bab iv hasil penelitian dan pembahasan a. deskripsi data

36
38 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Kondisi Awal Dialog awal merupakan suatu pertemuan antara peneliti dan guru matematika kelas XB SMK Muhammadiyah 4 Surakarta bersama-sama melakukan pengenalan, penyatuan ide, dan mendiskusikan masalah. Dialog awal dilaksanakan pada hari Rabu, 13 Nopember 2013. Pada awal observasi kemandirian belajar siswa masih rendah. Siswa memiliki sifat individual yang tinggi, sehingga rasa tanggungjawab yang dimiliki masih rendah. Perhatian siswa terhadap materi yang disampaikan oleh guru juga belum maksimal dan siswa cenderung pasif. Terlihat ketika mendapat soal siswa tidak langsung mengerjakan, beberapa siswa tidak mengerjakan, masih menunggu jawaban teman yang mengerjakan, dan tidak percaya diri untuk menyelesaikan di depan kelas. Observasi pembelajaran awal dilakukan di kelas XB yang terdiri dari 33 siswa pada hari Senin, 6 Januari 2014. Tujuan dari observasi awal ini memperjelas sekaligus menentukan fokus penelitian atau indikator yang akan dicapai dari peningkatan kemandirian belajar yaitu memiliki rasa tanggungjawab, tidak tergantung pada orang lain, memiliki rasa ingin tahu yang besar, dan percaya diri. Berdasarkan hasil dialog awal dan observasi dengan guru kelas yang terkait diperoleh beberapa keterangan atau gambaran bahwa dari 33 siswa

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

12 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data

38

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data Kondisi Awal

Dialog awal merupakan suatu pertemuan antara peneliti dan guru

matematika kelas XB SMK Muhammadiyah 4 Surakarta bersama-sama

melakukan pengenalan, penyatuan ide, dan mendiskusikan masalah. Dialog

awal dilaksanakan pada hari Rabu, 13 Nopember 2013. Pada awal observasi

kemandirian belajar siswa masih rendah. Siswa memiliki sifat individual yang

tinggi, sehingga rasa tanggungjawab yang dimiliki masih rendah. Perhatian

siswa terhadap materi yang disampaikan oleh guru juga belum maksimal dan

siswa cenderung pasif. Terlihat ketika mendapat soal siswa tidak langsung

mengerjakan, beberapa siswa tidak mengerjakan, masih menunggu jawaban

teman yang mengerjakan, dan tidak percaya diri untuk menyelesaikan di

depan kelas.

Observasi pembelajaran awal dilakukan di kelas XB yang terdiri dari

33 siswa pada hari Senin, 6 Januari 2014. Tujuan dari observasi awal ini

memperjelas sekaligus menentukan fokus penelitian atau indikator yang akan

dicapai dari peningkatan kemandirian belajar yaitu memiliki rasa

tanggungjawab, tidak tergantung pada orang lain, memiliki rasa ingin tahu

yang besar, dan percaya diri.

Berdasarkan hasil dialog awal dan observasi dengan guru kelas yang

terkait diperoleh beberapa keterangan atau gambaran bahwa dari 33 siswa

Page 2: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data

39

kelas XB diperoleh data siswa yang memiliki rasa tanggung jawab sebanyak

7 siswa (21,21%), tidak tergantung pada orang lain sebanyak 10 siswa

(30,30%), memiliki rasa ingin tahu yang besar sebanyak 8 siswa (24,24%),

dan percaya diri sebanyak 5 siswa (15,15%).

Dialog awal dan observasi juga menghasilkan kesepakatan bahwa

untuk mengatasi permasalahan-permasalahan dalam upaya meningkatkan

kemandirian belajar siswa, alternatif pembelajaran yang dilaksanakan adalah

melalui strategi cooperative group investigation.

B. Deskripsi Data Tiap Siklus

1. Data Siklus I

a. Perencanaan Tindakan

Kegiatan pembelajaran dilaksanakan berdasarkan RPP

(Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) yang telah disiapkan oleh

peneliti dengan materi yang diajarkan adalah menentukan model

matematika dari soal cerita (kalimat verbal) program linear dengan

alokasi waktu 2 pertemuan dimana setiap pertemuan 2 x 45 menit.

Pada awal pembelajaran guru menjelaskan proses

pembelajaran yang akan dilakukan dengan menggunakan strategi

cooperative GI yaitu siswa diharapkan dapat menyelesaikan soal yang

diberikan dengan cara menganalisis persoalan yang diberikan

kemudian ketua kelompok dapat membagi-bagi anggotanya dengan

tugas-tugas yang berbeda.

Page 3: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data

40

Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok, karena siswa kelas

XB berjumlah 33 siswa, maka kelas dibagi 8 kelompok dan tiap

kelompok terdiri dari 4 atau 5 siswa. Siswa dikelompokkan secara

heterogen oleh guru, kemudian setiap kelompok menetukan ketua

kelompokknya. Setelah terbentuk kelompok kemudian guru

menyampaikan materi secara garis besar kemudian guru memberikan

LKS kepada masing-masing kelompok untuk menganalisis dan

menyelesaikan. Siswa berkerjasama untuk menyelesaikan persoalan

model matematika tersebut. Kemudian menunjuk kelompok secara

acak untuk mempresentasikan hasil pekerjaannya secara menarik di

depan kelas.

b. Pelaksanaan Tindakan Kelas dan Observasi

Pelaksanaan tindakan kelas siklus I dilaksanakan pada hari

Senin tanggal 13 Januari 2014 dan Sabtu tanggal 18 Januari 2014.

Pada siklus ini pemberi tindakan adalah guru matematika dan dibantu

oleh peneliti, sedangkan penerima tindakan adalah siswa kelas XB

sebanyak 31 siswa. Materi ajar pada tindakan kelas siklus I adalah

menentukan model matematika dari soal cerita (kalimat verbal).

Peneliti mengamati jalannya pelaksanaan tindakan pada siklus

I dengan berpedoman pada lembar observasi dan catatan lapangan

yang telah tersedia. Kegiatan tersebut dilanjutkan dengan proses

refleksi, evaluasi, dan revisi. Hasil observasi dan catatan lapangan

terdapat dua tindakan.

Page 4: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data

41

1) Tindak Mengajar

Pada awal pembelajaran diawali dengan conditioning

pertama-tama guru membuka pelajaran dengan memberi salam,

melakukan presensi, mengecek kerapian dan kelengkapan artibut

siswa, sebelum pelejaran dimulai guru juga mengecek kesiapan

siswa seperti kelengkapan alat tulis, buku yang akan digunakan dan

tugas rumah, kemudian guru memberikan motivasi kepada siswa.

Pembelajaran dimulai dengan membahas tugas rumah

materi sebelumnya, setelah pembahasan selesai guru

menyampaikan judul materi siklus I dan tujuannya, sebelum

menyampaikan materi guru membagi siswa menjadi beberapa

kelompok dan setiap kelompok ada ketua kelompoknya. Guru

menjelaskan pembelajaran dengan strategi cooperative group

investigation, kemudian guru menjelaskan materi siklus I tentang

menentukan model matematika dari soal cerita (kalimat verbal).

Model matematika adalah suatu rumusan matematika, baik

berupa persamaan, pertidaksamaan atau fungsi yang diperoleh dari

hasil penafsiran atau terjemahan masalah dari program linear ke

dalam bahasa matematika. Menurut Pesta (2008: 39) model

matematika adalah suatu cara sederhana untuk menerjemahkan

suatu masalah ke dalam bahasa matematika dengan menggunakan

persamaan, pertidaksamaan, atau fungsi.

Page 5: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data

42

Diberikan permasalahan untuk dianalisis bersama, sebuah

Firma memproduksi sendiri rak buku dalam dua model, yaitu A

dan B. Produksi rak buku dibatasi oleh persediaan material (papan

kualitas tinggi) dan waktu yang terbatas mesin pemroses. Tiap unit

A memerlukan 3 m2

papan dan tiap unit B memerlukan 4 m2 papan.

Firma memperoleh 1.700 m2 papan tiap minggu dari pemasok

sendiri. Tiap unit A membutuhkan 12 menit dari mesin pemroses

dan tiap unit B membutuhkan 30 menit. Setiap minggu

memungkinkan total waktu mesin 160 jam. Jika keuntungan

(profit) tiap unit A sebesar Rp 20.000,00 dan tiap unit B sebesar Rp

40.000,00, berapa banyak unit dari tiap model akan perusahaan

rencanakan untuk produksi tiap minggu. Tentukan model

matematikanya?

Setelah guru menjelaskan materi secara singkat dan

contohnya, guru memberi LKS (lembar kerja siswa) agar siswa

menganalisis dan menyelesaikannya. Siswa bersama kelompoknya

diminta untuk membagi tugas agar persoalan dapat selesai dan

anggota kelompok dapat memahami, mempelajari kembali, dan

bersiap untuk mempresentasikan. Setiap kelompok diberi

kesempatan untuk mempresentasikan hasilnya dengan menarik,

untuk kelompok yang belum berkesempatan untuk maju mereka

mendapat kesempatan untuk menyanggah, menambahi, atau

memberi pertanyaan kepada kelompok yang berpresentasi.

Page 6: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data

43

Guru sebagai penengah dan dapat membantu jika siswa

mengalami kesulitan, setelah presentasi selesai guru bersama siswa

membuat kesimpulan dari materi yang dipelajari, kemudian siswa

diberi latihan mandiri untuk mengetahui pemahaman siswa pada

materi yang dipelajari. Siswa diberi waktu 20 menit untuk

menyelesaikan latihan mandiri tersebut, kemudian pekerjaan siswa

dikumpulkan, guru memberi PR (pekerjaan rumah) dan menutup

pembelajaran dengan memberi salam.

2) Tindak Belajar

Secara umum kegiatan pembelajaran pada siklus I masih

kurang teratur. Hal ini dapat dilihat dari kondisi siswa pada saat

mengerjakan LKS masih kebingungan untuk menganalisis

permasalahan dan pembagian tugas ke anggota-anggotanya.

Beberapa kelompok yang menyelesaiakan persoalan hanya satu

anggota saja yang lain hanya melihat, dan ada ketua kelompok

yang tidak bekerja hanya memerintah anggotanya. Siswa

mengerjakan latihan mandiri mereka masih tergantung satu sama

lain untuk menyelesaiakannya, tetapi beberapa kelompok lain

sangat bagus kerjasamanya dari menganalisis soal untuk

menyelesaikan persoalan.

c. Refleksi dan Evaluasi

Refleksi terhadap hasil pelaksanaan tindakan kelas siklus I

dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 18 Januari 2014. Pada saat

Page 7: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data

44

refleksi, peneliti dan guru mitra mengecek hasil observasi yang telah

ditulis pada lembar observasi dan catatan lapangan, kemudian hasil

refleksi menghasilkan data sebagai berikut.

1) Upaya yang berhasil

Peningkatan kemandirian belajar siswa dari kondisi awal

meliputi rasa tanggung jawab, tidak tergantung pada orang lain,

memiliki rasa ingin tahu yang besar, dan percaya diri.

2) Upaya yang belum berhasil

Siswa masih belum berani dan kurang percaya diri untuk

mengajukan pertanyaan atau mengemukakan pendapatnya yang

berbeda. Sebagian kelompok tidak percaya diri untuk

mempersentasikan hasil analisisnya. Beberapa anggota kelompok

masih tergantung dengan anggota yang lain untuk menganalisis

persoalan yang diberikan.

3) Akar penyebab belum berhasil

Siswa takut salah dan malu untuk mengajukan pertanyaan

atau mengemukakan pendapatnya yang berbeda. Terbatasnya

waktu yang diberikan kepada siswa saat menganalisis soal

kelompok sehingga ada kelompok yang belum selesai dan

membuat mereka tidak percaya diri untuk mempresentasikan hasil

analisisnya. Ketergantungan anggota dengan anggota yang lain

dikarenakan mereka belum paham dengan materi yang dipelajari

dan tidak percaya diri untuk bertanya kepada guru.

Page 8: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data

45

4) Tindakan berikutnya

Mengatur kelompok yang sudah terbentuk untuk saling

berkerjasama untuk menyelesaikan persoalan dimana soal yang

diberikan agar diselesaikan bersama tidak dikerjakan sendiri, atau

hanya menunggu teman yang sedang mengarjakan tetapi membantu

teman anggotanya yang sedang menganalisis persoalan, agar

selesai tepat pada waktu yang diberikan. Memotivasi rasa percaya

diri siswa agar berani untuk mempresentasikan hasil analisisnya

dan keberanian siswa untuk mencoba menyelesaikan persoalan

yang diberikan, tidak hanya tergantung pada teman yang sedang

mengerjakan.

Berdasarkan hasil refleksi yang telah diuraikan dapat

dikatakan bahwa kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan pada

tindakan kelas siklus I belum sepenuhnya meningkatkan kemandirian

belajar siswa. Kemandirian belajar siswa masih kurang, terbuktinya

masih adanya siswa yang kurang percaya diri untuk mengungkapkan

pendapatnya, bertanya pada guru dan masih tergantungnya siswa pada

siswa lain dalam menyelesaikan persoalan yang diberikan.

Kesimpulan yang dapat diambil dari keseluruhan tindakan

kelas siklus I yang telah dilaksanakan masih perlu adanya perbaikan

pada siklus selanjutnya agar hasil yang dicapai maksimal. Rencana

tindakan kelas siklus I perlu direvisi dan hasilnya akan digunakan

Page 9: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data

46

sebagai acuan dalam pelaksanaan tindakan kelas siklus II. Revisi yang

telah disepakati oleh peneliti dan guru mitra adalah.

1) Guru perlu menumbuhkan rasa percaya diri siswa sehingga ketika

siswa bertanya, menjawab, memberi tanggapan, atau

mempresentasikan hasil analisisnya tidak ragu-ragu dan takut.

2) Guru mempertegaskan kembali tugas-tugas setiap kelompok agar

terjalin kerjasama yang baik dan dapat menyelesaikan persoalan

yang diberikan, tepat pada waktunya.

3) Guru perlu menumbuhkan keberanian siswa untuk mencoba

menganalisis dan mencoba menyelesaikan persoalan yang

diberikan agar tidak tergantung pada teman yang sedang

mengerjakan.

2. Data Siklus II

a. Perencanaan Tindakan

Berdasarkan hasil kesepakatan peneliti dengan guru mitra,

rencana yang disusun untuk tindakan kelas siklus II adalah sebagai

berikut.

1) Guru membuat suasana kelas menjadi lebih menyenengkan agar

siswa lebih termotivasi dan bersemangat untuk belajar.

2) Guru akan menumbuhkan rasa percaya diri siswa sehingga ketika

siswa bertanya, menjawab, memberi tanggapan, atau

mempresentasikan hasil analisisnya tidak ragu-ragu dan takut.

Page 10: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data

47

3) Guru akan mempertegaskan kembali tugas-tugas setiap kelompok

agar terjalin kerjasama yang baik dan dapat menyelesaikan

persoalan yang diberikan, tepat pada waktunya.

4) Guru akan menumbuhkan keberanian siswa untuk mencoba

menganalisis dan mencoba menyelesaikan persoalan yang

diberikan agar tidak tergantung pada teman yang sedang

mengerjakan.

b. Pelaksanaan dan Observasi

Tindakan kelas siklus II dilaksankan hari Senin tanggal 20

Januari 2014 dan Sabtu tanggal 25 Januari 2014. Pada siklus ini

pemberi tindakan adalah guru matematika dan dibantu peneliti,

sedangkan penerima tindakan adalah siswa kelas XB sebanyak 33

siswa. Perencanaan tindakan kelas siklus II disusun berdasarkan

perencanaan siklus I yang telah direvisi. Materi ajar yang disampaikan

adalah menentukan nilai optimum dari sistem pertidaksamaan linear.

Selama guru melakukan proses penelitian, peneliti melakukan

observasi dengan menggunakan lembar observasi yang telah

disepakati bersama. Kegiatan tersebut dilanjutkan dengan proses

refleksi, evaluasi, dan revisi. Dengan lembar observasi dan catatan

lapangan yang tersedia, peneliti mencatat hasil-hasil proses

pembelajaran yang akan digunakan sebagai bahan refleksi. Hasil

observasi tindakan dan catatan lapangan terdapat dua tindakan.

Page 11: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data

48

1) Tindak Mengajar

Awal pembelajaran pertama-tama guru membuka pelajaran

dengan memberi salam, melakukan presensi, mengecek kerapian,

kebersihan kelas dan kelengkapan artibut siswa, sebelum pelejaran

dimulai guru juga mengecek kesiapan siswa seperti kelengkapan

alat tulis, buku yang akan digunakan dan tugas rumah. Guru

memberikan motivasi kepada siswa.

Sebelum memulai pelajaran siswa sudah menyiapkan diri

untuk menerima materi sesuai dengan kelompok yang sudah

dibentuk. Guru dan siswa membahas PR yang diberikan pada

pertemuan sebelumnya, guru memberikan kesempatan kepada

siswa yang ingin mengerjakan ke depan dan materi yang belum

paham untuk ditanyakan.

Upaya memotivasi siswa agar percaya diri untuk bertanya

atau mengungkapkan pendapat yang berbeda, guru menjelaskan

manfaat dari berani untuk bertanya dan percaya diri dalam

mengungkapkan pendapat dan tujuan pembelajaran dari materi

yang akan dipelajari. Guru mengajak siswa mengingat kembali

materi siklus I.

Guru menyampaikan secara umum materi siklus II yaitu

menentukan nilai optimum dari sistem pertidaksamaan linear. Cara

menentukan nilai optimum suatu fungsi objektif (sasaran) dari

suatu program linear dapat dilakukan langkah-langkah sebagai

Page 12: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data

49

berikut: a) rumuskan daerah peyelesaian tersebut dalam model

matematika, b) tentukan daerah penyelesaian (fleksibbel) dari

sistem pertidaksamaan, c) tentukan fungsi sasaran (objektif) yang

diminta, fungsi tujuan dinyatakan dengan 𝑓 π‘₯,𝑦 = π‘Žπ‘₯ + 𝑏𝑦, d)

tentukan nilai optimum fungsi sasarannya dengan menggunakan

titik pojok, dan e) berilah tafsiran jawaban dari permasalahan yang

ada.

Diberikan permasalahan untuk dianalisis bersama, kebun

yang tersedia seluas 600 m2

akan ditanami 2 jenis tanaman yaitu

tanaman tingkat rendah dan tanaman tingkat tinggi, dan mampu

menampung 58 tanaman. Tiap tanaman tingkat rendah

membutuhkan tempat 6 m2 dan tanaman tingkat tinggi 24 m

2.

Biaya menanan tiap tanaman tingkat rendah Rp.1.000,00 dan

tanaman tingkat tinggi Rp. 1.500,00. Jika tanaman ditanam semua,

tentukan biaya maksimum dari banyaknya tanaman yang di tanam

tersebut!

Guru menanyakan pemahaman siswa tentang materi yang

diajarkan sebelum mengerjakan LKS, sebelum siswa mengerjakan

LKS guru menjelaskan kembali tentang tugas-tugas kelompok saat

menganalisis dan menyelesaikan LKS. Ketua kelompok lebih

bertanggung jawab kepada anggota-anggota kelompoknya agar

dapat bekerjasama dengan baik.

Page 13: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data

50

Siswa yang sedang menganalisis soal, saat itu guru juga

mengingatkan waktu yang terbatas dapat dimanfaatkan dengan

sebaik-baiknya. Guru juga memantau dan mengamati cara kerja

siswa saat menganalisis soal, setelah waktu selesai dan dilanjutkan

mempresentasikan hasil analisis, saat guru menanyakan kelompok

mana yang akan berpresentasi, ternyata hamper semua kelompok

mengajukan diri mereka siap untuk berprsentasi.

Selesai berpresentasi guru menanyakan materi yang belum

dipahami kemudian guru bersama siswa membuat kesimpulan dari

materi yang dipelajari. Selanjutnya guru memberikan latihan

mandiri kepada setiap siswa untuk mengetahui kemandirian belajar

siswa, selama latihan mandiri siwa sudah tidak tergantung pada

teman yang mengerjakan kemudian pekerjaan siswa dikumpulkan.

Akhir kegiatan pembelajaran guru memberi PR (pekerjaan

rumah) dan menutup pembelajaran dengan memberi salam.

2) Tindak Belajar

Berdasarkan pelaksanaan tindakan kelas siklus II, secara

umum situasi pmbelajaran sudah mengalami peningkatan, siswa

sangat bersemangat dan terbiasa belajar menggunakan strategi

pembelajaran yang digunakan. Peningkatan kemandirian belajar

siswa dapat dilihat dari kerjasama yang bertambah baik, percaya

diri siswa untuk bertanya, menjawab, mengungkapkan pendapat,

dan mempresentasikan hasil analisis.

Page 14: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data

51

Kemandirian belajar siswa juga dapat ditinjau dari usaha

siswa disaat mengerjakan latihan mandiri dengan tidak tergantung

pada temannya. Mereka mulai berani mencoba menyelesaiakan

soal yang diberikan.

c. Refleksi dan Evaluasi

Refleksi terhadap hasil tindakan kelas siklus II pada hari Sabtu

tanggal 25 Januari 2014. Kegiatan refleksi mendiskusikan hasil

observasi tindakan kelas siklus II. Berdasarkan hasil kesepakatan

antara guru dan peneliti bahwa pada siklus II kemandirian belajar

siswa dalam menyelesaikan soal matematika mengalami peningkatan

dari siklus sebelumnya.

Tindakan sudah berjalan sesuai dengan rencana dan harapan

yang diinginkan. Langkah-langkah yang diambil guru beserta peneliti

berhasil meningkatkan kemandirian belajar siswa dalam mengikuti

pembelajaran, serta indikator-indikatornya juga mengalami

peningkatan.

Berdasarkan hasil refleksi siklus II maka peneliti dapat

menyimpulkan bahwa kegiatan pembelajaran mengalami peningkatan,

terutama yang berhubungan dengan kemandirian belajar siswa sesuai

dengan indikator yang dalam penelitian. Peningkatan kemandirian

belajar siswa meliputi rasa tanggung jawab, tidak tergantung pada

orang lain, rasa ingin tahu yang besar, dan percaya diri.

Page 15: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data

52

3. Data Penelitian

Indikator-indikator yang digunakan untuk meningkatkan

kemandirian belajar siswa meliputi rasa tanggung jawab, tidak tergantung

pada orang lain, rasa ingin tahu yang besar, dan percaya diri. Berdasarkan

pada indikator-indikator tersebut, maka melalui observasi yang dilakukan

ditemukan data-data sebagai berikut.

a. Sebelum tindakan kelas

Kemandirian belajar siswa kelas XB sebelum diberi tindakan

kelas diperoleh dari dialog awal dengan guru mitra dan obsevasi di

dalam kelas. Berdasarkan observasi awal yang dilakukan diperoleh

data dari 33 siswa terdapat 7 siswa (21,21%) memiliki rasa tanggung

jawab, 10 siswa (30,30%) tidak tergantung pada orang lain, 8 siswa

(24,24%) memiliki rasa ingin tahu yang besar, dan 5 siswa (15,15%)

percaya diri.

b. Siklus I

Berdasarkan hasil observasi dan catatan lapangan terjadi

peningkatan kemandirian belajar pada siswa tetapi belum sesuai yang

diharapkan dengan data dari 14 siswa (42,42%) memiliki rasa

tanggung jawab, 13 siswa (39,39%) tidak tergantung pada orang lain,

11 siswa (33,33%) memiliki rasa ingin tahu yang besar, dan 7 siswa

(21,21%) percaya diri.

Page 16: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data

53

c. Siklus II

Hasil dari siklus II memperlihatkan adanya peningkatan

kemandirian belajar siswa sesuai yang diharapkan dengan indikator-

indikator yang diamati. Data yang diperoleh menunjukkan siswa yang

memiliki rasa tanggung jawab menjadi 17 siswa (51,51%), siswa

sudah tidak tergantung pada orang lain menjadi 21 siswa (63,63%),

siswa memiliki rasa ingin tahu yang besar menjadi 19 siswa (57,57%),

dan siswa yang memiliki rasa percaya diri menjadi 25 siswa (75,75%).

Berikut ini adalah data lengkap hasil penelitian tindakan kelas yang

dilakukan dapat dituliskan pada tabel 4.1 sebagai berikut.

Tabel 4.1

Kemandirian belajar dalam menyelesaikan soal matematika Siswa Kelas XB

SMK Muhammadiyah 4 Surakarta

Sebelum dan Sudah Penelitian

Aspek Sebelum

Penelitian

Sesudah Penelitian

Siklus I Siklus II

a. Memiliki rasa

tanggungjawab

(7 siswa)

21,21%

(14 siswa)

42,42%

(17 siswa)

51,51%

b. Tidak tergantung pada

orang lain

(10 siswa)

30,30%

(13 siswa)

39,39%

(21 siswa)

63,63%

c. Memiliki rasa ingin tahu

yang besar

(8 siswa)

24,24%

(11 siswa)

33,33%

(19 siswa)

57,57%

d. Rasa percaya diri (5 siswa)

15,15%

(7 siswa)

21,21%

(25 siswa)

75,75%

Page 17: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data

54

Tabel 4.1 menunjukkan data hasil observasi kelas sebelum dan

sesudah penelitian. Data tersebut dapat disimpulkan bahwa:

a. Mulai siklus I sampai siklus II kemandirian belajar siswa dalam

pembelajaran matematika mengalami peningkatan.

b. Pada akhir penelitian kemandirian belajar siswa yang memiliki rasa

tanggungjawab menjadi 17 siswa (51,51%).

c. Pada akhir penelitian kemandirian belajar siswa yang tidak tergantung

pada orang lain menjadi 21 siswa (63,63%).

d. Pada akhir penelitian kemandirian belajar siswa yang memiliki rasa

ingin tahu yang besar menjadi 19 siswa (57,57%).

e. Pada akhir penelitian kemandirian belajar siswa yang memiliki rasa

percaya diri menjadi 25 siswa (75,75%).

Data penelitian di atas berkaitan dengan kemnadirian belajar siswa

dalam penyelesaian soal matematika, data di atas dapat dilihat secara

grafik. Gambar di bawah ini menunjukkan grafik peningkatan

kemandirian belajar siswa dalam penyelesaian soal matematika. Profil

kelas sebelum dan sesudah penelitian dalam pengamatan aktivitas siswa

pada gambar 4.1 berikut.

Page 18: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data

55

Gambar 4.1 Grafik Peningkatan Kemandirian Belajar dalam Penyelesaian

Soal Matematika

Grafik pada gambar 4.1 menunjukkan bahwa perubahan tindak

mengajar yang berkaitan dengan kemandirian belajar dalam penyelesaian

soal matematika setelah dilakukan tindakan selama dua siklus.

Kemandirian belajar siswa dalam menyelesaikan soal matematika

meliputi memiliki rasa tanggungjawab, tidak tergantung pada orang lain,

memiliki rasa ingin tahu yang besar dan percaya diri. Peningkatan jumlah

siswa yang memiliki rasa tanggung jawab 7 siswa menjadi 17 siswa,

siswa sudah tidak tergantung pada orang lain 10 siswa menjadi 21 siswa,

siswa memiliki rasa ingin tahu yang besar 8 siswa menjadi 19 siswa, dan

siswa yang memiliki rasa percaya diri 5 siswa menjadi 25 siswa.

Berdasarkan hasil peningkatan tersebut menunjukkan bahwa melalui

strategi cooperative group investigation dapat meningkatkan kemandirian

belajar siswa dalam menyelesaikan soal matematika.

0

5

10

15

20

25

30

Sebelum

Penelitian

Siklus I Siklus II

Ju

mla

h S

iaw

a

Tindakan

Memiliki rasa

tanggungjawab

Tidak tergantung

pada orang lain

Memiliki rasa ingin

tahu yang besar

Rasa percaya diri

Page 19: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data

56

C. Pembahasan Tiap dan Antar Siklus

Penerapan strategi cooperative group investigation telah

meningkatkan kemandirian belajar dalam penyelesaian soal matematika siswa

kelas XB SMK Muhammadiyah 4 Surakarta. Hal ini dapat terlihat dari

meningkatnya indikator kemandirian belajar siswa yaitu memiliki rasa

tanggungjawab, tidak tergantung pada orang lain, memiliki rasa ingin tahu

yang besar dan percaya diri. Sutama (2007: 8) pedoman bagi implementasi,

kegiatan pembelajaran, desain model pembelajaran memiliki seperangkat

komponen pembentuk kegiatan pembelajaran yaitu tujuan, materi, kegiatan

implementasi dan evaluasi. Dengan demikian guru sudah memiliki gambaran

untuk strategi yang akan digunakan.

Uraian pelaksanaan tindakan kelas selama dua siklus dilakukan

berdasarkan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran). Kegiatan paling awal

yang dilakukan yaitu dengan pengkondisian siswa (conditioning), diantaranya

berdoa sebelum belajar, melakukan presensi, mengecek kerapian, kebersihan

kelas dan kelengkapan artibut siswa, mengecek kesiapan siswa seperti

kelengkapan alat tulis, buku yang akan digunakan dan tugas rumah. Irzan

Tahar dan Enceng (2006: 91) kesiapan belajar bukanlah sesuatu yang

dipompakan sedemikian rupa, melainkan tumbuh secara sadar dari diri

seseorang serta berkaitan dengan pengalaman. Jadi sebelum pembelajaran

dimulai, kesiapan belajar siswa dapat digunakan sebagai ukuran semangat

dan kemandirian belajar yang dimiliki siswa.

Page 20: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data

57

Apersepsi yang dimulai dengan pembahasan PR dan bertanya jawab

yang dilakukan guru dengan siswa untuk mengaitkan materi yang dipelajari.

Utari Sumarmo (2006: 3) menumbuhkan kesadaran siswa untuk berfikir,

mempertimbangkan terlebih dahulu sebelum memilih solusi, dan memandang

kesulitan sebagai tantangan. Pengantar sebelum pembelajaran inti dimulai,

diperlukan untuk memancing pengetahuan awal siswa agar memiliki dan

menumbuhkan rasa ingin tahu dengan hal-hal yang baru.

Kegiatan awal dalam pembelajaran, guru memberikan sebuah

motivasi kepada siswa, dengan motivasi yang tinggi sangat diperlukan dalam

kemandirian belajar. Menurut Irzan Tahar dan Enceng (2006: 93) motivasi

memegang peranan sangat penting karena siswa dituntut untuk belajar

mandiri, berusaha untuk mengatur waktu dan jadwal belajar secara optimal

sehingga mereka dapat menguasai materi yang dipelajari serta dapat

mempengaruhi proses hasil belajar. Jadi motivasi belajar sangat penting

diberikan kepada siswa.

Bagian kegiatan awal yang terakhir yaitu, menyampaikan tujuan

pembelajaran dengan melakukan tanya jawab yang berkaitan dengan materi

dan pengalaman siswa. Menurut Minguel, Juan, dan Eduardo (2007: 72) salah

satu keberhasilan guru matematika yaitu mengkaitkan materi dengan

kehidupan sehari-hari, guru menguasai materi yang akan disampaikan serta

dapat membedakan struktur matematika dengan perkembangan pengetahuan

sehingga siswa mengetahui secara spesifik manfaat dari mempelajari materi

Page 21: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data

58

yang disampaikan. Jadi siswa setelah mengetahui tujuan dari pembelajaran

matematika dapat menggunakannya dikehidupan sehari-hari.

Setelah melakukan kegiatan awal dilanjutkan dengan kegiatan inti

pembelajaran. Kegiatan inti pertama mencakup kegiatan eksplorasi siswa,

yaitu melakukan kegiatan berkelompok kecil dengan kelompok anggota telah

ditentukan guru secara heterogen. Laila Fitriana (2011: 335) fungsi utama

dari tim ini adalah memastikan bahwa semua anggota tim besar-besar belajar,

dan lebih khusus lagi adalah untuk mempersiapkan anggotanya untuk dapat

mengerjakan kuis dengan baik. Membentuk siswa dalam kelompok-kelompok

kecil agar pembelajaran berjalan efektif.

Kemudian guru menjelaskan materi secara umum dan menjelaskan

aturan-aturan berkelompok dengan strategi cooperative group investigation,

setelah itu guru membagikan LKS kepada masing-masing kelompok, agar

setiap kelompok menganalisis dan menyelesaikan persoalan yang diberikan.

Selama kegiatan ini guru memfasilitasi siswa dalam proses menganalisis

persoalan. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sutama

(2007: 2) pengajar berperan sebagai perancang, fasilitator dan pembimbing

proses pembelajaran, sebab mahasiswa lebih banyak belajar melalui proses

pembentukan dan penciptaan, kerja dalam kelompok dan berbagi

pengetahuan. Guru memiliki peranan untuk mengkondisikan siswa.

Kegiatan inti yang kedua yaitu elaborasi, guru memberikan kebebasan

kepada siswa untuk menganalisis dan menyelesaikan persoalan serta

melakukan interaksi dan kerjasama dalam kelompok untuk memperoleh

Page 22: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data

59

pengetahuan. Sutama (2007: 2) model pembelajaran kooperatif dapat

digunakan untuk belajar membagian tanggung jawab ketika mahasiswa

mengikuti pembelajaran dan berorientasi menuju pembentukan manusia

sosial. Jadi kegiatan ini dapat dikatakan sebagai kegiatan inti belajar siswa

menggunakan strategi yang sedang diterapkan, dengan siswa diberi

kebebasan untuk menganalisis dan menyelesaikan persoalan yang sidah

disiapkan oleh guru.

Tahap selanjutnya yaitu konfirmasi, kegiatan pada tahap ini ditujukan

untuk mengembangkan dan mempresentasikan hasil analisis siswa. Setiap

kelompok mempresentasikan hasil analisisnya di depan kelas, dan kelompok

lain memberi tanggapan. Suriarini, Candiasa, dan Arya (2013) berpikir kritis

merupakan suatu proses kompleks yang melibatkan penerimaan, penguatan,

analisis, dan evaluasi data serta melakukan seleksi atau membuat keputusan

berdasarkan hasil evaluasi. Kegiatan konfirmasi bertujuan untuk melatih

siswa untuk berpikir kritis, untuk mengetahui pemahaman siswa.

Sebagai kegiatan akhir dalam pembelajaran, guru memberikan

evaluasi pembelajaran, mengajak siswa untuk mengulang kembali materi

yang baru saja dipelajari, memberikan latihan mandiri. Sumardi (2004: 5)

setelah pertemuan secara klasikal siswa diberi kesempatan kerja dalam

kelompok kemudian bekerja secara perorangan (penerapan latihan mandiri).

Jadi latihan mandiri melatih siswa tidak hanya belajar kelompok tetapi juga

belajar mandiri.

Page 23: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data

60

Mengingat peran guru sebagai evaluator, maka guru menilai siswa

melalui kegiatan latihan mandiri, sehingga guru akan mengetahui hasil belajar

meliputi keberhasilan pencapaian tujuan, penguasaan siswa terhadap

pelajaran, serta ketepatan atau keefektifan metode mengajar. Irzan Tahar dan

Enceng (2006: 93) menilai hasil belajar yang telah dicapai merupakan

penilaian tanggung jawab dalam konteks kemandirian belajar. Jadi proses ini

dapat dijadikan umpan balik terhadap proses pembelajaran.

Pada siklus I siswa belum memperlihatkan peningkatan kemandirian

belajar yang signifikan. Proses pembelajaran belum berjalan efektif, siswa

takut salah dan malu untuk mengajukan pertanyaan atau mengemukakan

pendapatnya yang berbeda. Terbatasnya waktu yang diberikan kepada siswa

saat menganalisis soal kelompok. Ketergantungan anggota dengan anggota

yang lain. Melda Panjaitan (2012: 68) rendahnya pertisipasi siswa dalam

PBM mengutamakan guru untuk memberikan respon positif secara kongkrit

dan objektif berupa upaya membangkitkan pertisipasi siswa. Perbaikan yang

dilakukan guru antara lain membuat suasana kelas menjadi lebih

menyenangkan dan menumbuhkan rasa percaya diri siswa.

Pada pertemuan siklus I guru menjelaskan materi tentang menentukan

model matematika dari soal cerita (kalimat verbal). Model matematika adalah

suatu rumusan matematika, baik berupa persamaan, pertidaksamaan atau

fungsi yang diperoleh dari hasil penafsiran atau terjemahan masalah dari

program linear ke dalam bahasa matematika. Menurut Pesta (2008: 39)

Model matematika adalah suatu cara sederhana untuk menerjemahkan suatu

Page 24: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data

61

masalah ke dalam bahasa matematika dengan menggunakan persamaan,

pertidaksamaan, atau fungsi.

Diberikan permasalahan kepada siswa untuk dianalisis bersama,

sebuah Firma memproduksi sendiri rak buku dalam dua model, yaitu A dan

B. Produksi rak buku dibatasi oleh persediaan material (papan kualitas tinggi)

dan waktu yang terbatas mesin pemroses. Tiap unit A memerlukan 3 m2

papan dan tiap unit B memerlukan 4 m2 papan. Firma memperoleh 1.700 m

2

papan tiap minggu dari pemasok sendiri. Tiap unit A membutuhkan 12 menit

dari mesin pemroses dan tiap unit B membutuhkan 30 menit. Setiap minggu

memungkinkan total waktu mesin 160 jam. Jika keuntungan (profit) tiap unit

A sebesar Rp 20.000,00 dan tiap unit B sebesar Rp 40.000,00, berapa banyak

unit dari tiap model akan perusahaan rencanakan untuk produksi tiap minggu.

Tentukan model matematikanya?

Diketahui: missal: x = Rak buku model A

y = Rak buku model B

Bahan Jenis

Rak Buku

Model A

x

Rak Buku

Model B

y

Persediaan

Bahan dalam m2

3 4 1.700

Lama pekerjaan dalam jam 0,2 0,5 160

Keuntungan f 20.000 40.000

Ditanya: model matematika?

Penyelesaian: diperoleh persamaan

1. 3π‘₯ + 4𝑦 ≀ 1.700

2. 0,2π‘₯ + 0,5𝑦 ≀ 160 2π‘₯ + 5𝑦 ≀ 1.600

3. π‘₯ β‰₯ 0

Page 25: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data

62

4. 𝑦 β‰₯ 0

5. Fungsi objektif 𝑓 π‘₯, 𝑦 = 20.000π‘₯ + 40.000𝑦

Guru akan mempertegaskan kembali tugas-tugas setiap kelompok

agar terjalin kerjasama yang baik dan dapat menyelesaikan persoalan yang

diberikan, tepat pada waktunya, dan menumbuhkan keberanian siswa untuk

mencoba menganalisis dan mencoba menyelesaikan persoalan yang

diberikan. Utari S. (2006: 5) kebiasaan dan sikap belajar seperti menganalisis

kebutuhan belajar matematika, merumuskan tujuan, merancang program

belajar, memantau dan mengevaluasi diri apakah strategi telah dilaksanakan

dengan benar, memeriksa hasil, serta merefleksi untuk memperoleh umpan

balik. Menunjukkan bahwa mempertegaskan kembali tentang tugas setiap

kelompok untuk memperoleh umpan balik dari siswa.

Pada siklus II kegiatan pembelajaran dengan strategi cooperative

group investigation menunjukkan perubahan perilaku siswa ke arah yang

lebih baik. Sebagian besar siswa sudah memiliki kemandirian belajar yang

cukup baik. Ervina Maret (2009: 96) metode group investigation melatih

siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun

dalam keterampilan proses kelompok (group process skills). Jadi membuat

siswa memiliki rasa tanggung jawab, tidak tergantung pada orang lain, rasa

ingin tahu yang besar, dan percaya diri siswa sudah semakin meningkat dan

berkembang.

Guru menyampaikan secara umum materi siklus II yaitu menentukan

nilai optimum dari sistem pertidaksamaan linear. Cara menentukan nilai

Page 26: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data

63

optimum suatu fungsi objektif (sasaran) dari suatu program linear dapat

dilakukan langkah-langkah sebagai berikut: a) rumuskan daerah peyelesaian

tersebut dalam model matematika, b) tentukan daerah penyelesaian

(fleksibbel) dari sistem pertidaksamaan, c) tentukan fungsi sasaran (objektif)

yang diminta, fungsi tujuan dinyatakan dengan 𝑓 π‘₯,𝑦 = π‘Žπ‘₯ + 𝑏𝑦, d)

tentukan nilai optimum fungsi sasarannya dengan menggunakan titik pojok,

dan e) berilah tafsiran jawaban dari permasalahan yang ada.

Diberikan permasalahan kepada siswa untuk dianalisis bersama,

kebun yang tersedia seluas 600 m2 akan ditanami 2 jenis tanaman yaitu

tanaman tingkat rendah dan tanaman tingkat tinggi, dan mampu menampung

58 tanaman. Tiap tanaman tingkat rendah membutuhkan tempat 6 m2 dan

tanaman tingkat tinggi 24 m2. Biaya menanan tiap tanaman tingkat rendah

Rp.1.000,00 dan tanaman tingkat tinggi Rp. 1.500,00. Jika tanaman ditanam

semua, tentukan biaya maksimum dari banyaknya tanaman yang di tanam

tersebut!

Penyelesaian:

1. Model matematika

Misal, banyak tanaman tingkat rendah = π‘₯ dan banyak tanaman tingkat

tinggi = 𝑦, maka model matematika

Keterangan Tempat Jumlah

tanaman Biaya

tanaman tingkat rendah

tanaman tingkat tinggi

6 m2

24 m2

π‘₯

𝑦

Rp. 1.000,00

Rp. 1.500,00

Kapasitas ≀ 600 m2 ≀ 58

Page 27: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data

64

Diperoleh model matematika:

a) 6π‘₯ + 24𝑦 ≀ 600 π‘₯ + 4𝑦 ≀ 100

b) π‘₯ + 𝑦 ≀ 58

c) π‘₯ β‰₯ 0;𝑦 β‰₯ 0 dan π‘₯,𝑦 ∈ C

d) Fungsi persamaan: 𝑓 π‘₯,𝑦 = 1.000π‘₯ + 1.500𝑦

2. Penyelesaian dari sistem persamaan di atas dapat digambarkan pada

daerah yang berwarna.

Menentukan titik B (π‘₯1,𝑦1)

Yaitu perpotongan garisnπ‘₯ + 𝑦 = 58 dan garis π‘₯ + 4𝑦 = 100 dengan cara

subtitusi:

π‘₯ + 𝑦 = 58……(1) π‘₯ = 58 βˆ’ 𝑦 disubtitusikan ke (2)

π‘₯ + 4𝑦 = 100….(2)

58βˆ’ 𝑦 + 4𝑦 = 100

3𝑦 = 100βˆ’ 58

3𝑦 = 42

𝑦 = 14 diperoleh π‘₯ = 44

Maka titik potong kedua garis tersebut adalah B(44,14)

Page 28: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data

65

3. Fungsi sasaran (objektif):

𝑓 π‘₯,𝑦 = 1.000π‘₯ + 1.500𝑦 dan nilai optimumnya dapat dicari dari

Titik 𝑓 π‘₯,𝑦 = 1.000π‘₯ + 1.500𝑦

O(0,0)

A (0,25)

B (44,14)

C (58, 0)

0

0 + 1500.25 = 37.500

1000.44 + 1500.14 = 65.000

1000.58 + 0 = 58.000

4. Jadi 𝑓(π‘₯,𝑦) maksimum adalah Rp65.000,00 dengan titik B (44,14)

5. Jadi biaya menanam tanaman tersebut bisa mencapai hasil yang maksimal

apabila banyak tanaman tingkat rendah 44 tanaman dan tanaman tingkat

tinggi 14 tanaman.

Guru membahas materi secara singkat, kemudian siswa menganalisis

soal yang diberikan secara berkelompok. Suartika, Arnyana, dan Setiawan

(2013) siswa bersama kelompok belajarnya akan memberikan kesempatan

kepada setiap individu untuk dapat terlibat dalam proses berpikir dan kegiatan

belajar. Siswa mengerjakan soal secara berkelompok agar siswa dapat terlibat

dalam penyelesaian dan memahaminya.

Setiap kelompok mendapat kesempatan untuk mempresentaikan

hasilnya, kemudian guru memberikan kesempaan siswa untuk bertanya agar

siswa termotivasi untuk belajar. Setiap siswa mengerjakan latihan mandiri

dari guru. Irzan dan Enceng (2006: 94) dalam belajar mandiri peserta ajar

dituntut untuk memiliki kesiapan, keuletan, dan daya tahan, sehingga

diperlukan motivasi belajar yang tinggi. Jadi guru memberikan latihan

Page 29: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data

66

mandiri kepada siswa agar siswa termotivasi untuk mengetahui pemahaman

yang sudah dimiliki.

Guru bersama siswa setelah mengerjakan latihan mandiri menarik

kesimpulan dari pembelajaran. Sumardi (2004 :3) refleksi ini secara rutin

dilakukan setiap akhir putaran penelitian. Secara informal setiap hari kerja

diadakan dialog antara guru matematika dan peneliti untuk membahas hal-hal

yang perlu penanganan segera. Guru yang telah selesai mengajar dan

mengtahui perkembangan setelah tindakan, kemudian guru dan peneliti

membahas setelah tidakan.

1. Pembahasan Tiap Siklus

Pada kondisi awal sebelum dilakukan tindakan siswa yang

memiliki tanggungjawab hanya 7 siswa (21,21%). Irzan dan Enceng

(2006: 94) dimensi tanggungjawab berarti peserta ajar mampu menilai

aktivitas, mengatasi kesulitan, dan mengukur kemampuan yang diperoleh

dari belajar. Kemampuan siswa yang masih terbatas sehingga belum

mampu menilai aktivitas, mengatasi kesulitan, dan mengukur kemampuan

membuat tanggungjawab yang dimiliki siswa rendah.

Berdasarkan tindakan kelas siklus I siswa yang yang memiliki

tanggungjawab menjadi 14 siswa (42,42%), hal ini menunjukkan ada

peningkatan. Utari Sumarmo (2006: 3) menumbuhkan kesadaran siswa

untuk berfikir, mempertimbangkan terlebih dahulu sebelum memilih

solusi, dan memandang kesulitan sebagai tantangan. Jadi dengan

menumbuhkan kesadaran siswa untuk belajar agar dapat meningkatkan

Page 30: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data

67

rasa tanggungjawab siswa untuk menghadapi soal matematika yang sulit

menjadi tantangan.

Berdasarkan tindakan kelas siklus II siswa yang yang memiliki

tanggungjawab menjadi 17 siswa (51,51%). Sutama (2007: 2) model

pembelajaran kooperatif dapat digunakan untuk belajar pembagian

tanggungjawab ketika mahasiswa mengikuti pembelajaran dan

berorientasi menuju pembentukan manusia sosial. Jadi dengan

menggunakan strategi cooperative group investigation dapat

meningkatkan rasa tanggungjawab siswa yang berkarakter.

Pada kondisi awal sebelum dilakukan tindakan siswa yang tidak

tergantung pada orang lain hanya 10 siswa (30,30%). Sumardi (2004: 1)

materi ajar yang terlalu sulit dapat mengakibatkan siswa menjadi putus

asa, takut, dan kurang berminat terhadap pelajaran matematika. Siswa

yang sudah berputus asa, takut salah, dan tidak berminat terhadap

pelajaran mendorong siswa menjadi pasif dan cenderung mengandalkan

teman yang bisa mengerjakan.

Berdasarkan tindakan kelas siklus I siswa yang tidak tergantung

pada orang lain mencapai 13 siswa (39,39%), hal tersebut menunjukkan

ada peningkatan. Sutama (2007: 2) pengajar berperan sebagai perancang,

fasilitator dan pembimbing proses pembelajaran, sebab mahasiswa lebih

banyak belajar melalui proses pembentukan dan penciptaan, kerja dalam

kelompok dan berbagi pengetahuan. Kerjasama yang baik didalam

kelompok membuat siswa nyaman, menumbuhkan minat belajar, dan

Page 31: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data

68

tidak takut karena belajar dengan teman sendiri, sehingga memotivasi

siswa untuk tidak tergantung pada orang lain.

Berdasarkan tindakan pada siklus II siswa yang tidak tergantung

pada orang lain menjadi 21 siswa (63,63%). Suriarini, Candiasa, dan Arya

(2013) berpikir kritis merupakan suatu proses kompleks yang melibatkan

penerimaan, penguatan, analisis, dan evaluasi data serta melakukan

seleksi atau membuat keputusan berdasarkan hasil evaluasi. Mengarahkan

siswa untuk berpikir kritis dapat membuat siswa mampu menyelesikan

soal yang diberikan secara mandiri dan tidak mengandalkan temannya.

Kondisi awal sebelum tidakan siswa yang memiliki rasa ingin tahu

yang besar hanya 8 siswa (24,24%). Huri Suhendri (2012: 398)

banyaknya siswa yang menganggap bahwa pelajaran matematika

merupakan pelajaran yang tidak mudah untuk dimengerti, anggapan

tersebut mendorong siswa tidak mau berusaha untuk belajar. Keulitan

yang dihadapi siswa dalam pelajaran membuat siswa menjadi pasif dan

tidak peduli dengan pelajaran matematika, sehingga rasa ingin tahu yang

dimiliki siswa rendah .

Berdasarkan tindakan kelas siklus I siswa yang memiliki rasa ingin

tahu yang besar sebanyak 11 siswa (33,33%), hal ini menunjukkan

adanya peningkatan. Irzan Tahar dan Enceng (2006: 91) kesiapan belajar

bukanlah sesuatu yang dipompakan sedemikian rupa, melainkan tumbuh

secara sadar dari diri seseorang serta berkaitan dengan pengalaman. Hal

Page 32: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data

69

ini dapat dimaknai kesiapan siswa dapat menumbuhkan rasa ingin tahu

yang dimilki siswa.

Berdasarkan tindakan kelas siklus II siswa yang memiliki rasa

ingin tahu yang besar menjadi 19 siswa (57,57%). Bistari (2010: 15) guru

memiliki peranan mendorong berkembangnya pemahaman siswa terhadap

matematika sehingga tumbuh rasa ingin tahu siswa secara optimal dan

pemahaman konsep matematika dapat tercapai. Jadi guru memiliki

peranan penting untuk menumbuhkan rasa ingin tahu siswa dengan

menggunakan strategi yang menyenangkan dan memahami karakter

siswa.

Kondisi awal percaya diri siswa sebanyak 5 siswa (15,15%),

menunjukkan harus adanya usaha unruk meningkatkan percaya diri siswa.

Sudarman (2012: 60) belajar matematika merupakan kegiatan mental

yang tinggi dan menuntut pemahaman dan ketekunan berlatih. Hal

tersebut menggambarkan siswa yang memiliki mental yang rendah,

kurangnya pemahaman, dan jarangnya siswa untuk berlatih membuat

siswa tidak percaya diri saat belajar.

Berdasarkan tindakan kelas siklus I siswa yang memiliki rasa

percaya diri mencapai 7 siswa (21,21%), hal ini menunjukkan

peningkatan. Bistari (2010: 20) meningkatkan rasa percaya diri siswa

merupakan pembiasaan untuk mencegah siswa mengambil jalan pintas

saat menghadapi kesulitan belajar. Meningkatkan rasa percaya diri siswa

Page 33: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data

70

dapat dilakukan guru dengan memotivasinya agar siswa tidak mengambil

jalan pintas saat menghadapi kesulitan.

Berdasarkan tindakan kelas siklus II siswa yang memiliki rasa

percaya diri menjadi 25 siswa (75,75%). Laila Fitriana (2011: 322) upaya-

upaya yang dapat dilakukan guru untuk meningkatkan aktivitas dan

prestasi belajar siswa di antaranya adalah memilih dan menggunakan

model pembelajaran yang relevan. Strategi cooperative group

investigation yang digunakan guru mampu meningkatkan aktivitas,

percaya diri dan prestasi belajar siswa.

2. Pembahasan Antar Siklus

Permasalahan penelitian maupun penelitian tindakan berdasarkan

analisis data kualitatif hasil penelitian dari kerja kolaborasi antara peneliti

dengan guru matematika kelas XB SMK Muhammadiyah 4 Surakarta.

Hal ini sebagai upaya untuk meningkatkan kemandirian belajar siswa

dalam penyelesaian soal matematika dengan strategi cooperative group

investigation.

Data yang diperoleh untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan

kemandirian belajar siswa dalam penelitian ini diuraikan menjadi empat

indikator.

a. Memiliki rasa tanggungjawab

Memiliki rasa tanggungjawab dibutuhkan siswa dalam proses

pembelajaran. Novita Eka I. dan Anita Listiara (2006: 21)

Page 34: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data

71

tanggungjawab perorangan sangat dibutuhkan, agar siswa

bertanggungjawab sendiri atas tugasnya tanpa harus bergantung pada

sesama anggota kelompok atau siswa lain. Karena strategi cooperative

group investigation dapat menumbuhkan rasa toleransi dan kerjasama

antar anggota kelompok, sehingga siswa mengetahui cara

menyelesaikan persoalan yang menjadi tangunggjawab kelompok

tersebut. Adanya peningkatan rasa tanggungjawab dapat dilihat dari

data hasil tindakan kelas. Sebelum tindakan hanya 21,21%, pada

tindakan kelas siklus I mencapai 42,42%, dan setelah dilakukan

tindakan pada siklus II menjadi 51,51%.

b. Tidak tergantung pada orang lain

Siswa tidak tergantung pada orang lain saat menyelesaikan soal

metematika memebuat siswa dapat mandiri saat belajar. Novita Eka I.

dan Anita Listiara (2006: 21) ada kalanya tugas yang diberikan guru

dikerjakan sendiri dulu kemudian hasilnya didiskusikan dengan

demikian melatih siswa untuk bertanggung jawab terhadap dirinya

sendiri karena siswa yang lain juga harus menyelesaikan tuganya

sendiri. Latihan mandiri yang diberikan melatih siswa tidak

tergantung pada temannya atau guru. Peningkatan dapat diketahui dari

data tindakan kelas sebelum tindakan hanya 30,30%, pada tindakan

kelas siklus I mencapai 39,39%, dan setelah dilakukan tindakan pada

siklus II menjadi 63,63%.

Page 35: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data

72

c. Memiliki rasa ingin tahu yang besar

Belajar matematika menumbuhkan rasa ingin tahu yang dimiliki

siswa. Sudarman (2012: 60) belajar matematika tidak sepenuhnya

sama dengan matematika sebagai ilmu karena matematika memiliki

perbedaan antara lain dalam hal penyajian, pola berpikirnya,

keterbatasan semestanya, dan tingkat keabstrakannya. Pada materi

yang peogram linear menumbuhkan rasa ingin tahu siswa.

Peningkatan dapat diketahui dari data tindakan kelas sebelum

tindakan hanya 24,24%, pada tindakan kelas siklus I mencapai

33,33%, dan setelah dilakukan tindakan pada siklus II menjadi

57,57%.

d. Percaya diri

Rasa percaya diri membuat siswa dapat berinteraksi dan

mengeluarkan ide-idenya. Bistari (2010: 20) meningkatkan rasa

percaya diri kepada siswa sedini mungkin sebelum penyampaian

materi sangat diperlukan agar siswa saat menghadapi kesulitan belajar

dapat menyelesaikannya dengan baik. Adanya motivasi belajar dari

guru dan antar siswa yang diberikan kepada siswa membuat percaya

diri yang dimiliki meningkat. Peningkatan dapat diketahui dari data

tindakan kelas sebelum tindakan hanya 15,15%, pada tindakan kelas

siklus I mencapai 21,21%, dan setelah dilakukan tindakan pada siklus

II menjadi 75,75%.

Page 36: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data

73

Strategi pembelajaran yang digunakan pada akhirnya memudahkan

siswa dalam menguasai kompetensi-kompetensi yang ingin dicapai. Irzan

Tahar dan Enceng (2006: 92) kemandirian belajar merupakan kesiapan

dari individu yang mau dan mampu untuk belajar dengan inisiatif sendiri,

dengan atau tanpa bantuan pihak lain dalam mendiagnosis kebutuhan

belajar, memformulasikan tujuan belajar, mengidentifikasi sumber

belajar, memilih dan menetukan pendekatan strategi belajar, dan

melakukan evaluasi hasil belajar yang dicapai. Strategi cooperative group

investigation dapat meningkatkan kemandirian belajar siswa.

D. Proposisi Hasil Penelitian

1. Memiliki rasa tanggungjawab dalam meyelesaikan soal matematika dapat

meningkatkan kemandirian belajar.

2. Tidak tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan soal matematika

dapat meningkatkan kemandirian belajar.

3. Memiliki rasa ingin tahu yang besar dalam menyelesaikan soal

matematika dapat meningkatkan kemandirian belajar.

4. Memiliki rasa percaya diri dalam menyelesaikan soal matematika dapat

meningkatkan kemandirian belajar.