pendataan 2014

Upload: priyo-basuki

Post on 11-Oct-2015

65 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

A

PAGE 1Analisa Hasil Pendataan Keluarga Kecamatan Kepil Tahun 2013

BAB IPENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dengan disahkannya Undang undang Nomor 52 Tahun 2004 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera, misi program Keluarga Berencana semakin Luas. Pengertian Keluarga Berencana menjadi suatu upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kehamilan, pembinaan ketahanan keluarga dan peningkatan kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera. Sebagai konsekuensi dari perluasan misi tersebut, semua komponen dan perangkat yang terkandung didalam program keluarga berencana nasional menyesuaikan diri. Demikian juga Pendataan Pasangan Usia Subur dan Peserta KB yang semula hanya mencakup informasi tentang keluarga berencana diperluas dengan informasi tentang demografi dan keluarga sejahtera, yang kemudian dikenal dengan nama Pendataan Keluarga yang sudah dilaksanakan sejak tahun 1994.

Data dan informasi yang diperoleh dari hasil pendataan keluarga mempunyai kekuatan antara lain merupakan milik masyarakat, karena pengumpulannya dilakukan Kepala Dusun dan Kader dan sangat rinci, dapat dipertanggungjawabkan, walaupun kenyataannya masih terjadi kekurangan karena tingkat pendidikan kader yang bervariasi. Disamping itu, data dan infomasi hasil pendataan keluarga ini banyak mendapat perhatian Instansi terkait dalam program pengentasan kemiskinan di Kecamatan Kepil, oleh karena itu diharapkan agar data yang telah dihimpun benar-benar akurat dan sesuai dengan 21 indikator yang sudah ditetapkan oleh Kantor Keluarga Berencana.

Pengembangan indikator dan mekanisme pelaksanaan Pendataan Keluarga bersifat dinamis mengikuti perkembangan kelembagaan Pogram KB Nasional yang didasari oleh Keppres Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Kewenangan Lembaga Pemerintah Non Departemen yang telah diubah dengan Keppres Nomor 32 Tahun 2003 dan diperbaharui lagi dengan Keppres Nomor 9 Tahun 2004. Perkembangan kelembagaan dan lingkungan strategis seperti desentralisasi, demokratisasi, debirokrasi, globalisasi, hak asasi manusia dan pengarus utamaan gender membawa perubahan Visi dan Misi Program KB Nasional.B. TUJUAN

Tujuan Umum

Tujuan Umum dari kegiatan Analisa Hasil Pendataan Keluarga ini adalah tersedianya data hasil pendataan yang akurat sebagai bahan pertimbangan bagi pimpinan dalam pengambilan keputusan.

Tujuan Khusus

Tujuan Khusus dari pelaksanaan Pendataan Keluarga Tahun 2013 adalah :

1. Tersedianya data tentang Demografi yang akurat.

2. Tersedianya data tentang Keluarga Berencana yang akurat.

3. Tersedianya data tentang Tahapan Keluarga yang hasilnya dapat dipergunakan untuk bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan di tingkat pimpinan.C. RUANG LINGKUP

1. Sasaran

Sasaran pendataan keluarga adalah keluarga sebagaimana yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1992. Pendataan keluarga mencakup lima aspek yaitu Demografi, Keluarga Berencana, Tahapan Keluarga Sejahtera, Anggota Keluarga, dan Status Keluarga dari Segi Kemiskinan.

2.Jangkauan

Jangkauan Pendataan Keluarga meliputi wilayah RT, Dusun (RW), Desa, sampai ke tingkat Kecamatan

3. Manfaat

Data yang dikumpulkan melalui Pendataan Keluarga bermanfaat untuk :

a. Penentuan sasaran yang lebih tajam berdasarkan kondisi, potensi dan kebutuhan aktual dari masing-masing keluarga yang ada di setiap tingkatan wilayah.b. Pembuatan peta keluarga berdasarkan tingkat kesertaan KB, dan tingkat pencapaian tahapan Keluarga Sejahtera tiap keluarga di suatu wilayah tertentu.c. Penentuan program dukungan yang sesuai untuk setiap keluarga dan setiap wilayah tertentu di dalam Pembangunan Keluarga Sejahtera.d. Sarana motivasi untuk mendorong setiap keluarga meningkatkan tahap kesejahteraannya serta sekaligus untuk merangsang kepedulian keluarga-keluarga yang sudah lebih mampu untuk bersama-sama mengangkat tingkat kesejahteraan keluarga-keluarga yang kurang mampu yang ada di lingkungannya.e. Kepentingan program pembangunan sektor-sektor lain, salah satu di antaranya yang sangat penting adalah untuk program-program pengentasan kemiskinan.f. Merencanakan, memantau maupun menilai program-program dukungan yang dilakukan terhadap suatu wilayah atau suatu kelompok masyarakat di wilayah tertentu.D. BATASAN DAN PENGERTIAN

1.Pendataan Keluarga

Adalah kegiatan pengumpulan data primer tentang data Demografi, data Keluarga Berencana, Tahapan Keluarga Sejahtera dan data Individu yang dilakukan oleh masyarakat bersama Kantor KB secara serentak pada waktu yang telah ditentukan yakni bulan Juli sampai September setiap tahun melalui kunjungan ke keluarga dari rumah ke rumah.

2. Rumah Tangga

Adalah seseorang atau sekelompok orang yang mendiami sebagian atau seluruh bangunan yang biasanya tinggal bersama dan makan dari satu dapur, atau seorang yang mendiami sebagian atau seluruh bangunan serta mengurus keperluan sendiri.3. Kepala Rumah Tangga

a. Laki-laki atau perempuan dengan tanpa memandang status perkawinan.

b. Orang laki-laki tanpa memandang status perkawinan, juga bertempat tinggal dengan orang perempuan dan atau dengan anak-anak.

c. Orang perempuan dengan tidak memandang kedudukannya dalam keluarga, bertempat tinggal dengan anak di bawah umur atau dengan anak-anaknya sendiri yang sudah dewasa.

d. Orang hidup yang bertempat tinggal seorang diri.

e. Kepala kesatrian, asrama, dan lain-lain perumahan, dimana beberapa orang bertempat tinggal bersama-sama.

f. Orang yang menjadi atau dianggap menjadi kuasa wakil orang yang terganggu ingatannya.

g. Kuasa dari orang yang kehilangan hak menguasai atau mengurus harta bendanya, menurut Keputusan Pengadilan.

4. KeluargaAdalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami-istri atau suami-istri dan anaknya atau ayah dan anaknya atau ibu dan anaknya (pasal 1 ayat 10 UU No. 10 tahun 1992). Secara implicit dalam batasan ini yang dimaksud dengan anak adalah anak yang belum menikah. Apabila ada anak yang sudah menikah dan tinggal bersama suami atau istri atau anak-anaknya, maka yang bersangkutan menjadi keluarga tersendiri (keluarga lain atau keluarga baru)

5. Kepala Keluarga

Adalah laki-laki atau perempuan yang berstatus kawin, atau janda/duda yang mengepalai suatu keluarga yang anggotanya terdiri dari istri/suaminya dan atau anak-anaknya.6. Keluarga Mendapatkan Kredit Mikro/Bantuan Modal

Adalah keluarga pada saat pendataan sedang mendapatkan/menggunakan kredit mikro dari berbagai sumber.

7. Jumlah Jiwa Dalam Keluarga

Adalah jumlah semua anggota keluarga yang terdiri dari dari kepala keluarga sendiri, istri/suaminya dan atau dengan anak (anak) nya serta anak angkat yang ikut dalam keluarga tersebut yang belum berkeluarga, baik yang tinggal serumah maupun yang tidak tinggal serumah.8. Wanita Usia Subur

Adalah wanita yang berumur 15-49 tahun baik yang berstatus kawin maupun yang belum kawin atau janda.

9. Bayi (umur < 1 th) Yang Mengikuti PosyanduAdalah bayi yang berumur < 1 tahun pada saat pendataan keluarga dilaksanakan mengikuti kegiatan Posyandu.

10. Balita (umur 1 5 th) Yang Mengikuti PosyanduAdalah balita yang berumur 1 5 tahun pada saat pelaksanaan pendataan keluarga mengikuti kegiatan Posyandu.

11. Pasangan Usia Subur

Adalah pasangan suami istri yang istrinya berumur antara 15 sampai dengan 49 tahun dan masih haid atau pasangan suami istri yang istri berumur kurang dari 15 tahun dan sudah haid atau istri berumur lebih dari 50 tahun, tetapi masih haid (datang bulan).

12. Peserta Keluarga Berencana

Adalah pasangan usia subur (suami ataupun isteri) yang pada saat pendataan sedang memakai atau menggunakan salah satu alat/cara kontrasepsi modern.

Dalam pengertian ini tidak termasuk cara-cara kontrasepsi tradisional, seperti pijat urut, jamu dan juga tidak termasuk cara-cara KB alamiah seperti pantang berkala, senggama terputus dan sebagainya. 13. Peserta KB Pemerintah

Adalah peserta KB yang memperolah pelayanan KB melalui tempat-tempat pelayanan pemerintah. Misalnya : Puskesmas, Klinik KB/Rumah Sakit Pemerintah.14. Peserta KB SwastaAdalah Peserta KB yang memperoleh pelayanan KB melalui tempata-tempat pelayanan swasta. Misalnya : Dokter/Bidan Praktek Swasta, Apotek, toko obat dan lain-lainnya.

15. Peserta KB Implant yang Implantnya perlu dicabut Tahun DepanAdalah peserta KB implant pada saat dilaksanakannya pendataan keluarga implantnya perlu dicabut tahun depan.

16. Pasangan Usia Subur Hamil

Adalah Pasangan Usia Subur yang istrinya sedang hamil.

17. Pasangan Usia Subur Bukan Peserta KB Ingin Anak Segera

Adalah Pasangan Usia Subur yang sedang tidak menggunakan salah satu alat/cara kontrasepsi dan masih menginginkan anak dengan batas waktu kurang dari dua tahun.

18. Pasangan Usia Subur Bukan Peserta KB Ingin Anak Tunda

Adalah pasangan usia subur yang sedang tidak menggunakan salah satu alat/cara kontrasepsi dan menginginkan kelahiran anak ditunda dengan batas waktu dua tahun lebih.19. Pasangan Usia Subur Bukan Peserta KB Tidak Ingin AnakAdalah pasangan usia subur yang sedang tidak menggunakan salah satu alat/cara kontrasepsi dan tidak ingin anak.20. MakanAdalah makan menurut pngertian dan kebiasaan masyarakat setempat, seperti makan nasi bagi mereka yang biasa makan nasi sebagai makanan pokoknya, makan sagu bagi mereka yang biasa makan sagu dan sebagainya.

21. Pakaian yang berbeda untuk di Rumah, Bekerja/SekolahAdalah pemilikan pakaian yang tidak hanya satu pasang, sehingga tidak terpaksa harus memakai pakaian yang sama dalam kegatan hidup yang berbeda-beda.

22. Rumah yang ditempati Keluarga mempunyai atap, lantai dan dinding yang baikAdalah keadaan rumah tinggal keluarga mempunyai tap, lantai dan dinding dalam kondisi baik.23. Sarana KesehatanAdalah sarana kesehatan moderen, seperti Rumah Sakit, Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Balai Pengobatan, Aptek, Posyandu, Poliklinik, Bidan di Desa dan sebagainya.

24. Petugas KesehatanAdalah petugas kesehatan yang kualifikasinya untuk melakukan pengobatan diakui oleh pemerintah sebagai tenaga profesi, seperti dokter, dokter gigi, bian, perawat dan para medis lainnya.

25. Pengobatan ModernAdalah pemeberian obat kepada seseorang yang sakit dengan obat-obatan yang diproduksi secara moderen dan telah mendapat izin peredaran dari instansi yang berwenang ( dari Departemen Kesehatan ).26. Melaksanakan Ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masingAdalah kegiatan keluarga untuk melaksanakan ibadah, sesuai dengan ajaran agama/kepercayaan yang dianut oleh masing-masing keluarga/anggota keluarga.27. Makan Daging, Ikan, Telur sebagai lauk PaukAdalah memakan daging yang berasal dari hewan ternak, ikan dan telur sebagai lauk pada waktu makan. Indikator ini tidak berlaku untuk keluarga vegetarian.

28. Pakaian Baru

Adalah pakaian layak pakai (baru/bekas) yang merupakan tambahan yang telah dimiliki/diperoleh dari membeli atau pemberian pihak lain.29. Luas Lantai Rumah 8 m2Adalah keseluruhan luas lantai rumah, baik tingkat atas maupun tingkat bawah, termasuk bagian dapur, kamar mandi, paviliun, garasi dan gudang dibagi dengan jumlah penghuni rumah sehingga masing-masing mendapat ruang 8 m2.30. Dalam keadaan sehat, sehingga dapat melaksanakan tugas/fungsi masing-masingAdalah kondisi kesehatan seseorang dalam keluarga yang berada dalam batas-bats normal, sehingga yang bersangkutan tidak harus dirawat di rumah sakit atau tidak terpaksa harus tinggal di rumah selama jangka waktu lebih dari 4 hari.31. Keluarga mempunyai penghasilan tetapAdalah keluarga yang paling kurang salah seorang anggotanya yang sudah dewasa memperoleh penghasilan berupa uang atau barang dari sumber penghasilan yang dipandang layak oleh masyarakat yang dapat memenuhi kebutuhan minimal sehari-hari secara terus menerus.32. Bisa baca tulis latin (Umur 10-60 tahun)Adalah kemampuan untuk dapat membaca tulisan dengan huruf latin dan sekaligus memahami arti dari kalimat-kalimat dalam tulisan tersebut. Indikator ini tidak berlaku bagi keluarga yang tidak mempunyai anggota keluarga berumur 10-60 tahun.

33. Upaya Keluarga untuk meningkatkan pengetahuan agamaAdalah upaya keluaga untuk meningkatkan pengetahuan agama mereka masing-masing. Misalnya mendengarkan pengajian, mendatangkan guru mengaji atau guru agama bagi anak-anak, sekolah madrasah bagi anak-anak yang beragama Islam, atau sekolah minggu bagi anak-anak yang beragama Kristen.

34. Tabungan Keluarga baik berupa uang maupun barangAdalah sebagian penghasilan keluarga yang disisihkan untuk ditabung baik berupa uang maupun berupa barang. ( misalnya dibelikan hewan ternak, sawah, tanah, barang perhiasan). Tabungan berupa barang, apabila diuangkan minimal senilai Rp.500.000,-35. Kebiasaan Makan bersamaAdalah kebiasaan seluruh anggota keluarga untuk makan bersama-sama, sehingga waktu sebelum atau sesudah makan dapat digunakan untuk membahas persoalan yang dihadapi dalam satu minggu atau untuk berkomunikasi dan bermusyawarah antar seluruh anggota keluarga.36. Ikut serta dalam kegitan masyarakatAdalah Keikutsertaan seluruh atau sebagian dari anggota keluarga dalam kegiatan masyarakat di sekitarnya yang bersifst sosial kemasyarakatan, seperti gotong royong, ronda malam, rapat RT, arisan, pengajian, kegiatan PKK, kegiatan kesenian, olah raga dan sebagainya.

37. Dapat Memperoleh Informasi dari Surat Kabar/Radio/TV/MajalahAdalah tersedianya kesempatan bagi anggota keluarga untuk memperoleh informasi baik secara lokal, nasional, regional maupun internasional, melalui media cetak (seperti surat kabar, majalah, bulletin) atau media elektronik (seperti radio, televisi). Media massa tersebut tidak perlu hanya yang dimiliki atau dibeli sendiri oleh keluarga yang bersangkutan, tetapi dapat juga yang dipinjamkan atau dimiliki oleh orang/keluarga lain, ataupun yang menjadi milik umum/milik bersama.38. Secara Teratur dan Sukarela Memberikan Sumbangan bagi Kegiatan Sosial Masyarakat Dalam Bentuk MateriAdalah keluarga yang memiliki rasa sosial yang besar dengan memberikan sumbangan materiil secara teratur (waktu tertentu) dan sukarela baik dalam bentuk uang maupun barang, bagi kepentingan masyarakat (seperti untuk anak yatim piatu, rumah ibadat, yayasan pendidikan, rumah jompo, untuk membiayai kegiatan-kegiatan di tingkat RT/RW/Dusun,Desa dan sebagainya) dalam hal ini tidak termasuk sumbangan wajib.39. Aktif Sebagai Pengurus Perkumpulan Sosial/Yayasan/Institusi Masyarakat.Adalah keluarga yang memiliki rasa sosial yang besar dengan memberikan bantuan tenaga, pikiran dan moral secara terus menerus untuk kepentingan sosial kemasyarakatan dengan menjadi pengurus pada berbagai organisasi/kepanitiaan (seperti pengurus pada yayasan, organisasi adat, kesenian, olah raga, keaagamaan, kepemudaan, institusi masyarakat, pengurus RT/RW, LKMD/LMD dan sebagainya.E. Persiapan Pendataan Keluarga

Waktu yang digunakan untuk persiapan melaksanakan Pendataan Keluarga selama 3 (tiga) minggu mulai tanggal 14 Juli sampai dengan 7 Agustus 2013, yang meliputi persiapan sarana, tenaga, sosialisasi dan metode Pendataan Keluarga. Termasuk kegiatan yang dilakukan dalam persiapan Pendataan Keluarga adalah :

1. Memperhitungkan secara cermat kesesuaian antara cakupan wilayah, kondisi geografis, jumlah penduduk dan tenaga pendata yang akan terlibat dalam pendataan dengan waktu yang disediakan untuk pelaksanaan di lapangan selama 3 bulan.

2. Melatih atau memberikan orientasi bagi petugas pelaksana pendataan, membuat peta kerja, menyusun jadwal waktu pelaksanaan pendataan, melakukan pematangan kondisi disemua tingkat wilayah (Desa/Kelurahan, serta penyediaan dan pendistribusian formulir pendataan.

3. Melakukan koordinasi dan kerjasama yang erat dengan seluruh instansi/ organisasi yang terkait, untuk menggalang potensi wilayah dalam mempersiapkan tenaga, sarana, dana dan yang terutama kesepakatan dalam pola dan metoda operasional Pendataan Keluarga.

4. Menyusun dan menetapkan pola operasional Pendataan Keluarga dengan metoda yang sesuai dengan jumlah dan kemampuan tenaga yang tersedia serta kondisi wilayah dengan tetap mengikuti prinsip dan mekanisme pelaksanaan pendataan yang telah ditentukan, antara lain:

a. Pendataan harus mencakup secara lengkap seluruh keluarga yang ada disuatu wilayah kerja.

b. Data yang diisikan kedalam formulir Pendataan Keluarga tidak boleh berdasarkan data dari hasil pencatatan yang ada.F. Pelaksanaan Pendataan KeluargaPendataan Keluarga dilaksanakan selama tiga bulan yaitu dari tanggal 1 Juli sampai dengan 30 September tahun 2013.G. Bimbingan dan Pengamatan Pendataan Keluargaa. Pelaksanaan bimbingan dan pengamatan Pendataan Keluarga dilaksanakan oleh PLKB secara berjenjang menurut tingkatan wilayah kerja.

b. Materi bimbingan dan pengamatan terdiri dari unsur-unsur :

Kelengkapan sarana formulir yang digunakan dalam Pendataan Keluarga.

Cara pengisian formulir baik dari segi materi maupun teknis pengisiannya.

Perkembangan cakupan hasil pelaksanaan pendataan secara berkala (mingguan) melalui penyajian laporan POSKO Pendataan Keluarga.

Permasalahan yang ditemui baik sasaran maupun petugas pendata.

BAB IIANALISA HASIL PENDATAAN KELUARGA KECAMATAN KEPILTAHUN 2013A. ASPEK DEMOGRAFI1. Cakupan WilayahUntuk mengetahui tentang keadaan jumlah Desa dan Dusun yang ada di Kecamatan Kepil dapat kita lihat pada tabel berikut :Tabel 1

Cakupan Wilayah

NO URUTDESA/ KELURAHANCAKUPAN WILAYAH

JUMLAH DUSUN/RWJUMLAH RUKUN TETANGGA

YANG ADAYANG DIDATAYANG ADAYANG DIDATA

1GADINGSUKUH441010

2BURAT661616

3GADINGREJO18185252

4BENER11112525

5TEGESWETAN882424

6GONDOWULAN18183838

7JANGKRIKAN13133030

8KEPIL14143535

9KAPULOGO551515

10KAGUNGAN772525

11RANDUSARI551515

12REJOSARI4499

13KALIPURU5588

14NGALIAN2266

15TANJUNGANOM10103232

16KALIWULUH993434

17BERAN772727

18TEGALGOT221010

19WARANGAN441919

20ROPOH25255555

21PULOSAREN772121

JUMLAH184184506506

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah Dusun/RW di Kecamatan Kepil pada tahun 2013 sebanyak 184 sedangkan jumlah RT yang ada sebanyak 506 RT. Jumlah RT mengalami penurunan sebanyak 2 RT dibanding dengan pendataan tahun 2012; yakni pada tahun 2012 sebanyak 508 RT, pada tahun 2013 turun 2 RT menjadi 506 RT.

2. Cakupan Rumah Tangga Dan Keluarga

Untuk mengetahui tentang keadaan jumlah Rumah Tangga dan Keluarga yang ada di Kecamatan Kepil dapat kita lihat pada tabel berikut :

Tabel 2

Cakupan Rumah Tangga Dan KeluargaNO URUTDESA/ KELURAHANCAKUPAN RUMAH TANGGA DAN KELUARGA

JUMLAH RUMAH TANGGAJUMLAH KEPALA KELUARGA

YANG ADAYANG DIDATAYANG ADAYANG DIDATA

1GADINGSUKUH560560619619

2BURAT720720750750

3GADINGREJO1.8811.8812.0772.077

4BENER8938931.0141.014

5TEGESWETAN759759825825

6GONDOWULAN1.1661.1661.2831.283

7JANGKRIKAN848848929929

8KEPIL1.5371.5371.7371.737

9KAPULOGO563563668668

10KAGUNGAN570570609609

11RANDUSARI463463530530

12REJOSARI308308365365

13KALIPURU227227286286

14NGALIAN218218254254

15TANJUNGANOM742742856856

16KALIWULUH9359351.0751.075

17BERAN1.1551.1551.3131.313

18TEGALGOT580580678678

19WARANGAN490490602602

20ROPOH1.5161.5161.7191.719

21PULOSAREN1.2041.2041.2631.263

JUMLAH17.33517.33519.45219.452

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah rumah tangga yang ada menurut hasil Pendataan Keluarga Tahun 2013 di Kecamatan Kepil sebanyak 17.335 rumah tangga sedangkan jumlah keluarga yang ada sebanyak 19.452 keluarga. Jumlah Rumah Tangga dan Keluarga yang terbesar terdapat di Desa Gadingrejo sedangkan yang terkecil terdapat di Desa Ngalian. Dibanding pada Pendataan Keluarga Tahun 2012 (lihat lampiran), jumlah rumah tangga dan keluarga mengalami kenaikan. Untuk rumah tangga di Kec. Kepil pada Pendataan Keluarga tahun 2012 sebanyak 17.233 dan pada tahun 2013 menjadi 17.335. Ini artinya mengalami kenaikan sebesar 0,59% atau naik sebanyak 102 Rumah Tangga. Sementara untuk jumlah Keluarga pada Pendataan Keluarga 2012 sebanyak 19.215 KK dan pada Tahun 2013 naik menjadi 19.452 KK atau naik sebesar 1,23% atau naik 237 KK.3. Jumlah Kepala Keluarga Menurut Status Pekerjaan

Untuk mengetahui jumlah kepala keluarga yang ada menurut status pekerjaan di Kecamatan Kepil dapat kita lihat pada tabel berikut :Tabel 3

Jumlah Kepala Keluarga Menurut Status PekerjaanNo.DesaJumlah Kepala Keluarga Menurut Status Pekerjaan

BekerjaTidak BekerjaJumlah

Jumlah%Jumlah%

1GADINGSUKUH59696,28233,72619

2BURAT70894,40425,60750

3GADINGREJO2.01997,21582,792077

4BENER97095,66444,341014

5TEGESWETAN78094,55455,45825

6GONDOWULAN124296,80413,201283

7JANGKRIKAN90897,74212,26929

8KEPIL163293,961056,041737

9KAPULOGO63895,51304,49668

10KAGUNGAN60899,8410,16609

11RANDUSARI50394,91275,09530

12REJOSARI36198,9041,10365

13KALIPURU28298,6041,40286

14NGALIAN24897,6462,36254

15TANJUNGANOM84999,1870,82856

16KALIWULUH105698,23191,771075

17BERAN119290,781219,221313

18TEGALGOT63393,36456,64678

19WARANGAN59999,5030,50602

20ROPOH168097,73392,271719

21PULOSAREN125699,4570,551263

JUMLAH1876096,446923,5619452

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa jumlah kepala keluarga yang bekerja di Kecamatan Kepil menurut hasil Pendataan Keluarga Tahun 2013 sebanyak 18.760 KK atau sebanyak 96,44 %, sedangkan jumlah kepala keluarga yang tidak bekerja sebanyak 692 KK atau sebanyak 3,56 %.Dari tabel diatas juga dapat dilihat bahwa jumlah Kepala Keluarga yang Tidak Bekerja di Kecamatan Kepil sebesar 692 atau (3,56%) dari jumlah Kepala Keluarga (19.452). Pada tingkatan Desa, Desa Beran merupakan persentase tertinggi yaitu (9,22%) dan yang terendah di Desa Kagungan (0,16%). Dari tabel dapat kita lihat bahwa di Kecamatan Kepil 5,4% dari Kepala Keluarga yang ada tidak bekerja. Dibandingkan data tahun 2012, terjadi kenaikan persentase jumlah kepala keluarga yang tidak bekerja dari 3,24 % tahun 2012 menjadi (3,56 %) pada tahun 2013. Artinya naik 0,32 %. Dari sudut pandang ekonomi, seorang Kepala Keluarga yang tidak bekerja akan mempengaruhi kondisi Ketahanan Keluarga yang dipimpinnya, terutama untuk keluarga yang mempunyai kebutuhan yang cukup besar. Besarnya angka persentase Kepala Keluarga yang tidak bekerja disebabkan beberapa faktor antara lain ketersediaan lapangan kerja, tingkat pendidikan, keahlian yang dimiliki atau memasuki usia pensiun. Tidak adanya pekerjaan Kepala Keluarga membuat tingkat kesejahteraan dan pendidikan dalam keluarga tersebut rendah, hal ini akan berefek pada masa depan generasi berikutnya. Tidak adanya pekerjaan Kepala Keluarga terutama untuk yang anggota keluarganya masih kecil dapat memberikan indikasi keluarga tersebut tidak sejahtera dan masa depan anak-anaknya akan kurang baik. Kondisi orang tua terutama Kepala Keluarga akan memberikan pengaruh yang besar pada anak-anaknya, karena orang tua adalah panutan dan selalu menjadi contoh bagi anak-anak.4. Jumlah Kepala Keluarga Menurut Status PerkawinanUntuk mengetahui jumlah kepala keluarga yang ada menurut status perkawinan di Kecamatan Kepil dapat kita lihat pada tabel berikut :Tabel 4

Jumlah Kepala Keluarga Menurut Status PerkawinanNo.DesaJumlah Kepala Keluarga Menurut Status Perkawinan

KawinDuda/Janda/Blm KawinJumlah

Jumlah %Jumlah%

1GADINGSUKUH50982,2311017,77619

2BURAT64786,2710313,73750

3GADINGREJO1.73683,5834116,422077

4BENER83181,9518318,051014

5TEGESWETAN67681,9414918,06825

6GONDOWULAN110185,8118214,191283

7JANGKRIKAN77583,4215416,58929

8KEPIL141881,6431918,361737

9KAPULOGO55683,2311216,77668

10KAGUNGAN53988,517011,49609

11RANDUSARI47990,38519,62530

12REJOSARI32889,863710,14365

13KALIPURU25990,56279,44286

14NGALIAN20982,284517,72254

15TANJUNGANOM81294,86445,14856

16KALIWULUH95588,8412011,161075

17BERAN109683,4721716,531313

18TEGALGOT57184,2210715,78678

19WARANGAN56794,19355,81602

20ROPOH159792,901227,101719

21PULOSAREN117693,11876,891263

JUMLAH1683786,56261513,4419452

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa jumlah kepala keluarga yang berstatus Kawin di Kecamatan Kepil menurut hasil Pendataan Keluarga Tahun 2013 sebanyak 16.837 KK atau sebanyak 86,56 %, sedangkan jumlah kepala keluarga yang berstatus Duda/Janda/Belum Kawin sebanyak 2615 KK atau sebanyak 13,44 %.

Dari 19.452 Kepala Keluarga yang ada di Kec. Kepil 13,44 % berstatus Janda/Duda/Belum Kawin. Apabila dilihat per desa, persentase tertinggi (18,36%) ada di Kelurahan Kepil dan terendah (5,14%) ada di 2 desa Tanjunganom. Diharapkan Kepala Keluarga yang berstatus Janda/Duda/Belum Kawin ini makin lama makin kecil. Hal ini sangat berkaitan dengan ketahanan keluarga, karena secara psikologis Kepala Keluarga yang berstatus kawin kondisi ketahanan keluarganya relatif lebih baik di banding dengan kepala keluarga yang berstatus Janda/Duda/Belum Kawin. Kepala Keluarga yang berstatus Kawin lebih mudah menyelesaikan persoalan yang terjadi dalam keluarganya sedangkan yang berstatus Janda/Duda/Belum Kawin akan sulit mencari pertimbangan-pertimbangan untuk mengambil keputusan yang tepat. Di Kabupaten Wonosobo, pada umumnya yang menganut faham ketimuran, keluarga yang lengkap yang terdiri dari ayah, ibu dan anak mempunyai kecendrungan lebih stabil ketahanan keluarganya tapi sebaliknya orang tua yang tidak lengkap atau tidak adanya anak dapat menyebabkan keretakan keutuhan rumah tangga dan anak-anak yang ada biasanya kurang mempunyai panutan/tokoh yang dapat di contoh dan diandalkan dalam keluarga. Prosentase Kepala Keluarga berstatus Janda/Duda/Belum Kawin terhadap jumlah Kepala Keluarga Tahun 2013 dibandingkan Tahun 2012 ada kecenderungan kenaikan sebesar 0,66 % dari 12,78 %. menjadi 13,44 % Tahun 2013. Kiranya ini bisa menjadi perhatian semua pihak-pihak terkait guna menekan tingkat perceraian menjadi semakin kecil. Sebab semakin kecil persentase Kepala Keluarga berstatus Janda/Duda/Belum Kawin terhadap jumlah Kepala Keluarga semakin baik kondisi Ketahanan Keluarga yang ada di Kec. Kepil.5. Jumlah Kepala Keluarga Menurut Tingkat PendidikanUntuk mengetahui jumlah kepala keluarga yang ada menurut menurut tingkat pendidikan di Kecamatan Kepil dapat kita lihat pada tabel berikut :

Tabel 5

Jumlah Kepala Keluarga Menurut Tingkat PendidikanNO URUTDESA/ KELURAHANJUMLAH KEPALA KELUARGA MENURUT STATUS PENDIDIKAN

TIDAK TAMAT SDTAMAT SD-SLTPTAMAT SLTATAMAT AK/PTTOTAL

JUMLAH %JUMLAH %JUMLAH %JUMLAH %

1GADINGSUKUH304,8555088,85345,4950,81619

2BURAT10413,8756575,33668,80152,00750

3GADINGREJO1989,53169981,801386,64422,022077

4BENER969,4773672,5814914,69333,251014

5TEGESWETAN24129,2153865,21404,8560,73825

6GONDOWULAN21416,6899877,79554,29161,251283

7JANGKRIKAN23825,6260565,12626,67242,58929

8KEPIL51629,7183548,0731117,90754,321737

9KAPULOGO14922,3146269,16365,39213,14668

10KAGUNGAN284,6053287,36264,27233,78609

11RANDUSARI509,4340075,475911,13213,96530

12REJOSARI246,5831486,03215,7561,64365

13KALIPURU3512,2424184,2772,4531,05286

14NGALIAN10,3922990,16103,94145,51254

15TANJUNGANOM364,2177690,65313,62131,52856

16KALIWULUH38936,1965560,93242,2370,651075

17BERAN17213,1090568,9314410,97927,011313

18TEGALGOT10815,9352978,02304,42111,62678

19WARANGAN16026,5842370,2771,16121,99602

20ROPOH33619,55134378,13352,0450,291719

21PULOSAREN27321,6298277,7570,5510,081263

JUMLAH339817,471431773,6012926,644452,2919452

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah KK yang tidak tamat SD sebanyak 3.398 KK (17,47%), sedangkan jumlah KK yang tamat SD-SLTP sebanyak 14.417 KK (73,60 %), jumlah KK yang tamat SLTA sebanyak 1292 KK (6,64 %) dan jumlah KK yang tamat AK/PT sebanyak 445 KK (2,29 %).

Secara menyeluruh persentase Kepala Keluarga tidak tamat SD di Kecamatan Kepil adalah 17,39 %. Angka ini cukup tinggi, hal ini sangat berpengaruh kepada ketahanan dan kesejahteraan keluarga. Dilihat dari Desa, Kaliwuluh mempunyai persentase tertinggi yaitu 36,19% dan terendah di Ngalian 0,39 %. Jika dibandingkan data Tahun 2012 persentase Kepala Keluarga tidak tamat SD di Kecamatan Kepil turun sebesar 1,4 % dari 20,4 % tahun 2012 menjadi 19 % tahun 2013, penurunan ini akan merupakan indikasi SDM di Kecamatan Kepil makin meningkat. Ditinjau dari sudut pandang ekonomi, Kepala Keluarga yang rendah tingkat pendidikannya cenderung berpenghasilan kecil, hal ini karena tingkat pendidikan sangat berpengaruh pada kesempatan kerja yang didapat. Keluarga-keluarga seperti ini juga cenderung menghasilkan anak-anak yang kurang berkualitas dan jadi beban bagi pembangunan khususnya Kecamatan Kepil. Semakin rendah tingkat pendidikan, lapangan kerja akan makin sedikit dan sempit. Banyaknya kepala keluarga yang tidak tamat SD bisa karena terbatasnya akses untuk pendidikan, pendidikan mahal, dan pendapatan keluarga yang kecil. Kepala keluarga yang pendidikanya rendah atau tidak tamat SD mempunyai kecenderungan anak-anaknya juga tidak akan berlanjut sekolahnya ke tingkat yang lebih tinggi, karena orang tua sebagai panutannya juga berpendidikan rendah. Intervensi pihak-pihak terkait di Kecamatan Kepil adalah bekerjasama dengan Dikpora untuk memberikan arahan agar orang tua yang tidak tamat SD untuk ikut program kejar paket A, B dan C. Tingkat pendidikan orang tua baik/tinggi juga sangat memberikan motivasi bagi anak untuk sekolah yang setinggi-tingginya. Jika Kecamatan Kepil ingin meningkatkan IPM maka jalan keluarnya adalah meningkatkan standar pendidikan masyarakat. Akses untuk meraih pendidikan tinggi harus dibuka, bagi keluarga miskin seyogyanya pemerintah memberikan kemudahan biaya, terutama bagi anak yang berprestasi diberikan beasiswa sebagai motivasi untuk meraih pendidikan setinggi-tingginya Di sisi lain dari tabel di atas dilihat dari tingkat pendidikan tamat SD-SLTP menunjukkan bahwa tingkat pendidikan kepala keluarga di Kecamatan Kepil masih rendah, dimana 73,6% dari seluruh Kepala Keluarga yang ada berpendidikan hanya tamat SD-SLTP, dilihat per Desa, persentase Kepala Keluarga yang berpendidikan SD-SLTP tertinggi ada di Desa Tanjunganom 90,65% dan yang terendah di Desa Kepil 48,05 %. Untuk era globalisasi sekarang tingkat pendidikan masyarakat yang hanya tamatan SD atau SLTP boleh dikatakan rendah. Rendahnya tingkat pendidikan Kepala Keluarga akan sangat berdampak pada kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan dengan penghasilan yang layak. Dunia kerja saat ini mensyaratkan pendidikan yang tinggi untuk lowongan pekerjaan yang tersedia. Selain itu tingkat pendidikan memegang peranan penting dalam membuka cakrawala/pola pikir masyarakat untuk menciptakan kreativitas dan inovasi lapangan kerja baru. Intervensi yang dapat dilakukan BKKBN dan PDPKB untuk meningkatkan pendidikan masyarakat terhadap kelompok ini adalah bekerja sama dengan Dinas Pendidikan dan Olahraga, LSM/LSOM untuk melakukan program kejar paket B dan C lebih diintensifkan. Peningkatan kualitas pendidikan Kepala Keluarga secara tidak langsung akan memberikan dampak positif pada peningkatan kesejahteraan karena pendidikan akan membuka wawasan berfikir untuk bekerja yang lebih baik dari kondisi yang ada sekarang. Pemerintah Daerah dan semua instansi pemerintah yang terkait dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat harus melakukan Advokasi dan KIE bagaimana agar masyarakat terpacu untuk meningkatkan pendidikannya dari waktu kewaktu dan generasi kegenerasi. Pembangunan yang direncanakan atau dilakukan pemerintah tidak akan tercapai dan memberikan dampak jika tingkat pendidikan masyarakat umumnya rendah dan sebaliknya jika tingkat pendidikan masyarakat cukup tinggi, hampir dipastikan pembangunan daerah bisa berjalan dengan baikSecara umum dapat dikatakan tingkat pendidikan Kepala Keluarga di Kecamatan Kepil tidak begitu tinggi. Dari (1.737) Kepala Keluarga 17,9 % Kepala Keluarga yang ada memiliki latar belakang pendidikan setingkat SLTA/SMU. Terjadi kenaikan sebesar 3,47 % dari keadaan tahun 2012 sebesar 14,42 %. Pada tingkat Desa terlihat Kelurahan Kepil mempunyai persentase tertinggi yaitu 17,90% sedangkan yang terendah di Ropoh yaitu 0,55 %. Jika diasumsikan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan semakin baik pula tingkat penghasilan, maka berdasarkan data diatas dapat ditarik kesimpulan sementara bahwa tingkat kesejahteraan di Kecamatan Kepil tidak begitu tinggi. Selain itu tingkat pendidikan juga sangat berpengaruh pada pola-pola budaya yang berkembang ditengah masyarakat. Bagi masyarakat yang mayoritas berpendidikan cukup tinggi biasanya lingkungan tersebut lebih tenteram/ kondusif dibanding yang berpendidikan lebih rendah yang cenderung lebih berpola kekerasan. Pola-pola budaya ini berkembang karena faktor pendidikan yang sangat menentukan kesempatan kerja, jenis pekerjaan dan penghasilan yang didapat dan dampaknya akan sangat terasa, baik secara sosial, ekonomi, kesehatan dan sebagainya. Tingkat Pendidikan Masyarakat merupakan salah satu indikator utama untuk menentukan Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Pemerintah Daerah dan Instansi terkait di Kecamatan Kepil harus memberikan Advokasi/KIE agar masyarakat makin sadar akan pentingnya pendidikan sekaligus menciptakan inovasi baru dibidang pendidikan agar tingkat pendidikan terutama generasi muda minimal tamatan SLTA atau sederajat.

Dari 17.452 Kepala Keluarga yang ada di Kecamatan Kepil, hanya 2,25 % yang berhasil menyelesaikan pendidikan setingkat Akademi/ Perguruan Tinggi. Persentase tertinggi sebesar 4,32 % di Kepil dan yang terendah di Desa Pulosaren, masing-masing 0,08 %. Jika kita bandingkan dengan keadaan tahun 2012 sebesar 1,98 % berarti terjadi penurunan sebesar 0,27 %. Hal ini mengindikasikan perbaikan derajat pendidikan tinggi terutama generasi muda di Kecamatan Kepil masih perlu ditingkatkan lagi. Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa penduduk Kelurahan Kepil mempunyai penduduk yang lebih tinggi tingkat pendidikannya di bandingkan Desa lain yang ada di Kecamatan Kepil. Hal tersebut dapat diartikan bahwa di Kepil akses Kepala Keluarga untuk mendapatkan pendidikan tinggi lebih baik, jauh lebih terbuka/besar dibanding Desa-Desa lain di Kepil. Pendidikan Tinggi juga dipengaruhi oleh pola budaya yang berkembang/dikembangkan dalam masyarakat, hal ini dapat dilihat dari faktor Geografis, Kepil merupakan ibu kota Kecamatan, sehingga kecenderungan masyarakat yang berpendidikan tinggi cukup banyak, sedangkan Desa lain di Kepil masih relatuf kurang. Intervensi yang dapat dilakukan oleh pemerintah adalah menggalakkan program-program pendidikan gratis/beasiswa sehingga bagi mereka yang kurang mampu tapi berpotensi dapat meneruskan pendidikannya sampai ke jenjang sarjana. Hal lain adalah mengembangkan budaya menuntut ilmu diperguruan tinggi di luar Kecamatan Kepil, seperti Universitas di Pusat Kab Wonosobo, Purworejo dan Magelang atau mungkin ke Yogyakarta. Hal ini dikarenakan kualitas dan mutu pendidikan tingginya jauh lebih baik. Secara kualitas putera daerah yang mau menuntut ilmu di luar daerahnya akan lebih baik dan cenderung berhasil di bandingkan dengan mereka yang sekolah didaerahnya sendiri. Selain kualitas pendidikan yang berbeda, cakrawala berfikirpun akan lebih maju dan luas

6. Jumlah Keluarga Mendapatkan Kredit Mikro/Bantuan Modal

Untuk mengetahui jumlah keluarga yang mendapatkan kredit mikro atau bantuan modal di Kecamatan Kepil dapat kita lihat pada tabel berikut Tabel 6

Jumlah Keluarga Mendapatkan Kredit Mikro/Bantuan ModalNo.DesaJumlah Keluarga Mendapat Kredit Mikro/Bantuan Modal

YaTidakJumlah

%%

1GADINGSUKUH152.4260497.58619

2BURAT12716.9362383.07750

3GADINGREJO1708.181,90791.822,077

4BENER15014.7986485.211,014

5TEGESWETAN556.6777093.33825

6GONDOWULAN312.421,25297.581,283

7JANGKRIKAN35037.6757962.33929

8KEPIL54231.201,19568.801,737

9KAPULOGO588.6861091.32668

10KAGUNGAN121.9759798.03609

11RANDUSARI5410.1947689.81530

12REJOSARI174.6634895.34365

13KALIPURU3411.8925288.11286

14NGALIAN7127.9518372.05254

15TANJUNGANOM465.3781094.63856

16KALIWULUH1079.9596890.051,075

17BERAN17713.481,13686.521,313

18TEGALGOT30.4467599.56678

19WARANGAN00.00602100.00602

20ROPOH140.811,70599.191,719

21PULOSAREN00.001,263100.001,263

Jumlah2,03310.4517,41989.5519,452

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah keluarga yang mendapatkan kredit mikro atau bantuan modal sebanyak 2.033 keluarga atau sebanyak 10,45 % sedangkan keluarga yang tidak mendapatkan kredit mikro atau bantuan modal sebanyak 17.419 keluarga atau sebanyak 89,55 %. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah keluarga yang sudah mendapatkan kredit mikro atau bantuan masih sangat rendah.Dari data tabel diatas kita dapat berasumsi bahwa dana untuk Kredit Mikro masyarakat masih sangat kurang/terbatas jumlahnya dan penyaluran kredit terutama Kredit Mikro masih kurang merata disetiap Desa di Kec. Kepil. Intervensi yang dapat dilakukan BKKBN adalah bekerja sama dengan Dinas Koperasi dan UKM untuk menggalakkan kelompok-kelompok masyarakat untuk membentuk koperasi/unit usaha yang kemudian diberi Modal Kerja. Selain itu memberikan tambahan modal langsung bagi usaha-usaha mikro yang mempunyai prospek bagus dan dapat dikembangkan. Kegiatan-kegiatan seperti UPPKS perlu dikembangkan dengan model-model lain yang cocok dengan kondisi masyarakat setempat dan potensi-potensi yang ada didaerah tersebut. Pemberian modal harus tepat sasaran agar dapat memacu pertumbuhan ekonomi keluarga dan penduduk. Pemberian modal kredit pada masyarakat sebaiknya dikoordinasikan antar instansi pemerintah agar terjadi pemerataan di semua Kabupaten/Kota yang ada di Kec. Kepil dan yang tak kalah pentingnya adalah pemberian modal harus tepat sasaran, terutama keluarga miskin yang benar-benar mau berusaha dan mempunyai usaha agar pemberian modal ini akan bisa mencapai tujuan seperti yang diharapkan.

7. Jumlah Jiwa Dalam Keluarga

Untuk mengetahui jumlah jiwa dalam keluarga yang ada di Kecamatan Kepil dapat kita lihat pada tabel berikut :

Tabel 7

Jumlah Jiwa Dalam Keluarga

No.DesaJumlah Jiwa Dalam Keluarga

Laki-lakiPerempuanSex RatioJumlah

%%

1GADINGSUKUH103549.83104250.1799.32077

2BURAT127752.04117747.96108.52454

3GADINGREJO326450.15324549.85100.66509

4BENER165050.69160549.31102.83255

5TEGESWETAN138349.87139050.1399.52773

6GONDOWULAN212949.36218450.6497.54313

7JANGKRIKAN163550.46160549.54101.93240

8KEPIL311051.91288148.09107.95991

9KAPULOGO114551.93106048.07108.02205

10KAGUNGAN105350.21104449.79100.92097

11RANDUSARI92950.4691249.54101.91841

12REJOSARI60650.7558849.25103.11194

13KALIPURU42149.4143150.5997.7852

14NGALIAN41350.7440149.26103.0814

15TANJUNGANOM152650.20151449.80100.83040

16KALIWULUH193251.81179748.19107.53729

17BERAN222449.77224550.2399.14469

18TEGALGOT120151.37113748.63105.62338

19WARANGAN98250.1897549.82100.71957

20ROPOH285550.38281249.62101.55667

21PULOSAREN233752.48211647.52110.44453

Jumlah3310750.723216149.28102.965268

Rata-rata jiwa dalam keluarga lebih dapat menggambarkan beban ketergantungan yang harus ditanggung oleh keluarga daripada menggambarkan fertilitas. Hal ini dikarenakan anak yang sudah berkeluarga (berstatus kawin) tidak dihitung lagi sebagai anggota keluarga, sehingga semakin besar rata-rata jiwa dalam keluarga berarti semakin berat beban yang harus ditanggung oleh keluarga itu sendiri.

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa jumlah jiwa dalam keluarga pada tahun 2013 adalah 65.268 jiwa, bila dibanding dengan tahun 2012 sebanyak 63.926 jiwa, terjadi peningkatan jumlah jiwa sebesar 1.342 atau 2,09 % jiwa.

Rasio jenis kelamin adalah perbandingan antara jumlah penduduk laki-laki dibandingkan dengan jumlah penduduk perempuan dalam satu wilayah dan waktu/periode tertentu yang biasanya dinyatakan dalam banyak penduduk laki-laki per 100 penduduk perempuan. Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah jiwa laki-laki yang ada menurut hasil Pendataan Keluarga Tahun 2013 ada sebanyak 33.107 jiwa atau sebanyak 50,72 % sedangkan jumlah jiwa perempuan sebanyak 32.161 atau sebanyak 49,28%. Sedangkan Sex Ratio antara laki-laki dengan perempuan yaitu 102,9%. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah jiwa perempuan lebih banyak dibandingkan dengan laki-laki.Hal ini dapat dikatakan dari setiap 100 jumlah penduduk perempuan, penduduk laki-laki hanya 102 orang. Jika dibandingkan antara tahun 2012 dengan rasio (102,85) terjadi kenaikan jumlah laki-laki sebesar 0,05% ini berarti terjadi kenaikan jumlah laki-laki. Rasio jumlah penduduk menurut Jenis Kelamin di Kec Kepil memberikan asumsi kemungkinan 1 laki-laki mempunyai pasangan lebih dari 1, atau dapat juga dikatakan ada perempuan yang tidak mempunyai pasangan karena jumlah laki-laki lebih sedikit dibandingkan perempuan

8. Jumlah Wanita Usia Subur (15-49 Tahun)Untuk mengetahui jumlah Wanita Usia Subur (WUS) dapat juga dipantau melalui pendataan, karena dengan memantau jumlah WUS dapat dijadikan pedoman dalam pembinaan WUS untuk mengerti tentang reproduksi sehat dan saat yang tepat untuk ber KB. Untuk dapat mengetahui jumlah WUS dapat kita lihat pada tabel berikut :Tabel 8

Jumlah Wanita Usia Subur

No.KecamatanJumlah Wanita Usia Subur (15-49 Tahun)%Jumlah Jiwa

1GADINGSUKUH55626.772077

2BURAT81433.172454

3GADINGREJO146922.576509

4BENER85126.143255

5TEGESWETAN77527.952773

6GONDOWULAN119627.734313

7JANGKRIKAN89027.473240

8KEPIL159126.565991

9KAPULOGO58126.352205

10KAGUNGAN60028.612097

11RANDUSARI56330.581841

12REJOSARI35129.401194

13KALIPURU24929.23852

14NGALIAN25331.08814

15TANJUNGANOM80926.613040

16KALIWULUH96925.993729

17BERAN114625.644469

18TEGALGOT65327.932338

19WARANGAN57229.231957

20ROPOH159328.115667

21PULOSAREN119726.884453

JUMLAH17.67827.0965268

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa jumlah WUS di Kecamatan Kepil sebanyak 17.678 WUS atau sebanyak 27,09 % dari jumlah jiwa secara keseluruhan.Persentase Jumlah WUS yang tertinggi terdapat di Desa Burat (33,17%) dari jumlah jiwa sedangkan yang terendah adalah desa Gadingrejo (22,57%).

9. Jumlah Jiwa Menurut Kelompok Umur Untuk dapat mengetahui jumlah jiwa menurut kelompok umur 0 - < 1 Tahun dan 1 - < 5 Tahun dapat kita lihat pada tabel berikut :Tabel 9

Jumlah Jiwa Menurut Kelompok Umur 0 - < 5 Tahun

No.DesaJumlah Jiwa Menurut Kelompok Umur

Bayi (0-