bagian inti propolis trigona sp sbg green economy

Upload: endari-dewi-saraswati

Post on 20-Jul-2015

568 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Pemanfaatan dan eksploitasi sumber daya alam yang tidak diimbangi oleh upaya konservasi yang mengatasnamakan kesejahteraan hidup manusia

tampaknya mulai menunjukan dampak negatif terhadap keberlangsungan lingkungan hidup. Hal ini tidak hanya mengancam keberlangsungan lingkungan alam, tetapi juga keberlangsungan hidup manusia sendiri. Isu pemanasan global dan perubahan iklim hanyalah sebagian dari sekian banyak isu lingkungan yang demikian pelik untuk diperhatikan yang tidak hanya bersifat lokal tetapi global. Meningkatnya kesadaran terhadap isu lingkungan ini mendorong negaranegara di dunia untuk memikirkan upaya pengimbangan laju ekonomi dengan upaya konservasi lingkungan alam dan melahirkan paradigma ekonomi yang memasukkan aspek lingkungan ke dalamnya, atau yang lebih dikenal sebagai ekonomi hijau. Kebanyakan negara dan pemangku kepentingan meyakini bahwa ekonomi hijau adalah solusi bagi permasalahan ini serta dapat membawa kehidupan dan peradaban global menjadi lebih baik, berkeadilan, sejahtera, dan berkesinambungan. Oleh karena itu, dibutuhkan aktivitas ekonomi yang bersifat ramah lingkungan. Hal ini dimulai dari bahan baku yang tidak mengeksploitasi lingkungan, pengolahan yang tidak menimbulkan efek negatif, dan juga penanganan limbah yang tidak mencemari lingkungan sekitar. Salah satu

solusinya adalah dengan mengembangkan propolis dari lebah lokal Trigona sp. menjadi berbagai produk ekonomis yang dapat dimanfaatkan oleh manusia. Alasannya adalah budi daya propolis membutuhkan lingkungan hijau sebagai prasyarat. Sehingga dengan berkembangnya perdagangan produk-produk

berbahan baku propolis (produk kesehatan, kosmetik, personal care, pangan fungsional), maka secara otomatis harus diikuti oleh gerakan penghijauan untuk mendukungnya.

2

1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang, dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut: Bagaimanakah potensi peningkatan pemanfaatan propolis lebah lokal Trigona sp. dalam upaya meningkatkan aktivitas Green economy di Indonesia?. 1.3 Tujuan Penulisan Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui potensi peningkatan pemanfaatan propolis lebah lokal Trigona sp. dalam upaya meningkatkan aktivitas Green economy di Indonesia. 1.4 Kegunaan Hasil Penulisan Hasil penulisan ini diharapkan dapat pendorong peningkatan (stimulus) kegiatan industri berbahan baku lebah lokal Trigona sp. sehingga perekonomian di Indonesia dapat mengikuti konsep green economy yang sangat mementingkan keberlanjutan sumber daya alam.

3

BAB II TELAAH PUSTAKA

2.1 Green Economy Ekonomi Hijau atau Green Economy adalah suatu ilmu ekonomi yang selain mengupayakan peningkatan kesejahteraan dan keadilan sosial, juga menganjurkan untuk mengurangi secara nyata kelangkaan sumber daya alam dan resiko dampak lingkungan (UNEP). Pengembangan ekonomi hijau saat ini menjadi suatu kecendrungan ekonomi di dunia. Hal ini terjadi sejak masyarakat dunia mulai menyadari dampak negatif eksploitasi sumber daya alam terhadap lingkungan yang sudah berjalan sejak revolusi industri sampai sekarang. Saait ini, dunia masih berpotensi dihantui oleh krisis global. Tidak hanya itu, peradaban dunia juga menghadapi dilema serius terkait dengan degradasi sumber daya alam, sumber daya energi, sumber daya pangan, dan lingkungan. Akibat krisis sumber daya di atas, sejumlah negara bahkan masih terjebak dengan perang saudara. Di tengah krisis sumber daya di atas, sejumlah negara juga tampak masih terjebak dengan krisis finansial sehingga upaya untuk mengatasinya masih sering terbentur permasalahan dana. Ancaman perubahan iklim dan pemanasan global kian mengurangi sustainabilitas bumi dalam memenuhi kebutuhan dan kesejahteraan umat manusia di dunia. Masifnya pola perilaku ekonomi dan kecerobohan umat manusia dalam mengeksploitasi sumber daya alam tak terbarukan kian memperburuk sumber daya lingkungan karena perilaku umat manusia kian tak ramah lingkungan. Indonesia sebagai negara yang dikenal memiliki kekayaan sumber daya yang melimpah pun tidak luput dari permasalahan ini. Berbagai forum internasional untuk membahas dampak negatif pola hidup masyarakat modern dan pengembangan ekonomi yang eksploitatif terhadap keberlanjutan kehidupan dunia mulai digagas sejak tahun 1970-an oleh berbagai pihak. Salah satu rujukan bagi pembahasan masalah lingkungan dan pembangunan adalah laporan The World Comission on Environment and Development atau yang lebih dikenal dengan Brundlandt Commission yang dipublikasikan pada tahun 1987 dengan judul Our Common Future. Sejak itu

4

berbagai laporan dan riset yang membahas dampak pembangunan terhadap lingkungan semakin menyadarkan para pemimpin dunia akan dampak negatif yang akan terjadi apabila pola pembangunan ekonomi tidak dikendalikan secara bersama. Karena itu berbagai konferensi internasional yang diprakarsai PBB dan terkait dengan perubahan iklim, pengelolaan hutan, pengelolaan keanekaragaman hayati, dan juga pembangunan berkelanjutan mulai mendapat perhatian yang lebih serius. Salah satu hasilnya adalah disepakatinya Kyoto Protokol tentang perubahan iklim yang menjadi satu tonggak penting bagi negara-negara dunia untuk merubah pola pembangunannya secara terencana. Indonesia sendiri pada saat ini masih menghadapi tantangan besar di mana model pembangunan ekonomi yang dikembangkan telah menggerakkan pembangunan ekonomi yang cenderung ekstraktif dan berjangka pendek. Menurut Armida S. Alisjahbana, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (2011), bagi Indonesia, ekonomi hijau adalah satu pilihan yang sangat masuk akal untuk diterapkan untuk mengatasi permasalahan pembangunan ekonomi di Indonesia tersebut atas beberapa pertimbangan. Pertimbangan pertama adalah karena ekonomi Indonesia masih sangat menggantungkan diri pada pengelolaan sumber daya alam sehingga Indonesia sangat berkepentingan terhadap keberlanjutannya. Pertimbangan kedua ialah dengan menerapkan ekonomi hijau, selain Indonesia akan menjadi pelopor di tingkat global, ekonomi Indonesia akan mengarah kepada ekonomi yang lebih efisien dalam penggunaan sumber daya alam yang terbatas dan juga akan lebih berkelanjutan. Pertimbangan yang ketiga adalah penerapan ekonomi hijau akan lebih memperbaiki kondisi lingkungan hidup yang sudah sangat rusak dan sudah menjadi kendala yang nyata bagi sebagian besar masyarakat. Pemerintah melalui Kementerian Lingkungan Hidup bersama Lembaga Swadaya Masyarakat World Wildlife Fund (WWF) mengajak para pebisnis untuk ikut dalam kampanye Green Economy. Pemerintah menjanjikan insentif bagi pebisnis yang menaati green economi. Green Economy yang dimaksud, para pebisnis melalui unit usahanya yang bergerak di bidang sumberdaya alam menerapkan standar internasional berupa pengurangan penebangan hutan dan melestarikan keanekaragaman hayati untuk mencegah perubahan iklim.

5

Karena itu, maka dibutuhkan pola pendekatan baru, yaitu pendekatan Ekonomi Hijau (Green economy approach) di mana merupakan model pendekatan pembangunan ekonomi yang tidak lagi mengandalkan pembangunan ekonomi berbasis eksploitasi sumber daya alam dan lingkungan yang berlebihan. Model pendekatan Green Economy ini merupakan suatu lompatan besar meninggalkan praktik-praktik ekonomi yang mementingkan keuntungan jangka pendek yang telah mewariskan berbagai permasalahan yang mendesak untuk ditangani termasuk menggerakkan perekonomian yang rendah karbon (low carbon economy). Pendekatan Green Economy diharapkan mampu menggantikan kebijakankebijakan lingkungan yang pada masa lalu kerap difokuskan pada solusi jangka pendek. Pendekatan ekonomi hijau dipandang penting karena menekankan aspek pelestarian lingkungan dan pertumbuhan ekonomi. Model pendekatan Green Economy juga dipandang penting karena diharapkan mampu menjawab ketergantungan antara ekonomi dan ekosistem serta dampak negatif akibat aktivitas ekonomi termasuk perubahan iklim dan pamanasan global. Upaya pengimplementasian ekonomi hijau harus dimulai dari para pelaku usaha yang berperan penting sebagai penggerak perekonomian. Salah satu literature yang relevan adalah The Ecology of Commerce karangan Paul Hawken yang menguraikan peranan sentral bisnis dalam perusakan lingkungan global, yang sekaligus menguraikan pula kesempatan yang unik untuk dijadikan kekuatan pendorong pelestarian lingkungan, sehingga yang menjadi tantangan terbesar pada saat ini adalah memilih dan mengkreasikan bentuk keberlanjutan bisnis yang melekat dengan keberlanjutan masyarakat. Menurut Brown (1981) masyarakat yang berkelanjutan adalah masyarakat yang mampu memenuhi kebutuhannya tanpa mengurangi kesempatan generasi mendatang.

2.2 Propolis Lebah Lokal Trigona sp. Kata propolis berasal dari bahasa Yunani, yaitu pro yang berarti sebelum dan polis yang berarti kota. Secara harfiah, propolis berarti sebelum sampai kota, namun bila diartikan lebih dalam, kota yang dimaksud adalah kota bagi serangga sosial yaitu sarang. Menurut Siregar dikutip Trubus (2010), propolis merupakan

6

bahan campuran kompleks yang terdiri atas malam, resin, balsam, minyak, dan polen. Sedangkan menurut Mahani, Karim, Nurjanah (2011), propolis merupakan bahan resin yang melekat pada bunga, pucuk, dan kulit kayu yang kemudian diolah secara biologis oleh lebah dan mengandung bahan campuran kompleks malam, resin, balsam, minyak, dan sedikit polen. Propolis mulai dilirik sebagai bahan berkhasiat ketika Jepang meriset untuk kesehatan pada akhir 1990-an. Di tanah air sendiri, masyarakat ramai menggunakan propolis atau lem lebah selama dua tahun terakhir. Propolis atau lem lebah adalah suatu zat yang dihasilkan oleh lebah, dikumpulkan dari pucuk daun-daun muda atau getah pepohonan, kemudian dicampur dengan air liurnya, lalu digunakan untuk menambal dan mensterilkan sarang (Hasan, 2010). Sejak ratusan tahun lalu, propolis sudah dimanfaatkan oleh manusia. Salah satu contohnya adalah untuk mengawetkan mayat, karena

ternyata propolis mengandung zat antibiotik yang dapat mengawetkan bahan (James, 2005 dikutip Trubus. 2010). Propolis mengandung senyawa yang begitu kompleks. Sejumlah senyawanya diketahui telah menunjukkkan efek biologis dan aktivitas farmakologis. Saat ini, telah ditemukan lebih dari 180 senyawa yang terkandung di dalam propolis. Unsur aktif terpenting yang berperan dalam efek biologis dan aktivitas farmakologis propolis tersebut adalah resin (Mahani, Karim, Nurjanah, 2011). Komposisi kimia propolis dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Komposisi Kimia PropolisKelas Komponen Resin Lilin dan Lemak Asam Jumlah 45-55% 25-53% 10% 5% Grup Komponen Flavonoid, asam fenolat, dan esternya Sebagian besar dari lilin lebah dan beberapa dari tanaman Senyawa volatile Kemungkinan berasal dari protein dan amino bebas 14 macam mineral, yang paling terkenal adalah Fe dan Zn. Senyawa organik lainnya di antaranya keton, asam benzoat dan esternya, gula, dan bitamin (B3).

Minyak esensial Protein

Senyawa organik lain dan mineral

5%

Sumber : Krell (1996) dikutip Mahani, Karim, Nurjanah, (2011) Dilihat dari komposisi kimianya, propolis mempunyai kemampuan yang baik untuk menghancurkan bakteri dan tidak menyebabkan efek samping.

7

Menurut Dr. Bent Havsteen dikutip Mahani, Karim, Nurjanah (2011), propolis memiliki efek penyembuhan karena adanya bioflavonoids. Para peneliti telah banyak meneliti pemberian propolis dapat mengontrol glukosa darah dan memodulasi metabolisme glukosa dan lipid darah yang menyebabkan penurunan hasil peroksidasi lipid dan mengambil radikal bebas pada tikus dengan diabetes melitus (Fuliang dkk, 2005, dikutip Mahani, Karim, Nurjanah, 2011). Propolis diduga dapat meyembuhkan diabetes beserta efek sampingnya karena kandungan CAPE atau asam kafeat fenetil ester. CAPE ini memiliki peran dalam menstimulasi pemakaian glukosa dan menurunkan pembentukan lemak dengan proses pengaktifan AMPK (Adenine Monophosphate-active Protein Kinase) dan juga meregulasi pengeluaran insulin dari sel beta pankreas. Propolis juga terbukti mampu membantu proses penyembuhan kanker payudara, antara lain karena kandungan senyawa antoksidan dan imunomodulator yang terdapat di dalamnya. Antioksidan berfungsi untuk mengatasi radikal bebas, sedangkan imunomodulator berfungsi untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Ketika sistem kekebalan tubuh manusia telah meningkat, maka tubuh akan mampu melawan penyakit dengan sendirinya. Propolis kaya akan kandungan alkaloid, flavonoid, polifenol, saponin, tannin, dan quercetin. Polifenol dan flavonoid dinilai dapat berperan dalam menghambat poliferasi (penggandaan) sel kanker. Menurut Meiyanto dikutip Trubus (2010), flavonoid biasanya mempunyai struktur khas yang mampu menghambat protein kinase yang digunakan untuk proliferasi sel. Jika protein ini dihambat, proses fisiologi sel pun terhambat sehingga sel melakukan apoptosis alias membuat program bunuh diri. Hal ini juga telah dibuktikan oleh Pamudji (dikutip Trubus (2010)) yang menspesifikasikan bahwa propolis memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Propionibacterium acnes yang merupakan bakteribakteri penyebvab infeksi pada kulit dan pernapasan. Setelah dilakukan penelitian lebih lanjut, ditemukan bahwa aktivitas antibakteri ini didapat dari senyawa flavonoid, pinocembrin, flavonol galangin, dan asam kafeat yang terdapat di dalamnya. Selain itu, dibuktikan bahwa propolis dapat membunuh bakteri

Escherischia coli yang merupakan penginfeksi saluran pencernaan.

8

Propolis yang beredar dibedakan berdasarkan asal lebahnya. Propolis yang berasal dari lebah Apis mellifera merupakan propolis yang saat ini mendominasi perdagangan di dunia, termasuk di Indonesia. Padahal Indonesia memiliki spesies lebah lokal yang juga memproduksi propolis, yaitu lebah dari spesies Trigona sp. Indonesia sendiri mempunyai spesies lebah lokal Trigona sp yang sebelumnya tidak popular karena produksi madunya rendah. Indonesia merupakan negera tropis dengan potensi vegetasi yang sangat besar. Beragam vegetasi mulai dari tanaman keras, tanaman palawija, berbagai bunga, hingga semak dan rumput yang melimpah sebagai sumber pakan lebah. Potensi tersebut sangat mendukung perkembangan perlebahan di Indonesia. Namun, spesies ini kini semakin popular karena ternyata handal dalam memproduksi propolis. Keistimewaan lainnya dari lebah Trigona sp adalah kemudahan untuk dibudidayakan, ketahanan terhadap hama penyakit, dan tidak mengenal masa paceklik sehingga propolis dapat diproduksi sepanjang tahun (Mahani, Karim, Nurjanah, 2011). Lebah Trigona sp sendiri merupakan lebah liar di Indonesia yang

setidaknya dapat dibudidayakan di lima provinsi, yaitu Bengkulu, Jawa Barat, Kalimantan Barat, Sulawesi Selatan, dan Nusa Tenggara Barat. Sampai saat ini telah ada tiga provinsi yang telah berhasil membudidayakan lebah Trigona sp, yaitu Jawa Barat, Sulawesi Selatan, dan Nusa Tenggara Barat. Propolis di masingmasing provinsi tersebut dapat dipanen setiap empat bulan sekali. Propolis dari lebah Trigona sp memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan propolis dari lebah Apis mellifera. Keistimewaan propolis lebah Trigona sp di antaranya adalah: 1. Produktivitas lebih tinggi Apabila terdapat sumber makanan yang berlebihan, produksi propolis dari lebah Apis mellifera dan lebah Trigona sp akan setara. Namun, lebah Apis mellifera memiliki kelemahan karena jenis makanan yang dapat dikonsumsinya sangat terbatas dari jenis vegetasi tertentu. Khususnya pada musim hujan, tidak banyak vegetasi yang tersedia untuk dikonsumsi oleh lebah Apis mellifera sehingga propolis yang dihasilkan juga akan menurun bahkan tidak ada sama sekali. Sebaliknya, lebah Trigona sp memiliki ukuran tubuh yang kecil dan toleransi terhadap ragam vegetasi yang tinggi, termasuk rerumputan bisa

9

digunakan untuk sumber makanannya. Oleh karena itu, semakin banyak ketersediaan sumber makanan untuk lebah Trigona sp akan menghasilkan propolis yang lebih banyak pula dalam satu tahun, sehingga jika dikalkulasikan produksi propolis dari lebah Trigona sp akan lebih tinggi dibandingkan dari lebah Apis mellifera. 2. Lebih mudah dibudidayakan Trigona sp memiliki karakteristik yang berbeda dibandingkan dengan lebah dari spesies yang lain. Dilihat dari segi anatomi, lebah Trigona sp memiliki ukuran yang lebih kecil dibandingkan spesies yang lain. Lebah Trigona sp juga dapat dikatakan lebih mudah dibudidayakan dibandingkan lebah dari jenis yang lain karena: Lebah Trigona sp tidak membutuhkan untuk dipelihara secara intensif. Hal ini bertolak belakang dengan lebah Apis mellifera, karena lebah Trigona sp merupakan lebah liar yang biasa hidup bebas di alam dan dapat menemukan semua kebutuhannya (nektar, serbuk sari, dan nutrisi lain) di alam. Lebah Trigona sp tidak membutuhkan untuk dibudidayakan secara khusus. Lebah Apis mellifera membutuhkan nektar dan serbuk sari sebagai sumber makanannya. Jika sumber makanan tidak lagi mencukupi, maka apiaris (peternak lebah) akan berpindah ke area lain yang terletak ratusan kilometer jauhnya dari lokasi awal. Selain itu, untuk membudidayakan Apis mellifera peternak lebah juga harus menanam tanaman berbunga sebagai sumber serbuk sari, dan ini membutuhkan biaya yang mahal. Hal ini tidak berlaku untuk lebah Trigona sp karena lebah ini memang tidak membutuhkan serbuk sari dalam jumlah banyak karena Trigona sp memang bukan penghasil madu yang utama melainkan propolis. Lebah Trigona sp tidak membutuhkan peralatan khusus untuk

dibudidayakan seperti lebah Apis mellifera yang membutuhkan peralatan khusus seperti pelindung wajah, peralatan pengasapan, pisau, sikat, kotak untuk mengawinkan lebah dan untuk mengeramnya. Lebah Trigona sp tidak menyengat.

10

Lebah ini memiliki ukuran yang kecil dan tidak memiliki sengat. Jika ia merasa terganggu maka lebah Trigona sp akan menggigit tapi gigitannya tidak sakit. Trigona sp juga memiliki kebiasaan untuk berkerumun di sekitar rambut orang yang membuat mereka merasa terancam. 3. Lebih tahan terhadap penyakit Pada lebah Apis mellifera, hama dan berbagai penyakit dapat mudah ditemukan, seperti hama dari spesies varroa jacobsoni mite, varroa destructor mite, tropilaelaps clareae mite and ngengat, kadal, dan kecoa. Terdapat pula berbagai penyakit seperti American foulbrood, European foulbrood, chalkbrood, stonebrood dan sacbrood. Sebaliknya, Trigona sp justru tidak mengalami penyakit dan hama tersebut karena sebagian besar sarangnya tertutup oleh propolis. Hama yang sering mengganggu sarang lebah Trigona sp adalah semut. 4. Memiliki sifat sensori yang lebih kuat Aroma dan warna propolis Trigona sp berbeda-beda dari setiap provinsi. Hal ini bergantung pada komponen makanan yang dikonsumsinya.

2.3 Produk-Produk Ekonomis Berbahan Baku Propolis Lebah Lokal Trigona sp. Berbagai macam produk hasil ekstraksi propolis untuk obat maupun untuk kosmetika telah banyak dibuat untuk tujuan komersial dan sudah diperjualbelikan. Produk yang dikomersialkan dan diperjualbelikan tersebut telah dikemas dengan kemasan yang menarik, sehingga kita akan segera melihat berbagai macam

produk tersebut dengan menyenangkan. Menurut Hasan (2010), untuk membuat produk propolis dengan berbagai bentuk dan peruntukannya dapat dijelaskan sebagai berikut:

2.3.1 Produk-produk Kesehatan a. Propolis Cair Propolis hasil ekstraksi sebagai bahan dasar ditambah cairon lain seperti minyak nabati, propilen glikol, maupun air. Jika ingin digunakan untuk pemakaian luar tubuh dapat ditambahkan alkohol ke dalam propolis ekstrak

11

tersebut sedangkan untuk dikonsumsi, propolis ekstrak dapat juga diberikan ke dalam produk lebah lainnya (royal jelly, madu, atau roti sarang lebah) atau tercampur dengan produk herbal (temulawak, ginseng, echinaceae, temu putih, jinten hitam, dll). Propolis ekstrak juga bisa dicampur ke dalam jus sirsak, jus jeruk, atau minuman madu. Propolis cair dapat dipakai untuk pemakaian luar maupun dalam tubuh. Untuk pengobatan dalam, propolis cair dapat langsung diserap tubuh dan segera menimbulkan pengaruh terhadap tujuan pengabatan. Dalam pemakaiannya, propolis cair dapat juga digunakan sebagai obat kumur untuk mengatasi masalah bau mulut dan sakit gigi. Adakalanya untuk tujuan menghilangkan nyeri pada sakit gigi, propolis cair ini dapat segera diberikan ke bagian yang dirasakan nyeri tersebut Untuk pemakaian luar, propolis cair dapat langsung diteteskan pada bagian yang terluka (tusukan atau terbakar) atau pada bagian yang ada masalah (gigitan serangga, borok, atau masalah kulit lain). Pemakaion luar akan menimbulkan warna (umumnya coklat) pada kulit dan pakaian karena kantak langsung dengan propoli. Untuk menghindari pakaian terkena propolis, disarankan menggunakan perban atau kain penutup pada bagian tersebut. Hal lain yang harus diperhatikan pada pemakaian luar adalah adanya bagian tubuh yang sangat sakit atau alergi kulit akibat adanya bahan lain dalam ekstrak propolis (seperti alkohol).

b. Propolis Semprot dan Aerosol Propolis yang dikemas dalam bentuk penyemprot dan aerosol biasanya ditambahkan alkohol pada ekstrak propolis. Batasan pemakaian alkohol/khamr, yaitu haram kalau diminum karena memabukkan, maka produk propolis dibuat dengan mengemas propolis cair dengan kemasan dilengkapi alat penyemprot. Produk propolis semprot ini dapat digunakan untuk menghilangkan bau mulut, sakit gigi, sariawan, gusi luka, luka/peradangan hidung dan telinga, dan membantu pernafasan.

c. Propolis Kapsul

12

Kapsul propolis dapat dibuat dengan mengemas propolis powder (powder biasa enkapsul atau nanopowder) dengan selongsong kapsul. Pada bahan kapsul lunak, propolis cair dapat langsung dikemas. Untuk kapsul harap diperhatikan kehalalan gelatin yang dipakai dalam membuat selongsong kapsul atau soft kapsul

d. Propolis Tablet atau Kaplet Propolis powder maupun propolis cair dapat ditambahkan ke dalam campuran bahan pembentuk tablet. Setelah bahan tercampur kemudian dicetakan sesuai bentuk tablet atau kaplet. Hal itu dapat dilakukan melalui penyalutan dengan bahan gula atau gelatin sehingga penampilannya lebih menarik. Pemakaian propolis tablet ini untuk pengobatan dalam tubuh.

2.3.2 a.

Produk-produk Kosmetik

Propolis krim Propolis krim masih jarang dijumpai di lndonesia,tapi diperkirakan akan

berkembang. Propolis krim dapat dibuat dengan mencampur ekstrak propolis dengan bahan lain yang biasa untuk membuat krim, seperti kolagen atau vaselin. Umumnya, produk krim ini merupakan bentuk emulsi dari air dan minyak sebagai pengemulsi dalam perbandingan tertentu. Krim pelembab biasanya ditambah dengan lilin lebah sehingga menimbulkan kesan dingin pada kulit dan licin, selain itu krim ini tidak mudah menguap. Untuk tujuan lain, krim dapat ditambahkan bahan lain sesuai dengan tujuannya (seperti bahan penyegar, pelindung sengatan sinar matahari dan vitamin atau nutrisi lainnya). Untuk menjaga agar bahan lebih stabil, dapat digunakan magnesium stearat atau magnesium sulfat. Jenis propolis krim sangat beragam jenisnya dan kegunaan, di antaranya adalah krim emolien (untuk menenangkan dan melembutkan kulit), krim tangan (untuk melembabkan dan melindungi), krim wajah (untuk pelembab yang lebih lembut, bergizi, dan pembersihan), krim mandi (sedikit zat peluntur lemak, pelembab, dan bahan lain untuk menggantikan lemak yang rusak), krim pelembab (untuk memberikan kelembaban dan menyejukkan), krim nutrisi (mengandung

13

vitamin dan bahan kompleks lainnya yang mengandung protein, minyak, dan nutrisi lainnya), dan krim pembersih. Pemakaian propolis krim diperuntukkan terutama sebagai kosmetika dan untuk menyembuhkan penyakit kulit seperti borok atau eksim, tapi dapat juga dipakai dalam mengatasi luka akibat terbakar. Pada pengobatan penyakit dalam, penggunaan propolis krim dapat membantu pengobatan pada bagian luar tubuh yang sakit seperti pada penyembuhan penyakit TBC (penyakit paru-paru).

b. Propolis Lipstik Propolis lipstik merupakan pengembangan bentuk propolis yang ditambahkan lemak nabati, seperti lemak biji tengkawang atau lemak lainnya yang mempunyai titik leleh sama dengan tubuh manusia. Setelah ekstrak propolis ditambahkan ke dalam minyak nabati, dilakukan pencetakan menjadi batang yang sesuai untuk pemakaian oles bibir. Pada pembuatannya dapat pula ditambah pewarna untuk membuat warna bibir merona. Tujuan pemakaian propolis lipstick selain untuk pewarna bibir dan pelembab juga dapat mengurangi luka pada bibir saat perubahan musim.

2.3.3 a.

Produk-produk Personal Care

Propolis salep Pembuatan salep propolis biasanya menggunakan lemak nabati atau lemak

hewan dengan perbandingan tertentu. Jumlah asam lemak yang dipakai disesuaikan dengan titik leleh bahan. Dengan komposisi bahan terpilih dan cara pengolahan steril propolis bahkan dapat dibuat menjadi produk salep mata. Penggunaan salep propolis ini biasanya ditujukan untuk penyembuhan penyakit kulit, luka, dan luka bakar. Sedangkan untuk propolis salep mata dapat diapakai untuk mengurangi katarak dan menghilangkan mata merah akibat luka ataupun bakteri.

b.

Propolis pasta gigi

14

Propolis pasta gigi dapat dibuat dengan mencampur propolis dengan bahan pembuat pasta gigi biasa. Untuk menghasilkan pasta gigi yang menarik dan enak dipakai serta berfungsi baik, maka dapat ditambahkan herbal lain seperti ekstrak mint. Pasta gigi propolis ini dapat dipakai sebagai pasta gigi biasa untuk pencegahan masalah mulut dan gigi.

c.

Propolis sampo Propolis sampo dapat dibuat dengan menambahkan ekstrak propolis ke

dalam bahan pembuat sampo seperti halnya pasta gigi. Selain itu dapat juga ditambahkan herbal lain sebagai penyegar, pemberi gizi, dan anti septic untuk mengefektifkan anti ketombe pada propolis. Pemakaian sampo propolis ini digunakan seperti halnya sampo biasa dan memiliki manfaat untuk menghindari kerontokan rambut dan menjadikan rambut lebih hitam.

d.

Propolis sabun Propolis sabun dapat dibuat dengan mencampur ekstrak propolis ke dalam

campuran bahan pembuat sabun sebelum pengemasan (untuk sabun cair) atau pencetakan (untuk sabun batang). Pada sabun cair penambahan propolis dapat dilakukan sebanyak 1%. Sabun propolis ini berguna untuk merawat kulit, mengatasi jerawat, dan melindungi kulit dari kerusakan serta memelihara kelembutan kulit

2.3.4 Produk-produk Pangan Fungsional a. Propolis Sirup atau Madu Berpropolis Propolis sirup dapat dibuat dengan mencampur ekstrak propolis dengan cairan yang manis seperti madu, gliserin, sirup jeruk, sirup strowberi, sirup pisang atau cocopandan maupun sirup lainnya. Produk propolis sirup dapat digunakan untuk obat batuk. Hal itu untuk memudahkan pemberian propolis pada anak kecil atau yang peka terhadap bau propolis. Manfaat propolis sirup ini sama dengan propolis cair akan tetapi memiliki kelebihan rasa yang enak saat mengonsumsi.

b.

Propolis Powder

15

Propolis powder dapat dibuat dalam bentuk powder, powder instan, enkapsul, dan nanopowder dengan menambahkan pengisi seperti tapioka, tepung jagung, tepung kentang, atau pollen. Bentuk powder ini dapatdigunakan langsung atau dicampur ke cairan lain seperti pada jus sebelum dikonsumsi. Tujuan pemakaiannya sesuai dengan bentuk cair yaitu untuk pengobatan dalam. Selain itu, bentuk powder ini dapat dikemas dalam bentuk lain sebagai pengisi pada produk hard kapsul.

c.

Propolis Permen Propolis permen bisa berbentuk permen keras (hard candy), lozengens,

permen hisap, atau chewing gum. Dalam membuat permen, sejumlah kecil ekstrak propolis ditambahkan pada bahan hasil campuran gula pasir, laktosa, gelatin, sirup glukosa, sirup fruktosa, madu, pemanis buatan ditambah pewarna dan bahan lainnya. Komposisi bahan disesuaikan dengan produk yang akan dihasilkan. Propolis berbentuk permen ini dapat digunakan dalam pengobatan bau mulut, sakit gigi, atau radang tenggorokan.

16

BAB III METODE PENULISAN

Metode penulisan yang dilakukan diwali dengan melakukan pengumpulan data dan informasi serta dilanjutkan dengan studi literatur. Data serta informasi bersumber dari buku, jurnal, maupun artikel kemudian dikonsultasikan dengan dosen pembimbing. Hasil dari studi literatur ditungkan ke dalam suatu masalah yang diangkat pada makalah ini yaitu mengetahui potensi propolis lebah lokal Trigona sp. berkaitan dengan konsep Green economy dan kemungkinan penerapannya di Indonesia. Masalah yang telah dirumuskan kemudian dianalisa dengan analisis SWOT yang mencakup Strength (Kekuatan), Weakness (Kelemahan), Opportunity (Peluang) dan Threat (Ancaman). Selain itu, analisa masalah juga dilakukan dengan menggunakan pendekatan dengan unsur-unsur Green Economy yaitu mencakup eco-industrial park dan produksi bersih. Hasil dari analisa dilengkapi dengan tahap-tahap implementasi sehingga diharapkan propolis lebah lokal Trigona sp. memang dapat memberikan solusi alternatif yang baik untuk menunjang penerapan Green economy di Indonesia. Secara skematis, metode penulisan yang dilakukan dapat dilihat pada Gambar 1. berikut.Pengumpulan data dan informasi Buku Jurnal Artikel Bimbingan Analisis dan Sintesis Perumusan masalah Analisis SWOT Pendekatan Unsur Green economy Tahap Implemetasi

Pengambilan Kesimpulan

Gambar 1. Skema Metode Penulisan

17

BAB IV ANALISIS DAN SINTESIS

Pelaksanaan perekonomian di Indonesia sekarang ini masih sangat berorientasi pada keuntungan jangka pendek. Peningkatan perekonomian jarang dikaitkan dengan kelestarian sumber daya alam yang ada. Hal ini tentu saja sangat berbahaya bagi keberlanjutan sumber daya alam di masa depan. Sejauh ini solusi yang pernah ditawarkan adalah dengan pendaur ulangan limbah dan penanaman pepohonan di kota besar (Taman Kota). Namun, hal ini belum mampu sepenuhnya mengurangi efek negatif terhadap kelestarian lingkungan karena tidak semua limbah dapat didaur ulang dan pendaurulangan ini juga membutuhkan biaya yang cukup besar. Selain itu penanaman vegetasi di kota-kota besar juga hanya memberikan efek terbatas karena sering terbentur masalah ketersediaan lahan sehingga laju polusi yang merusak lingkungan lebih tinggi dibandingkan kemampuan vegetasi untuk menyerap polusi. Solusi lain yang masih terus dilakukan pada saat ini adalah pemerintah menggalakkan kegiatan car free day di kota-kota besar untuk mengurangi jumlah polusi. Namun, karena hanya dilakukan setiap satu minggu sekali dan hanya di kawasan tertentu, pengaruhnya terhadap kesehatan lingkungan tentu sangat terbatas. Oleh karena itu, dibutuhkan tambahan solusi agar lebih mampu menjaga sekaligus memperbaiki kualitas lingkungan hidup dengan menerapkan konsep green economy dalam aktivitas perekonomian Indonesia. Hal ini dapat dimulai dengan menggalakkan bidang industri yang tidak menimbulkan efek negatif bagi lingkungan, bahkan mampu mendatangkan dampak positif bagi lingkungan atau yang dikenal dengan konsep green economy. Budi daya propolis lebah lokal Trigona sp. merupakan salah satu potensi yang sangat besar dan jika dielola dengan baik akan mendatangkan keuntungan ekonomi sekaligus mendatangkan keuntungan bagi lingkungan hidup.

18

4.1 Analisis SWOT Analisa sederhana yang dapat dilakukan dalam menilai potensi propolis lebah lokal Trigona sp. Sebagai unggulan Green economy masa depan, salah satunya adalah mengikuti metode analisis SWOT, yaitu sebagai berikut.

Strength 1. Propolis mempunyai kemampuan yang baik sebagai pangan fungsional, seperti antibakteri, antivirus, antiinflamasi, antikanker, dan antioksidan serta tidak menyebabkan efek samping (2) 2. Nilai ekonomis produk-produk berbahan baku propolis tinggi (3) 3. Lebah Trigona sp. memiliki berbagai kelebihan dibandingkan lebah spesies lain, di antaranya kemudahannya untuk dibudidayakan, tidak menyengat, dan daya tahan yang lebih tinggi terhadap penyakit (2) 4. Budi daya propolis lebah lokal Trigona sp. mendukung konsep green economy karena pertumbuhan lebah harus sejalan dengan banyaknya pepohonan dan tanaman penghasil nektar (3)

Weakness 1. Pemanfaatan propolis di Indonesia masih kalah popular dibandingkan produk asal lebah lain seperti madu dan royal jeli (3) 2. Peternak lebah di Indonesia belum mengetahui lebah lokal Trigona sp. menghasilkan propolis (1) 3. Para peternak cendrung membuang propolis dari sarang karena menganggap propolis itu kotor disebabkan warnanya yang hitam pekat dan teksturnya yang sangat lengket seperti kotoran. (1) 4. Green economy merupakan konsep perekonomian yang membutuhkan partisipasi banyak pihak (3)

Opportunity 1. Indonesia merupakan negara dengan luas hutan tropis sekitar 200 juta hektar (Mahani, Karim, Nurjanah, 2011) yang sangat cocok untuk dijadikan habitat bagi lebah Trigona sp. (4)

19

2. Mendatangkan keuntungan bagi para peternak lebah karena nilai ekonomis produk propolis yang tinggi (3) 3. Budi daya lebah lokal Trigona sp. jauh lebih mudah dan ekonomis dibandingkan dengan lebah madu (1)

Threat 1. Produk propolis impor masih dianggap lebih bermutu dibandingkan propolis dalam negeri (3) 2. Propolis dari lebah Apis mellifera lebih dikenal oleh khalayak luas dibandingkan propolis dari lebah Trigona sp (3) Penjelasan angka di dalam tanda kurung adalah sebagai berikut: Skala 1 sampai 4, dengan keterangan : Angka 1 : Dampak yang dihasilkan tidak penting dan skalanya tidak luas Angka 2 : Dampak yang dihasilkan penting dan skalanya tidak luas Angka 3 : Dampak yang dihasilkan tidak penting dan skalanya luas Angka 4 : Dampak yang dihasilkan penting dan skalanya luas Jika digambarkan dalam bentuk diagram maka akan tampak gambar seperti di bawah ini:Opportunity

Weakness

Strength

Threat

Gambar 2. Diagram Analisis SWOT Dari hasil diagram tersebut maka strategi terbaik yang dilakukan untuk meningkatkan budi daya propolis dalam rangka menciptakan green economy adalah memberikan pengetahuan kepada masyarakat, apiaris, dan pelaku bisnis mengenai dampak positif yang dimiliki propolis dari lebah lokal Trigona sp. serta dampak baiknya terhadap lingkungan yang budi dayanya didukung dengan luas hutan Indonesia.

20

21

4.2 Potensi Propolis Lebah Lokal Trigona sp. Berkaitan dengan Konsep Green economy di Indonesia Produk-produk propolis yang beredar di Indonesia pada saat ini masih didominasi oleh produk impor yang berasal dari lebah Apis mellifera. Lebah ini merupakan jenis lebah yang paling terkenal di dunia, termasuk di Indonesia. Namun, sebenarnya Indonesia memiliki spesies lebah lain yang menghasilkan propolis dengan jumlah lebih banyak, yaitu Trigona sp. Pengembangan budi daya propolis lebah lokal di Indonesia memiliki potensi yang sangat tinggi karena didukung oleh jenis vegetasi yang beragam di Indonesia dan juga hutan yang sangat luas, yaitu sekitar 200 juta hektar (Mahani, Karim, Nurjanah, 2011). Lebah Trigona sp. dapat dibudidayakan setidaknya di 5 provinsi di Indonesia, yaitu Bengkulu, Jawa Barat, Sulawesi Selatan. Kalimantan Barat, dan Nusa Tenggara Barat (NTB). Saat ini sudah ada tiga daerah yang telah berhasil membudidayakan Trigona sp. sebagai penghasil propolis, yaitu Jawa Barat, Sulawesi Selatan, dan NTB. Propolis di tiap daerah dapat dipanen setiap 4 bulan sekali dengan produksi propolis per koloni lebah dapat dilihat pada tabel 2 di bawah ini: Tabel 2. Produktivitas Propolis Lebah Trigona sp. di Indonesia Sulawesi Provinsi Jawa Barat NTB Rata-rata Selatan Produktivitas 150 500 300 propolis per koloni (gr) Sumber: Mahani , B. Nurhadi, E. Subroto, M. Herudiyanto (2011) 317

Seperti dapat dilihat pada tabel 2 di atas, rata-rata satu koloni lebah dapat menghasilkan 317 gram sekali panen. Di Sulawesi Selatan dan NTB, peternak lebah memiliki rata-rata 50 koloni lebah Trigona sp. Setiap 50 koloni lebah membutuhkan sumber makanan berupa vegetasi dengan radius 14,13 km2. Sehingga dari area seluas itu, bisa diproduksi propolis sebanyak :

Jika dikalkulasikan dengan luas hutan Indonesia (200 juta hektar), maka dapat dikatakan Indonesia berpotensi menghasilkan propolis sebanyak 2.243.440 kilo

22

gram setiap empat bulan sekali atau setara dengan 2.243 ton. Jika dikalkulasikan dalam 1 tahun, maka akan dihasilkan 6.729 ton propolis mentah. Produksi sebanyak ini tentu akan mendatangkan keuntungan ekonomi bagi rantai pemasaran propolis. Dari 1 kg propolis mentah yang setelah diekstrak dan diencerkan akan menghasilkan 1,8 liter propolis cair. 1,8 liter propolis cair tersebut kemudian dibotolkan dengan netto 6 ml per botol, dan harga jual 1 botol propolis cair pada saat ini berkisar pada harga Rp 100.000. Sehingga dari 1 kg propolis mentah dapat menghasilkan produk senilai Rp 30.000.000,-. Jika dikalkulasikan, dalam satu tahun potensi produksi propolis Indonesia akan mendatangkan omset nilai ekonomi sebesar Rp 201, 87 triliun rupiah melalui perhitungan sebagai berikut:

Penilaian potensi propolis lokal Trigona sp. sebagai penyokong Green economy dapat dianalisa dari keterkaitannya dengan unsur-unsur penting pada konsep ekonomi, yaitu : 1. Aspek keamanan Propolis lebah lokal Trigona sp. berasal dari bahan alami yang berasal dari lebah dan tumbuhan sekitarnya. Meskipun dalam proses ekstraksinya digunakan pelarut seperti propilen glikol atau pelarut lain, pada akhir proses pelarut ini akan diuapkan lagi, sehingga ekstrak propolis beserta produkproduk berbahan baku propolis lainnya aman untuk dikonsumsi. 2. Aspek perdagangan Propolis memiliki berbagai kandungan bioaktif yang sangat bermanfaat untuk manusia. Didukung dengan semakin tingginya tuntutan konsumen akan pangan fungsional, semakin memberi nilai tambah pada perdagangan produkproduk berbahan baku propolis. 3. Aspek nutrisi Propolis kaya akan kandungan alkaloid, flavonoid, polifenol, saponin, tannin, dan quercetin. Polifenol dan flavonoid dinilai dapat berperan dalam menghambat poliferasi (penggandaan) sel kanker dan beragam penyakit lain. flavonoid biasanya mempunyai struktur khas yang mampu menghambat protein kinase yang digunakan untuk proliferasi sel. Jika protein ini dihambat,

23

proses fisiologi sel pun terhambat sehingga sel melakukan apoptosis alias membuat program bunuh diri pada sel kanker. 4. Aspek penerimaan masyarakat Masyarakat sekarang ini sangat terbuka pada produk-produk yang mendukung aspek kesehatan. Sehingga dengan kemasan yang baik, propolis tidak akan mengalami kesulitan untuk diterima masyarakat. 5. Aspek lingkungan Budi daya lebah sebagai penghasil propolis sangat bergantung pada jumlah pepohonan sebagai tempat tinggalnya. Sehingga pembudidayaan propolis akan mendatangkan manfaat positif bagi lingkungan karena semakin banyak penanaman pepohonan.

4.3 Implementasi Propolis Trigona sp. di Indonesia Propolis Trigina sp. merupakan alternatif yang sangat baik dalam upaya menerapkan konsep green economy. Oleh karena itu, dalam prosesnya pemanfaatan propolis ini perlu mendapat perhatian yang serius dari berbagai pihak, sehingga diharapkan produk ini dapat diterima secara luas oleh masyarakat. Pihak-pihak yang terkait dalam implementasi budi daya propolis Trigona sp. di Indonesia antara lain adalah sebagai berikut. 1. Pemerintah melalui Departemen Pertanian dan Kehutanan Pemerintah merupakan pihak yang perlu menaruh perhatian besar pada potensi sorghum ini. Pemerintah melalui Departemen Pertanian dan Kehutanan dapat melakukan berbaga kebijakan mengenai propolis, mulai dari pembudidayaan di lahan khusus, memberikan penyuluhan dan sosialisasi kepada peternak. Dengan cara tersebut diharapkan produksi propolis meningkat dan kerusakan alam dapat menurun. 2. Universitas melalui penelitian Universitas juga memiliki peran besar dalam membantu pemerintah untuk mensosialisasikan potensi propolis ini. Melalui penelitian yang dilakukan, maka dapat diketahui berbagai hal yang mampu meningkatkan kualitas propolis sehingga dapat diterima oleh masyarakat. 3. Praktisi mencakup peternak dan industri pangan

24

Pihak lain yang memegang peranan paling penting adalah peternak dan pengusaha di bidang pangan. Peternak sebagai pihak yang mengolah propolis perlu dikembangkan pengetahuan dan kemampuannya dalam

membudidayakan propolis. Selain itu, peternak juga harus mampu memanfaatkan lahan kosong menjadi lebih bermanfaat seperti ditanamani pepohonan damar yang merupakan tempat tinggal lebah. Pihak industri pangan juga perlu dilibatkan dalam upaya menghasilkan berbagai produk propolis lebah lokal Trigona sp.. 4. Masyarakat luas Dalam proses pengimplementasian, hal terakhir yang cukup penting adalah dukungan mayarakat secara luas terhadap produk ini. Masyarakat harus dibangkitkan kesadarannya untuk menerima produk ini, sehingga kerusakan alam dapat dikurangi. Penyuluhan dan sosialisasi dari pemerintah dapat menghasilkan dampak yang baik apabila masyarakat mampu

mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

25

BAB V PENUTUP

5.1 Simpulan Berdasarkan hasil analisis dan sintesis, maka dapat diambil beberapa simpulan mengenai potensi propolis lebah lokal Trigona sp. sebagai Unggulan Green economy masa depan sebagai berikut : 1. Propolis merupakan pangan fungsional yang memiliki manfaat sangat banyak bagi kesehatan karena dapat berperan sebagai antimikroba, antiinflamasi, antioksidan, antihistamin, dan lain-lain 2. Indonesia dengan luas hutan sekitar 200 juta hektar sangat berpotensi untuk menghasilkan propolis dalam jumlah yang banyak. Pembudidayaan ini akan mendatangkan dampak positif bagi lingkungan hidup dan perekonomian sehingga sesuai dengan konsep green economy. 3. Masih banyak masyarakat dan peternak lebah yang beranggapan propolis dari luar negeri yang dihasilkan oleh lebah Apis mellifera lebih bermutu dibandingkan lebah lokal Trigona sp. padahal faktanya tidak demikian, bahkan lebah lokal dapat menghasilkan propolis dalam jumlah yang lebih banyak

5.2 Rekomendasi Perlu dilakukannya peningkatan budi daya lebah lokal Trigona sp. di Indonesia. Hal itu akan sangat berkaitan dengan aspek kelestarian lingkungan hidup. Oleh karena itu perlu peran aktif dari pemerintah dalam upaya memberikan penyuluhan pada peternak lebah untuk memanfaatkan lahan non-sawah sebagai lahan penanaman pepohonan sebagai tempat hidup lebah.

26

DAFTAR PUSTAKA Anonim1. 2012. Pentingnya Green Economy di Tengah Ancaman Krisis Ekonomi Global. Available at: http://lppm.ugm.ac.id/lppm-highlights/212 (diakses pada 20 Maret 2012) Bankova V. 2005. Recent trends and important developments in propolis research. Evid Based Complement Alternat Med 2(1): 2932. Djajadiningrat, T, Yeni. H, Melia F. 2011. Ekonomi Hijau (Green economy). Rekayasa Sains, Bandung. Hasan, Z. 2010. Sehat dan Cantik dengan Propolis. IPB Press, Bogor. Hasan, Z. 2006. Potensi Propolis Lebah Madu Trigona spp Sebagai Zat Antimikrobial. Laporan Penelitian Dosen Muda. Departemen Biokimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, IPB Bogor. Krell R. 1996. Value-Added Products From Bee Keeping. Tersedia di: www.fao.org/docrep.htm. Li Y, et al. 2012. Effects of Encapsulated Propolis on Blood Glycemic Control, Lipid Metabolism, and Insulin Resistance in Type 2 Diabetes Mellitus Rats. Evidence-Based Complementary and Alternative Medicine 2012. Tersedia di: http://dx.doi.org/10.1155/2012/981896. Mahani, R.A. Karim, N. Nurjanah .2011. Keajaiban Propolis Trigona. Pustaka Bunda, Jakarta. Redaksi Trubus. 2010. My Healthy Life, Trio Herbal. Trubus Cipta Sehat, PT. Trubus Swadaya, Depok. Sartori DRS, et al. 2009. Propolis effect on streptozotocin-induced diabetic rats. Journal of Venomous Animals and Toxins including Tropical Diseases 15: 93102.