buah naga 1.pdf

Upload: atikasuryadewi

Post on 07-Jul-2018

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/18/2019 buah naga 1.pdf

    1/7

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A.  Latar Belakang

    Kesehatan rongga mulut merupakan bagian dari kesehatan umum. Salah satu

     penyakit rongga mulut yang sering terjadi adalah karies gigi (Javali dkk., 2010). 

    Karies gigi masih menjadi masalah kesehatan yang utama pada anak. Menurut

    hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 indeks DMF-T  (Decay Missing Filling-

    Teeth) anak umur 12 tahun yaitu sebesar 1,2 yang akan meningkat sesuai dengan

     peningkatan umur. Karies gigi adalah suatu penyakit jaringan keras gigi yang

    ditandai dengan terjadinya dekalsifikasi bagian anorganik dari gigi dan diikuti

    dengan penghancuran matriks organik (Adair dkk., 2005). Karies disebabkan

    oleh multifaktorial, yaitu faktor host (struktur gigi, saliva), diet , mikroorganisme

    dan waktu (Samaranayake dkk., 2002; Adair dkk., 2005). Salah satu spesies

     bakteri yang dominan dalam mulut dan merupakan penyebab utama timbulnya

    karies gigi yaitu Streptococcus mutans (S. mutans) (McDonald dkk., 2000).

    Berbagai penelitian membuktikan adanya hubungan positif antara jumlah bakteri

    S. mutans  pada plak gigi dengan prevalensi karies (Hata dkk., 2004; Seki dkk.,

    2003).

    Streptococcus mutans  merupakan golongan bakteri Streptococcus alfa,

    apabila ditanam dalam media agar darah akan memperlihatkan bentuk cembung,

     berdiameter 0,5  –  1,5 µm, disekitar koloni terdapat zona kehijauan, dan bersifat

    fakultatif anaerob.  Dalam pewarnaan Gram S.mutans merupakan bakteri cocci

  • 8/18/2019 buah naga 1.pdf

    2/7

    2

    gram positif, yang non motil (tidak bergerak),  berbentuk kokus dengan formasi

    rantai pendek dengan bentuk sel tidak beraturan (Michalek dan McGhee, 1991).

    Streptococcus mutans diketahui sebagai mikroorganisme yang paling

    kariogenik pada biofilm gigi. Patogenitas S. mutans  dimulai dengan

    kemampuannya melekat pada permukaan gigi (Oliveira dkk., 2007). Bakteri ini

    dapat memetabolisme sukrosa dengan adanya enzim sehingga menghasilkan

    glukan yang larut air dan glukan yang tidak larut dalam air. Glukan yang tidak

    larut air disebut juga   polisakarida ekstraseluler yang bersifat lengket dan

    merupakan sumber nutrisi. Polisakarida ini akan mempermudah perlekatan

     bakteri dan kolonisasi S. mutans  (Schilling dan Bowen, 1992; Koo dkk., 2009;

    Xiao dan Koo, 2009). Akumulasi bakteri pada permukaan gigi ini akan

     berkembang menjadi biofilm yang patogen. Streptococcus mutans  yang

    merupakan salah satu koloni dalam biofilm akan terus mensintesis polisakarida

    ekstraseluler dan memetabolisme sukrosa menjadi asam organik yang akan

    menurunkan pH plak menyebabkan terjadinya demineralisasi gigi (Loesche,

    1986: Chen dan Wang, 2010).

    Streptococcus mutans yang digunakan dalam penelitian ini adalah isolat dari

     plak gigi anak, karena S. mutans  yang berasal dari strain yang berbeda

    mempunyai faktor virulensi yang berbeda ( Kohler dan Krasse, 1990). Kondisi

    rongga mulut baik dari faktor gigi dan saliva maupun dari substrat sukrosa pada

    anak dan dewasa juga berbeda. Anak biasanya sering mengkonsumsi makanan

    dan minuman yang manis seperti sukrosa, yang akan menyebabkan penurunan

     pH rongga mulut ( McDonald dkk., 2004). Perubahan kondisi rongga mulut ini

  • 8/18/2019 buah naga 1.pdf

    3/7

    3

    dapat mempengaruhi bakteri yang terdapat dalam rongga mulut dan merubah

    virulensinya ( Paik dkk., 2005 sit Sungkar, S., 2014).

    Salah satu cara untuk mencegah pertumbuhan bakteri penyebab terjadinya

    karies (S. mutans) yaitu dengan menggunakan bahan alami yang mengandung

    senyawa aktif. Beberapa produk alami dapat mengganggu kelangsungan hidup

    dan faktor virulensi S. mutans  (Yatsuda dkk., 2005; Yu dkk., 2007; Almeida

    dkk., 2008). Buah- buahan banyak menjadi bahan penelitian karena mengandung

    senyawa bioaktif seperti karotenoid, polifenol dan antocianin (Nurmahani dkk.,

    2012). Senyawa alami dari buah- buahan dan sayuran seperti polifenol, flavanoid

    dan tanin menunjukan sifat antibakteri, antijamur dan anti virus (Nurmahani

    dkk., 2012).

    Buah Naga ( Hylocereus)  menjadi bahan yang menarik untuk diteliti

    karena rasa, bentuk dan warna daging buahnya yang unik (Mizrahi dkk., 1997 sit

     Nurmahani dkk., 2012). Buah ini mempunyai rasa yang enak yang digemari oleh

    semua kalangan termasuk anak-anak serta bermanfaat bagi kesehatan (Emil,

    2011) Buah naga mengandung betacianin, fenol dan mempunyai daya antioksidan

    yang tinggi (Nurliyana, dkk. 2010). Biji buah naga merupakan sumber potensial

    sebagai antioksidan alami dan mengandung fenol, tokoferol dan sterol ( Lim dkk.,

    2010). Buah naga yang banyak di Indonesia adalah buah naga merah ( Hylocereus

     polyrhizus) dan buah naga putih ( Hylocereus undatus). Perbedaannya yaitu pada

    ukuran dan bentuk buah serta warna daging buahnya. Berdasarkan hasil penelitian

     Nurliyana dkk. ( 2010) buah naga merah mempunyai kandungan senyawa fenol

    yang lebih tinggi dibandingkan dengan buah naga putih. Buah naga merah

  • 8/18/2019 buah naga 1.pdf

    4/7

    4

    mengandung betacianin dan senyawa fenol berupa flavanoid dan asam fenol

    dalam jumlah yang tinggi (Tenore dkk., 2012). Hal ini berbeda dengan hasil

     penelitian Beltran-Orozco, dkk ( 2009) yang menyatakan bahwa kadar fenol total

     buah naga putih lebih tinggi dibandingkan dengan buah naga merah. Senyawa

    fenol yang terdapat dalam buah naga berupa flavanoid (Wu, dkk., 1006;

     Nurliyana,dkk., 2010; Tenore, dkk., 2012 ), asam fenol (Lim, dkk., 2010) dan

    tanin (Dembitsky,dkk., 2011). Buah naga juga mengandung senyawa betacianin

    (Tenore, dkk., 2012 ), asam palmitat, asam linoleic, asam oleic, tokoferol,

     phytosterol (Lim, dkk., 2010), dan terpenoid ( Nurmahani, dkk., 2012). 

    Flavanoid merupakan senyawa fenol yang mempunyai efek antibakteri

    karena kemampuannya mengganggu dinding sel bakteri dan mengganggu aktifitas

    enzim bakteri (Cowan, 1999). Senyawa tanin diduga memiliki sifat antibakteri

    karena kemampuannya menonaktifkan adhesin dan enzim bakteri serta dapat

    membentuk kompleks dengan polisakarida ( Cowan, 1999). Terpenoid merupakan

    senyawa yang disintesis dari unit asetat yang mempunyai sifat antibakteri karena

    kemampuannya mengganggu membran plasma yang menyebabkan penurunan

    kemampuan hidup sel bakteri (Bard dkk. 1988 sit. Koo, dkk., 2002).

    Senyawa yang terdapat dalam buah naga merah dan buah naga putih ini

    didapatkan melalui proses ekstraksi. Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan

    suatu subtansi atau zat dari campurannya dengan menggunakan pelarut yang

    sesuai (Watson, 2007). Pelarut yang digunakan adalah etanol 70%, yang

     bertujuan untuk menarik semua komponen kimia di dalam buah naga, karena

     pelarut etanol merupakan pelarut universal yang dapat menarik senyawa-senyawa

  • 8/18/2019 buah naga 1.pdf

    5/7

    5

    yang larut dalam pelarut non polar hingga polar dan memiliki indeks polaritas

    sebesar 5,2 (Snyder, 1997).

    Menurut Tenore dkk. (2012) buah naga merah menunjukan sifat antimikroba

    spektrum luas dengan menghambat semua bakteri patogen pada manusia dan

     bakteri pembusuk makanan yang ditelitinya pada 13 bakteri gram positif dan

    negatif. Dalam penelitiannya didapatkan hasil fraksinasi ekstrak buah naga merah

    dengan konsentrasi 125 µg/ml menunjukkan efek antibakteri terhadap semua

     bakteri gram positif yang diuji termasuk Staphylococcus Aureus. Nurmahani, dkk

    (2012) melaporkan bahwa ekstrak kulit buah naga merah dan buah naga putih

    dengan konsentrasi 5 mg/ml  memperlihatkan aktivitas antibakteri yang baik

     pada bakteri Staphyolococcus Aureus. Dalam pengujian bahan antibakteri, salah

    satu faktor yang harus diperhatikan adalah konsentrasi bahan antibakteri tersebut,

    karena konsentrasi dari bahan antibakteri mempengaruhi hambatan pertumbuhan

    mikroorganisme yang diuji ( Pelezar dan Chan, 2005). Berdasarkan penelitian

     pendahuluan, didapatkan bahwa konsentrasi minimal ekstrak etanol buah naga

    merah maupun buah naga putih yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri S.

    mutans adalah 60%.

  • 8/18/2019 buah naga 1.pdf

    6/7

    6

    B.  Permasalahan

    Berdasarkan uraian tersebut diatas, timbul permasalahan:

    1.  Bagaimanakah pengaruh konsentrasi ekstrak etanol buah naga merah dan

     buah naga putih terhadap daya hambat pertumbuhan bakteri S. mutans isolasi

    rongga mulut anak

    2.  Bagaimanakah pengaruh konsentrasi ekstrak etanol buah naga merah dan

     buah naga putih terhadap perlekatan bakteri S. mutans isolasi rongga mulut

    anak  

    C.  Tujuan

    Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

    1.  Untuk mengetahui pengaruh konsentrasi ekstrak etanol buah naga merah dan

     buah naga putih terhadap daya hambat pertumbuhan bakteri S. mutans

    isolasi rongga mulut anak.

    2.  Untuk mengetahui pengaruh konsentrasi ekstrak etanol buah naga merah dan

     buah naga putih terhadap perlekatan bakteri S. mutans isolasi rongga mulut

    anak.

    D. 

    Manfaat

    Penelitian ini memiliki manfaat:

    1.  Bagi Ilmu Pengetahuan : memberikan tambahan informasi ilmiah dalam

     pengetahuan ilmu kedokteran gigi anak tentang sifat ekstrak etanol buah naga

    merah dan buah naga putih terhadap pertumbuhan dan perlekatan bakteri S.

    mutan yang diteliti secara in vitro. 

  • 8/18/2019 buah naga 1.pdf

    7/7

    7

    2. 

    Bagi masyarakat : memberikan alternatif bahan alami yang dapat digunakan

    untuk mencegah terjadinya karies gigi pada anak.

    E.  Keaslian Penelitian

    Tenore dkk. (2012) meneliti aktivitas antibakteri ekstrak buah naga merah

    terhadap 4 jenis bakteri gram positif dari ATCC :  Bacillus cereus, Staphylococcus

    aureus, Enterococcus faecalis, Listeria monocytogenes dan 9 jenis bakteri gram

    negatif :  Eschericia coli, Proteus mirabilis, Proteus vulgaris, Pseudomonas

    aeruginosa, Salmonella typhi, Yersinia enterocolitica, Klebsiella pneumoniae,

     Enterobacter cloacae, Enterobacter aerogenes.  Nurmahani dkk. (2012) meneliti

    aktivitas antibakteri ekstrak kulit buah naga merah dan buah naga putih terhadap 4

     jenis bakteri gram positif dari ATCC : Staphylococcus aureus, Bacillus cereus,

     Listeria monocytogenes Enterococcus faecalis dan 5 jenis gram negatif :

     Eschericia coli, Salmonella typhimurium, Campylobacter jejuni, Yersinia

    enterocolitica, Klebsiella pneumoniae. Sejauh  pengetahuan penulis belum ada

     penelitian tentang aktivitas antibakteri dari buah naga merah dan buah naga putih

    terhadap bakteri S. mutans. Dalam penelitian ini akan dilakukan penelitian tentang

     pengaruh konsentrasi ekstrak etanol buah naga merah dan buah naga putih

    terhadap daya hambat pertumbuhan dan perlekatan bakteri S. mutans isolasi dari

     plak gigi anak.