balai pengelolaan sd pesisir dan laut padang...
TRANSCRIPT
BALAI PENGELOLAAN SD PESISIR DAN LAUT PADANG
LAPORAN PERKEMBANGAN STATUS IZIN PEMANFAATAN IKAN NAPOLEON WRASSE DI
KAB. NATUNA DAN KAB. KEP. ANAMBAS SETELAH PENETAPAN KUOTA TAHUN 2017
UNTUK WILAYAH KEPULAUAN RIAU
Tahun Uraian Kejadian
2012 BPSPL Padang bekerjasama dengan LIPI sebagai Scientific Authority telah
melakukan indentifikasi dan monitoring populasi, habitat, pemanfaatan ikan
Napoleon Wrasse di wilayah Anambas dan memperoleh data terkait hal
berikut :
1. Data Standarisasi Ekspor Ikan Napoleon untuk pemeliharaan tahun 2008 –
2012 yang diperoleh dari UPTD Dinas Kelautan Dan Perikanan Siantan
Tengah sebanyak 40 ton dengan ukuran 0,8 – 1 kg.
2. Daerah penangkapan juvenil/ bibit ikan napoleon/ ketipas berdasarkan
wawancara : P. Temawan , P. Batu Belah, P. Pau, P. Rium, P. Dekit, P. Air
Sena, P. Air Asuk, P. Penjalin/Menjalin, Teluk Temurun, P. Nyamuk, P. Lidi,
P. Liuk, P. Candi, P. Seberang
3. Harga Budidaya Ikan Napoleon :
1-2 minggu /larva : Rp. 10.000 – 20.000, 1 Tahun/2-3 inchi : Rp. 200.000-
220.000, 2 Tahun / > 4 inchi : up Rp. 300.000, 3 – 4 Tahun/800 g – 1 kg :
Rp. 1,2 jt – 1,3 jt, 5- 6 Tahun/> 1 kg : 1,3 jt
4. Tahun 2010. Pembesaran ikan napoleon dalam keramba terus
berlangsung untuk mencukupi permintaan pasar Hongkong yang diangkut
dengan Kapal dan masuk ke Anambas setiap 15 hari.
5. Perdagangan ikan Napoleon dilakukan secara ilegal dan melalui tranship
6. kepadatan ikan napoleon di Anambas, kepadatannya sangat rendah yakni
0,4 ekor per hektar dengan jarak tempuh pengamatan sejauh ±9 km
7. Pengamatan yang dilakukan di alam hanya sedikit ditemukan Ikan
Napoleon, hal ini diperkirakan tekanan dari luar sehingga sulitnya ikan
ditemukan di habitat alaminya.
8. Kegiatan ini juga memonitoring tutupan karang yang erat hubungannya
dengan habitat alami Napoleon. Dari hasil monitoring diperoleh tutupan
karang yang persentase yang cukup besar berada di P. Penjalin Kecil,
Tanjung Pedas dan P. Teping yang didominasi dengan tutupan karang
keras.
2013 Kegiatan ini dilakukan pada bulan Mei 2013, merupakan kelanjutan dari
kegiatan sebelumnya pada tahun 2012. BPSPL Padang masih berkerjasama
dengan LIPI dalam rangka melakukan Monitoring Populasi dan Habitat Ikan
Napoleon di Kepulauan Anambas.
Lokasi monitoring adalah : Kecamatan Palmatak, Kecamatan Siantan Tengah,
Kecamatan Siantan Timur dan Kecamatan Siantan Selatan.
Hasil yang diperoleh dari kegiatan ini adalah sebagai berikut :
1. Pengamatan populasi ikan Napoleon di alam yang dilakukan di perairan
Anambas di empat kecamatan hanya mendapatkan 4 ekor ikan Napoleon
yang keseluruhannya masih dalam fase anakan/juvenile. Ikan yang
dijumpai berukuran 10 cm, 15, cm dan 20 cm.
2. Habitat ikan Napoleon yang dijumpai dalam kegiatan ini berada di rataan
terumbu yang mengarah ke lereng terumbu dan hidup diantara karang
yang kondisinya tidak sepenuhnya baik.
3. Dari hasil pengamatan dan wawancara di beberapa lokasi keramba di
Anambas, hampir semua desa mengusahakan pembesaran ikan Napoleon.
Negara tujuan ekspor adalah Hong Kong dan China. Penjualan ikan
Napoleon per tahun berkisar antara 500-800 ekor ini tergantung dari besar
kecilnya skala pengusaha itu sendiri. Rata-rata ikan yang diekspor
berukuran 800 gr-1kg. Harga jual per kilogramnya sebesar 143 dolar
Singapore untuk tahun 2013. Tahun sebelumnya harga masih cukup tinggi
yakni 178 dolar Singapore.
4. Ikan Napoleon di Anambas dikenal dengan nama Ketipas. Anakan ikan
napoleon banyak dijumpai di daerah rataan terumbu pada tumbuhan
laut/algae coklat yakni Sargassum spp yang oleh penduduk setempat
disebut sebagai Kerkam.
5. Pemanfaatan ikan Napoleon keluar negeri saat itu dilakukan secara ilegal,
karena pengangkutannya tidak memiliki dokumen CITES dan media
transportasi yang telah ditetapkan oleh CITES
6. Sudah terdapat kesepakatan pada tahun ini untuk mengambil anakan ikan
napoleon dalam ukuran 1 inchi. Dimana ukuran ini lebih besar dari ukuran
anakan yang diambil pada tahun sebelumnya.
7. Musim puncak penangkapan Juli – Desember setiap tahunnya.
8. Data jumlah nelayan yang berprofesi penangkap anakan ikan napoleon
(informasi dari nelayan maupun pembudidaya) adalah + 100 orang.
9. Jumlah rata – rata ekspor ikan Napoleon per tahun dari masing – masing
pembudidaya adalah :
a. Pembudidaya besar : sebelum tahun 2013 : 500 – 800 kg/tahun,
namun pada tahun 2013 : 500 – 600 kg/tahun.
b. Pembudidaya Sedang/kecil : sebelum tahun 2013 : 200–300 kg/tahun,
namun pada tahun 2013 : 100 – 150 kg/tahun.
10. Daerah tangkapan anakan/juvenile Napoleon tersebar di beberapa lokasi
seperti Pulau Temawan, Desa Batu Belah, P. Pau, P. Riun, P. Dekit, Desa Air
Sena, Desa Air Asuk, P. Penjalin, Teluk Temurun, Teluk Nipah dan Tanjung
Seng.
11. Jumlah nelayan penangkap ikan Napoleon yang terbesar terdapat di Desa
Batu Belah, Desa Air Asuk dan Desa Air Sena. Sedangkan jumlah
pembudidaya yang dikategorikan skala besar dapat dijumpai di Desa Air
Sena. Dan pembudidaya skala menengah s/d kecil dapat dijumpai di Desa
Batu Belah, Desa Air Ngangak dan Desa Air Asuk.
12. Nilai kepadatan yang didapatkan di perairan Anambas dalam survey kali ini
menunjukkan nilai kepadatan yang sangat rendah, berkisar antara 0,6 – 1,2
ekor/10000m 2 ). Nilai ini masih belum menunjukkan nilai yang
sesungguhnya mengingat grafik tersebut diatas masih menunjukkan
fluktuasi yang tinggi dan belum menunjukkan adanya keseimbangan.
2014 Kegiatan Pendataan Jumlah Ikan Napoleon di wilayah Kepulauan Anambas
dilakukan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Kepulauan Anambas terhitung
per Bulan Desember 2014
Data yang diperoleh tersebut diharapkan dapat menjadi dasar pengambilan
kebijakan terkait pemanfaatan ikan Napoleon yang ada di Kabupaten
Anambas. Adapun data yang telah diperoleh adalah sebagai berikut :
1. Kec. Siantan Tengah memiliki jumlah ikan dengan masa pembesaran <
2 tahun : 40.720 ekor, masa pembesaran 2 sampai dengan 4 tahun :
38.666 ekor dan masa pembesaran > 4 tahun : 36.250 ekor dan total
keseluruhan 115.636 ekor
2. Kec. Palmatak memiliki jumlah ikan dengan masa pembesaran < 2
tahun : 12.083 ekor, masa pembesaran 2 sampai dengan 4 tahun :
7.264 ekor dan masa pembesaran > 4 tahun : 71 ekor dan total
keseluruhan 19.418 ekor
3. Kec. Siantan Timur memiliki jumlah ikan dengan masa pembesaran < 2
tahun : 4.097 ekor, masa pembesaran 2 sampai dengan 4 tahun :
4.421 ekor dan masa pembesaran > 4 tahun : 474 ekor dan total
keseluruhan 8.992 ekor
4. Kec. Jemaja Timur hanya memiliki jumlah ikan dengan masa
pembesaran < 2 tahun : 1.870 ekor
5. Kec. Jemaja memiliki jumlah ikan dengan masa pembesaran < 2 tahun
: 50 ekor, masa pembesaran 2 sampai dengan 4 tahun : 65 ekor dan
masa pembesaran > 4 tahun : 40 ekor dan total keseluruhan 155 ekor
6. Kec. Siantan Selatan memiliki jumlah ikan dengan masa pembesaran <
2 tahun : 30 ekor, masa pembesaran 2 sampai dengan 4 tahun : 6 ekor
dan masa pembesaran > 4 tahun : 30 ekor dan total keseluruhan 66
ekor
7. Sedangkan untuk Kecamatan Siantan tidak ditemukan keramba ikan
Napoleon dalam masa pembesaran.
2015 Kegiatan Pendataan Jumlah Ikan Napoleon yang dibudidayakan / dibesarskan
(hasil ranching) di wilayah Kepulauan Anambas dilakukan oleh Litbang KP Per
Januari 2015 dapat dilihat sebagai berikut :
1. Kec. Siantan Selatan memiliki jumlah ikan dengan masa pembesaran
< 2 tahun : 30 ekor, masa pembesaran 2 sampai dengan 4 tahun : 6
ekor dan masa pembesaran > 4 tahun : 30 ekor dan total keseluruhan
66 ekor
2. Kec. Jemaja Timur hanya memiliki jumlah ikan dengan masa
pembesaran < 2 tahun : 1.870 ekor
3. Kec. Jemaja memiliki jumlah ikan dengan masa pembesaran < 2 tahun
: 50 ekor, masa pembesaran 2 sampai dengan 4 tahun : 65 ekor dan
masa pembesaran > 4 tahun : 40 ekor dan total keseluruhan 155 ekor
4. Kec. Palmatak memiliki jumlah ikan dengan masa pembesaran < 2
tahun : 12.083 ekor, masa pembesaran 2 sampai dengan 4 tahun :
7.264 ekor dan masa pembesaran > 4 tahun : 71 ekor dan total
keseluruhan 19.418 ekor
5. Kec. Siantan Tengah memiliki jumlah ikan dengan masa pembesaran <
2 tahun : 40.720 ekor, masa pembesaran 2 sampai dengan 4 tahun :
38.666 ekor dan masa pembesaran > 4 tahun : 36.250 ekor dan total
keseluruhan 115.636 ekor
6. Kec. Siantan Timur memiliki jumlah ikan dengan masa pembesaran < 2
tahun : 4.097 ekor, masa pembesaran 2 sampai dengan 4 tahun :
4.421 ekor dan masa pembesaran > 4 tahun : 474 ekor dan total
keseluruhan 8.992 ekor
Data yang diperoleh melalui kegiatan registrasi nelayan yang dilakukan oleh
Litbang KP hampir sama dengan data yang diperoleh dari kegiatan DKP Kep.
Anambas pada tahun 2014.
Jumlah total pembudiya ikan napoleon wrasse di Kabupaten Kep. Anambas
yang terdata adalah 395 orang dan paling banyak ditemukan di Kec. Palmatak
yaitu sebanyak 154 orang.
2016 - BPSPL Padang melakukan upaya pendataan pembudidaya, penangkap dan
pengepul Ikan Napoleon Wrasse serta jumlah ikan Napoleon yang dimiliki
oleh pembudidaya melalui Kegiatan Registrasi Nelayan Napoleon di
Kabupaten Natuna
- Dari kegiatan ini, tim memperoleh jumlah ikan dari ukuran 1 – 5 tahun.
Menurut Informasi dari pembudidaya, usia ikan yang sudah layak untuk
dijual adalah pada usia 4,5 – 5 tahun. Data jumlah ikan yang dimiliki oleh
masing – masing nelayan pembudidaya ikan napoleon dijadikan dasar
pengambilan kebijakan terkait pemanfaatan ikan Napoleon yang
merupakan hasil ranching pada tahun 2017. Adapun jumlah ikan yang
telah terdata dalam kegiatan Registrasi Nelayan Napoleon ini adalah
sebagai berikut :
a. Usia di bawah 1 Tahun : 7.929 Ekor
b. Usia 1 s/d 3 Tahun : 52.405 Ekor
c. Usia 3 s/d 5 Tahun : 53.099 Ekor
d. Usia di atas 5 Tahun : 1.076 Ekor
- Data jumlah pelaku usaha pemanfaatan Napoleon di Natuna terdiri dari
165 orang nelayan pembesaran (ranching) dan 1 (satu) orang eksportir
dengan total Ikan Napoleon di keramba pembesaran sebanyak 115.409
ekor pada 923 petak keramba di 8 kecamatan.
- Jumlah ikan hasil ranching tersebut yang siap untuk diekspor tahun 2016
adalah sejumlah 54.225 ekor dan prediksi untuk tahun depan 2017
sejumlah 29.982 ekor.
- Data yang diperoleh dari kegiatan ini digunakan sebagai :
a. Dasar pengambilan kebijakan terkait perizinan pemanfaatan ikan
Napoleon Wrasse hasil pembesaran secara legal dalam hal penentuan
kuota tangkap, kuota angkut, dan kuota ekspor,
b. Usulan untuk membuat check point dan sarana transportasi yang
efektif dalam pengangkutan ikan sesuai karakteristik lokasi dimana
sebelumnya aturan pengangkutan melalui bandara internasional
Soekarno Hatta Cengkareng, dan Bandara I gusti ngurah rai Bali,
menjadi pengangkutan melalui kapal laut, akan tetapi dalam
pelaksanaan perdagangannya melalui mekanisme pengawasan yang
detail, dimulai dari pengambilan, pengangkutan dan penjualan.
c. Pembentukan SOP pelayan pemanfaatan Lintas sektor untuk
perdagangan ikan napoleon hasil budidaya yang efektif dan efisien di
wilayah tersebut.
d. Dasar Rekomendasi dalam penentapan Kuota tangkap, kuota
perdagangan dalam negeri dan Kuota Ekspor yang dikeluarkan oleh
Dirjen KSDAE sebagai Management Authority CITES saat ini.
2017 - Upaya pengumpulan registrasi Pembudidaya, Pengumpul dan Penangkap
Ikan Napoleon di Wilayah Natuna yang dilakukan BPSPL Padang
membuahkan hasil berupa Surat Keputusan Direktur Jenderal Konservasi
Sumberdaya Alam dan Ekosistem Nomor : SK.
181/KSDAE/SET/KSA.2/4/2017 tentang Kuota Penangkapan Jenis Ikan
Napoleon (Cheilinus undulatus) Hasil Ranching di Kabupaten Natuna dan
Kabupaten Kepulauan Anambas Provinsi Kepulauan Riau Periode Tahun
2017. Surat Keputusan ini menetapkan jumlah Kuota Penangkapan Jenis
Ikan Napoleon (Cheilinus undulatus) di wilayah Kabupaten Natuna
sebanyak 30 ribu ekor dan Kabupaten Kepulauan Anambas sebanyak 10
ribu ekor (lampiran 1).
- Pemanfaatan Ikan Napoleon di Kabupaten Anambas pada tahun 2017,
menurut Informasi yang diperoleh melalui koordinasi dengan Seksi KSDA
wilayah II Batam sementara ini diberikan kepada PT. Cahaya Alam Lestari
dalam bentuk Surat Keputusan Kepala Balai BKSDA Riau berupa :
1. Izin Penangkapan Satwa Liar Tidak Dilindungi Undang – undang Jenis
Ikan Napoleon (Cheilinus undulatus) Hasil Ranching di Kabupaten
Anambas wilayah Kepulauan Riau (lampiran 2a)
2. Izin Penangkaran Ikan Napoleon (Cheilinus undulatus) Yang Tidak
Dilindungi Undang – undang Jenis (lampiran 2b)
3. Izin Usaha Pengedar Satwa Liar Jenis Ikan Napoleon (Cheilinus
undulatus) Yang Tidak Dilindungi Undang – undang Hasil Penangkapan
dari Habitat Alam di dalam negeri (lampiran 2c)
4. Izin Usaha Pengedar Luar Negeri Ikan Napoleon (Cheilinus undulatus)
Yang Tidak Dilindungi Undang – undang Kepada PT. Cahaya Alam
Lestari (Lampiran 2d)
- Untuk Pembagian Kuota Ekspor Ikan Napoleon Wrasse di Kabupaten
Natuna, Wilayah Kepri Tahun 2017 telah ditetapkan melalui Surat
Keputusan Dirjen KSDAE No. 362/KSDAE/SET/KSA.2/10/2017 pada tanggal
17 Oktober 2017 tentang Pembagian Kuota Ekspor Ikan Napoleon
(Cheilinus undulatus) tidak dilindungi Undang – Undang hasil Ranching di
Kabupaten Natuna dan Anambas Propinsi Kepulauan Riau periode tahun
2017 kepada pemegang izin usaha pengedar Luar Negeri Ikan Napoleon
(Cheilinus undulatus). Yang mana kuota yang ditetapkan adalah 5000 ekor
dan diberikan kepada CV. Eka Bina Pratama (lampiran 3)
- Penambahan Perusahaan yang akan mengajukan izin pemanfaatan
(ekspor) ikan Napoleon ini masih terbuka dengan cadangan 25000 DI
Natuna Dan 10.000 di Anambas.
Tindak lanjut :
1. Melakukan monitoring terkait peredaran ikan napoleon (Cheilinus undulatus) keluar
Kabupaten Natuna dan Anambas yang telah ditetapkan sebagai pemilik izin tangkap dan
hasil ranching untuk Periode Tahun 2017, termasuk ketelusuran asal ikan napoleon dari
pemilik keramba hasil registrasi BPSPL Padang.
2. Melakukan koordinasi secara berkelanjutan mengenai update informasi data perusahaan
yang akan melakukan izin pemanfaatan ikan napoleon di wilayah Kepri dengan Seksi KSDA
wilayah II Batam.
3. Melakukan updating informasi rencana ekspor perdana Napoleon yang akan dilakukan
pada tanggal 24 – 25 November di Kabupaten Natuna. BAP ikan Napoleon yang akan
dieskpor dilakukan pada tanggal 22 – 23 November 2017, dengan perkiraan per 1000 ekor
sekali angkut.
4. Update informasi pada 24/11/2017, bahwa rencana ekspor perdana Napoleon masih
belum bisa terlaksana. Berdasarkan informasi dari koordinator SKIPM Tanjungpinang
satker Natuna, hal ini dikarenakan terkait ijin SLO yang belum diterbitkan oleh PSDKP.
Pihak PSDKP belum menerbitkan bisa SLO karena terhalang dengan isi SIKPI yg belum
berubah, dimana ijin yang ada adalah pengangkutan Kerapu. Sebagai informasi untuk
siklus normal pengangkutan ikan kerapu oleh kapal hongkong selalu terjadi setiap 2
minggu. Sehingga kemungkinan 2 minggu lagi ada upaya pengangkutan ekspor napoleon
lagi, namun hali itu juga tergantung pada SIKPI, sebab SKIPM tidak bisa menerbitkan
sertifikat HC kalau SIKPI belum clear.
24 November 2017