biofuel

8
Hagni Surendro 2007 Biofuel Keikhlasan itu umpama seekor semut hitam, di atas batu hitam, dimalam yang amat kelam, ia hanya wujud, tapi amat sukar dilihat, Jangan tertipu dengan terangnya bulan, kerana di balik terang itu banyak kegelapannya... DJLPE Jl. H.R Rasuna Said Blok X2, Kav 6-7, Kuningan, Jakarta Selatan 021-5225180 021-5256066

Upload: rahmi-asyari

Post on 23-Oct-2015

49 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Biofuel

Hag

ni S

uren

dro

2007

Bio

fuel

Keikhlasan itu umpama seekor semut hitam, di atas batu hitam, dimalam yang amat kelam, ia hanya wujud, tapi amat sukar dilihat, Jangan tertipu dengan terangnya bulan, kerana di balik terang itu banyak kegelapannya...

DJLPE Jl. H.R Rasuna Said Blok X2, Kav 6-7,

Kuningan, Jakarta Selatan 021-5225180 021-5256066

Page 2: Biofuel

Medco Investasi di Bioenergi Lampung Dinilai Kaya Bahan Baku BANDAR LAMPUNG, KOMPAS - Kelompok usaha nasional di bidang energi, Medco Grup, akan berinvestasi sekitar 264 juta dollar AS di Lampung. Itu antara lain ditujukan untuk membangun pabrik etanol, biodiesel, dan biogas dengan cara mengembangkan eksplorasi sumber panas bumf (geotermal). Arifin Panigoro, pemilik Medco Group, di hadapan Gubernur Lampung Sjachroedin ZP, Kamis (12/4), menjelaskan, kebutuhan akan energi terbarukan saat ini sudah mendesak. Hal ini mengingat harga minyak mentah dunia sudah demikian tinggi. Di sisi lain, kebutuhan akan minyak mentah dan bahan bakar beroktan tinggi cenderung meningkat. Dalam kaitan itulah, katanya, Medco Group, serius berinvestasi di provinsi tersebut. Lampung, kata Arifin, memi liki potensi sumber daya alam yang luar

biasa. Misalny a, sekitar 35 persen produksi gula nasional disumbang dari Lampung. Selain itu,

produksi tapioka Lampung menyumbang 60 persen dari total produksi tapioka nasional . Tiga pabrik Menyinggung rencana pemba ngunan tiga pabrik di Lampung, Arifin mengemukakan, pabrik bioetanol senilai 40 juta dollar AS dengan kapasitas produksi 60 juta liter etanol per tahun dibangun di Kotabumi, Lampung Utara. Saat ini, katanya, pembangunannya sudah mencapai 25 persen. Soal pabrik biodiesel senilai 6 juts dollar AS, kata Arifin lagi, hal itu masih dalam tahap akan dibangun pabrik yang akan memanfaatkan bahan baku dari petani plasma itu diharapkan selesai awal tahun 2008. Tentang pembangunan pabrik pengolahan biogas dari geotermal atau panas bumi di Lampung Barat senilai 220 juta dollar AS, kata Arifin, hal itu masih dalam tahap penelitian. "Saya perkirakan pembangunan unit biogas akan selesai dalam tiga tahun," katanya. Khusus soal bioetanol, Arifin mengatakan, keberadaan pabriknya diharapkan membuat petani Lampung memiliki posisi tawar yang lebih kuat. Sekarang ini, lanjut Arifin, petani ubi kayu kurang diuntungkan dengan harga impor tepung tapioka yang murah. Harga jual ubi kayu bisa dikatakan sangat ditentukan industri tapioka. "Ti dak ada alternatif pembeli. Pabrik etanol akan menjadi alternatif pasar

bagi petani ubi kayu," katanya. Pabrik bioetanol yang didirikan di atas lahan 50 hektar itu rencananya akan menyerap 150 pegawai tetap pabrik dan 200.000 tenaga kerja harian untuk budidaya ubi kayu. Selain itu, pabrik tersebut juga diperkirakan bisa menambah pendapatan asli daerah daerah, disamping tidak akan merusak lingkungan. Medco Akan Bangun Tiga Pabrik Etanol DEPOK - PT Medco Energi Internasional Tbk. berencana membangun sedikitnya tiga perusahaan etanol bahan campuran bensin dalam dua tahun mendatang senilai ratusan juta dolar Amerika Serikat. Assistant of CEO Medco Energi Erwin Susanto Sadirsan mengatakan pembangunan ini untuk mengisi pasar etanol yang masih sangat besar saat ini. "Di luar jumlah tadi, satu perusahaan etanol sudah berdiri dengan Pabrik pengolahan di Kota Bumi, Sumatera Selatan," kata Erwin kepada Tempo di sela-sela acara Pet rogas di Fakultas Teknik Universitas Indonesia, Depok, Sabtu lalu. Sebagai ilustrasi, Erwin menjelas kan, untuk pabrik di Kota Bumi itu, Medco

merogoh kocek US$ 46 juta (sekitar Rp 400 miliar) dengan kapa sitas 60 juta liter per tahun. Jika dikalikan, tiga pabrik baru minimal akan membutuhkan dana sekitar US$ 140 juta (sekitar Rp 1,3 triliun). "Kapasitas Pabrik-Pabrik yang baru ada kemungkinan lebih besar, sehingga investasinya juga lebih,” kata dia. Erwin menuturkan perseroan berencana menggunakan produksinya ini untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri dan pasar luar negeri. "Harga produk ini di pasar interna sional juga tinggi," ujarnya. Direktur External Working Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia, Riset Herliyani Suharta, mengatakan tahun

lalu produksi etanol nasional baru sekitar 200 juta kiloliter. Tahun 2007 ini Indonesia diperkirakan

butuh 900 juta liter etanol. "Artinya, peluang pasar secara komersial untuk bisnis ini benar-benar menjanjikan," tuturnya. Analis Trimegah Securities, Sebastian Tobing, menilai rencana perusahaan mendirikan pabrik etanol dinilai cukup baik. Hanya, menurut dia, jika dana proyek itu di ambil dari kas

Page 3: Biofuel

perusahaan, arus kas perusahaan bakal sedikit terganggu. "Per September 2006, arus kas perusahaan sebesar US$ 148 juta. Jadi ada kemungkinan butuh pinjaman." Sebastian menambahkan, Medco juga harus mempertimbangkan imbal hasil keuntungan yang didapat dari pembangunan pabrik etanol. Sebab, bahan baku bioetanol terkait dengan tren harga gula di pasar internasional. Selain itu, kata dia, saat ini

pemerintah belum mengeluarkan standar nasional campuran bahan bakar nabati dengan bahan bakar energi. Medco Bangun Pabrik Bioenergi JAKARTA (Media): Medco Energy melalui anak usahanya PT Medco Ethanol Lampung, bakal terjun ke bisnis bahan bakar nabati (bioenergi) mulai tahun depan. Medco lebih memilih utuk memproduksi bioetanol untuk mengganti bahan bakar premium Presiden Direktur Medco energy chemicals Datnika S Puradinata memaparkan itu di Jakarta, kemarin. Keputusan Medco terjun ke bisnis bioenergi, menurut Djatnika, merupakan bentuk antisipasi melonjaknya kebutuhan bahan bakar alternatif di masa depan. “Selain itu berkeinginan menj adi salah satu industri utama dalam energi alternatif, khususnya biofuel,” kata Djatnika. Ia menjelaskan saat ini Medco tengah membangun fasilitas produksi bioetanol berbahan baku singkong dan molase (tetes tebu) di Kota bumi, Lampung Utara. Untuk membangun fasilitas itu,

Medco menanamkan investasi US$35 juta-US$45 juta. Lahan seluas 50 hektare itu nantinya akan

mengolah 1.200 ton. Setara 40 hektare singkong per hari dan mampu menghasilkan 180 kiloliter bioetanol per hari, Menurut Djatnika, Medco memilih singkong dan molase sebagai bahan baku, dengan pertimbangan harga singkong dan molase yang tidak terlalu fluktuatif seperti crude palm oil (CPO). “Selain itu, jenis singkong yang digunakan adalah singkong karet, tidak ada kekahawatiran akan habis terserap industri makanan,” papar Djatnika. Sementara itu, Menteri Negara BUMN Sugiharto mengungkapkan ada sejumlah investor dari Malaysia dan Singapura yang menaruh minat berinvestasi dalam bidang energi alternatif. “Ada sekitar empat sampai enam grup yang minat berinvestasi. Sugiharto mengatakan Indonesia dan Malaysia harus membentuk dual sinergy.” Bioenergi Malah Merugikan PEMANFAATAN getah jarak sebagai pengganti dari BBM malah merugi. Karena proses dan pemeliharaan teknologi yang akan digunakan nantinya sangat mahal. Dan lagi teknologi Indonesia belum mampu mengaplikasikan program pemenintah itu. Belum lagi dengan kerugian ekosistem yang disebabkan dengan pembudidayaan tanaman jarak itu sendiri. Tanaman jarak sangat mempengaruhi Iingkungan sekitarnya karena banyak menyerap air. Sehingga antar biaya pemasukan (proses) dengan pendapatan dari hasil bioenergi itu tidak seimbang. Bioenergi Gantikan BBM Tahap Implementasi Mulai 2007 MAGEL.ANG (Media): Pemerintah memutuskan untuk mengembangkan bioenergi sebagai energi alternatif pengganti bahan bakar minyak mulai 2007. Keputusan itu diambil dalam rapat terbatas yang dipimpin Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Rapat berlangsung selama dua hari sejak Sabtu (1/7) di Losari Coffee Plantion Resort and Spa, di Desa Losari, Kecamatan Grahag, Magelang. Presiden menvebut rapat itu sebagai Pertemuan Losari. Presiden menjelaskan, akhir Juli diharapkan sudah disusun draf pengembangan bioenergi. Pada awal Agustus, kata Kepala Negara, seluruh gubernur di Indonesia diundang untuk mengikuti sosialisasi proyek tersehut. “Pada tahun 2007, kita harapkan sudah pada tahap implementasi,” imbuhnya. Kemarin pagi Presiden didampingi Ibu Ani Yudhoyono menyempatkan diri berjalan santai mengelilingi areal perkebunan Losari, seperil perkebunan kopi, agrobisnis, sambil minum jamu. Kacang rebus dan ubi turut disajikan untuk Presiden dan rombongan. Usai jalan santai, Presiden berdialog dengan wartawan. Presiden mengatakan rapat terbatas membahas bagaimaná memanfaatkan bioenergi untuk kesejahteraan masyarakat di masa akan datang. “Sayang kalau kita tidak memanfaatkannya,” kata Presiden yang mengenakan baju olahraga berwarna kuning. Usai memimpin rapat yang dihadiri sejumlah

Page 4: Biofuel

menteri dan gubernur, tadi malam, Presiden menjelaskan pengembangan bioenergi untuk mengurangi kemiskinan. “Sebagaimana kita tahu meski fundamen ekonomi telah kita bangun beberapa tahun belakangan ini, angka pengangguran dan kemiskinan belum bisa dikurangi secara signifikan. Oleh karena itu, kita mengambil langkah ini dengan harapan adanya penciptaan lapangan kerja dan pengembangan ekonomi lokal,” ujar Presiden. Menurut Kepala Negara, pemerintah akan mengembangkan tebu dan singkong untuk pembuatan etanol, kelapa sawit dan buah jarak untuk pembuatan biodiesel. Pemanfaatan bioenergi itu, seperti diungkapkan Menteni Energi dan Sumber Daya Mineral Purnomo Yusgiantoro, diperkirakan mampu menghemat penggunaan listrik hingga 50%. Sedangkan terhadap solar dan premium masing -masing akan menghemat sampai 10%. Hingga 2010, kata dia, pemakaian bioenergi mencapai 10% dari total konsumsi BBM. Pendanaan program tersebut, kata Presiden, diambilkan dari APBN, serta investor dari dalam dan luar negeri. “Seluruh anggaran belum bisa kita tentukan jumlahnya, karena itu berkaitan dengan kepastian luas lahan, biay produksi, dan pembangunan pabrik.” Presiden menambahkan, ada 5 (lima) hal penting dalam pengembangan bioenergi, yakni;

1. ketersediaan lahan, 2. adanya mesin dan pabrik, 3. kesiapan infrastuktur, 4. adanya jaminan pasar, dan, 5. adanya pendanaan.

Ketersedian lahan, menurut Mentri Pertanian Anton Apriyanto, saat ini terdapat 5 juta hektar di seluruh Indonesia yang bisa dimanfaatkan untuk pengembangan bahan baku bioenergi .Menteri perindustrian Fahmi Idris menambahkan, Pemerintah membangun 8 (delapan) pabrik pengolahan minyak jarak. Menurut dia, 8 (delapan ) pabrik itu terdiri dari 4 (empat) pabrik dengan kapasitas 6.000 ton per tahun dan 4 (empat) lainnya berkapasitas 300 ton per tahun. Pemerintah Dukung Bioenergi JAKARTA, KOMPAS – Pengembangan energi terbarukan sebagai alternatif ketersediaan bahan bakar minyak di Indonesia diarahkan turut mengangkat kesejahteraan masyarakat. Jutaan tenaga kerja diharapkan dapat terserap dalam rangkaiyan proses pengembangannya. Demikian diungkapkan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Purnomo Yusgiantoro ketika menerima Tim Ekspedisi Minyak Jarak Murni National Geographic Indonesia (NGI) di kantonya, Selasa (4/7). “Presiden menekankan betul keterkaitan pengembangan minyak jarak dengan pro job an pro poor ungkap Purnomo. Pimpinan tim ekspedisi Tantyo Bangun menjelaskan, ekspedisi minyak jarak murni sebagai bahan bakar kendaraan bermotor akan dilakukan NGI menempuh rute Atambua-Bali-Bandung-Jakarta, antara 12-20 Juli 2006 mendatang. Di Bali, kegiatan akan diselingi Festival Janthropa yang seluruh penggerak mesin dan bahan bakar dalam kegiatan menggunakan minyak jarak murni. Purnomo yang mendukung kegiatan itu menyatakan, pengembangan minyak jarak sebagai energi alternatif memang sangat berpotensi mengangkat kesejahteraan masyarakat. Hal itu berbeda dengan karakter eksplorasi minyak dan gas atau pertambangan pada umumnya. “Pertambangan migas itu harus enclave, yang mengerjakan para ahli di tempat -tempat khusus, misalnya seperti Freeport atau Newmont. Untuk masyarakat sekitar, kemudian dibuat sistem pengembangan masyarakat. Di seluruh dunia begitu adanya,” kata dia. Sementara, pengembangan minyak jarak dapat melibatkan masyarakat secara massal sejak di tingkat produksi bahan mentah. Pemilik kebun pun dapat menjual biji jaraknya kepada produsen. Ditegaskan dia, bila pengembangan energi terbarukan akan dijadikan program pemenintah maka dibutuhkan investasi yang sangat besar. Untuk itu, kuncinya berada di tangan presiden. Sambutan sejumah negara Prof Robert Manurung, konsultan sekaligus pengembang minyak jarak murni sebagai pengganti BBM yang bekerja sama dengan NGI memaparkan, berdasarkan perhitungannya, jumlah tenaga kerja yang dapat diserap di perkebunan tanaman jarak berasio 1:1. “Potensinya besar sekali,” kata Manurung. Saat ini, lanjut Robert Manurung, para investor dan beberapa negara seperti Jepang, Jerman, China, Belanda, dan beberapa negara di kawasan Timur Tengah menyatakan minat berinvestasi di Indonesia. Bahkan,

Page 5: Biofuel

investor dari Belanda menyatakan keseriusannya menjadikan salah satu pulau di wilayah Bengkalis sebagai pusat perdagangan minyak jarak murni berskala internasional. Adapun nilai investasi yang dibutuhkan, kata dia, setiap 1.000.000 (satu juta) hektar lahan setara dengan 1 miliar dollar AS. Nilai itu termasuk alat dan modal kerja Selama enam bulan, tetapi belum termasuk pembelian lahan. Menurut Robert, pengembangan bioteknologi telah memungkinkan pemanenan perdana dapat dilakukan pada usia tanaman 5 (lima) bulan. Umumnya sekitar 6,7 (enam hingga tujuh) bulan. Usianya pun dapat mencapai Sekitar 50 tahun. Menyambut paparan dalam pertemun sekitar satu jam kemarin, sore harinya Purnomo secara khusus mengundang pengusaha nasional dan asing yang sungguh-sungguh ingin berinvestasi pada pengembangan minyak . Presiden Percepat Produksi Bioetanol GUNUNG SUGIH, KOMPAS - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menginginkan supaya pembangunan dan pengembang an energi alternatif bioetanol dipercepat untuk meningkatkan ketahanan energi nasional mengingat cadangan minyak bumi nasional tinggal 24 tahun lagi. Jika perlu, segera diwujudkan dalam tiga hingga lima tahun ke depan. Hal itu dikemukakan Presiden saat meninjau pabrik bioetanol milik PT Indo Lampung Distilery, kelompok dari Sugar Group Companies, di Kecamatan Bandar Mataram, Lampung Tengah, Senin (26/2). Dalam kunjungan tersebut, Presiden didampingi Menteri Pertanian Anton Apriyantono, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Purnomo Yusgiantoro, dan Menteri Negara Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal Saifullah Yusuf. Menurut Presiden, percepatan tersebut perlu untuk memperkuat ketahanan energi nasional dari bahan bioenergi dan memperkuat ketahanan gula nasional agar bisa menuju berswasembada gula tahun 2009. Itu sebabnya percepatan pengembangan bioenergi sebaiknya melibatkan setiap pabrik. gula di Indonesia. Selain memiliki lahan, pabrik gula juga harus memiliki bahan baku sendiri sehingga lebih efisien. Produksi etanol nasional di targetkan 150 juta liter per tahun dengan bahan baku singkong atau tebu. Untuk bisa memproduksi bioetanol sebanyak itu, setidak nya dibutuhkan areal tebu seluas 600.000 hektar. Upaya percepat an bisa dilakukan di antaranya di Lampung, Sumatera Selatan, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua. Percepatan produksi etanol sekaligus bisa menghemat devisa negara hingga Rp 16 triliun per tahun dan mampu menghasilkan pendapatan dari pajak hingga Rp 7,5 triliun. Dari percepatan tersebut, juga akan lebih banyak lagi lapangan pekerjaan yang terbuka. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Purnomo Yusgiantoro mengatakan, bioenergi etanol bisa mengganti bensin hasil olahan minyak bumi. "Saat ini saja setidaknya sudah ada 12 investor yang siap memproduksi bioetanol di Lampung," kata Purnomo. Di kawasan pabrik Indo Lam pung Distilery, Presiden Yudhoyono sempat mencoba mengendarai mobil berbahan bakar etanol. Ia menyatakan puas dengan uji coba tersebut dan mengharapkan produksi bahan bakar ramah lingkungan bisa terus dilakukan. Etanol Untuk Bahan Bakar Nabati Akan Bebas Cukai JAKARTA, KOMPAS - Departemen Energi dan Sumber Daya mengusulkan agar etanol yang akan digunakan sebagai bahan bakar transportasi dibebas kan dari cukai. Pelonggaran re gulasi itu merupakan bentuk insentif yang diberikan pemerintah untuk mendorong bisnis bahan bakar nabati . Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Purnomo Yusgiantoro, Selasa (21/11) di Jakarta, mengungkapkan, rancangan perubahan aturan itu sudah diajukan kepada Menteri Keuangan. "Pemerintah sudah berkomitmen akan memberi insentif di hulu dan hilir untuk pengembangan bahan bakar nabati," katanya. Etanol dapat diproses menjadi bioetanol, selanjutnya dapat menjadi gasohol jika dicampur dengan premium. Bioetanol merupakan satu dari tiga jenis bahan bakar nabati (biofuel), selain biodiesel dan biooil. Etanol diproduksi dari singkong, tebu, ubi jalar, dan jagung. Hingga kini (2006) baru ada satu perusahaan yang mampu memproduksi etanol dengan kualitas memenuhi syarat untuk bahan bakar. Tahun 2007 pemerintah memperkirakan kebutuhan etanol sebagai campuran untuk menghasilkan biopremium 5 persen mencapai 1,67 juta kiloliter. Terhitung sejak 1 November 2006 Departemen Keuangan menaikkan tarif cukai alkohol dan etanol dari Rp 2.500 per liter menjadi Rp 10.000 per liter. Deputi Direktur Pemasaran dan Niaga PT Pertamina Hanung Budya mengemukakan, pengembangan bahan bakar nabati terkendala

Page 6: Biofuel

harga bahan baku yang mahal . Ia mencontohkan harga asam metil ester murni yang menjadi bahan baku biodiesel saat ini sekitar Rp 4.900 per liter, sementara harga jual biodiesel Rp 4.200 per liter. Harga asam metil ester murni semakin melonjak setelah pemerintah mencanangkan program nasional pemanfaatan bahan bakar nabati. "Ini jadi masalah bagi produsen bahan baku biofuel maupun perusahaan yang memaparkan, seperti Pertamina yang menjual dengan harga subsidi," kata Hanung. la mengakui ada kesalahan persepsi di masyarakat bahwa harga bahan bakar alternatif lebih murah dari pada bahan bakar fosil Padahal dari segi produksi, biayanya lebih tinggi. Konsekuensinya, kalau ingin dijual dengan harga murah, harus disubsidi. Sejak pertengahan tahun ini (2006) Pertamina sudah memasarkan biodiesel dan biopremium. Volume penjualan biodiesel di wilayah Jakarta telah mencapai 2.000 kl per hari. Adapun biopremium baru dipasarkan secara terbatas di Malang, Jawa Timur. Banyak prototipe pembangkit mini ini, tetapi kendala paling besar adalah penggunaan bahan bakar etanol yang sangat mudah terbakar. Penyetrum ponsel Sekarang yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana para pemilik ponsel di daerah terpencil bisa menyetrum baterai ponselnya, terutama untuk daerah yang aliran listriknya hanya hidup pada malam hari atau bahkan tidak ada jaringan listrik sama sekali? Sebenarnya sudah tidak kurang pengembangan penyetrum baterai yang tidak memerlukan jaringan listrik Yang sangat at raktif sebenarnya adalah jenis fuel-cell atau baterai bahan bakar, di mana kebutuhan listrik langsung diambil dari bahan bakar seperti metanol melalui sebuah proses kimia, yaitu berupa kebalikan dari proses elektrolisa. Sudah ada banyak prototipe pembangkit mini jenis ini, tetapi kendala paling besar adalah bahan bakar metanol sangat mudah terbakar. Penerbangan masih melarang bahan bakar ini, apalagi belakangan ini semua jenis cairan yang dibawa ke dalam pesawat akan dicurigai sebagai upaya teror untuk meledakkan pesawat. Baterai fuel-cell sangat revolusioner yang bisa memecahkan kebutuhan listrik dari kebutuh an ponsel sampai pembangkit raksasa tanpa mengeluarkan gas buang berbahaya. Dengan baterai hidrogen itu tidak diperlukan lagi mengisi listrik dalam waktu lama, cukup beberapa detik dengan menyuntikkan bahan bakar ke tangki fuel-cell. Langkah evolutif tetapi juga menarik adalah pengembangan sel surya fleksibel (lentur atau bisa digulung). Dari jenis sel surya lentur ini bisa dikembangkan penyetrum dalam berbagai, bentuk sesuai dengan kebutuhan praktis dengan bobot yang jauh lebih ringan daripada yang ada sekarang. Setidaknya ketiga sumber daya listrik tersebut bisa memberikan solusi yang menarik, tentu belum termasuk air dan angin. Bagaimanapun solusi-solusi yang mandiri seperti ini seharusnya terus-menerus dikem bangkan jika memang pemerintah serius memikirkan daerah terpencil di negeri ini. Bioetanol Bioetanol ternyata berpotensi menebar dampak merugikan untuk kesehatan. Sebuah model simulasi kualitas udara, yang dikembangkan ilmuwan di Stanford University, Amerika Serikat, menunjukkan pada 2020 nanti kadar ozon lingkungan akan melonjak jika semua kendaraan menggunakan bahan bakar alternatif yang satu ini. Akibatnya, angka kematian karena masalah pernapas an dan serangan asma ikut meningkat. Dalam jurnal Environmental Science and Technology, Mark Jacobson, pakar atmosfer, mengungkapkan temuannya bahwa, "Penggunaan E85 (campuran 85 persen etanol dan 15 persen minyak fosil) akan menimbulkan dampak kesehatan yang setidaknya sama buruknya dengan bensin, yang selama ini sudah memicu sekitar 10 ribu kematian bayi prematur setiap tahunnya." Dalam studinya yang juga memasukkan faktor suhu, sinar matahari, penutupan awan, dan curah hujan, Jacobson mendapati peningkatan konsentrasi ozon-polutan yang berbahaya untuk sistem pernapasan setara dengan tambahan angka kematian sobanyak 200 jiwa setiap tahunnya di seluruh Amerika. Bioetanol sejatinya adalah bahan bakar nabati yang ditujukan untuk menghapus ketergantungan terhadap bensin. Emisi gas rumah kaca juga diyakini akan terkurangi 50-60 persen bila mengandalkan bahan bakar ini. Stuart Shales, pakar bioteknologi lingkungan di Inggris, menyatakan baru kali inilah ada riset yang mengaitkan penggunaan bahan bakar alternatif dengan konsentrasi ozon. "Pertanyaannya adalah apakah ada permasalahan pernapasan di Brasil, yang sudah memproduksinya sejak 1970-an," katanya.

Page 7: Biofuel

Investasi Biodiesel 25 Juta Dollar AS,Di Lampung Akan Dibangun Pabrik Bio-etanol JAKARTA: PT Bakrie Sumatera Plantations dan PT Rekayasa Industri membentuk perusahaan patungan untuk membangun pabrik biodisel. Pabrik yang direncanakan berkapasitas 60.000 ton biodisel per tahun itu akan dibangun dengan investasi bernilai sekitar 25 juta AS . Perjanjian pembentukan per-usahaan patungan tersebut ditandatangani di Jakarta, Selasa (18/4), oleh Presiden Direktur PT Bakrie Sumatera Plantations (BSP) Ambono Janurianto dan Direktur Utama PT Rekayasa Industri Triharyo Indrawan Soe sila. Perusahaan patungan yang dinamai PT Bakrie Rekin Bio Energy ini akan mempunyai pabrik pertama yang mermproduksi biodiesel dengan skala relatif besar di Indonesia. Komposisi kepemilikan saham perusahaan patungan itu, 70 persen dimiliki PT BSP dan 30 persen oleh Rekayasa Industri. "Konstruksi pabrik dilakukan awal tahun depan, diharapkan selesai dan bisa operasional dalam 18 bulan sampai dua tahun," kata Triharyo Indrawan Soesilo. Potensi pasar biodiesel sebagai bahan bakar pengganti minyak solar yang saat ini terbuka luas di dalam dan luar negeri membuat kedua perusahaan ini meyakini prospek penjualan basil produk sinya. Di dalam negeri produksi biodiesel perusahaan ini direncanakan akan dipasarkan untuk industri yang selama ini menggunakan solar dengan harga tanpa subsidi. Untuk industri yang tidak disubsidi, harga biodiesel ini sangat kompetitif; kata Ambono. Selain itu, biodiesel ramah lingkungan dan memiliki tingkat efisiensi energi lebih tinggi dibandingkan bahan bakar minyak solar. Studi kelayakan Hingga sekarang sekitar 30 persen dari total kebutuhan solar Indonesia sebanyak 27 juta ton per tahun, masih diimpor. "Mengingat besarnya kebutuhan itu, potensi biodiesel sebagai ba han bakar alternatif pengganti solar impor sangat besar," kata Triharya. Saat ini studi kelayakan usaha sedang dilakukan untuk menentukan lokasi pabrik. Alternatif lokasi yang tengah dipelajari adalah di daerah Jambi atau Batani. Perusahaan patungan ini akan berupaya memproduksi biodiesel bukan hanya dengan bahan baku minyak kelapa sawit tetapi juga pohon jarak. Namun, pasokan bahan baku yang sekarang paling siap untuk diolah menjadi biodiesel adalah kelapa sawit. Bakrie saat ini memiliki 30.000 hektar lahan kelapa sawit. Penebangan lahan masih dilakukan sehingga ketika pabrik biodiesel rnulai beroperasi pada akhir 2008, kebutuhan bahan baku 50.000 hektar lahan kelapa sawit milik Bakrie. Total produksi rninyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) Indonesia tahun ini diperhitungkan sebesar 15,2 juta ton per tahun. Sejumlah 10,4 juta ton diantaranya diekspor. "Sebagian besar CPO Indonesia yang diekspor itu, di luar negeri diolah untuk jadi biodiesel. Tentu akan lebih baik jika CPO itu bisa kita olah sendiri, ditingkatkan nilai tambalmya," Triharyo. Dari sisi teknologi, Rekayasa Industri meyakini tidak lagi terdapat kendala. Satu-satunya hambatan adalah ketersediaan pasokan bahan baku. Melalui kerja sama dengan Bakrie kendala tersebut diyakini dapat teratasi. Sementara itu, investor dari Korea menunjukkan minat untuk membangun pabrik bio-etanol di Larnpung. Investasi sebesar Rp 10 triliun akan direncanakan dikucurkan secara bertahap hingga 50 tahun ke depan. Asisten Bidang Ekonomi, Keuangan, dan Pembangunan Sekretaris Daerah Provinsi Lampung, Suryono SW, hari Selasa kemarin mengatakan, investasi itu akan diwujudkan dalam bentuk pembangunan 2 (dua) pabrik bio-etanol yang masing-masing berkapasitas 300 kiloliter per hari. Setidaknya setiap pabrik akan membutuhkan 6,5 ton singkong per hari. Kebutuhan singkong, diharapkan bisa dipenuhi oleh petani Lampung, Pada delapan tahun pertama akan dikembangkan lahan seluas 150.000 hektar untuk memenuhi kebutuhan bahan baku untuk etanol.

Page 8: Biofuel