bab iv isolasi dan karakterisasi - ipb...
TRANSCRIPT
BAB IV
ISOLASI DAN KARAKTERISASI
GEN CHITINASE ASAL 5 KULTIVAR PISANG1
Abstrak
Chitinase adalah enzim katalitik yang dihasilkan oleh tanaman yang mempunyai
peranan sebagai protein pertahanan tanaman terhadap patogen. Dalam penelitian
ini, fragmen gen chitinase diisolasi dan dikarakterisasi dari 5 kultivar pisang
Indonesia, yaitu: Rejang, Klutuk Wulung, Kepok, Ambon Hijau dan Barangan.
Fragmen gen chitinase telah berhasil diisolasi dari DNA genom 5 kultivar pisang
tersebut dan disandi dengan MaChi. Selanjutnya fragmen tersebut dikarakterisasi
dan dianalisis, meliputi analisis BLASTp, pensejajaran dan filogenetik. Fragmen
gen MaChi teridentifikasi mengandung 3 exon (438 pb) dan 2 intron (158 pb), dan
dari 5 produk amplifikasi PCR diperoleh delapan sekuen gen chitinase yang
mempunyai keragaman basa nukleotida di dalamnya. Berdasarkan hasil analisis
sekuen, fragmen MaChi tersebut mengandung daerah terkonservasi yang menjadi
ciri dari glikosida hidrolase famili 19 dan mempunyai identity yang tinggi dengan
gen chitinase kelas I atau II.
Kata kunci: chitinase, isolasi, karakterisasi molekular, pisang
1Bab ini telah dikirim ke Journal of Mathematical and Fundamental Sciences untuk dipublikasi
dengan judul: Chitinase (MaChi) Gene from Indonesian Banana Plant: Isolation, Characterization,
and the Use as Molecular Marker for Disease Resistance
62
ISOLATION AND CHARACTERIZATION OF
CHITINASE GENE FROM 5 BANANA CULTIVARS1
Abstract
Chitinase is a catalytic enzyme produced by plants as defense protein against
pathogens. In this study, fragments of chitinase gene were isolated and
characterized from five Indonesian banana cultivars, e.i: Rejang, Klutuk Wulung,
Kepok, Ambon Hijau and Barangan. The fragments of chitinase gene have been
successfully isolated from genomic DNA and assigned by MaChi. The fragments
were characterized and analyzed, employed BLASTp, multiple alignment and
phylogenetic analysis. Fragments of MaChi gene contained three exons (438 bp)
and two introns (158 bp). From five PCR products represent five banana
cultivars, we obtained eight chitinase gene sequences with nucleotide sequence
variabilities. Based on the result of nucleotide sequence analysis, the MaChi
fragments contained a typical glycoside hydrolase conserved region of chitinase
family 19 and exhibited a high sequence identity to either class I or class II
chitinase.
Keywords: banana, chitinase, isolation, molecular characterization
1This chapter has been submitted to the Journal of Mathematical and Fundamental Sciences,
entitled: Chitinase (MaChi) Gene from Indonesian Banana Plant: Isolation, Characterization, and
the Use as Molecular Marker for Disease Resistance
63
Pendahuluan
Pisang adalah tanaman pangan terpenting keempat di dunia, terutama di
negara-negara yang sedang berkembang dan menjadi makanan pokok bagi 400
juta penduduk di dunia (CTB Trade for Development 2011). Namun demikian,
produksi pisang menghadapi kendala beberapa penyakit serius seperti layu bakteri
dan Fusarium (Molina 2010). Perbaikan kultivar untuk ketahanan terhadap
penyakit bisa dikembangkan baik menggunakan metode pemuliaan konvensional
maupun program rekayasa genetika. Sayangnya sampai saat ini informasi genetik
gen ketahanan tanaman pisang terhadap layu FOC ras 4 tropika masih terbatas (Li
et al. 2012). Namun demikian beberapa penelitian telah menghasilkan tanaman
pisang transgenik yang tahan terhadap layu FOC ras 1, walaupun pengujian masih
dalam taraf rumah kaca (Paul et al. 2011; Mohandas et al. 2013).
Interaksi antara tanaman dan patogen bisa terjadi dalam bentuk reaksi
kompatibel ataupun inkompatibel (Flor 1947). Perwujudan dari reaksi
inkompatibel dari adalah respon ketahanan terhadap penyakit (Agrios 2005).
Respon ketahanan dari tanaman pada umumnya dikendalikan oleh 2 kelas gen, yaitu
gen ketahanan (R-gene) dan gen respon pertahanan (DR-gene) (Yulong 2006).
Reaksi tidak kompatibel antara produk gen ketahanan dari tanaman dan
produk dari gen avirulen (Avr-gene) patogen akan memicu aktivasi respon
pertahanan dari tanaman inang, yang sering termasuk di dalamnya produksi
pathogenesis-related (PR) proteins. Sampai saat ini sebanyak 17 kelompok
protein PR telah ditemukan dan dikarakterisasi (Edreva 2005). Sejumlah
pengujian enzimatik secara in vitro menunjukkan bahwa protein PR-3
menghasilkan aktivitas chitinase. Chitinase adalah enzim yang mempunyai
peranan yang kritis dalam pertumbuhan dan perkembangan cendawan, berperanan
penting dalam pertahanan terhadap cendawan patogen, dan parasitisme serangga
oleh cendawan entomopatogen. Pentingnya chitinase dalam berbagai mekanisme
pertahanan telah banyak dikaji (Graham & Sticklen 1994; Zhang et al. 2013).
Chitinase (EC. 3.2.1.14) merupakan enzim dengan aktivitas glikosida
hidrolase dan mengkatalisis degradasi chitin. Enzim ini terdapat pada berbagai
organisme dan berperanan penting baik secara fisiologi maupun ekologi.
Chitinase menghidrolisis ikatan β-1,4 glycosidic dari chitin (Dahiya et al. 2006),
yang akan menghasilkan pelemahan dinding sel dan menyebabkan sel peka
terhadap tekanan osmosis. Enzim chitinases (PR-3) dan β-1,3-glucanases (PR-2)
dapat bekerja secara sinergis menghambat pertumbuhan cendawan baik secara in
vitro maupun dalam tanaman (Selitrennikoff 2001).
Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi dan mengkarakterisasi chitinase
dari fragmen DNA genom asal 5 kultivar pisang Indonesia meliputi analisis
BLASTp, pensejajaran dan filogenetik sekuen hasil amplifikasi.
Bahan dan Metode
Waktu dan Tempat
Penelitian dilaksanakan mulai bulan Agustus sampai Desember 2012 di
laboratorium Pemuliaan dan Biologi Molekuler Tanaman, Departemen Agronomi
dan Hortikultura, Fakultas Pertanian IPB.
64
Bahan Penelitian dan isolasi DNA
Kultivar pisang yang digunakan Rejang (AA), Klutuk Wulung (BB),
Ambon Hijau (AAA), Barangan (AAA) dan Kepok (ABB), sedangkan bahan
tanaman yang digunakan adalah daun muda tanaman hasil perbanyakan kultur
jaringan yang telah berumur 2 bulan setelah aklimatisasi. Isolasi DNA
berdasarkan metode CTAB (Doyle & Doyle 1987) yang dimodifikasi oleh Das et
al. (2009). Selanjutnya stok DNA hasil isolasi disimpan dalam lemari pendingin
bersuhu -20°C sampai siap untuk digunakan.
Perancangan Primer dan PCR Sebanyak 2 pasang primer, Chi2-1 dan Chi2-2, didisain berdasarkan
sekuen chitinase kelas II asal Musa spp. (FJ040802 dan FJ222751) yang ada di
pangkalan data GenBank NCBI, menggunakan perangkat lunak Primer3
(http://biotools. umassmed.edu/ bioapps/primer3_www.cgi). Runutan basa
nukleotida primer yang digunakan dalam penelitian ini ditampilkan pada Tabel 9.
Reaksi PCR dilaksanakan dengan volume 25 µl menggunakan KAPA2GTM
PCR Kit (Kapa Biosystems Inc., USA), yang komposisinya terdiri atas 5.0 µl 5 X
buffer PCR (di dalamnya terkandung 1.5 mM Mg2+
), 0.5 µl MgCl2 25 mM, 0.5 µl
dNTPs 10 mM, 1.0 µl masing-masing primer dengan konsentrasi 10 µM (primer
forward dan reverse), 30 ng DNA genom, 0.1 µl Taq DNA polymerase (5 U µl-1
)
dan15.4 µl ddH2O. Proses PCR menggunakan mesin GeneAmp® PCR System
2400 (Perkin Elmer). Denaturasi cetakan DNA pada awal reaksi pada suhu 95 °C
selama 3 menit, diikuti dengan 35 kali siklus 95 °C selama 10 detik, 57 °C selama
10 detik dan 72 °C selama 3 detik, dan diakhiri dengan satu siklus 72 °C selama
10 menit. Produk PCR dipisahkan berdasarkan ukuran dengan menggunakan
elektroforesis gel agarose 1 % pada mesin elektroforesis dengan tegangan 80 V
selama 25 menit. Selanjutnya dilakukan pewarnaan gel menggunakan ethidium
bromide dan visualisasi menggunakan transluminator UV. Produk PCR yang
menghasilkan pita tunggal dan jelas dikirim ke 1stBASE (Malaysia) untuk proses
perunutan basa nukleotida (sequencing).
Analisis sekuen produk PCR
Untuk mengetahui identitas fragmen DNA hasil amplifikasi PCR, dilakukan
analisis dengan cara membandingkan sekuen DNA dan prediksi asam amino
dengan aksesi yang terdeposit pada pangkalan data GenBank NCBI menggunakan
alogaritma BLASTn dan BLASTp (http://blast.ncbi.nlm.nih.gov/Blast.cgi).
Translasi sekuen DNA menjadi asam amino menggunakan perangkat lunak
Tabel 9 Sekuen primer PCR yang digunakan untuk mengamplifikasi gen
chitinase asal fragmen DNA genom pisang dan ukuran produk yang
diharapkan
Primer Sekuen Produk yang
diharapkan (pb)
Chi2-1 (F) 5’-CACGAAGAAGAGGGAGATCG-3’ 447
Chi2-1 (R) 5’-CCGTTGATGGAGTTGGTGAT-3’
Chi2-2 (F) 5’-CACGAAGAAGAGGGAGATCG-3’ 438
Chi2-2 (R) 5’-ATGTTGGTGGTGACACCGTA-3’
65
DNAMAN ver. 4.03 (Lynnon Biosoft, Quebec, Canada). Analisis pensejajaran
sekuen prediksi asam amino produk PCR dengan 12 sekuen protein chitinase asal
tanaman lain yang terdeposit dalam bank data NCBI, yaitu: Musa AB (ACJ06635),
Rhododendron irroratum (ADF47472), Triticum aestivum (AAX83262), Arachis
hypogaea (ADF87393), Theobroma cacao (EOX95466), Malus domestica
(AAM12890), Elaeis guineensis (AEL89178), Oryza sativa (CAA82850 dan
BAB21377), Gossypium hirsutum (AAD11255), Hevea brasiliensis (CAD24068), dan
Arabidopsis thaliana (NM_191010), menggunakan perangkat lunak GeneDoc ver.
2.7 (Nicholas et al. 1997). Pohon filogenetik didisain berdasarkan metode
Neighbor-Joining menggunakan perangkat lunak MEGA5 (Tamura et al. 2011).
Hasil dan Pembahasan
Amplifikasi PCR Menggunakan Primer Spesifik Chitinase. Produk amplifikasi pita tunggal yang berukuran sekitar ~600 pb diperoleh
dari DNA genom semua kultivar menggunakan pasangan primer Chi21-2
(Gambar 19). Produk dengan ukuran yang sama juga diperoleh dengan
menggunakan pasangan primer Chi2-1. Namun demikian produk hasil amplifikasi
menggunakan pasangan primer Chi2-1 sangat tipis dan tidak jelas (gambar tidak
ditampilkan). Oleh karena itu hanya 5 produk PCR (satu produk PCR mewakili
satu kultivar pisang) hasil amplifikasi PCR menggunakan pasangan primer Chi2-2
yang dikirim ke 1stBASE (Malaysia) untuk diproses runutan basa nukleotidanya.
Hasil dari proses perunutan basa nukleotida (sequencing) menghasilkan
semua produk PCR berukuran 596 pb. Ukuran fragmen DNA lebih besar dari
produk yang diharapkan yaitu sebesar 438 pb. Karena cetakan DNA yang
digunakan dalam rekasi PCR adalah DNA genom, maka lebih besarnya produk
PCR dari yang diharapkan mengindikasikan adanya intron dalam sekuen produk
PCR tersebut.
Seperti yang telah diduga sebelumnya, terdapat 2 intron yang tersisip
dalam sekuen hasil amplifikasi PCR dari semua kultivar pisang. Sebagai contoh
dari sekuen DNA dan residu prediksi asam amino dari produk PCR yang berasal
dari salah satu kultivar (Rejang) ditampilkan pada Gambar 20.
Gambar 19 Elektroferogram produk amplifikasi PCR yang berasal dari DNA
genom 5 kultivar pisang, menggunakan pasangan primer Chi2-2;
1=DNA ladder 100 pb, 2-6=Secara berurutan merupakan produk PCR
dari Rejang, Klutuk Wulung, Kepok, Ambon Hijau dan Barangan.
1000
500
66
Analisis Sekuen Fragmen DNA Genom yang Teramplifikasi
Analisis pensejajaran sekuen DNA hasil amplifikasi PCR dengan sekuen
chitinase kelas II asal Musa AB, yang tersedia pada pangkalan data GenBank
NCBI (aksesi no. FJ222751), mengidentifikasikan adanya 2 intron yang tersisip di
antara ekson pada posisi nukleotida 57 sampai 126 dan 281 sampai 368 dari
fragmen produk PCR (Gambar 20). Seperti sifat intron pada umumnya, sekuen
intron yang teridentifikasi mengandung basa nukleotida TA yang relatif tinggi,
yaitu 51.4 % dan 50 %, dan sekuen dimulai dengan GT dan diakhiri dengan AG.
Sekuen ekson yang teridentifikasi berukuran 438 pb. Ekson tersebut
menyandi 148 residu asam amino. Bagian pertama dari ekson yang teridentifikasi
dari fragmen genom yang teramplifikasi menyandikan 18 residu asam amino,
mengandung motif SHETT, dan bagian ketiga menyandikan 78 residu asam
amino yang mengandung motif NYNYG. Bagian kedua yang terletak di antara
bagian pertama dan ketiga, yang menyandi 52 residu asam amino, tidak
mengandung motif spesifik.
Motif terkonservasi NYNYG berhubungan dengan situs aktif katalitik
yang sangat penting dan terdapat pada sebagian besar basic chitinase (Collinge et
al. 1993). Motif NYNYG juga terdapat pada chitinase kelas VII yang berasal dari
tanaman kapas (Li & Liu 2003). Adanya motif SHETT dan NYNYG juga
dilaporkan pada protein gen chitinase yang diisolasi dari tanaman stroberi (Khan
2002).
Gambar 20 Contoh sekuen DNA dan prediksi asam amino dari hasil amplifikasi PCR
asal DNA genom pisang Rejang, menggunakan primer spesifik chitinase.
Intron ditandai dengan huruf kecil pada sekuen DNA. Residu asam amino
di dalam kotak adalah sebagian motif terkonservasi dari chitinase.
Huruf kapital di bawah sekuen DNA adalah sekuen prediksi asam amino.
Tanda panah di atas sekuen DNA adalah posisi primer forward (fwd) dan
reverse (rev).
Fwd primer
Rev primer
67
Berdasarkan adanya motif SHETT dalam produk amplifikasi PCR, dapat
disimpulkan bahwa produk amplifikasi tersebut diidentifikasi sebagai fragmen
gen chitinase yang berasal dari Musa spp. Berdasarkan hasil sekuensing dari 5
produk amplifikasi PCR diperoleh delapan sekuen dengan variasi nukleotida di
dalamnya.
Delapan fragmen chitinase yang diisolasi dari DNA genom pisang dalam
penelitian ini disandi dengan MaChi_Rjg yang berasal dari Rejang, MaChi_Klt#1 dan
#2 berasal dari Klutuk Wulung, MaChi_Kpk#1 dan #2 berasal dari Kepok,
MaChi_AH#1 dan #2 berasal dari Ambon Hijau, dan MaChi_Br berasal dari
Barangan. Semua sekuen tersebut (delapan sekuen) telah masuk dalam pangkalan
data GenBank NCBI dengan nomor aksesi JX984595, JX984596, JX984597,
JX984598, JX984599, JX628916, JX628917, dan JX628918.
Sequence Identity Chitinase Asal Pisang
Berdasarkan analisis BLASTp (Altschul et al. 1997) sekuen prediksi asam
amino dari fragmen DNA yang diperoleh dari penelitian ini, terungkap bahwa
fragmen DNA tersebut mempunyai kemiripan residu asam amino yang signifikan
dengan sejumlah prediksi asam amino dari cDNA chitinase yang berasal dari
tanaman. Hal ini terlihat dari persentase identity yang tinggi. Identity asam amino
dari semua aksesi berkisar 50 % sampai 90 % (Tabel 10). Query coverage dan
nilai E dari sekuen yang dianalisis, masing-masing berkisar 79 % sampai 100 %
dan 1e62 – 9e34 (Tabel 10). Berdasarkan hasil analisis BLASTp juga diketahui
bahwa sekuen residu prediksi asam amino dari fragmen DNA genom yang
teramplifikasi dari penelitian ini mempunyai identity 90 % dengan sekuen asam
amino chitinase kelas II yang berasal dari Musa AB (ACJ06635) yang terdeposit
dalam bank data NCBI (Tabel 10).
Tabel 10 Sequence identity residu prediksi asam amino dari fragmen chitinase
yang diisolasi dari pisang Rejang (MaChi_Rjg) dan 12 chitinase yang
berasal dari tanaman lain yang terdeposit dalam pangkalan data
GenBank NCBI. Penentuan nilai E, persentase query coverage dan
identitas sekuen mengunakan alogaritme BLASTp (Altschul et al. 1997)
Aksesi Diskripsi Query
coverage (%)
Nilai
E
Identity
(%)
ACJ06635 Musa AB Group class II chitinase 100 1e-92 90
ADF47472 Rhododendron irroratum class II chitinase 100 4e-80 81
AAX83262 Triticum aestivum class II chitinase 99 8e-77 75
CAD24068 Hevea brasiliensis subsp. brasiliensis class
I chitinase
100 4e-68 72
AMM12890 Malus domestica class II chitinase 93 2e-65 71
CAA82850 Oryza sativa class I chitinase 100 2e-59 71
AAD11255 Gossypium hirsutum class I chitinase 100 5e-68 69
EOX95466 Theobroma cacao class II chitinase 100 1e-66 68
ADF87393 Arachis hypogaea class II chitinase 100 1e-66 67
AEL89178 Elaeis guineensis class II chitinase 100 1e-62 64
NP_191010 Arabidopsis thaliana class IV chitinase 79 9e-34 50
BAB21377 Oryza sativa class IV chitinase 86 2e-39 52
68
Chitinase dikelompokkan dalam glikosida hidrolase famili 18 dan 19
(Henrissat & Bairoch 1993). Anggota dari kedua famili chitinase tersebut dibedakan
berdasarkan residu asam amino, struktur 3 dimensi (3D) (Hart et al. 1995; Hahn et al.
2000; Perrakis et al. 1994) dan mekanisme reaksi katalitik. Anggota dari chitinase
famili 18 secara luas terdistribusi pada berbagai organisme seperti bakteri, cendawan,
virus dan hewan.
Chitinase kelas III dan V yang telah teridentifikasi pada tumbuhan tingkat
tinggi termasuk dalam chitinase famili 18. Di lain pihak, chitinase famili 19 terdiri
dari chitinase kelas I, II dan IV dan sebagian besar terdapat pada tumbuhan. Namun
demikian, hasil penemuan yang terbaru mengungkapkan adanya chitinase kelas IV
pada Streptomyces (Watanabe et al. 1999) dan Actinobacteria (Kawase et al. 2004;
Tsujibo et al. 2003), hal ini mengindikasikan bahwa sebaran yang lebih luas dari
chitinase kelas IV yang termasuk dalam famili 19 tidak terbatas hanya pada
tumbuhan saja, tetapi juga spesies bakteri yang lain.
Sebagai anggota dari glikosida hidrolase famili 19, 4 daerah terkonservasi
terdapat pada residu prediksi asam amino. Selain itu 2 residu glutamate (E), sebagai
asam amino katalisis, terkonservasi dalam famili glikosida hidrolase tersebut. Residu
serine (S) atau threonine (T), sebagai asam amino hidroksil dan berperanan sebagai
pengikat molekul air, juga terkandung dalam famili glikosida hidrolase tersebut.
Chitinase kelas I mempunyai semua fitur yang merupakan ciri dari hidrolase
glikosida famili 19. Di lain pihak, chitinase kelas II mempunyai fitur yang mirip
dengan kelas I, kecuali tidak adanya chitin binding dan hinge region.
Analisis pensejajaran residu prediksi asam amino dari fragmen genom DNA
yang diisolasi pada penelitian ini dengan 12 protein chitinase asal tanaman lain
menunjukkan adanya domain terkonservasi dari glikosida hidrolase chitinase famili
19 (Gambar 21). Berdasarkan residu asam amino terkonservasi, fragmen DNA
genom yang teramplifikasi pada penelitian ini kemungkinan besar adalah chitinase
kelas I atau kelas II yang berasal dari tanaman pisang.
Hasil analisis filogenetik menggunakan metode Neighbor-Joining
ditampilkan pada Gambar 22. Hasil analisis sekali lagi memperlihatkan sekuen
MaChi yang teridentifikasi pada penelitian ini mempunyai kemiripan residu asam
amino yang tinggi dengan chitinase kelas I dan II. Sekuen MaChi yang teridentifikasi
juga mempunyai hubungan kekerabatan yang dekat dengan gen chitinase yang
diisolasi dari Musa AB (aksesi # ACJ06635). Di lain pihak sekuen MaChi
mempunyai hubungan yang jauh dengan chitinase kelas IV (Gambar 22).
Sebagai anggota dari glycoside hydrolase family 19 chitinase, 4 motif
terkonservasi ditemukan pada semua runutan prediksi asam amino MaChi dari
kultivar pisang, yaitu 2 residu glutamate (E), sebagai asam amino katalis, ditemukan
pada semua sekuen. Residu serine (S) atau threonine (T) sebagai asam amino
hidroksil dan berperan dalam mengikat molekul air. Adanya molekul air sangat
diperlukan dalam reaksi katalisis (Brameld & Goddard, 1998).
Analisis filogenetik digunakan untuk membandingkan delapan runutan asam
amino chitinase pisang yang dikode gen MaChi_Rj, MaChi_Klt#1 dan #2,
MaChi_Kpk#1 dan #2, MaChi_AH#1 dan #2, dan MaChi_Br dengan 12 protein
chitinase dari GenBank NCBI. Pohon filogenetik (Gambar 22) memperlihatkan
bahwa protein dari MaChi mempunyai kemiripan asam amino yang tinggi dengan
kelompok chitinase kelas I dan kelas II, dan khususnya dengan chitinase kelas II dari
Musa AB, tetapi tidak sama dengan chitinase kelas IV.
69
Gambar 21 Hasil analisis pensejajaran sekuen residu asam amino yang diprediksi
dari sekuen fragmen produk yang diamplifikasi dari DNA genom
kultivar pisang Indonesia (MaChi_Rjg, MaChi_Klt#1 dan #2,
MaChi_Kpk#1 dan #2, MaChi_AH#1 dan #2, dan MaChi_Br) dan
yang berasal dari chitinase yang tersedia pada GenBank NCBI.
Domain terkonservasi dari chitinase ditandai dengan C1, C2, C3 dan
C4. Residu aktif ditandai dengan segitiga hitam, dan residu hidroksil
ditandai dengan segitiga putih.
C2 C3
C1
C4
70
Gambar 22 Dendogram hasil analisis filogenetik sekuen residu prediksi asam
amino chitinase yang berasal dari tanaman pisang dan 11 tanaman lain
berdasarkan analisis pensejajaran menggunakan ClustalW2 dan dibuat
berdasarkan metode Neighbor-Joining. Angka pada sumbu
percabangan adalah nilai bootstrap (1000 ulangan). Skala yang ada di
bawah pohon mewakili panjang cabang yang setara dengan rataan
substitusi asam amino per situs.
Berdasarkan hasil pensejajaran sekuen prediksi asam amino (Gambar 21),
terlihat adanya perbedaan residu antar sekuen MaChi, seperti terlihat pada residu asam
amino nomor 22, 36, 37, 39, 43, dan seterusnya. Perbedaan residu tersebut disebabkan
oleh perbedaan basa nukleotida penyusun kodon. Hal ini mengindikasikan adanya
substitusi basa nukleotida (SNP) antar sekuen MaChi tersebut. Keberadaan SNP
tersebut berpotensi untuk dapat dikembangkan sebagai marka molekuler.
Simpulan
Dalam penelitian ini telah berhasil diisolasi fragmen produk amplifikasi
PCR dari DNA genom 5 kultivar pisang. Fragmen MaChi tersebut berukuran 596
pb dan terdiri atas 2 intron (158 pb) dan 3 exon yang berukuran 438 pb, dan
menyandi 148 residu asam amino.
Berdasarkan hasil proses perunutan basa nukleotida dan analisis prediksi
asam amino, dari 5 produk amplifikasi PCR yang mewakili 5 kultivar pisang,
diperoleh delapan sekuen MaChi yang mengandung daerah terkonservasi glikosida
hidrolase famili 19 dan teridentifikasi sebagai gen chitinase kelas I atau II.
Chi_II_ACJ06635
MaChi_AH#1
MaChi_Br
MaChi_AH#2
MaChi_Kpk#2
MaChi_Klt#2
MaChi_Klt#1
MaChi_Kpk#1
MaChi_Rjg
Chi_II_ADF47472
Chi_I_CAA82850
Chi_II_AAM12890
Chi_II_AAX83262
Chi_I_AAD11255
Chi_I_CAD24068
Chi_II_ADF87393
Chi_II_EL89178
Chi_II_EOX95466
Chi_IV_NP_191010
Chi_IV_BAB21377100
85
100
59
97
24
14
30
69
86
62
80
53
45
25
30
84
0.05
71
Daftar Pustaka
Agrios GN. 2005. Plant Pathology. Ed ke-5. Burlington: Elsevier Academic Pr.
hlm 125-174.
Altschul SF, Madden TL, Schaffer AA, Zhang J, Zhang Z, Miller W, Lipman DJ.
1997. Gapped BLAST and PSI-BLAST: a new generation of protein
database search programs. Nuc Acids Res 25:3389-3402.
Brameld KA, Goddard WA III. 1998. The role of enzyme distortion in the single
displacement mechanism of family 19 chitinases. Proc NatL Acad Sci
USA95:4276–4281,.
Collinge DB, Kragh KM, Mikkelsen JD, Nielsen KK, Rasmussen U, Vad K.
1993. Plant chitinases. Plant J 3:31-40.
CTB Trade for Development. 2011. La Banane, un Fruit en Sursis, Agence Belge
de Développement, Bruxelles.
Dahiya N, Tewari R, Tiwari RP, Hoondal GS. 2006. Biochemical aspects of
chitinolytic enzymes: A review. App Microbiol Biotech 71:773–782.
Das BK, Jena RC, Samal KC. 2009. Optimization of DNA isolation and PCR
protocol for RAPD analysis of banana/plantain (Musa spp.). Int J Agricul
Sci 1(2):21-25.
Doyle JJ, Doyle JL. 1987. A rapid DNA isolation procedure for small quantities
of fresh leaf tissue. Phytochem Bull 19:11-15.
Edreva A. 2005. Pathogenesis-related proteins: research progress in the last 15
years. Gen Appl Plant Physiol 31:105-124.
Flor HH. 1947. Current status of the gene-for-gene concept. Annu Rev
Phytopathol 9:275-296.
Graham LS, Sticklen MB. 1994. Plant Chitinases. Can J Bot 72:1057–1083.
Hahn M, Hennig M, Schlesier B, Hõhne W. 2000. Structure of jack bean
chitinase. Acta Crystal Sect D Biol Crystal 56:1096–1099.
Hart PJ, Pfluger HD, Monzingo AF, Hollis T, Robertus JD. 1995. The refined
crystal structure of an endochitinase from Hordeum vulgare L. seeds at
1.8 Å resolution. J Mol Biol 248:402–413.
Henrissat B, Bairoch A. 1993. New families in the classification of glycosyl
hydrolases based on amino acid sequence similarities. Biochem J 293:781–
788.
Kawase T, Saito A, Sato T, Kanai R, Fujii T, Nikaidou N, Miyashita K, Watanabe
T. 2004. Distribution and phylogenetic analysis of family 19 chitinases in
Actinobacteria. App Environ Microbiol 70:1135–1144.
Khan AA. 2002. Characteriazation of Chitinase Activities, and Cloning,
Analysis, And Expression Of Genes Encoding Pathogenesis Related
Proteins In Strawberry [disertasi]. Lousiana (US): Louisiana State
University.
Li J. Liu J-Y. 2003. A novel cotton gene encoding a new class of chitinase. Acta
Bot Sin 45:1489-1496.
Li CY, Deng GM, Yang J, Viljoen A, Jin Y, Kuang RB, Zuo CW, Lv ZC, Yang
QS, Sheng O et al. 2012. Transcriptome profiling of resistant and
susceptible Cavendish banana roots following inoculation with Fusarium
oxysporum f.sp. cubense tropical race 4. BMC Genomics 13:374
(http://www.biomedcentral.com/ 1471-2164/13/374).
72
Mohandas S, Sowmya HD, Saxena AK, Meenakshia S, Rania RT, Mahmood R.
2013. Transgenic banana cv. Rasthali (AAB, Silk gp) harboring Ace-
AMP1 gene imparts enhanced resistance to Fusarium oxysporum f.sp.
cubense race 1. Sci Hort 164:392–399.
Molina AB, Williams RC, Hermanto C, Suwanda, Komolog B, Kokoa, P. 2010.
Mitigating the threat of banana Fusarium wilt: understanding the
agroecological distribution of pathogenic forms and developing disease
management strategies. Australia: ACIAR 76 hlm.
Nicholas KB, Nicholas HB Jr, Deerfield DW II. 1997. GeneDoc: analysis and
visualization of genetic variation. EmbNet News 4:1–4.
Paul JY, Becker DK, Dickman MB, Harding RM, Khanna HK, Dale JL. 2011.
Apoptosis-related genes confer resistance to Fusarium wilt in transgenic
‘Lady Finger’ bananas. Plant Biotechnol J 9(9):1141-1148.
Perrakis A, Tews I, Dauter Z, Oppenheim AB, Chet I, Wilson KS, Vorgias CE.
1994. Crystal structure of a bacterial chitinase at 2.3 Å resolution.
Structure 2:1169–1180.
Selitrennikoff CP. 2001. Antifungal proteins. Appl Env Microbiol 67:2883-2894.
Tamura K, Peterson D, Peterson N, Stecher G, Nei M, Kumar S. 2011. MEGA5:
molecular evolutionary genetics analysis using maximum likelihood,
evolutionary distance, and maximum parsimony methods. Mol Biol Evol
28:2731-2739.
Tsujibo H, Kubota T, Yamamoto M, Miyamoto K, Inamori Y. 2003.
Characterization of chitinase genes from an alkaliphilic Actinomycete,
Nocardiopsis prasina OPC-131. App Env Microbiol 69:894–900.
Watanabe T, Kanai R, Kawase T, Tanabe T, Mitsutomi M, Sakuda M, Miyashita
K. 1999. Family 19 chitinases of Streptomyces species: characterization
and distribution. Microbiol 145:3353–3363.
Yulong GAO, Wangzhen GUO, Lei W, Tianzhen Z. 2006. Isolation and
characterization of resistance and defense gene analogs in cotton
(Gossypium barbadense L.). Sci China Ser C: Life Sci 49(6):530-542.
Zhang J, Kopparapu NK, Yan Q, Yang S, Jiang Z. 2013. Purification and
characterisation of a novel chitinase from persimmon (Diospyros kaki)
with antifungal activity. Food Chem 138:1225–1232.