bab iv pendekatan program perencanaan dan...
TRANSCRIPT
BAB IV PENDEKATAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
Pendekatan program dasar perencanaan dan perancangan arsitektur merupakan sebuah usaha
untuk melakukan pendekatan pada acuan merencanakan dan merancang sehingga diharapkan dalam
perancangan “Convention Hotel Bintang 5 di Sleman” ini dapat mendekati kelayakan untuk memenuhi
persyaratan pembangunan sebuah jasa akomodasi penginapan dan fasilitasnya serta kegiatan
tambahan lainnya di Kabupaten Sleman hingga sepuluh tahun mendatang. Adapun beberapa dasar
pendekatan yang harus diperhatikan adalah:
1. Pendekatan Aspek Fungsional
Pendekatan dalam aspek fungsional merupakan perincian apa dan siapa saja pelaku di dalam
ruangan dan bermanfaat untuk menentukan kapasitas sehingga dapat ditemui besaran ruang yang
dibutuhkan.
2. Pendekatan Aspek Kontekstual
Dasar pendekatan aspek kontekstual adalah untuk memahami lokasi yang dibutuhkan serta
menganalisa tata ruang luar bangunan dan ruang terbuka hijau sehingga bangunan tersebut dapat
dibangun pada lokasi yang sesuai dan strategis.
3. Pendekatan Aspek Kinerja
Pendekatan dalam aspek kinerja menganalisis tentang utilitas bangunan yang akanmenunjang
kinerja dari sebuah bangunan dalam memenuhi kebutuhan fungsi ruangnya.Aspek ini memiliki
tujuan untuk mencapai unsur kenyamanan, kemudahan dan mobilitas dari bangunan tersebut.
4. Pendekatan Aspek Teknis
Pendekatan aspek teknik berkaitan dengan teknis pembangunan gedung seperti menganalisis
struktur dan bahan bangunan yang akan digunakan sehingga akan dibahas masalah struktur serta
modul pembuatan ruangan.
5. Pendekatan Aspek Arsitektural
Pendekatan aspek arsitektural memiliki kaitan dengan konsep bangunan, karakter bangunan dan
penekanan desain yang digunakan.
4.1 Pendekatan Aspek Fungsional
4.1.1 Pendekatan Fungsi
Fungsi utama dari sebuah convention hotel adalah sebagai tempat menyediakan
jasa akomodasi penginapan dengan fasilitas yang lengkap sesuai dengan standart hotel
berbintang di Kabupaten Sleman. Adapun fungsi dari Convention Hotel Bintang 5 di
Sleman adalah sebagai berikut:
a. Convention Hotel Bintang 5 di Sleman dapat membantu meningkatkan kunjungan
wisatawan ke Kabupaten Sleman baik yang akan berwisata, melakukan kunjungan
bisnis dan melakukan konfrensi (MICE).
b. Convention Hotel Bintang 5 di Sleman merupakan hotel yang menyediakan jasa
akomodasi penginapan untuk memenuhi kebutuhan wisatawan baik domestik
maupun asing yang bertujuan untuk pariwisata maupun kunjungan bisnis, pertemuan,
seminar, dagang serta acara resmi perusahaan.
c. Convention Hotel Bintang 5 di Sleman memberikan fasilitas yang lengkap sesuai
dengan standart hotel berbintang di Kabupaten Sleman.
4.1.2 Pendekatan Pelaku
Berdasarkan pengamatan di lokasi dan hasil studi banding, terdapat bermacam-
macam kegiatan yang berlangsung di dalam hotel. Menurut pelakunya, dibedakan
menjadi beberapa kegiatan antara lain sebagai berikut:
PELAKU KEGIATAN
a. Tamu Hotel dan Konvensi
Pengunjung yang melakukan aktivitas menginap dan menggunakan segala fasilitas yang dibutuhkan. Kegiatan yang dilakukan membutuhkan tingkat privasi dan kenyamanan tinggi. Adapun kegiatan yang dilakukan antara lain:
a. Parkir b. Melakukan check in maupun check out c. Menginap atau bermalam d. Mempergunakan fasilitas yang
disediakan hotel seperti sarana olahraga, restoran, bar, spa dan fasilitas hiburan lainnya.
e. Mengadakan pertemuan bisnis, seminar atau acara resmi perusahaan
f. Menukarkan uang, memesan tiket, memesan taksiMenginap di kamar hotel selama waktu yang diinginkannya.
g. Keluar hotel untuk keperluan pribadinya seperti mengunjungi tempat-tempat wisata,keluarga/ teman, keperluan bisnis dan lainnya.
h. Mengunjungi kegiatan pendukung konvensi seperti : exhibition atau pameran yang biasanya dibuka untuk umum.
b. Tamu Hotel
Pengunjung yang melakukan aktivitas menginap dan menggunakan segala fasilitas yang dibutuhkan. Kegiatan yang dilakukan membutuhkan tingkat privasi dan kenyamanan tinggi. Adapun kegiatan yang dilakukan antara lain:
a. Parkir b. Melakukan check in maupun check out c. Menginap atau bermalam d. Mempergunakan fasilitas yang
disediakan hotel seperti sarana olahraga, restoran, bar, spa dan fasilitas hiburan lainnya.
e. Mengadakan pertemuan bisnis, seminar atau acara resmi perusahaan
Tabel 4.1 Pendekatan Pelaku dan Kegiatannya
f. Menukarkan uang, memesan tiket, memesan taksiMenginap di kamar hotel selama waktu yang diinginkannya.
g. Keluar hotel untuk keperluan pribadinya seperti mengunjungi tempat-tempat wisata,keluarga/ teman, keperluan bisnis dan lainnya.
c. Tamu Pengguna Fasilitas Hotel
Pengunjung yang hanya melakukan kegiatan sementara tanpa menginap dan menikmati fasilitas-fasilitas yang terdapat. Kegiatan yang dilakukan tidak membutuhkan tingkat privasi dan kenyamanan yang terlalu tinggi. Adapun kegiatan yang dilakukan antara lain:
a. Parkir b. Menunggu dan bertemu tamu c. Melakukan reservasi fasilitas hotel d. Menggunakan fasilitas hotel e. Menggunakan toilet umum f. Tidak menggunakan fasilitas menginap
hotel tetapi mengunjungi hotel untuk keperluan tertentu.
g. Mengunjungi hotel untuk mempergunakan fasilitas hotel seperti sarana olahraga, restoran, bar, spa dan fasilitas lainnya.
d. Tamu Konvensi (MICE) Pengunjung yang hanya melakukan kegiatan sementara tanpa menginap dan menikmati fasilitas-fasilitas yang terdapat. Kegiatan yang dilakukan tidak membutuhkan tingkat privasi dan kenyamanan yang terlalu tinggi. Adapun kegiatan yang dilakukan antara lain:
a. Parkir b. Menunggu dan bertemu tamu c. Melakukan reservasi fasilitas hotel d. Menggunakan fasilitas hotel e. Menggunakan toilet umum f. Mengunjungi kegiatan pendukung
konvensi seperti : exhibition atau pameran yang biasanya dibuka untuk umum.
Pengelola
a. General Manager Pemegang jabatan tertiggi dan bertanggung jawab atas seluruh divisi di bawahnya. Adapun kegiatan yang dilakukan antara lain mengendalikan usaha, memberikan arahan serta mengawasi pelaksanaan seluruh kegiatan.
b. Assistant Manager Pengelola yang memiliki wewenang dan tanggung jawab untuk menjalankan perintah yang disampaikan oleh general manager, menyampaikan laporan yang dibuat oleh para
kepala divisi serta mengambil alih tugas general manager apabila sewaktu-waktu berhalangan.
c. Accounting
Mengelola akuntansi keuangan hotel, yang
meliputi penerimaan dan pengeluaran uang,
pembukuan, pembayaran gaji pegawai,
pembuatan laporan keuangan dsb.
d. Marketing Department Pengelola yang memiliki tugas untuk melakukan pemasaran dan penjualan produk yang ditawarkan dari pihak hotel, dainataranya kamar hotel, fasilitas dan pelayanan yang tersedia.
e. AdministrationDepartment Pengelola yang bertugas menangani keuangan hotel dan mengolah hasil data operasional.
f. Security Staff Pengelola yang memiliki tugas untuk menjaga keamanan hotel. Membuat perencanaan pengamanan/pencegahan dan pengawasan tentang berbagai kemungkinan insiden yang akan atau munkin terjadi di dalam maupun di luar hotel.
g. Engineering Department Pengelola yang mengurus pemeliharaan dan perawatan maintenance hotel
h. Human Resource Department Menerima dan menyeleksi pegawai, menempatkan dan menentukan posisi/jabatan tiap calon pegawai, menentukan upah pegawai, member sanksi kepada pegawai yang melanggar peraturan, mengabsensi pegawai, membuat evaluasi keberhasilan kerja pegawai.
Pelayanan
a. Front Office Staff Bagian tempat informasi dan penerima tamu
yang memesan kamar hotel (check in dan
check out), penitipan barang, dan transaksi
pembayaran, memberikan informasi,
menerima & mengakomodasi tamu yang
check in, membuat rekening perhitungan
biaya tamu, membuat laporan administrasi
penjualan kamar dsb.
b. Housekeeping Mengurus kebutuhan bagi kegiatan
kerumahtanggaan, menjaga kebersihan dan
kelengkapan kamar tamu dan restoran.
Membuat perencanaan, perawatan atau
pembersihan semua kamar tamu, ruang
kantor, lobby, koridor, lift, toilet umum,
taman, kolam renang & parkir.
c. Laundry & Dry Cleaning
Menyusun dan membuat perencanaan untuk
penerimaan semua linen, uniform karyawan,
dan pakaian tamu untuk diadakan proses
pencucian, pengeringan dan pegemasan serta
membuat laporan tentang berapa jumlah
linen, uniform dan jumlah biaya pakaian tamu
yang dapat di cuci dan di dry cleaning setiap
harinya.
d. Storekeeper (General Store) Menerima, menyimpan dan mengeluarkan
persediaan barang dari atau ke gudang,
melakukan pencatatan transaksi, mengurus
jumlah barang yang diterima dan keluar
masuknya barang.
e. Purhasing Membuat perencanaan, pembelian barang,
bahan pada hotel.
f. Food and Beverage Coordinator
Bagian yang mengurus makanan dan
minuman, menyediakan, menjual dan
menyajikan. Mengolah, memproduksi dan
menyajikan makanan dan minuman untuk
keperluan tamu hotel, baik dalam kamar,
restoran/coffee shop, banquet (resepsi
pertemuan), makanan karyawan dsb.
g. Room Boy Mengecek keadaan kamar pada permulaan,
kelengkapan dan kebersihan setiap kamar.
Mengurus linen, perlengkapan mandi dan lain-
lainnya pada kamar.
4.1.3 Pendekatan Aktifitas Aktifitas dalam convention hotel yang dimaksud disini adalah aktifitas yang terjadi
sebagai akibat dari pengunjung, pengelola dan pelayanan hotel. Berdasarkan pengamatan di lokasi, hasil studi banding dan pesyaratan teknis bangunan hotel, kegiatan-kegiatan yang berlangsung di dalam hotel dapat dikelompokkan menurut kegiatannya, antara lain sebagai berikut:
Kelompok Kegiatan Uraian Kegiatan
Kegiatan Publik Memarkirkan kendaraan
Menerima tamu
Sumber : Analisa Pribadi dan Studi Banding, 2016
Tabel 4.2 Aktifitas Kelompok Pelaku
Melayani pemesanan kamar hotel atau fasilitas lainnya dan
pusat informasi tamu.
Melakukan pemesanan kamar
Melakukan pemesanan fasilitas ruang meeting
Menerima tamu, menunggu, atau tempat berkumpul
Makan dan minum dengan fasilitas lengkap
Sarapan pagi dan bersantai
Bersantai dan minum-minum ringan
Melakukan pertemuan, rapat, seminar dan sejenisnya.
Makan, minum sebagai fasilitas dari function room
Rekreasi, olahraga dan bermain.
Kegiatan berbelanja
Mengambil uang tunai atau melakukan transaksi melalui
ATM
Buang air kecil dan buang air besar
Solat
Kegiatan Privat Melakukan aktifitas menginap diantaranya tidur dan mandi.
Kegiatan Pengelolaan
Mengurus adminitrasi, keuangan, pemasaran, pendataan
barang masuk dan keluar dan pengelolaan lainnya.
Melakukan koordinasi / briefing pada tim / keseluruhan
karyawan
Peralihan sebelum memulai bekerja, yaitu berganti baju
seragam, penyimpanan barang karyawan, dan lainnya.
Menampung kegiatan pemeliharaan dan perawatan
maintenance hotel
Mengontrol kegiatan hotel dilengkapi dengan CCTV,
soundcentral, PABX
Menjaga keamanan pada hotel dilengkapi dengan fasilitas
monitoring ruangan.
Mengurus administrasi yang berkaitan dengan makanan
dan minuman.
Kegiatan Servis
Menyimpan seragam karyawan dilengkapi dengan locker
pakaian.
Mengatur ketersediaan kelengkapan kamar tamu dan
restoran.
Menyimpan barang karyawan dan beristirahat
Mencuci, menyetrika kepentingan hotel dan tamu.
Menyimpan perlengkapan kamar.
Mempersiapkan makanan dan minuman
Bongkar muat barang belanjaan dan barang mentah dapur
Menyimpan barang bahan makanan maupun kegiatan
reparasi
Sarana penunjang hotel meliputi PABX, genset room, ruang
panel, ruang pompa air dan ruang sampah.
4.1.4 Pendekatan Kapasitas Hotel a. Perhitungan Jumlah Kamar dari Data Jumlah Wisatawan
Berikut adalah data jumlah kunjungan wisatawan baik domestik maupun asing yang menginap di hotel berbintang di Sleman pada tahun 2010 hingga 2014:
TAHUN JUMLAHWISATAWAN YANG
MENGINAP DI HOTEL
JUMLAH
DOMESTIK ASING
Tahun 2010 667.792 133.868 801.660
Tahun 2011 694.425 149.843 844.268
Tahun 2012 721.058 165.818 886.876
Tahun 2013 747.691 181.793 929.484
Tahun 2014 774.324 197.768 972.092
JUMLAH 3.605.290 829.090 4.434.380
Tabel 4.3 Jumlah Wisatawan Yang Menginap di Hotel Tahun 2011-2015
Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Sleman Tahun 2015
Sumber : Analisa Pribadi dan Studi Banding, 2016
Maka untuk mengetahui jumlah wisatawan domestik maupun asing yang akan
menginap di hotel berbintang pada tahun 2025 diperlukan proyeksi laju pertumbuhan. Hal tersebut dapat diketahui dengan rumus sebagai berikut:
𝑃𝑚 = 𝑃𝑜 +𝑚
𝑛(𝑃𝑛 − 𝑃𝑜)
Keterangan: Pm = jumlah pada tahun m Po = jumlah pada tahun dasar Pn = jumlah pada tahun akhir m = selisih tahun m dengan tahun dasar n = selisih tahun dari data pada tahun akhir dan tahun dasar
Pada tahun 2015 jumlah wisatawan yang berkunjung ke Kabupaten Sleman dan menginap di hotel berbintang di Kabupaten Sleman sebanyak 1.194.188 wisatawan dan sebanyak 737.731wisatawan menginap di hotel berbintang pada tahun 2011. Maka untuk menghitung proyeksi pertumbuhan wisatawan yang menginap di hotel pada tahun 2025 di dapat persamaan sebagai berikut:
Pm = jumlah wisatawan pada tahun 2025 P2010= 801.660 wisatawan P2014= 972.092 wisatawan m = 2025 – 2010 = 15 tahun n = 2014 – 2010 = 4 tahun
maka 𝑃2025 = 801.660 +15
4(972.092 − 801.660)
𝑃2025 = 801.660 +15
4(170.432)
𝑃2025 = 801.660 + (639.120) 𝑃2025 = 1.440.780 𝑤𝑖𝑠𝑎𝑡𝑎𝑤𝑎𝑛
Jadi, proyeksi jumlah wisatawan yang menginap di hotel berbintang di Kabupaten Sleman pada tahun 2025 mencapai 1.440.780 wisatawan.
Untuk mengetahui tingkat penghunian kamar hotel berbintang di Kabupaten Sleman dapat dilihat pada tabel berikut :
Bintang 1 Bintang 2 Bintang 3 Bintang 4 Bintang 5
Tahun 2014 38.70 % 59.03 % 51.15 % 57.94 % 69.96 %
Tahun 2013 51.37 % 45.57 % 52.24 % 61.38 % 60.48 %
Tahun 2012 50.63 % 47.98 % 52.01 % 60.14 % 57.08 %
Tahun 2011 35.80 % 45.11 % 49.75 % 55.09 % 52.97 %
Tahun 2010 37.23 % 28.48 % 53.77 % 52.77 % 49.09 %
Rata-rata
per-tahun
47.74 % 45.23 % 51.78 % 57.46 % 57.88 %
Sumber : Kabupaten Sleman Dalam Angka 2015
Tabel 4.4 Tingkat Penghunian Kamar Hotel Berbintang Tahun 2010-2014
Presentase rata-rata wisatawan yang menginap di hotel bintang 5 pada tahun 2010-2014 sebesar 57.88 %. Maka pada tahun 2025 jumlah wisatawan yang menginap di hotel bintang 5 adalah: 𝑃2025 = 1.440.780 𝑥 57,88 % 𝑃2025 = 833.924 𝑤𝑖𝑠𝑎𝑡𝑎𝑤𝑎𝑛
Untuk mengetahui rata-rata lama menginap wisatawan di hotel berbintang di
Kabupaten Sleman dapat dilihat pada table berikut :
NO BULAN HOTEL Rata-Rata Hotel
Bintang dan
Non-Bintang BINTANG NON-BINTANG
1. Januari 1,72 1,36 1,63 2. Februari 1,76 1,32 1,64 3. Maret 1,74 1,32 1,64 4. April 1,70 1,28 1,61 5. Mei 1,54 1,24 1,47 6. Juni 1,71 1,25 1,61 7. Juli 1,74 1,28 1,65 8. Agustus 1,67 1,28 1,58 9. September 1,77 1,40 1,70
10. Oktober 1,68 1,24 1,60 11. November 1,82 1,29 1,71 12. Desember 1,66 1,27 1,56
Jumlah 1,70 1,29 1,61 2013 1,61 1,42 1,56 2012 1,67 1,42 1,59 2011 1,74 1,55 1,67 2010 1,69 1,47 1,60
Rata-rata lama menginap wisatawan di hotel bintang 5 di Kabupaten Sleman
selama 1.70 hari. Maka dalam waktu satu tahun = 360 ℎ𝑎𝑟𝑖
1.70 ℎ𝑎𝑟𝑖= 214.70 ℎ𝑎𝑟𝑖.
Sehingga pada tahun 2025, kamar yang dibutuhkan wisatawan setiap tahunnya
adalah sebagai berikut :
𝑃2025 =833.924
214,70= 𝟑. 𝟖𝟖𝟓 𝒌𝒂𝒎𝒂𝒓
Sedangkan perkiraan kamar pada tahun 2025 berdasarkan rasio perbandingan
antara jumlah wisatawan yang menginap di hotel bintang 5 dengan jumlah kamar yang tersedia tiap tahunnya adalah sebagai berikut :
Jumlah Wisatawan Jumlah Kamar Rasio
Tahun 2014 521.199 1.603 325,13
Tahun 2013 440.464 1.603 274,77
Tahun 2012 316.483 1.428 221,62
Sumber : Kabupaten Sleman Dalam Angka 2015
Tabel 4.5 Rata-rata Lama Menginap di Hotel Berbintang Tahun 2014
Tabel 4.6 Perbandingan Jumlah Wisatawan Hotel Bintang 5 dengan Jumlah Kamar Bintang 5
Tahun 2011 322.445 1.327 290,39
Tahun 2010 314.618 939 335,05
Rata-rata Perbandingan 299,99
Berdasarkan rata-rata rasio perbandingan di atas, maka pada tahun 2025 kamar yang tersedia sebanyak :
𝑃2025 =833.924
299,99= 𝟐. 𝟕𝟖𝟎 𝒌𝒂𝒎𝒂𝒓
Sehingga selisih antara kamar yang dibutuhkan wisatawan pada tahun 2025
dnegan ketersediaan kamar pada tahun 2025 adalah sebagai berikut :
𝑃2025 = 3.885 𝑘𝑎𝑚𝑎𝑟 − 2.780 𝑘𝑎𝑚𝑎𝑟 = 𝟏. 𝟏𝟎𝟓 𝒌𝒂𝒎𝒂𝒓
Maka kekurangan kamar pada hotel bintang 5 di Kabupaten Sleman pada tahun 2025 sebanyak 1.105 unit kamar.
b. Perhitungan Tipe Kamar
Dari data-data yang diperoleh mengenai tipe kamar pada hasil studi banding dapat dibedakan dengan perbandingan sebagai berikut: 1. Pertimbangan
Berdasarkan SK Dirjen Pariwisata (Persyaratan Kelas Hotel Berbintang, Depparpostel RI,1998) : perbandingan komposisi jumlah kamar tidur adalah 20% kamar single, 40% kamar twin, 30% kamar double dan 10% kamar suite.
2. Perhitungan Berdasarkan SK Dirjen Pariwisata (Persyaratan Kelas Hotel Berbintang, Depparpostel RI,1998) : perbandingan komposisi jumlah kamar tidur adalah 20% kamar single, 40% kamar twin, 30% kamar double dan 10% kamar suite.
Standart Room :Twin Room : Deluxe Room : Suite 30% : 40 % : 20% : 10%
Sehingga didapatkan hasil sebagai berikut:
Standart Room = 30 % x 300 kamar = 90 unit
Twin Room = 40 % x 300 kamar= 120 unit
Deluxe Room = 20 % x 300 kamar= 60 unit
Suite Room = 10 % x 300 kamar= 30 unit Kamar Suite dibagi menjadi 3 jenis, yaitu
Junior Suite Room = 20 unit
Executive Suite Room = 8 unit
Presidential Suite Room = 2 unit
Dari hasil studi banding di atas, dapat direncanakan tipe kamar yang paling banyak
disediakan yaitu:
Standart Double Room, dengan luas 28 m2 kapasitas kamar tidur 2 orang,
menggunakan tempat tidur ukuran king size bed, kamar mandi dalam dengan shower.
Twin Room, dengan luas 36 m2 kapasitas kamar tidur 2 orang, menggunakan pilihan
tempat tidur ukuran double single bed, kamar mandi dalam dengan shower.
Sumber : Analisa Pribadi, 2016
Deluxe Room, dengan luas 36 m2 kapasitas kamar tidur 2 orang dengan pilihan ukuran
tempat tidur king size bed, mini sofa, kamar mandi dengan fasilitas bath tub dan
shower.
Junior Suite Room, dengan luas 72 m2 kapasitas kamar tidur 2-3 orang dengan
menggunakan ukuran tempat tidur king size bed, sofa bed dilengkapi dengan sofa
duduk, meja kerja, coffee table, bath tub dan shower.
Executive Suite Room, dengan luas 192 m2 kapasitas kamar tidur 2-4 orang dengan
menggunakan ukuran tempat tidur king size bed, sofa bed, dilengkapi dengan living
room, dinning area, meja kerja, coffee table, dapur mini, bath tub, dan shower.
Presidential Suite Room, dengan luas 288 m2 kapasitas kamar tidur 2-4 orang dengan
menggunakan ukuran tempat tidur king size bed, sofa bed, dilengkapi dengan 2
bedrooms, living room, dinning area, meja kerja, coffee table, dapur mini, meeting
room, bath tub, dan shower.
4.1.5 Pendekatan Kapasitas MICE
Wisatawan ke D.I.Yogyakarta ternyata tidak hanya untuk melihat
pesona/keindahan daya tarik wisata yang ada di D.I.Yogyakarta saja tetapi dengan
semakin kondusifnya destinasi Yogyakarta menjadikan Wisata MICE yang semakin
berkembang pada beberapa tahun terakhir ini juga menjadi salah satu wisata andalan
Kabupaten Sleman dalam memberikan kontribusi/pemasukan bagi PAD. Pada tahun 2010
pelaksanaan MICE di Sleman sebanyak 5.554 kali/tahun sedangkan pada tahun 2011
teralisasi sebanyak 8.963 kali/tahun. Dengan demikian penyelenggaraan MICE di
Kabupaten Sleman rata-rata ada 23 kali dalam 1 (satu) hari. Berikut ini adalah jumlah
penyelenggaraan even MICE di Kabupaten Sleman dalam kurun waktu 2010-2014.
NO TAHUN EVENT MICE
1. 2010 5.554
2. 2011 8.693
3. 2012 11.832
4. 2013 14.971
5. 2014 18.110
Penyelenggaraan MICE di Kabupaten Sleman rata-rata tiap tahun memiliki kenaikan sejumlah 36,1 %. Berikut ini jumlah penyelenggara dan peserta MICE di Kabupaten Sleman pada tahun 2011.
NO BULAN JUMLAH
PENYELENGGARA
JUMLAH PESERTA
(org)
Tabel 4.7 Jumlah Event MICE di Hotel Kabupaten Sleman Tahun 2010-2014
Sumber : Kabupaten Sleman dalam Angka 2015
Tabel 4.8 Jumlah Event MICE di Hotel Kabupaten Sleman Tahun 2011
1. Januari 420 46.482
2. Februari 501 36.146
3. Maret 678 45.022
4. April 621 41.201
5. Mei 832 48.717
6. Juni 739 41.521
7. Juli 1.076 58.045
8. Agustus 348 14.959
9. September 738 35.444
10. Oktober 1.076 59.224
11. November 885 57.329
12. Desember 779 44.909
Jumlah 8.693 828.999
Rata-rata per
bulan
724 44.083
Penyelenggaraan MICE di Kabupaten Sleman yang diselenggarakan di hotel rata-rata 724
even setiap bulan dengan rata-rata peserta sekitar 44.083 orang. Berikut ini proyeksi even MICE yang akan diselenggarakan di Kabupaten Sleman pada tahun 2025.
𝑃𝑚 = 𝑃𝑜 +𝑚
𝑛(𝑃𝑛 − 𝑃𝑜)
Keterangan: Pm = jumlah pada tahun m Po = jumlah pada tahun dasar Pn = jumlah pada tahun akhir m = selisih tahun m dengan tahun dasar n = selisih tahun dari data pada tahun akhir dan tahun dasar
Pada tahun 2014 jumlah even MICE yang diselenggarakan ke Kabupaten Sleman dan diselenggarakan di hotel berbintang di Kabupaten Sleman sebanyak 18.110 wisatawan. Maka untuk menghitung proyeksi pertumbuhan even MICE yang diselenggarakan di hotel pada tahun 2025 di dapat persamaan sebagai berikut:
Pm = jumlah wisatawan pada tahun 2025 P2010= 5.554 even P2014= 18.110 even m = 2025 – 2010 = 15 tahun n = 2014 – 2010 = 4 tahun
maka 𝑃2025 = 5.554 +15
4(18.110 − 5.554)
Sumber : Kabupaten Sleman dalam Angka 2015
𝑃2025 = 5.554 +15
4(12.556)
𝑃2025 = 5.554 + (47.085) 𝑃2025 = 52.639 𝑒𝑣𝑒𝑛t
c. Perhitungan Jumlah Pengelola dari Hasil Studi Banding Rasio perbandingan jumlah unit kamar yang akan direcanakan dengan karyawan
adalah 1:0,9 atau dapat diartikan 1 kamar dilayani oleh 0,9 karyawan. Jadi dengan kapasitas 300 kamar, maka karyawan yang dibutuhkan adalah 300 x 0,9 = 270 karyawan atau dibulatkan menjadi 270 karyawan.
Pengelola Jumlah Orang
a. General Manager 1
b. Assistant Manager 1
c. Accounting 5
d. Marketing Department
Marketing Manager
Staff
1
10
e. Administration Department
Kepala Administrasi
Cost Control
Staff
1
10
10
f. Front Office Department
Kepala Department
Receptionist
Reservation
Operator
Bell boy
1
5
5
5
10
g. Housekeeping Department
Manager
Houseman
Laundry
Gardener
1
75
10
Tabel 4.9 Jumlah Pengelola Hotel
5
h. Food and Beverage Department
Food serving manager
Cook
Bartender
Waiter / waitress
Cashier
1
25
5
30
5
i. Human Resource Department
Personal Manager
Staff
1
15
j. Engineering Department
Kepala Dept. Engineering
Electrical Mechanical
Plumber
1
10
10
k. Security Staff
Kepala Dept. Security
Security
1
10
Jumlah 270
4.1.6 Pendekatan Kebutuhan Ruang Kebutuhan ruang didasarkan pada jenis kegiatan yang terjadi pada kelompok
kegiatan para pelaku kegiatan. Kebutuhan ruang dapat dikelompokkan sebagai berikut:
Kelompok
Kegiatan Uraian Kegiatan Sifat Kebutuhan Ruang
Kegiatan
Publik Memarkirkan kendaraan Publik
Area Parkir
Parkir mobil
Parkir motor
Sumber :Analisa Pribadi, 2016
Tabel 4.10 Pendekatan Kebutuhan Ruang
Parkir pengelola
Security office
Ruang transisi dari area
pintu masuk menuju ke
fasilitas yang ada di dalam
hotel
Publik Entrance Hall
Menerima tamu Publik Lobby
Melayani pemesanan kamar
hotel atau fasilitas lainnya
dan pusat informasi tamu.
Publik
Front Office Lobby
Receptionist
Reservation
Penitipan Barang
Cashier
Melakukan pemesanan
kamar Publik
Melakukan pemesanan
fasilitas ruang meeting Publik
Melakukan penitipan
barang Publik
Membayar administrasi Publik
Menerima tamu,
menunggu, atau tempat
berkumpul
Publik Lounge
Memenuhi kebutuhan
komersil seperti souvenir
shop, mini market, ATM
gallery
Publik Ruang yang
disewakan
Kegiatan
Penunjang
Makan dan minum dengan
fasilitas lengkap Publik Restaurant
Sarapan pagi dan bersantai Publik Coffee Shop
Bersantai dan minum-
minum ringan Publik Bar
Melakukan pertemuan,
rapat, seminar dan
sejenisnya.
Publik Meeting Room
Function Room
Makan, minum sebagai
fasilitas dari function room Publik Banquet hall
Rekreasi, olahraga dan
bermain.
Semi Publik
Sarana olahraga
Swimming pool
Fitness Club
Locker
Ruang Ganti
Lavatory
Buang air kecil dan buang
air besar Publik Lavatory
Sarana ibadah Publik Musholla
Kegiatan
Privat
Melakukan aktifitas
menginap diantaranya tidur
dan mandi. Privat
Standart room
Deluxe Room
Junior Suite
Executive Suite
Kegiatan
Pengelolaan
Kegiatan pimpinan dan
kesekretariatan
Privat
Office
General Manager
Assist. Manager
Administration
Marketing
Engineering
HRD
Mengurus adminitrasi,
keuangan, pemasaran,
pendataan barang masuk
dan keluar dan pengelolaan
lainnya.
Privat Administration
Room
Melakukan koordinasi /
briefing pada tim /
keseluruhan karyawan
Privat Meeting Room
Peralihan sebelum memulai
bekerja, yaitu berganti baju
seragam, penyimpanan
Privat Staff Office
barang karyawan, dan
lainnya.
Ruang Ganti
Locker
Pantry
Musholla
Menampung kegiatan
pemeliharaan dan
perawatan maintenance
hotel Servis
Engineering Office
Ruang Genset
Ruang Panel
Ruang Pompa
Mengontrol kegiatan hotel
dilengkapi dengan CCTV,
soundcentral, PABX
Servis Control Room
Menjaga keamanan pada
hotel dilengkapi dengan
fasilitas monitoring
ruangan.
Servis Security Office
Mengurus administrasi yang
berkaitan dengan makanan
dan minuman.
Servis Food and
Beverage Office
Kegiatan
Servis
Menyimpan seragam
karyawan dilengkapi
dengan locker pakaian.
Servis Uniform Room
Mengatur ketersediaan
kelengkapan kamar tamu
dan restoran. Servis
Housekeeping
Office
Janitor
Lost and Found
Room
Menyimpan barang
karyawan dan beristirahat Servis Ruang Karyawan
Mencuci, menyetrika
kepentingan hotel dan
tamu.
Servis Laundry and dry
cleaning
Menyimpan perlengkapan
kamar. Servis Ruang Linen
Mempersiapkan makanan
dan minuman
Servis
Dapur
Dapur utama
Cold Storage
Gudang
Bongkar muat barang
belanjaan dan barang
mentah dapur
Servis Loading Dock
Menyimpan barang
kegiatan reparasi Servis
Gudang
Gudang Peralatan
dan Perlengkapan
Sarana penunjang hotel
meliputi PABX, genset
room, ruang panel, ruang
pompa air dan ruang
sampah.
Servis Mechanical Room
4.1.7 Pendekatan Program Ruang Pendekatan program ruang dilakukan dengan melihat standar besaran ruang dan
kapasitas dari ruang-ruang yang ada. Standar besaran ruang yang digunakan dalam perencanaan diperoleh dari beberapa sumber, yaitu sebagai berikut:
No. Acuan Simbol
1. Ernest Neufert. 1992. Data Arsitek jilid 1 dan 2.
Erlangga: Jakarta DA
2. Lawson, Fred. 1995. Hotels and Resorts Planning
Design and Refurbisment. England: Butterworth
Architecture
HR
3. Rutes, Walter and Richars Penner. 1985. Hotel
Planning and Design. London: Architectural Press HD
4. Joseph de Chiara & John Callender. 1973. Time Saver
Standards for Building Types. New York: Mc Graw Hill TSS
5. Marlina, Endy. 2008. Panduan Perancangan Bangunan
Komersial. Yogyakarta: Penerbit ANDI PBK
Tabel 4.11 Acuan Sumber Standar Besaran Ruang
Sumber :Analisa Pribadi, 2016
6. Surat Keputusan Dinas Pariwisata No. 14/U/II/88
tentang Pelaksanaan Ketentuan Usaha dan
Pengelolaan Hotel.
SKDP
7. Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat
Nomor 272/HK.105/DRJD/96 mengenai Pedoman
Perencanaan dan Pengoperasian Fasilitas Parkir
DJPD
8. Studi Banding SB
9. Asumsi AS
Di dalam menghitung program ruang perlu diperhatikan sirkulasi (flow), sirkulasi dibuat berdasarkan tingkat kenyamanan, yaitu:
No. Presentase Keterangan
1. 5 – 10 % Standar minimum
2. 20 % Kebutuhan keluasan sirkulasi
3. 30 % Kebutuhan kenyamanan fisik
4. 40 % Tuntutan kenyamanan psikologis
5. 50 % Tuntutan spesifik kegiatan
6. 70 – 100 % Keterkaitan dengan banyak kegiatan
Berikut ini adalah pendekatan program ruang pada Convention Hotel bintang 5 di Sleman :
Jenis Ruang Standar
Besaran
Kap
asit
as
Perhitungan Luas
Sum
be
r
Keterangan
Kelompok Kegiatan Publik
Sumber: Analisa Pribadi
Sumber: Time Saver Standart of Building, 1973
Tabel 4.12 Presentase Sirkulasi ruang
Tabel 4.13 Besaran Ruang Kelompok Kegiatan Publik
Entrance Hall-Lobby
Entrance Hall 0,4 m2/
kmr
300
kmr
0,4 m2 x300= 120 m2 DA Entrance Hall dibuat
dengan konsep ruang
indoor yang terhubung
dengan outdoor atau
terdapat taman indoor
dengan unsur tropis.
Perpaduan antara
arsitektur tropis dan
arsitektur modern,
tanpa melupakan
arsitektur lokal jogja.
Sirkulasi 50% 60 m2
Total 180 m2
Lobby 1,8 m2/
kmr
300
kmr
1,8 m2 x 300 = 540 m2 HRP
Lounge 0,4 m2/
kmr
300
kmr
0,4 m2 x 300 = 120 m2 HRP
Front Office 0,4 m2/
kmr
300
kmr
0,4 m2 x 300 = 120 m2 DA
Rented Area
Airline/tour
agency
0,07 m2/
kmr
300
kmr
0,07 m2 x 300 = 21 m2 HMC Rented Area dibuat
dengan konsep
shopping arcade.
Koridor berada di
tengah dan diapit oleh
beberapa rented area.
Money
changer
0,07 m2/
kmr
300
kmr
0,07 m2 x 300 = 21 m2 HMC
ATM gallery 0,07 m2/
kmr
300
kmr
0,07 m2 x 300 = 21 m2 HMC
Souvenir shop 0,07 m2/
kmr
300
kmr
0,07 m2 x 300 = 21 m2 HMC
Boutique 0,07 m2/
kmr
300
kmr
0,07 m2 x 300 = 21 m2 HMC
Lavatory Pria
Toilet Pria 1,7 m2/
rg
6 org 1,7 m2 x 6 = 10,2 m2 DA
Urinoir
0,7 m2/
unit
5 unit 0,7 m2 x 5 = 3,5 m2 DA
Wastafel 1,3 m2/
unit
2 unit 1,3 m2 x 2 = 2,6 m2 DA
Sirkulasi 30% 4,89 m2
Total 21,19 m2
Lavatory Wanita
Toilet Wanita 1,7 m2/
org
8 org 1,7 m2 x 8 = 13,6 m2 DA
Wastafel 1,3 m2/
unit
4 unit 1,3 m2 x 4 = 5,2 m2 DA
Sirkulasi 30% 5,64 m2
Total 24,44 m2
Jumlah Total Kegiatan Publik
Jumlah 1.146,63 m2
Sirkulasi 30% 343,98 m2
Total 1.490,61 m2≈1.491 m2
Jenis Ruang Standar
Besaran
Kap
asit
as
Perhitungan Luas
Sum
be
r
Keterangan
Kelompok Kegiatan Penunjang
Restaurant
Main Dining Room
0,6 krs/
kmr
300
kmr
0,6 x 300 = 180 krs
HMC
Main Dinning Room
disediakan untuk
melayani breakfast
tamu hotel.
1,6 m2/
krs
180
krs
1,6 m2 x 180 = 288 m2
Restaurant Special 1
0,3 krs/
kmr
300
kmr
0,3 x 300 = 90 krs
HMC
Restaurant Special 1
memberikan pilihan
menu makanan khas. 1,9 m2/
krs
90 krs 1,9 m2 x 90 = 171 m2
Restaurant Special 2
0,3 krs/
kmr
300
kmr
0,3 x 300 = 90 krs
HMC
Restaurant Special 2
memberikan pilihan
menu makanan khas. 1,9 m2/
krs
90 krs 1,9 m2 x 90 = 171 m2
Dapur Utama
60% x R.
makan
3 unit 3 x 60% x (288 + 171 +
171 ) = 1.134 m2
HRP
Jumlah 1.146,63 m2
Sirkulasi 30% 343,98 m2
Total Luas Restaurant 1.490,61 m2
Bar and Cafe
Lounge Bar 1,4 m2/
kmr
300
kmr
1,4 m2 x 300 = 420 m2 HRP Bar and Cafe
ditempatkan di rooftop
dengan city view dan
pool view. Dibuat
dengan konsep semi
outdoor berupa sky
lounge.
R. Bartender 5 m2/ org 5 org 5 m2 x 5 = 25 m2 HRP
Cafe
0,3 krs/
kmr
300
kmr
0,3 x 300 = 90 krs
HRP
2,5 m2/
krs
90 krs 2,5 m2 x 90 = 225 m2
Dapur 40-50% x
(lounge +
cafe)
670
m2
50% x 670 m2= 335 m2
HRP
Lavatory Pria
Toilet Pria 1,7 m2/
org
6 org 1,7 m2 x 6 = 10,2 m2 DA
Urinoir
0,7 m2/
unit
5 unit 0,7 m2 x 5 = 3,5 m2 DA
Tabel 4.14 Besaran Ruang Kelompok Kegiatan Penunjang
Sumber: Analisa Pribadi
Wastafel 1,3 m2/
unit
2 unit 1,3 m2 x 2 = 2,6 m2 DA
Sirkulasi 30% 4,89 m2
Total 21,19 m2
Lavatory Wanita
Toilet Wanita 1,7 m2/
org
8 org 1,7 m2 x 8 = 13,6 m2 DA
Wastafel 1,3 m2/
unit
4 unit 1,3 m2 x 4 = 5,2 m2 DA
Sirkulasi 30% 5,64 m2
Total 24,44 m2
Cashier 1,5 m2/
org
4 org 1,5 m2 x 4 = 6 m2 HRP
Jumlah 1.056,63 m2
Sirkulasi 30% 316.98 m2
Total Luas Bar & Cafe 1.373,61 m2
Executive Lounge
Lounge Bar 1,4 m2/
kmr
300
kmr
1,4 m2 x 300 = 420 m2 HRP Executive Lounge
hanya dapat diakses
oleh pengguna suite
room. Executive lounge
merupakan private sky
lounge (berada di
rooftop) dengan
bangunan semi
outdoor.
R. Bartender 5 m2/ org 5 org 5 m2 x 5 = 25 m2 HRP
Lavatory Pria
Toilet Pria 1,7 m2/
org
6 org 1,7 m2 x 6 = 10,2 m2 DA
Urinoir
0,7 m2/
unit
5 unit 0,7 m2 x 5 = 3,5 m2 DA
Wastafel 1,3 m2/
unit
2 unit 1,3 m2 x 2 = 2,6 m2 DA
Sirkulasi 30% 4,89 m2
Total 21,19 m2
Lavatory Wanita
Toilet Wanita 1,7 m2/
org
8 org 1,7 m2 x 8 = 13,6 m2 DA
Wastafel 1,3 m2/
unit
4 unit 1,3 m2 x 4 = 5,2 m2 DA
Sirkulasi 30% 5,64 m2
Total 24,44 m2
Jumlah 491,43 m2
Sirkulasi 30% 147,42 m2
Total Luas Bar & Cafe 638,85 m2
Convention Center
Ballroom 1,1 m2/
org
3000
org
1,1 m2 x 3000= 3300
m2
HRP
Ballroom Lobby
1/6
ballroom
3300
m2
1/6 x 3300 m2 = 550 m2 HRP
Meeting room 1
3 m2/ org 300 x
1 unit
3 m2 x 300= 900 m2
HRP
Meeting room 2
3 m2/ org 100 x
4 unit
3 m2 x 100 x 4= 1.200
m2
HRP
Meeting room 3
3 m2/ org 50 x 6
unit
3 m2 x 50 x 6= 900 m2 HRP
Ruang informasi
2 m2/ org
2 org 2 m2 x 2= 4 m2 HD
Ruang Penitipan
7 m2/
counteer
2 unit 7 m2 x 2= 14 m2 HD
VIP Room 5 m2/ org
10
org
5 m2 x 10= 50 m2 HD
Ruang persiapan
1/12 x
ballroom
3300
m2
1/12 x 3300 m2 = 275 m2 HD
Pantry Ballroom
48 m2/
unit
1 unit 48 m2 x 1 unit = 48 m2 HD
Pantry M.R 24
m2/unit
11
unit
24 m2 x 11 = 264 m2 HD
Ruang Service Convention
R. Kontrol Suara
24 m2/
unit
12
unit
24 m2 x 12 unit = 288
m2
HD
R. Kontrol Lampu
24 m2/
unit
2 unit 24 m2 x 2 unit = 48 m2 HD
Lavatory Pria 6 unit
Toilet Pria 1,7 m2/
org
6 org 1,7 m2 x 6 = 10,2 m2 DA
Urinoir
0,7
m2/unit
5 unit 0,7 m2 x 5 = 3,5 m2 DA
Wastafel 1,3
m2/unit
2 unit 1,3 m2 x 2 = 2,6 m2 DA
Sirkulasi 30% 4,89 m2
Total 21,19 m2 x 6 unit = 127,14 m2
Lavatory Wanita 6 unit
Toilet Wanita 1,7
m2/org
8 org 1,7 m2 x 8 = 13,6 m2 DA
Wastafel 1,3
m2/unit
4 unit 1,3 m2 x 4 = 5,2 m2 DA
Sirkulasi 30% 5,64 m2
Total 24,44 m2 x 6 unit = 146,64 m2
Gudang 30% x
function
2 unit 2 x 30% x 3300 m2 =
1980 m2 HD
Jumlah 10.094,78 m2
Sirkulasi 30% 3.028,43 m2
Total Luas Convention Center 13.123,21 m2
Swimming Pool
Pool 25 m x
50 m
1 unit 25 m x 50 m = 1250 m2
HD
Swimming pool dibuat
di lantai atas (rooftop),
berupa infinity pool
dengan city view. Kids Pool 7,5 m x
25 m
1 unit 5 m x 20 m = 100 m2 HD
Locker, Lavatory
2 x 0,1
m2 x luas
kolam
2 x 0,1 m2 x 1350= 270
m2 HD
Jumlah 1.620 m2
Sirkulasi 30% 486 m2
Total 2.106 m2
Fitness Center
Treadmill 1,5 m x
0,90 m
6 unit 1,35 m2 x 6 = 8,1 m2
HD
Press Station 1,5 m x
1,00 m
4 unit 1,5 m2 x 4 = 6 m2 HD
Static Bicycle 1,2 m x
0,60 m
6 unit 0,72 m2 x 6 = 4,32 m2 HD
Rak Barbel 2,0 m x
0,90 m
4 unit 1,8 m2 x 4 = 7,2 m2 HD
Locker, Lavatory
2 x 0,36
m2/kmr
300
kmr
2 x 0,36 m2 x 300 = 216
m2 HD
Jumlah 241.62 m2
Sirkulasi 30% 72,48 m2
Total 314,10 m2
Spa
R. Tunggu 2 m2/ org
10
org
2 m2 x 10 = 20 m2
HD
R.Meni/pedicure
1,7 m2/
org
4 org 1,7 m2 x 4 = 6,8 m2 HD
Salon 4 m2/ org
10
org
4 m2 x 10 = 40 m2 HD
Massage Room
4 m2/ org
4 org 4 m2 x 4 = 16 m2 HD
Locker, Lavatory
2 x 0,36
m2/kmr
300
kmr
2 x 0,36 m2 x 300 = 216
m2 HD
Jumlah 298,8 m2
Sirkulasi 30% 89,64 m2
Total 388,44 m2
Sauna
R. Tunggu 2 m2/ org
10
org
2 m2 x 10 = 20 m2
HD
Ruang Mandi 4,9 m2/
org
10
org
4,9 m2 x 10 = 49 m2 HD
Ruang Pijat 4,6 m2/
org
10
org
4,6 m2 x 10 = 46 m2 HD
Beranda 4 m2/ org
10
org
4 m2 x 10 = 40 m2 HD
Bak Air Panas 2 m2/ org
5 org 2 m2 x 5 = 10 m2 HD
Locker, Lavatory
2 x 0,36
m2/kmr
300
kmr
2 x 0,36 m2 x 300 = 216
m2 HD
Jumlah 335 m2
Sirkulasi 30% 100,5 m2
Total 435,5 m2
Mushola
Ruang Shalat
1 m2/ org 100
org
1 m2 x 100 = 100 m2
Ruang Wudhu 0,8 m2/
unit
20
unit
0,8 m2 x 20 = 16 m2
Lavatory Pria
Toilet Pria 1,7 m2/
org
6 org 1,7 m2 x 6 = 10,2 m2 DA
Urinoir
0,7 m2/
unit
5 unit 0,7 m2 x 5 = 3,5 m2 DA
Wastafel 1,3 m2/
unit
2 unit 1,3 m2 x 2 = 2,6 m2 DA
Sirkulasi 30% 4,89 m2
Total 21,19 m2
Lavatory Wanita
Toilet Wanita 1,7 m2/
org
8 org 1,7 m2 x 8 = 13,6 m2 DA
Wastafel 1,3 m2/
unit
4 unit 1,3 m2 x 4 = 5,2 m2 DA
Sirkulasi 30% 5,64 m2
Total 24,44 m2
Jumlah 161,63 m2
Sirkulasi 30% 48,48 m2
Total 210,11 m2
Jumlah Total Kegiatan Penunjang
Jumlah 20.446,54 m2
Sirkulasi 30% 6.133,96 m2
Total 26.580,50 m2≈26.580 m2
Jenis Ruang Standar
Besaran
Kap
asit
as
Perhitungan Luas
Sum
be
r
Keterangan
Kelompok Kegiatan Privat
Standart Room
Kamar Tidur
King Size Bed 2m x 2m 1 unit 4m² x 1 = 4m² SB
Nakas
0,6 m x
0,6 m
2 unit 0,36 m² x 2 = 0,72 m²
SB
Lemari
0,6 m x
1,2 m
1 unit 0,72 m² x 1 = 0,72 m²
SB
Meja 0,75 m x
1,5 m
1 unit 1,125 m² x 1 = 1,125
m² SB
Kursi 0,5 m x
0,6 m
1 unit 0,3 m² x 1 = 0,3 m² SB
Sofa 0,8 m x
0,6 m
1 unit 0,48 m² x 1 = 0,48 m² SB
Jumlah 7,345 m2
Sirkulasi 100% 7,345 m2
Total 14,69 m2
Bathroom
Kloset duduk 0,65 m x
0,55 m
1 unit 0,36 m² x 1 = 0,36 m² DA
Shower
1,2 m x
1,2 m
1 unit 1,44 m² x 1 = 1,44 m²
DA
Wastafel
0,4 m x
0,9 m
1 unit 0,36 m² x 1 = 0,36 m²
DA
Sumber: Analisa Pribadi
Tabel 4.15 Besaran Ruang Kelompok Kegiatan Privat
Jumlah 2,16 m2
Sirkulasi 100% 2,16 m2
Total 4,32 m2
Balkon 1,5 m x
1,5 m
1 unit 2,55 m² x 1 = 2,55 m² SB
Jumlah Luas Kamar Standart Double
Jumlah 21,56 m2
Sirkulasi 30% 6,46 m2
Total 28,02 m2 ≈ 28 m2
Jumlah kamar standar = 90 unit 28 m2 x 90 =2.520 m2
Twin Room
Kamar Tidur
Single Size
Bed
1,2m x
2m
2 unit 2 x 2,4 m² x 1 = 4,8 m² SB
Nakas
0,6 m x
0,6 m
2 unit 0,36 m² x 2 = 0,72 m²
SB
Lemari
0,6 m x
1,2 m
2 unit 2 x 0,72 m² x 1 = 1,44
m² SB
Meja 0,75 m x
1,5 m
2 unit 2 x 1,125 m² x 1 = 2,25
m² SB
Kursi 0,5 m x
0,6 m
2 unit 2 x 0,3 m² x 1 = 0,6 m² SB
Sofa 0,8 m x
0,6 m
1 unit 0,48 m² x 2 = 0,96 m² SB
Jumlah 10,77 m2
Sirkulasi 100% 10,77 m2
Total 21,54 m2
Bathroom
Kloset duduk 0,65 m x
0,55 m
1 unit 0,36 m² x 1 = 0,36 m² DA
Shower
1,2 m x
1,2 m
1 unit 1,44 m² x 1 = 1,44 m²
DA
Wastafel
0,4 m x
0,9 m
1 unit 0,36 m² x 1 = 0,36 m²
DA
Jumlah 2,16 m2
Sirkulasi 100% 2,16 m2
Total 4,32 m2
Balkon 1,5 m x
1,5 m
1 unit 2,55 m² x 1 = 2,55 m² SB
Jumlah Luas Kamar Twin
Jumlah 28,41 m2
Sirkulasi 30% 8,52 m2
Total 36,09 m2 ≈ 36 m2
Jumlah kamar twin = 120 unit 36 m2 x 120 = 4.320 m2
Deluxe Room
Kamar Tidur
King Size Bed 2m x 2m 1 unit 4m² x 1 = 4 m² SB
Nakas
0,6 m x
0,6 m
2 unit 0,36 m² x 2 = 0,72 m²
SB
Lemari
0,6 m x
1,8 m
1 unit 1,08 m² x 1 = 1,08 m²
SB
Meja 0,75 m x
1,5 m
1 unit 1,125 m² x 1 = 1,125
m² SB
Kursi 0,5 m x
0,6 m
1 unit 0,3 m² x 1 = 0,3 m² SB
Sofa 0,8 m x
1,5 m
1 unit 1,2 m² x 1 = 1,2 m² SB
Coffe Table 0,6 m x
1,2 m
1 unit 0,72 m² x 1 = 0,72 m² SB
Jumlah 9,145 m2
Sirkulasi 100% 9,145 m2
Total 18,29 m2
Bathroom
Kloset duduk 0,65 m x
0,55 m
1 unit 0,36 m² x 1 = 0,36 m² DA
Shower
1,2 m x
1,2 m
1 unit 1,44 m² x 1 = 1,44 m²
DA
Bathup 0,8 m x 2
m
1 unit 1,6 m² x 1 = 1,6 m²
Wastafel
0,4 m x 1
m
1 unit 0,4 m² x 1 = 0,4 m²
DA
Jumlah 3,8 m2
Sirkulasi 100% 3,8 m2
Total 7,6 m2
Balkon 1,5 m x
1,5 m
1 unit 2,55 m² x 1 = 2,55 m² SB
Jumlah Luas Kamar Deluxe
Jumlah 28,44 m2
Sirkulasi 30% 8,532 m2
Total 36,09 m2 ≈ 36 m2
Jumlah kamar deluxe = 60 unit 36 m2 x 60 =2.160 m2
Junior Suite Room
Kamar Tidur
King Size Bed 2m x 2m 1 unit 4m² x 1 = 4 m² SB
Nakas
0,6 m x
0,6 m
2 unit 0,36 m² x 2 = 0,72 m²
SB
Lemari
0,6 m x
1,8 m
1 unit 1,08 m² x 1 = 1,08 m²
SB
Meja 0,75 m x
1,5 m
1 unit 1,125 m² x 1 = 1,125
m² SB
Kursi 0,5 m x
0,6 m
1 unit 0,3 m² x 1 = 0,3 m² SB
Convertible
Sofa
0,8 m x
1,5 m
1 unit 1,2 m² x 1 = 1,2 m² SB
Coffe Table 0,6 m x
1,2 m
1 unit 0,72 m² x 1 = 0,72 m² SB
Long Sofa 1,5 m x
0,8 m
1 unit 1,6 m2 x 1 = 1,6 m2 SB
Meja Sofa 1,2 m x
0,8 m
1 unit 0,96 m2 x 1 = 0,96 m2 SB
Jumlah 12,905 m2
Sirkulasi 100% 12,905 m2
Total 25,81 m2
Dinning Area
Meja Makan 1,2 m x
2,5 m
1 unit 3 m² x 1 = 3 m² DA
Kursi Makan
0,6 m x
0,5 m
6 unit 0,3 m² x 6 = 1,8 m²
DA
Serving Table 0,75 m x
1,5 m
1 unit 1,125 m² x 1 = 1,125
m²
Jumlah 5,925 m2
Sirkulasi 100% 5,925 m2
Total 11,85 m2
Lavatory
Kloset duduk 0,65 m x
0,55 m
1 unit 0,36 m² x 1 = 0,36 m² DA
Shower
1,2 m x
1,2 m
1 unit 1,44 m² x 1 = 1,44 m²
DA
Bathup 0,8 m x 2
m
1 unit 1,6 m² x 1 = 1,6 m²
DA
Wastafel
0,4 m x
1,5 m
1 unit 0,6 m² x 1 = 0,6 m²
DA
Jumlah 4 m2
Sirkulasi 100% 4 m2
Total 8 m2
Balkon 1,5 m x
1,5 m
1 unit 2,55 m² x 1 = 2,55 m² SB
Jumlah Luas Kamar Junior Suite
Jumlah 48,21 m2
Sirkulasi 50% 24,1 m2
Total 72,3 m2 ≈ 72 m2
Jumlah junior suite = 20 unit 72 m2 x 20 =1.440 m2
Executive Suite Room
Kamar Tidur
King Size Bed 2m x 2m 1 unit 4m² x 1 = 4 m² SB
Nakas
0,6 m x
0,6 m
2 unit 0,36 m² x 2 = 0,72 m²
SB
Lemari
0,6 m x
1,8 m
1 unit 1,08 m² x 1 = 1,08 m²
SB
Meja 0,75 m x
1,5 m
1 unit 1,125 m² x 1 = 1,125
m² SB
Kursi 0,5 m x
0,6 m
1 unit 0,3 m² x 1 = 0,3 m² SB
Convertible
Sofa
0,8 m x
1,5 m
1 unit 1,2 m² x 1 = 1,2 m² SB
Coffe Table 0,6 m x
1,2 m
1 unit 0,72 m² x 1 = 0,72 m² SB
Long Sofa 1,5 m x
0,8 m
1 unit 1,6 m2 x 1 = 1,6 m2 SB
Jumlah 11,945 m2
Sirkulasi 100% 11,945 m2
Total 23,81 m2
Dinning Area
Meja Makan 1,2 m x 3
m
1 unit 3,6 m² x 1 = 3,6 m² DA
Kursi Makan
0,6 m x
0,5 m
8 unit 0,3 m² x 8 = 2,4 m²
DA
Serving Table 0,75 m x
1,5 m
1 unit 1,125 m² x 1 = 1,125
m²
Mini Bar 0,75 m x
1,5 m
1 unit 1,125 m² x 1 = 1,125
m²
Jumlah 8,25 m2
Sirkulasi 100% 8,25 m2
Total 16,5 m2
Living Room
Long Sofa 1 m x 2,5
m
1 unit 2,5 m² x 1 = 2,5 m² DA
Meja Sofa
0,8 m x
1,5 m
1 unit 1,2 m² x 1 = 1,2 m²
DA
Meja Lampu 0,5 m x
0,5 m
2 unit 0,25 m² x 1 = 0,25 m² DA
Massage
Chair
1,2 m x 2
m
1 unit 2,4 m² x 1 = 2,4 m² DA
Jumlah 6,35 m2
Sirkulasi 100% 6,35 m2
Total 12,7 m2
Pantry
Serving Table 0,8 m x 2
m
1 unit 1,6 m² x 1 = 1,6 m² DA
Dispenser
0,4 m x
0,4 m
1 unit 0,16 m² x 1 = 0,16m²
DA
Kulkas 0,8 m x 1
m
2 unit 0,8 m² x 1 = 0,8 m² DA
Wastafel 0,8 m x
1,2 m
1 unit 0,96 m² x 1 = 0,96 m² DA
Jumlah 3,52 m2
Sirkulasi 100% 3,52 m2
Total 7,04 m2
Bathroom
Kloset duduk 0,65 m x
0,55 m
1 unit 0,36 m² x 1 = 0,36 m² DA
Shower
1,2 m x
1,2 m
1 unit 1,44 m² x 1 = 1,44 m²
DA
Bathup 0,8 m x 2
m
1 unit 1,6 m² x 1 = 1,6 m²
DA
Wastafel
0,4 m x
1,5 m
1 unit 0,6 m² x 1 = 0,6 m²
DA
Jumlah 4 m2
Sirkulasi 100% 4 m2
Total 8 m2
Terrace
Sofa 0,8 m x
0,6 m
2 unit 0,48 m² x 2 = 0,96 m² DA
Meja Sofa
0,8 m x
0,8 m
1 unit 1,6 m² x 1 = 1,6 m²
DA
Private Pool 5 m x 7,5
m
1 unit 37,5 m² x 1 = 37,5 m² DA
Jumlah 40,6 m2
Sirkulasi 50% 20,3 m2
Total 60,9 m2
Jumlah Luas Kamar Executive Suite
Jumlah 128,95 m2
Sirkulasi 50% 64,475 m2
Total 192,45 m2 ≈ 192 m2
Jumlah junior suite = 8 unit 192 m2 x 8 =1.536 m2
Presidential Suite Room
Kamar Tidur Utama
King Size Bed 2m x 2m 1 unit 4m² x 1 = 4 m² SB
Nakas
0,6 m x
0,6 m
2 unit 0,36 m² x 2 = 0,72 m²
SB
Lemari
0,6 m x
1,8 m
1 unit 1,08 m² x 1 = 1,08 m²
SB
Meja 0,75 m x
1,5 m
1 unit 1,125 m² x 1 = 1,125
m² SB
Kursi 0,5 m x
0,6 m
1 unit 0,3 m² x 1 = 0,3 m² SB
Convertible
Sofa
0,8 m x
1,5 m
1 unit 1,2 m² x 1 = 1,2 m² SB
Coffe Table 0,6 m x
1,2 m
1 unit 0,72 m² x 1 = 0,72 m² SB
Long Sofa 1,5 m x
0,8 m
1 unit 1,6 m2 x 1 = 1,6 m2 SB
Jumlah 11,945 m2
Sirkulasi 100% 11,945 m2
Total 23,81 m2
Kamar Tidur
King Size Bed 2m x 2m 1 unit 4m² x 1 = 4m² SB
Nakas
0,6 m x
0,6 m
2 unit 0,36 m² x 2 = 0,72 m²
SB
Lemari
0,6 m x
1,2 m
1 unit 0,72 m² x 1 = 0,72 m²
SB
Meja 0,75 m x
1,5 m
1 unit 1,125 m² x 1 = 1,125
m² SB
Kursi 0,5 m x
0,6 m
1 unit 0,3 m² x 1 = 0,3 m² SB
Sofa 0,8 m x
0,6 m
1 unit 0,48 m² x 1 = 0,48 m² SB
Jumlah 7,345 m2
Sirkulasi 100% 7,345 m2
Total 14,69 m2
Dinning Area
Meja Makan 1,2 m x 3
m
1 unit 3,6 m² x 1 = 3,6 m² DA
Kursi Makan
0,6 m x
0,5 m
8 unit 0,3 m² x 8 = 2,4 m²
DA
Serving Table 0,75 m x
1,5 m
1 unit 1,125 m² x 1 = 1,125
m²
Mini Bar 0,75 m x
1,5 m
1 unit 1,125 m² x 1 = 1,125
m²
Jumlah 8,25 m2
Sirkulasi 100% 8,25 m2
Total 16,5 m2
Living Room
Long Sofa 1 m x 2,5
m
1 unit 2,5 m² x 1 = 2,5 m² DA
Meja Sofa
0,8 m x
1,5 m
1 unit 1,2 m² x 1 = 1,2 m²
DA
Meja Lampu 0,5 m x
0,5 m
2 unit 0,25 m² x 1 = 0,25 m² DA
Massage
Chair
1,2 m x 2
m
1 unit 2,4 m² x 1 = 2,4 m² DA
Jumlah 6,35 m2
Sirkulasi 100% 6,35 m2
Total 12,7 m2
Meeting Room
Meja Rapat 2 m x 5
m
1 unit 10 m² x 1 = 10 m² DA
Kursi Rapat
0,6 m x
0,6 m
10
unit
0,36 m² x 10 = 3,6 m²
DA
Lemari Arsip 0,6 m x 2
m
1 unit 1,2 m² x 1 = 1,2 m² DA
Jumlah 14,8 m2
Sirkulasi 100% 14,8 m2
Total 29,6 m2
Pantry
Serving Table 0,8 m x 2
m
1 unit 1,6 m² x 1 = 1,6 m² DA
Dispenser
0,4 m x
0,4 m
1 unit 0,16 m² x 1 = 0,16m²
DA
Kulkas 0,8 m x 1
m
2 unit 0,8 m² x 1 = 0,8 m² DA
Wastafel 0,8 m x
1,2 m
1 unit 0,96 m² x 1 = 0,96 m² DA
Jumlah 3,52 m2
Sirkulasi 100% 3,52 m2
Total 7,04 m2
Main Bathroom
Kloset duduk 0,65 m x
0,55 m
1 unit 0,36 m² x 1 = 0,36 m² DA
Shower
1,2 m x
1,2 m
1 unit 1,44 m² x 1 = 1,44 m²
DA
Bathup 0,8 m x 2
m
1 unit 1,6 m² x 1 = 1,6 m²
DA
Wastafel
0,4 m x
1,5 m
1 unit 0,6 m² x 1 = 0,6 m²
DA
Walk in Closet 2 m x 3
m
1 unit 6 m² x 1 = 6 m²
Jumlah 10 m2
Sirkulasi 100% 10 m2
Total 20 m2
Standart Bathroom
Kloset duduk 0,65 m x
0,55 m
1 unit 0,36 m² x 1 = 0,36 m² DA
Shower
1,2 m x
1,2 m
1 unit 1,44 m² x 1 = 1,44 m²
DA
Wastafel
0,4 m x
0,9 m
1 unit 0,36 m² x 1 = 0,36 m²
DA
Jumlah 2,16 m2
Sirkulasi 100% 2,16 m2
Total 4,32 m2
Terrace
Sofa 0,8 m x
0,6 m
4 unit 0,48 m² x 4 = 1,92 m² DA
Meja Sofa
0,8 m x
0,8 m
1 unit 1,6 m² x 1 = 1,6 m²
DA
Private Pool 5 m x 7,5
m
1 unit 37,5 m² x 1 = 37,5 m² DA
Jumlah 41,2 m2
Sirkulasi 50% 20,51 m2
Total 61,71 m2
Jumlah Luas Kamar Preidential Suite
Jumlah 191,83 m2
Sirkulasi 50% 95,91 m2
Total 287,74 m2 ≈ 288 m2
Jml presidential suite = 2 unit 288 m2 x 2 = 576 m2
Jumlah Luas Kelompok Kegaiatan Privat
Jumlah 12.552 m2
Sirkulasi 50% 6.276 m2
Total 18.828 m2
Jenis Ruang Standar
Besaran
Kap
asit
as
Perhitungan Luas
Sum
be
r
Keterangan
Kelompok Kegiatan Pengelola
Manager Office
R. General
Manager
9,5 m2/
org
1 org 9,5 m2 x 1 = 9,5 m2 HRP Entrance Hall dibuat
dengan konsep
R. Resident
Manager
9,5 m2/
org
1 org 9,5 m2 x 1 = 9,5 m2
HRP
R. Front Office
Manager
9,5 m2/
org
1 org 9,5 m2 x 1 = 9,5 m2 HRP
R. Reservation
Manager
9,5 m2/
org
1 org 9,5 m2 x 1 = 9,5 m2 HRP
R. Rapat 1,5 m2/
org
100
org 1,5 m2 x 100 = 150 m2 HRP
Sumber: Analisa Pribadi
Tabel 4.16 Besaran Ruang Kelompok Kegiatan Pengelola
R. Reservasi 2 m2/ org
6 org 2 m2 x 6 = 12 m2 HRP
R. Arsip 0,04 m2/
jml kmr
300
kmr 0,04 m2 x 300 = 12 m2 HRP
Lavatory Pria
Toilet Pria 1,7 m2/
rg
6 org 1,7 m2 x 6 = 10,2 m2 DA
Urinoir
0,7 m2/
unit
5 unit 0,7 m2 x 5 = 3,5 m2 DA
Wastafel 1,3 m2/
unit
2 unit 1,3 m2 x 2 = 2,6 m2 DA
Sirkulasi 30% 4,89 m2
Total 21,19 m2
Lavatory Wanita
Toilet Wanita 1,7 m2/
org
8 org 1,7 m2 x 8 = 13,6 m2 DA
Wastafel 1,3 m2/
unit
4 unit 1,3 m2 x 4 = 5,2 m2 DA
Sirkulasi 30% 5,64 m2
Total 24,44 m2
Jumlah 257,63 m2
Sirkulasi 50% 77,28 m2
Total 334,91 m2
Divisi Personalia
R. Personel
Manager
9,5 m2/
org
1 org 9,5 m2 x 1 = 9,5 m2
HRP
R. Staff 2 m2/ org 20
org
2 m2 x 20 = 40 m2 HMC
R. Trainning 0,4 m2/
jml kmr
300
kmr
0,4 m2 x 300 = 120 m2 HMC
Locker Room 0,4 m2/
org
270
org
0,4 m2 x 270 = 108 m2 HMC
Lavatory Pria
Toilet Pria 1,7 m2/
rg
6 org 1,7 m2 x 6 = 10,2 m2 DA
Urinoir
0,7 m2/
unit
5 unit 0,7 m2 x 5 = 3,5 m2 DA
Wastafel 1,3 m2/
unit
2 unit 1,3 m2 x 2 = 2,6 m2 DA
Sirkulasi 30% 4,89 m2
Total 21,19 m2
Lavatory Wanita
Toilet Wanita 1,7 m2/
org
8 org 1,7 m2 x 8 = 13,6 m2 DA
Wastafel 1,3 m2/
unit
4 unit 1,3 m2 x 4 = 5,2 m2 DA
Sirkulasi 30% 5,64 m2
Total 24,44 m2
Jumlah 323,13 m2
Sirkulasi 30% 96,93 m2
Total 420,06 m2
Ruang Makan Karyawan
R. Makan 1,7 m2/
org
0,4
staff
1,7 m2 x 270 = 459 m2
HRP
Dapur ⅓ x r.
makan
1 unit ⅓ x 459 m2 = 153 m2 HMC
Lavatory Pria
Toilet Pria 1,7 m2/
rg
6 org 1,7 m2 x 6 = 10,2 m2 DA
Urinoir
0,7 m2/
unit
5 unit 0,7 m2 x 5 = 3,5 m2 DA
Wastafel 1,3 m2/
unit
2 unit 1,3 m2 x 2 = 2,6 m2 DA
Sirkulasi 30% 4,89 m2
Total 21,19 m2
Lavatory Wanita
Toilet Wanita 1,7 m2/
org
8 org 1,7 m2 x 8 = 13,6 m2 DA
Wastafel 1,3 m2/
unit
4 unit 1,3 m2 x 4 = 5,2 m2 DA
Sirkulasi 30% 5,64 m2
Total 24,44 m2
Jumlah 657,63 m2
Sirkulasi 30% 197,28 m2
Total 854,91 m2
Jumlah Kelompok Kegiatan Pengelola
Jumlah 1.609,88 m2
Sirkulasi 50% 804,94 m2
Total 2.414,82 m2 ≈ 2.415 m2
Jenis Ruang Standar
Besaran
Kap
asit
as
Perhitungan Luas
Sum
be
r
Keterangan
Kelompok Kegiatan Pelayanan
Housekeeping
Housekeeping
Office
9,5 m2/
org
2 org 9,5 m2 x 2 = 19 m2 HRP Entrance Hall dibuat
dengan konsep
Laundry
Room
0,7 m2/
jml kmr
300
kmr
0,7 m2 x 300 = 210 m2
HRP
Valet Room 0,03 m2/
jml kmr
300
kmr
0,03 m2 x 300 = 9 m2 HRP
Soiled
Laundry
0,03 m2/
jml kmr
300
kmr
0,03 m2 x 300 = 9 m2 HRP
Linen Storage 0,4 m2/
jml kmr
300
kmr
0,4 m2 x 300 = 120 m2 HRP
Uniform Issue 0,09 m2/
jml kmr
300
kmr
0,09 m2 x 300 = 27 m2 HRP
Lost & Found 0,03 m2/
jml kmr
300
kmr
0,03 m2 x 300 = 9 m2 HRP
Lavatory Pria
Toilet Pria 1,7 m2/
rg
6 org 1,7 m2 x 6 = 10,2 m2 DA
Urinoir
0,7 m2/
unit
5 unit 0,7 m2 x 5 = 3,5 m2 DA
Wastafel 1,3 m2/
unit
2 unit 1,3 m2 x 2 = 2,6 m2 DA
Sirkulasi 30% 4,89 m2
Total 21,19 m2
Lavatory Wanita
Toilet Wanita 1,7 m2/
org
8 org 1,7 m2 x 8 = 13,6 m2 DA
Wastafel 1,3 m2/
unit
4 unit 1,3 m2 x 4 = 5,2 m2 DA
Sirkulasi 30% 5,64 m2
Tabel 4.17 Besaran Ruang Kelompok Kegiatan Pelayanan
Sumber: Analisa Pribadi
Total 24,44 m2
Jumlah 448,63 m2
Sirkulasi 50% 224,31 m2
Total 672,94 m2
Gudang
Gudang
Kering
0,2 m² x
L. dapur
utama
1 unit 0,2 m2 x 1.134 m2 =
226,8 m2
HRP
Gudang
Dingin
0,25m² x
L. dapur
utama
1 unit 0,25 m2 x 1.134 m2 =
283,5 m2
HMC
Gudang
Sayuran
0,25m² x
L. dapur
utama
1 unit 0,25 m2 x 1.134 m2 =
283,5 m2
HMC
Gudang
Peralatan
0,3 m² x
L. dapur
utama
1 unit 0,3 m2 x 1.134 m2 =
340,2 m2
HMC
Gudang
Minuman
0,2 m² x
jml kmr
300
kmr
0,2 m2 x 300 = 60 m2 HMC
Gudang
Penerimaan
0,3m² x
jml kmr
300
kmr
0,3 m2 x 300 = 90 m2 HMC
Jumlah 1.284 m2
Sirkulasi 30% 385,2 m2
Total 1.669,2 m2
Ruang Keamanan
Pos Jaga 10 m² x
unit
1 unit 10 m2 x 1 m2 = 10 m2
HRP
R. CCTV 10 m² x
unit
1 unit 10 m2 x 1 m2 = 10 m2 HMC
Jumlah 20 m2
Sirkulasi 30% 6 m2
Total 26 m2
Ruang Engineering
R. Genset 25 m² /
unit
utama
5 unit 25 m2 x 5 = 125 m2
HRP
R. Panel
Listrik
16 m² /
unit
utama
5 unit 16 m2 x 5 = 80 m2 HMC
R. Pompa 25 m² /
unit
utama
5 unit 25 m2 x 5 = 125 m2 HMC
Lift 20 m² /
unit
utama
10
unit
20 m2 x 10 = 200 m2 HMC
R. AHU 20 m² /
unit
utama
10
unit
20 m2 x 10 = 200 m2
Shaft 3 m²/
unit
10
unit
3 m2 x 10 = 30 m2
R. Chiller 20 m² /
unit
utama
1 unit 20 m2 x 1 = 20 m2
Lift Barang 9 m²/
unit
10
unit
9 m2 x 10 = 90 m2
Tangga
Darurat
24 m²/
unit
10
unit
24 m2 x 10 = 240 m2
Jumlah 1.100 m2
Sirkulasi 30% 330 m2
Total 1.430 m2
Jumlah Kelompok Kegiatan Pelayanan
Jumlah 3.798,14 m2
Sirkulasi 50% 1.899,07 m2
Total 5.697,21 m2 ≈ 5.697 m2
Kelompok Area Parkir Berdasarkan peraturan standar parkir yang dikeluarkan oleh Keputusan Direktur
Jenderal Perhubungan Darat Nomor 272/HK.105/DRJD/96 mengenai Pedoman Perencanaan dan Pengoperasian Fasilitas Parkiruntuk bangunan hotel adalah berdasarkan kebutuhan ruang parkir. Tabel ukuran kebutuhan ruang parkir sumber Direktur Jenderal Perhubungan Darat RI sebagai berikut:
No. Peruntukkan Satuan Ruang Parkir (SRP) Kebutuhan Ruang
Parkir
1. Pusat Perdagangan
Pertokoan SRP / 100 m2 luas lantai efektif
3,5 – 7,5
Pasar Swalayan SRP / 100 m2 luas lantai efektif SRP / 100 m2 luas lantai efektif SRP / 100 m2 luas lantai efektif
3,5 – 7,5
Pasar SRP / 100 m2 luas lantai efektif
3,5 – 7,5
2. Pusat Perkantoran
Pelayanan Bukan Umum SRP / 100 m2 luas lantai
1,5 – 3,5 Pelayanan Umum SRP / 100 m2 luas lantai
1,5 – 3,5 3. Pusat Pertemuan
Non Padat SRP / 100 m2 luas lantai SRP / 100 m2 luas lantai
5,0 – 7,5 Padat SRP / 100 m2 luas lantai
7,5 – 10 4. Sekolah SRP / mahasiswa
0,7 – 1,0 5. Hotel atau Penginapan SRP / kamar 0,2 – 1,0
Sumber: Analisa Pribadi
Tabel 4.18 Standart SRP Bangunan Hotel dan Tempat Penginapan
6. Rumah Sakit SRP / tempat tidur
0,2 – 1,3 7. Gedung Pertunjukan SRP / tempat duduk 0,1 – 0,4
No. Jenis Kendaraan SRP (m2)
1. 2. 3.
a. Mobil penumpang untuk golongan I b. Mobil penumpang untuk golongan II c. Mobil penumpang untuk golongan III Bus/ Truk Sepeda Motor
2,3 x 5 2,5 x 5 3,0 x 5
3,4 x 12,5 0,75 x 2
Berdasarkan table di atas, maka perhitungan untuk kebutuhan ruang parkir adalah sebagai berikut:
Jenis Ruang Standar Besaran Kapasitas Perhitungan Luas Sumber
Kelompok Area Parkir Hotel
Parkir Mobil 0,6 SRP/kamar
3m x 5,5m/mobil
300 kamar 0,6 SRP x 300 = 180 SRP
16,5m2 x 180 = 2.970 m2
DJPD
Parkir Motor 1,5m x 2m/motor
10% luas
parkir
mobil
10%x 2.970 m2 = 297 m2 TSS
Bus 42,5 m2/unit 5 unit 42,5 m2 x 5 = 212,5 m2 DA
Truk Barang 42,5 m2/unit 1 unit 42,5 m2 x 1 = 42,5 m2 DA
Kelompok Area Parkir Convention Center
Parkir Mobil 10 SRP/100 m2
3m x 5,5m/mobil
4400 m2 10 SRP x 44 = 440 SRP
16,5m2 x 440 = 7.260 m2
DJPD
Parkir Motor 1,5m x 2m/motor
10% luas
parkir
mobil
10%x 7.260 m2 = 726 m2 TSS
Bus 42,5 m2/unit 10 unit 42,5 m2 x 10 = 425 m2 DA
Truk Barang 42,5 m2/unit 3 unit 42,5 m2 x 3 = 127,5 m2 DA
Jumlah 12.090,5 m2
Tabel 4.20 Kebutuhan Ruang Berdasarkan Jenis Kendaraan
Tabel 4.19 Kebutuhan Ruang Berdasarkan Jenis Kendaraan
Sumber: Dinas Perhubungan Darat RI, 1996
Sumber: Dinas Perhubungan Darat RI, 1996
Sirkulasi 100% 12.090,5 m2
Total 24.181 m2
Jumlah seluruh kebutuhan ruang yang dibutuhkan :
Berdasarkan table perhitungan di atas, dapat diambil kesimpulan besaran ruang yang dibutuhkan untuk membangun Convention Hotel bintang 5 di Sleman yaitu:
No. Kelompok Kegiatan Jumlah
1. Kelompok Kegiatan Publik 1.491 m2
2. Kelompok Kegiatan Penunjang 21.120 m2
3. Kelompok Kegiatan Privat 15.959 m2
4. Kelompok Kegiatan Pengelola 1.805 m2
5. Kelompok Kegiatan Pelayanan 3.918 m2
Jumlah Kelompok Kegiatan 44.293 m2
Jumlah Area Parkir 24.181 m2
Total 68.474 m2
4.1.8 Pendekatan Hubungan Ruang Penyusunan ruang dalam perencanaan bangunan menggunakan pengelompokkan
kegiatan yang bertujuan untuk menciptakan efisiensi dan efektifitas dalam koordinasi hubungan, kegiatan dan fungsi ruang dalam perancangan. Untuk mengetahui hubungan antar kelompok ruang, dapat dilihat dalam gambar berikut ini:
KEGIATAN UTAMA / PRIVAT
Unit Kamar - Standart Room - Deluxe Room - Junior Suite Room - Executive Suite Room
KEGIATAN PUBLIK
Parking Area
Hall
Lobby
Front Office Lobby - Receptionist - Reservation - Penitipan Barang - Cashier
Lounge
Ruang yang disewakan
KEGIATAN SERVIS
Staff Room
Housekeeping Office
Laundry and Dry Cleaning
Ruang Linen
Dapur
Storekeeper Office
Room boy
KEGIATAN PENGELOLA
Office
Administration Room
Meeting Room
Staff Office
Engineering Office
Security Office
Food and Beverage Office
KEGIATAN PENUNJANG
Restaurant
Coffee Shop
Bar
Meeting Room
Function Room
Banquet Hall
Saran Olahraga
Lavatory
Musholla
: Erat
: Cukup Erat
: Tidak Erat
Tabel 4.21 Jumlah Total Besaran Ruang
Sumber: Analisa Pribadi
Sumber :Analisa Pribadi
Adapun pola hubungan ruang dikelompokkan sesuai dengan fungsinya. Pola hubungan ruang digambarkan pada matriks hubungan ruang sebagai berikut : Keterangan :
: Hubungan Erat
: Hubungan Sedang
: Tidak Berhubungan
a. Fungsi Utama 1. Ruang Akomodasi (Hotel)
2. Convention Center
b. Fungsi Penunjang
1. Food and Baverage
Gambar 4.1 Diagram hubungan kelompok ruang Sumber: Analisa Pribadi
2. Shopping Arcade
3. Fitness Center
4. Swimming Pool
5. Spa
c. Fungsi Pengelola 1. Departemen Food and Baverage
2. Departemen Front Office
3. Departemen Personalia
4. Departemen Housekeeping
5. Departemen Purchasing
6. Departemen Security
7. Departemen Engineering
4.1.9 Pendekatan Sirkulasi Menurut Francis D.K. Ching dalam bukunya Arsitektur Bentuk, Ruang, dan Tatanan
(Ching, 2008), sirkulasi merupakan pergerakan melalui ruang yang dimana jalur pergerakan yang dapat dianggap sebagai elemen penyambung inderawi yang menghubungkan ruang-ruang sebuah bangunan. Sirkulasi yang dipakai merupakan standar sirkulasi dalam membangun sebuah bangunan untuk mendapatkan kenyamanan secara fisik.
1. Sirkulasi Tamu
Sirkulasi manusia yang ada di Convention Hotel Bintang 5 di Sleman terdiri dari:
2. Sirkulasi pengelola dan pelayanan.
Gambar 4.3 Diagram Sirkulasi Pengelola dan Pelayanan Sumber: Analisa Pribdadi, 2016
Gambar 4.2 Diagram Sirkulasi Tamu Menginap Sumber: Analisa Pribdadi, 2016
2. Sirkulasi Barang dan Makanan Sirkulasi dibagian ini sangat penting juga karena merupakan bagian yang berpengaruh jalannya proses kegaiatan di hotel, apabila sirkulasi dibagian ini sudah baik maka akan memperlancar segala kebutuhan hotel. Proses yang dimaksud disini adalah proses dari penerimaan barang sampai pada unit-unit kegiatan dan memerlukan pendistribusian barang bagian sirkulasi ini terdiri dari :
Sirkulasi makanan dan minuman; yaitu sirkulasi bahan makanan dan minuman baik yang masih mentah maupun yang sudah matang
Sirkulasi barang tamu
Sirkulasi barang-barang perlengkapan; yaitu sikulasi yang mencakup barang-barang atau perabot seperti meja, kursi, peralatan kamar, peralatan kebersihan dan perlengkapan kantor pengelola maupun karyawan.
4.2 Pendekatan Aspek Kontekstual
Dasar pendekatan kontekstual adalah untuk memahami lokasi yang dibutuhkan sehingga gedung tersebut dapat dibangun pada lokasi yang sesuai dan strategis.
Gambar 4.4 Diagram Alur Sirkulasi Makanan Sumber: Analisa Pribdadi, 2016
Gambar 4.6 Diagram Sirkulasi Barang Sumber: Analisa Pribdadi, 2016
Gambar 4.5 Diagram Sirkulasi Barang Tamu Sumber: Analisa Pribdadi, 2016
4.2.1 Pemilihan Lokasi Sesuai dengan fungsi Detail Tata ruang kota seperti yang telah disebutkan pada
bab sebelumnya, maka faktor-faktor yang berkaitan erat dalam menentukan lokasi dapat didasarkan pada beberapa aspek-aspek sebagai berikut :
a. Aspek pengembangan kota Lokasi memenuhi aturan dan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten
Sleman. Lokasi berada dalam lingkup rencana pengembangan kota, terletak di kawasan bisnis komersial serta mempunyai prospek dan potensi untuk pengembangan di masa yang akan datang.
b. Aspek pelayanan 1. Terletak pada lokasi perkantoran dan bisnis komersial sesuai dengan fungsinya
sebagai usaha akomodasi dengan fasilitas konvensi.
2. Terletak pada lokasi pelayanan jasa dan permukiman dengan aksesbilitas yang cukup tinggi sehingga mudah dalam pencapaian.
c. Aspek transportasi 1. Lokasi bangunan dekat dengan jalur transportasi umum.
2. Lokasi dapat dijangkau dari bandara dan pelabuhan serta sarana transportasi umum tanpa membutuhkan waktu yang lama sehingga dapat terhindar dari kemacetan atau jalan-jalan yang padat kendaraan.
d. Aspek utilitas Lokasi bangunan berada dalam jangkauan jaringan utilitas kota yang lengkap
seperti jaringan air, jaringan listrik, jaringan telepon dan lainnya.
Pemilihan lokasi Convention Hotel Bintang 5 di Sleman mangacu pada beberapa karakteristik yang berfungsi sebagai pertimbangan dalam pemilihan tapak. Karakteristik tersebut antara lain: a. Lokasi (Bobot 40)
Lokasi merupakan daerah yang strategis anatara pusat kota, bisnis, ekonomi dan pariwisata karena target pengunjung hotel adalah para wisatawan baik asing maupun domestik serta para pebisnis atau investor asing. Oleh karena itu, dibutuhkan lokasi yang mudah diakses baik dari pusat kota, bisnis, ekonomi dan pariwisata, agar memudahkan dalam pencapaian menuju ke lokasi convention hotel.
b. Aksesibilitas (Bobot 30) Merupakan kemudahan dalam pencapaian tapak, yang dapat didukung dengan
keberadaan transportasi umum di sekitar tapak, pencapaian melalui akses jalan tol, kondisi jalan dan kapasitas jalur sirkulasi yang baik.
c. Fasilitas Pendukung Sekitar (Bobot 20) Merupakan keberadaan fasilitas pendukung yang sudah ada di sekitar lingkungan
tapak. Misalnya terdapat pusat oleh-oleh, pusat hiburan, rumah peribadatan atau fasilitas pendukung lainnya.Hal ini berguna untuk memudahkan pengunjung convention hotel dalam memenuhi kebutuhan lainnya.
d. Ketersediaan Lahan (Bobot 10) Dibutuhkan luasan lahan yang sesuai dengan kebutuhan ruang yang dibutuhkan,
sehingga luasan tapak harus dapat menampung luasan besaran kebutuhan ruang dan masukan regulasi pada penggunaan lahan tersebut.
Penentuan luas tapak ditentukan dari besaran ruang yang telah didapat, yaitu
sebagai berikut:
No. Kelompok Kegiatan Jumlah
1. Kelompok Kegiatan Publik 827,35 m2
2. Kelompok Kegiatan Penunjang 4.807,35m2
3. Kelompok Kegiatan Privat 5.959,2 m2
4. Kelompok Kegiatan Pengelola 1.407,05 m2
5. Kelompok Kegiatan Pelayanan 2.724,12m2
Jumlah Kelompok Kegiatan 15.725,08 m2
Jumlah Area Parkir 3.633,02 m2
Total 19.358,10 m2
Pembagian Lantai
Lantai basement terdiri dari 2 lantai yaitu area parkir dan kegiatan pelayanan (servis): 24.181 m2 + 5.697 m2 = 29.878 m2
= @ lantai 14.939 m2
Bagian podium terdiri dari 2 lantai yaitu kegiatan penunjang (kecuali convention center dan wedding chapel), kegiatan pengelola dan kegiatan publik: 13.090,69 m2 + 2.415 m2 + 1.491 m2= 16.996,69 m2
= @ lantai 6.545,34 m2
Luas lantai dasar = luas dasar podium + convention center + wedding chapel = 6.545,34 m2 + 13.459,79 m2 + 336,1 m2
= 20.341,23 m2
Luas lahan yang dibutuhkan = luas lantai dasar : KDB = 20.341,23 m2 : 60% = 33.902,05 m2
Kelompok kegiatan privat beserta kegiatan pelayanan (servis) direncanakan akan terdiri dari 8 lantai. Sedangkan pada lantai teratas direncanakan untuk swimming pool dan sky lounge.
4.2.2. Pemilihan Tapak Berdasarkan karakteristik pemilihan lokasi yang telah ditentukan di atas, terpilihkan
3 alternatif tapak yang sesuai untuk Convention Hotel Bintang 5 di Sleman adalah sebagai berikut:
a. Alternative Tapak 1
Tapak alternative 1 berada di Jalan Raya Ringroad dengan luas ± 89.641,42 m2 dan batas-batas pada tapak adalah sebagai berikut: a. Sebelah Utara : Jalan Raya Ringroad b. Sebelah Timur : Hartono Mall c. Sebelah Barat : Jalan Kaliurang d. Sebelah Selatan : Permukiman Warga
Tabel 4.22 Jumlah Besaran Ruang Convention Hotel Bintang 5 di Sleman
Sumber :Analisa Pribadi
Peraturan di sekitar Jalan Raya Ringroad di Kabupaten Sleman , yaitu:
a. Jalan Raya Ringroad merupakan jalan lingkar luar yang menjadi jalan sekunder kolektor.
b. Perdagangan dan jasa serta permukiman KDB yang direncanakan adalah 60%. c. Perdagangan dan jasa termasuk perhotelan memiliki rencana KLB maksimal 10 lantai
dan KLB 3,6. d. Garis sempadan muka bangunan terhadap sempadan jalan dihitung dari as jalan
sampai dengan dinding terluar bangunan yang besarnya ditetapkan berdasarkan fungsi jalan kolektor sekunder sepanjang 23 meter.
Bagian depan eksisting terdapat rumah sakit, bank, perkantoran dan sekolah, dengan lebar jalan ±18 m. Pada bagian timur terdapat pusat perbelanjaan yang dibatasi oleh Jalan dengan lebar jalan ±8 m. Tapak terletak 6,82 km dari Tugu Jogja Kembali dan berjarak 8,3 km dari Malioboro. Sedangkan dari akomodasi transportasi, tapak berjarak
Gambar 4.7 Tapak Alternatif 1 Sumber : googleearth.com, 2016
Gambar 4.8 Peta Digital Tapak Alternatif 1 Sumber : dokumentasi pribadi
6,47 km dari Bandara Adisucipto, berjarak 8,4 km dari Stasiun Tugu dan 6,5 km dari Stasiun Maguwo.
Tabel 4.23 Ketentuan Lahan Tapak Alternatif 1
Luas Lahan
KDB
Total Luas Lantai Dasar
KLB Total Luas Lantai
Tinggi Lantai Maksimum
GSB
89.641,42 m2
60% 53.784,85 m2
3,6 193.625,46 m2
10 lantai 23 m
Sumber: Analisa Pribadi, 2016
b. Alternative Tapak 2 Tapak alternative 2 berada di Jalan Laksda Adisucipto dengan luas ± 64.953,65 m2
dan batas-batas pada tapak adalah sebagai berikut: a. Sebelah Utara : Jalan Laksda Adiucipto b. Sebelah Timur : Permukiman Warga c. Sebelah Barat : Permukiman Warga d. Sebelah Selatan : Permukiman Warga
Gambar 4.9 Tapak Alternatif 2 Sumber : googleearth.com, 2016
Peraturan di sekitar Jalan Laksda Adisucipto , yaitu:
a. Jalan Laksda Adisucipto merupakan jalan lingkar luar yang menjadi jalan sekunder kolektor.
b. Perdagangan dan jasa serta permukiman KDB yang direncanakan adalah 60%. c. Perdagangan dan jasa termasuk perhotelan memiliki rencana KLB maksimal 10
lantai dan KLB 3,6. d. Garis sempadan muka bangunan terhadap sempadan jalan dihitung dari as jalan
sampai dengan dinding terluar bangunan yang besarnya ditetapkan berdasarkan fungsi jalan kolektor sekunder sepanjang 23 meter.
Bagian depan eksisting terdapat pertokoan, mall, hotel, kantor, dan sekolah, dengan lebar jalan ±18 m. Pada bagian timur terdapat pusat perbelanjaan yang dibatasi oleh Jalan dengan lebar jalan ±8 m. Tapak terletak 4,19 km dari Tugu Jogja Kembali dan berjarak 5,9 km dari Malioboro. Sedangkan dari akomodasi transportasi, tapak berjarak 3,47 km dari Bandara Adisucipto, berjarak 6,02 km dari Stasiun Tugu dan 3,5 km dari Stasiun Maguwo.
Tabel 4.24 Ketentuan Lahan Tapak Alternatif 1
Luas Lahan
KDB
Total Luas Lantai Dasar
KLB Total Luas Lantai
Tinggi Lantai Maksimum
GSB
64.953,65 m2
60% 38.972,19 m2
3,6 140.299.88 m2
10 lantai 23 m
Sumber: Analisa Pribadi, 2016
c. Alternatif Tapak 3 Tapak alternative 3 berada di Jalan Raya Solo dengan luas ± 53.387,78 m2 dan
batas-batas pada tapak adalah sebagai berikut: a. Sebelah Utara : Permukiman Warga
Gambar 4.10 Peta Digital Tapak Alternatif 2 Sumber : dokumentasi pribadi
b. Sebelah Timur : Permukiman Warga c. Sebelah Barat : Pusat Oleh-oleh Yogyakarta d. Sebelah Selatan: Jalan Raya Solo dan Bandara Adisucipto
Peraturan di sekitar Jalan Raya Solo , yaitu:
a. Jalan Raya Solo merupakan jalan lingkar luar yang menjadi jalan sekunder kolektor.
Gambar 4.11 Tapak Alternatif 3 Sumber : googleearth.com, 2016
Gambar 4.12 Peta Digital Tapak Alternatif 1 Sumber : dokumentasi pribadi
b. Perdagangan dan jasa serta permukiman KDB yang direncanakan adalah 60%. c. Perdagangan dan jasa termasuk perhotelan memiliki rencana KLB maksimal 8
lantai dan KLB 3,6. d. Garis sempadan muka bangunan terhadap sempadan jalan dihitung dari as jalan
sampai dengan dinding terluar bangunan yang besarnya ditetapkan berdasarkan fungsi jalan kolektor sekunder sepanjang 23 meter.
Bagian depan eksisting terdapat bandara, bank, kantor, dan pusat oleh-oleh, dengan lebar jalan ±18 m. Pada bagian timur terdapat pusat perbelanjaan yang dibatasi oleh Jalan dengan lebar jalan ±8 m. Tapak terletak 6,31 km dari Tugu Jogja Kembali dan berjarak 7,78 km dari Malioboro. Sedangkan dari akomodasi transportasi, tapak berjarak 1,27 km dari Bandara Adisucipto, berjarak 8,14 km dari Stasiun Tugu dan 1,3 km dari Stasiun Maguwo.
Tabel 4.25 Ketentuan Lahan Tapak Alternatif 3
Luas Lahan
KDB
Total Luas Lantai Dasar
KLB Total Luas Lantai
Tinggi Lantai Maksimum
GSB
53.387,78 m2
60% 32.032,66 m2
3,6 115.317,6 m2
8 lantai 23 m
Sumber: Analisa Pribadi, 2016 4.2.3 Pendekatan Tapak Terpilih
Penilaian terhadap kedua tapak lokasi tersebut ditentukan dengan beberapa pertimbangan. Mengingat sasaran dari pengguna convention hotel adalah wisatawan domestik maupun asing dan para pebisnis yang memiliki tujuan di pusat kota, memerlukan lokasi yang strategis dekat dengan pusat kota dan perkantoran serta sarana prasarana kota, namun tidak menyimpang dari rencana perkotaan yang telah ditentukan. Penilaian dilakukan dengan memberikan bobot nilai 1-3 dengan kriteria sebagai berikut:
Tabel 4.26 Kriteria Pemilihan Tapak
Kriteria
(Bobot %)
Alternative
Tapak 1
Alternative
Tapak 2
Alternative
Tapak 3
N B x N N B x N N B x N
Lokasi 40% 3 120 3 120 3 90
Aksesibilitas 30% 3 90 2 60 3 90
Fasilitas Pendukung Sekitar
20% 2 40 3 60 2 40
Ketersediaan Lahan 10% 3 30 2 20 2 20
Total 280 220 240
Keterangan : 3 = baik, 2 = kurang baik, 1 = tidak baik. Sumber: Analisa Pribadi, 2016
Dari penilaian empat aspek terhadap 3 alternatif tapak diatas, yang memiliki
potensi paling besar adalah alternative tapak pertama. Tapak ini terletak di Jalan Raya Ringroad yang merupakan jalan kolektor sekunder yang mudah diakses oleh pengunjung.
4.2.4. Pendekatan Pengolahan Tapak Persyaratan pengolahan tapak yang diatur dalam standar Greenship untuk
bangunan baru, antara lain : 1) Membangun di dalam kawasan perkotaan dilengkapi minimal 8 (delapan) dari 11
prasarana sarana kota. Atau membangun dalam kawasan perkotaanyang berkepadatan <300 orang/ha sehingga tingkat kepadatan hunian >300 orang/Ha. (ASD 1 : Site Selection)
2) Terdapat minimal 7 jenis fasilitas umum dalam jarak pencapaian jalan utama sejauh 1500 m dari tapak. Membuka akses pejalan kaki selain ke jalan utama di luar tapak yang menghubungkan-nya dengan jalan sekunder dan/atau lahan milik orang lain sehingga tersedia akses ke minimal 3 fasilitas umum sejauh 300 m jarak pencapaian pejalan kaki. Membuka lantai dasar gedung sehingga dapat menjadi akses pejalan kaki yang aman dan nyaman selama minimum 10 jam sehari. (ASD 2 : Community Accessibility)
3) Adanya halte atau stasiun transportasi umum dalam jangkauan 300 m (walking distance) dari gerbang lokasi bangunan dengan tidak memperhitungkan panjang jembatan penyeberangan dan ramp.
Menyediakan fasilitas jalur pedestrian di dalam area gedung untuk menuju ke stasiun transportasi umum terdekat yang aman dan nyaman sesuai dengan Peraturan Menteri PU 30/PRT/M/2006 mengenai Pedoman Teknis Fasilitas dan Aksesibilitas pada Bangunan Gedung dan Lingkungan Lampiran 2B. (ASD 3 : Public Transportation).
4.3 Pendekatan Aspek Kinerja
Pendekatan kinerja merupakan pendekatan untuk membahas kinerja atau utilitas yang akan digunakan pada Convention Hotel Bintang 5 di Sleman ini. Terdapat beberapa sistem kinerja yang akan dibahas, yaitu sistem pencahayaan, penghawaan, akustik, jaringan air bersih, jaringan air kotor, pembuangan sampah, proteksi kebakaran, penangkal petir, komunikasi, keamanan bangunan, transportasi dan jaringan listrik. Dalam pendekatan aspek kinerja Convention Hotel Bintang 5 di Sleman ditekankan pada peraturan Greenship Building Regulation. Berikut ini adalah standar Greenship untuk bangunan baru.
Tabel 4.26 Kriteria Bangunan Green
KODE KRITERIA
Appropriate Site Development (Tepat Guna Lahan)
ASD P Basic Green Area (Area Dasar Hijau)
ASD 1 Site Selection (Pemilihan Tapak)
ASD 2 Community Accessibility (Aksesbilitas Masyarakat)
ASD 3 Public Transportation (Transportasi Publik)
ASD 4 Bicycle (Penggunaan Sepeda)
ASD 5 Site Landscaping (Lansekap Tapak)
ASD 6 Micro Climate (Iklim Mikro)
ASD 7 Stormwater Management (Pengelolaan Air Hujan)
Energy Efficiency and Conservation (Efisiensi dan Penghematan Energi
EEC P1 Electrical Sub Metering (Pengukuran Sistem Elektrikal)
EEC P2 OTTV Calculation (Perhitungan OTTV)
EEC 1 Energy Efficiency Measure(Pengukuran Efisiensi Energi)
EEC 2 Natural Lighting (Pencahayaan Alami)
EEC 3 Ventilation (Ventilasi)
EEC 4 Climate Change Impact (Dampak Perubahan Iklim)
EEC 5 On Site Renewable Energy (Energi terbarukan pada Tapak)
Water Conservation (Penghematan air)
WAC P1 Water Metering (Pengukuran Penggunaan Air)
WAC P2 Water Calculation(Perhitungan Penggunaan Air)
WAC 1 Water Use Reduction (Pengurangan Penggunaan Air)
WAC 2 Water Fixtures (Pemasangan Instalasi Air)
WAC 3 Water Recycling (Pendaur-ulangan Air)
WAC 4 Alternative Water Resource (Sumber Air Alternatif)
WAC 5 Rainwater Harvesting (Penyimpanan Air Hujan)
WAC 6 Water Efficiency Landscaping (Efisiensi Air untuk lansekap)
Material Resource and Cycle (Sumber dan Daur-ulang Material)
MRC P Fundamental Refrigerant (Refrigeran berkualitas)
MRC 1 Building and Material Reuse(Penggunaan Material Bekas)
MRC 2 Environmentally Friendly Material(Material Ramah
Lingkungan)
MRC 3 Non ODS Usage (Tidak Menggunakan ODS)
MRC 4 Certified Wood (Sertifikat Kayu)
MRC 5 Prefab Material (Material Prepabrikasi)
MRC 6 Regional Material (Material Dalam Negeri)
Indoor Health and Comfort (Kesehatan dan Kenyamanan Ruang Dalam)
IHC P Outdoor Air Introduction (Introduksi Udara Luar)
IHC 1 CO2 Monitoring (Pengotrol Kadar CO2)
IHC 2 Environmental Tobacco Smoke Control (Pengendalian Asap
Rokok)
IHC 3 Chemical Pollutants (Pencemaran Zat Kimia)
IHC 4 Outside View (pandangan Jarak Jauh)
IHC 5 Visual Comfort (Kenyamanan Visual)
IHC 6 Thermal Comfort (Kenyamanan Suhu Udara)
IHC 7 Acoustic Level (Tingkat Kebisingan)
Building Environmental Management (Pengelolaan Lingkungan)
BEM P Basic Waste Management (Pengelolaan Dasar Limbah
Buangan)
BEM 1 GP as a Member of The Project Team (GP sebagai anggota
Tim Proyek )
BEM 2 Pollution of Construction Activity (Pencemaran Kegiatan
Konstruksi)
BEM 3 Advanced Waste Management(Pengelolaan Limbah Terpadu)
BEM 4 Proper Commissioning(Pemeriksaan secara Menyeluruh)
BEM 5 Submission Green Building Data (Penyerahan Data Bangunan
Hijau)
BEM 6 Fit Out Agreement (Hasil Perjanjian)
BEM 7 Occupant Survey (Survei Pengguna Bangunan)
Sumber: (Taufik, 2014)
4.3.1 Sistem Pencahayaan Sistem pencahayaan yang digunakan pada Convention Hotel Bintang 5 di Sleman ini
ada dua macam sistem, yaitu pencahayaan alami dan pencahayaan buatan. a. Pencahayaan Alami
Penggunaaan cahaya alami secara optimal sehingga minimal 30% luas lantai
yang digunakan untuk bekerja mendapatkan intensitas cahaya alami minimal sebesar
300 lux. Perhitungan dapat dilakukan dengan cara manual atau dengan software.(EEC
2 : Natural Lighting) Pencahayaan alami didapatkan melalui bukaan yaitu penggunaan
jendela kaca, penggunaan skylight pada bangunan, penggunaan sun shading untuk
mengurangi efek sengatan dari bukaan bangunan dan penggunaan oversteek untuk
mengurangI penyinaran matahari secara langsung. Ruangan yang dapat
memaksimalkan pencahayaan alami yaitu lobby, restoran, café and bar, ruang fitness
dan unit kamar.
b. Pencahayaan Buatan Pencahayaan buatan menggunakan lampu penerangan yang bersifat diffuser
(tidak menyilaukan). Pencahayaan buatan pada ruang-ruang dalam hotel konvensi dapat diatur sesuai dengan karakter ruang yang ada. Ruangan tersebut diantaranya yaitu meeting room, ballroom, ruang pengelola, lavatory, musholla, janitor, gudang dan beberapa ruang servis lainnya.
Untuk penghematan energy, terdapat sensor gerak yang mampu mengontrol lampu. Jika ruangan tersebut kosong, tidak ada pergerakan maka lampu akan mati, namun jika sensor mendapati adanya gerakan, maka lampu akan otomatis menyala. Sistem tersebut akan diterapkan pada beberapa ruangan service, yaitu lavatory, musholla, janitor dan ruang karyawan. Pencahayaan buatan juga menggunakan lampu hemat energy, yaitu lampu LED (Light Emitting Diode) yang dapat menghemat energy hingga 85% jika dibandingkan bola lampu tradisional. Selain itu,
1. menggunakan lampu dengan daya pencahayaan sebesar 30%, yang lebih hemat daripada daya pencahayaan yang tercantum dalam SNI 03 6197-2000. (EEC 1-3-2 : Non Natural Lighting).
2. Menggunakan 100% ballast frekuensi tinggi (elektronik) untuk ruang kerja. 3. Zonasi pencahayaan untuk seluruh ruang kerja yang dikaitkan dengan sensor
gerak (motion sensor). 4. Penempatan tombol lampu dalam jarak pencapaian tangan pada saat buka
pintu. (EEC 1-3-2 : Non Natural Lighting) 5. Menggunakan material lampu yang kandungan merkurinya pada toleransi
maksimum yang disetujui GBC Indonesia dan tidak menggunakan material yang mengandung asbestos dan styrene. (IHC 3 : Chemical Pollutans)
6. Menggunakan lampu dengan iluminansi (tingkat pencahayaan) ruangan sesuai dengan SNI 03-6197-2000 tentang Konservasi Energi pada Sistem Pencahayaan. (IHC 5 : Visual Comfort)
4.3.2 Sistem Penghawaan
Sistem penghawaan yang digunakan pada Convention Hotel Bintang 5 di Sleman ini ada dua macam, yaitu sistem penghawaan alami dan penghawaan buatan.
a. Penghawaan Alami Sistem penghawaan alami digunakan pada bagian-bagian bangunan yang
memungkinkan hal tersebut seperti lounge, café and bar, pool resto, dan lain-lain. Sinar matahari secara langsung dapat meningkatkan suhu ruang dengan cepat sehingga diperlukan metode untuk mereduksi suhu panas dari sinar matahari tersebut. Metode yang digunakan antara lain dengan menggunakan sun shading, penggunaan kaca reflektor dan vegetasi. Penghawaan alami juga mempengaruhi penghematan energi listrik yang digunakan untuk menyejukkan ruangan. Sistem ini digunakan pada dapur, gudang dan lavatory.
Penghawaan alami yang dapat diterapkan pada bangunan hotel konvensi yang tercantum dalam kriteria “Greenship untuk Bangunan Baru” antara lain:
1) Memasang tanda “Dilarang Merokok di Seluruh Area Gedung” dan tidak menyediakan bangunan atau area khusus untuk merokok di dalam gedung. Apabila tersedia, bangunan/area merokok di luar gedung, minimal berada pada jarak 5 m dari pintu masuk, outdoor air intake, dan bukaan jendela. (IHC 2 : Environmental Tobacco Smoke Control).
2) Menetapkan perencanaan kondisi termal ruangan secara umum pada suhu 250C dan kelembaban relative 60%.
b. Penghawaan Buatan Penghawaan buatan hanya dilakukan pada tempat-tempat tertentu yang membutuhkan pengkodisian udara maksimal. Sistem tata udara disesuaikan dengan tingkat kebutuhan suatu ruang. Sistem tata udara dibagi dua yaitu sistem tata udara langsung dan tidak langsung.
1) Sistem tata udara langsung (direct cooling) Sistem yang dimaksud ini adalah dengan menggunakan AC (Air
Conditioner) dan exhaust fan serta blower pada ruang tertentu.. Penggunaan AC dibagi menjadi dua jenis yaitu AC split dan AC sentral. AC split biasanya juga disebut dengan AC setempat karena udara dikondisikan hanya pada salah satu ruangan, seperti pada ruangan retail, ruang pengelola, unit kamar. Sedangkan AC sentral merupakan sistem yang memerlukan Menara pendingin (water cooling tower) yang ditempatkan di luar bangunan. Pada bangunan ini, AC sentral diletakkan di ruang-ruang public seperti lobby, koridor, function room. Untuk mengalirkan udara, sistem ini menggunakan sistem ducting. Sedangkan exhaust fan digunakan pada lavatory, pantry, dapur dan ruang-ruang servis untuk mekanikal elektrikal dan blower digunakan pada ruang generator.
2) Sistem tata udara tidak langsung (indirect cooling) Seperti AHU, chiller, kondensor dan cooling tower, digunakan pada ruang-
ruang yang besar seperti restoran, ruang konvensi, lobby dan ruang lainnya yang dianggap perlu.
Penghawaan buatan yang dapat diterapkan pada bangunan hotel konvensi yang tercantum dalam kriteria “Greenship untuk Bangunan Baru” antara lain : a) Menggunakan peralatan air conditioning dengan COP minimum 10% lebih
besar dari standar SNI 03-6390-2000. b) Tidak mengkondisikan (tidak memberi AC) ruang WC, tangga, koridor, dan lobi
lift, serta melengkapi ruangan tersebut dengan ventilasi alami ataupun mekanik.
c) Tidak menggunakan Chloro Fluoro Carbon (CFC) sebagai refrigeran. d) Ruangan dengan kepadatan tinggi, yaitu < 2.3 m2 per orang dilengkapi dengan
instalasi sensor gas karbon dioksida (CO2) yang memiliki mekanisme untuk mengatur jumlah ventilasi udara luar sehingga konsentrasi CO2 di dalam ruangan tidak lebih dari 1.000 ppm, sensor diletakkan 1,5 m di atas lantai dekat return air grille atau return air duct. (IHC 1 : CO2 Monitoring)
e) Desain ruangan yang menunjukkan adanya potensi introduksi udara luar minimal sesuai dengan Standar ASHRAE 62.1-2007 atau Standar ASHRAE edisi terbaru. (IHC P : Outdoor Air Introduction)
4.3.3 Sistem Akustik Sistem akustik diterapkan pada ruang-ruang yang memiliki tingkat kebisingan yang
cukup tinggi seperti ruang konvensi dan ruang-ruang lainnya yang dianggap perlu. Sistem akustik diaplikasikan pada ruang-ruang tersebut dengan memanfaatkan bahan-bahan peredam suara seperti : 1) Finishing lantai dengan menggunakan karpet. 2) Dinding dengan menggunakan bahan kayu, pemakaian material kaca dan konstruksi
dinding berbahan karet atau busa. 3) Plafon dengan menggunakan bahan kayu atau gypsum board yang bertekstur atau
bermotif.
4.3.4 Sistem Jaringan Air Bersih Penyediaan air bersih dapat diperoleh dari PAM atau sumur artetis dengan
kedalaman 100 meter. Dalam sistem pendistribusian air bersih terdapat dua macam, yaitu:
a. Down Feed System Air bersih yang berasal dari PAM masuk ke dalam distribusi bangunan dan
ditampung pada ground reservoir, lalu dengan menggunakan pompa dialirkan dan ditampung di water tank, yang terletak di atap bangunan. Selanjutnya, distribusi air menurun ke bawah menggunakan hukum gravitasi. Dalam penyaluran ke bawah, sistem ini tidak bergantung pada listrik dan menghasilkan kukuatan air tiap lantai relatif sama.
b. Up Feed Syste Air bersih yang berasala dari PAM masuk ke dalam distribusi bangunan dan
ditampung pada ground reservoir, lalu menggunakan pompa didistribusikan ke tiap lantai. Sistem ini efektif untuk bangunan bertingkat rendah, namun memiliki ketergantungan pada aliran listrik dan kekuatan air menjadi kecil, bila terbatas (pada bangunan tingkat tinggi)
Persyaratan sistem jaringan air bersih yang diatur dalam standar Greenship untuk bangunan baru, yaitu :
1. Mengontrol penggunaan air bersih dengan pemasangan alat meteran air yang ditempatkan pada lokasi tertentu di lokasi-lokasi tertentu pada sistem distribusi air. (WAC P1 : Water Metering).
2. Mengisi worksheet air standar GBCI yang telah disediakan. (WAC P2 : Water Calculation).
3. Konsumsi air bersih dengan jumlah tertinggi 80% dari sumber primer tanpa mengurangi jumlah kebutuhan per orang. Penurunan konsumsi air bersih dari sember primer sebesar 5% pada poin 1 akan mendaptakan nilai 1 dengan nilai maksimum sebesar 7. (WAC 1 : Water Use Reduction).
4. Penggunaan water fixture (kran dan shower) yang sesuai dengan kapasitas buangan dibawah standar maksimum untuk penghematan air. (WAC 2 : Water Fixtures).
5. Instalasi daur ulang air dengan kapasitas yang cukup untuk kebutuhan seluruh sistem penyiraman (flushing), irigasi dan membuat menara air pendingin (make up cooling tower). (WAC 3 : Water Recycling).
6. Menggunakan salah satu dari tiga sumber air alternatif sebagai berikut : air kondensasi AC, air bekas wudhu atau air hujan. Menggunakan lebih dari satu sumber air dari ketiga alternatif di atas. (WAC 4 : Alternative Water Resources).
7. Instalasi penyimpanan air hujan untuk mengurangi kebutuhan air dari sumber utama. (WAC 5 : Water Harvesting).
8. Seluruh air yang digunakan untuk irigasi gedung tidak berasal dari sumber air tanah dan/atau PDAM. Mengontrol kebutuhan air untuk lansekap yang tepat, sesuai dengan kebutuhan taman. (WAC 6 : Water Efficiency Landscaping).
4.3.5 Sistem Jaringan Air Kotor Sistem pembuangan air kotor dibedakan menjadi 2, yaitu: a. Sistem pembuangan air kotor (black water)
Air kotor / black water merupakan air buangan yang berasal dari kloset, urnal, bidet, dan alat buangan lainnya, diteruskan menuju shaft air kotor padat, disalurkan ke STP (Sewage Treatment Plant) dengan bahan kimia yang bersifat mengencerkan limbah. Selanjutnya, limbah dianggap layak di buang di roil kawasan.
b. Sistem pembuangan air bekas (grey water) Air bekas ialah air westafel, shower, air bekas cuci piring atau peralatan
masak. Air bekas ini dapat dibuang setelah treatment atau diloah kembali untuk dimanfaatkan kembali. Terdapat upaya penghematan air jika melakukan pengolahan kembali. Adapun beberapa cara untuk mengolah air bekas, yaitu: 1) Penyaringan oleh tanaman
Limbah ini dialirkan ke bak tanam, adapaun tanaman yang dapat menyerap zat kimia, diantaranya yaitu; Jaringoa, Lily Air, Pontederia, Melati air. kemudian tanaman akan menyerap nitrogen dan fosfor. Sehingga air yang tersisa adalah air limbah yang relatif aman untuk di salurkan ke selokan lingkungan.
2) Pengolahan khusus Membuat instalasi pengolahan yang disebut Sistem Pengolahan Air
Limbah (SPAL), dimana air bekas dialirkan ke bak penampungan inlet, lalu diolah ke sand filter dan water treatment. Setelah itu dialirkan ke bak penampungan outlet. Setelah itu dapat digunakan kembali untuk untuk menyiram tanaman dan mengguyur kloset.
3) Persyaratan sistem jaringan air kotor yang diatur dalam standar Greenship untuk bangunan baru, yaitu mengurangi beban volume limpasan air hujan ke jaringan drainase kota dari lokasi bangunan. (ASD 7 : Storm Water Management).
4.3.6 Sistem Pembuangan Sampah Karyawan kebersihan melakukan pemilihan sampah antara sampah basah dan
sampah keringuntuk mempermudah pengolahan samapah, Selanjutnya karyawan kebersihan mengambil sampah dari tiap lantai dan memasukkan ke tempat penampungan sampah sementara, setelah itu sampah-sampah tersebut dialihkan ke luar tapak oleh Dinas Kebersihan Kota yang selanjutnya dibuang ke TPA. Untuk bangunan bertingkat tinggi diperlukan: a. Terdapat boks-boks sampah yang terletak di tempat servis di setiap lantai. Masing-
masing boks dihubungkan oleh pipa penghubung dari beton atau PVC dengan diameter 10” – 14”. Dinding paling atas diberikan lubang untuk udara dan dilengkapi dengan kran air untuk pembersih atau pemadam sementara jika terjadi kebakaran di lubang sampah tersebut.
b. Terdapat boks penampungan di bagian paling bawah berupa ruangan atau gudang dilengkapi dengan kereta bak sampah.
Persyaratan sistem pembuangan sampah yang diatur dalam standar Greenship untuk bangunan baru, antara lain : 1. Adanya instalasi atau fasilitas untuk memilah dan mengumpulkan sampah sejenis
sampah rumah tangga berdasarkan jenis organik dan anorganik.(BEM P : Basic Waste Management)
2. Memiliki rencana manajemen sampah konstruksi yang terdiri atas: a) Limbah padat, dengan menyediakan area pengumpulan, pemisahan, dan sistem
pencatatan. Pencatatan dibedakan berdasarkan limbah padat yang dibuang ke
TPA, digunakan kembali, dan didaur ulang oleh pihak ketiga.
b) Limbah cair, dengan menjaga kualitas seluruh buangan air yang timbul dari aktivitas konstruksi agar tidak mencemari drainase kota. (BEM 2 : Pollution of Construction Activity)
3. Adanya instalasi pengolahan limbah organik di dalam tapak bangunan atau memberikan pernyataan dan rencana kerja sama untuk pengelolaan limbah organik dengan pihak ketiga di luar sistem jaringan persampahan kota.
4. Memberikan pernyataan dan rencana kerja sama untuk pengelolaan limbah anorganik dengan pihak ketiga di luar sistem jaringan persampahan kota. (BEM 3 : Advanced Waste Management)
4.3.7 Sistem Proteksi Kebakaran Penanganan terhadap kemungkinan terjadinya bahaya kebakaran diusahakan dalam bentuk: 1) Penggunaan bahan bangunan yang tahan panas atau api pada suhu tertentu. 2) Rancangan sistem evakuasi dalam bangunan
Merupakan upaya penyelamatan pelaku kegiatan, sehingga mempermudah evakuasi serta meningkatkan keamanan terhadap bahaya kebakaran. Sarana penunjang tersebut terdiri dari: a) Sumber daya listrik darurat
Sumber listrik ini dipergunakan untuk mengaktifkan semua peralatan bantu evakuasi.
b) Lampu darurat Pemasangan lampu diletakkan pada tangga darurat, jalan penghubung atau jalan yang dipergunakan oleh manusia pada saat kebakaran.
c) Pintu kebakaran Pintu ini harus dapat menutup secara otomatis dan dapat dibuka dengan kekuatan 10 kg, serta tahan api selama + 1-3 jam. Bukaan pintu ke arah tangga pada setiap lantai, kecuali pada lantai dasar pintu harus membuka kearah luar menuju lobby atau ke luar bangunan.
d) Tangga darurat Pada ruang tangga darurat diberikan penerangan, cerobong penghisap udara (Exhaust Fan) serta kedap terhadap asap dan pada top floor diberikan bukaan berupa pintu. Jarak pencapaian antara tangga maksimal 25 m dengan lebar tangga minimal 1,2 m.
3) Penyediaan alat pencegahan atau pengamanan terhadap bahaya kebakaran. Pencegahan kebakaran di dalam bangunan terdiri dari: a) Thermal detector, yaitu alat untuk mendeteksi panas yang ditimbulkan oleh api,
dimana bekerja secara otomatis. b) Smoke detector, alat ini untuk mendeteksi asap yang ditimbulkan oleh kebakaran,
dimana akan bekerja secara otomatis apabila ada asap yang terdeteksi dengan toleransi tertentu.
c) Sprinkler, yaitu alat untuk memadamkan api secara otomatis apabila tabung gelas pada alat tersebut terkena panas, maka akan pecah dan kemudian keluar air, dimana jarak antara sprinkler tidak lebih dari 2,3 m.
d) Kotak Hidran, yaitu sebuah kotak yang berisi selang dengan panjang + 25 m, dimana terletak pada area seluas 800 m2/unit.
e) Alat pemadam kebakaran ringan, Alat ini berupa tabung-tabung gas zat arang atau serbuk anti api dan dilengkapi dengan alat penyemprot. Untuk setiap area seluas 100 m2 disediakan satu alat tersebut.
f) Fire alarm, Penggunaan alat ini untuk memberitahukan apabila terjadi kebakaran.
4.3.8 Sistem Penangkal Petir
Sistem penangkal petir yang digunakan adalah sistem faraday sebagai penangkal petir, yaitu berupa tiang setinggi 30 cm, kemudian dihubungkan dengan kawat menuju ke tanah. Sistem ini memiliki kelebihan, yaitu jika terjadi sambaran petir maka medan listrik di dalam ruangan akan tetap netral sehingga kerusakan alat-alat listrik di dalam bangunan dapat diminimalisir.
4.3.9 Sistem Komunikasi
Terdapat dua sistem komunikasi yang digunakan, yaitu sistem internal dan sistem eksternal. Selain itu .terdapat wifi (jaringan komunikasi tanpa tabel) yang digunakan sebagai fasilitas para tamu dan oleh pengelola hotel sebagai koneksi pemesanan kamar melalui media internet. a. Komunikasi Internal
Penggunaan telepon untuk berkomunikasi antar ruang di dalam bangunan yaitu dengan sistem PABX (Private Automatic Branch Exchange). Digunakan pada ruang hunian kamar tamu yang terhubung dengan front office, dan untuk menunjang komunikasi antar divisi. Selain itu terdapat, LAN (Local Area Network) yaitu sistem komunikasi data, berupa pertukaran informasi dan data anatr komputer dalam satu bangunan untuk kepentingan pengelola administrasi.
b. Komunikasi Eksternal Komunikasi dari dan keluar bangunan. Alat komunikasi ini dapat berupa
telepon maupun faksimili. Hal ini digunakan untuk komunikasi keluar oleh pengelola maupun para tamu.
4.3.10 Sistem Keamanan Bangunan Sistem keamanan bangunan yaitu berupa penggunaan CCTV pada beberapa titik
yang ditentukan. Hal ini memudahkan dalam pemantauan secara menyeluruh tanpa kehadiran petugas keamanan yang berkeliling. CCTV ini akan terhubung dengan sistem BMS (Building Management System) dan BAS (Building Automatic System)
Sedangkan keamanan pada kamar huni tamu dengan sistem hotel lock, dimana kunci kamar merupakan kartu akses yang dipegang oleh penghuni kamar.
4.3.10 Sistem Transportasi
Sistem transportasi vertical yang digunakan pada city hotel adalah elevator (lift) dan tangga a. Elevator (lift)
Peletakan elevator pada bangunan ialah di area yang mudah terlihat, mudah dicapai dan dapat melayani tiap lantai. Untuk menghemat energi, digunakan sistem sensor gerak atau sleep mode pada lift, sehingga lift hanya beroperasi jika ditemukan sensor gerak pada radius jarak yang ditentukan. Lampu dalam lift juga akan mati secara otomatis saat lift tidak beroperasi.
b. Tangga Tangga digunakan sebagai tangga darurat, yang digunakan pada saat darurat
seperti kebakaran, lift tidak berfungsi, atau evakuasi ketika bencana alam seperti gempa terjadi.
Sedangkan sirkulasi horizontal dalam lantai bangunan menggunakan koridor. Koridor dapat memanjang di tengah bangunan, mengelilingi core atau memanjang di sisi luar bangunan.
4.3.11 Sistem Jaringan Listrik Distribusi listrik berasal dari PLN yang disalurkan ke gardu utama. Setelah melalui
transformator (trafo), aliran tersebut didistribusikan ke ruang genset lalu ke tiap-tiap lantai. Untuk keadaan darurat disediakan generator set yang dilengkapi dengan automatic switch sistem yang secara otomatis (dalam waktu kurang dari 5 detik) akan langsung menggantikan daya listrik dari sumber utama PLN yang terputus.
Generator set mempunyai kekuatan 70% dari keadaan normal. Hal yang harus diperhatikan bahwa generator set membutuhkan persyaratan ruang tersendiri, untuk meredam suara dan getaran yang ditimbulkan. Biasanya untuk mereduksi getaran dan suara ini dengan menggunakan double slab, dan dilapisi rockwall.
Dan pada kamar tidur tamu terdapat energy saving switch, berupa saklar yang digunakan untuk mengontrol aliran listrik dengan mendeteksi frekuensi dan juga identitas kartu. Sehingga, pada saat penghuni kamar pergi dan meninggalkan kamar dengan membawa kartu akses hotel, aliran listrik mati keseluruhan pada ruang kamar tersebut.
4.4 Pendekatan Aspek Teknis
Pendekatan aspek teknis berkaitan dengan teknis pembangunan convention hotel seperti
menganalisis struktur dan bahan bangunan yang akan digunakan sehingga akan dibahas
masalah struktur serta modul pembuatan ruangan.
4.4.1 Pendekatan Sistem Struktur Bangunan
Sistem struktur bangunan akan mempengaruhi terbentuknya bangunan, sehingga
akan mempengaruhi penampilan bangunan tersebut. ada beberapa persyaratan pokok
struktur, antara lain:
a. Keseimbangan, agar massa bangunan tidak bergerak.
b. Kestabilan, agar bangunan tidak goyah akibat gaya luar dan punya daya tahan
terhadap gangguan alam, seperti gempa, angina, dan kebakaran.
c. Kekuatan, berhubungan dengan kesatuan seluruh struktur yang menerima beban.
d. Fungsional, agar sesuai dengan fungsinya yang didasarkan atas tuntutan besaran
ruang, fleksibelitas terhadap penyusunan kamar-kamar, pola sirkulasi, sistem
utilitas, dan lain-lain.
e. Ekonomis, baik dalam pelaksanaan maupun pemeliharaan.
f. Estetika struktur dapat merupakan bagian integral dengan ekspresi arsitektur yang
serasi dan logis.
Sistem struktur suatu bangunan tinggi terdiri dari:
a. Sub struktur
Merupakan struktur bawah bangunan atau pondasi. Karakter struktur tanah dan
jenis tanah sangat menenyukan jenis podasi. Sub struktur pada bangunan ini
menggunakan pondasi tiang pancang. Pondasi tiang pancang adalah sistem pondasi
yang penyaluran gayanya melalui tiang. Prinsip penyaluran gayanya adalah beban
yang bekerja disalurkan melalui tiang ke lapisan tanah bagian dalam dengan daya
dukung yang besar.
b. Upper Structure
Merupakan pondasi atas bangunan. Upper Structure yang digunakan pada
bangunan ini adalah struktur rangka kaku (rigid frame structure). Struktur ini baik
untuk bangunan tinggi karena kekakuannya yang terbentuk dari permukaan grid
kolom dengan balok.
Sistem konstruksi yang direncanakan adalah sistem konstruksi beton. Konstruksi beton digunakan karena mempunyai keuntungan seperti bahan mudah didapat dan mudah adalam pelaksanaan, memiliki kesan kokoh, serta memungkinkan berbagai macam variasi finishing dalam mencapai penampilan karakter yang natural.
Persyaratan penggunaan material yang diatur dalam standar Greenship untuk bangunan baru, antara lain : 1. Menggunakan material yang memiliki sertifikat sistem manajemen lingkungan pada
proses produksinya minimal bernilai 30% dari total biaya material. Sertifikat dinilai sah
bila masih berlaku dalam rentang waktu proses pembelian dalam konstruksi berjalan.
2. Menggunakan material yang merupakan hasil proses daur ulang minimal bernilai 5%
dari total biaya material.
3. Menggunakan material yang bahan baku utamanya berasal dari sumber daya (SD)
terbarukan dengan masa panen jangka pendek (<10 tahun) minimal bernilai 2% dari
total biaya material. (MRC 2 : Environmentally Friendly Material)
4. Tidak menggunakan bahan perusak ozon pada seluruh sistem gedung. (MRC 3 : Non
ODS Usage)
5. Material yang bahan baku utamanya berasal dari sumber daya terbarukan.
6. Menggunakan bahan material kayu yang bersertifikat legal sesuai dengan Peraturan
Pemerintah tentang asal kayu (seperti faktur angkutan kayu olahan/FAKO, sertifikat
perusahaan, dan lain-lain) dan sah terbebas dari perdagangan kayu ilegal sebesar
100% biaya total material kayu.Jika 30% dari butir di atas menggunakan kayu
bersertifikasi dari pihak Lembaga Ekolabel Indonesia (LEI) atau Forest Stewardship
Council (FSC). (MRC 4 : Certified Wood)
7. Desain yang menggunakan material modular atau prafabrikasi (tidak termasuk
equipment) sebesar 30% dari total biaya material. (MRC 5 : Prefab Material)
8. Menggunakan material yang lokasi asal bahan baku utama dan pabrikasinya berada di
dalam radius 1.000 km dari lokasi proyek minimal bernilai 50% dari total biaya
material.
9. Menggunakan material yang lokasi asal bahan baku utama dan pabrikasinya berada
dalam wilayah Republik Indonesia bernilai minimal 80% dari total biaya material.
(MRC 6 : Regional Material)
10. Emisi material bangunan yang rendah karena dapat mengganggu kenyamanan dan
kesehatan pekerja konstruksi dan pengguna gedung, seperti :
a) Cat dan coating yang mengandung kadar volatile organic compounds (VOCs)
rendah, ditandai dengan label/sertifikasi yang diakui GBC Indonesia. (IHC 3 :
Chemical Pollutans).
b) Produk kayu komposit dan produk agrifiber dan laminating adhesive, memiliki
kadar emisi formaldehida rendah, yang ditandai dengan label/sertifikasi yang
diakui GBC Indonesia. (IHC 3 : Chemical Pollutans)
4.4.2 Sistem Modul
Modul merupakan salah satu penunjang untuk mendapatkan perencanaan ruang
yang efesien dan fleksibilitas tanpa mengurangi kenyamanan dan estetika. Modul ada
dua macam, yaitu:
a. Modul Vertikal
Yaitu jarak antar lantai satu dengan lantai lain secara horizontal. Tinggi dari lantai ke
lantai dibedakan menjadi dua bagian, yaitu:
- Tinggi dari langit-langit (plafond) ke langit di atasnya, ruang pada plafond
digunakan sebagai perletakan jaringan Mechanical Electrical (ME). Tinggi dari
modul ini ditentukan oleh:
Besamya saluran-saluran dari servis mekanis (ducting AC, exhaust, kabel-kabel
listrik, dll.)
Besarnya dimensi dari balok portal penyangga lantai.
- Tinggi dari lantai ke plafond, ruang yang ada di antaranya digunakan sebagai unit
kamar hotel.
b. Modul Horizontal
Faktor yang mempengaruhi modul horizontal, adalah:
- Tata letak furniture - Aktivitas efektif dari ruang-ruang kamar, pengelola, dan penunjang - Jalur sirkulasi - Dimensi bahan bangunan dengan standar yang ada di pasaran.
Pemilihan bahan bangunan dalam perancangan dilakukan dengan pertimbangan sebagai berikut: - Sesuai dengan sistem struktur, modul, dan konstruksi bangunan. - Kesan bangunan atau ruang yang ditampilkan dengan permainan tekstur dan warna. - Kekuatan dan kemudahan perawatan bahan bangunan yang digunakan.