bab3
TRANSCRIPT
BAB III
RENCANA DETAIL TATA RUANG KOTA
Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK) Bagian Wilayah Kota II Meliputi wilayah
Kecamatan Kedungwuni dan Kecamatan Karanganyar dengan luas Keseluruhan +
1420 ha.
3.1. Fungsi dan Peran BWK II
Bagian Wilayah Kota II (BWK II) merupakan daerah transisi antara daerah
pusat kota dengan daerah pinggiran kota. Sebagai daerah ekstensi dari
pusat kota maka BWK II memiliki peranan sebagai daerah penunjang pusat
kota serta daerah lain yang berada di belakangnya.
Berdasarkan kondisi tersebut diatas maka beberapa peranan yang dimiliki
oleh BWK II di tinjau dari potensi-potensi yang ada adalah sebagai berikut:
1. Secara fisik geografis, BWK II memiliki lokasi yang cukup strategis
didalam menghubungkan daerah-daerah yang berada disekitarnya
khususnya antara daerah pusat kota dengan daerah pinggiran kota.
2. Berdasarkan kebijaksanaan yang telah di tetapkan, BWK II memiliki
beberapa fungsi utama yaitu fungsi sebagai kawasan pemukiman,
kawasan campuran perdagangan dan jasa, kawasan perkantoran,
kawasan khusus militer, serta kawasan fasilitas budaya.
3. Berdasarkan fasilitas-fasilitas yang dimilikinya, BWK II memiliki beberapa
fasilitas yang mempunyai skala pelayanan regional yaitu sebagai pusat
pendidikan tinggi, kawasan khusus militer serta kawasan olahraga dan
rekreasi.
Berdasarkan beberapa peranan tersebut maka penjelasan elemen-elemen
fungsi untuk masing-masing kelurahan yang berada di BWK II adalah
sebagai berikut:
1. Fungsi Permukiman perkotaan, beberapa kelurahan yang mendukung
fungsi tersebut diatas meliputi Kelurahan Bendungan, Petompon,
Bendan Duwur, Karangrejo, Jomblang, Kaliwiru, Jatingaleh,
Karanganyar Gunung, Lempongsari, Bendan Ngisor, Gajah Mungkur,
Sampangan, Wonotinggal, Candi, dan Tegalsari.
2. Fungsi Perkantoran, beberapa kelurahan yang berkembang menjadi
fungsi perkantoran meliputi Kelurahan Petompon, Kaliwiru, Karangrejo,
Wonotinggal, Tegalsari, dan Jatingaleh.
3. Fungsi Perdagangan dan Jasa, beberapa kelurahan yang berkembang
menjadi fungsi perdagangan dan jasa meliputi kelurahan Wonotinggal,
Jatingaleh, dan Gajah Mungkur.
4. Fungsi Campuran (Permukiman dan Perdagangan) meliputi Kelurahan
Sampangan, Wonotinggal, Jomblang, Petompon, Tegalsari.
5. Fungsi Kawasan Olahraga dan Rekreasi, beberapa kelurahan yang
memiliki fungsi tersebut meliputi Kelurahan Karangrejo, dan Kelurahan
Kaliwiru.
6. Fungsi Kawasan Pendidikan, beberapa kelurahan yang berkembang
menjadi fungsi kawasan pendidikan meliputi Kelurahan Bendan Duwur,
Sampangan, dan Petompon, Gajah Mungkur, Jatingaleh, dan
Karangrejo.
Berdasarkan peran dan fungsi tersebut maka struktur pelayanan BWK II
diarahkan untuk dapat memanfatkan potensi - potensi kawasan untuk
dikembangkan menjadi pusat kegiatan baik untuk skala pelayanan tingkat
regional, kota ataupun BWK.
3.2. Rencana Struktur Pelayanan
1. Dasar Pengembangan Struktur Pelayanan
Sesuai dengan peran dan fungsinya maka konsep pengembangan
struktur pelayanan di BWK II dilakukan dengan melalui pembentukan
satuan – satuan unit lingkungan di dalam wilayah perencanaan.
Beberapa hal yang di pertimbangkan dalam pembentukan satuan –
satuan unit lingkungan tersebut adalah sebagai usaha untuk
memberikan kemudahan dalam mengontrol dan mengendalikan proses
pengembangan ruang kota, mengefisienkan sistem pelayanan dari
beberapa fasilitas pelayanan, mewujudkan kemudahan dalam hal
pengaturan sistem pelayanan lingkungan, pengaturan fungsi dan
intensitas penggunaan tanah serta penyusunan fatwa perencanaan
(advise planning).
Penetapan satuan – satuan unit lingkungan (sub BWK) sebagai unit
analisis perencanaan wilayah terkecil bagian wilayah kota adalah
bagian dari arahan pengembangan struktur wilyah bagian wilayah kota
dalam sistem pelayanannya. Dalam pelaksanaannya, blok perencanaan
wilayah ini berfungsi sebagai pedoman pengawasan dan pengendalian
bagi pelaksanaan pembangunan fisik sebagai implementasi dari
rencana secara keseluruhan. Penetapan batas-batas unit lingkungan
dilakukan atas dasar pertimbangan elemen-elemen fisik yang mudah
diamati di lapangan, misalnya fungsi, jaringan jalan dan lain-lain.
Berdasarkan hal tersebut, BWK II yang meliputi Kecamatan
Gajahmungkur dan Kecamatan Candisari dapat dibagi menjadi 4
(empat) sub BWK sebagai unit analisis peruntukan tanah terkecil
dengan tiap sub bloknya sebagai berikut:
1. Sub 1 BWK II:
Blok 1.1 (Kel. Petompon)
Blok 1.2 (Kel. Bendan Ngisor)
Blok 1.3 (Kel. Bendan Duwur)
Blok 1.4 (Kel. Sampangan)
2. Sub 2 BWK II:
Blok 2.1 (Kel. Bendungan)
Blok 2.2 (Kel. Lempongsari)
Blok 2.3 (Kel. Gajah Mungkur)
Blok 2.4 (Kel. Karangrejo)
3. Sub 3 BWK II:
Blok 3.1 (Kel. Wonotinggal)
Blok 3.2 (Kel. Kaliwiru)
Blok 3.3 (Kel. Candi)
Blok 3.4 (Kel. Tegalsari)
4. Sub 4 BWK II:
Blok 4.1 (Kel. Jomblang)
Blok 4.2 (Kel. Karanganyar Gunung)
Blok 4.3 (Kel. Jatingaleh)
Penentuan sub perencanaan wilayah BWK II dapat dilihat pada Peta
PR.3.1-1
2. Hierarkhi Sistem Pelayanan
Hierarkhi sistem pelayanan yang dimaksud adalah struktur tingkat
pelayanan internal kota. Tujuan penetapan struktur tingkat pelayanan
adalah agar rencana menjadi teratur dan terstruktur sehingga
pembangunan kota dapat terkoordinasi dengan baik serta tidak
tumpang tindih.
Hierarkhi sistem pelayanan BWK II tidak dapat terlepas dari hierarkhi
sistem pelayanan Kabupaten Pekalongan secara keseluruhan. Hierarkhi
pelayanan yang ada di BWK II tersebut adalah sebagai berikut:
Hirarki I
Pusat pelayanan hirarki I adalah jenjang fungsi pelayanan Bagian
Wilayah Kota (BWK). Jangkauan pelayanannya meliputi satu BWK yang
terdiri dari beberapa blok/sub blok lingkungan. Salah satu tujuan BWK
adalah agar aktivitas perkotaan tidak terpusat pada satu tempat saja.
Pada BWK II sebagai salah satu Bagian Wilayah Kota di Kabupaten
Pekalongan memiliki pusat pelayanan hierarkhi I letaknya adalah di
Kawasan Pertokoan Jalan Sultan Agung atau kawasan sekitar Taman
Diponegoro.
Hirarki II
Pusat pelayanan hirarki II adalah pusat blok lingkungan. Pusat ini
merupakan tempat berkumpulnya fasilitas-fasilitas lingkungan dan skala
pelayanannya meliputi satu blok unit lingkungan. Idealnya pusat
pelayanan hirarki II berada di tengah-tengah suatu blok unit lingkungan,
sehingga mempermudah pencapaian bagi penduduk yang dilayaninya.
Pusat pelayanan ini identik dengan fasilitas skala pelayanan 30.000
penduduk. Fasilitas pelayanan terdiri dari fasilitas pendidikan, fasilitas
peribadatan, fasilitas perdagangan dan jasa, fasilitas kesehatan dan
fasilitas olah raga dan ruang terbuka.
Pusat pelayanan hirarki II terletak di Kawasan Kecamatan
Gajahmungkur, Pasar Sampangan, Kawasan pertokoan di Jalan
Kesatrian, Pasar Langgar, serta kawasan di sekitar Jalan Sriwijaya.
Secara lebih jelas mengenai konsep sistem pelayanan yang ada pada
BWK II dapat dilihat dalam Peta PR.3.1-2
3. Rencana Struktur Pelayanan
Berdasarkan hierarkhi sistem pelayanan tersebut diatas maka dalam
rencana struktur pelayanan-nya tetap akan dikembangkan sebagai
pusat BWK dengan strategi pengembangan sebagai berikut:
a. Pengembangan struktur BWK II didasarkan pada kebijaksanaan
yang tercantum dalam arahan rencana tata ruang yang lebih tinggi.
b. Untuk mencapai struktur tata ruang yang efisien dalam
pelaksanaan rencana penataan struktur ruang BWK II, maka
dibutuhkan struktur jaringan jalan dan sistem pembangunan pusat
pelayanan skala lingkungan maupun BWK. Dengan kedua hal
tersebut diharapkan tercipta suatu tata ruang yang optimal dan
efisien.
c. Mengendalikan dan mengurangi mobilitas penduduk untuk menuju
ke pusat kota guna mengatasi kemacetan lalu lintas, dengan
memeratakan perkembangan wilayah dengan membuat pusat
kegiatan/pusat pertumbuhan yang dapat mengalihkan mobilitas
penduduk ke pusat kota.
d. Meningkatkan pemerataan pelayanan penduduk yang ada di BWK
II dengan mendistribusikan fasilitas pelayanan kebutuhan pada area
pemukiman penduduk.
e. Merangsang intensitas penggunaan lahan yang merata pada
seluruh wilayah BWK II, salah satunya dengan peningkatan sarana
transportasi. Akan tetapi pemanfaatan lahan harus tetap
memperhatikan kemampuan dan keterbatasan lahan.
f. Menjaga kegiatan budaya yang mampu memberikan perlindungan
kegiatan budaya/seni tradisional dari erosi budaya asing dalam era
globalisasi, dengan adanya stimulan yang mampu memberikan nilai
lebih dan justru dapat mempunyai nilai jual.
Rencana struktur pelayanan kegiatan dalam Bagian Wilayah Kota II
tersebut merupakan wujud dari diagramatik bekerjanya fungsi-fungsi
pelayanan kota, Bagian Wilayah Kota ataupun lingkungan yang lebih
kecil. Fungsi-fungsi di dalam BWK II tersebut dihubungkan dengan
struktur jaringan akan membentuk sistem pelayanan yang terpadu di
dalam BWK ataupun dalam Kabupaten Pekalongan.
Secara lebih jelas mengenai rencana struktur pelayanan BWK II dapat
dilihat dalam Peta PR. 3.1 – 3
3.3. Rencana Kependudukan
1. Rencana Distribusi Penduduk
Rencana distribusi penduduk dimaksudkan agar ada keseimbangan
antara penyediaan fasilitas pelayanan dengan jumlah penduduk yang
ada. Berdasarkan kebutuhan akan daya tampung di BWK II adalah :
Blok 1 BWK II dapat menampung sebanyak 31.267 Jiwa.
Blok 2 BWK II dapat menampung sebanyak 37.679 Jiwa.
Blok 3 BWK II dapat menampung sebanyak 39.463 Jiwa.
Blok 4 BWK II dapat menampung sebanyak 39.457 Jiwa.
2. Rencana Kepadatan Penduduk
Berdasarkan proyeksi jumlah penduduk, daya tampung penduduk di
BWK II sampai tahun 2010 adalah 147.866 Jiwa dengan kepadatan
bersih rata-rata sebesar 269 jiwa/ha dan kepadatan kotor rata-rata
sebesar 112 jiwa/ha. Angka kepadatan penduduk kotor rata-rata tertinggi
di blok 1 sebesar 164 Jiwa/ha dan kepadatan terendah di blok 2 sebesar
69 jiwa/ha. Sedangkan untuk kepadatan bersih rata-rata tertinggi
terdapat di blok 1 Sebesar 302 jiwa/ha dan terendah di blok 4 sebesar
267 jiwa/ha.
Lebih jelasnya mengenai rencana distribusi dan kepadatan penduduk
lihat Tabel TR.III.2 – 1 dan Tabel TR.III.2 – 2 serta Peta PR.3.2 – 4
3.4. Rencana Pengembangan Kawasan Potensial
Beberapa kawasan yang mempunyai nilai ekonomi dan potensial di BWK II
yang dapat dikembangkan adalah :
1. Kawasan perdagangan jasa dan campuran yang berkembang secara
linear di sepanjang Jalan Sriwijaya merupakan kawasan yang
mempunyai nilai ekonomi tinggi dengan pelayanan skala Kabupaten
Pekalongan. Adapun kawasan perdagangan dan jasa yang
berkembang di Jl. Sultan Agung diarahkan untuk ditekan.
2. Pusat Kawasan Olah Raga Jawa Tengah merupakan kawasan yang
dilengkapi beberapa fasilitas olahraga seperti Gor Jatidiri Karangrejo
yang dilengkapi dengan perkampungan atlit kolam renang dan lain-lain.
Kondisi ini secara langsung akan mempengaruhi penyediaan dan
pemanfaatan. Lahan sekitar kawasan tersebut, disamping itu pula akan
mempengaruhi komposisi perekonomian penduduknya dan
pertimbangan dalam perencanaan pemanfaatan lahan.
3. Kawasan perumahan, dengan kepadatan sedang dan tinggi. Diharapkan
dapat dilakukan penataan bangunan dan koordinasi dengan instansi
terkait baik terhadap prasarana dan sebagai kawasan perumahan yang
dilindungi. Untuk kawasan perumahan yang dilindungi direncanakan
untuk tetap dilestarikan terutama untuk digunakan dengan perumahan
kepadatan rendah, seperti daerah Candi, dsb.
4. Kawasan Pendidikan, yang ada sekarang menempati pada daerah-
daerah yang mempunyai kerelengan, dengan kondisi bangunan diatas
tiga lantai. Sesuai dengan kondisi fisik dasar kawasan lahan ini tidak
cocok untuk bangunan berat. Untuk itu Kawasan Pendidikan
direncanakan diarahkan menuju kawasan lain di luar kawasan BWK II.
3.5. Jenis dan Kebutuhan Ruang
1. Fasilitas Perumahan
Lahan yang direncanakan untuk pemukiman diarahkan menggunakan
lahan kosong yang ada di BWK II dan tetap memperhatikan lingkungan
dengan pengendalian pembangunan oleh instansi terkait melalui IMB.
Untuk bangunan kawasan perumahan peninggalan Belanda yaitu pada
kawasan Blok 2 kepadatan dan kondisi perumahan tetap dipertahankan
seperti semula.
Fasilitas perumahan yang dibutuhkan di BWK II disesuaikan dengan
jumlah penduduk BWK II tahun 2010 sebanyak 147.866 jiwa, dengan
asumsi satu rumah dihuni 4–5 jiwa maka jumlah rumah yang dibutuhkan
sebanyak 29.573 rumah.
Dengan asumsi perbandingan ideal yang dibutuhkan dalam suatu
pemukiman yaitu 1 : 3 : 6 maka jumlah fasilitas perumahan yang akan
dibutuhkan di BWK II pada tahun 2010 adalah :
Rumah Besar dengan luas kapling 446 m2 sebanyak 2957 rumah.
Rumah Sedang dengan luas kapling 223 m2 sebanyak 8.872 rumah.
Rumah Kecil dengan luas kapling 112 m2 sebanyak 17.744 rumah.
Berdasarkan standar luasan tersebut maka hingga tahun 2010 BWK II
membutuhkan 390.366 m2 untuk kapling besar, 1.756.649 m2 untuk
kapling sedang dan 3.531.041 m2 untuk kapling kecil, atau dengan
jumlah total 5.678.056 m2 dibutuhkan untuk kawasan perumahan.
Secara lengkap kebutuhan perumahan di BWK II dapat dilihat pada
Tabel TR.III.2 – 3
2. Fasilitas Pendidikan
Kawasan pendidikan berupa lingkungan perguruan tinggi untuk melayani
skala kota. Kawasan pendidikan tinggi yang ada di BWK II berada pada
Blok 1 (Kelurahan Bendan Ngisor dan Kelurahan Bendan Duwur). Untuk
pendidikan yang ada di Blok 1, sub blok 1.3 (Kelurahan Bendan Dhuwur)
diarahkan untuk dikendalikan, mengingat kawasan tersebut merupakan
daerah rawan gerakan tanah.
Besaran luas masing-masing fasilitas mengacu kepada standart yang
dikeluarkan Dep. PU yaitu :
- TK, luas per unit 1.200 m2 tiap 1.000 penduduk
- SD, luas per unit 3.600 m2 tiap 1.600 penduduk
- SMP, luas per unit 6.000 m2 tiap 4.800 penduduk
- SMA, luas per unit 6.000 m2 tiap 4.800 penduduk
- Perpustakaan, luas per unit 500 m2 tiap 30.000 penduduk
Fasilitas pendidikan di BWK II pada tahun 2010 berdasarkan hasil
analisis membutuhkan TK sebanyak 148 buah, SD sebanyak 92 buah,
SMTP sebanyak 31 buah dan SMTA sebanyak 31, kebutuhan
perpustakaan sebanyak 5 buah.
Secara lebih jelas mengenai rencana distribusi dan kebutuhan fasilitas
pendidikan di BWK II dapat dilihat dalam Tabel TR.III.2 – 4 dan Peta
PR.3.2 – 5
3. Fasilitas Kesehatan
Di BWK II terdapat fasilitas kesehatan yang memiliki skala pelayanan
kota yaitu RS. Elizabet. Untuk fasilitas kesehatan skala BWK, lokal dan
lingkungan tetap direncanakan sesuai dengan jumlah penduduk.
Berdasarkan standart Dep. PU, kebutuhan luas masing-masing fasilitas
kesehatan adalah sebagai berikut :
- Balai Pengobatan, luas per unit 300 m2 melayani 3.000 penduduk
- BKIA & RS Bersalin, luas per unit 1.600 m2 melayani 10.000
penduduk
- Apotik, luas per unit 400 m2 melayani 10.000 penduduk
Dari uraian tersebut maka rencana distribusi dan kebutuhan
fasilitas kesehatan di BWK II meliputi:
- Apotik : 49 unit
- BKIA/RS Bersalin : 15 unit
- Balai pengobatan : 15 unit
Lebih jelasnya mengenai kebutuhan fasilitas kesehatan BWK II dapat
dilihat pada Tabel TR.III.2 – 5 dan Peta PR.3.2 – 6
4. Fasilitas Peribadatan
Fasilitas peribadatan direncanakan menyebar merata di seluruh kawasan BWK II.
Rencana kebutuhan fasilitas peribadatan baru dihitung berdasarkan standart PU Cipta
Karya, sampai dengan tingkat skala sub blok/kelurahan. Berupa fasilitas Musolla,
dihitung berdasarkan jumlah penduduk sub blok (kelurahan), Masjid berdasarkan
penduduk blok, sedangkan Gereja dan Vihara dihitung berdasarkan penduduk BWK.
Berdasarkan hal tersebut maka kebutuhan masing-masing fasilitas peribadatan pada
tahun 2010 adalah sebagai berikut:
- Mushola
- Masjid
- Gereja
- Pura
- Vihara
: 59 unit
: 5 unit
: 1 unit
: 1 unit
: 1 unit
Rincian mengenai kebutuhan fasilitas peribadatan pada tahun 2005–
2010 tersebut dapat dilihat dalam tabel Tabel TR.III.2 – 6 dan Peta
PR.3.2 – 7.
5. Fasilitas Perdagangan dan Jasa
Di kawasan BWK II perdagangan berkembang karena adanya kegiatan
penting yang ada di sekitarnya, sehingga perlu diarahkan dan diatur agar
mampu memberikan kontribusi aktif dalam pembangunan kota dan juga
mampu mengatasi pemusatan yang ada di pusat kota. Sehingga
pembangunan fasilitas perdagangan dan jasa baru seperti perkantoran
swasta, ruko, pertokoan, pasar, dan departemen store diarahkan untuk
berkembang di kawasan :
Blok 1 Sub blok 1 (Kelurahan Petompon), berupa pengembangan
Perdagangan kebutuhan sehari-hari.
Blok 1 Sub blok 2 (Kelurahan Bendan Ngisor), berupa
pengembangan kegiatan perdagangan penunjang dan perdagangan
kebutuhan sehari-hari.
Blok 1 Sub blok 4 (Kelurahan Sampangan), berupa pengembangan
perdagangan pasar tradisional, jasa dan pertokoan.
Blok 2 sub blok 2 (Kelurahan Lempongsari), berupa kegiatan
perdagangan penunjang kawasan dan kebutuhan sehari-hari.
Blok 2 sub blok 3 (Kelurahan Gajah Mungkur), berupa kegiatan
perdagangan yang berbentuk toko, kebutuhan sehari-hari, alat-alat
elektronik, show room kendaraan dan kegiatan pendukung lainnya.
Blok 3 sub blok 3 (Keluarahan Candi), berupa kegiatan perdagangan
yang berbentuk pasar, toko kebutuhan sehari-hari, toko kebutuhan
sekolah, rumah makan, warung makan, jasa kesehatan, dan toko
bahan bangunan.
Blok 3 sub blok 4 (Kelurahan Tegalsari), berupa pengembangan
perdagangan besar seperti departemen store dan perkantoran
swasta. Hal ini memungkinkan karena blok ini terletak di belakang
BWK I (pusat kota).
Blok 4 Sub blok 2 (Kelurahan Jomblang), berupa pengembangan
perdagangan besar seperti departemen store dan perkantoran
swasta. Hal ini memungkinkan karena perkembangan yang ada
sekarang merupakan perdagangan besar dan didukung dengan letak
yaitu di sepanjang jalan utama kota (Arteri Sekunder).
Untuk perdagangan skala lingkungan tetap direncanakan sesuai dengan
jumlah penduduk berupa kios dan toko. Rencana fasilitas perdagangan
dan jasa dapat dilihat pada Tabel TR.III.2 – 7 dan Peta PR.3.2 – 8.
6. Fasilitas Olah Raga dan Rekreasi
Fasilitas olah raga yang ada di BWK II merupakan fasilitas OR dengan
skala Regional (berada di Blok 2 sub blok 4). Sehingga perlu adanya
perencanaan fasilitas OR untuk skala BWK dan lingkungan.
Pada tahun 2010 kebutuhan fasilitas olahraga dan rekreasi di BWK II adalah sebagai
berikut:
- T. Bermain : 591 Unit
- Lap. OR/Taman : 59 Unit
- Taman : 5 Unit
- G. Bioskop : 5 Unit
- Gedung OR : 5 Unit
- K. Renang : 5 Unit
- Lap. OR/Rekreasi : 5 Unit
Secara lebih jelas mengenai rencana distribusi dan kebutuhan fasilitas
olah raga dan rekreasi dapat dilihat pada Tabel TR.III.2 – 8.
7. Fasilitas Pelayanan Umum
Fasilitas pelayanan umum yang ada saat ini masih di butuhkan sampai
tahun 2010. Penyebarannya disesuaikan dengan skala pelayanan tiap
jenis fasilitas yang ada dengan pertimbangan aksesibilitas yang mudah
terhadap wilayah pelayanan dan pusat-pusat pemukiman yang dilayani.
Untuk lebih jelasnya kebutuhan fasilitas pelayanan umum ini dapat dilihat
pada Tabel TR.III.2 – 9.
8. Fasilitas Pemakaman
Fasilitas pemakaman dihitung berdasarkan jumlah penduduk untuk
setiap blok dengan jumlah penduduk 12.000 sampai dengan 15.000 jiwa
dibutuhkan pemakaman seluas 30.000 m2, dalam satu lokasii
pemakaman atau dua. Untuk BWK II ini area pemakaman direncanakan
berkembang di BWK lain, dengan pertimbangan harga lahan tinggi.
Lebih jelasnya Lihat Tabel TR.III.2 – 10.
3.6. Rencana Penggunaan Tanah
Pemanfaatan ruang direncanakan sesuai dengan rencana pengembangan
fungsi dimana yang utama atas dasar pertimbangan perencanaan yang
bernilai operasional, sehingga pemanfaatan ruang tersebut lebih cocok bila
didasarkan sesuai batas-batas administrasi. Rencana tersebut meliputi:
1. Blok 1.1
Kelurahan Petompon memiliki luas wilayah 48,010 ha. Penggunaan
tanah yang dominan adalah sebagai kawasan permukiman dengan
kepadatan tinggi, kawasan perkantoran, kawasan perdagangan jasa dan
fasilitas kesehatan dengan di tunjang dengan keberadaan fasilitas
pendukung yang berupa fasilitas pendidikan dan fasilitas peribadatan.
Kawasan yang akan digunakan sebagai kawasan perdagangan dan jasa
antara lain pada sisi sepanjang jalan ruas jalan Kaligarang Raya dan Jl.
Kintelan karena memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Hal ini didukung pula
dengan keberadaan RS. Dr. Kariadi dan pembangunan jalan tembus ke
bandara udara A. Yani yang akan melewati Kelurahan Petompon.
Direncanakan sebagai kawasan pemukiman kepadatan tinggi, serta
kawasan perdagangan dan jasa yang antara lain berbentuk jeni
perdagangan sehari-hari. Sedangkan untuk kawasan konservasi yang
ada pada diarahkan pada sepanjang bentaran sungai kali garang.
2. Blok 1.2
Kelurahan Bendan Ngisor memilik luas 59,491 ha. Penggunaan tanah
yang dominan adalah sebagai kawasan permukiman dengan kepadatan
sedang dan sebagai kawasan perkantoran.
Kawasan yang digunakan sebagai kawasan perdagangan dan jasa
diarahkan pada sepanjang ruas Jalan Dewi Sartika karena pada
kawasan ini memiliki nilai aksessibilitas yang tinggi.
Sedangkan arahan untuk jenis perdagangan dan jasa adalah barang-
barang kebutuhan sehari-hari.
3. Blok 1.3
Kelurahan Bendan Duwur memiliki luas wilayah 15,654 ha dengan
penggunaan tanah yang dominan adalah sebagai kawasan militer,
kawasan konservasi, dan kawasan permukiman.
Penetapan kawasan konservasi pada sub blok ini berdasarkan
pertimbangan kondisi geologi yang rawan terhadap gerakan tanah dan
pada sepanjang bentaran sungai Kali Garang.
Direncanakan sebagai kawasan pemukiman kepadatan rendah, serta
kawasan perdagangan dan jasa yang antara lain berbentuk jeni
perdagangan sehari-hari.
4. Blok 1.4
Kelurahan Sampangan memiliki luas wilayah 96,021 ha dengan
penggunaan tanah yang dominan adalah sebagai kawasan permukiman
dan sebagai kawasan perdagangan dan jasa.
Kawasan yang diarahkan sebagai kawasan konservasi adalah sepanjang
bentaran sungai kali garang.
Sedangkan arahan untuk jenis perdagangan dan jasa adalah toko
barang-barang kebutuhan sehari-hari, warung makan dan sektor
informal.
5. Blok 2.1
Kelurahan Bendungan memiliki luas wilayah 37,573 ha dengan
penggunaan tanah yang dominan adalah sebagai kawasan permukiman,
kawasan perkantoran, dan kawasan perdagangan jasa yang berada
pada sepanjang ruas Jalan Kintelan dengan didukung oleh adanya
fasilitas pendidikan.
Arahan kegiatan perdagangan dan jasa meliputi perdagangan jasa non
grossir yang antara lain berbentuk jeni perdagangan sehari-hari, toko
kebutuhan sekolah, toko alat-alat elektronik, rumah makan, show room
kendaraan, bengkel dan jasa kesehatan.
Sedangkan untuk kawasan konservasi yang ada pada diarahkan pada
kawasan yang memiliki kelerengan> 40 %, dengan merekomendasi
bangunan-bangunan yang sudah ada.
6. Blok 2.2
Kelurahan Lempongsari memiliki luas wilayah 87,671 ha. Penggunaan
tanah yang dominan adalah sebagai kawasan permukiman dan kawasan
konservasi (lahan yang memiliki kelerengan >40 %).
Kawasan yang akan diarahkan sebagai kawasan perdagangan dan jasa
antara lain pada ruas jalan veteran yangh meliputi perdagangan
penunjang kawasan serta perdagangan kebutuhan sehari-hari.
7. Blok 2.3
Kelurahan Gajahmungkur memiliki luas wilayah 251,535 ha dengan
penggunaan tanah yang dominan adalah sebagai kawasan permukiman
dengan kepadatan tinggi, kawasan perkantoran, kawasan pendidikan
serta kawasan perdagangan jasa yang berkembang di ruas jlan Sultan
Agung.
Jenis perdagangan dan jasa yang diarahkan pada sub blok 2.3 antara
lain perdagangan non grossir, toko kebutuhan sehari-hari dll.
8. Blok 2.4
Kelurahan Karangrejo memiliki luas wilayah 169,031 ha. Penggunaan
tanah yang dominan adalah sebagai kawasan permukiman dengan di
dukung keberadaan fasilitas olahraga skala regional, fasilitas pendidikan,
dan fasilitas perkantoran dan fasilitas kesehatan. Untuk kawasan
perdagangan dan jasa diarahkan pada sepanjang sisi ruas Jalan Teuku
Umar.
Jenis perdagangan dan jasa sebagai penunjang yang diarahkan pada
sub blok 2.4 antara lain perdagangan non grossir, toko kebutuhan sehari-
hari dll.
9. Blok 3.1
Kelurahan Wonotinggal memiliki luas wilayah 44,879 ha dengan
penggunaan tanah yang dominan adalah sebagai kawasan permukiman,
kawasan campuran perdagangan jasa yang berada pada sepanjang ruas
Jalan Sultan Agung dengan didukung oleh adanya fasilitas pendidikan
dan fasilitas kesehatan.
Arahan kegiatan perdagangan dan jasa meliputi perdagangan jasa non
grossir yang antara lain berbentuk jenis perdagangan sehari-hari, toko
kebutuhan sekolah, toko alat-alat elektronik, rumah makan, show room
kendaraan, bengkel dan jasa kesehatan.
Sedangkan untuk kawasan konservasi yang ada pada diarahkan pada
kawasan yang memiliki kelerengan> 40 %, dengan merekomendasi
bangunan-bangunan yang sudah ada.
10. Blok 3.2
Kelurahan Kaliwiru memiliki luas wilayah 60,535 ha dengan
penggunaan tanah yang dominan adalah sebagai kawasan permukiman,
kawasan perkantoran, dan kawasan perdagangan jasa yang berada
pada sepanjang ruas Jalan Sultan Agung dan Jl. Dr. Wahidin dengan
didukung oleh adanya fasilitas pendidikan.
Arahan kegiatan perdagangan dan jasa meliputi perdagangan jasa non
grossir yang antara lain berbentuk jeni perdagangan sehari-hari, toko
kebutuhan sekolah, toko alat-alat elektronik, rumah makan, show room
kendaraan, bengkel dan jasa kesehatan.
11. Blok 3.3
Kelurahan Candi memiliki luas wilayah 45,923 ha dengan penggunaan
tanah yang dominan adalah sebagai kawasan permukiman, makam dan
kawasan perdagangan jasa yang berada pada sepanjang ruas Jalan
Mataram, Dr. Wahidin, dan Sriwijaya.
Arahan kegiatan perdagangan dan jasa meliputi perdagangan jasa non
grossir yang antara lain berbentuk jenis perdagangan sehari-hari, toko
kebutuhan sekolah, toko alat-alat elektronik, rumah makan, show room
kendaraan, bengkel dan jasa kesehatan.
Sedangkan untuk kawasan konservasi yang ada pada diarahkan pada
kawasan yang memiliki kelerengan> 40 %, dengan merekomendasi
bangunan-bangunan yang sudah ada.
12. Blok 3.4
Kelurahan Tegalsari memiliki luas wilayah 103,148 ha dengan
penggunaan tanah yang dominan adalah sebagai kawasan permukiman,
kawasan perkantoran, dan kawasan perdagangan jasa dengan didukung
oleh adanya fasilitas kesehatan.
Arahan kegiatan perdagangan dan jasa meliputi perdagangan jasa non
grossir yang antara lain berbentuk jenis perdagangan sehari-hari yang
berkembang di sepanjang Jalan Sriwijaya.
Sedangkan untuk kawasan konservasi yang ada pada diarahkan pada
kawasan yang memiliki kelerengan> 40 %, dengan merekomendasi
bangunan-bangunan yang sudah ada.
13. Blok 4.1
Kelurahan Jomblang memiliki luas wilayah 88,962 ha dengan
penggunaan tanah yang dominan adalah sebagai kawasan permukiman,
makam dan kawasan perdagangan jasa dengan didukung oleh adanya
fasilitas pendidikan, peribadatan dan kesehatan.
Arahan kegiatan perdagangan dan jasa meliputi perdagangan jasa non
grossir yang antara lain berbentuk jeni perdagangan sehari-hari di
sepanjang ruas jalan tentara pelajar dengan jenis perdagangan berupa
toko kebutuhan sekolah, toko alat-alat elektronik, rumah makan, show
room kendaraan, bengkel dan jasa kesehatan.
Sedangkan untuk kawasan konservasi yang ada pada diarahkan pada
kawasan yang memiliki kelerengan> 40 %, dengan merekomendasi
bangunan-bangunan yang sudah ada.
14. Blok 4.2
Kelurahan Karanganyar Gunung memiliki luas wilayah 80,365 ha
dengan penggunaan tanah yang dominan adalah sebagai kawasan
permukiman dan ditetapkan adanya kawasan konservasi yang diarahkan
pada kawasan yang memiliki kelerengan> 40 %, dengan merekomendasi
bangunan-bangunan yang sudah ada
Arahan kegiatan perdagangan dan jasa pada sepanjang ruas jalan Jangli
meliputi perdagangan jasa non grossir, perkantoran, industri, rumah
makan, kesehatan dan tempat peribadatan.
15. Blok 4.3
Kelurahan Jatingaleh memiliki luas wilayah 131,500 ha dengan
penggunaan tanah yang dominan adalah sebagai kawasan permukiman,
kawasan perkantoran, dan kawasan militer, kawasan perdagangan jasa
dengan didukung oleh adanya fasilitas pendidikan dan peribadatan.
Arahan kegiatan perdagangan dan jasa meliputi perdagangan jasa non
grossir yang antara lain berbentuk jeni perdagangan sehari-hari, toko
kebutuhan sekolah, toko alat-alat elektronik, rumah makan, show room
kendaraan, bengkel dan jasa kesehatan.
Secara lebih jelas mengenai rencana penggunaan tanah dapat dilihat dalam
Tabel TR.III.2 – 11 dan 11 A Peta PR.3.2 – 9.
3.7. Rencana Sistem Jaringan Pergerakan
Beberapa dasar pertimbangan dalam penyusunan rencana sistem
pergerakan di BWK II tahun 2005 dan tahun 2010 adalah sebagai berikut:
Perkiraan perkembangan bagian-bagian wilayah kota beserta pusat-
pusat kegiatannya sebagai penarik dan penyebab tingginya arus lalu
lintas.
Jarak BWK II terhadap pusat-pusat kegiatan di sekitarnya.
Penerapan UU No. 13 tahun 1980 tentang jalan dan PP. No. 26 tahun
1985 tentang jalan dan perencanaan sistem jaringan jalan.
a. Prasarana Transportasi
Dalam menentukan prioritas dan tingkat perbaikan suatu sistem jaringan
jalan di butuhkan beberapa studi ekonomi, penyusunan program, dan
prosedur pendukung lainnya. Tahapan ini disusun berdasarkan
inventarisasi kondisi jalan, frekuensi kecelakaan, karakteristik, baiaya
pemeliharaan yang ditangkaikan dengan perhitungan lalu lintas (LHR,
Kapasitas dan tingkat pelayanan dll).
Mengacu pada sistem jaringan jalan yang sesuai dengan RTRW dan
melihat perkembangan yang ada saat ini serta perkiraan pada akhir
tahun perencanaan, maka rencana sistem fungsi jaringan jalan yang
direncanakan di BWK II adalah sebagai berikut:
1. Jalan Arteri Primer
Fungsi utama jalan arteri primer adalah menghubungkan kota jenjang
ke satu yang terletak berdampingan. Dasar pertimbangan
perencanaan jalan arteri primer di BWK II adalah perencanaan jalan
arteri primer yang berupa ring road Kabupaten Pekalongan. Jalan
arteri primer yang ada meliputi Jalan Jangli-Kaligawe dan Jalan
Jatingaleh-Krapyak
2. Jalan Arteri Sekunder
Fungsi utama jalan arteri sekunder adalah menghubungkan antara
bagian wilayah kota dan fungsi lainnya adalah sebagai alternatif dari
jalan arteri primer. Fungsi jalan ini meliputi Jl. Teuku Umar, Jl. Sultan
Agung, jl. S Parman, Jl. Dr. Wahidin, Jl. Sisingamaraja, Jl. Jangli-
Sendangmulyo, Jl. Tentara Pelajar, Jl. MT Haryono, Jl. Kaligarang, Jl.
Kelud raya, Jl. Menoreh raya, serta Jalan Papandayan.
3. Jalan Kolektor Sekunder
Fungsi utama jalan kolektor sekunder adalah menghubungkan pusat
kegiatan antar bagian wilayah kota. Fungsi jalan ini di rencanakan
pada Jl. Sriwijaya, Jl. Veteran, dan Jl. Diponegoro.
4. Jalan Lokal Sekunder
Fungsi utama jalan lokal sekunder adalah sebagai jaringan jalan
penghubung jalan antar lingkungan dalam suatu wilayah. Rencana
pengembangan fungsi jalan ini meliputi jl. Pawiyatan Luhur, jl. Jangli,
Jl. Kesatrian, Jl. Semeru, jl. Lamongan raya, jl. Karanganyar Gunung,
Jl. Tandang, Jl Tandang raya, Jl. Cinde raya, jl. Tegalsari raya dan Jl.
Kanarisasi raya, Jl. Kawi raya, Jl. Tumpang raya, Jl. Gajah Mungkur
Selatan dan jalan lain yang memiliki fungsi sebagai jalan penghubung
antar lingkungan.
Secara lebih jelas mengenai rencana fungsi jaringan jalan dapat dilihat
dalam Peta PR.3.2 – 10.
Selain perencanaan beberapa fungsi jalan yang ada juga perlu direncanakan
beberapa persimpangan guna mengatasi kemacetan lalu lintas. Pada
pertemuan antara beberapa ruas jalan akan dibuat Simpang Sebidang
dengan Traffic Light, Simpang Sebidang Tanpa Traffic Light, Simpang
Sebidang Dengan Traffic Light dan Simpang Susun dengan perincian
sebagai berikut:
a. Simpang Sebidang dengan Traffic Light, direncanakan pada pertemuan
ruas jalan Dr. Wahidin dan Jl. Teuku Umar, Jl. Semeru dan Jl. Sultan
Agung, Jl. Sisingamangaraja dan Jl. Sultan Agung, Jl. Diponegoro dan
Jl. MT Haryono serta Jl. Sriwijaya.
b. Simpang Sebidang Tanpa Traffic Light dengan lokasi di pertemuan ruas
jalan Jln. Kali Garang - Jln. Kelud - Jln.Basudewo dan jalan tembus
Pamularsih dan di pertemuan ruas jlaan Dr. Wahidin – Jl. Tentara
Pelajar – Jl. MT. Haryono – Jl. Papandayan – dan Jl. Kelud Raya.
c. Fly over dengan lokasi di pertemuan ruas Jln. Tol Seksi C dengan Jalan
Tol Srondol Manyaran.
d. Underpass/Overpass dengan lokasi Jalan Tol Seksi C maupun Tol
Srondol Manyaran dengan jalan – jalan kolektor/lokal.
Secara lebih jelas mengenai rencana lokasi persimpangan dan notasi
penggal jalan dapat dilihat dalam Peta PR.3.2 – 11 dan Peta PR.3.2 – 12.
b. Sarana Tranportasi
Sarana tranportasi yang berupa sarana angkutan umum di BWK II
secara umum pola pergerakannya adalah pola pergerakan regional dan
lokal. Angkutan umum regional berupa minibus dan bus kota serta untuk
angkutan lokal menggunakan angkutan non bis.
1. Angkutan Umum Regional
Angkutan kota melayani jalur-jalur:
- Jl. Kaligarang - Sampangan
- Jl. Dr. Wahidin, dan direncanakan jalur tambahan yang melayani
jalur jalan Jangli kearah Tembalang
Angkutan bus kota melayani jalur:
- Jl. S. Parman – Jl. Sultan Agung
2. Angkutan bus Kota dan Minibus melayani jalur-jalur:
- Jl. Dr. Wahidin
- Jl. Sultan Agung – Jl. Dr. Kariadi
- Jl. Karangrejo
- Jl Tegalsari – RS. Elisabeth – Jl. Sisingamangaraja
Secara lebih jelas mengenai rencana jaringan jalan dapat dilihat
dalam Peta PR.3.2 – 13.
3.8. Rencana Sistem Jaringan Utilitas Kota
1. Rencana Penyediaan Air Bersih
Rencana penyediaan air bersih/ air minum di BWK II terutama ditujukan
pada penyediaan air bersih/ air minum yang dapat secara masal dan
dengan memanfaatkan air permukaan. Saat ini sedang diusahakan oleh
PDAM, walau tidak menutup kemungkinan pengusahaan oleh instansi/
badan lain, termasuk swasta.
Rencana penyediaan air bersih di BWK II direncanakan dengan
pertimbangan :
Konsumsi air per hari BWK II diperkirakan ± 180 liter/ orang
Kebutuhan air untuk fasilitas umum dan sosial diperkirakan 30 % dari
kebutuhan rumah tangga.
Penyusutan air sewaktu pengaliran 25 %
Dengan perhitungan penyediaan air bersih/ air minum diperkirakan
pada:
- Akhir 2005 = 37.467.725 lt/hari
- Akhir 2010 = 38.925.737 lt/hari
Penyediaan kebutuhan air bersih diusahakan oleh PDAM dengan
pengolahan sumber sungai Kaligarang pada sebagian wilayahnya dan
sebagian yang lain dari pengolahan sungai Kaligarang di Banyumanik.
Secara lebih jelas mengenai kebutuhan air bersih di BWK II dapat dilihat
dalam Tabel TR.III.2 – 12 dan Peta PR.3.2 – 14.
2. Rencana Penyediaan Jaringan Listrik
Rencana penyediaan jaringan listrik di BWK II sampai tahun 2010
didasari pertimbangan-pertimbangan antara lain sebagai berikut :
1. Kemudahan mendapatkan sambungan jaringan listrik, menaikan
perkembangan permintaan menjadi pelanggan.
2. Perkembangan sosial ekonomi masyarakat akan menaikan
perkembangan supplai dari perkembangan penyediaan suplai
energi listrik
3. Perkembangan teknologi akan menaikan perkembangan
penyediaan suplai energi listrik.
4. Energi listrik dinilai sangat berhasil guna dan berdaya guna dan
berdaya guna bagi penunjang kehidupan kota.
5. Kebijaksanaan untuk menghimbau penghematan tenaga listrik.
Dengan demikian perencanaan penyediaan jaringan listrik, dianggap
semua rumah tangga akan dilayani jaringan listrik dengan
pertimbangan-pertimbangan antara lain sebagai berikut :
Konsumsi penduduk untuk permukiman kota BWK II dengan asumsi
untuk rumah tipe besar membutuhkan ± 1.300 watt, rumah tipe
sedang membutuhkan ± 900 watt dan rumah tipe kecil membutuhkan
± 450 watt.
Kebutuhan listrik untuk non domestik (perdagangan, jasa, fasilitas
umum, industri, dan perkantoran) diasumsikan sebesar 20%.
Sehingga rencana kebutuhan penyediaan jaringan listrik di BWK II
sampai dengan tahun 2010 adalah sebagai berikut :
Kebutuhan untuk rumah besar : 3.844,52 Kwatt
Kebutuhan untuk rumah sedang : 7.984,77 Kwatt
Kebutuhan untuk rumah kecil : 7.984,77 Kwatt
Kebutuhan untuk non domestik : 3.962,81 Kwatt
Sehingga total kebutuhan listrik di BWK II pada tahun perencanaan
sebesar 23.776,86 Kwatt. Secara lebih jelas mengenai distribusi dan
kebutuhan listrik pada BWK II tahun 2005 dan tahun 2010 dapat dilihat
pada Tabel TR.III.2 – 13 dan Peta PR.3.2 – 15.
3. Rencana Penyediaan Sambungan Telepon
Rencana penyediaan sambungan telepon di BWK II diperkirakan
berdasarkan asumsi yaitu 1 SST untuk 25 penduduk dan 10% dari
jumlah total kebutuhan sambungan telepon untuk sambungan telepon
umum. Sistem hubungan telepon di BWK II saat ini sudah menggunakan
sistem hubungan telepon otomat. Secara keseluruhan jumlah
sambungan yang diperlukan adalah 14.233 sambungan telepon dengan
kebutuhan akan telepon umum sejumlah 1.423 sedangkan kebutuhan
untuk tahun 2010 adalah 19.711 dengan kebutuhan akan telepon umum
sejumlah 1971 buah.
Secara lebih terperinci rencana ini memerlukan konfirmasi dengan
rencana sektoral, terutama dalam perencanaan sektoral, terutama
dalam perencanaan teknis sistem jaringan.
Kebutuhan telepon pada BWK II pada tahun 2005 dan tahu 2010 dapat
dilihat pada Tabel TR.III.2 – 14 dan Peta PR.3.2 – 16.
4. Rencana Pengelolaan Sampah
Dasar pertimbangan penyusunan rencana pengelolaan pembuangan
sampah untuk BWK II tahun 2005 sampai tahun 2010, antara lain
sebagai berikut :
Asumsi produksi sampah domestik per orang/hari adalah sebesar
0,90 kg untuk tahun 2005 dan 1.14 kg untuk tahun 2010.
Produksi sampah non domestik sebanyak 50% dari sampah domestik
pada tahun 2005 dan 70 % pada tyahun 2010.
Berdasarkan asumsi tersebut maka produksi sampah pada tahun
perencanaan tahun 2010 dengan jumlah penduduk proyeksi sebesar
147.866 jiwa, produksi sampah akan mencapai 286.564 kg/ hari.
Dengan arahan target pelayanan dari RTRW pada tahun 2005 dan
2010 yaitu :
Untuk tahun 2005 sebesar 90%
Untuk tahun 2010 sebesar 100 %
Maka diperkirakan produksi sampah pada tahun 2005 akan mencapai
168.638 kg/ hari dan pada tahun 2010 mencapai 286.564 kg/ hari.
Rencana Sistem Pengelolaan
Dasar pertimbangan rencana pengelolaan sampah untuk BWK II sampai
tahun 2005 dan tahun 2010, antara lain sebagai berikut :
Sebagian penduduk dapat mengelola pembuangan sampah sendiri,
misaknya : dibakar, ditimbun atau dikumpulkan dari rumah tangga ke
bak sampah LKMD atau lembaga-lembaga sosial lainnya. (sesuai
dengan karakteristik BWK)
Pengelolaan pembuangan sampah oleh masyarakat diharapkan
mencakup 30% dari jumlah sampah yang diproduksi
Keterbatasan pengelolaan sampah oleh Pemerintah daerah dalam
penyediaan prasarana, sarana dan tenaga. Diharapkan pemerintah
daerah dapat mengelola sampah 70% dari produksi sampah rumah
tangga sampai pembuangan terakhir.
Keterbatasan pemanfatan perkembangan teknologi pengelolaan
sampah, karena keterbatasan dana pemda dalam pengelolaan
sampah .
Perkembangan sosial-ekonomi masyarakat BWK II yang
berpengaruh terhadap perkembangan volume sampah.
Produksi sampah harian diperhitungkan sebagai berikut :
Sampah dari rumah tangga, sebagian dikelola oleh penduduk sendiri
dengan menimbun dan membakarnya 10% sebagian lagi dikelola
oleh LKMD 20% dengan sarana gerobak atau becak sampah,
diangkut dari tempat sampah, diangkut dari tempat sampah rumah
tangga ke bak sampah yang telah disediakan oleh DKP. Selanjutnya
dari bak sampah ke pembuangan akhir yang dikelola oleh DKP.
Sampah dari pasar, pertokoan dan kantor pemerintah langsung
dikelola oleh DPUK dengan sarana truk besar atau truk kecil.
Rencana Penyediaan Sarana Angkutan Sampah
Rencana penyediaan sarana angkutan sampah untuk BWK II secara
standart minimal memerlukan gerobak (becak – Kereta) sampah dan
truk. Berdasarkan pertimbangan tersebut, sampai tahun 2005 dengan
perkiraan target pelayanan sampah sebesar 138.797 kg/hari, maka
diperlukan 187 gerobak (1 gerobak dengan kapasitas 1 m3 dan 1 hari =
4 x 1 rit, berarti kapasitas angkut ± 4 m3/hari/gerobak) atau 31 truk (1
truk dengan kapasitas ± 6 m3 dan 1 hari = 3 x 1 rit, berarti kapasitas
angkut ± 18 m3/hari/truk) atau 23 Truk (1 truk dengan kapasitas ± 8 m3
dan 1 hari = 3 x 1 rit, berarti kapasitas angkut ± 24 m3/hari/truk) atau 19
truk (1 truk dengan kapasitas ± 10 m3 dan 1 hari = 3 x 1 rit, berarti
kapasitas angkut ± 30 m3/hari/truk).
Sedang pada tahun 2010 dengan perkiraan target pelayanan oleh
Pemerintah Daerah sebesar 286.564 kg/hari, diperlukan 287 gerobak (1
gerobak dengan kapasitas 1 m3 dan 1 hari = 4 x 1 rit, berarti kapasitas
angkut ± 4 m3/hari/gerobak) atau 48 truk (1 truk dengan kapasitas ± 6
m3 dan 1 hari = 3 x 1 rit, berarti kapasitas angkut ± 18 m3/hari/truk) atau
36 Truk (1 truk dengan kapasitas ± 8 m3 dan 1 hari = 3 x 1 rit, berarti
kapasitas angkut ± 24 m3/hari/truk) atau 29 truk (1 truk dengan kapasitas
± 10 m3 dan 1 hari = 3 x 1 rit, berarti kapasitas angkut ± 30 m3/hari/truk).
Pengelolaan sampah pada BWK II untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada Tabel TR.III.2 – 15 dan Peta PR.3.2 – 17.
5. Rencana Jaringan Pematusan/ Drainase
Dalam sistem jaringan pematusan, diperlukan saluran utama kota yang
dapat memanfaatkan saluran-saluran alamiah. Ditinjau dari kondisi
topografi, BWK II merupakan daerah yang berbukit, sehingga dalam
mengatasi pembuangan air hujan dan air limbah adalah dengan
menggunakan saluran yang ada di BWK II, yaitu :
Saluran Primer : Sungai Kali Garang
Saluran Sekunder : Saluran dari sungai kecil yang ada
Saluran Tersier : Untuk fungsi saluran tersier adalah saluran-
saluran pada kanan kiri pada setiap ruas jalan.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan guna mengatasi pembuangan air
hujan dan air limbah di BWK II adalah:
Sistem jaringan pematusan di kampung-kampung padat dan di
daerah pembangunan perumahan baru diarahkan untuk diberikan
jaringan drainase sekunder yang terpadu dengan sistem jaringan
kota secara keseluruhan;
Sistem pembangunan jalan harus dilengkapi saluran buangan
dengan dimensi yang cukup sesuai dengan fungsi jalan serta
saluran tersebut;
Perlunya pemeliharaan secara intensif terhadap saluran-saluran
yang ada;
Perlunya diadakan koordinasi yang baik dengan instansi terkait
seperti PLN, Telkom, PAM, dan sebagainya sehingga tidak terjadi
penyimpangan pada pipa-pipa yang akan mengakibatkan
kebocoran.
Sedangkan mengenai langkah-langkah yang dapat dilakukan sebagai
solusi agar sistem drainase dapat berjalan sempurna adalah
Program normalisasi Sungai Banjir Kanal Barat dan saluran
drainase kota dengan dilengkapi pelebaran jalan inspeksi sesuai
dengan hasil perhitungan yang telah dilakukan;
Pengembangan sistem drainase yang berwawasan lingkungan.
Selain itu, untuk mengatasi berkembangnya daerah permukiman,
perkantoran, pertokoan, aspal pavement dan lain-lain maka perlu adanya
beberapa upaya yang diantaranya sebagai berikut:
Pengahijauan kota;
Material yang digunakan untuk menutup permukaan tanah dipilih
material yang berpori sehingga dapat meresapkan air hujan;
Pembuatan sumur-sumur resapan air hujan guna mengurangi run
off air hujan;
Memfungsikan saluran tersier di sisi kanan kiri pada setiap ruas
jalan.
Untuk lebih jelas mengenai rencana jaringan drainase dapat dilihat pada
Peta PR.3.2 – 18.
3.9. Rencana Perpetakan Bangunan
Penetapan luas perpetakan bangunan direncanakan berdasarkan hierarkhi
tertinggi dari fungsi jalan. Untuk petak besar ditempatkan disepanjang jalan
yang memiliki hirarki tertinggi, petak sedang dan kecil pada hirarki
berikutnya. Bentuk petak-petak direncanakan dengan ketentuan teknis
sebagai berikut:
- Petak-petak diusahakan berbentuk empat persegi panjang
- Perbandingan panjang sisi petak/persil yang sejajar jalan dengan
yang tegak lurus jalan berkisar 3 : 4.
- Perpetakan kapling bangunan disesuaikan dengan hirarki / fugsi
jalan, artinya disisi jalan yang hirarkinya tinggi ditempati kapling yang
lebih luas.
- Kapling yang berhadap-hadapan diusahakan untuk tipe yang sama.
Luas perpetakan/ persil BWK II menyesuaikan dengan luasan yang telah
ada. Hal ini mengingat sifat lahan yang ada merupakan lahan yang sudah
berbentuk. Adapun dalam mengantisipasi adanya bangunan baru,
perpetakan bangunan sebagai berikut :
1. Kawasan Permukiman
Kawasan permukiman dibedakan untuk permukiman terencana dan
permukiman asli/ kampung. Untuk permukiman terencana perbandingan
yang digunakan 1 : 3 : 6 dengan luasan :
- Tipe rumah besar, ukuran ± 446 m2
- Tipe rumah sedang, ukuran ± 223 m2
- Tipe rumah kecil, ukuran ± 112 m2
Sedangkan mengenai lokasi dari kawasan perumahan/permukiman
tersebut pada dasarnya berada pada jalan-jalan lokal dan lingkungan
namun tidak menutup kemungkinan pembangunan rumah di jalan arteri
yang dilayani dengan jalan service dan kolektor. Apabila memang pada
lokasi tersebut di peruntukkan bagi perumahan terutama jalan-jalan arteri
dan kolektor yang melalui daerah transisi dan pusat kota.
2. Fasilitas Umum
Luasan perpetakan fasilitas umum disesuaikan dengan standar
kebutuhan fasilitas/ prasarana kota yang ditetapkan Direktorat Jendral
Cipta Karya.
Berdasarkan pembagian persil dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
- Klasifikasi I : > 2.500 m2 ; Khusus kawasan industri
- Klasifikasi II : 1.000 – 2.500 m2
- Klasifikasi III : 600 – 1.000 m2
- Klasifikasi IV : 250 – 600 m2
- Klasifikasi V : 100 – 250 m2
- Klasifikasi VI : 50 – 100 m2
3. Peraturan Bangunan Perdagangan dan Perniagaan
Pengaturan bangunan perdagangan dan perniagaan ini tidak hanya
mencakup pada kegiatan perdagangan formal seperti pertokoan, pasar,
pusat perbelanjaan, kantor perdagangan, bank/asuransi tetapi juga
mencakup kegiatan-kegiatan sektor informal. Pengaturan yang diberikan
berupa pemberian keharusan bagi bangunan perdagangan formal untuk
menyisihkan ruangnya sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan guna
kegiatan perdagangan sektor informal.
Secara prinsip, sebenarnya bangunan perdagangan perniagaan masih
bisa dibangun secara tradisional sebagai daerah pertokoan yang terletak
dipinggir jalan, tetapi juga perlu dikembangkan bangunan – bangunan
yang tidak merapat jalan berupa kompleks/pusat perbelanjaan yang tidak
berkembang mamanjang mengikuti jalan agar tidak mengganggu lalu
lintas khususnya yang berada di jalan arteri.
Arahan pengaturan tata bangunan pada BWK II dapat dilihat dalam Tabel
TR.III.2 – 16 dan Peta PR.3.2 - 19
3.10. Rencana Kepadatan Bangunan
Rencana kepadatan bangunan dideskripsikan dengan menetapkan KDB.
KDB (Koefesien Dasar Bangunan) merupakan angka banding antara total
luas lantai dasar bangunan dengan luas kaplingnya.
Dalam menetapkan KDB tersebut di gunakan rumusan maksimum
perbandingan sebagai berikut:
Berdasarkan pertimbangan rumusan tersebut serta dengan pertimbangan
fungsi dari ruas jalan maka dapat ditetapkan sebagai berikut:
a. Ruas jalan arteri primer: KDB nya ditetapkan sebagai berikut:
Perumahan : 20 %
Fasilitas Pendidikan : 60 %
Fasilitas olahraga : 40 %
Militer : 40 %
Rekreasi : 40 %
b. Ruas jalan arteri sekunder: KDB nya ditetapkan sebagai berikut:
Perkantoran : 60 %
Perdagangan dan jasa : 60 %
Fasilitas umum : 60 %
Militer : 40 %
c. Ruas jalan Kolektor Sekunder: KDB nya ditetapkan sebagai berikut:
Perkantoran : 60 %
Perdagangan dan jasa : 60 %
Fasilitas umum : 60 %
Perumahan : 60 %
Militer : 40 %
d. Ruas jalan Lokal Sekunder: KDB nya ditetapkan sebagai berikut:
Luas Lantai Dasar Bangunan KDB =
Luas Kapling
Perkantoran : 40 %
Perdagangan dan jasa : 40 %
Fasilitas umum : 40 %
Perumahan : 40 %
Militer : 40 %
3.11. Rencana Ketinggian Bangunan
Rencana ketinggian bangunan KLB merupakan angka banding antara total
luas lantai bangunan dengan luas kapling. Dalam menetapkan KLB tersebut
di gunakan rumusan maksimum perbandingan sebagai berikut:
Selain berdasarkan pertimbangan tersebut juga digunakan beberapa kriteria
yang mempengaruhi yaitu:
- daya dukung tanah
- sudut bayangan matahari
- fungsi dan kelas jalan
- keamanan dan estetika
- daya tampung dan kepadatan jalan
Berdasarkan pertimbangan tersebut maka
1. Ruas jalan arteri primer: KDB nya ditetapkan sebagai berikut:
Perumahan : 2-3 lantai dan KLB 0,6
Fasilitas Pendidikan : 2-4 lantai dan KLB 2,4
Fasilitas olahraga : 1-3 lantai dan KLB 1,2
Militer : 1-3 lantai dan KLB 1,2
Rekreasi : 2-4 lantai dan KLB 1,6
2. Ruas jalan arteri sekunder: KDB nya ditetapkan sebagai berikut:
Perkantoran : 4 lantai dan KLB 2,4
Perdagangan dan jasa : 2-4 lantai dan KLB 2,4
Fasilitas umum : 2-4 lantai dan KLB 2,4
Militer : 1-3 lantai dan KLB 1,2
Luas Lantai Total Bangunan KLB =
Luas Kapling
3. Ruas jalan Kolektor Sekunder: KDB nya ditetapkan sebagai berikut:
Perkantoran : 4 lantai dan KLB 2,4
Perdagangan dan jasa : 3-4 lantai dan KLB 2,4
Fasilitas umum : 2-4 lantai dan KLB 2,4
Perumahan : 2-3 lantai dan KLB 1,8
Militer : 1-2 lantai dan KLB 0,8
4. Ruas jalan Lokal Sekunder: KDB nya ditetapkan sebagai berikut:
Perkantoran : 2-4 lantai dan KLB 1,6
Perdagangan dan jasa : 1-3 lantai dan KLB 0,8 dan 1,2
Fasilitas umum : 1-3 lantai dan KLB 0,8 dan 1,2
Perumahan : 1-2 lantai dan KLB 0,8
Militer : 2-4 lantai dan KLB 1,6
Rekreasi : 1-3 lantai dan KLB 1,2
3.12. Rencana Garis Sempadan
Pengaturan garis sempadan bangunan pada BWK II dilakukan untuk
memberikan peluang pertumbuhan kota yang mampu mencerminkan
budaya dan cerminan dari waktu/masa. Adapun pengaturan garis sempadan
bangunan secara garis besar adalah sebagai berikut:
a. Garis Sempadan Muka Bangunan;
Berdasarkan peraturan bangunan Kabupaten Pekalongan maka
penetapan Garis Sempadan untuk tiap fungsi kawasan dan karakteristik
ruas jalannya adalah sebagai berikut:
a. Ruas jalan arteri primer;
GSB –nya adalah 32 meter
b. Ruas jalan arteri
sekunder; GSB –nya adalah 29 meter
c. Ruas jalan kolektor
sekunder; GSB –nya adalah 23 meter
d. Ruas jalan lokal
sekunder; GSB –nya adalah 17 meter
b. Garis Sempadan Samping dan Belakang
Bangunan
Garis sempadan samping dan belakang bangunan yang berbatasan
dengan persil bangunan di sampingnya ditetapkan sebagai berikut:
Untuk bangunan tunggal tidak bertingkat dapat berimpit apabila
berjarak minimal 1,5 meter
Untuk bangunan deret sampai dengan ketinggian 3 lantai dapat
berimpit.
c. Garis Sempadan Sungai
Garis sempadan sungai diberlakukan guna melindungsi sungai dari
kegiatan manusia yang dapat mengganggu dan merusak kualitas air
sungai, kondisi fisik pinggir dan dasar sungai serta mengamankan aliran
sungai.
Garis sempadan sungai ditetapkan secara umum untuk sungai yang
bertanggul sebesar 3 m di sebelah luar sepanjang kaki tanggul.
Sempadan sungai Kali Garang sebesar 200 m dari permukaan air
tertinggi/ air pasang sungai.
d. Garis Sempadan dan Ruang Bebas SUTET,
SUTT, dan SUTM
Berdasarkan pada Peraturan Menteri Pertambangan dan Energi No.
01.P/47/MPE/1992 tentang Ruang Bebas Saluran Tegangan Tinggi
(SUTT) dan Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) mengenai
penyaluran listrik terdapat dua jenis menara SUTT dan SUTET yaitu
1. Menara yang ditinggikan
Direncanakan untuk wilayah yang padat perumahan dengan jarak
bebas minimum antara penghantar SUTT dengan tanah/rumah 9 m
– 13,5 m sedangkan SUTET antara 8,5 – 15 m.
2. Menara yang tidak ditinggikan
Direncanakan untuk wilayah yang belum begitu padat daerah
permukimannya sehingga ruang bebas yang ditetapkan membentuk
sudut 45 o dari sumbu penghantar.
Sedangkan garis sempadan yang disyaratkan meliputi:
SUTT jarak antara titik proyeksi penghantar ke titik sudut 45 o
adalah 2,5 m – 4 m.
SUTET jarak antara titik proyeksi penghantar ke titik sudut 45 o
adalah 5 m – 5,5 m.
3.13. Rencana Penaganan Bangunan dan Jaringan
Rencana penanganan bangunan di BWK II terbagi dalam:
a. Bangunan Yang Akan Di Konservasi :
Berdasarkan Keputusan WaliKabupaten Pekalongan No. 646/50/1992
tentang Konservasi Bangunan-Bangunan Kuno/ bersejarah di wilayah
Kabupaten Pekalongan dan mengkaji inventarisasi dan penelitian yang
dilakukan oleh prof. Ir. Eko Budiharjo, Msc pada bulan februari 1988 di
Kabupaten Pekalongan terdapat 94 bangunan yang mempunyai nilai
sejarah dan arsitektural yang tinggi. Dari 94 bangunan tersebut
sebagian besar diantaranya berada di BWK II, yaitu :
1. Kelompok A ( Nilai 56-73)
RS Elizabeth
AKK dan SMA Ibu Kartini
Yayasan pendidikan kanisius
2. Kelompok B (nilai 51-55) :
Hotel candi baru
3. Kelompok C (nilai 45-50) :
Gerbang makam cina Jl. Sriwijawa
Rumah dinas kodam (depan taman diponegoro)
4. Kelompok D ( nilai 30-44) :
Kantor pos candi lama
Rumah Jl. Mataram (Jomblang)
b. Bangunan Yang Akan Ditingkatkan- Diperbaiki
Bangunan yang akan dirtingkatkan dan diperbaiki di BWK II sebagian
berada di :
Blok 3.1 ( Kelurahan Wonotingal)
Blok 3.2 (Kelurahan Kaliwiru)
Blok 3.3 (Kelurahan Candi)
Blok 3.4 (Kelurahan Tegal Sari)
Blok 4.1 (Kelurahan Jomlang)
c. Bangunan Yang Akan Dibangun
Bangunan yang akan dibangun di BWK II berada disebagian dari :
Blok 1.1 (Kelurahan Petompon)
Blok 1.2 (Kelurahan Bendan Ngisor)
Blok 2.1 (Kelurahan Bandungan)
Blok 2.2 (Kelurahan Lempong Sari)
Blok 2.4 (Kelurahan Karang Rejo)
d. Jaringan Jalan Baru Yang Di Bangun
Jaringan jalan baru yang dibangun berada di Blok 4.1, 4.2 Jalan Tol
Seksi C dan Jalan Inspeksi Jalan Tol Jangli - Pelabuhan serta di Blok
1.1, 1.2, 1.4 jalan Inspeksi Kali Banjir Kanal Barat.
e. Jaringan Jalan Yang Akan Ditingkatkan
Jaringan jalan yang akan ditingkatkan berada di Blok 1.2, 2.3 di Jalan
Papandayan, Blok 3.4, 3.1 di Jalan Kawi, Blok 3.1, 3.2 di Jl.
Sisingamangaraja, Blok 3.3, 3.4, 3.1 di Jl. Tegalsari, Blok 4.1 Jalan
Tentara Pelajar.
f. Jaringan Jalan Yang Akan Diperbaiki
Jaringan jalan yang akan diperbaiki berada di Blok 3.4 jalan Genuk
Krajan, Blok 2.4 di Jalan Semeru, dan Jalan Karangrejo, Blok 1.1, 1.2,
2.3 di jalan Tumpang, Blok 4.3 Jalan Kesatrian, Blok 4.2, 4.3 di jalan
Jangli, Blok 4.1, 4.2 di Jalan Karanganyar Gunung – Singotoro.
g. Jaringan Utilitas Yang Akan Dibangun
Jaringan utilitas yang akan dibangun meliputi:
1. Jaringan utilitas baru
- Jaringan air hujan dan drainase berada di Blok 1.2 dan 1.4
berupa normalisasi kali garang
2. Jaringan utilitas yang akan di tingkatkan
- Air bersih berada di Blok 2.3, 4.3, 2.4, dan 4.2;
- Jaringan listrik berada di Blok 4.1, 2.3, dan 1.3;
- Jaringan telepon berada di Blok 2.4 dan 1.3;
- Jaringan drainase di blok 1.4 dan 1.1.
3. Jaringan utilitas yang akan diperbaiki
- Air bersih berada di Blok 4.1, 4.2, dan 3.1;
- Jaringan listrik berada di Blok 3.3 dan 4.1;
- Jaringan telepon berada di Blok 4.1, 4.2, dan 2.3;
- Jaringan drainase di blok 2.3 dan 3.2.