bab3 starting

25
3.1. STARTING MOTOR SEBAGAI PENGGERAK MESIN-MESIN DI PG. REJO AGUNG BARU MADIUN Dalam proses produksi gula di PG Rejo Agung Baru Madiun di banyak menggunakan motor-motor induksi 3 fasa dengan berbagai jenis tegangan yang digunakan, mulai dari motor berukuran kecil sampai berukuran besar, maka dari itu setiap kali ingin mengoperasikan motor-motor tersebut kita harus menggunakan sistem kontrol agar lebih mudah dalam pengoperasian. Di PG REJO AGUNG BARU MADIUN menggunakan beberaka rangkaian kontrol starting motor seperti, DOL (Direct On Line), Star Delta, Autotranformator dan Soft Starter. 3.1.1. MOTOR INDUKSI Sebelum kita membahas tentang macam-macam starting sistem motor 3 fasa terlebih dahulu kita harus mengetahui tentang motor induksi.Motor induksi merupakan motor arus bolak-balik (ac) yang paling Iuas digunakan. Penamaannya berasal dari kenyataan bahwa arus rotor motor ini bukan diperoleh dari sumber tertentu, tetapi merupakan anus yang terinduksi sebagai akibat adanya perbedaan relatif antara putaran rotor dengan medan putar (rotating magnetic field) yang dihasilkan oleh arus stator.

Upload: m-abdwahid-atoillah

Post on 27-Dec-2015

116 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

Starting motor

TRANSCRIPT

Page 1: BAB3 Starting

3.1. STARTING MOTOR SEBAGAI PENGGERAK MESIN-MESIN DI PG. REJO

AGUNG BARU MADIUN

Dalam proses produksi gula di PG Rejo Agung Baru Madiun di banyak

menggunakan motor-motor induksi 3 fasa dengan berbagai jenis tegangan yang

digunakan, mulai dari motor berukuran kecil sampai berukuran besar, maka dari itu setiap

kali ingin mengoperasikan motor-motor tersebut kita harus menggunakan sistem kontrol

agar lebih mudah dalam pengoperasian. Di PG REJO AGUNG BARU MADIUN

menggunakan beberaka rangkaian kontrol starting motor seperti, DOL (Direct On Line),

Star Delta, Autotranformator dan Soft Starter.

3.1.1. MOTOR INDUKSI

Sebelum kita membahas tentang macam-macam starting sistem motor 3 fasa

terlebih dahulu kita harus mengetahui tentang motor induksi.Motor induksi merupakan

motor arus bolak-balik (ac) yang paling Iuas digunakan. Penamaannya berasal dari

kenyataan bahwa arus rotor motor ini bukan diperoleh dari sumber tertentu, tetapi

merupakan anus yang terinduksi sebagai akibat adanya perbedaan relatif antara putaran

rotor dengan medan putar (rotating magnetic field) yang dihasilkan oleh arus stator.

a.) Bentuk Fisik Motor

Induksi

b.) Bagian dalam

Motor

Gambar 3.11. Motor Induksi 3 fasa

Belitan stator yang dihubungkan dengan satu sumber tegangan tiga fasa akanmenghasilkan

medan magnet yang berputar dengan kecepatan sinkron (ns=120f/2p). Medan putar pada stator

tersebut akan memotong konduktor-konduktor pada rotor, sehingga terinduksi arus, dan sesuai

Page 2: BAB3 Starting

dengan hukum lentz, rotor pun akan turut berputar mengikuti medan putar stator. Perbedaan

putar relatif antara stator dan rotor disebut slip. Bertambahnya beban akan memperbesar kopel

motor, yang oleh karenanya akan memperbesar pula arus induksi pada rotor, sehingga slip

antara medan putar stator dan putaran rotor pun akan bertambah besar. Jadi, bila beban  motor

bertambah, putaran rotor cendrung menurun. Dikenai dua tipe motor induksi yaitu motor induksi

dengan rotor belitan dan motor Induksi dengan rotor sangkar. Motor induksi adalah salah satu

jenis dari motor-motor listrik yang bekerja berdasarkan induksi elektromagnet. Motor induksi

memiliki sebuah sumber energi listrik yaitu di sisi stator, sedangkan sistem kelistrikan di sisi

rotornya di induksikan melalui celah udara dari stator dengan media elektromagnet. Hal inilah

yang menyebabkannya diberi nama motor induksi. Adapun penggunaan motor induksi di industri

ini adalah sebagai penggerak, seperti untuk blower, kompresor, pompa, penggerak utama proses

produksi atau mill, peralatan workshop seperti mesin-mesin bor, grinda, crane, dan sebagainya.

Gambar 3.12. Rotor dan Stator

3.1.2. KONSTRUKSI MOTOR INDUKSI

Motor induksi pada dasarnya mempunyai 3 bagian penting seperti yang

diperlihatkan pada gambar 3.3 sebagai berikut.

1. Stator : Merupakan bagian yang diam dan mempunyai kumparan yang dapat

menginduksikan medan elektromagnetik kepada kumparan rotornya.

2. Celah : Merupakan celah udara: Tempat berpindahnya energi dari startor ke rotor.

3. Rotor : Merupakan bagian yang bergerak akibat adanya induksi magnet dari

kumparan stator yang diinduksikan kepada kumparan rotor.

Page 3: BAB3 Starting

a) Stator dan rotor

sangkar

b) Rotor belitan

Gambar 3.13. bentuk konstruksi dari motor induksi

3.1.3. JENIS-JENIS MOTOR LISTRIK

Motor listrik terbagi dua yaitu :

1. Motor arus bolak balik (AC)

Motor arus bolak balik (AC) terbagi menjadi :

- Motor sinkron

- Motor Induksi terbagi lagi menjadi :

-  Motor induksi 1 fasa

-  Motor induksi 3 fasa

2. Motor arus searah (DC)

Motor arus searah (DC) terbagi menjadi :

- Motor DC shunt

- Motor DC seri

- Motor DC Compound

3.1.4. MEDAN PUTAR

Perputaran motor pada mesin arus bolak-balik ditimbulkan oleh adanya medan putar

(fluks yang berputar) yang dihasilkan dalam kumparan statornya. Medan putar ini terjadi

apabila kumparan stator dihubungkan dalam fasa banyak, umurnnya tiga fasa.Hubungan

dapat berupa bintang atau delta.

Disini akan dijelaskan bagannana terjadinya medan putar itu. Perhatikan gambar 3.4

dibawah ini.

Page 4: BAB3 Starting

Gambar 3.14. Medan Putar

Misalnya kumparan a-a; b-b; c-c dihubungkan 3 fasa, dengan fasa rnasing-masing

120°(gambar 3.4a) dan dialiri arus sinusoid. Distribusi ia, ib, is sebagai  fungsi waktu

adalah seperti gambar 3.4b. pada keadaan tl, t2, t3, dan 14 fluks resultan yang ditimbulkan

oleh kumparan tersebut masing-masing adalab seperti gambar 3.4 c, d, e, dan f. Pada t1

fluks resultannya mempunyai arah sama dengan arah fluks yang dihasilkan oleh kumparan

a-a; sedangkan t2 fluks resultannya dihasilkan oleh kumparan b-b. Untuk t4, fluks

resultannya berlawanan arah dengan fluks resultan yang dihasilkan pada saat tl. Dari

gambar 3.4 c, d, e, dan f tersebut terlihat bahwa fluks resultan ini akan berputar satu kali.

Oleh karena itu, untuk mesin dengan jumlah kutub lebih dari dua, kecepatan sinkron dapat

diturunkan sebagai berikut

Ns=120.f/p

f = frekuensi

p = jumlah kutub

3.1.5. PRINSIP KERJA MOTOR INDUKSI

Prinsip kerja motor induksi adalah berdasarkan induksi elektromagnet,  dimana

tegangan sumber diberikan pada kumparan stator, sehingga inti besi di stator menjadi

magnet, kemudian menginduksikan magnet tersebut ke rotor. Dengan demikian, di

kumparan rotor akan terinduksi tegangan karena kumparan rotor merupakan loop tertutup,

maka akan mengalir arus di kumparan rotor tersebut yang berinteraksi dengan medan

magnet di stator, sehingga timbullah gaya putar pada rotor yang mendorong rotor untuk

berputar dengan kecepatan sinkron dan akan mengikuti persamaan

Dengan :

Page 5: BAB3 Starting

N = Kecepatan putar dari medan putar stator dalam rpm

F = Frekuensi arus dan tegangan stator

P = Banyaknya kutub

Garis-garis gaya fluks dari stator tersebut yang berputar akan memotong panghantar-

panghantar rotor sehingga pada penghantar rotor tersebut timbul Gaya Gerak Listrik

(GGL) atau tegangan induksi.

Berhubung kumparan rotor merupakan rangkaian yang tertutup maka pada kumparan

tersebut mengalir arus. Arus yang mengalir pada penghantar rotor yang berada dalam

medan magnet berputar dari stator, maka pada penghantar rotor tersebut timbul gaya-

gaya yang berpasangan dan berlawanan arah, gaya tersebut  menimbulkan torsi

yang cenderung memutar rotornya, rotor akan berputar dengan kecepatan (Nr) mengikuti

putaran medan putar stator (Ns).

3.1.6. MEMILIH MOTOR LISTRIK

Setiap motor listrik sebagai alat penggerak sudah mempunyai klasifikasi tertentu

sesuai dengan maksud penggunaannya menurut kebutuhan yang diinginkan. Klasifikasi

tiap motor listrik bisa dibaca pada papan nama (name plate) yang dipasang padanya

sehingga untuk berbagai keperluan bisa dipilih motor yang sesuai.

Di dalam pemakaian sederhana, klasifikasi motor hanya dikenal menurut :

1. Tenaga output motor (HP).

2. Sistem tegangan (searah, bolak-balik, ukurannya, fasenya).

3. Kecepatan motor (rendah, sedang, tinggi).

Dalam pemakaian yang sederhana ini belum dicapai hal-hal lain yang sangat

penting dalam memilih motor yang sesuai. Jadi dapat disimpulkan bahwa klasifikasi

motor ini sangatlah luas mencakup dalam :

1. Hal-hal yang dibutuhkan oleh mesin-mesin yang digerakkan (driven machines) yang

sesuai dengan tenaga dan torsi yang dibutuhkan

2. Karakteristik beban dan macam-macam kerja yang diperlukan

Page 6: BAB3 Starting

3. Konstruksi mesin-mesin yang digerakkan Hal-hal yang demikian akan memberikan pula

macam-macam variasi bentuk dari motor termasuk alat-alat perlengkapannya (alat-alat

pengusutan dan pengaturan).

3.1.7. MENINGKATKAN PERAWATAN

Hampir semua inti motor dibuat dari baja silikon atau baja gulung dingin yang

dihilangkan karbonnya, sifat sifat listriknya tidak berubah dengan usia. Walau begitu,

perawatan yang buruk dapat memperburuk efisiensi motor karena umur motor dan

operasi yang tidak handal. Sebagai contoh, pelumasan yang tidak benar dapat

menyebabkan meningkatnya gesekan pada motor dan penggerak transmisi peralatan.

Kehilangan resistansi pada motor, yang meningkat dengan kenaikan suhu.

Kondisi ambien dapat juga memiliki pengaruh yang merusak pada kinerja motor.

Sebagai contoh, suhu ekstrim, kadar debu yang tinggi, atmosfir yang korosif, dan

kelembaban dapat merusak sifat-sifat bahan isolasi; tekanan mekanis karena siklus

pembebanan dapat mengakibatkan kesalahan penggabungan. Perawatan yang tepat

diperlukan untuk menjaga kinerja motor. Sebuah daftar periksa praktek perawatan yang

baik akan meliputi sebagai berikut.

1. Pemeriksaan motor secara teratur untuk pemakaian bearings dan rumahnya (untuk

mengurangi kehilangan karena gesekan) dan untuk kotoran/debu pada saluran ventilasi

motor (untuk menjamin pendinginan motor)

2. Pemeriksaan kondisi beban untuk meyakinkan bahwa motor tidak kelebihan atau

kekurangan beban. Perubahan pada beban motor dari pengujian terakhir mengindikasikan

suatu perubahan pada beban yang digerakkan, penyebabnya yang harus diketahui.

3. Pemberian pelumas secara teratur. Pihak pembuat biasanya memberi rekomendasi untuk

cara dan waktu pelumasan motor. Pelumasan yang tidak cukup dapat menimbulkan

masalah, seperti yang telah diterangkan diatas. Pelumasan yang berlebihan dapat juga

menimbulkan masalah, misalnya minyak atau gemuk yang berlebihan dari bearing motor

dapat masuk ke motor dan menjenuhkan bahan isolasi motor, menyebabkan kegagalan

dini atau mengakibatkan resiko kebakaran.

Page 7: BAB3 Starting

4. Pemeriksaan secara berkala untuk sambungan motor yang benar dan peralatan yang

digerakkan. Sambungan yang tidak benar dapat mengakibatkan sumbu as dan bearings

lebih cepat aus, mengakibatkan kerusakan terhadap motor dan peralatan yang digerakkan.

5. Dipastikan bahwa kawat pemasok dan ukuran kotak terminal dan pemasangannya benar.

Sambungan sambungan pada motor dan starter harus diperiksa untuk meyakinkan

kebersihan dan kekencangnya.

6. Penyediaan ventilasi yang cukup dan menjaga agar saluran pendingin motor bersih untuk

membantu penghilangan panas untuk mengurangi kehilangan yang berlebihan. Umur

isolasi pada motor akan lebih lama: untuk setiap kenaikan suhu operasi motor 100C diatas

suhu puncak yang direkomendasikan, waktu pegulungan ulang akan lebih cepat,

diperkirakan separuhnya.

3.1.8. STARTING SISTEM MENGOPERASIKAN MOTOR

Masalah pada saat starting motor induksi yang umum menjadi perhatian adalah

pada motor-motor induksi tiga fasa yang memiliki kapasitas yang besar. Selama periode

waktu starting, motor pada sistem akan dianggap sebagai sebuah impedansi kecil yang

terhubung dengan sebuah bus/jarigan. Motor akan mengambil arus yang besar dari

sistem, sekitar enam kali arus ratingnya, dan bisa menyebabkan voltage drop pada sistem

serta menyebabkan gangguan pada operasi beban yang lain. Hal ini dikarenakan pada

motor, khususnya motor induksi, akan terjadi lonjakan arus pada saat starting. Lonjakan

arus ini disebabkan oleh kondisi motor yang masih diam saat akan distart. Karena rotor

belum bergerak, kecepatan relatif rotor terhadap medan magnet putar saat start akan

maksimal sehingga tegangan yang diinduksikannya akan maksimal pula dan

mengakibatkan nilai arus yang mengalir akan sangat besar.

Hal lain yang menyebabkan lonjakan arus tersebut adalah adanya inrush current,

yang disebabkan oleh sifat motor yang dianalogikan sebagai suatu induktor besar.

Resistansi motor sangat kecil bila dibandingkan dengan induktansinya, sehingga saat

starting, di mana induktansi motor masih bisa diabaikan, impedansinya hanya berasal dari

resistansi yang bernilai kecil, dan menyebabkan arus yang mengalir akan sangat tinggi

nilainya.

Page 8: BAB3 Starting

Walaupun arus start yang besar tersebut hanya berlangsung dalam waktu yang

cukup singkat, namun hal tersebut juga menyebabkan jatuh tegangan (voltage drop)

sesaat yang disebut dengan voltage dip. Voltage Dip adalah penurunan tegangan antara

(10 – 90) % dari tegangan nominal yang terjadi dalam waktu yang relatif singkat (0,5

cycle – beberapa detik). Efek yang merugikan akibat voltage dip ini meliputi :

1. Torsi yang bersifat transient yang dapat menyebabkan stress (tekanan) yang berlebih

pada sistem mekanisnya.

2. Menghambat akselerasi (percepatan) putaran motor menuju kecepatan normal.

3. Kegagalan kerja dari peralatan – peralatan lainnya seperti relay, contactor dan

menyebabkan flicker cahaya yang cukup mengganggu.

Demi menjaga gar motor tetap beroperasi dan mencegah kegagalan kerja motor

untuk mencapai kecepatan nominalnya, maka sebaiknya voltage dip tidak sampai di

bawah 70% dari tegangan nominal. Ini dengan menganggap bahwa flicker cahaya

bukanlah suatu hal yang mengganggu. Namun, jika faktor kualitas operasional dan

pelayanan adalah hal yang utama, maka batasan voltage dip yang diizinkan adalah

10%.Untuk menanggualangi lonjakan arus ini, dapat digunakan beberapa cara starting

motor induksi, antara lain:

a. Direct On Line starter

Direct On Line starter merupakan starting langsung. Penggunaan metoda ini

sering dilakukan untuk motor-motor ac yang mempunyai kapasitas daya yang kecil.

Pengertian penyambungan langsung disini, motor yang akan dijalankan langsung di

switch on ke sumber tegangan jala-jala sesuai dengan besar tegangan nominal motor.

Artinya tidak perlu mengatur atau menurunkan tegangan pada saat starting (lihat

gambar).

Page 9: BAB3 Starting

Gambar 3.15. Rangkaian DOL Starter

Besar arus startnya dari 4 sampai 7 dari arus beban penuhnya (bila tidak diketahui

biasanya dipakai 6x arus beban penuhnya). Starter ini terdiri dari Breaker sebagai

proteksi hubung singkat, Magnetik Contactor, Over Currrent Relay dan komponen

control seperti push button, MCB dan pilot lamp. Kontrol Start dan Stop dilakukan

dengan push button yang mengontrol tegangan pada coil contactor. Sementara itu output

OCR terangkai secara serrie sehingga jika OCR trip, maka output OCR akan melepas

tegangan ke coil contaktor. Komponen penyusun starter ini harus mempunyai ampacity

yang cukup besar. Perlu diperhitungkan juga arus saat start motor, demikian juga ukuran

range overloadnya.

b. Star Delta starter

Starter ini mengurangi lonjakan arus dan torsi pada saat start. Tersusun atas 3

buah contaktor yaitu Main Contactor, Star Contactor dan Delta Contactor, Timer untuk

pengalihan dari Star ke Delta serta sebuah overload relay. Pada saat start, starter

terhubung secara Star. Gulungan stator hanya menerima tegangan sekitar 0,578 (seper

akar tiga) dari tegangan line. Jadi arus dan torsi yang dihasilkan akan lebih kecil dari

pada DOL Starter. Setelah mendekati speed normal starter akan berpindah menjadi

Page 10: BAB3 Starting

terkoneksi secara Delta. Starter ini akan bekerja dengan baik jika saat start motor tidak

terbebani dengan berat.

Gambar 3.16. Star-Delta Starter

Pada star delta starter, arus yang mengalir adalah

dimana,

IDOL= Arus start langsung

c. Autotransformer starter

Starting dengan cara ini adalah dengan menghubungkan motor pada tap tegangan

sekunder autotransformer terendah. Setelah beberapa saat motor dipercepat tap

autotransformer diputuskan dari rangkaian dan motor terhubung langsung pada tegangan

penuh.

Page 11: BAB3 Starting

a.gambar panel rangkaian starting auto transformator

b.komponen fisik autotransformator

Gambar 3.17. Rangkaian Autotransformer Starter

Pada autotransformer starter, arus yang mengalir adalah

dmana :

Page 12: BAB3 Starting

Vm     = Tegangan sekunder dari Auto-Transformer

V1     = Tegangan supply

IDOL     = Arus start langsung

d. Soft starter

Soft starter dipergunakan untuk mengatur/ memperhalus start dari elektrik motor.

Prisip kerjanya adalah dengan mengatur tegangan yang masuk ke motor. Pertama-tama motor

hanya diberikan tegangan yang rendah sehingga arus dan torsipun juga rendah. Pada level ini

motor hanya sekedar bergerak perlahan dan tidak menimbulkan kejutan. Selanjutnya

tegangan akan dinaikan secara bertahap sampai ke nominal tegangannya dan motor akan

berputar dengan dengan kondisi RPM yang nominal.

Gambar 3.18. Diagram Soft Starter

Komponen utama softstarter adalah thyristor dan rangkaian yang mengatur

trigger thyristor. Seperti diketahui, output thyristor dapat di atur via pin gate nya.

Rangkaian tersebut akan mengontrol level tegangan yang akan dikeluarkan oleh thyristor.

Thyristor yang terpasang bisa pada 2 phase atau 3 phase.

Gambar 3.19. Pengaturan tegangan tyristor

Selain untuk starting motor, Softstarter juga dilengkapi fitur soft stop. Jadi saat

stop, tegangan juga dikurangi secara perlahan atau tidak dilepaskan begitu saja seperti

pada starter yang menggunakan contactor.

Page 13: BAB3 Starting

Gambar 3.20. Rangkaian Softstarter

e. Frequency drive (Starting Sistem dengan Inverter)

Frequency Drive sering disebut juga dengan VSD (Variable Speed Drive), VFD

(Variable frequency Drive) atau Inverter.VSD terdiri dari 2 bagian utama yaitu penyearah

tegangan AC (50 atau 60 HZ) ke DC dan bagian kedua adalah membalikan dari DC ke

tegangan AC dengan frequency yang diinginkan. VSD memanfaatkan sifat motor sesuai

dengan rumus sbb:

di mana :

RPM = kecepatan merupakan putaran dalam motor

f = frekuensi

p = jumlah kutub motor

Dengan demikian jika frekuensi motor ditingkatkan maka akan meningkatkan

kecepatan motor, sebaliknya dengan memperkecil frekuensi akan memperlambat

kecepatan motor.

Pengendalian frekuensi motor menggunakan rangkaian inverter, seperti pada

gambar:

Page 14: BAB3 Starting

Gambar 3.21. Rangkaian kendali dan panel kontrol Inverter

Prinsip kerja inverter yang sedehana adalah :

Tegangan yang masuk dari jala jala 50 Hz dialirkan ke board Rectifier/ penyearah

DC, dan ditampung ke bank kapasitor. Jadi dari AC di jadikan DC.

Tegangan DC kemudian diumpankan ke board inverter untuk dijadikan AC kembali

dengan frekuensi sesuai kebutuhan. Jadi dari DC ke AC yang komponen utamanya

adalah Semiconduktor aktif seperti IGBT (Insulated Gate Bipolar Transistor). Dengan

menggunakan frekuensi carrier (bisa sampai 20 kHz), tegangan DC dicacah dan

dimodulasi sehingga keluar tegangan dan frekuensi yang diinginkan.

Pengontrolan start, stop, jogging dll bisa dilakukan dengan dua cara yaitu via

local dan remote. Local maksudnya adalah dengan menekan tombol pada keypad di

inverternya. Sedangkan remote dengan menghubungkan terminal di board control

dengan tombol external seperti push button atau switch. Masing masing option

tersebut mempunyai kelemahan dan keunggulan sendiri sendiri.

Frekuensi dikontrol dengan berbagai macam cara yaitu : melalui keypad

(local), dengan external potensiometer, Input 0 ~ 10 VDC , 4 ~ 20 mA atau dengan

preset memori. Semua itu bisa dilakukan dengan mengisi parameter program yang

sesuai.

Pada tabel berikut diberikan perbandingan performa dari aneka metode yang

umum digunakan sebagai metode soft starting pada motor induksi, khususnya motor

induksi tiga fasa.

Page 15: BAB3 Starting

Tabel 3.2. Tabel start setiap rangkaian

3.1.9. PENGAMAN RANGKAIAN STARTING SISTEM

Setiap rangkaian komponen dan alat-alat listrik yang akan digunakan untuk

kebutuhan industri dan produksi harus diberi sistem proteksi untuk menghindari bergabai

macam gangguan, misalnya hubung singkat, beban lebih, dan lain sebagainya, terutama

untuk rangkaian starting sistem motor di PG Rejo Agung Baru Madiun, ada beberapa

komponen yang umum digunakan sebagai pengaman motor, seperti EOCR,TOR, dan

fuse

a. Electronic Over Current Relay

Electronic Over Current Relay adalah komponen elektrik yang berfungsi untuk

membatasi arus yang mengalir pada motor. Terdapat beberapa istilah yang berhubungan

dengan EOCR.

Page 16: BAB3 Starting

- D-Time

Pada setiap motor selalu ada lonjakan arus di awal penyalaannya (Starting

Current). D-time digunakan untuk mengatur EOCR agar tidak trip saat motor baru

dinyalakan. Setelah waktu yang diatur di D-time habis, maka EOCR akan menyensor

arus normal motor.

- O-Time

O-Time digunakan untuk mengatur waktu trip saat terjadi arus lebih.Misalkan O-

time diatur 1 detik dan arus pada EOCR diatur 1 Ampere. Saat terjadi kenaikan arus

menjadi 1,5 A maka EOCR akan trip saat arus 1,5A tersebut telah melebihi 1 detik. Jika

kenaikan tersebut hanya sesaat (kurang dari setting O-time) maka EOCR tidak akan trip.

- Locked Rotor

Locked Rotor dapat terjadi pada semua motor. Rotor yang seharusnya berputar

dapat terkunci dengan berbagai sebab misalkan terjadi beban lebih yang membuat motor

tersebut tidak kuat berputar. Dengan tidak berputarnya rotor maka arus yang mengalir ke

motor akan semakin besar dan dapat menyebabkan gulungan motor terbakar.

- Phase Loss Protector

EOCR akan trip juga ketika terjadi hilang fasa. Di dalam EOCR terdapat 2 atau 3

transformer yang mendeteksi keberadaan masing-masing fasa. Jika ada salah satu fasa

yang hilang maka EOCR akan trip.

Gambar berikut menunjukkan bentuk dari EOCR Schneider 

Gambar 3.22. EOCR Schneider

Page 17: BAB3 Starting

b. Thermal Overload Relay

Thermal Overload Relay (TOR) adalah komponen yang fungsinya hampir sama

dengan EOCR. TOR juga dipasang untuk melindungi motor dari beban lebih. Perbedaan

TOR dengan EOCR adalah cara kerja TOR berdasarkan panas yang menggerakkan

bimetal. Gambar

Gambar 3.24. Thermal Overload Relay

mengilustrasikan kerja dari TOR. 

Gambar 3.25. Ilustrasi Cara Kerja TOR

Sumber: listrikpemakaian.wordpress.com

Page 18: BAB3 Starting

Terdapat bagian yang akan putus jika suhu yang melewati TOR tersebut lebih dari

nilai yang diset. 

c. Perbandingan TOR dengan EOCR

Tabel dibawah ini menunjukkan perbandingan antara TOR dengan EOCR 

Tabel 3.3. perbandingan TOR dan EOCR

Berdasarkan tabel diatas, pemilihan penggunaan TOR dan EOCR tergantung pada

urgensi motor yang akan diamankan. Jika motor yang akan diproteksi adalah motor

dengan beban kerja yang tinggi, misalkan motor pengangkut pasir yang ada kemungkinan

terjadi locked rotor karena tidak kuat mengangkut pasir, lebih baik menggunakan EOCR.

Jika motor yang akan diproteksi adalah motor dengan beban kerja ringan maka TOR

adalah pilihan yang baik juga.