bab iv hasil penelitian dan pembahasan a. 1. …eprints.uny.ac.id/18527/9/5. bab iv.pdf ·...

79
53 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Lokasi Penelitian a. Letak dan Luas Wilayah Desa Jumoyo Desa Jumoyo merupakan salah satu Desa di Kecamatan Salam, Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah. Luas wilayahnya 380.076 Hektar, dibagi menjadi 13 dusun, 13 RW, dan 59 RT. Dusun-dusun tersebut, yaitu Dusun Jumoyo Lor, Dusun Jumoyo Kidul, Dusun Seloiring, Dusun Tegalsari, Dusun Pendem, Dusun Gempol, Dusun Kadirogo, Dusun Kemburan, Dusun Dowakan, Dusun Kemiren, Dusun Karanggawang, Dusun Wironayan, Dusun Larangan, Dusun Babadan, Dusun Pulosari, dan Dusun Remame (Profil Desa Jumoyo. 2012). Secara administratif terbagi menjadi 16 Dusun, akan tetapi tiga Dusun diantaranya belum memiliki Kepala Dusun sehingga bergabung dengan Dusun terdekat. Dusun-dusun tersebut seperti, Dusun Kadirogo dengan Dusun Gempol, Dusun Karanggawang dengan Dusun Kemiren, Dusun Wironayan dengan Dusun larangan. Secara administratif Desa Jumoyo berbatasan langsung dengan wilayah-wilayah: Sebelah utara : Desa Gulon Sebelah Barat : Desa Tirto dan Desa Tersan Gede Sebelah Selatan : Desa Sucen dan Sumokerto Sebelah Timur : Desa Srumbung dan Kradenan Kec. Srumbung

Upload: vocong

Post on 04-May-2018

262 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

53

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Lokasi Penelitian

a. Letak dan Luas Wilayah Desa Jumoyo

Desa Jumoyo merupakan salah satu Desa di Kecamatan Salam,

Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah. Luas wilayahnya 380.076

Hektar, dibagi menjadi 13 dusun, 13 RW, dan 59 RT. Dusun-dusun

tersebut, yaitu Dusun Jumoyo Lor, Dusun Jumoyo Kidul, Dusun

Seloiring, Dusun Tegalsari, Dusun Pendem, Dusun Gempol, Dusun

Kadirogo, Dusun Kemburan, Dusun Dowakan, Dusun Kemiren, Dusun

Karanggawang, Dusun Wironayan, Dusun Larangan, Dusun Babadan,

Dusun Pulosari, dan Dusun Remame (Profil Desa Jumoyo. 2012).

Secara administratif terbagi menjadi 16 Dusun, akan tetapi tiga

Dusun diantaranya belum memiliki Kepala Dusun sehingga bergabung

dengan Dusun terdekat. Dusun-dusun tersebut seperti, Dusun Kadirogo

dengan Dusun Gempol, Dusun Karanggawang dengan Dusun Kemiren,

Dusun Wironayan dengan Dusun larangan. Secara administratif Desa

Jumoyo berbatasan langsung dengan wilayah-wilayah:

Sebelah utara : Desa Gulon

Sebelah Barat : Desa Tirto dan Desa Tersan Gede

Sebelah Selatan : Desa Sucen dan Sumokerto

Sebelah Timur : Desa Srumbung dan Kradenan Kec. Srumbung

54

Dilihat dari kondisi Geografis desa Jumoyo terletak di 110°23'30"

BT dan 7°29'44” LS, Desa Jumoyo berada pada ketinggian 356 meter

diatas permukaan laut dan merupakan daerah landai. Dan tingkat

kelerengannya berada antara 2-15%. Kedalaman efektif tanah antara 60-

90 cm sehingga cocok digunakan untuk lahan pertanian baik sawah,

tegalan maupun tanaman tahunan. Letak Desa Jumoyo sangat strategis

karena terletak pada jalur Jalan Magelang-Yogyakarta yang cukup ramai.

Desa Jumoyo juga dialiri oleh Sungai besar seperti Kali Putih dan Sungai

Kecil seperti KaliDruju. KaliPutih MerupakanSungai yang berhulu di

puncak Gunung Merapi sehingga memiliki potensi pasir dan batu yang

cukup banyak. Potensi ini dimanfaatkan warga untuk menambang pasir

dan baru (Profil Desa Jumoyo. 2012).

Berbeda dengan Kali Putih, Kali Druju merupakan sungai yang

tidak berhulu di puncak Merapi, airnya bersumber dari mata air sehingga

mengalir sepanjang tahun. Air dari Kali Druju ini dimanfaatkan oleh

warga sebagai irigasi lahan pertanian. Selain potensi yang

menguntungkan dari Kali Putih maupun Kali Druju, Desa Jumoyo

memiliki potensi merugikan, hasil letusan Gunung Merapi berupa pasir

dan batuan ketika hujan dapat menyebabkan bencana lahar dingin yang

sewaktu-waktu dapat menghancurkan Dusun yang berada dialirannya

(rencana penataan pemukiman (RPP)/community settlement plan (CSP)

Desa Jumoyo kecamatan Salam Kabupaten Magelang).

55

Berdasarkan kondisi di lapangan terdapat empat dusun dari enam

belas dusun di Desa Jumoyo yang terdampak kerusakan lahar dingin,

yakni Dusun Gempol dan Dusun Kadirogo, Dusun Seloiring dan Dusun

Tegalsari. Empat Dusun tersebut berada di area pembelokan aliran Kali

Putih. Berikut adalah peta yang menggambarkan beberapa dusun yang

terancam terkena banjir lahar dingin.

Gambar 1. Peta Limpasan Lahar Kali Putih

Sumber: Dokumentasi Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi

Kegunungapian (2012)

Berdasarkan peta limpasan lahar dingin Kali Putih, daerah yang

rawan terkena aliran lahar dingin, meliputi Dusun Dowakan, Dusun

Kemburan, Dusun Kemiren (Karanggawang), Dusun Seloiring, Dusun

Gempol, Dusun Kadirogo. Dusun yang paling rawan adalah Dusun

Gempol dan Dusun Kadirogo, berikutnya Dusun Seloiring, Kemburan,

56

Kemiren, dan Dowakan (hasil wawancara dengan kepala BPBD Kab.

Magelang, tanggal 3 Januari 2013).

b. Letak Dan Luas Dusun Gempol

Fokus penelitian ini adalah pada Dusun Gempol termasuk di

dalamnnya Dusun Kadirogo yang telah bergabung menjadi satu Dusun

dengan Dusun Gempol. Dusun Gempol Kadirogo mempunyai luas

wilayah 16,55 hektar. Luas wilayah tersebut dengan perincian luas

pemukiman 9 hektar, luas perkebunan 0,3 hektar, luas persawahan 7

hektar, luas pemakaman 0,03 hektar, luas pekarangan 0,2 hektar ,luas

sarana umum lainnya 0,025 hektar.

Secara administratif Dusun Gempol berbatasan dengan wilayah:

Sebelah utara : Desa Gulon

Sebelah barat : Areal persawahan

Sebelah selatan : Dusun Tegalsari

Sebelah timur : Kali Putih dan Jalan Raya Magelang-Yogyakarta

Lokasi Dusun Gempol mudah dijangkau dengan semua kendaraan

baik mobil maupun motor, karena akses jalan di Dusun Gempol sudah

berupa aspal dan sebagian beton, serta berada di pinggir jalan

Magelang-Yogyakarta tepatnya pada km 23. Di sepanjang jalan raya

Magelang-Yogyakarta yang masih masuk kawasan Dusun Gempol

terdapat banyak pertokoan, baik itu toko meubel, toko bahan bangunan,

warung makan, serta pasar (Profil Desa Jumoyo. 2012).

57

c. Keadaan Iklim

Iklim di Dusun Gempol seperti juga kondisi iklim di tiap Dusun

dan Desa lain di Yogyakarta, yaitu memiliki iklim tropis dengan

perbedaan temperatur antara musim kemarau dengan musim

penghujan tidak terlalu besar. Dusun Gempol berada pada zona

sedimentasi yaitu zona dengan tingkat kelerengan kurang dari 4

derajat, dengan suhu udara rata-rata 28 derajat celcius (Kepala Desa

Jumoyo. Wawancara tanggal 30 Desember 2012).

d. Kondisi Demografi

1) Jumlah Penduduk Dusun Gempol

Dusun Gempol berdasarkan catatan administrasi di Desa

Jumoyo tercatat hingga pada akhir tahun 2012 memiliki jumlah

penduduk sebesar 615 jiwa, terdiri dari 285 perempuan dan 330

laki-laki. Terbagi ke dalam usia anak-anak 43 jiwa, lansia 29 jiwa

dengan jumlah KK (Kepala Keluarga) sebanyak 195 KK.Adapun

rincian adalah sebagai berikut.

58

Tabel 1. Jumlah Kepala Keluarga Dusun Gempol setiap RT

No. Nama Rukun

Tangga

Jumlah Kepala

Keluarga (KK)

Prosentase

1. RT 001/RW 006 60 KK 30,76 %

2. RT 002/RW 006 55 KK 28,20 %

3. RT 003/RW 006 45 KK 23,07 %

4. RT 004/RW 006 35 KK 17,94%

Jumlah 195 KK 100%

Sumber: Profil Desa Jumoyo 2012

Komposisi penduduk Dusun Gempol menurut jenis

kelamin menunjukkan jumlah laki-laki lebih besar dari pada

jumlah perempuan. Jumlah Kepala Keluarga Dusun Gempol

setiap RT menunjukkan, RT 004 lebih sedikit Kepala

Keluarganya dikarenakan RT 004 merupakan gabungan warga

dari Dusun Gempol dan Dusun Kadirogo. Dusun Kadirogo

berdekatan langsung dengan Dusun Gempol tanpa batas wilayah,

dengan jumlah KK yang sedikit tidak memungkinkan untuk

berdiri sendiri. Oleh karena itu Dusun Kadirogo digabungkan ke

Dusun Gempol.

59

2) Jumlah penduduk Dusun Gempol Berdasarkan Tingkat

Pendidikan

Penggolongan data penduduk menurut tingkat pendidikan

antara lain sebagai berikut:

Tabel 2. Tingkat Pendidikan Penduduk Dusun Gempol

No. Tingkat Pendidikan Jumlah Prosentase

1. Sekolah Dasar/ Setingkat 85 37,4%

2. SLTP/ Setingkat 46 20,26%

3. SLTA/ Setingkat 30 13,2%

4. Perguruan Tinggi 2 0,88%

5. Tidak Sekolah/ Belum Usia

Sekolah

64 28,19%

Jumlah 227 100%

Sumber: Profil Desa Jumoyo 2012

Berdasarkan tabel data di atas, secara umum pendidikan

terakhir yang ditempuh adalah setingkat Sekolah Dasar (SD) pada

urutan pertama dan setingkat SLTP/setingkatnya di urutan kedua

yang memiliki jumlah terpaut hampir setengah dari urutan

pertama. Sedangkan untuk tingkat pendidikan SLTA berdasarkan

umurnya cenderung pada usia produktif tidak banyak yang

melanjutkan sekolah lagi. Warga yang tidak menempuh

pendidikan sama sekali dan belum usia sekolah dilihat dari rentan

usia 3th-56th berjumlah 64 orang.

60

Sedangkan warga lainnya merupakan warga yang masuk

dalam kategori sedang sekolah rentan umur 5 th-18th, Usia 18-56

tahun pernah SD tetapi tidak tamat, usia 12-56 tahun tidak tamat

SLTP, usia 18-56 tahun tidak tamat SLTA. Alasan mreka tidak

sekolah/tidak melanjutkan sekolah ke jenjang berikutnya

dikarenakan kehidupan perekonomian warga Dusun Gempol

sebagian besar menengah ke bawah. Banyak yang setelah lulus

SMA tidak berminat meneruskan pendidikan pada perguruan

tinggi, karena mereka lebih berminat untuk bekerja.

e. Mata Pencaharian

Secara umum, masyarakat di Dusun Gempol sebagian besar

bermata pencaharian sebagai buruh tani dan penambang pasir.

Pekerjaan sebagai buruh tani dan penambang pasir ini didukung

dengan luasnya lahan sawah dan tegalan yang subur dan dekat dengan

daerah aliran sungai di Dusun Gempol. Menurut Kepala Dusun

Gempol sebagian besar masyarakat bekerja sebagai buruh tani

dikarenakan terdapat bidang tanah pertanian bukan milik warga

Gempol. Selain sebagai buruh tani masyarakat Gempol juga bekerja

sebagai penambang pasir, hal ini dikarenakan kawasan Dusun Gempol

memiliki potensi pasir dan batu yang besar untuk penambangan.

Sedangkan sisanya merupakan warga usia anak-anak 43 orang yang

belum bekerja dan lansia 29 orang yang tidak bekerja.

61

Data mengenai jumlah mata pencaharian atau pekerjaan

penduduk dapat dilihat dalam tabel:

Tabel 3. Jenis Pekerjaan Penduduk Dusun Gempol

No. Jenis Pekerjaan Jumlah Prosentase

1. PNS/ TNI/ POLRI 5 0,81%

2. Swasta 61 9.9%

3. Petani 35 5,7%

4. Buruh 320 52,03%

5. Penambang 120 19,5%

6. Lain-lain 2 0,325%

7. Tidak bekerja 72 11,7%

Jumlah 543 100%

Sumber: Profil Desa Jumoyo tahun 2012

Mayoritas warga Dusun Gempol bermata pencaharian sebagai

buruh dan penambang, atau dengan kata lain sebagai pekerja kasar.

Warga Dusun Gempol memiliki karakteristik masyarakat yang ramah,

serta tingkat gotong royong tinggi.

f. Agama dan Kepercayaan

Penduduk Dusun Gempol mayoritas memeluk agama Islam.

Adapun penggolongan data penduduk menurut agama yang dianut

antara lain sebagai berikut:

62

Tabel 4. Data Penduduk Berdasarkan Agama

No. Agama Jumlah Prosentase

1. Islam 605 98,37%

2. Katolik 5 0,81%

3. Budha 5 0,81%

4. Kristen 0 0%

5. Hindu 0 0%

6. Konghuchu 0 0%

Jumlah 615 100%

Sumber: Profil Desa Jumoyo tahun 2012.

Meskipun mayoritas warga Dusun Gempol memeluk agama

Islam, warga tetap hidup rukun dengan warga yang menganut

kepercayaan lain dan tidak mengucilkan warga tersebut. Berdasarkan

informasi dari Kepala Dusun Gempol saat wawancara pada tanggal 26

Desember 2012, masih terdapat warga yang memiliki kepercayaan

Jawa. Kepala Dusun selalu menghimbau kepada warganya supaya

keyakinan terhadap kepercayaan tersebut jangan melebihi keyakinan

kita terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

g. Kesenian

Kesenian yang ada di Dusun Gempol yang hingga penelitian

ini dibuat kesenian tersebut masih ada yaitu hadroh. Kesenian hadroh

adalah musik religi yang sering dimainkan oleh orang-orang muslim.

Dalam kesenian hadroh terdapat alat musik yang dikeluarkan oleh alat

yang bernama terbang atau rebana. Alat yang terbuat dari kayu jati

63

yang dibentuk seperti mangkuk yang besar tanpa alas dan kemudian

ditutupi dengan kulit kambing yang tebal dan kencang, di setiap

sisinya diberi dua buah piringan logam tipis supaya menimbulkan

suara unik. Hadroh dapat digabungkan dengan alat musik tradisional

maupun modern. Kesenian hadroh di Dusun Gempol ini dimainkan

oleh kelompok anak muda.

2. Deskripsi Subjek Penelitian

Subjek Penelitian pada Penelitian yang berjudul “Bentuk-Bentuk

Dukungan Sosial dalam Resiliensi Penyintas Lahar Dingin Merapi di

Dusun Gempol Desa Jumoyo Kecamatan Salam Kabupaten Magelang”,

adalah warga Dusun Gempol dengan beberapa kriteria yang mendukung

pelaksanakan penelitian. Kriteria tersebut adalah, (1) merupakan warga

asli Gempol, (2) saat kejadian mereka berada di lokasi ataupun sekitar

lokasi bencana lahar dingin, (3) mengalami kerugian material akibat

bencana, (4) dan memiliki keinginan untuk tetap bertahan di Dusun

Gempol. Pemilihan subjek tersebut didasarkan pada aspek-aspek

resiliensi yang digunakan sebagai sumber pencarian data untuk

mengetahui cara warga Gempol untuk menjadi resilien.

Subjek tersebut diambil di Dusun Gempol, kemudian berkembang

sebagai subjek pendukung adalah pihak-pihak yang terkait dalam

pemberian bantuan yaitu berupa dukungan sosial baik dari pihak LSM

maupun Dinas terkait. Subyek penelitian yang memenuhi syarat

64

kualifikasi tersebut terdiri dari 8 orang dan 7 subjek pendukung. Berikut

ini merupakan deskripsi secara umum untuk beberapa subjek penelitian

yaitu,

a. Subjek Penelitian

1) JMD

JMD (57 th) merupakan salah satu warga asli Gempol

sebagai subjek penelitian. JMD adalah salah satu korban lahar

dingin di Dusun Gempol. Saat kejadian lahar dingin JMD sudah

berada di tempat pengungsian yaitu di Desa Jumoyo, sebab pada

saat datang banjir pertama, rumah JMD sudah terendam banjir,

lalu saat banjir kedua datang, rumah sudah tersapu banjir dan

pasir. Berikut hasil wawancara dengan JMD,

“Saya merasa getun karena dulu itu pas banjir pertama

saya sudah dioprak-oprak untuk mengangkuti barang-

barang la pas mau saya angkut, saya sudah cari orang

untuk bantu-bantu angkut malah datang banjir yang lebih

besar lagi, jadi rumah saya hilang” (JMD. Wawancara

tanggal 21 Desember 2012)

Pekerjaan JMD sebelum dan sesudah bencana adalah

sebagai penambang pasir. Pasca bencana, pasir dan batu

semakin melimpah, sehingga JMD dapat memenuhi kebutuhan

hidupnya dengan menambang pasir. Sesuai dengan hasil

wawancara yaitu, “Dengan bekerja menambang pasir mbak,

untuk memenuhi kebutuhan hidup” (JMD. Wawancara, tanggal

21 Desember 2012).

65

JMD juga merupakan salah satu warga Gempol yang

tidak menginginkan untuk pindah dari Gempol, JMD sudah

merasa nyaman berada di Gempol meskipun Gempol sudah

dinyatakan daerah rawan bencana, dan tidak boleh dihuni

selama 14 tahun ke depan oleh pemerintah. Berikut adalah hasil

wawancara kepada JMD, bahwa JMD tidak ingin meninggalkan

Gempol, “Ada program Transmigrasi, Huntap juga ada tapi saya

tidak tertarik mengikuti program tersebut mbak, saya sudah

cinta sama dusun Gempol” (JMD. Wawancara tanggal 21

Desember 2012).

2) SHRN

SHRN (40 th), merupakan salah satu korban bencana

lahar dingin di Dusun Gempol pada saat kejadian lahar dingin

tahun 2010. Saat kejadian banjir lahar dingin SHRN sudah

berada di pengungsian. Berikut hasil wawancara dengan

SHRN,

“Yang dilakukan ya ngungsi, tapi ada juga yang masih di

rumah, termasuk saya, tapi ketika ada pemberitahuan

bahwa ada banjir besar langsung pada lari ke

pengungsian Bu” (SHRN. Wawancara tanggal 25

Desember 2012).

SHRN sebelum kejadian lahar dingin bekerja sebagai

petani, pasca lahar dingin untuk menambah penghasilan,

SHRN ikut bekerja menambang pasir. Sesuai dengan hasil

wawancara berikut,

66

“Ya itu bu harus bekerja keras, untuk menambang pasir,

bertani juga, untuk pasirnya sendiri kan harganya 150

ribu, untuk disetorkan 50 ribu, jadi sisanya dapat

memenuhi kebutuhan hidup” (SHRN. Wawancara

tanggal 25 Desember 2012).

Meskipun keadaan rumah SHRN mengalami kerusakan

pasca lahar dingin, namun SHRN tidak menginginkan untuk

pindah dari Dusun Gempol, ia ingin bertahan di Dusun

tersebut. Sesuai dengan hasil wawancara sebagai berikut, ”Ada

tawaran Transmigrasi dari pemerintah, ada tawaran Huntap

juga dari Rekompak, dan sebenarnya program tersebut bagus,

tapi saya tidak tertarik Bu untuk merantau ataupun pindah

rumah Bu (SHRN. Wawancara tanggal 25 desember 2012).

3) SGNG

SGNG, salah satu warga asli Gempol yang berusia 48

tahun. Saat kejadian banjir lahar dingin, SGNG berada sudah

berada di pengungsian. Sesuai dengan hasil wawancara sebagai

berikut, “Pada saat ada banjir, saya sudah ada di pengungsian,

namun ada juga masyarakat yang belum mengungsi, tapi

begitu ada peringatan, warga langsung menyelamatkan diri

dengan dibantu relawan” (SGNG. Wawancara tanggal 25

desember 2012)

Pekerjaan SGNG sebelum banjir lahar dingin adalah

sebagai petani, dan tukang kayu. Pasca banjir lahar dingin

SGNG tetap bekerja sebagai petani dan tukang kayu, SGNG

67

juga pernah ikut bekerja sebagai buruh penambang pasir. Pasca

lahar dingin, SGNG dapat bertahan hidup dengan keterampilan

yang ia miliki. Sesuai dengan hasil wawancara sebagai berikut,

“Saya punya keterampilan masang pintu, buat konblok,

jadi ya sedikit-sedikit bisa untuk nambah penghasilan

mbak. Terus saya sekarang juga baru menanami sawah

dan sudah berbuah padinya, karena alhamdulillah mbak

sawah tidak kena” (SGNG. Wawancara tanggal 25

desember 2012)

Keadaan rumah SGNG pasca kejadian banjir lahar dingin

tidak 100% rusak, namun perlu diperbaiki. Pemerintah tidak

menganggarkan dana untuk perbaikan rumah di Dusun

Gempol, namun hal tersebut tidak menyurutkan niat SGNG

untuk tetap menetap di dusun Gempol. SGNG tidak berniat

untuk pindah rumah seperti mengikuti program Transmigrasi

ataupun Huntap. Berikut hasil wawancara dengan SGNG

“Tidak ada mbak, ada tawaran Transmigrasi, Huntap juga tapi

saya tidak ingin pergi dari rumah, ibaratnya disini sudah enak

di Gempol” (SGNG. Wawancara tanggal 25 desember 2012).

4) SMYT

SMYT adalah warga asli Dusun Gempol, berusia 43

tahun. Pekerjaan SMYT sebelum kejadian lahar dingin adalah

sebagai petani, dan setelah terjadi banjir dingin SMYT

menambah pekerjaan membantu suami sebagai penjual pasir

yang menimbun rumahnya sendiri. Sesuai dengan hasil

wawancara dengan SMYT sebagai berikut, “Upaya saya ya

68

jual pasir di lahan sendiri untuk bantu suami, terus saya juga

jadi buruh tani” (SMYT. Wawancara tanggal 25 Desember

2012).

Saat kejadian banjir lahar dingin SMYT sudah berada di

pengungsian Desa Jumoyo. Keadaan rumah SMYT hancur,

rata dengan tanah. Sesuai dengan hasil wawancara yaitu,

“Rumah habis semua, rata tanah, terus meja kursi hilang”

(SMYT. Wawancara tanggal 25 Desember 2012). Meskipun

keadaan SMYT telah rata tanah dan tidak mendapatkan

bantuan untuk perbaikan rumah dari pemerintah, namun

SMYT tetap tidak ingin pindah rumah, bahkan SMYT

membangun rumahnya kembali. Sesuai dengan pernyataan

SMYT sebagai berikut “saya ingin di Gempol saja, kalau

rumah ini tidak ada bantuan mbak saya buat sendiri” (SMYT.

Wawancara tanggal 25 Desember 2012).

5) TMD

TMD berusia 53 tahun, merupakan salah satu warga

Dusun Gempol yang menjadi korban banjir lahar dingin

Merapi Oktober 2010 lalu. Saat terjadi banjir besar TMD

sudah berada di pengungsian Desa Jumoyo untuk mengungsi.

Pekerjaan TMD sebelum terjadi bencana bekerja sebagai buruh

penambang pasir dan batu. Setelah terjadi bencana banjir lahar

dingin Oktober 2010 lalu, TMD juga bekerja sebagai

69

penambang pasir, bahkan pasir dan batu sekarang ini lebih

melimpah. Berikut pernyataan TMD, “Ya saya nambang pasir,

dulu juga nambang pasir, tapi sekarang material yang

ditambang malah lebih melimpah jadi saya juga sangat

bersyukur, ini bencana juga membawa berkah” (TMD.

Wawancara tanggal 25 Desember 2012).

Terjadinya banjir lahar dingin yang menenggelamkan

Dusun Gempol, ternyata juga menghanyutkan rumah TMD.

Rumah TMD hilang tersapu banjir, sehingga membuat keadaan

TMD sangat sedih. Berikut pernyataan TMD, saat

diwawancara “Perasaan bingung, memikirkan keluarga, terus

saya tidak punya rumah karena rumah sudah hilang tersapu

banjir”. Meskipun TMD sudah tidak memiliki rumah, namun

usahanya untuk dapat kembali ke Gempol sungguh luar biasa.

Bahkan, TMD pun tidak menginginkan untuk pindah rumah,

mengingat Dusun Gempol termasuk daerah rawan bencana,

dan pemerintah tidak memberikan bantuan untuk memperbaiki

rumah warga. Berikut pernyataan TMD ketika diwawancarai

mengenai keikutsertaan program Transmigrasi,

“Bagus mbak, tapi saya tidak tertarik Transmigrasi, saya

ingin hidup di Gempol. Kemaren juga ada tawaran

Huntap dari pemerintah, tapi kok sepertinya Huntap itu

tidak transparan, tanah kita yang di Gempol terus mau

dikemanakan itu tidak jelas mbak. Jadi banyak warga

yang tidak memilih huntap” (TMD. Wawancara tanggal

25 Desember 2012).

70

6) SHN

SHN (42 th) adalah salah satu warga Dusun Gempol

yang menjadi korban banjir lahar dingin Oktober 2010 lalu.

Saat kejadian banjir besar di dusun Gempol, SHN sudah

mengungsi di Jumoyo, bahkan ketika terjadi hujan abu SHN

pun sudah mengungsi di Jumoyo. Berikut pernyataan SHN

ketika diwawancarai, “saya sudah mengungsi di Jumoyo. Saya

mengungsi itu dari adanya hujan abu mbak, itu sudah

mengungsi. Pertama kali mengungsi di Bulog” (SHN.

Wawancara tanggal 26 Desember 2012).

SHN, warga asli Dusun Gempol, sebelum terjadinya

banjir lahar dingin, SHN bekerja sebagai karyawan swasta di

perusahaan paving. Pasca banjir lahar dingin SHN juga masih

bekerja di perusahaan paving. Banjir lahar dingin yang terjadi

di Dusun Gempol bulan Oktober 2010 lalu, mengakibatkan

rumah SHN terterjang banjir, hingga tidak memiliki rumah

lagi. Berikut hasil wawancara dengan SHN, “Ya sedih mbak,

wong rumah saya itu hilang terterjang banjir mbak, bingung

juga” (SHN. Wawancara tanggal 26 Desember 2012).

Meskipun rumah SHN telah hilang terterjang banjir, dan

tidak ada peran pemerintah untuh memperbaiki rumah, SHN

tetap tidak ingin merantau atau pergi meninggalkan Dusun

Gempol. SHN tetap ingin melanjutkan hidup di Dusun

71

Gempol, sehingga SHN mendirikan rumah lagi di Dusun

tersebut. Berikut hasil wawancara dengan SHN, “Ya kerja tadi

mbak, ikut nambang pasir, terus kerja di paving. Rumah ini

saya buat sendiri mbak, sedikit demi sedikit, habis subuh atau

pulang kerja saya buat sendiri” (SHN. Wawancara tanggal 26

desember 2012).

7) TN

TN, warga asli Gempol berusia 39 tahun, bekerja sebagai

karyawan swasta. Pasca bencana merapi TN bekerja sebagai

tukang parkir, dan penambang pasir. Saat terjadi banjir lahar

dingin, TN sedang berada di tempat ia bekerja. Kemudian TN

kembali ke rumah untuk menengok anak istri. Setelah itu

ketika banjir yang lebih besar datang, TN sedang berada di

rumah dan terjebak banjir, sehingga TN harus naik ke atas

pohon. Berikut pernyataan TN ketika diwawancarai terkait hal

tersebut,

“Masyarakat waktu itu mengungsi di Jumoyo mbak. Tapi

saya waktu itu pas di rumah, terus saya sempat terjebak

banjir, lalu saya naik ke atas pohon mbak, pas udah surut

saya dijemput sama tim SAR”(TN. Wawancara tanggal

26 Desember 2012).

Sama dengan responden yang lain, rumah TN juga

mengalami kerusakan. 40% dari rumah TN rusak, dan isi

rumah habis. Sesuai dengan hasil wawancara, “Kerusakan

yang diderita warga kebanyakan rumah mbak. Rumah saya

72

40% rusak, isinya juga sudah habis” (TN. Wawancara tanggal

26 desember 2012). Dusun Gempol memang merupakan

daerah rawan bencana, dan TN selaku warga Gempol juga

mengetahui hal tersebut. Meskipun demikian, hal tersebut

tidak mengecilkan hati TN untuk tetap tinggal di Gempol.

Berikut pernyataan TN ketika diwawancarai terkait dengan

keinginnanya untuk menetap di Gempol, “Tanggapan saya itu

(terkait transmigrasi) sebenarnya bagus, tapi saya tidak terlalu

tertarik dengan transmigrasi mbak, di Gempol saja sudah enak

mbak” (TN. Wawancara tanggal 26 desember 2012).

8) WT

Merupakan ketua RT 03, berusia 43 tahun. Sebelum

terjadinya banjir lahar dingin WT bekerja sebagai sopir truk.

Pasca banjir lahar dingin Merapi, pekerjaan WT sebagai sopir

sempat terhenti, dan kini WT memilih untuk membantu istri

berdagang. Ketika terjadi banjir besar, WT sedang berada di

rumah, kemudian banjir datang dan WT lari ke pinggir jalan.

Berikut pernyataan WT ketika diwawancarai,

“Pas kejadian masyarakat sudah mengungsi semua mbak,

tapi waktu itu ada yang balik ke rumah karena masih ada

benda yang di tinggal. Waktu itu saya juga sedang di

rumah, lalu ada berita banjir datang lalu saya lari mbak

ke pinggir jalan” (WT. Wawancara tanggal 26 desember

2012).

73

Adanya banjir lahar dingin mengakibatkan rumah WT

rusak. WT pun merasa sedih atas kejadian tersebut. Berikut

pernyataan WT ketika diwawancarai mengenai keadaan

rumah,

“Perasaan ya sedih mbak, dulu bangun rumah, sudah

lumayan bagus, nyaman untuk ditempati tiba-tiba

langsung habis kena banjir, tapi saya tidak sendiri kok

mbak, dan ini memang cobaan dari Tuhan jadi saya

pasrah, iklas” (WT. Wawancara tanggal 26 desember

2012).

WT merupakan salah satu warga Dusun Gempol yang

juga menolak untuk mengikuti program Transmigrasi dan

Huntap. Meskipun WT mengetahui bahwa Dusun Gempol

merupakan daerah rawan bencana, WT tetap tidak ingin

meninggalkan wilayah Gempol. Berikut wawancara dengan

TN terkait tawaran Transmigrasi,

“Kemaren ada program Huntap juga. Kalau Transmigrasi dan

Huntap saya tidak tertarik mbak, ibaratnya tinggal di Gempol

ini mudah nyari kerja. Kalau cuma untuk makan pasti bisa

makan mbak. (WT. Wawancara tanggal 26 desember 2012).

b. Subjek Penelitian Pendukung

1) YEU

Informan pendukung pertama yaitu dari Yakkum

Emergency Unit (YEU). YEU merupakan salah satu organisasi

yang berperan dalam penangan bencana banjir lahar dingin di

Dusun Gempol tahun 2010 lalu. Organisasi ini fokus pada

74

penanganan bencana. Banyak program-program pelatihan

seperti pelatihan tanggap bencana, hingga pelatihan ekonomi

produktif yang diberikan kepada warga Gempol untuk

membantu mereka dalam bertahan hidup pasca bencana.

Salah satu perwakilan dari YEU, DT menjelaskan

mengenai organisasi YEU ini menyatakan,

“Jadi Yakkum Emergency Unit ini merupakan Unit dari

Yakkum, dan kami memiliki 13 Rumah Sakit yang

tersebar di Sumatera Jawa, kemudian ada divisi

pendidikan juga. Visi kami adalah rumah sakit tanpa

dinding jadi bagaimana setiap orang dapat mengakses

hidup yang lebih sehat tanpa harus ke rumah sakit. Jadi

rumah sakit itu hanya untuk kasus-kasus yang tidak

tertangani. Kemudian YEU ini khusus menangani bencana

agar masyarakat dapat kembali ke fungsinya masing-

masing lebih cepat. Saat menangani Dusun Gempol ini,

YEU juga bekerjasama dengan berbagai lembaga seperti

IMPROSULA dan UNOCHA lembaga dari PBB”

(Wawancara tanggal 20 desember 2012).

2) SKN

Informan pendukung kedua yaitu SKN. SKN adalah

Kepala Desa Jumoyo. Beliau sudah 5,5 tahun berperan menjadi

Lurah Desa Jumoyo. Pemerintah Desa tentunya sangat

berperan dalam penanganan baik evakuasi hingga penanganan

pasca bencana. Menurut pernyataan SKN, pemerintah Desa

bertugas sebagai fasilitas penyalur dari relawan kepada warga

dan memberikan rasa aman untuk warga.

75

Berikut pernyataan SKN mengenai peran Pemerintah

Desa dalam pemberian fasilitas warga Gempol saat terjadi

bencana banjir lahar dingin “Kalau fasilitas, sebenarnya

instansi kami ini hanya penyalur dari relawan kepada warga”

(SKN. Wawancara tanggal 30 desember 2012). Selain pemberi

fasilitas SKN juga memberikan pernyataan bahwa pemerintah

desa berusaha untuk memberikan rasa aman kepada warga

korban bencana banjir lahar dingin.

Berikut pernyatan SKN, “Kami mencoba untuk

memberikan rasa aman kepada warga, lalu kami menampung

warga di kantor Kepala Desa, kemudian di SD dan STM yang

dekat dengan Kantor Kepala Desa” (SKN. Wawancara tanggal

30 desember 2012). Informan pendukung kedua ini dipilih

karena informan tersebut juga sangat berperan dalam

penanganan baik itu saat terjadi bencana hingga pasca

bencana, pemerintah desa ini tentunya memberikan kontribusi

berupa dukungan sosial yang besar untuk terwujudnya resilien.

3) HBL

HBL (42 tahun) merupakan ketua Organisasi Anshor

cabang Kabupaten Magelang. HBL menjadi ketua Pemuda

Anshor sejak tahun 2010. HBL adalah seorang lulusan S1 dari

UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta. Organisasi Anshor saat

terjadi bencana banjir lahar dingin, sangat berperan dalam

76

pemberian dukungan sosial untuk masyarakat Gempol.

Organisasi ini adalah organisasi keagamaan di tingkat

Kabupaten. Berikut pernyataan HBL saat diwawancarai

mengenai organisasi Pemuda Anshor,

“Ya, jadi Organisasi Anshor ini merupakan organisasi

sebagai badan otonom dari Nahdlatul Ulama yang

sifatnya kepemudaan. Kami berperan dari sebelum

kemerdekaan hingga setelah kemerdekaan. Saat ini

implementasi Anshor ini adalah dibidang instrumental,

sehingga kami ikut menangani problematika instrumental

yang muncul karena alam, faktor manusia itu sendiri, dan

sebagainya” (HBL. Wawancara tanggal 31 Desember

2012).

Jadi organisasi Anshor ini memang ikut berperan dalam

penanganan masalah instrumental yang dialami oleh

masyarakat Gempol saat terjadi bencana lahar dingin. Dalam

penangannya tentu organisasi ini memberikan berbagai macam

dukungan sosial sehingga sangat membantu warga untuk

menjadi resilien.

4) MIM

MIM (26 tahun) adalah ketua dari IPNU (Ikatan Pelajar

Nahdatul Ulama) dan IPPNU (Ikatan Pelajar Putri Nahdatul

Ulama). IPNU dan IPPNU merupakan organisasi kader NU,

artinya IPNU-IPPNU merupkan wadah untuk generasi muda

sebagai tulang punggung kekuatan NU dimasa

mendatang.Sesuai dengan kepanjangannya maka

pembinaannya tertuju pada pelajar yang masih duduk di

77

bangku sekolah.Kaitannya dengan bencana banjir lahar dingin

di Dusun Gempol adalah, IPNU dan IPPNU ini ikut

berkontribusi dalam proses evakuasi hingga pemberian

dukungan sosial terhadap penyintas banjir lahar dingin di

Dusun Gempol. Dukungan sosial yang diberikan oleh IPNU

dan IPPNU ini dikhususkan untuk para pelajar remaja dan

anak-anak. Berikut keterangan MIM, saat diwawancarai

mengenai organisasi IPNU dan IPPNU,

“Ya, jadi organisasi IPNU atau Ikatan Pelajar NU dan

Ikatan Pelajar Putri NU merupakan badan otonom dari

organisasi Nahdlatul Ulama ( NU kalau Anshor lebih ke

remaja, sedangkan untuk IPNU dan IPPNU ini lebih

pada pelajar” (MIM. Wawancara tanggal 31 Desember

2012).

5) JSY

JSY adalah kepala bidang Kedaruratan dan Logistik

sejak 22 Oktober 2011 dalam organisasi BPBD. BPBD sendiri

berdiri pada bulan Oktober 2011, sehingga waktu terjadi

bencana banjir lahar dingin bulan Oktober 2010 lalu, BPBD

belum ada dan waktu itu penanggulangan Bencana masih

menjadi tugas bidang Kesatuan Bangsa Politik dan

Penanggulangan Bencana (KESBANGPOLPB). JSY yang

tergabung pada OPRB (Organisasi Pengurangan Resiko

Bencana) dan kebetulan rumahnya di Jumoyo sehingga ikut

berperan dalam evakuasi tanggap darurat bencana banjir lahar

78

dingin Merapi di Dusun Gempol. Berikut pernyataan JSY

mengenai BPBD,

“Usaha tanggap bencana yang diberikan, waktu itu

BPBD belum lahir masih bidang penanggulangan

bencana KESBANGPOLPB, waktu itu kebetulan saya

tergabung pada OPRB (Organisasi Pengurangan Resiko

Bencana) Desa Jumoyo,” (JSY. Wawancara tanggal 3

januari 2013).

JSY dan OPRB waktu itu ikut berkontribusi dalam

proses evakuasi dan turut memberikan dukungan instrumental

kepada warga masyarakat Dusun Gempol, sehingga JSY

melalui OPRB masuk kategori sebagai informan pendukung

penelitian.

6) DH

DH adalaha Kepala Seksi Asisten Instrumental Dinas

Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Magelang. DH

telah menjadi Kepala Seksi selama 4 tahun. Seksi Asisten

Instrumental Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten

Magelang bekerjasama dengan relawan yang dibentuk oleh

kementrian sosial yaitu Taruna Siaga Bencana (TAGANA)

Kabupaten Magelang, turut membantu proses evakuasi hingga

memberikan dukungan instrumental terhadap para penyintas

banjir lahar dingin di Dusun Gempol pada Oktober 2010 lalu.

Berikut keterangan DH, terkait dengan dukungan instrumental

yang diberikan oleh Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi,

79

“Kami fokus di dapur umum untuk logistik, jadi waktu

itu kami tidak ikut berperan dalam tahap evakuasi

namun, kami memiliki relawan yaitu TAGANA, yang

berperan dalam evakuasi dan kami menyediakan

transportasi untuk mereka” (DH. Wawancara tanggal 4

Januari 2013).

7) KSWD

KSWD adalah kepala markas PMI Kabupaten Magelang.

KSWD sudah menjadi kepala markas PMI sejak 12 tahun lalu.

Dalam penanganan bencana banjir lahar dingin Dusun Gempol

Kabupaten Magelang tahun 2010 lalu, PMI turut berperan

dalam proses evakuasi hingga penanganan pasca bencana. PMI

(Palang Merah Indonesia) tentunya memiliki andil yang cukup

besar dalam penanganan tanggap darurat bencana banjir lahar

dingin di Dusun Gempol Kabupaten Magelang. Berikut

keterangan KSWD mengenai peran PMI dalam penanganan

bencana lahar dingin di Dusun Gempol,

“Bentuk-bentuk dukungan darurat pas lahar dingin di

Dusun Gempol, PMI melakukan evakuasi, P3K, dan

pelayanan kesehatan. Kemudian fasilitas yang kami

berikan untuk tanggap darurat yaitu shelter (tenda),

armada (ambulan, truk, mobil jenazah, tangki air),

relawan baik dari paramedik, maupun PMI itu sendiri”

(KSWD. Wawancara tanggal 4 Januari 2013).

Peran PMI sangat besar terhadap terjadi banjir lahar

dingin Merapi, yang merupakan dampak dari erupsi Gunung

Merapi yang sebelumnya PMI telah aktif berperan serta ketika

terjadi erupsi Gunung Merapi tersebut, PMI juga digunakan

sebagai informan pendukung dalam penelitian ini.

80

3. Dusun Gempol Sebelum Dan Sesudah Banjir lahar Dingin Merapi

Gunung Merapi merupakan salah satu Gunung berapi di Daerah

Istimewa Yogyakarta yang masih aktif, artinya dalam jangka waktu

tertentu Gunung Merapi dapat meletus dikarenakan masih aktifnya segala

potensi kegunungapian. Erupsi Gunung Merapi yang terjadi pada tanggal

26 Oktober 2010, dampaknya sangat dirasakan oleh sebagian besar

masyarakat disekitar wilayah Yogyakarta maupun perbatasan Jawa

Tengah. Material lahar yang terbawa arus hujan serta meluap dibeberapa

Sungai, mengakibatkan banjir lahar dingin. Dusun Gempol merupakan

salah satu Dusun yang mengalami kerusakan terparah akibat banjir lahar

dingin.

Banjir lahar dingin Merapi terjadi empat kali, pertama tanggal 5

Desember 2010, kedua tanggal 16 Desember 2010, ketiga tanggal 3

Januari 2011, dan tanggal 9 Januari 2012 merupakan puncak banjir lahar

dingin. Jalan Raya Magelang-Yogyakarta tenggelam oleh material

Merapi dan sebagian besar rumah warga Dusun Gempol hanyut, saat

kejadian tersebut tidak ada korban jiwa, karena warga telah mengungsi di

lapangan Desa Jumoyo dengan menempati Shelter Box yang telah

disiapkan sebelumnya. Shelter Box merupakan tenda berbentuk setengah

lingkaran dengan satu ruangan untuk ditempati oleh beberapa kepala

keluarga. Dalam situasi tanggap darurat bencana, kebijakan yang diambil

oleh pemerintah adalah pemenuhan kebutuhan dasar. Kebutuhan dasar

tersebut meliputi sandang, pangan, papan.

81

Kebutuhan tersebut sudah dipenuhi oleh pemerintah, pihak swasta,

lembaga donor, sumbangan mandiri masyarakat diluar Dusun.

Berdasarkan hasil wawancara dengan penyintas yang mengungsi, mereka

tidak menyangka akan terjadi banjir lahar dingin sebesar itu. Persiapan

untuk membawa barang-barang di rumah juga tidak disiapkan, begitu

pula dengan kebutuhan sandang. Masyarakat cenderung bingung

terhadap apa yang harus dilakukan pada saat itu, yang utama bagi warga

adalah menyelamatkan diri.

Masyarakat mengalami trauma, kebingungan serta kekhawatiran

kelak akan tinggal dimana, karena rumah mereka telah hanyut, harta

benda telah hilang. Para penyintasmenyadari ini adalah musibah dari

Tuhan, yang dapat dilakukan hanya pasrah dan berserah diri kepada

Tuhan Yang Maha Esa. Masyarakat tidak putus asa, mereka menyadari

kejadian ini sebagai cobaan dan tidak mereka alami sendiri. Mengingat

ancaman banjir lahar dingin masih akan terus terjadi, pemerintah

membangun Hunian Sementara (Huntara) di lapangan Desa Jumoyo dan

Desa Larangan berbentuk. Huntara ini merupakan rumah kopel yaitu

rumah yang berpasangan (berhimpitan) biasanya satu atap, terdiri atas

lebih dari satu rumah atau istilah lainnya adalah rumah petak (Kamus

besar bahasa Indonesia. 2005). Total 121kopel di Huntara Desa Jumoyo

dan Desa Larangan.

82

Huntara di Desa Jumoyo sebanyak 54 kopel ditempati oleh 108

kepala keluarga dan di Desa Larangan 42 kopelditempati 38 kepala

keluarga. Huntara ini berupa bangunan rumah yang atapnya berupa

seng, meliputi tiga ruangan. Satu ruangan agak luas sebagai ruang tamu

dan ruang tengah, dua ruangan kecil sebagi tempat tidur, dan tiap rumah

dilengkapi dengan dapur dan kamar mandi di bagian belakang. Dinding

Huntara terbuat dari gedeg (anyaman bambu), lantainya terbuat dari

adukan semen dan pasir yang ditutup dengan tikar atau karpet. Bagi

para penyintas, Huntara ini lebih nyaman daripada tinggal di shelter box

(tenda pengungsian).

Selama penyintas menempati hunian sementara, penyintas belum

melakukan aktifitas yang berarti, seperti bekerja. Hal tersebut

dikarenakan banyak bantuan yang datang, dan telah memenuhi segala

kebutuhan penyintas selama di Huntara. Tidak lama kemudian, kurang

dari 3 bulan setelah kejadian banjir lahar dingin, dan bantuan mulai

berangsur terhenti masyarakat bangkit untuk bekerja dan memulai

aktifitas kehidupan masing-masing.

Sebagian besar warga (laki-laki) memanfaatkan material yang

menimbun rumahnya untuk dijual sebagai penghasilan, terdapat

masyarakat yang menjadi buruh bongkar muat pasir serta menjadi

penambang pasir. Sebagian warga (perempuan) mengembangkan

Kelompok Usaha Bersama (KUB) hasil dari pelatihan sebuah Lembaga

Swadaya Masyarakat YEU (Yakkum Emrgency Unit), serta sebagian

83

masyarakat lainnya memanfaatkan bantuan modal usaha yang telah

diberikan. Kehidupan mulai berangsur membaik, sebagian besar

penyintas banjir lahar dingin Dusun Gempol sudah dapat membangun

rumahnya kembali di Dusun Gempol, terdapat pula sebagian kecil

penyintasbanjir lahar dingin Dusun Gempol yang menerima relokasi

menempati Huntap (Hunian Tetap) bantuan dari pemerintah.

Dusun Gempol, merupakan salah satu Dusun di Desa Jumoyo

yang berlokasi di sebelah Barat Jalan Raya Magelang-Yogyakarta Km

23 dan berbatasan langsung dengan Kali Putih. Kondisi jalan raya

Yogyakarta-Magelang sebelum terjadinya banjir lahar dingin selalu

ramai dilewati kendaraan seperti sepeda motor, mobil, hingga angkutan

berat. Jalan raya Magelang-Yogyakarta baik secara fisik, keadaan aspal

rata dan memiliki luas untuk lajur dua arah kendaraan. Jalan raya tepat

di depan Gapura Dusun Gempol dan posisinya berbelok, serta masih

kurangnya lampu penerangan jalan, dan minimnya rambu-rambu

lalulintas.

Bencana banjir lahar dingin yang terjadi pada puncaknya tanggal

9 Januari 2011 telah merubah kondisi Dusun Gempol, terutama

lingkungan fisik dan wilayah Dusun. Jalan Raya Magelang-Yogyakarta

Km 23 yang merupakan jalan Provinsi sempat terputus, dikarenakan

luapan lahar dingin dan derasnya arus hingga ke jalan Dusun Gempol.

Kondisi jalan menjadi rusak penuh material batu besar dan pasir. Banjir

84

juga menyebabkan rusaknya jaringan listrik, lampu penerangan dan

fasilitas umum.

Foto 1. Gambar kondisi jalan raya Yogyakarta-Magelang sebelum

(kiri) dan pasca terjadinya banjir lahar dingin di sekitar Dusun

Gempol (kanan)

Sumber: Dokumentasi Kantor Desa Jumoyo

Upaya yang dilakukan untuk membuka kembali akses jalur

Provinsi yang sempat ditutup, serta diberlakukannya jalur buka tutup

oleh aparat kepolisian lalu lintas adalah melakukan pengerukan material

pasir dan pembenahan serta pembangunan kembali jalan dan

kelengkapannya. Setelah dilakukan pengerukan dan buka tutup

jalurselama beberapa bulan, pembangungan jalan dapat diselesaikan

dan jalan Magelang-Yogyakarta dapat kembali digunakan. Kurang

lebih 500 meter ke arah Selatan dari gapura Dusun Gempol dibangun

juga dua jembatan Kali Putih seluas 90.000 meter persegi, sebagai jalur

dua arah baik dari ataupun ke Magelang-Yogyakarta. Jalan semakin

luas dan telah dilengkapi dengan penerangan jalan yang memadai serta

rambu-rambu lalu lintas.

85

Jembatan yang dibangun segaris lurus berada di depan Gapura

Dusun Gempol, hal ini berbeda dengan keadaan jalan sebelum terjadi

banjir lahar dingin, posisi jalan mengalami pembelokan mengikuti arah

pembelokan aliran Kali putih. Di bawah jembatan ini juga telah di

bangun sungai pengelak banjir lahar Kali Putih seluas 230.000 meter

persegi, sebagai wujud pencegahan terhadap banjir lahar dingin yang

sewaktu-waktu bisa terjadi. Sungai tersebut dibangun dengan

pembebasan tanah warga.

Kali Putih yang terletak di sebelah timur jalan raya Magelang-

Yogyakarta mempunyai jalur aliran yang berbelok. Posisi belokan

aliran sungai tersebut tepat berada sejajar dengan Dusun Gempol. Arus

Sungai Kali Putih biasa saja, seperti sungai lain pada umumnya. Airnya

selalu mengalir lancar dengan kedalaman kurang lebih 5 meter. Sekitar

daerah aliran sungai dibangun bendungan untuk jaringan irigasi di

Dusun Dowakan, Kemburan dan Kadirogo.Sekitar aliran Kali Putih

didominasi dengan tanaman pohon kelapa, pohon pisang, serta pohon

bambu, dan pohon besar lainnya. Tidak jauh berbeda di Dusun Gempol,

pohon bambu telah dikondisikan ditanam di pinggiran aliran Kali Putih.

Terjadinya banjir lahar dingin baik itu yang kecil ataupun yang

besar membuat keadaan Kali Putih semakin dangkal akibat

bertambahnya volume pasir di sungai. Akibatnya, ketika terjadi banjir

besar yaitu tanggal 9 Januari 2011 sungai meluap dengan kondisi aliran

86

sungai yang terlalu menyiku mengakibatkan aliran sungai masuk ke

Dusun dan menenggelamkan sebagian rumah warga.

Sebelum terjadinya banjir lahar dingin kondisi jalan di Dusun

Gempol sudah beraspal, namun keadaannya rusak dan belum dilengkapi

dengan sarana drainase. Akibatnya, jika hujan turun, air mengalir

melalui badan jalan yang mengakibatkan rusaknya jaringan jalan

tersebut. Sebagian jalan juga masih berupa beton dan paving.

Pasca banjir lahar dingin, Dusun Gempol mengalami kerusakan

parah. Data dari kepala Dusun Gempol, sebanyak 43 rumah hilang, 24

rusak berat,19 rusak sedang, 5 rusak ringan, dan 35 utuh. Kerusakan

terparah dialami oleh RT. 002 Dusun Gempol. Keadaan lingkungan

didalam Dusun menjadi gersang dan panas saat siang hari,

pemandangan yang terlihat hanya tumpukan material pasir dan batuan

besar. Jalan didalam Dusun juga rusak, bahkan sebagian besar jalan

menjadi jalan berpasir.

Foto 2. Foto jalan dusun sebelum banjir lahar dingin (kiri) dan

sesudahbanjir lahar dingin (kanan)

Sumber: Dokumentasi kantor Desa Jumoyo (kiri) dan

dokumentasi pribadi peneliti (kanan)

87

Didalam Dusun Gempol, didominasi oleh tanaman buah-buahan

seperti Pohon Mangga, Pohon Rambutan, dan masih terdapat Pohon

Kelapa. Sebelah barat Dusun Gempol merupakan area persawahan dan

tanah tegalan yang subur, dengan komoditas utama padi, singkong dan

tanaman buah seperti pepaya, dan melon.

Perubahan yang cukup drastis telah terjadi di Dusun Gempol

pasca banjir lahir dingin, selain telah menghanyutkan dan merusak

rumah warga, area persawahan yang dulunya subur sebagian besar juga

telah rusak, tanaman padi yang sudah siap panen hanyut terbawa arus

material lahar dingin. Tanaman produktif lainnya juga hilang, bahkan

sebagian persawahan belum dapat ditanami hingga saat ini, karena

tertutup tebalnya material pasir dan batuan. Area persawahan yang

sudah dapat ditanami kembali, merupakan area persawahan yang tidak

terkena aliran banjir lahar dingin. Sebagian warga telah memulai

bercocok tanam kembali mengolah dan menanaminya dengan tanaman

padi, melon dan pepaya.

88

Foto 3. Gambar sawah sebelum (kiri) dan pasca terjadinya lahar

dingin (kanan).

Sumber: Dokumentasi Desa Jumoyo (kiri) dan dokumentasi pribadi

peneliti (kanan).

Terdapat sebuah masjid didalam Dusun sebagai sarana beribadah

umat muslim Dusun Gempol. Sebagian perempuan Dusun Gempol

membuka warung di rumahnya sebagai pekerjaan utama. Beragam

warung ada di dalam dusun, terdapat 18 warung di Dusun Gempol yang

mana sebagian adalah warung makan, hal ini dikarenakan sebagian

warga yang bekerja sebagai buruh, dan penambang, sehingga

menyediakan sarana untuk pemenuhan makan. Misalnya saja seperti

warung bakso, warung nasi sayur. Terdapat juga 4 toko kelontong

untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari (Profil Desa Jumoyo. 2012).

Kehidupan warga Gempol juga mengalami perubahan besar,

masyarakat yang dahulu bekerja sebagai buruh tani dan penambang,

serta sebagian membuka usaha warung makan dan kelontong di dalam

Dusun, kini sebagian besar warga Dusun Gempol beralih profesi

sebagai penambang pasir. Pemilik warung-warung didalam Dusun telah

kehilangan modal untuk membuka warung kembali. Hanya beberapa

89

saja yang dapat membuka warungnya kembali. Sebelum Memasuki

Dusun Gempol, di sebelah Utara tepat di pinggir jalan Raya Magelang-

Yogyakarta terdapat dua warung makan, sedangkan di dalam Dusun

sendiri hanya ada satu warung makan dan satu warung kelontong.

Warung makan yang ada juga berbeda dengan warung makan

sebelum terjadi banjir lahar dingin menyediakan berbagai macam

pilihan menu masakan, warung bakso, warung soto. Warung makan

setelah terjadi banjir lahar dingin menu makanan yang disediakan

sebagian besar adalah makanan instan atau cepat saji. Menurut

penuturan pemilik warung hal tersebut dikarenakan minimnya dana

yang dimiliki.

B. Pembahasan dan Analisis

1. Bentuk-Bentuk Dukungan Sosial bagi Penyintas Banjir Lahar Dingin

Pasca Erupsi Gunung Merapi di Dusun Gempol

Seperti yang kita ketahui, bahwa bulan Oktober tahun 2010 lalu telah

terjadi erupsi Merapi. Erupsi Merapi ini mengakibatkan hujan abu, dan

beberapa wilayah di Kabupaten Sleman terbakar akibat dilalui awan panas.

Bukan hanya itu saja, awan panas dari Gunung Merapi juga menimbulkan

korban seperti di daerah Cangkringan. Selain awan panas, Merapi juga

mengeluarkan material berupa lahar dingin ke beberapa sungai, salah

satunya adalah Sungai Putih yang mengalir ke arah Kabupaten Magelang.

Hujan yang terus menerus turun ke Aliran Sungai Kali Putih membawa

90

lahar dingin sehingga mengakibatkan banjir lahar dingin di beberapa

wilayah. Wilayah terparah yang terkena aliran banjir lahar dingin adalah

Dusun Gempol di Desa Jumoyo Kecamatan Salam Kabupaten Magelang.

Banjir lahar dingin membawa material berupa pasir dan batu,

sehingga mengakibatkan terendamnya Dusun Gempol dan masyarakat

mengalami kerusakan materi. Sebagian besar warga Gempol kehilangan

harta benda seperti rumah, perabotan rumah tangga, dan hewan ternak.

Menurut pernyataan salah satu ketua RT 03 Dusun Gempol, terdapat 73

warga mengalami kerusakan rumah, baik itu rusak ringan maupun rusak

berat. Berikut pernyataan ketua RT tersebut, “Kurang lebih 73 warga

kehilangan rumah mereka mbak, termasuk saya. Rumahnya habis tersapu

banjir” (WT. Wawancara tanggal 26 Desember 2012).

Kejadian tersebut menyebabkan masyarakat Dusun Gempol tidak

memiliki tempat tinggal, pakaian, perabot rumah tangga, dan harta benda.

Masyarakat menjadi bingung kemana mereka harus tinggal pasca bencana

banjir lahar dingin tersebut. Berikut pernyataan salah satu warga Dusun

Gempol yang merasa bingung kemana ia harus tinggal akibat rumahnya

terterjang banjir,”saya bingung mbak. kalau rumah tidak ada, saya mau

tinggal di mana” (SMYT. Wawancara tanggal 25 Dessember 2012).

Selain masyarakat kehilangan rumah, harta benda, pakaian dan

hewan ternak, masyarakat Dusun Gempol saat ini juga masih mengalami

sedikit trauma ketika terdapat suara gemuruh. Berikut pernyataan salah

satu warga, “Trauma mbak dulu pas awal-awal kejadian itu saya takut, tapi

91

sekarang sudah tidak begitu takut. Kalau ada suara gemuruh batu-batu

besar gitu saya jadi takut” (TN. Wawancara tanggal 26 Desember 2012).

Selain TN, SHRN juga mengalami trauma ketika hujan deras turun.

Berikut pernyataan SHRN “dulu agak sedikit trauma, terlebih jika ada

hujan deras datang, saya agak merasa takut kalau banjir lagi, tapi sekarang

ya sudah biasa, tidak ada trauma atau tekanan” (SHRN. Wawancara

tanggal 26 Desember 2012).

Banjir yang melanda Dusun Gempol meninggalkan trauma untuk

beberapa warga masyarakat Dusun Gempol. Terlebih lagi saat ini Dusun

Gempol termasuk zona merah (daerah rawan bencana) dan tidak boleh

ditempati selama beberapa tahun ke depan. Hal tersebut telah dijelaskan

oleh SKN selaku Kepala Desa Jumoyo, “Pemerintah telah memberikan

informasi mengenai daerah rawan bencana, karena kita berada di Zona

sedimentasi, dan kemiringan Dusun Gempol itu sebanyak 4 derajat” (SKN.

Wawancara tanggal 30 Desember 2012). Pemerintah Desa sudah

mengetahui perihal daerah rawan bencana tersebut, ternyata masyarakat

juga mengetahui bahwa Dusun Gempol merupakan daerah rawan bencana

dan sudah sering terjadi banjir. Berikut pernyataan salah satu warga,

“Iya saya tahu, karena dulu juga pernah ada banjir besar tahun 69,

tapi sekarang semenjak dibuatkan sungai baru yang memiliki

kedalaman dan lebar yang baik ini saya menjadi tidak khawatir

mbak. Pemerintah juga sudah sering memberi himbauan sebenarnya

untuk tidak menggunakan Dusun Gempol ini untuk tinggal” (TMD.

Wawancara tanggal 25 Desember 2012).

92

Dusun Gempol sudah dinyatakan tidak aman, dan sering terjadi

banjir, namun masih terdapat 90 KK yang menetap di Dusun Gempol,

sedangkan 63 KK mengikuti program Hunian Tetap (Huntap). Berikut

pernyataan Kepala Desa Jumoyo mengenai warga Dusun Gempol yang

menetap di Dusun Gempol dan masyarakat yang mengikuti program

Huntap (Hunian tetap) pemerintah, “90 KK masih bertahan di Gempol

sedangkan 63 KK mengikuti program Huntap dari pemerintah” (SKN.

Wawancara tanggal 30 Desember 2012). Lalu, yang menjadi pertanyaan

adalah mengapa masih terdapat masyarakat yang kembali dan menempati

Dusun Gempol, meskipun Dusun tersebut sudah dinyatakan sebagai

daerah rawan bencana, dan masyarakat akan mendapat tempat tinggal yang

lebih aman secara gratis.

Hal yang membuat warga masyarakat tetap bertahan hidup tentunya

tidak terlepas dari partisipasi berbagai pihak dalam memberikan dukungan

sosial yang diberikan kepada warga masyarakat Dusun Gempol. Terlepas

dari pertanyaan di atas, terlebih dahulu peneliti akan membahas mengenai

partisipasi masyarakat, baik dari pemerintah, swasta, maupun kelompok

masyarakat yang turut berpartisipasi dalam memberikan dukungan sosial

terhadap penyintas warga dusun Gempol.

Partisipasi menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia merupakan

hal turut berperan serta dalam suatu kegiatan, keikutsertaan, peran serta

(Sulchan Yasyin, 1997: 361). Partisipasi sering kali diartikan sebagai

keterlibatan seseorang secara sukarela tanpa adanya tekanan dari siapapun.

93

Mubyarto mendefinisikannya sebagai kesediaan untuk membantu

berhasilnya setiap program sesuai kemampuan setiap orang tanpa berarti

mengorbankan kepentingan diri sendiri (Taliziduhu Ndraha, 1987: 102).

Partisipasi adalah keterlibatan mental dan emosional orang-orang di dalam

situasi kelompok yang mendorong mereka untuk memberikan kontribusi

kepada tujuan kelompok atau berbagai tanggung jawab pencapaian tujuan

tersebut.

Adapun pemerintah, pihak swasta, LSM, hingga kelompok individu

yang turut berpartisipasi dalam penanganan bencana banjir lahar dingin di

Dusun Gempol,diantaranya yaitu Pemerintah Desa Jumoyo sendiri, Dinas

Tenaga Kerja dan Transmigrasi, KESBANGPOLPB, PMI, organisasi

kegamaan seperti ANSHOR, IPNU (Ikatan Pelajar Nahdatul Ulama), LSM

YEU (Yakkum Emergency Unit), dan masih banyak lagi. Peneliti hanya

memfokuskan kepada bentuk-bentuk dukungan sosial yang diberikan oleh

partisipan yang telah disebutkan di atas.

Dukungan sosial sendiri menurut Sarason (Smet, 1994: 128)

menyatakan bahwa dukungan sosial adalah adanya transaksi interpersonal

yang ditunjukkan dengan memberikan bantuan pada individu lain, dimana

bantuan itu umumnya diperoleh dari orang yang berarti bagi individu yang

bersangkutan. Dukungan sosial dapat berupa pemberian informasi,

bantuan tingkah laku, ataupun materi yang didapat dari hubungan sosial

akrab yang dapat membuat individu merasa diperhatikan, bernilai, dan

dicintai.

94

Sumber dukungan sosial terbagi menjadi dua yaitu yang pertama

sumber artifisial, yaitu dukungan sosial yang dirancang ke dalam

kebutuhan primer seseorang, dan yang kedua adalah Sumber natural, yaitu

dukungan sosial yang natural diterima seseorang melalui interaksi sosial

dalam kehidupannya secara spontan dengan orang-orang yang berada

disekitarnya.

Dukungan sosia yang diberikan oleh partisipan memang beragam

bentuknya mulai dari kebutuhan pokok hingga pelatihan-pelatihan untuk

bekal hidup. Berikut bentuk-bentuk dukungan sosial menurut Sarafino

E.P. (1998: 98), menyampaikan lima bentuk dukungan sosial yang

diberikan kepada penyintas masyarakat Dusun Gempol sehingga mereka

dapat bertahan hidup hingga sekarang yaitu,

a. Dukungan Emosional

Dukungan emosional mencakup ungkapan empati, kepedulian

dan perhatian terhadap orang yang bersangkutan. Dukungan emosional

merupakan ekspresi dari afeksi, kepercayaan, perhatian, dan perasaan

didengarkan. Kesediaan untuk mendengarkan keluhan seseorang akan

memberikan dampak positif sebagai sarana pelepasan emosi,

mengurangi kecemasan, membuat individu merasa nyaman, tenteram,

diperhatikan, serta dicintai saat menghadapi berbagai tekanan dalam

hidup mereka. Adapun bentuk-bentuk dukungan emosional yang

diberikan kepada penyintas banjir lahar dingin oleh partisipan baik dari

95

pemerintah maupun LSM saat terjadi bencana banjir lahar dingin di

Dusun Gempol yaitu,

1) Dukungan Emosional yang diberikan oleh Pemerintah Desa Jumoyo.

Menurut hasil wawancara dengan Kepala Desa, pemerintah desa ikut

berpartisipasi dalam memberikan dukungan instrumental. Salah

satunya yaitu dukungan emosional, yaitu memberikan rasa aman

kepada para penyintas. Berikut pernyataan SKN selaku Kepala Desa

Jumoyo,

“Kami mencoba untuk memberikan rasa aman kepada warga,

lalu kami menampung warga di kantor Kepala Desa, kemudian

di SD dan STM yang dekat dengan kantor Kepala Desa”

(SKN. Wawancara tanggal30 Desember 2012).

2) Dukungan emosional dari ANSHOR yaitu bantuan advokasi yang

diberikan kepada masyarakat Dusun Gempol. Saat terjadi bencana

banjir, ternyata ada beberapa anggota masyarakat yang memiliki

tanggungan kredit, sehingga masyarakat dikejar-kejar oleh kolektor,

sehingga masyarakat membutuhkan advokasi untuk manangani hal

tersebut. Berikut pernyataan HBL selaku ketua ANSHOR ketika

diwawancarai mengenai dukungan emosional yang diberikan,

“Untuk masyarakat Gempol kita juga melakukan advokasi karena

ada beberapa warga yang yang punya tanggungan kredit dan

advokasi agar pemerintah memperpanjang tanggap bencana” (HBL.

Wawancara tanggal 31 Desember 2012).

3) Dukungan emosional lain dari IPNU yang diberikan kepada warga

Dusun Gempol yaitu berupa pendampingan utuk pelajar remaja, dan

96

juga memberikan hiburan kepada anak-anak Dusun Gempol. Berikut

pernyataan MIM, selaku ketua pelaksana sekaligus selaku ketua

IPNU Kecamatan Salam,

“Upaya untuk membantu pengungsi korban lahar dingin

Merapi di pengungsian yaitu kami mengadakan pendampingan

terhadap pelajar remaja, dan juga kita ajak ke Borobudur dan

kami berikan hiburan-hiburan yang menarik” (MIM.

Wawancara tanggal 31 Desember 2012).

4) Selain Pemerintah Desa Jumoyo, ANSHOR dan IPNU, dukungan

emosional yang diberikan kepada para penyintas yaitu berupa

diskusi yang dilaksanakan setiap malam Rabu selama para penyintas

mengungsi di kantor Desa Jumoyo. Berikut pernyataan JSY, terkait

dukungan emosional yang diberikan oleh BPBD yang saat itu masih

tergabung dalam KESBANGPOLPB,

“Kami selama di pengungsian bekerjasama dengan pemerintah

Desa mengadakan malam rebon, mengadakan diskusi untuk

menampung aspirasi mereka, dan kami sebagai fasilitator

berusaha untuk menuruti, bahkan kadang mereka meminta

bantuan yang aneh-aneh” (JSY. Wawancara tanggal 3 Januari

2013)

Dari 7 partisipan yang berpartisipasi dalam memberikan

dukungan instrumental bagi para penyintas lahar terdapat 4 partisipan

yang memberikan dukungan emosional untuk penyintas lahar dingin di

Dusun Gempol. Dukungan emosional tersebut berupa pemberian rasa

aman yang diberikan oleh pemerintah desa, pendampingan khusus

remaja dan hiburan dari IPNU, pengadaan diskusi setiap malam Rabu

untuk menampung aspirasi warga Dusun Gempol, selama di

97

pengungsian yang dilakukan atas kerjasama KESBANGPOLPB dan

Pemerintah Desa Jumoyo.

b. Dukungan Penghargaan

Dukungan penghargaan, terjadi melalui ungkapan penghargaan

yang positif untuk individu, dorongan maju, persetujuan dengan

gagasan atau perasaan individu, dan perbandingan positif individu

dengan individu lain, seperti misalnya perbandingan dengan orang-

orang yang kurang mampu atau lebih buruk keadaannya. Hal seperti ini

dapat menambah penghargaan diri. Adapun bentuk dukungan

penghargaan yang diberikan oleh partisipan yaitu,

1) Dukungan penghargaan yang diberikan oleh Pemerintah Desa

Jumoyo saat di pengungsian. Berikut pernyataan SKN selaku Kepala

Desa Jumoyo, mengenai bentuk dukungan penghargaan yang

diberikan, “Motivasi melalui pertemuan-pertemuan yang diadakan di

balai desa tersebut, bahwa ini bencana, yang mengalami tidak

sendirian” (SKN. Wawancara tanggal 30 Desember 2012).

2) Dukungan Penghargaan yang kedua yaitu dari DINASKERTRANS

yang diberikan kepada korban yang mengalami cacat sementara.

Dukungan penghargaan tersebut berupa motivasi agar mereka cepat

sembuh dan pemberian motovasi tersebut berupa perbandingan

positif individu. Berikut keterangan DH selaku Kasie Instrumental

DISNAKERTRANS,

98

“Kami hanya berfokus pada anak, lansia, dan korban cacat,

dan mengalami trauma sehingga motivasi-motivasi tersebut

hanya kami sampaikan secara lisan dengan usaha pengobatan

tersebut, seperti misalnya “bahwa kita masih diberi

keselamatan, masih diberi kesempatan untuk hidup, dan kita

harus bangkit, agar tetap bisa meneruskan hidup (DH.

Wawancara tanggal 4 Januari 2013).

3) Dukungan penghargaan ketiga yaitu dari PMI. Dukungan

penghargaan dari PMI yaitu berupa pendampingan terhadap

masyarakat Dusun Gempol dan memberikan pengertian bahwa yang

mengalami bencana ini tidak sendirian, masih banyak yang tidak

seberuntung kita. Berikut hasil wawancara dengan kepala markas

PMI mengenai dukungan penghargaan yang diberikan,

“Motivasi yang kami berikan, kami hanya mengadakan

pendampingan untuk korban yang mengalami trauma,

memberikan percaya diri kepada mereka bahwa yang

mengalami kesedihan ini tidak mereka sendiri dan masih

banyak yang tidak seberuntung kita” (KSWD. Wawancara

tanggal 4 januari 2013).

Berdasarkan hasil penelitian mengenai dukungan penghargaan

yang diberikan oleh partisipan, terdapat 3 partisipan yang memberikan

dukungan penghargaan kepada warga masyarakat Dusun Gempol.

Dukungan Penghargaan tersebut berupa motivasi-motivasi yaitu berupa

perbandingan positif seperti yang dilakukan oleh Kantor Desa,

DISNAKERTRANS dan PMI.

99

c. Dukungan Instrumental

Dukungan instrumental, mencakup bantuan langsung, dapat

berupa jasa, waktu, atau uang. Berdasarkan hasil wawancara yang telah

dilaksanakan kepada partisipan, maka dapat dikelompokkan dukungan

instrumental yang diberikan kepada para penyintas banjir lahar dingin

di Dusun Gempol yaitu,

1) Dukungan Instrumental dari YEU.

Berbagai jenis dukungan instrumental yang diberikan dari

Yakkum Emergency Unit. Dukungan instrumental yang diberikan

yaitu berupa logistik, alat kebersihan, terpal yang digunakan untuk

atap ketika di Huntara, sarana sanitasi, peralatan untuk membuat

kripik dan konblok, serta bantuan modal untuk mengembangkan

usaha bersama.

2) Dukungan Instrumental dari Kelurahan Desa Jumoyo

Dukungan instrumental yang diberikan dari Kelurahan Desa

Jumoyo beraneka ragam, yaitu tempat penampungan untuk

mengungsi, uang saku yang diberikan kepada anak yang masih

sekolah dan warga, logistik, bantuan ayam, kambing dan lele untuk

berternak bekerja sama dengan Dinas Peternakan Kabupaten

Magelang, terpal, dan bekerja sama dengan pemerintahan Provinsi

Jawa Tengah untuk bantuan mesin untuk pembuat paving.

100

3) Dukungan Instrumental dari Organisasi ANSHOR

Sebagai partisipan dalam penanganan bencana banjir lahar

dingin di Dusun Gempol, ANSHOR yaitu organisasi keagamaan di

Kabupaten Magelang juga turut berpartisipasi dalam memberikan

dukungan sosial khususnya dukungan instrumental. Adapun

dukungan instrumental yang diberikan oleh ANSHOR yaitu, berupa

shelter box yang dikirim dari Inggris atas kerjasama dengan Rotari

dan International Shelter Box, Organisasi ANSHOR juga membantu

proses evakuasi warga dan bantuan logistik.

4) Dukungan Instrumental dari IPNU

IPNU dan IPPNUmerupakan badan otonom dari organisasi

masyarakat ( ormas ) dan sangat diharapkan oleh Nahdlatul Ulama

sebagai organisasi induknya untuk bisa menjadi awal dari

pengkaderan Nahdlatul Ulama sehingga keberadaannya akan tetap

langgeng dan berkembang dijaman modern ini.Dukungan

instrumental yang diberikan, berdasarkan hasil wawancara dengan

Ketua IPNU Kecamatan Salam yaitu IPNU bekerjasama dengan

ANSHOR untuk mengevakuasi warga saat kejadian bencana banjir.

Selain dukungan instrumental berupa jasa, IPNU lebih memfokuskan

pada penanganan pelajar remaja korban banjir lahar dingin, IPNU

juga memberikan bantuan logistik, dan pendampingan belajar untuk

pelajar yang akan menghadapi ujian akhir sekolah serta alat tulis

untuk siswa.

101

5) Dukungan Instrumental dari BPBD

Adapun dukungan instrumental yang diberikan oleh BPBD,

(pada waktu kejadian banjir lahar dingin di Dusun Gempol masih

menjadi satu dengan KESBANGPOLPB) ini sangat beraneka ragam.

Dukungan instrumental tersebut yaitu mulai saat evakuasi warga,

penyediaan tempat penampungan, logisitik, pakaian, penyediaan air

bersih, pelayanan kesehatan, Huntara, uang saku, uang lauk pauk,

perlatan dapur, dan jaminan hidup 1 bulan, saat masuk Huntara.

6) Dukungan Instrumental dari DINASKERTRANS

Dukungan instrumental yang diberikan oleh Dinas

Ketenegakerjaan dan Transmigrasi (DINASKERTRANS)

sebenarnya lebih difokuskan kepada penyandang cacat dan lansia.

DINASKERTRANS memberikan bantuan saat evakuasi

bekerjasama dengan relawan Taruna Tanggap Bencana (TAGANA),

berupa logistik terutama beras, kursi roda, tongkat, proses terapi

kesehatan pada penyandang cacat bekerjasama dengan HI dan UCV.

7) Dukungan Instrumental dari PMI

PMI atau Palang Merah Indonesia, merupakan organisasi yang

bergerak di bidang kemanusiaan. Saat terjadi bencana erupsi Merapi

bulan Oktober 2010 lalu, khususnya saat terjadi bencana banjir lahar

dingin di Dusun Gempol, PMI turut berpartisipasi dalam penanganan

bencana. Dukungan instrumental yang diberikan oleh PMI kepada

para penyintas beraneka ragam, yaitu evakuasi warga dan pemberian

102

fasilitas seperti shelter box, armada, ambulan, kereta jenazah, truk,

dan relawan dari paramedik PMI sendiri, P3K, pelayanan kesehatan,

alat dapur umum, logistik dan suplai air bersih.

Dukungan instrumental yang diberikan kepada para penyintas

korban banjir lahar dingin pasca erupsi Merapi di Dusun Gempol

sebenarnya tidak hanya berasal dari ketujuh partisipan di atas.

Partisipan yang telah disebutkan di atas adalah partisipan yang berperan

langsung saat penanggulangan bencana banjir lahar di Dusun Gempol.

Berdasarkan pemaparan di atas maka ketujuh partisipan tersebut telah

memberikan berbagai macam jenis dukungan instrumental, mulai saat

evakuasi, penyediaan tempat untuk pengungsi, logistik, hingga hunian

sementara.

Berbagai jenis dukungan yang diberikan ternyata tidak terlepas

dari kerjasama dari berbagai pihak. Misalnya saja kerjasama ANSHOR

dengan International Shelter Box dan Rotari, PMI dengan Puskesmas

saat pemberian layanan kesehatan, Pemerintah desa dengan berbagai

jaringan sosialnya, BPBD dengan mahasiswa dari UGM, UNY dan

masih banyak lagi, DISNAKERTRANS dengan TAGANA, IPNU

dengan ANSOR, dan YEU dengan UNOCHA dalam proses pendanaan.

103

d. Dukungan Informatif

Dukungan informatif, mencakup pemberian nasehat, petunjuk-

petunjuk, saran-saran, informasi atau umpan balik. Dukungan ini

membantu individu mengatasi masalah dengan cara memperluas

wawasan dan pemahaman individu terhadap masalah yang dihadapi.

Informasi tersebut diperlukan untuk mengambil keputusan dan

memecahkan masalah secara praktis. Berdasarkan penelitian yang telah

dilaksanakan, peneliti juga menemukan adanya bentuk dukungan

informatif yang telah diberikan partisipan kepada penyintas korban

banjir lahar dingin di Dusun Gempol. Adapun dukungan informatif

yang telah diberikan yaitu,

1) Dukungan Informatif dari YEU

YEU (Yakkum Emergency Unit) ikut serta aktif dalam

memberikan dukungan informatif kepada para penyintas banjir lahar

dingin di Dusun Gempol. Berdasarkan hasil wawancara yang telah

dilaksanakan dengan salah satu perwakilan di YEU, DT. Peneliti

memperoleh informasi mengenai dukungan informatif yang telah

diberikan.

Dukungan informatif yang telah diberikan berupa pelatihan

resiko bencana dan ancaman, membentuk rencana kerja untuk

mengurangi resiko, pelatihan P3K, manajeman barang, latihan

pengolahan sampah, latihan usaha penghidupan alternatif seperti

membuat keripik dari singkong, talas, kentang, dan ubi, dan

104

pemberian motivasi agar masyarakat dapat kembali ke fungsinya

masing-masing.

2) Dukungan Informatif dari Pemerintah Desa Jumoyo

Pemerintah Desa Jumoyo, tentunya juga ikut berperan dalam

memberikan dukungan informatif bagi para penyintas korban banjir

lahar dingin di Dusun Gempol. Berdasarkan hasil wawancara dengan

kepala Desa Jumoyo, Beliau memberikan informasi mengenai

dukungan informatif yang telah diberikan. Adapun dukungan

informatif tersebut yaitu, berupa hiburan untuk warga, informasi

mengenai Huntap, informasi mengenai daerah rawan bencana, dan

pelatihan ternak lele, ayam, kambing.

3) Dukungan Informatif dari Organisasi ANSHOR

Dalam penangananbencana banjir lahar dingin di Dusun

Gempol,ANSHOR salah satu organisasi keagamaan di Kabupaten

Magelang turut aktif dalam pemberian dukungan sosial terhadap

para penyintas. Berdasarkan hasil penelitian, peneliti telah

menggolongkan dukungan informatif dari organisasi ANSHOR.

Adapun dukungan tersebut yaitu berupa informasi kesiapsiagaan

tanggap darurat bencana, advokasi pada masyarakat yang memiliki

tanggungan kredit, pengajian, traumahealing, danadvokasi agar

pemerintah memperpanjang tanggap bencana.

105

4) Dukungan Informatif dari IPNU

IPNU (Ikatanan Pelajar Nahdatul Ulama) dalam penanganan

korban bencana di wilayah Dusun Gempol lebih memfokuskan pada

pelajar remaja dan anak. Dukungan informatif yang telah diberikan

yaitu berupa trauma healing, bimbingan belajar untuk siswa yang

diberikan setelah Magrib hingga Isya’, pelatihan membatik,

pengolahan sampah botol yang diolah menjadi tempat pensil, dan

pelajaran keagamaan.

5) Dukungan Informatif dari BPBD

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), saat terjadi

bencana banjir lahar dingin di Dusun Gempol belum diresmikan, dan

masih tergabung dalam Kesatuan Bangsa Politik Penanggulangan

Bencana (KESBANGPOLPB). Memberikan dukungan informatif

kepada para penyintas banjir lahar dingin di Dusun Gempol.

Dukungan informatif yang telah diberikan tersebut yaitu, berupa

hiburansaat di pengungsian di Kelurahan Desa Jumoyo, kemudian

pelatihan ekonomi produktif yaitu pelatihan ternak ayam dan

kambing, dan secara aktif memberikan informasi mengenai sistem

EWS (Early Warning System).

6) Dukungan Informatif dari DINASKERTRANS

DINASKERTRANS (Dinas Ketenagakerjaan dan

Transmigrasi)selain memberikan dukungan sosial dalam bentuk

dukungan penghargaan dan instrumental, DINASKERTRANS juga

106

turut aktif memberikan dukungan sosial berupa dukungan informatif

terhadap warga Dusun Gempol. Dukungan informatif ini lebih

dikhususkan kepada lansia dan penyandang cacat. Berikut

keterangan DH selaku Kasie Sosial di DINASKERTRANS

Kabupaten Magelang,

“Selain itu kami juga membantu warga yang mengalami

trauma ataupun gangguan jiwa waktu itu kurang lebih 5 orang,

dan kami berikan program 3 bulan untuk penanganan, namun

itu keadaannya tidak parah, sehingga bisa cepat pulih” (DH.

Wawancara tanggal 4 Januari 2013).

7) Dukungan Informatif dari PMI

Dukungan informatif selanjutnya yaitu diberikan oleh PMI.

PMI (Palang Merah Indonesia) Kabupaten Magelang juga aktif

memberikan dukungan sosial, khususnya dukungan informatif.

Adapun dukungan informatif yang diberikan beraneka ragam mulai

dari operasional dapur umum, trauma healing, monitoring melalui

frekuensi radio mengenai daerah yang terancam bencana, hingga

pelatihan pertolongan pertama kegawatdaruratan.

Berdasarkan paparan di atas, maka dapat diambil kesimpulan

bahwa seluruh partisipan yang diwawancari ternyata turut andil dalam

memberikan dukungan sosial khususnya dukungan informatif kepada

para penyintas korban banjir lahar dingin di Dusun Gempol. Dukungan

tersebut berupa petunjuk-petunjuk seperti pelatihan-pelatihan, advokasi,

operasional dapur umum, informasi daerah rawan bencana. Selain hal

tersebut juga terdapat dukungan informatif yang dapat menambah

107

wawasan para penyintas, yaitu seperti hiburan, kegiatan keagamaan,

bimbingan belajar hingga informasi mengenai Hunian Tetap (Huntap).

e. Dukungan Jaringan Sosial

Dukungan jaringan sosial merupakan perasaan keanggotaan

dalam suatu kelompok, saling berbagi kesenangan dan aktivitas sosial.

Berdasarkan hasil analisis data, terdapat empat partisipan yang turut

andil memberikan dukungan jaringan sosial kepada penyintas banjir

lahar dingin di Dusun Gempol. Partisipan tersebut yaitu,

1) YEU

Selain bentuk-bentuk dukungan sosial yang telah dipaparkan di

atas, YEU juga turut andil dalam memberikan dukungan jaringan

sosial. Dukungan jaringan sosial yang diberikan adalah terbentuknya

Tim Siaga Bencana di Dusun Gempol, dengan anggota masyarakat

dusun Gempol. Berikut hasil analisis data dalam wawancara dengan

perwakilan YEU yaitu DT mengenai dukungan jaringan sosial,

“Yaitu tadi kami sudah memberikan pelatihan-pelatihan

kepada warga terutama pengurangan resiko bencana yang di

dalamnya juga sudah terbentuk tim SIAGA bencana, sehingga

ketika terjadi bencana kembali mereka sudah siap untuk dapat

memberikan peringatan adanya bencana dan dapat

mengevakuasi warga,” (DT. wawancara tanggal 20 Desember

2012).

108

2) Kelurahan Desa Jumoyo

Selain membentukTim Emergency, kelurahan Desa Jumoyo

juga membentuk OPRB bekerjasama dengan BPBD dan YEU.

OPRB merupakan Organisasi Pengurangan Resiko Bencana di

tingkat Desa yang beranggotakan warga Desa Jumoyo dan relawan

dari luar daerah. Tim tersebut bertugas untuk tanggap bencana,

sehingga tim tersebut bertugas untuk memberikan peringatan kepada

warga untuk segera mengungsi. Berikut keterangan yang diberikan

oleh SKN, ketika diwawancarai, dan berikut hasil analisis data

mengenai dukungan jaringan sosial yang telah diberikan,

“Usaha yang kami lakukan untuk tanggap bencana yaitu

sebelum terjadinya banjir besar, waktu itu kami sudah

membentuk emergencyjadi warga sudah siap-siap untuk

mengungsi. Kami punya organisasi dan terbentuk relawan,

yang bekerjasama dengan UGM, BPPTK, BMKG, sehingga

informasi-informasi dari BPPTK dan BMKG, ketika terjadi

hujan/banjir sudah langsung diinformasikan kepada warga.

Dan desa kami sudah menyiapkan fasilitas untuk menerima

ancaman banjir” (SKN. Wawancara tanggal 30 desember

2012).

3) IPNU

IPNU yang memfokuskan pada penanganan pelajarremaja dan

anak penyintas bencana banjir lahar dingin di Dusun Gempol,

ternyata juga memberikan dukungan jaringan sosial, yaitu berbagi

kesenangan dan aktivitas sosial melalui outbond. Sesuai dengan hasil

wawancara dengan MIM selaku ketua IPNU mengenai dukungan

sosial yang diberikan, “Selain itu kami juga mengadakan outbond

untuk anak-anak” (MIM. Wawancara tanggal 31 desember 2012).

109

4) BPBD

BPBD bekerjasama dengan OPRB Desa Jumoyo untuk

menanggulangiapabila terjadi bencana lagi. Berikut hasil wawancara

dengan JSY mengenangi dukungan jaringan sosial yang telah

diberikan,

“Selain kami menyarankan kepada warga untuk ke Huntap,

kami juga menekankan kepada sistem Early Warning Sistem,

di Jumoyo ada OPRB, sudah menyusun protap sehingga sudah

siap jika ada bencana lagi. Pengurangan resiko bencana jadi

program utama kami (JSY. Wawancara tanggal 3 januari

2013).

Berbagai jenis dukungan jaringan sosial telah diberikan

partisipan. Dukungan jaringan sosial tersebut seperti pembentukan Tim

Siaga Bencana tingkat dusun,Tim Emergency dan OPRB tingkat Desa.

Ketiga tim tersebut berfungsi sebagai tim penanggulangan resiko

bencana. Selain itu, dari organisasi kepemudaan juga berbagi

kesenangan dan aktivitas sosial melalui outbond yang dilakukan

bersama penyintas anak-anak dan remaja banjir lahar dingin.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan di atas, dukungan

sosial yang telah diberikan oleh partisipan kepada warga masyarakat

Dusun Gempol ternyata sangat bermanfaat. Beberapa manfaat adanya

dukungan sosial yang dirasakan oleh warga yaitu,

1) Membantu masyarakat Dusun Gempol dalam menghadapi stressor.

110

Bentuk dukungan yang membantu masyarakat dalam menghadapi

masalah serta membuat mereka menjadi stres contohnya seperti hiburan

yang diberikan oleh Pemerintah Desa kepada para pengungsi, outbond

yang diberikan oleh IPNU kepada anak-anak dan remaja di Dusun

Gempol, dan kegiatan keagamaan seperti mujadahan, pengajian, yang

di berikan olehorganisasi ANSHOR.

2) Menyediakan bantuan dalam menghadapi tuntutan terhadap keadaan

masyarakat Dusun Gempol.

Masyarakat Dusun Gempol, setelah terjadi bencana mereka

dituntut untuk dapat kembali ke fungsinya masing-masing. Maksudnya

adalah supaya mereka cepat dapat melakukan aktivitas seperti sebelum

terjadinya bencana banjir lahar dingin. Oleh sebab itu, baik dari

pemerintah, swasta maupun LSM, juga memberikan dukungan sosial

seperti pelatihan-pelatihan keterampilan, trauma healing, dan dukungan

jaringan sosial seperti terbentuknya Tim Siaga Bencana, Emergency,

dan OPRB, yang bertugas untuk mengurangi resiko bencana.

3) Menjadi Sumber-Sumber Material

Bencana banjir lahir dingin yang telah menghanyutkan harta

benda warga Gempol, membuat warga menjadi tidak memiliki apapun.

Tentunya warga membutuhakan tempat tinggal, pakaian, makanan,

serta uang sebagai material yang dapat digunakan untuk melanjutkan

hidup. Dukungan sosial yang dapat menjadi sumber-sumber material

tentunya berasal dari dukungan instrumental yang telah diberikan oleh

111

partisipan. Dukungan tersebut berupa logistik, uang, pakaian, dan

tempat tinggal.

4) Memberikan bantuan pendampingan dan saran

Partisipan yang turut andil dalam memberikan bantuan sosial

ternyata juga aktif memberikan pendampingan kepada para penyintas.

Bentuk pendampingan yang telah diberikan yaitu seperti pendampingan

remaja, bimbingan belajar yang dilakukan oleh IPNU kepada para

penyintas pelajar remaja dan usia sekolah. ANSHOR juga turut andil

dalam memberikan pendampingan dan saran dalam bentuk advokasi.

Terdapat dua jenis advokasi yang diberikan oleh ANSHOR kepada

warga. Advokasi pertama yaitu ANSHOR menjadi mediasi pada warga

yang dikejar-kejar oleh debitor karena mempunyai tanggungan kredit,

advokasi yang kedua yaitu ANSHOR menjadi mediasi agar pemerintah

mau memperpanjang tanggap bencana.

Sesuai dengan pemaparan mengenai bentuk-bentuk dukungan sosial

di atas maka, dapat diambil kesimpulan bahwa masyarakat telah

merasakan dukungan sosial yang diberikan. Selain merasakan dukungan

sosial yang diberikan, dukungan sosial juga turut andil dalam membangun

semangat para penyintas untuk dapat melanjutkan hidup (resiliensi).

Seluruh masyarakat merasakan dukungan yang telah diberikan, namun

tidak semua anggota masyarakat ikut berpartisipasi dalam menerima

pelatihan yang diberikan. Contohnya saja pelatihan yang diberikan dari

112

YEU, terdapat anggota masyarakat yang tidak mengikuti pelatihan

tersebut.

Sikap-sikap untuk mau menerima ataupun tidak terhadap bentuk-

bentuk dukungan sosial yang telah diberikan kepada para penyintas

disebut dengan determinan resiliensi. Lebih tepatnya determinan resiliensi

adalah sesuatu yang dimiliki oleh individu untuk menyikapi bentuk-bentuk

dukungan sosial yang diberikan sehingga mempengaruhi kemampuan

individu untuk bangkit dari masa-masa sulit pasca terjadinya bencana.

Bogar Christine B. (2006: 321-322) dalam penelitiannya

mengidentifikasikan lima determinan dari resiliensi yaitu,

1) Keterampilan Interpersonal

Keterampilan interpersonal merupakan keterampilan yang

dipelajari ataupun bawaan pada diri seseorang yang dapat

memfasilitasi kemampuannya dalam berinteraksi secara positif dan

efektif dengan orang lain. Contoh keterampilan interpersonal yang

telah diperoleh warga dari pelatihan-pelatihan yang telah diberikan

dari partisipan pemberi dukungan sosial yaitu berupa keterampilan

untuk membuat keripik dan pemasarannya melalui KUB. Berikut

pernyataan salah satu warga yang merasakan manfaat adanya pelatihan

tersebut,

“Di Huntara itu banyak pelatihan mbak seperti membuat criping,

keset, batako dan saya ikut yang pembuatan criping, yang masih

berjalan ya criping itu, tapi sekarang karena KUB belum jadi ya

belum jalan lagi” (SMYT. Wawancara tanggal 25 desember

2012).

113

Selain SMYT warga masyarakat yang merasakan manfaat

adanya pelatihan pembuatan gypsun yaitu SHN, berikut pernyataan

SHN mengenai pelatihan yang diberikan sewaktu di Huntara, “Terus

pas di huntara juga ada pelatihan untuk membuat gypsun hasilnya itu

mbk saya buat untuk hiasan rumah itu” (SHN. Wawancara tanggal 26

Desember 2012). Tidak semua warga mau mengikuti pelatihan yang

diberikan, berikut pernyataan salah satu warga yang tidak mengikuti

pelatihan tersebut,

“Tidak begitu yakin, tapi alhamdulillah, kemaren sempat dijatah

uang juga, terus ada pelatihan di pengungsian tapi saya tidak

ikut. Pas di huntara saya dapat macem-macem ada rumah dan

isinya” (SHRN. Wawancara tanggal 25 desember 2012).

2) Kompetensi

Kompetensi diartikan sebagai bakat dan keterampilan yang

dimiliki oleh sesorang dan memberikan kontribusi terhadap

kemampuannya untuk dapat bertahan pasca bencana. Masih

berhubungan dengan keterampilan interpersonal, kompetensi ini

merupakan keterampilan yang memberikan kontribusi terhadap

kemampuan para penyintas untuk mampu kembali seperti sebelum

terjadinya banjir lahar dingin.

Keterampilan tersebut berasal dari dukungan sosial yang

diberikan khususnya berupa pelatihan-pelatihan keterampilan. Berikut

pernyataan warga yang merasakan manfaat pelatihan yang diberikan,

“Usaha saya ya dengan memperbaiki rumah dengan batako ini mbak

hasil pelatihan itu mbak” (TN. Wawancara tanggal 26 desember 2012).

114

Selain TN, WT juga merasakan manfaat ikut pelatihan yang diberikan

dari YEU. Berikut pernyataan WT setelah mengikuti pelatihan boga

yang diberikan,

“Sekarang saya bantu-bantu istri di warung mbak, saya juga

tinggal di warung sekarang, ya berkat ikut pelatihan di boga

tersebut jadi dapat membantu” (WT. Wawancara tanggal 26

desember 2012).”

3) Self-regard

Penerimaan diri yang positif yaitu kemampuan seseorang untuk

mengubah pikiran yang negatif menjadi pikiran yang positif terhadap

diri mereka. Hal ini mampu menumbuhkan pikiran pada individu

bahwa mereka dapat memegang kendali atas kehidupannya. Motivasi

yang diberikan oleh para relawan saat membantu korban saat evakuasi

dapat menumbuhkan penerimaan positif pada korban saat terjadi

bencana. Penyintas mengaku ikhlas saat mereka diberikan motivasi

oleh relawan, berikut pernyataan warga tersebut, “yang sabar Pak, ini

bencana dari Tuhan” dan saya jadi mengikhlaskan kalau barang-barang

dan rumah saya rusak mbak” (TN. Wawancara tanggal 26 desember

2012).

4) Spiritualitas

Spiritualitas dan religiusitas, keduanya adalah komponen yang

penting bagi resiliensi seseorang. Kepercayaan ini dapat menjadi

sandaran bagi individu dalam mengatasi berbagai permasalahan saat

peristiwa buruk menimpa. Spiritualitas ini berupa keikhlasan warga

Dusun Gempol untuk menerima bencana yang telah diberikan,

115

meskipun bencana tersebut merusak dan menghilangkan harta benda

warga.

Berikut pernyataan warga mengenai spiritualitas, “Tidak sedih,

karena ini alam dan saya percaya Tuhan akan mengganti nanti”

(SGNG. Wawancara tanggal 25 Desember 2012). Selain itu warga

lain juga mengaku hal yang sama, bahwa yang mengalami bencana

tidak sendiri, berikut pernyataan warga, “bencana dari Tuhan, dan kita

tidak sendiri” (JMD. Wawancara tanggal 21 desember 2012).

5) Situasi kehidupan yang bemanfaat

Meskipun tidak semua kehidupan bersifat positif, namun bagi

individu baik peristiwa-peristiwa yang negatif ataupun yang positif

mampu menantang individu untuk menjadi lebih kuat dan memiliki

empati terhadap kehidupan orang lain. Situasi kehidupan yang

bermanfaat ini lebih mengacu pada hikmah setelah kejadian bencana

banjir dingin di Dusun Gempol. Berikut hasil wawancara mengenai

hikmah yang diperoleh pasca terjadi bencana banjir lahar dingin,

“Hikmah setelah bencana ini masyarakat jadi lebih rukun,

gotong royong lebih nya lebih kuat, dulu kalau buat rumah

jarang mbak warga bantu untuk memasang gendeng, tapi

sekarang jian semangat untuk sambatan itu hebat sekali mbak”

(JMD. Wawancara tanggal 21 desember 2012).

116

Selain menambah semangat gotong royong, hikmah setelah

terjadinya banjir lahar dingin tersebut, juga dapat menambah saudara,

berikut pernyataan WT saat diwawancarai mengenai hikmah

terjadinya banjir lahar dingin,

“Hikmah yang bisa saya ambil dari bencana ini adalah saya jadi

tambah silaturahim dengan banyak orang mbak, karena studi

banding saya ke Cangkringan, terus sebagainya, saya jadi

tambah informasi dan tambah saudara tentang penanganan

bencana” (WT. Wawancara tanggal 26 desember 2012).

Salah satu warga yang diwawancarai juga mengaku untuk lebih

ingat kepada Tuhan pasca bencana banjir lahar dingin tersebut.

Berikut hasil wawancara yang mengenai hikmah pasca banjir lahar

dingin,

“Hikmahnya agar kita itu lebih ingat pada Allah, dan tidak

semua bencana itu membawa buruk, ini menurut saya juga

membawa berkah, kemudian warga di sini juga tambah rukun”

(TN. Wawancara tanggal 26 Desember 2012).

Selain menambah rukun tetangga, menambah saudara, dan

menambah spiritualitas terhadap Tuhan, salah satu subjek penelitian

mengaku memperoleh ketrampilan pasca terjadinya lahar dingin.

Berikut pernyataan subjek penelitian tersebut,

“Hikmah setelah bencana ini saya lebih terampil mbak, karena

adanya pelatihan buat criping, saya sekarang malah bisa buat

criping terus ada pengalaman organisasi di KUB juga” (SMYT.

Wawancara tanggal 25 Desember 2012).

117

Telah terlihat bahwa sebagian besar masyarakat, mampu menyikapi

bentuk-bentuk dukungan sosial dengan baik. Sikap-sikap tersebut berupa

kemampuan diri untuk dapat menerima atau tidak bentuk-bentuk dukungan

sosial yang telah diberikan, terbukti dengan hasil yang diperoleh warga

sesuai dengan pemaparan di atas. Sikap-sikap tersebut juga dapat

memotivasi diri untuk dapat melanjutkan hidup pasca terjadinya banjir

lahar dingin.

Selain motivasi yang diperoleh dari dukungan-dukungan sosial yang

telah diberikan, masyarakat Dusun Gempol juga memiliki keinginan kuat

yang berasal dari dalam individunya untuk dapat bangkit dari keterpurukan

yang telah terjadi. Masyarakat Dusun Gempol menginginkan untuk dapat

hidup kembali ke Dusun Gempol, sehingga apapun yang mereka lakukan

untuk kembali ke Dusun Gempol merupakan keinginan yang timbul dari

dalam individu.

Terdapat masyarakat yang pro dan kontra mengenai kebijakan

pemerintah terhadap Huntap. Huntap merupakan suatu program kerjasama

dari pemerintah dan Rekompak untuk pengadaan hunian tetap bagi warga

Dusun Gempol pasca banjir lahar dingin. Terdapat sebagian dari

masyarakat yang mengambil Huntap ini, akan tetapi sebagian masyarakat

memilih untuk kembali ke Dusun Gempol lagi, membangun Dusun mereka

dengan berbagai macam usaha mereka lakukan. Mereka tidak menerima

Huntap dengan alasan bahwa mereka merasa sangat mencintai Dusun

mereka sehingga mereka tidak mau meninggalkan Dusun Gempol.

118

Wujud usaha yang mereka lakukan adalah melakukan pekerjaan

dengan memanfaatkan pasir dan batu yang menenggelamkan rumah

mereka. Tidak hanya kaum laki-laki saja yang bekerja untuk mewujudkan

harapan agar dapat kembali ke Dusun Gempol lagi, tetapi kaum

perempuan juga turut serta membantu suaminya, meskipun usaha yang

mereka lakukan termasuk pekerjaan yang lazim dilakukan oleh kaum laki-

laki.

Usaha yang mereka lakukan tidak sia-sia, kurang lebih dalam kurun

waktu 1 tahun, sebagian penyintas sudah dapat membangun kembali

rumah mereka yang hanyut terbawa banjir lahar dingin, dan pembangunan

rumah tersebut merupakan hasil jerih payah mereka, tanpa adanya bantuan

dana dari pemerintah. Dalam pembangunan penyintas saling gotong-

royong untuk mendirikan rumah.

Berdasarkan hasil pemaparan di atas, maka dapat diambil

kesimpulan bahwa tidak semua penyintas memiliki sikap yang tumbuh

dari dalam individu untuk mendukung mereka menjadi resilien. Terbukti

dengan adanya beberapa masyarakat yang tidak memiliki sebagian dari 5

determinan resiliensi. Determinan resiliensi merupakan sesuatu sikap yang

dimiliki oleh individu untuk menyikapi bentuk-bentuk dukungan sosial

yang diberikan sehingga mempengaruhi resiliensi dari individu. Sikap-

sikap itu berupa proses motivasi diri untuk dapat menerima atau tidak

bentuk-bentuk dukungan sosial yang diberikan. Eksistensi masyarakat

119

mencerminkan wujud dari dari sikap resilien mereka tehadap bentuk-

bentuk dukungan sosial.

2. Peran Dukungan Sosial dalam Membangun Resiliensi Warga Dusun

Gempol Pasca Terjadinya Bencana Lahar Dingin Gunung Merapi

Pasca terjadinya banjir lahar dingin di Dusun Gempol Desa Jumoyo

Kabupaten Magelang yang terjadi tahun 2010 lalu, tentunya masyarakat

Dusun Gempol mengalami perubahan, baik secara fisik maupun secara

sosial. Perubahan secara fisik dapat dilihat melalui keadaan Dusun mereka

yang tenggelam. Secara sosial masyarakat Dusun Gempol mengalami

perubahan fungsi masing-masing dalam kehidupan sosialnya.

Masyarakat Dusun Gempol termotivasi oleh rasa cinta yang tinggi

terhadap Dusun mereka, karena masyarakat mempunyai pemikiran bahwa

mereka terlahir, besar, hidup, bekerja di Dusun Gempol. Hal tersebut

menumbuhkan suatu keyakinan yang mendalam untuk tidak meninggalkan

Dusun Gempol apapun yang terjadi.Masyarakat dituntut untuk tidak

berlarut-larut dalam menghadapi bencana, bisa bangkit dari keadaan sulit

kemudian kembali pada fungsinya masing-masing dalam kehidupan

bermasyarakat.

Tentunya hal tersebut tidak mudah, karena masyarakat terdiri dari

masing-masing individu yang komplek serta memiliki karakteristik yang

berbeda. Dibutuhkan suatu partisipasi dari berbagai pihak untuk dapat

menyatukan kembali masing-masing individu menjadi masyarakat yang

120

mempunyai satu tujuan. Masyarakat sangat membutuhkan dukungan

berbagai pihak. Seperti yang telah dipaparkan di dalam pembahasan

bentuk-bentuk dukungan sosial yang telah diberikan oleh partisipan,

dukungan sosial yang diberikan beraneka bentuk, mulai dari dukungan

emosional, dukungan penghargaan, dukungan instrumental, dukungan

informatif, hingga dukungan jaringan sosial.

Berbagai bentuk dukungan sosial yang telah diberikan, diharapkan

dapat meringankan beban warga, dan dapat mengembalikan keadaan

warga seperti sebelum terjadi banjir lahar dingin. Terbukti dari pemaparan

pada pembahasan bentuk-bentuk dukungan sosial yang telah diberikan

oleh partisipan, dukungan sosial dapat berfungsi untuk menggugah

masyarakat kembali ke fungsinya masing-masing dalam kehidupan

bermasyarakat serta melakukan sosialisasi.Masyarakat lambat laun mampu

mengembalikan keadaan seperti sebelum terjadinya banjir lahar dingin.

Kemampuan masyarakat untuk dapat kembali ke fungsinya masing-masing

pasca bencana ini disebut dengan resiliensi.

Lebih tepatnya resiliensi merupakan kemampuan seseorang untuk

bertahan, bangkit, dan menyesuaikan dengan kondisi yang sulit (Reivich

K. & Shatte A., 2002: 1). Individu yang memiliki resiliensi mampu untuk

secara cepat kembali kepada kondisi sebelum trauma, terlihat kebal dari

berbagai peristiwa-peristiwa kehidupan yang negatif, serta mampu

beradaptasi terhadap stres yang ekstrim dan kesengsaraan (Holaday

Morgot, 1997: 348). Berdasarkan pengertian resiliensi, masyarakat Dusun

121

Gempol mampu mengembalikan keadaan dari kondisi yang sulit. Keadaan

tersebut terbukti sebagian besar masyarakat Dusun Gempol dapat

membangun kembali rumah mereka dengan dana swadaya mandiri dan

kembali ke Dusun Gempol 2 tahun pasca banjir lahar dingin.

Berikut tabel mengenai peran bentuk-bentuk dukungan sosial dalam

membangun resiliensi warga Dusun Gempol.

Tabel 5. Peran Bentuk-Bentuk Dukungan Sosial dalam Membangun

Resiliensi Warga Dusun Gempol

No. Bentuk-Bentuk

Dukungan Sosial

Peran Temuan

1. Dukungan

Emosional

Sebagai sarana

pelepasan emosi,

mengurangi

kecemasan, membuat

individu nyaman,

diperhatikan, serta

dicintai saat

menghadapi tekanan

dalam hidup pasca

banjir lahar dingin.

Pemberian rasa aman

kepada para

penyintas, advokasi,

trauma healing,

diskusi.

2. Dukungan

penghargaan

Berperan untuk

membantu individu

meyakinkan bahwa

individu tersebut

berharga, mampu, dan

dihargai.

Motivasi melalui

pertemuan di balai

Desa, motivasi untuk

melanjutkan hidup

kembali.

3. Dukungan

Instrumental

Berperan membantu

mempermudah serta

melengkapi kebutuhan

sehari-hari individu

dalam melaksanakan

aktivitasnya.

Uang saku, logistik,

Huntara, Huntap,

bantuan hewan

ternak, shelter box,

evakuasi, alat tulis,

alat untuk membuat

paving, alat

kebersihan, terpal,

sarana sanitasi,

pelayanan kesehatan,

kursi roda, peralatan

122

dapur, peralatan

rumah tangga.

4. Dukungan

Informatif

Berperan sebagai

sarana pemberian

nasehat, petunjuk-

petunjuk sehingga

membantu individu

mengatasi masalah,

mengambil keputusan

secara praktis

Hiburan, kegiatan

keagamaan, life live

hood, bimbingan

belajar, pelatihan

membatik, pelatihan

resiko bencana,

pelatihan P3K,

manajemen barang,

latihan pengolahan

sampah, pelatihan

penghidupan

alternatif, pembuatan

keripik, sistem Early

Warning System,

monitoring lewat

frekuensi radio.

5. Dukungan

Jaringan

Informatif

Berperan sebagai

pemersatu dalam suatu

kelompok masyarakat.

Outbond, membentuk

tim Siaga, OPRB

Bentuk-bentuk dukungan sosial yang ada telah diberikan, berperan

dalam membentuk resiliensi individu. Terbentuknya resiliensi individu

dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor eksternal

dalam membentuk resiliensi individu yaitu keluarga, komunitas, serta

dalam penelitian ini yang berperan penting yaitu berupa dukungan sosial

yang telah diberikan dari berbagai pihak.

Penyintas merupakan bagian dari keluarga. Penyintas (anak)

membutuhkan partisipasi dari keluarganya untuk menjadi resilien.

Keluarga merupakan tempat untuk melakukan sosialisasi yang utama

sehingga kepercayaan diri dan motivasi untuk bangkit dari masa sulit dapat

tumbuh dalam diri penyintas (anak).

123

Selain faktor eksternal, faktor internal juga sangat penting dalam

menunjang terbentuknya resiliensi penyintas pasca banjir lahar dingin.

Faktor Internal merupakan segala hal yang dimiliki oleh setiap individu

untuk bisa menerima berbagai macam bentuk dukungan sosial, dan

memanfaatkannya dengan baik sesuai fungsinya masing-masing.Faktor

internal tersebut berupa faktor individual meliputi gender dan keterikatan

dengan kebudayaan.

Faktor individual berupa gender memberikan kontribuasi bagi

resiliensi individu. Gender merupakan pembentukan karakter individu oleh

budaya, sehingga budaya mempengaruhi bentuk karakter antara laki-laki

dan perempuan. Pembentukan resiliensi antara laki-laki dan perempuan

tentunya berbeda. Berdasarkan observasi dan wawancara, resiliensi yang

dimiliki oleh laki-laki lebih tinggi daripada resiliensi perempuan. Hal ini

terlihat kaum laki-laki lebih cepat untuk bangkit dibandingkan seorang

perempuan. Selain itu dalam usaha untuk menumbuhkan resiliensi

individu, laki-laki lebih berusaha keras dibandingkan perempuan. Laki-

laki bekerja lebih giat sedangkan perempuan sifatnya hanya membantu.

Perbedaan lain yang terjadi pada laki-laki dan perempuan yaitu

dalam hal tanggap bencana, dan ungkapan perasaan antara laki-laki dan

perempuan saat terjadi banjir lahar dingin. Laki-laki di Dusun Gempol

lebih sigap dalam menanggapi bencana banjir lahar dingin. Pihak laki-laki

mengungsikan istri dan anaknya terlebih dahulu, kemudian mereka

kembali ke rumah untuk mengamankan harta benda mereka. Ungkapan

124

perasaan antara laki-laki dan perempuan pun berbeda. Perempuan lebih

pasrah dalam menanggapi bencana, sebagian besar subjek penelitian

mengaku pasrah pasca terjadinya banjir lahar dingin, namun laki-laki yang

diwawancarai sebagai subjek penelitian tidak terlalu memikirkan hal ini

secara terus menerus. Sebagai kepala keluarga tentunya mereka sadar

bahwa seorang laki-laki harus segera bangkit untuk mengembalikan

keluarganya ke keadaan seperti semula.

Keterikatan budaya yang ada di masyarakat Gempol yaitu kecintaan

masyarakat terhadap dusun mereka. Hal ini terbukti masyarakat tidak

bersedia meninggalkan dusun Gempol karena mereka mencintai dan telah

menempati dusun Gempol secara turun temurun. Bahkan masyarakat

Gempol menolak ajakan pemerintah untuk mengikuti program HUNTAP.

Faktor internal yang telah dipaparkan di atas merupakan bagian dari

determinan resiliensi.Determinan resiliensi individu berupa keterampilan

interpersonal, kompetensi, self regard, spiritualitas, situasi kehidupan yang

bermanfaat. Berikut ini adalah tabel peran determinan resiliensi dalam

membangun warga Dusun Gempol.

125

Tabel 6. Peran Determinan Resiliensi dalam Membangun Warga

Dusun Gempol

No Determinan

Resiliensi

Peran Temuan

1. Keterampilan

Interpersonal

Membantu individu

dalam

berinteraksi/berhubu

ngan dengan orang

lain meliputi

berinteraksi secara

kedekatan

emosional,

kemandirian berpikir

optimis.

Bagi warga yang aktif

dalam mengikuti pelatihan

keterampilan yang

diberikan oleh pihak-

pihak pemberi dukungan

seperti pelatihan membuat

keset, membuat criping

dari umbi-umbian,

membuat batako, paving,

gypsum, pelatihan ternak,

pengolahan sampah maka

dapat memperoleh

keterampilan

interpersonal.

2. Kompetensi Berperan untuk

memberikan

kontribusi terhadap

kemampuannya

untuk memiliki

resiliensi pada masa

yang akan datang

Berdagang criping melalui

KUB, membuat hiasan

rumah dari gypsun,

berdagang pasir.

3. Self regard

yang tinggi

Membantu individu

dalam

menumbuhkan

semangat pikiran

yang positif terhadap

kemampuan yang

dimiliki

Masyarakat menyadari

bahwa tidak sendiri

mengalami bencana, sabar

menghadapi bencana,

pasrah, bersyukur masih

diberi hidup, mencoba

ikhlas.

4. Spiritualitas Sebagai sarana untuk

mendekatkan diri

terhadap Tuhan

apabila menghadapi

masalah/peristiwa

buruk.

Masyarakat sadar bahwa

bencana ini merupakan

cobaan dari Tuhan

sehingga mereka

menerima dengan ikhlas.

5. Situasi

Kehidupan

yang

Bermanfaat

Berperan kepada

individu untuk

menjadi lebih kuat

dan menumbuhkan

serta memiliki

empati terhadap

kehidupan orang

Memperbanyak hubungan

silaturahim, keterampilan

bertambah, semakin

mendekatkan diri kepada

Tuhan, menambah

saudara, masyarakat

menjadi lebih rukun

126

lain. dibandingkan sebelum

bencana, gotong royong

warga semakin meningkat.

Bentuk-bentuk dukungan sosial yang telah diberikan kepada

penyintas dan disikapi oleh penyintas yang memiliki determinan yang

tinggi menghasilkan kemampuan untuk dapat bertahan, bangkit, dari

keterpurukan akibat banjir lahar dingin. Dukungan sosial dan determinan

resiliensi memiliki hubungan yang berkaitan dalam membangun resiliensi

personal. Selain menyikapi determinan resiliensi untuk menyikapi bentuk-

bentuk dukungan sosial, untuk membentuk resiliensi personal juga

diperlukan aspek-aspek resiliensi yang meliputi regulasi emosi, kontrol

impulse, kemampuan menganalisis masalah, empati, efikasi diri, dan

pencapaian. Berikut tabel peran resiliensi personalpenyintas banjir lahar

dingin dalam membentuk resiliensi warga Dusun Gempol.

Tabel 7. Peran Resiliensi PersonalPenyintas Banjir Lahar Dingin

dalam Membentuk Resiliensi Warga Dusun Gempol

No. Aspek-aspek

Resiliensi

Peran

Temuan Resiliensi

Personal

1. Regulasi

Emosi

Berperan untuk

membantu para

penyintas mengontrol

emosinya, dalam

keadaan sulit dan

penuh tekanan.

Laki-laki: sedih, biasa

saja, cepat bangkit,

Perempuan: pasrah,

sedih, bingung mau

tinggal dimana.

Masyarakat merasa sedih

di awal kejadian banjir

lahar dingin, akan tetapi

kemudian mereka dapat

mengendalikan emosi

untuk kembali bangkit

127

dan pasrah terhadap

Tuhan.

2. Kontrol

Impulse

Mempunyai peran

untuk mengendalikan

keinginan, dorongan,

kesukaan, serta

tekanan yang muncul

dari dalam diri

individu.

Laki-laki: Tidak

berlarut-larut dalam

kesedihan, masyarakat

menyadari bahwa ini

adalah cobaan dari

Tuhan.

Perempuan: nangis,

bingung.

3. Optimisme a. Membantu

individu untuk

percaya pada diri

sendiri, memiliki

kemampuan untuk

mengatasi

kemalangan yang

mungkin terjadi di

masa depan.

b. Menumbuhkan

kepercayaan akan

terwujudnya masa

depan yang lebih

baik dengan

disertai usaha

untuk mewujudkan

hal tersebut.

Laki-laki: percaya

karena alam, tidak

putus asa, pasrah.

Perempuan: tidak

putus asa, semangat,

bantu suami, yakin,

4. Kemampuan

Menganalisa

Masalah

a. Membantu

individu untuk

mengidentifikasika

n penyebab-

penyebab masalah

sehingga

menyebabkan

bencana yang

menimpa mereka.

b. Berperan untuk

memecahkan

masalah dan

mengatasi

masalah,

mengarahkan

hidup individu

bangkit dan meraih

kesuksesan.

Masyarakat mengetahui

bahwa pernah terjadi

banjir besar sebelum

bencana banjir lahar

dingin 2010, masyarakat

mengetahui bahwa

Dusun Gempol

merupakan daerah rawan

bencana, masyarakat

siap siaga untuk

meminimalisir korban

jika ada bencana lagi.

Pada dasarnya, laki-laki

dan perempuan memiliki

analisa masalah yang

sama.

128

5. Empati a. Membantu

individu untuk

dapat

menempatkan

dirinya pada posisi

orang lain,

merasakan apa

yang dirasakan

orang lain, dan

memperkirakan

maksud orang lain.

b. Mempermudah

individu dalam

melakukan

hubungan sosial.

Baik laki-laki maupun

perempuan mendapat

empati dari partisipan

yang datang langsung di

Huntara seperti,

pengungsi, mendapatkan

empati dari relawan,

berusaha menyelamatkan

diri.

6. Efikasi Diri Berperan penting bagi

individu untuk

menumbuhkan

keyakinan dapat

menyelesaikan

masalah dan mencapai

kesuksesan.

Laki-laki: menambang

pasir untuk memenuhi

kebutuhan hidup,

bekerja sebagai tukang

kayu, tukang batu,

karyawan paving dan

konblok.

Perempuan: jualan,

membantu menambang

pasir, buruh tani.

7. Pencapaian Membantu individu

dalam meraih

kesuksesan tanpa

takut menghadapi

resiko kegagalan

dalam proses menuju

kesuksesan.

Laki-laki: bisa

membangun rumah

kembali, bisa

memberikan

pemasukan ekonomi

pada keluarga, bisa

menyokalahkan anak.

memperbaiki dusun

Gempol.

Perempuan: membantu

suami untuk memenuhi

kebutuhan keluarga,

membenahi rumah.

129

Resiliensi individu yang tumbuh dari tujuh aspek resiliensi berkembang

menjadi resiliensi mayarakat atas dasar kesamaan tujuan dan motivasi untuk

membangun kembali dusun Gempol. Antusiasme dan peran serta penyintas

untuk kembali ke Dusun Gempol menumbuhkan eksistensi warga yang begitu

besar. Perwujudan dari eksistensi penyintas tersebut terlihat melalui usaha

bersama dengan mengelola sebagian tanah untuk disewakan kepada

pengusaha pengolahan batu dan pasir serta memberlakukan retribusi Rp.

10.000, bagi setiap truk yang keluar masuk dusun mengangkut bahan

material. Bekerja sama mengambil pasir dari lereng Gunung Merapi,

kemudian di jual pada depo pasir di sepanjang jalan raya Yogyakarta-

Magelang Km 23.

Dana hasil retribusi dikelola untuk kas Dusun Gempol. Selain hal

tersebut, warga Dusun Gempol juga aktif dalam melakukan gotong royong

untuk membantu warga mendirikan rumah.Eksistensi penyintas didukung

adanya partisipan yang memberikan dukungan sosial dalam berbagai macam

bentuk menumbuhkan resiliensi warga Dusun Gempol. Dapat diambil

kesimpulan bahwa terdapat hubungan peran antara bentuk-bentuk dukungan

sosial dan determinan resiliensi dalam mendukung tercapainya resiliensi

personal sehingga terwujudnya resiliensi warga Dusun Gempol pasca banjir

lahar dingin.

130

C. Pokok-Pokok Temuan Penelitian

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka diperoleh hal-hal

pokok dalam penelitian tersebut. Adapun pokok-pokok temuan penelitian

yaitu,

1) Banyaknya dukungan sosial yang diberikan setelah terjadinya banjir lahar

dingin, menyebabkan warga mengandalkan bantuan.

2) Terdapat disfungsi dukungan sosial, karena banyaknya bentuk-bentuk

dukungan sosial yang sejenis, terutama dukungan instrumental.

3) Kurangnya kepedulian partisipan terhadap keadaan psikologis penyintas

banjir lahar dingin Dusun Gempol, bantuan yang diberikan lebih kepada

dukungan sosial yang bersifat instrumental dan bersifat jangka pendek.

4) Tidak semua warga termotivasi mengikuti pelatihan-pelatihan yang

diadakan.

5) Adanya kebijakan relokasi menimbulkan dua sikap warga yaitu pro dan

kontra. Masyarakat yang kontra terhadap Huntap dikarenakan faktor

historis, khawatir kehilangan status sosial dan psikologis terhadap relokasi

yang pernah dilakukan pada tahun 1969 terulang kembali.

6) Terjadi perbedaan informasi yang diperoleh penyintas banjir lahar dingin

Dusun Gempol mengenai relokasi, sehingga isu yang berkembang di

penyintas itu berbeda dengan tujuan kebijakan relokasi dari pemerintah.

7) Resiliensi sebagian besar penyintas yang ingin membangun kembali Dusun

Gempol, terbentuk dari persamaan motivasi dan kerjasama yang kuat.

131

8) Terdapat keterikatan antara bentuk-bentuk dukungan sosial yang telah

diberikan dari berbagai pihak dengan determinan resiliensi dalam

membentuk resiliensi personal penyintas serta menumbuhkan resiliensi

warga di Dusun Gempol.

D. Keterbatasan Penelitian

Penelitian yang berjudul “Bentuk-Bentuk Dukungan Sosial dalam

Resiliensi Penyintas Lahar Dingin Merapi di Dusun Gempol Desa Jumoyo

Kecamatan Salam Kabupaten Magelang” telah menggunakan metode kualitatif

jenis deskriptif, namun masih terdapat keterbatasan dalam pelaksanaannya

yaitu,

1. Pencarian subjek penelitian, peneliti mengalami kesulitan ketika hendak

mengambil data, karena ketika pagi hari sebagian penyintas bekerja dan

baru pulang pada sore harinya.

2. Peneliti mengalami kesulitan dalam studi dokumen. Hal tersebut

dikarenakan data-data tertulis atau dokumen warga Dusun Gempol telah

hanyut saat terjadi banjir lahar dingin.