makalah epidemiologi bab ii, iii, iv, v

49
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Epidemiologi Kata Epidemiologi berasal dari bahasa yunani yaitu Epi (Pada / di antara), Demos (Penduduk/Rakyat) dan Logos (Ilmu/Doktrin) sehingga epidemiologi berarti ilmu pada penduduk. Jika menurut asal katanya epidemiologi berarti ilmu yang digunakan untuk mencari pemecahan masalah yang terjadi pada penduduk/masyarakat. Epidemiologi merupakan salah satu bagian dari ilmu kesehatan masyarakat yang menekankan perhatiannya terhadap masalah kesehatan baik penyakit maupun non penyakit yang terjadi dalam masyarakat. Epidemiologi diartikan sebagai ilmu tentang frekuensi (jumlah), distribusi (penyebaran), dan determinan (faktor penentu) masalah kesehatan masyarakat yang bertujuan untuk pembuatan perencanaan (development) dan pengambilan keputusan dalam menanggulangi masalah kesehatan (Maryani, 2010). 2.2 Sejarah Epidemiologi Epidemiologi tidak berkembang dalam ruang hampa. Banyak ilmu dan peristiwa, seperti kedok-teran, kedokteran sosial, revolusi mikrobiologi, demografi, sosiologi, ekonomi, statistik, fisika, kimia, biologi 3

Upload: girela

Post on 26-Dec-2015

160 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

makalah kedokteran gigi

TRANSCRIPT

Page 1: makalah epidemiologi Bab II, III, IV, V

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Epidemiologi

Kata Epidemiologi berasal dari bahasa yunani yaitu Epi (Pada / di antara),

Demos (Penduduk/Rakyat) dan Logos (Ilmu/Doktrin) sehingga epidemiologi

berarti ilmu pada penduduk. Jika menurut asal katanya epidemiologi berarti ilmu

yang digunakan untuk mencari pemecahan masalah yang terjadi pada

penduduk/masyarakat.

Epidemiologi merupakan salah satu bagian dari ilmu kesehatan masyarakat

yang menekankan perhatiannya terhadap masalah kesehatan baik penyakit

maupun non penyakit yang terjadi dalam masyarakat. Epidemiologi diartikan

sebagai ilmu tentang frekuensi (jumlah), distribusi (penyebaran), dan determinan

(faktor penentu) masalah kesehatan masyarakat yang bertujuan untuk pembuatan

perencanaan (development) dan pengambilan keputusan dalam menanggulangi

masalah kesehatan (Maryani, 2010).

2.2 Sejarah Epidemiologi

Epidemiologi tidak berkembang dalam ruang hampa. Banyak ilmu dan

peristiwa, seperti kedok-teran, kedokteran sosial, revolusi mikrobiologi,

demografi, sosiologi, ekonomi, statistik, fisika, kimia, biologi molekuler, dan

teknologi komputer, telah mempengaruhi perkembangan teori dan metode

epidemiologi. Demikian pula peristiwa besar seperti The Black Death (wabah

sampar), pandemi cacar, revolusi industri (dengan penyakit okupasi), pandemi

Influenza Spanyol (The Great Influenza) merupakan beberapa contoh peristiwa

epidemiologis yang mempengaruhi filosofi manusia dalam memandang penyakit

dan cara mengatasi masalah kesehatan populasi (Perdiguoero et al., 2001).

Ilmu epidemiologi merupakan disiplin ilmu epidemiolgi yang sesungguhnya

sudah dimulai sejak zaman kedokteran kuno Yunani, ada dua teori yang

mendasarinya, yaitu klasik dan modern (Bhisma, 2010).

3

Page 2: makalah epidemiologi Bab II, III, IV, V

4

a. Klasik

Pertama kali diutarakan > 2000 tahun yg lalu oleh Hippocrates, Mempelajari

tentang penyebaran penyakit menular/wabah serta terjadinya penyakit menurut

konsep epidemiologi klasik. Menjadi sebuah alat yg sangat bermanfaat unt

membuktikan hubungan antara kondisi lingkungan dgn penyebab penyakit yg

spesifik. Adapun tokoh-tokoh epidemiologi klasik adalah sebagai berikut:

1. Empedocles (490–430 SM) : Empedocles adalah penggagas teori

Kosmogenik Empat Elemen/ Akar Klasik (Classical Roots) yaitu bumi,

api, air, dan udara.

2. Hippocrates (377-260 SM): Epidemiologi dewasa bahwa penyakit terjadi

karena interaksi antara = host-agent-environment (penjamu-agen-

lingkungan), merupakan bapak epidemiologi pertama.

3. Edward Jenner (1749–1823): Kejadian-kejadian masalah kesehatan besar

yang mendorong berkembangnya ilmu epidemiologi seperti:

-The black death(abad 13-14)

-Pandemi cacar(10.000 SM)

-Pandemi kolera(1816-18260)

-Influenza besar(1918-1919)

-Perkembangan Statistik Vital (1620-1674).

b. Modern

Tidak terbatas pda kajian penyakit menular/ KLB/wabah, tapi meluas

ke berbagai bidang kajian unt peny menular bukan wabah, penyakit tidak menular

serta pengetahuan kesehatan & kedokteran. Sekumpulan konsep yg digunakan

dalam studi epidemiologi, terutama bersifat analitik. Epidemiologi modern dibagi

Epid Lapangan, Epid Komunitas dan Epid Klinik, tokoh tokohnya terdiri dari:

1. John Snow (1813-1858) & William Farr (1807-1883): "On the Mode of

Communication of Cholera“ pada 1849 dan 1855 Mengembangkan sistem.

Surveilans kesehatan masyarakat, dan klasifikasi penyakit yang seragam.

Page 3: makalah epidemiologi Bab II, III, IV, V

5

2. Anton van Leeuwenhoek (1632-1723): Dikenal sebagai Bapak

Mikrobiologi Orang yang pertama kali menemukan bakteri, Parasit yang

hidup bebas bernama protista nematoda dan rotifera mikroskopis, sel

sperma, sel darah.

3. Louis Pasteur (1822 – 1895): Bukan Pertumbuhan Spontan melainkan

proses biogenesis (omne vivum ex ovo) melalui reproduksi.

4. Robert Koch (1843-1910): Koch menerapkan postulat itu untuk

menentukan etiologi antraks, tuberkulosis, dan penyakit lainnya. Postulat

ini masih digunakan dewasa ini untuk membantu menentukan apakah

suatu penyakit yang baru ditemukan disebabkan oleh mikroorganisme.

5. Ilya Ilyich Mechnikov (1845 – 1916): Mechnikov dikenal sebagai perintis

riset sistem imun dan penerima hadiah Nobel bidang Kedokteran pada

1908 bersama dengan Paul Ehrlich untuk karyanya dalam riset imunologi,

khususnya penemuan fagositosis (Bhisma, 2010).

2.3 Tujuan Epidemiologi

Di dalam definisi-definisi epidemiologi yang diutarakan para ahli diatas, tersirat

beberapa tujuan epidemiologi, yaitu :

1)   Mengumpulkan fakta dan data tentang berbagai masalah yang ada dalam

masyarakat.

2)   Menjelaskan sifat dan penyebab masalah kesehatan  tersebut.

3)   Menemukan/merencanakan pemecahan masalah serta mengevaluasi aktivitas

pelaksanaanya.

4)   Menggambarkan status kesehatan penduduk, untuk menetapkan prioritas masalah

dalam perencanaan.

5)   Mempelajari riwayat alamiah suatu penyakit atau masalah kesehatan, petunjuk

bagi upaya pencegahan dan mekanisme pengendalian.

6)   Mempelajari penyebab / faktor risiko suatu penyakit / masalah kesehatan.

7)   Mengembangkan system pengendalian dan pemberantasan penyakit dalam suatu

system administrasi.

Page 4: makalah epidemiologi Bab II, III, IV, V

6

2.4 Elemen Epidemiologi

Di dalam batasan epidemiologi sekurang-kurangnya mencakup 3 elemen, yakni :

a. Masalah Kesehatan

Epidemiologi mempelajari semua masalah kesehatan termasuk penyakit,

baik penyakit infeksi, seperti TBC, Flu burung, maupun penyakit non

infeksi, seperti kanker. Selain itu epidemiologi juga mempelajari non

penyakit, secara kecelakaan lalu lintas maupun kecelakaan kerja, sakit

jiwa. Bahkan di negara-negara maju, epidemiologi mencakup juga

kegiatan pelayanan kesehatan.

b. Populasi

Epidemiologi memusatkan perhatiannya pada distribusi masalah kesehatan

pada populasi (masyarakat)atau kelompok.

c. Pendekatan ekologi

Pendekatan ekologi dalam epidemiologi mengkaji frekuensi dan distribusi

masalah kesehatan berdasarkan keseluruhan lingkungan manusia baik

lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Hal ini karena masalah

kesehatan pada seseorang dikaji dari manusia dan total lingkungannya

(Maryani, 2010).

2.5 Jenis-jenis Epidemiologi

Epidemiologi menekankan upaya menerangkan bagaimana distribusi penyakit

dan bagaimana  berbagai komponen menjadi faktor penyebab penyakit tersebut.

Untuk mengungkapkan dan menjawab masalah tersebut, epidemiologi melakukan

berbagai cara yang selanjutnya menjadikan epidemiologi dapat dibagi dalam

beberapa metode.

Pada dasarnya metode epidemiologi dibagi 3, yaitu :

1)      Epidemiologi Deskriptif

Epidemiologi deskriptif mempelajari tentang frekuensi dan distribusi suatu

masalah kesehatan dalam masyarakat. Keterangan tentang frekuensi dan distribusi

suatu penyakit atau masalah kesehatan menunjukan tentang besarnya masalah itu

dalam pertanyaan mengenai faktor who (siapa), where (dimana),dan when

(kapan).

Page 5: makalah epidemiologi Bab II, III, IV, V

7

a.       Siapa

Merupakan pertanyaan tentang faktor orang yang akan di jawab dengan

mengemukakan perihal mereka yang terkena masalah. Bisa mengenai variable

umur, jenis kelamin, suku, agama, pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan. Faktor-

faktor ini biasa disebut sebagai variable epidemiologi/demografi. Kelompok orang

yang potensial atau punya peluang untuk menderita sakit atau mendapatkan

resiko, biasanya disebut population at risk (populasi berisiko).

b.      Dimana

Pertanyaan ini mengenai faktor tempat dimana masyarakat tinggal atau bekerja

atau dimana saja ada kemungkinan mereka menghadapi masalah kesehatan.

Faktor tempat ini dapat berupa kota (urban), dan desa (rural), pantai dan

pegunungan, daerah pertanian, industry, tempat bermukim atau bekerja.

c.       Kapan

Kapan kejadian penyakit berhubungan juga dengan waktu. Faktor waktu ini dapat

berupa jam, hari, minggu, bulan, dan tahun, musim hujan dan musim kering.

Contoh :

“Banyaknya penderita TBC di daerah Sulawesi selatan  adalah 25.000 lelaki pada

tahun 1992. ” (Noor, 2002).

2)      Epidemiologi Analitik

Epidemiologi Analitik berkaitan dengan upaya epidemiologi untuk menganalisis

faktor penyebab (determinant) msalah kesehatan. Disini  diharapkan epidemiologi

mampu menjawab pertanyaan kenapa (why) apa penyebab  terjadinya masalah itu.

Contoh :

“setelah ditemukan secara deskriptif bahwa banyak perokok yang menderita

kanker paru , maka perlu dianalisis lebih lanjut apakah rokok itu merupakan

faktor determinant/penyebab terjadinya kanker paru.”(Noor, 2002).

3)      Epidemiologi Eksperimental

Salah satu hal yang perlu dilakukan sebagai pembuktian bahwa suatu faktor

sebagai penyebab terjadinya suatu luaran (output = penyakit), adalah diuji

kebenaranya dengan percobaan (eksperimen).

Contoh :

Page 6: makalah epidemiologi Bab II, III, IV, V

8

“jika rokok dianggap sebagai penyebab kanker paru maka perlu dilakukan

eksperimen jika rokok dikurangi maka kanker paru akan menurun atau sebaliknya.

Untuk ini dilakukan perbandingan antara kelompok orang yang merokok dengan

orang yang tidak merokok,kemudian dilihat jumlah penderita penyakit kanker

paru untuk masing-masing kelompok. Dari perbedaan yang ada dapat disimpulkan

ada atau tidaknya pengaruh rokok terhadap penyakit kanker paru tersebut.

Ketiga jenis epidemiologi ini tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lainya

saling berkaitan dan mempunyai peranan masing-masing sesuai tingkat

kedalaman pendekatan epidemiologi yang dihadapi. Secara umum dapat dikatakan

bahwa pengungkapan dan pemecahan masalah epidemiologi dimulai dengan

epidemiologi deskriptif, lalu diperdalam  dengan epidemiologi analitik dan disusul

dengan melakukan epidemiologi eksperimental.

Jenis-jenis epidemiologi dapat juga dilihat dari aspek  lain sehingga ditemukan

berbagai jenis epidemiologi lainya . misalnya ada epidemiologi penyakit menular,

kependudukan, kesehatan reproduksi, statistik, farmasi,dll (Noor, 2002).

2.6 Ruang Lingkup Epidemiologi

Ruang Lingkup epidemiologi dalam masalah kesehatan meliputi 6E

berdasarkan Maryani dan Muliani (2010) :

a. Etiologi

Hal ini berkaitan dengan identifikasi penyebab penyakit dan masalah

kesehatan lain.

b. Efikasi (Efficacy)

Hal ini berkaitan dengan efek atau daya optimal, yang diperoleh dari

pemberian interfensi kesehatan. Efikasi dimaksud untuk melihat hasil

atau efek suatu intervensi.

c. Efektifitas (Evectiveeness)

Page 7: makalah epidemiologi Bab II, III, IV, V

Host

LingkunganAgen

9

Efektifitas adalah besarnya hasil yang diperoleh dari suatu tindakan

(intervensi) dan besarnya perbedaan, dari suatu tindakan yang satu

dengan yang lain. Evektivitas ini ditunjukan untuk mengetahui efek

inteverensi atau pelayanan, dalam berbagai kondisi lapangan yang

sebenarnya yang sangat berbeda-beda.

d. Efisiensi (Efficiency)

Efisiensi adalah suatu konsep ekonomi yang melihat pengaruh yang

dapat diperoleh berdasarkan besarnya biaya yang diberikan, atau yang

ditunjukan untuk mngetahui kegunaan dan hasil yang diperoleh,

berdasarkan besarnya pengeluaran ekonomi atau biaya yang dilakukan.

e. Evaluasi

Evaluasi merupakan penilaian secara keseluruhan keberhasilan suatu

pengobatan, atau program kesehatan masyarakat, atau melihat dan

member nilai keberhasilan program seutuhnya.

f. Edukasi

Edukasi merupakan intervensi berupa peningkatan pengetahuan, tentang

kesehatan masyarakat sebagai bagian dari upaya preventif penyakit

(Maryani dan Muliani, 2010).

2.7 Trias Epidemiologi

2.7.1 Segitiga Utama Epidemiologi

Segitiga epidemiologi yang sering dikenal dengan istilah trias

epidemiologi merupakan konsep dasar yang memberikan gambaran

Page 8: makalah epidemiologi Bab II, III, IV, V

10

tentang hubungan antara 3 faktor utama yang berperan dalam terjadinya

penyakit dan masalah masalah lainnya yaitu host (tuan rumah/ penjamu),

agent (faktor penyebab), dan environment (lingkungan). Hubungan

antara penjamu, agen dan lingkungan ini merupakan suatu kesatuan yang

dinamis yang berada dalam keseimbangan (disequilibrium) pada

seseorang yang sehat. Jika terjadi gangguan terhadap keseimbangan

hubungan segitiga inilah yang akan menimbulkan status sakit. Hubungan

keseimbangan tersebut dapat dilihat pada gambar berikut (Maryani,

2010):

Komponen pada segitiga epidemiologi adalah (Maryani, 2010):

a. Faktor Penjamu (Host atau tuan rumah)

Penjamu adalah manusia atau makhluk hidup lainnya yang

menjadi tempat terjadi proses alamiah perkembangan penyakit.

Berikut yang termasuk dalam faktor penjamu adalah (Maryani, 2010):

1. Genetika

Faktor keturunan dapat mempengaruhi status kesehatan,

misalnya buta warna, asma, hemofilia, sickle cell disease.

2. Umur

c. manusia menderita penyakit karena kemampuan bibit penyakit meningkat

penjamu bibit penyakitlingkungan

d. manusia menderita penyakit karena perubahan lingkungan

penjamu

penyakitlingkungan

Page 9: makalah epidemiologi Bab II, III, IV, V

11

Umur juga mempengaruhi status kesehatan karena ada

kecenderungan penyakit menyerang umur tertentu misalnya usia

balita dan usia lanjut rentan terhadap penyakit karena usia balita

sistem pertahanan tubuhnya belum stabil, sedangkan usia lanjut

sistem pertahanannya sudah menurun.

3. Jenis Kelamin (gender)

Jenis kelamin mempengaruhi status kesehatan karena ada

penyakit yang terjadi lebih banyak atau hanya ditemukan

mungkin pada wanita atau hanya pada laki-laki, misalnya pada

wanita terjadi kanker serviks, pada laki-laki kanker prostat.

4. Etnis/ ras/ warna kulit

Etnis/ ras mempengaruhi status kesehatan karena terdapat

perbedaan antara ras kulit putih dengan orang kulit hitam,

misalnya ras kulit putih memiliki risiko lebih tinggi terkena

kanker kulit dibandingkan orang ras kulit hitam.

5. Keadaan Fisiologis tubuh

Keadaan Fisiologis tubuh merupakan keadaan tubuh yang

berfungsi normal. Keadaan Fisiologis tubuh mempengaruhi status

kesehatan misalnya kelelahan, kehamilan, pubertas, stress,

keadaan gizi.

6. Keadaan Imunologis

Keadaan imonologis merupakan keadaan pertahanan tubuh

atau kekebalan tubuh, dimana kekebalan didapat secara aktif

maupun pasif, misalnya kekebalan yang diperoleh karena adanya

infeksi sebelumnya, memperoleh antibodi dari ibu atau pemberian

vaksinasi.

7. Perilaku/ kebiasaan; gaya hidup, persional hygiene, hubungan

antar pribadi, rekreasi.

8. Penyakit sebelumnya

Page 10: makalah epidemiologi Bab II, III, IV, V

12

Penyakit sebelumnya mempengaruhi status kesehatan

karena ada penyakit yang jika sudah pernah terkena maka ketika

terjadinya serangan kedua menimbulkan kondisi yang lebih parah

atau ada juga jika penyakit sebelumnya telah sembuh maka resiko

terjadinya kekambuhan relatif lebih kecil atau tidak terjadi

(Maryani, 2010).

b. Faktor Agen

Agen (faktor penyebab) adalah suatu unsur, organisme hidup

atau kuman infektif yang dapat menyebabkan terjadinya penyakit atau

masalah kesehatan lainnya. Berkiut yang termasuk faktor agen adalah

(Maryani, 2010):

1. Faktor nutrisi (gizi)

Nutrisi dapat menyebabkan penyakit dalam bentuk

kelebihan gizi dan kekurangan gizi. Bentuk kelebihan gizi

misalnya tingginya kadar glukosa, kolesterol, kelebihan konsumsi

vitamin tertentu. Bentuk kekurangan gizi misalnya keadaan

kurang gizi seperti defisiensi lemak, protein, vitamin.

2. Faktor Kimia

Dapat menyebabkan penyakit dalam bentuk keracunan

zat-zat berbahaya bagi tubuh, misalnya karbon monoksida, asbes,

kobalt atau zat alergen.

3. Faktor Fisik

Dapat menyebabkan penyakit dalam bentuk fisik atau

benda yang dapat terlihat oleh mata juga terdefinisi oleh pikiran,

misalnya suhu, debu, radiasi, trauma mekanik (jatuh, tabrakan,

pukulan).

4. Faktor Biologis

Dapat menyebabkan penyakit, dimana faktor biologis ini

terdiri dari berbagai jenis, seperti (Maryani, 2010):

a. Metazoa, seperti cacing tambang, cacing gelang, Schistomiasis.

Page 11: makalah epidemiologi Bab II, III, IV, V

13

b. Protozoa, seperti disentri amoebae, plasmodium malariae.

c. Bakteri, seperti treponema pallidum, streptococus pneumoniae,

mycobacterium tuberculosis.

d. Fungi (jamur), seperti Histoplasma capsulatum, Taeia pedis

e. Virus, seperti measels, mumps, smaallpox, polio.

Dari segi epidemiologi selain menggunakan konsep agen sebagai

penyebab penyakit juga menggunakan terminologi faktor resiko. Dimana

agen merupakan penyebab pasti suatu penyakit, sedangkan faktor resiko

merupakan seluruh faktor yang dapat memberikan kemungkinan

menyebabkan terjadinya penyakit. Hal yang termasuk faktor resiko

terjadinya penyakit diantaranya adalah faktor gaya hidup, gangguan gizi,

kemiskinan, perilaku tidak sehat, kurang olah raga, dan lain-lain

(Maryani, 2010).

c. Faktor lingkungan

Lingkungan adalah semua faktor di luar individu yang dapat

berupa lingkungan fisik, biologis, sosial dan ekonomi. Berikut yang

termasuk faktor lingkungan adalah (Maryani, 2010):

1. Lingkungan fisik, misalnya air, tanah, iklim, struktur bumi, dan

sebagainya.

2. Lingkungan biologis, misalnya orang yang tinggal di lingkungan

yang padat, flora (sebagai bahan makanan) dan fauna (sebagai

sumber protein).

3. Lingkungan sosial, misalnya a-sosial, urbanisasi, lingkungan

kerja, keadaan perumahan, keadaan sosial masyarakat

(kekacauan, bencana alam, perang, banjir).

4. Lingkungan ekonomi, misalnya status ekonomi, kemakmuran.

2.8 Pengukuran Sumber Kesehatan

Page 12: makalah epidemiologi Bab II, III, IV, V

14

2.8.1 Secara Umum

a. Ukuran Epidemiologis

Ukuran dasar yang digunakan dalam epidemiologi

mencakup angka (rate), rasio dan proporsi. Ketiga bentuk

perhitungan ini digunakan untuk mengukur dan menjelaskan

peristiwa kesakitan, kematian dan nilai statistik vital lainnya.

Mislanya kesakitan bisa diukur dengan angka insidensi,

prevalensi, dan angka serangan, sedangkan kematian bisa diukur

dengan angka kematian (Maryani, 2010).

Ukuran epidemiologis selalu dipengaruhi oleh berbagai

faktor, diantaranya faktor person atau orang, yang dinilai disini

adalah dari aspek jumlah atau frekuensi orang yang berkaitan

dengan suatu peristiwa, selain itu faktor place atau tempat

adalah faktor yang berkaitan dengan darimana orang-orang yang

mengalami peristiwa tersebut berasal. Faktor time atau waktu

adalah periode atau waktu kapan oarang-orang tersebut

mengalami suatu peristiwa (Maryani, 2010).

b. Angka (Rate)

Angka (rate) adalah suatu jumlah kejadian dihubugkan

dengan populasi yang bersangkutan. Peristiwa yang biasanya

diukur dalam bentuk angka diantaranya adalah kesakitan,

dimana yang digunakan untuk perhitungan kasus adalah

insidence rate, prevalence rate (point prevalence rate), periode

prevelence rate, attack rate dan dalam hubungan dengan

kematian akan dibicarakan crude death rate, age specific death

rate, cause disease specific death rate (Maryani, 2010).

1. Incidence Rate (Angka Insidensi)

Incidence Rate (Angka Insidensi) adalah jumlah kasus

baru penyakit tertentu yang terjadi di kalangan penduduk

pada suatu jangka waktu tertentu (umumnya satu tahun)

dibandingkan dengan jumlah penduduk yang mungkin

terkena penyakit baru tersebut pada pertengahan tahun

Page 13: makalah epidemiologi Bab II, III, IV, V

15

jangka waktu yang bersangkutan dalam persen atau permil

(Maryani, 2010).

Rumus:

Incidencerate=

Jumlah kasus barusuatu penyakitselama periode tertentu

populasi yangmempunyai resikox K

Untuk pengukuran incidenci diperlukan penentuan

waktu atau saat timbulnya penyakit. Penentuan incidence

rate ini tidak begitu sulit berhubung terjadinya dapat

diketahui pasti atau mendekati pasti, tetapi jika penyakit

timbulnya tidak jelas, disini waktu ditegakkan diagnosis

dapat diartikan sebagai waktu mulai penyakit.Kegunaan

incidence rate adalah dapat mempelajari faktor-faktor

penyebab dari penyakit yang akut maupun kronis. Incidence

rate adalah suatu ukuran langsung dari kemungkinan atau

probalitas untuk menjadi sakit (Maryani, 2010).

2. Attack Rate (Angka Serangan)

Angka serangan adalah jumlah penderita baru

suatu penyakit yang ditemukan pada satu saat tertentu

dibandingkan dengan jumlah penduduk yang mungkin

terkena penyakit tersebut pada saat yang sama dalam persen

atau permil. Angka serangan diterapkan terhadap populasi

yang sempit dan terbatas pada suatu periode, misalnya

dalam suatu wabah (Maryani, 2010).

Rumus :

Attack Rate= jumlah kasus selamaepidemipopulasi yangmempunyai resiko−resiko

x K

28

Page 14: makalah epidemiologi Bab II, III, IV, V

16

3. Sekunder Attack Rate (Angka Serangan Sekunder)

Sekunder Attack Rate (Angka Serangan Sekunder)

adalah jumlah penderita baru suatu penyakit yang mendapat

serangan kedua dibandingkan dengan jumlah penduduk

dikurangi jumlah orang yang telah pernah terkena pada

serangan pertama dalam persen atau permil (Maryani,

2010).

Rumus :

Sekunder Attack Rate= jumlah penderitabaru pada serangan keduajumlah penduduk yang terkena serangan pertama

x K

4. Point Prevalence Rate

Prevalensi adalah gambaran tentang frekuensi

penderita lama dan baru yang ditemukan pada waktu jangka

tertentu disekelompok masyarakat tertentu. Point

Prevalence Rate mengukur jumlah penderita lama dan baru

yang ditemukan di sekelompok masyarakat tertentu pada

satu titik waktu tertentu dibagi dengan jumlah penduduk

saat itu dalam persen atau permil. Point Prevalence Rate

biasa juga disebut Prevalence Rate saja (Maryani, 2010).

Faktor-faktor yang mempengaruhi prevalence rate,

yaitu (Maryani, 2010):

a. Frekuensi orang atau person yang telah sakit pada

waktu yang lalu.

b. Frekuensi orang atau person yang sakit yang baru

ditemukan

c. Lamanya atau time menderita sakit.

Rumus :

Point Prevelence Rate=

jumlahkasus penyakit yang adapada satu titik waktu

jumlah penduduk seluruhnyax K

Page 15: makalah epidemiologi Bab II, III, IV, V

17

5. Periode Prevalence Rate

Periode Prevalence Rate adalah jumlah penderita

lama dan baru suatu penyakit yang ditemukan pada suatu

waktu jangka tertentu dibagi dengan jumlah penduduk pada

pertengahan jangka waktu yang bersangkutan dalam persen

atau permil. Periode Prevalence terbentuk dari Periode

Prevalence Rate ditambah incidence rate dan kasus-kasus

yang kambuh selama periode observasi (Maryani, 2010).

Period Prevalence Rate= jumlah penderita lama dan barujumlah penduduk pertengahan

x K

6. Crude Death Rate (Angka Kematian Kasar)

Crude Death Rate (Angka Kematian Kasar) adalah

jumlah semua kematian yang ditemukan pada satu jangka

waktu tertentu (satu tahun) dibandingkan dengan jumlah

penduduk pada pertengahan waktu yang bersangkutan

dalam persen atau permil. Crude Death Rate digunakan

untuk perbandingan angka kematian antar berbagai

penduduk yang mempunyai susunan umur yang berbeda-

beda tetapi tidak dapat secara langsung melainkan harus

melalui prosedur penyesuaian (adjusment). Crude Death

Rate digunakan secara luas karena sifatnya yang merupakan

summary rate dan dapat dihitung dengan adanya informasi

yang minimal (Maryani, 2010).

Crude Death Rate=

jumlah kematiandi kalangan pendudukdi suatu daerah dalam1 tahun

jumlah penduduk rata−rata ¿¿

¿

Page 16: makalah epidemiologi Bab II, III, IV, V

18

7. Cause Disease Specific Death Rate (Angka Kematian

Penyebab Khusus)

Cause Disease Specific Death Rate adalah jumlah

keseluruhan kematian karena suatu penyebab khusus dalam

satu jangka waktu tertentu dibagi dengan jumlah penduduk

pada pertengahan waktu yang bersangkutan dalam persen

atau permil (Maryani, 2010).

Cause Specific DeathRate=

Jumlahkematian karenapenyebab khusus

jumlah penduduk pertengahanx K

8. Age Specific Death Rate (Angka Kematian Pada Umur

Tertentu)

Age Specific Death Rate adalah jumlah

keseluruhan kematian pada umur tertentu dalam satu

jangka waktu tertentu (satu tahun) dibagi dengan jumlah

penduduk pada umur yang bersangkutan pada daerah dan

tahun yang bersangkutan dalam persen atau permil

(Maryani, 2010).

Age Specific Death Rate=

jumlah kematianantara umur 1−5tahundi suatu daerahdalam waktu1tahun

jumlah penduduk berumur antara1−5 tahun pada daerah

dan tahun yang sama

x K

c. Proporsi

Proporsi merupakan hubungan antar jumlah kejadian

dalam kelompok data yang mengenai masing-masing kategori

dari kelompok itu atau hubungan antara bagian dari kelompok

dengan keseluruhan kelompok yang dinyatakan dalam persen.

Page 17: makalah epidemiologi Bab II, III, IV, V

19

Proporsi umumnya digunakan jika tidak mungkin menghitung

angka indensi, karena itu proporsi tidak dapat menunjukkan

perkiraan peluang keterpaparan atau infeksi, kecuali jika

banyaknya orang dimana peristiwa dapat terjadi adalah sama

pada setiap sub kelompok (Maryani, 2010).

d. Rasio

Rasio adalah suatu pernyataan frekuensi perbandingan

peristiwa atau orang yang memiliki perbedaan antara suatu

kejadian terhadap kejadian lainnya. Dalam hal ini pernyataan

yang penting dalam epidemiologi adalah jumlah orang sakit

dibandingkan dengan jumlah orang sehat, misalnya rasio orang

sakit kanker dibandingkan dengan orang sehat (Maryani, 2010).

2.9 Penyakit Menular dan Tidak Menular

1.HIV AIDS

AIDS disebabkan salah satu kelompok virus yang disebuat dengan

retroviruses yang sering disebut dengan HIV. Seseorang yang terkena atau

terinfeksi HIV AIDS sistejm kekebalan tubuhnya akan menurun drastic. Virus

AiDS menyerang sel darah putih khusus yang disebut dengan T-lymphocytes.

Tanda pertama penderita HIV biasanya akan mengalami demam selama 3 sampai

6 minggu tergantung daya tahan tubuh. Setelah kondisi membaik orang yang

terinfeksi HIV akan tetap sehat dalam beberapa tahun dan secara perlahan

kekebalan tubuhnya akan menurun karena serangan demam yang berulang.

Gejala-gejala penyakit HIV AIDS adalah :

1. Demam tinggi berkepanjangan

2. Penderita akan mengalami napas pendek, batuk, nyeri dada dan demam

3. Hilangnya nafsu makan, mua dan muntah

4. Mengalami diare yang kronis

5. Penderita akan kehilangan berat badan tubuh hingga 10% di bawah normal.

6. Batuk berekepanjangan

Page 18: makalah epidemiologi Bab II, III, IV, V

20

7. Infeksi jamur pada mulut dan kerongkongan

8. Pembengkakan kelenjar getah bening diseluruh tubuh (dibawah telinga, leher,

ketiak, dan lipatan paha)

9. Kurang ingatan

10. Sakit kepala

11. Sulit berkonsentrasi

12. Respon anggota gerak melambat

13. Sering nyeri dan kesemutan pada telapak tangan dan kaki

14. Mengalami tensi darah rendah

15. Reflek tendon yang kurang

16. Terjadi serangan virus cacar air dan cacar api

17. Infeksi jaringan kulit rambut

18. Kulit kering dengan bercak-bercak.

Penularan HIV AIDS adalah :

1. Hubungan seks kelamin

2. Hubungan seks oral

3. Hubungan seks melalui anus

4. Transfusi darah

5. Penggunaan jarum bersama (akupuntur, jarum tattoo, harum tindik).

6. Antara ibu dan bayi selama masa hamil, kelahiran dan masa menyusui.

Obat - Obatan Penyakit HIV AIDS :

1. NRTI  (nucleoside atau nucleotide reverse transcriptase inhibitor)

2. NNRTI (non-nucleoside reverse transcriptase inhibitor)

3. PI (protease inhibitor) Fusion Inhibitor

Cara Mencegahnya adalah dengan :

1. Jangan melakukan hubungan seksual diluar nikah

2. Jangan berganti-ganti pasangan seksual

3. Abstrinensi (tidak melakukan hubungan seks)

4. Gunakan kondom, terutama untuk kelompok perilaku resiko tinggi jangan

menjadi donor darah

5. Seorang ibu yang didiagnosa positif HIV sebaiknya jangan hamil.

Page 19: makalah epidemiologi Bab II, III, IV, V

21

6. Penggunaan jarum suntik sebaiknya sekali pakai

2.CHIKUNGUNYA

Chikungunya merupakan jenis demam yang disebabkan oleh alphavirus

yang disebabkan oleh gigitan nyamuk Aedes aegypti (nyamuk yang juga dapat

menularkan penyakit demam berdarah dengue). Penyakit chikungunya disebabkan

oleh sejenis virus yang disebut virus chikungunya.

Penyakit yang juga dikenal dengan demam tulang atau flu tulang ini

memiliki gejala yang sepertii tubuh yang tiba – tiba mengalami demam diikuti

dengan linu di persendian, serta timbul juga rasa ngilu dan sakit pada tulang.

Gejala yang dialami sedikit mirip dengan infeksi virus dengue dengan sedikit

berbeda pada hal – hal tertentu.

Pada anak kecil dimulai dengan demam mendadak, kulit kemerahan.

Ruam – ruam merah muncul setelah 3 – 5 hari. Mata pun terlihat merah dan

disertai tanda–tanda seperti flu. Sering dijumpai anak kejang demam. Sedangkan

pada anak yang lebih besar, demam diikuti dengan rasa sakit pada otot dan sendi,

serta pembesaran kelenjar getah bening. Pada umumnya demam yang terjadi pada

anak berlangsung selama tiga hari. Dan pada orang dewasa, gejala nyeri sendi dan

otot sangat dominan dan sampai menimbulkan kelumpuhan sementara karena rasa

sakit bila berjalan. Kadang-kadang timbul rasa mual sampai muntah.

Belum obat khusus untuk menyembuhkan penyakit chikungunya.

Walaupun sama-sama disebabkan oleh virus dan ditularkan oleh nyamuk Aedes

Aegypti, penyakit chikungunya ini berbeda dengan penyakit demam berdarah

dengue karena pada penyakit chikungunya tidak terjadi pendarahan hebat dan

tidak bisa menyebabkan kematian. Penyakit ini cukup diobati dengan cara

istirahat yang cukup, mengkonsumsi obat demam bila perlu karena sudah merasa

tidak nyaman, serta antisipasi terhadap kejang demam bila terdapat riwayat kejang

pada keluarga. Penyakit chikungunya akan sembuh sendiri dalam kurun waktu

kurang lebih 7 hari sejak merasakan gejala nyeri dan ngilu tulang.

Page 20: makalah epidemiologi Bab II, III, IV, V

22

3.FLU BURUNG

Virus Flu Burung yang pada awalnya diketahui hanya bisa menular antar

sesama unggas, menciptakan mutasi baru yang dapat juga menyerang manusia.

Mutasi virus ini dapat menginfeksi manusia yang berkontak langsung dengan

sekresi unggas yang telah terinfeksi. Manusia yang memiliki resiko tinggi tertular

adalah anak-anak, karena memiliki daya tahan tubuh yang lebih lemah, pekerja

peternakan unggas, penjual dan penjamah unggas, serta pemilik unggas peliharaan

rumahan.

Tanda gejala flu burung pada manusia biasanya menimbulkan gejala

seperti berikut ini :

1. Menderita ISPA.

2. Timbulnya demam tinggi (> 38 derajat Celcius).

3. Batuk, mengeluarkan ingus, nyeri otot.

4. Sakit tenggorokan yang tiba-tiba.

5. Timbulnya radang paru-paru (pneumonia) yang bila tidak mendapatkan

penanganan tepat dapat menyebabkan kematian.

6. Lemas mendadak.

7. Sakit kepala.

Karena mengingat gejala Flu burung mirip dengan flu biasa, maka tidak

ada yang bisa membedakan flu burung dan flu biasa. Jika ada penderita yang

batuk, pilek dan demam yang tidak kunjung turun, maka disarankan untuk segera

mengunjungi dokter atau pun rumah sakit terdekat untuk menegakkan diagnosa

yang sebenarnya sedang terjadi. Pemerintah dalam hal ini telah melakukan 8

strategi utama dalam pengendalian virus H5N1 yaitu dengan melakukan :

Biosekuriti.

Depopulasi.

Surveilans.

Vaksinasi.

Page 21: makalah epidemiologi Bab II, III, IV, V

23

Pengawasan lalu lintas unggas.

Restrukturisasi usaha pengunggasan.

Kesadaran publik dan penegakan peraturan.

Penerapan prosedur operasi standar. Dan inipun termasuk dalam

langkah pencegahan flu burung atau pun mencegah wabah flu burung

terjadi lagi.

Penyebab flu burung ini adalah tipe virus Avian Influenza yang paling

berbahaya. Dikenal sebagai penyebab utama flu unggas. H5N1 adalah virus yang

sangat berbahaya. Berdasarkan penelitian para ahli, pasien yang terjangkiti virus

H5N1 hanya memiliki kemungkinan sembuh kurang dari 20 persen. Meskipun

hanya ditularkan lewat unggas, H5N1 merupakan pembunuh yang efektif. Daya

bunuhnya 12 kali lebih dahsyat dibanding sub tipe virus avian influenza yang lain.

Penanganan dan pengobatan flu burung adalah dengan pemberian obat flu

seperti Tamiflu atau jenis lainnya, tapi harus tetap dalam pengawasan dokter atau

pihak rumah sakit yang ditunjuk oleh Dinas Kesehatan RI.

Pencegahan flu burung dapat dilakukan dengan beberapa langkah yang

perlu kita terapkan dalam mengantisipasi menyebarnya flu burung ini.  Tips

Untuk Mecegah flu burung dapat dilakukan dengan beberapa cara seperti berikut

ini :

1. Gunakan pelindung (Masker, kacamata renang, sarung tangan) setiap

berhubungan dnegan bahan yang berasal dari saluran cerna unggas.

2. Setiap hal yang berasal dari saluran cerna unggas seperti sekresi harus

ditanam/dibakar supaya tidak menular kepada lingkungan sekitar.

3. Cuci alat yang digunakan dalam peternakan dengan desinfektan.

4. Kandang dan Sekresi unggas tidak boleh dikeluarkan dari lokasi peternakan.

5. Memasak daging ayam dengan benar pada suhu 80 derajat dalam 1 menit dan

membersihkan telur ayam serta dipanaskan pada suhu 64 derajat selama 5

menit.

6. Menjaga kebersihan lingkungan dan diri sendiri.

Page 22: makalah epidemiologi Bab II, III, IV, V

24

3. MALARIA

Plasmodium Protista Eukariotik yang ditularkan oleh nyamuk adalah

penyebab utama dari Penyakit Malaria. Di dalam tubuh manusia parasit ini

bersembunyi dan berkembang biak di dalam hati (liver) kemudian menginfeksi sel

darah merah sehingga menyebabkan gejala seperti demam dan sakit kepala, yang

mana pada kasus yang parah akan megarah ke koma(tidak sarkan diri) dan

kematian. Diperkirakan pada tahun 2009 dari 225 juta kasus malaria di seluruh

dunia 781.000 ribu diantaranya berakhir dengan kematian.Nyamuk dengan

Plasmodium ini tersebar luas di belahan dunia khususnya daerah tropis dan sub-

tropis seperti sebagian besar daerah Asia (khususnya Asia Tenggara), Amerika

(khususnya Amerika Selatan) dan Sub-Sahara Afrika.

Ada empat jenis plasmodium yaitu plasmodium vivax, plasmadium ovale,

malariae plasmodium dan plasmodium falciparum yang menyebabkan penyakit

malaria. Khusus untuk plasmodium falciparum sering menjurus kepada sakit

malaria berat yang sangat sering menyebabkan kematian (pada tahun 2010

diperkirakan 90% angka kematian akibat malaria terjadi di Sub-Sahara Afrika

dimana plasmodium falciparum bertanggung jawab atas sebagian besar kasus

malaria yang terjadi), sedangkan tiga jenis plasmodium lainnya adalah penyakit

ringan yang sangat jarang menjurus pada Penyakit Malaria akut. Selain itu

adapula plasmodium knowlesi yang umumnya menyebabkan malaria pada spesies

hewan kera tetapi dapat juga menginfeksi manusia walaupun sangat kecil

kemungkinannya.

Diperkirakan oleh para ahli selama lebih dari 50.000 tahun manusia telah

diinfeksi oleh Penyakit malaria. Menurut rekaman sejarah demam periodik

penyakit malaria telah ditemukan pada tahun 2700 SM di China dan kekaisaran

Romawi, dan  rekaman sejarah abad 19 mencatat bahwa pada perang pasifik

diperkirakan sekitar 500.000 tentara AS terinfeksi,  dimana 60.000 diantaranya

terbunuh karenanya.

Page 23: makalah epidemiologi Bab II, III, IV, V

25

Parasit malaria yang ditemukan pada jenis hewan mamalia orang utan dan

gorila sangat mirip dengan parasit malaria yang ditemukan pada manusia.

Diperkirakan berdasarkan bukti-bukti terkini bahwa penyakit malaria pada

manusia mungkin berasal dari gorila. Kata Malaria berasal dari bahasa Italia

“Mala Aria” yang berarti “bad air” atau dalam bahasa Indonesia “udara buruk”.

Penyakit ini pernah juga disebut penyakit demam rawa. Penyakit malaria pernah

mewabah di Eropa dan Amerika Utara walaupun saat ini penyakit ini semakin

jarang ditemukan di belahan dunia tersebut, dikarenakan oleh perubahan geografi

yang telah menyingkirkan rawa rawa tempat sebagian besar nyamuk penyebar

malaria tinggal dan berkembang biak.

5.TBC 

Penyakit TBC dapat menyerang siapa saja (tua, muda, laki-laki,

perempuan, miskin, atau kaya) dan dimana saja. Setiap tahunnya, Indonesia

bertambah dengan seperempat juta kasus baru TBC dan sekitar 140.000 kematian

terjadi setiap tahunnya disebabkan oleh TBC. Bahkan, Indonesia adalah negara

ketiga terbesar dengan masalah TBC di dunia.

Survei prevalensi TBC yang dilakukan di enam propinsi pada tahun 1983-

1993 menunjukkan bahwa prevalensi TBC di Indonesia berkisar antara 0,2 –

0,65%. Sedangkan menurut laporan Penanggulangan TBC Global yang

dikeluarkan oleh WHO pada tahun 2004, angka insidensi TBC pada tahun 2002

mencapai 555.000 kasus (256 kasus/100.000 penduduk), dan 46% diantaranya

diperkirakan merupakan kasus baru.

Penyebab Penyakit TBC

Penyakit TBC adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri

Mikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam

sehingga dikenal juga sebagai Batang Tahan Asam (BTA). Bakteri ini pertama

kali ditemukan oleh Robert Koch pada tanggal 24 Maret 1882, sehingga untuk

Page 24: makalah epidemiologi Bab II, III, IV, V

26

mengenang jasanya bakteri tersebut diberi nama baksil Koch. Bahkan, penyakit

TBC pada paru-paru kadang disebut sebagai Koch Pulmonum (KP).

Cara Penularan Penyakit TBC

Penyakit TBC biasanya menular melalui udara yang tercemar dengan

bakteri Mikobakterium tuberkulosa yang dilepaskan pada saat penderita TBC

batuk, dan pada anak-anak sumber infeksi umumnya berasal dari penderita TBC

dewasa. Bakteri ini bila sering masuk dan terkumpul di dalam paru-paru akan

berkembang biak menjadi banyak (terutama pada orang dengan daya tahan tubuh

yang rendah), dan dapat menyebar melalui pembuluh darah atau kelenjar getah

bening. Oleh sebab itulah infeksi TBC dapat menginfeksi hampir seluruh organ

tubuh seperti: paru-paru, otak, ginjal, saluran pencernaan, tulang, kelenjar getah

bening, dan lain-lain, meskipun demikian organ tubuh yang paling sering terkena

yaitu paru-paru.

Saat Mikobakterium tuberkulosa berhasil menginfeksi paru-paru, maka

dengan segera akan tumbuh koloni bakteri yang berbentuk globular (bulat).

Biasanya melalui serangkaian reaksi imunologis bakteri TBC ini akan berusaha

dihambat melalui pembentukan dinding di sekeliling bakteri itu oleh sel-sel paru.

Mekanisme pembentukan dinding itu membuat jaringan di sekitarnya menjadi

jaringan parut dan bakteri TBC akan menjadi dormant (istirahat). Bentuk-

bentuk dormant inilah yang sebenarnya terlihat sebagai tuberkel pada

pemeriksaan foto rontgen.

Pada sebagian orang dengan sistem imun yang baik, bentuk ini akan tetap

dormant sepanjang hidupnya. Sedangkan pada orang-orang dengan sistem

kekebalan tubuh yang kurang, bakteri ini akan mengalami perkembangbiakan

sehingga tuberkel bertambah banyak. Tuberkel yang banyak ini membentuk

sebuah ruang di dalam paru-paru. Ruang inilah yang nantinya menjadi sumber

produksi sputum (dahak). Seseorang yang telah memproduksi sputum dapat

diperkirakan sedang mengalami pertumbuhan tuberkel berlebih dan positif

terinfeksi TBC.

Page 25: makalah epidemiologi Bab II, III, IV, V

27

Meningkatnya penularan infeksi yang telah dilaporkan saat ini, banyak

dihubungkan dengan beberapa keadaan, antara lain memburuknya kondisi sosial

ekonomi, belum optimalnya fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat,

meningkatnya jumlah penduduk yang tidak mempunyai tempat tinggal dan

adanya epidemi dari infeksi HIV. Disamping itu daya tahan tubuh yang

lemah/menurun, virulensi dan jumlah kuman merupakan faktor yang memegang

peranan penting dalam terjadinya infeksi TBC.

Gejala Penyakit TBC

Gejala penyakit TBC dapat dibagi menjadi gejala umum dan gejala khusus

yang timbul sesuai dengan organ yang terlibat. Gambaran secara klinis tidak

terlalu khas terutama pada kasus baru, sehingga cukup sulit untuk menegakkan

diagnosa secara klinik.

Gejala sistemik/umum

1. Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan

malam hari disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam

seperti influenza dan bersifat hilang timbul.

2. Penurunan nafsu makan dan berat badan.

3. Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah).

4. Perasaan tidak enak (malaise), lemah.

Gejala khusus

1. Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan

sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan

kelenjar getah bening yang membesar, akan menimbulkan suara "mengi",

suara nafas melemah yang disertai sesak.

2. Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai

dengan keluhan sakit dada.

Page 26: makalah epidemiologi Bab II, III, IV, V

28

3. Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang

pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit di

atasnya, pada muara ini akan keluar cairan nanah.

4. Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan

disebut sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam

tinggi, adanya penurunan kesadaran dan kejang-kejang.

Pada pasien anak yang tidak menimbulkan gejala, TBC dapat terdeteksi

kalau diketahui adanya kontak dengan pasien TBC dewasa. Kira-kira 30-50%

anak yang kontak dengan penderita TBC paru dewasa memberikan hasil uji

tuberkulin positif. Pada anak usia 3 bulan � 5 tahun yang tinggal serumah

dengan penderita TBC paru dewasa dengan BTA positif, dilaporkan 30%

terinfeksi berdasarkan pemeriksaan serologi/darah.

6.Diare

Penyakit Diare dapat menjangkit pada siapa saja. Tidak hanya anak- anak,

namun juga pada orang dewasa. Penyebab terjangkitnya penyakit ini biasanya

dikarenakan kurangnya kebersihan akan lingkungan tempat tinggal yang kita huni.

Bila seseorang terkena diare akan mempunyai masalah pada bagian usus terutama

adanya sindrom iritasi di daerah usus besar hingga anus. Diare sendiri merupakan

penyakit dimana seseorang akan mengalami buang air besar berualang kali

dengan keadaan tinja berair ( osmotik / sekretori / eksudatif).

Penyebab

Pada umumya penebab diare adanya virus yang menyerang dan

menginfeksi pada bagian usus. Adapun penyebab yang lain sebagai berikut:

1. Keracunan makanan, sehingga bakteri menginfeksi usus.

2. Infeksi yang terjadi akibat adanya organisme lain yang masuk ke tubuh.

3. Memakan makanan yang dapat menganggu pencernaan.

4. Alergi makanan.

5. Alergi obat-obatan.

Page 27: makalah epidemiologi Bab II, III, IV, V

29

6. Penyakit yang terjadi pada bagian usus.

7. Penyalagunaan alkohol, laksatif dan lain sebagainya.

8. Dan ganguan lainya yang  menginfeksi bagian usus.

Penderita yang mengalami diare biasanya akan mengalami buang air

besar secara terus menerus. Kebanyakan terjadi masalah buang air besar setiap

harinya paling sedikit 3 kali dalam waktu satu kali dua puluh empat jam. Kejadian

ini akan berulang dan diikuti adanya rasa mulas, muntah, hingga dehidrasi. Dan

apapun gejala lain yang dapat timbul berupa rasa nyeri pada bagian punggung dan

bunyi perut.

2.10 Pencegahan dan Penanggggulangan dalam Epidemiologi

Ada 3 tingkat utama pencegahan penyakit, yaitu :

a. Pencegahan Tingkat Pertama (Primary Prevention)

Pencegahan ini bertujuan untuk meningkatkan kesehatan dan melakukan

tindakan pencegahan khusus. Pencegahan tingkat ini meliputi :

1) Promosi Kesehatan (Health Promotion)

Merupakan upaya kesehatan untuk menghindari kemunculan dari atau

adanya faktor resiko. Upaya promosi kesehatan meliputi :

a) penyuluhan kesehatan

b) perbaikan perumahan

c) penyediaan sanitasi yang baik

d) perbaikan gizi

e) konsultasi genetik

f) pengendalian faktor lingkungan (Maryani dan Muliani, 2010).

2) Pencegahan Khusus (Specific Protection)

Page 28: makalah epidemiologi Bab II, III, IV, V

30

Merupakan upaya untuk mengurangi atau menurunkan pengaruh

penyebab serendah mungkin. Upaya pencegahan khusus meliputi :

a) pemberian imunisasi dasar

b) pemberian nutrisi khusus

c) pemberian vitamin A, tablet zat besi

d) perlindungan kerja terhadap bahan berbahaya (hazard protection)

e) perlindungan terhadap sumber-sumber pencemaran (Maryani dan

Muliani, 2010).

b. Pencegahan Tingkat Kedua (Secondary Prevention)

Pencegahan ini bertujuan untuk mendeteksi penyakit sedini mungkin,

sehingga mendapatkan pengobatan yang tepat. Pencegahan tingkat ini

meliputi :

1) Diagnosis Awal dan Pengobatan Tepat (Early Diagnosis and Prompt

Treatment)

Merupakan upaya yang ditujukan untuk diagnosis dini penderita, atau

dianggap menderita suatu penyakit, sehingga dapat diberikan

pengobatan tepat dan segera. Upaya ini meliputi :

a) melakukan general check-up secara rutin

b) melakukan berbagai survey seperti Screning (penyaringan)

c) pencarian kasus (case finding)

d) pemeriksaan khusus (laboratorium dan test)

e) monitoring dan surveilans epidemiologi

f) pemberian obat yang rational dan efektif (Maryani dan

Muliani, 2010).

2) Pembatasan Kecacatan (Disability Limination)

Page 29: makalah epidemiologi Bab II, III, IV, V

31

Merupakan upaya untuk mencegah penyakit tidak bertambah parah,

tidak mati atau timbul cacat atau kronik. Upaya ini meliputi :

a) operasi plastik pada bagian atau organ yang cacat

b) pemasangan pin pada tungkai yang patah (Maryani dan Muliani,

2010).

3. Pencegahan Tingkat Ketiga (Tertiary Prevention)

Yang termasuk upaya pencegahan ketiga adalah rehabilitasi yang

merupakan upaya untuk memulihkan kedudukan, kemampuan atau fungsi

setelah penderita sembuh. Pada keadaan ini kerusakan patologis sudah

bersifat irreversible, tidak bisa diperbaiki lagi, karena itu upaya

rehabilitasi yang dapat dilakukan, seperti. :

a) rehabilitasi fisik, misalnya rehabilitasi cacat tubuh dengan pemberian

alat bantu atau protese

b) rehabilitasi sosial, misalnya mendirikan tempat pendidikan untuk tuna

netra, tuna rungu, anak cacat dan terbelakang.

c) rehabilitasi kerja (vocational services), misalnya rehabilitasi masuk ke

tempat kerja sebelumnya, mengaktifkan optimum orang yang cacat.

d) rehabilitasi mental, misalnya mengembalikan kepercayaan diri

seseorang yang terkena narkoba (Maryani dan Muliani, 2010).

Page 30: makalah epidemiologi Bab II, III, IV, V

EPIDEMIOLOGI

LingkunganHostAgen

Seimbang Tidak Seimbang

Penyakit

Menular Tidak Menular

Data

Insidens Prevalens

Masalah Kesehatan

Program Puskesmas

Promotif Preventif Kuratif Rehabilitatif

Frekuensi Penyebaran Determinan

32

BAB III

KONSEP MAPPING

Page 31: makalah epidemiologi Bab II, III, IV, V

33

BAB 4

PEMBAHASAN

Epidemiologi merupakan salah satu bagian dari Ilmu Kesehatan

Masyarakat yang menekankan perhatianya terhadap masalah kesehatan baik

penyakit maupun non penyakit yang terjadi dalam masyarakat. Secara etimologis,

epidomiologi berarti ilmu mengenai kejadian yang menimpa penduduk.

Epidemiologi berasal dari bahasa Yunani, di mana Epi = upon (pada/tentang),

demos = people (penduduk/masyarakat), logia = knowledge (ilmu pengetahuan).

(Maryani, 2010).

Epidemiologi dibutuhkan untuk menjelaskan etiologi (studi tentang

penyebab penyakit) satu penyakit atau sekelompok penyakit, kondisi, gangguan,

defek, ketidakmampuan, sindron atau kematian melalui analisis terhadap data

medis dan yang berasal dari setiap bidang atau disiplin ilmu yang tepat, termasuk

ilmu sosial / perilaku.

Segitiga epidemiologi yang sering dikenal dengan istilah trias

epidemiologi merupakan konsep dasar yang memberikan gambaran tentang

hubungan antara 3 faktor utama yang berperan dalam terjadinya penyakit dan

masalah masalah lainnya yaitu host (tuan rumah/penjamu), agent (faktor

penyebab), dan environment (lingkungan). Hubungan antara penjamu, agen dan

lingkungan ini merupakan suatu kesatuan yang dinamis yang berada dalam

keseimbangan (disequilibrium) pada seseorang yang sehat. Jika terjadi gangguan

terhadap keseimbangan hubungan segitiga inilah yang akan menimbulkan status

sakit (Maryani, 2010).

Page 32: makalah epidemiologi Bab II, III, IV, V

34

Masalah kesehatan pada dasarnya tersebar mengikuti pola distribusi

epidemiologis karena secara umum penyakit tersebar menurut faktor penjamu,

agen dan lingkungan. Oleh karena itu, penjelasan penyebaran penyakit dilakukan

dengan menyatakan karakteristik penderita, tempat kejadian dan waktu

kejadiaanya (Maryani, 2010). Untuk mengetahui masalah kesehatan dilakukan

pengukuran jika secara umum ada rate, rasio dan proporsi, sedangkan di bidang

kedokteran gigi terdapat indeks dan macam-macamnya.

BAB 5

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Epidemiologi adalah studi tentang distribusi dan faktor-faktor yang

menentukan keadaan yang berhubungan dengan kesehatan atau kejadian-kejadian

pada kelompok penduduk tertentu. Segitiga epidemiologi merupakan gambaran

tentang hubungan 3 faktor, yaitu host, agent, dan environment. Ketiganya harus

seimbang agar tidak terjadi gangguan keseimbangan yang menyebabkan status

sakit, selain itu epidemiologi juga memiliki study dan pengukuran secara umum

dan di bidang kedokteran gigi.

5.2 Saran

1. Sebagai calon dokter gigi, diharapkan mahasiswa mengerti dan

memahami mengenai epidemiologi kesehatan.

2. Setelah membaca makalah ini, diharapkan pembaca dapat

meningkatkan derajad kesehatan.

3. Setelah membaca makalah ini, diharapkan masyarakat dapat

mencegah dan menanggulangi masalah kesehatan.

Page 33: makalah epidemiologi Bab II, III, IV, V

35

DAFTAR PUSTAKA

Bambang, 2007, Epidemiologi Kedokteran dan Gigi. Buku panduan. UGM.

Yogyakarta.

Bhisma Mutu. 2010. Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi. Yogyakarta: Gadjah

Mada University Press.

Maryani, Lidya dan M. Rizki. 2010. Epidemiologi Kesehatan, Yogyakarta: Graha

Ilmu. Hal: 12; 25-30; 47-50; 89-95; 178-180; 250.

Noor, Nur Nasri. 2000. Dasar epidemiologi. Jakarta: Rinika Cipta.

Perdiguero E, Bernabeu J, Huertas R, Rodriguez-Ocana E. 2001. History of

health, a valuable tool in public health. J Epidemiolo Community

Health. Page: 55.