beban pesawat 2003 hand out - 2 aerodinamika
DESCRIPTION
Beban Pesawat 3TRANSCRIPT
1
AERODINAMIKA
Pesawat Terbang terdiri dari:1. Lifting bodies:
memberikan konstribusi pada gaya angkat pesawat, prestasi dan stabilitas
– Wing
– Horizontal Stabilizer
– Vertical Stabilizer
– Control Surfaces
2. Non-Lifting bodies:
menjadi penyebab gaya hambat pesawat– Fuselage
– Landing Gear+Cowlings
– Engine+Cowlings
– Etc
Cowlings berfungsi sebagai drag reduction
Salah satu bagian terpenting dari pesawat, agar pesawat tersebut dapat terbang adalah sayap. Untuk menghitung aerodinamika sayap terdapat dua pendekatan:
- Dua dimensi (profil teori)
mempelajari bentuk profil, distribusi pressure dan koeffisien aerodinamik untuk profil
- Tiga dimensi (wing teori)
mempelajari pengaruh 3 dimensi dari sayap. Biasanya gaya angkat yang dihasilkan lebih kecil dari gaya angkat 2D (profil)
2
AERODINAMIKA
ALIRAN POTENSIAL
Asumsi:
• Kondisi aliran non-viscous (inviscid)
• Incompressible ( konstan di setiap tempat)
• Irrotational
1. Arus Seragam (uniform stream)
Arus seragam memiliki stream function dan velocity potential, dimana kecepatan potensial dalam arah horisontal adalah V tak hingga dan kecepatan potensial dalam arah vertikal adalah 0 (nol)
3
AERODINAMIKA
2. Source
Aliran melewati lubang-lubang source diskrit ke arah luar (cylindrical radial outflow). Kecepatan potensial aliran yang keluar dengan radius r adalah sama dengan +Vr
3. Sink
Kecepatan potensial sink adalah sama dengan –Vr. Besarnya sama untuk radius r, namun arahnya ke dalam
4. Vortex
Kecepatan dalam arah tangensial dalam vortex adalah sama dengan V=c/r. Kecepatan tersebut adalah fungsi dari radius
4
AERODINAMIKA
5. Doublet
Doublet merupakan superposisi source dan sink. Aliran potensial akibat garis source dan sink seperti tergambar. Source yang simetri dengan sink dan terpisah sejauh a, ketika dilewati arus seragam, mengakibatkan perubahan arah arus seragam. Ketika melewati source, arus seragam didorong ke atas dan ketika melalui sink, arus seragam tertarik ke bawah. Jika jarak a demikian dekatnya, atau sangat kecil, maka superposisi ini dinamakan doublet
5
AERODINAMIKA
SUPERPOSISI
1. Arus Seragam + Source
akan menghasilkan profil aliran ketika melewati sebuah airfoil
2. Arus Seragam + Doublet
akan menghasilkan profil aliran yang menyerupai aliran seragam yang melewati sebuah silinder
6
AERODINAMIKA
3. Arus Seragam +Doublet+Vortex
menghasilkan profil aliran yang menyerupai aliran seragam ketika melewati silinder yang berputar
7
AERODINAMIKA
CONFORMAL MAPPING
Bentuk silinder ditransformasikan menjadi airfoil simetris
8
AERODINAMIKA
Definisi –definisi pada Airfoil
• Leading Edge dan Trailing Edgeujung terdepan dan terbelakang “mean line”
• Chord Linegaris lurus yang menghubungkan leading edge dan trailing edge.Panjang chord line disebut chord length atau chord (c)
• Section Thickness (t)jarak maksimum antara titik yang bersesuaian dari permukaan atas dan bawah profil.Biasa dinyatakan dengan perbandingan tebal terhadap chord (t/c)
• Nose Radiusketajaman leading edge
• Chamberjarak antara titik-titik yang bersesuaian dari mean line dan chord line (yc)
• Tail Angle (f)sudut antara garis tangensial permukaan atas dan bawah profil
9
AERODINAMIKA
Definisi –definisi pada Airfoil
• Angle of Attack ()sudut antaragaris chord dan arah aliran udara bebas. ( positif - nose up)
• Zero Lift Angle (0)sudut serang yang tidak menghasilkan gaya angkat
• Center of Pressure (c.p)perpotongan vektor resultan gaya angkat dengan chord line. Posisi c.p berubah terhadap
• Aerodinamic Center (a.c)suatu titik dimana momen tukik pada suatu tekanan dinamik tidak tergantung pada harga hingga gaya angkat maksimum dicapai. Biasanya a.c diasumsikan sebagai 0.25 c.
10
AERODINAMIKA
PROFIL THEORY
• Profil teori berbicara tentang problem dua dimensi dari sebuah sayap atau dengan kata lain aliran udara pada sayap yang lebarnya tak terhingga (y konstan)
• Distribusi kecepatan airfoil ditentukan oleh tiga komponen:
– Basic thickness pada sudut serang= 0– Mean line– Perubahan sudut serang yang mengakibatkan
penambahan beban
• Mean line (chamber) menentukan:– Distribusi beban dalam arah chord– Sudut serang dimana lift=0– Koefisien pitching momen (Cm)
• Profil teori sudah berkembang sejak lama. Diantaranya contoh beberapa profil yang telah dipatenkan:
11
AERODINAMIKA
Sintesis distribusi tekanan1. Airfoil simetri pada sudut
serang nol memiliki kurva distribusi tekanan dengan v/V = 1.2 pada x/c = 0.5
2. Mean line pada sudut serang nol memiliki kurva v/V yang linier pada v/V = 0.2 dan menurun pada x/c = 0.6
3. Superposisi antara Airfoil simetri dan Mean Line menghasilkan cambered airfoil pada susut serang nol.
v/V ± v/V Kurva tersebut menunjukkan perbedaan tekanan pada upper surface dan lower surface cambered airfoil
4. Penurunan keepatan akibat perubahan sudut serang pada airfoil simetri (va/V)
5. Perubahan tekanan total pada saat cambered airfoil diberi sudut serang tertentu
12
AERODINAMIKA
Perbandingan Distribusi Tekanan
Secara teoritis, distribusi tekanan pada airfoil NACA 66(215)-216 tidak jauh beda dengan distribusi tekanan hasil eksperimen
NACA 0012
NACA 0012 adalah airfoil simetri dengan thickness ratio=12% chord.
13
AERODINAMIKA
NACA 0012
Kurva cl- dan cm-• Pada kondisi standard roughness 6.0 x 106, koefisien
gaya angkat maksimum yang dapat dicapai sekitar 1.0
• Pada bilangan Re = 9.0 x 106, koefisien gaya angkat maksimum sekitar 1.4
• Apabila 0.2c split flap didefleksikan sebesar 60o maka koefisien gaya angkat akanmeningkat hingga mencapai 2.4
14
AERODINAMIKA
NACA PROFILES• NACA profiles merupakan salah satu airfoil yang
sering dipakai dalam mendesain pesawat. NACA ini dikembangkan oleh NASA sejak akhir tahun 1930
• Beberapa nomenklatur airfoil suah diketahui: chord, thickness, camber, chordline, mean camber line, leading edge, dantrailing edge
• Bentuk semua airfoil standard NACA dibentuk dari mean camber line yang mendapatkan penambahan distribusi ketebalan simetri (symetrical thickness distribution)
• Dalam setiap NACA series akan dibahas ttg: station dan ordinat dalam % airfoil chord utk permukaan atas dan bawah, Kurva Cl- dan Cm-, Kurva Cl-Cd, Cm-Cd
NACA PROFILES :1. NACA Four-digit series NACA 24122. NACA Five-digit series NACA 230123. Modified NACA Four and Five digit series
NACA 1.8 2514-1.1 30/0.50
4. NACA 1-series NACA 16-212
5. NACA 6-series NACA 653-218-(1.5) (16.5), a =
0.56. NACA 7 series NACA 747A315
15
AERODINAMIKA
NACA Four-digit series
16
AERODINAMIKA
• Kurva Cl-a menunjukkan karakteristik gaya angkat airfoil NACA 2412 dimana untuk koefisien gaya angkat yang sebenarnya dipilih pada standard roughness atau pada bilangan Reynold tertentu
17
AERODINAMIKA
31
18
AERODINAMIKA
32
19
AERODINAMIKA
33
20
AERODINAMIKA
34
21
AERODINAMIKA
35
22
AERODINAMIKA
PENGARUH VISKOSITAS (REYNOLD NUMBER)
–Airfoil dan circular cylinder menghasilkan drag yang sama besar ketika melewati aliran udara dengan kecepatan V
–Airfoil: Laminar airfoil NACA 634-021 dengan lapisan batas laminar; CD0=0.006 pada Rl=106 s/d 107
–Circular Cylinder: CD0=1.0 pada Rl=104 s/d 105
–Rasio antara chord airfoil l dengan diameter d silinder adalah l/d = 1.0/0.006 = 167
The Reynolds Dye Experiment
Aliran dalam air menjadi terlihat dengan bantuan injeksi dari dye.
a)Aliran Laminar, Re=1150b)Aliran turbulen, Re=2520
23
AERODINAMIKA
Regime aliran yang melewati sebuah silinder menunjukkan bagaimana pengaruh bilangan Reynold terhadapperubahan aliran dari laminar ke turbulen. Untuk bilangan Reynold sangat rendah (misal: 5), maka aliran tidak akan mengalami separasi seperti halnya ketika bilangan Reynold sangat tinggi (misal 3.5x106).
Bentuk profil benda akan menentukan drag yang akan dialami oleh benda tersebut. Drag juga akan meningkat dengan bertambahnya kecepatan aliran (bilangan Mach). Peningkatan drag terjadi ketika bilangan Mach melewati 0.5. Drag juga sangat dipengaruhi oleh bentuk profil.
24
AERODINAMIKA
Typical Boundary Layer Structure
Pelat datar yang dilewati aliran berkecepatan rendah akan memiliki Xcr yang lebih panjang dibanding pelat datar yang dilewati aliran dengan kecepatan tinggi. Xcr adalah panjang aliran laminar sebelum akhirnya mencapai zona transisi hingga menjadi turbulen. Dalam aliran turbulen masih memiliki laminar sublayer (lapisan laminar) setelah terjadinya partial separation.
Koefisien Gaya Hambat untuk Pelat Datar Smooth
Koefisien gaya hambat akibat aliran laminar akan semakin menurun dengan meningkatnya harga bilangan Reynold. Tetapi pada bilangan Reynold tertentu aliran laminar akan mengalami transisi dan menjadi aliran turbulen
25
AERODINAMIKA
22
26
AERODINAMIKA
• Akibat perubahan harga bilangan Mach maka dCl/d akan berubah. High Subsonic Mach number akan memiliki dCl/dyang lebih tinggi dibanding low Mach number
• Ketika force divergence Mach number tercapai maka harga Cd akan meningkat dengan cepat. Kecepatan ini disebut dengan drag divergensi atau drag rise Mach number. Drag meningkat karena hilangnya energi pada normal shock wave dan separasi lapisan batas; peningkatan drag ini disebut dengan wave drag
• Aliran yang terseparasi di belakang shock wave seringkali menyebabkan buffeting pada pesawat. Yang paling umum adalah disebabkan oleh aliran yang mengenai horizontal stabilizer. Terbang pada kecepatan transonik akan menyebabkan pesawat mengalami buffeting, sehingga pesawat supersonik akan terbang melewati region ini secepat mungkin. Gambar menunjukkan kurva antara Cl dengan Mach number, dimana terjadi penurunan gaya angkat ketika initial buffeting dilewati
27
AERODINAMIKA
FENOMENA ALIRAN SUPER KRITIS
• Mencari Drag yang kecil pada aliran mendekati kecepatan suara (aliran kompressible), karena pada aliran ini ada fenomena schock wave, yang menyebabkan jatuhnya secara tiba-tiba harga Cp
28
AERODINAMIKA
HIGH LIFT DEVICES (HLD)• adalah suatu mekanisme pada sayap pesawat yang
berfungsi memberikan tambahan gaya angkat maksimum sehingga prestasi maupun manouvreability pesawat meningkat
• Parameter yang menentukan kualitas aerodinamika suatu airfoil adalah:
– The Lift-to-Drag ratio, L/D, Airfoil yang baik menghasilkan lift dengan drag yang kecil
– The maximum lift coefficient, Clmax.
• Untuk pesawat lengkap, Koefisien maksimum gaya angkat menentukan kecepatan stall pesawat. Pada profil yang sudah tetap, agar Clmax meningkat maka digunakan HLD.
29
AERODINAMIKA
• Konfigurasi airfoil NACA 653-118 dengan 0.309c double-slotted flaps dalam posisi flaps (retracted)
• Dari Kurva CL-: Pada saat posisi flap tidak terdefleksi, gaya angkat maksimum yang dapat dicapai adalah sekitar 1.5. Namun pada saat flaps didefleksikan 65 derajat, gaya angkat maks. meningkat hingga mencapai sekitar 3.3
Hanya saja sudut serang pada saat gaya angkat maksimum terjadi penurunan
30
AERODINAMIKA
DEFINISI-DEFINISI PADA SAYAP • Leading Edge dan Trailing Edge
garis yang melalui leading edge dan trailing edge chord sayap
• Root Chord dan Tip Chord (cr, ct)chord length penampang sayap pada bisang simetri (center of fuselage) dan bagian terluar sayap
• Taper Ratio ()perbandingan ct terhadap cr
• Gross Wing Area/Design Wing Area (S)proyeksi sayap pada bidang XOY (central wing)
• Net wing area (Snet)gross wing area dikurangi bagian sayap pada fuselage (central wing)
• Span (b)panjang dari wing-tip ke wing-tip
2b
0
dyc2S
31
AERODINAMIKA
DEFINISI-DEFINISI PADA SAYAP
• Geometric mean chord atau Standard mean chord (SMC)panjang dari chord ini sama dengan gross area
dibagi span
• Aspect Ratio (AR)span dibagi geometric mean chord
• Quarter-Chord Linegaris melalui semua titik 0.25c pada penampang
sayap• (Angle of) Dihedral
sudut antara proyeksi quarter chord line pada bidang Y0Z dan sumbu Y (positif ke atas)
• Sweep Anglesudut antara proyeksi quarter chord line pada
bidang XOY dengan sumbu Y
b
Scg
S
b
c
bAR
2
g
32
AERODINAMIKA
TWIST PADA SAYAP
• (Wing) Twist ()sudut suatu penampang sayap (section) relatif
terhadap root section, diukur dalam bidang vertikal paralel terhadap bidang XOZ
– positif twist: nose berotasi ke atas, wash in– negatif twist: nose berotasi kebawah, wash out
• Geometric Twist (g)twist dari chord line suatu bagian sayap (section)
relatif terhadap chord line dari root section• Aerodynamic Twist (a)
twist dari zero-lift line suatu bagian sayap (section) terhadap zero-lift line root section
• Wing Twist Anglesudut twist tip chord
untuk sayap dengan twist linear, sudut twist aerodinamika berbanding lurus dengan koordinat lateral:
dimana
• Wing Angle of Incidence (angle of wing setting) i:sudut pasang sayap, yaitu sudut antara root chord
line dengan sumbu referensi pesawat misalnya center line dari fuselage
00 )( lrlga
tlrltgta )()()()( 00
)2(
)(
bytaa
33
AERODINAMIKA
DEFINISI AERODINAMIK PADA SAYAP• Mean Aerodynamic Chord (MAC, c)
chord dari sayap tanpa twist, tanpa sudut swept, tanpa taper yang ekivalen (equivalent wing), dimana momen tukik dan gaya angkat total sama dengan sayap yang
• untuk straight-tapered
• Wng Angle of Attack ()sudut antara root cord dengan arah aliran tak
terganggu• Zero Lift Line
digambar melalui trailing edge MAC parallel terhadap aliran udara tak terganggu pada kondisi lift nol
• Zero Lift Anglesudut root chord dengan zero lift line:
2/
0
22 b
dycS
c
1
1
3
2 2
rcc
34
AERODINAMIKA
• Gradien gaya angkat• straight-wing (1/4=0°) pada aliran
inkompressibel
dimana f adalah faktor koreksi taper sayapUntuk 0,2 < < 1,0 : f 0,995Sedangkan Jone’s edege velocity factor, E
didapat dengan:
• Swept Wing pada aliran kompressibel
dimana
dan
ARcE
cfC
l
lL W
)1(
21
A
E
2
22
2cos
12
2
ARkAR
CWL
2
tan 2/1
lc
35
AERODINAMIKA
Gaya angkat 3D (Wing) • Koefisien Gaya angkat pada sayap (3-D) biasanya
lebih kecil dari koefisien gaya angkat pada kasus profil (2D)
Distribusi Gaya Angkat• sepanjang span dipengaruhi oleh:
• bentuk planform syap• jenis airfoil yang digunakan• dimensi dan letak flaps/aileron
• ditentukan oleh “additional lift” (yang tergantung pada besar sudut serang) dan “basic lift” (yang disebabkan oleh twist pada sayap)
• koeffisien gaya angkat profil::
blall ccc )()(
36
AERODINAMIKA
ADDITIONAL LIFT• Metoda Schrenk :
gaya angkat diperoleh dengan merata-ratakan gaya angkat yang diperoleh dari distribusi gaya angkat plantform eliptik dengan gaya angkat plantform sebenarnya
• Metoda Diederich:• metoda yang lebih ‘general’• dapat digunakan untuk sayap dengan
distribusi lift dan bentuk plantform sembarang
METODE SCHRENK• Untuk sayap dengan airfoil seragam tanpa
aerodynamic twist, metode ini menyatakan bahwa gaya angkat didapat dengan merata-ratakan gaya angkat yang diperoleh dari distribusi gaya angkat planform eliptik dengan gaya angkat planform sebenarnya.
• Untuk CL = 1.0, persamaan model ini adalah:
dimana: c: panjang chordS: Luas Sayapb: Wing spany: jarak yang diukur dari wing
centerline
Cla1: additional lift coeff. pada CL =1.0
b
byScccla
2
1
)/2(1)4(5.0
37
AERODINAMIKA
• 44
38
AERODINAMIKA
• BASIC LIFT
39
AERODINAMIKA
• 46
40
AERODINAMIKA
• 47
41
AERODINAMIKA
• 48
42
AERODINAMIKA
• 49
43
AERODINAMIKA
• 50
44
AERODINAMIKA
• 51
45
AERODINAMIKA
• 52