bhs. indo karakteristik kebahasaan

Upload: fiola-finandakasih

Post on 15-Oct-2015

134 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

indonesia

TRANSCRIPT

  • 10

    BAB 2

    LANDASAN TEORETIS

    2.1 Karakteristik Kebahasaan

    Semua bahasa memiliki karakteristik kebahasaan, pengertian karakteristik

    kebahasaan ialah ciri-ciri khusus perihal bahasa. Adapun karakteristik kebahasaan

    secara formal meliputi aspek (1) fonologi, (2) morfologi, (3) sintaksis, dan (4)

    semantik.

    2.1.1 Karakter Ranah Fonologi

    Fonologi merupakan cabang linguistik yang mengkaji bunyi-bunyi ujar

    (Muslich, 2008: 1). Fonologi mempunyai dua cabang kajian, yaitu (1) fonetik, dan

    (2) fonemik. Ilmu fonologi digunakan dalam penelitian ini untuk menelusuri

    penyerapan istilah kehutanan. Penulisan istilah serapan itu dilakukan dengan atau

    tanpa penyesuaian ejaannya berdasarkan kaidah fonotaktik, yakni hubungan

    urutan bunyi yang diizinkan dalam bahasa Indonesia. Misalkan pada kata

    deforestation yang telah dikodifikasi menjadi deforestasi.

    2.1.2 Karakter Ranah Morfologi

    Morfologi didefinisikan sebagai bagian dari ilmu bahasa yang

    membicarakan seluk beluk struktur kata serta pengaruh perubahan-perubahan

    struktur kata terhadap kelas kata dan arti kata (Putrayasa,2010: 3). Pengertian lain

    mengenai morfologi ialah bagian dari ilmu bahasa yang membicarakan atau yang

  • 11

    mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk

    kata terhadap golongan dan arti kata, atau dengan kata lain dapat dikatakan bahwa

    morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta fungsi perubahan-perubahan

    bentuk kata itu, baik fungsi gramatik maupun fungsi semantik ( Ramlan, 1997:

    21).

    Proses pembentukan kata-kata dari satuan yang merupakan bentuk dasarnya

    disebut proses morfologik. Dalam bahasa Indonesia terdapat tiga proses

    morfologik, yaitu proses pembubuhan afiks (afiksasi), proses pengulangan, dan

    proses pemajemukan.

    2.1.3 Karakter Ranah Sintaksis

    Sintaksis ialah cabang dari tata bahasa yang mempelajari hubungan kata

    atau kelompok kata dalam kalimat. Sintaksis dapat diartikan pula sebagai cabang

    dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk-beluk wacana, kalimat, klausa, dan

    frasa Sitindoan (dalam Damaianti, 2005: 1). Dalam penelitian ini, peneliti hanya

    memanfaatkan teori sintaksis mengenai frasa saja.

    2.1.4 Karakter Ranah Semantik

    Chaer (1994: 2) berpendapat bahwa semantik yang dipergunakan dalam

    bidang linguistik adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara tanda-tanda

    linguistik dengan hal-hal yang ditandainya. Sementara itu, Pateda (2010: 7)

    berpendapat bahwa semantik ialah subdisiplin linguistik yang membicarakan

    makna. Dengan kata lain, semantik berobjekkan makna. Kalau kita perhatikan

  • 12

    sebuah bentuk, apakah kata, frasa, klausa, atau kalimat, sebenarnya terdiri atas

    dua lapis, yakni lapis bentuk dan lapis makna.

    2.2 Satuan Bahasa

    Definisi satuan bahasa adalah segmen yang mendukung pola dalam tataran

    bahasa. Adapun segmen yang dimaksud tersebut terdiri dari fonem, morfem, kata,

    frasa, kalimat dan wacana. Korpus penelitian ini hanya meliputi kata dan frasa,

    oleh sebab itu berikut ini merupakan penjelasan mengenai kata dan frasa.

    2.2.1 Kata

    Putrayasa (2008: 43) berpendapat pada umumnya, para tatabahawasan

    menentukan satuan kata berdasarkan tiga ukuran, yaitu (1) kata sebagai satuan

    fonologis, (2) kata sebagai satuan gramatis, dan (3) kata sebagai satuan arti.

    Terdapat beberapa pendapat yang menjelaskan tentang kata salah satunya Ramlan

    (dalam Putrayasa, 2008: 44) yang mengatakan bahwa kata merupakan dua macam

    satuan, yatu satuan fonologis dan satuan gramatis. Lebih lanjut berikut merupakan

    penjelasan Parera mengenai kata (dalam Putrayasa, 2008: 44).

    a) Kata mendapatkan tempat yang penting dalam analisis bahasa. Kata adalah

    satu kesatuan sintaksis dalam tutur atau kalimat;

    b) Kata dapat merupakan satu kesatuan penuh dan komplet dalam ujar sebuah

    bahasa, kecuali partikel.

    c) Kata dapat ditersendirikan. Hal tersebut berarti sebuah kata dalam kalimat

    dapat dipisahkan dari yang lain dan juga dipindahkan.

  • 13

    2.2.2 Frasa

    Ramlan (dalam Damaianti dan sitaresmi, 2005:5) berpendapat, frasa adalah

    satuan gramatik yang terdiri atas dua kata atau lebih yang tidak melampaui batas

    fungsi unsur klausa. Singkatnya, frasa adalah satuan gramatik yang terdiri atas dua

    kata atau lebih dan hanya menduduki salah satu fungsi unsur klausa yaitu Subjek

    (S), predikat (P), objek (O), pelengkap (PEL), dan keterangan.

    2.3 Istilah dan Tata Istilah

    Istilah adalah kata atau frasa yang dipakai sebagai nama atau lambang dan

    yang dengan cermat mengungkapkan makna konsep, proses, keadaan, atau sifat

    yang khas dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Tata istilah

    (terminologi) adalah perangkat asas dan ketentuan pembentukan istilah serta

    kumpulan istilah yang dihasilkannya. Misalnya:

    anabolisme pasar modal

    demokrasi pemerataan

    laik terbang perangkat electron

    1) Istilah Umum dan Istilah Khusus

    Istilah umum adalah istilah yang berasal dari bidang tertentu, yang karena

    dipakai secara luas, menjadi unsur kosakata umum. Misalnya:

    anggaran belanja penilaian

    daya radio

    nikah takwa

  • 14

    2) Persyaratan Istilah yang Baik

    Dalam pembentukan istilah perlu diperhatikan persyaratan dalam

    pemanfaatan kosakata bahasa Indonesia yang berikut.

    a. Istilah yang dipilih adalah kata atau frasa yang paling tepat untuk

    mengungkapkan konsep termaksud dan yang tidak menyimpang dari makna

    itu.

    b. Istilah yang dipilih adalah kata atau frasa yang paling singkat di antara pilihan

    yang tersedia yang mempunyai rujukan sama.

    c. Istilah yang dipilih adalah kata atau frasa yang bernilai rasa (konotasi) baik.

    d. Istilah yang dipilih adalah kata atau frasa yang sedap didengar (eufonik).

    e. Istilah yang dipilih adalah kata atau frasa yang bentuknya seturut kaidah

    bahasa Indonesia.

    2.3.1 Proses Pembentukan Istilah

    Berikut merupakan uraian mengenai proses pembentukan istilah

    berdasarkan Pedoman Umum Pembentukan Istilah.

    1) Pemadanan Istilah

    Pemadanan istilah asing ke dalam bahasa Indonesia dan jika perlu ke salah

    satu bahasa serumpun, dilakukan lewat penerjemahan, penyerapan, atau gabungan

    penerjemahan dan penyerapan. Demi keseragaman, sumber rujukan yang

    diutamakan ialah istilah Inggris yang pemakaiannya bersifat internasional karena

    sudah dilazimkan oleh para ahli dalam bidangnya. Penulisan istilah serapan itu

  • 15

    dilakukan dengan atau tanpa penyesuaian ejaannya berdasarkan kaidah fonotaktik,

    yakni hubungan urutan bunyi yang diizinkan dalam bahasa Indonesia.

    a) Penerjemahan

    Istilah Indonesia dapat dibentuk melalui penerjemahan, baik penerjemahan

    langsung maupun penerjemahan dengan perekaan. Berikut ini merupakan

    penjelasannya.

    a. Penerjemahan Langsung

    Istilah Indonesia dapat dibentuk lewat penerjemahan berdasarkan

    kesesuaian makna, tetapi bentuknya tidak sepadan. Misalnya:

    Supermarket menjadi pasar swalayan

    Merger menjadi gabung usaha

    Penerjemahan dapat pula dilakukan berdasarkan kesesuaian bentuk dan

    makna. Misalnya:

    Bonded zone menjadi kawasan berikat

    Skyscraper menjadi pencakar langit

    Penerjemahan istilah asing memiliki beberapa keuntungan. Selain

    memperkaya kosakata Indonesia dengan sinonim, istilah terjemahan juga

    meningkatkan daya ungkap bahasa Indonesia. Jika timbul kesulitan dalam

    penyerapan istilah asing yang bercorak Anglo-Sakson karena perbedaan antara

    lafal dan ejaannya, penerjemahan merupakan jalan keluar terbaik. Dalam

    pembentukan istilah lewat penerjemahan perlu diperhatikan pedoman berikut.

  • 16

    (1) Penerjemahan tidak harus berasas satu kata diterjemahkan dengan satu kata.

    Misalnya:

    Psychologist ahli psikologi

    (2) Istilah asing dalam bentuk positif diterjemahkan ke dalam istilah Indonesia

    bentuk positif, sedangkan istilah dalam bentuk negatif diterjemahkan ke

    dalam istilah Indonesia bentuk negatif pula. Misalnya:

    Inorganic menjadi takorganik

    (3) Kelas kata istilah asing dalam penerjemahan sedapat-dapatnya dipertahankan

    pada istilah terjemahannya. Misalnya:

    Merger (nomina) menjadi gabung usaha (nomina)

    (4) Dalam penerjemahan istilah asing dengan bentuk plural, pemarkah

    kejamakannya ditangglkan pada istilah Indonesia. Misalnya:

    Alumni menjadi lulusan

    b. Penerjemahan dengan Perekaan

    Adakalanya upaya pemadanan istilah asing perlu dilakukan dengan

    menciptakan istilah baru. Istilah factoring, misalnya, sulit diterjemahkan atau

    diserap secara utuh. Dalam khazanah kosakata bahasa Indonesia/Melayu terdapat

    bentuk anjak dan piutang yang menggambarkan pengalihan hak menagih utang.

    Lalu, direka istilah anjak piutang sebagai padanan istilah factoring. Begitu pula

    pemadanan catering menjadi jasa boga dan invention menjadi rekacipta diperoleh

    lewat perekaan.

  • 17

    b) Penyerapan

    Proses penyerapan dapat melalui (1) penyerapan istilah atau (2) penyerapan

    afiks dan bentuk terikat istilah asing.

    1. Penyerapan Istilah

    Penyerapan istilah asing untuk menjadi istilah Indonesia dilakukan

    berdasarkan hal-hal berikut.

    (1) Istilah asing yang akan diserap meningkatkan ketersalinan bahasa asing dan

    bahasa Indonesia secara timbal balik (intertranslatability) mengingat

    keperluan masa depan.

    (2) Istilah asing yang akan diserap mempermudah pemahaman teks asing oleh

    pembaca Indonesia karena dikenal lebih dahulu.

    (3) Istilah asing yang akan diserap lebih ringkas jika dibandingkan dengan

    terjemahan Indonesianya.

    (4) Istilah asing yang akan diserap mempermudah kesepakatan antar pakar jika

    padanan terjemahannya terlalu banyak sinonimnya.

    (5) Istilah asing yang akan diserap lebih cocok dan tepat karena tidak

    mengandung konotasi buruk.

    Proses penyerapan istilah asing, dengan mengutamakan bentuk visualnya,

    dilakukan dengan cara yang berikut.

    (1) Penyerapan dengan penyesuaian ejaan dan lafal. Misalnya:

    Camera [kmra] menjadi kamera [kamera]

    (2) Penyerapan dengan penyesuaian ejaan tanpa penyesuaian lafal. Misalnya:

    Design [disan] menjadi desain [desain]

  • 18

    (3) Penyerapan tanpa penyesuaian ejaan, tetapi dengan penyesuaian lafal.

    Missalnya:

    Bias [bas] menjadi bias [bias]

    (4) Penyerapan tanpa penyesuaian ejaan dan lafal

    (a) Penyerapan istilah asing tanpa penyesuaian ejaan dan lafal dilakukan

    dilakukan jika ejaan dan lafal istilah asing itu tidak berubah dalam banyak

    bahasa modern, istilah itu dicetak dengan huruf miring. Misal: allegro

    moderato divide et impera

    (b) Penyerapan istilah tanpa penyesuaian ejaan dan lafal dilakukan jika istilah

    itu juga dipakai secara luas dalam kosakata umum, istilah itu tidak ditulis

    denga huruf miring (dicetak dengan huruf tegak). Misal golf golf

    2. Penyerapan Afiks dan Bentuk Terikat Istilah Asing

    Penyerapan afiks dan bentuk istilah asing dapat melalui (1) penyesuaian

    ejaan prefiks dan bentuk terikat dan (2) penyesuaian ejaan sufiks.

    (1) Penyesuaian Ejaan Prefiks dan Bentuk Terikat

    Prefiks asing yang bersumber pada bahasa Indo-Eropa dapat dipertimbangkan

    pemakaiannya di dalam peristilahan Indonesia setelah disesuaikan ejaannya.

    Prefiks asing itu, antara lain, ialah sebagai berikut.

    Tabel 2.1 Penyesuaian Ejaan Prefiks dan Bentuk Terikat

    Prefiks Makna Contoh Serapan a-, ab-, abs-, dari, menyimpang dari,

    menjauhkan dari amoral abstract abnormal

    amoral abstrak abnormal

    a-, an-

    tidak, bukan, tanpa tetap a-, an-

    anemia aneurysm

    anemia aneurisme

  • 19

    ad-, ac-, ke, berdekatan dengan, melekat pada menjadi ad-, ak-

    adhesion acculturation

    adhesi akulturasi

    am-, amb- sekeliling, keduanya tetap am-, amb-

    ambivalence anatropous

    ambivalensi anatrop

    ante- sebelum, depan tetap ante-

    antediluvian Antediluvian

    anti-, ant-

    bertentangan dengan tetap anti-, ant-

    anticatalyst antacid

    antikatalis anatsid

    apo-, lepas, terpisah, berhubungan dengan tetap apo-

    apochromatic apomorphine

    apokromatik apomorfin

    aut-, auto- sendiri, bertindak sendiri tetap aut-, auto

    autarky autostrada

    autarki autostrada

    bi-, pada kedua sisi, dua tetap bi-

    biconvex bisexual

    bikonveks biseksual

    cata- bawah, sesuai dengan menjadi kata-

    cataclysm catalyst

    kataklisme katalis

    co-, com-,

    con-,

    dengan, bersama-sama, berhubungan dengan menjadi ko-, kom-, kon-

    coordination commission concentrate

    koordinasi komisi konsentrat

    contra-, menentang, berlawanan menjadi kontra-

    contradiction contraindication

    kontradiksi kontraindikasi

    de-, memindahkan, mengurangi tetap de-

    dehydration devaluation

    dehidrasi devaluasi

    di-, dua kali, mengandung duatetap di-

    dichloride dichromatic

    diklorida dikromatik

    dia- melalui, melintas tetap dia-

    diagonal diapostive

    diagonal diapositif

    dis-, ketiadaan, tidak tetap dis-

    disequilibrium disharmony

    disekuilibrium disharmoni

    eco-, lingkungan menjadi eko- ecology ekologi em-, en- dalam, di dalam tetap

    em-, en-

    empathy encephalitis

    empati ensefalitis

    endo-, di dalam tetap endo- endoskeleton Endoskeleton epi- di atas, sesudah tetap

    epi- epigone epiphyte

    epigon epifit

    ex-, sebelah luar, menjadi eks-

    exclave esclusive

    eksklave ekslklusif

    exo-, ex-, sebelah luar, mengeluarkan menjadi ekso-, eks-

    exoergic exogamy

    eksoergik eksogami

    extra-, di luar menjadi ekstra- extradition ekstradisi

  • 20

    hemi-, separuh, setengah tetap hemi-

    hemihedral hemisphere

    hemihedral hemisfer

    hemo-, darah tetap hemo- hemoglobin hemoglobin hepta-, tujuh, mengandung

    tujuh tetap hepta- heptameter heptarchy

    heptameter heptarki

    hetero- lain, berada tetap hetero-

    heterodox heterodoks

    hexa-, enam, mengandung enam menjadi heksa-

    hexachloride hexagon

    heksaklorida heksagon

    hyper-, di atas, lewat, super menjadi hiper-

    hyperemia hypersensitive

    hyperemia hipersensitif

    hypo- bawah, di bawah, di bawah, tetap hipo-

    hipoblast hypochondria

    hipoblas hipokondria

    im-, in-, il-, tidak, di dalam, ke dalam tetap im-, in-, il-

    immigration induction illegal

    imigrasi induksi illegal

    infra-, bawah, di bawah, di dalam tetap infra-

    infrasonic infraspecific

    infrasonik infraspesifik

    inter- di antara, saling tetap inter-

    interference international

    interferensi internasional

    intra-, di dalam, di antara tetap intra-

    intradermal intracell

    intradermal intrasel

    intro- dalam, ke dalam tetap intro

    introjection introvert

    introjeksi introvert

    iso-, sama tetap iso- isoagglutinin Isoaglutinin meta-, sesudah, berubah,

    perubahan tetap meta- metamorphosis metanephros

    metamorphosis metanefros

    mono-, tunggal, mengandung satu tetap mono-

    monodrama monoxide

    monodrama monoksida

    pan-, pant/panto-,

    semua, keseluruhan tetap pan-, pant-, panto-

    panacea pantisocracy

    panasea pantisokrasi

    para-, di samping, erat berhubungan dengan, hampir tetap para-

    paraldehyde parathyroid

    paraldehida paratiroid

    penta- lima, mengandung lima tetap penta-

    pentahedron pentane

    pentahedron pentane

    peri- sekeliling, dekat, melingkupi tetap peri-

    perihelion perihelion

    perineurium perineurium

    poly- banyak, berkelebihan menjadi poli-

    polyglotism polyphagia

    poliglotisme polifagia

    pre-

    sebelum, sebelumnya, di muka tetap pre-

    preandomen premature

    preabdomen prematur

    pro-, sebelum, di depan tetap pro-

    prothalamion prothorax

    protalamion protoraks

  • 21

    proto- pertama, mula-mula tetap proto-

    protolithic prototype

    protolitik prototipe

    pseudo-, pseudo-

    palsu tetap pseudo-, pseudo-

    pseudomorph pseudepigraphy

    pseudomorf pseudepigrafi

    quasi- seolah-olah, kira-kira menjadi kuasi-

    quasi-historical quasi-legislative

    kuasihistoris kuasilegislatif

    re- lagi, kembali tetap re- reflection refleksi retro- ke belakang, terletak di

    belakang tetap retro retroflex retroperitoneal

    retrofleks retroperitoneal

    semi- separuhnya, sedik banyaknya, sebagian tetap semi-

    semifinal semipermanent

    semifinal semipermanen

    sub- bawah, di bawah, agak, hampir tetap sub-

    subfossil submucosa

    subfosil submukosa

    super-, sur-, lebih dari, berada di atas tetap super-, sur-

    superlunar surrealism

    superlunar surealisme

    supra- unggul, melebihi tetap supra-

    supramolecular suprasegmental

    supramolekuler suprasegmental

    syn- dengan, bersama-sama, pada waktu menjadi sin-

    syndesmosis synesthesia

    sindesmosis sinestesia

    tele- jauh, melewati jarak tetap tele-

    telepathy telescope

    telepati teleskop

    trans- ke/di seberang, lewat, mengalihkan tetap trans-

    transcontinental transliteration

    transcontinental transiliterrasi

    tri- tiga tetap tri- trichromat trikromat ultra- melebihi, super tetap

    ultra- ultramodern ultraviolet

    ultramodern ultraviolet

    uni-, satu, tunggal tetap uni- unicellular unilateral

    uniseluler unilateral

    (2) Penyesuaian Ejaan Sufiks

    Sufiks asing dalam bahasa Indonesia diserap sebagai bagian kata berafiks

    yang utuh. Kata seperti standarisasi, impelementasi, dan objektif diserap secara

    utuh di samping kata standar, implement, dan objek. Berikut daftar kata berafiks

    tersebut.

  • 22

    Tabel 2.2 Penyesuaian Ejaan Sufiks

    Sufiks Makna Contoh Serapan -aat (Belanda)

    menjadi at advocaat advokat

    -able, -ble(Inggris)

    menjadi bel variable variabel

    -ac(Inggris) menjadi ak maniac maniak -age(Inggris) menjadi ase sabotage sabotase -air (Belanda), -ary (Inggris)

    menjadi er complementair, complementary

    komplementer

    -al(Inggris) menjadi al credential kredensial -ance, -ence

    (Inggris) menjadi ans, -ens

    ambulance thermoluminescence

    ambulans termoluminesens

    -ancy, -ency (Inggris)

    menjadi ansi, -ensi

    efficiency relevancy

    efisiens relevansi

    -anda, -end, -andum, -endum (Belanda, Inggris)

    menjadi anda, -en, -andum, -endum

    propaganda dividend memorandum referendum

    propaganda dividen memorandum referendum

    -ant (Belanda, Inggris)

    menjadi an accountant informant akuntan informan

    -ar(Inggris) menjadi ar, -er

    curricular solar

    kurikuler solar

    -archie (Belanda), -archy (Inggris)

    menjadi arki anarchie,anarchy monarchie,monarchy

    anarki monarki

    -ase, -ose

    (Inggris) menjadi ase, -ose

    amylase dextrose

    amylase dekstrosa

    -asme, -asm

    (Belanda), (Inggris)

    menjadi asme sarcasme, sarcasm pleonasme,pleonasm

    sarkasme pleonasme

    -ate (Inggris) menjadi at emirate emirat -atie,-(a)tion (Belanda), (Inggris)

    menjadi -(a)si actie,action publicatie,publication

    aksi publikasi

    -cy(Inggris) menjadi asi, -si

    accountancy accuracy

    akuntansi akurasi

    -eel yang tidak ada materiel materiel

  • 23

    (Belanda)

    padanan dalam bahasa Inggris menjadi el

    moreel principieel

    morel prinsipiel

    -eel,-aal (Belanda), -al (Inggris)

    menjadi al formeel, formal ideaal. ideal materiaal, material

    formal ideal material

    -et, -ette (Inggris)

    menjadi et duet cabinet

    duet kabinet

    -eur

    (Belanda), -or (Inggris)

    menjadi ir

    amateur importeur

    amatir importer

    -eur

    (Belanda), -or (Inggris)

    menjadi ur

    conducteur,conductor directeur, director inspecteur, inspector

    kondektur direktur inspektur

    -eus

    (Belanda) menjadi us misterieus misterius

    -ficatie (Belanda), -fication (Inggris)

    menjadi fik specificatie,specification unificatie, unification

    spesifikasi unifikasi

    -fiek (Belanda), -fic (Inggris)

    menjadi -fik specifiek, specific honorifiek, honorific

    spesifik honorifik

    -iek (Belanda), -ic, ique (Inggris)

    menjadi ik

    periodiek, periodiec numeriek, numeric uniek, unique techniek, technique

    periodik numerik unik teknik

    -isch (Belanda), -ic, -ical (Inggris)

    menjadi is

    optimistisch, optimistic allergisch, symbolical practisch, practical

    optimistis simbolis praktis

    -icle (Inggris)

    menjadi ikel article artikel

    -ica (Belanda), -ics (Inggris)

    menjadi ika, -ik

    mechanica, mechanics phonetics

    mekanika fonetik

    -id, -ide (Inggris)

    menjadi id, -ida

    chrysalid oxide

    krisalid oksida

    -ief (Belanda), -ive (Inggris)

    menjadi if

    demonstratief,demonstrative descriptief, descriptive depressief, depressive

    demonstratif deskriptif depresif

    -iel (Belanda), -ile, -le

    menjadi il

    kwartiel, quartile percentile, percentile stabile, stable

    kuartil persentil stabil

  • 24

    (Inggris) -iet (Belanda), -ite (Inggris)

    menjadi it

    favoriet, favorite dolomiet, dolomite stalactiet, stalactite

    favorit dolomit stalaktit

    -in (Inggris) menjadi in penicillin Penisilin -ine (Inggris) menjadi in, -

    ina cocaine quarantine

    kokain karantina

    -isatie (Belanda), -ization (Inggris)

    menjadi isasi naturalisatie, naturalization socialisatie, socialization

    naturalisasi sosialisasi

    -isme (Belanda), -ism (Inggris)

    menjadi isme

    expressionism,expressionism modernism, modernism

    ekspresionisme modernism

    -ist (Belanda, Inggris)

    menjadi is extremist receptionist

    ekstremis resepsionis

    -iteit (Belanda), -logy (Inggris)

    menjadi logi

    analogie, analogy technologie, technology

    analogi teknologi

    -loog (Belanda), -logue (Inggris)

    menjadi log

    cataloog, catalogue dialoog, dialogue

    katalog dialog

    -lyse (Belanda), - lysis (Inggris)

    menjadi lisis analyse, alaysis paralyse, paralysis

    analisis paralisis

    -oide (Belanda), -oid (Inggris)

    menjadi oid

    anthropoide, anthropoid metalloide, metalloid

    anthropoid metalloid

    -oir(e) (Belanda)

    menjadi oar repertoire trottoir

    repertoar trotoar

    -or (Inggris) menjadi or corrector Korektor -ous

    (Inggris) ditinggalkan amophous

    polysemous amorf polisem

    -se

    (Belanda), -sis (Inggris)

    menjadi sis

    synthese, synthesis anamnese, amanesis

    sintesis anamnesis

    -teit (Belanda),

    menjadi tas

    qualiteit, quality universiteit, university

    kualitas universitas

  • 25

    -ty (Inggris) -ter (Belanda), -tre (Inggris)

    menjadi ter

    diameter, diametre theater, theatre

    diameter teater

    -uur

    (Belanda), -ure

    (Inggris)

    menjadi ur

    proceduur, procedure structuur, structure

    prosedur struktur

    -y (Inggris) menjadi i monarchy monarki

    c) Gabungan Penerjemahan dan Penyerapan

    Istilah bahasa Indonesia dapat dibentuk dengan menerjemahkan dan

    menyerap istilah asing sekaligus. Misalnya:

    bound morpheme morfem terikat

    clay colloid koloid lempung

    subdivision subbagian

    d) Perekaciptaan Istilah

    Kegiatan ilmuwan, budayawan, dan seniman yang bergerak di baris

    terdepan ilmu, teknologi, dan seni dapat mencetuskan konsep yang belum ada

    selama ini. Istilah baru untuk mengungkapkan konsep itu dapat direkacipta sesuai

    dengan lingkungan dan corak bidang kegiatannya. Misalnya, rekacipta istilah

    fondasi cakar aya, penyangga sosrobahu, plasma inti rakyat, dan tebang pilih

    Indonesia telah masuk ke dalam khazanah peristilahan.

  • 26

    e) Pembakuan dan Kodifikasi Istilah

    Istilah yang diseleksi lewat pemantapan, penerjemahan, penyerapan, dan

    perekaciptaan dibakukan lewat kodifikasi yang mengusahakan keteraturan bentuk

    seturut kaidah dan adat pemakaian bahasa. Kodifikasi itu tercapai dengan

    tersusunnya sistem ejaan, buku tata bahasa, dan kamus yang merekam dan

    menetapkan bentuk bakunya.

    f) Bagan Prosedur Pembakuan Istilah

    Prosedur pembakuan dapat dilihat pada bagan berikut.

    Bagan Prosedur Pembakuan Istilah

    Dgn penyesuaian ejaan & lafal

    Dgn penyesuaian ejaan tanpa

    penyesuaian lafal

    Tanpa penyesuaian ejaan dgn

    penyesuaian lafal

    Tanpa penyesuaian ejaan lafal

    Konsep

    Konsep

    yg baru

    Pemantapan

    Konsep

    yg baru

    Konsep & istilah yg berasal dr nusantara

    Konsep & istilah yg berasal dr mancanegara

    Konsep & istilah yg berasal dr nusantara

    Pemadanan

    Perekaciptaan

    Penerjemahan

    Penyerapan

    Penerjemahan & penyerapan

    Secara langsung

    Dgn perekaan

    Bhineka tunggal ika

    balik

    Pencakar langit (skyscraper)

    Kawasan berikat (bonded zone)

    Jasa boga (catering)

    Sintas (survive)

    Kamera (camera)

    Microfon (microphone)

    desain (design)

    fail (file)

    bias (bias)

    nasal (nasal) Espirit de corps

    Internet

    Koloid lempung (clay colloid)

    Morfem terikat (bound morfphem)

    (fondasi) cakar ayam

    (penyangga) sosrobahu

  • 27

    2.3.2 Aspek Tata Bahasa Peristilahan

    Istilah dapat berupa (1) bentuk dasar, (2) bentuk berafiks, (3) bentuk ulang,

    (4) bentuk majemuk, (5) bentuk analogi, (6) hasil metanalisis, (7) singkatan, dan

    (8) akronim.

    1) Istilah Bentuk Dasar

    Istilah bentuk dasar dipilih di antara kelas kata utama, seperti

    Nomina: kaidah rule,

    Verba: keluar out,

    Adjektiva: kenyal elastic,

    Numeralia: gaya empat four force.

    2) Istilah Bentuk Berafiks

    Istilah bentuk berafiks disusun dari bentuk dasar dengan penambahan

    prefiks, infiks, sufiks, dan konfiks seturut kaidah pembentukan kata bahasa

    Indonesia, misalnya dari bentuk pirsa menjadi pemirsa, bukan pirsawan; dari

    hantar menjadi keterhantaran, bukan kehantaran. Istilah bentuk berafiks

    menunjukkan pertalian yang teratur antara bentuk dan maknanya.

    Tabel 2.3 afiks dalam bahasa Indonesia

    Prefiks Infiks Sufiks Imbuhan gabung Konfiks Asli Serapan Asli Asli Serapan Asli Asli

    me-N Pra -el- -an -man me-i ber-an

    ke- maha- -em- -i -wan di-i ber-kan

    ber- non- -er- -kan -wati me-kan ke-an

    di- Swa- -nya -a memper- pe-an

  • 28

    peN- tuna- -i Diper Per-an

    per- inter- -at memper-kan se-nya

    ter- anu- -in diper-kan

    se- dwi- -isme ber-an

    anti- ber-kan

    a- ke-an

    auto- per-kan

    hetero- per-i

    homo- keber-an

    epi- kese-an

    mikro- keter-an

    super- pember-an

    pemer-an

    penye-an

    perse-an

    perseke-an

    3) Istilah Bentuk Singkatan

    Istilah bentuk singkatan ialah bentuk yang penulisannya dipendekkan

    menurut tiga cara berikut.

    1) Istilah yang bentuk tulisannya terdiri atas satu huruf atau lebih yang

    dilisankan sesuai dengan bentuk istilah lengkapnya. Misalnya:

    cm yang dilisankan sentimeter

    2) Istilah yang bentuk tulisannya terdiri atas satu huruf atau lebih yang lazim

    dilisankan hurufg demi huruf. Misalnya:

    DDT (diklorodifeniltriklokloroetana) yang dilisankan de-de-te

  • 29

    3) Istilah yang sebagian unsurnya ditanggalkan. Misalnya:

    Ekspress yang berasal dari kereta api ekspres

    4) Istilah Bentuk Akronim

    Istilah bentuk akronim ialah istilah pemendekan bentuk majemuk yang

    berupa gabungan huruf awal suku kata, gabungan suku kata, ataupun gabungan

    huruf awal dan suku kata dari deret kata yang diperlakukan sebagai kata.

    Misalnya:

    air susu ibu asi

    bukti pelanggaran tilang

    2.3.3 Aspek Semantik Peristilahan

    Objek studi semantik adalah makna, lebih tepatnya makna yang terdapat

    dalam satuan-satuan ujaran seperti kata, frasa, klausa dan kalimat. Richard dan

    Odgen (dalam Sitaresmi dan Fasya, 2011: 28) menyimpulkan makna adalah

    maksud yang akan disampaikan oleh penutur kepada penanggap tutur melalui

    penggunaan seperangkat lambang bunyi bahasa sesuai dengan aturan kebahasaan

    dan aturan sosial kebahasaan.

    Jenis makna berdasarkan keumuman dan kekhususan bidang

    penggunaannya, terdapat makna kata (umum) dan makna istilah (khusus). Berikut

    penjelasan mengenai makna kata dan makna istilah.

  • 30

    1) Makna Kata (makna umum)

    Pateda (2010: 131) menjelaskan makna kata (makna umum) adalah makna

    yang menyangkut keseluruhan atau semuanya, tidak menyangkut yang khusus

    atau tertentu. Jadi, penggunaan secara umum maksudnya tidak dibatasi pada

    bidang tertentu. Kridalaksana (dalam Sitaresmi dan Fasya, 2011: 71) menjelaskan

    bahwa makna leksikal dimiliki oleh unsur-unsur bahasa yang lepas dari

    penggunaan atau konteksnya. Makna leksikal ini dipunyai unsur-unsur bahasa

    lepas dari penggunaannya atau konteksnya.

    2) Makna Istilah (makna khusus)

    Pateda (2010: 106) menuliskan makna istilah (makna khusus) adalah makna

    kata atau istilah yang pemakaiannya terbatas pada bidang tertentu. Jadi,

    pemakaian makan secara khsusus adalah penggunaan kata dalam bidang tertentu.

    2.4 Karakteristik Bahasa dalam Media Massa

    Bahasa yang digunakan dalam media massa seperti surat kabar, tabloid, dan

    majalah disebut sebagai bahasa jurnalistik. Rusyana (dalam Prajawati, 2009: 55)

    mengungkap media cetak mempunyai pembaca yang beragam, dengan demikian

    pengguna bahasa di media cetak harus mampu melaksanakan fungsinya dan

    menjangkau pembaca heterogen.

    Bahasa yang digunakan oleh media cetak merupakan ragam bahasa tulis yang

    dinamakan bahasa pers. Bahasa pers memiliki sifat yang khas, singkat, padat,

    sederhana, lancar dan jelas. Syarat teknis komposisi kejelasan dalam menulis,

  • 31

    meliputi ketertiban tanda baca, sesuai EYD, dan membuat paragraf yang

    sistematis (Sumadria, 2005: 53-61).

    Menurut Wojowasito (Sumadiria, 2008: 6) mengungkapkan bahasa jurnalistik

    adalah bahasa komunikasi massa sebagai tampak dalam harian-harian dan

    majalah-majalah. Dengan fungsi yang demikian itu bahasa tersebut haruslah jelas

    dan mudah dibaca oleh mereka dengan ukuran intelek minimal, sehingga sebagian

    besar masyarakat yang melek huruf dapat menikmati isinya.

    Dengan berpijak pada pendapat para pakar dan uraian sebelumnya, Sumadiria

    (2008: 7) berpendapat bahwa bahasa jurnalistik ialah bahasa yang digunakan oleh

    para wartawan, redaktur, atau pengelola media massa dalam menyusun dan

    menyajikan, memuat, menyiarkan, dan menayangkan berita serta laporan

    peristiwa atau pernyataan yang benar, aktual, penting dan atau menarik dengan

    tujuan agar mudah dipahami isinya dan cepat ditangkap maknanya.

    Media masa sebagai sarana komunikasi dan informasi, idealnya berfungsi

    sbagai media pengembang bahasa Indonesia. Pengembangan bahasa Indonesia

    melalui peristilahan perlu dilakukan dengan intensif. Dalam hal ini, media masa

    tidak dapat berpangku tangan dalam menyediakan istilah, terutama istilah asing.

    Sumadria (2005) menguraikan bahwa pers memiliki lima fungsi utama.

    Pertama, fungsi informasi (to inform) adalah memberikan informasi yang

    dibutuhkan masyarakat secepat-cepatnya. Kedua, fungsi edukasi (to educate),

    adalah apapun informasi yang disebarluaskan oleh pers hendaknya dalam rangka

    mendidik masyarakat. Ketiga, fungsi koreksi (to influence) atau juga sering

    disebut fungsi control, adalah mengontrol kekuasaan legislatif, eksektif, dan

  • 32

    yudikatif, agar tetap berjalan pada rel (aturan main) yang benar. Keempat, fungsi

    rekreasi (entertain), adalah pers juga harus bisa menjadi wahana hiburan yang

    sehat dan mencerahkan.

    Terakhir, kelima, fungsi mediasi (to mediate), adalah pers harus dapat menjadi

    mediator untuk menyampaikan kabar tentang berbagai peristiwa penting yang

    terjadi diberbagai belahan dunia.

    Dalam kaitannya dengan fungsi edukasi, pers dituntut untuk dapat mendidik

    pembacanya dalam pemakaian bahasa Indonesia yang baik dan benar. Sebab,

    fungsi edukasi tidak saja harus tercermin pada materi isi berita, gambar, fiksi, dan

    artikel-artikelnya, tetapi juga harus tampak pada bahasanya.

    Penggunaan bahasa jurnalistik dalam surat kabar, tabloid, buletin, majalah,

    radio, televisi, atau media on line internet, tidak bersifat tiba-tiba. Bahasa

    jurnalistik suatu media dipilih melalui proses perencanaan dan bahkan hasil kajian

    yang sangat panjang. Setiap media biasanya memiliki buku pedoman atau paduan

    masing-masing dalam penetapan bahasa jurnalistik. Buku pedoman tersebut harus

    berpijak pada empat faktor, yaitu (1) filosofi media, (2) visi media, (2) misi

    media, dan (4) kebijakan redaksional media (Sumadiria, 2008:21).

    Pers memang menjadi kekuatan yang dahsyat bila ditujukan untuk membentuk

    opini publik. Namun, tugas ini harus disinergikan bersama Badan Pengembangan

    dan Pembinaan Bahasa. Untuk itu media massa perlu juga berbekal dengan

    kebijakan yang dianut Pusat Bahasa dalam pengindonesiaan istilah. Kejelasan

    penggunaan bahasa, harus menjadi syarat utama bahasa media cetak, agar

  • 33

    masyarakat tidak keliru dan kebingungan dalam menggunakan atau menyerap

    bahasa tulis yang dibacanya.