bab iv rumah tradisional sunda desa sukahayu … · · 2016-06-08gambar 4.7 sketsa rumah...
TRANSCRIPT
BAB IV
Rumah Tradisional Sunda Desa Sukahayu Kecamatan Rancakalong
Sumedang dalam Perspektif Ilmu Arsitektur Tradisional dan Kepercayaan
4.1 Rumah Tradisional Sunda Desa Sukahayu dalam Perspektif Ilmu
Arsitektur Tradisional
Dari hasil survey di lapangan terhadap bentuk rumah tradisional Desa Sukahayu,
terbukti bahwa bentuk-bentuk rumah tradisional mengalami perubahan-perubahan
dari sisi arsitektural. Semua perubahan-perubahan terjadi disebabkan oleh
pengaruh luar terhadap kehidupan sosial budaya dan fisik bentuk bangunan
rumah. Semua pengaruh ini kadang tidak terasa dan tidak secara langsung
melainkan melalui proses yang dialami oleh masyarakatnya., namun beberapa
rumah tidak begitu mengalami perubahan-perubahan pada bentuk arsitekturalnya
Sesuai wujud bentuk arsitektural bentuk rumah di desa Sukahayu dapat dibagi
menjadi tiga kategori, kategori yang dimaksud dilihat berdasarkan secara bentuk
arsitektural, yaitu
1. Rumah tradisional kolong dengan material utama bambu
2. Rumah semi permanen.
3. Rumah Permanen
Rumah tradisional desa Sukahayu mempunyai pondasi (tatapakan) di atas
permukaan tanah, secara struktural mempunyai kekuatan untuk menahan beban
hidup (manusia) dan beban mati ( beban atap dan struktur). Rumah tardisional
desa Sukahayu mempunyai pencahayaan dan sirkulasi udara yang baik, secara
arsitektural rumah kolong berguna untuk pertukaran udara dari dalam rumah
dengan udara di luar rumah dan asap dari dapur dapat lewat lubang-lubang bilik
lewat kolong bangunan dan asap yang ke atas akan keluar lewat lubang jendela
dapur, seperti pada foto di bawah ni memperlihatkan udara keluar jendela dapur.
87
Foto 4.1Jendela Dapur untuk Sirkulasi Udara Dari Dalam Sumber : Dokumen Pribadi.,2006
Gambar 4.1 Sketsa Sirkulasi Rumah Tradisional Desa Sukahayu Sumber : Dokumen Pribadi.,2006
Rumah semi permanen dan permanen menggunakan material- material modern
dan mempunyai kekuatan yang baik untuk struktur atap dan kolom, namun untuk
88
kekuatan pondasi masih ada penurunan yang disebabkan oleh jenis tanah di desa
Sukahayu mempunyai kadar air tanah yang cukup tinggi.
Di bawah ini contoh gambar denah dan potongan rumah desa Sukahayu, yaitu :
Gambar 4.2 Sketsa Denah dan Potongan Rumah Tradisional Desa Sukahayu
Sumber : Dokumen Pribadi.,2006
Gambar 4.3 Sketsa Denah dan Potongan Rumah Semi Permanen Desa Sukahayu
Sumber : Dokumen Pribadi.,2006
89
Gambar 4.4 Sketsa Denah dan Potongan Rumah Permanen Desa Sukahayu Sumber : Dokumen Pribadi.,2006
4.2 Deskripsi Rumah Tradisional Desa Sukahayu
Sebelum membahas mengenai makna dan bentuk rumah tradisional desa
Sukahayu, penulis mencoba menguraikan mengenai tapak dan kontur di desa
Sukahyu, tapak desa Sukahayu dari sudut pandang arsitektural merupakan tapak
yang sangat terjal dan curam hampir mempunyai kemiringan lereng 45 derajat
dari permukaan jalan.
Namun di atas tapak yang tinggi dan curam ini terbentuk suatu pemukiman
tardisional Sunda. Di sini pula rumah-rumah tradisional desa Sukahayu berdiri
baik yang bermaterial bambu maupun yang sudah mengalami perubahan
90
Gambar 4.5 Sketsa Perspektif Tapak Desa Sukahayu
Sumber : Dokumen Pribadi.,2006
Gambar 4.6 Potongan dan Perspektif Tapak Desa Sukahayu Sumber : Dokumen Pribadi.,2006
91
Masyarakat Desa Sukahayu merupakan masyarakat peladang (pola tiga) yang
bercocok tanam dan menanam beberapa tanaman yang jenisnya berbeda-beda.
Hasil dari panen padi oleh masyarakat desa Sukahayu disimpan di Leuit dekat
Bale Desa (Dahulu Bumi Adat). Leuit desa Sukahayu hanya satu buah karena
yang lainnya sudah rusak tidak terawat sehingga sudah tidak digunakan kembali.
Foto 4.2 Leuit Desa Sukahayu Sumber : Dokumen Pribadi.,2006
Masyarakat desa Sukahayu masih percaya dengan kehadiran Dewi Sri sebagai
pelindung dan pemberi kehidupan lewat padi yang telah dipanen. Setiap panen
biasanya ada ruwatan yang dipimpin oleh sesepuh desa, ulama dan pemuka desa.
Setelah disimpan di dalam Leuit, sebagian dibawa pulang untuk disimpan di
dalam goah (padaringan), goah merupakan tempat penyimpanan padi yang
dipercayai juga tempat suci Dewi Sri. Semua rumah di desa Sukahayu masih
mempunyai goah walaupun sebagian rumah mereka ada yang sudah tidak asli
/semi permanen.
Seperti penjelasan sebelumnya bahwa rumah tradisional desa Sukahayu ada yang
mengalami perubahan secara struktur, bentuk dan material, namun tidak sedikit
juga masih melestarikannya. Semua perubahan ini terjadi karena masuknya
budaya modern.di desa Sukahayu, tetapi pemaknaan di dalam dan di luar rumah
masih sakral.
92
Gambar 4.7 Sketsa Rumah Tradisional Desa Sukahayu Sumber : Dokumen Pribadi.,2006
Gambar 4.8 Sketsa Potongan Rumah Tradisional Desa Sukahayu Sumber : Dokumen Pribadi.,2006
93
Gambar di atas adalah bentuk dan potongan sketsa rumah tradisional desa
Sukahayu bermaterial bambu, deskripsi materialnya sebagai berikut :
1. Atap , memiliki bentuk atap jolopong (suhunan lurus) yakni bentuk atap
terdiri dari dua buah bidang atap dan kedua bidang atap ini dipisahkan
dengan suhunan.
Foto 4.3 Atap Jolopong Rumah Tradisional Desa Sukahayu
Sumber : Dokumen Pribadi.,2006
2. Langit-langit, atau paparan terbuat dari bambu bilik dengan anyaman
motif kepang.
Foto 4.4 Plafon Motif Kepang Sumber : Dokumen Pribadi.,2006
94
3. Tihang (tiang), struktur tiang pada rumah tardisional desa Sukahayu
berjumlah 18 tihang dan 1 tihang terdapat di dekat dapur merupakan
tihang induk (sasaka) dan tihang sisi bangunan yang berguna untuk
menempelkan bilik berjumlah 16 tihang, untuk tatapakan berjumlah 13
tihang.
Foto 4.5 Tihang Induk Utama (Sasaka) Sumber : Dokumen Pribadi.,2006
Foto 4.6 Tihang Sisi Bangunan untuk Menjepit Bilik Dinding
Sumber : Dokumen Pribadi.,2006
95
Foto 4.7 Tihang Tatapakan (Pondasi) dengan Ukuran 30x12cm Sumber : Dokumen Pribadi.,2006
4. Dinding, seluruh dinding terbuat dari anyaman bambu dengan motif
anyaman .kepang. bilik langsung menempel pada bagian luar tiang rumah
yang dipasang dengan lembaran yang tingginya antara lincar dan pamikul
dan panjangnya merupakan jarak antara tiang-tiang bagian luar rumah.
Foto 4.8 Dinding Bambu dengan Anyaman Kepang
Sumber : Dokumen Pribadi.,2006
96
5. Pintu, atau panto masuk langsung berhubungan dengan tepas berbentuk
persegi panjang dengan ukuran tinggi 1.90 m dan lebar 90 cm, selain itu
mempunyai 3 panto pangkeng (kamar tidur) dengan ukuran 1.00 m dan
lebar 86 cm, dan panto goah dengan ukuran tinggi 1.20 dan lebar 60 cm
dan panto dapur dengan ukuran tinggi 1.50m dan lebar 72 cm.
Foto 4.9 Panto Dapur 1.5m x 72 cm Sumber : Dokumen Pribadi.,2006
Foto 4.10 Panto Ruang Tamu (Tepas) 1.9m x 1.0m Sumber : Dokumen Pribadi.,2006
97
Foto 4.11 Panto Goah 1.2m x 60cm Sumber : Dokumen Pribadi.,2006
6. Jendela, rumah tradisional desa Sukahayu mempunyai ukuran 50 x 56 m2 ,
jumlah jendela ada 6 buah dan sebagian besar ada di ruang tepas, serta
daun jendela kayu dan kaca sebagai penutupnya.
7. lantai, atau palapuh terbuat dari bambu yang dibentuk dari lempengan
bambu yang digelarkan di atas bambu bulat (utuh) dinamakan darurang,
lantai dilengkapi oleh tangga (golodog)
Foto 4.12 Golodog (tangga) Sumber : Dokumen Pribadi.,2006
98
Foto 4.13 Lantai yang terbuat dari lempengan bambu (palapuh)
Sumber : Dokumen Pribadi.,2006
Rumah modern mempunyai pembagian ruang yang telah direncanakan
sebelumnya oleh arsitek berdasarkan fungsi, namun untuk rumah tradisional
pembegian ruang tidak berdasarkan fungsinya saja tetapi unsur makna di
dalamnya (ruang) harus diperhitungkan.
Di bawah ini merupakan pembagian ruang rumah tradisional desa Sukahayu,
sebagai berikut :
1. Tepas, ruang ini memiliki fungsi untuk menerima tamu, ruang dibiarkan
kosong tanpa ornamen hanya meja dan kursi seperlunya saja, kadang-
kadang pemilik rumah mengosongkan ruangan dan tamu-tamu yang
datang duduk dilantai palapuh (ngampar), di sebelah tepas terdapat ruang
patengahan yang hanya dipisahkan oleh dinding bilik. Selain memiliki
fungsi tepaspun tempat bertemunya dunia laki-laki dan dunia perempuan.
Karena mereka percaya bahwa ruang laki-laki dan perempuan merupakan
ruang netral (dunia tengah).
99
Foto 4.14 Ruang Tepas Rumah Tradisional Desa Sukahayu
Sumber : Dokumen Pribadi.,2006
2. Patengahan, merupakan ruang yang memiliki fungsi untuk berkumpulnya
keluarga atau untuk menerima kerabat dekat jika ada upacara adat, ruang tengah
(patengahan) merupakan ruang netral, ruang dunia laki-laki dan dunia perempuan
yang merupakan sumber kekuatan dari rumah, sehingga ruang tengah selalu
dipakai untuk upacara adat.
Foto 4.15 Ruang Patengahan Rumah Tradisional Desa Sukahayu Sumber : Dokumen Pribadi.,2006
3. Dapur, merupakan satu masa dengan ruang tengah dan berfungsi sebagai
perapian untuk masak dan menyimpan peralatan memasak sehari-hari. Di
100
dalam dapur terdapat hawu yang berguna untuk memasak dan paraseuneu
yang berguna untuk menyimpan segala kebutuhan dapur. Laki-laki tidak
boleh melakukan kegiatan di dapur karena dapur merupakan ruang untuk
perempuan, hawu disimbolikan sebagai perempuan dan suluh (kayu bakar)
disimbolkan sebagai laki-laki.
Foto 4.16 Dapur Rumah Tradisional Desa Sukahayu
Sumber : Dokumen Pribadi.,2006
Foto 4.17 Paraseuneu yang Berguna untuk Menyimpan Segala Kebutuhan Dapur Sumber : Dokumen Pribadi.,2006
101
Foto 4.18 Hawu untuk Memasak yang disimbolkan sebagai Perempuan Sumber : Dokumen Pribadi.,2006
Foto 4.19Tempat Penyimpanan Suluh Sumber : Dokumen Pribadi.,2006
102
4. Kamar Tidur, pada rumah tradisional desa sukahayu terdiri tiga ruang
tidur, satu ruang tidur selalu bersebelahan dengan goah
(padaringan)/tempat penyimpanan padi. Antara goah dan kamar tidur
hanya disekat oleh dinding bilik. Kamar tidur di desa Sukahayu tidak
mempunyai makna apa-apa, hanya dibagi menjadi ruang untuk orang tua
dan ruang tidur untuk anak-anak.
Foto 4.20 Ruang Tidur Bersebelahan dengan Goah
Sumber : Dokumen Pribadi.,2006
5. Goah (padaringan), fungsi dari goah untuk menyimpan padi dan barang-
barang pusaka milik keluarga. Laki-laki dilarang masuk ke dalam goah
karena goah adalah dunia perempuan. Goah dipercayai tempat Dewi Sri
yang memberikan kehidupan lewat padi-padi dan beras, masyarakat desa
Sukahayu selalu memberikan sesajen di dalam goah, adapun sesajen yang
disajikan adalah, bunga tujuh rupa, cai kopi pait, cai heurang, cai teh,
menyan dan cerutu. Untuk pusaka-pusaka yang berada di dalam goah
diberi minyak wangi dan asap menyan.
103
Foto 4.21 Goah Tempat Penyimpanan Padi dan Barang Pusaka Sumber : Dokumen Pribadi.,2006
Foto 4.22 Jamban Umum Desa Sukahayu
Sumber : Dokumen Pribadi.,2006
104
Untuk mandi dan buang air masyarakat desa Sukahayu harus berjalan sekitar satu
kilometer dari rumah mereka, kamar mandi umum ini atau jamban berada di lebak
dekat mata air.
4.3 Analisis Bentuk, Material dan Struktur Rumah Tradisional Sunda
Desa Sukahayu
Berdasarkan hasil peninjauan di lapangan rumah tradisional di desa Sukahayu
kacamatan Rancakalong, merupakan salah satu proto tipe rumah tradisional
daerah Jawa Barat. Hal ini dapat terlihat dari ciri khas rumah tardisional Jawa
Barat, yaitu memiliki kolong (panggung), bahan material menggunakan bahan-
bahan dari alam, seperti bambu, kayu, batu dan alang-alang ijuk untuk atap, pada
atap mempunyai bentuk jolopong, namun fenomena memperlihatkan ada juga
perubahan-perubahan dari struktur dan bahan material. Dapat dilihat
perubahaannya dari material atap, karena hampir 100% atap rumah mereka sudah
berganti material dengan atap genteng tanah liat atau plentong. Kuwu di desa ini
pun sudah tidak memiliki rumah tradisional yang benar-benar asli, pada
kesempatan ini juga penulis mengambil satu rumah yang dituakan di daerah
tersebut.
105
Di bawah ini merupakan bentuk dari atap dan denah rumah tradisional desa
Sukahayu
Gambar 4.9 Sketsa Atap Jolopong Rumah Tradisional Desa Sukahayu
Sumber : Dokumen Pribadi.,2006
Gambar 4.10 Sketsa Denah Rumah Tradisional Desa Sukahayu
Sumber : Dokumen Pribadi.,2006
106
Gambar 4.11 Sketsa Atap Jolopong Rumah Tradisional Desa Sukahayu
Sumber : Dokumen Pribadi.,2006
Gambar 4.12 Sketsa Denah Rumah Tradisional Desa Sukahayu
Sumber : Dokumen Pribadi.,2006
107
Bentuk rumah di desa Sukahayu berupa rumah panggung yang persegi,tidak boleh
meyiku (nyekon) berdiri di atas tanah dengan kontur yang tidak rata. Bentuk-
bentuk rumah tradisional desa Sukahayu terdapat dua jenis dengan komposisi
ruang yang sama, hanya jenis material dan struktur yang membedakannya. Dua
bentuk rumah ini mempunyai luasan yang sama dan bentuk denah yang hampir
sama, ini terjadi karena perubahan bentuk fisik secara arsitektural dari rumah
tradisional menjadi rumah dengan material moderen. Akibat masuknya
moderenitas ke desa Sukahayu, menjadikan rumah tradisional yang asli hilang
originalitasnya.
Fenomena ini dapat terlihat dari bentuk fasade depan, struktur, atap dan dinding
yang sudah banyak menggunakan batu-bata merah, begitupun dengan pondasi
(tatapakan) yang sudah mulai ditanam sepenuhnya ke dalam tanah. Dengan
hilangnya pondasi kolong maka indentitas rumah kolong untuk rumah tradisional
sunda menjadi hilang.
Perubahan-perubahan bentuk secara arsitektural terjadi karena manusia tidak luput
dari aktivitas, untuk melangsungkan aktivitasnya manusia memerlukan ruang
dengan kondisi visual yang baik dan intensitas cahaya yang cukup.Karena cukup
banyak aktivitas manusia yang tidak dapat diselenggarakan akibat ketidaksesuaian
kondisi iklim luar, manusia membuat bangunan. Dengan bangunan, diharapkan
iklim luar yang tidak menunjang aktivitas manusia dapat dimodifikasi secara
bentuk dan struktural dengan bahan material sebagai penunjang untuk perubahan
ini sehingga dapat berubah menjadi iklim dalam (bangunan) yang lebih sesuai
untuk aktivitasnya.
Usaha manusia untuk mengubah kondisi iklim luar yang tidak sesuai menjadi
iklim dalam (bangunan) yang sesuai seringkali tidak seluruhnya tercapai. Dalam
banyak kasus, manusia di daerah tropis seringkali gagal menciptakan kondisi
termis yang nyaman di dalam bangunan. Ketika berada di dalam bangunan,
pengguna bangunan justru seringkali merasakan udara ruang yang panas, sehingga
kerap mereka lebih memilih berada di luar bangunan
108
Di sini terlihat bahwa arsitektur yang dirancang guna mengatasi masalah iklim
setempat tidak selalu diberi sebutan arsitektur iklim tersebut, karena pemecahan
problematik iklim merupakan suatu tuntutan mendasar yang 'wajib' dipenuhi oleh
suatu karya arsitektur di manapun dia dibangun. Sebutan tertentu pada suatu karya
arsitektur hanya diberikan terhadap ciri tertentu karya tersebut yang kehadirannya
'tidak wajib', serta yang kemudian memberi warna atau corak pada arsitektur
tersebut. Sebut saja arsitektur yang 'bersih' tanpa embel-embel dekorasi, yang
bentuknya tercipta akibat fungsi (form follows function) disebut arsitektur modern.
Arsitektur dengan penyelesaian estetika tertentu yang antara lain menyangkut
bentuk, ritme dan aksentuasi diklasifikasikan dan dekonstruksi. Semua karya
arsitektur tersebut tidak pernah diberi julukan 'arsitektur sub-tropis' meskipun
karya tersebut dirancang di daerah iklim sub-tropis guna mengantisipasi masalah
iklim tersebut. Masyarakat desa Sukahayu secara naluriah sudah memikirkan akan
Iklim dan aktivitas.
4.4 Perubahan Bentuk Rumah Tradisional Desa Sukahayu
Fasade mempunyai peran penting dalam arsitektural, di bawah ini dapat dilihat
perubahan fasade rumah tradisional desa Sukahayu yang jika diperhatiakan secara
struktural fasade rumah tradisional desa Sukahayu mempunyai sistem firmitas
(kekuatan) yang sangat kokoh dengan mempresisikan jarak antara kolom ke
kolom, begitupun dengan sistem pencahayaan dengan memiliki beberapa buah
jendela sebagai jalur sirkulasi sehingga udara dari dalam akan dengan baik
bergantian dengan udara segar dari luar dengan sangat baik. Namun dengan
terpengaruhnya moderenitas dan kebutuhan aktivitas masyarakat mulai merubah
bentuk fasade depan dengan harapan mendapatkan konsep yang baik.
109
Foto 4.23 Rumah Tradisional Desa Sukahayu Sumber : Dokumen Pribadi.,2006
Foto 4.24 Rumah Tradisional Desa Sukahayu yang Sudah Direnovasi Sumber : Dokumen Pribadi.,2006
Foto di atas memperlihatkan perubahan yang terjadi pada rumah tradisional desa
Sukahayau. Di sini terlihat perubahan pada material dinding yang sebelumnya
110
menggunakan papan atau bilik dengan motif kepang sekarang menggunakan
dinding bata merah yang diplester semen dan finishing dengan bahan cat moderen.
Walaupun terjadi perubahan dalam bentuk fasade, tetapi hampir tidak terjadi
perubahan dalam denah dan komposisi ruang.
Gambar 4.13 Denah Rumah Tradisional Desa Sukahayu Sumber : Dokumen Pribadi.,2006
Gambar 4.14 Denah Rumah Tradisional Desa Sukahayu yang Sudah Mengalami Perubahan fasade depan
Sumber : Dokumen Pribadi.,2006
111
Gambar di atas menjelaskan tidak terjadi perubahan terhadap denah dan
komposisi ruang rumah tradisional desa Sukahayu.
Pada struktur dinding terdapat kolom-kolom sebagai penyangga beban dari atas.
Setiap kolom atau tiang utama berdiri tatapakan (pondasi) sebagai penahan beban
vertikal.
Gambar 4.15 Perspektif Potongan Thiang
Sumber : Dokumen Pribadi.,2006
Diantara kolom-kolom atau tiang terdapat dinding bilik dengan anyaman kepang.
Semua tiang-tiang mempunyai ketinggian di atas 2 meter. Tangga- tangga main
entrance mempunyai ketinggian selutut manusia, sekitar 50-60 CM. Pada struktur
kolom terdapat perubahan dari bentuk struktur dan material yang digunakannya,
bangunan tradisional menggunakan kayu sebagai kolom penyangga dan tangga
terbuat dari bambu. Sedangkan bentuk setelah terjadi perubahan menggunakan
material beton dan kolom beton sebagai penyangga beban bangunan. Untuk
rumah tradisional yang mengalami perubahan tidak menggunakan lagi tangga
sebagai main entrance.
112
Foto 4.24 Struktur Kayu Rumah Tradisional Desa Sukahayu
Sumber : Dokumen Pribadi.,2006
Foto 4.25 Struktur Beton Rumah Tradisional Desa Sukahayu
Sumber : Dokumen Pribadi.,2006
113
Bukaan secara arsitektural mengalami adanya perubahaan pada rumah tradisional
desa Sukahayu, rumah tradisional desa Sukahayu yang mengalami perubahan
pada bentuk bukaan (jendela dan pintu) dikarenaakan masyarakat setempat
mencari bahan material yang lebih baik dari sisi kekuatan maupun fungsional,
seperti pada kaca yang bisa hanya dibuka bagian atasnya saja atau bagian
bawahnya.
Foto 4.26 Foto Sebelah Kiri merupakan Bukaan Rumah Tradisional Desa dan Foto Sebelah
Kanan Bukaan Rumah Tradisional yang Telah Mengalami Perubahan Sumber : Dokumen Pribadi.,2006
Dapur pada rumah tradisional desa Sukahayu ada yang mengalami perubahan baik
secara struktural maupun material. Rumah tradisional yang mengalami
perubahaan menggunakan keramik dan cor beton sebagai bahan finishing lantai
dan dapur digunakan sebagai tempat pertemuan kerabat. Namun alat masak
memasak masih menggunakan alat tradisional, seperti anglo dan seeng.
114
Foto 4.27 Dapur Rumah Tradisional Desa Sukahayu Sebelum Mengalami Perubahaan Sumber : Dokumen Pribadi.,2006
Foto 4.28 Dapur Rumah Tradisional Desa Sukahayu Setelah Mengalami Perubahaan
Sumber : Dokumen Pribadi.,2006
115
4.5 Makna Rumah Tradisional Desa Sukahayu Kecamatan Rancakalong
Sumedang
Selanjutnya berdasarkan wujud bentuk keobjekan seperti yang telah ditulis di atas,
fakta di lapangan mengatakan bahwa kesakralan atau pemaknaan di dalamnya
masih dipertahankan oleh masyarakat desa Sukahayu, seperti penempatan ruang
untuk laki-laki dan penempatan ruang untuk perempuan, di sini dapat kita lihat
bahwa walaupun terjadi perbedaan tetapi tetap menyatu dengan simbol-simbol
kosmik, yakni makrokosmos dengan daya-daya metakosmosnya. Data hasil studi
di lapangan membuktikan bahwa semua atap rumah tradisional desa Sukahyu,
baik yang bermaterial bambu maupun yang semi permanen selalu menghadap ke
Utara dan menghadap ke gunung Tampomas, karena mereka percaya bahwa
gunung Tampomas sebagai sumber kekuatan yang berasal dari para leluhur
(karuhun) mereka. Dari fenomena tersebut dapat dilihat bahwa masyarakat desa
Sukahayu merupakan masyarakat pola tiga yang berperamu karena mereka masih
percaya bahwa para leluhur (karuhun) yang selalu melindungi dan memberikan
kekuatan bagi keturunannya. Dogma tersebut merupakan proses menuju arah
transenden (dunia atas) melalui proses imanensi (dunia tengah dan dunia bawah).
Gambar 4.16
Atap Rumah Desa Sukahayu Menghadap ke Utara dan Menghadap ke Gunung Tampomas
Sumber : Dokumen Pribadi.,2006
116
Foto 4.29 Gunung Tampomas
Sumber : Dokumen Pribadi.,2006
Diagram di bawah terlihat bahwa dunia atas, tengah dan bawah menjadi satu
kesatuan yang paradok sehingga tercapainya sebuah transendensi melalui proses
imanensi.
TRANSENDEN
DUNIA ATAS
DUNIA TENGAH PARADOX
DUNIA BAWAH
DIAGRAM 4.9 PARADOX
Sumber : Dokumen Pribadi.,2006
117
Cerminan diagram diatas dapat terlihat pada komposisi ruang rumah tradisional
sunda dengan makna di dalamnya untuk mencapai transendensi. Setiap rumah di
bagi menjadi beberapa ruang yang mempunyai makna – makna yang berbeda
tetapi mempunyai tujuan, yaitu kesempurnaan.
Gambar 4.17 Denah Rumah Desa Sukahayu Kecamatan Rancakalong Sumedang
Sumber : Dokumen Pribadi.,2006
Denah diatas menggambarkan pembagian ruang pada rumah tradisional desa
Sukahayu, setiap ruang mempunyai makna yang berbeda, seperti ruang lelaki
tidak boleh di tempati oleh perempuan begitupun sebaliknya tempat perempuan
tidak boleh di tempati lelaki. Untuk pertemuan keduanya disebut ruang netral atau
perantara biasaya terdapat di Tepas. Denah di bawah ini menjelaskan komposisi
ruang secara arsitektur
4.6 Kosmologi Desa Sukahayu
Masyarakat Desa Sukahayu merupakan masyarakat yang menganut sistem
exogami, memperbolehkan penduduknya menikah dengan kampung lain. Namun
orang tua yang akan menikahkan anaknya mengharuskan memenuhi syarat bibit,
118
bobot dan bebet juga sarat, sirit dan sorot. Sarat adalah materi dunia, sirit adalah
pemberian nafkah batin dan sorot adalah kepribadian. Setelah memenuhi
semuanya baru diadakan upacara perkawinan adat dan agama ( Muslim).
Atap rumah tradisional desa Sukahayu menghadap ke utara (gunung tampomas)
karena mereka percaya dengan adanya kekuatan mistis yang memberikan
perlindungan dan kehidupan dari gunung tampomas.
119