backup of vol 8 des -...

6
tergantung warna yang terlihat. Dilihat dari gaharu yang dihasilkan memang lebih sedikit dari bagian batang. Terkadang terjadi pembusukan pada bagian yang dipaku/dicacah. Kelebihan dari cara ini adalah dapat dipanen secara rutin dalam waktu dua sampai tiga bulan setelah diperlakukan. Pascapanen dan Pemasaran Kurangnya perhatian oleh pemerintah dalam penanganan pascapanen dan pemasaran berdampak pada terhambatnya produksi dan kurangnya minat masyarakat untuk berbisnis gaharu. Sejauh ini masyarakat cenderung menyalurkannya lewat tengkulak/pengepul di tingkat desa dengan harga yang sangat murah.Masyarakat tidak mengenal kelas atau kualitas, semuanya dianggap sama. Gaharu yang mereka peroleh hanya berkualitas dan kelas mutu kemedangan dan dihargai sekitar Rp. 4.000,00/kg. Kemudian oleh pengepul bisa menjualnya dengan harga Rp. 25.000,00/kg ke pedagang besar. Untuk pembentukan gubal gaharu umumnya masih menggunakan cara tradisioanal. Cara ini sangat mudah, praktis dan tidak membutuhkan banyak biaya. Waktu panen relatif singkat dan tidak membutuhkan keahlian khusus. Cukup dengan menancapkan paku atau mencacah dengan parang bagian batang pohon merupakan cara yang efektif untuk menghasilkan gaharu. Pemanenan dilakukan bertahap dengan mengupas sedikit demi sedikit bagian batang yang warnanya sudah kehitaman. Selisih waktu panen berikutnya sekitar dua sampai tiga bulan Dari Redaksi, ….. Warta edisi ini menyajikan artikel yang lebih kontemplatif. Karakteristik yang beragam dan orientasi pengelolaan yang holistik untuk dapat berdayaguna lebih cepat dan berkelanjutan, menuntut pendekatan pengelolaan HHBK secara simultan hulu-hilir. Beberapa artikel dalam warta kali ini melengkapi pendekatan itu. Degradasi kawasan hutan adalah masalah utama kehutanan Indonesia. Penggunaan jenis-jenis HHBK untuk merehabilitasi kawasan hutan lindung sangat tepat, karena potensi pemanfaatan hasilnya secara lestari. Kriteria utama pemilihan jenis HHBK untuk rehabilitasi adalah struktur perakarannya. Pada halaman 1-3 disajikan cara sidik cepat karakteristik sistem perakaran dalam pemilihan jenis HHBK untuk pengendalian tanah longsor, dan beberapa contoh jenis HHBK yang direkomendasikan. Illustrasi tentang upaya untuk mengelola kesuburan lahan kritis melalui pendaayagunaan serasah dan gulma sebagai sumber bahan organik, unsur hara, dan sekaligus peredam erosi dan degradasi lahan, disajikan paada halaman 9 -12. Peran dan fungsi serasah bagi tanah dan kemungkinan aplikasinya pada pengelolaan lahan kawasan KHDTK Nusa Penida, disajikan dengan cukup lengkap. Perspektif pemanfaatan potensi keanekaragaman sumber daya spesies, seperti jenis-jenis mikroba endofit untuk menghasilkan HHBK inkonvensional dalam wujud antara lain, bahan farmaka dan senyawa berkhasiat obat, disajikan dengan menarik pada halaman 7 – 9. Memang, sampai saat ini pemanfatan mikroba endofit ini masih sangat minor pada pengembangan produksi HHBK; dan potensi kapang Fusarium spp termasuk yang paling banyak digali, khususnya terkait dengan rekayasa pembentukan gaharu pada jenis-jenis pohon inang Aquilaria spp dan Gyrinops spp Akhirnya, beberapa informasi hasil penelitian tentang jenis-jenis pakan yang potensial bagi lebah Trigona sp dan masa berbungaannya di beberapa daerah sentra produksi madu lebah Trigona sp di Kabuipaten Lombok Utara, Lombok Timur dan Lombok Barat, disajikan pada halaman 4 -7. Teridentifikasi 60 jenis pohon dan tanaman pakan lebah Trigona sp ini, dengan masa pembungaan yang beragam sepanjang tahun, dan ditengarai berpengaruh kepada jumlah, rasa, warna, tekstur madu dan propolis yang dihasilkan. Vol. 8 No. 3, September 2014 1 Oleh : Septiantina Dyah Riendriasari Gambar 1. Pohon kayu bora di tepi pantai di Desa Hu'u Kecamatan Hu'u, Dompu Warta Balai Penelitian Teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu Duabanga Keterangan : C-veg = karbon dari tegakan, C-so = karbon dari tanah, C-und = karbon dari tumbuhan bawah, C-nec = karbon dari seresah. Pendahuluan Trigona sp merupakan salah satu spesies dari genus Meliponini. Genus Meliponini mempunyai ciri khas tidak mempunyai sengat sehingga memproduksi propolis untuk melindungi diri dan sarangnya. Propolis atau lem lebah merupakan suatu zat yang dihasilkan oleh lebah madu, dikumpulkan dari getah pucuk daun- daun yang muda untuk kemudian dicampur dengan air liurnya, digunakan untuk menambal dan mensterilkan sarang. (Ghisalberti, 1979). Propolis selain untuk menambal dan mensterilkan sarang, juga dapat menjaga suhu sarang tetap stabil dan untuk usaha mempertahankan diri dari serangan predator (Klaskarkorn, 2005). Predator atau pemangsa dalam bahasa indonesia mempunyai arti hewan yang memakan hewan lainnya untuk mempertahankan hidupnya (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2013). Hal itu diperkuat dengan pernyataan dari Vijayakumar, 2012 yang menyatakan bahwa pemangsa memakan mangsanya untuk mempertahankan hidupnya. Pemangsaan terhadap propolis dan telur lebah Trigona sp ini terjadi di Pulau Lombok. Pengamatan ini dilakukan di wilayah pulau Lombok, tepatnya di 4 lokasi, yaitu di Desa Sigar Penjalin, Kec. Tanjung dan Desa Genggelang, Kec. Gangga, keduanya berada di Kab. Lombok Utara, Desa Lendang Nangka, Kec. Masbagik, Kab. Lombok Timur dan Desa Karang Bayan, Kec. Lingsar, Kab. Lombok Barat. Pengamatan dilakukan pada pagi hingga siang hari, yaitu pukul 9.00 WITA sampai pukul 12.00 WITA. Beragam lokasi, beragam juga jenis predator yang memangsa. Beberapa predator yang ditemukan sedang memangsa koloni lebah madu trigona di Pulau Lombok adalah Ayam (Gallus sp), Cicak (Hemidactylus sp), Laba-laba (Schizocosa sp), Semut (Lasius sp) dan Kumbang Kuning. 12 ISSN:1979-1372 Duabanga Warta Balai Penelitian Teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu BPTHHBK Duabanga Warta Balai Penelitian Teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu Majalah Duabanga merupakan media informasi ilmiah populer di bidang teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu di Indonesia REDAKSI Penanggung Jawab: Kepala Balai Dewan Redaksi: Ir. I Wayan Widhiana Susila, MP (Ketua), Anggota (Anggota). Redaksi Pelaksana: Kepala Seksi Data, Informasi dan Sarana Penelitian Tata letak: Wawan Darmawan Penerbit: Balai Penelitian Teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu Alamat : Jl. Darma Bakti No 7 - PO Box 1054, Ds. Langko Kec. Lingsar, Lombok Barat-NTB Telp. E-mail : Website: http://bpthhbk.litbang.dephut.go.id/ Penelitian Teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu Ogi Setiawan, S,Hut, M.Sc ( ), Cecep Handoko, S.Hut., M.Sc 0370-6175552, Fax 0370-6175482 [email protected] Redaksi mengundang para peneliti, teknisi, praktisi dan pemerhati kehutanan untuk menulis tulisan ilmiah populer khususnya di bidang teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu dan Kehutanan umum di seluruh Indonesia. Naskah tulisan sebanyak 500-1.000 kata dengan spasi ganda, font 12 dan ditulis dalam bahasa Indonesia. Dikirim hard copy dan soft copynya disertai foto-foto yang berhubungan dengan isi tulisan. Naskah akan disunting oleh Dewan Redaksi tanpa mengubah maksud dan isi tulisan. 1 7 4 Predator Pengganggu Lebah Trigona sp Predator Pengganggu Lebah Trigona sp Jenis Pakan Trigona sp dan Musim Pembungaannya di Lombok Jenis Pakan Trigona sp dan Musim Pembungaannya di Lombok Daftar Isi 9 Predator Pengganggu Lebah Madu Trigona sp Seresah, Fungsi Dan Perannya Bagi Tanah Di KHDTK Nusa Penida Seresah, Fungsi Dan Perannya Bagi Tanah Di KHDTK Nusa Penida Potensi Mikroorganisme Endofit Potensi Mikroorganisme Endofit

Upload: others

Post on 29-Oct-2020

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Backup of vol 8 des - balitbangtek_hhbk.orgbalitbangtek-hhbk.org/2020/01/unggah/file-publikasi/Vol...jenis-jenis pakan yang potensial bagi lebah Trigona sp dan masa berbungaannya di

tergantung warna yang terlihat.Dilihat dari gaharu yang dihasilkan memang lebih sedikit dari bagian batang. Terkadang terjadi pembusukan pada bagian yang dipaku/dicacah. Kelebihan dari cara ini adalah dapat dipanen secara rutin dalam waktu dua sampai tiga bulan setelah diperlakukan.

Pascapanen dan Pemasaran

Kurangnya perhatian oleh pemerintah dalam penanganan pascapanen dan pemasaran berdampak pada terhambatnya produksi dan kurangnya minat masyarakat untuk berbisnis gaharu. Sejauh ini masyarakat cenderung menyalurkannya lewat tengkulak/pengepul di tingkat desa dengan harga yang sangat murah.Masyarakat tidak mengenal kelas atau kualitas, semuanya dianggap sama. Gaharu yang mereka peroleh hanya berkualitas dan kelas mutu kemedangan dan dihargai sekitar Rp. 4.000,00/kg. Kemudian oleh pengepul bisa menjualnya dengan harga Rp. 25.000,00/kg ke pedagang besar.

Untuk pembentukan gubal gaharu umumnya masih menggunakan cara tradisioanal. Cara ini sangat mudah, praktis dan tidak membutuhkan banyak biaya. Waktu panen relatif singkat dan tidak membutuhkan keahlian khusus. Cukup dengan menancapkan paku atau mencacah dengan parang bagian batang pohon merupakan cara yang efektif untuk menghasilkan gaharu.

Pemanenan dilakukan bertahap dengan mengupas sedikit demi sedikit bagian batang yang warnanya sudah kehitaman. Selisih waktu panen berikutnya sekitar dua sampai tiga bulan

Dari Redaksi, …..Warta edisi ini menyajikan artikel yang lebih

kontemplatif. Karakteristik yang beragam dan orientasi pengelolaan yang holistik untuk dapat berdayaguna lebih cepat dan berkelanjutan, menuntut pendekatan pengelolaan HHBK secara simultan hulu-hilir. Beberapa artikel dalam warta kali ini melengkapi pendekatan itu.

Degradasi kawasan hutan adalah masalah utama kehutanan Indonesia. Penggunaan jenis-jenis HHBK untuk merehabilitasi kawasan hutan lindung sangat tepat, karena potensi pemanfaatan hasilnya secara lestari. Kriteria utama pemilihan jenis HHBK untuk rehabilitasi adalah struktur perakarannya. Pada halaman 1-3 disajikan cara sidik cepat karakteristik sistem perakaran dalam pemilihan jenis HHBK untuk pengendalian tanah longsor, dan beberapa contoh jenis HHBK yang direkomendasikan.

Illustrasi tentang upaya untuk mengelola kesuburan lahan kritis melalui pendaayagunaan serasah dan gulma sebagai sumber bahan organik, unsur hara, dan sekaligus peredam erosi dan degradasi lahan, disajikan paada halaman 9 -12. Peran dan fungsi serasah bagi tanah dan kemungkinan aplikasinya pada pengelolaan lahan kawasan KHDTK Nusa Penida, disajikan dengan cukup lengkap.

Perspektif pemanfaatan potensi keanekaragaman sumber daya spesies, seperti jenis-jenis mikroba endofit untuk menghasilkan HHBK inkonvensional dalam wujud antara lain, bahan farmaka dan senyawa berkhasiat obat, disajikan dengan menarik pada halaman 7 – 9. Memang, sampai saat ini pemanfatan mikroba endofit ini masih sangat minor pada pengembangan produksi HHBK; dan potensi kapang Fusarium spp termasuk yang paling banyak digali, khususnya terkait dengan rekayasa pembentukan gaharu pada jenis-jenis pohon inang Aquilaria spp dan Gyrinops spp

Akhirnya, beberapa informasi hasil penelitian tentang jenis-jenis pakan yang potensial bagi lebah Trigona sp dan masa berbungaannya di beberapa daerah sentra produksi madu lebah Trigona sp di Kabuipaten Lombok Utara, Lombok Timur dan Lombok Barat, disajikan pada halaman 4 -7. Teridentifikasi 60 jenis pohon dan tanaman pakan lebah Trigona sp ini, dengan masa pembungaan yang beragam sepanjang tahun, dan ditengarai berpengaruh kepada jumlah, rasa, warna, tekstur madu dan propolis yang dihasilkan.

Vol. 8 No. 3, September 2014

1

Oleh : Septiantina Dyah Riendriasari

Gambar 1. Pohon kayu bora di tepi pantai di Desa Hu'u

Kecamatan Hu'u, Dompu

Warta Balai Penelitian Teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu

DuabangaDuabanga

Keterangan : C-veg = karbon dari tegakan, C-so = karbon dari tanah, C-und = karbon dari tumbuhan bawah, C-nec = karbon dari seresah.

PendahuluanTrigona sp merupakan salah satu spesies dari genus Meliponini. Genus

Meliponini mempunyai ciri khas tidak mempunyai sengat sehingga memproduksi propolis untuk melindungi diri dan sarangnya. Propolis atau lem lebah merupakan suatu zat yang dihasilkan oleh lebah madu, dikumpulkan dari getah pucuk daun-daun yang muda untuk kemudian dicampur dengan air liurnya, digunakan untuk menambal dan mensterilkan sarang. (Ghisalberti, 1979). Propolis selain untuk menambal dan mensterilkan sarang, juga dapat menjaga suhu sarang tetap stabil dan untuk usaha mempertahankan diri dari serangan predator (Klaskarkorn, 2005). Predator atau pemangsa dalam bahasa indonesia mempunyai arti hewan yang memakan hewan lainnya untuk mempertahankan hidupnya (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2013). Hal itu diperkuat dengan pernyataan dari Vijayakumar, 2012 yang menyatakan bahwa pemangsa memakan mangsanya untuk mempertahankan hidupnya.

Pemangsaan terhadap propolis dan telur lebah Trigona sp ini terjadi di Pulau Lombok. Pengamatan ini dilakukan di wilayah pulau Lombok, tepatnya di 4 lokasi, yaitu di Desa Sigar Penjalin, Kec. Tanjung dan Desa Genggelang, Kec. Gangga, keduanya berada di Kab. Lombok Utara, Desa Lendang Nangka, Kec. Masbagik, Kab. Lombok Timur dan Desa Karang Bayan, Kec. Lingsar, Kab. Lombok Barat. Pengamatan dilakukan pada pagi hingga siang hari, yaitu pukul 9.00 WITA sampai pukul 12.00 WITA. Beragam lokasi, beragam juga jenis predator yang memangsa. Beberapa predator yang ditemukan sedang memangsa koloni lebah madu trigona di Pulau Lombok adalah Ayam (Gallus sp), Cicak (Hemidactylus sp), Laba-laba (Schizocosa sp), Semut (Lasius sp) dan Kumbang Kuning.

12

ISSN:1979-1372

DuabangaWarta Balai Penelitian Teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu

BPTHHBK

DuabangaDuabangaWarta Balai Penelitian Teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu

Majalah Duabanga merupakan media informasi ilmiah populer di bidang teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu di Indonesia

REDAKSI

Penanggung Jawab: Kepala Balai Dewan Redaksi: Ir. I Wayan Widhiana Susila, MP (Ketua), Anggota (Anggota).Redaksi Pelaksana: Kepala Seksi Data, Informasi dan Sarana PenelitianTata letak: Wawan DarmawanPenerbit: Balai Penelitian Teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu

Alamat : Jl. Darma Bakti No 7 - PO Box 1054, Ds. Langko Kec. Lingsar, Lombok Barat-NTB Telp. E-mail :

Website: http://bpthhbk.litbang.dephut.go.id/

Penelitian Teknologi Hasil Hutan Bukan KayuOgi Setiawan, S,Hut, M.Sc ( ), Cecep Handoko, S.Hut., M.Sc

0370-6175552, Fax 0370-6175482 [email protected]

Redaksi mengundang para peneliti, teknisi, praktisi dan pemerhati kehutanan untuk menulis tulisan ilmiah populer khususnya di bidang teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu dan

Kehutanan umum di seluruh Indonesia. Naskah tulisan sebanyak 500-1.000 kata dengan spasi ganda, font 12 dan ditulis dalam bahasa Indonesia. Dikirim hard copy dan soft copynya

disertai foto-foto yang berhubungan dengan isi tulisan. Naskah akan disunting oleh Dewan Redaksi tanpa mengubah maksud dan isi tulisan.

1

7

4

Predator Pengganggu Lebah Trigona spPredator Pengganggu Lebah Trigona sp

Jenis Pakan Trigona sp dan Musim Pembungaannya di LombokJenis Pakan Trigona sp dan Musim Pembungaannya di Lombok

Daftar Isi

9

Predator Pengganggu Lebah Madu Trigona sp

Seresah, Fungsi Dan Perannya Bagi Tanah Di KHDTK Nusa PenidaSeresah, Fungsi Dan Perannya Bagi Tanah Di KHDTK Nusa Penida

Potensi Mikroorganisme EndofitPotensi Mikroorganisme Endofit

Page 2: Backup of vol 8 des - balitbangtek_hhbk.orgbalitbangtek-hhbk.org/2020/01/unggah/file-publikasi/Vol...jenis-jenis pakan yang potensial bagi lebah Trigona sp dan masa berbungaannya di

Pemangsaan ayam terhadap koloni lebah Trigona sp ini dengan al, 2011). Beberapa cara pertahanan diri dari koloni trigona menurut cara mematuk trigona yang sedang berterbangan karena adanya Halcroft et al (2011) adalah mempertahankan keutuhan sarang dengan pemanenan propolis yang dilakukan oleh tim peneliti dari Balai menutup rapat dengan resin (dalam hal ini adalah propolis) Penelitian Teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu (BPTHHBK Mataram). merupakan salah satu cara ampuh dalam mengusir predator. Selain Pemanenan propolis trigona dilakukan di lantai tanah, perlu waktu itu, komunikasi dan umpan balik antar trigona yang berkomunikasi sekitar 5-10 menit agar koloni yang terganggu kembali ke lewat kepakan sayap, antena dan trophallaxis (komunikasi dengan sarangnya (stup). Pada saat anggota koloni kembali ke sarang memindahakn senyawa dari mulut ke mulut antar trigona) itulah ayam memangsa trigona yang akan masuk ke dalam stup memberikan informasi untuk mempertahankan sarang dari serangan melalui pintu sarang maupun di sekitar sarang/stup. Sampai saat ini predator. belum ditemukan pustaka yang menyatakan bahwa Gallus sp Pengamatan terhadap pertahanan sarang trigona dilakukan pada 24 merupakan salah satu jenis predator bagi trigona. stup sampel. Ketika stup dibuka, secara tidak langsung merusak Predator selanjutnya yang memangsa koloni lebah Trigona sp propolis yang terbentuk dan trigona akan berusaha untuk menutup adalah cicak (Hemydactylus sp), hal ini didukung oleh Vyas (2012) kembali kerusakan dengan membentuk propolis. Semakin banyak yang menyatakan bahwa seekor tokek (Hemidactylus flaviviridis) lubang dan kerusakan stup, maka semakin banyak propolis yang sedang memangsa sebagian kecil koloni Trigona iridipennis pada terbentuk agar tidak ada celah bagi predator melakukan invasi ke siang hari. Tokek ini menunggu di pintu keluar masuk sarang dari dalam sarang. Selain itu, stup/ sarang trigona diletakkan di tempat trigona dan mulai memangsa setiap ada beberapa kawanan lebah yang teduh dan digantung (tidak terkena sinar matahari langsung dan datang. Hal ini sama dengan yang ditemukan di Pulau Lombok, pola terhindarkan dari air hujan), dilakukan pembersihan rutin stup dari penyerangannya yaitu dengan cara menunggu lebah madu trigona predator (misal : sarang laba-laba dan sarang semut), untuk predator yang akan masuk ke dalam stup melalui pintu sarang, ketika kumbang biasanya dilakukan pengusiran dengan menggunakan lem memungkinkan cicak melakukan penyergapan. Cicak akan terdiam serangga yang diletakkan di dekat sarang, sehingga kumbang lama di dekat pintu masuk sarang, menunggu sampai ada trigona menempel di lem tersebut.yang terbang mendekati wilayah jangkauannya. Waktu berburu terlihat pada siang hari. DAFTAR PUSTAKAPredator selanjutnya adalah laba-laba. Laba-laba memangsa anggota koloni trigona dengan membuat jaring penjebak di sekitar Ghisalberti, E. L. 1979. Propolis: a review. Bee World. 60: 59–84.stup trigona, kemudian menunggu sampai ada mangsa trigona Halcroft, M., Robert, S. H., Peter, N. 2011. Behavioral defense yang terjebak. Ketika ada lebah trigona terjebak, maka akan strategies of the stingless bee, Austroplebeia australis, against dimangsa. Namun, terlihat juga jika laba-laba menghisap propolis the small hive beetle, Aethina tumida. Insectes Sociaux Journal. yang dibuat oleh lebah trigona yang kemudian akan membuat Vol 58: p 245-253lubang untuk menyerang koloni trigona. Hal ini didukung oleh Klaskarkorn, A. et al. 2005. New Record of Stingless Bees (Meliponini: Nogueira-Neto (1970) dalam Vijayakumar (2012) yang menyatakan Trigona) in Thailand. The Natural History Jouurnal of bahwa beberapa musuh alami dari lebah madu tak bersengat Chulalongkorn University, 5(1): 1-7.adalah laba-laba dan lalat baik dari genus (Diptera sp dan Phoridae Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2014. Diakses dari http://kbbi.web.id/ sp). pada tanggal 4 Februari 2014.

Vijayakumar, K., M, Muthuraman., and R, Jayaraj. 2012. Predation of stingless bees (Trigona iridipennis: Apidae, Meliponinae) by

Predator semut yang dimaksud adalah semut hitam. Semut hitam c e n t i p e d e ( S c o l o p e n d r a h a r d w i c k i : C h i l o p o d a : (Lasius sp) menyerang propolis dari trigona. Propolis merupakan Scolopendramorpha). International Journal of Advance Life pertahanan diri bagi trigona dan sarangnya. Ketika semut berhasil Sciences, 5(2): 156-159 memakan propolis dan berhasil masuk ke dalam sarang, maka Vyas, R. 2012. Notes on Interaction between Northern House Gecko terjadi invasi terhadap koloni dan biasanya koloni akan kabur Hemidactylus flaviviridis (Reptilia: Squamata) and Stingless Bee meninggalkan stup beserta isinya. (Trigona iridipennis) (Hymenoptera: Apidae: Meliponini). Russian Predator terakhir adalah kumbang kuning, kumbang kuning Journal of Herpetology, 19 (1)merupakan salah satu serangga yang menyerang propolis trigona International Journal of Advanced Life Sciences (IJALS) International terlebih dahulu, sebelum menyerang koloninya. Kumbang kuning Wattanachaiyingcharoen, W., and Touchkanin, J. 2007. First Record of berusaha untuk memakan propolis hingga berlubang dan the Predator, Pahabengkakia piliceps Miller, 1941 (Reduviidae, kemudian melakukan invasi ke dalam sarang. Jenis- jenis pemangsa Harpactorinae) in the Stingless Bee, Trigona collina Smith, 1857 Trigona sp sudah banyak diteliti dan diidentifikasi. Serangga jenis (Apidae, Meliponinae) in Thailand. The Natural History Journal of lain yang juga merupakan predator ditemukan oleh Chulalongkorn University, 7(1): 71-74 JWattanachaiyingcharoen (2007) yaitu serangga Pahabengkakia pillipes (Reduviidae, Harpactorinae) merupakan pemangsa bagi Trigona collina (Genus Meliponinae) di Thailand. Selain serangga, ditemukan juga kaki seribu (Scolopendra hardwicki) juga merupakan salah satu pemangsa dari Trigona iridipennis (Vijayakumar, et al. 2012).

Predator yang disebutkan diatas merupakan jenis hewan baik unggas maupun serangga, namun menurut Halfroct et al (2011) ada predator lain yang merupakan larva dari kumbang Aethina tumida Murray, adalah salah satu parasit dari koloni lebah madu dan sudah menjadi jenis yang invasif di Australia. Penyerangan terhadap koloni trigona terkadang berhasil terkadang juga tidak. Karena ketika stup mulai diserang, maka secara alami, trigona akan melakukan pertahanan diri (Halcroft et

Warta Balai Penelitian Teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu

DuabangaDuabanga

3

Warta Balai Penelitian Teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu

DuabangaDuabanga

Gambar 4. Buah nyamplung

2

Gambar 2. Sarang Lebah Pada Pohon

Gambar 1. Arsitektur akar yang dikemukakan oleh Yen (1987)

Warta Balai Penelitian Teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu

Pendahuluan Gaharu merupakan kayu bernilai tinggi dan

membantu perekonomian masyarakat. Jenis kayu yang tergolong hasil hutan bukan kayu ini selain terdapat di Indonesia, juga banyak di beberapa negara seperti Malaysia, Singapura, India, Thailand, dll. Di Indonesia sendiri, gaharu banyak terdapat di beberapa daerah, salah satunya di Provinsi Nusa Tenggara Barat, seperti di Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa khususnya di daerah Bima.Mengapa gaharu begitu diminati. Tidak semua orang mengerti dan mengenal gaharu secara keseluruhan. Penduduk lokal pun tidak paham mengenai fungsi gaharu. Kayu ini menjadi berarti bagi orang Bima ketika warga pendatang mulai ramai-ramai mencari dan memburu gaharu. Fenomena tersebut menjadi daya tarik tersendiri oleh masyarakat Bima untuk memulai usaha gaharu.

Perlunya Pelestarian Populasi Gaharu

Dilihat dari hasil gaharu yang menjanjikan dan banyaknya

permintaan yang semakin tinggi berdampak pada tingginya perburuan gaharu yang tumbuh secara alami. Dengan kondisi tersebut, tidak menutup kemungkinan bahwa yang tersebar di hutan alam akan punah dalam waktu singkat. Masalah tersebut menjadi dorongan tersendiri bagi masyarakat peminat gaharu untuk membudidayakan kembali pohon gaharu dalam memulai usaha gaharu, seperti pembibitan, penanaman, sampai dengan usaha pembentukan gubal gaharu.

Untuk pembentukan gubal gaharu umumnya masih menggunakan cara tradisioanal. Cara ini sangat mudah, praktis dan tidak membutuhkan banyak biaya. Waktu panen relatif singkat dan tidak membutuhkan keahlian khusus. Cukup dengan menancapkan paku atau mencacah dengan parang bagian batang pohon merupakan cara yang efektif untuk menghasilkan gaharu.

Pemanenan dilakukan bertahap dengan mengupas sedikit demi sedikit bagian batang yang warnanya sudah kehitaman. Selisih waktu panen berikutnya sekitar dua sampai tiga bulan tergantung warna yang terlihat.Dilihat dari gaharu yang dihasilkan memang lebih sedikit dari bagian batang. Terkadang terjadi pembusukan pada bagian yang dipaku/dicacah. Kelebihan dari cara ini adalah dapat dipanen secara rutin dalam waktu dua sampai tiga bulan setelah diperlakukan.

Pascapanen dan Pemasaran

Di Desa Wawo Maria misalnya, terdapat tanaman gaharu Kurangnya perhatian oleh pemerintah dalam penanganan yang tumbuh di pekarangan rumah warga. Hampir di pascapanen dan pemasaran berdampak pada setiap pekarangan terdapat pohon gaharu. Sebaran terhambatnya produksi dan kurangnya minat masyarakat gaharu di setiap rumah sangat beragam jumlahnya, mulai untuk berbisnis gaharu. Sejauh ini masyarakat cenderung dari empat pohon sampai sepuluh pohon di setiap menyalurkannya lewat tengkulak/pengepul di tingkat pekarangan rumah. desa dengan harga yang sangat murah.Masyarakat tidak Pembentukan gaharu secara tradisioanalmengenal kelas atau kualitas, semuanya dianggap sama. Gaharu yang mereka peroleh hanya berkualitas dan kelas Di Desa Wawo Maria misalnya, terdapat tanaman gaharu mutu kemedangan dan dihargai sekitar Rp. 4.000,00/kg. yang tumbuh di pekarangan rumah warga. Hampir di Kemudian oleh pengepul bisa menjualnya dengan harga setiap pekarangan terdapat pohon gaharu. Sebaran Rp. 25.000,00/kg ke pedagang besar.gaharu di setiap rumah sangat beragam jumlahnya, mulai

dari empat pohon sampai sepuluh pohon di setiap pekarangan rumah.

Mengenal Gaharu Asal BimaOleh :

MansyurBalai Penelitian Teknologi Hasil Hutan Bukan kayu

Jln. Dharma Bhakti No. 07, PO-Box 1054, Ds. Langko, Kec. Lingsar, Kab. Lombok Barat, NTB

Page 3: Backup of vol 8 des - balitbangtek_hhbk.orgbalitbangtek-hhbk.org/2020/01/unggah/file-publikasi/Vol...jenis-jenis pakan yang potensial bagi lebah Trigona sp dan masa berbungaannya di

45

Gambar 7. Akar nyamplungGambar 6. Alur proses pembuahan

Oleh :

Rubangi Al Hasan

Warta Balai Penelitian Teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu

DuabangaDuabangaWarta Balai Penelitian Teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu

DuabangaDuabanga

11.1. Kehutanan melakukan reboisasi Monggal 1 (1980/1981) dan proyek reboisasi Monggal 2 (1983/1983). Selain itu, Pemerintah

Dalam peta kehutanan, hutan di Rempek masuk dalam Daerah NTB juga melakukan program kopi penyangga di kelompok Hutan Gunung Rinjani (RTK-1). Wilayah ini masuk bawah tegakan hutan. Sistem bagi hasil yang dilakukan yaitu dalam kawasan hutan produksi. Adapun kebijakan yang petani memberikan 50 persen keuntungan kepada terkait dengan sejarah dari keberadaan kawasan ini yaitu Pemerintah Daerah. Proyek Monggal (1 dan 2) banyak sebagai berikut (Mukarom, 2013): melibatkan tenaga kerja dari luar desa Rempek. Pekerja yang 1) Ditunjuk Gubernur Jenderal Hindia Belanda sbg hutan bekerja untuk proyek Monggal 2 inilah yang mengusulkan tutupan No: 1-Sub I tgl 9-9-1929. sertifikat atas lahan yang mereka garap. Sementara itu 2) Tata batas luar tahun 1937-1939, dengan berita masyarakat Rempek merasa tidak adil, karena sertifikat yang disyahkan Pemerintah Belanda tahun 1941. dikeluarkan oleh BPN lebih menguntungkan masyarakat luar 3) Gubernur Hindia Belanda menetapkan sebagian (Huzaini, 2002).menjadi kawasan Suaka Margasatwa dengan luas 41.330 Ha, 1. Resolusi Konflik sesuai SK GB. No. 15 STBL No: 77 tanggal 17-3-1941.4) Dewan Pemerintah Daerah Lombok menyerahkan Untuk mengatasi konflik yang sudah berlangsung lama, tanah GG di resort kedistrikan Bajan kepada jawatan berbagai pihak seperti kehutanan, BPN dan masyarakat kehutanan sesuai kep no. 433/agr-i/6/497 tanggal 12 berusaha agar konflik tidak berlarut larut. Penyelesaian November 1954. konflik yang dilakukan antara lain yaitu:5) Tanah GG (kawasan rempek-sidutan-bayan) tersebut 1.1. BPNditata batas Tahun 1957 tercatat seluas 6.250 ha, sehingga luas total definitif kh. Gunung Rinjani menjadi 125.200 ha. Berdasarkan wawancara dengan staf BPN, dalam 6) Tata batas fungsi sesuai Tata Guna Hutan Kesepakatan penanganan kasus Rempek, BPN sekarang lebih berhati-hati Kepmentan 756/Kpts/Um/X/1982 dalam menerbitkan sertifikat di sekitar kawasan hutan. BPN 7) Penunjukan Menhut No. 280/Kpts-IV/1997 perubahan memiliki dasar dalam penerbitan sertifikat untuk wilayah fungsi Suaka Margasatwa menjadi Taman Nasional Gunung sekitar hutan salah satunya adalah data peta kawasan hutan. Rinjani dengan luas 41.330 Ha. BPN melakukan kerjasama dengan Pihak Kehutanan 8) SK Menhutbun No 244/Kpts-II/1999 sebagian HL di terutama untuk mensinkronkan peta kawasan. Data peta Sesaot menjadi TAHURA 3.155 Ha. kawasan hutan yang akurat digunakan untuk menjadi dasar 9) Penunjukan kawasan hutan tetap sesuai Keputusan dalam pemberian sertifikat pada masyarakat sekitar hutan. Menhutbun Nomor 418/Kpts-II/1999. 1.2. Kementerian Kehutanan10) Kesepakatan Pemerintah Provinsi/Kabupaten dalam Peta Pembentukan KPH NTB Kementerian Kehutanan telah melakukan berbagai langkah 11) Penunjukan sebagai kawasan hutan sesuai Keputusan untuk menyelesaikan konflik. Pada Tahun 1995 setelah Menhut No.SK.598/Menhut-II/2009. turunnya Keputusan Menteri Kehutanan No 622/KPTS-II/1995 12) K e p u t u s a n M e n t e r i K e h u t a n a n tentang Kebijakan Hutan Kemasyarakatan dan diperkuat SK.337/Menhut/VII/2009 dan SK.785/Menhut-II/2009. dengan ketetapan Kanwil Kehutanan dengan menetapkan Tentang Peta Penetapan Wilayah KPH NTB Hutan Kemasyarakatan (HKm) di wilayah Hutan Rempek 13) Peta Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi NTB Monggal untuk melaksanakan HKm. Akan tetapi, masyarakat PERDA NTB No. 3 Tahun 2010 Rempek menolak program tersebut. Hingga pada Tahun

2009 setelah dikelola oleh Kesatuan Pengeloalaan Hutan 1.2. Masyarakat (KPH) Rinjani Barat, program baru yang bernama

“kemitraan” digulirkan. Rempek menjadi model dari Keberadaan hutan di Rempek tidak bisa dilepaskan dari program kemitraan. Berdasarkan Permenhut No 39 Tahun masyarakat sekitarnya. Masyarakat memiliki pengaruh 2013 maksud pemberdayaan masyarakat melalui Kemitraan sekaligus dipengaruhi oleh hutan di sekitar mereka. Sejarah Kehutanan yaitu untuk mengembangkan kapasitas dan menunjukan bahwa, pada mulanya masyarakat Rempek memberikan akses masyarakat setempat dalam rangka menggunakan hutan sebagai tempat berladang. kerjasama dengan Pemegang Izin pemanfaatan hutan atau Kekhawatiran rusaknya lingkungan akibat kegiatan Pengelola Hutan, Pemegang Izin usaha industri primer hasil berladang yang dilakukan masyarakat membuat Pemerintah hutan, dan/atau Kesatuan Pengelolaan Hutan wilayah Hindia Belanda menetapkan kawasan hutan dalam bentuk tertentu untuk meningkatkan kemandir ian dan lindung dan produksi. Kemudian setelah merdeka, kesejahteraan masyarakat setempat. masyarakat menanam berbagai tanaman kehutanan melalui Sementara itu, tujuan pemberdayaan masyarakat melalui program rebosisasi yaitu sekitar tahun 1970. Tanaman yang Kemitraan Kehutanan adalah terwujudnya masyarakat ditanam antara lain mahoni, lamtoro, akasia. Pada saat itu setempat untuk mendapatkan manfaat secara langsung, masyarakat Rempek dilibatkan untuk menjadi tenaga kerja. melalui penguatan kapasitas dan pemberian akses, ikut serta Karena untuk kebutuhan hutan penyangga yaitu untuk dalam mewujudkan pengelolaan hutan lestari, dan secara mengatur tataguna air, pada Tahun 1979 pengelola hutan bertahap dapat berkembang menjadi pelaku ekonomi yang waktu itu meminta masyarakat yang sebelumnya menggarap tangguh, mandiri, bertanggung jawab dan profesional.lahan untuk keluar. Untuk program tersebut, kehutanan 1.3. Masyarakat

Pendahuluan permukiman seluas 640,30 Ha dan 46,02 Ha. Luas hutan Menurut Kolers (2009) tanah memiliki tiga nilai dasar. produksi yaitu 1.100 Ha. Desa ini juga memiliki tanah

Pertama tanah sebagai tempat tinggal dimana rumah dan perkebunan seluas 2.509,65 Ha. Sedangkan tanah fasilitas bangunan lainnya berada diatasnya. Kedua tanah umum yang berupa tanah kas desa seluas 1 Ha, tanah menghasilkan berbagai kebutuhan yang diperlukan tubuh lapangan seluas 0,50 Ha, tanah perkantoran pemerintahan manusia untuk tetap bertahan hidup. Ketiga tanah mengatur seluas 0,23 Ha dan tanah lain-lain seluas 2,30 Ha. sistem bumi misalnya siklus nitogen dan karbon, serta 1. Pihak yang terlibatpemurnian dan penyimpanan air. Di Pulau Lombok secara umum yang sebagian besar masyarakatnya hidup dari sektor Pihak yang terlibat dalam konflik tenurial di Rempek yaitu pertanian, kepemilikan tanah turut menentukan status masyarakat, Badan Pertanahan Nasional dan kehutanan. seseorang, semakin banyak tanah yang dimiliki maka status Masing-masing pihak memiliki peran dan kepentingannya sosial dalam masyarakat akan semakin meningkat. Begitu dalam konflik tersebut yang antara lain :bernilainya tanah dalam sistem masyarakat pertanian 1.1. Badan Pertanahan Nasional (BPN)m e n d o r o n g p e t a n i c e n d e r u n g b e r u s a h a u n t u k mempertahankan tanah yang dikelola agar tetap memberi BPN adalah lembaga pemerintah yang mengurusi bidang keuntungan. Namun dalam perkembangannya, pengelolaan sertifikat pertanahan. Tugas tersebut memberi wewenang tanah menjadi masalah besar disejumlah daerah. kepada BPN memberikan sertifikat hak milik tanah dan Salah satu daerah yang memilik masalah dalam pengelolaan bangunan kepada masyarakat atau lembaga. Keterlibatan pertanahan misalnya di Rempek Kecamatan Gangga yang dilakukan oleh BPN dalam kasus Rempek yaitu pada Kabupaten Lombok Utara. Daerah ini terdapat di wilayah tahun 1983 dan 1984 ketika itu BPN dengan program PRONA pengelolaan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Rinjani Barat menerbitkan sertifikat tanah di lokasi yang masih tumpang yang berstatus sebagai hutan produksi. Tuntutan tindih antara lahan milik masyarakat dengan kawasan hutan. masyarakat tidak lagi pada pengelolaan tetapi pada Selain itu sertifikat yang diterbitkan oleh BPN kurang kepemilikan tanah. Di daerah konflik tersebut telah terdapat mengakomodir masyarakat lokal seperti terlihat dari pemilik beberapa bangunan permanen seperti tempat ibadah, rumah sertifikat PRONA yaitu warga desa lain dimana sebelumnya penduduk dan sekolah dasar. mereka pekerja yang bekerja untuk program reboisasi Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengatasi konflik kehutanan. Sementara itu warga yang sebelumnya mengolah tersebut. Badan Pertanahan Nasional (BPN) dan Instansi lahan di lokasi PRONA tidak mendapat jatah sertifikat Kehutanan telah sepakat untuk kerjasama dalam penerbitan (Huzaini, 2002). Berdasarkan pengakuan dari pihak BPN hal sertifikat yaitu jika ada upaya dari masyarakat untuk tersebut karena ketiadaan data yang akurat. Pada saat itu membuat sertifikat tanah di wilayah Rempek untuk BPN sudah berusaha untuk meminta data kawasan kepada disesuaikan dengan peta kawasan hutan. Selain itu, kehutanan akan tetapi pihak kehutanan tidak memiliki data Kementerian Kehutanan tengah melakukan program yang lengkap terkait hal tersebut.kemitraan di Rempek, yaitu program pemberdayaan kepada masyarakat yang berada di pinggiran hutan. Permasalahan, aktor yang terkait dan penyelesaian yang dilakukan dalam penanganan permasalahan di wilyah Rempek akan diuraikan dalam tulisan ini.1. Gambaran Desa RempekDesa Rempek adalah salah satu desa di Kecamatan Gangga, Kabupaten Lombok Utara. Berdasarkan data monografi desa, jarak Desa Rempek dengan kota kecamatan kurang lebih 11 Km, sedangkan jarak desa dengan ibukota kabupaten kurang lebih 20 Km. Jumlah penduduk desa ini pada Tahun 2009 sebanyak 8.416 jiwa yang terdiri dari laki-laki sebanyak 4.178 jiwa dan jumlah perempuan sebanyak 4.238 jiwa. Dimana terdapat sebanyak 2.094 rumah tangga.Desa ini memiliki sawah seluas 305 Ha yang terdiri dari sawah irigasi teknis seluas 160 Ha dan sawah irigasi setengah teknis seluas 145 Ha. Luas tanah kering yaitu berupa tegal dan

Oleh : Yumantoko

AnalisisKonflikTenurial Di Rempek

Page 4: Backup of vol 8 des - balitbangtek_hhbk.orgbalitbangtek-hhbk.org/2020/01/unggah/file-publikasi/Vol...jenis-jenis pakan yang potensial bagi lebah Trigona sp dan masa berbungaannya di

DAFTAR PUSTAKA Jarak Pagar Sumber Biodiesel. LIPI Press. JakartaAnonim. 2010. http://www.jakarta.go.id/. Diakses tanggal 9 Mahani., A. K. Rokim., N. Nunung. 2011. Keajaiban Propolis

Januari 2014 Trigona. Pustaka Bunda. DepokAnonim. Diakses dari www.depkes.go.id pada tanggal 23 Popic, T. J., M. W. Glenda, M. W., and C. D. Yvonne. 2013.

Desember 2013 Flower-visitor networks only partially predict the Bankova, V. S., S. L. D. Castro., and M. C. Marcucci. (2000). function of pollen transport by bees. Austral Ecology

Propolis: Recent Advances In Chemistry And Plant Journal. 38(1), 76–86Origin. Apidologie, 31(1), 3-15 Purnomosidhi, P., Suparman., M. R. James, dan

Chooi, O. H. 2004. Buah: Khasiat Makanan & Ubatan. Utusan Mulawarman. 2002. Perbanyakan Dan Budidaya Publications and Distribution Sdn Bhd. Kuala Lumpur Tanaman Buah-buahan Dengan Penekanan Pada

Djumena, E. 2014. Sekali Panen Untung Rp 60 Juta. Artikel di Durian, Mangga, Jeruk, Melinjo, dan Sawo. Pedoman K o m p a s . D i u n d u h d a r i w e b s i t e Lapang. International Centre for Research in http://bisniskeuangan.kompas.com/ pada tanggal 9 Agroforestry (ICRAF) dan Winrock International. Januari 2013 Bogor, Indonesia. 41 p.

Ghisalberti, E. L. 1979. Propolis: a review. Bee World. 60: Riendriasari, S. D., Krisnawati., E. Kurniawan. 2013. Teknik 59–84 Produksi Propolis Lebah Madu Trigona sp di NTB.

Handoko, C., R. Wahyuni., Krisnawati., L. Anggadhania., Laporan Hasil Penelitian. Balai Penelitian Teknologi Ramdiawan. 2011. Pengaruh Stress Lingkungan Has i l Hutan Bukan Kayu. Mataram. T idak Terhadap Pertumbuhan Reproduktif Dan Daya dipublikasikanTumbuh Benih Nyamplung Di Bali. Laporan Hasil Roubik, D. W., M, Aluja. 1983. Flight Range of Mellipona and Penelitian. Balai Penelitian Teknologi Hasil Hutan Trigona in Tropical Forest.. Journal of The Kansas Bukan Kayu. Mataram. Tidak dipublikasikan Entomological Society 56 (2) pp 217-222

Heriyanto, N.M. dan Zuraida. 2005. Kajian beberapa aspek Siregar, H. C. H., Asnath, M. F., Yuke, O. 2011. Propolis Madu ekologi pohon kedawung (Parkia roxburghii G.Don.) di Multikhasiat. Penebar Swadaya. DepokTaman Nasional Meru Betiri, Jawa Timur. Jurnal Soedjito. 2008. Budidaya Jambu Merah. Percetakan Penelitian Hutan dan Konservasi Alam (II) (2): 157-166. Kanisius. JogjakartaPusat Penelitian dan Pengembangan Konservasi dan Trubus. 2010. Propolis Dari Lebah Tanpa Sengat, Cara Ternak Rehabilitasi. Bogor Dan Olah. PT. Trubus Swadaya. Jakarta

Kementr ian L ingkungan Hidup. F lora Identitas Wati, D. L. 2013. Aktivitas Terbang Harian dan Mencari Polen Kabupaten/Kota diProvinsi Jawa Tengah. Diakses dari Trigona laeviceps Smith di Perkebunan Karet (Hevea website http://bk.menlh.go.id/ pada tanggal 9 Januari braziliensis) dan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis). 2014 Skripsi. Departemen Biologi. Fakultas Matematika dan

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. 2006. Budidaya Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.

6

DuabangaDuabangaDuabangaDuabanga

7

Warta Balai Penelitian Teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu

DuabangaDuabanga

Gambar 10. Ruangan kedap

Warta Balai Penelitian Teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu

PENDAHULUAN disebut mikroorganisme endofit (Strobel dan Daisy, 2003). Kata Indones ia termasuk negara dengan t ingkat "endofit" paling sering didefinisikan sebagai organisme yang

keanekaragaman hayati yang sangat tinggi, ditandai dengan infeksinya tidak mencolok. Jaringan inang terinfeksi secara ekosistem, jenis dalam ekosistem, dan plasma nutfah (genetik) sementara tanpa gejala, sedangkan kolonisasi mikroorganisme yang berada di dalam setiap jenisnya. Keanekaragaman hayati endofit dapat dibuktikan intern (Stone et al., 2000). yang tinggi tersebut merupakan kekayaan alam yang dapat Mikroorganisme endofit yang dapat ditemukan hampir di memberikan beragam manfaat, baik di masa kini maupun masa seluruh tanaman yang ada di dunia mampu menghasilkan yang akan datang (Suhartini, 2009). Keanekaragaman hayati sejumlah besar zat potensial yang dapat digunakan untuk digolongkan menjadi tiga tingkat, yaitu : keanekaragaman pengobatan modern, pertanian dan industri. Beberapa contoh genetik, keanekaragaman komunitas, dan keanekaragaman hasil dari pemanfaatan mikroorganisme endofit setelah melalui spesies yang mencakup semua spesies di bumi yang terdiri dari t a h a p i s o l a s i , p e m e l i h a r a a n , p e m u r n i a n , d a n tumbuhan, hewan, serta mikroorganisme. (Suhartini, 2009). karakterisasi/identifikasi antara lain adalah antibiotik baru,

Mikroorganisme yang tinggal pada jaringan hidup dari antimycotics, imunosupresan, dan senyawa antikanker tanaman inang dan memiliki hubungan yang berbagai macam, (Strobel dan Daisy, 2003). dari hubungan secara simbiosis sampai hampir patogenik

PENUTUP1.1. Masyarakat

Berdasarkan Survey yang dilakukan di Desa Rempek dengan mengambil sampel sebanyak 99 orang responden didapat keinginan masyarakat terkait penyelesaian konflik tenurial di wilayah Rempek seperti disajikan pada table 1.Tabel 1. Alternatif solusi yang ditawarkan responden terkait permasalahan di Rempek

d

(1999) yang mengkonfirmasi bahwa propolis yang dihasilkan oleh lebah berhubungan dengan vegetasi yang menjadi pakan lebah yang ada di sekitarnya. Pada intinya, trigona tidak akan kekurangan pakan, pakan akan selalu tersedia sepanjang waktu dengan mengkonsumsi nektar dari bunga rumput yang berbunga sepanjang tahun dan getah dari tanaman yang selalu tersedia.

ari tiang, dan seterusnya. Ketersediaan nektar sesuai dengan musim pembungaan tanaman, sedangkan untuk getah tersedia sepanjang tahun tanpa dipengaruhi oleh musim pembungaannya. Hal ini didukung oleh Bankova et al.

Potensi Mikroorganisme Endofit

Oleh : YMM. Anita Nugraheni

Alternatif solusi yang ditawarkan responden

Pelaksanaan program yang berpihak pada masyarakat

Sosialisasi, pembinaan dan pendampingan kepada masyarakat

Keseriusan dalam penanganan pengusaha kayu illegal dan illegal logging

Komunikasi, diskusi dan kerjasama antar pemerintah, baik pusat maupun daerah dengan masyarakat

Penerbitan ijin garap

Page 5: Backup of vol 8 des - balitbangtek_hhbk.orgbalitbangtek-hhbk.org/2020/01/unggah/file-publikasi/Vol...jenis-jenis pakan yang potensial bagi lebah Trigona sp dan masa berbungaannya di

DuabangaDuabangaDuabangaDuabangaWarta Balai Penelitian Teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu

DuabangaDuabanga

8 9

Warta Balai Penelitian Teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu

Mikroorganisme endofit telah diteliti oleh beberapa peneliti, dan diketahui sebagai produsen produktif senyawa antimikroorganisme. Fusarium spp. adalah spesies yang paling umum dimanfaatkan di antara mikroorganisme endofit dari tanaman obat sebagai sumber potensial produsen senyawa bioaktif. Morfologi Fusarium spp. dapat dilihat pada Gambar 5. Senyawa antimikroorganisme seperti penta-ketide (CR377: 2-Methylbutyraldehyde-tersubstitusi-α-pyrone), beauvericin, subglutinol A dan B diisolasi dari Fusarium spp; endofit tanaman Selaginella pallescens, Cinnamomum kanehirae, dan Tripterygium wilfordii. Senyawa ini menunjukkan aktivitas antimikroorganisme yang kuat terhadap C. albicans, dan methicillin-resisten S. Aureus (Sean dan Jon, 2000; Lee et al., 1995, Wang et al., 2011).

Di Indonesia, berdasarkan hasil penelitian Kumala et al. (2006), fungi endofit yang diisolasi dari Brucea javanica yang tumbuh di Jawa Barat, diketahui mampu memproduksi komponen yang memiliki aktivitas a

Gambar 5. Fusarium spp., salah satu mikroorganisme sumber potensial senyawa bioaktif

Pendahuluan untuk membudidayakan kembali pohon gaharu dalam Gaharu merupakan kayu bernilai tinggi dan memulai usaha gaharu, seperti pembibitan, penanaman,

membantu perekonomian masyarakat. Jenis kayu yang sampai dengan usaha pembentukan gubal gaharu.tergolong hasil hutan bukan kayu ini selain terdapat di Indonesia, juga banyak di beberapa negara seperti Malaysia, Singapura, India, Thailand, dll. Di Indonesia sendiri, gaharu banyak terdapat di beberapa daerah, salah satunya di Provinsi Nusa Tenggara Barat, seperti di Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa khususnya di daerah Bima.Mengapa gaharu begitu diminati. Tidak semua orang mengerti dan mengenal gaharu secara keseluruhan. Penduduk lokal pun tidak paham mengenai fungsi gaharu. Kayu ini menjadi berarti bagi orang Bima ketika warga pendatang mulai ramai-ramai mencari dan memburu gaharu. Fenomena tersebut menjadi daya tarik tersendiri oleh masyarakat Bima untuk memulai usaha gaharu.

Perlunya Pelestarian Populasi Gaharu

Dilihat dari hasil gaharu yang menjanjikan dan banyaknya permintaan yang semakin tinggi berdampak pada tingginya perburuan gaharu yang tumbuh secara alami. Dengan kondisi tersebut, tidak menutup kemungkinan bahwa yang tersebar di hutan alam akan punah dalam waktu singkat. Masalah tersebut menjadi dorongan tersendiri bagi masyarakat peminat gaharu

Di Desa Wawo Maria misalnya, terdapat tanaman gaharu yang tumbuh di pekarangan rumah warga. Hampir di setiap pekarangan terdapat pohon gaharu. Sebaran gaharu di setiap rumah sangat beragam jumlahnya, mulai dari empat pohon sampai sepuluh pohon di setiap pekarangan rumah.

Pembentukan gaharu secara tradisioanal

Di Desa Wawo Maria misalnya, terdapat tanaman gaharu yang tumbuh di pekarangan rumah warga. Hampir di setiap pekarangan terdapat pohon gaharu. Sebaran gaharu di setiap rumah sangat beragam jumlahnya, mulai dari empat pohon sampai sepuluh pohon di setiap pekarangan rumah.

Mengenal Gaharu Asal Bima

Oleh : Mansyur

Balai Penelitian Teknologi Hasil Hutan Bukan kayu Jln. Dharma Bhakti No. 07, PO-Box 1054, Ds. Langko, Kec. Lingsar, Kab. Lombok Barat, NTB

Page 6: Backup of vol 8 des - balitbangtek_hhbk.orgbalitbangtek-hhbk.org/2020/01/unggah/file-publikasi/Vol...jenis-jenis pakan yang potensial bagi lebah Trigona sp dan masa berbungaannya di

struktur tanah, sehingga sangat berperan dalam mengurangi erosi. Hasil penelitian Handayani (2011) menyatakan bahwa semakin banyak seresah yang diberikan maka limpasan dan erosi yang terjadi s e m a k i n m e n u r u n , y a i t u d e n g a n penambahan seresah setebal 1mm mampu menurunkan limpasan permukaan sebesar 0,0428 mm (4,28 %) dan erosi sebesar 0,0147 ton.ha-1 (1,47 %). Oleh karena itu seresah menjadi sangat penting bagi lahan-lahan yang berpotensi terjadi erosi seperti lahan di KHDTK Nusa Penida. Fungsi seresah bagi pertumbuhan tanaman berhubungan dengan persediaan unsur hara di dalam tanah. Unsur hara tanaman merupakan unsur yang dibutuhkan tumbuhan untuk proses metabolisme dan pertumbuhannya. Terdapat 16 unsur yang merupakan unsur hara esensial yaitu C, H, O, N, S, P, K, Ca, Mg, yang diperlukan dalam jumlah banyak atau makro, sedangkan Fe,

Mn, B, Mo, Cu, Zn, dan Cl diperlukan dalam jumlah mikro atau sedikit (Munawar, 2011). Penyerapan unsur hara Seresah Dan Fungsinya Bagi Tanah Dan Tanaman tanaman dapat diperoleh dari udara dan dari dalam tanah ataupun dari keduanya. Menurut Hardjowigeno(1987) Seresah adalah sisa organ-organ tumbuhan baik itu unsur C dan O diserap tanaman dari udara melalui daun, berupa daun, batang, buah, ranting dan lain-lain yang jatuh sedangkan yang lainnya dari tanah. Beberapa unsur yang terakumulasi ditanah. Serasah dapat berbentuk bahan diperoleh dari udara maupun tanah diantaranya unsur S segar ataupun yang telah berubah menjadi bahan kering. dan N (Rusmarkam dan Yuwono, 2002) serta unsur H Secara umum seresah mempunyai dua fungsi yaitu fungsi (Hardjowigeno, 1987). bagi tanah dan fungsi terhadap pertumbuhan tanaman.

Unsur hara dalam tanah dapat berasal dari proses Fungsi seresah bagi tanah berhubungan dengan sifat dan pelapukan batuan induk maupun dari mineralisasi bahan pembentukan tanah. Menurut Buckman dan Brady (1982) organik tanah. Misalnya unsur K yang berasal dari salah satu komponen utama penyusun tanah adalah bahan pelapukan mineral feldpar dan mika, unsur P dari mineral organik, sedangkan bahan organik terbentuk dari apatit dan Ca dari mineral batu kapur (Munawar, 2011). pelapukan sisa-sisa tumbuhan atau seresah dan dari Proses mineralisasi bahan organik tanah merupakan hewani. Seresah yang telah terdekomposisi atau bahan rangkaian dari kegiatan dekomposisi seresah yang ada organik mempunyai pengaruh terhadap sifat tanah yaitu ditanah. Menurut Smith (1980) dalam Raharjo (2006) sebagai granulator terhadap strukutur tanah, dan dekomposisi merupakan proses fragmentasi, perubahan meningkatkan kemampuan tanah dalam menahan air serta struktur fisik dan kegiatan enzim yang dilakukan oleh unsur hara (Hardjowigeno, 1987). Lebih lanjut dekomposer untuk merubah bahan organik menjadi Hardjowigeno menjelaskan bahwa struktur tanah adalah anorganik. Proses fragmentasi atau perubahan struktur gumpalan kecil dari butir-butir tanah yang salah satu tumbuhan dilakukan oleh makrofauna tanah seperti pengikatnya adalah bahan organik. Sedangkan serangga herbivora dan siput. Hasil akhir berupa feases kemampuan menahan air dan unsur hara yang tinggi yang dirombak lagi oleh mesofauna atau makrofauna dikarenakan bahan organik memiliki beberapa gugus aktif pemakan kotoran seperti cacing untuk menghasilkan yaitu gugus karboksil sehingga mengakibatkan kapasitas feases, kemudian mikroorganisme seperti bakteri akan tukar kationnya cukup tinggi. merombaknya lagi dan melalui proses mineralisasi Pada kegiatan konservasi tanah dan air, seresah atau dihasilkan unsur hara tanaman (Barges dan Raw, 1976 pemanfaatannya melalui mulsa mampu berperan dalam Rahmawaty, 2000). Salah satu contoh proses mengurangi tekanan air hujan terhadap tanah, mengurangi mineralisasi bahan organik adalah mineralisasi unsur N-kecepatan dan jumlah aliran permukaan, serta mengurangi organik berupa asam amino menjadi N-inorganik penguapan air dari tanah(evaporasi) (Arsyad, 2010). Selain berupa NH4+ dan NO3- melalui proses amonifikasi dan itu Arsyad juga menjelaskan bahwa dalam proses nitrifikasi yang dilakukan oleh jamur dan bakteri dekomposisi seresah akan terbentuk senyawa-senyawa (Munawar, 2011). oleh mikroba yang dapat meningkatkan kemantapan

DuabangaDuabangaDuabangaDuabangaWarta Balai Penelitian Teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu

DuabangaDuabangaWarta Balai Penelitian Teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu

11

(a) Kondisi pembatas lahan (b) Peran seresah bagi lahan

Gambar 9. Ilustrasi peran seresah bagi lahan di KHDTK Nusa penida

Gambar 7. Kondisi tanah di Nusa Penida yang dangkal dan berbatu (Kanan)

Gambar 8. Seresah mimba yang jatuh ke tanah di KHDTK Nusa Penida

Gambar 6. Kondisi topografi KHDTK Nusa penida (kiri)

Salah satu kelebihan dekomposisi bahan organik adalah kandungan unsur hara yang dihasilkan cukup lengkap meskipun jumlahnya tak tentu dan relatif kecil (Rusmarkam dan Yuwono, 2002). Namun demikian terdapat dua unsur yang perlu diperhatikan berkaitan dengan keberadaan sisa tumbuhan didalam tanah yaitu unsur C (karbon) dan N (Nitrogen). Menurut Buckman dan Brady (1982) prosentase terbesar penyusun berat kering jaringan tumbuhan adalah karbon 44%, sedangkan bahan-bahan mineral seperti nitrogen, sulfur, kalium dll tergabung dalam abu dengan prosentase sebesar 8%. Masih menurut Buckman dan Brady bahwa prosentase terbesar bahan mineral dalam abu adalah unsur N (nitrogen). Penelitian Bollard (1955) dalam Kramer dan Kozlowski (1960) menyatakan bahwa elemen mineral terbesar yang ditemukan dalam daun kering tanaman adalah nitrogen sekitar 20000ppm. Selain itu menurut Munawar (2011) rasio antara C dan N dapat digunakan sebagai indikator ketersediaan N bagi tanaman dan tingkat laju dekomposisi

C/N rasio diatas 30 berpotensi terjadinya imobilisasi N, seresah di tanah. Selanjutnya Munawar menjelaskan sehingga diperlukan proses dekomposisi terlebih dahulu bahwa dengan C/N rendah seresah akan mudah agar seresah mimba dapat menghasilkan unsur N yang terdekomposisi sehingga N cepat tersedia bagi tanaman, berguna bagi tanaman di KHDTK Nusa penida.sedangkan j ika C/N t inggi seresah lebih sul it

Kandungan unsur N dan C tanah di Nusa Penida terdekomposisi. Unsur N hasil dekomposisi yang rendah adalah sekitar 0,26% dan 1,88% serta berat jenis tanahnya akan mengakibatkan persaingan tanaman dan mikroba sebesar 2,21g/cm3. Oleh karena itu sebenarnya dalam penggunaan unsur N-inorganik ditanah, sehingga N sumbangan unsur N dan C seresah mimba bagi tanah di menjadi tidak tersedia bagi tanaman (imobilisasi N).Nusa penida masih cukup kecil hanya sekitar 0,001% dan Hasil pengukuran produksi seresah tanaman mimba 0,006% (konversi dengan asumsi berat seresah per luas umur tiga tahun di KHDTK Nusa Penida adalah sebesar 2,167

2jaring 1 m dan ketebalan tanah 50cm) saja. Umur g/tanaman/th. Penel it ian Set iawan dkk (2013) tanaman mimba yang masih muda dan sifat daun menunjukkan besarnya kandungan unsur N dan C seresah mimbanya yang evergreen merupakan faktor yang diduga mimba di Sumbawa adalah sebesar 1,34% dan 53,22%. mempengaruhi jatuhan seresah mimba. Namun demikian Berdasarkan informasi tersebut dapat kita konversi potensi keberadaan seresah tanaman bagi tanah di KHDTK Nusa besaran sumbangan unsur N dan C seresah mimba bagi Penida masih sangat diperlukan, mengingat kondisi lahan di KHDTK Nusa Penida adalah 0,03 g/tanaman/th dan lahannya yang bertopografi miring dan bersolum dangkal. 1,15g/tanaman/th. Nilai ini juga menunjukkan C/N rasio Untuk lebih jelasnya tentang peranan seresah bagi tanah seresah mimba masih cukup tinggi yaitu sekitar 38. di Nusa Penida, dapat dilihat dalam gambar 9. Menurut Munawar (2011) residu tanaman yang mempunyai

10