bab iv makalah

29
49 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1.Latar Belakang RSUD Abdul Moeloek Bandar Lampung Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Moeloek Bandar Lampung (RSUDAM) didirikan pada tahun 1914, Onderneming Hindia Belanda, yang hanya untuk merawat Buruh perkebunan. a) Tahun 1942-1945 sebagai Rumah Sakit untuk merawat tentara Jepang. b) Tahun 1945-1950 sebagai RSU dikelolah oleh Pemerintah Pusat RI. c) Tahun 1950-1964 dikolah oleh Pemerintah Provinsi Sumatra Selatan. d) Tahun 1965- sekarang dikelolah oleh Pemerintah Provinsi Lampung.

Upload: fitriars

Post on 13-Feb-2015

166 views

Category:

Documents


12 download

DESCRIPTION

njn

TRANSCRIPT

Page 1: bab iv makalah

49

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Latar Belakang RSUD Abdul Moeloek Bandar Lampung

Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Moeloek Bandar Lampung (RSUDAM)

didirikan pada tahun 1914, Onderneming Hindia Belanda, yang hanya untuk

merawat Buruh perkebunan.

a) Tahun 1942-1945 sebagai Rumah Sakit untuk merawat tentara Jepang.

b) Tahun 1945-1950 sebagai RSU dikelolah oleh Pemerintah Pusat RI.

c) Tahun 1950-1964 dikolah oleh Pemerintah Provinsi Sumatra Selatan.

d) Tahun 1965- sekarang dikelolah oleh Pemerintah Provinsi Lampung.

Sejak tahun 1984 berdasarkan SK Gubenur Provinsi Lampung No.

G/180/B/HK.1984 tanggal 07 Agustus 1984 rumah sakit ini berganti menjadi

Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Abdul Moeloek, kemudian berdasarkan

Perda Provinsi Lampung No. 8 tahun 1985 tanggal 27 Februari 1995, diubah

menjadi RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Daerah Tingkat 1 Lampung

yang telah disahkan oleh Mentri Dalam Negeri dengan SK No.139 tahun

1995. Sejak berdiri sampai sekarang Rumah Sakit ini telah mengalami 19

pergantian direktur dan saat ini RSUD Dr. H. Abdul Moeloek menjadi rumah

sakit pusat rujukan Provinsi Lampung.

49

Page 2: bab iv makalah

50

RSUD Abdul Moeloek Bandar Lampung berlokasi di jalan Dr. Rivai No.6

Bandar Lampung. RSUD Abdul Moeloek Bandar Lampung merupakan rumah

sakit rujukan tertinggi di Provinsi Lampung. Pada tahun 2008 melalui surat

keputusan Mentri Kesehatan RI nomor HK 03.05/1/2603/08 tanggal 23 Juli

2008 ditetapkan menjadi Rumah Sakit Kelas B Pendidikan.

2. Visi Dan Misi RSUD Abdul Moeloek Bandar Lampung

a) Visi

“Rumah sakit profesional Kebanggaan masyarakat Lampung “

b) Misi

Untuk mencapai visi RSUD Abdul Moeloek Bandar Lampung,

ditentukan misi untuk mencapai tujuan dan visi RSUD Abdul Moeloek

Bandar Lampung yaitu :

1) Memberikan Pelayanan Prima di segala bidang pelayanan rumah sakit

2) Menyelenggarakan dan mengembangkan pusat-pusat pelayanan

unggulan

3) Membentuk SDM Profesional Bidang Kesehatan

4) Menjadikan pusat penelitian bidang kesehatan.

Page 3: bab iv makalah

51

3. Tugas Pokok dan Fungsi

a. Tugas Pokok

Berdasarkan Perda Provinsi Lampung No : 8 Tahun 1995 tentang

organisasi dan tata kerja RSUD. Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung

mempunyai tugas :

Melaksanakan upaya kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna

dengan meengutamakan upaya penyembuhan dan pemulihan yang

dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan upaya peningkatan dan

pencegahan serta melaksanakan upaya rujukan.

b. Fungsi

Berdasarkan Perda Provinsi Lampung No : 8 Tahun 1995 tentang

organisasi dan tata kerja RSUD. Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung

mempunyai fungsi :

1) Melaksanakan Upaya pelayanan medis

2) Melaksanakan Upaya rehabilitasi medis

3) Melaksanakan Usaha pencgahan akibat penyakit dan meningkatkan

serta pemulihan kesehatan

4) Melaksanakan Upaya perawatan

5) Melaksanakan Upaya Diklat

6) Melaksanakan Sistem rujukan

7) Sebagai tempat penelitian

Page 4: bab iv makalah

52

4. Kapasitas Tempat Tidur

Kapasitas tempat tidur rawat inap yang tersedia saat ini berjumlah 600 tempat tidur. Dengan perincian sebagai berikut :

Tabel 4.1. Kapasitas Tempat Tidur Rawat Inap Tahun 2011

No. Ruangan Jumlah

1. Kelas I 56

2 Kelas II 111

3. Kelas III 346

4 Khusus 72

5 Utama 50

JUMLAH 600

5. Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia yang mendukung kegiatan pelayanan kesehatan

operasionalisasi RSUD Abdul Moeloek Bandar Lampung terdiri dari Pegawai

Negeri Sipil, Pegawai Tetap Harian Lepas (PTHL) dan tenaga magang dengan

berbagai macam spesialisasi antara lain :

Page 5: bab iv makalah

53

Tabel 4.2Data Sumber Daya Manusia Tahun 2011

No. Jenis Tenaga Jumlah

1. Tenaga Medis 115

2 Para Medis Perawatan 527

3. Para medis non Perawatan 126

4 Tenaga non Medis 508

JUMLAH 1.244

6. Sarana dan Prasarana

a) Rawat jalan 18 Poliklinik j) Kebidanan dan Ginekologi

b) Umum k) Kulit dan kelamin

c) Penyakit Dalam l) Anak

d) Mata m) THT

e) Syaraf n) Bedah Syaraf

f) Bedah o) Onkologi

g) Jantung p) Pegawai

h) Gigi dan Mulut q) Urologi

i) Paru-paru r) Gizi

Page 6: bab iv makalah

54

B. Hasil penelitian dan Analisa

1. Analisa Univariat

a. Distribusi frekuensi Preeklampsia berat (PEB) dan eklampsia

Tabel 4.3Distribusi frekuensi preeklampsia berat dan eklampsia di RSUD Abdul

Moeloek Bandar Lampung Tahun 2010

No. Preeklampsia berat dan eklampsia Frekwensi Persentase

1

2

Preeklampsia berat

Eklampsia

118

40

74,7

25,3

Jumlah 158 100,0

Berdasarkan tabel diatas maka dapat diketahui bahwa Distribusi

frekuensi Preeklampsia berat dan eklampsia di RSUD Abdul Moeloek Bandar

Lampung Tahun 2010, yaitu pada preeklampsia berat sebanyak orang 118

(74,7%), dan eklampsia sebanyak 40 orang (25,3%).

b. Distribusi frekuensi Pemeriksaan trombosit pada Preeklampsia berat

Tabel 4.3Distribusi frekuensi Pemeriksaan trombosit pada Preeklampsia berat (PEB)

di RSUD Abdul Moeloek Bandar Lampung Tahun 2010

No. Trombosit Frekwensi Persentase

1

2

Trombositopenia berat dan sedang

Trombositopenia ringan

24

94

20,34

79,66

Jumlah 118 100,00

Page 7: bab iv makalah

55

Berdasarkan tabel diatas maka dapat diketahui bahwa distribusi

frekuensi Pemeriksaan trombosit pada Preeklampsia berat (PEB) di RSUD

Abdul Moeloek Bandar Lampung Tahun 2010, dari 118 orang pasien sebagian

besar dengan kategori Trombositopenia ringan sebanyak orang 94 (79,66%),

dan kategori Trombositopenia berat dan sedang sebanyak 24 orang (20,34%).

c. Distribusi frekuensi Pemeriksaan trombosit pada eklampsia

Tabel 4.3Distribusi frekuensi Pemeriksaan trombosit pada eklampsia di RSUD Abdul

Moeloek Bandar Lampung Tahun 2010

No. Trombosit Frekuensi Persentase

1

2

Trombositopenia berat dan sedang

Trombositopenia ringan

2

38

5

95

Jumlah 40 100,00

Berdasarkan tabel diatas maka dapat diketahui bahwa distribusi

frekwensi Pemeriksaan trombosit pada eklampsia di RSUD Abdul Moeloek

Bandar Lampung Tahun 2010, dari 40 orang pasien sebagian besar dengan

kategori Trombositopenia ringan sebanyak orang 38 (95%), dan kategori

Trombositopenia berat dan sedang sebanyak 2 orang (5%).

Page 8: bab iv makalah

56

d. Distribusi frekuensi Pemeriksaan proteinuria pada Preeklampsia

berat (PEB)

Tabel 4.3Distribusi frekwensi Pemeriksaan proteinuria pada Preeklampsia berat (PEB)

di RSUD Abdul Moeloek Bandar Lampung Tahun 2010

No. Proteinuria Frekwensi Persentase

1

2

Proteinuria

Tidak proteinuria

51

67

43,33

56,77

Jumlah 118 100,00

Berdasarkan tabel diatas maka dapat diketahui bahwa distribusi

frekwensi Pemeriksaan proteinuria pada Preeklampsia berat (PEB) di RSUD

Abdul Moeloek Bandar Lampung Tahun 2010, dari 118 orang pasien sebagian

besar dengan kategori tidak mengalami proteinuria sebanyak orang 67

(56,77%), dan kategori mengalami proteinuria sebanyak 51 orang (43,33%).

e. Distribusi frekuensi Pemeriksaan proteinuria pada eklampsia

Tabel 4.3Distribusi frekwensi Pemeriksaan proteinuria pada eklampsia di RSUD

Abdul Moeloek Bandar Lampung Tahun 2010

No. Proteinuria Frekwensi Persentase

1

2

Proteinuria

Tidak proteinuria

11

29

20,34

79,66

Page 9: bab iv makalah

57

Jumlah 40 100,00

Berdasarkan tabel diatas maka dapat diketahui bahwa distribusi

frekwensi Pemeriksaan proteinuria pada eklampsia di RSUD Abdul Moeloek

Bandar Lampung Tahun 2010, dari 40 orang pasien sebagian besar dengan

kategori tidak mengalami proteinuria sebanyak orang 29 (79,66%), dan

kategori mengalami proteinuria sebanyak 11 orang (20,34%).

2. Analisa Bivariat

a. Hubungan antara hasil pemeriksaan trombosit dengan kejadian preeklampsia berat PEB dan eklampsia

Tabel 4.7Analisa Hubungan trombosit dengan kejadian preeklampsia berat (PEB)

dan eklampsia di RSUD Abdul Moeloek Bandar Lampung Tahun 2010

Trombosit Total

P Value

OR(95% CI)

Preeklampsia berat (PEB)

Eklampsia

N % n % N %Trombositopenia berat dan sedang 24 92,3 2 7,7 26 100

0,044 4,8511,092-21,544

Trombositopenia ringan 94 71,2 38 28,8 132 100

Total 118 74,7 40 25,3 158 100

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa pada preeklampsia berat

(PEB) terdapat 24 orang (92,3%) yang mengalami trombositopenia berat dan

Page 10: bab iv makalah

58

sedang, sedangkan yang mengalami trombositopenia ringan terdapat 94 orang

(71,2%). Pada eklampsia dengan kategori Trombositopenia ringan sebanyak

orang 38 orang (95%), sedangkan pada kategori Trombositopenia berat dan

sedang sebanyak 2 orang (5%). Hasil uji statistik p = 0,044 lebih kecil dari

nilai alpha (α 0,05), sehingga terdapat hubungan yang bermakna antara

trombosit dengan kejadian preeklampsia berat PEB dan eklampsia di RSUD

Abdul Moeloek Bandar Lampung Tahun 2010.

b. Hubungan antara hasil pemeriksaan proteinuria dengan kejadian preeklampsia berat dan eklampsia

Tabel 4.7Analisa Hubungan proteinuria dengan kejadian preeklampsia berat (PEB)

dan eklampsia di RSUD Abdul Moeloek Bandar Lampung Tahun 2010

Proteinuria Total

P Value

OR(95% CI)

Preeklampsia berat (PEB)

Eklampsia

N % n % n %Proteinuria

67 85,9 11 14,1 80 100

0,003 0,2890,132-0,632

Tidak Proteinuria

51 63,8 29 36,2 78 100

Total 118 74,7 40 25,3 158 100

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa pada preeklampsia berat

(PEB) terdapat 67 orang (85,9%) yang mengalami proteinuria, sedangkan

yang tidak mengalami proteinuria terdapat 51 orang (63,8%). Pada eklampsia

dengan kategori mengalami proteinuria sebanyak orang 11 (14,1%),

Page 11: bab iv makalah

59

sedangkan pada tidak mengalami proteinuria sebanyak 29 orang (36,2%).

Hasil uji statistik p = 0,003 lebih kecil dari nilai alpha (α 0,05), sehingga

terdapat hubungan yang bermakna antara proteinuria dengan kejadian

preeklampsia berat PEB dan eklampsia di RSUD Abdul Moeloek Bandar

Lampung Tahun 2010.

C. Pembahasan

1. Preeklampsia berat (PEB) dan eklampsia

Berdasarkan hasil dari pengolahan data maka dapat diketahui bahwa

kejadian Preeklampsia berat dan eklampsia di RSUD Abdul Moeloek Bandar

Lampung Tahun 2010, yaitu pada preeklampsia berat sebanyak orang 118

(74,7%), dan eklampsia sebanyak 40 orang (25,3%).

Preeklampsia adalah sindrom spesifik kehamilan berupa berkurangnya

perfusi organ akibat vasospasme dan aktivasi endotel. Proteinuria adalah tanda

penting preeklampsia, dan Chesley (1985) dengan tepat menyimpulkan bahwa

apabila tidak terdapat proteinuria maka diagnosisnya dipertanyakan

(Cunningham, 2005).

Preeklampsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema,

dan proteinuria yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini biasanya terjadi

pada triwulan ke-3 kehamilan, tetapi dapat terjadi sebelumnya seperti pada

mola hidatidosa (Wiknjosastro, 2007).

Page 12: bab iv makalah

60

Eklampsia didiagnosis bila pada wanita dengan kriteria klinis

preeklampsia, timbul kejang-kejang yang bukan disebabkan oleh penyakit

neurologis lain seperti epilepsi (Cunningham, 2005). Eklampsia merupakan

kasus akut pada penderita preeklampsia, yang disertai dengan kejang

menyeluruh dan koma. Eklampsia dapat timbul pada ante, intra, dan

postpartum. Eklampsia post partum umumnya hanya terjadi dalam waktu 24

jam pertama setelah persalinan (Wiknjosastro, 2009).

2. Hasil pemeriksaan trombosit pada preeklampsia berat (PEB) dan eklampsia

Berdasarkan hasil dari pengolahan data maka dapat diketahui bahwa

Pemeriksaan trombosit pada Preeklampsia berat (PEB) di RSUD Abdul

Moeloek Bandar Lampung Tahun 2010, dari 118 orang pasien sebagian besar

dengan kategori Trombositopenia ringan sebanyak orang 94 (79,66%), dan

kategori Trombositopenia berat dan sedang sebanyak 24 orang (20,34%). Dan

pemeriksaan trombosit pada eklampsia, dari 40 orang pasien sebagian besar

dengan kategori Trombositopenia ringan sebanyak orang 38 (95%), dan

kategori Trombositopenia berat dan sedang sebanyak 2 orang (5%).

Berdasarkan data diatas terjadi penurunan trombosit pada pasien

dengan Preeklampsia berat (PEB) dan eklampsia. Hal ini sesuai dengan teori

Norwitz & Errol (2008) yang menyatakan bahwa dikatakan preeklampsia

berat bila terdapat satu atau lebih gejala peningkatan tekanan darah sistolik

Page 13: bab iv makalah

61

≥160/110 mmHg pada dua kali pengukuran dengan jarak 6 jam, proteinuria >5

gram/24jam, oliguria yaitu produksi urin <500 ml/24jam, sakit kepala,

pandangan kabur, skotomata nyeri, nyeri epigastrium atau nyeri pada kuadran

kanan atas abdomen, edema paru-paru, cedera serebrovaskular, koagulopati,

trombositopenia <100.000/mm3, sindrom HELLP (hemolisis, enzim hati

meningkat, trombosit menurun).

Price (2006). Jumlah trombosit normal adalah sekitar 150.000 hingga

400.000/mm3. Pada orang dewasa dan anak-anak, sel darah merah, sel darah

putih dan trombosit di bentuk dalam sumsum tulang (Syaifudin, 2002). Angka

kejadian 8% pada perempuan hamil, dan 70% trombositopenia pada

kehamilan adalah gestational thrombocytopenia (Sudoyo Aru, 2007). Pada

preeklampsia dan eklampsia dapat terjadi trombositopenia akut pada ibu.

Setelah melahirkan hitung trombosit mulai meningkat secara progresif untuk

mencapai kadar normal dalam 3 sampai 5 hari (Cunningham, 2005).

3. Hasil pemeriksaan proteinuria pada preeklampsia berat (PEB) dan eklampsia

Berdasarkan hasil dari pengolahan data maka dapat diketahui bahwa

Pemeriksaan proteinuria pada Preeklampsia berat (PEB) di RSUD Abdul

Moeloek Bandar Lampung Tahun 2010, dari 118 orang pasien sebagian besar

dengan kategori tidak mengalami proteinuria sebanyak orang 67 (56,77%),

dan kategori mengalami proteinuria sebanyak 51 orang (43,33%).

Pemeriksaan proteinuria pada eklampsia dari 40 orang pasien sebagian besar

Page 14: bab iv makalah

62

dengan kategori tidak mengalami proteinuria sebanyak 29 orang (79,66%),

dan kategori mengalami proteinuria sebanyak 11 orang (20,34%).

Berdasarkan data diatas terjadi penurunan proteinuria pada pasien

dengan Preeklampsia berat (PEB) dan eklampsia. Hal ini sesuai dengan teori

Wiknjosastro (2007) yang menyatakan bahwa sindrom preeklampsia ringan

dengan gejala hipertensi, edema dan proteinuria sering tidak diketahui atau

tidak diperhatikan oleh wanita hamil sehingga tanpa disadari dalam waktu

singkat dapat timbul preeklampsia berat bahkan eklampsia. Biasanya

proteinuria dapat timbul lebih lambat daripada hipertensi dan kenaikkan berat

badan. Karena itu harus dianggap sebagai tanda yang cukup serius

(Wiknjosastro, 2007).

4. Hubungan pemeriksaan trombosit dengan kejadian preeklampsia berat dan eklampsia

Hasil uji statistik p = 0,044 lebih rendah dari nilai alpha ( ,

sehingga ada hubungan yang bermakna antara pemeriksaan trombosit dengan

kejadian preeklampsia berat PEB dan eklampsia dan dari hasil analisis

diperoleh nilai OR: 4,851, artinya pasien yang mengalami preeklampsia dan

eklampsia, memiliki peluang sebesar 4,851, kali terjadi penurunan trombosit.

Page 15: bab iv makalah

63

Trombosit atau keping-keping darah berbentuk cakram-cakram

protoplasma kecil tidak berwarna. Keping-keping darah ini berasal dari

pelepasan protoplasma sel megakariosit yang merupakan sel raksasa dengan

banyak inti berasal dari sumsum tulang (Arief, 2007). Normalnya trombosit

hidup sekitar 10 hari begitu dilepaskan ke sirkulasi. Kira-kira 30% trombosit

yang beredar dihancurkan setiap saat di dalam limpa (Waterbury, 2001).

Pada preeklampsia dan eklampsia dapat terjadi trombositopenia akut

pada ibu. Setelah melahirkan hitung trombosit mulai meningkat secara

progresif untuk mencapai kadar normal dalam 3 sampai 5 hari. Penyebab

trombositopenia kemungkinan besar adalah aktivasi dan konsumsi trombosit

pada saat yang sama dengan peningkatan produksi trombosit. Trombopoetin,

suatu sitokin yang meningkatkan proliferasi trombosit dari megakariosit,

meningkat pada wanita yang preeklampsia dan trombositopenia (Frolich

dkk.,1998). Pada sebagian besar studi, agregasi trombosit berkurang

dibandingkan dengan pertambahan yang biasanya dijumpai kehamilan normal

(Bakker dan Cunningham, 1999). Hal ini, kemungkinan besar disebabkan oleh

“kelelahan” trombosit setelah aktivasi in vivo. Walaupun penyebabnya tidak

diketahui, proses imunologis atau pengendapan trombosit dilokasi endotel

yang rusak mungkin berperan (Pritchard dkk.,1976).

5. Hubungan pemeriksaan proteinuria dengan kejadian preeklampsia berat dan eklampsia

Page 16: bab iv makalah

64

Hasil uji statistik p = 0,003 lebih rendah dari nilai alpha ( ,

sehingga ada hubungan yang bermakna antara pemeriksaan proteinuria

dengan kejadian preeklampsia berat PEB dan eklampsia dan dari hasil analisis

diperoleh nilai OR: 0,289, artinya pasien yang mengalami preeklampsia dan

eklampsia, memiliki peluang sebesar 0,289, kali mengalami proteinuria.

Proteinuria adalah adanya protein didalam urin manusia yang melebihi

nilai normalnya yaitu >150mg/24jam atau pada anak-anak >140mg/24jam

(Sudoyo Aru W, 2009).

Hal ini sesuai dengan teori Cunningham (2005). Proteinuria adalah

tanda penting preeklampsia, dan Chesley (1985) dengan tepat menyimpulkan

bahwa apabila tidak terdapat proteinuria maka diagnosisnya dipertanyakan.

Orang dewasa sehat dan normal mengekskresi sedikit protein dalam urine

hingga 150mg/hari terutama terdiri dari albumin dan protein Tamm Horsfall,

proteinuria yang lebih dari 150mg/hari dianggap patologis (Price, 2006).

Jumlah protein normal dalam urin adalah <150 mg/hari. Sebagian besar dari

protein merupakan hasil dari glikoprotein kental yang disekresikan secara

fisiologis oleh sel tubulus, yang dinamakan “protein Tamm-Horsfall”. Protein

dalam jumlah yang banyak diindentifikasikan adanya penyakit ginjal yang

signifikan (Davey, 2005).

Page 17: bab iv makalah

65

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengolahan data dan pembahasan, maka dapat ditarik

kesimpulan bahwa analisis hasil pemeriksaan trombosit dan proteinuria pada

preeklampsia berat dan eklampsia di RSUD Abdul Moeloek Bandar Lampung tahun

2010, dengan penjabaran sebagai berikut :

1. Distribusi frekuensi preeklampsia berat di RSUD Abdul Moeloek Bandar

Lampung Tahun 2010 sebanyak 118 orang (74,7%).

2. Distribusi frekuensi eklampsia di RSUD Abdul Moeloek Bandar Lampung

Tahun 2010 sebanyak 40 orang (25,3%).

3. Distribusi frekuensi hasil pemeriksaan trombosit pada preeklampsia berat di

RSUD Abdul Moeloek Bandar Lampung Tahun 2010 sebagian besar dengan

kategori trombositopenia berat dan sedang sebanyak 24 orang (92,3%).

Page 18: bab iv makalah

66

4. Distribusi frekuensi hasil pemeriksaan trombosit pada eklampsia di RSUD

Abdul Moeloek Bandar Lampung Tahun2010 sebagian besar dengan kategori

trombositopenia ringan sebanyak 38 orang (28,8%).

5. Distribusi frekuensi hasil pemeriksaan proteinuria pada preeklampsia berat di

RSUD Abdul Moeloek Bandar Lampung Tahun 2010 sebagian besar

mengalami proteinuria sebanyak 67 orang (85,9%).

6. Distribusi frekuensi hasil pemeriksaan proteinuria pada eklampsia di RSUD

Abdul Moeloek Bandar Lampung Tahun 2010 sebagian besar tidak

mengalami proteinuria sebanyak 29 orang (36,2%).

7. Ada hubungan yang signifikan antara antara hasil pemeriksaan trombosit

dengan kejadian preeklampsia berat dan eklampsia di RSUD Abdul Moeloek

Bandar Lampung Tahun 2010 dengan hasil penelitian diperoleh (p-value

0,044 < α 0,05 dengan OR 4,851).

8. Ada hubungan yang signifikan antara hasil pemeriksaan proteinuria dengan

kejadian preeklampsia berat dan eklampsia di RSUD Abdul Moeloek Bandar

Lampung Tahun 2010 dengan hasil penelitian diperoleh (p-value 0,003 < α

0,05 dengan OR 0,289).

B. Saran

1. Bagi Tempat Penelitian

Page 19: bab iv makalah

67

Diharapkan dapat mencatat, dan melengkapi berkas rekam medis pasien,

untuk mempelancar proses yang mendukung upaya peningkatan dan

perbaikan mutu pelayanan kesehatan.

2. Bagi Masyarakat

Agar menjaga pola hidup sehat agar resiko terjadi preeklampsia dan

eklampsia dapat dihindari dan tidak menunda datang ke rumah sakit apabila

timbul gejala dan tanda preeklampsia dan eklampsia.

3. Bagi peneliti selanjutnya

Diharapkan dengan penelitian ini dapat menjadi bahan masukan dan

pengembangan penelitian berikutnya untuk melanjutkan penelitian dalam

konteks yang berbeda dan lebih luas agar dapat mengembangkan ilmu

pengetahuan untuk kesejahteraan masyarakat.