bahan laporan

56
KIMI KLINIK I (bilirubin direk dan total) LABORATORIUM KIMIA FARMASI TEKNOLOGI LABORATORIUM KESEHATAN FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS HASANUDDIN PEMERIKSAAN FUNGSI HATI BILIRUBIN TOTAL DAN DIRECT OLEH NAMA : YAYOK ZAIREN MAKASSAR 2011

Upload: irwan-iw-iw-setiawan

Post on 04-Aug-2015

96 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: bahan laporan

KIMI KLINIK I (bilirubin direk dan total)

LABORATORIUM KIMIA FARMASI

TEKNOLOGI LABORATORIUM KESEHATAN

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS HASANUDDIN

 

PEMERIKSAAN FUNGSI HATI BILIRUBIN TOTAL DAN DIRECT

OLEH

NAMA                                    : YAYOK ZAIREN

MAKASSAR

2011

Page 2: bahan laporan

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Banyak faal metabolik yang dilakukan oleh jaringan hati, maka ada banyak pula,

lebih dari 100, jenis test yang mengukur reaksi faal hati.' Semuanya, disebut sebagai

"tes faal hati “Sebenarnya hanya beberapa yang- benar-benar mengukur faal hati.1-3

Diantara berbagai tes tersebut tidak ada tes tunggal yang efektif mengukur faal hati

secara keseluruhan. Beberapa tes terlalu peka sehingga tidak khas, sebagian lagi

dipengaruhi pula oleh faktor - faktor di luar hati, sebagian lagi sudah obsolete.

Beberapa kriteria yang dapat dipakai adalah, antara lain, dapatnya dikerjakan tes

tersebut secara baik dengan sarana yang memadai, segi kepraktisan, biaya, stress

yang dibebankan kepada penderita, kemampuan diagnostik  dari  tes tersebut, dan lain-

lain. Pada pengujian kerusakan hati, gangguan biokimia yang terlihat adalah

peningkatan permeabilitas dinding sel, berkurangnya kapasitas sintesa, terganggunya

faal ekskresi, berkurangnya kapasitas penyimpanan, terganggunya faal detoksifikasi

peningkatan reaksi mesenkimal dan imunologi yang abnormal. Pada praktikum kali ini,

dilakukan tes kimiawi meliputi pemeriksaan bilirubin total dan direk yang dapat

menunjang suatu diagnosa terhadap adanya kelainan fungsi hati.

I.2 Maksud dan tujuan Percobaan

I.2.1 Maksud percobaan

Page 3: bahan laporan

Untuk memahami dan mempelajari cara pemeriksaan bilirubin total dan bilirubin

direk.

I.2.2 Tujuan percobaan

Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui dan mengidentifikasi

kelainan pada fungsi hati dengan melihat kadar bilirubin total dan bilirubin direk.

I.3 Prinsip Percobaan

a. Bilirubin total

Mengidentifikasi adanya kelainan fungsi hati dengan pemeriksaan bilirubin total

dengan penambahan reagen bilirubin total dimana asam sulphanilic direaksiakan

dengan natrium nitrit menjadi diazotised sulphanilic  acid (DSA) yang akan bereaksi

dengan bilirubin dan accelator membentuk zat warna azo.

Bilirubin direct

Mengidentifikasi adanya kelainan fungsi hati dengan pemeriksaan bilirubin direct

dengan penambahan reagen bilirubin direct dimana asam sulphanilic direaksiakan

dengan natrium nitrit menjadi diazotised sulphanilic acid (DSA) yang akan berikatan

dengan bilirubin dan membentuk direct azobilirubin.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

II.1 Teori UmumA.   Anatomi Hati

Hati merupakan organ yang sangat penting dalam pengaturan homeostasis

tubuh yang meliputi metabolisme, biotransformasi, sintesis, penyimpanan dan

imunologi. Dari sudut pandang anatomi dan fisiologi, hati adalah organ terbesar dari

Page 4: bahan laporan

sistem intestinal dengan berat antara 1,2-1,8 kg atau kurang lebih 25% berat badan

orang dewasa yang menempati sebagian besar kuadran kanan atas abdomen dan

merupakan pusat metabolisme tubuh dengan fungsi yang sangat kompleks. Batas atas

hati berada sejajar dengan ruang interkostal V kanan dan batas bawah menyerong ke

atas dari iga IX kanan ke iga IX kiri. (1; 3)

Permukaan posterior hati berbentuk cekung dan terdapat celah transversal

sepanjang 5 cm dari sistem porta hepatis. Omentum minor terdapat mulai dari sistem

porta yang mengandung arteri hepatica, vena porta dan duktus koledokus. Sistem porta

terletak di depan vena kava dan dibalik kandung empedu. Permukaan anterior yang

cembung dibagi menjadi 2 lobus oleh adanya perlekatan ligamentum falsiform yaitu

lobus kiri dan lobus kanan yang berukuran kira-kira 2 kali lobus kiri. Pada daerah antara

ligamentum falsiform dengan kandung empedu di lobus kanan kadang-kadang dapat

ditemukan lobus kuadratus dan sebuah daerah yang disebut sebagai lobus kaudatus

yang biasanya tertutup oleh vena kava inferior dan ligamentum venosum pada

permukaan posterior. Hati terbagi dalam 8 segmen dengan fungsi yang berbeda. Pada

dasarnya, garis Cantlie yang terdapat mulai dari vena kava sampai kandung empedu

telah membagi hati menjadi 2 lobus fungsional, dan dengan adanya daerah dengan

vaskularisasi relatif sedikit, kadang-kadang dijadikan batas reseksi. (1; 3)

Page 5: bahan laporan

Gambar 1. Anatomi hati

Hepar dibungkus oleh simpai yg tebal, terdiri dari serabut kolagen dan jaringan

elastis yg disebut Kapsul Glisson. Simpai ini akan masuk ke dalam parenchym hepar

mengikuti pembuluh darah getah bening dan duktus biliaris. Massa dari hepar seperti

spons yg terdiri dari sel-sel yg disusun di dalam lempengan-lempengan/ plate dimana

akan masuk ke dalamnya sistem pembuluh kapiler yang disebut sinusoid. Sinusoid-

sinusoid tersebut berbeda dengan kapiler-kapiler di bagian tubuh yang lain, oleh karena

lapisan endotel yang meliputinya terediri dari sel-sel fagosit yg disebut sel kupfer. Sel

kupfer lebih permeabel yang artinya mudah dilalui oleh sel-sel makro dibandingkan

kapiler-kapiler yang lain .Lempengan sel-sel hepar tersebut tebalnya 1 sel dan punya

hubungan erat dengan sinusoid. Pada pemantauan selanjutnya nampak parenkim

tersusun dalam lobuli-lobuli Di tengah-tengah lobuli tdp 1 vena sentralis yg merupakan

cabang dari vena-vena hepatika (vena yang menyalurkan darah keluar dari hepar).(1 ;

4)

Page 6: bahan laporan

bagian tepi di antara lobuli-lobuli terhadap tumpukan jaringan ikat yang disebut

traktus portalis/ TRIAD yaitu traktus portalis yang mengandung cabang-cabang v.porta,

A.hepatika, ductus biliaris.Cabang dari vena porta dan A.hepatika akan mengeluarkan

isinya langsung ke dalam sinusoid setelah banyak percabangan Sistem bilier dimulai

dari canaliculi biliaris yang halus yg terletak di antara sel-sel hepar dan bahkan turut

membentuk dinding sel. Canaliculi akan mengeluarkan isinya ke dalam intralobularis,

dibawa ke dalam empedu yg lebih besar , air keluar dari saluran empedu menuju

kandung empedu.(1;4)

gambar 2. Kupfer sel

Hati merupakan pusat dari metabolisme seluruh tubuh, merupakan sumber

energi tubuh sebanyak 20% serta menggunakan 20 – 25% oksigen darah.Ada

beberapa fungsi hati yaitu :

1.    Fungsi hati sebagai metabolisme karbohidrat

Pembentukan, perubahan dan pemecahan KH, lemak dan protein saling

berkaitan 1 sama lain. Hati mengubah pentosa dan heksosa yang diserap dari usus

halus menjadi glikogen, mekanisme ini disebut glikogenesis. Glikogen lalu ditimbun di

dalam hati kemudian hati akan memecahkan glikogen menjadi glukosa. Proses

Page 7: bahan laporan

pemecahan glikogen mjd glukosa disebut glikogenelisis.Karena proses-proses ini, hati

merupakan sumber utama glukosa dalam tubuh, selanjutnya hati mengubah glukosa

melalui heksosa monophosphat shunt dan terbentuklah pentosa. Pembentukan pentosa

mempunyai beberapa tujuan: Menghasilkan energi, biosintesis dari nukleotida, nucleic

acid dan ATP, dan membentuk/ biosintesis senyawa 3 karbon (3C)yaitu piruvic acid

(asam piruvat diperlukan dalam siklus krebs).(1 : 5)

2. Fungsi hati sebagai metabolisme lemak

Hati tidak hanya membentuk/ mensintesis lemak tapi sekaligus mengadakan

katabolisis asam lemak. Asam lemak dipecah menjadi beberapa komponen :

1.Senyawa 4 karbon – KETON BODIES

2. Senyawa 2 karbon – ACTIVE ACETATE (dipecah menjadi asam lemak      

dan gliserol)

3. Pembentukan cholesterol

4. Pembentukan dan pemecahan fosfolipid

Hati merupakan pembentukan utama, sintesis, esterifikasi dan ekskresi

kholesterol. Dimana serum Cholesterol menjadi standar pemeriksaan metabolisme lipid

(1 : 5)

Page 8: bahan laporan

Gambar 3.fungsi hati dalam metabolism lemak

3. Fungsi hati sebagai metabolisme protein

Hati mensintesis banyak macam protein dari asam amino. dengan proses

deaminasi, hati juga mensintesis gula dari asam lemak dan asam amino.Dengan proses

transaminasi, hati memproduksi asam amino dari bahan-bahan non nitrogen. Hati

merupakan satu-satunya organ yg membentuk plasma albumin dan ∂ - globulin dan

organ utama bagi produksi urea.Urea merupakan end product metabolisme protein.∂ -

globulin selain dibentuk di dalam hati, juga dibentuk di limpa dan sumsum tulang β –

globulin hanya dibentuk di dalam hati.albumin mengandung ± 584 asam amino dengan

BM 66.000 (1 : 5)

4. Fungsi hati sehubungan dengan pembekuan darah

Page 9: bahan laporan

Hati merupakan organ penting bagi sintesis protein-protein yang berkaitan

dengan koagulasi darah, misalnya: membentuk fibrinogen, protrombin, faktor V, VII, IX,

X. Benda asing menusuk kena pembuluh darah – yang beraksi adalah faktor ekstrinsi,

bila ada hubungan dengan katup jantung – yang beraksi adalah faktor intrinsik.Fibrin

harus isomer biar kuat pembekuannya dan ditambah dengan faktor XIII, sedangakan Vit

K dibutuhkan untuk pembentukan protrombin dan beberapa faktor koagulasi

5. Fungsi hati sebagai metabolisme vitamin

Semua vitamin disimpan di dalam hati khususnya vitamin A, D, E, K

6. Fungsi hati sebagai detoksikasi

Hati adalah pusat detoksikasi tubuh, Proses detoksikasi terjadi pada proses

oksidasi, reduksi, metilasi, esterifikasi dan konjugasi terhadap berbagai macam bahan

seperti zat racun, obat over dosis.

7. Fungsi hati sebagai fagositosis dan imunitas

Sel kupfer merupakan saringan penting bakteri, pigmen dan berbagai bahan

melalui proses fagositosis. Selain itu sel kupfer juga ikut memproduksi ∂ - globulin

sebagai imun livers mechanism. (1 : 5)

8. Fungsi hemodinamik

Hati menerima ± 25% dari cardiac output, aliran darah hati yang normal ± 1500

cc/ menit atau 1000 – 1800 cc/ menit. Darah yang mengalir di dalam a.hepatica ± 25%

dan di dalam v.porta 75% dari seluruh aliran darah ke hati. Aliran darah ke hepar

dipengaruhi oleh faktor mekanis, pengaruh persarafan dan hormonal, aliran ini berubah

Page 10: bahan laporan

cepat pada waktu exercise, terik matahari, shock.Hepar merupakan organ penting

untuk mempertahankan aliran darah (1: 6)

Gambar 4. Fungsi hati hemodinamik

Faal Hati merupakan pusat berbagai proses metabolisme, hal ini dimungkinkan

sebab hati menerima darah baik dari sirkulasi system dan juga dari system porta.(6 :

19)

Jaringan hati tersusun dari sel parenkim (60%), sel system fagosotik monosit-

makrofag (lebih dikenal sebagai  Reticulo-Endothelial Sytem, RES) yaitu sel-sel kupffer

(30%),  dan sisanya adalah jaringan vaskuler, saluran empedu dan jaringan penunjang.

Sel-sel hati berderet radialis dipisahkan oleh sinusoid dengan sel-sel kupfer pada

dindingnya.( 4 : 9)

B.   Katabolisme Heme

Page 11: bahan laporan

Katabolisme heme dari semua hemeprotein terjadi dalam fraksi mikrosom sel

retikuloendotel oleh sistem enzym yang kompleks yaitu heme oksigenase yang

merupakan enzym dari keluarga besar sitokrom P450. Langkah awal pemecahan gugus

heme ialah pemutusan jembatan α metena membentuk biliverdin, suatu tetrapirol linier.

(2:140)

Besi mengalami beberapa kali reaksi reduksi dan oksidasi, reaksi-reaksi ini

memerlukan oksigen dan NADPH. Pada akhir reaksi dibebaskan Fe3+ yang dapat

digunakan kembali, karbon monoksida yang berasal dari atom karbon jembatan metena

dan biliverdin. Biliverdin, suatu pigmen berwarna hijau akan direduksi oleh biliverdin

reduktase yang menggunakan NADPH sehingga rantai metenil menjadi rantai metilen

antara cincin pirol III – IV dan membentuk pigmen berwarna kuning yaitu bilirubin.

Perubahan warna pada memar merupakan petunjuk reaksi degradasi ini. (2:141)

Gambar 5 katabolisme hem

Dalam setiap 1 gr hemoglobin yang lisis akan membentuk 35 mg bilirubin. Pada

orang dewasa dibentuk sekitar 250–350 mg bilirubin per hari, yang dapat berasal dari

pemecahan hemoglobin, proses erytropoetik yang tidak efekif dan pemecahan

hemprotein lainnya. (2:141)

Page 12: bahan laporan

Bilirubin dari jaringan retikuloendotel adalah bentuk yang sedikit larut dalam

plasma dan air. Bilirubin ini akan diikat nonkovalen dan diangkut oleh albumin ke hepar.

Dalam 100 ml plasma hanya lebih kurang 25 mg bilirubin yang dapat diikat kuat pada

albumin. Bilirubin yang melebihi jumlah ini hanya terikat longgar hingga mudah lepas

dan berdiffusi ke jaringan.(2:141)

Bilirubin I (indirek) bersifat lebih sukar larut dalam air dibandingkan dengan

biliverdin. Pada reptil, amfibi dan unggas hasil akhir metabolisme heme ialah biliverdin

dan bukan bilirubin seperti pada mamalia. Keuntungannya adalah ternyata bilirubin

merupakan suatu anti oksidan yang sangat efektif, sedangkan biliverdin tidak.

Efektivitas bilirubin yang terikat pada albumin kira-kira 1/10 kali dibandingkan asam

askorbat dalam perlindungan terhadap peroksida yang larut dalam air. Lebih bermakna

lagi, bilirubin merupakan anti oksidan yang kuat dalam membran, bersaing dengan

vitamin E.(2:213)

Di hati, bilirubin I (indirek) yang terikat pada albumin diambil pada permukaan

sinusoid hepatosit oleh suatu protein pembawa yaitu ligandin. Sistem transport

difasilitasi ini mempunyai kapasitas yang sangat besar tetapi penggambilan bilirubin

akan tergantung pada kelancaran proses yang akan dilewati bilirubin berikutnyaBilirubin

nonpolar (I/indirek) akan menetap dalam sel jika tidak diubah menjadi bentuk larut

(II/direk). Hepatosit akan mengubah bilirubin menjadi bentuk larut (II/direk) yang dapat

diekskresikan dengan mudah ke dalam kandung empedu. .(2:213)

Proses perubahan tersebut melibatkan asam glukoronat yang dikonjugasikan

dengan bilirubin, dikatalisis oleh enzym bilirubin glukoronosiltransferase. Hati

mengandung sedikitnya dua isoform enzym glukoronosiltransferase yang terdapat

Page 13: bahan laporan

terutama pada retikulum endoplasma. Reaksi konjugasi ini berlangsung dua tahap,

memerlukan UDP asam glukoronat sebagai donor glukoronat. Tahap pertama akan

membentuk bilirubin monoglukoronida sebagai senyawa antara yang kemudian

dikonversi menjadi bilirubin diglukoronida yang larut pada tahap kedua. (2:213)

Gambar 6. Pembentukkan bilirubin

Eksresi bilirubin larut ke dalam saluran dan kandung empedu berlangsung dengan

mekanisme transport aktif yang melawan gradien konsentrasi. Dalam keadaan

fisiologis, seluruh bilirubin yang diekskresikan ke kandung empedu berada dalam

bentuk terkonjugasi (bilirubin II).(2:214)

C.   Bilirubin

Bilirubin adalah pigmen kuning yang berasal dari perombakan heme dari

hemoglobin dalam proses pemecahan eritrosit oleh sel retikuloendotel. Di samping itu

sekitar 20% bilirubin berasal dari perombakan zat-zat lain. Sel retikuloendotel membuat

bilirubin tidak larut dalam air, bilirubin yang disekresikan dalam darah harus diikatkan

albumin untuk diangkut dalam plasma menuju hati.(3:295)

Page 14: bahan laporan

Di dalam hati, hepatosit melepaskan ikatan dan mengkonjugasinya dengan

asam glukoronat sehingga bersifat larut air, sehingga disebut bilirubin direk atau

glukoroniltransferase, selain dalam bentuk  diglukoronida dapat juga dalam

bentuk bilirubin terkonjugasi. Proses konjugasi melibatkan enzim

glukoroniltransferase, selain dalam bentuk diglukoronida dapat juga dalam

bentuk monoglukoronida atau ikatan dengan glukosa, xylosa dan sulfat.

terkonjugasi dikeluarkan melalui proses energi kedalam sistem bilier. (3:295)

Bilirubin berikatan dengan albumin sehingga zat ini dapat diangkut ke seluruh

tubuh. Dalam bentuk ini, spesies molekular disebut bilirubin tak terkonjujgasi. Sewaktu

zat ini beredar melalui hati, hepatosit melakukan fungsi sebagai berikut :

1.    Penyerapan bilirubin dan sirkulasi

2.    Konjugasi enzimatik sebagai bilirubin glukuronida

3.    Pengangkutan dan ekskresi bilirubin terkonjugasi ke dalam empedu untuk dikeluarkan

dari tubuh

Konjugasi intrasel asam glukoronat ke dua tempat di molekul bilirubin

menyebabkan bilirubin bermuatan negatif, sehingga bilirubin terkonjugasi ini larut dalam

fase air. Apabila terjadi obstruksi atau kegagalan lain untuk mengekskresikan bilirubin

terkonjugasi ini zat ini akan masuk kembali ke dan tertimbun dalam sirkulasi (3:295)

Selain bilirubin masuk ke dalam usus, bakteri kolon mengubah bilirubin menjadi

urobilinogen yaitu beberapa senyawa tidak berwarna yang kemudian mengalami

oksidasi menjadi pigmen coklat urobilin. Urobilin diekskresikan dalam feses tetapi

sebagian urobilinogen direabsorpsi melalui usus, dan melalui sirkulasi portal diserap

Page 15: bahan laporan

oleh hati dan direekskresikan dalam empedu. Karena larut air, urobilinogen juga dapat

keluar melalui urin apabila mencapai ginjal.(3:295)

Pembentukan bilirubin

Dalam keadaan fisiologis, masa hidup eritrosit manusia sekitar 120 hari, eritrosit

mengalami lisis 1-2×108 setiap jamnya pada seorang dewasa dengan berat badan 70

kg, dimana diperhitungkan hemoglobin yang turut lisis sekitar 6 gr per hari. Sel-sel

eritrosit tua dikeluarkan dari sirkulasi dan dihancurkan oleh limpa. Apoprotein dari

hemoglobin dihidrolisis menjadi komponen asam-asam aminonya. Katabolisme heme

dari semua hemeprotein terjadi dalam fraksi mikrosom sel retikuloendotel oleh sistem

enzim yang kompleks yaitu heme oksigenase yang merupakan enzim dari keluarga

besar sitokrom P450. Langkah awal pemecahan gugus heme ialah pemutusan

jembatan α metena membentuk biliverdin, suatu tetrapirol linier. Besi mengalami

beberapa kali reaksi reduksi dan oksidasi, reaksi-reaksi ini memerlukan oksigen dan

NADPH. Pada akhir reaksi dibebaskan Fe3+ yang dapat digunakan kembali, karbon

monoksida yang berasal dari atom karbon jembatan metena dan biliverdin. Biliverdin,

suatu pigmen berwarna hijau akan direduksi oleh biliverdin reduktase yang

menggunakan NADPH sehingga rantai metenil menjadi rantai metilen antara cincin pirol

III – IV dan membentuk pigmen berwarna kuning yaitu bilirubin. Perubahan warna pada

memar merupakan petunjuk reaksi degradasi ini. (4:2)

Bilirubin bersifat lebih sukar larut dalam air dibandingkan dengan biliverdin.

Dalam setiap 1 gr hemoglobin yang lisis akan membentuk 35 mg bilirubin dan tiap hari

dibentuk sekitar 250–350 mg pada seorang dewasa, berasal dari pemecahan

hemoglobin, proses erytropoetik yang tidak efekif dan pemecahan hemprotein lainnya.

Page 16: bahan laporan

Bilirubin dari jaringan retikuloendotel adalah bentuk yang sedikit larut dalam plasma dan

air. Bilirubin ini akan diikat nonkovalen dan diangkut oleh albumin ke hepar. Dalam 100

ml plasma hanya lebih kurang 25 mg bilirubin yang dapat diikat kuat pada albumin.

Bilirubin yang melebihi jumlah ini hanya terikat longgar hingga mudah lepas dan

berdifusi ke jaringan. Bilirubin yang sampai dihati akan dilepas dari albumin dan diambil

pada permukaan sinusoid hepatosit oleh suatu protein pembawa yaitu ligandin. Sistem

transport difasilitasi ini mempunyai kapasitas yang sangat besar tetapi penggambilan

bilirubin akan tergantung pada kelancaran proses yang akan dilewati bilirubin

berikutnya. Bilirubin nonpolar akan menetap dalam sel jika tidak diubah menjadi bentuk

larut. Hepatosit akan mengubah bilirubin menjadi bentuk larut yang dapat diekskresikan

dengan mudah kedalam kandung empedu. Proses perubahan tersebut melibatkan

asam glukoronat yang dikonjugasikan dengan bilirubin, dikatalisis oleh enzim bilirubin

glukoronosiltransferase. Hati mengandung sedikitnya dua isoform enzym

glukoronosiltransferase yang terdapat terutama pada retikulum endoplasma. Reaksi

konjugasi ini berlangsung dua tahap, memerlukan UDP asam glukoronat sebagai donor

glukoronat. Tahap pertama akan membentuk bilirubin monoglukoronida sebagai

senyawa antara yang kemudian dikonversi menjadi bilirubin diglukoronida yang larut

pada tahap kedua.

Metabolisme Bilirubin

Hati merupakan organ terbesar, terletak di kuadran kanan atas rongga abdomen.

Hati melakukan banyak fungsi penting dan berbeda-beda dan trgantung pada sistem

darahnya yang unik dan sel-selnya yang sangat  khusus. Hati tertutupi kapsul

fibroelastik berupa kapsul glisson. Kapsul glisson berisi pembuluh darah, pembuluh

Page 17: bahan laporan

limfe, dan saraf. Hati terbagi menjadi lobus kanan dan lobus kiri. Tiap lobus tersusun

atas unit-unit kecil yang disebut lobulus. Lobulus terdiri sel-sel hati, disebut hepatosit

yang menyatu dalam lempeng. Hepatosit dan jaringan hati mudah mengalami

regenerasi. (3:216)

Hati menerima darah dari 2 sumber, yaitu arteri hepatika (banyak mengandung

oksigen) yang mengalirkan darah ±500 ml/mnt dan vena porta (kurang kandungan

oksigen tapi kaya zat gizi, dan mungkin berisi zat toksik dan bakteri) yang menerima

darah dari lambung, usus, pankreas dan limpa; mengalirkan darah ±1000 ml/mnt.

Kedua sumber tersebut mengalir ke kapiler hati yang disebut sinusoid lalu diteruskan ke

vena sentralis ditiap lobulus. Dan dari semua lobulus ke vena hepatika berlanjut ke

vena kava inferior. Tekanan darah di sistem porta hepatika sangat rendah, ±3 mmHg

dan di vena kava hampir 0 mmHg. Karena tidak ada resistensi aliran melalui vena porta

dan vena kava sehingga darah mudah masuk dan keluar hati. Hati menjalankan

berbagai macam fungsi terutama metabolisme, baik anabolisme atau katabolisme

molekul-molekul makanan dasar (gula, asam lemak, asam amino) dilakukan oleh sel-

sel hati. (3:216)

Bilirubin merupakan suatu senyawa tetrapirol yang dapat larut dalam lemak

maupun air yang berasal dari pemecahan enzimatik gugus heme dari berbagai heme

protein seluruh tubuh. Sebagian besar ( kira- kira 80 % ) terbentuk dari proses katabolik

hemoglobin, dalam proses penghancuran eritrosit oleh RES di limpa, dan sumsum

tulang. Disamping itu sekitar 20 % dari bilirubin berasal dari sumber lain yaitu non heme

porfirin, prekusor pirol dan lisis eritrosit muda. Dalam keadaan fisiologis pada manusia

dewasa, eritrosit dihancurkan setiap jam. Dengan demikian bila hemoglobin

Page 18: bahan laporan

dihancurkan dalam tubuh, bagian protein globin dapat dipakai kembali baik sebagai

protein globin maupun dalam bentuk asam- asam aminonya.(3:216-217)

Metabolisme bilirubin diawali dengan reaksi proses pemecahan heme oleh enzim

hemoksigenase yang mengubah biliverdin menjadi bilirubin oleh enzim bilirubin

reduksitase. Sel retikuloendotel membuat bilirubin tak larut air, bilirubin yang sekresikan

ke dalam darah diikat albumin untuk diangkut dalam plasma. Hepatosit adalah sel yang

dapat melepaskan ikatan, dan mengkonjugasikannya dengan asam glukoronat menjadi

bersifat larut dalam air. Bilirubin yang larut dalam air masuk ke dalam saluran empedu

dan diekskresikan ke dalam usus . Didalam usus oleh flora usus bilirubin diubah

menjadi urobilinogen yang tak berwarna dan larut air, urobilinogen mudah dioksidasi

menjadi urobilirubin yang berwarna. Sebagian terbesar dari urobilinogen keluar tubuh

bersama tinja, tetapi sebagian kecil diserap kembali oleh darah vena porta

dikembalikan ke hati. Urobilinogen yang demikian mengalami daur ulang, keluar lagi

melalui empedu. Ada sebagian kecil yang masuk dalam sirkulasi sistemik, kemudian

urobilinogen masuk ke ginjal dan diekskresi bersama urin (3:217)

Metabolisme Bilirubin di Hati

Metabolisme bilirubin dalam hati dibagi menjadi 3 proses:

1.    Pengambilan (uptake) bilirubin oleh sel hati

2.    Konjugasi bilirubin

3.    Sekresi bilirubin ke dalam empedu (5:2)

Macam dan sifat bilirubin

a.    Bilirubin terkonjugasi /direk

Page 19: bahan laporan

Bilirubin terkonjugasi /direk adalah bilirubin bebas yang bersifat larut dalam air

sehingga dalam pemeriksaan mudah bereaksi. Bilirubin terkonjugasi (bilirubin

glukoronida atau hepatobilirubin ) masuk ke saluran empedu dan diekskresikan ke

usus. Selanjutnya flora usus akan mengubahnya menjadi urobilinogen.(6:1)

 Bilirubin terkonjugasi bereaksi cepat dengan asam sulfanilat yang terdiazotasi

membentuk azobilirubin. Peningkatan kadar bilirubin direk atau bilirubin terkonjugasi

dapat disebabkan oleh gangguan ekskresi bilirubin intrahepatik antara lain Sindroma

Dubin Johson dan Rotor, Recurrent (benign) intrahepatic cholestasis, Nekrosis

hepatoseluler, Obstruksi saluran empedu. Diagnosis tersebut diperkuat dengan

pemeriksaan urobilin dalam tinja dan urin dengan hasil negatif. (6:1)

b.    Bilirubin tak terkonjugasi/ indirek

Bilirubin tak terkonjugasi (hematobilirubin) merupakan bilirubin bebas yang

terikat albumin, bilirubin yang sukar larut dalam air sehingga untuk memudahkan

bereaksi dalam pemeriksaan harus lebih dulu dicampur dengan alkohol, kafein atau

pelarut lain sebelum dapat bereaksi, karena itu dinamakan bilirubin indirek. Peningkatan

kadar bilirubin indirek mempunyai arti dalam diagnosis penyakit bilirubinemia karena

payah jantung akibat gangguan dari delivery bilirubin ke dalam peredaran darah. Pada

keadaan ini disertai dengan tanda-tanda payah jantung, setelah payah jantung diatasi

maka kadar bilirubin akan normal kembali dan harus dibedakan dengan chardiac

chirrhosis yang tidak selalu disertai bilirubinemia. (6:1)

Peningkatan yang lain terjadi pada bilirubinemia akibat hemolisis atau

eritropoesis yang tidak sempurna, biasanya ditandai dari anemi hemolitik yaitu

gambaran apusan darah tepi yang abnormal,umur eritrosit yang pendek. (6:1)

Page 20: bahan laporan

Pembentukan urobilin

Bilirubin terkonjugasi yang mencapai ileum terminal dan kolon dihidrolisa oleh

enzym bakteri β glukoronidase dan pigmen yang bebas dari glukoronida direduksi oleh

bakteri usus menjadi urobilinogen, suatu senyawa tetrapirol tak berwarna.7

Sejumlah urobilinogen diabsorbsi kembali dari usus ke perdarahan portal dan

dibawa ke ginjal kemudian dioksidasi menjadi urobilin yang memberi warna kuning

pada urine. Sebagian besar urobilinogen berada pada feces akan dioksidasi oleh

bakteri usus membentuk sterkobilin yang berwarna kuning kecoklatan. (4:2 )

Pengambilan Bilirubin oleh Hati

Bilirubin hanya sedikit larut dalam plasma dan terikat dengan protein, terutama

albumin. Beberapa senyawa seperti antibiotika dan obat-obatan bersaing dengan

bilirubin untuk mengadakan ikatan dengan albumin. Sehingga, dapat mempunyai

pengaruh klinis. Dalam hati, bilirubin dilepaskan dari albumin dan diambil pada

permukaan sinusoid dari hepatosit melalui suatu sistem transport berfasilitas (carrier-

mediated saturable system) yang saturasinya sangat besar. Sehingga, dalam keadaan

patologis pun transport tersebut tidak dipengaruhi. Kemungkinan pada tahap ini bukan

merupakan proses rate limiting 9(8)

Konjugasi Bilirubin

Dalam hati, bilirubin mengalami konjugsi menjadi bentuk yang lebih polar

sehingga lebih mudah diekskresi ke dalam empedu dengan penambahan 2 molekul

asam glukoronat. Proses ini dikatalisis oleh enzim diglukoronil transferase dan

menghasilkan bilirubin diglukoronida. Enzim tersebut terutama terletak dalam retikulum

endoplasma halus dan menggunakan UDP-asam glukoronat sebagai donor glukoronil.

Page 21: bahan laporan

Aktivitas UDP-glukoronil transferase dapat diinduksi oleh sejumlah obat misalnya

fenobarbital.(5:8)

Ekskresi bilirubin kedalam empedu

Bilirubin yang sudah terkonjugasi akan disekresi kedalam empedu melalui

mekanisme pangangkutan yang aktif dan mungkin bertindak sebagai rate limiting

enzyme metabolisme bilirubin. Sekeresi bilirubin juga dapat diinduksi dengan obat-

obatan yang dapat menginduksi konjugasi bilirubin. Sistem konjugasi dan sekresi

bilirubin berlaku sebagai unit fungsional yang terkoordinasi.9 (8)

Metabolisme Bilirubin di Usus

Setelah mencapai ileum terminalis dan usus besar bilirubin terkonjugasi akan

dilepaskan glukoronidanya oleh enzim bakteri yang spesifik (b-glukoronidase). Dengan

bantuan flora usus bilirubin selanjutnya dirubah menjadi urobilinogen.9 (8)

Urobilinogen tidak berwarna, sebagian kecil akan diabsorpsi dan diekskresikan

kembali lewat hati, mengalami siklus urobilinogen enterohepatik. Sebagian besar

urobilinogen dirubah oleh flora normal colon menjadi urobilin atau sterkobilin yang

berwarna kuning dan diekskresikan melalui feces. Warna feces yang berubah menjaadi

lebih gelap ketika dibiarkan udara disebabkan oksidasi urobilinogen yang tersisa

menjadi urobilin.(5:8)

Metabolisme pigmen empedu

Eritrosit pada akhir masa hidupnya (yang sudah terlalu rapuh dalam sirkulasi)

membran selnya pecah dan hemoglobin yang lepas difagositosis oleh RES.

Hemoglobin dipecah menjadi heme dan globin dan cincin heme dibuka untuk

memberikan (1) besi bebas yang ditranspor ke dalam darah oleh transferin, dan (2)

Page 22: bahan laporan

rantai lurus dari empat inti pirol, yaitu substrat yang akan dibentuk menjadi pigmen

empedu. Pertama pembentukan biliverdin berantai lurus. Biliverdin di konversikan ke

bilirubin dengan reduksi. Bilirubin (bebas) yang bersirkulasi dalam plasma terikat

albumin (karena bilirubin ini larut lemak). Memasuki hati, albumin melepaskan

ikatan dengan bilirubin, dan memasuki hepatosit. Sekitar 80% Bilirubin

dikonjugasi oleh asam glukuronat melalui mekanisme yang melibatkan biilirubin-

UDP glukuronosiltransferase menjadi bilirubin terkonjugasi (larut air), 10%

dikonjugasi dengan sulfat membentuk bilirubin sulfat, dan 10% lainnya berikatan

dengan zat lain. Hati orang dewasa mempunyai kapasitas cadangan untuk

mengkonjugasi dan mengekskresi 5-10 kali biilrubin normal (500 µmol/24 jam).

Pada neonatus, enzim ini belum aktif sepenuhnya, misal aktivitas glukuronosil

transferase perlu waktu ±3 minggu untuk berkembang, sehingga hati neonatus hampir

tak mempunyai kapasitas untuk mengekskresi beban bilirubin normalnya dan bisa

meningkat saat terjadi pemecahan eritrosit berlebih. Ikterus sebelum usia 24 jam adalah

abnormal, tapi hiperbilirubinemia moderat (80 µmol/L) dalam minggu pertama mungkin

tak patologis (ikterus fisiologis) (2:212)

Ikterus adalah pewarnaan jaringan tubuh menjadi kekuning-kuningan pada kulit

dan jaringan dalam. Penyebab umumnya karena sejumlah besar bilirubin masuk dalam

cairan ekstrasel, baik bilirubin bebas atau bilirubin terkonjugasi. Konsentrasi bilirubin

normal (baik bilirubin bebas dan terkonjugasi) ±0.5 mg/dL plasma. Kulit mulai tampak

kuning ketika konsentrasinya meningkat >3 kali dari normal (>1.5 mg/dL)(2:216)

Ekskresi Pigmen Empedu  

Page 23: bahan laporan

Empedu yang dihasilkan oleh hepatosit mengalir ke kanalikuli biliaris dan masuk

ke duktus biliaris hingga sampai ke usus. Dalam usus besar ia direduksi oleh kerja

bakteri menjadi berbagai pigmen termasuk urobilinogen yang mudah larut dan akhirnya

menjadi sterkobilinogen. Kemudian sterkobilinogen diekskresikan dalam feses dan

mengalami oksidasi dengan udara menjadi sterkobilin. (2:213)

Di usus besar, sebagian besar urobilinogen direabsorbsi mukosa usus kembali

ke dalam darah. Sebagian lagi di ekskresikan oleh hati ke usus, tapi ±5% oleh ginjal

lewat urin. Setelah terpapar udara, mengalami oksidasi menjadi urobilin.(2:213)

D.   Penyakit yang berhubungan dengan bilirubin

Hiperbilirubinemia Hiperbilirubinemia adalah keadaan dimana konsentrasi

bilirubin darah melebihi 1 mg/dl. Pada konsentrasi lebih dari 2 mg/dl, hiperbilirubinemia

akan menyebabkan gejala ikterik atau jaundice. Ikterik atau jaundice adalah keadaan

dimana jaringan terutama kulit dan sklera mata menjadi kuning akibat deposisi bilirubin

yang berdiffusi dari konsentrasinya yang tinggi didalam darah. Hiperbilirubinemi

Dikelompokkan dala Dua bentuk (5 :7)

Berdasarkan penyebabnya yaitu hiperbilirubinemia retensi yang disebabkan oleh

produksi yang berlebih dan hiperbilirubinemia regurgitasi yang disebabkan refluks

bilirubin kedalam darah karena adanya obstruksi bilier. Hiperbilirubinemia retensi dapat

terjadi pada kasus-kasus haemolisis berat dan gangguan konjugasi. Hati mempunyai

kapasitas mengkonjugasikan dan mengekskresikan lebih dari 3000 mg bilirubin

perharinya sedangkan produksi normal bilirubin hanya 300 mg perhari. Hal ini

menunjukkan kapasitas hati yang sangat besar dimana bila pemecahan heme

meningkat, hati masih akan mampu meningkatkan konjugasi dan ekskresi bilirubin larut.

Page 24: bahan laporan

Akan tetapi lisisnya eritrosit secara massive misalnya pada kasus sickle cell anemia

ataupun malaria akan menyebabkan produksi bilirubin lebih cepat dari kemampuan hati

mengkonjugasinya sehingga akan terdapat peningkatan bilirubin tak larut didalam

darah. Peninggian kadar bilirubin tak larut dalam darah tidak terdeteksi didalam urine

sehingga disebut juga dengan ikterik acholuria. Pada neonatus terutama yang lahir

premature peningkatan bilirubin tak larut terjadi biasanya fisiologis dan sementara,

dikarenakan haemolisis cepat dalam proses penggantian hemoglobin fetal ke

hemoglobin dewasa dan juga oleh karena hepar belum matur, dimana aktivitas

glukoronosiltransferase masih rendah. (5:7)

Apabila peningkatan bilirubin tak larut ini melampaui kemampuan albumin

mengikat kuat, bilirubin akan berdiffusi ke basal ganglia pada otak dan menyebabkan

ensephalopaty toksik yang disebut sebagai kern ikterus. Beberapa kelainan penyebab

hiperbilirubinemia retensi diantaranya seperti Syndroma Crigler Najjar I yang

merupakan gangguan konjugasi karena glukoronil transferase tidak aktif, diturunkan

secara autosomal resesif, merupakan kasus yang jarang, dimana didapati konsentrasi

bilirubin mencapai lebih dari 20 mg/dl. Syndroma Crigler Najjar II, merupakan kasus

yang lebih ringan dari tipe I, karena kerusakan pada isoform glukoronil transferase II,

didapati bilirubin monoglukoronida terdapat dalam getah empedu. Syndroma Gilbert,

terjadi karena haemolisis bersama dengan penurunan uptake bilirubin oleh hepatosit

dan penurunan aktivitas enzym konjugasi dan diturunkan secara autosomal dominan.

Hiperbilirubinemia regurgitasi paling sering terjadi karena terdapatnya obstruksi pada

saluran empedu, misalnya karena tumor, batu, proses peradangan dan sikatrik.

Sumbatan pada duktus hepatikus dan duktus koledokus akan menghalangi masuknya

Page 25: bahan laporan

bilirubin keusus dan peninggian konsentrasinya pada hati menyebabkan refluks bilirubin

larut ke vena hepatika dan pembuluh limfe.(5:7)

Bentuknya yang larut menyebabkan bilirubin ini dapat terdeteksi dalam urine dan

disebut sebagai ikterik choluria. Karena terjadinya akibat sumbatan pada saluran

empedu disebut juga sebagai ikterus kolestatik. Bilirubin terkonjugasi dapat terikat

secara kovalen pada albumin dan membentuk θ bilirubin yang memiliki waktu paruh

(T1/2) yang panjang mengakibatkan gejala ikterik dapat berlangsung lebih lama dan

masih dijumpai pada masa pemulihan.

E.   Metode Pemeriksaan Bilirubin Total

Dalam pemeriksaan bilirubin total metode yang dipakai antara lain:

1.    Metode Jendrasik- Grof

Prinsip : Bilirubin bereaksi dengan DSA ( diazotized sulphanilic acid) dan

membentuk senyawa azo yang berwarna merah. Daya serap warna dari senyawa ini

dapat langsung dilakukan terhadap sampel bilirubin pada panjang gelombang 546 nm.

Bilirubin glukuronida yang larut dalam air dapat langsung bereaksi dengan DSA, namun

bilirubin yang terdapat di albumin yaitu bilirubin terkonjugasi hanya dapat bereaksi jika

ada akselerator. Total bilirubin bilirubin direk + bilirubin indirek.(5:9)

2.    Colorimetric Test - Dichloroaniline (DCA)

Prinsip :Total bilirubin direaksikan dengan dichloroanilin terdiazotisasi

membentuk senyawa azo yang berwarna merah dalam larutan asam, campuran khusus

(detergen enables ) sangat sesuai untuk menentukan bilirubin total. Reaksi : Bilirubin +

ion diazonium membentuk Azobilirubin dalam suasana asam (Dialine Diagnostik ).

(5:9)

Page 26: bahan laporan

F.    Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Stabilitas Bilirubin Total

Dalam suatu pemeriksaan bilirubin total, sampel akan selalu berbubungan

langsung dengan faktor luar. Hal ini erat sekali terhadap kestabilan kadar sampel yang

akan diperiksa, sehingga dalam pemeriksaan tersebut harus memperhatikan faktor-

faktor yang mempengaruhi stabilitas kadar bilirubin total dalam serum diantaranya yaitu

a.    Sinar 

Stabilitas bilirubin dalam serum pada suhu kamar tidak stabil dan mudah terjadi

kerusakan terutama oleh sinar, baik sinar lampu ataupun sinar matahari. Serum atau

plasma heparin boleh digunakan, hindari sampel yang hemolisis dan sinar matahari

langsung. Sinar matahari langsung dapat menyebabkan penurunan kadar bilirubin

serum sampai 50% dalam satu jam, dan pengukuran bilirubin total hendaknya

dikerjakan dalam waktu dua hingga tiga jam setelah pengumpulan darah. Bila dilakukan

penyimpanan serum hendaknya disimpan di tempat yang gelap, dan tabung atau botol

yang berisi serum di bungkus dengan kertas hitam atau aluminium foil untuk menjaga

stabilitas serum dan disimpan pada suhu yang rendah atau lemari pendingin (5:6)

b.    Suhu Penyimpanan

Suhu merupakan faktor luar yang selalu berhubungan langsung terhadap

sampel, baik saat penyimpanan maupun saat pemeriksaan. Pemeriksaan kadar

bilirubin total sebaiknya diperiksa segera, tapi dalam keaadaan tertentu pemeriksaan

kadar bilirubin total bisa dilakukan penyimpanan. Dengan penyimpanan yang benar

stabilitas serum masih stabil dalam waktu satu hari bila disimpan pada suhu 15 ºC-

25ºC, empat hari pada suhu 2ºC-8ºC, dan tiga bulan pada penyimpanan -20ºC .

(DialineDiagnostik ). Lamanya sampel kontak dengan faktor-faktor di atas berpengaruh

Page 27: bahan laporan

terhadap kadar bilirubin didalam sampel sehingga perlu upaya mengurangi pengaruh

tersebut serta mengoptimalkan kadar bilirubin total di dalam serum agar dapat bereaksi

dengan zat pereaksi secara sempurna, sedangkan reagen bilirubin total akan tetap

stabil berada pada suhu 2-8ºC dalam keadaan tertutup, terhindar dari kontaminan dan

sinar. Dalam hal ini dapat dimungkinkan bahwa penurunan kadar bilirubin dipengaruhi

oleh kenaikan suhu dan pengaruh sinar yang berintensitas tinggi .(5:7)

c.    Kesalahan-kasalahan Dalam Pemeriksaan Laboratorium

1.    Kesalahan Kasar

Merupakan kesalahan yang dapat timbul akibat kekeliruan pada penanganan

sampel, pipetasasi, reagensia, panjang gelombang dan lain lain. Hasil yang diukur

biasanya tidak sesuai yang diharapkan maka kesalahan yang demikian dapat segera

diketahui. (5:8)

2.    Kesalahan Acak

Pengukuran suatu zat pada kondisi yang sama untuk beberapa kali pada suatu

sampel, kita mendapatkan hasil yang tidak sama, hasil-hasil yang didapat pasti

berdeviasi satu sama lain. Hasil nilai yang didapat pada kesalahan acak tidak dapat

dihindari tapi bisa diatasi dengan melakukan pemeriksaan yang cermat dan teliti serta

reagensia dan peralalatan yang baik.(5:8)

3.    Kesalahan Sistemik atau Sistematik

Page 28: bahan laporan

Biasanya disebabkan oleh pipet yang kurang akurat, penyimpanan serum yang

kurang baik, suhu yang tidak sesuai waktu pemeriksaan, reagensia yang rusak dan

photometer yang tidak terkalibrasi. (5:8)

II.2 Uraian Bahan

1.  Alkohol                ( 7 : 63 )

Nama lain                       :  Aethanolum

Berat Molekul               :  46,07

Rumus Molekul            : C2H5OH

Berat Jenis                     : Antara 0.812 dan 0.816

Pemerian                       : Cairan mudah menguap , jernih, tidak berwarna.         Bau khas dan menyebabkan

rasa terbakar pada         lidah, mudah menguap walaupun pada suhu         rendah dan

mendidih pada suhu 78o, mudah         terbakar.

Kelarutan                      : Bercampur dengan air dan praktis bercampur                    dengan semua

pelarut organik.

Penyimpanan              :   Dalam wadah tertutup rapat, jauh dari api.

BAB III

METODE PERCOBAAN

III.1 Alat Dan Bahan

Page 29: bahan laporan

III.1.1  Alat

            Alat yang digunakan dalam percoban ini adalah Sentrifuge, cuvet, humalyzer,

mikropipet ( 1000 µl, dan 100 µl ) rak tabung, stopwatch, torniquet, tabung sentrifuge,

dan tip (yellow dan blue tip).

III.1.2  Bahan

                Bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu serum, kapas alkohol dan spoit

( 3 cc / 5 cc ), Reagen bilirubin total (Asam sulfanilic, Asam Hydroclorit, Caffeine,

Natrium benzoat), Reagen T-Nitrit (Natrium Nitrit), Reagen Bilirubin Direct ( asam

sulfanilic, Asam hydroklorit), reagen D-Nitrit (Natrium Nitrit).

III. 2  Cara Kerja

a.    Pengambilan darah Vena

1.    Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan

2.    Tourniquet dipasang pada lengan atas probandus

3.    Kulit bagian lengan ditegakkan dengan jari tangan kiri agar vena tidak bergerak pada

saat tusukkan spoit.

4.    Bagian yang akan diambil didesinfeksi dengan kapas alcohol 70%

5.    Spoit ditusuk ke dalam lumen vena, penghisap spoit ditarik perlahan -lahan sampai

jumlah darah yang diinginkan, kemudian tourniquet dilepaskan.

6.    Kapas ditaruh diatas jarum dan spoit ditarik perlahan-lahan

7.    Jarum spoit dibuka dan darah dialirkan perlahan ke dalam melewati dinding tabung

reaksi.

8.    Tabung reaksi disentrifugasi dengan kecepatan 3000 rpm dalam waktu 15 menit.

b.    Pemeriksaan bilirubin total

Page 30: bahan laporan

1     Alat serta bahan yang akan digunakan disiapkan,

2.    kemudian dipipet kedalam kuvet reagen bilirubin total sebanyak 1000 µl,

3.    Ditambahkan reagen T-Nitrit sebanyak 1 tetes, dihomogenkan dengan baik kemudian

diinkubasi selama 5 menit.

4.    Kemudian ditambahkan serum (darah yang telah disentrifuge) sebanyak 100 µl dan

dimasukkan kedalam kuvet yang berisi reagen

5.    Larutan dihomogenkan dengan menggunakan mikropipet dan di inkubasi selama 15

menit menit pada suhu 370c.

6.    Kemudian blanko diperiksa terlebih dahulu dan diikuti pembacaan sampel  pada alat

humalyzer.

c.    Pemeriksaan Bilirubin Direct

1.    Alat serta bahan yang akan digunakan disiapkan,

2.    Dipipet ke dalam kuvet reagen bilirubin direct sebanyak 1000 µl,

3.    Ditambahkan reagen D-Nitrit sebanyak 1 tetes, dihomogenkan dengan baik

4.    Ditambahkan serum dalam 2 menit sebanyak 100 µl dan dimasukkan kedalam kuvet

yang berisi reagen.

5.    Larutan dihomogenkan dengan menggunakan mikropipet kemudian di inkubasi selama

5 menit tepat pada suhu 370c

6.    Kemudian blanko diperiksa terlebih dahulu dan diikuti pembacaan sampel  pada alat

humalyzer

Page 31: bahan laporan

BAB IV

HASIL PENGAMATAN

IV.1 Tabel Pengamatan

KelompokBilirubin

Total

Bilirubin

Direct

Bilirubin

Indirect

1 0.3 0.4 -0.1

2 0.4 0.4 0

3 0.2 0.4 - 0.2

4 0.1 0.3 -0.2

5 0.3 0.8 -0.5

6 0.7 0.1 0.6

Page 32: bahan laporan

7 0.3 0.3 0

b. Nilai Normal

Bilirubin Total Mg/dl µmol/l

Pada Kelahiran, Sampai 5 85.5

5 Hari, sampai 12 205.0

1 Bulan , sampai 1.5 25.6

Dewasa, sampai 1.1 18.8

            Bilirubin direct

Dewasa, Sampai 0.25 4.3

IV.2 Gambar

IV. 3 PERHITUNGAN

Diketahui :     Bilirubin total              (BT)   = 0.3

Laboratorium Kimia FarmasiUniversitas Hasanuddin

  

  

Setelah Disentrifuge

Laboratorium Kimia FarmasiUniversitas Hasanuddin

   

Sampel Serum

Laboratorium Kimia FarmasiUniversitas Hasanuddin

 

Humalyzer

Laboratorium Kimia FarmasiUniversitas Hasanuddin

Reagen Bilirubin Total

Laboratorium Kimia FarmasiUniversitas Hasanuddin

  

Reagen Bilirubin Direct

Page 33: bahan laporan

                        Bilirubin direct (BD) = 0.3

Ditanyakan : bilirubin indirect (BI)    ..........?

Penyelesaian : rumus        BT = BD + BI

                                                BI  = BT – BD

                                                BI  = 0.4 – 0.3

                                                      = 0 mg/dl

Jadi, bilirubin indireknya adalah 0 mg/dl

IV. 4 Reaksi

Asam sulfanilic + Natrium nitrit               DSA

Blilirubin + DSA                                                     

DIRECT azobilirubin

Blilirubin + DSA + accelerator                             TOTAL Azobilirubin

BAB V

Page 34: bahan laporan

PEMBAHASAN

            Pengukuran kadar bilirubin serum merupakan prosedur yang relatif sederhana

dilakukan di laboratorium, dan sering digunakan sebagai indikator yang peka untuk

fungsi hati. Bilirubin terbagi atas dua komponen yaitu, bilirubin terkonjugasi ( bilirubin

direk ) dan yang tak terkonjugasi (bilirubin indirek). Pada praktikum, dilakukan

pemeriksaan fungsi hati bilirubin total dan direk  yang masing – masingnya

menggunakan sampel serum yang diperiksa secara fotometrik menggunakan

humalyzer dengan reagen kit , yaitu  untuk pemeriksaan bilirubin total  yang terdiri dari

larutan  reagen bilirubin total dan reagen T-Nitrit sedangkan pemeriksaan bilirubun direk

dengan larutan reagen direk dan reagen D-Nitrit sedangkan untuk pemeriksaan bilirubin

indirek tidak dilakukan tetapi dihitung sebagai perbedaan antara bilirubin total dan fraksi

direk

Pemeriksaan Bilirubin Total

Pada pemeriksaan bilirubin total  dilakukan dengan pengambilan sampel darah

dengan teknik flebotomi Yang perlu diperhatikan pada saat pengambilan darah untuk

sampel Bilirubin total adalah menghindari terjadinya hemolisis pada eritrosit,, lipemia

atau pajanan sumber cahaya yang dapat menurunkan konsentrasi bilirubin serum yang.

kemudian dilakukan sentrifugasi yang berguna untuk mengendapakan analit  tertentu,

menempatkan partikel dan medium suspensinya dalam suatu medan gaya sentrifugasi.

Medan sentrifugasi menyebabkan partikel bermigrasi lebih cepat ke arah luar dari

sumbu rotasi sehingga terjadi pemisahan sedimen dan suspensinya yang dilakukan

selama 15 menit dengan kecepatan 3000 rpm guna memperoleh serum yang akan

Page 35: bahan laporan

digunakan sebagai sampel pemeriksaan. sampel tersebut  diperiksa dengan melakukan

penambahan reagen bilirubin total sebanyak 1000 µI dan 1 tetes larutan  T- Nitrit, fungsi

penambahan reagen ini adalah sebagai akselerator guna mempercepat reaksi dengan

membentuk zat warna azo. Kemudian reagen tersebut diinkubasi selama 5 menit

berguna untuk mempercepat reaksi dimana analit-analit pada sampel akan berikatan

dengan sampel sehingga terjadi reaksi yang sempurna.setelah itu dilakukan

penambahan sampel sebanyak 100 µI dan dilakukan inkubasi selama 15 menit setelah

itu diperiksa terlebih dahulu blanko yang berguna sebagai standar dimana hal ini

digunakan sebagai pembanding. Lalu diperiksa secara fotometrik pada humalyzer,

dengan prinsip reaksinya yaitu terjadi dimana asam sulphanilic direaksiakan dengan

natrium nitrit menjadi diazotised sulphanilic  acid (DSA) yang akan bereaksi dengan

bilirubin dan accelator membentuk zat warna azo.  sehingga hasil yang diperoleh pada

pameriksaan bilirubin total adalah 0,3 mg/dl Hasil yang diperoleh yaitu normal karena

berada pada range normal untuk orang dewasa  yaitu 1,1 mg/dl yang dapat

diinterpretasikan hasilnya tidak terjadi gangguan pada hati.

Faktor yang dapat mempengaruhi temuan laboratorium :

a.    Sampel hemolisis,

b.    Pengaruh obat-obatan tertentu seperti antibiotic, obat antipiretik seperti Paracetamol

dan vitamin

c.     Sampel yang diperiksa terlalu lama dan tidak dibekukan.

Pemeriksaan bilirubin direct

Page 36: bahan laporan

            Bilirubin terkonjugasi (bilirubin glukoronida atau hepatobilirubin) masuk ke

saluran empedu dan diekskresikan ke usus. Selanjutnya flora usus akan mengubahnya

menjadi urobilinogen dan dibuang melalui feses serta sebagian kecil melalui urin.

Bilirubin terkonjugasi bereaksi cepat dengan asam sulfanilat yang terdiazotasi

membentuk azobilirubin (reaksi van den Bergh), karena itu sering dinamakan bilirubin

direk atau bilirubin langsung.

                    Dalam pemeriksaan  bilirubin direk, dilakukan dengan pengambilan sampel

darah dengan teknik flebotomi Yang perlu diperhatikan pada saat pengambilan darah

untuk sampel Bilirubin direk adalah menghindari terjadinya hemolisis pada eritrosit,,

lipemia atau pajanan sumber cahaya yang dapat menurunkan konsentrasi bilirubin

serum yang. kemudian dilakukan sentrifugasi yang berguna untuk mengendapakan

analit  tertentu, menempatkan partikel dan medium suspensinya dalam suatu medan

gaya sentrifugasi. Medan sentrifugasi menyebabkan partikel bermigrasi lebih cepat ke

arah luar dari sumbu rotasi sehingga terjadi pemisahan sedimen dan suspensinya yang

dilakukan  selama 15 menit dengan kecepatan 3000 rpm guna memperoleh serum yang

akan digunakan sebagai sampel pemeriksaan.

sampel tersebut  diperiksa dengan melakukan penambahan reagen bilirubin total

sebanyak 1000 µI dan 1 tetes larutan  D- Nitrit, fungsi penambahan reagen ini adalah

sebagai akselerator guna mempercepat reaksi dengan membentuk zat warna azo.

Kemudian reagen tersebut ditambahkan sampel sebanyak 100 µI dan dilakukan

inkubasi selama 15 menit setelah itu diperiksa terlebih dahulu blanko yang berguna

sebagai standar dimana hal ini digunakan sebagai pembanding. Lalu diperiksa secara

fotometrik pada humalyzer, dengan prinsip reaksinya yaitu terjadi dimana asam

Page 37: bahan laporan

sulphanilic direaksiakan dengan natrium nitrit menjadi diazotised sulphanilic  acid (DSA)

yang akan bereaksi dengan bilirubin dan akselerator berupa senyawa caffein yang

berada didalam komposisi reagen sehingga membentuk zat warna azo.  

Dari praktikum hasil yang diperoleh pada pemeriksaan bilirubin direk adalah 0,3

mg/dl Hasil yang diperoleh yaitu tidak normal dimana hasilnya tidak berada pada range

normal untuk orang dewasa  yaitu 0,25  mg/dl yang dapat diinterpretasikan hasilnya

terjadi gangguan pada hati.sednagkan bilirubin indirek tidak diukur secara langsung

tetapi . bilirubin indirek diperhitungkan dari selisih antara bilirubin total dan bilirubin direk

hal ini disebabkan karena bilirubin total melibatkan pelarutan bentuk tidak terkonjugasi

sebelum kuantifikasi kimiawi.dengan demikian hasil yang diperoleh untuk bilirubin

indirek adalah hasil kurang antara bilirubin total dan bilirubin direk sehingga hasilnya

adalah (0,3 mg/dl – 0,3 mg/dl) = 0 mg/dl sehingga diinterpretasikan terjadi gangguan

fungsi hati,dengan melihat range nilai normal bilirubin indirect adlah 0.1-1.0 mg/dl.

Adapun hal-hal yang dapat menyebabkan peningkatan dan penurunan kadar bilirubin

total dan bilirubin direct adalah sebagai berikut:

a.    PENINGKATAN KADAR bilirubin direk dan total : menunjukkan adanya gangguan pada

hati (kerusakan sel hati) atau saluran empedu (batu atau tumor). Bilirubin terkonjugasi

tidak dapat keluar dari empedu menuju usus sehingga akan masuk kembali dan

terabsorbsi ke dalam aliran darah. Sehingga masalah klinis yang muncul pada bilirubin

direk dan total adalah  ikterik obstruktif karena batu atau neoplasma, hepatitis, sirosis

hati, mononucleosis infeksiosa, metastasis (kanker) hati, penyakit Wilson. Pengaruh

obat : antibiotik (amfoterisin B, klindamisin, eritromisin, gentamisin, linkomisin, oksasilin,

tetrasiklin), sulfonamide, obat antituberkulosis ( asam para-aminosalisilat, isoniazid),

Page 38: bahan laporan

alopurinol, diuretic (asetazolamid, asam etakrinat), mitramisin, dekstran, diazepam

(valium), barbiturate, narkotik (kodein, morfin, meperidin), flurazepam, indometasin,

metotreksat, metildopa, papaverin, prokainamid, steroid, kontrasepsi oral, tolbutamid,

vitamin A, C, K.

b.    PENURUNAN KADAR : anemia defisiensi besi. Pengaruh obat : barbiturate, salisilat

(aspirin), penisilin, kafein dalam dosis tinggi.

                   

                    Hal-hal yang dapat menyebabkan peningkatan dan penurunan kadar

bilirubin indirect adalah sebagai berikut:

a.    PENINGKATAN KADAR : eritroblastosis fetalis, anemia sel sabit, reaksi transfuse,

malaria, anemia pernisiosa, septicemia, anemia hemolitik, talasemia, CHF, sirosis

terdekompensasi, hepatitis. Pengaruh obat : aspirin, rifampin, fenotiazin (lihat biliribin

total, direk)

b.    PENURUNAN KADAR : pengaruh obat barbiturate, salisilat (aspirin), penisilin, kafein

dalam dosis tinggi.  

                    Faktor yang dapat mempengaruhi temuan laboratorium :

a.    Makan malam yang mengandung tinggi lemak sebelum pemeriksaan dapat

mempengaruhi kadar bilirubin.

b.    Wortel dan ubi jalar dapat meningkatkan kadar bilirubin.

c.    Hemolisis pada sampel darah dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan.

d.    Sampel darah yang terpapar sinar matahari atau terang lampu, kandungan pigmen

empedunya akan menurun.

e.    Obat-obatan tertentu dapat meningkatkan atau menurunkan kadar bilirubin.

Page 39: bahan laporan

Faktor-faktor kesalahan yang dapat terjadi pada saat praktikum

a.    Terjadi lisis pada sampel dan Waktu inkubasi sampel tidak sesuai

b.    Volume sampel / reagen (buffer dan substrat) tidak sebanding

c.    Cuvet yang digunakan terkontaminasi dengan zat lain sehingga reaksi yang terjadi tidak

sempurna

d.    Sampel terkena cahaya, sehingga kadar bilirubinnya menurun

BAB VI

PENUTUP

VI.1 kesimpulan

            Dari hasil praktikum diperoleh hasil yaitu :

a.    Pemeriksaan bilirubin total hasilnya yaitu 0.3 mg/dl sehingga diinterpretasikan hasilnya

normal

b.    Pemeriksaan bilirubin direct 0.3 mg/dl sehingga diinterpretasikan hasilnya tidak normal

dimana

c.    Indirek hasilnya yaitu 0 mg/dl sehingga diinterpretasikan hasilnya tidak normal

VI.2 Saran

            Diharapkan alat-alat laboratorium di lengkapi lagi guna memperlancar proses

praktikum.

Page 40: bahan laporan

DAFTAR PUSTAKA

1.    Sudoyo, A.W. Dkk ; 2007 ; Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I ed.IV  Pusat

Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas    Kedokteran Universitas

Indonesia ; Jakarta

2.    Baron . D. N ; 1981 ; kapita selekta patologi klinik ; penerbit buku  kedokteran (EGC) ;

Jakarta

3.    Sacher A. Ronald dan Richard A. McPherson ; 2004; tinjauan klinis  hasil pemeriksaan

laboratorium ; penerbit buku  Kedokteran  (EGC) ; Jakarta

4.    Yayan A. Israr; 2010; Metabolisme bilirubin pdF diakses tanggal 20 maret 2011

5.    Helvi Mardiani; 2004; Metabolisme HEME ;Digital Library;.Universitas Sumatera Utara ;

Medan  pdF diakses tanggal 20 maret 2011

6.    Riswanto ; 2009  Tes kimia darah  laboratorium kesehatan ; diakses tanggal  4  maret

2011

7.    Dirjen POM ; 1979 ; Farmakope Indonesia edisi III ;Departemen  kesehatan RI ; Jakarta