bab irepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45072... · web viewmenghilangkan risiko...
TRANSCRIPT
PENGARUH INVENTORY INTENSITY RATIO, ACTIVITY RATIO DAN OWNERSHIP STRUCTURE TERHADAP
EFFECTIVE TAX RATE
(Studi empiris pada perusahaan sektor Manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia tahun 2013-2017)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana
Ekonomi
Oleh:
Dwi Oktaviani
NIM : 11140820000021
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440 H/2018
PENGARUH INVENTORY INTENSITY RATIO, ACTIVITY RATIO DAN OWNERSHIP STRUCTURE TERHADAP EFFECTIVE TAX RATE
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan BisnisUntuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
DWI OKTAVIANI11140820000021
Di Bawah Bimbingan
Fitri Damayanti, SE.,M.Si.NIP. 19810731 200604 2 003
JURUSAN AKUNTANSIFAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1440 H/2018 M
ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini, Kamis, 28 Juni 2018 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas mahasiswa/i:
Nama : Dwi Oktaviani
No. Induk Mahasiswa : 11140820000021
Jurusan : Akuntansi
Judul Skripsi : Pengaruh Inventory Intensity Ratio, Activity Ratio
dan Ownership Structure terhadap Effective Tax
Rate (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2013-2017)
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama proses Ujian Komprehensif, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut dinyatakan LULUS dan diberi kesempatan untuk melanjutkan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 28 Juni 2018
1. Yusro Rahma, SE.,M.Si. (......................................)NIP. 19800506 200801 2 016 Penguji I
2. Atiqah, SE.,M.S, Ak (............................................)NIP. 19820120 200912 2 004 Penguji II
iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari ini Selasa, 11 Desember 2018 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa:
1. Nama : Dwi Oktaviani
2. NIM : 11140820000021
3. Jurusan : Akuntansi
4. Judul Skripsi : Pengaruh Inventory Intensity Ratio, Activity Ratio dan
Ownership Structure terhadap Effective Tax Rate (Studi
Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia Tahun 2013-2017)
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses ujian skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa
tersebut di atas dinyatakan LULUS dan skripsi ini diterima sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 11 Desember 2018
1. Yessi Fitri, SE.,M.Si.,Ak.,CA ( )
NIP. 19760924 200604 2 002 Ketua Penguji
2. Dr. Rini, M.Si.,Ak.,CA
NIP. 19760315 200501 2 002
3. Fitri Damayanti, SE.,M.Si. ( )
NIP. 19810731 200604 2 003 Pembimbing
iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Dwi Oktaviani
Nomor Induk Mahasiswa : 11140820000021
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Jurusan : Akuntansi
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan
dan mempertanggungjawabkan
2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah orang lain
3. Tidak menggunakan karya ilmiah orang lain tanpa menyebutkan
sumber asli atau tanpa menyebut pemilik karya
4. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas
karya ini
Jikalau di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya dan telah
melalui pembuktian yang dapat di pertanggungjawabkan, ternyata memang
ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan di atas, maka saya siap
untuk dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Jakarta, 27 November 2018
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama : Dwi Oktaviani
2. Tempat, Tanggal Lahir : Bogor, 16 Oktober 1996
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Alamat : Kp. Panggulan RT. 04 RW. 05,
Kelurahan Pengasinan, Kecamatan
Sawangan, Kota Depok
5. Telepon : 087879576448
6. Email : [email protected]
II. Pendidikan
1. TK Khusnul Hotimah Tahun 2001-2002
2. SDN 03 Pengasinan Tahun 2002-2008
3. SMPN 10 Depok Tahun 2008-2011
4. SMA Al-Hasra Depok Tahun 2011-2014
5. S1 Ekonomi UIN Syarif Tahun 2014-2018
Hidayatullah Jakarta
III. Latar Belakang Keluarga
1. Ayah : Herman
2. Ibu : Soleha
3. Anak ke- : Pertama dari Dua bersaudara
IV. Pengalaman Organisasi
1. Paskibraka Kota Depok Tahun 2012
2. Anggota Divisi Seni dan Olahraga Himpunan Mahasiswa Jurusan
Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Periode 2014-2015
vi
3. Anggota Divisi Seni dan Musik Himpunan Mahasiswa Jurusan
Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Periode 2015-2016
4. Bendahara KKN Yassir 054 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2017
vii
THE EFFECT OF INVENTORY INTENSITY RATIO, ACTIVITY RATIO AND OWNERSHIP STRUCTURE TO EFFECTIVE TAX
ABSTRACT
The purpose of this research is to analyze the effect of inventory intensity ratio, activity ratio and ownership structure to effective tax rate. This research was conducted to a Manufaktur Sector listed on the Indonesia Stock Exchange during 2013-2017.
The sample of this research are chosen using purposive sampling. This reeseach obtained data 59 companies data per year, after the data is being processed, acquired 32 companies data affected by outlier. Total number of sample used in this research are 115 companies with 23 companies per year. Hypohesis testing in this research using multiple linear regression analysis with of SPSS software version 24.
The results of this research indicate that inventory intensity ratio have no effect on effective tax rate. While activity ratio, managerial ownership and institutional ownership have significant impact on effective tax rate.
Keyword: inventory intensity ratio, activity ratio, managerial ownership, institutional ownership, effective tax rate.
viii
PENGARUH INVENTORY INTENSITY RATIO, ACTIVITY RATIO DAN OWNERSHIP STRUCTURE TERHADAP EFFECTIVE TAX RATE
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini untuk menganalisis pengaruh inventory intensity ratio, activity ratio dan ownership structure terhadap effective tax rate. Penelitian ini dilakukan pada Perusahaan sektor Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2013-2017.
Sampel penelitian ini dipilih dengan menggunakan purposive sampling. Penelitian ini diperoleh data 59 perusahaan pertahunnya, setelah dilakukan pengolahan data terdapat 32 perusahaan terkena outlier, total sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 115 perusahaan dengan pertahunnya yaitu 23 perusahaan. Pengujian hipotesis ini menggunakan uji regresi linear berganda dengan software SPSS versi 24.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa inventory intensity ratio tidak berpengaruh terhadap effective tax rate. Sedangkan activity ratio, kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional berpengaruh terhadap effective tax rate.
Kata kunci: Inventory intensity ratio, activity ratio, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, effective tax rate.
ix
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT
yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Inventory Intensity Ratio,
Activity Ratio dan Ownership Structure terhadap Effective Tax Rate”. Shalawat
serta salam senantiasa penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang
telah membimbing umatnya menuju jalan kebenaran.
Skripsi ini merupakan tugas akhir yang harus diselesaikan sebagai syarat guna
meraih gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa banyak pihak yang telah membantu
dalam proses penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu, syukur Alhamdulillah
penulis hanturkan atas kekuatan Allah SWT yang telah menganugerahkannya.
Selain itu, penulis juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan
penghargaan yang sebesar-besarnya kepada:
1. Orang tuaku tercinta, Bapak Herman dan Ibu Soleha yang selalu dengan ikhlas
memberikan dukungan dengan penuh perhatian, kasih sayang, semangat dan
doa yang tiada henti kepada penulis.
2. Adik tersayang Andhika Rizky Saputra yang telah memberikan semangat
kepada penulis.
3. Bapak Dr. M. Arief Mufraini, Lc., M.Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Yessi Fitri, SE., M.Si., Ak selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Bapak Hepi Prayudiawan, SE.,MM.,Ak.,CA selaku Sekretaris Jurusan
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Ibu Fitri Damayanti, SE., M.Si. selaku dosen Pembimbing Skripsi yang telah
bersedia menyediakan waktunya untuk membimbing, berdiskusi, dan
x
memberikan motivasi kepada penulis. Terimakasih atas semua saran yang Ibu
berikan selama proses penulisan skripsi sampai terlaksananya sidang skripsi.
7. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan yang
sangat luas kepada penulis selama perkuliahan, semoga menjadi ilmu yang
bermanfaat dan menjadi amal kebaikan bagi kita semua.
8. Seluruh Staf Tata Usaha serta karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu
peneliti dalam mengurus segala kebutuhan administrasi dan lain-lain.
9. Sahabat seperjuangan di masa-masa kuliah Andi Nuraeni, Mahhal Qa’dah
Widayanti, Najah Widadil Yumna, Liana Khodijah terimakasih selalu saling
support, mendoakan dan memberikan semangat kepada penulis untuk
menyelesaikan skripsi ini. Dan terimakasih juga untuk sahabatku Nurfatin
Salma Rufaidah yang telah memberikan semangat, serta doa dan meluangkan
waktunya untuk membantu dalam pembuatan skripsi hingga selesainya skripsi
ini.
10. Sahabat-sahabatku Putri, Noni, Farah, Indah, Zuhra, Dewi, Eno, Syifa, Fety,
Intan, Lisna, Imtiyaz yang telah memberikan semangat serta doa kepada
penulis.
11. Teman-teman seperjuangan Akuntansi angkatan 2014, terimakasih atas doa
dan insipirasinya selama menempuh pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta. Sukses untuk kita semua.
12. Keluarga besar HMJ Akuntansi yang telah memberikan banyak pembelajaran
dan pengalaman organisasi kepada penulis.
13. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu atas bantuannya
dalam proses penyusunan skripsi ini.
xi
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukkan bahkan
kritik yang membangun dari berbagai pihak.
Jakarta, 27 November 2018
(Dwi Oktaviani)
xii
DAFTAR ISI
COVER................................................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI..................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN KOMPREHENSIF............................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI................................................... iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH............................ v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP.............................................................................vi
ABSTRACT......................................................................................................... viii
ABSTRAK............................................................................................................ ix
KATA PENGANTAR.......................................................................................... x
DAFTAR ISI...................................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL.............................................................................................. xv
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................... xvii
BAB I. PENDAHULUAN......................................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................8
C. Tujuan Penelitian......................................................................................8
D. Manfaat Penelitian....................................................................................9
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................10
A. Tinjauan Literatur....................................................................................10
1. Teori Keagenan (Agency Theory)........................................................10
2. Pajak.....................................................................................................13
3. Effective Tax Rate (ETR).....................................................................15
4. Inventory Intensity Ratio......................................................................16
5. Activity Ratio........................................................................................18
6. Kepemilikan Manajerial......................................................................20
7. Kepemilikan Institusional....................................................................21
B. Hasil Penelitian Terdahulu.......................................................................22
xiii
C. Pengembangan Hipotesis.........................................................................29
1. Pengaruh Inventory Intensity Ratio terhadap Effective Tax Rate........29
2. Pengaruh Activity Ratio terhadap Effective Tax Rate..........................30
3. Pengaruh Ownership Structure terhadap Effective Tax Rate..............32
D. Kerangka pemikiran.................................................................................35
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN.........................................................36
A. Ruang Lingkup Penelitian......................................................................36
B. Metode Penentuan Sampel.....................................................................36
C. Operasionalisasi Variabel Penelitian......................................................37
1. Variabel Dependen..............................................................................37
2. Variabel Independen............................................................................38
D. Metode Analisis Data.............................................................................40
1. Analisis Statistik Deskriptif.................................................................41
2. Uji Asumsi Klasik................................................................................41
3. Uji Hipotesis........................................................................................44
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................47
A. Gambaran Umum Objek Penelitian........................................................47
B. Hasil Uji Instrumen Penelitian...............................................................49
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif................................................................49
2. Hasil Uji Asumsi Klasik......................................................................51
3. Hasil Uji Hipotesis...............................................................................58
C. Pembahasan............................................................................................63
1. Pengaruh Inventory Intensity Ratio terhadap Effective Tax Rate........63
2. Pengaruh Activity Ratio terhadap Effective Tax Rate..........................64
3. Pengaruh Ownership Structure terhadap Effective Tax Rate..............65
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN..............................................................70
A. Kesimpulan.............................................................................................70
B. Keterbatasan...........................................................................................71
C. Saran.......................................................................................................71
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................73
LAMPIRAN-LAMPIRAN..................................................................................76
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu.....................................................................23
Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel......................................................................40
Tabel 4.1 Kriteria Penentuan Sampel....................................................................48
Tabel 4.2 Statistik Deskriptif.................................................................................50
Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas Dengan Kolmogorof-Smirnov (K-S)...................54
Tabel 4.4 Hasil Uji Multikolinearitas....................................................................55
Tabel 4.5 Hasil Uji Autokorelasi Dengan Runs Test.............................................56
Tabel 4.6 Hasil Uji Heterokedatisitas Dengan Uji White......................................58
Tabel 4.7 Hasil Uji Koefisien Determinasi............................................................59
Tabel 4.8 Hasil Uji Signifikansi Simultan.............................................................60
Tabel 4.9 Hasil Uji Signifikansi Individual...........................................................61
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran...............................................................35
Gambar 4.1 Hasil Uji Normalitas Dengan Histogram...........................................52
Gambar 4.2 Hasil Uji Normalitas Dengan Grafik Normal Plot.............................53
Gambar 4.3 Hasil Uji Heteroskedasitas Dengan Scatterplot.................................57
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 Data Perusahaan Sampel...............................................................77
LAMPIRAN 2 Perhitungan Inventory Intensity Ratio...........................................78
LAMPIRAN 3 Perhitungan Activity Ratio.............................................................83
LAMPIRAN 4 Perhitungan Kepemilikan Manajerial...........................................88
LAMPIRAN 5 Perhitungan Kepemilikan Institusional.........................................89
LAMPIRAN 6 Perhitungan Effective Tax Rate.....................................................90
LAMPIRAN 7 Hasil Output SPSS........................................................................95
xvii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan alam yang
berlimpah dan terletak pada kondisi geografis yang strategis. Tidak heran
banyak perusahaan-perusahaan yang mendirikan usahanya di Indonesia.
Oleh sebab itu, semakin banyak perusahaan yang mendirikan usahanya di
Indonesia, semakin menguntungkan pemerintah dalam penerimaan negara
dari sektor pajak.
Putri & Launtania (2016) menyebutkan bahwa, bagi pemerintah
pajak tersebut merupakan salah satu sumber pendanaan dalam membiayai
pembangunan negara. Bagi perusahaan, pajak merupakan hal yang ingin
dihindari karena merugikan perusahaan. Pajak bagi perusahaan merupakan
beban yang dapat mengurangi laba bersih dari suatu perusahaan. Zulaikha
(2014) menyebutkan bahwa reformasi perpajakan adalah perubahan yang
mendasar di segala aspek perpajakan yang memiliki tiga tujuan utama,
yaitu tingkat kepatuhan sukarela yang tinggi, kepercayaan pada
administrasi perpajakan yang tinggi dan produktivitas aparat perpajakan
yang tinggi. Pemerintah sebagai pengambil kebijakan fiskal harus
melakukan perubahan sistem perpajakan menjadi lebih baik dalam rangka
meningkatkan penerimaan negara dalam sektor pajak.
Untuk mendorong perusahaan agar tidak merasa pajak merupakan
beban yang harus dihindari dan mendorong mereka untuk lebih giat lagi
1
berusaha, pemerintah memberikan insentif penurunan pajak badan
terhadap perusahaan pada Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 pasal 17
ayat 2(b) menjelaskan bahwa : “Wajib pajak badan dalam negeri yang
berbentuk perseroan terbuka yang paling sedikit 40% (empat puluh
persen) dari jumlah keseluruhan saham yang disetor diperdagangkan di
bursa efek di Indonesia dan memenuhi persyaratan tertentu lainnya dapat
memperoleh tarif sebesar 5% (lima persen) lebih rendah daripada tarif
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dan ayat (2a) yang diatur
dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah.”
Tidak hanya penurunan tarif, dengan berlakunya Peraturan
Pemerintah Nomor 46 tahun 2013 tentang penyederhanaan perhitungan
pajak, yaitu apabila penghasilan dari usaha yang diperoleh wajib pajak
badan tidak lebih dari Rp 4,8 miliar dalam setahun akan dikenakan tarif
sebesar 1%. Pemerintah berharap dengan penuruan tarif pajak dan
penyederhaan perhitungan pajak, diharapkan dapat menguntungkan pihak
wajib pajak sehingga penerimaan dari wajib pajak badan juga ikut
meningkat. Di Indonesia, sistem perpajakan yang digunakan adalah self
assessment system yaitu pemerintah memberikan wewenang kepada
pengusaha kena pajak untuk menghitung dan melaporkan pajak sendiri.
Penggunaan self assessment system dapat memberikan kesempatan
perusahaan untuk menghitung penghasilan kena pajak serendah mungkin,
sehingga beban pajak yang ditanggung perusahaan menjadi turun
(Zulaikha, 2014).
2
Musyarrofah (2017) menyebutkan bahwa kegunaan pajak adalah
untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum sehubungan dengan
tugas-tugas negara yang menyelenggarakan pemerintah. Pajak juga
mempunyai fungsi yang dibedakan menjadi dua, yaitu menurut fungsi
penerimaan (budgeter) pajak sebagai sumber dana yang ditujukan untuk
pembiayaan pengeluaran pemerintah dan fungsi mengatur (regular) pajak
sebagai alat ukur untuk melaksanakan kebijakan dibidang sosial maupun
ekonomi contohnya seperti PPnBM, Pajak Ekspor 0% dan lain-lain.
Wajib pajak di Indonesia dibagi menjadi dua, yaitu wajib pajak
orang pribadi dan wajib pajak badan. Wajib pajak orang pribadi adalah
dimana wajib pajak yang dibayar dengan sendirinya atau yang belum
menikah sedangkan wajib pajak badan adalah wajib pajak yang
mempunyai hak dan kewajiban sesuai dengan peraturan perundang-
undangan perpajakan serta telah mendaftarkan diri guna memperoleh
Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).
Tarif pajak efektif perusahaan (Effective Tax Rate) sering
digunakan sebagai salah satu acuan oleh para pembuat keputusan dan
pihak-pihak yang berkepentingan untuk membuat kebijakan dalam
perusahaan dan memuat kesimpulan sistem perpajakan pada perusahaan.
Menurut Lestari, et al (2015) salah satu cara untuk mengukur seberapa
baik sebuah perusahaan mengelola pajaknya adalah dengan melihat tarif
pajak efektifnya. Efektif tidaknya upaya perusahaan memperkecil beban
pajaknya dilihat melalui effective tax rate (ETR) perusahaan tersebut. Pada
3
dasarnya effective tax rate (ETR) merupakan perbandingan antara
kewajiban perpajakan yang dihasilkan dari penghasilan kena pajak
berdasarkan peraturan perpajakan, terhadap laba akuntansi berdasarkan
standar akuntansi.
Upaya pemerintah untuk melakukan pengoptimalan dalam sektor
pajak ini bukan tanpa kendala. Salah satu kendala pemerintah dalam upaya
pengoptimalan sektor pajak ini adalah penghindaran pajak (Tax
Avoidance) dan penggelapan pajak (Tax Evasion) atau dengan berbagai
kebijakan yang diterapkan perusahaan untuk meminimalkan jumlah pajak
yang dibayar perusahaan, salah satunya adalah perusahaan dapat memilih
metode akuntansi yang tepat untuk menurunkan effective tax rate (ETR).
Penghindaran pajak (Tax Avoidance) adalah suatu tindakan yang benar-
benar legal (Zulaikha, 2014).
Penghidaran pajak sama sekali tidak melanggar hukum dan bahkan
dapat memperoleh penghematan pajak dengan cara memanfaatkan
kelonggaran-kelonggaran aturan yang mengatur tentang pajak, sehingga
perusahaan dapat menghemat pengeluaran pajak. Sedangkan penggelapan
pajak (Tax Evasion) adalah usaha meminimalkan pembayaran pajak,
namun melanggar hukum yang berlaku tentang perpajakan. Dengan
menggunakan tarif pajak efektif dapat dijadikan kategori pengukuran
perencanaan pajak yang efektif.
Terdapat kasus Tax Avoidance di dalam suatu perusahaan yang
bergerak di bidang jasa kesehatan di Singapura, yaitu PT RNI. Dimana PT
4
RNI tersebut sedang dilakukan pemeriksaan oleh Kantor Direktorat
Jenderal Pajak (DJP), perusahaan tersebut diduga melakukan upaya-upaya
penghindaran pajak. Menteri Keuangan Bambang, menegaskan bahwa
perusahaan yang melakukan penghindaran pajak atau tidak tertib terhadap
kewajiban pajaknya, akan dikenakan sanksi hukum. Namun yang menarik
di dalam kasus ini adalah banyak modus-modus dimulai dari administrasi
sampai aktivitas perusahaan yang dilakukan dalam melakukan kewajiban
pajak.
Apabila kita melihat dalam segi pemodalannya, PT RNI bertahan
hidup dengan menggantungkan dari utang afiliasi yaitu pemilik pusat di
Singapura memberikan pinjaman kepada RNI di Indonesia. Jadi dia tidak
menanamkan modal tetapi memberikan modal tersebut sebagai utang,
dimana kita lihat apabila utang tersebut mempunyai bunga dan dibayarkan
itu dianggap seperti dividend oleh pemilik pusat di Singapura. Karena
modal perusahaan dianggap sebagai utang maka akan mengurangi pajak
terhutangnya dan bisa menghindarkan dari kewajiban pajaknya.
Perusahaan tersebut mempunyai dua pemegang saham yang
memberikan keputusan tertinggi di Indonesia. Namun dua pemegang
saham tersebut tidak melamporkan SPT pajak, terhitung dari 2007-2015
dan dua pemegang saham ini adalah orang asli Singapura tidak
membayarkan pajak penghasilannya, padahal dia sudah mempunyai
penghasilan di Indonesia. (www.ekonomi.kompas.com)
5
Berdasarkan dari kasus mengenai perusahaan yang melakukan
penghindaran pajak di Indonesia, selama beberapa tahun ini menjadi isu
yang sangat penting, yang membutuhkan perhatian lebih dari pemerintah.
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perusahaan di dalam
mempengaruhi ETR, diantaranya inventory intensity ratio, activity ratio ,
dan ownership structure. Putri & Launtania (2016) menyebutkan bahwa
tingkat persediaan atau inventory intensity ratio yang tinggi dapat
mengurangi jumlah pajak yang dibayar perusahaan. Hal ini karena
timbulnya beban-beban bagi perusahaan akibat dari adanya persediaan
(Herjanto, 2007:248). Beban-beban tersebut akan mengurangi laba bersih
perusahaan dan mengurangi jumlah pajak yang dibayarkan oleh
perusahaan. Manajer akan berusaha meminimalisir beban tambahan karena
banyaknya persediaan agar tidak mengurangi laba perusahaan. Tetapi di
sisi lain, manajer akan memaksimalkan biaya tambahan yang terpaksa
ditanggung untuk menekan beban pajak yang dibayar perusahaan.
Activity ratio atau rasio aktivitas merupakan rasio yang digunakan
untuk mengukur tingkat efisiensi pemanfaatan sumberdaya perusahaan
(penjualan, persediaan, piutang, dan lainnya) atau rasio untuk menilai
kemampuan perusahaan dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari
Ambarukmi dan Diana (2017). Salah satu proksi yang digunakan untuk
mengukur rasio aktivitas yaitu assets turnover. Asset Turnover
menunjukkan kemampuan perusahaan dalam mengelola seluruh aktiva
untuk menghasilkan penjualan, semakin besar rasio ini berarti semakin
6
efektif pengelolaan aktiva yang dimiliki perusahaan (Jumhana, 2007).
Menurut Mufidah dan Azizah (2018), semakin tinggi Ratio Total Asset
Turnover berarti semakin efisien penggunaan keseluruhan aktiva di dalam
menghasilkan penjualan.
ETR juga dipengaruhi oleh struktur kepemilikan perusahaan.
Struktur kepemilikan perusahaan terdiri dari kepemilikan institusional dan
kepemilikan manajerial. Menurut Ali et al. (2008) ketika kepemilikan
manajerial dalam sebuah perusahaan tinggi, manajer cenderung akan
mengurangi usahanya untuk memaksimalkan nilai perusahaan dan
dorongan untuk memanipulasi laba termasuk meningkatkan laba dan
menurunkan beban pajak. Kepemilikan institusional juga akan
mempengaruhi perusahaan agar lebih agresif dalam upaya memaksimalkan
laba setelah pajak, sehingga pihak institusi sebagai pemegang saham akan
fokus pada kinerja jangka pendek yang mendorong manajer membuat
keputusan untuk meningkatkan laba jangka pendek (Khurana & Moser,
2009). Dengan adanya pengawasan dari kepemilikan institusional dan
kepemilikan manajerial akan membuat pihak perusahaan lebih berhati-hati
dalam menentukan strategi terkait dengan pajak.
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian sebelumnya yang
diteliti oleh Putri & Launtania (2016). Variabel independen yang
digunakan penelitian sebelumnya menggunakan variabel capital intensity
ratio, inventory intensity ratio, ownership structure, dan profitability.
Sedangkan dalam penelitian ini hanya menggunakan variabel inventory
7
intensity ratio dan ownership structure. Dan menambah variabel activity
ratio dari penelitian. Ambarukmi dan Diana (2017).
Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti melakukan penelitian yang
berjudul “Pengaruh Inventory Intensity Ratio, Activity Ratio dan
Ownership Structure Terhadap Effective Tax Rate pada Perusahaan
Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Tahun 2014-2016”
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang di kemukakan, maka permasalahan
pokok yang dirumsukan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:
1. Apakah inventory intensity ratio berpengaruh terhadap effective tax
rate ?
2. Apakah activity ratio berpengaruh terhadap effective tax rate ?
3. Apakah ownership structure yang diproksikan pada kepemilikan
manajerial dan kepemilikan institusional berpengaruh terhadap
effective tax rate?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk
menemukan bukti empiris atas hal-hal sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengaruh inventory intensity ratio terhadap effective
tax rate
2. Untuk mengetahui pengaruh activity ratio terhadap effective tax rate
8
3. Untuk mengetahui pengaruh ownership structure yang diproksikan
pada kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional
berpengaruh terhadap effective tax rate
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini di harapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-
pihak yang berkepentingan sebagai berikut:
1. Kontribusi Teoritis
a. Mahasiswa jurusan akuntansi, penelitian ini bermanfaat sebagai
bahan referensi penelitian selanjutrnya dan pembanding untuk
menambah ilmu pengetahuan.
b. Masyarakat, sebagai sarana informasi untuk menambah
pengetahuan akuntansi.
c. Penulis, sebagai sarana untuk memperluas wawasan serta
menambah referensi mengenai topik ini.
2. Kontribusi Praktis
a. Bagi pembuat kebijakan perpajakan agar dapat lebih
memperhatikan hal-hal yang bisa digunakan oleh perusahaan yang
dapat mengurangi pendapatan negara dari sektor pajak.
b. Bagi perusahaan agar perusahaan dapat lebih baik lagi dalam upaya
mengurangi beban pajak yang dihasilkan oleh perusahaan.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Literatur
1. Teori Keagenan (Agency Theory)
Jensen & Meckling (1976) menjelaskan teori agensi adalah
kontrak antara satu atau beberapa principal yang menyewa orang lain
(agent) untuk melakukan beberapa jasa atas nama mereka yang
meliputi pendelegasian wewenang pengambilan keputusan kepada
agent. Dalam pendelegasian wewenang pemilik (principal) kepada
manajer (agent), manajemen diberi hak untuk mengambil keputusan
bisnis bagi kepentingan pemilik. Namun terkadang manajer tidak
melaporkan keadaan perusahaan sesuai dengan keadaaan perusahaan
yang sebenarnya.
Manajer berkewajiban untuk mengelola perusahaan dengan
sebaik-baiknya sehingga perusahaan akan mendapatkan laba yang
cukup signifikan, kemudian agen melaporkan kepada pemilik
perusahaan (principal) tentang keadaan perusahaan untuk mengetahui
apakah kinerja perusahaan berjalan dengan sesuai apa yang
diharapkan. Karena memiliki tanggungjawab yang berat, manajer
menuntut pemilik perusahaan (principal) untuk mendapatkan imbalan
yang sesuai dengan permintaan manajer. Hal ini dapat memunculkan
10
asimetri informasi karena terdapat perbedaan kepentingan dan tujuan
antara prinsipal dan agen. (Zulaikha, 2014)
Menurut Zulaikha (2014) asimetri infromasi pada teori agensi
terjadi karena faktor-faktor berikut:
a. Adverse selection
Adverse selection mengungkapkan bahwa adanya ketidak
seimbangan informasi yang dimiliki antara kedua belah pihak yaitu
principal (pemegang saham, debitur, pemilik perusahaan) dan
agent (manajemen perusahaan).
b. Moral hazard
Moral hazard menjelaskan tentang suatu bentuk
penyelewengan yang dilakukan pihak agent (manajemen
perusahaan) yang tidak sesuai dengan kontrak yang telah
disepakati. Hal tersebut terjadi akibat kegiatan manajer perusahaan
yang tidak diketahui oleh para pemegang saham maupun kreditur
sehingga memungkinkan agen untuk melakukan tindakan-tindakan
yang tidak sesuai dengan norma.
Perbedaan kepentingan antara principal dan agent dapat
mempengaruhi berbagai hal yang menyangkut kinerja perusahaan,
salah satunya adalah kebijakan perusahaan mengenai pajak. Sistem
perpajakan di Indonesia yang menggunakan self assessment system
yaitu wewenang yang diberikan oleh pemerintah untuk menghitung
dan melaporkan pajak sendiri. Penggunaaan self assessment system
11
dapat memberikan kesempatan pihak agent untuk menghitung
penghasilan kena pajak serendah mungkin, sehingga beban pajak yang
ditanggung perusahaan menjadi turun. Hal ini dilakukan pihak agent
karena adanya asimetris informasi terhadap pihak principal, dengan
melakukan manajemen pajak maka pihak agent akan memperoleh
keuntungan tersendiri yang tidak bisa didapatkan dari kerjasama
dengan pihak principal. (Zulaikha, 2014)
Menurut Musyarrofah (2017) perbedaan kepentingan antara
manajer dan pemegang saham mengakibatkan timbulnya masalah yang
biasa disebut agency problem. Untuk mengurangi masalah antara
manajer dan pemegang saham salah satunya dengan cara
meningkatkan kepemilikan manajerial dalam suatu perusahaan.
Jika dalam struktur kepemilikan perusahaan dimiliki oleh
kepemilikan manajerial, maka manajer akan berupaya untuk
mengambil langkah-langkah untuk mengurangi kewajiban pajak
perusahaan selama beberapa tahun ketika kepemilikan manajerial
dalam sebuah perusahaan tinggi maka manajer cenderung akan
mengurangi usahanya untuk memaksimalkan nilai perusahaan dan
mendorong untuk memanipulasi laba termasuk meningkatkan laba dan
menurunkan beban pajak. Semakin tinggi kepemilikan manajerial yang
dimiliki perusahaan maka akan memiliki Cash effective tax rate yang
rendah. (Musyarrofah, 2017)
12
Sedangkan adanya kepemilikan institusional akan mendorong
peningkatan pengawasan pada manejemen. Pengawasan yang tinggi
maka akan meminimalisasi tingkat penyelewengan-penyelewengan
yang terjadi pada pihak manajemen maka akan mengurangi perilaku
opportunistic manajer yang dapat mengurangi agency cost. (Susanti
dan Mildawati, 2014).
Selain struktur kepemilikan, dalam agensi teori manajer akan
berusaha meminimalisir beban tambahan karena banyaknya persediaan
agar tidak mengurangi laba perusahaan. Di sisi lain, manajer akan
memaksimalkan biaya tambahan yang terpaksa ditanggung untuk
menekan beban pajak. Cara yang akan digunakan manajer adalah
dengan membebankan biaya tambahan persediaan untuk menurunkan
laba perusahaan sehingga dapat menurunkan beban pajak perusahaan.
Jika laba perusahaan mengecil, maka akan menyebabkan menurunnya
pajak yang dibayarkan oleh perusahaan. (Putri & Launtania, 2016)
2. Pajak
Berdasarkan UU No. 28 tahun 2007 pasal 1 ayat (1) pengertian
pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undangundang,
dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan
untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
(Putri & Launtania, 2016)
13
Berikut ini beberapa pengertian pajak yang dikutip dari
Sukrisno Agoes dan Estralita Trisnawati dalam bukunya yang berjudul
Akuntansi Perpajakan (2013:6) sebagai berikut :
a. Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H
Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-
undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapatkan jasa
timbal-balik (kontrapresti) yang langsung dapat ditunjukkan, dan
yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.
b. Prof. Dr. P. J. A Andriani
Pajak adalah iuran kepada neagara (yang dapat dipaksakan) yang
terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-
peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung
dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai
pengeluaran-pengeluaran umum berhubung dengan tugas negara
untuk menyelenggarakan pemerintahan.
c. Prof. Dr. MJH. Smeets
Pajak adalah prestasi kepada pemerintah yang terutang melalui
norma-norma umum, dan yang dapat dipaksakan, tanpa adanya
kontraprestasi yang dapat ditunjukkan secara individual;
maksudnya adalah untuk membiayai pengeluaran pemerintah.
Sedangkan pengertian pajak sesuai Pasal 1 angka 1 UU
KUP menyebutkan bahwa “Pajak adalah kontribusi wajib kepada
negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat
14
memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan
imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara
dan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.
Dari beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli
dapat ditarik kesimpulan bahwa:
1) Pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan undang-
undang serta aturan pelaksanaannya.
2) Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukan adanya
kontraprestasi individual oleh pemerintah.
3) Pajak dipungut oleh negara baik pemerintah pusat maupun
daerah.
4) Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah
yang bila dari pemasukannya masih terdapat surplus,
dipergunakan untuk membiayai public investment.
5) Pajak dapat pula membiayai tujuan yang tidak bujeter, yaitu
fungsi mengatur.
3. Effective Tax Rate (ETR)
Menurut Richardson & Lanis (2007) Tarif pajak efektif adalah
perbandingan antara pajak riil yang kita bayar dengan laba komersial
sebelum pajak. Tarif pajak efektif digunakan untuk mengukur dampak
perubahan kebijakan perpajakan atas beban pajak perusahaan. Dengan
menggunakan tarif pajak efektif kita bisa mengetahui seberapa besar
persentase perusahaan sebenarnya membayar pajak sebenarnya
15
terhadap laba komersial yang diperoleh oleh perusahaan. Serta dari
tarif pajak efektif ini perusahaan bisa melihat berapa riilnya
perusahaan membayar pajak apakah lebih besar atau lebih kecil dari
tarif yang ditetapkan berdasarkan laba komersial sebelum pajak
perusahaan tersebut. Tarif pajak efektif perusahaan merupakan ukuran
penting dari beban pajak bagi para pembuat kebijakan untuk jenis
usaha tertentu dan dalam pemberian insentif kepada wajib pajak.
(Imelia, 2015).
Effective Tax Rate adalah tarif pajak yang sesungguhnya
berlaku atas penghasilan Wajib Pajak yang diperoleh dari perhitungan
rasio antara beban pajak penghasilan kini (current tax expense) dengan
laba sebelum pajak penghasilan (earning before income tax/EBIT).
Soepriyanto (2011) berpendapat bahwa secara ringkas, ETR
menunjukkan efektivitas pemberian tax incentive dan tax planning
dalam perhitungan yang mudah dilakukan.
4. Inventory Intensity Ratio
Inventory Intensity Ratio menunjukkan keefektifan dan
keefisienan perusahaan untuk mengatur investasinya dalam persediaan
yang direfleksikan dalam berapa kali persediaan itu diputar selama satu
periode tertentu (Etty dan Rasita, 2005). Menurut Harahap (2009)
rasio ini menggambarkan hubungan antara volume barang yang terjual
dengan volume dari persediaan yang ada ditangan dan digunakan
16
sebagai salah satu ukuran efisiensi perusahaan. Beberapa fungsi dari
persediaan menurut Herjanto (2007:238) antara lain:
a. Menghilangkan risiko keterlambatan pengiriman bahan baku atau
barang yang diperlukan oleh perusahaan.
b. Menghilangkan risiko jika material yang dipesan tidak baik
sehingga harus dikembalikan.
c. Menghilangkan risiko terhadap kenaikan harga barang atau
inflasi.
d. Untuk menyimpan bahan baku yang dihasilkan secara musiman
sehingga persediaan tidak akan kesulitan jika bahan baku tidak
tersedia di pasaran.
e. Mendapatkan keuntungan dari pembelian berdasarkan diskon
kuantitas. Memberikan pelayanan kepada pelanggan dengan
tersedianya barang yang diperlukan.
f. Meningkatnya biaya penyimpanan, dan resiko kerusakan barang
yang lebih besar. Persediaan merupakan salah satu aset yang
sangat penting bagi suatu entitas baik bagi perusahaan ritel,
manufaktur, jasa, maupun entitas lainnya (Martani et al, 2012).
Perusahaan yang memiliki jumlah persediaan yang besar
membutuhkan biaya yang besar untuk mengatur persediaan yang
ada. Herjanto (2007:237) menjelaskan bahwa jumlah persediaan
yang besar akan mengakibatkan timbulnya dana menganggur
yang besar, meningkatnya biaya penyimpanan, dan resiko
17
kerusakan barang yang lebih besar. Persediaan merupakan salah
satu aset yang sangat penting bagi suatu entitas baik bagi
perusahaan ritel, manufaktur, jasa, maupun entitas lainnya
(Martani et al, 2012).
5. Activity Ratio
Rasio aktivitas adalah rasio yang mengukur seberapa efektif
perusahaan menggunakan sumber daya yang dimiliki, sejauh mana
efisiensi perusahaan dalam menggunakan aset untuk memperoleh
penjualan. Menurut Deanta (2009:27) rasio aktivitas diantaranya
adalah perputaran total aktiva, periode pengumpulan piutang,
perputaran piutang, perputaran persediaan dan perputaran aktiva tetap.
a. Perputaran Total Aktiva (Total Assets Turnover)
Perputaran total aktiva menunjukkan atau mengukur
kemampuan dana yang tertanam dalam keseluruhan aktiva
yang berputar pada suatu periode atau kemampuan modal yang
diinvestasikan untuk menghasilkan penjualan. Rasio ini dicari
dengan membagi penjualan netto dengan total aktiva (rata-
rata).
b. Perputaran Piutang (Receivable Turnover)
Perputaran piutang mengukur kemampuan perusahaan dalam
mengelola dana yang tertanam dalam piutang yang berputar
pada suatu periode tertentu (biasanya dalam satu tahun).
18
Receivable Turnover dicari dengan membagi penjualan kredit
dengan piutang rata-rata.
c. Periode pengumpulan piutang (Average Collection Period)
Periode pengumpulan piutang menunjukkan rata-rata hari yang
diperlukan untuk mengubah piutang menjadi kas. Jika
menghasilkan angka yang semakin tinggi menunjukkan bahwa
kebijaksanaan kredit terlalu liberal yang dapat mengakibatkan
piutang tidak tertagih dan investasi dalam piutang terlalu
tinggi. Angka rasio ini semakin kecil menunjukkan hasil yang
semakin baik. Average Collection Period dapat dicari dengan
mengalikan piutang rata-rata dengan 360 hari selanjutnya
hasilnya dibagi dengan penjualan kredit.
d. Perputaran persediaan (Inventory Turover)
Perputaran persediaan digunakan untuk mengukur kemampuan
dana yang tertanam dalam persediaan yang berputar pada suatu
periode tertentu. Atau. Likuiditas dari persediaan dan tendensi
adanya “overstock”. Rasio ini dicari dengan membagi harga
pokok penjualan dengan persediaan rata-rata.
e. Working Carpital Turnover
Working Capital Turnover digunakan untuk mengukur
kemampuan modal kerja (netto) yang berputar pada suatu
periode siklus kas (cash cycle) yang terdapat di perusahaan.
Working Capital Turnover dapat dicari dengan membagi
19
penjualan netto dengan hasil dari pengurangan aktiva lancar
dengan hutang lancar.
f. Perputaran Aktiva Tetap (Fixed Assets Turnover)
Perputaran aktiva tetap digunakan untuk mengukur bagaimana
perusahaan menggunakan aktiva tetapnya. Rasio ini dicari
dengan membagi penjualan dengan jumlah aktiva tetap.
6. Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan manajerial adalah kondisi yang menunjukkan
bahwa manajer memiliki saham dalam perusahaan atau manajer
tersebut sekaligus sebagai pemegang saham perusahaan (Rustiarini,
2011). Kepemilikan saham manajerial dapat menyelaraskan antara
kepentingan pemegang saham dengan manajer, karena manajer ikut
dapat merasakan langsung manfaat dari keputusan yang diambilnya
dan manajer juga akan menanggung risiko apabila ada kerugian yang
timbul sebagai konsekuensi dari pengambilan keputusan yang salah.
(Putri & Launtania, 2016)
Kepemilikan manajerial juga berhasil menjadi mekanisme
untuk mengurangi masalah keagenan dari manajer dengan
menyelaraskan kepentingan-kepentingan manajer dengan pemegang
saham. Sehingga permasalahan keagenan dapat diasumsikan akan
hilang jika seorang manajer dianggap sebagai seorang pemilik.
Kebijakan dan keputusan perusahaan dengan adanya kepemilikan
manajerial tentu akan berbeda dengan perusahaan tanpa kepemilikan
20
manajerial. Perusahaan dengan kepemilikan manajerial, sebagai
pemegang saham tentunya akan menyeimbangkan kepentingannya
sebagai manajer dan pemegang saham. Kepemilikan manajerial dapat
dihitung dengan cara membandingkan jumlah saham yang dimiliki
direksi dan komisaris dengan total saham yang beredar. (Putri &
Launtania, 2016)
7. Kepemilikan Institusional
Kepemilikan institusional merupakan jumlah saham
perusahaan yang dimiliki oleh pihak institusi atau lembaga antara lain
seperti perusahaan investasi, perusahaan asuransi, bank ataupun
perusahaan-perusahaan swasta lain. Dengan adanya kepemilikan
institusional, pemegang saham mampu mengoptimalkan pengawasan
kinerja manajemen dengan memonitoring setiap keputusan yang
diambil oleh pihak manajemen yang bertindak sebagai pengelola
perusahaan. Putri & Launtania (2016) menyatakan bahwa kepemilikan
institusional memainkan peran penting dalam pengawasan,
mendisiplinkan, dan mempengaruhi manajer.
Adanya pengawasan yang optimal terhadap kinerja manajer,
maka manajer akan lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan.
Beberapa metode yang digunakan oleh pemilik institusional yang
dapat mempengaruhi pengambilan keputusan manajerial, mulai dari
diskusi informal dengan manajemen, sampai dengan pengendalian
seluruh kegiatan operasional dan pengambilan keputusan perusahaan.
21
B. Hasil Penelitian Terdahulu
Adapun hasil sebelumnya dari penelitian-penelitian terdahulu
mengenai topik yang berkaitan dengan penelitian ini dapat dilihat dalam
tabel berikut:
22
Tabel 2.1Hasil Penelitian Terdahulu
No Peneliti (Tahun)
Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil penelitianPersamaan Perbedaan
1. Citra Lestari Putri, dan Maya Febrianty Lautania (2016)
Pengaruh Capital Intensity Ratio, Inventory Intensity Ratio, OwnershipStrucutre Dan Profitability Terhadap Effective Tax Rate (Etr)
Variabel inventory intensity ratio, ownership structure, effective tax rate dan objek penelitian
Variabel capital intensity ratio, profitability dan tahun data penelitian
Capital intensity ratio, inventory intensity ratio,managerial ownership, institutional ownership,dan profitability berpengaruh secara bersamasamaterhadap ETR
2. Eva Musyarrofah dan Lailatul Amanah (2017)
Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Leverage, Dan SizeTerhadap Cash Effective Tax Rate
Variabel kepemilikan manajerial, effective tax rate dan objek penelitian
Variabel leverage, size dan tahun data penelitian
Kepemilikan manajerial dan size berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ETR. Sedangkan leverage berpengaruh positif dan signifikan terhadap ETR.
Bersambung pada halaman selanjutnya
23
Tabel 2.1 (lanjutan)
No Peneliti (Tahun)
Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil penelitianPersamaan Perbedaan
3. May Wulandari dan Dovi Septiari (2015)
Effective Tax Rate: Efek dari Corporate Governance
Variabel kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, effective tax rate dan objek penelitian
Variabel ukuran dewan komisaris, proporsi komisaris independen, komite audit internal,
Ukuran dewanKomisaris, proporsi dewan komisaris independen,Kepemilikan institusional dan komite audit internalBerpengaruh langsung terhadap effective tax rate(ETR). Kepemilikan manajerial tidak berpengaruhSignifikan terhadap effective tax rate (ETR).
4. Khusniyah Tri Ambarukmi dan Nur Diana (2017)
Pengaruh Size, Leverage, Profitability, Capital Inttensity RatioDan Activity Ratio Terhadap Effective Tax Rate (ETR)
Variabel activity ratio, dan effective tax rate
Variabel size, leverage, profitability, capital intensity ratio, objek penelitian dan tahun data penelitian
Size, leverage, profitability berpengaruh positive tidak signifikan terhadap ETR, Capital Intensity Ratio dan activity ratio berpengaruh negative tidak signifikan terhadap Effective Tax Rate
Bersambung pada halaman selanjutnya
24
Tabel 2.1 (lanjutan)
No Peneliti (Tahun)
Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil penelitianPersamaan Perbedaan
5. Rahati Wulansari (2015)
Pengaruh karakteristik corporate governanceTerhadap effective tax rate (ETR)(studi empiris pada perusahaanPerbankan yang terdaftarDi BEI tahun 2011-2013)
Variabel ownership structure dan effective tax rate
Variabel komisaris independen, komite audit, investor institusional
Komisaris independen, komite audit, investor institusional berpengaruh terhadap ETR, kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap ETR.
6. Tiffany Tanoto dan Gatot Soepriyanto (2013)
Analisis dampak reformasiPerpajakan pph badan dan faktorfaktorYang berpengaruh terhadapTarif pajak efektif padaPerusahaan go public di Indonesia
Variabel inventory intensity ratio dan effective tax rate
Variabel size, leverage, capital intensity
size dan inventory intensity ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap ETR, leverage dan capital intensity berpengaruh terhadap ETR
Bersambung pada halaman selanjutnya
25
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No Peneliti (Tahun)
Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil PenelitianPersamaan Perbedaan
7. Septi Imelia (2015)
Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Manajemen Pajak Dengan Indikator Tarif Pajak Efektif (ETR) Pada Perusahaan Lq45 Yang Terdaftar Dalam Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2012
Variabel inventory intensity ratio dan effective tax rate
Variabelsize, leverage, profitability, fixed asset intensity, taxation facilities, independent commissioners
Ukuran perusahaan, profitabilitas, intensitas persediaan, intensitas aset tetap tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen pajak perusahaan, sedangkan hutang perusahaan, fasilitas perpajakan dan komisaris independen berpengaruh signifikan terhadap Manajemen Pajak Perusahaan.
Bersambung pada halaman selanjutnya
26
Tabel 2.1 (lanjutan)
No Peneliti (Tahun)
Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil penelitianPersamaan Perbedaan
8. Vidiyanna Rizal Putri (2018)
Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Effective Tax Rate
Variabel kepemilikan institusional dan effective tax rate
Variabelprofitabilitas, leverage, intensitas modal dan penghindaran pajak
Intersity modal dan Kepemilikan institusional tidak berpengaruh pada penghindaran pajak dan profitabilitas dan leverage berpengaruh positif signifikan terhadap tax avoidance pada perusahaan konstruksi.
9. Yong-Ching Chiou, Yao-Chih Hsieh and Wenyi Lin (2012)
Determinants of effect tax rates for firms listed on China’s stock markets:panel models with two-sided censors
Variabel inventory intensity ratio dan Effective Tax Rate
Perbedaan variabel capital intensity, size, leverage
Capital intensity berpengaruh tidak signifikan terhadap ETR, size berpengaruh positif dan signifikan terhadap ETR, leverage berpengaruh negatif dan signififkan terhadap ETR, dan inventory intensity berpengaruh positif terhadap ETR
Bersambung pada halaman selanjutnya
27
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No Peneliti (Tahun)
Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil PenelitianPersamaan Perbedaan
10. Iqbal Nul Hakim Darmadi dan Zulaikha (2013)
Analisis Faktor yang Mempengaruhi Manajemen PajakDengan Indikator Tarif Pajak Efektif(Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang TerdaftarDi Bursa Efek Indonesia Pada Tahun 2011-2012)
Variabel intensitas persediaan dan effective tax rate
VariabelUkuran perusahaan, tingkat hutang, profitabilitas, intensitas aset tetap, fasilitas perpajakan
Ukuran perusahaan, tingkat hutang, intensitas aset tetap, intensitas persediaan berpengaruh negatif terhadap ETR, pemberian fasilitas perpajakan dan profitabilitas berpengaruh positif terhadap ETR.
28
C. Pengembangan Hipotesis
1. Pengaruh Inventory Intensity Ratio terhadap Effective Tax Rate
Intensitas persediaan menggambarkan bagaimana perusahaan
menginvestasikan kekayaannya pada persediaan. Besarnya intensitas
persediaan dapat menimbulkan biaya tambahan antara lain adanya
biaya penyimpanan dan biaya yang timbul akibat adanya kerusakan
barang (Herjanto, 2007:248). PSAK No. 14 (revisi 2008) mengatur
biaya yang timbul atas kepemilikan persediaan yang besar harus
dikeluarkan dari biaya persediaan dan diakui sebagai beban dalam
periode terjadinya biaya. Biaya tambahan atas adanya persediaan yang
besar akan menyebabkan penurunan laba perusahaan.
Hasil penelitian ini dilakukan oleh Putri & Launtania (2016)
menyatakan bahwa inventory intensity ratio berpengaruh terhadap
effective tax rate dan menyebutkan bahwa dalam agensi teori, manajer
akan berusaha meminimalisir beban tambahan karena banyaknya
persediaan agar tidak mengurangi laba perusahaan. Di sisi lain,
manajer akan memaksimalkan biaya tambahan yang terpaksa
ditanggung untuk menekan beban pajak. Cara yang akan digunakan
manajer adalah dengan membebankan biaya tambahan persediaan
untuk menurunkan laba perusahaan sehingga dapat menurunkan beban
pajak perusahaan. Jika laba perusahaan mengecil, maka akan
menyebabkan menurunnya pajak yang dibayarkan oleh perusahaan.
Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi inventory intensity ratio
29
yang dimiliki perusahaan maka akan memiliki Effective Tax Rate yang
rendah.
Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis alternatif sebagai berikut:
H1 : Inventory Intensity Ratio berpengaruh terhadap Effective Tax Rate
2. Pengaruh Activity Ratio terhadap Effective Tax Rate
Menurut Ambarukmi dan Diana (2017), activity ratio atau rasio
aktivitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat
efisiensi pemanfaatan sumberdaya perusahaan (penjualan, persediaan,
piutang dan lainnya) atau rasio untuk menilai kemampuan perusahaan
dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari. Salah satu proksi yang
digunakan untuk mengukur rasio aktivitas yaitu assets trunover. Asset
Turnover menunjukkan kemampuan perusahaan dalam mengelola
seluruh aktiva untuk menghasilkan penjualan, semakin besar rasio ini
berarti semakin efektif pengelolaan aktiva yang dimiliki perusahaan
(Jumhana, 2007).
Menurut Mufidah dan Azizah (2018), semakin tinggi Ratio
Total Asset Turnover berarti semakin efisien penggunaan keseluruhan
aktiva di dalam menghasilkan penjualan. Rasio ini mengukur kinerja
manajemen dalam menjalankan perusahaan untuk menghasilkan
pendapatan dan meningkatkan profitabilitas. Semakin tinggi
perputaran total aset suatu perusahaan maka akan menghasilkan
tingkat profitabilitas yang tinggi pula. Hal ini dikarenakan suatu
30
perusahaan mampu menghasilkan penjualan yang lebih besar dari total
aset yang dimiliki perusahaan (Brigham dan Houston, 2006).
Menurut Rodriguez & Arias (2014), profitabilitas merupakan
salah satu faktor penentu beban pajak, karena perusahaan yang
memiliki keuntungan yang besar akan membayar pajak setiap tahun.
Sedangkan perusahaan yang memiliki tingkat keuntungan yang rendah
atau bahkan mengalami kerugian akan membayar pajak yang lebih
sedikit atau tidak sama sekali. Richardson & Lanis (2007)
menyebutkan bahwa perusahaan yang memiliki profitabilitas yang
tinggi akan membayar pajak lebih tinggi dari perusahaan yang
memiliki tingkat profitabilitas yang lebih rendah. Perusahaan yang
memiliki kemampuan untuk memperoleh keuntungan harus
mempersiapkan pajak yang akan dibayarkan sebesar pendapatan yang
diperoleh (Zulaikha, 2014). Hal itu sejalan dengan penelitian
Rodríguez & Arias (2014) menyebutkan bahwa ada hubungan yang
positif antara kemampuan menghasilkan laba perusahaan dengan
effective tax rate (ETR).
Effective Tax Rate (ETR) adalah penerapan keefektifan suatu
perusahaan dalam mengelola beban pajaknya dengan membandingkan
beban pajak dengan total pendapatan bersih. Semakin rendah
persentase ETR, semakin baik kinerja suatu perusahaan dalam
mengelola keefektifitasan pajaknya (Ambarukmi dan Diana, 2017).
Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis alternatif sebagai berikut:
31
H2 : Activity Ratio berpengaruh terhadap Effective Tax Rate
3. Pengaruh Ownership Structure terhadap Effective Tax Rate
Effective Tax Rate dapat dipengaruhi oleh ownership structure.
Dimana struktur kepemilikan tersebut adalah kepemilikan manajerial
dan kepemilikan institusional. Kepemilikan manajerial merupakan
proporsi kepemilikan saham oleh manajemen. Kepemilikan saham
manajerial dapat menyelaraskan antara kepentingan pemegang saham
dengan manajer, karena manajer ikut merasakan langsung manfaat dari
keputusan yang diambil dan manajer juga akan menanggung risiko
apabila ada kerugian yang timbul sebagai konsekuensi dari
pengambilan keputusan yang salah (Pujiningsih, 2011). Berdasarkan
teori keagenan, perbedaan kepentingan antara manajer dan pemegang
saham mengakibatkan timbulnya masalah yang biasa disebut agency
problem. Untuk mengurangi masalah antara manajer dan pemegang
saham salah satunya dengan cara meningkatkan kepemilikan
manajerial dalam suatu perusahaan.
Jika dalam struktur kepemilikan perusahaan dimiliki oleh
kepemilikan manajerial, maka manajer akan berupaya untuk
mengambil langkah-langkah untuk mengurangi kewajiban pajak
perusahaan selama beberapa tahun ketika kepemilikan manajerial
dalam sebuah perusahaan tinggi maka manajer cenderung akan
mengurangi usahanya untuk memaksimalkan nilai perusahaan dan
mendorong untuk memanipulasi laba termasuk meningkatkan laba dan
32
menurunkan beban pajak. Semakin tinggi kepemilikan manajerial yang
dimiliki perusahaan maka akan memiliki Cash effective tax rate yang
rendah (Musyarrofah, 2017).
Menurut Hadiprajitno (2014) berdasarkan teori keagenan
pemilik saham memiliki keinginan untuk mendapatkan return yang
tinggi, dan manajer perusahaan mendapat kompensasi atas kinerjanya
mengakibatkan para manajer melakukan tindakan oportunis untuk
melakukan perencanaan pajak untuk mengurangi besaran pajak yang
dibayarkan perusahaan. Kepemilikan manajerial yang rendah akan
meningkatkan kemungkinan terjadinya perilaku opportunistik manajer
dalam perusahaan, sementara dengan semakin meningkatnya
kepemilikan saham pihak manajerial maka diharapkan akan semakin
baik kinerja perusahaan, karena mereka juga memiliki perusahaan.
Manajer yang berperan sebagai pemilik dan pengelola akan
bertindak lebih hati – hati dalam pengambilan keputusan khususnya
dalam menentukan strategi pajak karena akan ikut menanggung
konsekuensi yang diterima perusahaan. Sebagai pemilik dan pengelola
perusahaan manajer memiliki kesamaan kepentingan dengan
perusahaan yaitu meningkatkan efisiensi dan daya saing perusahaan,
untuk itu manajer wajib menekan biaya seoptimal mungkin. Dalam
rangka menekan biaya seoptimal mungkin, manajer akan memotivasi
dan mempengaruhi karyawan untuk mengelola kewajiban pajak
perusahaan. Pengelolaan kewajiban pajak tersebut sering diasosiasikan
33
dengan suatu elemen dalam manajemen di suatu perusahaan yang
disebut dengan manajemen pajak perusahaan (Hadiprajitno, 2014).
Struktur kepemilikan lain yang juga mempengaruhi effective
tax rate adalah kepemilikan institusional. Sabli dan Noor (2012)
mengungkapkan kepemilikan institusional yang besar menandakan
tugas mereka tidak hanya sebagai pemilik, tetapi juga sebagai monitor
untuk mengawasi pekerjaan dalam manajemen. Investor pada dasarnya
menginginkan laba setinggi - tingginya sehingga akan menyebabkan
pembagian deviden yang cukup tinggi dengan cara memantau secara
profesional perkembangan investasi yang ditanamkan pada
perusahaan. Namun, kemampuan memperoleh laba yang tinggi berarti
harus mempersiapkan pajak yang akan dibayarkan sebesar pendapatan
yang diperoleh. Untuk itu, Investor melakukan intervensi bagi
manajemen untuk melakukan perencanaan pajak yang baik dan
mengadopsi praktek akuntansi yang efektif untuk menurunkan ETR
perusahaan, karena mengurangi beban pajak merupakan salah satu cara
untuk memperoleh laba yang diharapkan.
Berdasarkan hal tersebut, terlihat bahwa investor institusional
memiliki tingkat pengendalian yang tinggi terhadap tindakan
manajemen yang dapat memperkecil potensi manajemen untuk
melakukan kecurangan yang merugikan pemegang saham.
H3a : Ownership Structure yang diproksikan Kepemilikan Manajerial
berpengaruh terhadap Effective Tax Rate
34
H3b : Ownership Structure yang diproksikan Kepemilikan Institusional
berpengaruh terhadap Effective Tax Rate
D. Kerangka pemikiran
Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan dalam
gambar 2.1 sebagai berikut:
Gambar 2.1Skema Kerangka Pemikiran
35
Pengaruh Inventory Intensity Ratio, Activity Ratio, dan Ownership Structure Terhadap Effective Tax Rate
Basis teori : Teori Keagenan (Agency Theory)
Metode Analisis : Regresi Berganda
Kesimpulan dan Saran
Hasil Pengujian dan Pembahasan
Inventory Intensity Ratio
Activity Ratio Effective Tax Rate
Ownership Structure
1. Kepemilikan Manajerial
2. Kepemilikan Institusional
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, yaitu penelitian
yang mengungkap besar atau kecilnya suatu pengaruh atau hubungan antar
variabel yang dinyatakan dalam angka-angka, dengan cara mengumpulkan
data yang merupakan faktor pendukung terhadap pengaruh variabel-
variabel yang bersangkutan kemudian menganalisis dengan menggunakan
alat analisis yang sesuai dengan variabel-variabel dalam penelitian.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pengaruh inventory
intensity ratio, activity ratio dan ownership structure terhadap effective tax
rate sebagai variabel dependen. Populasi untuk penelitian ini adalah
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dalam penelitian ini
peneliti menggunakan data yang bersumber dari laporan keuangan dan
laporan tahunan 2013 – 2017 melalui situs resmi Bursa Efek Indonesia
pada alamat website www.idx.co.id dan www.sahamok.co.id.
B. Metode Penentuan Sampel
Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah perusahaan
Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2013-2017.
Metode pemilihan sampel yang digunakan adalah metode purposive
sampling yaitu pemilihan sampel dengan tujuan tertentu sesuai dengan
kriteria-kriteria yang diinginkan peneliti. Adapun kriteria-kriteria tersebut
yaitu:
36
1. Penelitian ini menggunakan perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia selama tahun 2013-2017.
2. Perusahaan manufaktur yang listing selama tahun 2013-2017.
3. Perusahaan manufaktur yang selama periode 2013-2017 memiliki
laba.
4. Perusahaan yang terdaftar berturut-turut selama periode penelitian
tahun 2013-2017
5. Perusahaan manufaktur yang menyajikan laporan keuangan
menggunakan satuan rupiah.
C. Operasionalisasi Variabel Penelitian
Untuk menguji hipotesis yang diajukan, variabel yang diteliti
dalam penelitian ini diklasifikasian menjadi variabel dependen dan
variabel independen yang akan dijelaskan sebagai berikut:
1. Variabel Dependen
a. Effective Tax Rate (Y)
Dalam penelitian ini variabel terikatnya adalah effective tax
rate (Y). Cash effective tax rate merupakan bentuk perhitungan tarif
pajak yang dihitung dalam sebuah perusahaan dan dapat terjadi
perubahan tarif pajak perusahaan. Rumus untuk menghitung Cash
ETR merujuk dari penelitian Putri & Launtania (2016) adalah
sebagai berikut:
ETR= Total beban pajak penghasilanLaba sebelum pajak
37
2. Variabel Independen
a. Inventory Intensity Ratio (X1)
Inventory intensity ratio merupakan suatu ukuran yang
digunakan untuk mengevaluasi apakah tingkat persediaan tepat jika
dibandingkan dengan volume usaha. Rasio ini dapat dihitung dengan
cara nilai persediaan yang ada dalam perusahaan dibandingkan
dengan total aset perusahaan. Melalui penjelasan diatas dapat
disimpulkan bahwa intensitas persediaan dapat diukur dengan rumus
yang digunakan (Chiou, Hsieh, & Lin, 2014). Yang dapat
dirumuskan sebagai berikut:
Inventory Intensity Ratio=PersediaanTotal Aset
b. Activity Ratio (X2)
Rasio aktivitas (Activity Ratio) adalah rasio yang digunakan
untuk mengukur efisiensi/efektivitas perusahaan dalam
menggunakan aktiva yang dimilikinya (Ambarukmi dan Diana,
2017) . Yang dapat dirumuskan sebagai berikut:
Activity Ratio=PenjualanTotal Aset
c. Kepemilikan Manajerial (X3)
38
Kepemilikan manajerial menunjukkan persentase
kepemilikan saham yang dimiliki oleh pihak manajemen yang terdiri
dari dewan direksi dan dewan komisaris dalam sebuah perusahaan.
Kepemilikan manajerial merupakan proporsi saham biasa yang
dimiliki oleh pihak manajemen yang secara aktif terlibat dalam
pengambilan keputusan perusahaan. Kepemilikan manajerial diukur
dengan membagi saham atas kepemilikan manajemen dengan total
saham. (Putri & Launtania, 2016)
Kepemilikan Manajerial=Saham yang dimiliki manajemenTotal saham
d. Kepemilikan Institusional (X4)
Kepemilikan institusional merupakan jumlah saham
perusahaan yang dimiliki oleh pihak institusi atau lembaga.
Kepemilikan institusional diukur dengan membagi saham yang
dimilki oleh institusi dengan total saham. (Putri & Launtania, 2016)
Kepemilikan Institusional=Saham yang dimiliki institusiTotal saham
Operasional variabel dapat dilihat dalam tabel 3.1 sebagai berikut:
39
Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel
Variabel Indikator Skala PengukuranInventory
Intensity Ratio (X1)
(Chiou et al., 2014)
Inventory Inten s ity Ratio=Total PersediaanTotal Aset Rasio
Activity Ratio (X2)
(Ambarukmi dan Diana, 2017)
Activity Ratio=PenjualanTotal Aset Rasio
Kepemilikan Manajerial (X3)
(Putri & Launtania, 2016)
Kepemilikan Manajerial=Saham yang dimiliki manajemenTotal saham
Rasio
Kepemilikan Institusional (X4)
(Putri & Launtania, 2016)
Kepemilikan Institusional=Saham yang dimiliki institusiTotal saham
Rasio
Effective Tax Rate (Y)
(Musyarrofah, 2017)
ETR= Total beban pajak penghasilanLaba sebelum pajak
Rasio
1. Metode Analisis Data
Penelitian ini mengasumsikan hubungan langsung antara adalah
inventory intensity ratio, activity ratio dan ownership structure sebagai
variable independen dan effective tax rate sebagai variabel dependen.
Metode analisis yang digunakan penelitian ini dengan menggunakan
teknik analisis kuantitatif. Analisis kuantitatif dilakukan dengan cara
mengkuantifikasi data-data penelitian sehingga menghasilkan informasi
yang dibutuhkan dalam analisis. Penelitian ini menggunakan dua teknik
40
analisis data, yaitu analisis statistik deskriptif dan analisis regresi. Teknik
analisis yang dilakukan dengan bantuan software IBM SPSS versi 24.
1. Analisis Statistik Deskriptif
Analisis statistik deskriptif memberikan gambaran atau
deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar
deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range, kurtosis, dan
skewness (kemencengan distribusi) (Ghozali, 2016).
2. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas Data
Uji normalitas data dilakukan untuk menguji apakah dalam
model regresi variabel pengganggu atau residual berdistribusi
normal atau tidak (Ghozali, 2016). Data penelitian yang baik
adalah data yang memiliki distribusi nilai residual normal atau
mendekati normal.
Data dikatakan terdistribusi normal atau tidak dapat dilihat
dengan menganalisis grafik normal plot, jika data menyebar
disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal maka
data terdistribusi normal, sebaliknya jika data menyebar jauh dari
diagonal dan tidak mengikuti arah garis diagonal model regresi
tidak memenuhi asumsi uji normalitas. Uji normalitas juga dapat
dilihat melalui analisis pola lonceng atas grafik histogram. Selain
menganalisis grafik normal plot dan grafik histogram, uji
normalitas juga dapat dilihat melalui tabel hasil uji statistik non-
41
parametrik Kolmogorov Smirnov, pengujian ini dilakukan dengan
melihat perbandingan probabilitas (p-value) yang diperoleh dengan
tingkat signifikasi sebesar 5%. Jika nilai sig dari probabilitas yang
diperoleh lebih besar dari 5% atau 0,05 maka dapat disimpulkan
bahwa residual data menyebar normal, dan jika nilai sig lebih kecil
dari 5% atau 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa residual data
tidak menyebar normal.
b. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas digunakan untuk melihat apakah
model regresi ditemukan adanya hubungan antar variabel
independen. Model regresi yang baik adalah model yang tidak
terdapat hubungan atau terdapat hubungan rendah antar variabel
independennya (Ghozali, 2016). Untuk mendeteksi ada tidaknya
multikolinearitas dalam model regresi dapat dilihat dari nilai
tolerance dan variance inflation factor (VIF). Seperti yang
dijelaskan oleh Ghozali (2016) sebagai berikut:
1) Jika nilai tolerance > 0,1 dan nilai VIF < 10, maka dapat
disimpulkan tidak ada multikolinearitas antar variable
independen dalam model regresi.
2) Jika nilai tolerance < 0,1 dan nilai VIF >10, maka dapat
disimpulkan ada multikolinearitas antar variabel independen
dalam model regresi.
c. Uji Autokorelasi
42
Uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah dalam
suatu model regresi linier terdapat korelasi antara pengganggu pada
periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (Ghozali,
2016). Pengujian dilakukan dengan uji statistik non-parametrik
Runs Test, yang bertujuan untuk menguji apakah antar residual
terdapat korelasi yang tinggi. Jika antar residual tidak terdapat
hubungan korelasi maka dikatakan bahwa residual adalah acak atau
random. Ketentuan dari pengujian ini adalah jika p value ≤ 0,05
(signifikan pada 0,05) berarti residual tidak random atau terdapat
hubungan korelasi antar residual. Jika p value ≥ 0,05 berarti
residual random atau tidak terdapat hubungan korelasi antar
residual.
d. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah
dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual
satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika varians dari satu
pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut
homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Jika
varians berbeda maka disebut heteroskedastisitas (Ghozali, 2016).
Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas dan tidak
heteroskedastisitas. Untuk mendeteksi heteroskedastisitas dapat
dilakukan dengan melihat ada atau tidaknya pola tertentu pada
grafik scatterplot. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik
43
membentuk pola tertentu yang teratur maka terjadi
heteroskedastisitas.
3. Uji Hipotesis
a. Uji Koefisien Determinasi
Uji koefisien determinasi adalah pengujian untuk melihat
seberapa besar kemampuan semua variabel independen dalam
menjelaskan varians dari variabel dependennya. Untuk model
regresi dengan dua atau lebih variabel dependen, koefisien
determinasi ditunjukan oleh nilai adjusted R square (adj R2), seperti
yang digunakan dalam penelitian ini.
b. Uji Signifikansi Parameter Simultan (Uji Statistik F)
Uji statistik F digunakan untuk menunjukkan apakah semua
variable independen atau bebas yang dimasukkan dalam model
memiliki pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel
dependen. Pada pengujian ini kriteria yang digunakan adalah
dengan melihat probability value (sig), apabila nilai signifikansi >
0,05 maka Ha di tolak, sedangkan apabila nilai signifikansi < 0,05
maka Ha diterima (Ghozali, 2016).
c. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)
Uji nilai-t bertujuan untuk menguji pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen di dalam penelitian. Selain
itu untuk menguji pengaruh tersebut, uji nilai-t juga digunakan
44
untuk menunjukan arah pengaruh masing-masing variabel yang
dilihat dari tanda koefisien regresi masing-masing variabel
independen. Kriteria untuk uji statistik t dengan melihat probability
value (sig)-t, maka:
a) Jika p value < 0,05 maka Ha diterima, artinya bahwa variable
independen secara parsial berpengaruh signifikan terhadap
variabel dependen.
b) Jika p value > 0,05 Ha ditolak, artinya variabel independen
secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap variable
dependen.
Model penelitian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Y = α0 + β1X1 + β2X2 + β4X3a + β5X3b + ε
Keterangan:
Y : Effective Tax Rate
α : konstanta
β : koefisien regresi
ε : error
X1 : Inventory Intensity Ratio
X2 : Activity ratio
X3a : Ownership Structure di proksikan Kepemilikan Manajerial
X3b : Ownership Structure di proksikan Kepemilikan Institusional
45
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahan-
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Sedangkan
sampelnya berupa perusahaan yang bergerak di sektor manufaktur selama
tahun 2013 - 2017. Sampel perusahaan yang berhasil diperoleh dalam
penelitian ini sebanyak 23 perusahaan sektor manufaktur dengan total data
115 laporan keuangan perusahaan. Sampel yang digunakan dalam
penelitian dipilih menggunakan metode purposive sampling, yaitu
penentuan sampel berdasarkan kriteria-kriteria tertentu. Berdasarkan
kriteria sampel yang telah ditetapkan didapatkan total 55 perusahaan yang
memenuhi kriteria sampel, namun hanya 23 perusahaan saja yang dapat
diolah. Data yang digunakan adalah data sekunder yang berasal dari
laporan keuangan dan laporan tahunan 2013 - 2017 melalui situs resmi
Bursa Efek Indonesia pada alamat website www.idx.co.id dan
www.sahamok.co.id.
Berikut ini adalah perincian perolehan sampel kriteria-kriteria yang
telah ditetapkan dan ditampilkan dalam tabel 4.1.
46
Tabel 4.1Kriteria Penentuan Sampel
No. Kriteria JumlahPerusahaan
1 Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI pada tahun 2013-2017 152
2Perusahaan manufaktur yang mengalami Delisting selama tahun 2013-2017 (3)
3Perusahaan yang tidak terdaftar berturut-turut selama periode penelitian tahun 2013-2017 (41)
4Perusahaan manufaktur yang menyajikan laporan keuangan tidak menggunakan satuan rupiah. (25)
5Perusahaan manufaktur yang selama periode 2013-2017 yang merugi (28)
6 Perusahaan yang teridentifikasi sebagai outlier (32)
7 Total perusahaan yang akan dianalisis 23
8 Total keseluruhan sampel selama 5 tahun 115Sumber: data sekunder yang diolah (2018)
Berdasarkan data dalam tabel 4.1 terlihat bahwa jumlah perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode
2013 – 2017 berjumlah 152 perusahaan. Diketahui bahwa terdapat 3
perusahaan yang termasuk dari sampel adalah perusahaan yang mengalami
delisting selama tahun 2013 – 2017. Diketahui juga bahwa terdapat 41
perusahaan yang termasuk dari sampel adalah perusahaan yang tidak
menerbitkan laporan keuangan dan laporan tahunan berturut-turut dalam
periode 2013 – 2017. Perusahaan yang menyajikan laporan keuangan tidak
menggunakan satuan rupiah sebanyak 25 perusahaan dan perusahaan yang
47
mengalami kerugian sebanyak 28 perusahaan. Sehingga perusahaan yang
digunakan sebagai sampel penelitian hanya sebanyak 23 perusahaan
pertahunnya. Total data yang digunakan dalam sampel penelitian ini
adalah sebanyak 115 perusahaan.
B. Hasil Uji Instrumen Penelitian
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu
data yang dilihat dari rata-rata (mean), standar deviasi, varian,
maksimum, minimum, sum, range, kurtosis dan skewness. Penelitian
ini menggunakan analisis statistik deskriptif yang meliputi nilai rata-
rata (mean), maksimum, minimum dan standar deviasi dari masing-
masing variabel penelitian. Variabel-variabel yang digunakan dalam
penelitian ini meliputi inventory intensity ratio, activity ratio, dan
ownership structure sebagai variabel independen dan effective tax rate
sebagai variabel dependen. Variabel-variabel tersebut akan diuji secara
statistik deskriptif dengan menggunakan program SPSS versi 24. Hasil
statistik deskriptif dari masing- masing variabel penelitian ini akan
dijelaskan sebagai berikut:
48
Tabel 4.2Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
NMinimu
mMaximu
m MeanStd.
DeviationIIR 115 ,0110 2,3626 ,241915 ,2495396AR 115 ,0906 2,8431 1,336182 ,5656211KM 115 ,0000 ,8100 ,077467 ,1790267KI 115 ,0000 ,9818 ,694247 ,2225495ETR 115 -,3033 -,1550 -,241777 ,0286586Valid N (listwise)
115
Sumber: Output SPSS 24 yang diolah
Berdasarkan tabel hasil statistik deskriptif diperoleh data
sebanyak 115 data observasi yang berasal dari perkalian periode 5
tahun penelitian dari 2013 – 2017 dengan jumlah sampel sebanyak 23
perusahaan dengan total data sebanyak 115 data. Tabel 4.2
menggambarkan statistik deskriptif untuk variabel independen
(inventory intensity ratio, activity ratio dan ownership structure) dan
variabel dependen (effective tax rate) yang dapat dijelaskan bahwa:
a. Variabel inventory intensity ratio (IIR) memiliki nilai terendah
0,0110 dimiliki oleh ROTI tahun 2017 dan nilai tertinggi sebesar
2,3626 oleh KDSI tahun 2015. Meannya adalah 0,241915 dan
standard deviasinya 0,2495396.
b. Variabel activity ratio (AR) memiliki nilai terendah sebesar 0,0906
dimiliki oleh ASII tahun 2013 dan nilai tertinggi sebesar 2,8431
dimiliki oleh HMSP tahun 2014. Nilai rata-ratanya adalah
1,336182 dan standard deviasinya 0,5656211.
49
c. Variabel ownership structure dengan proksi kepemilikan
manajerial (KM) memiliki nilai terendah sebesar 0,0000 dimiliki
oleh DPNS, TSPC, KAEF, DLTA, DVLA, HMSP, IGAR, MLBI,
MERK, MYOR, ROTI, UNVR, WTON dan nilai tertinggi sebesar
0,8100 dimiliki oleh SIDO tahun 2013 - 2016. Nilai rata-ratanya
adalah 0,077467 dan standard deviasinya 0,1790267.
d. Variabel ownership structure dengan proksi kepemilikan
institusional (KI) memiliki nilai terendah sebesar 0,0000 dimiliki
oleh SIDO tahun 2013 - 2016 dan nilai tertinggi sebesar 0,9818
dimiliki oleh HMSP tahun 2013 - 2014. Nilai rata-ratanya adalah
0,694247 dan standard deviasinya 0,2225495.
e. Variabel effective tax rate (ETR) memiliki nilai terendah sebesar -
0,3033 dimiliki oleh SIDO tahun 2013 dan nilai tertinggi sebesar -
0,1550 dimiliki oleh DPNS tahun 2014. Nilai rata-ratanya adalah -
0,241777 dan standard deviasinya 0,0286586.
2. Hasil Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Uji Normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data
terdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dalam penelitian ini
dilakukan dengan menggunakan analisis grafik dan uji statistik.
Analisis grafik yang digunakan yaitu grafik histogram dan normal
probability plot. Sedangkan uji statistik yang digunakan yaitu uji
50
statistik non parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S). Berikut hasil dari
masing-masing pengujian dan penjelasannya.
Gambar 4.1Hasil Uji Normalitas Dengan Histogram
Sumber: Output SPSS 24 yang diolah
Tampilan histogram pada Gambar 4.1 di atas menunjukkan pola
lonceng yang berarti bahwa grafik tersebut memberikan pola lonceng
yang terdistribusi normal. Sehingga dapat disimpulkan bahwa data
yang digunakan dalam penelitian ini memiliki data yang terdistribusi
normal dan dapat digunakan untuk pengujian selanjutnya. Untuk
mendukung hasil analisis grafik histogram di atas, maka dilakukan
analisis terhadap grafik normal probability plot seperti pada gambar
4.2 berikut:
51
Gambar 4.2Hasil Uji Normalitas Dengan Grafik Normal Plot
Sumber: Output SPSS 24 yang diolah
Tampilan grafik normal probability pada Gambar 4.2 di atas
menunjukkan bahwa titik-titik menyebar di sekitar garis diagonal dan
memiliki arah garis diagonal. Pola penyebaran tersebut menunjukkan
bahwa data terdistribusi dengan normal, sehingga dapat disimpulkan
bahwa model regresi memenuhi asumsi normalitas dan layak
digunakan untuk pengujian selanjutnya. Selain analisis grafik, untuk
menguji normalitas pada penelitian ini digunakan uji statistik
nonparametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S) dengan hasil seperti pada
Tabel 4.3 berikut:
52
Tabel 4.3Hasil Uji Normalitas Dengan Kolmogorof-Smirnov (K-S)
One-Sample Kolmogorov-Smirnov TestUnstandardi
zed Residual
N 115Normal Parametersa,b Mean ,0000000
Std. Deviation
,02570681
Most Extreme Differences
Absolute ,072Positive ,072Negative -,070
Test Statistic ,072Asymp. Sig. (2-tailed) ,200c,d
a. Test distribution is Normal.b. Calculated from data.c. Lilliefors Significance Correction.d. This is a lower bound of the true significance.
Sumber: Output SPSS 24 yang diolah
Tabel Kolmogorov-Smirnov di atas menunjukkan nilai Asymp.
Sig (2-Tailed) sebesar 0,200. Nilai tersebut lebih besar dari tingkat
signifikansi 5% atau 0,05. Dapat disimpulkan bahwa data terdistribusi
normal dan sesuai dengan hasil analisis grafik.
b. Uji Multikolinearitas
Uji Multikolinearitas yang digunakan dalam penelitian ini
adalah analisis nilai tolerance dan variance factor (VIF). Nilai yang
digunakan untuk menunjukkan adanya multikolinearitas dalam
penelitian ini adalah Tolerance 0,10 atau sama dengan nilai VIF 10.
53
Hasil analisis nilai tolerance dan variance inflation factor (VIF)
disajikan dalam Tabel 4.4 berikut ini:
Tabel 4.4Hasil Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
ModelCollinearity StatisticsTolerance VIF
1 (Constant)IIR ,944 1,060AR ,777 1,286KM ,320 3,126KI ,289 3,458
a. Dependent Variable: ETRSumber: Output SPSS 24 yang diolah
Hasil perhitungan nilai tolerance pada tabel 4.4 di atas
menunjukkan tidak ada variabel independen yang memiliki nilai
tolerance kurang dari 0,1. Sehingga tidak ada korelasi antar variabel
independen. Hasil perhitungan nilai variance inflation factor (VIF)
juga menunjukkan tidak ada variabel independen yang memiliki nilai
VIF lebih dari 10 yang berarti tidak ada korelasi antar variabel
independen. Dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinearitas
antar variabel independen dalam model regresi.
c. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi dilakukan untuk menguji apakah dalam model
regresi linear terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada
periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1. Pada
penelitian ini uji autokorelasi dilakukan dengan menggunakan Runs
54
Test. Hasil uji autokorelasi dengan Runs Test disajikan dalam Tabel
4.5 berikut ini:
Tabel 4.5 Hasil Uji Autokorelasi Dengan Runs Test
Runs TestUnstandardized Residual
Test Valuea -,00186Cases < Test Value 57Cases >= Test Value
58
Total Cases 115Number of Runs 64Z 1,031Asymp. Sig. (2-tailed)
,302
a. Median
Sumber: Output SPSS 24 yang diolah
Hasil Runs Test seperti pada Tabel 4.5 menunjukkan nilai test
sebesar -0,00186 dan Asymp.Sig (2-Tailed) sebesar 0,302. Nilai
Asymp.Sig (2-Tailed) sebesar 0,302 di atas nilai signifikansi yaitu 0,05
berarti bahwa residual random (acak) atau tidak terjadi autokorelasi
antar nilai residual.
d. Uji Heterokedastisitas
Uji heterokedastisitas digunakan untuk menguji apakah nilai
dalam model regresi terdapat ketidaksamaan variance dari residual
satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Pada penelitian ini uji
heteroskedastisitas dilakukan dengan cara melihat Grafik Plot. Hasil
55
uji heterokedastisitas dengan Scatterplot disajikan dalam Gambar 4.3
berikut ini:
Gambar 4.3Hasil Uji Heteroskedasitas Dengan Scatterplot
Sumber: Output SPSS 24 yang diolah
Dari grafik scatterplot pada Gambar 4.3 di atas terlihat bahwa
titik-titik menyebar secara acak serta tersebar baik di atas maupun di
bawah angka 0 pada sumbu Y. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan
bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi, sehingga
model regresi layak untuk memprediksi variabel dependen
berdasarkan variabel-variabel independen yang digunakan. Selain
scatterplot, uji Heterokedastisitas juga dapat dilakukan dengan Uji
White, dengan melihat membandingkan C2 hitung dengan C2 tabel.
56
Tabel 4. 6 Hasil Uji Heterokedatisitas Dengan Uji White
Model Summaryb
Model RR
SquareAdjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 ,357a ,128 ,053 ,00105a. Predictors: (Constant), IIR_AR_KM_KI, AR_2, KM_2, KI_2, IIR_2, IIR, AR, KM, KIb. Dependent Variable: RES1_2
Sumber: Output SPSS 24 yang diolah
Berdasarkan tabel model summary tersebut diatas menunjukkan
niai R2 sebesar 0,128 dengan jumlah N = 115, maka diperoleh nilai
C2 = 115 x 0,128 = 14,72 dan nilai C2 tabel dengan df = 100 dan
tingkat signifikan (α=0,05) diperoleh nilai C2 adalah 124,342. Karena
nilai C2 hitung yaitu 14,72 < C2 tabel yaitu 124,342, maka hal ini
berarti tidak terjadi heterokedastisitas.
3. Hasil Uji Hipotesis
a. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Uji Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur
seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel
dependen. Koefisien determinasi (Adjusted R Square) dapat dilihat
pada tabel 4.7 berikut ini:
57
Tabel 4.7 Hasil Uji Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Model R R SquareAdjusted R
SquareStd. Error of the
Estimate1 ,442a ,195 ,166 ,0261700a. Predictors: (Constant), KI, IIR, AR, KMb. Dependent Variable: ETR
Sumber: Output SPSS 24 yang diolah
Hasil regresi memiliki nilai Adjusted R Square sebesar 0,166
atau 16,6%. Jadi dapat dikatakan bahwa 16,6% besarnya
pengungkapan effective tax rate di sektor manufaktur Bursa Efek
Indonesia periode 2013-2017 dipengaruhi oleh inventory intensity
ratio (IIR) , activity ratio (AR) dan ownership structure yang di
proksikan pada kepemilikan manajerial (KM) dan kepemilikan
institusional (KI). Sedangkan sisanya itu 83,4% (100% - 16,6%)
dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang tidak dijelaskan dalam
model ini. Variabel-variabel tersebut antara lain profitabilitas,
leverage, intensitas aset tetap, capital intensity ratio, komisaris
independen, dan komite audit.
b. Uji Signifikansi Parameter Simultan (Uji Statistik F)
Uji F bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh secara
bersama-sama antar variabel independen (inventory intensity ratio,
activity ratio, ownership structure yang di proksikan pada
kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional) terhadap
58
variabel dependen (effective tax rate). Apabila nilai signifikansi < 0,05
maka Ha diterima. Nilai F dapat dilihat dari tabel ANOVA berikut ini:
Tabel 4.8 Hasil Uji Signifikansi Simultan
ANOVAa
ModelSum of Squares df
Mean Square F Sig.
1 Regression ,018 4 ,005 6,678 ,000b
Residual ,075 110 ,001Total ,094 114
a. Dependent Variable: ETRb. Predictors: (Constant), KI, IIR, KM, ARSumber: Output SPSS 24 yang diolah
Pada Tabel 4.8 menunjukkan hasil uji signifikansi simultan (Uji
F) terhadap variabel independen dan variabel dependen. Tabel
tersebut menunjukkan bahwa inventory intensity ratio, activity ratio
dan ownership structure secara simultan berpengaruh terhadap
effective tax rate. Hal ini dibuktikan dengan tingkat signifikansi 0,000
lebih kecil dari 0,05.
c. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)
Uji statistik t digunakan untuk menunjukkan seberapa jauh
pengaruh satu variabel independen secara individual untuk
menjelaskan variabel dependen dengan tingkat signifikansi 5% atau
0,05. Apabila nilai probabilitas < 0,05 maka koefisien regresi
signifikan dan Ha diterima. Apabila nilai probabilitas > 0,05 maka
koefisien regresi tidak signifikan dan Ha ditolak. Berikut Tabel 4.9
atas hasil uji signifikansi statistik individual:
59
Tabel 4.9Hasil Uji Signifikansi Individual
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
T Sig.BStd.
Error Beta1 (Constan
t)-,181 ,015 -12,420 ,000
IIR ,000 ,010 -,003 -,036 ,971AR -,014 ,005 -,271 -2,793 ,006KM -,070 ,024 -,435 -2,879 ,005KI -,053 ,020 -,412 -2,588 ,011
a. Dependent Variable: ETR
Sumber: Output SPSS 24 yang diolah
Pada Tabel 4.9 terlihat bahwa ada 4 variabel independen yaitu
inventory intensity ratio, activity ratio dan ownership structure yang
di proksikan pada kepemilikan manajerial dan kepemilikan
institusional. Dari keempat variabel independen terdapat tiga variabel
independen yang berpengaruh terhadap effective tax rate yaitu activity
ratio, ownership structure yang di proksikan pada kepemilikan
manajerial dan kepemilikan institusional. Activity ratio dengan nilai
signifikansi 0,006. Ownership structure yang di proksikan pada
kepemilikan manajerial dengan nilai signifikansi 0,005, dan
ownership structure yang di proksikan pada kepemilikan intistusional
dengan nilai signifikansi 0,011. Sedangkan variabel inventory
60
intensity ratio tidak berpengaruh terhadap effective tax rate karena
nilai signifikansi yaitu 0,971 yang berarti lebih besar dari 0,05.
Berdasarkan hasil pada tabel 4.9 maka dapat disimpulkan
persamaan regresi berganda sebagai berikut:
Y = -0,181 + 0,000 X1 – 0,014 X2 - 0,070 X3a - 0,053 X3b + e
Keterangan:
Y : Effective Tax Rate
α : konstanta
β : koefisien regresi
ε : error
X1 : Inventory Intensity Ratio
X2 : Activity Ratio
X3a : Ownership Structure di proksikan Kepemilikan Manajerial
X3b : Ownership Structure di proksikan Kepemilikan Institusional
Persamaan regresi diatas memiliki makna sebagai berikut:
1) Nilai konstanta sebesar -0,181 menyatakan bahwa tanpa adanya
penambahan inventory intensity ratio, tanpa adanya activity
ratio, serta tanpa adanya struktur kepemilikan manajerial dan
institusional, maka effective tax rate akan turun sebesar -0,171
pada tahun 2013-2017.
2) Nilai koefisien X1 adalah sebesar 0,000 menunjukan hasil
positif, yang berarti setiap kenaikan atau penambahan inventory
intensity ratio sebesar 1 poin maka akan meningkatkan effective
61
tax rate sebesar 0,000 kali pada periode 2013-2017 dengan
asumsi variabel lain dalam persamaan regresi tetap.
3) Nilai koefisien X2 adalah sebesar -0,014 menunjukan hasil
negatif, yang berarti setiap kenaikan atau penambahan activity
ratio sebesar 1 poin maka akan menurunkan effective tax rate
sebesar -0,014 kali pada periode 2013-2017 dengan asumsi
variabel lain dalam persamaan regresi tetap.
4) Nilai koefisien X3a adalah sebesar -0,070 menunjukan hasil
negatif, yang berarti setiap kenaikan atau penambahan struktur
kepemilikan manajerial sebesar 1 poin maka akan menurunkan
effective tax rate sebesar -0,070 kali pada periode 2013-2017
dengan asumsi variabel lain dalam persamaan regresi tetap.
5) Nilai koefisien X3b adalah sebesar -0,053 menunjukan hasil
negatif, yang berarti setiap kenaikan atau penambahan struktur
kepemilikan institusional sebesar 1 poin maka akan menurunkan
effective tax rate sebesar -0,053 kali pada periode 2013-2017
dengan asumsi variabel lain dalam persamaan regresi tetap.
C. Pembahasan
1. Pengaruh Inventory Intensity Ratio terhadap Effective Tax Rate
Berdasarkan tabel 4.9 hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
inventory intensity ratio memiliki nilai t -0,036 dengan tingkat signifikasi
sebesar 0,971. Hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat signifikansinya di
62
atas 0,05. Berdasarkan hasil tersebut H1 ditolak, yang berarti Inventory
Intensity Ratio tidak berpengaruh terhadap Effective Tax Rate.
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan
oleh Tanoto dan Soepriyanto (2013) dan Imelia (2015) yang menyatakan
bahwa inventory intensity ratio tidak berpengaruh terhadap ETR
perusahaan. Variabel inventory intensity ratio tidak memiliki pengaruh
terhadap effective tax rate dimana sedikit banyaknya persediaan yang
dimiliki perusahaan, bukan merupakan faktor untuk menentukan besar
kecilnya jumlah pajak yang dibayar perusahaan. (Tanoto dan Soepriyanto,
2013).
Darmadi (2013) menyatakan bahwa intensitas persediaan
menyebabkan bertambahnya pajak yang harus dibayar oleh perusahaan,
yang berarti intensitas persediaan tidak dapat dikaitkan untuk melakukan
manajemen pajak karena perusahaan akan lebih memilih berinvestasi pada
aset tetap dimana terdapat beban penyusutan yang dapat dikurangkan.
Namun hasil penelitian ini menolak penelitian yang dilakukan Putri
& Launtania (2016) dan Chiao et al,. (2012) yang mendapatkan inventory
intensity ratio berpengaruh terhadap effective tax rate.
2. Pengaruh Activity Ratio terhadap Effective Tax Rate
Berdasarkan tabel 4.9 hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
activity ratio memiliki nilai t -2,793 dengan tingkat signifikasi sebesar
0,006. Hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat signifikansinya dibawah
0,05. Berdasarkan hasil tersebut H2 diterima, yang berarti activity ratio
63
berpengaruh terhadap effective tax rate.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Ambarukmi dan Diana (2017) yang menyatakan bahwa activity ratio
berpengaruh terhadap effective tax rate. Pada penelitian lain yang
dilakukan oleh Putri & Launtania (2016), ditemukan adanya pengaruh
profitabilitas terhadap effective tax rate, dimana menurut penelitian yang
dilakukan Mufidah dan Azizah (2018) salah satu faktor yang
mempengaruhi profitabilitas yaitu activity ratio.
Activity ratio merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan
perputaran aktiva selama satu tahun untuk menghasilkan penjualan.
Tingkat penjualan yang diperoleh akan berpengaruh terhadap profitabilitas
yang diperoleh oleh perusahaan sehingga berdampak pada tarif pajak
perusahaan. Semakin besar laba perusahaan, maka semakin besar tarif
pajak yang dikenakan pada perusahaan. Semakin rendah persentase ETR,
semakin baik kinerja suatu perusahaan dalam mengelola keefektifitasan
pajaknya. (Ambarukumi dan Diana, 2017)
3. Pengaruh Ownership Structure terhadap Effective Tax Rate
a. Pengaruh Ownership Structure yang di proksikan pada
Kepemilikan Manajerial terhadap Effective Tax Rate
Berdasarkan tabel 4.9 hasil penelitian ini juga menunjukkan
bahwa ownership structure dengan proksi kepemilikan manajerial
(KM) memiliki nilai t -2,879 dengan tingkat signifikasi sebesar 0,005.
Hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat signifikansinya dibawah
64
0,05. Dengan demikian H3a diterima, yang berarti ownership
structure dengan proksi kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap
effective tax rate.
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang
dilakukan oleh Musyarrofah (2017) yang menyatakan bahwa jika
suatu perusahaan memiliki kepemilikan manajerial, maka manajer
akan berupaya untuk mengambil langkah-langkah untuk mengurangi
kewajiban pajak perusahaan selama beberapa tahun. Ketika
kepemilikan manajerial dalam sebuah perusahaan tinggi, maka
manajer cenderung akan mengurangi usahanya untuk memaksimalkan
nilai perusahaan dan mendorong untuk mendorong untuk
memanipulasi laba termasuk meningkatkan laba dan menurunkan
beban pajak. Semakin tinggi kepemilikan manajerial yang dimiliki
perusahaan maka akan memiliki Cash effective tax rate yang rendah.
Menurut Hadiprajitno (2014) berdasarkan teori keagenan,
pemilik saham memiliki keinginan untuk mendapatkan return yang
tinggi dan manajer perusahaan mendapat kompensasi atas kinerjanya.
Hal ini mengakibatkan para manajer melakukan tindakan oportunis
untuk melakukan perencanaan pajak untuk mengurangi besaran pajak
yang dibayarkan perusahaan. Kepemilikan manajerial yang rendah
akan meningkatkan kemungkinan terjadinya perilaku opportunistik
manajer dalam perusahaan. Semakin meningkatnya kepemilikan
65
saham pihak manajerial maka diharapkan akan semakin baik kinerja
perusahaan.
Manajer yang berperan sebagai pemilik dan pengelola akan
bertindak lebih hati – hati dalam pengambilan keputusan khususnya
dalam menentukan strategi pajak karena manajer akan ikut
menanggung konsekuensi yang diterima perusahaan. Sebagai pemilik
dan pengelola perusahaan, manajer memiliki kesamaan kepentingan
dengan perusahaan yaitu meningkatkan efisiensi dan daya saing
perusahaan. Oleh karena itu manajer wajib menekan biaya seoptimal
mungkin. Manajer akan memotivasi dan mempengaruhi karyawan
untuk mengelola kewajiban pajak perusahaan. Pengelolaan kewajiban
pajak tersebut sering diasosiasikan dengan suatu elemen dalam
manajemen di suatu perusahaan yang disebut dengan manajemen
pajak perusahaan. (Hadiprajitno, 2014)
Namun hasil penelitian ini menolak penelitian yang dilakukan
oleh Putri & Launtania (2016) yang mendapatkan hasil bahwa
kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap effective tax rate.
b. Pengaruh Ownership Structure yang di proksikan pada
Kepemilikan Institusional terhadap Effective Tax Rate
Berdasarkan tabel 4.9 hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
ownership structure dengan proksi kepemilikan institusional (KI)
memiliki nilai t -2,588 dengan tingkat signifikasi sebesar 0,011. Hal
tersebut menunjukkan bahwa tingkat signifikansinya di bawah 0,05.
66
Berdasarkan hasil tersebut H3b diterima, yang berarti ownership
structure dengan proksi kepemilikan institusional (KI) berpengaruh
terhadap effective tax rate.
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang
dilakukan oleh Wulandari & Septiari (2015) yang menyatakan bahwa
kepemilikan institusional berpengaruh terhadap effective tax rate. Hal
ini menunjukkan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh
terhadap praktek manajemen pajak. Investor mengharapkan laba yang
tinggi dan akan mendapatkan pembagian dividen yang cukup tinggi
pula. Namun bagi manajemen, laba yang tinggi akan berpengaruh
dengan jumlah pajak yang harus dibayarkan oleh perusahaan.
Kepemilikan saham institusional mempunyai pengaruh dalam
menetapkan kebijakan yang terkait dengan tingkat pajak efektif.
Menurut Sabli dan Noor (2012) investor pada dasarnya
menginginkan laba setinggi - tingginya sehingga akan menyebabkan
pembagian deviden yang cukup tinggi dengan cara memantau secara
profesional perkembangan investasi yang ditanamkan pada
perusahaan. Namun, kemampuan memperoleh laba yang tinggi berarti
harus mempersiapkan pajak yang akan dibayarkan sebesar pendapatan
yang diperoleh.
Untuk itu, investor melakukan intervensi kepada manajemen
untuk melakukan perencanaan pajak yang baik dan mengadopsi
praktek akuntansi yang efektif untuk menurunkan ETR perusahaan,
67
karena mengurangi beban pajak merupakan salah satu cara untuk
memperoleh laba yang diharapkan. Berdasarkan hal tersebut, terlihat
bahwa investor institusional memiliki tingkat pengendalian yang
tinggi terhadap tindakan manajemen yang dapat memperkecil potensi
manajemen untuk melakukan kecurangan yang merugikan pemegang
saham. Terdapatnya andil kepemilikan institusional dalam penetapan
kebijakan pajak efektif. (Zulaikha, 2014)
Namun hasil penelitian ini menolak penelitian yang dilakukan
oleh Putri & Launtania (2016) yang mendapatkan hasil bahwa
kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap effective tax
rate.
68
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh inventory
intensity ratio, activity ratio dan ownership structure terhadap effective tax
rate. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan-
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan
sampelnya berupa perusahaan yang bergerak di sektor manufaktur selama
tahun 2013-2017. Sampel penelitian dipilih dengan menggunakan teknik
purposive sampling sehingga diperoleh 23 perusahaan yang memenuhi
kriteria, dengan total sampel sebesar 115 data. Teknik analisis yang
digunakan adalah regresi berganda. Berdasarkan hasil penelitian yang
telah dilakukan, maka dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu:
1. Variabel inventory intensity ratio tidak berpengaruh terhadap effective
tax rate. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh Tanoto dan Soepriyanto (2013).
2. Variabel activity ratio berpengaruh terhadap effective tax rate. Hasil
penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Ambarukmi dan Diana (2017).
3. Variabel ownership structure dengan proksi kepemilikan manajerial
(KM) berpengaruh terhadap effective tax rate. Hasil penelitian ini
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Musyarrofah (2017).
Proksi lainnya, yaitu kepemilikan institusional (KI) berpengaruh
69
terhadap effective tax rate. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Wulandari & Septiari (2015).
B. Keterbatasan
Peneliti ini memiliki beberapa keterbatasan yang mungkin dapat
menimbulkan bias atau ketidakakuratan pada hasil penelitian ini,
diantaranya:
1. Penelitian ini hanya memaksukan empat dari faktor - faktor yang
mempengaruhi effective tax rate yaitu inventory intensity ratio, activity
ratio, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional.
2. Penelitian ini melakukan pengamatan lima tahun dari tahun 2013
sampai tahun 2017 dengan jumlah 23 perusahaan per tahun.
3. Penelitian ini hanya menggunakan sampel perusahaan manufaktur.
C. Saran
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran
tentang pengaruh inventory intensity ratio, activity ratio dan ownership
structure terhadap effective tax rate. Berikut adalah saran yang dapat
dipertimbangkan bagi peneliti yang akan datang yaitu:
1. Untuk penelitian selanjutnya dengan menambah variabel lain seperti
kesulitan keuangan (financial distress), tingkat inflasi, dan tingkat
risiko pasar.
2. Periode waktu pengamatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
lima tahun dari tahun 2013, 2014, 2015, 2016 dan 2017 dengan jumlah
23 perusahaan per tahunnya. Untuk penelitian selanjutnya dapat
70
menambahkan sampel perusahaan tersebut agar lebih terlihat
konsistensi dari variabel-variabel penelitian yang digunakan
3. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat memperluas lingkup penelitian
tidak hanya menggunakan sampel perusahaan manufaktur namun
dapat menggunakan sampel jenis perusahaan lain.
.
71
DAFTAR PUSTAKA
Agoes Sukrisno dan Estralita Trisnawati. “Akuntansi Perpajakan”. Salemba Empat, Jakarta, 2013.
Aisyah, et al. (2017). Rasio Aktivitas, Rasio Profitabiltas, Dan Rasio Leverage Terhadap Financial Distress (Studi pada Perusahaan Tekstil Dan Garmen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2015). e-Proceeding of Management : Vol.4, No.1 April 2017.
Ambarukmi & Diana. (2017). Pengaruh Size, Leverage, Profitability, Capital Inttensity Ratio Dan Activity Ratio Terhadap Effective Tax Rate (Etr). e_Junal Ilmiah Riset Akuntansi Vol. 06. No. 17 Pebruari 2017.
Anum & Basri. (2014). Analisis Pengaruh Rasio Aktivitas Terhadap Profitabilitas Pada Pt. Barata Indonesia (Persero) UUM Medan. Jurnal Riset Akuntansi Dan Bisnis Volume 14 No.2 / September 2014.
Brigham, Eugene F dan Houston. “Fundamental of FinancialManagement: Dasar-Dasar Manajemen Keuangan”. Edisi 10. Salemba Empat, Jakarta, 2006.
Chiou, Y.-C., Hsieh, Y.-C., & Lin, W. (2014). Determinants of effective tax rates for firms listed on Chinese stock market: Panel models with two-sided censors. Journal of Economic & Financial Studies, 2(05), 01.
Deanta. "Excel Untuk Analisis Laporan Keuangan dan Prediksi Kebangkrutan Perusahaan". Gaya Media, Yogyakarta, 2009.
Dwi Martani et al,. "Akuntansi Keuangan Menengah Berbasis PSAK". Salemba Empat, Jakarta, 2012.
Darmadi, Iqbal Nur Hakim, Z. (2013). Analisis faktor yang mempengaruhi manajemen pajak dengan indikator tarif pajak efektif. Diponegoro Journal of Accounting, 2(1), 1–12.
Fernández-Rodríguez, E., & Martínez-Arias, A. (2014). Determinants of the Effective Tax Rate in the BRIC Countries. Emerging Markets Finance and Trade, 50(s3), 214–228.
Harahap, Sofyan Syafri. "Teori Kritis Laporan Keuangan". Bumi Aksara, Jakarta, 2009.
Imelia. (2015). Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Manajemen Pajak Dengan Indikator Tarif Pajak Efektif (Etr) Pada Perusahaan Lq45 Yang Terdaftar
72
Dalam Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2012. Jom FEKON Vol 2 No.1 Februari 2015.
Hadiprajitno, P. B. (2014). STRUKTUR KEPEMILIKAN TERHADAP AGENCY COST ( Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Tahun 2010-2012 ), 3, 1–13.
Jensen, M. C., & Meckling, W. H. (1976). Also published in Foundations of Organizational Strategy. Journal of Financial Economics, (4), 305–360.
Jumhana, R. C. S. (2007). Pengaruh Rasio ikuiditas dan Rasio AKtivitas Terhadap Profitabilitas pada Koperasi Karyawan PT Surya Toto Indonesia. Jurnal Sekuritas, 1(16), 294–295.
Khurana, I. K., & Moser, W. J. (2009). Institutional Ownership and Tax Aggressiveness. Ssrn, (573), 0–42.
Lestari, et al. (2015). Pengaruh Size, Leverage, Profitability, Dan Capital Intensity Ratio Terhadap Effective Tax Rate.
Musyarrofah, E. (2017). Pengaruh Kepemilikan Manajerial , Leverage , Dan Size Terhadap Cash Effective Tax Rate. Jurnal Ilmu Dan Riset Akuntansi, 6(September).
Muthmainnah. (2015). Pengaruh Rasio Aktivitas Terhadap Profitabilitas Perusahaan Sub Sektor Otomotif Dan Komponen Di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Citra Ekonomi – Volume II Nomor 7 September 2015.
Noormuliyaningsih & Swandari. (2016). Pengaruh Rasio Aktivitas Dan Rasio Leverage Terhadap Tingkat Profitabilitas. Jurnal Wawasan Manajemen, Vol. 4, Nomor 1, Februari 2016
Putri, C. L., & Launtania, M. F. (2016). Pengaruh Capital Intensity Ratio, Inventory Intensity Ratio, Ownership Structure dan Profitability terhadap Effective Tax Rate (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2014). Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi, 1(1), 101–119.
Richardson, G., & Lanis, R. (2007). Determinants of the variability in corporate effective tax rates and tax reform: Evidence from Australia. Journal of Accounting and Public Policy, 26(6), 689–704.
Rustiarini, N. W. (2011). Pengaruh Struktur Kepemilikan Saham pada Pengungkapan Corporate Sosial Responsibility. Jurnal Ilmiah Akuntansi Dan Bisnis, 6(1), 1–24.
73
Suryowati, Estu, artikel diakses pada tanggal 12 Oktober 2018, dari http://ekonomi.kompas.com/read/2016/04/06/203829826/Terkuak.Modus.Penghindaran.Pajak.Perusahaan.Jasa.Kesehatan.Asal.Singapura.
Soepriyanto, G. (2011). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Variasi Tarif Pajak Efektif Perusahaan Yang Terdaftar Di BEI Tahun 2002-2006. Binus Business Review, 2(2), 1025–1035.
Tanoto & Soepriyanto. (2013). Analisis Dampak Reformasi Perpajakan Pph Badan Dan Faktor-faktor Yang Berpengaruh Terhadap Tarif Pajak Efektif Pada Perusahaan Go Public Di Indonesia
Wulandari, M., & Septiari, D. (2015). Article History Received 22 October 2015 Effective Tax Rate : Efek dari Corporate Governance Abstrak, 3(2), 177–183.
Zulaikha, D. A. (2014). Pengaruh Size, Leverage, Profitability, Capital Intensity Ratio Dan Komisaris Independen Terhadap Effective Tax Rate (ETR). Diponegoro Journal of Accounting, 3, 1–9.
74
LAMPIRAN-LAMPIRAN
75
LAMPIRAN 1DAFTAR PERUSAHAAN SAMPEL
No. Kode Perusahaan Keterangan
1 ALDO Alkindo Naratama Tbk
2 ASII Astra International Tbk
3 DPNS Duta Pertiwi Nusantara Tbk
4 GGRM Gudang Garam Tbk
5 KDSI Kedawung Setia Industrial Tbk
6 KLBF Kalbe Farma Tbk
7 SCCO Suprame Cable Manufacturing & Commerce Tbk
8 SKBM Sekar Bumi Tbk
9 SMSM Selamat Sempurna Tbk
10 TSPC Tempo Scan Pacific Tbk
11 WIIM Wismilak Inti Makmur Tbk
12 SIDO Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk
13 KAEF Kimia Farma Tbk
14 DLTA Delta Djakarta Tbk
15 DVLA Darya-Varia Laboratoria Tbk
16 HMSP Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk
17 IGAR Champion Pacific Indonesia Tbk
18 MERK Merck Tbk
19 MLBI Multi Bintang Indonesia Tbk
20 MYOR Mayora Indah Tbk
21 ROTI Nippon Indosari Corpindo Tbk
22 UNVR Unilever Indonesia Tbk
23 WTON Wijaya Karya Beton Tbk
76
LAMPIRAN 2PERHITUNGAN INVENTORY INTENSITY RATIO
No. Kode Perusahaan
Inventory Intensity Ratio2013
Total Persediaan Total asset IIR1 ALDO 60.023.256.957 301.479.232.221 0,199095827
2 ASII 689.093.000.000.000 3.539.393.000.000.000 0,067445816
3 DPNS 43.312.845.339 256.372.669.050 0,168944863
4 GGRM 30.241.368.000.000 50.770.251.000.000 0,595651339
5 KDSI 154.620.467.948 850.233.842.186 0,181856403
6 KLBF 3.053.494.513.851 11.315.061.275.026 0,269861067
7 SCCO 299.424.993.216 1.762.032.300.123 0,169931614
8 SKBM 88.932.449.912 497.652.557.672 0,178703894
9 SMSM 397.738.160.890 1.701.103.245.176 0,233811888
10 TSPC 1.000.694.231.080 5.407.957.915.805 0,185041054
11 WIIM 693.067.236.229 1.229.011.260.881 0,563922609
12 SIDO 287.729.000.000 2.951.507.000.000 0,097485454
13 KAEF 640.909.360.172 2.471.939.548.890 0,259273881
14 DLTA 171.744.931.000 867.040.802.000 0,198081717
15 DVLA 206.681.880.000 1.190.054.288.000 0,173674329
16 HMSP 17.332.558.000.000 27.404.594.000.000 0,632469067
17 IGAR 101.008.221.352 314.746.644.499 0,320919136
18 MERK 249.318.913.000 696.946.318.000 0,35773044
19 MLBI 161.867.000.000 1.782.148.000.000 0,090826912
20 MYOR 1.456.454.215.049 9.710.223.454.000 0,149991833
21 ROTI 36.523.703.417 1.822.689.047.108 0,020038362
22 UNVR 2.084.331.000.000 13.348.188.000.000 0,156150857
23 WTON 846.026.589.000 2.917.400.751.000 0,289993272
77
LAMPIRAN 2 (LANJUTAN)
No.
Kode Perusahaan
Inventory Intensity Ratio2014
Total Persediaan Total asset IIR1 ALDO 75.858.974.959 356.814.265.668 0,212600734
2 ASII 16.986.000.000.000 236.029.000.000.000 0,071965733
3 DPNS 44.095.625.492 268.877.322.944 0,16399905
4 GGRM 34.739.327.000.000 58.220.600.000.000 0,596684455
5 KDSI 185.033.672.765 952.177.443.047 0,194326881
6 KLBF 3.090.544.151.155 12.425.032.367.729 0,2487353
7 SCCO 274.129.087.012 1.656.007.190.010 0,16553617
8 SKBM 111.766.911.295 649.534.031.113 0,172072449
9 SMSM 432.027.000.000 1.749.395.000.000 0,246957948
10 TSPC 1.056.050.634.231 5.592.730.492.960 0,18882559
11 WIIM 753.511.490.458 1.332.907.675.785 0,565314091
12 SIDO 230.736.000.000 2.821.399.000.000 0,081780705
13 KAEF 687.406.883.246 2.968.184.626.297 0,231591686
14 DLTA 193.300.072.000 991.947.134.000 0,194869329
15 DVLA 227.049.816.000 1.236.247.525.000 0,183660482
16 HMSP 17.431.586.000.000 28.380.630.000.000 0,614207155
17 IGAR 119.618.779.661 349.894.783.575 0,341870715
18 MERK 183.724.387.000 716.599.526.000 0,256383629
19 MLBI 226.717.000.000 2.231.051.000.000 0,101618923
20 MYOR 1.966.800.644.217 10.291.108.029.334 0,191116509
21 ROTI 40.795.755.774 2.142.894.276.216 0,019037689
22 UNVR 2.325.989.000.000 14.280.670.000.000 0,162876742
23 WTON 457.603.142.859 3.802.332.940.158 0,120347994
78
LAMPIRAN 2 (LANJUTAN)
No.
Kode Perusahaan
Inventory Intensity Ratio2015
Total Persediaan Total asset IIR1 ALDO 79.554.208.566 366.010.819.198 0,2173548
2 ASII 18.337.000.000.000 245.435.000.000.000 0,074712246
3 DPNS 36.630.468.186 274.483.110.371 0,13345254
4 GGRM 37.255.928.000.000 63.505.413.000.000 0,586657518
5 KDSI 278.104.766.709 117.709.366.886 2,36263922
6 KLBF 3.003.149.535.671 13.696.417.381.439 0,219265334
7 SCCO 293.477.384.474 1.773.144.328.632 0,165512406
8 SKBM 108.659.590.967 764.484.248.710 0,142134506
9 SMSM 560.755.000.000 2.220.108.000.000 0,252580055
10 TSPC 1.232.919.055.623 6.284.729.099.203 0,196176961
11 WIIM 762.247.944.395 1.342.700.045.391 0,567697861
12 SIDO 264.982.000.000 2.796.111.000.000 0,094768055
13 KAEF 742.317.799.941 3.236.224.076.311 0,229377751
14 DLTA 181.162.743.000 1.038.321.916.000 0,17447647
15 DVLA 198.658.033.000 1.376.278.237.000 0,144344383
16 HMSP 19.071.523.000.000 38.010.724.000.000 0,501740588
17 IGAR 112.347.499.544 383.936.040.590 0,292620353
18 MERK 161.124.628.000 641.646.818.000 0,251111084
19 MLBI 131.360.000.000 2.100.853.000.000 0,062526983
20 MYOR 1.763.233.048.130 11.342.715.686.221 0,155450696
21 ROTI 43.169.425.832 2.706.323.637.034 0,015951317
22 UNVR 2.297.502.000.000 15.729.945.000.000 0,146059125
23 WTON 622.479.997.668 4.456.097.502.805 0,139691736
79
LAMPIRAN 2 (LANJUTAN)
No.
Kode Perusahaan
Inventory Intensity Ratio2016
Total Persediaan Total asset IIR1 ALDO 95.547.717.345 410.330.576.602 0,232855465
2 ASII 17.771.000.000.000 261.855.000.000.000 0,067865804
3 DPNS 31.771.219.374 296.129.565.784 0,107288238
4 GGRM 37.545.222.000.000 62.951.634.000.000 0,59641378
5 KDSI 263.410.535.674 1.142.273.020.550 0,230602081
6 KLBF 3.344.404.151.105 15.226.009.210.657 0,219650737
7 SCCO 355.622.092.371 2.449.935.491.586 0,145155696
8 SKBM 238.247.341.317 1.001.657.012.004 0,237853216
9 SMSM 555.341.000.000 2.254.740.000.000 0,246299352
10 TSPC 1.362.026.037.353 6.585.807.349.438 0,206812311
11 WIIM 778.304.640.349 1.353.634.132.275 0,574974154
12 SIDO 317.082.000.000 2.987.614.000.000 0,106132184
13 KAEF 967.326.842.652 4.612.562.541.064 0,209715713
14 DLTA 183.868.498.000 1.197.796.650.000 0,153505604
15 DVLA 209.777.851.000 1.531.365.558.000 0,136987442
16 HMSP 19.442.023.000.000 42.508.277.000.000 0,45737029
17 IGAR 111.926.303.398 439.465.673.296 0,254687249
18 MERK 231.211.654.000 743.934.894.000 0,310795549
19 MLBI 138.137.000.000 2.275.038.000.000 0,060718546
20 MYOR 2.123.676.041.546 12.922.421.859.142 0,164340405
21 ROTI 50.746.886.585 2.919.640.858.718 0,017381209
22 UNVR 2.318.130.000.000 16.745.695.000.000 0,1384314
23 WTON 694.463.252.298 4.662.319.785.318 0,148952299
LAMPIRAN 2 (LANJUTAN)
80
No. Kode Perusahaan
Inventory Intensity Ratio2017
Total Persediaan Total asset IIR1 ALDO 131.015.702.213 498.701.656.995 0,262713589
2 ASII 1.144.420.000.000 6.267.816.000.000 0,182586726
3 DPNS 41.165.365.600 308.491.173.960 0,133440983
4 GGRM 37.920.289.000.000 66.759.930.000.000 0,568009718
5 KDSI 323.671.583.394 1.328.291.727.616 0,243675073
6 KLBF 3.557.496.638.218 16.616.239.416.335 0,214097579
7 SCCO 482.618.892.149 4.014.244.589.706 0,120226578
8 SKBM 293.162.796.955 1.623.027.475.045 0,180627131
9 SMSM 657.257.000.000 2.443.341.000.000 0,268999292
10 TSPC 1.478.762.390.030 7.434.900.309.021 0,198894717
11 WIIM 668.157.271.315 1.225.712.093.041 0,54511763
12 SIDO 267.915.000.000 3.158.198.000.000 0,084831603
13 KAEF 1.192.342.702.145 6.096.148.972.533 0,195589496
14 DLTA 178.863.917.000 1.340.842.765.000 0,133396638
15 DVLA 203.861.591.000 1.640.886.147.000 0,124238718
16 HMSP 18.023.238.000.000 43.141.063.000.000 0,417774546
17 IGAR 106.859.235.186 513.022.591.574 0,20829343
18 MERK 289.064.085.000 847.006.544.000 0,341277275
19 MLBI 171.620.000.000 2.510.078.000.000 0,068372377
20 MYOR 1.825.267.160.976 14.915.849.800.251 0,12237098
21 ROTI 50.264.253.248 4.559.573.709.411 0,011023893
22 UNVR 2.393.540.000.000 18.906.413.000.000 0,126599371
23 WTON 1.034.176.711.455 7.067.976.095.043 0,146318649
81
LAMPIRAN 3PERHITUNGAN ACTIVITY RATIO
No. Kode Perusahaan
Activity Ratio2013
Penjualan Total asset AR1 ALDO 399.345.658.763 301.479.232.221 1,32462079
2 ASII 19.388.000.000.000 213.994.000.000.000 0,090600671
3 DPNS 131.333.196.189 256.372.669.050 0,51227456
4 GGRM 55.436.954.000.000 50.770.251.000.000 1,09191806
5 KDSI 1.386.314.584.485 850.233.842.186 1,630509768
6 KLBF 16.002.131.057.048 11.315.061.275.026 1,414232824
7 SCCO 3.751.042.310.613 1.762.032.300.123 2,128815862
8 SKBM 1.296.618.257.503 497.652.557.672 2,605468891
9 SMSM 2.372.982.726.295 1.701.103.245.176 1,394966903
10 TSPC 6.854.889.233.121 5.407.957.915.805 1,26755595
11 WIIM 1.588.022.200.150 1.229.011.260.881 1,292113629
12 SIDO 2.372.364.000.000 2.951.507.000.000 0,803780577
13 KAEF 4.348.073.988.385 2.471.939.548.890 1,758972621
14 DLTA 2.001.358.536.000 867.040.802.000 2,308263384
15 DVLA 1.101.684.170.000 1.190.054.288.000 0,925742784
16 HMSP 75.025.207.000.000 27.404.594.000.000 2,737687229
17 IGAR 643.403.327.263 314.746.644.499 2,044194397
18 MERK 1.193.952.302.000 696.946.318.000 1,713119463
19 MLBI 3.561.989.000.000 1.782.148.000.000 1,998705495
20 MYOR 12.017.837.133.337 9.710.223.454.000 1,237647845
21 ROTI 1.505.519.937.691 1.822.689.047.108 0,82598836
22 UNVR 30.757.435.000.000 13.348.188.000.000 2,304240471
23 WTON 2.643.724.434.000 2.917.400.751.000 0,90619173
82
LAMPIRAN 3 (LANJUTAN)
No. Kode Perusahaan
Activity Ratio2014
Penjualan Total asset AR1 ALDO 493.881.857.454 356.814.265.668 1,38414269
2 ASII 201.701.000.000.000 236.029.000.000.000 0,854560245
3 DPNS 132.775.925.237 268.877.322.944 0,493816004
4 GGRM 65.185.850.000.000 58.220.600.000.000 1,11963549
5 KDSI 1.626.232.662.544 952.177.443.047 1,70790925
6 KLBF 17.368.532.547.558 12.425.032.367.729 1,397866181
7 SCCO 3.703.267.949.291 1.656.007.190.010 2,236263207
8 SKBM 1.480.764.903.724 649.534.031.113 2,279734137
9 SMSM 2.632.860.000.000 1.749.395.000.000 1,505011733
10 TSPC 7.512.115.037.587 5.592.730.492.960 1,343192748
11 WIIM 1.661.533.200.316 1.332.907.675.785 1,246547852
12 SIDO 2.197.907.000.000 2.821.399.000.000 0,779013178
13 KAEF 4.521.024.379.759 2.968.184.626.297 1,523161443
14 DLTA 879.253.383.000 991.947.134.000 0,886391374
15 DVLA 1.103.821.775.000 1.236.247.525.000 0,892880878
16 HMSP 80.690.139.000.000 28.380.630.000.000 2,84314122
17 IGAR 737.863.227.409 349.894.783.575 2,108814598
18 MERK 863.207.535.000 716.599.526.000 1,204588482
19 MLBI 2.988.501.000.000 2.231.051.000.000 1,339503669
20 MYOR 14.169.088.278.238 10.291.108.029.334 1,376828252
21 ROTI 1.880.262.901.697 2.142.894.276.216 0,877440816
22 UNVR 34.511.534.000.000 14.280.670.000.000 2,416660703
23 WTON 3.277.195.052.159 3.802.332.940.158 0,861890609
83
LAMPIRAN 3 (LANJUTAN)
No. Kode Perusahaan
Activity Ratio2015
Penjualan Total asset AR1 ALDO 538.363.112.800 366.010.819.198 1,470893986
2 ASII 83.955.000.000.000 245.435.000.000.000 0,342066127
3 DPNS 118.475.319.120 274.483.110.371 0,431630635
4 GGRM 70.365.573.000.000 63.505.413.000.000 1,108024807
5 KDSI 1.713.946.192.967 1.177.093.668.866 1,456083095
6 KLBF 17.887.464.223.321 13.696.417.381.439 1,305995847
7 SCCO 3.533.081.041.052 1.773.144.328.632 1,992551302
8 SKBM 1.362.245.580.664 764.484.248.710 1,781914517
9 SMSM 2.802.924.000.000 2.220.108.000.000 1,262516959
10 TSPC 8.181.481.867.179 6.284.729.099.203 1,301803425
11 WIIM 1.839.419.574.956 1.342.700.045.391 1,3699408
12 SIDO 2.218.536.000.000 2.796.111.000.000 0,793436312
13 KAEF 4.860.371.483.524 3.236.224.076.311 1,501864942
14 DLTA 699.506.819.000 1.038.321.916.000 0,673689737
15 DVLA 1.306.098.136.000 1.376.278.237.000 0,949007331
16 HMSP 89.069.306.000.000 38.010.724.000.000 2,34326781
17 IGAR 677.331.846.043 383.936.040.590 1,764178859
18 MERK 983.446.471.000 641.646.818.000 1,532691262
19 MLBI 2.696.318.000.000 2.100.853.000.000 1,283439631
20 MYOR 14.818.730.635.847 11.342.715.686.221 1,306453502
21 ROTI 2.174.501.712.899 2.706.323.637.034 0,803489163
22 UNVR 36.484.030.000.000 15.729.945.000.000 2,319399718
23 WTON 2.652.622.140.207 4.456.097.502.805 0,595279196
84
LAMPIRAN 3 (LANJUTAN)
No. Kode Perusahaan
Activity Ratio2016
Penjualan Total asset AR1 ALDO 666.434.061.412 410.330.576.602 1,624139412
2 ASII 81.948.000.000.000 261.855.000.000.000 0,312951824
3 DPNS 115.940.711.050 296.129.565.784 0,391520214
4 GGRM 76.274.147.000.000 62.951.634.000.000 1,211630932
5 KDSI 1.995.337.146.834 1.142.273.020.550 1,746812812
6 KLBF 19.374.230.957.505 15.226.009.210.657 1,272443139
7 SCCO 3.742.637.722.322 2.449.935.491.586 1,527647457
8 SKBM 1.501.115.928.446 1.001.657.012.004 1,498632676
9 SMSM 2.879.876.000.000 2.254.740.000.000 1,27725414
10 TSPC 9.138.238.993.842 6.585.807.349.438 1,387565489
11 WIIM 1.685.795.530.617 1.353.634.132.275 1,245384916
12 SIDO 2.561.806.000.000 2.987.614.000.000 0,857475564
13 KAEF 5.811.502.656.431 4.612.562.541.064 1,259929292
14 DLTA 774.968.268.000 1.197.796.650.000 0,646994853
15 DVLA 1.451.356.680.000 1.531.365.558.000 0,947753247
16 HMSP 95.466.657.000.000 42.508.277.000.000 2,245836899
17 IGAR 792.794.834.768 439.465.673.296 1,803997179
18 MERK 1.034.806.890.000 743.934.894.000 1,390991199
19 MLBI 3.263.311.000.000 2.275.038.000.000 1,434398458
20 MYOR 18.349.959.898.358 12.922.421.859.142 1,420009353
21 ROTI 2.521.920.968.213 2.919.640.858.718 0,863777804
22 UNVR 40.053.732.000.000 16.745.695.000.000 2,391882332
23 WTON 3.481.731.506.128 4.662.319.785.318 0,74678093
LAMPIRAN 3 (LANJUTAN)
85
No.
Kode Perusahaan
Activity Ratio2017
Penjualan Total asset AR1 ALDO 708.740.551.637 498.701.656.995 1,421171439
2 ASII 206.057.000.000.000 295.646.000.000.000 0,696972054
3 DPNS 111.294.849.755 308.491.173.960 0,360771585
4 GGRM 83.305.925.000.000 66.759.930.000.000 1,247843205
5 KDSI 2.245.519.457.754 1.328.291.727.616 1,69053184
6 KLBF 20.182.120.166.616 16.616.239.416.335 1,214602153
7 SCCO 4.440.404.595.541 4.014.244.589.706 1,106161943
8 SKBM 1.841.487.199.828 1.623.027.475.045 1,13460014
9 SMSM 3.339.964.000.000 2.443.341.000.000 1,36696597
10 TSPC 9.565.462.045.199 7.434.900.309.021 1,286562247
11 WIIM 1.476.427.090.781 1.225.712.093.041 1,204546401
12 SIDO 2.573.840.000.000 3.158.198.000.000 0,814971069
13 KAEF 6.127.479.369.403 6.096.148.972.533 1,005139375
14 DLTA 777.308.328.000 1.340.842.765.000 0,579716241
15 DVLA 1.575.647.308.000 1.640.886.147.000 0,960241703
16 HMSP 99.091.484.000.000 43.141.063.000.000 2,296917997
17 IGAR 761.926.952.217 513.022.591.574 1,485172319
18 MERK 1.156.648.155.000 847.006.544.000 1,365571687
19 MLBI 3.389.736.000.000 2.510.078.000.000 1,350450464
20 MYOR 20.816.673.946.472 14.915.849.800.251 1,395607641
21 ROTI 2.491.100.179.560 4.559.573.709.411 0,546344974
22 UNVR 41.204.510.000.000 18.906.413.000.000 2,17939331
23 WTON 5.362.263.237.778 7.067.976.095.043 0,758670257
LAMPIRAN 4PERHITUNGAN KEPEMILIKAN MANAJERIAL
86
No. Kode Perusahaan 2013 2014 2015 2016 20171 ALDO 0,1432 0,1432 0,1432 0,1432 0,14572 ASII 0,0004 0,0003 0,0004 0,0004 0,00043 DPNS 0,0571 0 0 0 04 GGRM 0,0092 0,0092 0,0092 0,0067 0,00675 KDSI 0,0516 0,0516 0,0525 0,1021 0,10326 KLBF 0,0001 0,0001 0,0001 0,0001 0,00017 SCCO 0,2423 0,2423 0,2423 0,1442 0,14428 SKBM 0,0172 0,0313 0,0311 0,0323 0,02219 SMSM 0,0836 0,0836 0,0801 0,0801 0,080110 TSPC 0 0 0 0 011 WIIM 0,4655 0,4655 0,4364 0,4411 0,61912 SIDO 0,8100 0,8100 0,8100 0,8100 013 KAEF 0 0 0 0 014 DLTA 0 0 0 0 015 DVLA 0 0 0 0 016 HMSP 0 0 0 0 017 IGAR 0 0 0 0 018 MERK 0,00001 0 0 0 019 MLBI 0 0 0 0 020 MYOR 0 0 0 0,2522 0,252221 ROTI 0 0 0 0 022 UNVR 0 0 0 0 023 WTON 0 0 0 0 0
LAMPIRAN 5PERHITUNGAN KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL
87
No. Kode Perusahaan 2013 2014 2015 2016 2017
88
1 ALDO 0,5841 0,5841 0,5841 0,5841 0,58412 ASII 0,5011 0,5011 0,5011 0,5011 0,50113 DPNS 0,6642 0,6535 0,6557 0,6557 0,65574 GGRM 0,7555 0,7555 0,7555 0,7555 0,75555 KDSI 0,7568 0,7568 0,7568 0,7568 0,78446 KLBF 0,5671 0,567 0,5671 0,565 0,56617 SCCO 0,6726 0,6726 0,6726 0,6726 0,67268 SKBM 0,8092 0,8142 0,8048 0,8061 0,8289 SMSM 0,5813 0,5813 0,5813 0,5813 0,581310 TSPC 0,7734 0,7752 0,7816 0,7842 0,789211 WIIM 0,2248 0,2248 0,2248 0,2248 0,051412 SIDO 0 0 0 0 0,81613 KAEF 0,9003 0,9003 0,9003 0,9003 0,900314 DLTA 0,8458 0,8167 0,8167 0,8167 0,816715 DVLA 0,9266 0,9266 0,9266 0,9266 0,926616 HMSP 0,9818 0,9818 0,925 0,925 0,92517 IGAR 0,8482 0,8482 0,8482 0,8482 0,848218 MERK 0,86651 0,86651 0,86651 0,86651 0,8665119 MLBI 0,7624 0,8178 0,8178 0,8178 0,817820 MYOR 0,3307 0,3307 0,3307 0,5907 0,590721 ROTI 0,7075 0,7075 0,7075 0,7075 0,7028322 UNVR 0,85 0,85 0,85 0,85 0,8523 WTON 0,831 0,831 0,831 0,831 0,831
LAMPIRAN 6PERHITUNGAN EFFECTIVE TAX RATE
No. Kode Effective Tax Rate
89
Perusahaan2013
Total Beban Pajak Penghasilan
Laba Sebeleum Pajak ETR
1 ALDO -8.451.226.930 33.591.990.313 -0,251584585
2 ASII -5.226.000.000.000 27.523.000.000.000 -0,189877557
3 DPNS -20.509.600.140 87.322.830.461 -0,234870996
4 GGRM -1.552.272.000.000 5.936.204.000.000 -0,261492361
5 KDSI -11.172.919.812 47.175.692.006 -0,236836373
6 KLBF -602.070.267.545 2.572.522.717.231 -0,234038854
7 SCCO -40.196.498.170 145.158.812.593 -0,276913936
8 SKBM -20.038.059.647 78.305.045.915 -0,255897425
9 SMSM -107.817.613.944 458.595.417.885 -0,235103993
10 TSPC -191.400.294.291 829.935.403.086 -0,230620713
11 WIIM - 42.797.081.717 175.119.289.578 -0,244388164
12 SIDO -176.715.000.000 582.658.000.000 -0,303291124
13 KAEF -68.483.102.322 284.125.432.299 -0,24103123
14 DLTA - 87.897.926.000 358.395.988.000 -0,245253655
15 DVLA -49.960.304.000 175.756.777.000 -0,284258194
16 HMSP -3.691.224.000.000 14.509.710.000.000 -0,254396814
17 IGAR -13.411.886.964 48.442.303.122 -0,276863115
18 MERK -59.262.982.00) 234.707.739.000 -0,252496923
19 MLBI -405.716.000.000 1.576.945.000.000 -0,25727974
20 MYOR -342.515.257.778 1.356.073.496.557 -0,252578683
21 ROTI -52.789.633.241 210.804.904.162 -0,250419379
22 UNVR -1.806.183.000.000 7.158.808.000.000 -0,252302199
23 WTON -87.315.397.000 328.521.639.000 -0,265782788
LAMPIRAN 6 (LANJUTAN)
No. Kode Perusahaan
Effective Tax Rate2014
Total Beban Pajak Laba Sebeleum ETR
90
Penghasilan Pajak1 ALDO -8.451.226.930 33.591.990.313 -0,251584585
2 ASII -5.227.000.000.000 27.352.000.000.000 -0,191101199
3 DPNS -2.663.152.461 17.183.018.745 -0,154987462
4 GGRM 1.810.552.000.000 7.205.845.000.000 -0,25126158
5 KDSI -13.488.971.936 57.978.111.301 -0,232656284
6 KLBF -642.609.966.418 2.763.700.548.048 -0,232517943
7 SCCO -44.728.341.629 182.347.242.356 -0,24529212
8 SKBM -20.645.137.227 109.761.131.334 -0,188091513
9 SMSM -119.683.000.000 541.150.000.000 -0,221164187
10 TSPC -158.439.557.374 742.732.619.498 -0,213319778
11 WIIM -37.236.710.659 149.541.532.719 -0,249005811
12 SIDO -130.458.000.000 545.651.000.000 -0,239086889
13 KAEF -79.079.988.771 315.611.059.635 -0,250561526
14 DLTA -91.445.380.000 379.518.812.000 -0,240950849
15 DVLA -24.936.967.000 105.866.443.000 -0,235551193
16 HMSP -3.537.216.000.000 13.718.299.000.000 -0,257846545
17 IGAR -20.927.345.985 75.826.220.743 -0,275990888
18 MERK -54.682.938.000 205.058.431.000 -0,26667003
19 MLBI -283.495.000.000 1.078.378.000.000 -0,262890192
20 MYOR -119.876.262.161 529.701.030.750 -0,226309286
21 ROTI -64.185.387.029 252.762.908.103 -0,25393515
22 UNVR -1.938.199.000.000 7.676.720.000.000 -0,25247749
23 WTON -89.117.249.234 411.521.100.488 -0,216555722
LAMPIRAN 6 (LANJUTAN)
No. Kode Perusahaan
Effective Tax Rate2015
Total Beban Pajak Laba Sebeleum ETR
91
Penghasilan Pajak1 ALDO -8.451.226.930 33.591.990.313 -0,251584585
2 ASII -4.017.000.000.000 19.630.000.000.000 -0,204635762
3 DPNS -1.972.849.888 11.832.026.060 -0,166738129
4 GGRM -2.182.441.000.000 8.635.275.000.000 -0,252735553
5 KDSI -3.419.704.975 14.890.268.268 -0,229660401
6 KLBF -663.186.962.586 2.720.881.244.459 -0,243739768
7 SCCO -46.936.637.110 206.056.283.235 -0,227785517
8 SKBM -13.479.285.258 53.629.853.879 -0,251339213
9 SMSM -122.410.000.000 583.717.000.000 -0,209707786
10 TSPC -177.892.281.060 707.110.932.867 -0,251576199
11 WIIM -46.881.830.192 177.962.941.779 -0,263435914
12 SIDO -122.924.000.000 560.399.000.000 -0,219350855
13 KAEF -85.162.555.115 338.135.061.189 -0,251859582
14 DLTA -58.152.543.000 250.197.742.000 -0,23242633
15 DVLA -36.543.278.000 144.437.708.000 -0,253003724
16 HMSP -3.569.336.000.000 13.932.644.000.000 -0,256185115
17 IGAR -11.820.161.899 63.236.346.206 -0,186920381
18 MERK -51.395.379.000 193.940.841.000 -0,265005446
19 MLBI -178.663.000.000 675.572.000.000 -0,264461819
20 MYOR -390.261.637.241 1.640.494.765.801 -0,237892644
21 ROTI -107.712.914.648 378.251.615.088 -0,284765247
22 UNVR -1.977.685.000.000 7.829.490.000.000 -0,252594358
23 WTON -34.275.316.813 206.059.338.582 -0,166337119
LAMPIRAN 6 (LANJUTAN)
No. Kode Perusahaan
Effective Tax Rate2016
Total Beban Pajak Laba Sebeleum ETR
92
Penghasilan Pajak1 ALDO -8.451.226.930 33.591.990.313 -0,251584585
2 ASII -3.951.000.000.000 22.253.000.000.000 -0,177549095
3 DPNS -2.278.665.403 12.288.056.506 -0,185437412
4 GGRM -2.258.454.000.000 8.931.136.000.000 -0,252874214
5 KDSI -16.570.567.066 63.697.916.133 -0,260143001
6 KLBF -740.303.526.679 3.091.188.460.230 -0,239488319
7 SCCO -99.008.469.812 439.602.100.346 -0,225222923
8 SKBM -8.264.494.258 30.809.950.308 -0,268241077
9 SMSM -156.016.000.000 658.208.000.000 -0,237031455
10 TSPC -173.464.664.107 718.958.200.369 -0,241272252
11 WIIM -30.372.690.384 136.662.997.252 -0,222245165
12 SIDO -148.557.000.000 629.082.000.000 -0,236148865
13 KAEF -111.427.977.007 383.025.924.670 -0,290914974
14 DLTA -72.538.386.000 327.047.654.000 -0,221797604
15 DVLA -62.333.656.000 214.417.056.000 -0,290712209
16 HMSP -4.249.218.000.000 17.011.447.000.000 -0,249785806
17 IGAR -26.468.958.222 95.774.588.017 -0,276367237
18 MERK -61.073.314.000 214.916.161.000 -0,284172738
19 MLBI -338.057.000.000 1.320.186.000.000 -0,256067706
20 MYOR -457.007.141.573 1.845.683.269.238 -0,247608649
21 ROTI -89.639.472.867 369.416.841.698 -0,242651289
22 UNVR -2.181.213.000.000 8.571.885.000.000 -0,2544613
23 WTON -58.691.974.024 340.259.601.398 -0,17249175
LAMPIRAN 6 (LANJUTAN)
No. Kode Perusahaan
Effective Tax Rate2017
Total Beban Pajak Laba Sebeleum ETR
93
Penghasilan Pajak1 ALDO -8.451.226.930 33.591.990.313 -0,251584585
2 ASII -6.031.000.000.000 29.196.000.000.000 -0,206569393
3 DPNS -1.604.832.494 7.568.252.565 -0,212047957
4 GGRM -2.681.165.000.000 10.436.512.000.000 -0,256902402
5 KDSI -24.397.862.353 93.363.070.902 -0,261322406
6 KLBF -787.935.315.388 3.241.186.725.992 -0,243100871
7 SCCO -75.500.057.785 345.230.356.594 -0,218694725
8 SKBM -5.880.557.363 31.761.022.154 -0,185150129
9 SMSM -165.250.000.000 720.638.000.000 -0,229310694
10 TSPC -186.750.680.877 744.090.262.873 -0,250978531
11 WIIM -13.901.517.361 54.491.308.212 -0,255114399
12 SIDO -148.090.000.000 681.889.000.000 -0,217176109
13 KAEF -118.001.844.961 449.709.762.422 -0,26239556
14 DLTA -89.240.218.000 369.012.853.000 -0,241834986
15 DVLA -63.898.628.000 226.147.921.000 -0,282552357
16 HMSP -4.224.272.000.000 16.894.806.000.000 -0,250033768
17 IGAR -23.388.107.927 95.764.791.063 -0,244224497
18 MERK -61.107.348.000 205.784.642.000 -0,296948049
19 MLBI -457.953.000.000 1.780.020.000.000 -0,257274076
20 MYOR -555.930.772.581 2.186.884.603.474 -0,254211298
21 ROTI -50.783.313.391 186.147.334.530 -0,272812466
22 UNVR -2.367.099.000.000 9.371.661.000.000 -0,252580519
23 WTON -79.042.760.767 419.501.620.158 -0,188420633
94
LAMPIRAN 7HASIL OUTPUT SPSS
Descriptive Statistics
NMinimu
mMaximu
m MeanStd.
DeviationIIR 115 ,0110 2,3626 ,241915 ,2495396AR 115 ,0906 2,8431 1,336182 ,5656211KM 115 ,0000 ,8100 ,077467 ,1790267KI 115 ,0000 ,9818 ,694247 ,2225495ETR 115 -,3033 -,1550 -,241777 ,0286586Valid N (listwise)
115
One-Sample Kolmogorov-Smirnov TestUnstandar
dized Residual
N 115Normal Parametersa,b
Mean ,0000000Std. Deviation
,02570681
Most Extreme Differences
Absolute ,072Positive ,072Negative -,070
Test Statistic ,072Asymp. Sig. (2-tailed) ,200c,d
a. Test distribution is Normal.b. Calculated from data.c. Lilliefors Significance Correction.d. This is a lower bound of the true significance.
Runs Test
95
Unstandardized Residual
Test Valuea -,00186Cases < Test Value 57Cases >= Test Value
58
Total Cases 115Number of Runs 64Z 1,031Asymp. Sig. (2-tailed)
,302
a. Median
Model Summaryb
Model R
R Squar
e
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
Change Statistics
Durbin-Watson
R Square Change
F Chang
e df1 df2Sig. F
Change1 ,442a ,195 ,166 ,026170
0,195 6,678 4 110 ,000 1,921
a. Predictors: (Constant), KI, IIR, AR, KMb. Dependent Variable: ETR
Model Summaryb
Model R
R Squar
e
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
Change Statistics
Durbin-Watson
R Square Change
F Chang
e df1 df2Sig. F
Change1 ,357a ,128 ,053 ,00105 ,128 1,705 9 105 ,097 2,094a. Predictors: (Constant), IIR_AR_KM_KI, AR, KM, KI_2, AR_2, KM_2, IIR, IIR_2, KIb. Dependent Variable: RES_2
ANOVAa
96
ModelSum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression ,018 4 ,005 6,678 ,000b
Residual ,075 110 ,001Total ,094 114
a. Dependent Variable: ETRb. Predictors: (Constant), KI, IIR, AR, KM
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
CorrelationsCollinearity
Statistics
BStd.
Error BetaZero-order
Partial Part
Tolerance VIF
1 (Constant)
-,181 ,015 -12,42
0
,000
IIR ,000 ,010 -,003 -,036 ,971 -,095 -,003 -,003 ,944 1,060AR -,014 ,005 -,271 -
2,793,006 -,365 -,257 -,239 ,777 1,286
KM -,070 ,024 -,435 -2,879
,005 -,079 -,265 -,246 ,320 3,126
KI -,053 ,020 -,412 -2,588
,011 -,150 -,240 -,221 ,289 3,458
a. Dependent Variable: ETR
97
98
99