bab iv hasil penelitian dan pembahasan responden 4.1.1 ...€¦ · dalam bab ini diterangkan...
TRANSCRIPT
30
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini diterangkan mengenai analisis dan
pembahasan hasil penelitian atas data yang telah
diperoleh dan diolah. Adapun analisis dan pembahasan
tersebut untuk menjawab persoalan penelitian.
4.1. Gambaran Umum Perusahaan dan Profil
Responden
4.1.1. Gambaran Umum Perusahaan
PD. BPR BKK Ungaran pada awalnya
adalah merupakan proyek dari Pemerintah
Provinsi Jawa Tengah dengan nama BKK
(Badan Kredit Kecamatan) yang didirikan
berdasarkan Surat Keputusan Gubernur
Kepala Daerah Tingkat I Jawa Tengah pada
tanggal 4 September 1969.
Sejalan dengan berkembangan
perekonomian di Jawa Tengah BKK pun juga
mengalami perkembangan yang cukup
signifikan dan sangat membantu
perkembangan perekonomian masyarakat
terutama para pengusaha kecil dan mikro.
Namun karena pada waktu itu BKK statusnya
masih merupakan proyek yang suatu saat
akan berakhir maka Pemerintah Daerah
Tingkat I Provinsi Jawa Tengah bersama
31
dengan DPRD Tingkat I Jawa Tengah
memantapkan status BKK menjadi Badan
Usaha Milik Daerah (BUMD) dengan membuat
Peraturan Daerah Nomor 11 tahun 1981. Perda
inipun juga telah mendapatkan pengesahan
dari Menteri Dalam Negeri dengan
diterbitkannya Surat Keputusan Mendagri
Nomor 581.053.3/884 pada tanggal 17
Desember 1981 dan diundangkan dalam
Lembaran Daerah Tingkat I Provinsi Jawa
Tengah Nomor 107 tanggal 24 Desember 1981
Seri D No. 103. Perda No. 11 tahun 1981
tersebut sampai saat ini telah mengalami
beberapa perubahan dan perubahan terakhir
menjadi Perda Nomor 3 tahun 2012.
Sejak dikeluarkannya kebijakan
pemerintah berupa deregulasi perbankan
tanggal 1 Juni 1983 sampai dengan paket
kebijakan pemerintah 25 Maret 1989 beserta
penyempurnaan – penyempurnaannya, PD.
BKK Ungaran ditingkatkan statusnya menjadi
Bank Perkreditan Rakyat dengan nama PD.
BPR BKK Ungaran. Dengan diberlakukannya
Undang – undang Nomor 10 tahun 1998 juncto
Undang – undang Nomor 7 tahun 1992 tentang
Perbankan maka peluang usaha PD. BPR BKK
Ungaran menjadi lebih luas karena wilayah
operasionalnya bisa sampai seluruh Provinsi
Jawa Tengah.
32
Dalam perkembangannya kemudian PD.
BPR BKK Ungaran melakukan merger dengan
8 PD. BPR BKK di wilayah Kabupaten
Semarang sehingga memiliki 8 Kantor Cabang
dan PD. BPR BKK Ungaran sebagai Kantor
Pusatnya dan terus berkembang sampai
dengan saat ini telah mempunyai 10 Kantor
Cabang.
Saat ini PD. BPR BKK Ungaran telah
mempunyai 3 Direksi dan 129 karyawan yang
terdiri dari Office Boys, Sopir, Satpam, Staf,
Kepala Seksi, Kepala Bidang, Audit, dan
Pimpinan Cabang, dengan struktur organisasi
seperti pada gambar 4.1berikut ini :
33
Gambar 4.1
Struktur Organisasi
PD. BPR BKK Ungaran
Setelah mengalami berkali – kali
pergantian kepemimpinan sampai dengan
pergantian terakhir pada awal tahun 2014
mulai dilakukan berbagai perubahan yang
cukup mendasar. Salah satu perubahan yang
dilakukan adalah sistem penilaian kinerja.
34
Perubahan sistem ini diharapkan dapat
menjadi motivasi bagi seluruh karyawan untuk
meningkatkan produktivitas mereka yang pada
akhirnya akan meningkatkan perkembangan
perusahaan secara signifikan.
Dengan berbagai perubahan yang
dilakukan tersebut diharapkan seluruh
komponen perusahaan dapat berkembang
dengan optimal sehingga PD. BPR BKK
Ungaran dapat bersaing dengan perusahaan –
perusahaan sejenis dan pada akhirnya bisa
menjadi lebih unggul dan menjadi yang
terbaik.
Dengan perusahaan yang semakin bagus
tersebut diharapkan juga akan meningkatkan
fungsinya membantu kelancaran program –
program pemerintah dalam peningkatan
perekonomian masyarakat kecil dalam
kapasitasnya sebagai penampung dana dan
pemberi modal untuk pengusaha kecil dan
mikro, sebagai perusahaan daerah juga bisa
meningkatkan deviden sebagai pendapatan asli
daerah dan juga meningkatkan kesejahteraan
seluruh karyawan.
4.1.2. Profile Responden
Data karakteristik responden diperoleh
dengan membagikan kuesioner kepada seluruh
karyawan operasional dan pemasaran PD. BPR
BKK Ungaran yang berjumlah 117 orang.
Namun dari 117 kuesioner yang dibagikan
35
hanya 100 yang diisi dengan baik dan lengkap
serta layak untuk digunakan.
Profile responden tersebut dapat
digambarkan dalam tabel sebagai berikut :
Tabel 4.1
Data Karakteristik Responden
Karakteristik
Responden
Variabel
Karakteristik
Responden
Frekue
nsi %
Jabatan
Pimpinan Cabang
SKAI
Kepala Bidang
Kepala Sub Bidang
Kepala Seksi
Staf
10
3
3
7
22
55
10 %
3 %
3 %
7 %
22 %
55 %
Bidang Kerja Operasional
Pemasaran
49
51
49 %
51 %
Masa Kerja
1 – 10 Tahun
11 – 20 Tahun
> 20 Tahun
41
34
25
41 %
34 %
25 %
Usia
20 – 30 Tahun
31 – 40 Tahun
> 40 Tahun
25
19
56
25 %
19 %
56 %
Jenis Kelamin Laki – laki
Perempuan
58
42
58 %
42 %
Pendidikan
Dibawah SLTA
SLTA/Sederajat
D-III
S-1
S-2
1
29
14
54
2
1 %
29 %
14 %
54 %
2 % Sumber : Data primer yang diolah, 2015
36
4.2. Analisis Deskriptif Statistik
Analisis ini untuk mengetahui deskripsi data
seperti mean, nilai minimum, nilai maksimum, dan
standar deviasi. Berikut ini disajikan statistik
deskriptif tentang variable-variabel penelitian yaitu
sebagai berikut:
Tabel 4.2
Hasil Analisis Deskriptif Statistik
Descriptive Statistics
N
Minimum Maximum Mean Std.
Deviation
Sistem penilaian kinerja (X1) 100 1.00 5.00 3.6680 .43226
Pelatihan (X2) 100 1.00 5.00 3.7250 .47886
Motivasi kerja (Y1) 100 1.00 5.00 4.0544 .49928
Kinerja karyawan (Y2) 100 1.00 5.00 3.8667 .39953
Valid N (listwise) 100 Sumber : Data diolah, 2015
Dari tabel di atas dapat diketahui deskripsi
statistik tentang rata - rata dari variabel-variabel yang
digunakan dalam penelitian ini. Rata - rata adalah rata
– rata dari item pertanyaan 1 sampai item terakhir
untuk masing-masing variabel. Untuk variabel Sistem
penilaian kinerja jumlah data 100, nilai minimum 2,27,
nilai maksimum 4,67, rata-rata 3,6680, dan standar
deviasi 0,43226. Untuk variabel Pelatihan jumlah data
100, nilai minimum 2,00, nilai maksimum 5,00, rata-
rata 3,7250, dan standar deviasi 0,47886. Untuk
variabel Motivasi kerja jumlah data 100, nilai minimum
37
3,00, nilai maksimum 5,00, rata-rata 4,0544, dan
standar deviasi 0,49928. Dan untuk variabel Kinerja
karyawan jumlah data 100, nilai minimum 3,00, nilai
maksimum 4,78, rata-rata 3,8667, dan standar deviasi
0,39653.
4.3 Pengujian Hipotesis
4.3.1 Uji Validitas dan Reliabilitas
4.3.1.1 Uji Validitas
Validitas adalah tingkat keandalan dan
kesahihan alat ukur yang digunakan.
Instrumen dikatakan valid berarti
menunjukkan alat ukur yang dipergunakan
untuk mendapatkan data itu valid atau dapat
digunakan untuk mengukur apa yang
seharusnya di ukur. Dengan demikian,
instrumen yang valid merupakan instrumen
yang benar-benar tepat untuk mengukur apa
yang hendak di ukur.
Pengujian validitas menggunakan program
SPSS dengan metode Pearson Correlation, yaitu
mengkorelasikan tiap item dengan skor total
item kuisioner. Dasar pengambilan keputusan
uji validitas sebagai berikut: (Alhusin, 2003).
- Jika rhitung > rtabel, maka item pertanyaan
dinyatakan valid.
- Jika rhitung < rtabel atau r hitung negatif, maka
item pertanyaan dinyatakan tidak valid.
38
Nilai r table dapat dilihat pada lampiran table
statistik r dengan df = n-2 atau 100-2=98 dan
dengan signifikansi 0,05 maka didapat nilai r
tabel = 0,197.
Dengan demikian maka dapat disimpulkan
bahwa item-item kuisioner tersebut valid. Lebih
detail hasil perhitungan dapat dilihat dalam
lampiran 3. (lampiran uji validitas)
4.3.1.2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas berguna untuk menetapkan
apakah instrumen yang dalam hal ini
kuesioner dapat digunakan lebih dari satu kali,
paling tidak oleh responden yang sama akan
menghasilkan data yang konsisten. Dengan
kata lain, reliabilitas instrumen mencirikan
tingkat konsistensi. Pengujian reliabilitas yang
digunakan adalah dengan menggunakan
metode Cronbach Alpha. Metode Cronbach
Alpha digunakan untuk mencari reliabilitas
instrumen yang skornya merupakan rentangan
dari beberapa nilai atau berbentuk skala.
Dasar pengambilan keputusan untuk
pengujian reliabilitas adalah sebagai berikut:
(Ghazali, 2005)
- Jika nilai Cronbach Alpha > 0,60, maka
kuesioner yang diuji dinyatakan reliabel.
- Jika nilai Cronbach Alpha < 0,60, maka
kuesioner yang diuji dinyatakan tidak
reliabel.
39
Setelah dihitung dengan bantuan program
SPSS maka dapat diketahui nilai reliabilitas
(Cronbach’s alpha) adalah sebagai berikut:
Tabel 4.3
Hasil Uji Reliabilitas
Variabel Alpha Batas r Keputusan
Sistem penilaian kinerja (X1)
Pelatihan (X2)
Motivasi kerja (Y1)
Kinerja karyawan (Y2)
0,853
0,902
0,874
0,832
0,600
0,600
0,600
0,600
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Sumber: Data diolah, 2015
Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa nilai
Cronbach alpha untuk ke enam variabel di atas
0,600. Karena nilai tersebut lebih besar dari 0,600
maka alat ukur kuisioner reliabel atau telah
memenuhi syarat reliabilitas (lihat lampiran 4)
4.3.2. Uji Asumsi Klasik
Pengujian asumsi klasik ini bertujuan untuk
menguji kelayakan atas model regresi berganda
yang digunakan dalam penelitian ini. Pengujian ini
juga dimaksudkan untuk memastikan bahwa di
dalam model regresi yang digunakan tidak terdapat
multikolinieritas dan heteroskedastisitas serta
untuk memastikan bahwa data yang dihasilkan
berdistribusi normal (Ghozali, 2011).
4.3.3. Uji Normalitas
Uji normalitas pada model regresi digunakan
untuk menguji apakah nilai residual terdistribusi
40
secara normal atau tidak. Model regresi yang baik
adalah yang memiliki nilai residual yang
terdistribusi secara normal.
Cara untuk mendeteksinya adalah dengan
melihat penyebaran data pada sumber diagonal
pada grafik Normal P-P Plot of regression
standardized sebagai dasar pengambilan
keputusannya. Jika menyebar sekitar garis dan
mengikuti garis diagonal maka model regresi
tersebut telah normal dan layak dipakai untuk
memprediksi variabel bebas dan sebaliknya.
Gambar 4.2
Uji Normalitas (Grafik Normal P-P Plot) pada Regresi 1
Sumber : Data diolah, 2015
41
Gambar 4.3
Uji Normalitas (Grafik Normal P-P Plot)
pada Regresi 2
Sumber : Data diolah, 2015
Dari dua gambar grafik di atas dapat
diketahui bahwa titik-titik menyebar sekitar
garis dan mengikuti garis diagonal, maka
model regresi pada model regresi 1 dan 2 telah
normal dan layak dipakai untuk memprediksi
variabel bebas.
Cara lain uji normalitas adalah dengan uji
statistik One Sample Kolmogorov Smirnov.
Kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut:
(Santoso, 2001)
- Jika nilai Signifikansi (Asym Sig 2 tailed) >
0,05, maka data berdistribusi normal.
42
- Jika nilai Signifikansi (Asym Sig 2 tailed <
0,05, maka data tidak berdistribusi normal.
Hasil uji normalitas sebagai berikut:
Tabel 4.4
Hasil Uji Normalitas Metode Kolmogorov Smirnov Pada
Regresi 1
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 100
Normal Parametersa Mean .0000000
Std. Deviation 3.58277461
Most Extreme
Differences
Absolute .092
Positive .092
Negative -.043
Kolmogorov-Smirnov Z .918
Asymp. Sig. (2-tailed) .369
a. Test distribution is Normal.
Sumber Data diolah, 2015
43
Tabel 4.5
Hasil Uji Normalitas Metode Kolmogorov Smirnov
Pada Regresi 2
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 100
Normal Parametersa Mean
.0000000
Std. Deviation 2.69726181
Most Extreme
Differences
Absolute .062
Positive .057
Negative -.062
Kolmogorov-Smirnov Z .621
Asymp. Sig. (2-tailed) .835
a. Test distribution is Normal.
Sumber Data diolah, 2015
Dari table di atas dapat diketahui bahwa nilai
signifikansi (Asym.sig 2 tailed) untuk regresi 1
sebesar 0,369 dan untuk regresi 2 sebesar 0,835.
Karena signifikansi lebih dari 0,05, jadi residual
untuk regresi 1 dan 2 terdistribusi normal.
4.3.4. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji
apakah pada model regresi ditemukan adanya
korelasi yang tinggi antar variabel independen. Jika
terjadi korelasi yang tinggi, maka dinamakan
terdapat masalah multikolonieritas. Model regresi
yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi yang
tinggi diantara variabel independen.
44
Pengujian ada tidaknya gejala multikolinearitas
dilakukan dengan melihat nilai VIF (Variance
Inflation Factor) dan Tolerance. Apabila nilai VIF
berada dibawah 10,00 dan nilai Tolerance lebih dari
0,100, maka diambil kesimpulan bahwa model
regresi tersebut tidak terdapat masalah
multikolinearitas.
Hasil uji multikolinearitas disajikan sebagai
berikut:
Tabel 4.6
Hasil uji Multikolinearitas Pada Regresi 1
Coefficientsa
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant)
Sistem penilaian kinerja (X1) .570 1.754
Pelatihan (X2) .570 1.754
a. Dependent Variable: Motivasi kerja (Y1)
Sumber : Data diolah, 2015
Untuk regresi 2 tidak ada uji Multikolineritas
karena regresi sederhana. Dari tabel di atas dapat
diketahui bahwa nilai VIF kurang dari 10,00 dan
Tolerance lebih dari 0,100 untuk kedua variabel
independen, maka dapat disimpulkan bahwa model
regresi tidak terjadi masalah multikolinearitas.
45
4.3.5. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk
menguji apakah dalam sebuah model regresi terjadi
ketidaksamaan varians dari residual dari satu
pengamatan satu ke pengamatan lain. Jika varians
dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan
yang lain tetap, maka disebut homokedastisitas.
Dan jika varians berbeda maka disebut
heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah
yang Homoskesdatisitas atau tidak terjadi
heteroskedastisitas.
Untuk mendeteksi ada tidaknya
heteroskedastisitas dengan melihat pola titik-titik
pada scatterplots regresi. Jika titik-titik menyebar
dengan pola yang tidak jelas diatas dan dibawah
angka 0 pada sumbu Y maka tidak terjadi masalah
heteroskedastisitas.
Hasil uji heteroskedastisitas dapat dilihat pada
output Regression pada gambar Scatterplot:
46
Gambar 4.4
Hasil Uji Heteroskedastisitas Pada Regresi 1
Sumber : Data diolah, 2015
Gambar 4.5
Hasil uji Heteroskedastisitas Pada Regresi 2
Sumber : Data diolah, 2015
47
Dapat diketahui bahwa titik-titik menyebar
dengan pola yang tidak jelas diatas dan dibawah
angka 0 pada sumbu Y. Jadi dapat disimpulkan
bahwa tidak terjadi masalah heterokedastisitas
pada model regresi 1 dan 2.
4.4 Uji Hipotesis
4.4.1. Uji Hipotesis 1 dan Hipotesis 2
Uji Hipotesis 1 untuk mengukur apakah
penilaian kinerja berpengaruh signifikan terhadap
motivasi kerja karyawan sedangkan Uji Hipotesis 2
untuk mengukur apakah pelatihan berpengaruh
signifikan terhadap motivasi kerja karyawan.
Pengujian hipotesis ini dilakukan dengan
regresi linier berganda Sistem Penilaian Kinerja
(X1), Pelatihan (X2) sebagai variabel independen
dengan Motivasi Kerja (Y1) sebagai variabel
dependen. Tabel - tabel berikut menampilkan hasil
uji beberapa hipotesis tersebut di atas.
48
Tabel 4.7
Analisis Regresi Linear Berganda
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 12.881 3.286 3.920 .000
Sistem penilaian kinerja (X1)
.151 .074 .217 2.028 .045
Pelatihan (X2) .343 .084 .438 4.087 .000
a. Dependent Variable: Motivasi kerja (Y1)
Sumber : Data diolah, 2015
Tabel 4.8
Hasil Uji F (Koefisien Regresi Secara Bersama-sama)
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 728.199 2 364.099 27.792 .000a
Residual 1270.791 97 13.101
Total 1998.990 99
a. Predictors: (Constant), Pelatihan (X2), Sistem penilaian kinerja (X1)
b. Dependent Variable: Motivasi kerja (Y1)
Sumber: Data diolah, 2015
49
Tabel 4.9
Hasil Analisis Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .604a .364 .351 3.620
a. Predictors: (Constant), Pelatihan (X2), Sistem penilaian kinerja (X1)
b. Dependent Variable: Motivasi kerja (Y1)
Sumber: Data diolah, 2015
Hasil yang diperoleh sebagaimana pada tabel
4.7 Analisis Regresi Linear Berganda (Regresi 1)
menunjukkan bahwa hipotesis 1 dapat diterima dan
terbukti signifikan (Pvalue 0,045) yang berarti
signifikan dengan tingkat kepercayaan 95%. Uji
Hipotesis 1 ini juga menunjukkan bahwa pengaruh
variabel sistem penilaian kinerja terhadap motivasi
kerja ditunjukkan dengan nilai koefisien beta
sebesar 0,217 artinya ada pengaruh tetapi lemah.
Pada Hipotesis 2 melihat pengaruh pelatihan
kerja terhadap motivasi kerja juga terbukti
signifikan (Pvalue 0) yang artinya tingkat
kepercayaannya hampir 100%. Dilihat dari sudut
keeratan hubungannya nilai beta sebesar 0,438
artinya sedang.
Dari model summary menunjukkan pengaruh
secara bersama – sama dengan nilai R Square
50
sebesar 0,364 artinya memegang peranan sebesar
36,4% sehingga dapat disimpulkan bahwa sistem
penilaian kinerja dan pelatihan secara bersama-
sama berpengaruh terhadap motivasi kerja
karyawan.
4.4.2 Uji Hipotesis 3
Uji Hipotesis 3 untuk mengukur apakah
motivasi kerja berpengaruh signifikan terhadap
kinerja karyawan.
Tabel 4.10
Analisis Regresi Linear
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig.
B Std.
Error
1 (Constant) 15.491 2.229 6.949 .000
Motivasi
kerja (Y1) .529 .061 .661 8.727 .000
a. Dependent Variable: Kinerja karyawan (Y2)
Sumber : Data diolah, 2015
Pada analisis regresi linear menunjukkan
bahwa hipotesis 3 dapat diterima dan terbukti
signifikan (Pvalue 0) yang berarti signifikan dengan
tingkat kepercayaan hampir 100%. Selanjutnya nilai
koefisien beta sebesar 0,661 yang artinya
pengaruhnya kuat.
51
Tabel 4.11
Hasil Analisis Koefisien Determinasi
ANOVAb
Model Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
1 Regression 559.753 1 559.753 76.162 .000a
Residual 720.247 98 7.349
Total 1280.000 99
a. Predictors: (Constant), Motivasi kerja (Y1)
b. Dependent Variable: Kinerja karyawan (Y2)
Sumber : Data diolah, 2015
Dari uji Anova didapatkan F hitung sebesar 76,162 > F tabel sebesar 3,938 dengan tingkat signifikansi 0,000 < 0,050 yang berarti kontribusi
variabel kinerja karyawan signifikan dalam memprediksi nilai variabel motivasi kerja.
Tabel 4.12
Hasil Analisis Koefisien Determinasi
umber: Data diolah, 2015
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .661a .437 .432 2.711
a. Predictors: (Constant), Motivasi kerja (Y1)
b. Dependent Variable: Kinerja karyawan (Y2)
52
Dari tabel 4.12 tersebut terlihat besarnya
koefisien determinasi R2 = 0,437, hal ini
menunjukkan bahwa 43,7% kinerja karyawan
dipengaruhi oleh motivasi kerja, sisanya 56,3%
dipengaruhi oleh variabel lain misalnya upah yang
tinggi, kenyamanan lingkungan kerja, keamanan
kerja, jaminan hari tua yang baik dan lain
sebagainya.
4.5. Pembahasan
Pada bagian pembahasan ini akan diuraikan
hasil analisis yang telah dijelaskan. Pembahasan ini
dimaksudkan untuk lebih menjelaskan hasil analisis
untuk menjawab persoalan penelitian yang telah
diajukan. Pembahasan ini menguraikan mengenai hasil
uji proposisi dalam penelitian.
4.5.1.Sistem Penilaian Kinerja Berpengaruh
Signifikan Terhadap Motivasi Kerja Karyawan.
Dalam menjawab persoalan penelitian yang
pertama yaitu apakah penilaian kinerja
berpengaruh signifikan terhadap motivasi kerja
karyawan PD. BPR BKK Ungaran dalam Analisis
Regresi Linear Berganda (Regresi 1) diketahui
signifikansi sebesar 0,045 jadi masih berada di
signifikansi sebesar 5% dan nilai t hitung positif,
sehingga dapat disimpulkan pengaruhnya adalah
positif yaitu semakin meningkat sistem penilaian
kinerja maka akan meningkatkan motivasi kerja
karyawan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
53
penilaian kinerja berpengaruh signifikan terhadap
motivasi kerja karyawan.
Seperti yang diungkapkan Naulina dan
Yohana Intan (2009) bahwa sistem penilaian kinerja
memiliki korelasi positif terhadap motivasi kerja
karyawan. Hal ini memang cukup logis karena
kalau ada sistem yang jelas tentang penilaian kerja
maka karyawan akan merasa prestasi yang
dilakukan tidak akan sia – sia karena prestasi yang
telah dilakukan tersebut dapat dijamin akan
memperoleh penilaian yang adil antar sesama
karyawan sehingga akan akan membuat karyawan
termotivasi untuk berprestasi kerja.
4.5.2.Pelatihan Berpengaruh Signifikan Terhadap
Motivasi Kerja Karyawan
Adapun untuk menjawab persoalan penelitian
yang kedua yaitu apakah pelatihan berpengaruh
signifikan terhadap motivasi kerja karyawan PD.
BPR BKK Ungaran, nilai t hitung positif sehingga
dapat disimpulkan pengaruhnya adalah positif yaitu
semakin meningkat pelatihan maka akan
meningkatkan motivasi kerja karyawan. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa pelatihan berpengaruh
signifikan terhadap motivasi kerja karyawan.
Menurut penelitian yang di lakukan oleh
Faisal (2007) menyatakan bahwa adanya hubungan
yang proporsional antara pelatihan dengan kinerja
karyawan. Dalam proses bekerja, pelatihan
merupakan suatu hal yang penting. Sedangkan
54
Arep Ishak (2003:108) mengungkapkan bahwa
salah satu manfaat pelatihan bagi karyawan adalah
meningkatkan motivasi kerja. Hal tersebut dapat
dipahami karena apabila karyawan telah diikutkan
dalam pendidikan atau pelatihan, sesudahnya
mereka akan merasa punya kemampuan yang lebih
dibandingkan dengan karyawan lain yang belum
diikutkan pelatihan atau pendidikan sehingga
mereka akan termotivasi untuk mencapai jenjang
karir yang lebih tinggi dengan memanfaatkan
kemampuannya tersebut untuk bekerja lebih baik
dibanding karyawan yang lain. Apalagi kalau
pelatihan tersebut digunakan oleh perusahaan
sebagai salah satu reward atas prestasi yang bisa
dilakukan sehingga semakin berprestasi seorang
karyawan maka kesempatan untuk mendapatkan
pelatihan dengan level yang lebih tinggi semakin
besar dan dengan kompetensi yang semakin tinggi
maka kesempatan untuk meningkatkan karir
semakin terbuka lebar.
4.5.3.Motivasi Kerja Berpengaruh Signifikan
Terhadap Kinerja Karyawan.
Lebih lanjut untuk menjawab persoalan
penelitian yang ketiga yaitu apakah apakah
motivasi kerja berpengaruh terhadap kinerja
karyawan PD. BPR BKK Ungaran. Diketahui nilai t
hitung juga positif artinya pengaruhnya adalah
positif yaitu semakin meningkat motivasi kerja
maka akan meningkatkan kinerja karyawan. Dari
55
uji Anova tingkat signifikansi adalah 0 yang berarti
kontribusi variabel kinerja karyawan signifikan
dalam memprediksi nilai variabel motivasi kerja.
Dilihat dari besarnya koefisien determinasi
menunjukkan bahwa 43,7% kinerja karyawan
dipengaruhi oleh motivasi kerja, sisanya 56,3%
dipengaruhi oleh variabel lain sehingga dapat
disimpulkan bahwa motivasi kerja berpengaruh
signifikan terhadap kinerja karyawan.
Daniel Arfan Aruan (2013) dalam
penelitiannya pada PT. Sucofindo (Persero)
Surabaya menunjukkan bahwa pelatihan yang
dilaksanakan perusahaan dinilai cukup baik dalam
mempengaruhi kinerja karyawan, begitu pula
dengan kondisi situasi kerja yang nyaman yang
memotivasi karyawan bekerja dengan sungguh-
sungguh, terbukti bahwa variabel motivasi adalah
variabel yang paling dominan dalam mempengaruhi
variabel kinerja. Mangkunegara (2005:67) juga
menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi
kinerja adalah faktor kemampuan dan faktor
motivasi. Sementara Menurut Lubis (2008) melalui
pelatihan dan motivasi akan berpengaruh pada
peningkatan kinerja karyawan.
Motivasi adalah suatu keinginan dan
dorongan seseorang untuk melakukan tindakan
dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Ketika
seseorang diberikan motivasi dengan diperlakukan
secara adil dan proporsional kemudian juga
56
diberikan kesempatan untuk mengembangkan
kompetensi dengan segala fasilitasnya maka yang
timbul kemudian adalah semangat dari karyawan
tersebut untuk selalu berusaha melakukan yang
terbaik untuk perusahaan sebagai imbal balik atas
apa yang telah dan akan diberikan perusahaan
untuk dirinya. Pengaruh positif dari hal tersebut di
atas sudah barang tentu akan meningkatkan
kinerja karyawan.