivitas lainnya. Salah sati indikator yang dapat menggambarkan
status kesehatan penduduk adalah angka keluhan kesehatan dan angka
kesakitan. Angka keluhan kesehatan diukur dengan menggunakan pendekatan
penduduk yang mempunyai keluhan kesehatan selama sebulan yang lalu,
sedangkan angka kesakitan merupakan persentase penduduk yang mengalami
gangguan kesehatan hingga mengganggu aktivitasnya sehari-hari.
Berdasarkan data Susenas dapat dilihat bahwa selama kurun waktu
tahun 2009 - 2010, terjadi penurunan angka keluhan kesehatan dari 36,89
persen (tahun 2009) lalu turun menjadi 23,10 persen (tahun 2010). Turun
angka keluhan kesehatan ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor terutama
cuaca, kebersihan lingkungan atau pola hidup masyarakat (grafik 4.1).
Grafik 4.1. Perkembangan Angka Keluhan Kesehatan dan AngkaKesakitan Penduduk di Kabupaten Paser, Tahun 2009-2010
2009 20100
5
10
15
20
25
30
35
40
36.89
23.122.92
9.78
Angka Keluhan Kesehatan Angka Kesakitan
Indikator Kesejateraan Rakyat Kabupaten Paser Tahun 2011 30
Selain keluhan kesehatan juga ditampilkan perkembangan angka
kesakitan. Angka kesakitan merupakan persentase penduduk yang mempunyai
keluhan kesehatan dan menyebabkan terganggunya aktivitas sehari-hari.
Angka kesakitan di kabupaten Paser pada tahun 2009 sebesar 22,92 persen,
mengalami penurunan menjadi 9,78 persen pada tahun 2010.
Dari jenis keluhan kesehatan yang paling banyak dialami penduduk
Kabupaten Paser pada tahun 2010 adalah sakit pilek (12,35 persen), batuk
(11,49 persen), panas (6,60 persen), dan sakit kepala berulang (5,42 persen).
Adapun keluhan kesehatan selain yang sudah disebutkan tadi, persentasenya
tidak begitu besar untuk masing-masing keluhan kesehatan.
Tabel 4.3. Persentase Penduduk Yang Mengalami Keluhan Kesehatan Menurut Jenis Keluhan Di Kabupaten Paser, Tahun 2008-2010
Jenis Keluhan Kesehatan 2008 2009 2010
(1) (2) (3) (4)
Panas 6,47 12,87 6,60
Batuk 8,56 17,56 11,49
Pilek 10,57 17,01 12,35
Asma/Sesak Napas/Cepat
1,35 1,73 0,92
Diare/Buang Air 0,96 3,05 1,56
Sakit Kepala Berulang 3,79 11,90 5,42
Sakit Gigi 1,21 4,15 1,85
Lainnya 5,18 6,63 3,27
Sumber : Susenas 2008-2010
Indikator Kesejateraan Rakyat Kabupaten Paser Tahun 2011 31
Pada tabel 4.4 disajikan persentase penduduk yang menderita sakit
yaitu penduduk yang mempunyai keluhan kesehatan sampai mengakibatkan
terganggunya pekerjaan, sekolah, atau kegiatan sehari-hari selama sebulan
yang lalu menurut jumlah hari sakit. Persentase penduduk Kabupaten Paser
yang paling dominan adalah yang mengalami sakit antara 0-3 hari yaitu sekitar
55,75 persen, kemudian disusul jumlah hari sakit antara 4 – 7 hari sekitar 36,07
persen. Sedangkan untuk jumlah hari sakit antara 8-14 hari sebesar 5,02
persen, 15-21 hari sebesar 0,34 persen, dan 22-30 hari sebesar 2,82 persen.
Tabel 4.4. Persentase Penduduk Yang Menderita Sakit SelamaBulan Referensi Menurut Jumlah Hari Sakit, Tahun 2008-2010
Jumlah Hari Sakit 2008 2009 2010
(1) (3) (4) (5)
0 - 3
4 - 7
8 - 14
15 - 21
22 - 30
49,25
40,13
3,69
4,06
2,87
66,81
27,80
3,12
1,15
1,11
55,75
36,07
5,02
0,34
2,82
Sumber : Susenas 2008-2010
Dalam upaya untuk terapi penyembuhan bagi penduduk Kabupaten
Paser tahun 2010 yang mengalami gangguan kesehatan dan berusaha
mengobati sendiri yaitu sebanyak 64,64 persen. Bila dilihat menurut jenis
kelaminnya maka laki-laki yang mengalami keluhan kesehatan dan berusaha
untuk mengobati sendiri mempunyai persentase lebih besar yaitu 65,40 persen
dibanding perempuan sebesar 63,88 persen. Apabila dibandingkan dengan
tahun 2008 dan 2009 maka persentase penduduk yang mengalami keluhan
kesehatan dan usaha mengobati sendiri mengalami penurunan, dimana
Indikator Kesejateraan Rakyat Kabupaten Paser Tahun 2011 32
sebelumnya mencapai 70,87 persen (tahun 2008) dan 69,02 persen (tahun
2009).
Grafik 4.2. Persentase Penduduk Yang mengalami Keluhan Kesehatan dan Usaha Mengobati Sendiri Menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Paser,
Tahun 2008-2010
2008 2009 201058
60
62
64
66
68
70
7270.11
67.68
65.4
71.65
70.29
63.88
70.87
69.02
64.64 Laki-lakiPerempuanL+P
Penduduk yang mengalami keluhan kesehatan biasanya berusaha
dengan berbagai cara untuk mengurangi bahkan menghilangkan keluhan
tersebut. Pada tahun 2010 persentase penduduk Kabupaten Paser yang
mengalami keluhan kesehatan dan berusaha mengobati sendiri dengan obat/
cara pengobatan tradisional sebanyak 21,58 persen. Selain obat/ cara
tradisional juga dengan obat/ cara pengobatan modern sekitar 91,48 persen.
Obat/ cara pengobatan lainnya juga merupakan pilihan sekitar 5,48 persen
penduduk yang mengalami keluhan kesehatan dan mengupayakan pengobatan
sendiri.
Indikator Kesejateraan Rakyat Kabupaten Paser Tahun 2011 33
Grafik 4.3. Persentase Penduduk Yang Mengalami Keluhan Kesehatan dan Usaha Mengobati Sendiri Menurut Jenis Obat/ Cara Pengobatan Yang
Digunakan di Kabupaten Paser, Tahun 2009-2010
2009 20100
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
26.921.58
83.36
91.48
5.91 5.48
TradisionalModernLainnya
4.4. Penolong Kelahiran
Untuk menghindari kematian bayi maupun kematian ibu pada saat
persalinan, maka penolong kelahiran harus ditangani oleh tenaga yang
berpengalaman di bidang kesehatan, semakin banyak bayi yang lahir ditolong
oleh dokter atau bidan maka diharapkan semakin baik tingkat keselamatan bayi
dan ibunya. Dari hasil Susenas 2008-2010 tercatat masih sedikit kelahiran
balita yang ditolong oleh dokter, sementara yang banyak menolong proses
kelahiran adalah bidan atau dukun, baik proses pertolongan pertama kali
maupun penolong terakhir kelahiran bayi.
Hasil Susenas 2010 terdapat sekitar 58,58 persen proses kelahiran
pertama ditolong oleh bidan, dan pada proses kelahiran terakhir yang juga
ditolong oleh bidan meningkat menjadi sekitar 61,28 persen. Sementara proses
penolong kelahiran yang dilakukan oleh dukun untuk proses kelahiran pertama
sebesar 26,41 persen dan pada proses kelahiran terakhir menurun menjadi
Indikator Kesejateraan Rakyat Kabupaten Paser Tahun 2011 34
sekitar 23,65 persen. Kondisi ini dapat terjadi karena dalam proses persalinan
yang dilakukan pertama kali oleh dukun mungkin mengalami sesuatu dan lain
hal sehingga perlu penanganan lebih lanjut, dan biasanya diserahkan kepada
tenaga kesehatan seperti dokter, bidan, atau tenaga paramedis.
Tabel 4.5. Persentase Balita Menurut Penolong Persalinan Pertama dan Terakhir Waktu Lahir Di Kabupaten Paser, Tahun 2008 - 2010
Penolong Kelahiran
2008 2009 2010Pertama
Terakhir
Pertama
Terakhir
Pertama
Terakhir
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Dokter 11,23 14,19 13,54 17,03 12,67 13,03
Bidan 54,42 59,54 51,35 58,20 58,58 61,28
Tenaga Paramedis Lain
0,32 0,32 0,00 0,37 1,04 2,03
Dukun 31,64 24,76 26,91 20,30 26,41 23,65
Famili 2,08 1,20 8,21 4,10 1,30 0,00
Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
Sumber : Susenas 2008 – 2010
4.5. Status Gizi Balita
Status gizi balita merupakan salah satu indikator mengenai jumlah balita
yang mengalami kekurangan gizi. Pada tahun 2010 di Kabupaten Paser
terdapat 25.706 balita usia 1 sampai 4 tahun. Dari balita yang ada tersebut,
1.096 balita mengalami Kekurangan Energi Protein Total dan 140 balita
mengalami Kekurangan Energi Protein Nyata. Bila dibandingkan dengan tahun-
tahun sebelumya, angka ini mengalami penurunan drastis.
Indikator Kesejateraan Rakyat Kabupaten Paser Tahun 2011 35
Tabel 4.6. Status Gizi Balita Kabupaten Paser,Tahun 2006 – 2010
TahunJumlah Balita
(1-4tahun)
Jumlah Balita
Ditimbang
Jumlah Balita Dengan
KEP Total
%KEP
Nyata%
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
2010 25.706 17.015 1.096 6,44 140 0,82
2009*) - - - - - -
2008 25.387 5.178 894 17,27 177 3,42
2007*) - - - - - -
2006 22.771 7.488 1.049 14,01 182 2,43
Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Paser, 2011 *) Data tidak tersedia.
4.6. Pemberian Air Susu Ibu (ASI)
Manfaat pemberian Air Susu Ibu (ASI) tidak saja dilandasi atas dasar
motivasi kesehatan tetapi juga kasih sayang. Dalam hal kesehatan manfaat ASI
sangat besar bagi tumbuh dan berkembang bagi anak serta kelangsungan
hidup anak. Kekebalan tubuh seorang anak terhadap penyakit diperoleh dengan
cara pemberian vaksinasi. Pemberian vaksinasi secara alami hanya diperoleh
anak melalui pemberian ASI. Di dalam ASI terkandung zat imunisasi yang
menyebabkan seorang bayi kebal terhadap penyakit. Selain itu, lama menyusui
seorang ibu kepada anaknya sangat mempengaruhi keadaan gizi bagi sang
anak. Anak yang mengkonsumsi ASI dengan cukup cenderung lebih sehat,
lebih kebal dari serangan penyakit sehingga jarang sakit.
Indikator Kesejateraan Rakyat Kabupaten Paser Tahun 2011 36
Tabel 4.7. Persentase Bayi Yang Pernah Disusui Menurut Lamanya Menyusui Di Kabupaten Paser, Tahun 2008 - 2010
Lama Menyusui (Bulan) 2008 2009 2010
(1) (2) (3) (4)
0-5 10,48 17.13 5.55
6-11 11,52 14.70 13.71
12-17 20,89 15.33 23.03
18-23 18,18 16.51 18.38
24+ 38,92 36.33 39.34
Jumlah 100,00 100.00 100.00
Sumber : Susenas 2008-2010
Pada tabel di atas diperlihatkan bahwa kesadaran akan pentingnya
pemberian ASI selain baik untuk bayi itu sendiri juga sangat baik bagi
kesehatan ibu, terutama untuk pemberian ASI lebih dari 24 bulan yaitu dari
36,33 persen pada tahun 2009 menjadi 39,34 persen pada tahun 2010. Selain
itu data tahun 2010 mencatat bahwa untuk balita yang diberi ASI selama 18-23
bulan ada sekitar 18,38 persen, 12-17 bulan 23,03 persen, 6-11 bulan 13,71
persen, sementara itu masih ada bayi yang diberi ASI kurang dari 5 bulan
sebanyak 5,55 persen.
4.6. Imunisasi Balita
Imunisasi sangat penting dilakukan pada balita karena pada umur
tersebut mereka masih sangat rentan terhadap penyakit. Imunisasi atau
vaksinasi adalah memasukkan kuman atau racun penyakit tertentu yang sudah
dilemahkan (vaksin) ke dalam tubuh dengan cara disuntik atau diminum
(diteteskan dalam mulut), dengan maksud untuk meningkatkan kekebalan tubuh
terhadap penyakit tersebut. Dengan imunisasi yang lengkap dan makanan yang
Indikator Kesejateraan Rakyat Kabupaten Paser Tahun 2011 37
bergizi diharapkan akan terbentuk generasi penerus bangsa yang lebih
berkualitas.
Grafik 4.4. Persentase Balita Yang Pernah Mendapat Imunisasi Menurut Jenis Imunisasi di Kabupaten Paser, Tahun 2010
BCG DPT Polio Campak/ morbili
Hepatitis B84
86
88
90
92
94
96
98
10099.55
98.66 99.1
90.45
95.06
Dari hasil Susenas 2010 mencatat bahwa bahwa rata-rata balita yang
ada di Kabupaten Paser sebagian besar pernah mendapatkan pelayanan
imunisasi. Persentase balita yang pernah mendapat imunisasi BCG sebesar
99,55 persen, imunisasi DPT sebesar 98,66 persen, imunisasi polio sebesar
99,10 persen, imunisasi Campak/morbili sebesar 90,45 persen, dan imunisasi
hepatitis B sebesar 95,06 persen (grafik 4.4).
Indikator Kesejateraan Rakyat Kabupaten Paser Tahun 2011 38
BAB V
PENDIDIKAN
5.1 Partisipasi Sekolah
Pendidikan merupakan suatu proses berkesinambungan yang bertujuan
untuk meningkatkan kecerdasan dan keterampilan manusia. Dan upaya untuk
meningkatkan kualitas sumber daya manusia ditempuh melalui pelaksanaan
berbagai program pendidikan dan keterampilan.
Mereka yang mempunyai pendapatan yang tinggi mempunyai
kemungkinan/peluang lebih besar untuk memperoleh pendidikan yang tinggi.
Sebaliknya, mereka yang mempunyai pendapatan yang rendah, kecil
kemungkinannya untuk mencapai tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Dengan
demikian dari sudut sosial ekonomi, tingkat pendidikan seseorang merefleksikan
tingkat kesejahteraannya.
Pendidikan merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan
kecerdasan dan keterampilan manusia sehingga kualitas sumber daya manusia
sangat tergantung dari kualitas pendidikan. Semakin tinggi tingkat pendidikan
suatu masyarakat, semakin baik kualitas sumber dayanya.
Pada dasarnya pendidikan yang diupayakan bukan hanya tanggung
jawab pemerintah saja tetapi juga masyarakat dan keluarga. Banyaknya
penduduk yang mendapatkan pendidikan di sekolah merupakan indikator
tersedianya tenaga terdidik atau sumber daya manusia terdidik yang tersedia
saat ini. Besaran ini ditunjukkan oleh angka partisipasi sekolah penduduk yang
berusia 10 tahun keatas yang berasal dari hasil Susenas, diantaranya
menyajikan persentase partisipasi bersekolah yang dikelompokkan ke dalam
tiga kelompok besar, yaitu: penduduk yang tidak/belum pernah sekolah, masih
sekolah, dan tidak bersekolah lagi.
Pada tahun 2010 penduduk di Kabupaten Paser yang tidak/belum pernah
sekolah sekitar 6,69 persen dengan rincian 4,80 persen untuk laki-laki dan 8,74
persen untuk perempuan. Dari angka ini kita dapat melihat bahwa untuk
perempuan persentasenya lebih besar daripada laki-laki, hal ini menunjukkan
Indikator Kesejateraan Rakyat Kabupaten Paser Tahun 2011 39
bahwa kesempatan anak perempuan untuk mengenyam pendidikan lebih kecil
daripada anak laki-laki. Hal ini tentu terjadi karena sudah merupakan “
kebiasaan ” untuk mengutamakan pendidikan anak laki-laki dari pada anak
perempuan.
Selanjutnya persentase penduduk yang masih sekolah di Kabupaten
Paser untuk usia 10 tahun keatas sebesar 18,39 persen, yaitu 17,46 persen
untuk laki-laki dan 19,40 persen untuk perempuan. Kemudian persentase
penduduk yang tidak bersekolah lagi sebesar 74,93 persen, dengan rincian
77,74 persen untuk laki-laki dan 71,86 persen untuk perempuan.
Tabel 5.1. Persentase Penduduk Berusia 10 Tahun Keatas Menurut Partisipasi Sekolah Di Kabupaten Paser, Tahun 2008-2010
Partisipasi Sekolah2008 2009
2010
Laki-laki Perempuan Total
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Tidak/Belum Pernah Sekolah
4,73 5,37 4.80 8.74 6.69
Masih Sekolah 19,56 21,29 17.46 19.40 18.39
Tidak Bersekolah lagi 75,71 73,34 77.74 71.86 74.93
Jumlah 100,00 100,00 100.00 100.00 100.00
Sumber : Susenas 2008-2010
5.2. Tingkat Pendidikan Yang Ditamatkan
Indikator lain yang juga dapat digunakan untuk menggambarkan
kemajuan di bidang pendidikan adalah persentase penduduk yang menamatkan
sekolah pada jenjang tertentu. Dari Tabel 5.2 menunjukkan bahwa selama tiga
tahun terakhir penduduk 10 tahun keatas di Kabupaten Paser sebagian besar
masih berpendidikan tamat SD.
Indikator Kesejateraan Rakyat Kabupaten Paser Tahun 2011 40
Pada tahun 2010 penduduk Kabupaten Paser yang berumur 10 tahun
keatas bila dilihat dari pendidikan tertinggi yang ditamatkan, maka yang tamat
SD/MI/Sederajat 36,20 persen, tamat SLTP Umum/Kejuruan/Sederajat sebesar
22,50 persen, tamat SLTA Umum/Kejuruan/Sederajat 17,50 persen dan tamat
Diploma /Sarjana sebesar 6,50 persen. Dan masih ada penduduk 10 tahun
keatas yang tidak/belum sekolah/belum punya ijazah adalah sebesar 17,30
persen.
Tabel 5.2. Persentase Penduduk 10 Tahun Keatas Menurut Jenjang Pendidikan Yang Ditamatkan Di Kabupaten Paser, Tahun 2008-2010
Jenjang Pendidikan Yang Ditamatkan
2008 2009 2010
(1) (2) (3) (4)
Tidak/ belum pernah sekolah/ tidak /belum tamat SD
26,93 23,68 17.30
Tamat SD/Sederajat 32,14 33,99 36.20
Tamat SLTP Umum/Kejuruan/Sederajat
21,17 19,42 22.50
Tamat SLTA Umum/Kejuruan/Sederajat
17,34 18,02 17.50
Diploma/Sarjana 2,41 4,89 6.50
Jumlah 100.00 100.00 100.00
Sumber : Susenas 2008-2010
Indikator Kesejateraan Rakyat Kabupaten Paser Tahun 2011 41
5.3 Angka Melek Huruf (AMH)
Salah satu kebutuhan dasar penduduk untuk berkomunikasi adalah
kemampuan membaca dan menulis. Dimana hal ini merupakan keterampilan
minimum yang dibutuhkan penduduk dalam proses bermasyarakat, sehingga
penduduk dapat berperan lebih aktif dalam pembangunan ekonomi yang
berkesinambungan. Angka Melek Huruf diperoleh dengan membagi banyaknya
penduduk usia 10 tahun keatas yang bisa membaca dan menulis dengan
seluruh penduduk usia 10 tahun keatas. Indikator ini menggambarkan mutu
sumber daya manusia yang diukur dalam aspek pendidikan. Semakin tinggi
nilai indikator ini semakin tinggi mutu sumber daya manusia suatu masyarakat.
Pada tahun 2010 di Kabupaten Paser penduduk usia 10 tahun keatas
yang melek huruf sudah lebih baik dibandingkan tahun 2008. Hal ini terlihat dari
hasil Susenas 2010 persentase penduduk yang melek huruf sekitar 96,14
persen, dibandingkan tahun 2008 hanya mencapai sekitar 94,46 persen.
Sementara tahun 2009 persentasenya hampir tidak jauh beda dengan tahun
2010 yaitu sekitar 96,38 persen. Dengan demikian dapat dikatakan persentase
penduduk usia 10 tahun keatas yang buta huruf dari tahun 2008-2010 adalah
sebesar 5,54 persen, 3,62 persen, dan 3,86 persen (Grafik 5.1).
Indikator Kesejateraan Rakyat Kabupaten Paser Tahun 2011 42
Grafik 5.1. Persentase Penduduk 10 Tahun keatas Menurut Angka Melek
Huruf dan Buta Huruf di Kabupaten Paser, Tahun 2008-2010
Dari tabel 5.3 menunjukkan bahwa pada tahun 2010 persentase
penduduk Kabupaten Paser usia 10 tahun keatas yang dapat membaca dan
menulis berdasarkan jenis huruf, maka yang dapat membaca dan menulis
menggunakan huruf latin sebesar 61,97 persen, huruf latin dan arab 26,00
persen, huruf latin, arab dan lainnya 4,72 persen, dan sisanya masih di bawah 4
persen.
Indikator Kesejateraan Rakyat Kabupaten Paser Tahun 2011 43
2008
2009
2010
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
94.46
96.38
96.14
5.54
3.62
3.86
Buta Huruf Melek Huruf
Tabel 5.3. Persentase Penduduk Usia 10 Tahun Keatas Menurut Kemampuan Membaca/Menulis Di Kabupaten Paser
Tahun 2010
Kemampuan Membaca/Menulis
2009 2010
(1) (2) (3)
Huruf Latin 60,45 61,97
Huruf Arab 0,50 2,18
Huruf Lainnya 0,12 0,06
Huruf Latin dan Arab 25,04 26,00
Huruf Latin, Arab dan Lainnya 6,31 4,72
Huruf Latin dan Lainnya 3,87 1,21
Huruf Arab dan Lainnya 0,08 0,00
Tidak bisa 3,62 3,86
Jumlah 100,00 100,00
Sumber : Susenas 2009, 2010
5.4. Angka Partisipasi Sekolah (APS)
Upaya untuk memperluas jangkauan pelayanan pendidikan bertujuan
untuk meningkatkan pemerataan pada pemanfaatan fasilitas pendidikan,
sehingga makin banyak penduduk dapat bersekolah. Partisipasi penduduk usia
sekolah dapat menggambarkan tingkat ketersediaan kualitas sumber daya
manusia dan aktivitas pendidikan di suatu wilayah. Partisipasi penduduk yang
Indikator Kesejateraan Rakyat Kabupaten Paser Tahun 2011 44
dimaksudkan di sini adalah merupakan perbandingan antara penduduk yang
masih sekolah terhadap penduduk usia sekolah pada kelompok jenjang
pendidikan tertentu, misalnya (7 – 12) untuk usia SD, (13 – 15) untuk usia
SLTP, dan (16 – 18) untuk usia SLTA.
Tabel 5.4. Angka Partisipasi Sekolah menurut Usia Sekolah Di Kabupaten Paser, Tahun 2008 - 2010
Usia SekolahTahun
2008 2009 2010(1) (2) (3) (4)
7-12 98,03 98.50 96.38
13-15 85,00 85.80 85.30
16-18 47,64 59.79 64.52
Sumber : Susenas 2008-2010
Angka Partisipasi Sekolah (APS) yang merupakan gambaran tingkat
partisipasi dan keikutsertaan masyarakat untuk mengikuti pendidikan, semakin
tinggi tingkat pendidikan, semakin rendah tingkat partisipasinya, walaupun
dalam setiap tingkatan semakin menunjukkan peningkatan APS. APS untuk
SD/MI paling besar dibanding pada tingkatan pendidikan di atasnya. Demikian
juga untuk tingkat SLTP, APS-nya masih cukup besar. Angka-angka tersebut
menunjukkan tingkat partisipasi pendidikan di tingkat dasar sangat tinggi, dan
menurun ketika masuk tingkatan yang lebih tinggi.
Angka Partisipasi Sekolah penduduk Kabupaten Paser pada kelompok
usia sekolah 7-12 tahun dan 13-15 tahun mengalami penurunan masing-masing
dari 98,50 dan 85,80 persen di tahun 2009 menjadi 96,38 dan 85,30 persen
tahun 2010. Sementara itu untuk kelompok usia sekolah 16-18 tahun
mengalami kenaikan dari 59,79 persen di tahun 2009 menjadi 64,52 persen di
tahun 2010.
Indikator Kesejateraan Rakyat Kabupaten Paser Tahun 2011 45
Beberapa faktor yang mungkin menjadi penyebab penurunan tingkat
partisipasi sekolah antara lain mungkin masih kurangnya kesadaran orang tua
untuk menyekolahkan anak, kurangnya fasilitas pendidikan yang ada di wilayah
Kabupaten Paser khususnya pada wilayah kecamatan dan desa-desa yang
jaraknya cukup jauh dari wilayah kecamatan dan kabupaten sedangkan akses
jalan masih cukup sulit untuk dapat dilalui/ dijangkau.
5.5. Angka Partisipasi Murni (APM)
Angka Partisipasi Murni (APM) menunjukkan partisipasi sekolah
penduduk pada satu kelompok umur tertentu yang bersekolah pada tingkat
yang sesuai dengan kelompok umurnya. APM SD pada tahun 2010 sebesar
93,92 persen, APM SLTP sebesar 70,47 persen, dan APM SLTA sebesar
58,03 persen.
Tabel 5.5. Angka Partisipasi Murni SD, SLTP, SLTA Menurut Jenis Kelamin Di Kabupaten Paser,
Tahun 2009-2010
APM 2009 2010
(1) (2) (3)
SD 92.57 93.92
SLTP 70.61 70.47
SLTA 49.07 58.03
Sumber : Susenas 2009-2010
Indikator Kesejateraan Rakyat Kabupaten Paser Tahun 2011 46
BAB VI
KETENAGAKERJAAN
6.1. Angkatan Kerja dan Bukan Angkatan Kerja
Data ketenagakerjaan dewasa ini semakin diperlukan, terutama untuk
evaluasi dan perencanaan pembangunan di bidang ketenagakerjaan seperti
peningkatan keterampilan tenaga kerja, perluasan kesempatan kerja dan
berusaha serta produktifitas tenaga kerja. Sangat masuk akal jika analisis
mengenai kualitas sumber daya manusia biasanya menempatkan faktor
ketenagakerjaan sebagai salah satu dimensi yang vital.
Apabila kita bicara masalah penduduk usia kerja dewasa ini menurut
UU No. 20 tahun 1999, berarti kita berbicara tentang penduduk usia 15 tahun
keatas yang terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Yang
termasuk angkatan kerja adalah penduduk dalam usia kerja (15 tahun keatas)
yang bekerja, mempunyai pekerjaan tetapi sementara tidak bekerja, dan orang
tidak bekerja yang mencari pekerjaan. Sedangkan bukan angkatan kerja,
adalah penduduk dalam usia kerja (15 tahun keatas) yang tidak bekerja, tidak
mencari pekerjaan, tetapi kegiatan golongan ini masih bersekolah, mengurus
rumah tangga dan lainnya (seperti tidak mampu bekerja, pensiun).
Hasil Sakernas 2010 Kabupaten Paser seperti terlihat pada tabel 6.1
menunjukkan bahwa penduduk usia kerja usia 15 tahun keatas tercatat
160.384 orang, yang terdiri dari angkatan kerja sekitar 99.383 orang (61,97
persen) dan bukan angkatan kerja sekitar 61.001 orang (38,03 persen).
Bila dilihat dari jenis kelamin penduduk usia kerja, maka 85,86 persen
laki-laki adalah merupakan angkatan kerja yang terdiri dari 81,75 persen
bekerja dan 4,12 persen sedang mencari pekerjaan, sisanya adalah bukan
angkatan kerja (sekolah, mengurus rumah tangga, dan lainnya). Sedangkan
penduduk usia kerja perempuan yang merupakan angkatan kerja hanya sekitar
34,46 persen yang terdiri dari 30,11 persen bekerja dan 4,35 persen sedang
mencari pekerjaan, sisanya adalah bukan angkatan kerja sebesar 65,54
Indikator Kesejateraan Rakyat Kabupaten Paser Tahun 2011 47
persen (sekolah, mengurus rumah tangga, dan lainnya).
Tabel 6.1. Penduduk Usia Kerja (15 Tahun Keatas) MenurutKegiatan Utama dan Jenis Kelamin, Tahun 2010
Kegiatan UtamaLaki-Laki
%Perempuan
% Total %
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1.Angkatan Kerja 73.685 85,86 25.698 34,46 99.383 61,97
Bekerja 70.150 81.75 22.457 30.11 92.607 57.74
Mencari Pekerjaan
3.535 4.12 3.241 4.35 6.776 4.22
2. Bukan Angkatan Kerja
12.130 14,14 48.871 65,54 61.001 38,03
Sekolah 7.632 8.89 7.985 10.71 15.617 9.74
Mengurus Rumah Tangga
1.286 1.50 38.732 51.94 40.018 24.95
Lainnya 3.212 3.74 2.154 2.89 5.366 3.35
Jumlah 85.815 100.00 74.569 100.00 160.384 100.00
Sumber : Sakernas 2010
6.2. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)
Tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) mengindikasikan besarnya
penduduk usia kerja yang aktif secara ekonomi di suatu negara atau wilayah.
TPAK diukur sebagai persentase jumlah angkatan kerja terhadap jumlah
penduduk usia kerja. Indikator ini menunjukkan besaran relatif dari pasokan
tenaga kerja (Labour Supply) yang tersedia untuk memproduksi barang –
Indikator Kesejateraan Rakyat Kabupaten Paser Tahun 2011 48
barang dan jasa dalam suatu perekonomian. TPAK Kabupaten Paser dari tahun
ke tahun berfluktuatif dengan nilai diatas 60,00 persen.
Hasil Sakernas 2010 Kabupaten Paser menunjukkan bahwa penduduk
usia kerja usia 15 tahun keatas tercatat 160.384 orang, yang terdiri dari
angkatan kerja sekitar 99.383 orang (61,97 persen) dan bukan angkatan kerja
sekitar 61.001 orang (38,03 persen). Sehingga dapat dikatakan bahwa Tingkat
Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) tahun 2010 adalah sebesar 61,97 persen,
angka ini menurun bila dibandingkan tahun 2009 sebesar 64,06 persen, dan
tahun 2008 sebesar 67,00 persen.
6.3. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)
Seseorang dikatakan bekerja apabila berupaya bekerja atau berusaha
membantu mencari nafkah sekurang-kurangnya satu jam dalam sehari secara
terus menerus selama seminggu yang lalu.Sementara dikatakan sebagai
pencari kerja apabila melakukan kegiatan mencari pekerjaan. Istilah lain dari
pencari kerja adalah pengangguran, yang bisa terdiri atas pencari kerja baru
atau pernah bekerja sebelumnya.
Konsep pengangguran yang digunakan adalah mereka yang sedang
mencari pekerjaan, yang mempersiapkan usaha, yang tidak mencari pekerjaan
karena merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan, dan yang sudah punya
pekerjaan tetapi belum mulai bekerja dan pada waktu bersamaan mereka tidak
bekerja (jobless). Penganggur dengan konsep / definisi tersebut biasanya
disebut pengangguran terbuka (open unemployment ).
Indikasi tentang penduduk usia kerja yang termasuk dalam kelompok
pengangguran diukur dengan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT), dimana
TPT merupakan persentase jumlah yang mencari pekerjaan terhadap jumlah
angkatan kerja. Indikator Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) secara tidak
langsung dapat menggambarkan kondisi ekonomi suatu wilayah. Tinggi
rendahnya angka ini memiliki kepekaan terhadap tingkat kesejahteraan
masyarakat maupun keamanan dan stabilitas regional.
Indikator Kesejateraan Rakyat Kabupaten Paser Tahun 2011 49
Sedangkan Tingkat Kesempatan Kerja (TKK) adalah rasio antara
penduduk yang bekerja terhadap angkatan kerja. Antara TPT dan TKK akan
selalu berkaitan satu sama lain. Jika TPT semakin besar maka kesempatan
kerja akan berkurang, dan sebaliknya jika TKK besar berarti TPT akan
berkurang atau semakin kecil.
TPT Kabupaten Paser dari tahun ke tahun terus menunjukkan
penurunan, hasil Sakernas tahun 2010 TPT sekitar 6,82 persen. Jadi dari 100
penduduk yang termasuk angkatan kerja sekitar 7 orang diantaranya adalah
pencari kerja (pengangguran). Angka TPT tahun 2010 menurun bila
dibandingkan tahun 2009 sebesar 7,64 persen, dan tahun 2008 sebesar 7,76
persen, atau dari 100 penduduk yang termasuk angkatan kerja sekitar 8 orang
diantaranya adalah pencari kerja (pengangguran).
Seiring dengan perubahan tingkat pengangguran terbuka, tingkat
kesempatan kerja yang tersedia di daerah ini juga mengalami perubahan. TKK
di Kabupaten Paser pada tahun 2010 mencapai 93,18 persen, sementara pada
tahun 2009 hanya 92,36 persen.
Tabel 6.2. Perkembangan Angkatan Kerja, TPAK, TPT, dan TKKKabupaten Paser, Tahun 2007 – 2010
Uraian 2007 2008 2009 2010
(1) (2) (3) (4) (5)
Angkatan Kerja
(jiwa)
81.791 90.751 88.447 99.383
TPAK (%)65,57 67,00 64,06 61.97
TPT (%)10,89 7,76 7,64 6,82
TKK (%) 89,11 92,24 92,36 93,18
Sumber : Sakernas 2007-2010
Indikator Kesejateraan Rakyat Kabupaten Paser Tahun 2011 50
6.4. Lapangan Usaha
Proporsi penduduk yang bekerja menurut lapangan pekerjaan utama
biasanya dipakai sebagai salah satu ukuran untuk melihat potensi sektor
perekonomian dalam menyerap tenaga kerja, disamping itu juga digunakan
untuk mengetahui struktur perekonomian suatu daerah.
Tabel 6.3. Penduduk Usia 15 Tahun Keatas Yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha Di Kabupaten Paser, Tahun 2010
Lapangan Usaha Jumlah Persentase
(1) (2) (3)
Pertanian 42.013 45,37
Pertambangan dan Penggalian 10.658 11,51
Industri 1.827 1,97
Listrik, Gas dan Air Minum 316 0,34
Konstruksi 6.180 6,67
Perdagangan 11.720 12,66
Angkutan dan Komunikasi 5.155 5,57
Keuangan 1.635 1,77
Jasa-jasa 13.103 14,15
Jumlah 92.607 100,00
Sumber : Sakernas, 2010
Indikator Kesejateraan Rakyat Kabupaten Paser Tahun 2011 51
Jika dicermati dari penyerapan tenaga kerja pada sektor-sektor yang
ada, maka tampak pada tabel 6.3 bahwa mayoritas penduduk di Kabupaten
Paser pada tahun 2010 yang bekerja di sektor pertanian sebesar 45,37 persen,
disusul kemudian di sektor jasa-jasa sebesar 14,15 persen, di sektor
perdagangan sebesar 12,66 persen, di sektor pertambangan dan penggalian
sebesar 11,51 persen dan sisanya tersebar di berbagai sektor seperti di sektor
industri, listrik, gas dan air minum, konstruksi, angkutan dan komunikasi serta
keuangan, dimana persentasenya masih di bawah 7 persen.
Penyerapan tenaga kerja menurut sektor kadang kala menggambarkan
kinerja sektor secara ekonomis yang diukur dari penciptaan nilai tambah bruto
(PDRB) oleh tenaga kerja yang terserap pada masing-masing sektor. Sektor
yang mampu menyerap tenaga kerja lebih banyak tentu saja akan dapat
menciptakan nilai tambah yang lebih besar. Tetapi sisi lain juga terjadi
fenomena bahwa sektor yang lebih bersifat tradisional dan konvensional akan
lebih ramah terhadap penyerapan tenaga kerja dibandingkan sektor yang
dikelola secara lebih modern.
6.5. Status Pekerjaan
Salah satu indikator yang dapat digunakan untuk memberikan
gambaran tentang kedudukan pekerja adalah status pekerjaan bagi penduduk
yang bekerja. Status pekerjaan bagi buruh/ karyawan merupakan bagian
terbesar dari status pekerjaan penduduk di Kabupaten Paser tahun 2010 yaitu
sekitar 36.649 orang atau 39,57 persen. Selain sebagai buruh/ karyawan,
bagian yang besar lainnya adalah berstatus berusaha sendiri yang mencapai
22,92 persen. Kemudian berusaha dibantu buruh tidak tetap sekitar 15,75
persen, pekerja tidak dibayar 11,60 persen, sedangkan yang berusaha dibantu
buruh tetap, perkerja bebas di pertanian, pekerja bebas non pertanian masing-
masing sekitar 3,09 persen, 3,64 persen, dan 3,37 persen.
Bila dilihat menurut jenis kelamin, maka status pekerja antara
penduduk laki-laki dan perempuan mempunyai pola yang sama dimana
Indikator Kesejateraan Rakyat Kabupaten Paser Tahun 2011 52
proporsi terbesar untuk laki-laki dan perempuan adalah sebagai buruh/
karyawan yaitu sekitar 40,55 persen dan 36,52 persen.
Tabel 6.4. Penduduk Usia 15 Tahun Keatas yang BekerjaMenurut Status Pekerjaan dan Jenis Kelamin, Tahun 2010
Status/Kedudukan Pekerjaan
Laki-laki PersenPerem-puan
Persen. Total Persen
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Berusaha Sendiri 16.091 22,94 5.132 22,85 21.223 22,92
Berusaha dibantu buruh tidak tetap
12.658 18,04 1.982 8,83 14.590 15,75
Berusaha dibantu buruh tetap
2.535 3,61 326 1,45 2.863 3,09
Buruh/Karyawan/ Perkerja dibayar
28.447 40,55 8.202 36,52 36.649 39,57
Pekerja Bebas di Pertanian
2.974 4,24 393 1,75 3.367 3,64
Pekerja Bebas di Non Pertanian
2.803 4,00 320 1,42 3.123 3,37
Pekerja Tidak dibayar
4.660 6,64 6102 27,17 10.742 11,60
Jumlah 70.150 100,00 22.457 100,00 92.607 100,00
Sumber : Sakernas, 2010
6.6. Jam Kerja
Salah satu indikator produktivitas tenaga kerja disamping dilihat dari
nilai tambah yang dihasilkan juga dapat dilihat dari lamanya penduduk untuk
bekerja. Produktivitas dianggap membaik jika tenaga kerja bekerja semakin
lama akan menghasilkan output yang lebih besar dengan asumsi faktor-faktor
lain bersifat sama.
Indikator Kesejateraan Rakyat Kabupaten Paser Tahun 2011 53
Batasan jam kerja yang biasanya dipakai sebagai jumlah jam kerja
normal selama satu minggu adalah 35 jam. Apabila jumlah jam kerja kurang
dari 35 jam dalam seminggu dianggap pekerja mempunyai produktivitas rendah
atau disebut juga setengah pengangguran. Berdasarkan hasil Sakernas 2010
(periode Agustus 2010) dari 92.607 pekerja yang ada di Kabupaten Paser
terdapat sekitar 34.742 pekerja atau 37,51 persen bekerja dengan jam kerja
dibawah 35 jam, dan sebanyak 57.865 pekerja atau sekitar 62,49 persen
bekerja dengan jam kerja 35 jam lebih. Ini berarti lebih dari sepertiga jumlah
pekerja memiliki produktivitas rendah atau setengah pengangguran.
Tabel 6.5 . Penduduk Usia 15 tahun Keatas yang Bekerja Menurut Jumlah Jam Kerja seluruhnya dan Jenis Kelamin, Tahun 2010.
Jumlah Jam Kerja seluruhnya
Laki-laki PersenPerem-puan
Persen. Total Persen(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
0 (sementaratidak bekerja)
2.384 3,40 647 2,88 3.031 3,27
1 - 9 1.663 2,37 640 2,85 2.303 2,49
10 - 24 11.573 16,50 4.081 18,17 15.654 16,90
25 - 34 9.948 14,18 3.806 16,95 13.754 14,85
35 - 44 14.010 19,97 4.408 19,63 18.418 19,89
45 - 59 20.823 29,68 5.551 24,72 26.374 28,48
60 + 9.749 13,90 3.324 14,80 13.073 14,12
Jumlah 70.150 100,00 22.457 100,00 92.607 100,00
Sumber : Sakernas, 2010
Dilihat dari jenis kelamin ternyata sekitar 36,45 persen pekerja laki-laki
dan 40,85 persen pekerja perempuan mempunyai produktivitas rendah.
Besarnya jumlah pekerja perempuan yang memiliki produktivitas rendah diduga
disebabkan karena fungsi ganda wanita, yakni disamping mengurus rumah
tangga juga merangkap sebagai pekerja sambilan untuk membantu
memperoleh penghasilan keluarga atau sebagai pekerja keluarga (tabel 6.5).
Indikator Kesejateraan Rakyat Kabupaten Paser Tahun 2011 54
6.7. Tingkat Pendidikan Pekerja
Kualitas pekerja yang bekerja pada selurah lapangan usaha dapat
dilihat dari tingkat pendidikan yang ditamatkan. Semakin tinggi tingkat
pendidikan pekerja dapat diasumsikan kualitas tenaga kerja tersebut semakin
baik, karena semakin tinggi tingkat pendidikan diperkirakan kemampuan dan
ketrampilan mereka akan bertambah. Dengan meningkatnya kemampuan dan
ketrampilan, maka nilai tambah sebagai imbalan yang diperoleh akan semakin
meningkat sehinga dapat memperbaiki tingkat kesejahteraan mereka.
Tabel 6.6. Penduduk Usia 15 tahun Keatas yang Bekerja Menurut Tingkat Pendidikan yang Ditamatkan dan Jenis Kelamin, Tahun 2010
Tingkat Pendidikan Yang Ditamatkan
Laki-laki PersenPerem-puan
Persen. Total Persen(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
TIDAK/BLM SEKOLAH 2.055 2,93 1.030 4,59 3.085 3,33
TIDAK/BLM TAMAT SD 12.568 17,92 4.432 19,74 17.000 18,36
SD 19.862 28,31 7.008 31,21 26.870 29,02
SMP/TSANAWIYAH 13.826 19,71 2.767 12,32 16.593 17,92
SMA/ALIYAH 13.172 18,78 2.475 11,02 15.647 16,90
SMK 4.970 7,08 1.594 7,10 6.564 7,09
PROGRAM DIPLOMA I/II 680 0,97 1.272 5,66 1.952 2,11
PROGRAM DIPLOMA III 1.189 1,69 722 3,22 1.911 2,06
PROGRAM D.IV/S1/S2/S3
1.828 2,61 1.157 5,15 2.985 3,22
Jumlah 70.150 100,00 22.457 100,00 92.607 100,00
Sumber : Sakernas, 2010
Pada tabel 6.6 memperlihatkan penduduk usia 15 tahun keatas yang
bekerja menurut tingkat pendidikan yang ditamatkan, ternyata yang tamat SD
memiliki proporsi terbesar dibandingkan yang lain yaitu mencapai 29,02 persen,
disusul kemudian mereka yang tamat SMA/Aliyah/SMK sebesar 23,99 persen.
Masih tingginya proporsi penduduk pada kelompok tamat SD ke bawah perlu
Indikator Kesejateraan Rakyat Kabupaten Paser Tahun 2011 55
menjadi perhatian serius oleh pemerintah daerah dalam upaya pembangunan di
bidang pendidikan, guna meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang ada
di daerah ini.
Indikator Kesejateraan Rakyat Kabupaten Paser Tahun 2011 56
BAB VII
FERTILITAS DAN KELUARGA BERENCANA
Ada tiga faktor yang mempengaruhi jumlah penduduk disuatu daerah
berubah, yaitu kejadian kelahiran, kematian dan migrasi masuk/keluar. Tiga
faktor ini secara berkesinambungan yang mempengaruhi baik jumlah maupun
pertumbuhan penduduk. Sementara status perkawinan, mobilitas sosial
(perubahan status sosial dan kondisi) mempunyai pengaruh tak langsung
terhadap jumlah dan pertumbuhan penduduk suatu daerah. Status perkawinan
dan mobilitas sosial lebih berpengaruh dalam menentukan struktur atau
komposisi penduduk.
7.1. Fertilitas
Penduduk menurut status perkawinan penting untuk diketahui karena
terkait dengan tingkat fertilitas suatu daerah. Semakin besar penduduk yang
berstatus kawin memungkinkan tingkat fertilitas yang tinggi di suatu daerah
tersebut. Dari hasil Susenas 2010, jika dilihat menurut jumlah penduduk
Kabupaten Paser usia 10 tahun keatas menurut status perkawinan
menunjukkan bahwa yang status belum kawin sebesar 33,00 persen, berstatus
kawin sebesar 61,50 persen, sedangkan untuk yang berstatus cerai hidup dan
cerai mati masing-masing sebesar 1,03 persen, dan 4,47 persen (tabel 7.1).
Dalam setiap penelitian tentang kependudukan khususnya tentang
pertumbuhan penduduk, peneliti biasanya langsung memusatkan kepada obyek
penelitian yaitu penduduk wanita berumur 10 tahun ke atas. Karakteristik yang
akan dilihat antara lain, status perkawinan, usia perkawinan pertama, jumlah
anak yang dilahirkan dan penggunaan alat kontrasepsi. Dengan mengetahui
informasi tersebut tentunya akan lebih mudah untuk merencanakan program
pembangunan, khususnya di bidang kependudukan.
Indikator Kesejateraan Rakyat Kabupaten Paser Tahun 2011 57
Tabel 7.1. Jumlah Penduduk 10 Tahun ke Atas Menurut Status Perkawinan dan Jenis Kelamin Di Kabupaten Paser, Tahun 2010
Status PerkawinanJenis Kelamin
Jumlah %Laki-laki %
Perempuan
%
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Belum Kawin 35.328 37,40 24.439 28,20 59.767 33,00
Kawin 56.480 59,80 54.913 63,36 111.394 61,50
Cerai Hidup 784 0,83 1.081 1,25 1.865 1,03
Cerai Mati 1.865 1,97 6.229 7,19 8.094 4,47
Jumlah 94.457 100,00 86.663 100,00 181.120 100,00
Sumber : Susenas 2010
Bila dilihat selama kurun waktu tahun 2008-2010 (tabel 7.2) maka
persentase penduduk wanita 10 tahun keatas menurut status perkawinan
menunjukkan bahwa penduduk yang berstatus kawin mengalami peningkatan
yaitu dari 60,24 persen (tahun 2008) dan 60,73 persen (tahun 2009), menjadi
63,36 persen (tahun 2010).
Usia perkawinan pertama bagi wanita mempengaruhi resiko melahirkan
semakin muda (rendah usia perkawinan pertama) akan semakin besar resiko
yang dihadapi selama kehamilan maupun saat melahirkan, baik bagi ibu
maupun anak. Umur perkawinan pertama seseorang juga merupakan faktor
yang sangat penting dalam menambah penduduk di suatu daerah, semakin
muda seseorang kawin maka semakin panjang masa reproduksinya sehingga
akan memberikan peluang yang sangat besar terhadap jumlah anak yang akan
dilahirkan.
Indikator Kesejateraan Rakyat Kabupaten Paser Tahun 2011 58
Tabel 7.2. Persentase Penduduk Wanita 10 Tahun ke Atas Menurut Status Perkawinan Di Kabupaten Paser, Tahun 2008-2010
.Status Perkawinan 2008 2009 2010
(1) (2) (3) (2)
Belum Kawin 35,02 34,16 28,20
Kawin 60,24 60,73 63,36
Cerai Hidup 1,27 1,24 1,25
Cerai Mati 3,47 3,87 7,19
Jumlah 100,00 100,00 100,00
Sumber : Susenas 2008-2010
Beberapa hasil penelitian / kajian menemukan adanya pengaruh
perkawinan penduduk usia dini sebagai penyebab tingginya laju pertumbuhan
penduduk di Indonesia. Selain itu, usia perkawinan penduduk terutama
perempuan yang belum cukup umur merupakan salah satu penyebab
rendahnya tingkat kesehatan ibu dan anak, serta tingginya angka perceraian
terutama di pedesaan. Cukup beralasan apabila masalah perkawinan penduduk
dianggap sebagai salah satu faktor yang ikut mempengaruhi tinggi rendahnya
tingkat kesejahteraan keluarga atau penduduk pada umumnya. Sebaliknya, baik
buruknya tingkat kesejahteraan keluarga atau penduduk baik secara ekonomi
ataupun sosial merupakan faktor yang ikut mempengaruhi terjadinya peristiwa
atau kasus perceraian di kalangan penduduk.
Pada tahun 2010 penduduk wanita usia 10 tahun keatas yang berstatus
kawin di Kabupaten Paser sebagian besar melakukan perkawinan pertama
pada usia 19-24 tahun yaitu sebesar 50,01 persen, sementara itu penduduk
wanita yang kawin pada usia 16 tahun kebawah sudah mengalami penurunan
Indikator Kesejateraan Rakyat Kabupaten Paser Tahun 2011 59
yaitu hanya sekitar 13,65 bila dibandingkan tahun 2008 dan 2009. Begitu pula
yang usia 17-18 tahun mengalami penurunan dimana pada tahun 2010 yaitu
hanya sekitar 24,76 persen. Sebaliknya yang melakukan perkawinan pertama
pada usia 25 tahun keatas mengalami kenaikan yaitu sebesar 11,57 persen. Hal
ini berarti upaya dari pemerintah untuk mengatasi perkawinan muda dengan
memberikan penyuluhan tentang resiko dan akibat yang akan ditimbulkan dari
perkawinan muda usia cukup berhasil (tabel 7.3).
Tabel 7.3. Persentase Penduduk Wanita 10 Tahun ke Atas Yang Pernah Kawin Menurut Umur Perkawinan Pertama
Di Kabupaten Paser, Tahun 2008-2010Umur Perkawinan
Pertama2008 2009 2010
(1) (2) (3) (2)
<= 16 15,86 18,09 13,65
17-18 29,93 27,83 24,76
19-24 44,67 45,43 50,01
25+ 9,54 8,65 11,57
Jumlah 100,00 100,00 100,00
Sumber : Susenas 2008-2010
7.2. Keluarga Berencana
Gerakan Keluarga Berencana Nasional sebagai salah satu kegiatan
pokok dalam upaya mencapai keluarga sejahtera diarahkan untuk
mengendalikan laju pertumbuhan penduduk dengan cara pengendalian angka
kelahiran untuk mencapai keseimbangan antara pertumbuhan penduduk dan
pertumbuhan ekonomi. Selain itu juga diupayakan agar makin membudaya dan
makin mandiri melalui penyelenggaraan penyuluhan Keluarga Berencana (KB),
Indikator Kesejateraan Rakyat Kabupaten Paser Tahun 2011 60
disertai dengan peningkatan kualitas dan kemudahan pelayanan dengan tetap
memperhatikan kesehatan peserta KB dan tidak bertentangan dengan nilai-nilai
agama, moral, etika dan sosial budaya masyarakat, sehingga norma keluarga
kecil bahagia dan sejahtera dihayati dan dilaksanakan oleh semua lapisan
masyarakat dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab.
Tabel 7.4. Penduduk Perempuan umur 15-49 Tahun Menurut Kelompok Umur dan Status Perkawinan, Tahun 2010
Kelompok UmurStatus Perkawinan
Belum Kawin Kawin Cerai Hidup Cerai Mati
(1) (2) (3) (4) (5)
10-14 41.94 0.56 0.00 0.00
15-19 36.24 2.67 0.00 0.00
20-24 11.00 14.48 0.00 0.00
25-29 5.59 23.34 0.00 9.91
30-34 2.77 20.21 16.05 0.00
35-39 0.64 16.42 22.63 38.02
40-44 1.81 12.77 22.63 7.03
45-49 0.00 9.57 38.68 45.05
Jumlah 100.00 100.00 100.00 100.00
Sumber : Susenas 2010
Lahirnya program keluarga berencana antara lain bertujuan untuk
menekan tingginya angka kelahiran. Program seperti ini masih sangat
diperlukan karena jika jumlah penduduk tidak dapat dikendalikan, maka upaya
yang dilakukan pemerintah untuk mensejahterakan masyarakat bisa menjadi
tidak bermakna, karena setiap peningkatan hasil pembangunan akan terserap
oleh pertumbuhan penduduk. Usia antara 15 – 49 tahun merupakan usia subur
bagi wanita karena pada selang usia tersebut kemungkinan perempuan
Indikator Kesejateraan Rakyat Kabupaten Paser Tahun 2011 61
melahirkan anak cukup besar. Perempuan yang usianya berada pada periode
ini disebut Wanita Usia Subur ( WUS ) dan Pasangan Usia Subur ( PUS ) bagi
yang berstatus kawin. Semakin banyak jumlah PUS, maka semakin banyak pula
jumlah anak yang dilahirkan. Semakin banyak jumlah anak maka semakin besar
tanggungan kepala rumahtangga dalam memenuhi kebutuhan material dan
spiritual anggota rumahtangga. Dengan demikian pembatasan jumlah anak
perlu diperhatikan demi tercapainya keluarga yang sejahtera.
Apabila diperhatikan menurut kelompok umurnya, dapat dikatakan pada
umumnya penduduk perempuan Kabupaten Paser umur 15-49 tahun kawin
pada umur dewasa, sedangkan perempuan yang kawin di bawah usia 20 tahun
tidak banyak, atau gambaran tersebut menunjukkan upaya pendewasaan umur
perkawinan sudah cukup berhasil.
Tabel 7.5. Persentase Penduduk Perempuan Umur 15-49 Tahun Berstatus Kawin Menurut Sedang/Tidaknya Menggunakan alat KB
Di Kabupaten Paser , Tahun 2008-2010Partisipasi Penggunaan Alat/ Cara
KB2008 2009 2010
(1) (2) (3) (4)
Sedang Menggunakan 50,40 60,38 59,27
Tidak Menggunakan Lagi 27,69 19,00 23.79
Tidak Pernah Menggunakan 21,91 20,62 16.94
Jumlah 100,00 100,00 100.00
Sumber : Susenas 2008-2010
Dari tabel 7.5 diperoleh informasi bahwa sekitar 16,94 persen perempuan
kawin yang berusia 15 – 49 tahun tidak pernah menggunakan alat KB. Sekitar
83,06 persen pernah menggunakan alat KB. Dari mereka yang pernah
menggunakan alat kontrasepsi tersebut 59,27 persen diantaranya saat ini
Indikator Kesejateraan Rakyat Kabupaten Paser Tahun 2011 62
masih/ sedang aktif menggunakannya dan sisanya 23,79 persen sekarang
sedang tidak memakai alat kontrasepsi lagi dengan berbagai alasan. Dengan
demikian berdasarkan data tersebut di atas ternyata masih ada perempuan
yang tidak pernah menggunakan alat/ cara KB untuk itu Program Keluarga
Berencana agar tetap terus disosialisasikan dan dimasyarakan oleh Pemerintah
Daerah/ dinas yang terkait, untuk membantu dan mempermudah para pasangan
usia subur agar tetap mengatur jumlah dan jarak kelahiran anak.
Tabel 7.6. Persentase Wanita umur 15-49 Tahun Berstatus Kawin Menurut Alat/Cara KB Yang Sedang Digunakan Di Kabupaten Paser,
Tahun 2008-2010
Alat/Cara KB Yang Sedang Digunakan
2008 2009 2010
(1) (2) (3) (4)
MOW/tubektomi 8,01 2.42 1.14
MOP/vasektomi 24,59 0.98 -
AKDR/IUD/spiral 23,93 3.66 1.73
Suntikan KB 20,78 46.39 63.89
Susuk KB/norplan/inplanon/alwalit 10,18 3.38 1.14
Pil KB 5,94 43.17 31.83
Kondom/karet KB 3,49 - 0.27
Intravag 1,49 - -
Alat KB Tradisional 1,21 - -
Jumlah 100,00 100.00 100.00
Sumber : Susenas 2008-2010
Dari tabel 7.6 dapat dilihat bahwa alat kontrasepsi yang paling popular
digunakan di Kabupaten Paser adalah suntikan KB dan Pil KB. Perbandingan
dalam penggunaan alat kontrasepsi pada kurun waktu 2008-2010 terlihat
Indikator Kesejateraan Rakyat Kabupaten Paser Tahun 2011 63
penurunan persentase penggunaan MOW, MOP, dan IUD. Sebaliknya terjadi
kenaikan yang cukup berarti pada penggunaan pil KB. Tingginya pilihan cara
suntik dan pil karena penggunaan cara KB ini lebih praktis, dan lebih mudah
sehingga wanita cenderung lebih senang menggunakan alat KB ini.
Indikator Kesejateraan Rakyat Kabupaten Paser Tahun 2011 64
BAB VIII
PERUMAHAN DAN LINGKUNGAN
Rumah (papan) merupakan kebutuhan yang sangat mendasar bagi
manusia atau suatu rumahtangga, disamping kebutuhan akan sandang
(pakaian) dan pangan (makan). Berbagai kondisi fasilitas perumahan seperti
fasilitas penerangan, air minum, jamban dan lain-lain merupakan aspek yang
perlu untuk diperhatikan apabila mengamati tingkat kesejahteraan rakyat.
Dalam kaitan dengan inilah, berbagai fasilitas perumahan tersebut digunakan
sebagai indikator kesejahteraan rakyat. Pada bagian ini akan dibahas mengenai
fasilitas perumahan, penerangan, air minum dan jamban.
8.1. Status Penguasaan Bangunan Tempat Tinggal
Kepemilikan rumah merupakan salah satu indikasi kemampuan ekonomi
dari penduduk. Banyak rumah petak yang dibangun di Kabupaten Paser karena
masih banyak rumah tangga yang belum memiliki rumah sendiri, biasanya
rumah tangga muda. Semakin tinggi persentase kepemilikan rumah
menunjukkan semakin membaiknya kondisi ekonomi masyarakat setempat,
karena rumah merupakan kebutuhan primer yang merupakan prioritas utama
bagi sebuah keluarga.
Dari tabel 8.1 menunjukkan bahwa pada tahun 2010 penguasaan
bangunan tempat tinggal sebagian besar rumah tangga di Kabupaten Paser
adalah berstatus milik sendiri yaitu sekitar 70,82 persen, sementara yang masih
menyewa / kontrak ada 15,14 persen rumah tangga, bila dibandingkan tahun
2009 berarti terjadi penurunan persentase rumah tangga yang memiliki rumah
tangga sendiri, dimana pada tahun 2009 hanya sekitar 75,37 persen rumah
tangga, sementara yang masih menyewa/ kontrak ada sekitar 9,89 persen
rumah tangga.
Tabel 8.1. Persentase Rumahtangga Menurut Status Penguasaan
Indikator Kesejateraan Rakyat Kabupaten Paser Tahun 2011 65
Bangunan Tempat Tinggal Di Kabupaten PaserTahun 2008-2010
Status Penguasaan Bangunan Tempat
Tinggal2008 2009 2010
(1) (2) (3) (4)
Milik Sendiri 79,22 75,37 70,82
Kontrak 1,88 3,77 3,33
Sewa 8,43 6,12 11,81
Bebas Sewa 2,01 2,78 4,11
Dinas 3,40 5,21 2,93
Milik orang tua/ sanak/saudara
4,81 5,99 4,50
Lainnya 0,25 0,65 2,50
Jumlah 100,00 100.00 100.00
Sumber : Susenas 2008-2010
8.2. Kondisi Fisik Bangunan
Indikator ini menunjukkan kualitas dan kuantitas tempat tinggal yang
dikuasai, baik milik sendiri ataupun bukan. Hal ini berkaitan erat dengan fungsi
rumah sebagai tempat bernaung/berteduh dan berkreasi. Fisik bangunan yang
kuat terbuat dari bahan yang tidak membahayakan dan menjamin keamanan
penghuni tidak saja dari ancaman tindak kriminal, tetapi juga dari kerentanan
bangunan itu sendiri dari kemungkinan terserang penyakit. Fisik bangunan yang
kuat ditentukan oleh pemilihan bahan komponen bangunan yaitu lantai, atap,
dan dinding.
8.2.1. Luas Lantai
Salah satu bagian dari perumahan, ialah luas lantai yang memadai untuk
kebutuhan pengaturan hidup sehari-hari. Luas lantai hunian sangat penting
sebagai salah satu indikator kesejahteraan. Semakin sempit luas lantai rumah
cenderung dianggap kurang sehat. Beberapa jenis penyakit mudah saling
Indikator Kesejateraan Rakyat Kabupaten Paser Tahun 2011 66
tertularkan diantara sesama anggota rumahtangga pada keluarga yang
menghuni luas lantai yang sempit. Suatu rumah dikatakan sehat bila antara lain
luas lantai per kapitanya minimal 8 m2/orang.
Tabel 8.2. Persentase Rumahtangga Menurut Luas Lantai Rumah Di Kabupaten Paser, Tahun 2008-2010
Luas Lantai 2008 2009 2010
(1) (2) (3) (4)
< 20 1,89 2,30 3,12
20 – 49 56,98 56,54 53,55
50 – 99 37,39 33,89 33,73
100 – 149 2,49 5,55 6,98
150 + 1,25 1,2 2,62
Jumlah 100,00 100,00 100,00
Sumber : Susenas 2008-2010
Tabel 8.2 memperlihatkan pada tahun 2010 sebesar 3,12 persen
rumahtangga di Kabupaten Paser tinggal di rumah dengan luas lantai kurang
dari 20 m2, sekitar 53,55 persen rumahtangga menempati rumah dengan luas
lantai antara 20 – 49 m2, rumah tangga yang menempati rumah dengan luas 50
– 99 m2 sebesar 33,73 persen dan mereka yang menghuni luas lantai rumah
diatas 99 m2 sebanyak 9,60 persen rumahtangga. Dari tabel ini dapat diketahui
bahwa sebagian besar rumah tangga di Kabupaten Paser menempati rumah
dengan luas lantai antara 20 - 49 m2.
8.8.2. Jenis Atap
Indikator Kesejateraan Rakyat Kabupaten Paser Tahun 2011 67
Pengamatan lain dari fisik bangunan rumah, ialah dari jenis atap yang
digunakan dan dapat melindungi penghuni dari panas matahari dan hujan, serta
cukup sehat untuk dijadikan pelindung rumah bagian atas. Pada tabel 8.3.
disajikan jenis atap terluas yang digunakan dalam setiap rumah yang ada di
Kabupaten Paser. Pada tahun 2008-2010 mayoritas rumah yang ada di
Kabupaten Paser menggunakan atap seng dengan persentasenya antara 60
persen-80 persen. Pada tahun 2010 penggunaan atap seng mencapai 83,28
persen, sirap 6,19 persen, genteng 3,34 persen, ijuk/rumbia 3,13 persen, asbes
2,59 persen, lainnya 0,89, dan beton 0,58 persen. Selama ini pemerintah
daerah sudah memperhatikan rumah tangga yang tinggal di bangunan tidak
layak huni dengan kegiatan bantuan untuk perbaikan rumah, terbukti
penggunaan ijuk/rumbia penggunaan menurun selama beberapa tahun terakhir.
Tabel 8.3. Persentase Rumahtangga Menurut Jenis Atap Terluas Di Kabupaten Paser, Tahun 2008-2010
Jenis Atap Terluas 2008 2009 2010
(1) (2) (3) (4)
Beton 1,63 4.21 0.58
Genteng 2,77 7.85 3.34
Sirap 6,92 5.62 6.19
Seng 73,35 67.99 83.28
Asbes 5,71 10.28 2.59
Ijuk/Rumbia 9,61 4.05 3.13
Lainnya - - 0.89
Jumlah 100,00 100.00 100.00
Sumber : Susenas 2008-2010
8.2.3. Jenis Dinding
Indikator Kesejateraan Rakyat Kabupaten Paser Tahun 2011 68
Dari aspek kesehatan, kondisi fisik bangunan rumah yang ideal ialah
yang dapat memberikan kemungkinan peningkatan derajat kesehatan
penghuninya. Salah satu bagian fisik perumahan yang harus diperhatikan
adalah jenis dinding yang baik, sehingga dapat melindungi penghuninya dari
kelembaban tinggi dan hujan ataupun angin kencang.
Tabel 8.4. Persentase Rumahtangga Menurut Jenis Dinding Terluas Di Kabupaten Paser, Tahun 2008-2010
Jenis Dinding Terluas 2008 2009 2010
(1) (2) (3) (4)
Tembok 16,36 22,84 21,49
Kayu 82,35 76,54 77,97
Bambu + Lainnya 1,29 0,62 0,54
Jumlah 100,00 100,00 100,00
Sumber : Susenas 2008-2010
Menurut jenis dinding terluas, rumah tangga di Kabupaten Paser tahun
2010 sebagian besar tinggal pada rumah dengan dinding terluas yang terbuat
dari kayu yaitu 77,97 persen, sedangkan yang bahan dinding terluasnya terbuat
dari tembok sebesar 21,49 persen, dan bahan dinding terluasnya terbuat dari
bambu/lainnya sebesar 0,54 persen (tabel 8.4).
8.3 Fasilitas Perumahan
Semakin lengkap fasilitas rumah mempunyai hubungan yang positif
terhadap tingkat kesejahteraan keluarga dilihat dari satu dimensi tempat
tinggalnya. Fasilitas-fasilitas tersebut antara lain sumber penerangan, fasilitas
air minum, fasilitas tempat pembuangan kotoran.
Indikator Kesejateraan Rakyat Kabupaten Paser Tahun 2011 69
8.3.1. Sumber penerangan
Sumber penerangan yang digunakan rumahtangga dibedakan menjadi
listrik PLN, listrik non PLN, petromak/aladin, pelita/sentir/obor dan lainnya.
Listrik merupakan sumber penerangan yang mempunyai nilai tertinggi
dibandingkan dengan sumber penerangan yang lain, karena praktis dan tidak
menimbulkan polusi.
Tabel 8.5. Persentase Rumahtangga Menurut Sumber PeneranganDi Kabupaten Paser Tahun 2008-2010
Sumber Penerangan 2008 2009 2010
(1) (2) (3) (4)
Listrik PLN 74,22 78,49 77,39
Listrik Non PLN 11,29 10,30 12,46
Petromak/Aladin 5,50 0,52 1,79
Pelita/Sentir 7,83 9,67 8,05
Lainnya 1,15 1,03 0,31
Jumlah 100,00 100,00 100,00
Sumber : Susenas 2008-2010
Tabel 8.5 menunjukkan persentase rumahtangga yang memanfaatkan
sumber penerangan yang menggunakan listrik (PLN dan non PLN) mengalami
peningkatan, yaitu dari 85,51 persen pada tahun 2008, menjadi 88,79 persen
pada tahun 2009, dan meningkat lagi menjadi 89,85 persen pada tahun 2010.
Pada tahun 2010 penggunaan sumber penerangan yang lain diantaranya
adalah yang menggunakan petromak/aladin sekitar 1,79 persen, pelita/sentir
8,05 persen, dan lainnya 0,31 persen.
8.3.2. Fasilitas Air Minum
Indikator Kesejateraan Rakyat Kabupaten Paser Tahun 2011 70
Air merupakan kebutuhan dasar yang paling penting bagi kehidupan
manusia, tanpa adanya air merupakan suatu bencana bagi kelangsungan hidup
manusia. Didasari akan urgensinya fungsi air ini, maka salah satu perhatian
pemerintah adalah penyediaan fasilitas air minum.
Tabel 8.6. Persentase Rumahtangga Menurut Penggunaan Fasilitas Air Minum Di Kabupaten Paser, Tahun 2009-2010
Fasilitas Air Minum 2009 2010
(1) (3) (4)
Sendiri 59.93 58.42
Bersama 25.25 31.54
Umum 6.39 4.56
Tidak Ada 8.43 5.47
Jumlah 100.00 100.00
Sumber : Susenas 2009-2010
Dari tabel 8.6 terlihat bahwa pada tahun 2010 penggunaan fasilitas air
minum oleh rumahtangga di Kabupaten Paser paling banyak menggunakan
fasilitas air minum yang digunakan sendiri (58,42 persen), dan yang mempunyai
fasilitas air minum bersama sebesar 31,54 persen, digunakan fasilitas air minum
umum sebesar 4,56 persen, sedangkan yang tidak ada fasilitas air minum
sebesar 5,47 persen.
Tabel 8.7. Persentase Rumahtangga Menurut Sumber Air MinumDi Kabupaten Paser Tahun 2008-2010
Indikator Kesejateraan Rakyat Kabupaten Paser Tahun 2011 71
Sumber Air Minum 2008 2009 2010
(1) (2) (3) (4)
Air Kemasan Bermerk 0,62 1.31 4.32
Air Isi Ulang 8,85 9.66 10.77
Leding meteran 25,29 28.47 27.79
Leding Eceran 5,96 0.97 1.69
Pompa 0,25 1.65 0.36
Sumur Terlindung 5,36 17.53 15.00
Sumur Tak Terlindung 30,07 19.41 25.15
Mata Air Terlindung 0,64 4.50 0.13
Mata Air Tak Terlindung 1,79 0.13 0.36
Air Sungai 17,45 10.70 6.07
Air Hujan 3,09 5.29 8.36
Lainnya 0,63 0.37 0.00
Jumlah 100,00 100.00 100.00
Sumber : Susenas 2008-2010
Apabila dilihat menurut sumber air minum yang digunakan rumahtangga
di Kabupaten Paser maka pada tahun 2010 paling banyak menggunakan air
Indikator Kesejateraan Rakyat Kabupaten Paser Tahun 2011 72
ledeng meteran (27.79 persen) sebagai sumber air minum. Kemudian disusul
sumur tak terlindung sebesar 25,15 persen, sumur terlindung 15,00 persen, air
isi ulang 10,77 persen, air hujan 8,36 persen, air sungai 6,07 persen, air
kemasan bermerk 4,32 persen, leding eceran 1,69 persen. Sedangkan sumber
air minum yang penggunaannya masih sedikit atau masih dibawah 1 persen
adalah pompa, mata air terlindung, mata air tak terlindung, dan lainnya (tabel
8.7).
Dari penjelasan tersebut di atas kita dapat mengetahui bahwa di
Kabupaten Paser masih ada rumahtangga yang menggunakan air minum yang
kurang bersih, dan pemakaiannya cukup besar yaitu dari sumur tak terlindung
sebesar 25,15 persen, selain itu juga ada yang berasal dari air hujan, air sungai,
dan mata air tak terlindung. Kondisi ini menunjukkan bahwa masih dibutuhkan
perhatian yang sangat serius dari pemerintah daerah dalam pemenuhan
kebutuhan air bersih di Kabupaten Paser.
8.3.3 Fasilitas Tempat Buang Air Besar
Salah satu pertimbangan dalam memilih rumah tinggal adalah
tersedianya fasilitas sanitasi seperti tempat buang air besar (jamban). Rumah
tangga akan cenderung memilih tempat tinggal yang memiliki tempat buang air
besar sendiri dengan alasan bahwa terjaga kebersihannya.
Pada tabel 8.8. dapat dilihat persentase penggunaan fasilitas tempat
buang air besar pada tahun 2010, bahwa sebagian besar rumah tangga di
Kabupaten Paser telah mempunyai fasilitas tempat buang air besar milik sendiri
sebesar 81,38 persen. Sedangkan persentase rumahtangga yang
menggunakan fasilitas tempat buang air besar secara bersama sebesar 7,89
persen, yang menggunakan fasilitas tempat buang air besar secara umum
sebesar 1,03 persen, dan masih ada rumah tangga yang tidak menggunakan
fasilitas tempat buang air besar yaitu sebesar 9,70 persen.
Dari data tersebut maka masyarakat di Kabupaten Paser terutama di
daerah pesisir dan pedesaan masih perlu diberikan penyuluhan tentang budaya
Indikator Kesejateraan Rakyat Kabupaten Paser Tahun 2011 73
pentingnya fasilitas tempat buang air besar, mengingat sangat berpengaruh
terhadap derajat kesehatan masyarakat.
Tabel 8.8. Persentase Rumahtangga Menurut Fasilitas Buang Air Besar Di Kabupaten Paser, Tahun 2008-2010
Fasilitas Tempat Buang Air Besar
2008 2009 2010
(1) (2) (3) (4)
Sendiri 77,03 81.92 81.38
Bersama 10,49 6.79 7.89
Umum 4,64 3.47 1.03
Tidak Ada 7,84 7.82 9.70
Jumlah 100,00 100.00 100.00
Sumber : Susenas 2008-2010
BAB IX
PENGELUARAN KONSUMSI
Indikator Kesejateraan Rakyat Kabupaten Paser Tahun 2011 74
9.1. PDRB Perkapita dan Pendapatan Perkapita
Kabupaten Paser mempunyai wilayah cukup luas, memiliki sumber daya
manusia dan potensi sumber daya alam yang cukup besar di Propinsi
Kalimantan Timur. Dengan rata-rata laju pertumbuhan ekonomi sebesar 17,31
persen (tahun 2010), diduga juga mempunyai relevansi terhadap peningkatan
kesejahteraan penduduk.
Bila dilihat dari nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) perkapita
Kabupaten Paser selama tahun 2006 – 2010 mengalami peningkatan secara
nominal rupiah. Pada tahun 2006, PDRB perkapita 24,59 juta sedang tahun
2010 naik hingga 57,34 juta. Hal yang sama juga terjadi pada pendapatan
perkapita. Pendapatan perkapita penduduk berkisar hampir 50,04 juta rupiah
tahun 2010 (angka sementara). Sementara Pendapatan perkapita Kabupaten
Paser tahun 2006 – 2009 secara berurutan adalah 21,46 juta, 25,91 juta, 35,32
juta, 39,06 juta, hal ini berarti rata–rata penduduk Kabupaten Paser
memperoleh pendapatan semakin meningkat setiap tahunnya.
PDRB perkapita merupakan gambaran nilai tambah bruto yang dihasilkan
oleh masing – masing penduduk akibat dari adanya aktivitas ekonomi. Nilainya
diperoleh dari PDRB dibagi dengan jumlah penduduk pertengahan tahun.
Pendapatan perkapita merupakan gambaran rata–rata pendapatan yang
diterima oleh masing–masing penduduk karena andilnya dalam proses
produksi. Nilai pendapatan perkapita ini diperoleh dengan cara membagi
pendapatan regional (nilai PDRB yang telah dikurangi dengan penyusutan dan
pajak tak langsung) dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. Kedua
indikator ini digunakan untuk mengukur tingkat kemakmuran penduduk suatu
daerah dalam periode tahun tertentu. Walaupun nilai PDRB perkapita dan
pendapatan perkapita dapat dijadikan ukuran kemakmuran suatu daerah, akan
tetapi data tersebut tidak dapat digunakan untuk mengukur tingkat pemerataan
Indikator Kesejateraan Rakyat Kabupaten Paser Tahun 2011 75
pendapatan karena pada dasarnya pemilik pendapatan tersebut adalah mereka
yang memiliki faktor produksi.
Besarnya nilai pendapatan perkapita ini karena adanya konstribusi yang
besar dari sektor pertambangan dan penggalian (khususnya batubara) pada
pembentukan PDRB. Sedangkan dampak ekonominya tidak dirasakan langsung
oleh masyarakat. Untuk itu perlu dilihat nilai PDRB perkapita dan Pendapatan
Perkapita tanpa konstribusi pertambangan batubara. Secara nominal, PDRB
perkapita dan pendapatan perkapita tanpa pertambangan batubara dalam 5
tahun terakhir terus mengalami kenaikan. Pada tahun 2010, PDRB perkapita
dan pendapatan perkapita tanpa pertambangan batubara telah mencapai angka
13,67 juta dan 11,93 juta.
Walaupun PDRB perkapita dan pendapatan perkapita tanpa pertambangan
batubara terus mengalami kenaikan, laju pertumbuhan tidak sebanding dengan
laju pertumbuhan PDRB perkapita dan pendapatan perkapita dengan
pertambangan batubara.
Kemudian dikaitkan dari sudut peningkatan pengeluaran konsumsi,
apakah pertumbuhan ekonomi (PDRB) yang tinggi tersebut searah dengan
peningkatan pemerataan pendapatan perkapita penduduk. Tingginya
pertumbuhan tersebut apakah mampu mengangkat kesejahteraan rakyat dalam
arti mengurangi jumlah penduduk yang berpendapatan tergolong rendah.
Tabel 9.1. PDRB Perkapita dan Pendapatan Perkapita Kabupaten Paser,
Indikator Kesejateraan Rakyat Kabupaten Paser Tahun 2011 76
Tahun 2006 – 2010 ( Jutaan Rupiah )
Tahun
PDRB PerkapitaPendapatan Regional
Perkapita
Dengan
Batubara
Tanpa
Batubara
Dengan
Batubara
Tanpa
Batubara
(1) (2) (3) (4) (5)2006 24,59 9,56 21,46 8,35
2007 29,68 11,26 25,91 9,83
2008 r) 40,47 11,23 35,32 9,80
2009 *) 44,75 12,63 39,06 11,02
20010 **) 57,34 13,67 50,04 11,93
Sumber : PDRB Kabupaten Paser , 2011
Grafik 9.1. Perkembangan Pendapatan Perkapita Kabupaten Paser, Tahun 2006-2010 (Jutaan Rupiah)
2006 2007 2008 2009 20100
10
20
30
40
50
60
21.46
25.81
35.3239.06
50.04
8.35000000000001 9.83 9.8 11.02 11.93
Dengan BatubaraTanpa Batubara
9.2. Pengeluaran Rumahtangga
Indikator Kesejateraan Rakyat Kabupaten Paser Tahun 2011 77
Ukuran kesejahteraan masyarakat di suatu daerah dapat dilihat dengan
menggunakan tingkat pendapatan masyarakat di wilayah tersebut.
Sesungguhnya tingkat pendapatan dapat berpengaruh terhadap daya beli
masyarakat. Pendapatan yang rendah, tentunya mempersempit pilihan untuk
memenuhi kebutuhan hidup. Sehingga pada kelompok masyarakat dengan
penghasilan terbatas, pemenuhan konsumsi yang bersifat primer (makanan)
menjadi pilihan alternatif yang utama. Sulit bagi mereka untuk memenuhi
kebutuhan yang bersifat sekunder seperti: rekreasi, membeli barang-barang
penunjang hobby. Dengan keterbatasan penghasilan itu pula yang dapat
mempengaruhi rendahnya tingkat kesehatan dan pendidikan masyarakat.
Tabel 9.2. Persentase Penduduk Menurut Kelompok Pengeluaran per Kapita Sebulan Di Kabupaten Paser, Tahun 2009-2010
Kelompok Pengeluaran per Kapita 2009 2010
(1) (2) (3)
<= 99.999 0,00 0,42
100.000 - 149.999 0,85 2,08
150.000 - 199.999 4,56 2.26
200.000 - 299.999 18,97 11,84
300.000 - 499.999 36,41 32,34
>= 500.000 39,20 51,06
Jumlah 100,00 100,00
Sumber : Susenas 2009-2010
Pada umumnya data yang menunjukkan pendapatan masyarakat sangat
sulit untuk diperoleh. Sehingga pengeluaran, dalam hal ini pengeluaran
rumahtangga merupakan proxy (pendekatan) dari pendapatan. Pendekatan
pengeluaran konsumsi penduduk digunakan dalam setiap survei, karena sulitnya
untuk memperoleh data tentang penghasilan/pendapatan penduduk dan ada
kecenderungan masyarakat memberikan jawaban yang kurang relevan.
Indikator Kesejateraan Rakyat Kabupaten Paser Tahun 2011 78
Sebaliknya apabila ditanyakan tentang pengeluaran konsumsinya penduduk /
masyarakat memberikan jawaban dengan jujur dan relevan.
Berdasarkan hasil Susenas 2010 (tabel 9.2) sebagian besar pengeluaran
penduduk per kapita sebulan di Kabupaten Paser berada pada golongan
pengeluaran per kapita per bulan diatas Rp. 500.000,- yaitu mencapai 51,06
persen, disusul golongan pengeluaran perkapita perbulan Rp. 300.000 -
Rp.499.999 mencapai 32,34 persen, dan sisanya 16,60 persen pengeluaran per
kapita per bulan kurang dari Rp. 300.000,-. Apabila dibandingkan dengan tahun
2009 maka terjadi peningkatan pengeluaran penduduk per kapita sebulan
terutama pada golongan pengeluaran diatas Rp. 500.000,-.
Pola pengeluaran konsumsi penduduk merupakan informasi untuk melihat
kesejahteraan penduduk. Besarnya nilai nominal (rupiah) yang dibelanjakan baik
dalam bentuk makanan maupun bukan makanan (non makanan), secara tidak
langsung dapat mencerminkan kemampuan ekonomi rumah tangga, untuk
mencukupi kebutuhan yang mencakup barang dan jasa.
Biasanya pengeluaran makanan dapat mencapai titik jenuh, sementara
pengeluaran untuk non makanan hampir tidak terbatas. Tarik-menarik antara
dua pengeluaran tersebut, dapat mencerminkan tingkat kesejahteraan
masyarakat. Semakin besar pengeluaran untuk non makanan, berarti tingkat
kesejahteraan semakin baik. Argumentasi ini menunjukkan bahwa semakin
tinggi pendapatan maka akan semakin kecil porsi pendapatan yang
dibelanjakan untuk makanan. Menurut literatur, tingkat kesejahteraan dikatakan
meningkat bila pengeluaran untuk non makanan sudah lebih dari 60 persen.
Sehingga pola pengeluaran rumahtangga dapat mencerminkan besar dan
kecilnya daya beli masyarakat.
Pada tahun 2010 di Kabupaten Paser persentase pengeluaran untuk
makanan sebesar 54,60 persen dan untuk pengeluaran non makanan sebesar
45,40 persen, bila dibandingkan dengan tahun 2009 maka terjadi peningkatan
persentase pengeluaran untuk makanan atau penurunan pada pengeluaran non
makanan (tabel 9.3).
Indikator Kesejateraan Rakyat Kabupaten Paser Tahun 2011 79
Tabel 9.3. Komposisi pengeluaran Rumahtangga Menurut Sub Kelompok Makanan dan Bukan Makanan di Kabupaten Paser,
Tahun 2009-2010
Jenis Pengeluaran 2009 2010
(1) (2) (3)
Makanan 51,69 54,60
Non Makanan 48,31 45,40
Jumlah 100,00 100,00
Sumber : Susenas 2009-2010
9.3. Sosial Ekonomi Lainnya
Pelayanan kesehatan gratis merupakan salah satu upaya pemerintah
untuk mengentaskan kemiskinan dalam bidang kesehatan, yang ditujukan nagi
masyarakat miskin dengan menerbitkan kartu yang dapat digunakan untuk
berobat gratis atau mendapatkan subsidi. Dalam pelaksanaannya, ternyata
tidak semua masyarakat miskin mempunyai kartu tersebut, maka juga berlaku
beberapa kartu diantaranya Askeskin (asuransi kesehatan keluarga miskin),
kartu sehat, surat miskin, dan lainnya.
Persentase rumahtangga yang pernah mendapatkan pelayanan
kesehatan gratis selama 6 bulan terakhir di Kabupaten Paser tahun 2010
sebesar 28,33 persen. Bila berdasarkan jenis kartu yang digunakan bagi
rumahtangga yang pernah berobat gratis, yaitu paling banyak menggunakan
Jamkesmas/Askeskin (45,83 persen), kemudian yang menggunakan surat
miskin/ SKTM (27,27 persen, kartu sehat (6,93 persen), lainnya (19,98 persen).
Indikator Kesejateraan Rakyat Kabupaten Paser Tahun 2011 80
Tabel. 9.4. Persentase Rumahtangga Yang Mendapat Pelayanan Kesehatan Gratis Selama 6 Bulan Terakhir Menurut Jenis Kartu Yang Digunakan
di Kabupaten Paser,Tahun 2008-2010
Tahun
% rumah tangga yang mendapat
pelayanan kesehatan gratis selama 6 bulan
referensi
Jenis Kartu Yang Digunakan
JumlahJamke
smas
Kartu
Sehat
Surat
Mis kin/
SKTM
lainnya
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
2008 14,93 14,64 11,05 19,69 54,62 100,00
2009 22,71 39,93 5,98 22,40 31,69 100,00
2010 28,33 45,83 6,93 27,27 19,98 100,00
Sumber : Susenas 2008-2010
Sementara itu persentase rumahtangga di Kabupaten Paser tahun 2010
yang membeli beras murah/ raskin selama 3 bulan terakhir sebesar 42,83
persen. Bila dilihat dari jumlah beras yang dibeli maka yang membeli beras
Raskin kurang dari 20 kg sebesar 79,88 persen, kemudian 19,70 persen
membeli Raskin antara 20-55 kg. Sedangkan rumahtangga yang membeli
Raskin 56 kg atau lebih hanya 0,42 persen (tabel 9.5).
Tabel 9.5. Persentase Rumahtangga Yang Membeli Beras Murah/ RaskinSelama 3 Bulan Referensi Menurut Jumlah Beras Yang Dibeli
di Kabupaten Paser, Tahun 2008-2010
Tahun
% rumah tangga yang membeli beras
murah/ Raskin selama 3 bulan
referensi
Jumlah Beras Yang Dibeli
(Kg) Jumlah
<20 20-55 56+
(1) (2) (3) (4) (5) (7)
2008 27,07 74,01 25,99 4,30 100,00
2009 31,28 64,57 35,43 0,00 100,00
2010 42,83 79,88 19,70 0,42 100,00
Sumber : Susenas 2008-2010
Indikator Kesejateraan Rakyat Kabupaten Paser Tahun 2011 81
9.4. Penduduk Miskin
Banyaknya kemiskinan secara umum merupakan indikasi ekonomi yang
lemah dari suatu wilayah. Oleh karena itu kemajuan pembangunan ekonomi
diantaranya akan tercermin dari keberhasilan program pemerintah dalam
rangka pengentasan kemiskinan. Standar yang digunakan untuk menentukan
penduduk sebagai penduduk miskin atau bukan miskin adalah garis kemiskinan.
Dari hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) dapat diketahui
indikator kemiskinan yang bersifat makro seperti jumlah dan persentase
penduduk miskin. Perkembangan jumlah dan persentase penduduk miskin pada
tahun 2007 – 2010 terlihat pada tabel 9.6.
Tabel 9.6. Jumlah Penduduk Miskin di Kabupaten Paser (Data Makro),Tahun 2007-2010
Uraian Satuan 2007 2008 2009 2010
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Jumlah Penduduk Miskin
Penduduk 28.000 19.700 18.370 18.400
Persentase Penduduk Miskin
% 16,00 10,97 10,11 9,49
Garis Kemiskinan Rp./kapita/bln 162.966 182.782 223.208 248.795
Sumber : Susenas 2007-2010
Pada tahun 2010 penduduk miskin di Kabupaten Paser mengalami
peningkatan dari segi jumlah, namun mengalami penurunan jika dilihat dari
persentasenya. Jumlah penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan
atau yang lebih dikenal dengan penduduk miskin pada tahun 2010 sebanyak
18.400 jiwa, yang berarti terjadi peningkatan dari segi jumlah bila dibandingkan
dengan tahun 2009 (18.370 jiwa). Akan tetapi dari persentase penduduk miskin
Indikator Kesejateraan Rakyat Kabupaten Paser Tahun 2011 82
di Kabupaten Paser terjadi penurunan dari 10,11 persen pada tahun 2009 turun
menjadi 9,49 persen pada tahun 2010.
Garis kemiskinan sebagai dasar penghitungan penduduk miskin pada
tahun 2010 meningkat bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya, yaitu dari
Rp. 223.208,- pada tahun 2009 menjadi Rp. 248.795,- pada tahun 2010.
Perlu diketahui, hasil Susenas hanya mampu menunjukkan jumlah dan
persentase penduduk miskin di setiap daerah berdasarkan estimasi, tetapi tidak
dapat menunjukkan siapa si miskin dan di mana alamat mereka, sehingga tidak
operasional di lapangan. Untuk target sasaran keluarga / rumah tangga secara
langsung sangat diperlukan data anggota keluarga / rumah tangga miskin dan
lokasi tempat tinggal mereka.
Sedangkan upaya penyediaan data kemiskinan mikro sudah dilakukan
BPS dengan melaksanakan Pendataan Sosial Ekonomi Penduduk 2005
(PSE05) yang pada dasarnya adalah pendataan keluarga / RTS untuk
penyaluran BLT tahun 2005/2006. Selanjutnya data PSE05 di-up date melalui
Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS) 2008 dalam rangka
penyiapan database RTS untuk memenuhi kebutuhan data perbagai program
perlindungan sosial tahun 2009. Kemudian pada tahun 2011 BPS kembali
melaksanakan PPLS, yang dimaksudkan untuk mendapatkan daftar nama dan
alamat (by name by address) rumah tangga dengan kondisi sosial ekonomi
terbawah secara nasional.
Indikator Kesejateraan Rakyat Kabupaten Paser Tahun 2011 83