budidaya krisan
DESCRIPTION
Budidaya tanaman krisan dan perbandingan terhadap berbagai varietas krisanTRANSCRIPT
I. PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Krisan merupakan tanaman bunga hias berupa perdu dengan sebutan seruni yang
mempunyai nama latin Chrysanthemum, tanaman ini mempunyai berbagai jenis warna
pada bunganya. Krisan adalah bunga asli dari kawasan asia timur seperti, Korea, Jepang,
dan China Utara tapi saat ini lebih banyak ditanam di Negara Eropa dan Amerika. Bunga
krisan di daerah Eropa terutama di Perancis merupakan bunga yang diasosiasikan dengan
duka dan kematian, namun di daerah Amerika dan Indonesia bunga krisan melambangkan
bentuk keceriaan. Tanaman krisan sangat cocok di tanam pada lahan dengan ketinggian
antara 700-1200 m di atas permukaan laut (dpl). Untuk daerah yang curah hujannya tinggi
penanaman harus dilakukan di dalam bangunan ruimah plastik, karena krisan tidak tahan
terhadap air. Tanaman krisan cepat berbunga apabila menerima cahaya yang lebih banyak,
oleh karena itu dibutuhkan pencahayaan untuk mempercepat proses pembungaan sehingga
lebih waktu penanaman lebih efisien.
Praktikum teknologi produksi tanaman (TPT) ini dilakukan karena melihat
pembudidayaan tanaman krisan yang cukup mudah dan memiliki harga ekonomis tinggi
seperti yang dijelaskan pada paragraf diatas, sehingga peluang bisnisnya cukup
menjanjikan. Selain itu, krisan juga digemari oleh pasar dalam negeri maupun luar negeri
sehingga pemasaran dari hasil tanaman krisan sangatlah baik dan menjanjikan. Selain itu
praktikum ini dilakukan untuk memberikan pengetahuan dan bekal kepada mahasiswa
agar kelak ketika sudah lulus sarjana bisa mengembangkan budidaya tanaman terutama
tanaman krisan.
1.1. Tujuan
Tujuan dari praktikum Teknologi Budidaya Tanaman ini adalah untuk mengetahui
teknologi produksi, syarat tumbuh, serta faktor-faktor yang mempengaruhi produktifitas
tanaman krisan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Klasifikasi dan Morfologi
2.1.1.Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiosperms
Ordo : Asterales
Famili : Asteraceae
Sub family : Anthemideae
Genus : Chrysanthemum
Type spesies:Chrysanthemum indicum L
Spesies : Chrysanthemum morifolium ramat
(Wijayakusuma, 2000)
2.1.2.Morfologi
Tanaman krisan merupakan tanaman semusim (anual) yang berkisar 9-12 hari
tergantun varietas dan lingkungan tempat menanamnya. Tanaman krisan dapat
dipertahankan hingga beberapa tahun bila dikehendaki, tetapi bunga yang
dihasilkan biasanya jauh menurun kualitasnya (Hasyim dan Rexa, 1995). Menurut
Rukmana (1997), tanaman krisan tumbuh menyemak setinggi 30-200 cm, sistem
perakarannya serabut yang keluar dari batang utama. Akar menyebar kesegala arah
pada radius dan kedalaman 50-70 cm atau lebih. Batang tanaman krisan tumbuh
agak tegak dengan percabangan yang agak jarang, berstruktur lunak, dan berwarna
hijau tetapi bila dibiarkan tumbuh terus, batang berubah menjadi keras (berkayu)
dan berwarna hijau kecoklatan, serta berdiameter batang sekitar 0,5 cm.
Bunga krisan tumbuh tegak pada ujung tanaman dan tersusun dalam tangkai
berukuran pendek sampai panjang, serta termasuk bunga lengkap. Bunga krisan
merupakan bunga majemuk yag terdiri atas bunga pita dan bunga tabung. Pada
bunga pita terdapat bunga betina (pistil), sedangkan bunga tabung terdiri atas bunga
jantan dan bunga betina (biseksual) dan biasanya fertil (Kofranek, 1980).
2.2.Syarat Tumbuh
2.2.1.Iklim
a. Tanaman krisan membutuhkan air yang memadai, tetapi tidak tahan
terhadap terpaan air hujan. Oleh karena itu untuk daerah yang curah
hujannya tinggi, penanaman dilakukan di dalam bangunan rumah plastik.
b. Untuk pembungaan membutuhkan cahaya yang lebih lama yaitu dengan
bantuan cahaya dari lampu TL dan lampu pijar. Penambahan penyinaran
yang paling baik adalah tengah malam antara jam 22.30–01.00 dengan
lampu 150 watt untuk areal 9 m2 dan lampu dipasang setinggi 1,5 m dari
permukaan tanah. Periode pemasangan lampu dilakukan sampai fase
vegetatif (2-8 minggu) untuk mendorong pembentukan bunga.
c. Suhu udara terbaik untuk daerah tropis seperti Indonesia adalah antara 20-
26°C. Toleran suhu udara untuk tetap tumbuh adalah 17-30°C.
d. Tanaman krisan membutuhkan kelembaban yang tinggi untuk awal
pembentukan akar bibit, setek diperlukan 90-95%. Tanaman muda sampai
dewasa antara 70-80%, diimbangi dengan sirkulasi udara yang memadai.
e. Kadar CO2 di alam sekitar 3000 ppm. Kadar CO2 yang ideal untuk
memacu fotosistesa antara 600-900 ppm. Pada pembudidayaan tanaman
krisan dalam bangunan tertutup, seperti rumah plastik, greenhouse, dapat
ditambahkan CO2, hingga mencapai kadar yang dianjurkan.
2.2.2.Media Tanam
a. Tanah yang ideal untuk tanaman krisan adalah bertekstur liat berpasir,
subur, gembur dan drainasenya baik, tidak mengandung hama dan
penyakit.
b. Derajat keasaman tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman sekitar
5,5-6,7.
2.2.3.Ketinggian Tempat
Ketinggian tempat yang ideal untuk budidaya tanaman ini antara 700–1200 m
dpl.
(Rukmana,1997)
2.3.Teknik Budidaya
2.3.1.Pembibitan
1) Persyaratan Bibit
Bibit diambil dari induk sehat, berkualitas prima, daya tumbuh tanaman
kuat, bebas dari hama dan penyakit dan komersial di pasar.
2) Penyiapan Bibit
Pembibitan krisan dilakukan dengan cara vegetatif yaitu dengan
anakan, setek pucuk dan kultur jaringan.
a) Bibit asal anakan
b) Bibit asal stek pucuk
Tentukan tanaman yang sehat dan cukup umur. Pilih tunas pucuk
yang tumbuh sehat, diameter pangkal 3-5 mm, panjang 5 cm, mempunyai
3 helai daun dewasa berwarna hijau terang, potong pucuk tersebut,
langsung semaikan atau disimpan dalam ruangan dingin bersuhu udara 4
derajat C, dengan kelembaban 30% agar tetap tahan segar selama 3-4
minggu. Cara penyimpanan stek adalah dibungkus dengan beberapa lapis
kertas tisu, kemudian dimasukan ke dalam kantong plastik rata-rata 50
stek.
c) Penyiapan bibit dengan kultur jaringan
Tentukan mata tunas atau eksplan dan ambil dengan pisau silet,
stelisasi mata tunas dengan sublimat 0,04 % (HgCL) selama 10 menit,
kemudian bilas dengan air suling steril. Lakukan penanaman dalam
medium MS berbentuk padat. Hasil penelitian lanjutan perbanyakan
tanaman krisan secara kultur jaringan:
Medium MS padat ditambah 150 ml air kelapa/liter ditambah 0,5 mg
NAA/liter ditambah 1,5 mg kinetin/liter, paling baik untuk
pertumbuhan tunas dan akar eksplan. Pertunasan terjadi pada umur
29 hari, sedangkan perakaran 26 hari.
Medium MS padat ditambah 150 ml air kelapa/liter ditambah 0,5 mg
NAA/liter ditambah 0,5 BAP/liter, kalus bertunas waktu 26 hari,
tetapi medium tidak merangsang pemunculan akar.
Medium MS padat ditambah 0,5 mg NAA/liter ditambah 0,5-0.2 mg
kinetin/liter ditambah 0,5 mg NAA/liter ditambah 0,5-2,0 BAP/liter
pada eksplan varietas Sandra untuk membentuk akar pada umur 21-
31 hari.
Penyiapan bibit pada skala komersial dilakukan dengan dua tahap yaitu:
a) Stok tanaman induk
Fungsinya untuk memproduksi bagian vegetatif sebanyak
mungkin sebagai bahan tanaman. Ditanam di areal khusus terpisah
dari areal budidaya. Jumlah stok tanaman induk disesuaikan dengan
kebutuhan bibit yang telah direncanakan. Tiap tanaman induk
menghasilkan 10 stek per bulan, dan selama 4-6 bulan dipelihara
memproduksi sekitar 40-60 stek pucuk. Pemeliharaan kondisi
lingkungan berhari panjang dengan penambahan cahaya 4 jam/hari
mulai 23.30–03.00 lampu pencahayaan dapat dipilih Growlux SL 18
Philip.
b) Perbanyakan vegetatif tanaman induk.
Pemangkasan pucuk, dilakukan pada umur 2 minggu setelah
bibit ditanam, dengan cara memangkas atau membuang pucuk
yang sedang tumbuh sepanjang 0,5-1 cm.
Penumbuhan cabang primer. Perlakuan pinching dapat
merangsang pertumbuhan tunas ketiak sebanyak 2-4 tunas.
Tunas ketiak daun dibiarkan tumbuh sepanjang 15-20 cm atau
disebut cabang primer.
Penumbuhan cabang sekunder. Pada tiap ujung primer
dilakukan pemangkasan pucuk sepanjang 0,5-1 cm, pelihara tiap
cabang sekunder hingga tumbuh sepanjang 10-15 cm.
3) Teknik Penyemaian Bibit
a) Penyemaian di bak
Siapkan tempat atau lahan pesemaian berupa bak-bak berukuran
lebar 80 cm, kedalaman 25 cm, panjang disesuaikan dengan kebutuhan
dan sebaiknya bak berkaki tinggi. Bak dilubangi untuk drainase yang
berlebihan. Medium semai berupa pasir steril hingga cukup penuh.
Semaikan setek pucuk dengan jarak 3 cm x 3 cm dan kedalaman 1-2 cm,
sebelum ditanamkan diberi Rotoon (ZPT). Setelah tanam pasang sungkup
plastik yang transparan di seluruh permukaan.
c) Penyemaian kultur jaringan
Bibit mini dalam botol dipindahkan ke pesemaian beisi medium
berpasir steril dan bersungkup plastik tembus cahaya.
4) Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian
Pemeliharaan untuk stek pucuk yaitu penyiraman dengan sprayer 2-3
kali sehari, pasang bola lampu untuk pertumbuhan vegetatif, penyemprotan
pestisida apabila tanaman di serang hama atau penyakit. Buka sungkup
pesemaian pada sore haridan malam hari, terutama pada beberapa hari
sebelum pindah ke lapangan. Pemeliharaan pada kultur jaringan dilakukan
di ruangan aseptik, setelah bibir berukuran cukup besar, diadaptasikan
secara bertahap ke lapangan terbuka.
5) Pemindahan Bibit
Bibit stek pucuk siap dipindah tanamkan ke kebun pada umur 10-14
hari setelah semai dan bibit dari kultur jaringan bibit siap pindah yang sudah
berdaun 5-7 helai dan setinggi 7,5-10 cm.
2.3.2.Pengolahan Media Tanam
1) Pembentukan Bedengan
Olah tanah dengan menggunakan cangkul sedalam 30 cm hingga
gembur, keringanginkan selama 15 hari. Gemburkan yang kedua kalinya
sambil dibersihkan dari gulma dan bentuk bedengan dengan lebar 100-120
cm, tinggi 20-30 cm, panjang disesuaikan dengan lahan, jarak antara
bedengan 30-40 cm.
2) Pengapuran
Tanah yang mempunyai pH > 5,5, perlu diberi pengapuran berupa
kapur pertanian misalnya dengan dolomit, kalsit, zeagro. Dosis tergantung
pH tanah. Kebutuhan dolomit pada pH 5 = 5,02 ton/ha, pH 5,2 = 4,08
ton/ha, pH 5,3 = 3,60 ton/ha, pH 5,4 = 3,12 ton/ha. Pengapuran dilakukan
dengan cara disebar merata pada permukaan bedengan.
2.3.3.Teknik Penanaman
Sebanyak 5-7 Bibit yang telah berakar ditanam di dalam pot yang berisi
media sabut kelapa (hancur) atau campuran tanah dan sekam padi (1:1).
Untuk memperpendek batang, pot-pot ini ditumbuhkan selama 2 minggu
dengan penyinaran 16 jam/hari. Untuk merangsang pembungaan, pot-pot
kemudian diberi pencahayaan pendek dengan cara menutupnya di dalam
kubung dari jam 16.00-22.00 WIB. Selama pertumbuhan tanaman diberi
pupuk cir multihara lengkap. Pembungaan ini dapat pula dipacu dengan
menambahkan hormon tumbuh giberelin sebanyak 500 ppm pada saat
penyinaran pendek. Untuk mendapatkan bunga yang besar dan jumlahnya
sedikit, bakal bunga dari setiap batang perlu diperjarang dengan hanya
menyisakan satu kuncup bunga. Dengan cara ini akan didapatkan krisan pot
dengan 5-7 bunga yang mekar bersamaan.
2.3.4.Pemeliharaan Tanaman
1) Penjarangan dan Penyulaman
Waktu penyulaman seawal mungkin yaitu 10-15 hari setelah tanam.
Penyulaman dilakukan dengan cara mengganti bibit yang mati atau layu
permanen dengan bibit yang baru.
2) Penyiangan
Waktu penyiangan dan penggemburan tanah umumnya 2 minggu
setelah tanam. Penyiangan dengan cangkul atau kored dengan hati-hati
membersihkan rumput-rumput liar.
3) Pengairan dan Penyiraman
Pengairan yang paling baik adalah pada pagi atau sore hari, pengairan
dilakukan kontinu 1-2 kali sehari, tergantung cuaca atau medium tumbuh.
Pengairan dilakukan dengan cara mengabutkan air atau sistem irigasi tetes
hingga tanah basah.
2.3.5.Panen
1) Ciri dan Umur Panen
Penentuan stadium panen adalah ketika bunga telah setengah mekar
atau 3-4 hari sebelum mekar penuh. Tipe spray 75-80% dari seluruh
tanaman. Umur tanaman siap panen yaitu setelah 3-4 bulan setelah tanam.
2) Cara Panen
Panen sebaiknya dilakukan pagi hari, saat suhu udara tidak terlalu
tinggi dan saat bunga krisan berturgor optimum. Pemanenan dapat
dilakukan dengan 2 cara yaitu dipotong tangkainya dan dicabut seluruh
tanaman. Tata cara panen bunga krisan: tentukan tanaman siap panen,
potong tangkai bunga dengan gunting steril sepanjang 60-80 cm dengan
menyisakan tunggul batang setinggi 20-30 cm dari permukaan tanah.
3) Prakiraan Produksi
Perkiraan hasil bunga krisan pada jarak 10 x 10 cm seluas 1 ha yaitu
800.000 tanaman.
2.3.5.Pasca Panen
1) Pengumpulan
Kumpulkan bunga hasil panen, lalu ikat tangkai bunga berisi sekitar 50-
1000 tangkai simpan pada rak-rak.
2) Penyortiran dan Penggolongan
Pisahkan tangkai bunga berdasarkan tipe bunga, warna dan varietasnya.
Lalu bersihkan dari daun-daun kering atau terserang hama. Buang daun-
daun tua pada pangkal tangkai. Kriteria utama bunga potong meliputi
penampilan yang baik, menarik, sehat dan bebas hama dan penyakit.
Kriteria ini dibedakan menjadi 3 kelas yaitu:
a) Kelas I untuk konsumen di hotel dan florist besar, yaitu panjang tangkai
bunga lebih dari 70 cm, diameter pangkal tangkai bunga lebih 5 mm.
b) Kelas II dan III untuk konsumen rumah tangga, florits menengah dan
dekorasi massal yaitu panjang tangkai bunga kurang dari 70 cm dan
diameter pangkal tangkai bunga kurang dari 5 mm.
3) Pengemasan dan Pengangkutan
a) Cara Pengemasan
Pangkal tangkai bunga krisan potongan dimasukan ke dalam tube
berisi cairan pengawet/dibungkus dengan kapas kemudian dimasukan ke
dalam kantong plastik berisi cairan pengawet lalu dikemas dalam kotak
karton/kemasan lain yang sesuai.
b) Pemberian Merek
Pada bagian luar kemasan diberi tulisan:
1. Nama barang/varietas krisan.
2. Jenis mutu.
3. Nama atau kode produsen/eksportir.
4. Jumlah isi.
5. Negara tujuan.
6. Hasil Indonesia.
Tentukan alat angkutan yang cocok dengan jarak tempuh ke tempat
pemasaran dan susunlah kemasan berisi bunga krisan secara teratur, rapi
dan tidak longgar, dalam bak atau box alat angkut.
(Rukmana, 1997)
2.4.Hubungan Perlakuan yang Digunakan dengan Komoditas
Perlakuan yang digunakan dalam komoditas krisan yaitu dengan menanam berbagai
varietas krisan. Perlakuan ini dilakukan untuk mengetahui varietas krisan mana yang
paling bagus dalam petumbuhan di lahan tersebut. Perlakuan ini dilakukan untuk
mengetahui perbandingan tingkat pertumbuhan dan perkembangan serta ketahanan
tanaman pada lingkungan seperti dilahan Kepuraharjo, mana varietas yang tahan dengan
lingkungan tersebut dan mana yang tidak.
III. BAHAN DAN METODE
3.1.Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Waktu : Praktikum dilaksanakan setiap hari Senin mulai tanggal 2 Oktober 2012
Tempat : Dusun Ngijo, Desa Kepuh harjo, Kecamatan Karang Ploso, Malang
3.2.Alat, Bahan, dan Fungsi
3.2.1.Alat:
Cetok : Untuk alat bantu penyulaman
Cangkul : Untuk menggemburkan tanah
Ember : Untuk alat bantu menyiram
Tugal : Untuk membuat lubang pada tanah
3.2.2.Bahan:
Bibit tanaman krisan : Bahan tanam
Pupuk Kompos : Untuk menambah bahan organik pada tanah
Pupuk Urea : Untuk menambah unsure N pada tanah
Pupuk SP36 : Untuk menambah unsure P pada tanah
Pupuk KCl : Untuk menambah unsure K pada tanah
Pupuk daun : Untuk pertumbuhan daun
Air : Untuk menyiram tanaman
Rafia : Untuk bedengan
Kayu : Untuk bedengan
3.3.Cara Kerja
Buat bedengan dengan ukuran 1 x 1 m2
Bagi menjadi 50 petak kecil-kecil dengan ukuran 10 x 20 cm
Lakukan penugalan pada tiap petak tersebut
Dalam tiap lubang berisi satu bibit tanaman krisan
Dalam penanaman krisan, yang pertama dilakukan adalah pembuatan bedengan.
Ukuran bedengan untuk tanaman krisan pada tiap-tiap kelas sama yakni 1 x 1 m2,
perlakuan yang digunakan juga sama, hanya saja varietasnya yang berbeda. Bedengan
dengan ukuran 1 x 1 m2 tersebut kemudian dibagi menjadi petak-petak kecil sebanyak 50
petak dengan luas petak 10 x 20 cm2. Dalam satu petak kecil berisi satu bibit tanaman
krisan, jadi dalam satu bedengan total ada 50 tanaman krisan. Perawatan tanaman
dilakukan setiap sat minggu sekali yakni pada hari senin. Perawatannya meliputi
penyiraman (irigasi), pemupukan, penyulaman, dan penyiangan gulma.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.Hasil
4.1.1.Hasil (Fuji Putih kelas F)
a. Tabel tinggi tanaman dan jumlah daun
FUJI PUTIHTanggal
Sampel Tinggi (cm)∑
Daun% Tumbuh
12 November
2012
1 21 20
92 %
2 23 223 24 254 22 235 24 226 26 227 25 208 24 249 27 2010 33 22
19 November
2012
1 29 202 26 223 30 254 30 235 30 226 29 22 92 %
7 30 208 30 249 29 2010 30 22
26 November
2012
1 30 292 27 323 31 294 29 315 30 26 92 %
6 29 207 31 268 33 309 29 2710 33 34
b. Grafik
12-Nov
13-Nov
14-Nov
15-Nov
16-Nov
17-Nov
18-Nov
19-Nov
20-Nov
21-Nov
22-Nov
23-Nov
24-Nov
25-Nov
26-Nov
0
5
10
15
20
25
30
35
Tinggi Tanaman
TC1TC2TC3TC4TC5TC6TC7TC8TC9TC10Ti
nggi
Tan
aman
(cm
)
12-Nov
13-Nov
14-Nov
15-Nov
16-Nov
17-Nov
18-Nov
19-Nov
20-Nov
21-Nov
22-Nov
23-Nov
24-Nov
25-Nov
26-Nov
0
5
10
15
20
25
30
35
40
Jumlah Daun
TC1TC2TC3TC4TC5TC6TC7TC8TC9TC10Ju
mla
h Da
un (h
elai
)
4.1.2.Hasil (Fuji Putih kelas E)
a. Tabel tinggi tanaman dan jumlah daun
NoPengamatan
Tinggi Tanaman (cm)
S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7 S8 S9 S10
1 5 November
201228 29 31 28.5 26 29 31 27 27 26
2 12 30 31 33 32 30 32 31 30 30 30
November
2012
3 19
November
2012
32 35 33 35 34 34 33 34 36 35
4 26
November
2012
34.5 39 35 36 36 3635.
536 37 37
No PengamatanJumlah Daun ( helai )
S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7 S8 S9 S10
15 November
201233 28 36 44 25 33 41 35 33 31
212 November
201240 32 39 50 31 38 48 40 39 36
319 November
201242 35 41 53 34 39 48 41 42 39
426 November
201253 40 47 55 38 45 53 47 48 45
b. Grafik
05-Nov
07-Nov
09-Nov
11-Nov
13-Nov
15-Nov
17-Nov
19-Nov
21-Nov
23-Nov
25-Nov
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
Tinggi Tanaman
S1S2S3S4S5S6S7S8S9S10Ti
nggi
Tan
aman
(cm
)
05-Nov
06-Nov
07-Nov
08-Nov
09-Nov
10-Nov
11-Nov
12-Nov
13-Nov
14-Nov
15-Nov
16-Nov
17-Nov
18-Nov
19-Nov
20-Nov
21-Nov
22-Nov
23-Nov
24-Nov
25-Nov
26-Nov
0
10
20
30
40
50
60
S1S2S3S4S5S6S7S8S9S10
4.1.3.Hasil (Puma Kuning)
a. Tabel tinggi tanaman dan jumlah daun
PUMA KUNINGTanggal
Sampel Tinggi (cm)∑
Daun
06 November
2012
1 28 452 27 633 31 654 25 705 22,5 466 21,5 227 25 638 19,5 559 17 2010 26 71
13 November
2012
1 29,5 862 31 913 32 864 37 1025 30 876 35 707 32 878 23 759 22 5310 31 97
20 November
2012
1 32 1322 33,5 1213 34 1064 40,5 1325 34,5 101
6 43 857 36 998 25,5 939 26,5 7110 36 110
27 November
2012
1 36 1602 37 1413 38,5 1324 44,5 1715 37,5 1326 45 1017 40 1208 30 729 21,5 9310 39,5 131
b. Grafik
1 2 3 4 5 6 7 8 9 100
10
20
30
40
50
Tinggi Tanaman
6 November13 November20 November 27 November
Tanaman Contoh
tingg
i (cm
)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 100
20406080
100120140160180
Jumlah Daun
6 November13 November20 November27 November
Tanaman Contoh
Jum
lah
Daun
4.2.Pembahasan
Faktor yang mempengaruhi produktivitas tanaman krisan, yaitu kebutuhan air yang
diperlukan oleh tanaman krisan harus dalam jumlah yang cukup. Jika tanaman krisan
kelebihan air atau bahkan curah hujan turun lebih deras, maka hal tersebut akan
mengganggu pertumbuhan tanaman krisan dan dapat juga menyebabkan tanaman menjadi
rusak atau roboh, serta bila tanaman dalam keadaan berbunga bisa menyebabkan bunga
tersebut menjadi rusak atau berkualitas rendah.
Faktor pencahayaan juga sangat berpengaruh dalam pertumbuhan dan perkembangan
tanaman krisan, karena pada fase vegetatif tanaman krisan membutuhkan lebih banyak
cahaya untuk mempercepat pertumbuhannya sampai pada fase generatif (masa
pembungaan). Literatur juga menyebutkan bahwa, untuk pembungaan krisan
membutuhkan cahaya yang lebih lama yaitu dengan bantuan cahaya dari lampu TL dan
lampu pijar. Penambahan penyinaran yang paling baik adalah tengah malam antara jam
23.00-01.00 dengan lampu 150 watt untuk areal 9 m2 dan dipasang 1,5 m dari permukaan
tanah.
Faktor penyakit juga mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman krisan,
karena jika tanaman krisan sudah terkena infeksi penyakit, misalnya Puccinia sp maka
tanaman krisan dapat menjadi terhambat pertumbuhannya atau bahkan menyebabkan
kematian.
Dari data hasil praktikum diketahui bahwa krisan yang tumbuh dengan cepat adalah
varietas Fiji putih, terlihat dari data tinggi tanaman baik kelas E maupun kelas F,
pertumbuhannya signifikan walaupun terlihat bahwa lebih tinggi punya kelas E.
sedangkan pada puma kuning, pertumbuhannya tidak merata, sehingga ada yang tinggi
dan ada yang pendek.
Namun, pada varietas puma kuning, daun tanaman cenderung lebih banyak
dibandingkan dengan fuji putih. Seperti pada literature dijelaskan bahwa jumlah daun
tanaman krisan terus meningkat dari saat pindah tanam sampai 7 MSPT. Setelah itu
tanaman krisan tanpa cahaya tambahan dan tanaman dengan cahaya tambahan warna biru
tidak mengalami peningkatan jumlah daun lagi. Jumlah daun tanaman krisan dengan
cahaya tambahan berwarna putih dan merah masih meningkat sampai umur 12 MSPT.
Dari berbagai varietas krisan yang diteliti, terlihat bahwa penambahan cahaya dengan
berbagai warna tidak berpengaruh terhadap perubahan jumlah daun.
Pada budidayanya, tanaman krisan perlu mendapatkan cahaya tambahan seperti yang
telah dijelaskan diatas. Tanaman krisan yang tidak mendapatkan cahaya tambahan
tentunya akan lebih cepat memasuki fase generatif, mengalami pembungaan dan memiliki
umur panen yang lebih cepat, padahal sebenarnya pertumbuhannya belum optimal. Nah
keadaan ini seperti yang terjadi pada krisan varietas puma kuning, yakni pertumbuhannya
lebih cepat melebihi pertumbuhan normalnya, dan salah satu penyebabnya adalah
kurangnya cahaya yang ditangkap oleh tanaman krisan tersebut.
4.3.Dokumentasi PraktikumTanggal 9 Oktober 2012
Tanggal 5 November 2012
Tanggal 12 November 2012
Tanggal 26 November 2012
Tanggal 1 Desember 2012
V. PENUTUP
5.1.Kesimpulan
Dari hasil seluruh pengamatan yang dilakukan pada puma kuning dan fuji putih
didapatkan data hasil yaitu bahwa varietas puma kuning lebih bagus pertumbuhan dan
perkembangannya dari pada fuji putih. Hal ini terlihat dari hasil pengamatannya yang
dilakukan puma kuning memiliki tanaman paling tinggi yaitu 44,5cm dan jumlah daun
terbanyak yaitu 171 daun. Sedangkan pada varietas fuji putih yaitu sample yang paling tinggi
yaitu 39cm dan jumlah daun terbanyak yaitu 55 daun. Sangat jauh berbeda tinggi tanaman dan
jumlah daun pada tanaman antara varietas fuji putih dan puma kuning. Hal ini dikarenakan
varietas tanaman tersebut yang berbeda sehingga menghasilkan tanaman yang berbeda pula
dengan yang lainnya. Setiap varietas memiliki karakteristiknya masing-masing seperti
tanaman fiji putih yang pendek tetapi berdaun lebar serta berwarna hijau tua yang bagus
berbeda dengan tanaman krisan yang bervarietas puma kuning dengan karakteristik
tanamannya yaitu tinggi tetapi berdaun sempit dan berwarna hijau yang tidak terlalu tua
seperti varietas fiji putih.
DAFTAR PUSTAKA
Hasyim, I., dan M. Reza. 1995. Tanaman Krisan. Penebar Swadaya. Jakarta.
Konfranek, A. M,. 1980, Cut Chrysanthemums. Mc Grow Hill. London.
Rukmana,R.1997. Krisan. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Wijayakusuma, H. M,. 2000. Morfologi Krisan. Swadaya. Jakarta.