bst paralisis periodik hipokaalemi-diana
DESCRIPTION
PPHTRANSCRIPT
STATUS MAHASISWA
KEPANITRAAN ILMU PENYAKIT SARAF
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TUGUREJO SEMARANG
Kasus : Paralisis Periodik Hipokalemi
Nama Mahasiswa : Diana Ratih Puspitasrai
NIM : H2A010012
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn.A
Umur : 34 tahun
Agama : Islam
Suku : Jawa
Alamat : Karanganyar Rt 01. Rw IV.Tugu
Status : Menikah
Pekerjaan : Swasta, pegawai pabrik kayu
Dirawat diruang : Alamanda, kamar 8, ded 2
Tanggal masuk RS : 25 November 2014
No RM : 127617
I. ANAMNESA
Dilakukan secara autoanamnesa dan alloanamnesa di ruang Alamanda RSUD
Tugurejo Semarang.
Riwayat Penyakit Sekarang
1. Keluhan Utama : Lemah kaki kiri, susah digerakkan
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
o Onset : Senin, 24 november 2014
o Kualitas : kaki hanya bisa berkontraksi otot saja
o Kuantitas : aktivitas sebagian besar dibantu oleh keluarga
o Kronologis :
Selasa, 25 November 2014 Pukul 08.00 WIB pasien datang
bersama keluarganya ke IGD RSUD Tugurejo Semarang dengan
keluhan kaki kiri susah digerakkan sejak kemarin. Keluhan dirasakan
secara tiba-tiba saat akan berjalan sendiri ke kamar mandi, kaki terasa
lemas. Pasien terjatuh di kamar mandi, dengan posisi terlentang. Sete-
lah beberapa waktu, kaki kiri susah digerakkan. Keluhan kesemutan,
nyeri kepala, mual, muntah, pandangan kabur, gangguan indra pem-
bau, bicara pelo, sulit menelan, demam dan sesak nafas disangkal.
Rabu, 26 November 2014 Pukul 10.00 WIB, pasien mengeluh ke-
dua kaki susah digerakkan, tangan kiri dan tangan kanan terasa lemas.
o Faktor memperberat : -
o Faktor memperingan : -
o Gejala penyerta : nyeri tungkai atas kanan
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat sakit seperti ini sebelumnya :
Saat SMA, habis renang , kedua kaki pasien tiba-tiba terasa tegang
dan susah digerakkan. Pasien mengaku tidak terjadi benturan saat bere-
nang. Pasien kemudian datang ke sangkal putung didekat rumahnya untuk
mengurangi gejala. Selama dua minggu, keadaan pasien baru bisa pulih
seperti semula.
2
Riwayat stroke : disangkal
Riwayat hipertensi : disangkal
Riwayat penyakit jantung : disangkal
Riwayat diabetes mellitus : disangkal
Riwayat trauma kepala : disangkal
Riwayat demam : disangkal
Riwayat batuk kronis, 3 minggu : disangkal
Riwayat Alergi : alergi obat golongan penisilin dan an-
talgin
Riwayat prenatal, persalinan dan tumbuh kembang : dalam batas normal
Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat sakit serupa : disangkal
Riwayat hipertensi : diakui (ibu)
Riwayat diabetes melitus : disangkal
Riwayat Pribadi
Merokok : diakui, jarang
Alkohol : disangkal
Riwayat sosial ekonomi
Biaya pengobatan ditanggung BPJS Non PBI.
II. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan di ruang Alamanda RSUD Tugurejo Semarang.
Keadaan umum : tampak lemah
Kesadaran : compos mentis, GCS : E4M6V5
Status gizi :
Berat badan : 60 Kg
Tinggi badan : 165 cm
IMT : 22.05
Kesan : status gizi normal
Vital Sign
Selasa, 25 November 2014, IGD Jam 08.05 WIB
TD : 141/85 mmHg
3
Nadi : 84x / menit, regular, isi dan tegangan cukup
RR : 21x / menit, regular
Suhu : 36,50C
Selasa, 25 November 2014 , Alamanda Pukul 14.40 WIB
TD : 120/90 mmHg
Nadi : 86x / menit, regular, isi dan tegangan cukup
RR : 18x/ menit, regular
Suhu : 36,50C
Status generalis :
Kepala : kesan mesochepal
Mata : Ca -/-, SI -/-, reflek cahaya +/+, pupil bulat, central, reg-
uler dan isokor 3mm
Hidung : Nafas cuping (-), deformitas (-)
Telinga : Serumen (-), nyeri mastoid (-), nyeri tragus (-),
kurang pendengaran -/-
Mulut : Sianosis (-)
Leher : Pembesaran limfonodi (-), pembesaran tiroid (-)
Status Internus
Thorax
Bentuk thorax : simetris, retraksi (-), pelabaran ICS (-)
Paru
Paru depan Paru belakang
Inspeksi
Statis
Dinamis
Normochest, simetris,
kelainan kulit (-/-),
Pengembangan pernafasan
paru normal
Normochest, simetris, kelainan
kulit (-/-)
Pengembangan pernapasan paru
normal
Palpasi Nyeri tekan (-/-), ICS dalam
batas normal
Nyeri tekan (-/-), ICS dalam
batas normal
4
Perkusi
Kanan
Kiri
Sonor seluruh lapang paru
Sonor seluruh lapang paru.
Sonor seluruh lapang paru
Sonor seluruh lapang paru.
Auskultasi Suara dasar vesicular,
Ronki (-/-), Wheezing (-/-)
Suara dasar vesicular,
Ronki (-/-), Wheezing (-/-)
Cor
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis teraba tapi tidak kuat angkat
Perkusi : tidak dilakukan
Auskultasi : bunyi jantung I dan II murni, gallop (-)
Abdomen
o Inspeksi : warna seperti kulit sekitar
o Palpasi
Nyeri tekan : (-)
Hepar : Tidak teraba pembesaran
Splen : Tidak teraba
o Perkusi : Timpani
o Auskultasi : Bising usus (+) normal
Status Neurologis
Fungsi Luhur
Kesadaran :
Kualitatif : Compos mentis,
KuantitatifGCS : E4M6V5
Orientasi : Tempat, waktu dan situasi baik
Daya ingat
Baru : baik
Lama : baik
5
Gerakan abnormal : tidak ditemukan
Gangguan berbahasa :
Afasia motorik : -
Afasia sensorik : -
Akalkuli : -
Koordinasi dan Keseimbangan
Tes telunjuk hidung : +
Tes telunjuk – telunjuk : +
Disdiadokinesis : +
Fungsi Vegetatif
Miksi : Dalam batas normal
Defekasi : Dalam batas normal
Nervi Cranialis
N I. (OLFAKTORIUS) Kanan Kiri
Daya pembau Normal Normal
N II. (OPTIKUS) Kanan Kiri
Daya penglihatan
Medan penglihatan
Normal
Normal
Normal
Normal
N III.(OKULOMOTORIUS) Kanan Kiri
Ptosis
Reflek cahaya langsung
Gerak mata ke atas
Gerak mata ke bawah
Reflek akomodasi
Gerak mata medial
Ukuran pupil
Bentuk pupil
(-)
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
3 mm
Bulat cental reguler
(-)
(-)
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
3 mm
Bulat central reguler
(-)
6
Diplopia
N IV. (TROKHLEARIS) Kanan Kiri
Gerak mata lateral bawah
Diplopia
Normal
(-)
Normal
(-)
N V. (TRIGEMINUS) Kanan Kiri
Menggigit
Membuka mulut
Reflek masseter
Sensibilitas
Reflek kornea
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
N VI. (ABDUSEN) Kanan Kiri
Gerak mata ke lateral
Diplopia
Normal
(-)
Normal
(-)
N VII. (FASIALIS) Kanan Kiri
Mengerutkan dahi
Mengangkat alis
Menutup mata
Lipatan naso-labia
Sudut mulut
Senyum
Menggembungkan pipi
Daya kecap 2/3 anterior
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
+
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
+
Normal
Normal
N VIII. (AKUSTIKUS) Kanan Kiri
Mendengar suara Normal Normal
7
Penurunan pendengaran (-) (-)
N IX. (GLOSOFARINGEUS) Kanan Kiri
Arkus faring
Sengau
Tersedak
simetris
(-)
(-)
simetris
(-)
(-)
N X. (VAGUS) Kanan Kiri
Arcus faring
Bersuara
Menelan
Simetris
(+)
(+)
Simetris
(+)
(+)
N XI. (AKSESORIUS) Kanan Kiri
Memalingkan kepala
Mengangkat bahu
Sikap bahu
Adekuat
Adekuat
simetris
Adekuat
Adekuat
simetris
N. XII (HIPOGLOSUS) Kanan Kiri
Sikap lidah
Artikulasi
Tremor lidah
Menjulurkan lidah
Fasikulasi lidah
Normal
Jelas
-
+
-
Normal
Jelas
-
+
-
ANGGOTA GERAK ATAS Kanan Kiri
Inspeksi:
Drop hand Tidak ada Tidak ada
8
Claw hand
Kontraktur
Warna kulit
Sistem motorik :
Gerakan
Kekuatan :
Selasa, 25/11/2014
Rabu, 26/11/2014
Kamis, 27/11/2014
Tonus
Selasa, 25/11/2014
Rabu, 26/11/2014
Kamis, 27/11/2014
Sensibilitas
Nyeri
Reflek fisiologik :
Bisep
Radius
Ulna
Reflek Patologi :
Hoffman
Tromer
Tidak ada
Tidak ada
Normal
Normal
5-5-5
4-4-4
4-4-4
Normal
hipotoni
hipotoni
hipotoni
+ normal
+ normal
+ normal
+normal
+normal
(-)
(-)
Tidak ada
Tidak ada
Normal
Normal
5-5-5
4-4-4
4-4-4
Normal
hipotoni
hipotoni
hipotoni
+ normal
+ normal
+ normal
+normal
+normal
(-)
(-)
ANGGOTA GERAK BAWAH Kanan Kiri
Inspeksi:
Drop foot
Pitcher’s foot
Kontraktur
Warna kulit
Sistem motorik
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Normal
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Normal
9
Gerakan
Kekuatan
Selasa, 25/11/2014
Rabu, 26/11/2014
Kamis, 27/11/2014
Tonus
Selasa, 25/11/2014
Rabu, 26/11/2014
Kamis, 27/11/2014
Klonus
Reflek fisiologik
Selasa, 25/11/2014
Rabu, 26/11/2014
Kamis, 27/11/2014
Sensibilitas
Nyeri
Normal
4-4-4
3-3-3
3-3-3
Hipotoni
Hipotoni
Hipotoni
(-)
(+) normal
(+) normal
(+) normal
normal
normal
Menurun
1-1-2
2-2-2
4-4-4
Hipotoni
Hipotoni
Hipotoni
(-)
(+) normal
(+) turun
(+) turun
Normal
Norma;
Keterangan Kanan Kiri
Reflek Patologis
Babinski
Chaddock
Hoffman
Trommer
Rangsang Meningeal
Kaku Kuduk
Brudzinski I
Rangsang Radikuler
Tes Lasegue
Tes Patrik
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
10
Tes Kontra Patrik - -
RINGKASAN :
Selasa, 25 November 2014 Pukul 08.00 WIB pasien datang
bersama keluarganya ke IGD RSUD Tugurejo Semarang dengan keluhan
kaki kiri susah digerakkan sejak kemarin. Keluhan dirasakan secara tiba-
tiba saat akan berjalan sendiri ke kamar mandi, kaki terasa lemas. Pasien
terjatuh di kamar mandi, dengan posisi terlentang. Setelah beberapa waktu,
kaki kiri susah digerakkan. Keluhan kesemutan, nyeri kepala, mual,
muntah, pandangan kabur, gangguan indra pembau, bicara pelo, sulit
menelan, demam dan sesak nafas disangkal.
Rabu, 26 November 2014 Pukul 10.00 WIB, pasien mengeluh ke-
dua kaki susah digerakkan, tangan kiri dan tangan kanan terasa lemas. Saat
SMA, habis renang , kedua kaki pasien tiba-tiba terasa tegang dan susah
digerakkan. Pasien mengaku tidak terjadi benturan saat berenang. Pasien
kemudian datang ke sangkal putung didekat rumahnya untuk mengurangi
gejala. Selama dua minggu, keadaan pasien baru bisa pulih seperti semula
Pada pemeriksaan fisik ditemukan :
Keadaan umum : tampak lemah
Kesadaran : compos mentis, GCS : E4M6V5
TD : 120/90 mmHg
Nadi : 86x / menit, regular, isi dan tegangan cukup
RR : 18x / menit, regular
Suhu : 36,5 C
Extremitas : tetraparesis flaccid, yang terjadi secara bertahap.
DIAGNOSIS
Diagnosis Klinis : Tetraparesis flaccid
Diagnosis Etiologi : Paralis periodik hipokalemi
Rencana Diagnosis
11
Usulan pemeriksaan:
Laboratorium (Darah rutin, eletrolit, GDS )
Hasil Lab :
Leukosit : 11.200
Eritrosit : 4.66
Hb : 14.5
Ht : 37.50
Trombosit : 230.000
GDS : 152
Kolesterol total : 85
Asam urat : 5.2
Kalium : 2.00
Natrium : 140
Clorida : 100
Rencana Terapi
Farmakologi
- KCl 25 mEq + 500 cc RL (20tpm)
- KSR (Potassium Chlorida) tablet 3 x 500 mg
Nonfarmakologi :
- Bedrest
- Diet rendah KH dan natrium
Monitoring :
- Keadaan umum
- Tanda vital
- Kadar elektrolit
- Defisit neurologis
Edukasi
- Menjelaskan kepada penderita dan keluarga mengenai penyakit pasien
- Menjelaskan tentang pencegahan agar penyakitnya tidak berulang
- Minum obat dan kontrol teratur
12
- Ikuti program latihan fisioterapi secara rutin
13
CASE ANALYSIS (Bedside Teaching /BST)
Nama : Diana Ratih Puspitasari Nama Pasien : Tn. A
NIM : H2A010012 Jenis Kelamin : Laki-laki
Bagian : Ilmu Penyakit Saraf Umur : 34 tahun
Preceptor : dr. Siti Istiqomah, Sp.S No.RM : 127617
PROBLEM HYPOTHESIS MECHANISM MORE INFO DON’T KNOW
LEARNING ISSUES
PROBLEM SOLVING
ANAMNESIS (25 November 2014) Anamnesis dilakukan secara autoanemnesis dan alloanamnesis Keluhan Utama :Lemah kaki kiriRiwayat Penyakit Sekarang: Onset : Senin, 24 November
2014, saat akan berjalan ke kamar mandi
Lokasi : kaki kiri Kualitas :kaki hanya bisa berkon-
traksi otot saja Kuantitas : aktivitas sebagian besar
dibantu keluarga
Paralisis Periodik
TerlampirUsulan : Darah
rutin Elektrolid
- -DIAGNOSIS :Diagnosis Klinis : Tetraparesis flaccidDiagnosis Etiologi : Paralisis Periodik Hipokalemi
TREATMENT :Rencana Terapi
Farmakologi
- KCl 25 mEq + 500 cc RL (20tpm)
- KSR (Potassium Chlorida) tablet 3 x 500 mg
Nonfarmakologi :Bedrest Diet rendah KH dan natrium
Kronologis : Selasa, 25 November 2014 Pukul
08.00 WIB pasien datang bersama
keluarganya ke IGD RSUD
Tugurejo Semarang dengan
keluhan kaki kiri susah digerakkan
sejak kemarin. Keluhan dirasakan
secara tiba-tiba saat akan berjalan
sendiri ke kamar mandi, kaki terasa
lemas. Pasien terjatuh di kamar
mandi, dengan posisi terlentang.
Setelah beberapa waktu, kaki kiri
susah digerakkan. Keluhan kese-
mutan, nyeri kepala, mual, muntah,
pandangan kabur, gangguan indra
pembau, bicara pelo, sulit menelan,
demam dan sesak nafas disangkal.
Rabu, 26 November 2014 Pukul 10.00
WIB, pasien mengeluh kedua kaki
susah digerakkan, tangan kiri dan
tangan kanan terasa lemas
Edukasi- Menjelaskan kepada penderita dan
keluarga mengenai penyakit pasien
- Menjelaskan tentang pencegahan
agar penyakitnya tidak berulang
- Minum obat dan kontrol teratur
- Ikuti program latihan fisioterapi
secara rutin
15
Faktor yang memperberat : - Faktor yang memperingan : - Gejala penyerta : nyeri tungkai atas
kanan Riwayat Penyakit Dahulu : Riwayat sakit serupa :
Saat SMA, habis renang , kedua kaki pasien tiba-tiba terasa tegang, kaku susah digerakkan
Riwayat stroke : disangkal Riwayat hipertensi : disangkal Riwayat penyakit jantung :disangkal Riwayat DM : disangkal Riwayat trauma kepala : disangkal Riwayat Alergi :obat golongan
penisilin dan antalgin Riwayat prenatal, persalinan dan tum-
buh kembang : dalam batas normal
Riwayat Penyakit Keluarga : Riwayat sakit serupa : disangkal Riwayat Hipertensi : disangkal Riwayat Diabetes Melitus : disangkal
Riwayat Sosial Ekonomi :Biaya pengobatan ditanggung BPJS Non PBIRiwayat Pribadi :
16
PEMERIKSAAN FISIK:Keadaan umum : baikKesadaran : compos mentis GCS: E4M6V5 Vital sign :TD : 120/90 mmHgNadi : 86x / menit, regular, isi dan tegangan cukupRR : 18x/ menit, regularSuhu : 36,50CStatus Internus CorI : ictus cordis tidak tampakPal : ictus cordis teraba di ICS V linea midclavicula sinistraPer : konfigurasi jantung dalam batas normalAus : BJ I,II reguler, bising (-)
PulmoI : simetris statis dinamisPal : stem fremitus kanan=kiri, nyeri tekan (-)Per : Sonor seluruh lapang paru Aus : Suara dasar vesikuler,
17
wheezing (-) ronki (-).
Abdomen In : bentuk datar, simetris, warna seperti kulit di sekitar.Aus : bisisng usus (+) normal.Pal : nyeri tekan (-),hepar dan lien tidak teraba.Per : timpani seluruh lapang abdomen
Pemeriksaan Nervus CranialisI. OLFAKTORIUS
Ka KiDaya pembau N N
II. OPTIKUSKa Ki
Daya penglihatanLapang pandang
NN
NN
III. OKULOMOTORIUSKa Ki
PtosisReflek cahaya langsungGerak mata ke atasGerak mata ke bawahReflek akomodasiGerak mata media
(-)NNNNNN
(-)NNNNNN
18
Ukuran & bentuk pupilDiplopia
NNN(-)
NNN(-)
IV. TROKHLEARISKa Ki
Gerak mata lateral bawahDiplopia
N
(-)
N
(-)
V. TRIGEMINUSKa Ki
Menggigit Membuka mulutReflek masseterSensibilitasReflek kornea
(+)(+)(+)(+)(+)
(+)(+)(+)(+)(+)
VI. ABDUSENKa Ki
Gerak mata lateralDiplopia
N(-)
N(-)
VII. FACIALISKa Ki
Kerutan kulit dahiMengangkat alis
NN
NN
19
Menutup mataLipatan naso-labiaSudut mulutSenyum Gembungkan pipiDaya kecap 2/3 anterioir
NNNNNN
NNNNNN
VIII. VESTIBULOKOKHLARISKa Ki
Mendengar suaraTajam pendengaran turun
N(-)
N(-)
IX. GLOSOFARINGEUSKa Ki
Arkus faringSengauTersedak
N(-)(-)
N(-)(-)
X. VAGUSKa Ki
BersuaraMenelan
NN
NN
XI. AKSESORIUSKa Ki
Memalingkan kepalaMengangkat bahu
NN
NN
20
Sikap bahu N N
XII. HIPOGLOSUSKa Ki
Sikap lidahArtikulasiTremor lidahMenjulurkan lidah
NN-+
NN-+
Anggota Gerak Atas
Ka Ki
Inspeksi KontrakturWarna kulit
Palpasi Lengan atasLengan bawahTanganGerakanKekuatan25/11/201426/11/201427/11/2014Tonus25/11/201426/11/201427/11/2014Sensibilitas
(-)N
(-)(-)(-)N
5-5-54-4-44-4-4
Nhipotonihipotoni
N
(-)N
(-)(-)(-)N
5-5-54-4-44-4-4
Nhipotonihipotoni
N
21
NyeriReflek fisiologisReflek patologis
+ N+-
+N+-
Anggota Gerak Bawah
Ka Ki
Inspeksi KontrakturWarna kulit
Palpasi Tungkai atasTungkai bawahKaki GerakanKekuatan25/11/201426/11/201427/11/2014Tonus25/11/20142611/201427/11/2014SensibilitasNyeri
R. fisiologis25/11/201426/11/201427/11/2014R. patologis
(-)N
(-)(-)(-)N
4-4-43-3-33-3-3
hipotonihipotonihipotoni
(+)(+)
NNN-
(-)N
(-)(-)(-)N
1-1-22-2-24-4-4
hipotonihipotonihipotoni
(+)(+)
+turun+ turun+ turun
-
22
Rangsang MeningealRangsang radikuler
-
-
-
-
Fungsi LuhurOrientasi : baikDaya ingat : baikGangguan bahasa : (-)Akalkuli : (-)Koordinasi dan KeseimbanganTes telunjuk hidung : +Disdiadokinesis : +Fungsi Vegetatif : dalam batas normal
23
TINJAUAN PUSTAKA
PARALISIS PERIODIK HIPOKALEMI
Pendahuluan
Paralisis periodik merupakan kelainan pada membrane yang
sekarang ini dikenal sebagai salah satu kelompok penyakit chanellophaties
pada otot skeletal. Paralisis periodic adalah penyakit yang disebabkan
kelainan elektrolit atau ion terutama ion kalium pada sel-sel otot sehingga
menimbulkan gejala tubuh atau anggota badan seperti tungkai tiba-tiba
lemes atau lumpuh yang gejalanya dapat muncul berulang kali. Umumnya
penderita tidak mengalami kelumpuhan tetapi kadangkala timbul kram
otot. Paralisis periodic dapat merupakan penyakit bawaan (primer) atau
disebabkan penyakit lain (sekunder). Periodik paralisis ini dapat terjadi
pada keadaan hiperkalemi atau hipokalema. Yang paling sering terjadi
adalah hipokalemia paralisis periodik. Angka kejadian sekitar 1 diantara
100.000 orang, pria len=bih sering dari wanita dan biasanya lebih berat.
Usia terjadinya serangan pertama bervariasi dari 1-20 tahun, frekuensi
serangan terbanyak di usia 15-35 tahun dan kemudian menurun dengan
peningkatan usia. Sedangkan frekuensi hiperkalemik dan normokalemik
belum dapat dijelaskan.
Paralisis hipokalemi merupakan penyebab dari acute flacid
paralisis dimana terjadi kelemahan otot yang ringan sampai berat hingga
mengancam jiwa seperti cardiac aritmia dan kelumpuhan otot pernapasan.
Beberapa hal yang mendasari terjadinya hipokalemi paralisis antaralain
tirotoksikosis, renal tubular acidosis, keracunan barium, pemakaian obat
golongan diuretik dan diare. Berdasarkan etiologinya paralisis hipokalemi
dibagi menjadi 2 yaitu idiopatik periodik paralisis hipokalemi disertai
tirotoksikosis dan secondary periodic paralisis hipokalemi tanpa
tirotoksikosis. Selain itu factor genetik juga mempengaruhi terjadinya
paralisis hipokalemi, terdapat 2 bentuk dari hipokalemic periodik paralysis
yaitu familial hipokalemi dan sporadic hipokalemi. Familial hipokalemi
diturunkan secara autosomal dominan, kebanyakan kasus dinegara Barat
dan sebaliknya di Asia kasus terbanyak adalah sporadik hipokalemi yang
disebabkan oleh tirotoksikosis hipokalemi.
Fisiologi Impuls Saraf
Komponen listrik dari transmisi saraf menangani transmisi impuls
di sepanjang neuron. Permeabilitas membrane sel neuron terhadap ion
natrium dan kaliumbervariasi dan dipengaruhi oleh perubahan kimia serta
listrik dalam neuron tersebut(terutama neurotransmitter dan stimulus organ
reseptor). Dalam keadaan istirahat,permeabilitas membrane sel
menciptakan kadar kalium intrasel yang tinggi dan kadar natrium intra sel
yang rendah, bahkan pada kadar natrium extrasel yang tinggi. Impuls
listrik timbul oleh pemisahan muatan akibat perbedaan kadar ion intrasel
dan extrasel yang dibatasi membrane sel. Keadaan listrik pada membrane
istirahat, extrasel lebih banyak ion natrium sebaliknya intrasel lebih
banyak ion kalium. Membrane dalam keadaan relative impermeable
terhadap kedua ion.
a. Polarisasi
Keadaan listrik pada saat polarisasi, ekstrasel lebih banyak ion natrium dan
sebaliknya intrasel lebih banyak ion kalium. Membran dalam keadaan im-
permeabel terhadap kedua ion.
b. Depolarisasi
Potensial membrane istirahat berubah dengan adanya stimulus. Ion na-
trium masuk ke intraselsecara cepat. Pembentukan potensial aksi pada
tempat perangsangan.
c. Repolarisasi
Potensial istirahat kembali terjadi. Ion kalium dari dalam sel dan perme-
abilitas membraneberubah kembali. Terjadi pemulihan keadaan negative
di dalam sel dan positif di luar sel.
Potensial aksi yang terjadi atau impuls pada saat terjadi depolar-
isasi dialirkan ke ujung saraf dan mencapai ujung akson (akson terminal).
25
Saat potensial aksi mencapai akson terminal akan dikeluarkanlah neutrans-
mitter, yang melintasi sinaps dan dapat saja merangsang saraf berikutnya.
Timbulnya kontraksi otot rangka mulai dengan potensial aksi
dalam serabut-serabut otot. Potensial aksi ini menimbulkan arus listrik
yang menyebar ke bagian dalam serabut, terlepasnya ion kalsium dari
reticulum sarkoplasma. Selanjutnya ion kalsium menimbulkan peristiwa-
peristiwa kimia proses kontraksi.
Etiologi dan Patofisiologi
Pada paralisis biasanya disebabkan karena gangguan potasium
(kalium) chanel. Sekitar 98% jumlah kalium dalam tubuh berada di dalam
cairan intrasel. Konsentrasi kalium intrasel sekitar 145 mEq/L dan
konsentrasi kalium ekstrasel 4-5 mEq/L (sekitar 2%). Jumlah konsentrasi
kalium pada orang dewasa berkisar 50-60 per kilogram berat badan (3000-
4000 mEq). Jumlah kalium ini dipengaruhi oleh umur dan jenis kelamin.
Jumlah kalium pada wanita 25% lebih kecil dibanding pada laki-laki dan
jumlah kalium pada orang dewasa lebih kecil 20% dibandingkan pada
anak-anak. Perbedaan kadar kalium di dalam plasma dan cairan interstisial
dipengaruhi oleh keseimbangan Gibbs-Donnan, sedangkan perbedaan
kalium cairan intrasel dengan cairan interstisial adalah akibat adanya
transpor aktif (transpor aktif kalium ke dalam sel bertukar dengan
natrium). Jumlah kalium dalam tubuh merupakan cermin keseimbangan
kalium yang masuk dan keluar. Pemasukan kalium melalui saluran cerna
tergantung dari jumlah dan jenis makanan. Orang dewasa pada keadaan
normal mengkonsumsi 60-100 mEq kalium perhari (hampir sama dengan
konsumsi natrium). Kalium difiltrasi di glomerulus, sebagian besar (70-
80%) direabsorpsi secara aktif maupun pasif di tubulus proksimal dan
direabsorpsi bersama dengan natrium dan klorida di lengkung henle.
Kalium dikeluarkan dari tubuh melalui traktus gastrointestinal kurang dari
5%, kulit dan urine mencapai 90%.
Didalam tubuh, kalium akan berfungsi menjaga keseimbangan
cairan elektrolit dan asam basa. Selain itu, bersama dengan kalsium (Ca)
26
dan natrium (Na), kalium akan berperan dalam transmisi saraf, pengaturan
enzim dan kontraksi otot. Nilai rujukan kalium serum pada serum bayi :
3,6-5,8 mmol/, serum anak 3,5-5,5 mmo/L dan dewasa : 3,5-5,3 mmol/L.
1. Hipokalemi
a. Penurunan asupan kalium
Asupan kalium normal berkisar antara 40-120 mEq per hari, kebanyakan
diekskresikan kembali di dalam urin. Ginjal memiliki kemampuan untuk
menurunkan ekskresi kalium menjadi 5 sampai 25 mEq per hari pada
keadaan kekurangan kalium. Oleh karena itu, penurunan asupan kalium
dengan sendirinya hanya akan menyebabkan hipokalemia pada kasus-ka-
sus jarang. Meskipun demikian, kekurangan asupan dapat berperan ter-
hadap derajat keberatan hipokalemia, seperti dengan terapi diuretik atau
penggunaan terapi protein cair untuk penurunan berat badan secara cepat.
b. Peningkatan laju kalium masuk ke dalam sel
Distribusi normal kalium antara sel dan cairan ekstraselular dipertahankan
oleh pompa Na-K-ATPase yang terdapat pada membran sel. Pada keadaan
tertentu dapat terjadi peningkatan laju kalium masuk ke dalam sel se-
hingga terjadi hipokalemia transien.
c. Peningkatan pH ekstraselular
Baik alkalosis metabolik atau respiratorik dapat menyebabkan kalium ma-
suk ke dalam sel. Pada keadaan ini ion-ion hidrogen meninggalkan sel un-
tuk meminimalkan perubahan pH ekstraselular; untuk memertahankan ne-
tralitas elektrik maka diperlukan masuknya beberapa kalium (dan natrium)
masuk ke dalam sel. Secara umum efek langsung ini kecil, oleh karena
konsentrasi kalium turun hanya 0,4 mEq/L untuk setiap peningkatan 0,1
unit pH. Meskipun demikian, hipokalemia sering ditemukan pada alkalosis
metabolik. Mungkin keadaan ini disebabkan oleh kaitannya dengan ke-
lainan yang menyebabkan alkalosis metabolik tersebut (diuretik, vomitus,
hiperaldosteron).
27
d. Peningkatan jumlah insulin
Insulin membantuk masuknya kalium ke dalam otot skeletal dan sel hep-
atik, dengan cara meningkatkan aktivitas pompa Na-K-ATPase. Efek ini
paling nyata pada pemberian insulin untuk pasien dengan ketoasidosis dia-
betikum atau hiperglikemia nonketotik berat. Konsentrasi kalium plasma
juga dapat menurun oleh karena pemberian karbohidrat. Oleh karenanya,
pemberian kalium klorida di dalam larutan mengandung dekstrosa pada
terapi hipokalemia dapat menurunkan kadar kalium plasma lebih lanjut
dan menyebabkan aritmia kardiak.
e. Peningkatan aktivitas beta adrenergik
Katekolamin, yang bekerja melalui reseptor-reseptor beta 2-adrenergik,
dapat membuat kalium masuk ke dalam sel, terutama dengan
meningkatkan aktivitas Na-K-ATPase. Sebagai akibatnya, hipokalemia
transien dapat disebabkan oleh keadaan-keadaan di mana terjadi pelepasan
epinefrin oleh karena stres, seperti penyakit akut, iskemia koroner atau in-
toksikasi teofilin. Efek yang sama juga dapat dicapai oleh pemberian beta
agonis (seperti terbutalin, albuterol atau dopamin) untuk mengobati asma,
gagal jantung atau mencegah kelahiran prematur.
f. Hereditary : L-type calcium channel, chromosome Iq31 dominant
2. Hiperkalemia
Penyebab hiperkalemia :
a. Keluarnya Kalium dari Intrasel ke Ekstrasel
Kalium keluar dari sel dapat terjadi pada keadaan asidosis metabolik
bukan oleh asidosis organik (ketoasidosis, asidosis laktat) dan defisit
insulin.
28
b. Berkurangnya Ekskresi Kalium melalui Ginjal
Berkurangnya ekskresi kalium melalui ginjal terjadi pada keadaan
hiperaldosteronisme, gagal ginjal, deplesi volume sirkulasi efektif, pe-
makaian siklosporin atau akibat koreksi ion kalium berlebihan dan
pada kasus-kasus yang mendapat terapi angiotensin-converting enzyme
inhibitor.
Faktor Risiko Paralisis Periodik Hipokalemia
Serangan PPH (Paralisis Periodik Hipokalemia) dapat ditimbulkan oleh :
Asupan tinggi karbohidrat, insulin
Stres emosional
Pemakaian obat tertentu (seperti amfoterisin-B, adrenalin, relaksan otot,
beta-bloker, tranquilizer, analgesik, antihistamin, antiasma puff aerosol,
dan obat anestesi lokal.
Diet tinggi karbohidrat dijumpai pada makanan atau minuman manis,
seperti permen, kue, soft drinks, dan jus buah. Makanan tinggi karbohidrat
dapat diproses dengan cepat oleh tubuh, menyebabkan peningkatan cepat
kadar gula darah. Insulin akan memasukkan glukosa darah ke dalam sel
bersamaan dengan masuknya kalium sehingga menyebabkan turunnya
kadar kalium plasma. Pencetus lainnya adalah aktivitas fisik, tidur, dan
cuaca dingin atau panas
Manifestasi Klinis
Gejala klinis paralisis periodik hipokalemi muncul apabila kadar kalium <2.5
mmol/L :
a. Mual, muntah
b. Diare
c. Poliuria
d. Fatigue
e. Nyeri otot atau kram
f. Kelemahan otot-otot skeletal
Distribusi kelemahan otot dapat bervariasi. Kelemahan pada tungkai bi-
asanya terjadi lebih dulu dar ipada lengan, dapat juga terjadi sebaliknya di-
29
mana kelemahan lengan kemudian tungkai. Otot lain yang jarang di-
antaranya adalah mata, lidah, pharing, laring, diafragma namun pada kasus
tertentu kelemahan ini dapat saja terjadi.
g. Tidak ada gangguan kognitif
h. Jantng berdebar-debar
Pemeriksaan fisik :
a. Refleks tendon menurun
b. Kelemahan anggota gerak
c. Kekuatan otot menurun
d. Aritmia jantung
Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium : kadar elektrolit serum dan urin
b. Fungsi ginjal
c. Kadar gula darah
d. pH darah
e. Hormon tiroid T3, T4 dan TSH
f. EKG
Penatalaksanaan
Penatalaksaan untuk paralisis periodik hipokalemi :
- Hindari kegiatan fisik yang berlebih
- Diet rendah KH dan natrium
- Pemberian medicamentosa kalium :
Pemberian kalium oral 40-60mEq dapat menaikkan kadar kalium sebe-
sar 1-1,5 mEq/L, sedangkan pemberian 135-160 mEq dapat menaikkan
kadar kalium sebesar 2,5 – 3,5 mEq/L. Pemberian Kalium melalui in-
travena dalam bentuk larutan KCl disarankan dengan kecepatan 10-20
mEq/jam, kecuali aritmia atau kelumpuhan otot pernafasan, diberikan
dengan kecepatan 40-100 mEq/jam. KCl dilarutkan sebanyak 20 mEq
dalam 100 NaCl isotonis. Acetazolamin dapat mencegah serangan
30
Prognosis
Paralisis periodik hipokalemi berespon baik dengan obat. Terapi yang baik
bisa mencegah serangan dan mengembalikan progresifitas otot yang lemah.
Meskipun kekuatan otot berada dalam batas normal diantara serangan. Serangan
ulang bisa memperburuk gejala sisa secara permanen dan menyebabkan
kelemahan otot diantara serangan tersebut. Beberapa pasien, perubahan kadar
insulin akan menjadi gejala pencetus, karena naiknya kadar insulin mendorong
kalium masuk sel.
DAFTAR PUSTAKA
1. Guyton & hall. Kalium dalam cairan ekstraselular. EGC. 1997.
31
2. Mesiano taufik. Periodik paralisis. Available fromhttp : //www.ommy & nenny.-
com
3. http://en.wikipedia.org/wiki/Hypokalemic_periodic_paralysis
4. http://www.ninds.nih.gov/disorders/periodic_paralysis/periodic_paralysis.htm
5. http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000312.htm
6. Indonesian Journal of Clinical Pathology and Medical Laboratory22. from, Vol.
12, No. 1, Nov 2005: 19 www.nejm.com
32